Anda di halaman 1dari 56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Hasil observasi awal yang dilaksanakan selama tiga minggu, mulai

hari Senin, tanggal 16 Juli s.d. hari Sabtu, tanggal 4 Agustus bertempat di

SMP 1 Jepara. Sedang Senin, tanggal 30 Juli 2019 s.d. hari Sabtu, tanggal 4

Agustus bertempat di SMP 7 Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara

ditemukan permasalahan guru tidak layak mengajar, terbukti kinerja

mengajar guru dikategorikan rendah. Hasil wawancara peneliti dengan guru

sebelum diadakan tindakan perbaikan menyimpulkan bahwa kinerja

mengajar guru SMP binaan Kecamatan Jepara belum opteimal. Hal ini

muncul karena ada indikasi-indikasi yang menurunkan kinerja guru dalam

mengajar, diantaranya : (1) masih ada guru yang belum menyusun

perangkat pembelajaran yang meliputi : program tahunan, program

semester, silabus, dan RPP; (2) adanya kecenderungan copy paste perangkat

pembelajaran dari guru lain yang tentunya kondisi dan situasi belajar dari

masing-masing peserta didik yang diampu guru tersebut berbeda; (3) ada

beberapa guru yang belum kreatif dan masih konvensional dalam

penyampaian materi pelajaran; dan (4) sebagian besar guru kurang disiplin

dalam bekerja.

Permasalahan yang terjadi di SMP Binaan Kecamatan Jepara

Kabupaten Jepara, membuktikan rendahnya kinerja mengajar guru. Kondisi

ini tentu saja tidak dapat dibiarkan terus menerus, tetapi harus ada solusi

59
60

atau tindakan nyata dari Pengawas PAI SMP untuk meningkatkan kinerja

guru dalam mengajar.

Untuk lebih jelasnya hasil penilaian kinerja mengajar guru sebelum

dilaksanakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study, dapat diamati

dalam Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Mengajar Guru Sebelum


Tindakan (Tahap Pra Siklus)

Rentang Nilai (%) Kategori f %


90 – 100 Sangat Tinggi 0 0
80 – 89 Tinggi 0 0
70 – 79 Cukup Tinggi 7 21
60 – 69 Rendah 10 29
0 – 59 Sangat Rendah (Gagal) 17 50
JUMLAH 34 100

Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil penilaian kinerja

mengajar guru sebelum diadakan tindakan (pra siklus) diketahui tidak ada

satupun guru yang kinerja mengajarnya dikategorikan “Sangat Tinggi”

maupun “Tinggi”. Terlihat ada 7 orang atau 21% guru dikategorikan

“Cukup Tinggi” mengajarnya. Terlihat juga ada 10 orang atau 29% guru

dikategorikan “Rendah” mengajar dan terlihat ada 17 orang atau 50% guru

dikategorikan “Sangat Rendah (gagal)” mengajar. Lebih jelasnya tersaji

dalam gambar diagram di bawah ini.


61

Gambar 4.1. Diagram Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Mengajar Guru Sebelum
Tindakan (Tahap Pra Siklus)

Dari Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa kinerja mengajar guru

sebelum diadakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study,

dikategorikan “Sangat Rendah (Gagal)” dengan pencapaian nilai rata-rata

sebesar 56%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.a

Berpijak pada hasil penilaian tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa sebelum diadakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study,

terlihat sangat rendahnya kinerja mengajar guru. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya: (1) Kualifikasi dan latar belakang pendidikan

tidak sesuai dengan bidang tugas. Di lapangan banyak diantara guru

mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi

pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya; (2)

Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri; (3)

Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran;

(4) Rendahnya kesejahteraan guru; (5) Kurikulum yang selalu berubah-


62

ubah, menjadikan guru kebingungan dalam pelaksanaan tugas; dan (6)

Belum adanya pelatihan teknik Microteaching Berbasis Lesson Study

secara berkala, terencana dan berkesinambungan.

Berpijak dari hasil observasi pra siklus yang telah dipaparkan di

atas, maka peneliti selaku Pengawas PAI SMP berusaha mengatasi

permasalahan tersebut dengan melaksanakan kegiatan Microteaching

Berbasis Lesson Study. Microteaching merupakan salah satu teknik untuk

mengintegrasikan Lesson Study di dalam kurikulum pendidikan keguruan.

Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian

pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-

prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas

belajar. Pelaksanaan Microteaching Berbasis Lesson Study oleh peneliti

bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran sekaligus melatihkan

kerjasama dan sharing keterampilan antar pengajar untuk mengatasi

masalah-masalah yang terjadi dalam kelas.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan sebagai upaya

meningkatkan kinerja mengajar guru melalui pelaksanaan Microteaching

Berbasis Lesson Study. Serangkaian kegiatan yang mendasarkan pada

prosedur yang telah dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Rangkaian

prosedur tersebut dijabarkan sebagai berikut :


63

1. Tindakan Siklus I

Pada siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2019

sampai dengan 14 September 2019 melalui pelatihan teknik

Microteaching Berbasis Lesson Study. Langkah-langkah pelaksanaan

tindakan Siklus I dalam Penelitian Tindakan Sekolah terdiri dari

empat tahap, dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan tindakan

yang akan dilaksanakan pada siklus I. Tahapan perencanaan siklus

I meliputi:

1) Menyiapkan bahan, inventarisasi kebutuhan dan inventarisasi

masalah/kesulitan guru dalam merancang atau merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran dan

mengadakan evaluasi pembelajaran atau penilaian hasil

belajar.

2) Berdiskusi dengan guru (Focus Group Discussion) tentang

hal-hal yang terkait kinerja mengajar guru guna menciptakan

proses pembelajaran yang efektif, inovatif, kreatif,

menyenangkan, bermakna dan berkualitas.

3) Menyiapkan jadwal pelaksanaan Microteaching Berbasis

Lesson Study Siklus I.

4) Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam

Microteaching Berbasis Lesson Study.

5) Menyusun instrumen penilaian kinerja mengajar guru.


64

6) Menyusun panduan wawancara dengan guru.

7) Membuat daftar hadir Microteaching Berbasis Lesson Study

Siklus I.

8) Menentukan teknik analisis keberhasilan tindakan.

9) Membentuk kelompok kerja guru mapel yang sama.

b. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan Tindakan Sekolah ini pada Siklus I dimulai

pada tanggal 2 Agustus 2019 sampai dengan 14 September 2019,

dengan jumlah guru yang dibimbing sebanyak 34 orang guru.

Pelaksanaan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study Siklus

I dilaksanakan empat kali pertemuan dan bertempat di SMP 1

Jepara Kecamatan Jepara Kab. Jepara. Adapun pertemuan 1

dilaksanakan hari : Sabtu, Tanggal : 6 Agustus, pertemuan ke-2

dilaksanakan hari : Sabtu, Tanggal : 13 Agustus 2019, pertemuan

3 dilaksanakan hari : Sabtu, Tanggal : 27 Agustus 2019, dan

pertemuan 4 dilaksanakan hari : Senin, Tanggal : 3 September

2019. Masing-masing pertemuan dimulai pukul 14.00 – 17.00

WIB.

Pada tahap ini dilaksanakan pelatihan teknik Microteaching

Berbasis Lesson Study pada semua Guru PAI SMP Binaan

Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara, sesuai dengan jadwal yang

telah direncanakan (tercatat pada Lampiran 7.c). Langkah-langkah

pelaksanaan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study

dijabarkan sebagai berikut :


65

1) Tahap Perencanaan (Plan)

Pada tahap perencanaan (plan) hal-hal yang dilakukan

peneliti dijelaskan sebagai berikut:

a) Peneliti melakukan identifikasi masalah/sharing terkait

kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam proses

pembelajaran. Dalam hal ini peneliti memberi kesempatan

kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau

hambatan yang dialami guru dalam meningkatkan kinerja

mengajarnya, diantaranya:

(1) Merancang atau merencanakan kegiatan

pembelajaran. Adapun kesulitan yang dihadapi guru

dalam merancang atau merencanakan kegiatan

pembelajaran, yaitu: merencanakan tujuan

pembelajaran, merencanakan bahan belajar/materi

pembelajaran, merancang memilih strategi/metode

pembelajaran, merancang memilih media

pembelajaran, dan merencanakan penilaian/evaluasi

menguasai bahan ajar.

(2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Adapun kesulitan

yang dihadapi guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran, yaitu : membuka pelajaran yang dapat

menarik perhatian peserta didik, sikap guru dalam

proses pembelajaran, penguasaan bahan belajar

(materi pelajaran), penggunaan media pembelajaran,


66

menutup kegiatan pembelajaran, dan tindak

lanjut/follow up.

