Anda di halaman 1dari 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS DAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH

Evi Netiana

210410045

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

PERSADA KHATULISTIWA

SINTANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala,

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penyusun

dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini. Shalawat dan salam

senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-

sahabatnya.

Penelitian ini penyusun susun sebagai langkah nyata untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran matematika di lingkungan pendidikan. Dengan tajuk

"PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA," penyusun bertekad untuk memberikan

kontribusi positif dalam upaya peningkatan pembelajaran matematika di sekolah.

Semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dan

memberikan manfaat bagi perkembangan pendidikan matematika di sekolah.

Penyusun menyadari bahwa setiap perjalanan dimulai dengan langkah kecil, dan

penyusun berharap bahwa proposal ini dapat menjadi langkah awal yang berarti

dalam mewujudkan pembelajaran matematika yang lebih baik.

Akhir kata, penyusun mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan

kesalahan dalam penyusunan proposal ini. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan petunjuk dan keberkahan pada setiap langkah perjalanan kita.

Sintang, 15 Januari 2024

ii
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Fokus Penelitian.........................................................................................3
C. Pertanyaan Penelitian.................................................................................3
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
E. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
1. Manfaat Teoritis...............................................................................4
2. Manfaat Praktis.................................................................................5
F. Definisi Operasional..................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................8
A. Landasan Teori...........................................................................................8
1. Model Pembelajaran Scramble.........................................................8
2. Kemampuan Komunikasi Matematis...............................................9
3. Keaktifan Belajar Siswa.................................................................10
4. Kesulitan Siswa dalam Mengomunikasikan Pemahaman Matematis
........................................................................................................11
B. Kerangka Berpikir....................................................................................13
C. Hipotesis Penelitian..................................................................................13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................15
A. Pendekatan Penelitian..............................................................................15
B. Metode Penelitian....................................................................................15
B. Bentuk Penelitian.....................................................................................16
C. Lokasi Penelitian......................................................................................18
D. Data dan Sumber Data Penelitian............................................................19
E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data........................................................20
F. Keabsahan Data........................................................................................22
G. Teknik Analisis Data................................................................................23
Lampiran................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan matematika memainkan peran sentral dalam

mengembangkan kemampuan berpikir logis dan analitis siswa, serta

memberikan dasar bagi kemampuan berkomunikasi matematis (Tanjung,

2019). Pendidikan matematika memegang peran sentral dalam

membentuk intelektualitas siswa melalui pengembangan kemampuan

berpikir logis dan analitis. Konsep dan keterampilan matematika bukan

hanya menjadi alat untuk memahami dunia, tetapi juga fondasi bagi

kemampuan berkomunikasi matematis. Dalam setiap aspek pembelajaran,

siswa diajak untuk merancang pemecahan masalah, menyusun argumen

logis, dan menjelaskan konsep matematis. Kemampuan berpikir logis

membantu siswa memahami struktur konsep matematika, menganalisis

informasi, dan membuat generalisasi.

Selain itu, pendidikan matematika mendorong siswa untuk

berkomunikasi secara efektif, mengartikulasikan pemahaman mereka, dan

terlibat dalam diskusi matematis (Nuraeni, 2016). Dengan demikian,

pendidikan matematika bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan

juga pembentukan keterampilan kritis dan kreatif yang dapat diaplikasikan

di berbagai konteks, membentuk siswa menjadi individu yang mampu

berpikir mandiri dan berkomunikasi secara matematis.

1
2

Sayangnya, dalam konteks kelas, seringkali siswa mengalami

kesulitan dalam mengomunikasikan pemahaman matematis mereka secara

efektif. Kendala ini dipertegas oleh rendahnya tingkat keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran matematika, yang dapat disebabkan oleh

model pembelajaran konvensional yang kurang menarik dan kurang

merangsang interaksi siswa.

