Anda di halaman 1dari 12

GENTA MULIA ISSN: 2301-6671

Volume IX No. 2, Juli 2018


Page : 71-82

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD


TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA DI KELAS IV
SDN 4 BANDA ACEH
Agus Kistian

Dosen STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec. Meureubo Kab.
Aceh Barat 23615. E-mail : aguskistian92@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa,. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis
penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 4 Banda
Aceh yang berjumlah 50 siswa, sedangkan teknik penarikan sampel dilakukan dengan total sampling semua
populasi dijadikan sebagai sampel. Adapun teknik pengumpulan data adalah tes hasil belajar yang diberikan
secara essay sebanyak 10 soal. Teknik pengolahan data menggunakan uji statistik dengan menggunakan rumus
uji t. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data siswa yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan
dengan taraf signifikan α = 0,05. Dari nilai tersebut diperoleh thitung > ttabel yaitu 4,11 > 1,67, sehingga H0 ditolak
dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) siswa dapat mencapai ketuntasan hasil belajar pada materi pecahan di kelas IV SD Negeri 4
Banda Aceh.

Kata Kunci : Numbered Head Together (NHT), Hasil Belajar, Matematika

PENDAHULUAN Dalam pendidikan dasar diperlukan


Pendidikan memberi kontribusi penting adanya pembaharuan, yaitu pembaharuan dalam
terhadap kemajuan suatu bangsa. Kemajuan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
suatu bangsa diperlihatkan dengan kualitas Model pembelajaran dikatakan relevan jika
manusia dalam bangsa tersebut. Melalui mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan
pendidikan yang tepat akan memperbaiki pendidikannya. Pemilihan model pembelajaran
kualitas manusia menjadi lebih baik. Pendidikan akan menentukan keberhasilan proses belajar
melalui sekolah diharapkan dapat membentuk mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus
siswa menjadi pribadi berkompeten di masa mampu membuat kombinasi dalam memilih
depan. Lingkungan sekolah sebagai lingkungan model pembelajaran yang tepat untuk
formal memiliki beberapa jenjang yakni jenjang memudahkan siswa menerima materi pelajaran.
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan Matematika merupakan ilmu universal
pendidikan tinggi. Tiap jenjang saling terkait yang mendasari perkembangan teknologi
dan berkesinambungan guna memberikan bekal modern, mempunyai peranan yang penting
kepada siswa di masa depan. Ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu dalam
yang diberikan tiap jenjang juga saling mengembangkan daya pikir manusia.
mendukung. Tiap jenjang pendidikan Perkembangan pesat di bidang teknologi
memberikan ilmu yang berbeda namun saling informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi
terkait satu sama lain. oleh perkembangan matematika di bidang teori

71
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, Selanjutnya dalam proses pembelajaran