(3) Evaluasi/penilaian pembelajaran. Adapun kesulitan

yang dihadapi guru dalam mengadakan evaluasi atau

penilaian pembelajaran, yaitu : pelaksanaan evaluasi,

dan pelaksanaan evaluasi tindak lanjut.

b) Hasil dari identifikasi tersebut didiskusikan (dalam

kelompok lesson study).

c) Peneliti memberikan tugas kepada guru untuk menyusun

perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan hasil

diskusi.

d) Peneliti memberi pendampingan kepada guru untuk

merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik. Menyusun perencanaan pembelajaran merupakan

alternatif pemecahannya. Perencanaan dilakukan secara

berkolaborasi antar guru dengan bimbingan dari peneliti

sebagai nara sumber untuk memperkaya ide/gagasan.

e) Hasil penyusunan perencanaan pembelajaran tersebut

didiskusikan kembali untuk disempurnakan. Adapun

kegiatan yang didiskusikan yaitu:

(1) Menentukan standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD).

(2) Melakukan analisis untuk menentukan indikator

sebagai penanda ketercapaian KD.


67

(3) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

(4) Menentukan strategi dan metode pembelajaran yang

sesuai.

(5) Menentukan sumber belajar.

(6) Merancang media pembelajaran yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran.

(7) merancang penilaian untuk mengukur sejauhmana

ketercapaian KD dalam pembelajaran

2) Tahap Implementasi dan Observasi (Do)

Pada tahap implementasi dan observasi (do) hal-hal

yang dilakukan peneliti dijelaskan sebagai berikut:

a) Peneliti menunjuk salah satu guru sebagai guru model,

untuk melakukan implementasi rencana pembelajaran

yang telah dibuat secara kolaboratif (kelompok).

b) Peneliti memberikan bimbingan dan pendampingan

kepada guru selama praktik mengajar (microteaching).

c) Peneliti melakukan observasi dan penilaian selama guru

melaksanakan praktik mengajar (microteaching).

3) Tahap Refleksi (See)

Pada tahap refleksi (see) hal-hal yang dilakukan

peneliti dijelaskan sebagai berikut:

a) Peneliti bersama guru melakukan diskusi tentang praktik

mengajar (microteaching).
68

b) Peneliti memberikan kesempatan kepada guru model

untuk mengungkapkan kesan-kesannya selama

melaksanakan pembelajaran.

c) Peneliti menyampaikan komentar, kritik, dan saran dari

pembelajaran yang telah berlangsung terutama yang

berhubungan dengan kinerja mengajar.

d) Peneliti menyampaikan hasil analisis data observasi.

e) Peneliti melakukan revisi atau perbaikan terhadap kinerja

mengajar yang harus ditingkat bagi setiap guru untuk

menciptakan kualitas pembelajaran.

f) Menutup kegiatan dengan memberikan saran-saran atau

instruksi kiat-kiat meningkatkan kinerja mengajar.

c. Pengamatan (Observation)

Observasi mulai dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus

2019 sampai dengan 14 September 2019. Pengamatan dilakukan

selama kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study

berlangsung. Dalam tahap observasi ini, peneliti menggunakan

instrumen penilaian kinerja guru mengajar. Peneliti mengamati

kegiatan guru dalam: (1) merancang atau merencanakan

pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran yang meliputi : (a)

kemampuan membuka pelajaran, (b) sikap guru dalam proses

pembelajaran, (c) kemampuan menguasai dan menjelaskan materi,

(d) kemampuan melaksanakan kegiatan inti, (e) kemampuan


69

menggunakan media pembelajaran, (f) kemampuan menutup

pembelajaran, dan (g) kemampuan melakukan tindak lanjut/follow

up; dan (3) mengadakan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan pada hasil penilaian kinerja mengajar guru

setelah diadakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study

pada tindakan perbaikan siklus I secara lebih jelas dapat dilihat

pada Lampiran 7.a. Rekapitulasi penilaian kinerja mengajar guru

disajikan ke dalam Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Penilaian Kinerja Mengajar Guru Setelah


Dilaksanakan Kegiatan Microteaching Berbasis
Lesson Study (Siklus I)
Rentang Nilai (%) Kategori f %
90 - 100 Sangat Tinggi 7 21
80 - 89 Tinggi 14 41
70 - 79 Cukup Tinggi 8 23
60 - 69 Rendah 5 15
0 - 59 Sangat Rendah (Gagal) 0 0
Jumlah 34 100

Hasil penilaian kinerja mengajar guru setelah dilaksanakan

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study siklus I, lebih

jelasnya tersaji dalam gambar diagram di bawah ini.


70

Gambar 4.2 Diagram Rekapitulasi Penilaian Kinerja Mengajar Guru Setelah


Dilaksanakan Kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study
(Siklus I)

Dari Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 di atas menunjukkan ada 7

orang atau 21% guru dikategorikan “Sangat Tinggi” mengajar.

Terlihat ada 14 orang atau 41% guru dikategorikan “Tinggi”

mengajar. Terlihat ada 8 orang atau 23% guru dikategorikan

“Cukup Tinggi” mengajar. Namun masih ada 5 orang atau 15%

guru dikategorikan “Rendah” mengajar. Pada Siklus I tidak ada

satupun guru dikategorikan “Sangat Rendah/gagal” dalam

mengajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja

mengajar guru setelah dilaksanakan kegiatan Microteaching

Berbasis Lesson Study pada Siklus I dikategorikan “Tinggi” dalam

mengajar, terbukti nilai rata-rata yang dicapai sebesar 81%.


71

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi tindakan Siklus I ini mendiskusikan hasil observasi

kinerja mengajar guru setelah dilaksanakan kegiatan Microteaching

Berbasis Lesson Study. Kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal

yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada siklus

selanjutnya.

Terkait pada hasil penilaian menunjukkan adanya semua

komponen yang dinilai dikategorikan “Tinggi”, namun hasil yang

dicapai belum memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan

karena masih ada 8 orang atau 23% guru binaan dikategorikan

“Cukup Tinggi” mengajar dan 5 orang atau 15% guru binaan

dikategorikan “Rendah” mengajarnya.

Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperbaiki

untuk siklus berikutnya, diantaranya aspek :

1) Merancang atau merencanakan kegiatan pembelajaran. Pada

aspek ini guru masih kesulitan dalam merumuskan tujuan

pembelajaran dan pemaparan materi pelajaran.

2) Melaksanakan proses pembelajaran. Pada aspek ini guru

masih kesulitan dalam membuka pelajaran yang dapat

menarik perhatian peserta didik, penguasaan bahan belajar,

melaksanakan kegiatan inti dengan menerapkan model

pembelajaran yang bervariatif, menggunakan media

pembelajaran, menutup kegiatan pembelajaran yang

bermakna, dan melakukan tindak lanjut/follow up.


72

3) Mengadakan evaluasi pembelajaran. Pada aspek ini guru

masih kesulitan dalam melaksanakan evaluasi dan

melaksanakan evaluasi tindak lanjut.

Berpijak dari hasil refleksi Siklus I, peneliti perlu

mengadakan evaluasi. Hal ini diharapkan dapat mengatasi

permasalahan yang dihadapi pada siklus II. Adapun evaluasi yang

dihasilkan dijabarkan sebagai berikut:

1) Peneliti melakukan pembimbingan terhadap guru yang dinilai

kinerja mengajarnya perlu ditingkatkan. Pembimbingan guru

dilakukan melalui penugasan pembuatan RPP yang

penyusunannya mengaplikasikan metode pembelajaran yang

bervariatif dan penggunaan media pembelajaran yang inovatif.

2) Peneliti melakukan pendampingan pembelajaran melalui

microteaching sesuai dengan RPP yang disusun guru.

3) Peneliti memberi reward/penghargaan kepada guru yang

dinilai memiliki kinerja mengajar yang sangat tinggi.

Berdasarkan hasil penilaian kinerja mengajar guru PAI

SMP Binaan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara pada siklus I,

ternyata masih ada beberapa kekurangan, sehingga perlu

ditingkatkan ke siklus II.

2. Tindakan Siklus II

Kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah Siklus II ini merupakan

lanjutan dari kegiatan Siklus I. Pada siklus II ini dilaksanakan pada

tanggal 17 September 2019 sampai dengan 25 Oktober 2019 dengan


73

melakukan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study yang

dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan tindakan

yang akan dilaksanakan pada siklus II. Tahapan perencanaan

siklus II meliputi:

1) Menyiapkan bahan, inventarisasi kebutuhan dan inventarisasi

masalah/kesulitan guru dalam merancang atau merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran dan

mengadakan evaluasi pembelajaran atau penilaian hasil

belajar.

