Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI BENTUK ALJABAR


DITINJAU DARI GENDER SMPN 1 KARANGNONGKO TAHUN PELAJARAN
2023/2024

PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Diajukan Oleh :

Nama : HERLINA NOVITASARI

NIM : 2013100004

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah salah satu di antara mata pelajaran yang diajarkan sejak tingkat
dasar sampai dengan tingkatan Universitas. Keterampilan matematika yang harus
dikembangkan siswa tidak hanya mencakup keterampilan dasar berhitung, tetapi juga
kemampuan berpikir dan bernalar ketika menyelesaikan masalah matematika
(M. R. Sari & Khotimah, 2023)
. Hal ini sesuai dengan pandangan Jannah et al., (2022) yang
menyatakan bahwa matematika hendaknya diajarkan untuk membekali siswa dengan
kemampuan bernalar, berpikir logis dan analitis untuk mempelajari banyak ilmu
pengetahuan lain dan memecahkan permasalahan yang ada bukan sekedar permasalahan
soal-soal biasa, melainkan juga permasalahan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
siswa diharapkan terus berlatih dalam pengaplikasian matematika pada permasalahan
yang dihadapi masa kini ataupun masa yang akan datang.

Kemampuan literasi matematika merupakan salah satu kemampuan yang harus


dikuasai oleh peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia saat ini. Penggunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari erat kaitannya dengan literasi matematika
(Pribadi et al., 2023) . Menurut Sari & Khotimah, (2023) literasi matematika merupakan
kemampuan individu yang mengacu pada merumuskan, menerapkan, mendefinisikan
matematika dalam berbagai bentuk atau situasi. Hal-hal yang termasuk dalam literasi
matematika adalah penalaran matematika, penggunaan aturan matematika, langkah
langkah, fakta dan media yang digunakan untuk menggambarkan dan meramalkan suatu
peristiwa.

PISA merupakan survei atau penelitian yang dilakukan setiap tiga tahun sekali
terhadap siswa berusia 15 tahun. Tes tersebut dikembangkan oleh Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) dengan tujuan untuk menilai
kemampuan siswa setelah menyelesaikan pendidikan dasar membaca, keterampilan
matematika, dan pemahaman sains (Amaliya & Fathurohman, 2022). Berdasarkan PISA
tahun 2022, melibatkan sebanyak 14.000 pelajar di Indonesia berusia 15 tahun kelas VIII
di tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan kelas X di tingkat SMA (Sekolah
Menengah Atas) atau SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Sedangkan data PISA 2022
dikumpulkan pada bulan Mei hingga Juni 2022. Skor literasi membaca di Indonesia
hanya sebesar 359 poin pada tahun 2022. Capaian ini tercatat lebih rendah dibanding
tahun 2018 yang memiliki skor 371 poin. Bahkan jika ditelisik lebih jauh, skor literasi
membaca Indonesia juga lebih rendah dibandingkan capaian pada tahun 2000. Ini
menjadikan skor literasi 2022 Indonesia sebagai rekor terendah sejak awal berpartisipasi
dalam PISA (Kemendikbud, 2022).

Beberapa penelitian sebelumnya telah mendiskusikan mengenai gender


(Syaifar et al., 2022)
. Siswa laki-laki dan siswa perempuan memiliki cara berpikir yang berbeda-beda
ketika menyelesaikan soal cerita (Pellokila et al., 2020) . Secara fisiologis, laki-laki dan
perempuan berbeda, ditentukan oleh identitas gender, bentuk dan anatomi tubuh, serta
komposisi kimia tubuh.

Menurut Pellokila et al., (2020) terkait dengan faktor psikis, gender juga
mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena gender mewakili aspek sosiokultural dan
psikologis laki-laki dan perempuan. Ketelitian dan ketepatan siswa perempuan lebih baik
dibandingkan siswa laki-laki, namun mereka tidak mempunyai kemampuan berpikir yang
lebih baik dari laki-laki (Syaifar et al., 2022) . Siswa laki-laki lebih baik dibandingkan
siswa perempuan dalam menarik kesimpulan dari pernyataan dan menerapkan logika
dalam menyelesaikan masalah (Syaifar et al., 2022).

