Anda di halaman 1dari 20

Tugas Mandiri 1

DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN


KURIKULUM 2013 DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Yang Diwajibkan Dalam Mengikuti
Perkuliahan Kajian Kurikulum dan Permasalahan Pendidikan Matematika

Oleh,
Maysarah Aini
(2020070011)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang indah, selain ucapan Syukur saya kepada Allah SWT,
yang sampai detik ini masih memberikan kesehatan dan kesempatan kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan dalam Makalah ini
dengan judul “Desain Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum 2013
Dengan Pendekatan Saintifik”. Adapun tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
Kajian Kurikulum dan Permasalahan Pendidikan Matematika pada semester
Ganjil di tahun pembelajaran 2020/2021 Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.

Dengan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya,maka melalui kesempatan


ini saya menyampaikan rasa hormat saya kepada:
1. Bapak Dr. Marah Doly Nst, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah
Kajian Kurikulum dan Permasalahan Pendidikan Matematika, Program Studi
Magister Pendidikan Matematika yang telah memberikan dorongan, dukungan
serta masukan dalam penyelesaian makalah ini.
2. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dorongan semangat,moril
dan juga materi,serta selalu memberikan doa untuk penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan,seperti pepatah “ Tiada Gading Yang Tak Retak”, oleh karena
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak pembaca.

Akhirnya besar harapan saya, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca atau pun pihak lain yang membutuhkannya.

Medan, 14 Januari 2021

Penulis / Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum dan Pembelajaran Matematika......................... 3
B. Pendekatan Saintifik ............................................................................ 5
C. Konsep Pendekatan Saintifik................................................................ 7
D. Desain Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Saintifik......... 12
BAB III PENUTUP
Simpulan .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda saat ini. Mutu
bangsa dikemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak
sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima disekolah. Apa yang
akan dicapai oleh siswa, tergantung penetapan kurikulum yang berlaku di lembaga
sekolah tersebut. Kurikulum ini menjadi momok penting untuk kemajuan
pendidikan bangsa, setiap pendidik haruslah mampu menguasai kurikulum agar
dapat memegang, juga mengembangkan nasib bangsa dan negara. Maka dapat
dipahami bahwa kurikulum ini merupakan suatu alat yang begitu vital bagi
perkembanngan bangsa yang dipegang oleh pemerintah suatu negara. Dapat pula
dipahami betapa pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu.
Dalam kurikulum 2013 mengacu pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Ketiga komponen tersebut dinyatakan dalam kompetensi inti yang
harus dimiliki setiap peserta didik. Kurikulum 2013 mengatur kegiatan
pembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah (scientific) yaitu
mengamati, menanya, melatih, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.
Perubahan yang mendasar tersebut berdampak pada sistem penilaian yang lebih
mengarah ke model pembelajaran yang di terapkan di sekolah.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang memegang peranan
yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Mengingat pentingnya proses
pembelajaran matematika maka pendidik dituntut untuk mampu menyesuaikan,
memilih dan memadukan model pembelajaran yang tepat dalam setiap
pembelajaran yang berkaitan dengan kurikulum sekolah.
Ciri utama ilmu matematika adalah penalaran deduktif yang kebenaran
suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis kebenaran
sebelumnya, sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika
bersifat konsisten (tetap). Matematika diartikan juga sebagai cara berpikir sebab
dalam matematika tersaji strategi untuk mengorganisasi, menganalisis, dan
mensintesis informasi dalam memecahkan permasalahan. Selain itu, matematika
dapat dipandang sebagai bahasa dan sebagai alat. Sebagai bahasa matematika

1
menggunakan defenisi-defenisi yang jelas dan simbol-simbol khusus dan sebagai
alat matematika digunakan setiap orang dalam kehidupannya.1
Dalam pembelajaran matematika pada kurikulum 2013, peserta didik
dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat
yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan
pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan peserta didik mampu menangkap
pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, peserta didik dilatih
untuk membuat perkiraan atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman
atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus
(generalisasi).2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum dan pembelajaran matematika?
2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan saintifik?
3. Bagaimana konsep pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik?
4. Bagaimana desain pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum dan
pembelajaran matematika.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan saintifik.
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep pembelajaran berdasarkan
pendekatan saintifik.
4. Untuk mengetahui bagaimana desain pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan saintifik.