2) Berdiskusi dengan guru (Focus Group Discussion) tentang

hal-hal yang terkait kinerja mengajar guru guna menciptakan

proses pembelajaran yang efektif, inovatif, kreatif,

menyenangkan, bermakna dan berkualitas.

3) Menyiapkan jadwal pelaksanaan Microteaching Berbasis

Lesson Study pada Siklus II.

4) Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam

Microteaching Berbasis Lesson Study pada Siklus II.

5) Menyusun instrumen penilaian kinerja mengajar guru.

6) Menyusun panduan wawancara dengan guru.

7) Membuat daftar hadir Microteaching Berbasis Lesson Study

Siklus II.

8) Menentukan teknik analisis keberhasilan tindakan.


74

b. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan Tindakan Sekolah ini pada Siklus II dimulai

pada tanggal 17 september 2019 sampai dengan 25 Oktober 2019,

dengan jumlah guru yang dibimbing sebanyak 34 orang guru.

Pelaksanaan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study pada

Siklus II dilaksanakan empat kali pertemuan. Pada pertemuan

pertama dan kedua kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study

bertempat di SMP 1 Jepara . Pertemuan pertama dilaksanakan hari

Sabtu, tanggal 28 September 2019 pada pukul 14.00 s.d. 17.00

WIB. Pertemuan kedua dilaksanakan hari Sabtu, tanggal 4

Oktober 2019 pada pukul 14.00 WIB s.d. 17.00 WIB. Pelaksanaan

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study sesuai dengan

jadwal yang telah direncanakan, tercatat pada Lampiran 8.c.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan Microteaching

Berbasis Lesson Study pada pertemuan pertama dan kedua,

dijabarkan sebagai berikut :

1) Tahap Perencanaan (Plan)

Pada tahap perencanaan (plan) hal-hal yang dilakukan

peneliti dijelaskan sebagai berikut:

a) Peneliti melakukan identifikasi masalah/sharing terkait

kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam proses

pembelajaran. Dalam hal ini peneliti memberi kesempatan

kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau


75

hambatan yang dialami guru dalam meningkatkan kinerja

mengajarnya, diantaranya:

(1) Merancang atau merencanakan kegiatan

pembelajaran. Dari hasil observasi Siklus I, kesulitan

yang dihadapi guru dalam merancang atau

merencanakan kegiatan pembelajaran, yaitu:

merumuskan tujuan pembelajaran dan pemaparan

materi pelajaran.

(2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dari hasil

observasi Siklus I, kesulitan yang dihadapi guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran, yaitu :

membuka pelajaran yang dapat menarik perhatian

peserta didik, penguasaan bahan belajar,

melaksanakan kegiatan inti dengan menerapkan

model pembelajaran yang bervariatif, menggunakan

media pembelajaran, menutup kegiatan pembelajaran

yang bermakna, dan melakukan tindak lanjut/follow

up.

(3) Evaluasi/penilaian pembelajaran. Dari hasil observasi

Siklus I, kesulitan yang dihadapi guru dalam

mengadakan evaluasi atau penilaian pembelajaran,

yaitu : pelaksanaan evaluasi, dan pelaksanaan evaluasi

tindak lanjut.
76

b) Hasil dari identifikasi tersebut didiskusikan (dalam

kelompok lesson study).

c) Peneliti memberikan tugas kepada guru untuk menyusun

perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan hasil

diskusi.

d) Peneliti memberi pendampingan kepada guru untuk

merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik. Menyusun perencanaan pembelajaran merupakan

alternatif pemecahannya. Perencanaan dilakukan secara

berkolaborasi antar guru dengan bimbingan dari peneliti

sebagai nara sumber untuk memperkaya ide/gagasan.

e) Hasil penyusunan perencanaan pembelajaran tersebut

didiskusikan kembali untuk disempurnakan. Adapun

kegiatan yang didiskusikan yaitu:

(1) Menentukan standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar (KD).

(2) Melakukan analisis untuk menentukan indikator

sebagai penanda ketercapaian KD.

(3) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

(4) Menentukan strategi dan metode pembelajaran yang

sesuai.

(5) Menentukan sumber belajar.

(6) Merancang media pembelajaran yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran.


77

(7) merancang penilaian untuk mengukur sejauhmana

ketercapaian KD dalam pembelajaran

2) Tahap Implementasi dan Observasi (Do)

Pada tahap implementasi dan observasi (do) hal-hal

yang dilakukan peneliti dijelaskan sebagai berikut:

a) Peneliti menunjuk salah satu guru sebagai guru model,

untuk melakukan implementasi rencana pembelajaran

yang telah dibuat secara kolaboratif (kelompok).

b) Peneliti memberikan bimbingan dan pendampingan

kepada guru selama praktik mengajar (microteaching).

c) Peneliti melakukan observasi dan penilaian selama guru

melaksanakan praktik mengajar (microteaching).

3) Tahap Refleksi (See)

Pada tahap refleksi (see) hal-hal yang dilakukan

peneliti dijelaskan sebagai berikut:

a) Peneliti bersama guru melakukan diskusi tentang praktik

mengajar (microteaching).

b) Peneliti memberikan kesempatan kepada guru model

untuk mengungkapkan kesan-kesannya selama

melaksanakan pembelajaran.

c) Peneliti menyampaikan komentar, kritik, dan saran dari

pembelajaran yang telah berlangsung terutama yang

berhubungan dengan kinerja mengajar.

d) Peneliti menyampaikan hasil analisis data observasi.


78

e) Peneliti melakukan revisi atau perbaikan terhadap kinerja

mengajar yang harus ditingkat bagi setiap guru untuk

menciptakan kualitas pembelajaran.

f) Menutup kegiatan dengan memberikan saran-saran atau

instruksi kiat-kiat meningkatkan kinerja mengajar.

Pada pertemuan ketiga dan keempat, peneliti melaksanakan

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study dalam bentuk Real

Teaching di SMP 7 Jepara kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.

Pertemuan ketiga dilaksanakan mulai hari Senin, tanggal 8

Oktober 2019 s.d. hari Sabtu, tanggal 13 Oktober 2019 bertempat

di SMP 7 Jepara, pukul 07.00 WIB s.d. 13.30 WIB, disesuaikan

dengan jadwal yang telah direncanakan, tercatat pada Lampiran

8.d.1. Pertemuan keempat dilaksanakan mulai hari Senin, tanggal

15 Oktober 2019 s.d. hari Jum’at tanggal 19 Oktober 2019

bertempat di SMP 7 Jepara, pukul 07.00 WIB s.d. 13.30 WIB,

disesuaikan dengan jadwal yang telah direncanakan, tercatat pada

Lampiran 8.d.2.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan Real

Teaching dijabarkan sebagai berikut :

1) Peneliti mensosialisasikan hasil yang dicapai pada kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study pertemuan pertama dan

pertemuan kedua.

2) Peneliti melakukan identifikasi masalah/sharing terkait

kesulitan-kesulitan yang dialami guru selama mengikuti


79

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study pada Siklus II

pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

3) Peneliti memantau persiapan administrasi mengajar

(perangkat pembelajaran) masing-masing guru yang diteliti.

Dari hasil pantauan terbukti ada 5 orang atau 15% guru belum

mampu menyusun perencanaan pembelajaran yang benar dan

belum dapat direalisasikan ke dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, peneliti membimbing guru dalam

merencanakan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan

standar kompetensi, indikator pembelajaran, tujuan

pembelajaran disusun secara komprehensif (tersusun secara

sistematis), dan merencanakan tujuan pembelajaran yang

sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

4) Peneliti membimbing guru dalam merencanakan bahan

belajar/materi pembelajaran, dalam hal ini peneliti

membimbing guru cara mencari sumber belajar untuk bahan

belajar sesuai dengan materi pembelajaran, cara memilih

bahan ajar sesuai dengan materi dan karakteristik peserta

didik, cara memilih bahan ajar sesuai dengan taraf

kemampuan berpikir peserta didik, dan cara menggunakan

bahan belajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

5) Peneliti membimbing guru dalam merencanakan penilaian/

evaluasi, dalam hal ini peneliti membimbing guru cara


80

mencantumkan bentuk evaluasi dan jenis evaluasi, cara

menyesuaikan evaluasi dengan kaidah evaluasi, dan cara

menyesuaikan evaluasi dengan alokasi waktu yang tersedia.

6) Peneliti menugaskan kepada masing-masing guru yang diteliti

untuk menyusun perencanaan pembelajaran (RPP).