Penting untuk mencari alternatif pendekatan pembelajaran yang

dapat mengatasi tantangan tersebut. Model pembelajaran "Scramble"

menonjol sebagai salah satu pendekatan yang menekankan pada keaktifan

siswa dan keterlibatan mereka dalam pemecahan masalah matematis. Oleh

karena itu, penelitian ini didasarkan pada kebutuhan mendesak untuk

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dan merangsang

keaktifan belajar mereka.

Adapun permasalahan penelitian yang diidentifikasi melibatkan

kesulitan siswa dalam menyampaikan pemahaman matematis, rendahnya

tingkat keaktifan siswa, keterbatasan model pembelajaran konvensional,

dan perlunya alternatif model pembelajaran yang inovatif. Oleh karena itu,

penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penerapan model

pembelajaran Scramble dalam meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa dan merangsang keaktifan belajar mereka. Dengan

demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

signifikan dalam memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di

tingkat sekolah melalui pendekatan pembelajaran yang lebih dinamis dan

partisipatif.
3

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Meneliti dampak positif penerapan model pembelajaran Scramble

terhadap tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Mengevaluasi apakah model ini mampu merangsang partisipasi siswa

melalui interaksi kelompok dan pendekatan pemecahan masalah

matematis.

3. Mengidentifikasi secara jelas faktor-faktor yang menyebabkan

kesulitan siswa dalam menyampaikan pemahaman matematis mereka.

4. Menganalisis secara kritis bagaimana model pembelajaran Scramble

dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi kendala tersebut dan

memberikan solusi konkret.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Scramble dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Scramble dapat merangsang

keaktifan belajar siswa dalam konteks pembelajaran matematika?

3. Sejauh mana kesulitan siswa dalam mengomunikasikan pemahaman

matematis dapat diatasi melalui penerapan model pembelajaran

Scramble?
4

4. Bagaimana respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran

Scramble dalam meningkatkan partisipasi aktif mereka dalam proses

pembelajaran matematika?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut”

1. Mengevaluasi efektivitas penerapan model pembelajaran Scramble

dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Menilai sejauh mana penerapan model pembelajaran Scramble dapat

merangsang keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan

siswa dalam mengomunikasikan pemahaman matematis dan

bagaimana model pembelajaran Scramble dapat mengatasi kendala

tersebut.

4. Menilai respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran

Scramble sebagai upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran

yang lebih dinamis dan partisipatif dalam konteks pembelajaran

matematika.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan hasil penelitian nanti, baik bagi

kepentingan pengembangan program maupun kepentingan ilmu

pengetahuan.
5

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori

pembelajaran matematika dengan menguji dan mendokumentasikan

efektivitas model pembelajaran Scramble sebagai alternatif dalam

meningkatkan komunikasi matematis dan keaktifan belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa

Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa,

memperkuat pemahaman konsep matematis, dan merangsang

keaktifan belajar dalam pembelajaran matematika. Memberikan

pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan bagi

siswa.

b. Manfaat bagi guru

Menyediakan alternatif model pembelajaran yang dapat

meningkatkan efektivitas pengajaran matematika. Memperoleh

wawasan mengenai strategi untuk merangsang partisipasi siswa

dan mengatasi kesulitan dalam komunikasi matematis.

c. Bagi sekolah

Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah dan

Memperkaya ragam model pembelajaran yang dapat diadopsi

oleh guru matematika.

d. Bagi Peneliti
6

Meningkatkan pemahaman tentang efektivitas metode

pembelajaran yang dapat diaplikasikan di berbagai konteks

pendidikan.

e. Bagi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

Memberikan dasar untuk penyempurnaan kurikulum dan

pengembangan strategi pembelajaran di STKIP Persada

Khatulistiwa Sintang.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan beberapa istilah atau

definisi operasional yaitu:

1. Model Pembelajaran Scramble

Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini mengacu

pada pendekatan pembelajaran matematika yang melibatkan interaksi

aktif siswa dalam kelompok kecil untuk memecahkan masalah

matematis. Siswa bekerja bersama untuk merancang solusi, berbagi

ide, dan melakukan diskusi terstruktur.

2. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan siswa dalam menyampaikan ide, konsep, dan

pemahaman matematis secara lisan dan tertulis dengan jelas dan

sistematis. Ini mencakup kemampuan menggunakan bahasa

matematika yang tepat, merumuskan argumen matematis, dan merinci

langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah.


7

3. Keaktifan Belajar Siswa

Tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika,

termasuk keterlibatan dalam diskusi kelompok, respons terhadap

pertanyaan guru, dan kemauan untuk mencoba menyelesaikan

masalah matematis secara aktif.

4. Kesulitan Siswa dalam Mengomunikasikan Pemahaman Matematis

Hambatan atau tantangan yang dihadapi siswa dalam menyampaikan

pemahaman mereka terkait konsep matematis. Ini dapat mencakup

kesulitan menyusun kalimat matematis yang jelas, mengorganisir

pemikiran secara sistematis, atau menggunakan istilah matematika

dengan benar.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Model Pembelajaran Scramble

Model Pembelajaran Scramble adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang menekankan interaksi dan kolaborasi siswa dalam

menyelesaikan masalah matematis secara kelompok (Pasani, 2018).

Fungsi utama dari model ini adalah mendorong siswa untuk aktif

berpartisipasi dalam pembelajaran, memecahkan masalah secara

bersama-sama, dan berbagi ide.

Dalam suasana belajar Scramble, siswa ditempatkan dalam

kelompok-kelompok kecil di mana mereka diberikan tugas atau

masalah matematis yang harus diselesaikan Bersama (Muhammadiah,

2023). Kelebihan utama model ini terletak pada promosi keterlibatan

siswa, pengembangan kemampuan bekerja sama, dan penerapan

konsep matematis dalam konteks dunia nyata. Dengan bekerja

bersama, siswa dapat menggali berbagai sudut pandang dan strategi

pemecahan masalah.

Namun, seperti halnya model pembelajaran lainnya, Scramble

juga memiliki kekurangan. Salah satunya adalah potensi untuk

ketidakseimbangan partisipasi di antara anggota kelompok. Beberapa

siswa mungkin lebih dominan atau pasif dalam kelompok, sehingga

8
9

dapat mempengaruhi efektivitas kolaborasi. Selain itu, waktu yang

diperlukan untuk diskusi kelompok bisa menjadi tantangan jika tidak

terkelola dengan baik.

Meskipun demikian, keunggulan model Scramble mencakup

peningkatan kemampuan berkomunikasi siswa, pembentukan

keterampilan sosial, dan penerapan konsep matematis dalam situasi

nyata. Model ini dapat menjadi alat yang efektif untuk merangsang

pemikiran kreatif dan meningkatkan partisipasi siswa dalam

pembelajaran matematika. Dengan pemahaman yang mendalam

tentang fungsi, kelebihan, dan kekurangan model Pembelajaran

Scramble, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana

penerapannya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

dan keaktifan belajar siswa.

2. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis adalah suatu keterampilan

yang mencakup kemampuan siswa dalam menyampaikan dengan jelas

dan sistematis pemahaman mereka terkait konsep-konsep matematika

(Rizqi, 2016). Dalam konteks pembelajaran matematika, kemampuan

ini mencangkup berbagai aspek, termasuk penggunaan bahasa

matematika yang tepat, penyusunan argumen logis, dan kemampuan

untuk merinci langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah.

Secara lebih rinci, kemampuan komunikasi matematis

membutuhkan kemampuan untuk merubah pemikiran matematis

menjadi bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain. Hal ini
10

mencakup penggunaan simbol, notasi, dan bahasa matematika secara

akurat untuk menyampaikan ide-ide matematis. Siswa perlu mampu

merangkai kata-kata dan simbol matematika dengan tepat sehingga

orang lain dapat memahami langkah-langkah mereka dalam

memecahkan masalah atau menjelaskan suatu konsep (Amir, 2013).

Pentingnya kemampuan ini tidak hanya terbatas pada proses

pembelajaran, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang

memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik dapat dengan

lebih efektif berpartisipasi dalam diskusi, berkolaborasi dengan orang

lain, dan menjelaskan solusi matematisnya dalam berbagai situasi.

Dalam konteks penelitian ini, penekanan pada pengembangan

kemampuan komunikasi matematis menjadi sangat relevan, terutama

ketika melibatkan penerapan model pembelajaran Scramble. Dengan

memfokuskan pada aspek ini, penelitian bertujuan untuk mengukur

dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan

pemahaman matematis mereka dengan lebih efektif melalui penerapan

model tersebut.

3. Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan belajar siswa mencakup tingkat partisipasi dan

keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Fungsi utamanya

adalah merangsang siswa untuk menjadi aktif dalam aktivitas

pembelajaran, termasuk diskusi kelompok, menjawab pertanyaan, dan

berpartisipasi dalam kegiatan kelas. Keaktifan belajar mencerminkan

sejauh mana siswa terlibat dan berkontribusi dalam pembelajaran.


11

Dalam konteks pendidikan matematika, keaktifan belajar siswa

dapat tercermin dalam kemauan mereka untuk mengajukan

pertanyaan, berbagi pemikiran, dan berkolaborasi dengan sesama

siswa. Keaktifan belajar juga mencakup ketertarikan siswa terhadap

materi pembelajaran dan motivasi mereka untuk terlibat dalam

eksplorasi konsep matematis.

Keaktifan belajar memiliki dampak positif terhadap

pembelajaran siswa. Siswa yang aktif cenderung memiliki

pemahaman yang lebih mendalam, karena mereka terlibat langsung

dalam pemecahan masalah, berdiskusi, dan menyampaikan ide mereka

(Ramadhan, 2023). Selain itu, keaktifan belajar juga menciptakan

lingkungan pembelajaran yang dinamis dan mendukung pertukaran

ide antar siswa.

Dalam kerangka penelitian ini, keaktifan belajar siswa menjadi

fokus penelitian, terutama dalam konteks penerapan model

pembelajaran Scramble. Dengan mengamati dan mengukur tingkat

keaktifan siswa selama proses pembelajaran, penelitian bertujuan

untuk mengevaluasi sejauh mana model ini dapat merangsang

keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

4. Kesulitan Siswa dalam Mengomunikasikan Pemahaman

Matematis

Kesulitan siswa dalam mengomunikasikan pemahaman

matematis mencakup hambatan atau tantangan yang dihadapi siswa

ketika mencoba menyampaikan ide, konsep, atau langkah-langkah


12

pemecahan masalah matematis kepada orang lain. Fungsi utamanya

adalah mengidentifikasi dan mengatasi rintangan yang dapat muncul

dalam proses menyampaikan pemahaman matematis secara efektif.

Kesulitan ini dapat berkisar dari kesulitan merumuskan kalimat

matematis yang jelas hingga kendala dalam menggunakan simbol

matematika dengan benar. Beberapa siswa mungkin juga mengalami

kesulitan dalam mengorganisir pemikiran mereka secara sistematis

atau mengungkapkan langkah-langkah mereka dengan urutan yang

tepat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk

ketidakpastian terhadap kosakata matematis atau kurangnya

kepercayaan diri dalam menyampaikan pemahaman mereka.

Penting untuk memahami bahwa kesulitan siswa dalam

mengomunikasikan pemahaman matematis tidak hanya bersifat teknis

tetapi juga dapat terkait dengan faktor psikologis dan sosial. Oleh

karena itu, strategi pembelajaran yang memperhatikan aspek-aspek ini

dapat membantu mengatasi kesulitan tersebut.