1
Mara Samin Lubis, Telaah Kurikulum,2016,Medan,Perdana Publishing, hal.207.
2
Ibid. hal.224.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum dan Pembelajaran Matematika
1. Kurikulum
Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia
pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Di Indonesia istilah
“kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan,
yang di populerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika
Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang diluar pendidikan. Sebelumnya,
yang lazim di gunakan adalah “rencana pelajaran”. pada hakikatnya
kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.3
Hilda Taba mengemukakan , bahwa pad hakikatnya tiap kurikulum
merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai
anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Tiap kurikulum,
bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen-komponen tertentu,
yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan
isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar dan mengajar, dan akhirnya evaluasi
hasil belajar. Perbedaan kurikulum terletak pada penekanan pada unsur-unsur
tertentu. 4
Menurut Sariono (2013) kurikulum merupakan landasan yang
digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan
pendidikan melaluiakumulasi sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan sikap
mental. Fungsi kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan sesuai yang
dicita-citakan, pedoman dan program yang harus dilakukan oleh obyek dan
subyek pendidikan, fungsi kesinambungan untuk persiapan jenjang sekolah
berikutnya dan penyiapan tenaga kerja, standar dalam penilaian kriteria
keberhasilan suatu proses pendidikan.
Kurikulum 2013 berpusat pada peserta didik “student centered”.
Dalam pemecahan sebuah masalah peserta didik dituntut lebih aktif, kreatif
dan inovatif.Kompetensi lulusan kurikulum 2013 peserta didik diharapkan

3
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 2.
4
Ibid, h. 7.

3
memunyai pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan ketrampilan (skill).
Dalam pembelajarannya kurikulum 2013 menitik beratkan pada aktif-mencari
dan interaktif yang mana peserta didik dapat mencari pengetahuan dari mana
saja dan dari siapa saja serta proses belajar mengajar diperkuat dengan
pembelajaran saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses yang dilalui
dalam pembelajaran yang dikenal dengan 5M (Mengamati, Menanya,
Mengumpulkan informasi/ eksperimen, Mengasosiasi atau mengolah
informasi, Mengkomunikasikan) sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun
2013. Ciri pembeda di Kurikulum 2013 berada diempat standart pendidikan
yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi dan
Standar Penilaian.5
Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran utama
(Permendikbud No. 103 Tahun 2014) yang diharapkan dapat membentuk
perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan.
Ketiga model tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning), modelPembelajaran Berbasis Projek (Project
Based Learning), dan model Pembelajaran Melalui Penyingkapan /
Penemuan (Discovery/Inquiry Learning). Disamping model pembelajaran di
atas dapat juga dikembangkan model pembelajaran Production Based
Education (PBE) sesuai dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan.6

2. Pembelajaran Matematika
Proses belajar mengajar salah satunya meliputi aktivitas belajar.
Dimana aktivitas belajar sangat penting untuk proses yang sedang
berlangsung dan sangat erat kaitannya dengan fokus siswa dalam belajar.
Siswa memiliki peran tersendiri dalam aktivitas belajar, terutama dalam hal
memperhatikan dan memahami apa – apa saja yang telah diajarkan oleh guru.
Begitu juga sebaliknya, guru juga memiliki peran dalam aktivitas belajar,
seperti mempersiapkan rancangan pembelajaran semenarik mungkin dan

5
Wawan Suryanto, Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Nusa Bakti
Semarang, Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES. 2017. h. 26.
6
Ibid, h. 17.

