Anda di halaman 1dari 44

Bab 2

Kegiatan Belajar 1 :
Model dan Strategi Pembelajaran

A. Kompetensi Dasar
1. Memahami karakteristik materi matematika MA
2. Memahami berbagai strategi dan model
pembelajaran

B. Materi Pokok

1. Pengertian Model dan Strategi Pembelajaran

2. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di MA

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di MA

5. Klasifikasi Mata Pelajaran Matematika MA

6. Berbagai Model Pembelajaran

7. Berbagai Strategi Pembelajaran

8. Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Implementasi Strategi


Pembelajaran (Cara memilih model-model pembelajaran)

9. Penentuan Model dan Strategi Pembelajaran Matematika MA


(aplikasi dihubungkan dengan KD yang telah dikelompokkan sesuai
karakternya)

C. Uraian Materi

1. Pengertian Model dan Strategi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki


kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran;
(2) strategi pembelajaran; (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5)
taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan

10
pengertian istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan penjelasaan
terhadap pemahaman saudara tentang istilah-istilah tersebut berikut penerapan
dan penggunaannya.

a. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut


pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).

b. Strategi Pembelajaran

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya


diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus


dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning. Ditinjau dari cara penyajian
dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara
strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi Pembelajaran ialah aplan, method, or series of activities


designe to achicves a particular educational goal. Menurut pengertian ini
strategi pembelajaran meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang

11
direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk
melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran.
Strategi dapat diartikan sebagai aplan of operation achieving something
“rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu”. Sedangkan metode ialah a way
in achieving something “cara untuk mencapai sesuatu”. Untuk melaksanakan
suatu strategi digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam
pengertian demikian maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur
dalam strategi pembelajaran. Unsur seperti sumber belajar, kemampuan guru
dan siswa, media pendidikan, materi pengajaran, organisasi adalah: waktu
tersedia, kondisi kelas dan lingkungan merupakan unsur-unsur yang
mendukung.

Menurut Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari


setiap usaha, yaitu:

1) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out


put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)


yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan


dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4) Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (kriteria) dan patokan


ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut


adalah:

1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni


perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

12
2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.

3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,


metode dan teknik pembelajaran.

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau


kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Dalam penerapannya, strategi pembelajaran mengandung beberapa


komponen. Komponen-komponen tersebut adalah:

1) Tujuan pengajaran

Tujuan pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk


memilih strategi belajar mengajar.

2) Guru

Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman, pengetahuan,


kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup dan
wawasan. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam
pemilihan strategi belajar mengajar yang digunakan dalam program
pengajaran.

3) Peserta Didik

Dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik mempunyai latarbelakang


yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun
strategi belajar mengajar yang tepat

4) Materi Pelajaran

Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal (isi pelajaran


dalam buku teks resmi/buku paket di sekolah) dan materi informal
(bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah)

5) Metode Pengajaran

13
Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam
strategi belajar mengajar

6) Media Pengajaran

Keberhasilan program belajar mengajar tidak tergantung dari canggih


atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan
keefektifan media yang digunakan.

7) Faktor administrasi dan financial

Terdiri dari jadwal pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar

c. Metode Pembelajaran

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk


mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving
something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Jadi,
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi;
(4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming;
(8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

d. Teknik Pembelajaran

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya


pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan
jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah
pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan

14
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas
yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif.
Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.

e. Taktik Pembelajaran

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam


melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi
dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih
banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat
menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau
kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman
dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)

f. Model Pembelajaran

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik


pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, startegi, metode, dan teknik pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah


tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

15
Gambar 2.1. Skema model dan strategi pembelajaran

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga


istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan
dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan
desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu
sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran
tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun
(rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-
masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik.
Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang
akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap
awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan
dibangun.

16
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan


di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan
aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan
penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit
menermukan sumber-sumber literaturnya. Namun, jika para guru (calon
guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang
merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana
dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif
mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas,
sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada
gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model
pembelajaran yang telah ada.

2. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika

Mata pelajaran matematika memiliki karakteristik materi yang sangat


bervariasi. Menurut Soedjadi (2000:13) matematika memiliki karakteristik : (1)
memiliki obyek kajian abstrak, (2) Bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola piker
deduktif, 4) Memiliki simbol yang kosong dari arti, (5) Memperhatikan semesta
pembicaraan, dan (6) Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud
(1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu (1) Memiliki obyek yang abstrak,
(2) Memiliki pola pikir deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan
dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Berdasarkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran matematika perlu


disesuaikan dengan beberapa hal, diantaranya:

17
a. Perkembangan kognitif siswa

b. Dimulai dari yang konkrit menuju abstrak

c. Dimulai dari yang sederhana ke kompleks

d. Topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau
konsep selanjutnya

e. Tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan

f. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

g. Bertumpu pada cara belajar siswa aktif (CBSA)

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di MA

Mata pelajaran matematika MA diberikan bertujuan untuk memperoleh


kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir
ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Sesuai dengan Standar Isi, tujuan
pembelajaran matematika MA secara lebih terinci adalah sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi


matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,


merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media


lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,


yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

18
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di MA

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMA/MA meliputi aspek


aspek sebagai berikut.

1) Logika

2) Aljabar

3) Geometri

4) Trigonometri

5) Kalkulus

6) Statistika dan Peluang.

5. Klasifikasi Mata Pelajaran Matematika MA

Aspek-aspek dalam matapelajaran matematika MA yang termuat dalam ruang


lingkup di atas dirinci menjadi materi-materi dengan klasifikasi sebagai berikut:
NO Aspek Materi Standar Kompetensi Dasar Kelas/
Kompetensi smt
1. Logika 1. Logika Menggunakan  Memahami X/2
logika pernyataan dalam
matematika matematika dan
dalam ingkaran atau
pemecahan negasinya.
masalah yang
 Menentukan nilai
berkaitan
kebenaran dari suatu
dengan
pernyataan majemuk
pernyataan
dan pernyataan
majemuk dan
berkuantor.
pernyataan
berkuantor  Merumuskan
pernyataan yang setara
dengan pernyataan
majemuk atau
pernyataan berkuantor
yang diberikan.
 Menggunakan
prinsip logika
matematika yang
berkaitan dengan
pernyataan majemuk
dan pernyataan
berkuantor dalam
penarikan kesimpulan

19
dan pemecahan masalah
1.
2. Aljabar 1. Pangkat, Memecahkan  Menggunakan X/1
Akar dan masalah yang aturan pangkat, akar,
Logaritma berkaitan dan Logaritma
Bilangan dengan bentuk
 Melakukan
pangkat, akar,
manipulasi aljabar
dan logaritma
dalam perhitungan yang
melibatkan pangkat,
akar, dan logaritma

2. Fungsi, Memecahkan  Memahami konsep X/1


Persamaan masalah yang fungsi
dan berkaitan
 Menggambar grafik
Pertidaksama dengan fungsi,
fungsi aljabar sederhana
an Linier, persamaan dan
dan fungsi kuadrat
Persamaan fungsi kuadrat
dan serta  Menggunakan sifat
Pertidaksama pertidaksamaan dan aturan tentang
an Kuadrat kuadrat persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat
 Melakukan
manipulasi aljabar
dalam perhitungan yang
berkaitan dengan
persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat
 Merancang model
matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan persamaan
dan/atau fungsi kuadrat
 Menyelesaikan
model matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan persamaan
dan/atau fungsi kuadrat
dan penafsirannya

3. Sistem Memecahkan  Menyelesaikan X/1


Persamaan masalah yang sistem persamaan linear
dan berkaitan dan sistem persamaan
Pertidaksama dengan sistem campuran linear dan
an Linier persamaan kuadrat dalam dua
Satu Variabel linear dan variabel
pertidaksamaan
 Merancang model
satu variable
matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan sistem

20
persamaan linear
 Menyelesaikan
model matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan sistem
persamaan linear dan
penafsirannya
 Menyelesaikan
pertidaksamaan satu
variabel yang
melibatkan bentuk
pecahan aljabar
 Merancang model
matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan pertidaksamaan
satu variabel
 Menyelesaikan
model matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan pertidaksamaan
satu variabel dan
penafsirannya
4. Persamaan Menyusun  Menyusun XI / 1
Lingkaran persamaan persamaan lingkaran
dan Garis lingkaran dan yang memenuhi
Singgungnya garis persyaratan yang
singgungnya ditentukan
 Menentukan
persamaan garis
singgung pada
lingkaran dalam
berbagai situasi

5. Suku Menggunakan  Menggunakan XI / 2


Banyak aturan algoritma pembagian
sukubanyak sukubanyak untuk
dalam menentukan hasil bagi
penyelesaian dan sisa pembagian
masalah
 Menggunakan
teorema sisa dan teorema
faktor dalam pemecahan
masalah
6. Komposisi Menentukan  Menentukan XI / 2
Fungsi dan komposisi dua komposisi fungsi dari
Invers fungsi dan dua fungsi
Fungsi invers suatu
 Menentukan invers
fungsi
suatu fungsi

21
7. Program Menyelesaikan  Menyelesaikan XII / 1
Linier masalah sistem pertidaksamaan
program linear linear dua variabel
 Merancang model
matematika dari
masalah program linear
 Menyelesaikan
model matematika dari
masalah program linear
dan penafsirannya

8. Matriks, Menggunakan  Menggunakan sifat- XII / 1


Vektor dan konsep sifat dan operasi matriks
Transformasi matriks, vektor, untuk menunjukkan
dan bahwa suatu matriks
persegi merupakan
transformasi invers dari matriks
dalam persegi lain
pemecahan  Menentukan
masalah determinan dan invers
matriks 2 x 2
 Menggunakan
determinan dan invers
dalam penyelesaian
sistem persamaan linear
dua variabel
 Menggunakan sifat-
sifat dan operasi aljabar
vektor dalam
pemecahan masalah
 Menggunakan sifat-
sifat dan operasi
perkalian skalar dua
vektor dalam
pemecahan masalah.
 Menggunakan
transformasi geometri
yang dapat dinyatakan
dengan matriks dalam
pemecahan masalah
 Menentukan
komposisi dari beberapa
transformasi geometri
beserta matriks
transformasinya

22
9. Barisan dan Menggunakan  Menentukan suku XII / 2
Deret konsep ke-n barisan dan jumlah
barisan dan n suku deret aritmetika
deret dalam dan geometri
pemecahan  Menggunakan
masalah notasi sigma dalam
deret dan induksi
matematika dalam
pembuktian
 Merancang model
matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan deret
 Menyelesaikan
model matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan deret dan
penafsirannya

10. Eksponen Menggunakan  Menggunakan sifat- XII / 2


dan aturan yang sifat fungsi eksponen
Logaritma berkaitan dan logaritma dalam
bilangan dengan fungsi pemecahan masalah
eksponen dan
 Menggambar grafik
logaritma
fungsi eksponen dan
dalam
logaritma
pemecahan
masalah  Menggunakan sifat-
sifat fungsi eksponen
atau logaritma dalam
penyelesaian
pertidaksamaan
eksponen atau logaritma
sederhana
3. Geometri 1. Dimensi Menentukan  Menentukan X/2
Tiga kedudukan, kedudukan titik, garis,
jarak, dan besar dan bidang dalam ruang
sudut yang dimensi tiga
melibatkan
 Menentukan jarak
titik, garis, dan
dari titik ke garis dan
bidang dalam
dari titik ke bidang
ruang dimensi
dalam ruang dimensi tiga
tiga
 Menentukan besar
sudut antara garis dan
bidang dan antara dua
bidang dalam ruang
dimensi tiga
4. Trigonometri 1. Fungsi, Menggunakan  Melakukan X/2
Persmaan perbandingan, manipulasi aljabar dalam

23
dan Identitas fungsi, perhitungan teknis yang
Trigonome- persamaan, dan berkaitan dengan
tri identitas perbandingan, fungsi,
trigonometri persamaan dan identitas
dalam trigonometri
pemecahan  Merancang model
masalah matematika dari masalah
yang berkaitan dengan
perbandingan, fungsi,
persamaan dan identitas
trigonometri
 Menyelesaikan
model matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan perbandingan,
fungsi, persamaan dan
identitas trigonometri,
dan penafsirannya

2. Rumus- Menurunkan  Menggunakan XI / 1


rumus rumus rumus sinus dan kosinus
Trigonometri trigonometri jumlah dua sudut, selisih
dan dua sudut, dan sudut
penggunaannya ganda untuk menghitung
sinus dan kosinus sudut
tertentu
 Menurunkan rumus
jumlah dan selisih sinus
dan kosinus
 Menggunakan
rumus jumlah dan selisih
sinus dan kosinus

5. Kalkulus 1. Limit dan Menggunakan  Menjelaskan secara XI / 2


Turunan konsep intuitif arti limit fungsi di
limit fungsi dan suatu titik dan di
turunan takhingga
fungsi dalam  Menggunakan sifat
pemecahan limit fungsi untuk
menghitung bentuk tak
masalah tentu fungsi aljabar dan
trigonometri
 Menggunakan
konsep dan aturan
turunan dalam
perhitungan turunan
fungsi

24
 Menggunakan
turunan untuk
menentukan karakteristik
suatu fungsi dan
memecahkan masalah
 Merancang model
matematika dari
masalahyang berkaitan
dengan ekstrim fungsi
 Menyelesaikan
model matematika dari
masalah yang berkaitan
dengan ekstrim fungsi
dan penafsirannya

2. Integral Menggunakan  Memahami konsep XII / 1


konsep integral integral tak tentu dan
dalam integral tentu
pemecahan
 Menghitung integral
masalah
tak tentu dan integral
tentu dari fungsi aljabar
dan fungsi trigonometri
yang sederhana
 Menggunakan
integral untuk
menghitung luas daerah
di bawah kurva dan
volum benda putar
6. Statistika 1. Statistika Menggunakan  Membaca data XI / 1
dan Peluang dan Peluang aturan dalam bentuk tabel dan
statistika, diagram batang, garis,
kaidah lingkaran, dan ogive
pencacahan,
 Menyajikan data
dan sifat-sifat
dalam bentuk tabel dan
peluang dalam
diagram batang, garis,
pemecahan
lingkaran, dan ogive
masalah
serta penafsirannya
 Menghitung ukuran
pemusatan, ukuran letak,
dan ukuran penyebaran
data, serta penafsirannya
 Menggunakan
aturan perkalian,
permutasi, dan
kombinasi dalam
pemecahan masalah
 Menentukan ruang
sampel suatu percobaan

25
 Menentukan
peluang suatu kejadian
dan penafsirannya
Tabel 2.1 Klasifikasi materi matematika MA

6. Berbagai Model Pembelajaran

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran


yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, startegi, metode, dan teknik pembelajaran.

Ada banyak sekali model pembelajaran matematika yang berkembang


di Indonesia, akan tetapi kesemuanya dapat diklsifikasikan berdasarkan
unsure-unsur utama dalam pembelajaran yang dijadikan dasar
pengembangannya. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah: (1) siswa; (2)
materi; (3) masalah; dan (4) tempat pembelajaran.

Dari unsur siswa, model pembelajaran menempatkan siswa sebagai


individu dan juga sebagai kelompok, maka lahirlah model-model
Pembelajaran Kooperative Learning, sedangkan jika dilihat dari keterlibatan
siswa dalam pembelajaran maka lahirlah Model Investigasi/Penyelidikan.
Model lainnya yang berorientasi pada pengembangan materi matematika
adalah apa yang sering disebut dengan Realistic Mathematics Education
(RME) dan sekarang lebih populer dengan nama Model Pembelajaran
Kontekstual. Model pembelajaran yang mengangkat masalah sebagai basis
utama untuk dikembangkan adalah Model Pemecahan Masalah (Problem
Based Introduction). Sedangkan model yang melihat tempat pembelajaran
sebagai dasar pengembangan adalah Model Proyek atau Matematika di Luar
Kelas (Outdoor Mathematics).

a. Model Pembelajaran
Kooperative Learning

26
Model pembelajaran kooperative learning merupakan model
pembelajaran dengan memposisikan siswa secara berkelompok, pertama
dikembangkan oleh Vigotsky. Dalam bekerja secara kelompok siswa
diharapkan tidak hanya menampilkan kegiatan kompetitif, tetapi juga
kooperatif. Tugas utama dari sekelompok siswa yang dimaksud adalah
mendiskusikan masalah/soal yang diberikan gurunya, saling membantu
menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah.

Sejarah perkembangan model kerja kelompok (Kooperative Leraning )


menurut beberapa ahli diantaranya adalah:

1) Davidson (1985): Tahun 1960-an berbagai jenis belajar kelompok


telah banyak dikembangkan untuk berbagai jenis tugas atau
pembelajaran matematika

2) Ausubel (1968): menyebutnya “group centered approach” yang


dalam grup atau kelompok itu terjadi saling mempengaruhi dan
interaksi antara sesama siswanya. Pengaruh itu terjadi dengan
berbagai alasan sesuai denga motivasi dan orientasi masing-masing
siswanya.

3) Kelman (1971): menyatakan di dalam kelompok terjadi saling


mempengaruhi secara sosial. Pertama, pengaruh tersebut diterima
oleh seorang siswa karena ia memang menginginkannya. Kedua, ia
memang ingin meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau
kelompoknya karena sesuai dengan sudut pandangnya. Ketiga, karena
pengaruh itu sejalan atau kongruen dengan sikap atau nilai yang
dimilikinya.

4) Slavin (1991): siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu


dalam menguasai bahan ajar. Sedangkan Lowe (1989) menyatakan
bahwa model kooperatif secara nyata semakin mengembangkan sikap
sosial dan belajar dari teman sekelompoknya dalam berbagai sikap
positif. Keduanya menyatakan bahwa model belajar kooperatif dapat

27
meningkatkan kepositifan sikap sosial dan kemampuan kognitif
sesuai dengan tujuan pendidikan.

Untuk lebih memudahkan dalam penerapannya, model kooperatif


sebenarnya terdiri dari beberapa fase inti dalam pelaksanaannya. Fase-
fase tersebut disntaranya termuat dalam table berikut:

FASE – FASE PERILAKU GURU

Fase 1
 Menyampaikan semua tujuan yang
Menyampaikan tujuan
ingin dicapai selama pembelajaran dan
dan memotivasi siswa
memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Fase 3  Menyajikan informasi kepada siswa
Mengorganisasikan dengan jalan demonstrasi atau lewat
siswa kedalam bahan bacaan
kelompok – kelompok
belajar
Fase 4  Menjelaskan kepada siswa bagamana
cara membentuk kelompok belajar dan
Membimbing kelompok
membantu setiap kelompok agar
bekerja dan belajar
melakukan transisi secara efisien
Fase 5
Evaluasi
 Membimbing kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas
Fase 6 mereka .
Memberikan
penghargaan
 Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari/meminta
kelompok presentasi hasil kerja

 Menghargai baik upaya maupun hasil


belajar individu dan kelompok

28
Tabel 2.2 Sintaks model koopertif

b. Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual sebenarnya belum pernah ada. Belum


pernah ada yang mengembangkan langkah-langkah khusus dalam
pembelajaran dari awal hingga akhir yang berkaitan dengan pembelajaran ini.
Yang ada adalah karakteristik dan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual.
Oleh karena itu dalam modul ini tidak akan digunakan istilah Model
Pembelajaran Kontekstual, tetapi hanya digunakan istilah Pembelajaran
Kontekstual.

Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu alternatif pembelajaran


yang dapat mengurangi verbalisme dan teoritis. Di samping itu, pembelajaran
ini dapat memberikan penguatan pemahaman secara komprehensif melalui
penghubungan makna atau maksud dari ilmu pengetahuan yang dipelajari
siswa dengan pengalaman langsung dalam kehidupan yang nyata.

Pembelajaran kontekstual merupakan proses belajar yang


menghubungkan alam pikiran (pengetahuan dan pengalaman) dengan
keadaan yang sebenarnya dalam kehidupan. Jika siswa mampu
menghubungkan kedua hal tersebut, pengetahuan dan pengalaman yang
mereka miliki dari hasil belajar akan lebih bermakna dan dapat dirasakan
manfaatnya.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kontekstual pada prinsipnya


sebuah pembelajaran yang berorientasi pada penekanan makna pengetahuan
dan pengalaman melalui hubungan pemanfaatan dalam kehidupan yang
nyata.

Model pembelajaran kontekstual pertama kali dikembangkan di


Belanda pada tahun 1970 di Institut Freudenthal. Pertama dikembangkan,
model ini masih fokus pada satu mata pelajaran yaitu matematika yang

29
kemudian melahirkan suatu model yang terkenal dengan nama Realistic
Mathematics Education (RME) atau realistik matematika.

RME kemudian diadopsi dan dikembangkan di Amerika untuk mata


pelajaran lainnya, maka lahirlah Model Pembelajaran Kontekstual yang
akhirnya sampai ke Indonesia. Karena modul ini diperuntukkan bagi diklat
guru matematika, maka dalam modul ini akan lebih terkonsentrasi pada
Realistic Mathematics Education (RME)

c. Model Pembelajaran Bebasis Masalah

PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka


kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada
pada masalah yang dipilih sehingga pebelajar tidak saja mempelajari konsep-
konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk
memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pebelajar tidak saja harus
memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat
perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan
dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah
dan menumbuhkan pola berpikirkritis.

Bila pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah, apalagi kalau


masalah tersebut bersifat kontekstual, maka dapat terjadi ketidaksetimbangan
kognitif pada diri pebelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu
sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan disekitar masalah
seperti “apa yang dimaksud dengan….”, “mengapa bisa terjadi….”,
“bagaimana mengetahuinya…” dan seterusnya. Bila pertanyaan-pertanyaan
tersebut telah muncul dalam diri pebelajar maka motivasi intrinsik mereka
untuk belajar akan tumbuh. Pada kondisi tersebut diperlukan peran guru
sebagai fasilitator untuk mengarahkan pebelajar tentang “konsep apa yang
diperlukan untuk memecahkan masalah”, “apa yang harus dilakukan” atau
“bagaimana melakukannya” dan seterusnya. Dari paparan tersebut dapat

30
diketahi bahwa penerapan PBL dalam pembelajaran dapat mendorong
siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri.
Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana
berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada
bagaimana dia membelajarkan dirinya.
Pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan pembelajaran
yang mengarahkan siswa pada pemecahan masalah. Guru berperan
memfasilitasi dengan mengajukan permasalahan dan memotivasi siswa untuk
melakukan penyelidikan dan penemuan inkuiri.

Gambar 2.2 Skema ciri khusus pembelajaran berbasis masalah


a) Landasan Teori
Model Pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan oleh
Bruner yang berorientasi pada pandangan psikologi kognitif.
Pembelajaran ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi dan membantu siswa menemukan dan

31
membangun sendiri pengetahuannya dengan prinsip-prinsip inquiri.
Model pembelajaran ini sangat sesuai dengan prinsip-prisip pembelajaran
contektual teaching learning (CTL).

b) Tujuan Hasil Belajar Siswa


Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah dan keterampilan intelektual. Pembelajaran berbasis masalah
memotivasi siswa untuk mengembangkan berpikir tingkat tinggi.

c) Sintaks (Tingkah Laku Mengajar)


FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi siswa kepada
 Menjelaskan tujuan,logistik yang
masalah
dibutuhkan
 Memotivasi siswa terlibat aktif
Fase 2 pemecahan masalah yang dipilih
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar  Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok  Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan
Fase 4
penjelasan dan pemecahan masalah
Mengembangkan dan  Membantu siswa dalam merencanakan
menyajikan hasil karya dan menyiapkan karya yang sesuai
Fase 5 seperti laporan, model dan berbagi tugas
dengan teman
Menganalisa dan
mengevaluasi proses  Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
pemecahan masalah yang telah dipelajari /meminta kelompok
presentasi hasil kerja

d) Lingkungan Belajar dan Sistem Penglolaan

32
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada pembelajaran
berbasis masalah dicirikan dengan keterbukaan, demokrasi, dan
keaktifan siswa. Lingkungan belajar menekankan pada peranan
sentral siswa. Pembelajaran ini membantu siswa menjadi mandiri,
percaya diri pada kemampuannya dan memotivasi siswa untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran.Siswa bebas menemukakan
pendapatnya.

Kegiatan belajar mengajar adalah bentuk penyelenggaraan


pendidikan, memadukan secara sistematis dan berkesinambungan
kegiatan pendidikan didalam dan diluar lingkungan sekolah, dalam
menyediakan ragam pengalaman belajar

Kenyataannya, selama ini transformasi hanya satu arah dari


guru ke siswa, hal ini belum dapat secara efektif memecahkan
masalah sehari-hari Dengan adanya tuntutan keluaran pendidikan
harus dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, sistem dengan ,
memberikan jawaban, siswa harus dilibatkan secara aktif, secara
individu ,dalam membangun pengetahuan/gagasan baik didalam
maupun diluar lingkungan sekolah

Kegiatan pembelajaran yang baik memungkinkan siswa untuk:

1) Gembira dan berpikir positif


2) Melakukan sendiri termasuk inovasi
3) Merasa tertantang untuk maju
4) Mengerti dengan baik tentang mengapa dan bagaimana
sesuatu
5) Mendapatkan pujian bila berpretasi dan benar dan
mengakui/toleransi bila salah dan memaklumi untuk
pengalaman
6) Individualitas, namun tetap melakukan kerjasama kelompok
7) Berperan meningkatkan hubungan antara guru dan siswa

33
8) Belajar merupakan suatu kebutuhan bukan paksaan dan
dilakukan dengan senang.

7. Berbagai Strategi Pembelajaran

a. Stretegi Pembelajaran dari Model Kooperatif Learning

Dalam model pembelajaran kooperatif sangat penting untuk


memfasilitasi siswa agar dapat belajar dan bekerjasama dalam kelompok.
Ada beberapa strategi bagaimana membuat dan menjalankan skenario
pembelajaran secara kelompok. Berikut ini beberapa di antaranya.

1) Think-share-pair

Strategi ini berguna untuk mendengarkan satu sama lain serta


memiliki kesempatan waktu yang lebih banyak. Setelah berdiskusi secara
berpasangan, siswa diharapkan akan dapat belajar berbicara dan
mendengarkan orang lain.
Urutan strategi pembelajaran kelompok think-share-pair ini adalah sbb:

a) Siswa mendengarkan sementara guru memberikan pertanyaan atau


tugas.

b) Siswa diberi waktu untuk memikirkan jawaban/respon secara


individu.

c) Siswa berpasangan dengan salah satu temannya dan membicarakan


tanggapan mereka.

d) Siswa kemudian diundang untuk berbagi tanggapan dengan seluruh


kelompok/pasangan lain.

Kelemahan cara ini adalah dengan kelompok yang hanya terdiri dari dua
orang, siswa kurang mendapat sudut pandang pendapat yang beragam.

2) Numbered Heads Together (NHT)

Strategi ini berguna untuk memeriksa pemahaman, untuk meninjau,


sebagai obat penawar bagi seluruh kelas dengan menjawab pertanyaan.

34
a) FormatLangkah:

(1) Siswa membentuk sebuah tim dari 3-5 siswa dan diberi nomor
untuk tiap siswa. Kelompok merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan
kemampuan belajar

(2) Guru mengajukan pertanyaan langsung atau melalui LKS.

(3) Siswa mendiskusikan jawaban bersama-sama dan memastikan


semua anggota tahu jawabannya. Jika perlu, ada anggota yang
berfungsi mengecek jawaban dari masing-masing anggota.

(4) Guru memanggil siswa dengan menyebut nomor secara acak


dan siswa dengan nomor tersebut mengangkat tangan dan
memberikan jawaban untuk disampaikan ke seluruh siswa di
kelas.

(5) Pada akhir sesi, guru bersama siswa menyimpulkan jawaban


akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi
yang disampaikan.

b) Manfaat

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif


tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang
dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara
lain adalah :

 Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

 Memperbaiki kehadiran

 Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

 Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

 Konflik antara pribadi berkurang

 Pemahaman yang lebih mendalam

35
 Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

 Hasil belajar lebih tinggi

3) STAD (Student Teams Achievement Divisors)

Secara umum, STAD dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah


sebagai berikut:

a) Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen


(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, atau suku);

b) Guru menyajikan pelajaran;

c) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh


anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang sudah
memahami materi, diharapkan menjelaskan apa yang sudah
dimengertinya kepada anggota kelompok yang lain sampai setiap
anggota kelompok tersebut memahami materi yang dimaksud;

d) Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat


mengerjakan kuis/pertanyaan, siswa harus bekerja sendiri;

e) Gurumamberikan evaluasi berupa beberapa pertanyaan yang


menyangkut inti materi;

f) Menarik kesimpulan dengan mengarahkan jawaban siswa pada


kesimpulan yang akan diungkapkan.

4) JIGSAW

Jigsaw dapat digunakan untuk mengembangkan konsep, menguasai


materi, serta untuk diskusi dan tugas kelompok.
Langkah-langkahnya adalah sbb:

a) Siswa dikelompokkan ke tim.

36
b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda

c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub


bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka.

e) Setelah selesai diskusi dengan tim ahli tiap anggota kembali ke


kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh

f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

g) Dilakukan tes untuk mengetahui apakah siswa telah memahami


materi yang didiskusikan.

h) Guru memberi evaluasi dan kesimpulan

Strategi yang disampaikan ini masih sangat umum dan dapat dimodifikasi
serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas.

a. Realistik Matematika

1) Pengertian

Pembelajaran Kontekstual Realistic Mathematics Education (RME)


merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori
RME pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada
tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat
Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan
realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti
matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata
sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep
matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan
melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan “realistik”.

37
Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas
tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa. Prinsip
penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan
informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep
matematisasi.

Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Treffers, yaitu


matematisasi horisontal dan vertikal. Contoh matematisasi horisontal
adalah pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasi masalah dalam
cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke
masalah matematik. Contoh matematisasi vertikal adalah representasi
hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model
matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan
penggeneralisasian. Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian
seimbang, karena kedua matematisasi ini mempunyai nilai sama (Van
den Heuvel-Panhuizen, 2000) .

Berdasarkan matematisasi horisontal dan vertikal, pendekatan dalam


pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu
mekanistik, emperistik, strukturalistik, dan realistik.

Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisional dan


didasarkan pada apa yang diketahui dari pengalaman sendiri (diawali dari
yang sederhana ke yang lebih kompleks). Dalam pendekatan ini manusia
dianggap sebagai mesin. Kedua jenis matematisasi tidak digunakan.

Pendekatan emperistik adalah suatu pendekatan dimana konsep-


konsep matematika tidak diajarkan, dan diharapkan siswa dapat
menemukan melalui matematisasi horisontal.

Pendekatan strukturalistik merupakan pendekatan yang


menggunakan sistem formal, misalnya pengajaran penjumlahan cara
panjang perlu didahului dengan nilai tempat, sehingga suatu konsep
dicapai melalui matematisasi vertikal.

38
Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan
masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas
matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan
dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika.

b. Karakteristik RME

Karakteristik RME adalah menggunakan: konteks “dunia nyata”,


model-model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan
(intertwinment)

a) Menggunakan Konteks “Dunia Nyata”

Gambar berikut menunjukkan dua proses matematisasi yang


berupa siklus di mana “dunia nyata” tidak hanya sebagai sumber
matematisasi, tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan
kembali matematika.

300

300
A B
0

AB:BC = V3 :1

Gambar. 2.2 : Dari gambar dapat saudara ketahui bahwa untuk mencari tinggi
pohon di atas saudara tidak perlu memanjatnya, cukup menggunakan perbandingan
sisi segitiga siku-siku dengan membuat sudut elevasi ke puncak pohon 300

Konsep Matematisasi Dalam RME, pembelajaran diawali dengan


masalah kontekstual (“dunia nyata”), sehingga memungkinkan
mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung.

39
Proses penyarian (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata
dinyatakan oleh De Lange (1987) sebagai matematisasi konseptual.
Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep
yang lebih komplit. Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-
konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (applied
mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-
konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu
diperhatikan matematisi pengalaman sehari-hari (mathematization of
everyday experience) dan penerapan matematikan dalam sehari-hari
(Cinzia Bonotto, 2000)

b) Menggunakan Model-model (Matematisasi)

Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model


matematik yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed
models). Peran self developed models merupakan jembatan bagi
siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika informal
ke matematika formal. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat
dengan dunia nyata siswa. Generalisasi dan formalisasi model
tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Melalui
penalaran matematik model-of akan bergeser menjadi model-for
masalah yang sejenis. Pada akhirnya, akan menjadi model
matematika formal.

c) Menggunakan Produksi dan Konstruksi

Streefland (1991) menekankan bahwa dengan pembuatan


“produksi bebas” siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada
bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. Strategi-
strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah
kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan

40
pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkonstruksi pengetahuan
matematika formal.

d) Menggunakan Interaktif

Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar


dalam RME. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa
negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan
atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-
bentuk informal siswa.

e) Menggunakan Keterkaitan (Intertwinment)

Dalam RME pengintegrasian unit-unit matematika adalah


esensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan
dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan
masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan
pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmetika,
aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain.

c. Problem Based Introduction

1) Pengertian

Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning),


selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL
adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga
siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi
kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan masalah-masalah praktis,
berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.

41
Model problem based learning telah digunakan oleh para ahli dalam
pembelajaran kimia dan turunannya, antara lain pengajaran Biokimia
oleh Dods (1996), pembelajaran kimia sintesis bahan alam kompleks oleh
Cannon dan Krow (1998), Yu Ying (2003) dalam pengajaran
elektrokimia, dan Liu Yu (2004) dalam pengajarankimiaanalitik.

PBL adalah suatu pembelajaran yang didorong atau ditandai oleh


adanya masalah, bukan oleh konsep yang abstrak. Idealnya, masalah
tersebut dapat ditemukan atau diperoleh dalam kehidupan nyata, dan
tidak cepat terselesaikan tetapi dapat diselesaikan dengan mudah.

Dalam merancang kegiatan perkuliahan ini Liu Yu memerlukan


waktu 40 jam kuliah dan 32 jam kerja laboratorium. Tujuan perkuliahan
adalah: (1) Meningkatkan pengertian lebih mendalam tentang prinsip
kimia analitik yang meliputi: sampling, preparasi sampel, separasi, teknik
klasik, teknik instrumentasi: spektroskopi, kromatografi, elektrokimia,
dan jaminan mutu, (2) Meningkatkan keterampilan teknis kimia analitik
dan keterampilan lain pada umumnya, dan (3) Membantu mahasiswa
mengembangkan suatu pengertian dan pemahaman yang lebih
(mendalam) dan apresiasi terhadap sains.

Memang, apa yang diterapkan dan dikembangkan oleh Liu Yu


terjadi di kampus dengan sasaran mahasiswa. Tetapi anda tentunya
mampu menyesuaikannya untuk diterapkan di kelas dengan sasaran
pembelajaran siswa aliyah.

2) Ciri-ciri

PBL memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) belajar dimulai dengan suatu masalah;

b) memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan


dengan dunia nyata siswa/mahasiswa;

42
c) mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan
diseputar disiplin ilmu;

d) memberikan tanggung jawab yang besar kepada pebelajar


dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses
belajar mereka sendiri,

e) menggunakan kelompok kecil;

f) menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah


mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran


dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan
oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya
tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui
untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang
dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terd orong
berperan aktif dalam belajar.

3) Langkah-langkah

Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL


paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:

a) mengidentifikasi masalah;

b) mengumpulkan data;

c) menganalisis data;

d) memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan


analisisnya;

e) memilih cara untuk memecahkan masalah;

f) merencanakan penerapan pemecahan masalah;

g) melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan;

h) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

43
Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai
kategori tingkat berfikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai
bila pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berfikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills). Dalam proses pemecahan
masalah sehari-hari, seluruh tahapan terjadi dan bergulir dengan
sendirinya, demikian pula keterampilan seseorang harus mencapai
seluruh tahapan tersebut.