Dalam penelitian ini, pengidentifikasian dan penanganan

kesulitan siswa dalam mengomunikasikan pemahaman matematis

menjadi perhatian khusus. Melalui penerapan model pembelajaran

Scramble, diharapkan dapat memberikan solusi atau strategi yang

efektif untuk mengatasi hambatan ini, sehingga siswa dapat lebih

percaya diri dan kompeten dalam menyampaikan pemahaman

matematis mereka.
13

B. Kerangka Berpikir

Menurut Sugiyono, (2016) kerangka berfikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor

yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting. Berdasarkan

pengertian tersebut, maka kerangka berpikir pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti membuat suatu

hipotesis tindakan sebagai berikut:

Ho (Hipotesis Nol): Tidak ada perbedaan signifikan dalam peningkatan

kemampuan komunikasi matematis antara kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran Scramble dan kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran konvensional.


14

H1 (Hipotesis Alternatif): Terdapat perbedaan signifikan dalam

peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Scramble dan

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, dengan

kelompok Scramble mengalami peningkatan yang lebih besar.

.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas

(PTK). Pendekatan ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk secara

langsung terlibat dalam situasi pembelajaran di kelas dan melakukan

tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik

pembelajaran (Susilowati, 2018). PTK memungkinkan peneliti untuk

merespons secara fleksibel terhadap dinamika kelas dan mengevaluasi

efektivitas tindakan melalui refleksi dan analisis data.

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

dilaksanakan di lingkungan kelas dalam konteks pendidikan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap

kualitas pembelajaran. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas (PTK)

dapat secara singkat dijelaskan sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian

yang bersifat reflektif, di mana dilakukan serangkaian tindakan tertentu

untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas

secara lebih profesional.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

penelitian tindakan kelas (PTK). Metode ini sesuai dengan pendekatan yang

dipilih karena menekankan pada tindakan konkret yang dilakukan dalam

15
16

konteks pembelajaran matematika di kelas. PTK memungkinkan observasi

langsung terhadap efek dari perubahan yang diterapkan dalam

pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas terdiri dari siklus-siklus tindakan yang

melibatkan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Proses ini

membantu peneliti untuk secara berkelanjutan memperbaiki dan

meningkatkan strategi pembelajaran serta merespons kebutuhan siswa

secara lebih efektif.

Dengan menggunakan metode PTK, penelitian ini dapat memberikan

wawasan mendalam tentang dampak penerapan model pembelajaran

Scramble terhadap kemampuan komunikasi matematis dan keaktifan belajar

siswa. Data yang terkumpul selama siklus-siklus tindakan akan menjadi

dasar untuk mengevaluasi efektivitas model pembelajaran tersebut.

B. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada

model Kemmis dan M.C Taggart dengan tahapan perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam

2 (dua) siklus Penelitian tindakan kelas ini dalam siklusnya, dilaksanakan

dengan tahapan: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan

4) refleksi. Adapun pelaksanaan pada siklus pertama dan kedua sebagai

berikut:

a. Siklus 1

1) Tahap Perencanaan
17

Perencanaan dilakukan dengan membuat RPP siklus I. Peneliti juga

meminta pengarahan kembali pada dosen pembimbing. Menyiapkan

instrumen kegiatan pembelajaran dan hasil belajar. Peneliti juga

mempersiapkan lembar kerja, alat, bahan, dan media yang akan

digunakan pada proses pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP

yang telah dibuat dan memperbaiki kesalahan atau kekurangan. Pada

pelaksanaan siklus I juga.

3) Observasi

Observasi pada siklus I dibantu oleh observer yang mengisi lembar

observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa. Peneliti juga

menyesuaikan pembelajaran agar pada siklus I ini kegiatan

pembelajaran dapat terlaksana sepenuhnya.

