Oleh,
Maysarah Aini
2020070011
1
Sistem Pancawardhana atau sistem lima aspek perkembangan yaitu moral,intelegensi,
emosional artistic (rasa keharuan), keprigelan dan jasmani.
2. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan bentuk pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu
dilakukan perubahan struktur kurikulum pendidikan pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia pancasila sejati, kuat, sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti dan keyakinanan beragama. Sedangkan isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis,
mengganti rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan pada Orde Lama tidak lagi
mengaitkan dengan permasalahan yang aktual di lingkungan sekitar. Pada tujuan
pembentukan manusia pancasila sejati, kurikulum 1968 menekankan pada pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar dan
kecakapan khusus. Dalam kurikulum ini sendiri terdapat sembilan mata pelajaran.
Kurikulum 1968 dinamakan kurikulum bulat “hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja,” karena muatan materi pelajaran bersifat teoritis dan tidak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa disetiap jenjang pendidikan. Kurikulum 1968 lahir dengan
pertimbangan politis-ideologis. Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curiculum,
artinya materi pelajaran tingkat bawah dikorelasikan dengan kurikulum sekolah lanjutan.
Penerbitan kurikulum sekolah dasar 1968 merupakan suatu peralihan menuju
integritas kurikulum mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Kurikulum SD 1968 terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu kelompok pembinaan jiwa
pancasila, kelompok pembinaan pengetahuan dasar, dan kelompok pembinaan
kecakapan khusus. Dasar pengembangannya merupakan bentuk penyempurnaan dari
kurikulum 1964.
Selain itu, dikenal juga cara belajar dengan metode gotong royong terpimpin. Selain
pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida, artinya pada hari sabtu anak diberi
kebebasan berlatih kegiatan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan
sesuaidengan minat siswa . Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pancasilais
yang sosialis Indonesia dengan sifat-sifat seperti ketetapan MPR NO II tahun 1964.
Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah peniliaan di rapor bagi kelas
1 dan 2 yang asalnya berupa skor 10-100 menjadi A,B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas 3
sampai 6 tetap menggunakan angka skor 10-100. Kurikulum 1964 bersifat separate subjek
curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi,
(pancawardhana).
Kurikulum 1968 merupakan bentuk pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu dilakukan
perubahan struktur kurikulum pendidikan pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi
tujuan pendidikan, kurikulum 1968 ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
pancasila sejati, kuat, sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani,
moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Sedangkan isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat
dan kuat . Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti rencana pendidikan 1964 yang
dicitrakan produk Orde Lama. Pada tujuan pembentukan manusia pancasila sejati, kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Dalam kurikulum ini sendiri terdapat 9 mata
pelajaran.
Kurikulum 1968 dinamakan kurikulum bulat “hanya memuat mata pelajaran pokok-
pokok saja,” karena muatan materi pelajaran bersifat teoritis dengan tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa disetiap jenjang pendidikan. Kurikulum 1968 lahir dengan pertimbangan politis-
ideologis. Tujuan pendidikan pada kurikulum 1964 yang menciptakan masyarakat yang
sosialis Indonesia diberangus, pendidikan pada masa ini lebih di tekankan untuk membentuk
3
manusia pancasilais sejati. Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curiculum, artinya
materi pelajaran tingkat bawah dikorelasikan dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi
pada kurikulum ini di kelompokan pada tiga kelompok besar, pembinaan pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Jumlah pelajaran ada 9 mata pelajaran, yang
memuat hanya mata pelajaran pokok saja. Materi pelajaran sendiri hanya teoritis, tidak lagi
mengaitkan dengan permasalahan yang aktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi . Pada akhir tahun
1960-an salah satunya teori psikologi unsur, contoh penerapan metode pembelajaran ini adalah
eja ketika pembelajaran membaca. Begitu pula pada mata pelajaran lain “anak belajar melalui
unsur-unsur nalar dulu”.
5
KESIMPULAN
Untuk menghasilkan sebuah proses pendidikan yang unggul, maka setiap kurikulum
harus ditata dan dikembangkan dengan sesuai kebutuhan masyarakat sehingga kurikulum
dituntut selalu dinamis mengikuti perkembangan masyarakat dan ilmu pengetahuan,
mengalami perubahan, perbaikan bahkan pembaharuan terus menerus. Dalam sejarah
perkembangan kurikulum Nasional di Indonesia, pemerintah telah beberapa kali melakukan
perubahan baik dalam desain maupun pendekatannya. Kalau dilihat dari perkembangan
kurikulum tersebut, terdapat dua karakteristik utama yang dapat menandai perubahan yaitu dari
desain model sentralistik ( administrative model) menuju desain model desentralistik
(grassroot model) dan dari teacher centerd menuju student centered.
Setiap desain kurikulum dari waktu kewaktu selalu terdapat keunggulan dan
kelemahan. Tetapi bukan itu sebenarnya yang harus menjadi fokus utama. Yang seharusnya
menjadi fokus utama dari sebuah kurikulum adalah bagaimana menyiapkan peserta didiknya
agar mampu menghadapi dan menyongsong kehidupannya menjadi lebih baik, bijaksana dan
kreatif tanpa harus mengikis kearifan budaya dan norma yang dimiliki bangsa.