Anda di halaman 1dari 37

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH ADAT

SUNDA DI KAMPUNG BUDAYA SINDANG BARANG


BOGOR

Skripsi
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

NAMA : ADINDA FASHA FAUZIA


NPM : 201813500536

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mendapatkan pengetahuan, baik

secara formal di sekolah maupun secara informal di rumah maupun masyarakat

(Asri dkk, 2020: 211). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan suatu

kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat, dimana setiap orang akan terus

belajar selama hidupnya (long life education). Di dalam dunia pendidikan hasil

belajar juga menjadi tolak ukur yang paling mendasar, dimana semakin baik

hasil belajar yang dicapai maka semakin besar juga kemungkinan tercapainya

tujuan pendidikan.

Salah satu pelajaran yang diberikan pada pendidikan formal di sekolah

Matematika. Dimana matematika merupakan salah satu ilmu dasar dari adalah

segala ilmu, baik aspek penalaran maupun terapannya yang berperan penting

dalam segala aspek ilmu pengetahuan, teknologi, maupun budaya (Noto, dkk,

2018: 201). Pembelajaran matematika diajarkan pada semua siswa mulai dari

sekolah dasar, sekolah menengah bahkan sampai ke jenjang perguruan tinggi.

Hal ini disebabkan karena matematika merupakan ilmu dasar yang sangat

diperlukan dalam berbagai aktivitas kehidupan dan untuk memecahkan suatu

permasalahan sehari-hari.

Namun sebagian besar masyarakat sekitar tidak terlalu menyadari bahwa

mereka hidup dikelilingi dengan matematika, karena mereka menganggap

1
2

bahwa matematika adalah ilmu yang hanya dapat diperoleh pada pelajaran di

sekolah. Pada kenyataannya pendidikan matematika sendiri juga tidak lepas dari

kebudayaan yang berada disekitar kita (Nursyeli & Puspitasri, 2021: 329).

Meskipun matematika digunakan dalam kehidupan sehari-hari tetapi tidak

memungkiri bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang kurang

diminati oleh siswa. Karena sebagian siswa menganggap bahwa matematika itu

sulit, membosankan dan kurang menarik untuk dipelajari. Namun pada

kenyataannya, walaupun hal tersebut kurang diminati, mereka tetap

mempelajarinya walaupun beberapa dari mereka sering mengalami kesulitan.

Karena hal tersebut kebanyakan siswa minat dan motivasinya masih terbilang

rendah dalam belajar, hal ini pula yang membuat berkurangnya prestasi siswa

terhadap pelajaran matematika.

Permasalahan hasil belajar matematika terjadi pula di suatu sekolah.

Dimana hasil dari data belajar matematika siswa kelas VII pada hasil rata-rata

Penilaian Tengah Semester kelas VII pada suatu sekolah.

Tabel 1. Hasil Penilaian Tengah Semester Tahun Ajaran 2020/2021

Rata-rata
No Rombel KKM
kelas
1 VII-A 69,0 75
2 VII-B 70,8 75
3 VII-C 72,4 75
4 VII-D 68,9 75
5 VII-E 68,0 75
6 VII-F 71,7 75
7 VII-G 72,7 75

Sumber: Dokumentasi Sekolah

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masih kurangnya siswa

dalam memahami persoalan matematika. Hal ini tentu saja membuat tantangan
3

baru bagi seorang guru untuk bisa memikirkan suatu metode atau konsep

pengajaran seperti apa bagi para siswa, agar siswa lebih mudah untuk

memahami atau menangkap materi yang disampaikan oleh guru tersebut.

Karena kemampuan berfikir pada setiap anak tersebut berbeda dalam

memahami materi matematika, hal-hal yang bersifat abstrak itu harus dibarengi

dengan media konkrit agar siswa bisa memahami materi khususnya bangun

ruang dan bangun datar dengan mudah. Oleh itu media pembelajaran yang

digunakan oleh guru juga harus tepat.

Karena saat ini masih banyak siswa yang tidak menggunakan cara berpikir

matematisnya, terutama dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi

geometri. Oleh karena itu, berpikir secara matematis penting untuk diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Implementasi berpikir matematis dalam

kehidupan nyata juga tidak dapat terwujud tanpa adanya objek yang dapat

dijadikan bahan untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa.

Contoh dari objek tersebut adalah budaya. Menurut Hisrich, et.al (dalam Noto

dkk, 2018: 202), budaya didefinisikan sebagai faktor penting yang

mempengaruhi pemahaman dan interpretasi proses penilaian, desain,

implementasi, serta faktor dan fungsi penilaian lainnya dalam kehidupan. Salah

satu alternatif untuk menghubungkan budaya dengan matematika adalah

etnografi atau juga bisa disebut etnomatematika. Etnomatematika sendiri

didefinisikan sebagai studi matematika (ide-ide matematika) dalam kaitannya

dengan kehidupan budaya dan sosial secara umum. Dimana studi tentang ide

atau praktik matematika dalam berbagai peristiwa budaya dan menunjukkan


4

hubungan antara matematika dan budaya disebut etnomatematika (Lusiana dkk,

2019: 165).

Dengan begitu pemanfaatan budaya di setiap daerah atau sekitar kita bisa

menjadi alternatif lain bagi dunia pendidikan, terutama untuk lebih

memudahkan dalam proses belajar mengajar antara guru dengan siswa.

Sehingga tidak hanya terfokus pada satu hal saja tetapi kita juga dapat mengenal

atau mengetahui banyaknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di sekitar kita.

Setiap budaya daerah juga memiliki ciri khasnya masing-masing. Ada berupa

makanan atau jajanan, pakaian, ataupun bangunannya, dan masing-masing dari

itu mereka memiliki ciri khas atau filosifinya sendiri (Aprita & Anisa, 2020).

Terlepas dari itu, nilai-nilai pada bangunan tradisonal juga sudah hampir

dilupakan, oleh karena itu diharapkan bagi tenaga pendidik mampu

mengenalkan kembali dan melestarikan budaya di daerah tersebut.

