SKOR NILAI :
Disusun Oleh :
NAMA MAHASISWA : ZUL FAHMI SIREGAR
NIM : 8196171005
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
KAJIAN TEORI
B. Kemampuan Komunikasi
Kemampuan komunikasi adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide dan
pemahaman matematika secara lisan dan tulisan menggunakan bilangan, simbol, gambar,
grafik, diagram atau kata-kata. Komunikasi adalah proses penting dalam belajar matematika,
melalui komunikasi siswa dapat merenungkan dan memperjelas ide-ide matematika dan
menghubungkan antar konsep matematika sehingga siswa menjadi jelas, meyakinkan dan
tepat dalam menggunakan bahasa matematika. Kemampuan komunikasi merupakan
kemampuan yang esensial dalam pembelajaran matematika sehingga perlu bagi siswa untuk
memiliki kemampuan tersebut karena melalui komunikasi siswa dapat menuangkan hasil
pemikirannya, baik secara verbal atau tertulis. Pada penelitian ini kemampuan komunikasi
matematik siswa dibatasi pada kegiatan komunikasi model Cai, Lane dan Jakabcin (dalam
Setiawan, 2008) yang meliputi:
1. Menulis Matematika
2. Pada kemampuan menulis matematika, siswa dituntut dapat menuliskan penjelasan dari
jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara
logis dan sistematis.
3. Menggambar matematika
Pada kemampuan menggambar matematik, siswa mampu melukiskan gambar, diagram
dan tabel secara lengkap dan benar.
4. Ekspresi matematika
Pada kemampuan ekpresi matematik, siswa mampu memodelkan matematika dengan
benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan
benar.
C. Hasil Penelitian
Penelitian eksperimen dengan randomized control group pretest–posttest design ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam
pembelajaran berbasis masalah, dan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunkan pembelajaran berbasis masalah. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa MTs Negeri 1 Garut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
(1)peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang mendapat pembelajaran
berbasis masalah lebih baik dari siswa yang mendapat pembelajaran konvensional;
(2)sebagian besar siswa (81,82%) memberikan sikap positif terhadap pembelajaran berbasis
masalah dan sebagian kecil siswa (18,18%) memberikan sikap negatif.
Penulis melakukan mini riset di SMP SWASTA AN – NIZAM medan pada hari
kamis 18 Oktober 2019 pada les pertama tepatnya pukul 07.30 wib. Didalam kelas terlihat
narasumber memberi arahan kepada siswa untuk berdo’a sebelum memulai pelajaran,
kemudian melakukan absensi. Narasumber meminta siswa untuk membagi 29 anak yang ada
didalam kelas agar dibagi menjadi 4 kelompok dan duduk berdasarkan kelompoknya masing
– masing. Kemudian narasumber menuliskan judul pelajaran yang akan dibahas yaitu
mengenai persamaan kuadrat. Narasumber hanya menuliskan Bentuk umum persamaan
kuadrat :
ax2 + bx + c = 0
Kemudian narasamber hanya menuliskan soal 4 soal persamaan kuadrat yang akan
diselesaikan oleh masing – masing kelompok, yaitu :
1. x2 – 4x + 3 = 0
2. 4x2 – 49 = 0
3. 3x2 + 2x – 8 = 0
4. x2 – 5x – 24 = 0
Lalu narasumber meminta siswa untuk mencari angka pengganti x agar persamaan
kuadrat yang ia berikan bernilai benar. Tampak siswa sangat antusias untuk menyelesaikan
soal yang diberikan gurunya dengan langsung mendiskusikan soal yang mereka dapat dengan
kelompoknya masing – masing. Mereka dengan antusias memasukkan / mengganti x dengan
sembarangan angka sampai mereka menemukan jawaban yang diinginkan sesuai instruksi
dari guru nya. Terlihat juga narasumber membimbing dan menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan murid – muridnya dari masing – masing kelompok. Setelah beberapa saat,
narasumber meminta kepada setiap kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya dengan
dengan argument / bukti yang bisa dipertanggung jawabkan.
Tampak setiap siswa dari masing – masing kelompok dengan sangat percaya diri
memaparkan hasil diskusi mereka. Tampak juga kemampuan komunikasi anak yang
mewakili masing – masing kelompok sangat baik. Di akhir pembelajaran narasumber
menekankan kepada siswanya apa yang kalian cari tadi juga bisa di cari dengan cara factor,
kuadrat sempurna dan rumus abc yang ada dibuku paket kalian masing – masing. Lalu
narasumber juga menekankan kepada siswa apa yang kalian cari tadi, itulah yang disebut akar
– akar persamaan kuadrat. Pembelajaran ditutup dengan pemberian PR dari narasumber
kepada siswanya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari critical journal review dan mini riset yang dilakukan penulis, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran berbasis masalah membawa dampak yang positif terhadap aktivitas
pembelajaran siswa di kelas
2. Pembelajaran berbasis masalah dapat merangsang rasa ingin tahu siswa yang
membuat para siswa jadi lebih semangat belajar
3. Tampak peningkatan komunikasi matematika siswa yang sangat signifikan pada saat
model pembelajaran berbasis masalah ini diterapkan dikelas.
4. Hasil mini riset yang dilakukan penulis juga selaras dengan jurnal yang diangkat
penulis yang berjudul “PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA”.