4
mampu menguasai kelas dengan baik. Sehingga aktivitas belajar tersebut
dapat berjalan dengan baik dan benar.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu
telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang
mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
keterampilan, atau sikapnya.7
Belajar matematika sendiri merupakan suatu proses seorang siswa
untuk mengerti dan memahami tentang matematika. Pada pembelajaran
matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa
sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Hal ini sesuai dengan
“pembelajaran spiral”, sebagai konsekuensi dalil Bruner.8
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur
manusiawi, materiel, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.9
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru
matematika dalam mengerjakan matematika kepada peserta didiknya, yang di
dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta
antara peseta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika.10
B. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati  (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,

7
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 1
8
Heruman, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hal. 4
9
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, (Surabaya: Insan Cendekia,
2002), hal. 41
10
A Suyitno, Dasar-dasar Proses Pembelajaran 1, (Semarang: UNNES Press, 2004), hal. 2

5
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi  menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu,
kondisi  pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong
peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan
bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran maelibatkan
keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut,
bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin
berkurang dengan semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori
Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori
belajar penemuan. Ada empat hal poko berkaitan dengan teori belajar Bruner
(dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan
melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan
memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan
intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-
teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memilik kesempatan untuk
melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan
memperkuat retensi ingatan. Empat hal diatas adalah bersesuaian dengan proses
kognitif yang diperluksn dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan
dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental
atau struktur kognitif  yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi
dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah
berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang
dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan
adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

6
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif  yang dengannya
seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum,
prinsip ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada didalam
pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok
dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran
diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi atara asimilsi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila
peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu
berada dalam zone of proximal develoment daerah terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
mampu.11
C. Konsep Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-
langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran
meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta (PPPPTK-SB Yogyakarta, 2013).
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada
kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-
nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat
nonilmiah. Adapun tahapan dari pendekatan scientific dalam pembelajaran yakni
mengamati (observing), menanya (questioning), mengasosiasi (associating),
mencoba (experimenting), dan mengkomunikasikan (networking) (Hosman,
2014).

11
Zoe Triani, “Strategi Belajar Mengajar: Model Pembelajaran Pendekatan Scientific dan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah,” di dapat dari https://zoetrianiphysics.blogspot.com
/2015/06/makalah-model-pembelajaran-pendekatan.html : Internet (diakses 14 Januari 2021).

7
a. Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang,
dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran
memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a,
hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta
didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi.
b. Menanya (questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau
pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada
pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih

8
menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu
mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan
sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu
peserta didik (Hosman, 2014).
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah
mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut
terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,
aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas wawancara
dengan nara sumber dan sebagainya. Kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.

c. Mengasosiasi (associating)
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan

9
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber
yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.
Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas
menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori (PPPPTK-
SB Yogyakarta, 2013).

d. Mencoba (experimenting)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasilhasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil
percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru
hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid (2)
Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3)
Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas

10
kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yanga
akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7)
Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba
dimaksud dijelaskan berikut ini (PPPPTK-SB Yogyakarta, 2013).
1. Persiapan
 Menentapkan tujuan eksperimen
 Mempersiapkan alat atau bahan
 Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta
didikserta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu
menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen atau
mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok secara
paralel atau bergiliran.
 Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat
memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul
 Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan
tahapatahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang
dilarang atau membahayakan
2. Pelaksanaan
 Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan
mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan
dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik.
 Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat
kegiatan pembelajaran.
3. Tindak lanjut
 Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru

11
 Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
 Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
 Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan
selama eksperimen.
 Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala
bahan dan alat yang digunakan.
e. Mengkomunikasikan (networking)
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan
pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil
belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan
“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan
dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.12

D. Desain Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”.

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai


berikut:
12
Haninda Lintang Gupita, dkk, Pendekatan Saintifik, Makalah. Malang: Fakultas
Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Negeri Malang. t.t. h. 9-13.

12
1. berpusat pada siswa.

2. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum


atau prinsip.

3. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang


perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

4. dapat mengembangkan karakter siswa.

Adapula tujuan dari pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah:

1. untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir


tingkat tinggi siswa.

2. untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah


secara sistematik.

3. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu


merupakan suatu kebutuhan.

4. diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

5. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam


menulis artikel ilmiah.

6. untuk mengembangkan karakter siswa.