Keterkaitan antara bangunan tradisional dengan unsur matematika

menandakan bahwa suatu kebudayaan tidak hanya sebatas seni, simbol atau adat

istiadat saja. Karena pengetahuan konsep matematika, yang merupakan ciri

budaya matematika dan dapat dikaitkan dengan metodologi etnomatematika

untuk mengeksplorasi, maka perlu untuk mempelajari konsep matematika mana

yang termasuk dalam budaya dan bagaimana menggunakannya dalam

mempelajari matematika. Dengan etnomatematika yang merupakan cara

penggunaan matematika oleh kelompok budaya yang berbeda (Jumri &

Mudiana, 2019: 87). Khususnya pada bangunan tradisonal Sunda, yang terdapat

suatu bentuk, simbol atau filosofi dalam sebuah bangunan tersebut. Arsitektur
5

rumah tradisional biasanya mencakup elemen arsitektur yang sama dengan

rumah tradisional lainnya, dimana banyak bentuk geometris yang digunakan

dalam studi matematika. Artinya, banyak ditemukan konsep geometri pada

bangunan tradisional, salah satunya konsep matematika, dan orang menerapkan

konsep matematika pada konstruksi bangunan tanpa disadari secara tidak

langsung dalam budaya rumah tradisional. Oleh karena itu, pembelajaran

matematika menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya berada di

masyarakat, menurut Prasetyo 2011 (dalam Ayudya 2018: 169).

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka peneliti akan

mengeksplorasi etnomatematika pada bangunan yang terdapat di Kampung

Budaya Sindang Barang Bogor. Di tempat tersebut terdapat sebuah Kampung

Budaya yang saat ini masih melestarikan kebudayaan khas Sunda, dan juga

Kampung ini dinyatakan sebagai Kampung Tertua yang berada di daerah Bogor.

Menurut Puspatarini (2021: 42) tidak hanya ada satu rumah atau bangunan adat

yang terletak di Desa Budaya Sindangbarang, tetapi terdiri dari beberapa

bangunan seperti Imah pasangrahan, rumah padi Lumbung (Leuit), dan Bale

Riungan.

Sehingga penelitian ini akan membahas etnomatematika pada rumah adat

Sunda. Dengan memfokuskan filosofi dan makna, serta konsep matematika

seperti geometri yaitu bangun datar dan bangun ruang pada bangunan tersebut.

Dengan melakukan Eksplorasi dikampung budaya sindang barang Bogor dan

melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi terkait Rumah Adat

Sunda tersebut. Dan peneliti ingin mengangkat bangunan tradisonal Sunda


6

dalam penelitiannya. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Eksplorasi Etnomatematika Pada Rumah Adat Sunda Di

Kampung Budaya Sindang Barang Bogor”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Peranan pendidikan bagi masyarakat.

2. Peranan matematika bagi siswa.

3. Permasalahan matematika yang terjadi pada siswa dalam pembelajaran.

4. Permasalahan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika.

5. Mencari solusi dari permasalahan hasil belajar pada siswa.

6. Terikatnya peranan kebudayaan dengan matematika dalam pembelajaran

dan kehidupan sehari-hari.

7. Peranan kebudayaan dan matematika terhadap pendidikan.

8. Mengetahui berbagai macam rumah adat sunda.

9. Mengeksplorasi tentang filosofi dan konsep matematika yang terdapat pada

rumah adat Sunda.

C. Fokus Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus

masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Objek penelitian yang diteliti adalah rumah adat Sunda di kampung budaya

Sindang Barang Bogor.


7

2. Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Budaya Sindang Barang Bogor

yang terletak di Jl. Endang Sumawijaya, RT. 02 / RW. 08, Sindang Barang,

Dusun Menteng, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Pasireurih,

Bogor, Jawa Barat 16631.

3. Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Agustus 2022

4. Ruang lingkup eksplorasi etnomatematika dalam penelitian ini meliputi

filosofi dan konsep matematika yang diperoleh dari objek budaya yang

diteliti, serta implikasinya dalam pembelajaran matematika materi geometri

yaitu bangun datar dan bangun ruang pada geometri.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu “Bagaimana konsep etnomatematika pada rumah adat Sunda

yang ada di kampung budaya Sindang Barang Bogor”?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu

untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan konsep etnomatematika pada

rumah adat Sunda yang ada di kampung budaya Sindang Barang Bogor.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat, baik

yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian yang sama dalam bidang pendidikan dan


8

budaya. Dan diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan

pembelajaran matematika berbasis budaya.

2. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

diantara lain sebagai berikut:

a. Bagi masyarakat

Mengetahui aspek-aspek matematika yang terdapat pada Rumah Adat

Sunda di daerah tersebut dan dapat mengetahui keterkaitan antara

matematika dan budaya dalam aktivitas masyarakat sehari-hari.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi guru untuk

dijadikan bahan pertimbangan dan bahan untuk memperbaiki kualitas

pembelajaran matematika.

c. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain

dalam melakukan penelitian yang sejenis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Etnomatematika

1. Pengertian Etnomatematika

a. Deskripsi Etno/Budaya

Menurut (Febriyanti&Prasetya, 2017: 175). “Budaya merupakan

suatu khasanah kekayaan tak benda yang diwariskan oleh leluhur kita

untuk terus kita jaga dan lestarikan sehingga akan menjadi identitas dan

jati diri sebagai bangsa”. Budaya merupakan salah satu peninggalan

yang diwariskan secara turun-temurun.

Menurut Indriani, 2015; Wahyuni & Kurniawan, 2019 (dalam

Safitri&dkk, 2022: 493). Kebudayaan merupakan pandangan hidup dari

sekelompok masyarakat dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan

simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar dan diwariskan melalui

proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.

kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan karena salah satu

aspek kebudayaan merupakan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa

Deskrirsi Etno/Budaya adalah budaya merupakan peninggalan yang

diwariskan turun temurun oleh leluhur kepada generasi selanjutnya,

melalui pendidikan karena salah satu aspek kebudayan merupakan ilmu

9
10

pengetahuan, dengan begitu kita bisa terus menjaga atau melestarikan

budaya tersebut.

b. Deskripsi Matematika

Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak

menerima pembuktian secara induktif, ilmu mengenai pola keteraturan

dan struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan

hingga unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya

ke dalil. Matematika merupakan sumber dari ilmu lainnya. Matematika

sangat berguna bagi manusia pada umumnya dan siswa pada khususnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat banyak manfaat dari aplikasi

matematika. Salah satu bentuk aktivitas manusia yang mengaplikasikan

matematika di dalamnya yaitu mengurutkan bilangan, berhitung,

mengelompokkan objek-objek benda ke dalam kelompok yang sama.