7) Peneliti memantau RPP yang disusun guru. Dari hasil

pantauan tersebut, terlihat sudah terjadi peningkatan kinerja

mengajarnya. Namun masih ada 5 orang atau 15% guru

binaan kinerja mengajarnya dinilai kurang optimal, oleh

karena itu peneliti masih tetap membimbing lebih intensif.

8) Peneliti melakukan demonstrasi mengajar difokuskan pada

kinerja mengajar. Dalam hal ini peneliti mendemonstrasikan

pelaksanaan kegiatan pembelajaran, meliputi : (a) membuka

pelajaran, (b) memvariasi sikap dalam proses pembelajaran, (c)

penguasaan bahan belajar (materi pelajaran), (d) penggunaan

media pembelajaran, (e) menutup kegiatan pembelajaran, dan

(f) tindak lanjut/follow up;

9) Peneliti memberikan kesempatan kepada guru untuk

melakukan praktik atau microteaching, sesuai dengan

perencanaan pembelajaran yang telah disusun. Dalam hal ini

peneliti memberi pendampingan selama guru melakukan

microteaching mulai melakukan kegiatan awal sampai dengan

kegiatan akhir pelajaran. Peneliti memberikan pendampingan


81

dan bimbingan di dalam kegiatan pembelajaran dengan

menerapkan strategi pembelajaran, menggunakan media

pembelajaran dan seluruh sarana belajar berdasarkan rencana

pembelajaran yang telah dibuat. Peneliti juga mengamati guru

dalam melakukan microteaching berdasarkan pada instrumen

penilaian kinerja mengajar guru.

10) Peneliti membimbing guru cara mengadakan evaluasi. Dalam

hal ini peneliti membimbing guru cara melaksanakan evaluasi

selama proses pembelajaran berlangsung, cara menyesuaikan

jenis evaluasi dengan kegiatan belajar mengajar yang telah

diberikan, cara menyesuaikan evaluasi dengan tujuan dan

bahan belajar, dan cara menafsirkan hasil evaluasi. Peneliti

juga membimbing guru cara melakukan evaluasi tindak lanjut.

Dalam hal ini peneliti membimbing guru cara melaksanakan

pengajaran pengayaan dan perbaikan, cara melaksanakan

pembelajaran pengayaan, cara melaksanakan pembinaan sikap

dan kebiasaan belajar dengan baik, dan cara memberikan

tugas yang sifatnya memberikan pengayaan, dan pendalaman.

11) Peneliti menugaskan guru untuk menyusun evaluasi/penilaian

pembelajaran. Dalam hal ini peneliti memberi pendampingan

selama guru melakukan microteaching dalam melaksanakan

evaluasi/penilaian pembelajaran. Peneliti juga mengamati


82

guru dalam melakukan microteaching berdasarkan pada

instrumen penilaian kinerja mengajar guru.

12) Peneliti memberikan penilaian guru terkait kemampuannya

dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran dan mengadakan evaluasi pembelajaran.

13) Peneliti melakukan revisi atau perbaikan terhadap

metode/cara mengajar yang berkaitan dengan kinerja

mengajar.

14) Menutup kegiatan dengan memberikan saran-saran atau

instruksi bagaimana menerapkan kinerja mengajar guru pada

saat proses pembelajaran berlangsung.

c. Pengamatan (Observation)

Observasi mulai dilaksanakan pada tanggal 17 September

2019 sampai dengan 25 Oktober 2019. Pengamatan dilakukan

selama kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study

berlangsung. Dalam tahap observasi ini, peneliti menggunakan

instrumen penilaian kinerja guru mengajar. Peneliti mengamati

kegiatan guru dalam: (1) merancang atau merencanakan

pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran yang meliputi : (a)

kemampuan membuka pelajaran, (b) sikap guru dalam proses

pembelajaran, (c) kemampuan menguasai dan menjelaskan materi,

(d) kemampuan melaksanakan kegiatan inti, (e) kemampuan

menggunakan media pembelajaran, (f) kemampuan menutup


83

pembelajaran, dan (g) kemampuan melakukan tindak lanjut/follow

up; dan (3) mengadakan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan pada hasil penilaian kinerja mengajar guru

setelah diadakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study

pada tindakan perbaikan siklus II secara lebih jelas dapat dilihat

pada Lampiran 8.a. Rekapitulasi penilaian kinerja mengajar guru

disajikan ke dalam Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Penilaian Kinerja Mengajar Guru Setelah


Dilaksanakan Kegiatan Microteaching Berbasis
Lesson Study (Siklus II)
No Rentang Nilai
Kategori f %
(%)
1 90 - 100 Sangat Tinggi 21 62
2 80 - 89 Tinggi 8 23
3 70 - 79 Cukup Tinggi 5 15
4 60 - 69 Rendah 0 0
5 0 - 59 Sangat Rendah (Gagal) 0 0
Jumlah 34 100

Hasil penilaian kinerja mengajar guru setelah dilaksanakan

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study siklus II, lebih

jelasnya tersaji dalam gambar diagram di bawah ini.


84

Gambar 4.3 Diagram Rekapitulasi Penilaian Kinerja Mengajar Guru Setelah


Dilaksanakan Kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study
(Siklus II)

Dari Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 di atas menunjukkan ada

21 orang atau 62% guru dikategorikan “Sangat Tinggi” mengajar.

Terlihat ada 8 orang atau 23% guru dikategorikan “Tinggi”

mengajar. Terlihat ada 5 orang atau 15% guru dikategorikan

“cukup Tinggi” mengajar. Pada Siklus II tidak ada satupun guru

yang dikategorikan “Rendah” mengajar dan tidak ada satupun

guru dikategorikan “Sangat Rendah/Gagal” dalam mengajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja

mengajar guru setelah dilaksanakan kegiatan Microteaching

Berbasis Lesson Study pada Siklus II dikategorikan “Sangat

Tinggi” terbukti nilai rata-rata yang dicapai sebesar 92%. Kondisi

ini membuktikan terjadi peningkatan kinerja mengajar sebesar

11%
85

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi tindakan perbaikan Siklus II ini mendiskusikan

hasil observasi guru yang telah dilakukan dalam pelaksanaan

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study. Kegiatan refleksi

ini diperoleh beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan

untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.

Berpijak pada hasil observasi siklus II, menunjukkan

adanya peningkatan kinerja mengajar guru setelah dilaksanakan

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study dikategorikan

“Sangat Tinggi” dengan nilai rata-rata yang dicapai sebesar 92%.

Pada siklus II membuktikan adanya peningkatan kinerja

mengajar guru setelah dilaksanakan kegiatan Microteaching

Berbasis Lesson Study dalam setiap siklusnya. Kondisi ini terlihat

dari hasil observasi Siklus II, guru sudah memiliki kinerja mengajar

yang sangat baik, hal ini terlihat dari:

1) Guru mampu merencanakan pembelajaran, Dalam hal ini guru

mampu : (a) merencanakan tujuan pembelajaran, (b)

merencanakan bahan belajar/materi pembelajaran, (c) memilih

strategi/metode pembelajaran, (d) memilih media

pembelajaran, dan (e) merencanakan penyusunan

evaluasi/penilaian hasil belajar.

2) Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran, Dalam hal

ini guru mampu : (a) membuka pelajaran, (b) memvariasi sikap


86

dalam proses pembelajaran, (c) menguasai bahan belajar

(materi pelajaran), (d) melaksanakan kegiatan inti, (e)

menggunakan media pembelajaran, (f) menutup kegiatan

pembelajaran, dan (g) melakukan tindak lanjut/follow up.

3) Guru mampu mengadakan evaluasi/penilaian pembelajaran,

Dalam hal ini guru mampu : (a) melaksanakan evaluasi, dan (b)

melaksanakan evaluasi tindak lanjut.

Dengan demikian pada Siklus II ada peningkatan yang

signifikan tentang kinerja mengajar guru. Oleh karena itu peneliti

memutuskan untuk tidak melanjutkan ke siklus berikutnya.

C. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pembahasan ini didasari dari hasil penelitian pra siklus, siklus I dan

siklus II. Mengacu dari hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya

peningkatan kinerja mengajar guru setelah dilaksanakan kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study di SMP 1 Jepara Binaan Kecamatan

Jepara Kabupaten Jepara semester Gasal tahun pelajaran 2019/2020.

