Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN CRITICAL JURNAL REPORT DAN MINI RISET

SKOR NILAI :

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Lisna Siti Permana Sari , Moersetyo Rahadi

Disusun Oleh :
NAMA MAHASISWA : ZUL FAHMI SIREGAR
NIM : 8196171005
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejumlah pakar seperti Baroody, Miriam, dkk (dalam Hamdani, 2009:163)
mengemukakan komunikasi matematika tidak hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan,
tetapi lebih luas lagi, yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan,
menggambar, menanyakan dan bekerja sama. Pada kenyatannya di lapangan, pelaksanaan
pembelajaran matematika sehari-hari jarang sekali meminta siswa untuk mengkomunikasikan
ide-ide matematikanya sehingga siswa sangat sulit memberikan penjelasan yang tepat, jelas
dan logis atas jawabannya. Proses pembelajaran yang tidak tepat dikelas memberikan dampak
terhadap rendahnya kemampuan komunikasi matematika. Rendahnya kemampuan siswa
SMP dalam berkomunikasi sudah dirasakan sebagai masalah yang cukup pelik dalam
pengajaran matematika di sekolah. Permasalahan ini muncul sudah cukup lama dan mulai
terabaikan karena kebanyakan guru matematika dalam kegiatan pembelajaran, berkonsentrasi
mengejar skor Ujian Nasional (UN) setinggi mungkin. Permasalahan-permasalahan
matematika yang disajikan dalam pembelajaran di kelas lebih cenderung pada permasalahan
rutin, sehingga siswa pun sangat minim dalam penguasaan soal yang berhubungan dengan
komunikasi.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan komunikasi siswa pada pelajaran
matematika (dalam Buhaerah, 2011:53) adalah pembelajaran dalam matematika guru terlalu
berkonsentrasi pada hal-hal yang prosedural dan mekanistik pembelajaran berpusat pada
guru, konsep matematika disampaikan secara informatif dan siswa dilatih menyelesaikan
banyak soal tanpa melatih kemampuan komunikasi matematikanya. Akibatnya kemampuan
komunikasi matematika siswa tidak berkembang sebagaimana mestinya. Bukti ini diperkuat
lagi oleh hasil yang diperoleh dari
TIMSS (Trends in Internasional Mathematics and Science Study). Laporan survey
TIMSS pada tahun 1999, prestasi siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 38 negara yang
disurvei. Dari kisaran rata-rata skor yang diperoleh setiap Negara yaitu 400 – 625 dengan
skor ideal 1.000, nilai matematik Indonesia berada pada skor 411. Sementara itu pada laporan
TIMSS tahun 2012, siswa Indonesia berada pada posisi 38 dari 42 negara yang disurvei.
Khusus untuk kemampuan komunikasi matematik siswa Indonesia, (dalam
Fachrurazi,2011:78) mengemukakan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komuniksi
matematika sangat jauh dibawah Negara-negara lain. Maka guru sebagai sutradara terbaik
dikelas harus mampu memberikan kesempatan yang cukup agar setiap siswa dapat
membiasakan diri beragumen atas setiap ide dan gagasannya. Pembelajaran hendaknya
dirancang melalui permasalahan yang memungkinkan siswa mampu melakukan komunikasi
matematika yang lebih baik. Salah satu model pembelajaran yang cocok diberikan pada
kondisi ini adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pada PBM ini siswa dihadapkan
pada situasi atau masalah yang dapat mengantarnya untuk lebih mengenal objek matematika,
melibatkan siswa melakukan proses doing math secara aktif, mengemukakan kembali ide
matematika dalam membentuk pemahaman baru. Sehingga kecenderungan untuk
meningkatnya kemampuan komunikasi matematik menjadi lebih terbuka. Pemilihan masalah
yang diberikan pada siswa dalam PBM memegang peranan yang penting, sebab dengan
permasalahan yang baik dapat mengoptimalkan proses belajar siswa dalam memahami
matematika.
Dengan mempertimbangkan latar belakang dan beberapa pendapat diatas, penulis
tertarik untuk melakukan critical journal review yang berjudul “PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA” karya Lisna Siti Permana
Sari, Moersetyo Rahadi. Penulis juga tertarik untuk ikut berpartisipasi langsung melihat
peningkatan kemampuan komunikasi siswa lewat pembelajaran berbasis masalah melalui
sebuah mini riset yang dilakukan di SMP Swasta An - Nizam Medan. Penulis juga berharap
pembelajaran berbasis masalah ini berdampak positif terhadap perkembangan pendidikan di
Indonesia pada umumnya dan perkembangan seluruh peserta didik pada khususnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, masalah yang akan
dianalisis dari critical journal review dan mini riset yang dilakukan penulis dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang mendapat
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari siswa yang mendapat pembelajaran
konvensional?
2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah?
3. Apakah pembelajaran berbasis masalah di SMP Swasta An – Nizam terlaksana dengan
baik dan berdampak positif terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan penulis, maka tujuan critical
journal review dan mini riset yang dilakukan penulis adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan
komunikasi matematika siswa pada sekolah menengah pertama
2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
3. Untuk mengetahui perkembangan Model pembelajaran berbasis masalah di SMP Swasta
An – Nizam dan dampak yang diberikan terhadap kemampuan komunikasi matematika
siswa .
D. Identitas Jurnal Yang di Review
1. Judul Artikel : PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK
MENIGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA
MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING
2. Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3, Nomor 3
3. Edisi Terbit : September 2014.
4. Pengarang Artikel : Lisna Siti Permana Sari, Moersetyo Rahadi
5. Penerbit : STKIP Garut
6. Kota Terbit : Garut
7. Nomor ISSN : 2086-4280
E. Identitas Narasumber / Guru bidang studi yang diamati
1. Nama : Zul Fahmi Siregar
2. T T L : Medan, 12 juli 1985
3. Alamat : Jl. Sepakat No. 15 Medan
4. Nama Sekolah : SMP SWASTA AN – NIZAM
5. Alamat Sekolah : Jl. Tuba II No 62
6. Lama Mengajar : 8 tahun
7. Bidang Studi : Matematika
8. Hari Mengajar : Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu
9. Kelas yang diajar : VIII dan IX
BAB II