Secara sadar ataupun tidak matematika memang sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari (Aprilia&dkk, 2019: 86)

Menurut Kline, 1973 (dalam Kurniawan, 2022) matematika

bukanlah pengetahuan yang dapat menjadi sempurna untuk dirinya

sendiri, tetapi matematika ialah untuk membantu orang memahami dan

mengatasi masalah matematika sosial, ekonomi dan alam. Hal ini dapat

tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, maka dari itu logika

adalah dasar untuk pembentukan matematika.

Dalam penerapan konsep matematika dapat menjadikan logika

dalam berbisnis dan berdagang, bisa memecahkan masalah persoalan


11

yang berkaitan dengan hitungan dan juga melatih kesabaran dalam

melakukan tindakan yang berkaitan dengan untung dan rugi. Hal ini

yang menjadikan matematika bukan hanya sekumpulan angka, simbol

atau formula yang tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

Sebaliknya, matematika itu tumbuh dan berakar pada dunia nyata

(Kurniawan, 2022)

c. Deskripsi Etnomatematika

D’Ambrosio (dalam Ulum dkk, 2018) mengemukakan bahwa

Istilah etnografi pertama kali dikemukakan oleh Ubiratan


D'Ambrioso, seorang matematikawan dan profesor matematika
Brasil pada tahun 1977. Etnografi berasal dari awalan ethno, akar
matematika, dan akhiran tics. Etno didefinisikan sebagai sesuatu
yang sangat luas mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk
bahasa, jargon, kode, perilaku, mitos, dan simbol. Selama ini
matematika dimaksudkan untuk menjelaskan, mengetahui,
memahami, dan melakukan operasi-operasi seperti pengkodean,
pengukuran, pengklasifikasian, dan penyimpulan. Selain itu, sufiks
tics berasal dari kata techne yang artinya sama dengan technical.
D'Ambrioso membedakan matematika dari matematika akademik
yang diajarkan di sekolah, karena etnografi digambarkan sebagai
matematika yang dipraktikkan di antara kelompok budaya yang
dapat diidentifikasi, seperti kelompok sosial, etnis, buruh, anak-
anak dari kelompok tertentu dan kelas profesional.

Menurut Rosa & Orey 2016 (dalam Lisnani 2021: 361).

Etnografi didefinisikan sebagai penerapan keterampilan, ide,


proses, dan praktik matematika oleh suatu kelompok budaya dalam
konteks yang erat kaitannya dengan lingkungan budaya sekitarnya
sebagai sumber pembelajaran matematika di sekolah, sehingga
pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan
bermakna untuk siswa.

Pembelajaran matematika yang berbasis kebudayaan dapat

menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang lebih menarik dan tidak

membosankan. Hal tersebut karena etnomatematika dapat diterapkan


12

dan mengekspresikan hubungan antara kebudayaan masyarakat dengan

pembelajaran matematika dan mempermudah siswa dalam memahami

suatu materi karena materi tersebut langsung berkaitan dengan budaya

mereka dalam aktivitas masyarakat sehari-hari (Faqih&dkk, 2021: 303)

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa etnografi adalah ilmu

budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang

berupa bahasa, tarian, pakaian, makanan, dan benda mati ke dalam

sejarah budaya suatu daerah secara langsung dan terdapat unsur

matematika seperti bentuk, simbol, bunyi, ataupun hal lainnya. Melalui

etnomatematika konsep-konsep matematika dapat dikaji dalam praktek-

praktek budaya, dimana siswa akan lebih memahami bagaimana budaya

mereka terkait dengan matematika, dan para pendidik dapat pula

menanamkan nilai-nilai budaya bangsa yang berdampak pada

pendidikan karakter pada anak tersebut.

d. Tujuan dari etnomatematika

D'Ambrosio, 2001 (dalam Fajriyah, 2018: 115) menjelaskan

bahwa.

Tujuan Etnologi adalah untuk mengenali bahwa ada cara yang


berbeda dalam mengerjakan matematika yang memperhitungkan
pengetahuan matematika akademik yang dikembangkan oleh
berbagai sektor masyarakat serta cara yang berbeda bahwa budaya
yang berbeda merundingkan praktik matematika mereka
(bagaimana mengklasifikasikan, menghitung, mengukur,
merancang bangunan atau alat, bermain, dan lainnya).

Dengan hubungan antara bentuk-bentuk budaya dalam

matematika seperti dalam materi geometri, menjadi lebih mudah untuk


13

memproses dokumen untuk menjelaskan bentuk suatu benda, dapat

mencari luas, keliling dan volume benda itu.

Etnomatematika juga dapat dianggap sebagai sebuah program

yang bertujuan untuk mempelajari bagaimana siswa untuk memahami,

mengartikulasikan, mengolah, dan akhirnya menggunakan ide-ide

matematika, konsep, dan praktek-praktek yang dapat memecahkan

masalah yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari mereka

(Ajmain&dkk, 2020: 47). Hal tersebut membuat pendekatan dengan

metode etnomatematika adalah pendekatan pembelajaran matematika

yang paling menekankan pada bagaimana cara siswa dapat memahami

dan membangun konsep matematika yang tumbuh di lingkungan sekitar

mereka. Dan dengan etnomatematika siswa atau masyarakat lebih bisa

membuat pola pikir atau penalaran mereka terhadap lingkungan sekitar

tersebut menjadi kreatif sehingga membuat ide-ide bermunculan,

dengan begitu akan lebih mudah dalam memahami suatu pembelajaran

dan juga membuat suatu inovasi yang terbarukan.

