Anda di halaman 1dari 2

HUBUNGAN ANTARA LImTERASI NUMERASI DENGAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA


Naktie Saajidah
Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, naktie.saajidah22@mhs.uinjkt.ac.id
Dalam dunia pendidikan mungkin kita sudah tidak asing lagi mendengar kata “literasi
numerasi”. Lantas apa sih yang dimaksud dengan literasi numerasi itu?
Han, dkk. (2017:3) menyatakan bahwa:
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbagai
macam bilangan dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan
masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis informasi
yang ditampilkan di dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dan lain sebagainya) lalu
menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil
kesimpulan.
Kesimpulannya, literasi numerasi adalah kemampuan dalam memahami dan mengaplikasikan
konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, literasi numerasi juga meliputi
kemampuan dalam menganalisis informasi yang disajikan dalam bentuk grafIk, tabel, dsb.
Salah satu tantangan yang kini tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
kemampuan literasi numerasi. Berdasarkan hasil tes PISA (Program for International Student
Assessment) yang diselenggarakan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang membaca dan
matematika tergolong sangat rendah. Dari 79 negara yang berpartisipasi dalam PISA 2018,
Indonesia menempati peringkat ke-73 pada bidang matematika dengan perolehan skor rata-rata 379,
sedangkan pada bidang membaca Indonesia menempati peringkat ke-74 dengan skor rata-rata 371.
Angka tersebut dinilai masih sangat jauh dari skor rata-rata OECD, yakni 489 untuk bidang
matematika dan 487 untuk bidang membaca.
Kenapa sih literasi numerasi itu sangat penting? Tanpa kita sadari, literasi numerasi
berperan dalam segala aspek kehidupan. Di kehidupan sehari-hari literasi numerasi berperan dalam
kegiatan jual beli ataupun peminjaman uang di bank. Dalam kehidupan masyarakat dan negara,
literasi numerasi diperlukan untuk memudahkan seseorang dalam memahami suatu informasi.
Kemampuan literasi numerasi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sosial, ekonomi, dan
kesejahteraan masyarakat suatu negara. Dengan mengaplikasikan pemahaman matematika dalam
berbagai konteks kehidupan seperti ekonomi, sains, sosial, dsb, akan meningkatan daya saing
ketenagakerjaan serta kesejahteraan ekonomi suatu negara.
Dalam pembelajaran matematika, permasalahan yang disajikan umumnya berbentuk soal
yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah. Lalu apa hubungannya dengan literasi
numerasi? Jadi biasanya soal yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah disajikan dalam
bentuk soal cerita. Permasalahan dalam soal cerita biasanya berupa masalah-masalah yang sering
dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mengerjakan soal cerita, siswa dituntut
untuk memiliki kemampuan literasi numerasi yang baik. Tak heran jika soal cerita dianggap lebih
kompleks daripada soal matematika yang hanya menampilkan bentuk hitungan.
Biasanya dalam mengerjakan soal cerita banyak siswa yang mengalami kesulitan. Siswa
cenderung hanya bisa mengerjakan soal yang mirip dengan contoh soal yang ada dalam buku paket.
Ketika siswa diiberi model soal yang berbeda dengan contoh soal, banyak siswa yang merasa
kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut. Lalu faktor apa sih yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam memahami soal cerita? Menurut pemikiran Muncarno (dalam
Sudirman, dkk., 2019:8) dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan memahami soal
disebabkan karena siswa kurang cermat dalam membaca dan memahami kalimat demi kalimat.
Tidak dapat mengidentifikasi hal yang diketahui, ditanyakan, serta tidak dapat menentukan cara
yang tepat untuk menyelesaikan soal. Jadi dapat disimpulkan kesulitan dalam mengerjakan soal
cerita disebabkan karena rendahnya kemampuan literasi numerasi.
Berdasarkan pemikiran Polya (1973:5-19) ada empat tahapan dalam menyelesaikan soal
cerita, yaitu: 1) Understanding the problem, yaitu memahami masalah yang ada dalam soal. Pada
tahap ini siswa harus dapat menentukan apa yang ditanyakan dalam soal, siswa juga harus dapat
mengelola informasi yang tersedia dalam soal seperti data yang diketahui dan data yang tidak
diketahui dari soal yang diberikan. Pada tahap ini siswa dianjurkan membuat gambar dan
menuliskan notasi yang sesuai guna mempermudah memahami soal; 2) Devising a plan, yaitu
merencanakan penyelesaian. Dalam tahap rencana permasalahan dilakukan interpretasi bahasa
persoalan ke dalam bahasa matematika. Pada tahap ini dilakukan pula pencarian hubungan antara
data yang diberikan dengan data yang diketahui, 3) Carrying out the plan, yaitu melaksanakan
perencanaan pemecahan masalah. Pada tahap ini diperlukan pemeriksaan terhadap tiap langkah
yang sudah dilakukan dan menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa setiap langkah
yang dibuat sudah tepat. 4) Looking back, yaitu memeriksa proses penyelesaian soal dan hasil. Lalu
dilanjutkan dengan proses penarikan kesimpulan.
Jadi, dalam menyelesaikan soal cerita diperlukan beberapa kemampuan, diantaranya 1)
Kemampuan dalam membaca dan memahami maksud soal; 2) Kemampuan dalam mengidentifikasi
unsur-unsur dalam soal, seperti apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal; 3) Kemampuan
dalam mengolah data dan menyusun model matematika, 4) Kemampuan dalam melakukan
perhitungan matematika, serta 5) kemampuan untuk menarik kesimpulan.
Kesimpulannya, dengan menguasai literasi numerasi maka seorang siswa akan lebih mudah
memecahkan masalah matematis dalam soal cerita. Sebab, soal cerita tidak hanya menekankan
kemampuan berhitung, tetapi juga memerlukan kemampuan literasi numerasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai