Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA


MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA
SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 JAYAKERTA

(Penelitian Tindakan Kelas di SMKN 1 Jayakerta Kabupaten Karawang Tahun


Pelajaran 2019/2020)

Oleh:

YUSUP ARDABILA
19022118010197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan
Proposal Penelitian Tindakan Kelas dengan judul”Upaya Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematik melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share pada
Kelas X SMKN 1 Jayakerta”.
Di dalam penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini, peneliti mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu Dosen UNTIRTA
2. Kepala SMKN 1 Jayakerta
3. Rekan-rekan peserta PPG dalam jabatan angkatan 4 yang telah berjuang bersama dan
memberikan ilmu dan pengalamannya.

Semoga amal baik dari semua pihak yang membantu dalam penulisan Penelitian
Tindakan Kelas dapat diterima Allah SWT dan semoga Penelitian Tindakan Kelas ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Serang, September 2019

PENELITI

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian Tindakan ................................................................................. 2
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2
E. Hipotesis Tindakan .............................................................................................. 3
F. Ruang Lingkup ..................................................................................................... 3
G. Definisi Operasional ............................................................................................ 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................... 4


A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share .............................. 4
B. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa ........................................................ 5

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 8


A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 8
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................................ 8
C. Desain Penelitian ................................................................................................. 8
D. Tahapan Penelitian ............................................................................................... 9
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 10
F. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 10
G. Teknik Analisis Data ............................................................................................ 11
H. Jadwal Penelitian ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu tujuan pendidikan matematika adalah agar siswa mampu
menggunakan kemampuan komunikasi. Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang
menantang siswa untuk berpikir sistematis dan logis sehingga sampai pada suatu
kesimpulan dengan menggunakan argumen-argumen atau bukti-bukti yang
kebenarannya sudah dibuktikan.
Komunikasi matematik menurut Eka Senjayawati (2013) komunikasi
matematik dapat diartikan suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu
yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau interaksi dan terjadi pengalihan pesan
berupa konsep, rumus, atau ide-ide matematika. Komunikasi matematika adalah
kemampuan matematik dalam menyatakan gambar atau grafik ke dalam ide-ide
matematika, simbol-simbol matematika, ataupun sebaliknya.
Baroody (Husna, dkk: 2014) menjelaskan ada dua alasan mengapa komunikasi
dalam matematika siswa peranan penting dan perlu ditingkatkan di dalam pelajaran
matematika, pertama mathematics as language artinya matematika tidak hanya
sebagai alat untuk menemukan pola , menyelesaikan masalah, atau mengambil
keputusan , tetapi matematika juga sebagai yang berharga untuk mengkomunikasikan
berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua mathematics as learning as social
activity, artinya matematika sebagai aktifitas sosial dalam pembelajaran, matematika
juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan
siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMK Negeri 1 Jayakerta
kelas X TBSM 1 yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 32 siswa laki-laki dan 4 siswa
perempuan ditemukan beberapa permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas
yaitu banyak siswa yang kurang memperhatikan saat guru menyampaikan materi,
siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga hanya beberapa siswa
yang terlihat menonjol, siswa kurang bisa memodelkan permasalahan matematika,
dan penulisan simbol-simbol matematika masih sangat rendah. Dari permasalahan-
permasalahan tersebut, yang menjadi prioritas utama pada penelitian ini adalah
rendahnya kemampuan komunikasi matematik siswa.

1
Berdasarkan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya
pembenahan metode, model, dan strategi yang tepat dalam pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share salah satu model pembelajaran yang
menekankan kemampuan berpikir dan berpasangan mempresentasikan hasil diskusi
siswa di depan kelas, sebagai pembelajaran siswa mampu mengkomunikasikan hasil
pembelajaran di kelas. Kemampuan berpikir dalam model TPS dapat diarahkan pada
kemampuan komunikasi matematik siswa karena setelah hasil proses berpikir siswa
dibimbing untuk mampu menjelaskan lagi ke teman sekelasnya dengan memahami
simbol-simbol, ide atau gagasan matematik ke teman-temannya di kelas.
Dari uraian tersebut, maka peneliti akan membuat penelitian tindakan kelas
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Kelas X SMK
Negeri 1 Jayakerta”.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran koooperatif tipe Think Pair
Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik pada siswa kelas X di
SMKN 1 Jayakerta?”

C. Tujuan Penelitian Tindakan


Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik
siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada kelas X di
SMK Negeri 1 Jayakerta.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik siswa melalui model pembelajaran TPS.
2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian yang sejenis.
3. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat
kebijakan tentang peningkatan kualitas sekolah.