2. Ruang Lingkup Etnomatematika

Matematika sebagai bentuk budaya, dimana telah terintegrasi pada

seluruh aspek kehidupan masyarakat dimanapun berada. Pada hakekatnya

matematika merupakan teknologi simbolis yang tumbuh pada keterampilan

atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya. Oleh karena itu melalui

etnomatematika pembelajaran akan lebih berkesan karena mengenalkan

tradisi maupun budaya lokal yang masih diakui dan dilakukan oleh
14

kelompok masyarakat tertentu. Adapun menurut (Putri, 2017: 23) ruang

lingkup studi etnomatematika yaitu:

a. Subjek dari studi etnomatematika adalah semua kelompok budaya yang

meliputi etnik dan semua kelompok yang memiliki jargon, kode, simbol,

mitos atau cara-cara khusus dalam bernalar dan menyimpulkan.

b. Objek kajian etnomatematika berupa kegiatan sehari-hari dan benda

hasil karya manusia dimana keduanya dibentuk oleh ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya dalam budaya lokal.

c. Studi etnomatematika meliputi pengetahuan dan perilaku kelompok

budaya mengenai ruang, waktu, pengukuran, pengelompokan,

perbandingan, kuantitas dan pengambilan kesimpulan.

d. Studi etnomatematika fokus dalam mempelajari bagaimana kelompok

budaya tersebut belajar dan mengajarkan representasi matematika

mereka yaitu dengan menemukan pola penalaran para praktisi budaya

untuk memahami transisi dari artefak ke mindfact, knowing dan doing,

dan menghubungkan antara teori dan praktiknya.

Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika ini akan menjadi

alternatif pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan inovatif. Dengan

menyediakan lingkungan pembelajaran yang menarik, hal tersebut dapat

menciptakan motivasi yang baik dan lebih menyenangkan kembali sehingga

siswa ataupun masyarakat memiliki minat yang besar dalam mengikuti

pembelajaran matematika yang diharapkan dapat mempengaruhi

kemampuan matematika mereka.


15

3. Keterkaitan Budaya dan Matematika

Keterkaitan antara bangunan tradisional dengan unsur matematika

menandakan bahwa suatu kebudayaan tidak hanya sebatas seni, simbol atau

adat istiadat saja. Karena pengetahuan konsep matematika, yang merupakan

ciri budaya matematika dan dapat dikaitkan dengan metodologi

etnomatematika untuk mengeksplorasi, maka perlu untuk mempelajari

konsep matematika mana yang termasuk dalam budaya dan bagaimana

menggunakannya dalam mempelajari matematika.

Dalam kaitannya dengan budaya dan matematika, rumah adat

memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat. Salah satu contohnya adalah

rumah adat sunda, dimana sebuah rumah adat itu banyak beragam macam

bentuk dan motif yang tertera pada bangunan tersebut, sebagai contoh

bentuk pada bangunan atau atap pada rumah adat sunda yang beragam

macam bentuknya dan memiliki arti atau filosofinya sendiri, juga dimana

pada bentuk atap tersebut sudah pasti terdapat unsur matematika-nya. Oleh

karena itu keterkaitan antara budaya dan matematika sangat erat sekali.

B. Rumah Adat Sunda

1. Rumah Adat Sunda

Pada umumnya rumah adat Sunda berbentuk rumah panggung. Salah

satu rumah adat Sunda terletak di Kampung Budaya Sindang Barang Jawa

Barat tepatnya di Kota Bogor. Desa Sindang barang merupakan desa tertua

di Bogor yang berasal dari Kerajaan Sunda. Hingga saat ini, tradisi dan seni

budaya leluhur desa Sindang barang masih terjaga dengan baik. Salah satu
16

warisan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah situs

purbakala dari zaman Kerajaan Sunda yang dapat dilihat dengan berjalan

kaki melewati hutan melewati persawahan dan sungai di Sindang barang

(Nurrohman, 2021). Dilengkapi dengan rumah dan gudang tradisional

Sunda Bogor yang berbaris untuk menambah nuansa pedesaan kuno tahun

lalu.

Saat ini rumah adat dan tradisi budaya kampung budaya Sindang

Barang telah dipugar dan dihidupkan kembali dengan bimbingan dan arahan

Bapak Anis Djatisunda, sesepuh Sindang Barang dan rumah budaya Jawa

Barat. (Ayudya, 2018). Kampung Budaya Sindang Barang memiliki bentuk

kampung yang unik. Keunikan ini bisa dilihat ketika Anda memasuki

kawasan desa, di mana Anda bisa melihat bangunan tradisional Sunda yang

menjadi ciri khas dari bangunan desa ini. Namun setiap kawasan Kawasan

Budaya Sunda memiliki arsitektur dan ciri khas desa yang berbeda-beda,

termasuk ciri budaya Sunda Desa Budaya Sindang Barang. Secara fisik

bangunan tradisional di kawasan ini adalah gudang (leuit), Imah

pasanggrahan, dan bale riungan. Selain bangunan, bentuk fisik yang

menjadi ciri lingkungan ini adalah rumah leluhur yang terletak di dekat

gapura lingkungan dan rumah besar.

2. Spesifikasi Rumah Adat Sunda

Masyarakat Sunda kerap melestarikan pengetahuan dari leluhur

dengan gaya hidup tradisional dalam suatu keharmonisan dengan alam, hal

ini kemudian mereka terapkan pula dalam metode pembangunan hunian,


17

dengan menggunakan bahan-bahan lokal dari batu, bambu, kayu, bahan atap

yang didominasi oleh dedaunan, serta daun-daun palem. Adapun bentuk

bangunan atau atap pada rumah adat Sunda yang beragam seperti Gado

Bangkong, Jolopong, Capit Gunting, Jubleg Nangkub, Badak Heuay,

Perahu Kumureb, Tagog Anjing, Buka Pongpok dan Julang Ngapak

(Ramadhanti, 2021). Untuk Gado Bangkong sendiri yaitu katak mau loncat

karena bentuk atap yang seperti katak ingin loncat, hal ini diartikan bagi

setiap penghuni rumah tersebut harus selalu siap dalam keadaan kondisi

apapun, untuk Capit Gunting sendiri adalah jenis rumah adat sunda pertama

dan yang tertua dari rumah adat lainnya dinamakan Capit Gunting karena

bagian atap rumah dikenal dengan undagi atau memiliki bentuk seperti

huruf ‘X’ atau gunting, untuk Perahu Kumerep sendiri karena bentuk

bangunan yang seperti perahu terbalik, untuk Jubleg Nangkup yaitu

memiliki ciri khas bentuk atap yang bertingkat, untuk Badak Heuay karena

bentuk atap pada bangunan menyerupai badak yang sedang menguap, untuk

Tagog Anjing karena bentuk atap rumah yang menyerupai posisi seekor

anjing yang sedang duduk, Jolopong sendiri karena bentuk atap yang

menyerupai pelana, dan untuk Julang Ngapak adalah jenis rumah adat

Sunda yang terakhir yang memiliki makna sebagai burung yang sedang

mengepakkan sayap.

