Anda di halaman 1dari 12

MODEL PEMBELAJARAN LITERASI NUMERASI

Disusun guna memenuhi tugas Pengembangan Pembelajran Matematika SD

Pengampu Ibu Dyah Tri Wahyuningtyas, S.Si, M.Pd

Oleh :

Kelompok 6 PGSD B 2018

1. Arbian (180401140069)
2. Rosita Sela (180401140071)
3. Sunarmi (180401140074)
4. Abid Kamal Fase (170401140194)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karna rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan makalah
ini bisa diselesaikan. Untaian sholawat dan salampun tidak lupa dituturkan tertuju kepada
junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW. Kami tidak hanya bersyukur kepada-Nya saja
tetapi kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami.

Kami membuat makalah ini bertujuan untuk menyelasaikan tugas yang diberikan oleh dosen.
Dari pembuatan makalah ini tidak hanya menyelesaikan tugas, tetapi bertujuan menambah
pengetahuan dan wawasan kita yang berkaitan dengan teknik penentuan kriteria ketuntasan
minimal pembelajaran PKN.

Kiranya makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca. Meski begitu, penulis
sadar bahwa makalah ini perlu untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saran
dan kritik yang membangun dari pembaca akan kami terima dengan senang hati.

Malang, 18 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Literasi Numerasi....................................................................................... 3


2.2 Prinsip Dasar Literasi Numerasi .................................................................................. 4
2.3 Ruang Lingkup Literasi Numerasi ............................................................................... 4
2.4 Indikator Literasi Numerasi ......................................................................................... 5
2.5 Manfaat Literasi Numerasi .......................................................................................... 6
2.6 Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah ............................................................ 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 8


3.2 Saran ........................................................................................................................... 8

DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................................... 9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan pembiasaan membaca merupakan tahapan awal dalam kegiatan besar yang
dikenal dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Capaian selanjutnya setelah tahapan
pembiasaan telah terbentuk, adalah tahap pengembangan dan tahap pembelajaran Di dalam
tahap pengembangan berupaya untuk meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan
menanggapi buku pengayaan, sedangkan pada tahap pembelajaran tujuan yang akan dicapai
adalah meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran menggunakan buku
pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran (Nono Purnomo, 2016).
Gerakan Literasi Sekolah merupakan upaya menjadikan sekolah sebagai organisasi
pembelajar yang literat sepanjang hayat secara menyeluruh berkelanjutan. Sementara itu,
tujuan GLS untuk membiasakan dan memotivasi siswa agar memiliki minat untuk membaca
dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti luhur (Tri Hardiningtyas, 2016). Program
gerakan literasi sekolah dapat dilaksanakan secara beetahap dengan mempertimbangkan
kesiapan dari pihak sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah
(ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana dan prasarana literasi), kesiapan warga sekolah
dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan serta
perangkat kebijakan yang relevan) (Ati Lasmanawati, 2016)
Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan
konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari (misalnya
di rumah, pekerjaan dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara)
dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat disekeliling
(Andreas Schleicher dari OECD, 2017). Dapat disimpulkan bahwa tujuan Gerakan Literasi
Numerasi (GLN) yakni, suatu proses menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan
numerasi yang tidak didapatkan dalam pembelajaran matematika, meningkatkan
keterampilan mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam situasi real sehari-hari,
saat permasalahannya sering kali tidak terstruktur (unstructured), memiliki banyak cara
penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan
faktor nonmatematis.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Literasi Numerasi?
2. Bagaimana prinsip Dasar Literasi Numerasi?
3. Bagaimana ruang Lingkup Literasi Numerasi?
4. Bagaimana indikator Literasi Numerasi?
5. Apa manfaat Literasi Numerasi?
6. Bagaimana strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Literasi Numerasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip Dasar Literasi Numerasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana ruang Lingkup Literasi Numerasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana indikator Literasi Numerasi.
5. Untuk mengetahui apamanfaat Literasi Numerasi.
6. Untuk mengetahui bagaimana strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Literasi Numerasi


Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan
berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk
memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b)
menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.)
lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil
keputusan. Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan
sehari-hari (misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan
sebagai warga negara) dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang
terdapat di sekeliling kita. Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap
bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi
tuntutan kehidupan. Kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi
yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.