2
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik pada siswa kelas X SMKN 1 Jayakerta.

F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Subjek pelaksanaan penelitian ini adalah siswa kelas X TBSM 1.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share.
3. Kemampuan matematis siswa yang diukur meliputi indikator: menyatakan suatu
situasi ke dalam gambar, simbol, idea, atau model matematika; dan menjelaskan
idea, situasi dan relasi matematika secara tulisan.
4. Pokok bahasan yang diajarkan adalah sistem persamaan linier dua variabel.

G. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share atau sering
dikenal dengan sebutan TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. TPS menghendaki
peserta didik bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dilaksanakan
pada penelitian ini meliputi : penyampaian topik inti materi, kemudian peserta
didik diminta untuk berpikir tentang topik materi yang disampaikan;
memasangkan peserta didik dengan teman sebangkunya; dan memimpin pleno
kecil diskusi untuk mengamati diskusi kelompok pasangan yang akan berbagi
jawaban (share) dengan seluruh peserta didik di kelas.
2. Kemampuan Komunikasi Matematik
Kemampuan komunikasi matematik adalah proses penyampaian pesan
berupa konsep matematika dari pengirim pesan kepada penerima pesan baik
secara lisan maupun tulisan untuk tujuan tertentu. Dalam penelitian ini,
kemampuan komunikasi matematik yang diukur secara tulis yang meliputi
indikator : menyatakan suatu situasi ke dalam gambar, simbol, idea, atau model
matematika; dan menjelaskan idea, situasi dan relasi matematika secara tulisan.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share


Tipe dari model pembelajaran kooperatif yang sering digunakan dalam
pembelajaran matematika diantaranya : Student Teams Achievement Division (STAD),
Think Pair and Share (TPS), Teams Games Tournaments (TGT), Teams Assisted
Individualization (TAI), Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC),
jigsaw dan Group Investigation (GI). Model pembelajaran kooperatif yang akan dikaji
adalah hanya model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS).
Think Pair and Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Frank Lyman. Think Pair and Share memberikan waktu kepada
para peserta didik untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.
Think Pair and Share memberi peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah
optimalisasi partisipasi peserta didik.
Keunggulan model kooperatif learning tipe Think Pair and Share menurut
Mahmudin ( Fatimah, Fifit, 2008:8) adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran TPS dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
2) Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala
keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
3) Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik.
4) Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi
dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses
pendidikan jangka panjang.
5) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain.
6) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu
materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang
lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan
kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
7) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode
pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk
mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di
awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi
dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan
selanjutnya.

4
Dengan teknik belajar mengajar Think Pair Share, peserta didik dilatih
untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku
atau pun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah
kognitif peserta didik karena peserta didik dituntut untuk mengikuti proses
pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi.
Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share
adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran,
yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman
sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).
Menurut Riyanto, Yatim (2009:279) mengemukakan bahwa langkah-langkah
(syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share sebagai
berikut.
1) Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai,
2) Siswa diminta untuk berpikir tentang topik/ materi permasalahan yang
disampaikan guru secara individual,
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok dua
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing tentang
topiknya tadi,
4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan
mengemukakan hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan
seluruh siswa di kelas,
5) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para
siswa,
6) Guru memberikan kesimpulan,
7) Penutup

B. Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa


Salah satu syarat untuk berkembangnya interaksi antara satu individu dengan
idividu lainnya adalah kemampuan komunikasi. Menurut Susilawati, Wati
(2008:130), “…siswa mampu menggunakan matematika sebagai alat komunikasi di
kelas maupun saat berinteraksi dengan masyarakat umum”. Menurut Effendy, Onong
Uchyana (2009 : 101) “…pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam
proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar
sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan”.
Pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana dalam kelas secara
tatap muka (face-to face), karena kelompoknya relatif kecil, meskipun komunikasi
antar pengajar dan pelajar dalam ruang kelas itu termasuk komunikasi kelompok