Bentuk pondasi rumah adat Sunda mirip dengan pondasi umpak yang

digunakan untuk rumah-rumah tradisional jaman sekarang. Sedangkan

bentuk lantai panggung yang terbuat dari pelupuh (bambu yang sudah
18

dibelah). Untuk bagian dinding, pintu dan jendela itu terbuat dari Anyaman

Bambu. Dan pada bagian atap selain menggunakan daun-daun kering juga

yaitu menggunakan injuk.

Dalam pola permukiman di kampung budaya sindang barang sendiri

dikelilingi dengan area persawahan. Dimana hal tersebut memiliki

kepercayaan masyakat sunda yang memiliki filosofi konsep lemah-cai

dimana lemah yaitu elemen tanah untuk tempat tinggal masyarakat, dan cai

yaitu air yang bermaksud ladang sawah yang memiliki air untuk

keberlangsungannya masyarakat. Tata ruang secara tipologi pada bentuk

bangunan tradisional sunda berbentuk rumah panggung, dimana tata ruang

pada rumah tradisional di dalam suku sunda hanya menjadi tiga bagian,

yaitu ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Kamar mandi atau

toilet terdapat diluar bangunan atau biasanya aktivitas mandi dilakukan

disungai yang dekat dengan permukiman (Aprita&Anisa, 2020: 106). Dan

dengan bentuk bangunan yang memanjang membuat rumah atau bangunan

tradisional ini memaksimalkan siklus orientasi matahari terhadap hunian

secara optimum. Dengan berbagai bentuk atap hal tersebut juga merupakan

aspek adapitasi tropikalitas pada bangunan tradisional terhadap curah hujan

dan pergerakan angin.

C. Penelitian Relevan

Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian yang

serupa yang pernah juga dilakukan, yaitu :


19

1. Penelitian tentang etnografi di rumah adat dilakukan oleh Anita Mar, dkk

(2021) Majalah Journal berjudul “Eksplorasi Etnomatematika Pada Rumah

Adat Manunis Ka’umnais Suku Uim Bibuika Kecamatan Botin Leobele,

Kabupaten Malaka”. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji rumah adat

yang berada di kabupaten Malaka, menggunakan penelitian kualitatif

dengan pendekatan etnografi. untuk memperoleh unsur etnografi tertentu,

yaitu unsur geometri bidang dan geometri ruang.

2. Kajian Etnografi pada Bangunan Masjid oleh Desfa Lusiana dkk (2019)

Jurnal berjudul “Eksplorasi Etnomatematika Pada Masjid Jamik Kota

Bengkulu”. Dalam penelitian ini, peneliti melihat salah satu bangunan

masjid yang ada di kota Bengkulu. Peneliti menggunakan penelitian

kualitatif dengan pendekatan etnografi. untuk memperoleh unsur etnografi

tertentu, yaitu unsur geometri bidang dan geometri ruang. Beberapa bentuk

bangunan dan benda di Masjid Jamik dapat digunakan sebagai alat untuk

mengenalkan konsep matematika seperti persegi panjang, konsep geometri,

sehingga lebih mudah dalam memahami konsep. Abstraksi antara lain

persegi, persegi panjang, belah ketupat, segi enam, segi delapan, kubus,

balok, limas , kerucut dan silinder.

3. Kajian Etnografi pada Bangunan Sumur oleh Muchamad Subali Noto, dkk

(2018) dengan judul jurnal “Etnomatematika pada sumur purbakala Desa

Kaliwadas Cirebon dan kaitannya dengan pembelajaran matematika di

sekolah”. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan


20

etnografi. Hubungkan bentuk atau pola ke sumur kuno dan aspek

matematika tertentu, terutama geometri.

Berdasarkan beberapa penelitian relevan di atas, ternyata ada perbedaan

antara beberapa penelitian relevan di atas dengan penelitian yang akan

dilakukan. Perbedaan tersebut terletak pada:

1. Dari penelitian yang ada, belum pernah dilakukan penelitian tentang

etnomatematika pada rumah adat Sunda di Kampung Budaya Sindang

Barang Bogor. Oleh karena itu peneliti mencoba mengkaji objek

etnomatematika tersebut dan diharapkan dapat diimplementasikan dalam

pembelajaran matematika.khususnya materi geometri.

2. Ruang lingkup pembahasan yang dimana studi eksplorasi etnomatematika

meliputi filosofi dan konsep matematika yang diperoleh dari budaya yang

diteliti.

Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut dapat disimpulkan bahwa

suatu kebudayaan memiliki peran penting dalam kehidupan. Terkadang tanpa

disadari suatu kebudayaan juga banyak sekali filosofi yang terdapat di

dalamnya. dengan difokuskan tentang eksplorasi etnomatematika yang

terdapat pada rumah adat Sunda di kampung budaya Sindang Barang Bogor.

Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh pihak lain yang

membutuhkan sebagai media pembelajaran di sekolah maupun bagi para

peneliti lainnya.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Budaya Sindang Barang Bogor

yang terletak di Jl. Endang Sumawijaya, RT. 02 / RW. 08, Sindang Barang,

Dusun Menteng, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Pasireurih,

Bogor, Jawa Barat 16631. Dengan jumlah penduduk mencapai 12.000 jiwa,

yang terdiri dari 14 RW dan 54 RT. Di tempat tersebut terdapat sebuah

kampung budaya yang saat ini masih melestarikan kebudayaan khas Sunda.

Sudah ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian di tempat tersebut,

tetapi belum ada dari peneliti terdahulu yang meneliti tentang rumah adat

sunda yang berada di tempat tersebut.