geometri, dan matematika diskrit. Untuk matematika pun masih terlihat beberapa siswa
menguasai dan menciptakan teknologi dimasa yang kurang antusias, masih rendahnya
depan diperlukan penguasaan matematika yang partisipasi aktif siswa selama proses
kuat sejak dini. Begitu pentingnya peranan pembelajaran, juga kurangnya pemahaman
matematika seperti yang diuraikan di atas, terhadap materi yang telah diberikan. Siswa
seharusnya berupaya menjadikan suatu mata memilih diam tidak bertanya meskipun
pelajaran yang menyenangkan dan digemari sebenarnya siswa tersebut belum paham tentang
oleh siswa. materi yang sedang dibahas. Sebagian siswa
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri juga masih malu untuk maju ke depan jika
bahwa mata pelajaran matematika masih diminta guru secara sukarela untuk menjelaskan
merupakan pelajaran yang dianggap sulit, kembali apa yang mereka terima setelah
membosankan, dan sering menimbulkan mendengarkan penjelasan guru. Dibutuhkan
kesulitan dalam belajar. Kondisi ini waktu yang cukup lama untuk membujuk siswa
mengakibatkan mata pelajaran matematika tidak agar mau mempresentasikan hasil pekerjaannya.
disenangi, tidak dipedulikan dan bahkan Rendahnya mutu pendidikan termasuk
cendrung diabaikan. Hal ini tentunya hasil belajar matematika dapat disebabkan
menimbulkan kesenjangan yang cukup besar karena karakteristik matematika yang dibangun
antara apa yang diharapkan dari belajar atas konsep-konsep yang abstrak dan deduktif,
matematika dengan kenyataan yang terjadi di akibatnya sukar dipahami oleh sebagian besar
lapangan. Di satu sisi matematika mempunyai siswa. Mengingat peranan matematika
peranan yang penting dalam kehidupan sehari- seharusnya menjadi salah satu mata pelajaran
hari, meningkatkan daya nalar, berpikir logis, yang menyenangkan, digemari sehingga
sistematis dan kreatif. menimbulkan keinginan dan semangat siswa
Matematika di sekolah pada umumnya dalam belajar, namun kenyataannya ada kesan
masih menggunakan model pembelajaran bahwa sebagian siswa menganggap sulit,
konvensional dalam menerapkan membosankan dan sering menimbulkan masalah
pembelajarannya. Penggunaan model dalam belajar. Kondisi ini mengakibatkan mata
konvensional dirasa tidak efektif karena siswa pelajaran matematika tidak disenangi, tidak
cenderung pasif, hal ini bertolak belakang dipedulikan dan bahkan diabaikan. Hal ini tidak
dengan tujuan matematika. Salah satu tujuan dapat dipungkiri bahwa memang matematika
matematika adalah agar siswa menumbuhkan memerlukan penguasaan yang baik dan benar.
dan mengembangkan keterampilan berhitung Masalah kesulitan belajar yang
(menggunakan bilang-an) sebagai alat dalam ditimbulkan tersebut bukan semata-mata karena
kehidupan sehari – hari. materi yang sulit tetapi bisa juga disebabkan
oleh cara guru menyampaikan pelajaran.

72
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

Berkaitan dengan cara penyampaian materi oleh Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
guru ada berbagai macam-macam model ditetapkan di SD Negeri 4 Banda Aceh adalah
pembelajaran yang bisa digunakan agar materi 65. Berdasarkan Nilai Kriteria Ketuntasan
dapat diterima oleh siswa dengan baik. Pada Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah,
dasarnya semua model pembelajaran maka nilai rata – rata tes formatif matematika
mempunyai kelebihan dan kekurangan. siswa materi pokok pecahan di kelas IV SDN 4
Penggunaan suatu model pembelajaran yang Banda Aceh dinyatakan belum tuntas. Hal ini
sesuai untuk materi pelajaran tertentu, belum disebabkan oleh model pembelajaran yang tidak
tentu cocok digunakan untuk materi pelajaran sesuai yang diterapkan oleh guru di dalam
yang lain. proses pembelajaran matematika khususnya
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang pada materi pecahan. Sehingga siswa kesulitan
utama untuk mengetahui keberhasilan belajar untuk memahami materi dan menyelesaikan soal
siswa, baik dalam perubahan tingkah laku yang mengenai materi pecahan.
maupun kemampuan dalam pembelajaran. Hasil Selain masalah model pembelajaran yang
belajar juga bisa dikatakan sebagai perubahan digunakan oleh guru kurang bervariasi, juga
perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu ditemukan masalah lain seperti siswa yang tidak
diupayakan dalam proses belajar mengajar aktif pada proses belajar sehingga siswa hanya
untuk mencapai tujuan pendidikan. Hasil belajar datang, duduk dan diam. Siswa cenderung
tersebut dilihat dari kemampuan siswa dalam menerima pengetahuan yang disampaikan oleh
menguasai materi pelajaran berdasarkan guru dan hanya berpatokan pada buku. Pada
pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran matematika siswa
pembelajaran secara periodik dalam kelas. diposisikan sebagai pendengar ceramah guru
Selesainya proses belajar mengajar diakhiri layaknya botol kosong yang harus diisi ilmu
dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan pengetahuan. Hal ini menyebabkan kurang
belajar dan penguasaan siswa terhadap materi terjadinya interaksi sosial antar siswa. yang
matematika yang diberikan oleh guru. Dari hasil mengakibatkan siswa cenderung bekerja secara
evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar individual tidak adanya rasa toleransi dan
siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk empati terhadap sesama.
nilai atau angka. Pembelajaran hakikatnya adalah proses
Berdasarkan hasil observasi yang interaksi antara siswa dengan siswa, siswa
dilakukan di kelas IV SD Negeri 4 Banda Aceh, dengan sumber belajar dan siswa dengan guru.
bahwa masih banyak didapatkan hasil belajar Namun pada kenyataan yang terjadi di lapangan,
siswa yang masih tergolong rendah khususnya siswa memiliki keterbatasan untuk saling
pada materi pecahan. Nilai rata-rata hasil belajar berinteraksi dengan temannya, hal ini
siswa yang didapatkan masih dibawah nilai dikarenakan dalam proses pembelajaran
KKM yaitu 45-60. Sedangkan Nilai Kriteria matematika guru masih berpusat pada guru