Berikut ini dapat dilihat rekapitulasi peningkatan penilaian kinerja

mengajar guru melalui kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study

mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II, tercantum dalam Tabel 4.4 di

bawah ini
87

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Peningkatan Hasil Penilaian Kinerja Mengajar


Guru Setelah Dilaksanakan Kegiatan Microteaching Berbasis Lesson
Study Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Interval Pra Siklus Siklus I Siklus II
Penilaian Kategori
(%) F % F % F %
90 – 100 Sangat Tinggi 0 0 7 21 21 62
80 – 89 Tinggi 0 0 14 41 8 23
70 – 79 Cukup Tinggi 7 21 8 23 5 15
60 – 69 Rendah 10 29 5 15 0 0
0 – 59 Sangat Rendah (Gagal) 17 50 0 0 0 0

Peningkatan hasil penilaian kinerja mengajar guru setelah

dilaksanakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study mulai pra

siklus, siklus I dan siklus II, lebih jelasnya tersaji dalam gambar diagram

di bawah ini.

Gambar 4.4 Diagram Distribusi Frekuensi Peningkatan Hasil Penilaian Kinerja


Mengajar Guru Setelah Dilaksanakan Kegiatan Microteaching Berbasis
Lesson Study Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Peningkatan persentase nilai rata-rata kinerja mengajar guru pada

Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II direkap ke dalam Tabel 4.5 di bawah ini.
88

Tabel 4.5 Rekapitulasi Peningkatan Persentase Nilai Rata-Rata Kinerja


Mengajar Guru pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Interval Nilai Rata-rata


Penilaian Kategori Pra Siklus Siklus Keterangan
(%) Siklus I II
90 – 100 Sangat Tinggi 92 Naik = 11
80 – 89 Tinggi 81 Naik = 25
70 – 79 Cukup Tinggi
60 – 69 Rendah
0 – 59 Sangat Rendah (Gagal) 56

Berdasarkan pada Tabel 4.5 di atas, untuk lebih memperjelas hasil

yang ditunjukkan, peneliti menyajikan gambar diagram yang tersaji di

bawah ini.

Gambar 4.5 Diagram Rekapitulasi Persentase Nilai Rata-Rata Kinerja Mengajar


Guru pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Dari Tabel 4.4 dan 4.5 serta Gambar 4.4 dan 4.5 tersebut di atas

terlihat terjadi peningkatan penilaian kinerja mengajar guru dari awal


89

sebelum tindakan (pra siklus), setelah dilaksanakan kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study siklus I dan siklus II, dijabarkan

sebagai berikut:

1. Kinerja Mengajar Guru Pada Tahap Pra Siklus

Penilaian kinerja mengajar guru sebelum dilaksanakan kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study pada tahap pra siklus

dikategorikan “Sangat Rendah” dengan persentase nilai rata-rata

sebesar 56%. Berpijak pada hasil observasi pra siklus menunjukkan

tidak ada satupun guru yang dikategorikan “Sangat Tinggi” mengajar

dan tidak ada satupun guru yang dikategorikan “Tinggi” mengajar.

Diketahui ada 7 orang atau 21% guru dikategorikan “Cukup Tinggi”

dalam mengajar dan 10 orang atau 29% guru dikategorikan “Rendah”

dalam mengajar. Terlihat ada 17 orang atau 50% guru dikategorikan

“Sangat Rendah (Gagal)” atau tidak layak mengajar.

Sangat rendahnya kinerja mengajar guru ditandai adanya

ketidakmampuan guru dalam hal :

a. Merencanakan Pembelajaran

Ketidakmampuan guru dalam menyusun rencana

pembelajaran, sehingga hasilnya tidak dapat diterapkan ke dalam

kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang menunjukkan adanya sangat

rendahnya kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran, dapat

dilihat dari:

1) Ketidakmampuan guru dalam merumuskan tujuan

pembelajaran yang belum relevan dengan standar kompetensi,


90

perumusan tujuan pembelajaran masih menimbulkan

penafsiran ganda dan tidak mengandung perilaku hasil belajar,

perumusan tujuan pembelajaran belum disesuaikan dengan

indikator pembelajaran, perumusan tujuan pembelajaran belum

disusun secara komprehensif (tersusun secara sistematis) dan

belum disesuaikan dengan kurikulum.

2) Ketidakmampuan guru dalam pemaparan bahan ajar atau

penguasaan materi pelajaran. Dalam hal ini guru belum

mampu : (a) menyusun materi ajar yang sesuai dengan

indikator pembelajaran; (b) menyusun materi ajar yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran; (c) menggunakan bahan belajar

sesuai dengan kurikulum; dan (d) menguraikan materi ajar

berdasarkan konsep, prinsip, dan belum mampu memberi

contoh-contoh riil.

3) Ketidakmampuan guru dalam merencanakan penerapan

strategi/metode pembelajaran. Dalam hal ini guru belum

mampu : (a) memilih metode disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran dan materi pembelajaran; (b) menentukan

langkah-langkah proses pembelajaran berdasarkan metode

yang digunakan; (c) penataan alokasi waktu proses

pembelajaran sesuai dengan proporsi; dan (d) menetapkan

metode berdasarkan pertimbangan kemampuan peserta didik

dan memberi pengayaan.


91

4) Ketidakmampuan guru dalam merencanakan penggunaan

media pembelajaran. Dalam hal ini guru belum mampu

memilih media pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran, materi pelajaran, kondisi kelas, jenis evaluasi,

kemampuan guru, kebutuhan dan perkembangan peserta

didik.

5) Ketidakmampuan guru dalam merencanakan pemberian

evaluasi/penilaian hasil belajar. Dalam hal ini guru belum

mampu : (a) memberikan evaluasi yang mengacu pada tujuan

pembelajaran; (b) mencantumkan bentuk evaluasi dan jenis

evaluasi; (c) menyesuaikan dengan alokasi waktu yang

tersedia; dan (d) menyesuaikan evaluasi dengan kaidah

evaluasi.

b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Ketidakmampuan guru dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran berdampak pada rendahnya kinerja mengajar guru,

hal ini dilihat dari:

1) Ketidakmampuan guru dalam membuka pelajaran

Dalam hal ini guru belum mampu : (a) menarik perhatian

peserta didik dan memberikan motivasi awal; (b) memberikan

apersepsi (kaitan materi yang sebelumnya dengan materi yang

akan disampaikan); (c) menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan diberikan; dan (d) memberikan acuan bahan belajar

yang akan diberikan.


92

2) Ketidakmampuan guru memvariasi gaya mengajar/sikap

guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru belum

mampu: (a) penggunaan kejelasan artikulasi suara, (b)

memvariasi gerakan badan yang tidak mengganggu

perhatian peserta didik; (c) bersikap antusisme dalam

penampilan, dan (d) mobilitas posisi mengajar.

3) Ketidakmampuan guru dalam penguasaan bahan belajar

(materi pelajaran)

Dalam hal ini guru belum mampu : (a) menyajikan bahan

belajar sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan

dalam RPP; (b) memberikan kejelasan dalam menjelaskan

bahan belajar (materi); (c) memberikan kejelasan materi

dengan dilengkapi contoh konkrit; dan (d) belum memiliki

wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan belajar.

4) Ketidakmampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti.

Dalam hal ini guru belum mampu : (a) menerapkan metode

pembelajaran yang sesuai dengan bahan belajar yang akan

disampaikan; (b) menyajikan bahan pelajaran yang sesuai

dengan tujuan/indikator yang telah ditetapkan; (c)

menanggapi dan merespon pertanyaan peserta didik; dan

(d) mengelola alokasi waktu pembelajaran yang

disediakan.

5) Ketidakmampuan guru dalam menggunakan media

pembelajaran. Dalam hal ini guru belum mampu : (a)


93

memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media; (b)

menyesuaikan penggunaan media dengan materi yang

disampaikan; (c) menggunakan media pembelajaran secara

terampil; dan (d) membantu meningkatkan perhatian

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

6) Ketidakmampuan guru dalam menutup kegiatan

pembelajaran

Dalam hal ini guru belum mampu : (a) meninjau kembali

materi yang telah diberikan; (b) memberi kesempatan

peserta didik untuk bertanya dan menjawab pertanyaan; (c)

memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran; dan (d)

mengingatkan kepada peserta didik materi pertemuan

selanjutnya.

7) Ketidakmampuan guru dalam tindak lanjut/follow up

Dalam hal ini guru belum mampu : (a) memberikan tugas

kepada peserta didik baik secara individu maupun

kelompok; (b) menjelaskan kembali bahan pelajaran yang

dianggap sulit oleh peserta didik; (c) menginformasikan

materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikutnya; dan

(d) memberikan motivasi untuk selalu terus belajar.

c. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran

Ketidakmampuan guru dalam mengadakan evaluasi/

penilaian pembelajaran berdampak pada rendahnya kinerja

mengajar guru, hal ini dilihat dari:


94

1) Ketidakmampuan guru dalam melaksanakan evaluasi

Dalam hal ini guru belum mampu : (a) melaksanakan

evaluasi selama proses pembelajaran berlangsung; (b)

menentukan jenis evaluasi sesuai dengan kegiatan belajar

mengajar yang telah diberikan; (c) menyesuaikan evaluasi

dengan tujuan dan bahan belajar; dan (d) menafsirkan hasil

evaluasi.

2) Ketidakmampuan guru dalam melaksanakan evaluasi tindak

lanjut

Dalam hal ini guru belum mampu : (a) melaksanakan

pengajaran pengayaan dan perbaikan; (b) melaksanakan

pembelajaran pengayaan, (c) memberikan tugas yang sifatnya

memberikan pengayaan, dan pendalaman; dan (d)

melaksanakan pembinaan sikap dan kebiasaan belajar dengan

baik.

Berdasarkan pada paparan di atas, menunjukkan rendahnya

kinerja mengajar guru binaan. Rendahnya kinerja mengajar guru

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (a) Kualifikasi dan latar

belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang tugas. Di lapangan

banyak diantara guru mengajarkan mata pelajaran yang tidak sesuai

dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang

dimilikinya; (b) Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan

kualitas diri; (c) Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung


95

proses pembelajaran; (d) Rendahnya kesejahteraan guru; (e)

Kurikulum yang selalu berubah-ubah, menjadikan guru kebingungan

dalam pelaksanaan tugas; dan (f) Belum adanya pelatihan teknik

Microteaching Berbasis Lesson Study secara berkala, terencana dan

berkesinambungan.

Kondisi guru PAI Binaan yang terjadi di kecamatan Jepara

Kabupaten Jepara, sejalan dengan yang diungkapkan Mulyasa (2010:

19) yang menyatakan ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh

guru khususnya dalam proses pembelajaran, yaitu:

“(a) mengambil jalan pintas dalam pembelajaran (tidak


membuat persiapan tertulis dalam mengajar; (b) menunggu
peserta didik berperilaku negatif (guru tidak memberikan
perhatian dan penghargaan yang pantas kepada peserta didik
yang berperilaku baik, sehingga peserta didik memiliki
kesimpulan kalau ingin mendapat perhatian dari guru harus
berperilaku yang negatif); (c) menggunakan destructif disiplin
(guru menggunakan disiplin yang dapat merusak
perkembangan peserta didik); (d) mengabaikan perbedaan
peserta didik; (e) Merasa paling pandai; (f) Tidak adil
(diskriminatif); dan (g) memaksa hal peserta didik.”

Berpijak dari hasil observasi pra siklus yang telah dipaparkan

di atas, maka peneliti selaku Pengawas PAI SMP berusaha mengatasi

permasalahan tersebut dengan melaksanakan kegiatan Microteaching

Berbasis Lesson Study.

2. Kinerja Mengajar Guru Pada Tahap Siklus I

Penilaian kinerja mengajar guru setelah dilaksanakan kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study pada tahap siklus I

dikategorikan “Tinggi” dengan persentase nilai rata-rata sebesar 81%,


96

berarti ada peningkatan sebesar 25%. Berpijak pada hasil observasi

siklus I menunjukkan :

a. ada 7 orang atau 21% guru dikategorikan “Sangat Tinggi” kinerja

mengajarnya. Terjadi peningkatan kinerja mengajar guru setelah

dilaksanakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study

sebanyak 7 orang atau 21% guru memiliki kemampuan yang

sangat baik merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran dan mengadakan evaluasi pembelajaran.

b. ada 14 orang atau 41% guru dikategorikan “Tinggi” kinerja

mengajarnya. Terjadi peningkatan kinerja mengajar guru setelah

dilaksanakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study

sebanyak 14 orang atau 41% guru memiliki kemampuan yang baik

dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran dan mengadakan evaluasi/penilaian pembelajaran.

c. ada 8 orang atau 23% guru dikategorikan “Cukup Tinggi” kinerja

mengajarnya. Berarti terjadi peningkatan sebanyak 1 orang atau

2% guru memiliki kemampuan yang cukup baik dalam

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran dan mengadakan evaluasi pembelajaran.

d. ada 5 orang atau 15% guru dikategorikan “Rendah” kinerja

mengajarnya. Berarti terjadi penurunan sebanyak 5 orang atau

15% guru memiliki kemampuan yang rendah dalam merencanakan

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan

mengadakan evaluasi/penilaian pembelajaran.


97

e. Tidak ada satupun guru dikategorikan “Sangat Rendah (gagal)”

kinerja mengajarnya. Berarti terjadi penurunan sebanyak 17 orang

atau 50% guru yang tidak layak mengajar.

Dari penjabaran di atas, menunjukkan adanya peningkatan

kinerja mengajar guru. Meningkatnya kinerja mengajar guru pada

siklus I, dikarenakan guru sudah mendapat pelatihan, bimbingan dan

pengarahan melalui kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study.

Perubahan perilaku guru setelah dilaksanakan kegiatan Microteaching

Berbasis Lesson Study berpengaruh secara langsung terhadap

kemampuan guru dalam aspek :

a. Merencanakan pembelajaran, terbukti guru mampu: (1)

merumuskan tujuan pembelajaran; (2) merencanakan bahan

belajar/materi pembelajaran; (3) memilih strategi/metode

pembelajaran; (4) memilih media pembelajaran; dan (5) menyusun

evaluasi/penilaian hasil belajar.

b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, Dalam hal ini guru mampu:

(1) membuka pelajaran; (2) memvariasi sikap guru dalam proses

pembelajaran; (3) menguasai bahan belajar (materi pelajaran); (4)

melaksanakan kegiatan inti; (5) menggunakan media pembelajaran;

(6) menutup kegiatan pembelajaran, dan (7) melakukan tindak

lanjut/follow up.

c. Mengadakan evaluasi/penilaian pembelajaran, Dalam hal ini guru

mampu : (1) melaksanakan evaluasi; dan (2) melaksanakan evaluasi

tindak lanjut.
98

Namun hasil yang dicapai pada siklus I dirasakan peneliti

kurang optimal, karena masih ada 5 orang guru atau 15% guru

dinyatakan kinerja mengajarnya berkategori “Rendah”. Hal ini

disebabkan : (1) Guru masih kurang memahami tentang SK dan KD

dalam penyusunan RPP; (2) Guru kurang menguasai bahan belajar; (3)

Guru kurang mampu menutup pelajaran dengan bermakna, berurutan

dan berkesinambungan; dan (4) Guru masih kebingungan dalam

mengadakan evaluasi pembelajaran.

3. Kinerja Mengajar Guru Pada Tahap Siklus II

Penilaian kinerja mengajar guru setelah dilaksanakan kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study pada tahap Siklus II

dikategorikan “Sangat Tinggi” dengan persentase nilai rata-rata yang

dicapai sebesar 92% sehingga terjadi peningkatan sebesar 11%.

Berpijak pada hasil observasi siklus II menunjukkan :

a. ada 21 orang atau 62% guru dikategorikan “Sangat Tinggi”

kinerja mengajarnya. Terjadi peningkatan kinerja mengajar guru

setelah dilaksanakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson

Study sebanyak 14 orang atau 41% guru terbukti memiliki

kemampuan yang sangat baik dalam merencanakan program

pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan

mengadakan evaluasi/penilaian pembelajaran.

b. ada 8 orang atau 23% guru, dikategorikan “Tinggi” kinerja

mengajarnya. Setelah dilakukan pelatihan melalui kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study, terjadi perubahan kinerja


99

mengajar guru. Dalam hal ini ada penurunan sebanyak 6 orang

atau 18% guru memiliki kemampuan mengajar yang baik dalam

merencanakan program pembelajaran, melaksanakan kegiatan

pembelajaran dan mengadakan evaluasi/penilaian pembelajaran.

c. ada 5 orang atau 15% guru dikategorikan “Cukup Tinggi” kinerja

mengajarnya. Setelah dilakukan pelatihan melalui kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study, terjadi perubahan kinerja

mengajar guru. Dalam hal ini terjadi penurunan sebanyak 3 orang

atau 8% guru memiliki kemampuan mengajar yang cukup baik

dalam merencanakan program pembelajaran, melaksanakan

kegiatan pembelajaran dan mengadakan evaluasi/penilaian

pembelajaran.

d. Tidak ada satupun guru dikategorikan “Rendah” kinerja

mengajarnya. Setelah dilakukan pelatihan melalui kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study, terjadi perubahan kinerja

mengajar guru. Dalam hal ini ada penurunan sebanyak 5 orang

atau 15% guru memiliki kemampuan mengajar yang kurang baik

dalam merencanakan program pembelajaran, melaksanakan

kegiatan pembelajaran dan mengadakan evaluasi/penilaian

pembelajaran.

e. tidak ada satupun guru dikategorikan “Sangat Rendah/Gagal”

kinerja mengajarnya atau tidak layak mengajar. Kondisi ini

menunjukkan adanya peningkatan kinerja mengajar guru dalam

proses pembelajaran.
100

Meningkatnya kinerja mengajar guru pada siklus II,

dikarenakan guru sudah mendapat pelatihan dan pengarahan melalui

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study. Perubahan perilaku

Guru setelah dilaksanakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson

Study terlihat dari :

a. Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran. Kondisi ini

terlihat :

1) Guru mampu merumuskan tujuan pembelajaran yang relevan

dengan standar kompetensi, perumusan tujuan pembelajaran

tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung perilaku

hasil belajar, perumusan tujuan pembelajaran disesuaikan

dengan indikator pembelajaran, perumusan tujuan

pembelajaran disusun secara komprehensif (tersusun secara

sistematis) dan disesuaikan dengan kurikulum.