Gambar 1. Peta Lokasi Kampung Budaya Sindangbarang Bogor


Sumber : Google Maps

21
22

Kampung Budaya Sindang Barang adalah salah satu kampung adat

dari 20 kampung adat yang ada di Jawa Barat. Kampung Budaya Sindang

Barang adalah salah satu komunitas yang hingga kini mempertahankan

aspek kebudayaan lokal kerajaan Pajajaran, dimana terdapat 78 lokasi situs

sejarah Pakuan Sindang barang, upacara tradisional (upacara adat

Serentaun, upacara adat Neteupken, upacara adat Pabeasan, dan berbagai

upacara adat lainnya), dan berbagai kesenian tradisional Sunda. Kampung

ini juga dinyatakan sebagai Kampung Tertua yang berada di daerah Bogor.

Gambar 2. Gerbang Masuk Kampung Budaya Sindangbarang Bogor


Sumber : Website Satusuaraexpress.co
23

Gambar 3. Denah Kampung Budaya Sindang Barang Bogor


Sumber : Koleksi Pribadi

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret – Agustus 2022. Adapun

jadwal penelitiannya sebagai berikut :

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian

Maret April Mei Juni Juli Agustus


NO Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan √
Judul
2. Pengesahan √
Judul
3. Perizinan √
Tempat
4. Studi
Pendahuluan √
5. Pembuatan
Instrumen √
6. Pengumpulan
Data √
7. Pengolahan √ √
dan
analisis data
8. Penulisan √ √
Laporan √
24

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah etnomatematika. Dimana

dalam metode etnografi digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, dan

menganalisis faktor budaya suatu masyarakat atau kelompok etnis, dengan

bantuan lebih dari dalam bahasa kontemporer. Dalam hal ini peneliti terlibat

langsung dalam penelitian dan bertindak sebagai pengumpul data melalui

pengumpulan data kepustakaan, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Menurut Putra (2020: 13) Data deskriptif dikumpulkan dalam bentuk kata-kata,

gambar, bukan angka. Sehingga penelitian ini digunakan untuk menemukan

atau mengeksplor lebih dalam tentang rumah adat Sunda yang terletak di

kampung budaya Sindang Barang Bogor, dan etnomatematika terkait bangunan

tersebut.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah rumah adat Sunda. Pemilihan objek penelitian

menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dalam

prosedur sampling yang paling penting adalah bagaimana menentukan

informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, karena peneliti merasa

sampel yang diambil paling mengetahui tentang masalah yang akan diteliti oleh

peneliti.

Menurut Habsy (2017: 91), penelitian kualitatif menekankan pada

keadaan subyek yang alami (sebagai lawan dari eksperimen) di mana peneliti
25

adalah alat utama, teknik pengumpulan data dipraktikkan. Dipresentasikan

dengan metode triangulasi (asosiatif), analisis data bersifat induktif dan hasil

penelitian lebih menekankan signifikansi dari pada generalisasi. Objek

penelitian kualitatif adalah objek alam atau setting alam, sehingga metode

penelitian ini sering disebut metode natural. Objek alam adalah objek yang

belum pernah dimanipulasi oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji

beberapa rumah adat Sunda di Kampung Budaya Sindang Barang Bogor,

diantaranya :

1. Imah Pasangrahan

Pasangrahan atau wisma tamu adalah bangunan yang difungsikan

sebagai tempat tidur tamu ketua adat. Posisinya berada di hirarki ke-3.

Sekarang, tempat ini bisa disewakan dimana dalam satu bangunan terdapat

4 kamar tidur, ruang keluarga, dan kamar mandi dalam. Kamar tidur tamu

bukan berupa kasur tidur, tetapi kasur lesehan.

Gambar 4. Imah Pasangrahan


Sumber : Indonesia Kaya
26

2. Leuit

Ada 6 leuit atau lumbung yang ada di kampung ini. Pertama, Ratna

Inten yang jumlahnya 1 buah. Lumbung ini paling sakral diantara yang

lainnya. Letaknya di tengah dan bentuknya paling besar. Di depannya ada

Waroge yang dipercaya dapat menjaga Ratna Inten dari serangan musuh.

Kedua, Leuit Rumbia. Jumlahnya 1 dan letaknya di samping kanan Ratna

Inten. Fungsinya untuk menyimpan padi ladang atau padi huma. Ketiga,

Leuit Biang. Jumlahnya 1 buah dan letaknya di samping kiri Ratna Inten.

Fungsinya untuk menyimpan padi sawah. Keempat, Leuit Pangiring.

Jumlahnya 3 buah, letaknya di sebelah kanan 2 buah dan dikiri 1 buah dari

Ratna Inten. Fungsinya sebagai lumbung tambahan untuk menyimpan

makanan lainnya. Dan difungsikan sebagai cadangan ketiga lumbung jika

tak bisa menampung lagi bahan makanan.

Gambar 5. Leuit
Sumber : detik.com
27

3. Bale Riungan

Bale riungan merupakan rumah serba guna. Posisinya berada di

hirarki ke 2 bersama dengan alun-alun dan Leuit. Area ini difungsikan

sebagai pertemuan dengan para tetua adat, tidur bagi anak laki-laki, dan

bersenda gurau masyarakat ketika waktu senggang. Fungsinya sekarang

lebih ke arah tempat makan-makan, loka karya, seminar, atau arisan. Disini

juga biasa digunakan sebagai tempat menampilkan hiduran tradisional

sunda selain di alun-alun. Bangunannya bersifat terbuka, tanpa adanya

anyaman bambu. Andapun bisa menyewanya.

Gambar 6. Bale Riungan


Sumber : detik.com

D. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Objek penelitian

Beberapa bangunan tradisional yang diteliti antara lain Imah

Gede, Imah Pasanggrahan, Leuit, dan Bale Riuangan.