Berdasarkan perbedaan di atas, dapat dikatakan bahwa siswa laki-laki dan siswa
perempuan mempunyai strategi yang berbeda dalam menyelesaikan masalah matematika
atau soal cerita.mempunyai karakter tersendiri dalam menyelesaikan masalah dalam
literasi. Hal ini mendukung gagasan bahwa perbedaan kemampuan matematika dan
gender juga mempengaruhi pemikiran ketika menyelesaikan masalah matematika.

Sehubungan dengan hal tersebut peneliti mewawancarai guru matematika di SMP


Negeri 1 Karangnongko, diperoleh informasi bahwa ada siswa yang mengerjakan, namun
jawabannya masih salah, ada siswa yang bisa dan tidak bisa melakukan operasi hitung
pada bentuk aljabar dan terdapat siswa yang mampu dan tidak mampu
mendeskripsikan informasi tentang situasi yang terdapat pada soal dalam bentuk kalimat
matematika. Oleh karena itu, ini adalah contoh penggambaran bahwa siswa mempunyai
cara berpikir yang berbeda-beda ketika menyelesaikan masalah bentuk aljabar.

Siswa sering kali mengalami kesulitan dalam mempelajari materi bentuk aljabar,
sehingga karena adanya perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan, guru tidak dapat
menerapkan strategi yang tepat untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal dengan
benar. Berdasarkan argumentasi tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk
membantu guru meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
berdasarkan perbedaan gender, sehingga proses pembelajaran yang diharapkan dapat
berlangsung secara efektif..

Dari perbedaan-perbedaan tersebut, Fokus permasalahan yang akan dikaji dalam


penelitian ini adalah apakah kemampuan literasi matematika peserta didik dipengaruhi
oleh gender. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gender, kemampuan literasi
matematika, serta pengaruh keduanya dalam menyelesaikan soal cerita pada materi
bentuk aljabar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah yang
ada, diantaranya yaitu sebagai berikut.
1. Kemampuan literasi matematika berperan penting dalam pembelajaran matematika
2. Kemampuan literasi matematika siswa di Indonesia masing tergolong rendah.
3. Rendahnya kemampuan literasi matematika dikarenakan siswa belum terbiasa
memecahkan soal yang berkaitan dengan konteks nyata.
4. Soal cerita dapat digunakan untuk mengasah kemampuan literasi matematika siswa.
5. Soal cerita yang siswa kelas VII di SMPN 1 Karangnongko banyak mengalami
kesulitan dalam mengerjakannya adalah pada materi bentuk aljabar.
6. Hasil rata-rata nilai ulangan matematika siswa kelas VII di SMPN 1 Karangnongko di
bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
7. Pokok bahasan bentuk aljabar merupakan salah satu pokok bahasan matematika yang
diajarkan di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII.
8. Banyak peneliti mengatakan bahwa kemampuan laki-laki dan perempuan berbeda
dalam menyelesaikan soal matematika.