73
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

(teacher center). Guru hanya mentransfer yang diharapkan mampu mewujudkan situasi
informasi kepada siswa dan siswa hanya pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif,
mendengarkan informasi tersebut. Dengan efektif, dan menyenangkan adalah dengan
proses pembelajaran tersebut siswa bersifat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
pasif, dimana siswa kurang berinteraksi dengan Numbered Heads Together (NHT) atau
siswa lainnya. penomoran berpikir bersama.
Pada masa ini telah banyak terjadi Pembelajaran kooperatif tipe Numbered
perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan. Heads Together (NHT) ini merupakan salah satu
Salah satuya adalah perubahan paradigma yang model pembelajaran yang memberikan
tadinya berpusat pada guru (teacher center) kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
(student center). Proses pembelajaran yang paling tepat. Numbered Heads Together (NHT)
berpusat pada siswa menekankan siswa untuk yang dirancang untuk mempengaruhi pola
terlibat secara aktif dalam membangun interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap
pengetahuan, sikap dan prilaku. Guru hanya struktur kelas tradisional.
berfungsi sebagai fasilitator. Aktivitas siswa Numbered Heads Together (NHT)
menjadi penting ditekankan karena belajar itu disebut pula dengan penomoran, berpikir
pada hakikatnya adalah proses yang aktif bersama, kepala bernomor merupakan salah satu
dimana siswa membangun pikirannya untuk inovasi dalam pembelajaran kooperatif.
membangun pemahaman. Sehingga siswa akan Menurut Huda (2011:138), Numbered Heads
memperoleh pemgetahuan yang mendalam yang Together (NHT) memberikan kesempatan
akhirnya meningkatkan mutu kualitas siswa. kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan
Sehubungan dengan masalah yang mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
disebutkan maka diperlukan upaya untuk Numbered Heads Together (NHT) juga mampu
mengatasi kesulitan belajar siswa dengan meningkatkan semangat kerja sama siswa dan
menggunakan model pembelajaran. Banyak dapat digunakan untuk semua mata pelajaran
variasi-variasi model pembelajaran yang dan tingkatan kelas. Selanjutnya menurut
melibatkan siswa aktif dalam proses Daryanto dan Rahardjo (2012:245),
pembelajaran, membuat siswa berinterasksi pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
dengan temannya. Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer
Agar tercapainya tujuan pembelajaran Kagen. Pada umumnya Numbered Heads
yang diharapkan diperlukan suatu model Together (NHT) digunakan untuk melibatkan
pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat siswa dalam penguatan pemahaman atau
memahami materi yang sedang dipelajari dan mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi pembelajaran.
belajar siswa. Salah satu model pembelajaran

