ABSTRAK
Kata Kunci: Student Teams Achievement Divisions (STAD), siswa kelas III, SD N
Banjarsari, aktivitas, hasil belajar, operasi hitung, bilangan bulat.
i
A. Latar Belakang
Selain itu, bila ditinjau dari hasil belajar berdasarkan nilai ulangan harian kelas
III matematika materi operasi hitung bilangan bulat, masih banyak siswa yang belum
mencapai nilai sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Batas nilai KKM sesuai
yang terdapat di dalam Buku 1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SD
Negeri Banjarsari adalah 70, sedangkan ketuntasan klasikal yang diharapkan adalah
90% siswa mencapai nilai KKM. Kenyataannya, baru terdapat 7 siswa dari 20 siswa
(35%) yang dapat mencapai nilai 70. Hal ini menunjukkan bahwa belum tercapainya
2
ketuntasan klasikal yang seharusnya 18 siswa( 90%) dari 20 siswa Kelas III SDN
Banjarsari yang dapat mencapai nilai 70.
Kendala pertama adalah berasal dari faktor siswa. Aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran matematika pada umumnya masih rendah. Pada saat
pembelajaran, pada umumnya siswa kurang menunjukkan kegiatan belajar yang aktif
seperti mendengarkan dengan seksama, mengajukan pertanyaan, mengerjakan soal
soal, mempelajari materi, maupun menyampaikan materi. Kecenderungan siswa
adalah memberikan kesempatan kepada siswa lainnya apabila diminta untuk bertanya,
atau mengerjakan soal soal.
Kendala kedua adalah berasal dari faktor guru. Guru kurang dapat mendorong
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh panca indera
siswa. Di samping itu, guru sering kurang dapat memilih teknik dan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Guru kurang memperhatikan
proses pembelajaran, tetapi lebih berfokus pada hasil pembelajaran.
3
diharapkan guru dapat mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam setiap peristiwa
belajar, sehingga tercapai suasana kelas yang menyenangkan untuk belajar. Suasana
belajar yang menyenangkan dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan
baik dan bersemangat yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pencapaian hasil
belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah melalui model STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar bagi siswa
kelas III SD N Banjarsari?
2. Apakah melalui model STAD dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas
III SD N Banjarsari?
3. Apakah dengan model STAD dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar bagi
siswa kelas III SD N Banjarsari?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika materi operasi hitung
bilangan bulat dengan model Student Teams Achievement Divisions ( STAD)
Pada siswa kelas III SD N Banjarsari Tahun pelajaran 2018/2019
D. Kajian Teori
1. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar
Belajar merupakan bentuk aktivitas siswa untuk mendapatkan ilmu dan
pengetahuan dengan berbagai cara, jadi dalam kegiatan belajar selalu ada
aktivitas yang menyertainya. Senada dengan itu Sardiman mengatakan bahwa
“tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Peningkatan kualitas pembelajaran
dapat ditempuh dengan meningkatkan pengetahuan tentang merancang metode
atau strategi pembelajaran yang lebih efektif, efisien, menarik dan bermakna”.
Lebih lanjut Sardiman menegaskan agar dapat memproses dan mengolah hasil
belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual,
dan emosional selanjutnya dijelaskan bahwa aktivitas di sini baik bersifat
4
fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu saling terkait
sehingga akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Jadi, dapat
diartikan bahwa aktivitas dalam belajar adalah segala macam kegiatan siswa
yang melibatkan diri siswa baik secara fisik, mental, maupun sikap untuk
mendapatkan sebuah pengalaman belajar. Pengalaman belajar inilah yang
didesain sebagai proses yang dapat mengarahkan siswa pada tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan demikian, semakin aktif siswa
dalam kegiatan pembelajaran semakin banyak pengalaman belajar yang
diperoleh maka semakin besar kemungkinan tercapainya tujuan
pembelajaran.1
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik siswa maupun guru tentu
mengharapkan hasil dari pembelajaran tersebut. Jika pembelajaran bertujuan
memperoleh perubahan pada siswa setelah serangkaian proses pembelajaran,
maka hasil belajar tentunya terlihat dari adanya perubahan yang terdapat pada
siswa. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Suprijono bahwa hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-
sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan. Jadi tujuan akhir dari kegiatan
pembelajaran adalah adanya hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana
tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran selama kegiatan
pembelajaran.2
Hasil belajar siswa dapat diukur melalui suatu kegiatan yang disebut
penilaian hasil belajar. Hal itu sesuai dengan apa yang dikatan oleh Nana
Sudjana bahwa “penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. Penilaian
direncanakan untuk menemukan berapa banyak belajar telah terjadi. Kinerja
siswa dalam penilaian dapat digunakan untuk menjelaskan mereka dalam
beberapa sudut pandang. Penilaian dapat menjelaskan tiga titik perbandingan
utama yaitu; pertama, dapat membandingkan kemajuan siswa dengan hal-hal
yang ia ketahui sebelumnya. Kedua, dapat membandingkannya dengan
kemajuan siswa lain. Dan ketiga, dapat membandingkannya dengan beberapa
kriteria kinerja yang tertentu.3
5
Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil
kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terdapat dalam diri
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar
digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi kegiatan
pembelajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran. Penilaian juga berguna
untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, membandingkan hasil yang telah
diperoleh, serta menentukan kriteria keberhasilan.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur hasil belajar penulis
menggunakan acuan penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 yang
tertuang dalam Buku Guru guru dan buku siswa
b. Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Nana Sudjana menyebutkan fungsi penilaian sebagai berikut:
1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.
2) Umpan balik bagi kegiatan proses belajar belajar mengajar. Perbaikan
mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar,
strategi mengajar guru dll.
3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang
tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan
kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk
nilai-nilai prestasi yang dicapainya.3
6
Robert E.Slavin menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat
orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang
etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa belajar dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-
sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling
membantu.Model pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan persiapan
yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.4
a. Perangkat Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu
dipersiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa
(LKS) beserta lembar jawabannya.
b. Membentuk Kelompok Kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agara kemampuan siswa
dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu
kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen. Apabila
memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama,
jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri
atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan
kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu :
c. Siswa dalam kelas terlebih dahulu di ranking sesuai kepandaian dalam
mata pelajaran Matematika. Tujuannya adalah untuk mengurutkan
siswa sesuai kemampuan Matematika dan digunakan untuk
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok
7
atas dan kelompok menengah. Hal itu dapat tergambar dalam bagan di
bawah ini.
8
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang kelas
adalah: (1) ukuran kelas, (2) jumlah siswa, (3) tingkat kedewasaan
siswa, (4)toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dari
lalu lalangnya siswa, (5) toleransi masing-masing siswa terhadap
kegaduhan dan lalu lalangnya siswa lain, (6) pengalaman guru
dalam melaksanakan modelpembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Division(STAD), (7) pengalaman siswa dalam
melaksanakan modelpembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division(STAD). Di bawah ini gambar penataan
bangku siswa menurut Kagan.6
9
Tabel 2. Fase-fase adaptasi pembelajaran tipe STAD
10
dengan penyajian materi oleh guru. Dalam penyajian, kelas dapat
digunakan model ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya,
disesuaikan dengan isi bahan ajar dan kemampuan pembelajar.
3) Tahap ketiga: kegiatan belajar kelompok
Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok dengan model
kooperatif tipe STAD diperlukan adanya diskusi dengan siswa
tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam kelompok
kooperatif. Hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar untuk
menunjukkan tanggung jawab terhadap kelompoknya.
4) Tahap keempat: pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok
Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan
dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas
oleh wakil dari setiap kelompok. Kegiatan ini dilakukan secara
bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil
kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap
kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaaannya serta
memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.
5) Tahap kelima: siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual
Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan
kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada
kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan
kemampuannya. Siswa dalam tahap ini tidak diperkenankan
bekerjasama
6) Tahap keenam: pemeriksaan hasil tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar
skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan
menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap
individual merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian
kelompok.
7) Tahap ketujuh: penghargaan kelompok
E. Hipotesa Tindakan
Melihat landasan teori dan kerangka berfikir dari penelitian tindakan kelas ini
dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut, Melalui model student Teams
Achievement Division ( STAD) dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
11
matematika materi operasi hitung bilangan bulat pada kelas III SD N Banjarsari
Tahun pelajaran 2018/2019.
F. Metode Penelitian
1. Waktu penelitian
2. Tempat penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa SDN Banjarsari tahun pelajaran
2018/2019. Jumlah siswa kelas ini adalah 20 siswa yang terdiri dari 10 putra
dan 10 putri.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pada aktivitas siswa, hasil belajar siswa, serta
penerapan model pembelajaran STAD.