C. Pembatasan Masalah
Supaya penelitian ini berjalan terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, maka
diperlukan adanya batasan permasalahan yaitu sebagai berikut
1. Penelitian berfokus pada kemampuan literasi matematika siswa dalam menyelesaikan
soal-soal cerita pada materi bentuk aljabar.
2. Aspek yang dilihat lebih menitikberatkan pada perbedaan siswa laki-laki dan
perempuan dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bentuk aljabar.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana kemampuan literasi matematika siswa laki-laki dan perempuan dalam
mengidentifikasi dan memahami serta menggunakan simbol dan angka pada soal
cerita dengan materi bentuk aljabar?
2. Bagaimana kemampuan literasi matematika siswa laki-laki dan perempuan dalam
menerapkan metode penyelesaian permasalahan pada soal cerita bentuk aljabar?
3. Bagaimana kemampuan literasi matematika siswa dalam menarik dan menjelaskan
kesimpulan akhir yang diperoleh dari penyelesaian permasalahan pada soal cerita
bentuk aljabar ditinjau dari gender?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai
berikut.
1. Untuk mendeskripsikan kemampuan literasi matematika siswa dalam
mengidentifikasi dan memahami permasalahan serta menggunakan simbol dan angka
pada soal cerita bentuk aljabar ditinjau dari gender.
2. Untuk mendeskripsikan kemampuan literasi matematika siswa dalam memilih dan
menerapkan metode penyelesaian permasalahan pada soal cerita bentuk aljabar
ditinjau dari gender.
3. Untuk mendeskripsikan kemampuan literasi matematika siswa dalam menarik dan
menjelaskan kesimpulan akhir yang diperoleh dari penyelesaian permasalahan pada
soal cerita bentuk aljabar ditinjau dari gender.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kemampuan literasi matematika
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terhadap perkembangan dunia Pendidikan.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan agar guru semakin kreatif dalam menemukan solusi yang
tepat untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan literasi matematika
dalam pemecahan masalah matematika khususnya penyelesaian soal-soal cerita pada
materi bentuk aljabar dengan cara memperbaiki program pembelajaran.
3. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa menganalisis kemampuan literasi matematika dalam
memecahkan masalah matematika.
4. Bagi Peneliti
Dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan literasi matematika siswa dalam
menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
membantu peneliti untuk lebih banyak menyajikan soal cerita yang dapat
meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa dan kualitas pembelajaran yang
lebih baik untu kedepannya saat peneliti sudah terjun ke dunia Pendidikan sebagai
seorang guru.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai kemampuan literasi
matematika dalam pemecahan masalah matematika khususnya pada soal cerita bentuk
aljabar.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Kemampuan Literasi Matematika
a. Definisi Kemampuan Literasi Matematika
Secara bahasa, kata literasi dalam bahasa inggris yaitu literacy mengandung
arti “melek”. PISA 2015 memberikan definisi formal tentang literasi matematika.
Dengan kata lain: Literasi matematika adalah kemampuan siswa dalam
merumuskan, menerapkan, dan menginterpretasi matematika dalam berbagai
konteks. Ini melibatkan pemikiran matematis dan penggunaan konsep, prosedur,
fakta, dan alat matematika untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi
fenomena. Hal ini membantu individu mengenali peran matematika di dunia dan
membuat penilaian dan keputusan berdasarkan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang konstruktif, aktif, dan bijaksana (OECD, 2016). Berdasarkan
definisi tersebut, literasi matematika adalah kemampuan siswa dalam
merumuskan, menerapkan, dan menginterpretasi matematika dalam berbagai
konteks. Ini termasuk pemikiran matematis dan penggunaan konsep, prosedur,
fakta, dan alat matematika untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi
fenomena. Hal ini akan membantu seseorang menyadari peran matematika dalam
kehidupan dan membuat penilaian serta keputusan secara rasional dan logis. Hal
ini diperlukan untuk membangun masyarakat yang konstruktif, terlibat aktif dan
reflektif (Syawahid & Putrawangsa, 2017) . Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Fatwa et al. (2019) bahwa literasi matematika diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam
berbagai konteks. Ini mencakup kemampuan bernalar secara matematis dan
menggunakan konsep, prosedur, dan fakta sebagai alat untuk mendeskripsikan,
menjelaskan, dan memprediksi penggunaan fenomena atau kejadian. Artinya
literasi matematika dapat memberikan kontribusi pada pengakuan peran
matematika di dunia nyata dan sebagai dasar pertimbangan dan keputusan yang
diperlukan oleh masyarakat. Hal tersebut didukung oleh Jannah et al., (2022)
Semakin tinggi tingkat pengetahuan dasar matematika, maka keterampilan dasar
semakin dominan. Keterampilan dasar yang dimaksud adalah komunikasi,
matematisasi, representasi, penalaran dan argumen, penyusunan strategi
pemecahan masalah, dan penggunaan bahasa simbolik dan manipulatif, formal
dan teknis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mendefinisikan kemampuan
literasi mengandung arti bahwa literasi matematika sangat penting bagi siswa agar
pemahaman matematika tidak hanya untuk penguasaan materi saja, tetapi juga
pada penggunaan penalaran, konsep, fakta, dan alat matematika untuk
memecahkan masalah sehari-hari juga dapat menuntut peserta didik untuk
mengkomunikasikan dan menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan
konsep matematika.