5
(group communication), sang pengajar sewaktu-waktu bisa mengubahnya menjadi
komunikasi antar personal, terjadilah komunikai dua arah atau dialog dimana si
pelajar menjadi komunikan dan komunikator. Terjadinya komunikasi dua arah ini
ialah apabila para pelajar bersifat responsif, mengetengahkan pendapat atau
mengajukan pertanyaan (diminta atau tidak diminta).
Komunikasi dalam matematika dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling
berhubungan atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi
pengalihan pesan yang berisis tentang materi matematika yang dipelajari dikelas.
Menurut Carole, et.al (Susilawati, Wati, 2008:134), “Komunikasi itu adalah sebagai
pusat bagi siswa dalam formulasi sebuah konsep dan strategi, komunikasi merupakan
hal terpenting bagi siswa untuk mencapai hasil yang baik dalam menyelesaikan
penggalian serta penyelidikan tentang matematika”.
Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di lingkungan kelas adalah
guru dan peserta didik. Sedangkan pengalihan pesan dapat terjadi secara lisan maupun
tulisan. Komunikasi secara lisan adalah kemampuan peserta didik dalam membaca,
memahami, mendengarkan, berdiskusi dam menjelaskan matematika.
Menurut Baroody (Susilawati, Wati, 2008:130) menyatakan:
…bahwa sedikitnya ada dua alasan penting yang menjadikan komunikasi
matematika dalam pelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian,
yaitu:
1) Mathematics as language, matematika tidak hanya alat bantu berfikir,
alat menemukan pola-pola menyelesaikan masalah, tetapi matematika
juga merupakan alat yang tak terhingga nilainya untuk berbagi ide
dengan jelas, tepat, dan cermat.
2) Mathematics learning as social activity, matematika sebagai aktifitas
social, interaksi antar siswa dan komunikasi antara guru dengan siswa
dalam pelajaran matematika merupakan hal yang penting untuk
membimbing potensi matematika siswa.

Sedangkan kemampuan secara tertulis yaitu kemampuan untuk menyatakan


suatu hal ke dalam bentuk matematika yang berupa simbol dan gambar. Menurut
NCTM (Susilawati, Wati, 2008:134) menjelaskan bahwa:
…kemampuan komunikasi matematika perlu dibangun dalam diri siswa agar
dapat :
1) Mengilustrasikan sebuah ide matematika ke dalam bentuk uraian yang
relevan
2) Memvisualisasikan pernyataan ataupun persoalan matematika dengan
menggunakan tabel, gambar, dan grafik
3) Memberikan alasan rasional terhadap pernyataan ataupun persoalan
matematika yang disajikan
6
4) Menggunkan notasi matematika secara tepat

Sejalan dengan pendapat tersebut Sumarmo, Utari (2010 : 6) mengemukakan


kegiatan yang tergolong pada komunikasi matematik adalah :
1) menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa,
symbol, idea, atau model matematik
2) menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan
3) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
4) membaca dengan pemahaman suatu refresentasi matematika tertulis
mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam
bahasa sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis membatasi indikator yang akan dinilai


hanya kemampuan komunikasi tertulis diantaranya, menyatakan situasi ke dalam
gambar, simbol, idea, atau model matematika; dan menjelaskan idea, situasi, dan
relasi matematika secara tulisan. Sedangkan pedoman penskoran dijelaskan menurut
Susilawati, Wati (2008:64) untuk kemampuan komunikasi matematik disajikan pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4
Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban
salah tanpa salah tetapi hampir benar benar benar
ada alasan ada alasan  Kesimpulan alasan disertai
Tidak ada tidak ada tidak alasan
jawaban  Rumus lengkap, tepat
benar jawaban
kesimpulan minimal
salah
 Jawaban
benar alasan
salah
Sumber : Susilawati, Wati (2008:64)

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Jayakerta Kabupaten Karawang
pada semester ganjil bulan Oktober sampai November 2019 dengan menyesuaikan
jam pelajaran matematika kelas X TBSM 1 SMK Negeri 1 Jayakerta.

B. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TBSM 1 yang berjumlah 36
siswa diantaranya 32 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Sedangkan objek
penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair and
Share.

C. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara
kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru
itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
proses tindakan itu adalah peneliti (Suharsimi Arikunto, 2002:17). Menurut Kemmis
dan Taggart ada beberapa tahapan dalam penelitian ini (Rochiati Wiriaatmaja,
2005:66) yaitu:
1. Perencanaan (Plan)
2. Tindakan (Act)
3. Pengamatan (Observe)
4. Refleksi (Reflect)
Dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Siklus dihentikan apabila
kondisi kelas sudah stabil dalam hal ini guru sudah mampu menguasai keterampilan
belajar yang baru dan siswa terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair and Share serta data yang ditampilkan di kelas sudah jenuh dalam arti sudah ada
peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa (Rochiati Wiriaatmaja, 2005:103).
Alur penelitiannya adalah:

