Anda di halaman 1dari 16

JAWABAN TUGAS PPGDJ BIDANG PEDAGOGIK

Oleh :
Nama : DENI ISKANDAR, S.Pd
NUPTK : 6544768669130043
NO. Peserta PPG : 18236018010039
Bidang Studi Sertifikasi : 180 – MATEMATIKA
Sekolah Asal : SMKS TARBIYATUL QURRO’
SELAGALAS, MATARAM

1. Buatlah satu contoh kasus kesalahan pengerjaan matematika yang dilakukan oleh siswa
SMP atau SMA, kemudian bagaimanakah kegiatan pembelajaran yang menurut Anda tepat
untuk menangani masalah tersebut?
Jawab
Dari sumber yang ada, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan adalah
perihal salah, kekeliruan, kealpaan, sehingga jika kesalahan itu dihubungkan dengan objek
dasar matematika menurut Soedjadi (2000: 13), kesalahan yang dimaksud yaitu:
a. Kesalahan Fakta adalah kekeliruan dalam menuliskan konvensi-konvensi yang
dinyatakan dengan simbol-simbol matematika.
Contoh : Kesalahan dalam mengubah permasalahan ke dalam bentuk model
matematika, kesalahan dalam menginterpretasikan hasil yang didapatkan dan kesalahan
dalam menuliskan simbol-simbol matematika.
b. Kesalahan Konsep adalah kekeliruan dalam menggolongkan atau mengklasifikasikan
sekumpulan objek. Konsep yang dimaksud dalam matematika dapat berupa definisi.
Contoh : Kesalahan dalam menggolongkan suatu relasi, apakah merupakan suatu
fungsi atau tidak.
c. Kesalahan Operasi adalah kekeliruan dalam pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar,
dan pengerjaan matematika yang lain.
Contoh : Kesalahan dalam menjumlahkan, mengurangkan, dan kesalahan dalam
operasi matematika lainnya.
d. Kesalahan Prinsip adalah kekeliruan dalam mengaitkan beberapa fakta atau beberapa
konsep.
Contoh : Kesalahan dalam menggunakan rumus ataupun teorema serta kesalahan
dalam menggunakan prinsip-prinsip sebelumnya.
Rosita (dalam Rifai, 2012) mengemukakan bahwa jenis-jenis kesalahan umum yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika antara lain:
a. Kesalahan Konsep
Kesalahan konsep adalah kesalahan memahami gagasan abstrak. Konsep dalam
matematika adalah suatu ide abstrak yang mengakibatkan seseorang
dapat mengklasifikasikan objek-objek atau kejadian-kejadian dan menentukan apakah
objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide tesebut. Herman
Hudoyo (dalam Rifai, 2012) menyatakan bahwa belajar konsep adalah belajar
memahami sifat-sifat dari benda-benda atau peristiwa untuk dikelompokkan dalam satu
jenis.
Kesalahan konsep dalam matematika berakibat lemahnya penguasaan materi
sacara utuh dalam matematika, aturan mempunyai makna yang sama dengan prinsip.
Prinsip dalam matematika yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah berbagai dalil,
hukum, dan aturan atau rumus-rumus yang berlaku dalam mencari penyelesaian soal-
soal metematika.
b. Kesalahan Menggunakan Data
Kesalahan menggunakan data berkenaan dengan kesalahan dalam menggunakan
data, seperti tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai, salah dalam
menstubtitusi data ke variabel atau menambah data yang tidak diperlukan dalam
menjawab suatu masalah.
c. Kesalahan Interpretasi Bahasa
Kesalahan interpretasi bahasa adalah kesalahan mengubah informasi ke ungkapan
matematika atau kesalahan dalam memberi makna suatu ungkapan matematika. Bahasa
matematika merupakan bahasa simbol sehingga pemahaman terhadap simbol-simbol
tersebut merupakan prasyarat utama untuk dapat memahami matematika.
Persoalan matematika biasanya disajikan dalam bentuk diagram, tabel, soal cerita, dan
sebagainya. Kesemuanya itu mempunyai arti dan akan menjadi jelas apabila dapat
diinterpretasikan dengan benar. Untuk menyelesaikan persoalan matematika yang
berbentuk soal cerita maka terlebih dahulu harus mengubah soal cerita yang
menggunakan bahasa sehari-hari menjadi kalimat matematika. Jika salah dalam
mengartikan maka tidak mungkin memberi solusi yang tepat.
d. Kesalahan Teknis
Kesalahan teknis berkenaan dengan pemilihan yang salah atas teknik ekstrapolasi.
Siswa tidak dapat mengidentifikasi operasi yang tepat atau rangkaian operasinya.
Kesalahan ini dapat terjadi ketika siswa memilih jalan yang tidak tepat yang mengarah
ke jalan buntu yang dapat berupa ketidaktahuan siswa dalam memilih prosedur yang
tepat untuk menyelesaikan operasi-operasi yang ada.
Kesalahan dalam perhitungan termasuk dalam kesalahan teknis. Dalam
menyelesaikan masalah matematika, meskipun sudah mampu menentukan dan
menggunakan algoritma, tetapi jika melakukan kesalahan perhitungan atau kesalahan
operasi aljabar, maka tetap akan memberikan solusi yang tidak tepat atau salah. Jadi
dalam menyelesaikan soal matematika sangat diperlukan adanya kemampuan teknis
yang baik.
e. Kesalahan Penarikan Kesimpulan
Kesalahan dalam penarikan kesimpulan yang dlakukan oleh siswa dapat berupa
melakukan penyimpulan tanpa alasan pendukung yang benar atau melakukan
penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai dengan penalaran logis.
Jadi pembelajaran yang tepat menurut saya untuk menanggulangi masalah ini adalah
guru harus mampu menanampkan konsep diatas. Dengan cara melaksanakan model
pembelajaran yang mampu mengakomodir penanaman konsep operasi hitung tersebut.
Karena operasi hitung ini akan dipergunakan hampir disemua materi pembelajaran
matematika sehinnga harus mampu memenuhu tiga syarat berikut.
a. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru
matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.
b. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang
bertujuan agar siswa lebih memahami konsep matematika.
c. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan
pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih
terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Sumber :
https://ninamath.wordpress.com/2014/04/12/jenis-jenis-kesalahan-dalam-menyelesaikan-soal-matematika/
Akses pada : 2 September 2018; Pkl. 10.29 WITA

2. Rancanglah suatu kegiatan pembelajaran untuk mengajarkan materi bangun datar, sesuai
dengan karakteristik pendidikan abad 21!
Jawab
Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang mintegrasikan antara kecakapan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap TIK. Kecakapan tersebut
dapat dikembangkan melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Kecakapan yang dibutuhkan di
Abad 21 juga merupakan keterampilan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills
(HOTS)) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi
tantangan global. Pendidikan abad 21 secara garis besar mengembangkan berbagai
kecakapan siswa sebagai berikut :
a. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem
Solving Skill
b. Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills)
c. Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation)
d. Kolaborasi (Collaboration)
Rancangan Kegiatan Pembelajaran Materi Bangun Datar
a. Kegiatan Awal
1) Guru menyiapkan RPP
2) Guru menyiapkan alat peraga
3) Siswa berdo’a dengan bimbingan guru
4) Guru mengkondisikan kelas agar siap belajar Terlaksana / Tidak
b. Kegiatan Pembuka
1) Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan bangun datar sederhana.
Contoh :
Anak-anak coba perhatikan papan tulis yang ada di depan, ada yang mengetahui
berbentuk apakah papan tulis kita? Siswa menjawab : Petak Pak?
Guru : Iya benar, papan tulis kita berbentuk petak atau yang lebih jelasnya
berbentuk persegi panjang.
Nah hari ini kita akan belajar tentang bangun datar
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
c. Kegiatan Inti
1) Siswa diperkenalkan berbagai macam bentuk bangun datar
2) Siswa diminta menyebutkan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang
memiliki bentuk-bentuk seperti bangun datar
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan
langsung terhadap bangun datar yang telah disiapkan dan mengelompokkan bangun
datar berdasarkan bentuknya
4) Guru memberikan penghargaan secara verbal kepada siswa yang aktif
5) Siswa diberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
6) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 anggota dalam satu
kelompok
7) Siswa mendiskusikan lembar kerja dalam kelompok yang berkaitan dengan ciri-ciri
bangun datar dan mengaitkan antara bangun datar yang satu dengan yang lain
berdasarkan ciri-cirinya
8) Guru mengarahkan kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS
yang ada
9) Siswa diberikan kesempatan untuk menentukan bangun-bangun datar yang saling
berkaitan
10) Siswa mewakili kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas
11) Kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil diskusi kelompok yang
presentasi
12) Guru memantapkan materi pelajaran dengan menggunakan media pembelajaran
berupa media gambar dan media kongkrit bangun datar
13) Guru memberikan penghargaan dan penguatan
d. Kegiatan Penutup
1) Siswa diberikan kesempatan untuk menyimpulkan hasil pembeajaran
2) Guru mengarahkan siswa untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat
3) Guru memberikan evaluasi kepada siswa
4) Guru memberikan tindak lanjut kepada siswa baik berupa nasehat maupun
Pekerjaan Rumah (PR)

3. Berikan contoh penerapan teori belajar Vygotsky untuk mengajarkan suatu topik materi
matematika SMP atau SMA!
Jawab
Adapun kegiatan belajar mengajar di kelas dengan pendekatan Scientific dan Model
Discovery Learning pada mata pelajaran Matematika materi geometri. Adapun kegiatan
belajarnya adalah sebagai berikut :
a. Tahap 1 :Persiapan
Guru Menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik peserta didik
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). Dalam tahap ini guru
menjelaskan tujuan mempelajari geometri, melakukan apersepsi tentang pengetahuan
awal siswa tentang geomeri kemudian menghubungkannya dengan minat dan gaya
belajar siswa
b. Tahap 2 : Stimulasi/pemberian rangsangan
Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang
dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
Dalam tahap ini guru memberikan masalah yang berkaitan dengan geometri yang biasa
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya pertanyaan menentukan luas
tanah, panjang pagar, luas kolam, volume benda sisi lengkung dan sebagainya. Disini
guru juga memberikan reperensi buku dan sumber belajar.
c. Tahap 3 : Identifikasi masalah
Guru mengidentifikasi sumber belajar dan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
kemampuan mereka sendiri, menghubungkan geometri dalam kehidupan sehari-hari
dan menyelesaikannya.
d. Tahap 4 : Mengumpulkan data
Guru membantu peserta didik mengumpulan dan mengeksplorasi data.
Dalam tahap ini siswa melakukan pengumpulan bahan dan materi yang berhubungan
dengan masalah yang diberikan diatas. Guru disini berperan mengarahkan siswa agar
tidak keluar dari jalur dan rambu-rambu agar jawaban tidak melenceng jauh.
e. Tahap 5 : Pengolahan data
Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya
f. Tahap 6 : Pembuktian
Guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil
g. Tahap 7 : Menarik kesimpulan
Guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
Dari kegiatan belajar tersebut dapat dilihat proses penerapan teory Vygotsky yang
menekankan pada pengetahuan dan pengembangan kognitif individu berasal dari
sumber-sumber social di luar dirinya. Adapun indikator yang terbentuk dari penerapan
pembelajaran model Discovery learning yang sesuai dengan teori Vygotsky yakni :
1) Bimbingan ahli dalam pembelajaran
2) Peran guru sebagai pembantu dan mediator dalam pembelajaran siswa
3) Melibatkan anak dalam berdiskusi dan berpikir (reasoning) dalam mempelajari
segala kejadian
4) Pengetahuan yang diberikan kepada anak harus merupakan pengetahuan baru yang
sedikit di atas kemampuan yang dimiliki anak. Sehingga anak menggunakan
pengetahuan yang dimiliki untuk memperoleh pengetahuan baru.
5) Belajar kelompok/ pembelajaran kerjasama (yang menambah interaksi siswa dengan
siswa lain)
6) Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan
siswa
7) Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer dan bahan manipulatif
dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis.
8) Pembelajaran menekankan pada proses.

4. Pilihlah 1 model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran geometri dan tuangkan
dalam perencanaan pembelajaran!
Jawab
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMKS TARBIYATUL QURRO’


Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Komp. Keahlian : TEKNIK GSMBSR BSNGUNSN
Kelas/Semester : XII/1
Tahun Pelajaran : 2018/2019
AlokasiWaktu : 12 Jam Pelajaran
A. KompetensiInti *)
1. Pengetahuan
Memahami,menerapkan, menganalisisdan mengevaluasi
pengetahuan faktual,konseptual, prosedural,dan metakognitif berdasarkan
rasaingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,budaya,dan humaniora
denganwawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban terkait
penyebabfenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
padabidang kajianyang spesifik sesuai denganbakat dan minatnyauntuk memecahkan
masalah
2. Keterampilan
Mengolah,menalar,menyaji,dan menciptadalamranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinyadi sekolah secara
mandirisertabertindak secara efektifdan kreatif,danmampu menggunakan metodasesuai
kaidah keilmuan
B. KompetensiDasar *)
1. KD pada KI pengetahuan
3.1 Mendeskripsikan jarak dalam ruang (antartitik,titikkegaris, dan titik kebidang)
2. KD pada KI keterampilan
4.1 Menentukan jarak dalam ruang (antartitik,titikkegaris, dan titik kebidang)
C. IndikatorPencapaianKompetensi
1. Indikator KD pada KI pengetahuan
3.1.1 mengemukakan konsep jarak antara titik dengan titik dalam bangun ruang
dimensi tiga.
3.1.2 mengemukakan konsep jarak antara titik dengan garis dalam bangun ruang
dimensi tiga.
3.1.3 mengemukakan konsep jarak antara titik dengan bidang dalam bangun ruang
dimensi tiga.

2. Indikator KD pada KI keterampilan


4.1.1 menentukan/menghitung jarak antara titik dengan titik dalam bangun ruang
dimensi tiga.
4.1.2 menentukan/menghitung jarak antara titik dengan garis dalam bangun ruang
dimensi tiga.
4.1.3 menentukan/menghitung jarak antara titik dengan bidang dalam bangun ruang
dimensi tiga.

D. TujuanPembelajaran
1. Setelah melakukan diskusi dan demonstrasi, siswa dapat menyelesaikan soal soal yang
berkaitan dengan jarak dalam ruang (antar titik, titik kegaris, dan titik kebidang)
dengan jujur dan disiplin
E. MateriPembelajaran

Kedudukan titik
Titik merupakan komponen bangun ruang yang tidak berbentuk dan tidak mempunyai
ukuran. Suatu titik digambarkan atau dimodelkan sebagai noktah dan penamaannya
menggunakan huruf besar.
Contoh : Titik A  A
Titik TT
Garis
Garis merupakan komponen bangun ruang yang hanya mempunyai ukuran panjang.
Garis dapat dipandang sebagai himpunan titik-titik. Untuk menggambarkan suatu garis
dibuat suatu model seperti contoh berikut.

Penamaan garis menggunakan huruf kecil, misalkan garis a, atau menggunakan dua
titik yang dilaluinya, misalkan AB atau AC.
Bidang
Bidang merupakan komponen bangun ruang yang mempunyai luas. Bidang dapat
dipandang sebagai himpunan titik-titik. Yang disebut bidang di sini adalah bidang datar,
yaitu bangun yang dapat digambarkan sebagai suatu yang datar dan mempunyai luas tidak
terbatas. Bidang digambarkan dengan model terbatas yang mewakilinya. Bidang tersebut
dinamakan bidang α atau bidang ABC. Harus diingat, penamaan bidang dengan titik-titik
yang dilaluinya minimal menggunakan tiga titik.
Kedudukan Titik terhadap Garis

 Titik A pada garis g atau garis g melalui titik A. Titik A pada garis g apabila titik A
merupakan anggota himpunan titik pada garis g.
 Titik B di luar garis g atau garis g tidak melalui titik B. Titik B di luar garis g apabila
titik B bukan anggota himpunan titik pada garis g.
Kedudukan Titik terhadap Bidang

– Titik A pada bidang α atau bidang α melalui titik A.


– Titik B di luar bidang α atau bidang α tidak melalui titik B.

Jarak
Jarak antara titik dan titik
 Prinsip Teorema Phytagoras
 Nilai Perbandingan trigonometri dengan menggunakan tangen

Jarak titik ke garis


 Titik terletak pada garis, jika titik tersebut dilalui oleh garis. Dalam hal ini, jarak
titik ke garis adalah nol. Titik A dan titik B dikatakan sebagai titik yang segaris
atau kolinear.

 Titik terletak di luar garis, jika titik tersebut tidak dapat dilalui oleh garis. Untuk
menentukan jarak titik A ke garis g, proyeksikan titik A ke garis g, maka titik A
akan mempunyai bayangan di garis g yaitu titik A’, sehingga jarak titik A dengan
garis g adalah AA’ .

 Jarak titik dengan bidang


Langkah khususnya adalah dengan membuat garis pada bidang sebagai wakil dari
bidang dan selanjutnya seperti jarak titik dengan garis.

F. Model dan Metode


Model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik
G. KegiatanPembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberikan gambaran tentang 10 menit
pentingnya memahami Geometri dan
memberikan gambaran tentang aplikasi
Geometri dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa
ingin tahu dan berpikir kritis, siswa diajak
mengamati bangunan di sekitar sekolah
atau menunjukkan vidio menunjukkan
unsur-unsur titik, garis, dan bidang
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin di capai.
Inti 1. Siswa diarahkan tentang hal-hal yang 70 menit
berkaitan dengan titik di sekitar kita,
terutama mengenai bentuk dan
kedudukan titik. Dapat juga
menggunakan vidio untuk diamati.
2. Bila siswa belum mampu menjawabnya,
guru memberi gambaran bentuk dan
kedudukan titik dengan mengajak siswa
untuk mengamati ruangan kelas atau
menggunakan software matematika.
3. Dengan tanya jawab, disimpulkan bahwa
titik tidak mempunyai bentuk dan hanya
mempunyai letak.
4. Selanjutnya dengan metode yang sama
guru mengajak siswa untuk mengamati
kembali ruangan kelas, dan dengan tanya
jawab siswa dibimbing untuk menemukan
sendiri konsep garis dan bidang.
5. Dengan tanya jawab, siswa diyakinkan
bahwa titik hanya mempunyai letak, garis
itu bisa diperpanjang, dan bidang itu bisa
diperluas. Guru memperjelas visualisasi
dengan tayangan
6. Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok dengan tiap kelompok terdiri
atas 4 siswa.
7. Tiap kelompok mendapat tugas untuk
mendefinisikan jarak titik ke titik dan
jarak titik ke garis.
8. Selama siswa bekerja di dalam kelompok,
guru memperhatikan dan mendorong
semua siswa untuk terlibat diskusi, dan
mengarahkan bila ada kelompok yang
melenceng jauh pekerjaannya.
9. Salah satu kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil diskusinya ke
depan kelas. Sementara kelompok lain,
menanggapi dan menyempurnakan apa
yang dipresentasikan.
10. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi
tiap kelompok
11. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan
semua siswa pada kesimpulan mengenai
jarak titik ke titik dan jarak titik ke garis,
berdasarkan hasil reviu terhadap
presentasi salah satu kelompok.
12. Guru memberikan dua (2) soal yang
terkait dengan jarak titik ke titik dan jarak
titik ke garis. Dengan tanya jawab, siswa
dan guru menyelesaikan kedua soal yang
telah diberikan dengan menggunakan
strategi yang tepat.
13. Guru memberikan lima (4) soal untuk
dikerjakan tiap siswa, dan dikumpulkan.
Penutup 1. Siswa diminta menyimpulkan tentang 10 menit
bagaimana menentukan jarak titik ke titik
dan jarak titik ke garis serta jarak titik ke
bidang
2. Dengan bantuan presentasi komputer
dan software matematika, guru
menayangkan apa yang telah dipelajari
dan disimpulkan mengenai konsep titik,
garis dan bidang serta jarak titik dan
garis.
3. Guru memberikan tugas PR beberapa
soal mengenai penerapan jarak titik ke
titik dan jarak titik ke garis, dan jarak titik
ke bidang
4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan-pesan positif.
H. Media, Alat/Bahan, danSumberBelajar
1. Penggaris, atau LKS
2. Bahan Tayang
3. Software Matematika geogebra
4. Lembar Penilaian
I. PenilaianPembelajaran, Remedial danPengayaan
1. Teknik Penilaian : pengamatan, tes tulis
2. Prosedur penilaian
N Teknik
Aspek yang dinilai Waktu Penilaian
o Penilaian
1 Sikap Pengamata Selama pembelajaran
. a. Terlibat aktif dalam n dan saat diskusi
pembelajaran
geometri.
b. Bekerjasama dalam
kegiatan kelompok.
c. Toleran terhadap
proses pemecahan
masalah yang berbeda
dan kreatif.
2 Pengetahuan
. 1. Menjelaskan kembali Pengamata Penyelesaian tugas
definisi kedudukan n dan tes individu dan kelompok
titik, kedudukan titik
terhadap garis, jarak
titik terhadap titik dan
jarak titik terhadap
garis dengan
menggunakan ilustrasi
gambar atau di
lingkungan yang
sesuai ilustrasi
gambar.
2. Menentukan jarak titik
ke titik dan jarak titik
ke garis dan jarak titik
dengan bidang secara
tepat dan kreatif.

3 Keterampilan
. a. Terampil menerapkan Pengamata Penyelesaian tugas
konsep/prinsip dan n (baik individu maupun
strategi pemecahan kelompok) dan saat
masalah yang relevan diskusi
yang berkaitan dengan
jarak titik dan garis.
Instrumen Penilaian
Test tertulis

1. Jelaskan konsep titik, garis dan bidang!


2. Sebuah kardus berbentuk kubus ABCD.EFGH. Perhatikanlah kubus tersebut.
Segmen atau ruas garis AB sebagai wakil garis g.
Pertanyaan: a. Tentukan titik sudut kubus yang terletak pada garis g
b. Tentukan titik sudut kubus yang berada di luar garis g
3. Perhatikan balokABCD.EFGH. Terhadap bidang DCGH, tentukanlah:
a. titik sudut balok apa saja yang terletak pada bidang DCGH!
b. titik sudut balok apa saja yang berada di luar bidang DCGH!
4. Kubus ABCD.EFGH, memiliki panjang rusuk 8 cm. Titik P terletak pada pusat kubus
tersebut. Hitunglah jarak :
a) Titik B ke P!
b) Titik P ke BC!
5. Diketahui kubus ABCD EFGH dengan panjang rusuk 10 cm. tentukan lah:
a. jarak titi F ke titik D
b. jarak titik F ke garis AC
c. jarak titik C ke bidang BDG
d. Jarak titik E ke bidang BDG.

Mengetahui Mataram, September 2018


Kepala SMKS Tarbiyatul Qurro’ Guru Mata Pelajaran,

AGUS FAERUSSANDI, S.Pd DENI ISKANDAR, S.Pd

5. Pembelajaran di sekolah menuntut evaluasi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.


Berikan deskripsi bagaimana semestinya evaluasi masing-masing aspek tersebut
dilaksanakan!
Jawab
a. Evaluasi Aspek Kognitif
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan,
pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis
dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara
merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil
belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif diantaranya :
1) Tes atau pertanyaan lisan di kelas,
2) Pilihan ganda,
3) Uraian obyektif,
4) Uraian non obyektif atau uraian bebas,
5) Jawaban atau isian singkat,
6) Menjodohkan,
7) Portopolio dan
8) Performans
Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
1) Ingatan (C1) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan
kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
2) Pemahaman (C2) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu
hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan,
menentukan, menginterprestasikan.
3) Penerapan (C3), yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan
tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan
kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan,
menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
4) Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/ objek
menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis,
menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
5) Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis
sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan
mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan,
mengkhususkan.
6) Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan
terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan
menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan
menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.
b. Evaluasi Aspek Afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap
dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui
dua hal yaitu:
1) Laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim,
2) Pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar
pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:
1) Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran,
kerelaan, mengarahkan perhatian
2) Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas
dalam merespon, mematuhi peraturan
3) Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen
terhadap nilai
4) Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan
abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai.
c. Evaluasi Aspek Psikomotorik
Beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980)
menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui
1) Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung,
2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
3) Beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor
mencakup:
1) Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
2) Kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan,
3) Kecepatan mengerjakan tugas,
4) Kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
5) Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor
atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat
dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan
praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau
pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain,
observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik.
Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik,
partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih
dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu
dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi
dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian
mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi
tanda cek (√) pada kolom jawaban hasil observasi./susila-besmart
Sumber :
https://www.afdhalilahi.com/2015/12/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan.html
Akses pada : 2 September 2018; Pkl. 14.00 WITA

6. Assesment formatif dilakukan untuk perbaikan kualitas pembelajaran. Berikan suatu ide
bagaimana sebaiknya assesment formatif dilaksanakan agar hasilnya optimal!
Jawab
Evaluasi formatif (Formatif Test) adalah suatu tes hasil belajar dimana evaluasi
tersebut mempunyai suatu tujuan untuk dapat mengetahui, sudah sejauh manakah peserta
didik itu telah terbentuk (sudah sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan)
setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu,
kemudian perlu diketahui juga bahwa istilah formatif itu berasal dari kata form yang dapat
diatikan sebagai bentuk.
Dengan demikian maka evaluasi formatif merupakan suatu jenis evaluasi yang
disajikan di tengah program pengajaran yang mempunyai fungsi untuk memantau
(memonitor), dimana untuk dpat mengetahui kemauan belajar siswa dalam kesehariannya
pada proses kegiatan belajar mengajar demi memberikan suatu umpan balik, baik kepada
siswa maupun seorang guru.
Assesment formatif dilaksanakan agar hasilnya optimal adalah sebagai berikut :
a. Dilaksanakan secara mendadak/tanpa pemberitahuan
Motivasinya adalah untuk membuat siswa tidak perlu/belum mempersiapkan diri.
Sehingga yang diukur adalah benar-benar kemampuan siswa dalam memahami materi
dalam proses pembelajaran.
b. Dilaksanakan tanpa memandang sub bahasan pelaksanaan pembelajaran, tetapi masih
dalam satu materi yang berhubungan.
Motivasinya adalah memberikan efek rememory (mengingat kembali). Harapannya
adalah walaupun sub bab tersebut sudah lewat. Tetapi harus masih diingat oleh siswa.
Hal ini agar siswa tidak melupakan materi lama ketika medapat materi baru.

Anda mungkin juga menyukai