Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN


PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA KELAS V SD
BINA BANGSA PALEMBANG TAHUN AJARAN 2020/2021”.

Di Susun Oleh
1. Siti Khodijah : (856761881)
2. Sartika Hamid : (856761899)
3. Sri Haryati : (856762543)
4. Santia : (856763086)
5. Rini Anggraini : (856763839)

Tutor :
Dra. mulyati, M.Pd
Mata kuliah :
Penelitian tindakan kelas

UPBJJ 19/ PALEMBANG


POKJAR PALEMBANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2021

1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah utama pada pendidikan di Indonesia adalah rendahnya hasil
belajar siswa di sekolah. Sementara perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) yang pesat saat ini membuat penguasaan pengetahuan
matematika sangat perlu untuk dipahami dan dikuasai dengan baik oleh
siswa. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sudah lazim berpikir cepat,
logis, serta mempergunakan teknologi yang lebih cepat dan praktis untuk
memudahkan menyelesaikan pekerjaan. Berpikir cepat dan logis terdapat
pada matematika. Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada orang yang tidak
memerlukan bantuan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika sangat erat kaitanya dengan kegiatan sehari-hari manusia,
baik dari hal yang sederhana sampai hal yang membutuhkan suatu pemikiran
lebih. Matematika bukanlah suatu ilmu yang terisolasi dari kehidupan
manusia, melainkan matematika justru muncul dari dan berguna untuk
kehidupan sehari-hari kita. Suatu pengetahuan bukan sebagai objek yang
terpisah melainkan sebagai suatu bentuk penerapan dalam kehidupan. Suatu
ilmu pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika ilmu pengetahuan
tersebut tidak bermakna bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga
menjadi aspek utama dalam proses belajar.
Proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna
bagi pembelajar (Freudental, 1991 dalam buku Ariyadi Wijaya, 2011:3).
Pembelajaran matematika selama ini dipandang sebagai alat yang siap pakai.
Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep
dan cara menggunakannya.
Pembelajaran matematika terfokus pada guru, sehingga siswa cenderung
pasif. Guru yang mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu
masih terdapat metode konvensional yang diterapkan, membuat suasana
pembelajaran di kelas monoton. Metode pembelajaran yang sering
dilaksanakan, biasanya ceramah, guru yang menjelaskan materi
pembelajaran, memberikan rumus dan siswa disuruh menghafal rumus
tersebut tanpa mengetahui konsep rumus tersebut didapat dari mana.

2
Pembelajaran yang demikian tidak kondusif sehingga membuat siswa
menjadi sasaran pembelajaran yang pasif, dan hanya menerima konsep dari
guru saja. Tidak semua siswa dapat menghafal dengan baik tanpa memahami
suatu konsep. Hal ini berimplikasi pada hasil belajar siswa yang rendah atau
tidak sesuai dengan target yang ingin dicapai dalam suatu proses
pembelajaran.
Permasalahan serupa tentang rendahnya hasil belajar matematika juga
terjadi pada siswa kelas V di SD Bina Bangsa Palembang. Berdasarkan
pengamatan pada proses pembelajaran matematika di kelas V SD di Bina
Bangsa Palembang diperoleh data mengenai hasil belajar yang rendah.
Rendahnya hasil belajar ini dilihat dari hasil perolehan nilai Tes untuk mata
pelajaran matematika semester 1 tahun pelajaran 2020/2021, yang mana data
tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
NO Rentang Nilai Banyaknya siswa
1. 10-20 -
2. 21-30 -
3. 31-40 6
4. 41-50 10
5. 51-60 1
6. 61-70 8
7. 71-80 2
8. 81-90 2
9. 91-100 -
Jumlah siswa 29
Keterangan :
Jumlah nilai : 1691
Nilai tertinggi : 83
Rata-rata kelas : 52.84
KKM : 60
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa lebih dari 50% siswa
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), hal ini ditunjukan
dengan nilai rata-rata kelas yang masih di bawah KKM. Padahal jika dilihat
dari penetapan KKM nya, KKM di SD bina bangsa palembang itu masih
tergolong rendah yaitu 60. Rendahnya hasil belajar matematika ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain proses pembelajarannya, siswa,
guru, lingkungan kelas, maupun materinya sendiri. Dilihat dari proses

3
pembelajarannya, yaitu pembelajaran masih bersifat konvensional, dimana
guru kebanyakan menggunakan metode ceramah dan siswa diminta untuk
mendengarkan dan menghafal rumus-rumus yang sudah ada. Padahal jika
hanya dengan menghafal saja tanpa tahu konsepnya maka siswa akan lebih
mudah untuk melupakan rumus tersebut. Alat peraga yang dimiliki sekolah
juga masih terbatas.
Faktor siswa juga mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika.
Siswa kelas 1 bina bangsa palembang masih cenderung pasif saat mengikuti
pembelajaran matematika. Siswa diminta untuk duduk diam memperhatikan
penjelasan dari guru, sedangkan siswa yang duduk di bangku belakang asyik
bermain sendiri atau berbicara dengan temannya. Guru juga berpengaruh
terhadap hasil belajar anak. Guru hanya menggunakan metode ceramah, dan
kurang inovatif dalam pembelajaran membuat siswa cepat bosan dan malas
untuk belajar. Guru hanya terfokus untuk mengejar materi yang harus
disampaikan kepada anak dan kurang memperhatikan kebermaknaan
pengetahuan tersebut, sehingga kurang memberikan kesempatan pada anak
untuk aktif menemukan sendiri konsepnya.
Lingkungan kelas turut berpengaruh terhadap hasil belajar. Ruang
kelas 1 berukuran 7 x 8 m, didukung dengan jendela dan ventilasi yang
cukup memadai. Penataan meja siswa masih bersifat konvensional dan
ruangan belum difasilitasi alat peraga yang memadai untuk mendukung
kegiatan pembelajaran. Penataan meja seperti ini menjadikan siswa yang
duduk di baris paling belakang merasa kurang diperhatikan oleh guru,
sehingga menimbulkan potensi bagi siswa untuk bicara sendiri dengan
temannya.
Kompetensi pelajaran matematika turut serta dalam menentukan hasil
belajar. Kompetensi pelajaran matematika cukup luas, antara konsep yang
satu dengan konsep yang lain saling berkesinambungan. Seorang siswa yang
belum menguasai suatu konsep awal dengan tuntas, maka untuk tingkat
selanjutnya akan sulit pula untuk mengikuti pelajaran tersebut. Sebagai
contoh tentang konsep perkalian. Konsep perkalian sebagai penjumlahan
berulang ada di kelas II, namun apabila seorang anak belum bisa memahami

4
dan menguasai konsep ini dengan baik dan sudah naik ketingkat
selanjutnya, maka anak akan semakin kesulitan sehingga akan membentuk
persepsi dalam dirinya bahwa matematika itu pelajaran yang sulit.
Berdasarkan penjelasan tersebut, solusi untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas V SD Bina Bangsa Palembang adalah
dengan menerapkan pendekatan matematika realistik. Suatu ilmu
pengetahuan akan bermakna bagi pembelajar jika proses belajar melibatkan
masalah realistik (Frendenthal,1973 dalam buku Ariyadi Wijaya, 2011:3).
Salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kebermaknaan
ilmu pengetahuan adalah Pendidikan Matematika Realistik (Realistic
Mathematics Education). Strategi pembelajaran menggunakan pendekatan
matematika realistik menekankan akan pentingnya konteks nyata yang
dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa
sendiri, dapat memberikan kesempatan siswa aktif dan kreatif. Siswa akan
lebih mudah mengingat jika mereka membangun pengetahuan itu sendiri.
Melalui konteks nyata siswa lebih mudah memahami suatu konsep,
sehingga dengan pendekatan matematika realistik diharapkan siswa akan
lebih memahami dan mengingat materi yang dipelajari, karena
kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam proses
belajar.
Dalam pendekatan matematika realistik, matematika disajikan sebagai
suatu proses kegiatan manusia, bukan sebagai produk jadi. Unsur
menemukan kembali amat penting. Bahan pelajaran disajikan melalui bahan
ceritra yang sesuai lingkungan siswa (kontekstual ), jadi realistis bagi siswa.
Begitupun alat peraga sebaiknya juga berasal dari lingkungan siswa, sering
bahan bekas jadi murah. Siswa dituntut aktif dan guru lebih banyak
bertindak sebagai fasilitator. Dalam menyelesaikan soal ceritra, siswa diatur
bekerja kelompok. Bahan ajar disiapkan sedemikian rupa sehingga cara
penyelesaiannya bermacam-macam. Hal ini dilakukan untuk mendorong
terjadinya diskusi antara kelompok. Ini merupakan bagian dari pelajaran
demokrasi melalui matematika, jadi siswa belajar saling menghargai
pendapat orang lain dan tidak bersikap benar sendiri.

5
Matematika disajikan secara menarik, sering sambil bermain. Dalam
Matematika Realistik siswa didorong mengembangkan pemikiran yang
kritis, mempertanyakan banyak hal dan tidak begitu saja menerima suatu
pendapat, siswa diajak untuk bepikir mandiri. Pembelajaran matematika
realistik bertujuan supaya siswa dapat berpartisipasi aktif dalam
mengkonstruk pengetahuannya sendiri sehingga hasil belajar yang diperoleh
dapat lebih bermakna dan hasilnya dapat meningkat.
Dengan memperhatikan penyebab rendahnya hasil belajar dan
rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika maka peneliti
akan memecahkan masalah tersebut dengan “ Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar matematika dengan pembelajaran matematika realistik untuk siswa
kelas V SD Bina Bangsa Palembang tahun ajaran 2020/2021”.

2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis merumuskan masalah
pada penelitian ini adalah “apakah pendekatan realistik dapat meningkatkan
hasil belajar matematika anak kelas V di SD Bina bangsa?

3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pendekatan realistik
dapat meningkatkan hasil belajar matematika anak kela V di SD Bina
Bangsa.

4. Manfaatnya
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat bagi pendidik adapun manfaat lainnya
diantaranya :
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis manfaatnya dapat memberikan kontribusi ilmiah
bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dalam meningkatkan hasil
belajar matematika anak.

6
b. Manfaat praktis
1) Bagi siswa
Dari penelitian ini siswa memperoleh pengalaman belajar yang
bermakna, sehingga siswa menjadi lebih mengusai dan terampil
dalam pembelajaran matematika.
2) Bagi guru
Informasi hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi informasi
serta masukan berharga bagi para guru dalam pembelajaran
matematika.
3) Bagi Orangtua
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bahwa betapa penting
nya perhatian orangtua dengan dengan hasil belajat putra-putrinya.
4) Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga
bagi kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling
tepat dalam kaitan upaya menyajikan strategi pembelajaran ya g
efektif dan efesien,

B. KAJIAN PUSTAKA
1) Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah istilah yang sering digunakan untuk menyatakan
tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melakukan proses
belajar. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam
menguasai bahan pelajaran yang dipelajarinya diperlukan alat ukur. Alat
ukur yang biasa digunakan adalah tes. Hasil pengukuran dengan
menggunakan tes merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa yang
dapat dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Dari beberapa pendapatdapat
dikemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai
siswa dengan menggunakan alat ukur berupa tes hasil belajar yang disusun
secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

7
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk
pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
Fontana (Suherman, 2001: 8) belajar adalah “proses perubahan tingkah
laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan
Hamalik (2001: 29) berpendapat: “Belajar bukan suatu tujuan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan”. Disamping itu, Cronbach
(Muslich, 2007:195) berpendapat: “Learning is shown by a change in
behavior as result of experience”, belajar dapat dilakukan secara baik dengan
jalan mengalami. Dari beberapa definisi sebelumnya dapat dikemukakan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi dalam
kehidupan manusia setelah belajar secara terus menerus dan dilakukan secara
baik dengan jalan mengalami.
Sedangkan pengertian mengajar menurut Nasution (Muslich, 2007: 198)
mengemukakan bahwa “Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi
atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkannya dengan
anak sehingga terjadi belajar mengajar”. Hamalik (2001: 52) mengemukakan
mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari. Sedangkan Tardif (Muslich, 2007:199)
mendefinisikan, mengajar adalah any action performed by an individual (the
teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the
learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang
(dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang
lain (dalam hal ini peseta didik) melakukan kegiatan belajar.
2) Matematika Realistik
Kata “realistik” merujuk pada pendekatan dalam pendidikan matematika
yang telah dikembangkan di Belanda sejak tahun 1971. Pendekatan ini
mengacu pada pendapat Freudenthal (Syarifulfahmi, 2009: 2) yang
mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan kegiatan
manusia.Pendekatan ini kemudian dikenal dengan Realistic Mathematics
Education (RME). Gravemeijer (Zainurie, 2007: 2) Matematika sebagai

8
aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang
dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan
persoalan-persoalan “realistik”. Slettenhaar (Zainurie, 2007: 2)
mengemukakan Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada
realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa. Prinsip
penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan
informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep
matematisasi. Dalam bahasa Indonesia, secara operasional RME semakna
dengan pembelajaran matematika realistik. Oleh karena itu setelah melalui
berbagai penyesuaian, RME itu dicoba dikembangkan atau diterapkan di
Indonesia dengan nama Pembelajaran.
Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pembelajaran Matematika
Realistik Indonesia merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika
yang baru dan sedang berkembang di Indonesia. Pembelajaran matematika
dengan pendekatan realistik yang dimulai dengan hal-hal yang nyata, dapat
dibayangkan, dekat dengan siswa dan lingkungannya. Dengan perantara
suatu hal yang dihadapi siswa diharapkan siswa dapat dengan mudah
membangun pola pikir mereka terhadap matematika jauh lebih paham dari
sebelumnya.
a. Prinsip dan Karakteristik Pembelajaran Matematika realistic
Gravemeijer (TIM, 2008: 42) mengemukakan bahwa terdapat tiga
prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu:
(1) Penemuan kembali yang terbimbing dan matematisasi progresif.
(2) Fenomena yang bersifat mendidik.
(3) Mengembangkan model sendiri.
b. Proses pembelajaran diharapkan terjadi urutan seperti berikut.
“Masalah kontekstual” → “Model dari masalah kontekstual tersebut”
→ “Model ke arah formal” → “Pengetahuan formal” (TIM, 2008:
42). Ketiga prinsip di atas dioperasionalkan (dijabarkan) dalam
karakteristik pembelajaran matematika realistik yang menjiwai
seluruh aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

9
Soedjadi (TIM, 2008: 42) mengemukakan lima karakteristik
pembelajaran matematika realistik yaitu sebagai berikut:
(1) Menggunakan konteks nyata.
(2) Menggunakan model.
(3) Menggunakan kontribusi siswa.
c. Kelebihan dan Kerumitan Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut pendapat Suwarsono (TIM, 2008: 46) terdapat beberapa
kelebihan darivpembelajaran matematika realistik antara lain:
(1) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-
hari (Kehidupan di dunia nyata) dan tentang kegunaan
matematika pada umumnya bagi manusia.
(2) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat di
konstruksikan dan dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh
setiap orang “biasa” yang lain, tetapi tidak hanya oleh mereka
yang disebut pakar dalam bidang tersebut.
(3) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
bahwa cara penyelesaian sesuatu soal atau masalah tidak harus
tunggal, dan tidak harus sama antara orang satu dengan orang
yang lain.
(4) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa
bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran
merupakan sesuatu yang utama dan untuk mempelajari
matematika, orang harus menjalani sendiri konsep-konsep dan
materi-materi matematika yang lain dengan bantuan pihak lain
yang sudah lebih tahu.
Sedangkan kerumitannya menurut Suwarsono (TIM, 2008: 47)
yaitu:
(1) Upaya mengimplementasikannya membutuhkan perubahan
pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang
tidak mudah untuk dipraktekkan.

10
(2) Pencarian soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang
dituntut RME tidak selalu mudah untuk tiap topik matematika
yang perlu dipelajari oleh siswa.
(3) Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara
untuk menyelesaikan tiap-tiap soal juga merupakan hal-hal yang
tidak mudah dilakukan oleh guru.
(4) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa, melalui soal-
soal kontekstual, proses matematisasi horizontal dan proses
matematisasi vertikal.
3) Penelitian relavan
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Researce) yang dilaksanakan dengan tahapan yang meliputi
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek adalah seluruh
siswa kelas V SD Bina Bangsa. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
matematika dengan pembelajaran matematika realistik untuk siswa kelas
V SD Bina Bangsa Palembang tahun ajaran 2020/2021. Dengan
menggunakan pembelajaran realistik hasil belajar anak dapat meningkat
seperti yang sudah ditelitih oleh peneliti dibawah ini
No Nama, tahun, Hasil Persamaan Perbedaan
judul
1. Lisa adiya, 2017, Pendekatan Pendekatan Variabel x,
Meningkatkan realistik dapat realistik dan yaitu
hasil belajar meningkatkana menguakan pembelajaran
tematik melalui hasil belajar metode PTK tematik
pendekatan tematik anak.
realistik
2. Marnita, 2021, Pembelajaran Sama-sama Disekolah
upaya matematika mengunakan yang berbeda
meningkatkan realistik dapat PTK dan
hasil belajar meningkatkan variabel x
matematika hasil belajar dan y sama.
dengan matematika
pembelajaran

11
matematika
realistik untuk
siswa kelas v
3. Mulim, 2019, pendekatan Variabel x Sekolah
penerapan matematika dan y, yang berbeda
pendekatan realistik dapat mengunakan
matematika meningkatkan PTK
realistik untuk hasil belajar
meningkatkan mstematika
hasil belajar siswa kela iv
mstematika siswa SD Negeri 010
kela iv SD Negeri Pejangki
010 Pejangki.

C. METODELOGI PENELITIAN
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Bina
Bangsa Palembang yang berjumlah 29 orang. Siswa di kelas ini dipilih
sebagai subjek penelitian karena ditemukan permasalahan-permasalahan
yang ditemukan seperti yang telah dipaparkan pada latar belakang.
Obyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar
metematika siswa dengan pendekatan realistic.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
objektif. Jumlah soal sebanyak 10 soal dan masing-masing diberi skor 1,
esay. Selain itu menggunakan lembar observasi siswa untuk mengetahui
keaktifannya. Lembar observasi untuk siswa adalah sebagai berikut.

No Aspek
Perhatian keberanian menghargai Pelaksanaan Keberanian

12
siswa berpendapat pendapat tugas menjawab
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Keterangan : Skor
Aspek 1 : Perhatian siswa Sangat aktif :5
Aspek 2 : Keberanian berpendapat Aktif :4
Aspek 3 : Menghargai pendapat Cukupaktif :3
Aspek 4 : Pelaksanaan tugas Kurang aktif :2
Aspek 5 : Keberanian menjawab Sangat kurang aktif :1

3. Teknik Analisis Data


Untuk mengumpulkan data diperlukan nilai siswa yang diperoleh
melalui penilaian proses dan hasil. Setelah data terkumpul, maka data
tersebut diolah dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan
mencari tingkat keaktifan, Mean (M), hasil belajar, dan ketuntasan
belajar.
Tingkat keaktifan dapat diperoleh dengan menghitung rata-rata
persentase dan membandingkan dengan kriteria PAP skala lima.
M (%) =
Keterangan:
M (%) = Angka rata-rata persen
M = Angka rata-rata skor siswa
Smi = Skor maksimal ideal
(Agung, 1998:8)
PAP Skala 5 Keaktifan Belajar
Persentase Hasil belajar matematika
90-100 Sangat baik
80-89 baik
65-79 Cukup baik
55-64 Kurang baik
0-54 Sangat kurang baik
Dalam menilai hasil pembelajaran matemtika digunakan nilai
dengan skala 0 – 100, nilai yang diperoleh siswa berdasarkan lembar
observasi dan hasil tes siswa. Kriteria keberhasilan siswa adalah sebagai
berikut.

13
a. Menghitung rata-rata skor siswa dengan mencari Mean (M) dengan
rumus (Nurkancana, 2002:174)
Keterangan:
M = Mean (rata-rata) = Jumlah seluruh nilai
N = Jumlah individu
b. Untuk menentukan tingkat hasil belajar siswa, digunakan rumus
sebagai berikut.
Keterangan:
Rh = Angka rata-rata persen
M = Angka rata-rata
Smi = Skor maksimal ideal
Sutrisno Hadi, (dalam Arbawa, 2000:12
c. Menghitung ketuntasan belajar mengacu pada buku pedoman
pelaksanaan kurikulum Sekolah Dasar (SD).
Ketuntasan Belajar
Keterangan:
KB = Ketuntasan belajar
n ≥ 65 = Banyak siswa yang memperoleh nilai 65 keatas (Misal
KKM matematika kelas V adalah 65)
N = Jumlah siswa
(Departemen Pendidikan Nasional, 2002:15)
Hasil analisis yang diperoleh selanjutnya dikonversikan dengan
kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka
prosedur penelitian ini sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas
yang dilakukan dalam suatu proses berdaur/bersiklus. Setiap siklus
terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kemmis S. dan M.C. Tanggrat (dalam Karniti 2002:15)