74
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered efektif, dan hasil belajar siswa dapat
Heads Together (NHT) merupakan salah satu ditingkatkan.
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada struktur khusus yang dirancang untuk METODOLOGI PENELITIAN
mempengaruhi pola interaksi siswa dan Populasi dalam penelitian ini adalah
memiliki tujuan untuk meningkatkan seluruh siswa kelas IV SDN 4 Banda Aceh yang
penguasaan akademik. Menurut Trianto (2010: berjumlah 50 siswa yang berdistribusi dalam
82) mengemukakan bahwa pembelajaran dua kelas yaitu kelas IV-A dan IV-B. Sampel
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan bagian dari populasi. Dalam
menggunakan empat fase yaitu fase 1 penelitian ini menggunakan total sampling yaitu
(penomoran); Guru membagi peserta didik ke semua populasi dijadikan sebagai sampel. Maka
dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan sampel yaitu kelas IV-A berjumlah 25 siswa
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan
antara 1 sampai 5, fase 2 (mengajukan model pembelajaran Numbered Head Together
pertanyaan); Guru mengajukan sebuah (NHT) dan kelas IV-B berjumlah 25 siswa
pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan sebagai kelas kontrol dengan model
dapat bervariasi, fase 3 (berpikir bersama); pembelajaran konvensional di SDN 4 Banda
Peserta didik menyatukan pendapatnya terhada Aceh.
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap kelompok Penelitian ini menggunakan metode
dalam timnya mengetahui jawaban itu, fase 4 eksperimen dengan pendekatan kuantitatif.
(menjawab); Guru memanggil suatu nomor Terdapat dua kelompok sampel pada penelitian
tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya ini yaitu kelompok eksperimen mendapatkan
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba pembelajaran matematika melalui model
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti dan kelompok kontrol melakukan pembelajaran
dapat menyimpulkan bahwa model dengan pendekatan konvensional. Kedua
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) kelompok diberikan pre-test dan post-test,
merupakan model yang sesuai untuk diterapkan dengan menggunakan instrumen tes yang setara.
pada materi pecahan. Krena model Sugiyono (2013: 107) menyatakan bahwa
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian
adalah suatu model pembelajaran yang yang berusaha mencari pengaruh variabel
menganut sistem pembelajaran peserta didik tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi
aktif, seluruh siswa diarahkan untuk memahami yang terkontrol secara ketat. Desain yang
materi pembelajaran yang didapatkannya serta digunakan dalam penelitian ini adalah desain
dapat mempresentasikannya di depan kelas. Hal “Pretest - Posttest Control Grup Desaign”
ini akan membuat pembelajaran menjadi lebih

75
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

(Sugiyono, 2013: 112) dengan rancangan seperti 2. Model Konvensional dapat dikatakan
pada Tabel 1. sebagai rancangan pembelajaran dimana
kegiatan pembelajaran menekankan proses
penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa
Tabel 1. Desain Penelitian dengan maksud agar siswa dapat menguasai
Control Group Pre-test and Post-test Design pelajaran secara optimal. Model
Kelas Pre - Treatment Post - konvensional mengikuti langkah-langkah
test (perlakuan) test yaitu menyampaikan materi secara lisan,
Eksperimen T1 X1 O1 melakukan tanya jawab secara individual,
Kontrol T2 X2 O2 memberikan tugas kepada siswa secara
individual, membahas tugas, menyimpulkan
Keterangan : materi dan memberikan evaluasi.
T1 = tes awal (pre – test) 3. Hasil belajar matematika merupakan
T2 = tes akhir (post – test) kemampuan yang dimiliki siswa setelah
X1 = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen belajar matematika yang terwujut dalam
yaitu dengan menerapkan model ranah kognitif Bloom sebagai akibat dari
pembelajaran Numbered Heads Together proses belajar mengajar. Hasil belajar
(NHT) dalam materi konsep pecahan. matematika dibatasi pada standar kompetensi
X2 = Perlakuan terhadap kelompok kontrol yaitu : 6) Menggunakan pecahan dalam
dengan pendekatan konvensional dalam pemecahan masalah dalam kompetensi dasar
materi konsep pecahan. : 6.3) Menjumlahkan pecahan, 6.4)
O1 = Tes akhir (posttest) setelah proses Mengurangkan pecahan dan 6.5)
pembelajaran diberikan terhadap Menyelesaikan masalah yang berkaitan
kelompok eksperimen. dengan pecahan. Hasil belajar matematika
O2 = Tes akhir (posttest) setelah proses siswa diukur dengan menggunakan tes dalam
pembelajaran diberikan terhadap bentuk essay.
kelompok kontrol. Dalam rangka pengumpulan data, peniliti
menggunakan istrumen atau alat pengumpul
Definisi operasional variabel penelitian: data yaitu lembaran tes hasil belajar siswa yang
1. Model NHT merupakan salah satu rancangan diberikan pada awal pembelajaran (pre – test)
pembelajaran dimana memberikan dan akhir proses belajar mengajar (post – test).
kesempatan kepada siswa untuk saling Masing – masing tes ini berjumlah 10 soal yang
sharing ide-ide dan mempertimbangkan masing-masing soal memiliki nilai 10. Tes hasil
jawaban yang paling tepat. belajar ini dilakukan untuk memperoleh data
tentang hasil belajar siswa yang diterapkan