PEMBAHASAN

LAPORAN CRITICAL JOURNAL REVIEW

Jurnal yang penulis review berjudul “ PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA” karya Lisna Siti Permana Sari, Moersetyo Rahadi
Volume 3, Nomor 3, September 2014, ISSN 2086-4280 dari STKIP Garut

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)


Berikut adalah kajian mengenai pengertian, karakteristik, tahapan, kelebihan dan
kelemahan pembelajaran berbasis masalah.

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan terjemahan dari Problem Based
Learning (PBL) yang sebelumnya dikenal dengan Problem Based Instruction (PBI) atau
Pengajaran Berbasis Masalah. Ibrahim (dalam Trianto, 2007) mengungkapkan pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual.
Secara umum terdapat kesamaan dari pendapat beberapa ahli mengenai pengertian
pembelajaran berbasis masalah, yaitu bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
suatu pembelajaran yang mengetengahkan masalah kehidupan nyata sebagai upaya untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah


Arends (dalam Trianto, 2007) pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
c. Penyelidikan autentik.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya.
e. Kerjasama.
3. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pengajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan tahapan – tahapan
sebagai berikut:
Tahap Tingkah laku guru
Tahap – 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
Orientasi siswa pada yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
masalah cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih
Tahap – 2 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
Mengorganisasikan siswa mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
untuk belajar masalah tersebut
Tahap – 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
Membimbing sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penyelidikan Individual penjelasan dan pemecahan masalah
maupun kelompok
Tahap – 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
Mengembangkan dan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta
menyajikan hasil karya membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap – 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
Menganalisis dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
Mengevaluasi proses mereka gunakan
Pemecahan masalah
Ibrahim dan Nur (dalam Trianto, 2007:72)

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah


Sanjaya (2008) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan, antara lain sebagai berikut:
a. Kelebihan-kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah :
1. Memberi tantangan kepada siswa untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa,
2. Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata,
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.
b. Kelemahan-kelemahan pembelajaran berbasis masalah adalah :
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencobanya,
2. Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan pembelajaran.

B. Kemampuan Komunikasi
Kemampuan komunikasi adalah kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide dan
pemahaman matematika secara lisan dan tulisan menggunakan bilangan, simbol, gambar,
grafik, diagram atau kata-kata. Komunikasi adalah proses penting dalam belajar matematika,
melalui komunikasi siswa dapat merenungkan dan memperjelas ide-ide matematika dan
menghubungkan antar konsep matematika sehingga siswa menjadi jelas, meyakinkan dan
tepat dalam menggunakan bahasa matematika. Kemampuan komunikasi merupakan
kemampuan yang esensial dalam pembelajaran matematika sehingga perlu bagi siswa untuk
memiliki kemampuan tersebut karena melalui komunikasi siswa dapat menuangkan hasil
pemikirannya, baik secara verbal atau tertulis. Pada penelitian ini kemampuan komunikasi
matematik siswa dibatasi pada kegiatan komunikasi model Cai, Lane dan Jakabcin (dalam
Setiawan, 2008) yang meliputi:
1. Menulis Matematika
2. Pada kemampuan menulis matematika, siswa dituntut dapat menuliskan penjelasan dari
jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara
logis dan sistematis.
3. Menggambar matematika
Pada kemampuan menggambar matematik, siswa mampu melukiskan gambar, diagram
dan tabel secara lengkap dan benar.
4. Ekspresi matematika
Pada kemampuan ekpresi matematik, siswa mampu memodelkan matematika dengan
benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan
benar.