28

b. Narasumber

Narasumber dalam penelitian ini yakni pengurus atau pengelola

atau sesepuh asli yang tinggal di Kampung Budaya Sindang Barang

Bogor.

c. Dokumen

Dokumen dalam penelitian ini untuk menyimpan data-data

dokumentasi penelitian seperti foto rumah adat atau bangunan

tradisional Sunda, foto wawancara dan hasil rekaman yang didapat

dengan wawancara kepada narasumber.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dari berbagai sumber, dengan

menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, dan dilakukan secara

terus menerus sampai diperoleh data yang diinginkan. Sesuai dengan

karakteristik data yang diminta dalam penelitian ini, maka teknik

pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan pengamatan yang jelas, rinci, dan

lengkap. Pengamatan dalam penelitian kualitatif yang dilakukan pada

situasi kehidupan nyata adalah wajar, tidak dimodifikasi, atau tidak

secara khusus dimaksudkan untuk tujuan penelitian. Observasi dilakukan

pada subjek penelitian sebagai sumber data dalam keadaan awal atau

dalam situasi sehari-hari. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini


29

adalah observasi langsung, dengan mengungkap data tentang makna atau

filosofi rumah adat Sunda di Desa Budaya Sindang Barang Bogor.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti mencatat semua tanggapan

responden apa adanya. Teknik wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik wawancara semi terstruktur. Jenis penelitian

ini dilakukan lebih bebas dengan wawancara terstruktur. Tujuannya

adalah untuk menemukan masalah secara terbuka di mana responden

diundang untuk memberikan pendapat dan pandangan mereka terkait

filosofi dan konsep matematika yang terdapat pada rumah adat Sunda.

c. Dokumentasi

Tinjauan pustaka melibatkan pengumpulan dokumen dan data

yang diperlukan untuk penelitian dan kemudian merevisinya secara

mendalam sehingga dapat mendukung dan memperkuat keyakinan dan

bukti tentang suatu kejadian. Bahan untuk penelitian ini berupa foto-foto

rumah adat Sunda dan foto-foto wawancara Observasi pada bangunan

tradisional Sunda

E. Instrumen Penelitian

1. Pedoman observasi

Pedoman observasi diperlukan sebagai acuan saat melakukan

pengumpulan data di daerah penelitian, yakni Kampung Budaya Sindang

Barang Bogor. Pedoman ini berisi kegiatan yang berkaitan dengan Filosofi,

bentuk bangunan serta hasil wawancara dan keterkaitan dengan matematika.


30

Dimana dalam proses observasi peneliti langsung ke kampung budaya

Sindang Barang dan mengkaji tentang :

a. Bentuk atap, jendela, pintu, penopang tiang, pondasi dan bentuk badan

bangunan.

b. Simbol pada bangunan tradisional Sunda

2. Pedoman wawancara

Berikut adalah daftar pertanyaan wawancara yang dilakukan oleh

peneliti terhadap objek penelitian yang berkaitan dengan etnomatematika :

a. Bagaimana sejarah terbentuknya Rumah adat Sunda di Kampung

Budaya Sindang Barang Bogor?

b. Mengapa setiap atap pada rumah adat Sunda di kampung budaya ini

pada bagian bawah berbentuk prisma trapesium dan pada bagian atasnya

berbentuk prisma segitiga?

c. Apa makna dari bentuk pintu dan jendela yang berbentuk persegi

panjang?

d. Apa makna umpak pada pondasi bangunan yang berbentuk persegi?

e. Apa makna penopang pada atap bangunan bale riungan dibuat berbentuk

segitiga?

f. Apa makna lingkaran pada setiap sisi bangunan adat Sunda? Dan

mengapa atap pada setiap bangunan adat Sunda itu menggunakan Injuk?

g. Apa makna dari bangunan leuit yang disusun sejajar? Dan mengapa

hanya bangunan leuit yang atapnya berbentuk segitiga?


31

h. Mengapa rumah adat Sunda dominan menggunakan bahan anyaman

bambu yang berpola persegi panjang?

i. Jenis kayu apa yang digunakan pada pembuatan bangunan-bangunan

adat Sunda ini? Dan bagaimanakah perawatannya?

j. Apakah sepuh mengetahui bahwa hampir setiap bentuk bangunan

tradisional Sunda ini merupakan simbol matematika?

3. Pedoman dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat perekam dan kamera

saat melakukan kegiatan wawancara dan observasi untuk mengambil

gambar dan merekam suara saat kegiatan berlangsung. Peneliti

menggunakan dokumen, seperti :

a. Naskah-naskah sejarah

b. Jurnal terkait yang mengkaji budaya di tempat tersebut.

F. Teknik Analisis Data

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses yang selektif dan perhatian tentang

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data mentah muncul dari

literatur yang ditulis di lapangan. Dengan memilih data secara ketat,

meringkas atau menjelaskannya secara singkat, dan mengkategorikannya ke

dalam skema yang lebih besar. Meringkas hasil pengumpulan data ke dalam

konsep, kategori, dan topik, merupakan kegiatan reduksi data. Dengan

reduksi data, data yang diperoleh menjadi lebih jelas dan memudahkan
32

peneliti dalam melakukan pengumpulan data dan mencarinya pada saat

diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah

Penyajian data yang merupakan kegiatan dimana informasi dikumpulkan,

sehingga memberikan kesempatan untuk menarik kesimpulan dan tindakan

menunjukkan pengukuran. Penyajian data kualitatif dapat berupa teks

naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan, dan bagan.

Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang diatur ke dalam bentuk

yang konsisten dan mudah diakses, membuatnya mudah untuk melihat apa

yang terjadi, apakah kesimpulannya benar, atau sebaliknya, apakah perlu

melakukan analisis baru atau tidak.

3. Penarikan kesimpulan

Para peneliti terus bekerja untuk menarik kesimpulan dibidang ini.

Dari awal pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai mencari makna

sesuatu, mencatat pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan, kemungkinan

konfigurasi, dan sebagainya. Kesimpulan ini diperlakukan secara samar-

samar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan telah dicapai. Awalnya

tidak jelas, tapi kemudian meningkat menjadi lebih detail dan mengakar

dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian,

dengan :

a. Memikiran kembali penulisan

b. Meninjau catatan lapangan


33

c. Meninjau kembali dan pertukaran ide untuk mengembangkan

kesepakatan Antara para pihak.

d. Upaya yang cukup besar untuk menempatkan salinan hasil dalam

kumpulan data lain.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data salah satunya menggunakan teknik

triangulasi: waktu, sumber, dan teknik.

1. Triangulasi Waktu

Waktu termasuk mempengaruhi kreadibilitas data, untuk itu dalam

rangka pengujian kreadibilatas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi

yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai

ditemukan kepastian datanya.

2. Triangulasi Sumber

Triangulasi adalah tempat peneliti mencoba memverifikasi keabsahan

data yang diperoleh dari satu sumber dengan sumber lainnya.

3. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik merupakan upaya untuk memverifikasi keabsahan

data menurut metode yang valid. Selain itu, verifikasi data dilakukan secara

iteratif dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data.


DAFTAR PUSTAKA

Ajmain, Herna, & Masrura, S. I. (2020, Juni). Implementasi Pendekatan


Etnomatematika Dalam Pembelajaran Matematika. SIGMA ( Suara
Intelektual Gaya Matematika), 12(1), 45-54.
Aprilia, E. D., Trapsilasiwi, D., & Setiawan, T. B. (2019). Etnomatematika Pada
Permainan Tradisional Engklek Beserta Alatnya Sebagai Bahan Ajar.
Kadikma, 10(1), 85-94.
Aprita, D. R., & Anisa. (2020). Kajian Arsitektur Tropis Pada Tata Ruang dan
Permukiman di Kampung Sindang Barang. Prosiding Seminar Nasional
Komunitas dan Kota Berkelanjutan. 2, pp. 103-115. Jakarta: Proceeding
Unindra.
Asri, S. A., Tayeb, T., Mardiah, Kama, S. M., & Suaidah, I. (2020). Pengaruh Minat
Belajar Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII SMP NEGERI 22 SINJAI. Islamic Management: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 210-222. doi:10.30868/im.v4i01.1067
Ayudya, R. D., Permana, S. M., & Nugraha, T. P. (2018). Eksplorasi Arsitektur
Ekologis Di Desa Wisata Kampung Budaya Sindang Barang. Vitruvian
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan, 167-176.
Fajriyah, E. (2018). Peran Etnomatematika Terkait Konsep Matematika dalam
Mendukung Literasi. Prisma 1, Prosiding Seminar Nasional Matematika
(pp. 114-119). Semarang: Conversation University.
Faqih, A., Nurdiawan, O., & Setiawan, A. (2021, Mei 31). Pengembangan Media
Pembelajaran Multimedia Interaktif Alat Masak Tradisional Berbasis
Etnomatematika. Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika, 10(2), 301-
310.
Febriyanti, C., & Prasetya, R. (2017). Eksplorasi Unsur Etnomatematika Dalam
Kebudayaan Sunda Di Purwakarta. Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) (pp. 175-178).
Karawang: FKIP Unsika.
Habsy, B. A. (2017). Seni Memehami Penelitian Kuliatatif Dalam Bimbingan Dan
Konseling : Studi Literatur. Jurnal Konseling Andi Matappa, 1(2), 90-100.
Jumri, R., & Murdiana. (2019). Eksplorasi Etnomatematika Di Bumi Sekundang
Setungguan (Manna-Bengkulu Selatan). Jurnal Pendidikan Matematika
Raflesia, 04(02), 86-92.

60
61

Kurniawan, A. (2022, September 15). Pengertian Matematika - Bidang, Logika,


Karakterisik, Manfaat, Para Ahli. Retrieved from GuruPendidikan.com:
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-matematika/
Lisnani, & dkk. (2020). Etnomatematika: Pengenalan Bangun Datar Melalui
Konteks Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputera Dewa. Mosharafa:
Jurnal Pendidikan Matematika, 9(3), 359-370.
Lusiana, & dkk. (2019). Eksplorasi Etnomatematika Pada Masjid Jamik Kota
Bengkulu. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 04(02), 164-176.
Mar, A., Mamoh, O., & Amsikan, S. (2021). Eksplorasi Etnomatematika Pada
Rumah Adat Manunis Ka’Umnais Suku Uim Bibuika Kecamatan Botin
Leobele, Kabupaten Malaka. Jurnal MathEdu (Mathematic Education
Journal), 4(2), 155-162.
Noto, M. S., Firmasari, S., & Fatchurrohman, M. (2018). Etnomatematika pada
sumur purbakala Desa Kaliwadas Cirebon dan kaitannya dengan
pembelajaran matematika di sekolah. Jurnal Riset Pendidikan Matematika,
5(2), 201-210.
Nurrohman, T. (2021, July 16). Kampung Budaya Sindang Barang, Pusat
Pelestarian Budaya Sunda di Bogor. Retrieved from Genpi Nasional:
https://genpi.id/kampung-budaya-sindang-barang/
Nursyeli, F., & Puspitasari, N. (2021). Studi Etnomatematika pada Candi
Cangkuang Leles Garut Jawa Barat. Plusminus: Jurnal Pendidikan
Matematika, 1(2), 327-338.
Puspatarini, R. A., Handjajanti, S., & Utami, L. (2021). Eksistensi Leaflet
Arsitektural dalam Memahami Arsitektur Kampung Budaya
Sindangbarang. Jurnal Abdimas dan Kearifan Lokal, II(2), 43-52.
Putra, R. Y., Wijayanto, Z., & Widodo, S. A. (2020). Ethnomathematics: Soko
Tunggal Mosque For Geometry 2D Learning. Jurnal Riset Pendidikan dan
Inovasi Pembelajaran Matematika, 4(1), 10-22.
Putri, L. I. (2017, Januari). Eksplorasi Etnomatematika Kesenian Rebana Sebagai
Sumber Belajar Matematika Pada Jenjang MI. Jurnal Ilmiah "Pendidikan
Dasar", IV(1), 23.
Ramadhanti. (2021, October 28). Rumah Adat Jawa Barat. Retrieved from
Pinhome Blog: https://www.pinhome.id/blog/rumah-adat-jawa-barat/
Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah, 17(33), 81-95.
62

Safitri, F. N., Reffiane, F., & Subekti, E. E. (2020). Model Problem Based Learning
(PBL) Berbasis Etnomatematika pada Materi Geometri Terhadap Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Mimbar PGSD Undiksha, 8(3), 492-498.
Ulum, B., Budiarto, M. T., & Ekawati, R. (2018). Etnomatematika Pasuruan:
Eksplorasi Geometri Untuk Sekolah Dasar Pada Motif Batik Pasedahan
Suropati. Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan dan
Hasil Penelitian, 4(2).

Anda mungkin juga menyukai