b. Indikator Kemampuan Literasi Matematika


Berdasarkan OECD (2019), literasi matematika dinilai berdasarkan
kemampuan individu dalam keterampilan dasar yang terlibat dalam tiga proses
matematika, seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Indikator Literasi Matematika

Indikator Literasi
Matematika Komponen
Merumuskan Dapat merumuskan apa yang diketahui dan apa yang
(Formulate) ditanyakan Mengubah kalimat sehari-hari ke dalam
bentuk atau konsep matematika
Menggunakan Dapat menerapkan rumus atau konsep matematika
(Employ) untuk menemukan solusi permasalahan matematika
Menafsirkan Dapat menafsirkan hasil matematika yang diperoleh
(Interpret) dan mengubah kembali dalam konteks masalah dunia
nyata

2. Soal Cerita
Menurut Dwidarti et al. (2019) Soal cerita mempunyai peranan penting dan
biasanya digunakan untuk menilai kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
menyelesaikan soal. Soal cerita lebih sulit dibandingkan soal matematika yang
langsung merepresentasikan model matematika. Dalam soal cerita, siswa
diharapkan mampu mengidentifikasi masalah yang perlu mereka selesaikan dalam
soal tersebut. Sedangkan menurut Laily (2014), Pengertian soal cerita dalam mata
pelajaran matematika adalah suatu soal yang disajikan dalam bentuk penjelasan
atau cerita secara lisan atau tertulis. Soal cerita terdiri dari kalimat verbal sehari-
hari yang makna dari konsep dan ungkapannya dapat dinyatakan dalam simbol
dan relasi matematika. Beberapa siswa kesulitan memahami makna konsep dan
ekspresi dalam soal cerita serta menerjemahkannya pada simbol matematika dan
relasi matematika ke dalam model matematika. Selanjutnya, karena permasalahan
(masalah cerita) tidak ditetapkan pertama kali setelah mempelajari teori
matematika, maka siswa hanya belajar menerapkan pengetahuan matematika yang
telah diperolehnya, dan mereka tidak mempunyai kesempatan untuk
menyelesaikan masalah yang tergolong masalah proses. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Utari et al. (2019) , Siswa biasanya membutuhkan waktu yang
lama untuk menyelesaikan soal cerita. Siswa sering melakukan kesalahan saat
menghitung dan kurang teliti saat mengerjakan soal cerita matematika. Rendahnya
prestasi siswa dalam matematika dan kesulitan siswa dalam menyelesaikan tugas
cerita matematika menunjukkan adanya kesalahan dalam proses belajar mengajar
sehingga perlu adanya perbaikan.