4) Refleksi

Tahap refleksi yang dilakukan ini merupakan kegiatan yang

dilakukan peneliti untuk mengetahui pembelajaran yang telah

terlaksana. Refleksi pada siklus Idapat diperbaiki pada pembelajaran

selanjutnya.

b. Siklus 2

1) Tahap Perencanaan

Sama seperti siklus I, perencanaan dilakukan dengan membuat RPP

siklus II. Peneliti juga meminta pengarahan kembali pada dosen

pembimbing. Menyiapkan instrumen kegiatan pembelajaran dan hasil


18

belajar. Peneliti juga mempersiapkan lembar kerja, alat, bahan, dan

media yang akan digunakan pada proses pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP

yang telah dibuat dan memperbaiki kesalahan atau kekurangan yang

dilakukan pada siklus I. Pada pelaksanaan siklus II juga, peneliti

berusaha untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.

3) Observasi

Observasi pada siklus II sama seperti pada siklus I yaitu dibantu oleh

observer yang mengisi lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan

siswa. Peneliti juga menyesuaikan pembelajaran agar pada siklus II

ini kegiatan pembelajaran dapat terlaksana sepenuhnya.

4) Refleksi

Tahap refleksi yang dilakukan ini merupakan kegiatan yang

dilakukan peneliti untuk mengetahui pembelajaran yang telah

terlaksana. Refleksi pada siklus II dapat diperbaiki pada pembelajaran

selanjutnya.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di salah satu persekolah di kabupaten

Sintang.
19

D. Data dan Sumber Data Penelitian

Data dan sumber data pada penelitian ini terdiri atas 5 komponen,

yaitu: (1) keterlaksanaan pembelajaran, (2) hasil kemampuan komunikasi

Matematis siswa (3) hasil keaktifan belajar siswa, (4) respon siswa. Data

dan sumber data tersebut disajikan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data Penelitian

No DATA SUMBER JENIS

DATA DATA

1 hasil wawancara, yaitu wawancara antara Guru Primer

peneliti dengan guru kelas untuk Siswa

mengetahui kondisi awal peserta didik

sebelum dilakukan tindakan, serta

wawancara antara peneliti dengan peserta

didik yang dijadikan sebagai subyek

penelitian untuk memperoleh gambaran.

2 Skor hasil tes peserta didik, yaitu hasil Siswa Primer

belajar peserta didik dalam

menyelesaikan soal – soal yang diberikan

oleh peneliti untuk mengetahui hasil.

3 hasil observasi, yaitu data yang diperoleh siswa Primer

dari pengamatan di sekolah tersebut,

pengamatan terhadap aktivitas peserta

didik ketika pembelajaran berlangsung,

dengan menggunakan lembar observasi


20

yang disediakan oleh peneliti

4 Catatan lapangan, yaitu berbagai aspek siswa

pembelajaran di kelas, suasana kelas,

pengelolaan kelas, hubungan interaksi

antar peserta didik dalam kelompok yang

tidak terdapat dalam deskriptor dan

indikator dalam hasil observasi dapat

dicatat dalam catatan lapangan,

5 hasil dokumentasi yang diperoleh dari Kepsek, TU Sekunder

foto – foto peserta didik dan peneliti

ketika melaksanakan kegiatan

pembelajaran

E. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian tindakan kelas proses pengumpulan data dapat

dilakukan dengan observasi, tes, angket, atau wawancara. Teknik atau

metode pengumpulan data adalah cara – cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengambil data. Dalam suatu kegiatan penelitian, selalu

menggunakan teknik – teknik pengumpulan data tertentu yang

disesuaikan dengan sifat penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut

bertujuan untuk memperoleh data di lapangan dalam rangka menjawab


21

permasalahan yang sedang diteliti. Pada penelitian ini ada beberapa

teknik pengumpulan data yaitu:

a. Teknik Komunikasi Langsung

Teknik komunikasi langsung adalah cara mengumpulkan data

yang mengharuskan seseorang peneliti mengadakan kontak

langsung secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber

data, baik dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja

dibuat untuk keperluan tersebut.