76
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

model pembelajaran Numbered Head Together Ha : µA1 ≠ µA2


(NHT) pada materi konsep pecahan khususnya Pernyataan hipotesisnya adalah :
pada sub materi penjumlahan dan pengurangan H0 = tidak ada pengaruh model pembelajaran
pecahan. Numbered Head Togheter (NHT) terhadap hasil
Hasil belajar digunakan untuk belajar matematika siswa.
menganalisis ketuntasan belajar siswa. Bila Ha = terdapat pengaruh model pembelajaran
ketuntasan belajar tercapai, penerapan model Numbered Head Togheter (NHT) terhadap hasil
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) belajar matematika siswa.
dikatakan berhasil dapat membantu siswa untuk Hasil yang diperoleh pada penelitian ini,
memahami dari konsep pecahan khususnya pada meliputi skor hasil belajar (HB) kelas
sub materi penjumlahan dan pengurangan eksperimen dan kelas kontrol pada mata
pecahan. Lembar post test ini dilaksanakan pelajaran matematika pada materi pokok konsep
terhadap siswa kelas IV SD Negeri 4 Banda pecahan di SDN 4 Banda Aceh.
Aceh. Berdasarkan hasil dari nilai pretes
Teknik analisis data yang digunakan sebelum diberikan perlakuan menunjukkan
dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu bahwa kemampuan awal siswa pada materi
analisis data deskriptif dan analisis data konsep pecahan yaitu untuk kelas kontrol
inverensial. Menurut Sugiyono (2013:207) diperoleh rata-rata nilai pretes 53,82. Sedangkan
tujuan dari statistika deskriptif adalah untuk untuk siswa kelas eksperimen diperoleh rata-rata
mendeskripsikan atau memberi gambaran nilai pretes sebesar 57.78. Dengan demikian
terhadap objek yang diteliti melalui data atau maka ketuntasan belajar siswa dengan predikat
populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan ketuntasan minimal 65, maka berdasarkan nilai
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa
untuk umum. Sedangkan analisis data kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas
inferensial digunakan untuk munguji hipotesis eksperimen dinyatakan tidak tuntas sehingga
penelitian. Menurut Sugiyono(2013:209), diperlukannya tindakan untuk kelas eksperimen
statistic infensial adalah teknik statistic yang menggunakan model pembelajaran Numbered
digunakan untuk menganalisis data sample dan Heads Together (NHT) sedangkan untuk kelas
hasilnya diberlakukan untuk populasi dimana kontrol dengan model pembelajaran
sample diambil. Pengujian hipotesisnya dalam konvensional.
penelitian ini digunakan uji t. Setelah diberikan perlakuan terhadap dua
kelas yaitu kelas eksperimen menggunakan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN model pembelajaran Numbered Heads Together
Pengujian dilakukan terhadap hipotesis (NHT) sedangkan kelas kontrol menggunakan
statistik yang dirumuskan sebagai berikut: pembelajaran konvensional, maka diberikan
H0 : µA1 = µA2 soal postes hasil belajar matematika pada siswa

77
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

kedua kelas sampel, baik kelas eksperimen Gambar 1. Grafik Pretes-Postes Kelas
maupun kelas kontrol. Soal postes meliputi soal Eksperimen dan Kelas Kontrol
berupa pengetahuan dengan soal essay 90
berjumlah 10 butir soal. Postes dilakukan selama 80