2) Guru mampu menyusun pemaparan bahan belajar/materi

pembelajaran, terbukti guru mampu : (a) menyusun materi ajar

sesuai dengan indikator pembelajaran; (b) menyusun materi

ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran; (c) menggunakan

bahan belajar sesuai dengan kurikulum; (d) memaparkan

materi ajar berdasarkan konsep, prinsip, dan diberikan contoh

riil.

3) Guru mampu merencanakan penerapan strategi/metode

pembelajaran. Dalam hal ini guru mampu: (a) memilih


101

metode disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan materi

pembelajaran; (b) menentukan langkah-langkah proses

pembelajaran berdasarkan metode yang digunakan; (c)

penataan alokasi waktu proses pembelajaran sesuai dengan

proporsi; (d) menetapkan metode berdasarkan pertimbangan

kemampuan peserta didik; dan (e) memberi pengayaan.

4) Guru mampu memilih penggunaan media pembelajaran.

Dalam hal ini guru mampu menerapkan media pembelajaran

yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi

pelajaran, kondisi kelas, jenis evaluasi, kemampuan guru,

kebutuhan dan perkembangan peserta didik.

5) Guru mampu merencanakan pemberian evaluasi/penilaian

hasil belajar. Dalam hal ini guru mampu : (a) memberikan

evaluasi yang mengacu pada tujuan pembelajaran; (b)

mencantumkan bentuk evaluasi dan jenis evaluasi; (c)

menyesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia; dan (d)

menyesuaikan evaluasi dengan kaidah evaluasi.

b. Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Kondisi ini terlihat :

1) Guru mampu membuka pelajaran, Dalam hal ini guru mampu :

(a) menarik perhatian peserta didik dan memberikan motivasi

awal; (b) memberikan apersepsi (kaitan materi yang

sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan); (c)


102

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan; dan

(d) memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan.

Berpijak pada hasil pengamatan siklus II Guru mampu

menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang

kondusif. Terlihat guru mampu mengkondisikan kegiatan

belajar secara efektif, misalnya : (a) guru memeriksa kehadiran

peserta didik (presence, attendance); (b) menumbuhkan

kesiapan belajar peserta didik (readiness) dengan membantu

atau membimbing peserta didik dalam mempersiapkan fasilitas

dan sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar,

menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif

dalam kelas, dan menunjukkan sikap penuh semangat

(antusiasme) dan minat mengajar yang tinggi; (c) Guru mampu

menciptakan suasana belajar yang demokratis dan (d) Guru

mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

Pada siklus II terlihat guru mampu memberikan

apersepsi (kaitan materi yang sebelumnya dengan materi yang

akan disampaikan). Kondisi ini terbukti guru mampu: (a)

mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah

dipelajari sebelumnya, (b) menunjukkan manfaat materi yang

dipelajari, dan (c) meminta peserta didik mengemukakan

pengalaman yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas.

Pada siklus II terlihat guru mampu menyampaikan

tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Berkenaan dengan


103

perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno,

2012: 50) menyatakan bahwa :

“tujuan pembelajaran terdiri atas: (a) tujuan harus


menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau
diperbuat oleh peserta didik; (b) menyebutkan tujuan,
memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat
yang hadir pada  waktu peserta didik berbuat; dan (c)
menyebutkan kriteria  yang digunakan untuk menilai
unjuk perbuatan peserta didik yang dimaksudkan pada
tujuan.”

Terkait pada pendapat di atas, tujuan pembelajaran

harus dirumuskan secara jelas. Dalam hal ini Hamzah B. Uno

(2012: 52) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang

tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah

dapat tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang

bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran.

Pada siklus II juga terlihat guru mampu memberi acuan

belajar, terbukti guru mampu : (a) memberitahukan tujuan

(kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang

akan dipelajari, dan (b) menyampaikan alternatif kegiatan

belajar yang akan ditempuh peserta didik.

2) Guru mampu memvariasi sikap dalam proses pembelajaran.

Guru memiliki kemampuan memvariasi gaya mengajar,

diantaranya:

a) Guru mampu melakukan penggunaan kejelasan artikulasi

suara.

Guru pada saat menjelaskan materi pelajaran sudah

mampu memvariasi suara, baik dalam intonasi, volume,


104

nada dan kecepatan. Selain itu guru mampu menggunakan

variasi suara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

b) Guru mampu variasi gerakan badan yang tidak

mengganggu perhatian peserta didik.

Dalam hal ini guru mampu menggunakan variasi dalam

mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang

penting dalam komunikasi.

c) Guru mampu menunjukkan sikap antusisme dalam

penampilan.

Kemampuan guru menunjukkan sikap antusisme dalam

penampilan dapat memudahkan terciptanya iklim kelas

yang menyenangkan dan merupakan salah satu syarat bagi

kegiatan pembelajaran yang optimal.

d) Guru mampu melakukan mobilitas posisi mengajar.

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat

membantu dalam menarik perhatian peserta didik. Terlihat

pada Siklus II, guru sudah mampu melakukan perpindahan

posisi yang dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari

sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara peserta didik dari

belakang kesamping peserta didik. Disamping itu guru

juga mampu melakukan dengan posisi berdiri kemudian

berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat, lalu

berjalan-jalan mengelilingi peserta didik dan sebagainya.


105

3) Guru mampu menguasai bahan belajar (materi pelajaran).

Kemampuan Guru dalam penguasaan bahan belajar (materi

pelajaran) terlihat dari: (a) kemampuan guru dalam menyajikan

bahan belajar sesuai dengan langkah-langkah yang

direncanakan dalam RPP; (b) kemampuan guru dalam

menjelaskan bahan belajar (materi); (c) kejelasan materi

dengan dilengkapi contoh konkrit; dan (d) Memiliki wawasan

yang luas dalam menyampaikan bahan belajar.

4) Guru mampu menerapkan strategi/metode pembelajaran yang

bervariatif dalam melaksanakan kegiatan inti.

Hasil observasi Siklus II membuktikan guru mampu

melaksanakan kegiatan inti disesuaikan dengan metode

pembelajaran yang diterapkan dan berhubungan dengan bahan

belajar atau materi yang disampaikan. Guru juga mampu

menyajikan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan/indikator

yang telah ditetapkan. Guru terlihat memiliki keterampilan

dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa. Guru

mampu menggunakan alokasi waktu mengajar sesuai dengan

yang direncanakan.

Dari hasil observasi Siklus II terbukti guru mampu

melaksanakan kegiatan inti dengan menjalin proses interaksi

yang baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa atau

antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi

tersebut memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang

baik mental maupun intelektual. (Bambang Sri Anggoro, 2015)


106

Hasil observasi Siklus II terbukti guru mampu

melaksanakan kegiatan inti dengan inspiratif. Dalam

pelaksanaan kegiatan inti guru memfasilitasi siswa untuk

mencoba dan melakukan sesuatu. Siswa diberi kesempatan

untuk berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri,

sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa

dimaknai oleh setiap subjek belajar. (Bambang Sri Anggoro,

2015)

Hasil observasi Siklus II terbukti guru mampu

melaksanakan kegiatan inti dengan menyenangkan. Guru

mampu menciptakan proses pembelajaran menyenangkan

dengan menata ruangan yang rapi dan menarik serta

pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni

dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan

sumber-sumber belajar yang relevan. (Bambang Sri Anggoro,

2015)

Hasil observasi Siklus II terbukti guru mampu

melaksanakan kegiatan inti dengan menantang. Guru mampu

melakukan proses pembelajaran yang menantang siswa untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja

otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan

dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui

kegiatan eksperimen, berpikir intuitif atau bereksplorasi.