8
Gambar 1: Model Spiral dari Kemmis dan Taggart

D. Tahapan Penelitian
1. Tahapan Penelitian Siklus
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, hand out, lembar kerja peserta didik, lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran TPS dan instrumen penilaian kemampuan
komunikasi matematik.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilakukan dalam tiga kali pertemuan.
Tahap tindakan dilakukan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jam mata
pelajaran matematikan kelas X TBSM 1. Materi yang akan diberikan adalah
sistem persamaan linier dua variabel.
Adapun tindakan yang akan dilakukan pada tiap siklus yaitu:
1) Pendahuluan
Guru menyampaikan presentasi kelas dengan memberikan apersepsi dan
motivasi kepada siswa dalam mempelajari SPLDV.
2) Kegiatan Inti
a) siswa belajar dalam kelompok secara berpasangan
b) Guru memberikan penekanan dari hasil diskusi dalam kelompok
c) Siswa mengerjakan kuis secara individu
d) Peningkatan nilai
e) Pemberian penghargaan kelompok

9
3) Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah berhasil
mencapai kriteria keberhasilan tertentu.
c. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan
tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan
pembelajaran siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum tercapai maka
dilakukan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua dan seterusnya.
2. Tahapan Penelitian Siklus II dan III
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan
terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sedangkan kegiatan pada siklus
IIIdimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II. Tahapan tindakan pada siklus II dan siklus III
mengikuti tahapan pada siklus I.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data sangat diperlukan dalam melaksanakan penelitian
dan pengumpulan data agar data yang diperoleh relevan dengan tujuan dan pokok
masalah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu
melaksanakan tes kemampuan komunikasi matematik, dilaksanakan satu kali secara
periodik. Tes kemampuan komunikasi matematik dilaksanakan setelah materi
penyelesaian masalah kontekstual SPLDV.

F. Instrumen Penelitian
1. Peneliti
Peneliti merupakan instrumen karena peneliti sekaligus sebagai perencana,
pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya
menjadi pelapor penelitiannya (Lexy J. Moleong, 2007:168)
2. Tes
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS digunakan pre-test dan post-test.
Tes ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi
matematik siswa.

10
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes

No Indikator No. Item

1 Menjelaskan konsep sistem persamaan linear dua variabel 1

Menentukan nilai variabel pada sistem persamaan linear dua


2 2
variabel
Menyusun model matematika yang sesuai dengan sistem
3 3
persamaan linear dua variabel
Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan
4 4,5
sistem persamaan dua variabel

Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4
Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban
salah tanpa salah tetapi hampir benar benar benar
ada alasan ada alasan  Kesimpulan alasan disertai
Tidak ada tidak ada tidak alasan
jawaban  Rumus lengkap, tepat
benar jawaban
kesimpulan minimal
salah
 Jawaban
benar alasan
salah
Sumber : Susilawati, Wati (2008:64)

G. Teknik Analisis Data


Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa, nilai
individu, skor kelompok, dan penghargaan kelompok.
1. Peningkatan ketuntasan mengikuti ketentuan sekolah bahwa “siswa dinyatakan
lulus dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh ≥60 dengan nilai maksimal 100”.
Maka dalam penelitian ini juga menggunakan ketentuan yang ditetapkan sekolah,
untuk menentukan persen (%) ketuntasan siswa dengan menggunakan perhitungan
persen (%) ketuntasan yaitu sebagai berikut:
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒊𝒔𝒘𝒂 𝑻𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔
Persen (%) ketuntasan = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒊𝒔𝒘𝒂

11
2. Peningkatan nilai individu siswa diperoleh dengan membandingkan skor dasar
siswa (rata-rata nilai tes siswa sebelumnya) dengan nilai kuis sekarang. Aturan
pemberian skor peningkatan individu mengikuti aturan dalam Slavin (1995:80).
3. Perolehan penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata-rata skor tiap
kelompok.
H. Jadwal Penelitian
Keseluruhan dari rencana kegiatan penelitian di atas akan dilaksanakan mengikuti
jadwal kegiatan seperti pada tabel 3.3 beikut ini.

Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Hari/tanggal Kegiatan

1 26 September 2019 Persiapan penelitian

2 27 September 2019 Perencaaan

3 1 Oktober 2019 Pelaksanaan Siklus 1

4 15 Oktober 2019 Pelaksanaan Siklus II

5 28 Oktober 2019 Pengolahan Data

6 4 November 2019 Penyusunan Laporan

12
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

Lexy J Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Rochiati Wiriaatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja


Rosdakarya
Senjayawati, E. (2015). Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMK di Kota Cimahi. Jurnal Ilmiah
STKIP Siliwangi Bandung. Tidak diterbitkan.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media.

Sumarmo, Utari. (2010). Berfikir Matematik Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
dikembangkan pada Peserta didik Sekolah Menengah dan Mahapeserta didik Calon
Guru. Makalah pada seminar Pendidikan Matematika. FMIPA Universitas
Padjajaran. Bandung. Tidak diterbitkan.

Susilawati, Wati. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI.

13

Anda mungkin juga menyukai