Rata-rata Hasil Belajar


dua jam pelajaran. Soal-soal dalam postes ini 70
60
identik dengan soal-soal pretes. Hal ini
50
bertujuan agar dapat terlihat apakah terdapat 40
peningkatan atau perbaikan setelah siswa 30
dibelajarkan dengan model Numbered Heads 20
10
Together (NHT) sedangkan kelas kontrol
0
menggunakan pembelajaran konvensional. Kelas Kelas
Kontrol Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan data dapat
Pretes 53,82 57,78
diketahui bahwa siswa kelas eksperimen Postes 72,35 81,23
memperoleh nilai rata – rata 81,23, sedangkan
Dari Gambar 1. dapat dilihat
hasil belajar matematika siswa kelas kontrol
memperoleh nilai rata – rata 72,35.
peningkatan rata-rata hasil belajar

Dari data tersebut dapat disimpulkan matematika siswa sebelum dan sesudah
tampak bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata diberi perlakuan. jika dihitung peningkatan
postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. hasil belajar siswa antara pretes ke postes maka
Tahap penelitian selanjutnya adalah nilai siswa dikelas Numbered Heads Together
analisis terhadap hasil pengamatan. Analisis (NHT) meningkat sebesar 23,45 poin
awal yang dilakukan adalah perbandingan data sedangkan dikelas Konvensional meningkat
pretes dan postes di kedua kelas sampel. sebesar 18,53 poin. Dari data tersebut dapat
Perbandingan data tersebut disajikan pada disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar
gambar 1. menunjukkan perbedaan hasil siswa yang diajarkan dengan pembelajaran

belajar siswa kelas ekperimen dan kelas Numbered Heads Together (NHT) lebih baik
daripada pembelajaran konvensional.
kontrol.
Hal ini disebabkan karena kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) sedangkan
kelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensional. Setelah dilakukan uji hipotesis
dengan uji-t menghasilkan bahwa thitung >
ttabel dengan nilai 4,11 > 1,67, sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Hal ini membuktikan
bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima

78
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

yaitu rata-rata hasil belajar matematika yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan
menggunakan model pembelajaran Numbered pembelajaran yang diinginkan. Khusus yang
Heads Together (NHT) lebih dari rata-rata hasil berkaitan dengan materi pokok yang dipelajari
belajar matematika siswa yang menggunakan atau diperoleh melalui belajar sendiri maupun
pembelajaran konvensional. dari guru pada saat pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas dapat Terbukti dari temuan penelitian yang
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh menyatakan adanya perbedaan secara signifikan
penerapan model pembelajaran Numbered dari penerapan kedua model pembelajaran
Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar tersebut. Keunggulan dari model pembelajaran
siswa pada materi konsep pecahan di kelas IV Numbered Heads Together (NHT) seperti
SDN 4 Banda Aceh. Model pembelajaran diuraikan pada kerangka teori terbukti secara
Numbered Heads Together (NHT) akan turut empiris, sehingga hasil ini menguatkan bahwa
menentukan ketepatan tujuan yang diharapkan, dengan model pembelajaran Numbered Heads
pembelajaran akan efektif, efisien dan hasil Together (NHT) hasil belajar matematika lebih
pembelajaran yang diharapkan akan tercapai. baik.
Keunggulan yang lain dari
PEMBAHASAN pembelajaran matematika dengan model
Banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran di SDN 4 Banda Aceh Kelas IV-A
hasil belajar siswa pada mata pelajaran lebih tertarik belajar dengan menggunakan

matematika. Salah satu faktornya adalah model pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) karena mampu merangsang siswa aktif
model pembelajaran disamping faktor
dalam kegiatan pembelajaran. Karena model
kondisi siswa. Mata pelajaran matematika
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
memiliki karakteristik yang menekankan
merupakan pembelajaran yang berpusat pada
banyak latihan dan tugas – tugas mandiri
siswa. Numbered Heads Together (NHT)
yang orientasinya adalah proses merupakan strategi pembelajaran interaktif yang
pembelajaran mengupayakan peran siswa dapat menciptakan keaktifan murid dalam
lebih dominan dari pada peran guru serta proses belajar mengajar. Melalui kegiatan
munculnya kreativitas. Model pembelajaran bertukar tulisan dan saling bertukar pendapat.
Numbered Heads Together (NHT) dirasakan Pembelajaran dengan model Numbered Heads
dapat diterapkan untuk menyesuaikan Together (NHT) merupakan salah satu tipe

karakteristik mata pelajaran tersebut. pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Model pembelajaran Numbered Heads struktur khusus yang dirancang untuk