(Bambang Sri Anggoro, 2015)


107

5) Guru mampu menggunakan media pembelajaran

Pada siklus II guru sudah memiliki kemampuan

menggunakan media. Kemampuan guru dalam menggunakan

media pembelajaran terlihat dari:

a) Terampilnya guru dalam penggunaan media pembelajaran,

terlihat dari kemampuan guru dalam memperhatikan

prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran.

b) Kemampuan guru dalam menyesuaikan penggunaan media

dengan materi yang disampaikan.

c) Terampilnya guru dalam mengoperasikan dan menerapkan

media pembelajaran yang inovatif.

d) Membantu meningkatkan perhatian peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran.

5) Guru mampu menutup kegiatan pembelajaran

Pada siklus II guru memiliki kemampuan melakukan

aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan menutup pelajaran.

Kegiatan guru dalam menutup pelajaran, diantaranya:

a) Meninjau kembali materi yang telah diberikan, terlihat: (1)

merangkum inti pelajaran, dan (2) membuat ringkasan.

Guru mampu melibatkan peserta didik dalam merangkum

inti pelajaran atau meringkas, serta membantu peserta

didik untuk pemahaman yang lebih baik dan bertahan di

dalam ingatan peserta didik lebih lama.


108

b) Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk

bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam hal ini guru

mampu menstimulasi peserta didik untuk berani bertanya

mengenai materi yang kurang dipahami. Selain itu, terlihat

guru terampil mengajukan pertanyaan kepada peserta

didik, sehingga terjalin interaksi pembelajaran antara guru

dan peserta didik.

c) Guru mampu memberikan kesimpulan kegiatan

pembelajaran.

d) Memberikan pesan moral yang berhubungan dengan

materi dan kegiatan pembelajaran.

6) Guru mampu melakukan tindak lanjut/follow up.

Kemampuan guru memberikan tindak lanjut (follow up)

berupa ajakan atau saran agar materi yang baru dipelajari

jangan dilupakan serta agar dipelajari kembali di rumah.

Kemampuan guru memberikan tindak lanjut (follow up), dapat

dilihat dari:

a) Kemampuan Guru dalam memberikan tugas kepada

peserta didik baik secara individu maupun kelompok.

Guru mampu memberikan pekerjaan rumah

(homework) bertujuan untuk meningkatkan atau

memantapkan penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran. Dalam hal ini guru sudah mampu :


109

(1) menentukan dan menjelaskan secara singkat tentang

topik atau tema tugas dan latihan yang harus

dikerjakan peserta didik.

(2) menjelaskan tentang tahapan tugas-tugas yang harus

dikerjakan berdasarkan lembaran tugas.

b) Guru mampu menjelaskan kembali bahan pelajaran yang

dianggap sulit oleh peserta didik. Dalam hal ini guru

mampu mengulang kembali materi yang dianggap sulit

oleh peserta didik, dengan penjelasan secara bertahap dan

sistematis dengan disertai contoh-contoh konkrit.

c) Guru mampu menginformasikan materi/bahan belajar yang

akan dipelajari berikutnya.

Guru mampu mengemukakan atau memberikan

gambaran kepada peserta didik tentang topik bahasan atau

tema yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Hal

ini dilakukan untuk membimbing atau mengarahkan

peserta didik dalam kegiatan belajar yang dilakukan di luar

jam pelajaran.

d) Guru mampu memberikan motivasi untuk selalu terus

belajar

Guru mampu memberikan balikan dan bimbingan

belajar, baik kepada peserta didik yang telah berhasil

menguasai kompetensi maupun kepada peserta didik yang

belum berhasil. Pemberian balikan ini dapat dilakukan


110

dengan memberikan penguatan (reinforcement) baik verbal

(dengan kata-kata atau kalimat) maupun nonverbal.

Dengan kreativitasnya, Guru mampu memilih kata-kata,

kalimat atau ungkapan yang bersifat afirmatif (dapat

menggugah dan menggelorakan semangat belajar tinggi).

c. Kemampuan guru dalam mengadakan evaluasi/penilaian

pembelajaran. Kondisi ini terlihat pada aspek :

1) Melaksanakan evaluasi

Kemampuan guru dalam pengadaan evaluasi

pembelajaran, dilihat dari:

a) Guru mampu melaksanakan evaluasi selama proses

pembelajaran berlangsung.

b) Guru mampu menentukan jenis evaluasi sesuai dengan

kegiatan pembelajaran yang telah diberikan.

c) Guru mampu menyesuaikan evaluasi dengan tujuan dan

bahan belajar.

d) Guru mampu menafsirkan hasil evaluasi.

2) Melaksanakan evaluasi tindak lanjut

Berpijak dari hasil observasi Siklus II terbukti guru

mampu : (a) melaksanakan pengajaran pengayaan dan

perbaikan; (b) melaksanakan pembelajaran pengayaan; (c)

memberikan tugas yang sifatnya memberikan pengayaan, dan

pendalaman; dan (d) melaksanakan pembinaan sikap dan

kebiasaan belajar yang baik.


111

Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan

hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan

evaluasi tindak lanjut mengacu pada efektivitas proses dan

hasil belajar serta menggunakan informasi hasil penilaian dan

evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.

Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam

proses pembelajarannya, kondisi ini terlihat dari:

a) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti

yang tertulis dalam RPP.

b) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan

jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan

sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya

kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap

materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

c) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi

topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui

kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik

untuk keperluan remedial dan pengayaan.

d) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan

merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran

selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan,

jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi

tambahan, dan sebagainya.


112

e) Guru memanfaatkan hasil penilaian sebagai bahan

penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan

selanjutnya.

Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan mulai dari kondisi

pra siklus, siklus I dan siklus II terbukti adanya peningkatan kinerja

mengajar guru PAI Binaan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.

Peningkatan ini terjadi setelah peneliti melaksanakan kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study pada tahap siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Lantip dan Sudiyono

(2011: 94) menyatakan bahwa “kegiatan pelatihan teknik Microteaching

Berbasis Lesson Study membantu guru mengembangkan kemampuannya

mengelola pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.” Mengacu

pada hasil penelitian ini membuktikan melalui kegiatan Microteaching

Berbasis Lesson Study guru memiliki kinerja mengajar yang sangat baik

dalam mewujudkan pembelajaran berbasis karakter yang bermutu,

sehingga dapat mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia

yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Setelah dilaksanakan kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study, Pengawas PAI mampu

memengaruhi perilaku guru menjadi semakin baik dalam mengelola

pembelajaran. Selanjutnya perilaku guru mempengaruhi perilaku peserta

didik dalam proses belajarnya. Proses belajar yang semakin baik akan

mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya.


113

Pelaksanaan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study, guru

mampu mengatasi masalah pembelajaran sekaligus melatihkan kerjasama

dan sharing keterampilan antar pengajar untuk mengatasi masalah-masalah

yang terjadi dalam kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudrajat (2008:

25) yang menyatakan bahwa “lesson study merupakan salah satu upaya

untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan

secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru”. Dari hasil

penelitian tindakan sekolah membuktikan bahwa pelaksanaan kegiatan

Microteaching Berbasis Lesson Study dapat meningkatkan inovasi dan

kreativitas seorang guru dalam mendidik dan menyajikan materi

pembelajaran, sehingga kualitas proses transformasi pendidikan/ proses

pembelajaran juga meningkat.

C. Hasil Tindakan Penelitian

Dari serangkaian pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah hasil

yang didapatkan adalah “kinerja mengajar guru mengalami peningkatan

setelah dilaksanakan kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study di

SMP Binaan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara semester Gasal tahun

pelajaran 2019/2020”.

Peningkatan kinerja mengajar guru mulai Pra Siklus, Siklus I dan

Siklus II, dijabarkan sebagai berikut:


114

1. Pada tahap pra siklus, kinerja mengajar guru dikategorikan “Sangat

Rendah (gagal/tidak layak mengajar)” dengan persentase nilai rata-

rata yang dicapai sebesar 56%.

2. Pada tahap siklus I, kinerja mengajar guru setelah dilaksanakan

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study dikategorikan “Tinggi”

dengan persentase nilai rata-rata yang dicapai sebesar 81%, sehingga

pada Siklus I ada peningkatan sebesar 25%.

3. Pada tahap siklus II, kinerja mengajar guru setelah dilaksanakan

kegiatan Microteaching Berbasis Lesson Study dikategorikan “Sangat

Tinggi” dengan persentase nilai rata-rata yang dicapai sebesar 92%,

sehingga pada Siklus II ada peningkatan sebesar 11%.

Anda mungkin juga menyukai