C. Hasil Penelitian
Penelitian eksperimen dengan randomized control group pretest–posttest design ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam
pembelajaran berbasis masalah, dan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunkan pembelajaran berbasis masalah. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa MTs Negeri 1 Garut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
(1)peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang mendapat pembelajaran
berbasis masalah lebih baik dari siswa yang mendapat pembelajaran konvensional;
(2)sebagian besar siswa (81,82%) memberikan sikap positif terhadap pembelajaran berbasis
masalah dan sebagian kecil siswa (18,18%) memberikan sikap negatif.

LAPORAN MINI RISET

Penulis melakukan mini riset di SMP SWASTA AN – NIZAM medan pada hari
kamis 18 Oktober 2019 pada les pertama tepatnya pukul 07.30 wib. Didalam kelas terlihat
narasumber memberi arahan kepada siswa untuk berdo’a sebelum memulai pelajaran,
kemudian melakukan absensi. Narasumber meminta siswa untuk membagi 29 anak yang ada
didalam kelas agar dibagi menjadi 4 kelompok dan duduk berdasarkan kelompoknya masing
– masing. Kemudian narasumber menuliskan judul pelajaran yang akan dibahas yaitu
mengenai persamaan kuadrat. Narasumber hanya menuliskan Bentuk umum persamaan
kuadrat :
ax2 + bx + c = 0
Kemudian narasamber hanya menuliskan soal 4 soal persamaan kuadrat yang akan
diselesaikan oleh masing – masing kelompok, yaitu :
1. x2 – 4x + 3 = 0
2. 4x2 – 49 = 0
3. 3x2 + 2x – 8 = 0
4. x2 – 5x – 24 = 0
Lalu narasumber meminta siswa untuk mencari angka pengganti x agar persamaan
kuadrat yang ia berikan bernilai benar. Tampak siswa sangat antusias untuk menyelesaikan
soal yang diberikan gurunya dengan langsung mendiskusikan soal yang mereka dapat dengan
kelompoknya masing – masing. Mereka dengan antusias memasukkan / mengganti x dengan
sembarangan angka sampai mereka menemukan jawaban yang diinginkan sesuai instruksi
dari guru nya. Terlihat juga narasumber membimbing dan menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan murid – muridnya dari masing – masing kelompok. Setelah beberapa saat,
narasumber meminta kepada setiap kelompok untuk memaparkan hasil diskusinya dengan
dengan argument / bukti yang bisa dipertanggung jawabkan.
Tampak setiap siswa dari masing – masing kelompok dengan sangat percaya diri
memaparkan hasil diskusi mereka. Tampak juga kemampuan komunikasi anak yang
mewakili masing – masing kelompok sangat baik. Di akhir pembelajaran narasumber
menekankan kepada siswanya apa yang kalian cari tadi juga bisa di cari dengan cara factor,
kuadrat sempurna dan rumus abc yang ada dibuku paket kalian masing – masing. Lalu
narasumber juga menekankan kepada siswa apa yang kalian cari tadi, itulah yang disebut akar
– akar persamaan kuadrat. Pembelajaran ditutup dengan pemberian PR dari narasumber
kepada siswanya.
BAB III
KESIMPULAN

Dari critical journal review dan mini riset yang dilakukan penulis, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran berbasis masalah membawa dampak yang positif terhadap aktivitas
pembelajaran siswa di kelas
2. Pembelajaran berbasis masalah dapat merangsang rasa ingin tahu siswa yang
membuat para siswa jadi lebih semangat belajar
3. Tampak peningkatan komunikasi matematika siswa yang sangat signifikan pada saat
model pembelajaran berbasis masalah ini diterapkan dikelas.
4. Hasil mini riset yang dilakukan penulis juga selaras dengan jurnal yang diangkat
penulis yang berjudul “PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA”.

Anda mungkin juga menyukai