14
yang menyatakan bahwa PTK adalah siklus refleksi diri yang berbentuk
spiral dalam rangka melakukan proses perbaikan terhadap kondisi yang
ada mencarikan solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan
dalam rangka menemukan cara-cara baru yang lebih baik dan lebih
efektif untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada, penelitian
tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 (dua) siklus, setiap siklus
terdiri dari dua kali pertemuan dengan 4 (empat) fase, yaitu perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan refleksi terhadap
tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus. Namun demikian,
keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan penelitian pada akhir
siklus tertentu sepenuhnya bergantung pada hasil yang dicapai pada
siklus terakhir. Bila hasil yang dicapai telah memenuhi kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian dihentikan dan
apabila belum mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka
penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Perencanaan siklus I,
Pelaksanaan siklus I, Refleksi siklus I, Perencanaan siklus II, Observasi
dan Evaluasi siklus I, Pelaksanaan siklus II, Siklus ke n, Observasi dan
Evaluasi siklus II, Refleksi siklus II
a. Perencanaan siklus/Rencana tindakan
Berdasarkan temuan yang diperoleh. Disusun perencanaan
perbaikan pembelajaran. Pada tahap ini hal-hal yang perlu disiapkan
adalah sebagai berikut. 1) Perencanaan perbaikan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 2) Pengembangan materi, 3)
Menyiapkan media pembelajaran, 4) Menyusun instrumen penelitian.

b. Pelaksanaan siklus/Pelaksanaan tindakan


Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan tindakan ini adalah
sebagai berikut. 1) Menyiapkan salam dan mengecek kehadiran
siswa, 2) Memberikan apersepsi terkait dengan materi pelajaran, 3)
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan
dilaksanakan, 4) Memberi permasalahan yang akan di diskusikan

15
masing-masing kelompok, 5) Memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk menyampaikan hasil kerja kelompoknya, 6)
Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, 7) Memberikan
bimbingan kepada siswa, 8) Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan
diskusi melalui lembar observasi, 9) Melaksanakan evaluasi akhir,
10) Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilaksanakan, dan 11) Menutup pelajaran dan memberikan tindak
lanjut.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung dari awal
sampai akhir. Observasi bertujuan mengetahui kekurangan dan
kelebihan yang terjadi selama tindakan. Kekurangan dan kelebihan
yang ditemukan bias dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan
berikutnya agar tidak terjadi kesalahan yang sama. Evaluasi
dilakukan setelah tindakan berlangsung. Evaluasi bertujuan
mengetahui nilai siswa berdasarkan pedoman kriteria penilaian. Hasil
yang diperoleh ini dapat dijadikan umpan balik dalam menentukan
rencana selanjutnya. Observasi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
1) Mengamati keterampilan proses siswa dalam melaksanakan
pembelajaran matematika
2) Memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil
tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar matematika. Hasil
renungan dan kajian tindakan siklus I ini, selanjutnya dipikirkan
untuk dicari dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang
diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPS dan
keaktifan belajar dalam mata pelajaran IPS. Alternatif ini akan
ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam
penelitian tindakan siklus II.

16
D. Jadwal penelitian

No Kegiatan Minggu ke
1 Identifikasi masalah 11-21 oktober 2021
2 Merencanakan tindakan 13-16 oktober 2021
3 Menyusun proposal 16-20 oktober 2021
4 Menyeminarkan proposal 21-23 oktober 2021
5 Merevisi proposal 24-26 oktober 2021
6 Peaksanaan penelitian tindakan 1-18 november 2021
7 Membuat draf laporan 19-22 november 2021
8 Menyeminarkan draf pttk 23-27 november 2021
9 Membuat laporan ptk 28-20 november 2021

DAFTAR PUSTAKA

17
Agung, A.A Gede. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: STKIP
Singaraja.

Depdikbud. 1995. Metodik Khusus Pengajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta:


Depdikbud

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud,


Rineka Cipta.

Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, Mujinem, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Jakarta:


Departemen Pendidikan

18

Anda mungkin juga menyukai