Langkah mengidentifikasi masalah merupakan tahapan yang sangat


penting dalam PBL. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat
memberikan pengalaman belajar yang mencirikan kerja ilmiah seringkali
menjadi ”masalah” bagi guru dan siswa. Artinya, pemilihan masalah yang
kurang luas, kurang relevan dengan konteks materi pembelajaran, atau
suatu masalah yang sangat menyeimpang dengan tingkat berpikir siswa
dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab
itu, sangat penting adanya pendampingan oleh guru/dosen pada tahap ini.
Walaupun guru/dosen tidak melakukan intervensi terhadap masalah tetapi
dapat memfokuskan masalah melalui pertanyaan-pertanyaan agar
siswa/mahasiswa melakukan refleksi lebih dalam terhadap masalah yang
dipilih. Dalam hal ini guru/dosen harus berperan sebagai fasilitator agar
pembelajaran tetap pada bingkai yang direncanakan.

8. Pemilihan Model Pembelajaran Sebagai Implementasi Strategi


Pembelajaran

Anda harus hati-hati dalam memilih model pembelajaran karena tidak


semua model pembelajaran akan cocok untuk semua materi matematika yang
memiliki berbagai ragam karakteristik. Ada satu hal lagi yang harus diingat
bahwa tidak ada satu model tertentu yang lebih baik atau lebih unggul dari
model lainnya. Semuanya tergantung banyak faktor yang mempengaruhi.

Dalam memilih model pembelajaran ada beberapa hal yang harus anda
pertimbangkan, antara lain:

44
a. Tingkat Kesiapan Siswa

Sebelum memilih suatu model pembelajaran anda harus memahami


betul tingkat kesiapan siswa. Untuk siswa dengan tingkat kesiapan rendah
biasanya kurang cocok dengan model pembelajaran yang menuntut
kemandirian belajar, tetapi akan lebih cocok dengan model pembelajaran
yang memuat pendampingan dengan penjelasan terinci dari anda dan
bahkan akan membutuhkan contoh-contoh secara langsung. Hal ini
tentunya berbeda dengan siswa yang tingkat kesiapannya tinggi.

Jika anda ingin mengetahui tingkat kesiapan siswa maka bisa dilihat
dari hasil belajar materi sebelumnya yang manjadi prasarat materi yang
akan dipelajari. Bisa juga dengan melakukan pree test atau tes
kemampuan awal dengan materi dasar yang banyak digunakan pada
materi yang akan dipelajari. Anda juga bisa mempertimbangkan keaktifan
siswa atau faktor lain dalam diri siswa yang mempengaruhi
pembelajaran. Tingkat kesiapan siswa juga berhubungan dengan
penentuan KKM karena tingkat kesiapan siswa sebenarnya juga
merupakan “intake” pembelajaran.

b. Kesiapan Guru

Bukan hanya tingkat kesiapan siswa yang dipertimbangkan, tingkat


kesiapan anda sebagai guru pun harus menjadi bahan pertimbangan
penting. Maksudnya, jika anda kurang memahami suatu model
pembelajaran maka akan lebih baik jika anda tidak menggunakannya
terlebih dahulu.

c. Karakteristik Materi

Mata pelajaran matematika banyak memiliki karakter materi yang


berbeda. Mulai dari materi yang hanya mebutuhkan pemahaman sampai
ke materi yang membuthkan sintesis, analisis, bahkan evaluasi. Hal inilah
yang harus anda pertimbangkan sebelum memilih suatu model
pembelajaran. Sebagai contoh, model Problem Based Introduction atau

45
pembelajaran berbasis masalah sangat tidak cocok diterapkan untuk
materi yang hanya membutuhkan pemahaman siswa, karena model ini
dirancang berangkat dari suatu masalah bukan konsep.

d. Ketersediaan Sarana Pendukung

Sebelum memilih model pembelajaran, anda harus bertanya “sarana


pendukung apa sajakah yang harus ada?” Jika ada yang belum tersedia,
mungkin tidak untuk segera disediakan atau paling tidak disiasati. Jika
tidak memungkinkan maka anda disarankan untk menerapkan model
lainnya yang sarananya terpenuhi.

e. Waktu

Waktu jelas menjadi pertimbangan yang tidak boleh ditinggalkan.


Anda harus menyesuaikan muatan materi yang akan dipelajari siswa dan
model pembelajaran yang akan diterapkan dengan waktu yang tersedia
dalam sekali pertemuan.

f. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan di luar sarana


dan prasarana yang mendukung pembelajaran. Peran lingkungan akan
sangat penting bagi model-model pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan di luar kelas sebagai tempat pembelajaran, seperti model
proyek dan investigasi.

Pertimbangan terhadap hal-hal tersebut di atas dapat disesuaikan


dengan situasi dan kondisi. Dituntut kearifan dalam
mempertimbangkannya, dan yang tidak kalah penting adalah harus selalu
didasarkan pada pertanyaan ”bagaimana anak belajar?” bukan
”bagaimana guru mengajar?” Dengan kata lain kebutuhan belajar siswa
harus didahulukan dari pada kebutuhan mengajar guru.

9. Penentuan Model dan Strategi Pembelajaran yang Sesuai Untuk Materi

46
Mungkin anda sudah memahami, menguasai, bahkan pernah
mempraktekkan suatu model pembelajaran tertentu. Tetapi pernahkah anda
mempertanyakan kesesuaian antara model yang anda pilih dengan materi
pembelajarannya? Jika belum, marilah sekarang kita mencoba membahasnya
bersama-sama.

Kita semua sudah tahu, bahwa ada tiga aspek hasil belajar siswa yang
selama ini ingin dilihat dalam pendidikan kita. Ketiga aspek tersebut adalah
Kognitif, Psikomotor dan Afektif. Dalam pelajaran matematika, khususnya
dalam modul ini aspek Afektif tidak akan diperhatikan, sehingga fokus kita
adalah pada aspek kognitif dan psokomotor. Oleh karena itu, penentuan
model dan strategi pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kompetensi
aspek apa yang ingin dicapai. Hal ini bisa dilihat dari kata kerja yang
termuat dalam standar isi, terutama dalam kompetensi dasar (KD) mata
pelajaran. Jelasnya, penentuan model dan strategi pembelajaran harus
dimulai dari analisis SK dan KD. Langkah penentuannya dapat anda lihat
pada gambar berikut:

model
pembelajaran
kompetensi
kognitif
analisis
KD
kompetensi
psikomotor
model
pembelajaran

Gambar 2.3 Alur penentuan model pembelajaran

Kata kerja pada kompetensi dasar (KD) akan menjadi kunci dalam
penentuan jenis kompetensi yang akhirnya akan menentukan model

47
pemeblajaran apa yang sesuai. Meskipun kompetensi dalam KD akan dirinci
lagi menjadi kompetensi dalam indikator-indikator, tetapi indikator yang
kopetensinya sejenis atau sama dengan kopetensi KD-lah yang akan
diutamakan, dan indikator seperti inilah yang dinamakan dengan ”indikator
inti” . Sedangkan indikator lainnya sebagai ”indikator penunjang” atau
”indikator jembatan”. Untuk lebih jelasnya, coba anda perhatikan ilustrasi
berikut:

”Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi kuadra”

(KD Matematika SMA/MA kelas X semester I.)

Misalnya dari KD tersebut kemudian anda menentukan indikator yang


antara lain sebagai beikut:

1. menentukan koordinat titik potong terhadap sumbu-x

2. menentukan koordinat titik potong terhadap sumbu-y

3. menggambar titik potong terhadap sumbu-x

4. menggambar titik potong terhadap sumbu-y

5. menggambar grafik fungsi yang berupa garis lurus

6. dst

Kompetensi yang termuat dalam KD di atas adalah ”menggambar”, dan


indikator yang kompetensinya sejenis/sama adalah nomor 3,4 dan 5. Maka
kompetensi dalam indikator 3, 4 dan 5 yang harus menjadi pertimbangan
dalam penentuan model pembelajaran. Karena inti dari kompetensi indikator
1 dan 2 sebenarnya sudah dibahas pada materi sebelumnya yaitu persamaan
linier dua variabel.

a. Menentukan Jenis Kompetensi dalam KD

48
Untuk menentukan jenis kompetensi KD dilihat kata kerja dalam KD
tersebut. Anda harus melihat, kata kerja tersebut ternasuk dalam kompetensi
kognitif atau psikomotor.

Daftar kata kerja yang termuat dalam KD mata pelajaran matematika


SMA/MA jika dihubungkan dengan kompetensi yang ingin dicapai adalah
sebgai berikut:

NO Kata Kerja Kompetensi


1. Memahami Kognitif
Menentukan Kognitif
Merumuskan Kognitif
Menggunakan Psikomotor
Melakukan Psikomotor
Menggambar Psikomotor
Merancang Psikomotor
Menyelesaikan Kognif
Menyusun Psikomotor
Menurunkan Kognitif
Menghitung Psikomotor
Membaca Psikomotor
Menyajikan Psikomotor

b. Menentukan Model dan Strategi Pembelajaran.

49
D. Rangkuman
Strategi pembelajaran adalah suatu cara dalam melakukan kegiatan
pembelajaran yang bertujuan agar kompetensi dasar dan indikator
pembelajarannya dapat tercapai melalui pendekatan, metode dan teknik dalam
kerangka suatu model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran
benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis
Model pembelajaran yang dikembangkan pada KTSP adalah, Model
Pembelajaran langsung, Model kooperatif dan Model Pembelajaran berbasis
masalah
Model pembelajaran kooperatif ialah konsep belajar yang peran pengajar
dan pesera didik berlaku saling aktif dan saling mengisi dalam
membicarakan/membahas materi ajar sehingga ada hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki murid bisa dituangkan untuk diintegrasikan dengan
pengetahuan Guru. Contoh srtategi pembelajaran kooperatif diantaranya,
Jigsaw, Snowball Throwing, STAD( Student Teams Achievement Divisions),
Think-Pair-Share. Example non example , Bertukar pasangan, NHT ( Numbered
Heads Together), The Power of Two, Inside and Outside Circle

Strategi Pembelajaran yang diterapkan untuk pembelajaran matematika


selain dari kelompok kooperatif juga terdapaf startegi pembelajaran Realistik
Matematika (RME) dan Strategi berbasis masalah (Problem Based Introduction)
E. Latihan / Tugas
Berdiskusilah dalam 5 kelompok! Masing – masing kelompok mendapatkan
tugas melakukan proses pembelajaran dengan salah satu model pembelajaran di
atas
F. Tes Mandiri

50
Pilihan Ganda

1. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu, kecuali….


a. Landasan teori
b. Sintaks
c. Modelling
d. Lingkungan dan sistem pengelolaan

2. Strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran


yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran
yang diharapkan. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat ditempuh
dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Definisi tersebut diungkapkan
oleh….
a. Ahmad Sabri
b. Bruce Joyce
c. Newman dan Logan
d. Soejadi
3. Model Pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh....
a. Vigotsky
b. Bruner
c. Albert Bendura
d. Piaget
4. Ciri pembelajaran kooperatif adalah kecuali....
a. Adanya saling ketergantungan positif
b. Adanya interaksi tatap muka
c. Akuntabilitas individual
d. Mengembangkan keerampilan individual

5. Pembelajaran yang berorientasi pada essensi dari kecakapan hidup adalah


kemampuan seseorang untuk memahami dirinya dan potensinya dalam

51
kehidupan, antara lain mencakup penentuan tujuan, memecahkan masalah
dan hidup bersama orang lain, termasuk strategi pembelajaran....
a. Aktif
b. Keterampilan proses
c. Kontekstual
d. Life Skill

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan model pembelajaran!
2. Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang model kooperatif!
3. Sebutkan ciri-ciri Pembelajaran RME!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis masalah!

52
https://id.scribd.com/doc/97060389/Bab-2 , rabu, 18/10/2017, jam15.20

53

Anda mungkin juga menyukai