Together (NHT) dan konvensional pada mempengaruhi pola interaksi siswa dan

dasarnya adalah model pembelajaran yang dapat memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Model Numbered Heads

79
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

Together (NHT) melibatkan para siswa dalam guru dan proses pembelajaran berbentuk
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu ceramah. Dalam model pembelajaran
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka konvensional penyampaian materi bersifat final.
terhadap isi pelajaran tersebut. Sehingga pada guru hanya menceramahi dan
Dari sisi proses, Numbered Heads memberi catatan pada siswa. Pembelajaran
Together (NHT) memberikan kesempatan matematika di SDN 4 Banda Aceh Kelas IV-B
kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan dengan menggunakan model konvensional
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. mengakibatkan siswa tidak diberdayakan dan
Numbered Heads Together (NHT) juga mampu dilibatkan untuk mengekspresikan pengalaman-
meningkatkan semangat kerja sama siswa dan pengalaman belajarnya di dalam kehidupan
dapat digunakan untuk semua mata pelajaran sehari-hari. Hal ini yang menimbulkan
dan tingkatan kelas. Pada umumnya Numbered kejenuhan kepada siswa dan berdampak
Heads Together (NHT) digunakan untuk kurangnya penghayatan terhadap materi yang
melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman disampaikan oleh guru.
atau mengecek pemahaman siswa terhadap Berdasarkan hasil analisis data dan
materi pembelajaran. Lebih lanjut, Numbered pengujian hipotesis diketahui bahwa
Heads Together (NHT) merupakan rangkaian peningkatan hasil belajar matematika siswa
penyampaian materi dengan menggunakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
kelompok sebagai wadah dalam menyatukan Numbered Heads Together (NHT) lebih tinggi
persepsi/pikiran siswa terhadap pertanyaan yang daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran
dilontarkan atau diajukan guru, yang kemudian konvensional.
akan dipertanggung jawabkan oleh siswa sesuai Dari hasil analisis tersebut bahwa model
dengan nomor permintaan guru dari masing- pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
masing kelompok. meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Lain halnya dengan model Hal tersebut juga tergambar dari peningkatan
pembelajaran konvensional yang selama ini pencapaian KKM atau > 65 pada nilai pretest
banyak digunakan di kelas yang kegiatan dan posttest. Pada kelas eksperimen nampak
pembelajarannya cenderung berpusat pada guru jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas nilai
(teacher centered learning). Kegiatan KKM meningkat. Kemudian nilai rata-rata kelas
pembelajaran matematika yang berlangsung pada kelas eksperimen juga mengalami
hanya bersifat transfer pengetahuan dari guru peningkatan, pada rata-rata nilai pretes dengan
kepada siswa. Hal ini menyebabkan siswa rata-rata nilai postes siswa pada kelas yang
kurang memiliki peran aktif dalam proses dan menggunakan model pembelajaran kooperatif
pengkonstruksian pengetahuan dalam dirinya. tipe Numbered Heads Together (NHT). Selain
Model pembelajaran konvensional merupakan itu nilai rata-rata hasil postes dengan
suatu model kegiatan belajar yang berpusat pada menggunakan model pembelajaran kooperatif