Perbedaan Numerasi dengan Matematika


Numerasi tidaklah sama dengan kompetensi matematika. Keduanya berlandaskan
pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, tetapi perbedaannya terletak pada
pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan tersebut. Pengetahuan matematika saja tidak
membuat seseorang memiliki kemampuan numerasi. Numerasi mencakup keterampilan
mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam situasi real sehari-hari, saat
permasalahannya sering kali tidak terstruktur(unstructured), memiliki banyak cara
penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan
faktor nonmatematis. Sebagai contoh, seorang siswa belajar bagaimana membagi bilangan
bulat dengan bilangan bulat lainnya. Ketika bilangan yang pertama tidak habis dibagi, maka
akan ada sisa. Biasanya siswa diajarkan untuk menuliskan hasil bagi dengan sisa, lalu mereka
juga belajar menyatakan hasil bagi dalam bentuk desimal. Dalam konteks kehidupan sehari-
hari, hasil bagi yang presisi (dengan desimal) sering kali tidak diperlukan sehingga sering

3
kali dilakukan pembulatan. Secara matematis, kaidah pembulatan ke bawah dilakukan jika
nilai desimalnya lebih kecil daripada 5, pembulatan ke atas jika nilai desimalnya lebih besar
daripada 5, dan pembulatan ke atas atau ke bawah bisa dilakukan jika nilai desimalnya 5.
Namun, dalam konteks real, kaidah itu tidaklah selalu dapat diterapkan. Contohnya, jika 40
orang yang akan bertamasya diangkut dengan minibus yang memuat 12 orang, secara
matematis minibus yang dibutuhkan untuk memuat semua orang itu adalah 3,333333. Jumlah
itu tentu tidak masuk akal sehingga dibulatkan ke bawah menjadi 3 minibus. Akan tetapi, jika
sebuah tempat duduk hanya boleh diduduki oleh satu orang saja, artinya ada 4 orang tidak
mendapatkan tempat duduk. Oleh karena itu, jumlah minibus yang seharusnya dipesan
adalah 4 buah.
Perlu dicermati bahwa numerasi membutuhkan pengetahuan matematika yang
dipelajari dalam kurikulum. Akan tetapi, pembelajaran matematika itu sendiri belum tentu
menumbuhkan kemampuan numerasi.

2.2 Prinsip Dasar Literasi Numerasi


1. Bersifat kontekstual, sesuai dengan kondisi geografis, sosial budaya, dan sebagainya;
2. Selaras dengan cakupan matematika dalam Kurikulum 2013; dan
3. Saling bergantung dan memperkaya unsur literasi lainnya.

2.3 Ruang Lingkup Literasi Numerasi


Literasi Numerasi merupakan bagian dari matematika. Literasi numerasi bersifat
praktis (digunakan dalam kehidupan sehari-hari), berkaitan dengan kewarganegaraan
(memahami isu-isu dalam komunitas), profesional (dalam pekerjaan), bersifat rekreasi
(misalnya, memahami skor dalam olahraga dan permainan), dan kultural (sebagai bagian dari
pengetahuan mendalam dan kebudayaan manusia madani). Dari sini kita bisa melihat bahwa
cakupan literasi numerasi sangat luas, tidak hanya di dalam mata pelajaran matematika, tetapi
juga beririsan dengan literasi lainnya, misalnya, literasi kebudayaan dan kewarganegaraan.
Literasi numerasi merupakan bagian dari matematika, dalam hal komponen literasi numerasi
diambil dari cakupan matematika di dalam Kurikulum 2013.

4
2.4 Indikator Literasi Numerasi
Literasi numerasi dapat diterapkan melalui tiga ranah, yaitu Literasi Numerasi di
Sekolah, Literasi Numerasi di keluarga, dan Literasi Numerasi di Masyarakat. Literasi
numerasi dilaksanakan untuk membudayakan dan menumbuhkan literasi numerasi diberbagai
ranah. Salah satunya di sekolah, indikator literasi numerasi di sekolah memiliki tiga basis
untuk diterapkan di sekolah, yaitu sebagai berikut (Han Weilin, 2017:6).
(1) Basis Kelas
(a) Jumlah pelatihan guru matematika dan guru nonmatematika
(b) Jumlah pembelajaran matematika berbasis permasalahan dan pembelajaran
matematika berbasis proyek
(c) Jumlah pembelajaran nonmatematika melibatkan unsur literasi numerasi
(d) Nilai matematika pada peserta didik

(2) Basis Budaya Sekolah


(a) Jumlah dan variasi buku pada literasi numerasi
(b) Frekuensi peminjaman buku literasi numerasi
(c) Jumlah penyajian informasi dalam bentuk presensi numerasi
(d) Akses situs daring yang berhubungan pada literasi numerasi
(e) Jumah pada kegiatan bulan literasi numerasi
(f) Alokasi dana untuk kegiatan literasi numerasi
(g) Adanya tim literasi disekolah
(h) Adanya kebijakan pada sekolah mengenai literasi numerasi
(3) Basis Masyarakat
(a) Jumlah ruang publik dilingkungan sekolah untuk literasi numerasi
(b) Jumlah dalam keterlibatan orang tua didalam tim literasi sekolah
(c) Jumlah sharing session pada publik, mengenai literasi numerasi

Mewujudkan sekolah yang berliterasi numerasi dapat diterapkan melalui berbagai


ranah indikator, dengan dilaksanankannya upaya untuk mewujudkan indikator-indikator
tersebut dengan baik. Tercapainya indikator literasi numerasi memiliki berbagai manfaat
bagi peserta didik untuk meningkatkan generasi yang unggul dalam suatu bangsa.

5
2.5 Manfaat Literasi Numerasi
Pemerintah dalam menggerakan literasi di sekolah dengan mewujudkan generasi
emas pada abad ke-21. Literasi numerasi dapat meningkatkan peserta didik agar mampu
mengatasi masalah dengan cara mengolah angka dengan benar. Literasi numerasi diajarkan
kepada peserta didik bukan hanya dalam mata pelajaran matematika saja, tetapi
diberikanmelalui berbagai mata pelajaran lainnya untuk menggunakan matematika
diberbagai situasi (Han Weilin, 2017:10). Literasi bersifat praktis (digunakan dalam
kehidupan sehari-hari), professional (dalam pekerjaan), dengan kewarganegaraan
(memahami isu-isu dalam berbagai daerah), bersifat rekreasi (memahami skor penilaian
dalam pertandingan olahraga) (Ibrahim, 2017:13). Memperluas atau memperdalam
pemahaman numerasi melalui kegiatan-kegiatan di dalam lingkungan sekolah, untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik mempraktikkan keterampilan literasi
numerasi.
Keterampilan literasi numerasi bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan meningkatkan taraf hidup manusia. Pembelajaran numerasi penting untuk
diajarkan kepada peserta didik sejak dini untuk menentukan kemajuan dan perkembangan
sebuah bangsa. Literasi numerasi berguna untuk mewujudkan peserta didik dalam mengatasi
masalah dalam sehari-hari dan ruang lingkup literasi numerasi sangat luas untuk
diterapkannya.

2.6 Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah


Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah diterapkan menyeluruh di sekolah
melalui berbagai mata pelajaran nonmatematika untuk mendukung pemahaman literasi
numerasi bagi peserta didik. Peserta didik tidak dapat menerapkan pemahaman pengetahuan
matematika dalam berbagai bidang lain ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa
Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah, yaitu: (1) Penguatan Kapasitas Fasilitator, (2)
Memperluas Akses terhadap Sumber Belajar, (3)Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber
Belajar Bermutu, (4) Peningkatan Perlibatan Publik, dan (5) Penguatan Tata Kelola (Han
Weilin, 2017:10).

6
Cara untuk menggerakan literasi numerasi dapat dilakukan melalui berbagai
strategi. Menurut (Kemendikbud, 2017:8), strategi gerakan literasi di sekolah melalui
beberapa tahapan pelaksanaan, yaitu ketersediaan sarana dan prasarana, kapasitas warga
sekolah, dan kapasitas pemangku kepentingan. Meningkatkan fasilitator dan pelatihan guru
untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode, model, dan media
pembelajaran dalam pemahaman tentang numerasi. Mengembangkan sarana untuk
mendukung sumber belajar dengan menggunakan lingkungan sekolah sebagai media
pembelajaran dalam pemahaman numerasi. Contohnya: adanya mading kelas dengan
memamerkan hasil karya peserta didik dan adanya pojok baca dengan adanya buku-buku
yang berhubungan dengan literasi numerasi.
Pembahasan tersebut bahwa strategi atau cara untuk menggerakkan literasi
numerasi dilakukan dengan berbagai cara untuk menumbuhkan motivasi serta pemahaman
peserta didik terhadap numerasi. Strategi ditunjang dengan fasilitas sarana dan prasarana
untuk mendukung gerakan literasi numerasi di sekolah. Literasi numerasi juga diterapkan
melalui pembelajaran numerasi lintas kurikulum. Numerasi lintas kurikulum dilakukan dalam
kurikulum 2013 saat ini yang menggunakan pembelajaran tematik.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Literasi numerasi merupakan kecakapan hidup abad XXI yang meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan meningkatkan taraf hidup sehingga menentukan kemajuan sebuah
bangsa. Strategi peningkatan kecakapan numerasi perlu dilakukan secara berkelanjutan dan
melibatkan seluruh warga sekolah, keluarga, dan semua komponen masyarakat. Strategi ini
perlu dirumuskan bersama dan disesuaikan dengan konteks kebutuhan dan kondisi sosial
budaya masyarakat yang beragam. Materi pendukung literasi numerasi ini diharapkan
mampu berperan sebagai kerangka acuan bagi perumusan kegiatan literasi numerasi yang
beragam dan kontekstual. Untuk mencapai pembaca sasaran dengan kondisi geografis serta
kebutuhan dan minat pembaca yang beragam, materi pendukung ini juga dapat menjadi
acuan bagi penyusunan materi sosialisasi turunan, seperti infografis, videografis, leaflet, dan
panduan teknis lainnya

3.2 Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan penulis yaitu makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu bagi pemakalah lain bisa mengembangkan kembali isi materi
demi kesempurnaan makalah ini

8
DAFTAR RUJUKAN

Sullivan, Peter. (2011). Teaching mathematics: Using research-informed strategies.

Westwood, Peter. (2008). What teachers need to know about numeracy. Aust Council for Ed
Research.

https://docs.education.gov.au/system/files/doc/other/portfolio_budget_statements_201011_outco
me_2_improved_learning_and_literacy_numeracy_and_educational_attainm20100511.pdf

https://maths4us.files.wordpress.com/2013/08/nrdc_impacts-of-numeracy-review_june13-
m4u.pdf

https://www.nationalnumeracy.org.uk/essentials-numeracy

https://www.nationalnumeracy.org.uk/what-numeracy

https://www.nationalnumeracy.org.uk/what-do-we-offer-eys-primary

https://nzmaths.co.nz/node/1392

https://nzmaths.co.nz/maths-our-house

Anda mungkin juga menyukai