Data hasil belajar matematika materi opersai hitung bilangan bulat diukur
menggunakan tehnik tes setiap siklusnya berupa soal essay alatnya berupa butir
soal, sedangkan data keaktifan belajar siswa diambil dengan menggunakan tehnik
obsrevasi alatnya lembar observasi
5. Analisis Data
Peneliti tidak menggunakan uji statistika. Data hasil belajar berbentuk
kuantitatif. Peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu dengan
membandingkan nilai tes antar siklus dengan nilai kondisi awal. Tehnik
membandingkan disebut analisis diskriptif komparatif. Setelah dibandingkan
kemudian dilanjutkan refleksi untuk memperoleh simpulan kemudian memberi
ulasan atas simpulan tersebut guna menetukan siklus berikutnya
12
G. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menguraikan proses pengambilan data atau observasi awal
pelaksanaan pembelajaran sebelum diberi tindakan, siklus I dan siklus II, serta
deskripsi dan pembahasan hasil dari masing-masing siklus. Secara garis besar data
hasil penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, tes hasil belajar, dan
dokumentasi proses pembelajaran di kelas selama penelitian berlangsung. Adapun
hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:
13
siswa untuk membuka buku siswa dan membaca materi yang akan dibahas.
Siswa diminta mengamati . Pada saat kegiatan ini siswa terlihat sibuk
membaca, tetapi ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan. Terlihat dua
orang siswa masih sibuk berbisik-bisik, dan ada yang seperti melamun.
Seorang siswa terlihat asyik dengan corat coret di buku.
14
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun menulis, terlihat
belum maksimal. Beberapa siswa bahkan terlihat cukup bosan dengan bermain
sendiri dan mengganggu temannya. Peran guru dalam membawa pembelajaran
lebih hidup juga belum maksimal
Hasil belajar pra siklus kurang memuaskan seperti terlihat pada tabel
berikut:
Hasil Sebelum
No Uraian
Tindakan
1. Nilai rata - rata ualngan harian 55,5
2. Jumlah peserta didik yang tuntas 7
belajar
3 Prosentase ketuntasan klasikal 35%
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, ditemukan data hasil penelitian
sebagai berikut:
15
3. Data Hasil Penelitian Siklus 1
Tabel 5. Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Hasil Hasil
No Uraian
pertemuan I pertemuan II
1 Nilai rata rata ulangan harian 62,5 70
2 Jumlah peserta didik yang
9 13
tuntas belajar
3 Prosentase ketuntasan klasikal 45% 65%
Jika ditinjau dari nilai hasil belajar (Tabel 10) rata-rata hasil belajar pada
pertemuan I yang diperoleh adalah 62,5 . Dari 20 peserta didik terdapat 9 peserta
didik yang tuntas belajar dan 11 peserta didik yang lain masih belum tuntas.
Maka, prosentase ketuntasan klasikal adalah 45%. Rata rata hasil belajar pada
pertemuan II yang diproleh adalah 70. Dari 20 peserta didik terdapat 13 peserta
didik yang tuntas, maka prosentase ketuntasan klasikal adalah 70% berarti belum
memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sebanyak 80% siswa mencapai nilai KKM.
Rincian data hasil post test 1 dan post test 2 dapat dilihat pada lampiran.
16
Jumlah 20 siswa 20 siswa
Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa pada siklus 2 semakin banyak jumlah
siswa dengan kategori aktivitas belajar sangat tinggi dan tinggi. Sedangkan
jumlah siswa dengan kategori sedang semakin berkurang, dan tidak ada lagi yang
termasuk kategori rendah. Rata-rata nilai aktivitas belajar juga meningkat menjadi
73,25 yang termasuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa rata-rata aktivitas belajar sudah memenuhi indikatorkinerja yang
diharapkan. Rincian data aktivitas siswa siklus 2 dapat dilihat pada lampiran.
Hasil Hasil
No Uraian
Pertemuan I Pertemuan II
1. Nilai Rata -rata ulangan Harian 73 75
2. Jumlah peserta didik yang tuntas
16 19
belajar
3. Prosentase ketuntasan klasikal 80% 95%
Jika ditinjau dari nilai hasil belajar (Tabel ...) rata-rata hasil belajar yang
diperoleh pada pertemuan I adalah 73. Dari 20 peserta didik terdapat 16 peserta
didik yang untas belajar dan 4 peserta didik yang masih belum tuntas.Pada
pertemuan II rata-rata hasil belajar yang diperoleh adalah 75. Dari 20 peserta
didik, terdapat 19 peserta didik yang tuntas dan 1yang masih belum tuntas maka
prosentase ketuntasan klasikal adalah pertemuan I adalah 80% dan petemuan II
95% yang berarti sudah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sebanyak 80%
siswa mencapai nilai KKM. Rincian data hasil post test 1 dan post test 2 dapat
dilihat pada lampiran.