80
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hal ini
tinggi dari rata-rata nilai posttest pada kelas disebabkan t hitung lebih besar dari t tabel.
yang menggunakan model pembelajaran KESIMPULAN
konvensional, dengan selisisih nilai sebesar Model pembelajaran memiliki
8,88. Berdasarkan fakta tersebut, maka terlihat pengaruh terhadap hasil belajar matematika.
bahwa terdapat peningkatan jumlah siswa yang Siswa yang diajarkan dengan model
mencapai nilai KKM dan jumlah rata-rata kelas
pembelajaran Numbered Heads Together
nilai siswa pada kelas yang menggunakan model
(NHT) memiliki hasil belajar yang lebih
pembelajaran kooperatif tipe menggunakan
tinggi dibandingkan dengan model
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
pembelajaran Konvensional pada mata
Heads Together (NHT) lebih tinggi
dibandingkan kelas yang menggunakan model
pelajaran matematika materi pecahan di

pembelajaran konvensional. Hal ini sesuai kelas IV SDN 4 Banda Aceh. Hal ini
dengan pendapat Lundgren (dalam Trianto, dibuktikan melalui perhitungan yang
2010) tentang manfaat dari model pembelajaran menunjukkan perbedaan yang signifikan
kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) antara siswa yang diajarkan dengan model
bagi peserta didik antara lain adalah membuat pembelajaran Numbered Heads Together
pemahaman siswa yang lebih mendalam dan (NHT) dengan model pembelajaran
hasil belajar menjadi lebih tinggi.
konvensional.
Sementara pada kelas yang menggunakan
Nilai rata-rata post-test kelas eksperimen
pembelajaran konvensional tidak ada tahap
sebesar 81,23 dan kelas kontrol sebesar 72,35
pemberian reward diakhir materi. Pembelajaran
dan uji kesamaan dua rata-rata (uji t) pada taraf
diakhiri dengan pemberi-an soal atau tugas yang
signifikan α = 0,05 dan df = 48 menunjukkan
berkaitan dengan materi selanjutnya. Sehingga
nilai thitung 4,11 > ttabe1 1,67 maka H0 ditolak dan
tidak ada motivasi bagi siswa untuk aktif pada
H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian dan
pertemuan berikutnya. Hal ini membuat suasana
analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar monoton. Siswa yang pandai akan
“terdapat pengaruh model pembelajaran
mendominasi kegiatan pembelajaran, sementara
Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil
siswa yang kemampuannya biasa-biasa saja
belajar siswa pada materi konsep pecahan kelas
memiliki ruang yang sedikit untuk aktif.
IV SDN 4 Banda Aceh”.
Hasil yang diperoleh dari penelitian yang
Oleh karena itu, diakhir penelitian ini
telah dilakukan maka penggunaan model
peneliti ingin memberikan saran yang
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
didasarkan hasil penelitian penerapan model
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika
pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
materi pokok pecahan pada sub materi
pada materi konsep pecahan sebagai berikut:

81
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 71-82

1. Di saat guru menerapkan model


pembelajaran Numbered Head Together
Primadi. 2011. Prestasi Belajar dan Ketuntasan
(NHT), guru perlu menjelaskan kepada Hasil Belajar. Jakarta: UNESA
siswa bagaimana tahapan-tahapan yang
Sudjana. 2010. Metode Statistik. Bandung:
dilalui selama pembelajaran sehingga Tarsito
siswa memahami tahap pelaksanaannya
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
dan pembelajaran yang kita inginkan Bandung: Alfabeta.
dapat terlaksana dengan baik.
Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian
2. Kepada guru yang menerapkan model Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) ini agar mempersiapkan terlebih Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
dahulu kelengkapan yang diperlukan
dalam pembelajaran materi konsep Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta. Kencana
pecahan seperti media pembelajaran,
Prenada Media Group.
alat evaluasi agar memudahkan dalam
proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta

Djamarah Bahri, S dan Zain, A. 2010. Strategi


Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Daryanto dan Rahardjo, M. 2012. Model
Pembelajaran Inovatif. Yogayakarta:
Grava Media

Haris. 2011. Kesulitan Siswa pada Materi


Konsep Pecahan di Kelas IV SDN 62
Banda Aceh. Skripsi Banda Aceh:
Fkip Unsyiah

Hamalik, O. 2010. Kurikulum dan


Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara 2010. Pendidikan Guru
Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hanafiah, 2010. Menjadi Guru Profesonal.


Bandung: Rosda.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran


dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

82

Anda mungkin juga menyukai