b. Tes

Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam

penelitian. Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang

diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan

jawaban – jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Tes

digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik

berupa hasil belajar. Dalam penelitian ini data yang perlu diukur

dengan menggunakan teknik tes yang menggunakan Lembar

evaluasi.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat atau isntrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Soal Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara

atau aturan yang telah ditentukan.

b. Lembar Observasi
22

Lembar observasi merupakan sebuah instrumen yang digunakan

untuk mengumpulkan data melalui pengamatan dilapangan.

c. Lembar wawancara

Salah satu cara untuk mengumpulkan data adalah dengan jalan

mengajukan pertanyaan kepada subjek penelitian. Instrumen ini

digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai fakta,

keyakinan, perasaan, niat, dan sebagainya. Wawancara adalah

metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara

lisan kepada subjek yang diteliti/

F. Keabsahan Data

Penelitian ini menerapkan teknik keabsahan data melalui triagulasi

untuk mendukung penelitian ini. Triagulasi dalam konteks penelitian ini

dilakukan melalui tiga dimensi yang saling melengkapi:

1. Triagulasi Sumber

Data diperoleh dari sumber-sumber yang berbeda, termasuk observasi

langsung di kelas, wawancara dengan guru matematika, analisis hasil

ulangan atau tugas siswa, serta tanggapan siswa melalui survei atau

kuesioner. Dengan memanfaatkan berbagai sumber, penelitian ini

memastikan data diperoleh dari beragam perspektif, memperkaya

interpretasi terkait penerapan model pembelajaran Scramble.

2. Triangulasi Metode

Pengumpulan data dilakukan melalui metode-metode yang berbeda,

seperti observasi, wawancara, analisis hasil ulangan, dan survei.


23

Kombinasi metode ini diharapkan dapat memberikan validitas dan

keberagaman dalam data, memperkuat temuan, dan menghasilkan

pemahaman yang holistik terhadap efektivitas model pembelajaran

Scramble.

3. Triangulasi Waktu

Data dikumpulkan pada berbagai tahap waktu selama pelaksanaan

penelitian. Pengamatan terhadap perubahan atau konsistensi data dari

waktu ke waktu memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap

dinamika pembelajaran yang terjadi seiring berjalannya waktu.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses yang melibatkan

pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar. Tujuannya adalah untuk menemukan tema-tema tertentu dan

merumuskan hipotesis kerja berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif dengan

mengacu pada model analisis mengalir dari Miles dan Huberman. Model ini

mencakup tiga tahap utama:

1. Reduksi Data

Tahap pertama adalah reduksi data, di mana data yang telah

dikumpulkan disederhanakan dan diorganisasikan agar dapat lebih

mudah dipahami. Proses ini melibatkan pemilihan data yang paling

relevan, pengelompokan informasi, dan pengidentifikasian pola-pola

awal.
24

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Pada tahap ini, data yang telah diorganisasikan disajikan dalam bentuk

yang jelas dan terstruktur. Grafik, tabel, atau narasi dapat digunakan

untuk memberikan gambaran yang komprehensif.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti

membuat interpretasi terhadap data yang disajikan. Kesimpulan ini

dapat berupa temuan-temuan, pola-pola umum, atau hipotesis kerja

yang dapat membantu menjelaskan fenomena yang diamati.


25

LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
Petunjuk
1. Lembar ini untuk mencatat hasil observasi mahasiswa kepada guru di
sekolah tujuan penelitian
2. Lembar ini untuk mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru
selama proses pembelajaran
3. Mohon memberi tanda centang pada kolom di bawah Ya atau Tidak (Jika
Ya termasuk Baik atau Kurang)
4. Masing-masing kegiatan yang ada dapat ditambah uraian untuk
mendeskripsikannya lebih baik

Tanggal Pengamatan :
Nama Sekolah :

No Aspek Pengamatan Keterlaksanaan Deskripsi


Ya Tdk
Bk Kr
1 Menggunakan model
pembelajaran scramble dalam
proses belajar berlangsung