Kurang indicator

3. Gender
Gender merupakan sebagai suatu konsep yang digunakan untuk
mengindetifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh
sosial budaya. Perbedaan gender tentu menyebabkan perbedaan fisiologi dan
mempengaruhi perbedaan psikologi tak terkecuali dalam belajar. Sehingga siswa
laki-laki dan perempuan tentu memiliki banyak perbedaan dalam mempelajari
matematika. Oleh karena itu aspek gender perlu menjadi perhatian khusus dalam
pembelajaran matematika (Amin & Hariyadi, 2021) . Menurut
Sari & Khotimah (2023)
, Aspek personal, instruksional aspek dan aspek lingkungan menjadi alasan
untuk mencapai literasi matematika, yaitu. Aspek personal tercermin pada
pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika dan rasa percaya diri siswa
dalam menguasai matematika, dimana aspek ini tidak dapat dipisahkan dari aspek
gender yang mempengaruhi pencapaian literasi matematika selama ini sedang
belajar.
4. Bentuk Aljabar
Dalam buku Matematika SMP/MTs Kelas VII Kurikulum 2013,
Krismasari (2015)
mengungkapkan bahwa, Aljabar yang kita pelajari dalam bab bertajuk
bentuk aljabar, adalah cabang ilmu matematika dimana dalam penyelesaian
masalah, angka akan digantikan dengan sebuah huruf. Kata Aljabar sendiri
diambil dari bahasa Arab "al-jabr" yang berarti "pengumpulan bagian yang rusak".
Istilah ini diambil dari judul buku Ilmu al-jabr wa'l-muḳābala karya
matematikawan dan astronom Persia, Al-Khwarizmi. Awalnya, Aljabar disebut
prosedur operasi pengaturan patah atau dislokasi tulang. Makna matematisnya
sendiri pertama kali tercatat pada abad ke-16. Aljabar dibentuk oleh kombinasi
huruf dan angka. Bentuk-bentuk yang dipisahkan dengan tanda penjumlahan
disebut suku; huruf pada bentuk aljabar disebut variabel; angka yang menempel
dengan variabel disebut koefisien; sedangkan angka yang tidak memiliki variabel
disebut konstanta. Suku yang memiliki variabel yang sama dengan pangkat yang
sama disebut suku-suku sejenis.

B. Penelitian Relevan
1. Rizky Mutiara Sari
2. Johannis Takaria
3. Karmila
4. Adityan Riyanto
5. Uum Umaroh
C. Kerangka Berfikir
Kemampuan literasi matematika memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran
matematika karena dalam matematika tidak hanya selalu berkaitan dengan rumus tetapi
juga memerlukan pola berpikir siswa yang kritis untuk memecahkan setiap permasalahan
yang disajikan. Dengan berliterasi matematika, siswa mampu menyelesaikan
permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan
literasi matematika dapat diasah dengan menggunakan soal cerita. Oleh karena itu, siswa
harus memiliki kemampuan literasi matematika karena pada dasarnya berguna dalam
menyelesaikan persamalahan matematika.
Dalam soal cerita pada materi bentuk aljabar, akan dianalisis bagaimana kemampuan
literasi matematika siswa dalam proses menemukan penyelesaiannya ditinjau dari
gender. Setelah diperoleh jawaban siswa pada kelas penelitian, siswa dikelompokkan
berdasarkan kemampuan akademik matematisnya. Pengelompokkan tersebut terdiri dari
kelompok kemampuan atas, menengah dan bawah. Selanjutnya, diambil dua siswa
terpilih dari masing-masing tingkatan kelompok sebagai subjek wawancara dimana
setiap jawabannya mewakili jawaban tiap kelompoknya. Dengan demikian, peneliti akan
lebih mudah menganalisis kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan masalah menurut kemampuan literasi matematika ditinjau dari gender.
Penelitian ini bertujuan untuk menangkap realitas sosial secara keseluruhan, utuh dan
tuntas. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif dalam Moleong merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
ataupun lisan dari orang-orang serta perilaku yang telah diamati. Studi kasus dan
penelitian kualitatif ditujukan untuk mengungkap kemampuan literasi matematika
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi bentuk aljabar secara lebih
mendalam dan detail. Selain itu, untuk mengetahui jenis-jenis kemampuan literasi
matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita bentuk aljabar, peneliti dapat
melakukan komunikasi dengan responden secara langsung sehingga data yang hasil
penelitian yang diperoleh lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai