Daftar Isi.....................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah:..........................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................5
A. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa...................................................................5
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).7
C. Pendekatan Kontekstual................................................................................................11
D. Pembelajaran Konvensional..........................................................................................14
E. Penelitian yang Relevan................................................................................................14
F. Kerangka Berpikir.........................................................................................................16
G. Hipotesis Penelitian.......................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................19
A. Rancangan Penelitian......................................................................................................19
1. Pendekatan Penelitian...................................................................................................19
2. Jenis Penelitian.............................................................................................................19
3. Desain penelitian..........................................................................................................19
B. Variabel Penelitian..........................................................................................................20
C. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................................................20
D. Definisi Operasional Variabel.......................................................................................21
E. Prosedur Penelitian........................................................................................................21
F. Instrumen Penelitian......................................................................................................23
G. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................26
H. Teknik Analisis Data.....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................33
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan komunikasi matematis memiliki peranan penting dalam proses
pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh National Council
of Teachers of Mathematics (NCTM) bahwa komunikasi matematis adalah satu
kompetensi yang esensial dari matematika dan pendidikan matematika. NCTM juga
merumuskan bahwa tujuan pembelajaran matematika yaitu: (1) belajar untuk
berkomunikasi (Mathematical Communication), (2) belajar untuk bernalar (mathematical
reasoning), (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving), (4)
belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections), (5) pembentukan sikap positif
terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics) (Nugroho & Hidayati,
2019:371). Dengan demikian, diperlukan kemampuan komunikasi matematis yang baik,
agar segala permasalahan yang bersifat matematis dapat dipecahkan oleh siswa dan
dituangkan ke dalam ide matematika.
1
ide matematika. Selain itu, Supandi dkk (2017) menyatakan bahwa akar penyebab
rendahnya komunikasi yang paling dominan yaitu belum bervariasinya strategi yang
digunakan guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengatasi rendahnya
kemampuan komunikasi matematis siswa, usaha yang bisa dilakukan yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif dan memilih pendekatan yang tepat, bukan
pendekatan yang hanya guru sebagai pusatnya saja (teacher centered) (Fahrullisa dkk,
2018: 146). Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang diharapkan mampu
mengatasi rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa adalah tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar fikiran dalam
menyelesaikan soal matematis dan menuangkan ide-ide yang diperoleh dalam bentuk
lisan dan tulisan. Dengan demikian, melalui model ini siswa diharapkan mampu
meningkatkan kerjasama dengan temannya, selain itu siswa akan lebih aktif dalam
berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan sesama temannya. Sedangkan salah
satu pendekatan yang diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual dalam model
kooperatif tipe STAD lebih memudahkan siswa dalam mengaitkan materi himpunan ke
dalam kehidupan nyata yang di alami oleh siswa, sehingga hal ini akan membuat siswa
lebih mudah dalam membahasakan simbol-simbol matematika. Berdasarkan paparan
diatas, penulis akan mencoba untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pendekatan kontekstual.
B. Rumusan Masalah:
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis paparkan pada tugas
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
adalah:
1. Bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa dalam materi himpunan sebelum dan
2
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual efektif
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
sebelum dan sesudah diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Secara teoritis
Bagi institusi atau lembaga terutama khususnya pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) UNM yaitu bagi calon guru matematika agar pada saat
3
Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan pemula bagi peneliti lain
2. Secara praktis
a. Bagi Siswa
b. Bagi Guru
matematika.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Yulianto & Sutiarso (2017: 291), komunikasi matematis dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya
melalui peristiwa dialog atau saling berhubungan yang terjadi di lingkungan kelas,
dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika
yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu
masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan
siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tulisan.
5
NCTM (2000) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan
kemampuan untuk mengorganisasi pikiran matematika, mengkomunikasikan gagasan
matematika secara logis dan jelas kepada orang lain, menganalisis dan mengevaluasi
pikiran matematika dan strategi yang digunakan orang lain, dan menggunakan bahasa
matematika untuk menyatakan ide-ide secara tepat. Kemampuan komunikasi matematika
adalah kemampuan dalam menyampaikan gagasan/ide matematika, baik secara lisan
maupun tulisan serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ ide matematika
orang lain secara cermat, analisis, kritis, dan evaluatif untuk mempertajam pemahaman
(Ariani, 2017:98).
a. Melukiskan dan merepresentasikan benda dan gambar nyata serta diagram dalam
bentuk gagasan dan simbol matematika.
b. Menjelaskan gagasan, keadaan dan hubungan matematik, secara tertulis dan lisan
menggunakan benda dan gambar nyata, grafik dan ekspresi aljabar
c. Menyatakan peristiwa sehari hari dalam bahasa atau simbol matematika atau
menyusun model matematika suatu peristiwa.
6
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat
saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang
diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mandapatkan penghargaan tim,
mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya (Slavin,
2005). Dalam model kooperatif tipe STAD, meskipun para siswa belajar bersama,
akan tetepi mereka tidak boleh saling bantu dalam mengerjakan soal kuis. Tanggung
jawab individu seperti ini memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik
7
satu sama lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan
membantu semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan.
Menurut Slavin (2005:143), STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu
presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan
8
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut
dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian Kelompok
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran
kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota kelompok
menguasai dan masing-masing memberikan konstribusi. Selama tim bekerja, guru
melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila
diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
e. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar siswa melalui pemberian kuis tentang materi
yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja
masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak
dibiarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.
Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84,
dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
9
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka
dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan
kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan menghitung skor individu kemudian
skor kelompok.
Skor tim siswa bisa juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen
dari peringkat mereka. untuk memberikan skor perkembangan individu
dihitung seperti pada Tabel
0-5 -
10
16 – 20 Tim baik sekali (Great
team)
21 – 30
Tim istimewa (Super
team)
C. Pendekatan Kontekstual
a. Pembelajaran lebih bermakna dan rill. Artinya siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan
nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
12
c. Konstektual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental.
e. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari
guru.
b. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas
yang kurang kondusif.
c. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru tidak
lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan
demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa” yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
13
D. Pembelajaran Konvensional
Metode pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran tradisional
atau disebut juga dengan metode ceramah karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses
belajar dan pembelajaran dalam pembelajaran konvensional yang ditandai dengan
ceramah yang diiringi penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan (Haidir & Salim,
2012:103).
Apabila ditinjau dari peranan peserta didik dalam metode ceramah yang terpenting
adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok materi yang dikemukakan oleh
guru.
14
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada jenis variabel
terikat yang digunakan yaitu kemampuan komunikasi matematis siswa, dengan
menggunakan variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Perbedaannya terletak pada pendekatan yang digunakan, dimana dalam penelitian
tersebut menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching, sedangkan pada penelitian
ini menggunakan pendekatan kontekstual.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fahrullisa dkk (2018) yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) berbantuan
Pendekatan Investigasi terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis” diperoleh
hasil bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa mendapatkan hasil yang
paling baik pada kelas yang diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
berbantuan investigasi dibandingkan dua kelas yang menggunakan model
pembelajaran konvensional. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini
adalah pada jenis variabel terikat yang digunakan yaitu kemampuan komunikasi
matematis siswa. Perbedaannya pada tipe dari model dan pendekatan yang
digunakan. Penelitian tersebut menggunakan model kooperatif tipe TPS dengan
pendekatan investigasi, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan model
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ria Rimfani Musna Mahasiswi Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Program Studi Pendidikan Matematika pada tahun 2018 yang
berjudul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Strategi
Pembelajaran REACT pada Siswa Mts/SMP”. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa menerapkan strategi pembelajaran REACT dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa kelas VII MTsN 1 Nagan Raya. Hal ini dapat dilihat
dari hasil N-Gain pada kelas eksperimen yaitu 0,44 termasuk dalam kategori sedang
dan N-Gain pada kelas kontrol yaitu sebesar 0,29 termasuk dalam kategori rendah.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka diperoleh bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 2,38 ≥
1,665 berada pada daerah tolak H0, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan
kemampuan komunikasi matematis yang diterapkan strategi pembelajaran REACT
lebih baik daripada siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional.
15
kemampuan komunikasi matematis siswa. Perbedaannya terletak pada variabel
bebas yang digunakan, dimana variabel bebas dari penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual, sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Ria Rimfani Musna menggunakan strategi
pembelajaran REACT.
F. Kerangka Berpikir
Salah satu permasalahan yang sering ditemui dalam belajar matematika adalah
masalah terkait kemampuan komunikasi matematis siswa. Siswa terkadang susah dalam
memahami persoalan kehidupan sehari-hari yang kemudian dituangkan dalam bahasa
atau ide matematika. Komunikasi dalam pembelajaran matematika menjadi hal yang
perlu diperhatikan dan dikembangkan. Untuk itu, guru sebaiknya memperhatikan model
pembelajaran dan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran, serta
disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam belajar matematika, termasuk kemampuan
komunikasi matematis siswa. Pembelajaran konvensional yang diterapkan oleh guru
dalam proses belajar dan mengajar akan membuat siswa menjadi pasif dan menganggap
pembelajaran matematika adalah sesuatu yang sulit untuk dipahami. Hal ini karena siswa
kurang terbiasa dalam mengembangkan ide-ide kreatifnya dalam belajar matematika
yang mengakibatkan kemampuan komunikasi matematis siswa juga tidak berkembang
dengan baik.
16
menuangkannya dalam bahasa sendiri. Selain itu, dengan adanya pemberian kuis secara
individu dalam kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dan memperhatikan materi pembelajaran pada saat pemberian awal materi dari guru
maupun pada saat diskusi kelompok dengan teman sebayanya.
Dari uraian diatas, dibawah ini adalah gambar kerangka berpikir penelitian
Kondisi Awal
Pretest
Postest
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Hipotesis Umum
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa.
2. Hipotesis Kerja
17
Kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan judul yang diambil oleh peneliti maka pendekatan penelitian adalah
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015:14).
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, yaitu metode penelitian yang bersifat validation atau menguji, yaitu
menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang
memberi pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variables), dan
variabel yang dipengaruhi dikelompokkan sebagai variabel terikat (dependent
variables) (Sukmadinata, 2013:57).
Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi
experimental). Dalam eksperimen semu terdapat kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yang memiliki karakteristik sama.
Bedanya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus (variabel yang akan
diuji akibatnya) sedang pada kelompok kontrol diberi perlakuan lain, atau perlakuan
yang biasa dilakukan, yang akan dibandingkan hasilnya dengan perlakuan eksperimen.
3. Desain penelitian
Desain penelitian eksperimental yang digunakan adalah desain kelompok pra tes-
post tes acak (ramdomized pretest-posttest control group design). Di dalam desain ini
sebelum dimulai perlakuan, kedua kelompok diberi tes awal atau pre test untuk
mengukur kondisi awal. Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan
khusus dan pada kelompok kontrol tidak diberi. Sesudah selesai perlakuan, kedua
kelompok diberi tes lagi sebagai post test. Berikut gambar desain dalam penelitian ini
yaitu:
19
Sampel Pra Perlakuan Pasca
Kelas Eksperimen O X O
Kelas Kontrol O - O
O : Pretest / Postest
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terbagi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat
yaitu sebagai berikut.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan kontekstual (X).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa
(Y)
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMPN 13 Makassar tahun
ajaran 2020/2021.
2. Sampel Penelitian
20
Sampel penelitian ini diambil sebanyak dua kelas VII SMPN 13Makassar tahun
ajaran 2020/2021, yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas VII B sebagai kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling
karena kelompok sampel penelitian diambil secara rambang sederhana.
E. Prosedur Penelitian
Tahap ini merupakan tahap persiapan dilaksanakannya penelitian, yang meliputi
penentuan sampel dari populasi untuk memilih sampel yang telah dijadikan kelas
1. Tahap Persiapan
21
Sebelum melakukan eksperimen dilakukan beberapa persiapan yang meliputi:
d) Membuat instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
untuk tes awal (pretest), tiga pertemuan untuk pemberian perlakuan dan satu pertemuan
untuk tes akhir (posttest) serta satu pertemuan untuk angket terkait kemampuan
a) Pemberian pretest atau tes awal sebelum perlakuan kepada kelas eksperimen dan
kontekstual pada kelas eksperimen. Selain itu, pada setiap pertemuan dilakukan
proses pembelajaran.
b) Pemberian posttest atau tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Posttest ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa setelah diberikan treatment
atau perlakuan, dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan komunikasi
22
c) Pengisian angket bertujuan untuk mengetahui respons siswa setelah diberikan
Dalam tahap ini, data hasil pretest dan posttest dianalisis dengan perhitungan
apakah diterima atau ditolak. Selain itu, hasil pengisian angket dan lembar observasi juga
dianalisis untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa pada saat proses
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
23
Aspek Indikator Nomor
Item
pembelajaran Mengecek kehadiran siswa 2
Memberi motivasi kepada siswa 3
Menyampaikan pokok materi yang akan diajarkan 4
Menyampaikan keterkaitan materi yang akan dipelajari 5
dengan materi sebelumnya
Menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan sehari- 6
hari (berbasis kontekstual)
Menjelaskan tujuan pembelajaran 7
Kegiatan inti Menjelaskan materi pembelajaran 8
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 9
Membagi siswa ke dalam kelompok dan membagikan 10
LKS
LKS yang diberikan berbentuk kontekstual 11
Membimbing kelompok siswa untuk mendiskusikan 12
materi dan LKS yang diberikan
Memantau jalannya diskusi dan membimbing kelompok 13
yang mengalami kesulitan
Menjelaskan jawaban dari hasil diskusi siswa 14
Memberikan kuis individual 15
Menghitung skor nilai dari hasil diskusi LKS dan hasil 16
kuis individual
Memberikan penghargaan kepada kelompok 17
Menutup Memandu untuk menyimpulkan materi 18
Pelajaran
Menyampaikan materi untuk pertemuan berikutnya 19
Menutup pembelajaran dengan berdoa dan salam 20
Total 20
Untuk Langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut:
24
d) Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik berkenaan dengan proses belajar
e) Melakukan uji angket observasi (validasi ahli) untuk melihat apakah angket layak
Berikut ini adalah tabel kisi-kisi tes kemampuan komunikasi matematis siswa
Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Aspek Indikator Komunikasi Matematis Siswa Nomor
Kemampuan Soal
Komunikasi
Kemampuan Kemampuan menjelaskan ide, situasi dan relasi 1
memberikan alasan matematika, secara lisan dan tulisan dengan
rasional terhadap menggunakan benda nyata, gambar, grafik, dan
suatu pernyataan ekspresi aljabar.
Kemampuan mendengarkan, berdiskusi, dan 2
menulis tentang matematika
Kemampuan membaca dengan pemahaman suatu 3
presentasi matematika
Kemampuan Kemampuan melukiskan atau mempresentasikan 4
mengubah bentuk benda nyata, gambar, dan diagram dalam bentuk ide
uraian ke dalam dan atau simbol matematika.
model matematika
Kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari 5
dalam bahasa atau simbol matematika
Kemampuan Kemampuan menyusun konjektur, menyusun 6
25
Aspek Indikator Komunikasi Matematis Siswa Nomor
Kemampuan Soal
Komunikasi
mengilustrasikan argumen, merumuskan definisi dan generalisasi
ide-ide matematika
Kemampuan mengungkapkan kembali suatu 7
dalam bentuk
uraian/paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
uraian yang
relevan
Total Soal 7
observasi diberikan kepada observer terlebih dahulu divalidasi oleh validator. Lembar
observasi ini diberikan kepada observer disetiap pertemuan guna untuk memberikan
penilaian. Lembar observasi ini terdiri dari 14 item. Butir butir instrumen ini mengacu
pada langkah langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
kontekstual .
Untuk mengumpulkan data penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
langkah model pembelajaran yang disesuaikan RPP selama kegiatan berlangsung. Untuk
tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan aspek yang dinilai. Pengamat diminta untuk
26
pembelajaran dalam pengamatan. Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran
sedang berlangsung mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
kali tes pada kelas eksperimen dan kelas control. Tes tahap pertama yaitu pretest dan
Tes awal (pretest) yaitu tes yang diberikan kepada siswa sebelum diberikan
perlakuan (treatment) dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang
dimiliki oleh siswa sebelum pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan kontekstual terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa. Pretest terdiri dari 3 soal uraian yang telah divalidasi
oleh ahli.
Tes akhir (postest) yaitu tes yang diberikan kepada siswa setelah diberikan
perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
kontekstual terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Postest terdiri dari 3
soal uraian yang sudah divalidasi oleh ahli.
27
Adapun data yang diolah untuk penelitian ini adalah data tes awal (pretest) dan data
tes akhir (postest). Kedua data tersebut diuji dengan menggunakan uji-t pada taraf
signifikan 𝛼 = 0,05. seiring dengan uji-t yang digunakan, maka prosedur yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Menurut Sudjana untuk membuat tabel distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang
sama terlebih dahulu ditentukan:
rentang
p=
banyak kelas
4) Pilih ujung bawah kelas interval pertama. Untuk ini bisa diambil sama dengan data
terkecil atau dengan data terkecil atau nilai data yang lebih kecil. Dari data terkecil
tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang telah ditentukan. Selanjutnya
daftar diselesaikan dengan menggunakan harga-harga yang telah dihitung.