Selain itu langkah-langkah pembelajaran matematika melalui pendekatan


saintifik, yakni:
Kegiatan pendahuluan
1. Mengucapkan salam

2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh


siswa yang berhubungan dengan materi baru yang akan dipelajari. Sebagai
contoh dalam mapel jenis-jenis dan sifat-sifat bangun datar.

3. memotivasi siswa terhadap kegunaan mempelajari materi.

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran menghitung luas bangun datar tidak


beraturan dan segi empat.

13
Kegiatan Inti
1. Mengamati: Dalam mata pelajaran Matematika, siswa diminta untuk
mengamati dua jenis gambar bangun datar yang telah disediakan dengan
memberi tanggapan terhadap masalah yang diajukan.
2. Menanya: Dalam mata pelajaran Matematika, siswa mengajukan pertanyaan
tentang mengapa gambar tersebut dinamakan bangun datar ?
3. Mengumpulkan data: Dalam hal ini, siswa mengumpulkan data atau guru
memberikan data tentang jenis – jenis serta sifat – sifat bangun datar. Selain
itu siswa menganalis data yang diberikan oleh guru. Konsep-konsep ini
dihubungkan dengan informasi atau data awal, pertanyaan dan hipotesis, serta
data yang terkumpul
4. Menalar/mengolah informasi Siswa menarik kesimpulan berdasar hasil
analisis yang mereka lakukan. Sebagai contoh siswa menyimpulkan bahwa
bangun datar terdiri atas beberapa jenis dan tidak sama dengan bangun ruang
meskipun keduanya sama – sama memiliki sisi.
5. Mengomunikasikan: Pada langkah ini, siswa dapat menyampaikan hasil
kerjanya secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui presentasi kelompok,
diskusi, dan tanya jawab.
Kegiatan Penutup: Guru bersama siswa mengambil kesimpulan mengenai
bangun datar yang telah mereka pelajari.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika adalah:


pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih memahami konsep 5M dengan
interaksi antar siswa dan guru dengan berbagai metode agar pembelajaran dapat
lebih efektif dan efisien.

14
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk
membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan melaluiakumulasi
sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental. Fungsi kurikulum
adalah alat untuk mencapai tujuan sesuai yang dicita-citakan, pedoman dan
program yang harus dilakukan oleh obyek dan subyek pendidikan, fungsi
kesinambungan untuk persiapan jenjang sekolah berikutnya dan penyiapan
tenaga kerja, standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses
pendidikan.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru
matematika dalam mengerjakan matematika kepada peserta didiknya, yang di
dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta
antara peseta didik dengan peserta didik dalam mempelajari matematika.
2. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati  (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”.
3. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses
pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya,
percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data
atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan mencipta (PPPPTK-SB Yogyakarta, 2013).

15
4. Tahapan dari pendekatan scientific dalam pembelajaran yakni mengamati
(observing), menanya (questioning), mengasosiasi (associating), mencoba
(experimenting), dan mengkomunikasikan (networking)

16
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005.

Aqib, Zainal. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Surabaya: Insan Cendekia.

2002.

Gupita, Haninda Lintang, dkk. Pendekatan Saintifik, Makalah. Malang: Fakultas

Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Negeri Malang. t.t.

Heruman. Model Pembelajaran Matematika, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007.

Kemdikbud. 2013. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran

Matematika (Peminatan) Melalui Pendekatan Saintifik. Jakarta: Kemdikbud

Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta:

Pusbangprodik.

Lubis, Mara Sami. Telaah Kurikulum, Medan: Perdana Publishing. 2016.

Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2014.

Suryanto, Wawan. Pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan di SMK

Nusa Bakti Semarang, Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.

2017.

Suyitno, A. Dasar-dasar Proses Pembelajaran 1, Semarang: UNNES Press. 2004.

Triani, Zoe. Strategi Belajar Mengajar: Model Pembelajaran Pendekatan Scientific dan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah, di dapat dari

https://zoetrianiphysics.blogspot.com/2015/06/makalah-model-pembelajaran-

pendekatan.html : Internet (diakses 14 Januari 2021).

17

Anda mungkin juga menyukai