H. Pembahasan
Dari data hasil penelitian dari pra siklus, siklus 1, atau siklus 2 dapat
dikomparasikan dan dilihat telah menunjukkan adanya peningkatan. Adapun
pembahasannya adalah sebagai berikut:
17
Aktifitas tinggi
Berdasarkan tabel 13, terdapat peningkatan nilai rata-rata aktivitas belajar
siswa dari pra siklus ke siklus 1 yaitu dari 30, naik menjadi 50 atau naik sebesar
20% dan dari siklus 1 ke siklus 2 menjadi 95, atau naik sebesar 45%. Jumlah
siswa yang nilai aktivitas belajarnya dengan kategori tinggi dan sangat tinggi juga
mengalami peningkatan dari 10, menjadi 19.
Dilihat dari prosentase terlihat peningkatan juga dari pra siklus 30%,
meningkat menjadi 50% pada siklus 1, dan menjadi 95% pada siklus 2.
Berdasarkan hasil yang sudah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar pada siklus 1 masih 50% yang berarti belum mencapai indikator kinerja
yang diharapkan yaitu rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai kategori tinggi
atau sangat tinggi yaitu >= 65. Akan tetapi pada siklus 2 rata-rata hasil belajar
siswa sudah mencapai 95% yang berarti sudah dapat memenuhi indikator kinerja.
Dengan demikian, siklus dapat dihentikan pada siklus 2 ini.
18
dinyatakan bahwa siklus dapat dihentikan karena sudah mencapai indikator
kinerja.
19
sebesar 1,1%. Jika dilihat dari jumlah siswa yang sudah tuntas belajar atau sudah
dapat mencapai nilai KKM 70 juga terdapat peningkatan dari 7siswa yang tuntas
(35%) menjadi 13 siswa yang tuntas (65%). Meskipun sudah terdapat
peningkatan pada siklus I ini akan tetapi belum menunjukkan terpenuhinya
indikator kinerja yang diharapkan yaitu 80% atau lebih siswa yang memperoleh
nilai tuntas (70) atau sebanyak minimal 16 siswa. Dengan demikian tindakan
pembelajaran dilanjutkan pada siklus berikutnya
Hasil belajar pada siklus II sudah mengalami peningkatan yaitu nilai tes
menjadi sebesar 74 atau mengalami peningkatan sebesar 0,8% dibandingkan hasil
tes pada siklus I. Jika dilihat dari jumlah siswa yang sudah tuntas belajar atau
sudah dapat mencapai nilai KKM 70 juga mengalami peningkatan dari 13 siswa
(65%) menjadi 19 siswa (95%). Dengan demikian dapat disimpulkan pada siklus
II ini, hasil belajar sudah memenuhi indikator kinerja 80% siswa memperoleh
KKM 70.
3. Saran
a. Bagi Siswa
1) Model pembelajaran STAD dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar juga
meningkat.
2) Model pembelajaran STAD dapat digunakan sebagai salah satu model
yang dapat digunakan untuk lebih memberikan pemahaman kepada siswa,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Operasi
Hitung Bilangan Bulat.
b. Bagi Guru
1) Sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan
oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar dengan menggunakan
berbagai model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif
STAD.
3) Sebagai salah satu referensi bagi guru untuk meningkatkan kompetensi
guru dalam pengelolaan kelas agar lebih variatif dan kondusif bagi
pembelajaran anak sehingga dapat meningkatkan profesionalitas guru
c. Bagi Sekolah
Penelitian tindakan kelas dan hasilnya bisa dijadikan bahan masukan
bagi kepala sekolah dalam mengambil kebijakan bagi guru guru yang
20
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja, keprofesionalan guru dan
hasil belajar siswa melalui PTK dengan model pembelajaran kooperatif
STAD.
J. Daftar Pustaka
1. Sardiman A. Interaksi dan Motovasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press; 2011.
2. Suprijono A. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar; 2011.
3. Sudjana N. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdikarya;
2010.
4. Slavin RE. Cooperative Learning Teori, Riser dan Praktik. Bandung: Nusa Media;
2010.
5. Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satun Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara; 2011.
6. Lie A. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia; 2005.
21