Menurut Sudjana, untuk data yang telah disusun dalam daftar frekuensi, nilai rata-rata (
x ¿ dihitung dengan menggunakan rumus:
x=
∑ f i xi
∑ fi
Keterangan:
x i= Nilai tengah
28
Untuk menghitung varian menurut sudjana dapat digunakan rumus:
s2 ¿ n ∑ f i x i −¿ ¿ ¿
2
d. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normal tidaknya data, diuji dengan menggunakan uji chi-kuadrat,
yaitu dengan rumus sebagai berikut:
k 2
(O i −Ei )
x =∑
2
i=1 Ei
Keterangan:
x 2 = Distribusi chi-kuadrat
k = Banyak kelas
Oi = Hasil pengamatan
Data berdistribusi normal dengan dk= (𝑘 −1) . Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika
2 2 2 2
x ≥x ( 1−α ) ( k−1) . Dengan α =0,05 , terima H0 jika x ≤ x ( 1−α ) ( k−1) .
e. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah sampel dari penelitian ini
mempunyai variansi yang sama, sehingga generalisasi dari hasil penelitian yang sama
atau berbeda untuk menguji homogenitas digunakan statistik:
varians terbesar
F=
varians terkecil
2
s1
F= 2
s2
29
Keterangan:
2
s1= Varian dari sampel pertama
2
s2= Varian dari sampel kedua
Jika Fhitung ≤ Ftabel maka terima 𝐻0, dengan dk1 = (n1 – 1) dan dk2 = (n2 – 1) pada α =0,05.
𝐻0: tidak terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
𝐻1: terdapat perbedaan varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
𝐻0 : σ 21 = σ 22
2 2
𝐻1 : σ 1 ≠ σ 2
x post −x pre
g= (Hake dalam Savinainen & Scott)
x max −x pre
Keterangan:
g ≥ 0,7 Tinggi
g ˂ 0,3 Rendah
30
Sumber: Karangan buku Savinainen dkk, The Force Concept Inventory, A tool monitoring Student
Learning
x 1−x 2
t=
S
√ 1 1
+
n 1 n2
Keterangan :
H0 : µ1 ≤ µ2
H1 : µ1 > µ2
31
Keterangan :
Pengujian hipotesis ini dilakukan pada taraf nyata 𝛼 = 0,05. Kriteria pengujian di dapat
dari daftar distribusi students-t dk = (n1 + n2 - 2) dan peluang (1−𝛼). Di mana kriteria
pengujiannya adalah tolak Ho jika 𝑡h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , dan terima 𝐻1 Jika 𝑡h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 terima
𝐻0 tolak 𝐻1
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D. N. (2017). Strategi Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
SD/MI. Muallimuna:Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, (online), Vol.3, No.1, Hal. 96-107,
(https://media.neliti.com/media/publications/222452-strategi-peningkatan-
kemampuan-komunikas.pdf, diakses 28 Februari 2020)
Afandi, M., Chamalah, E. & Wardani, O. P. (2013). Model dan Metode Pembelajaran di
Sekolah. Semarang: Unissula Press.
32
Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Fahrullisa, R., Putra, F. G. & Supriadi, N. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan Pendekatan Investigasi Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis . Numerical: Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika , (online), Vol. 2, No. 2, Hal. 145-152,
(https://www.journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/numerical/article/view/
213 , diakses 20 Februari 2020)
Lestari, D. T., Rohaeti, E. E. & Senjayawati, E. (2018). Analisis Kesulitan Belajar Siswa
SMP Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Aritmatika di Tinjau dari Kemampuan
Komunikasi Matematis . Journal On Education, (online), Vol.1, No.2, Hal. 440-444,
(http://jonedu.org/index.php/joe/article/view/85, diakses 16 Februari 2020)
Mariyaningsih, N. & Hidayati, M. (2018). Bukan Kelas Biasa Teori dan Praktik Berbagai
Model dan Metode Pembelajaran Menerapkan Inovasi Pembelajaran di Kelas-Kelas
Inspiratif . Surakarta: CV Kekata Group.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasrudin, J. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Panca Terra Firma
33
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standards for
School Mathematics.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
34
Wahyuni, F. (2019). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Reciprocal
Teaching. Journal of Mathematics Education and Science, (online), Vol.4, No.2, Hal.
226-236, (https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/mesuisu/article/view/1796, diakses 08
Maret 2020)
35