2 Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran
3 pembelajaran secara scramble
lebih efektif dan efisien

4 Tingkat kefokusan siswa dalam


proses belahar

Keterangan: Tdk = Tidak, Bk = Baik, Kr = Kurang


26

PEDOMAN WAWANCARA
Nama Sekolah :

Subyek :

Harı tanggal wawancara :

Dalam usulan penelitian ini peneliti hanya mengemukakan rencana wawancara


secara garis besar yang akan dikembangkan secara lebih mendalam pada suat
wawancara dilakukan terhadap informasi sehingga diharapkan mampu
memperoleh informasi yang lengkap, aktual, dan akurat.

Adapun beberapa pedoman pertanyaan dalam wawancara itu adalah sebagai


berikut:

No Pertanyaan Narasumber Jawaban


1 Apakah model pembelajaran scramble dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas?

2 Bagaimanakah model pembelajaran scramble


yang bapak/ibu guru kamu ajarkan di kelas?

3 Apakah pembelajaran secara scramble lebih


mudah dipahami atau justru sebaliknya?

4 Bagaimana pembelajaran secara scramble yang


diajarkan sekarang, apakah seperti biasa pada
umumnya?

5 Apakah kamu pernah mendengar atau membaca


tentang pembelajaran secara scramble?
27

LEMBAR VALIDASI SOAL TES


Kelas/Semester :

Topik :

Validator :

Petunjuk
1. Mohon kesediaan Bapak untuk melihat lembar soal
2. Mohon Bapak mengisi lembar instrumen dengan memberikan tanda cek (V) pada kolom
5,4,3,2 atau 1 yang menurut Bapak sesuai
3. Pedoman penilaiannya adalah sebagai berikut:
5. Apabila butir soal sangat sesuai dengan materi, jelas serta bahasa mudah dipahami
4. Apabila butir soal sesuai dengan materi, cukup jelas serta bahasa mudah. Dipahami
3. Apabila butir soal cukup sesuai dengan materi, kurang jelas serta bahasa kurang
bisa dipahami
2. Apabila butir soal kurang sesuai dengan materi, tidak jelas, serta bahasa bisa
dipahami
1. Apabila butir soal tidak sesuai dengan materi, tidak jelas serta bahasa sulit
dipahami
4. Mohon Bapak memberikan saran perbaikan yang diperlukan pada kolom yang telah
disediakan
5.
28

No Soal Kualifikasi Perbaikan yang diperlukan


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. (2013). Pembelajaran matematika dengan menggunakan kecerdasan

majemuk (multiple intelligences). . Logaritma: Jurnal Ilmu-ilmu

Pendidikan dan Sains, 1(01).

Muhammadiah, M. U. (2023). MDEL PEMBELAJARAN-4 Konsep dan

Penerapannya. Azkiya Publishing.

Nuraeni, R. &. (2016). Mengembangkan kemampuan komunikasi matematik

siswa melalui strategi think talk write. . Mosharafa: Jurnal Pendidikan

Matematika, 5(2),, 101-112.

Pasani, C. F. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Membina Karakter Tanggung


29

Jawab Dan Disiplin Siswa. . EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika,

6(2).

Ramadhan, E. H. (2023). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk

Membantu Siswa Berpikir Kreatif. . Protasis: Jurnal Bahasa, Sastra,

Budaya, dan Pengajarannya, 2(2),, 43-54.

Rizqi, A. A. (2016). Kemampuan komunikasi matematis siswa melalui blended

learning berbasis pemecahan masalah. . In PRISMA, Prosiding Seminar

Nasional Matematika, 191-202.

Susilowati, D. (2018). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) solusi alternatif

problematika pembelajaran. Jurnal ilmiah edunomika, 2(01).

Tanjung, H. S. (2019). Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah

untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

matematis siswa SMA Negeri 3 Kuala Kabupaten Nagan Raya. Genta

Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 10(2).

Anda mungkin juga menyukai