Anda di halaman 1dari 46

No Kode: 3.

5/PROFESIONAL/001/2/2018

BIDANG KAJIAN
ANALISIS DAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

MODUL
PENDALAMAN MATERI
INTEGRAL

Penulis:
Bambang Eko Susilo, S.Pd., M.Pd.
Prof. Dr. Kartono, M.Si.

PPG DALAM JABATAN


Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2018

Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018

i
DAFTAR ISI

Halaman
Daftar Isi ………………………………………………………………….... ii
A. Pendahuluan …………………………………………………...……...... 1
B. Capaian Pembelajaran…………………………………………………… 2
C. Sub Capaian Pembelajaran……….…….............…………..………….... 2
D. Uraian Materi ….………………………….............…………..………… 4
1. Integral Tak Tentu ……………………….........………………………… 4
a. Anti Turunan ...………………....…………………............................ 4
b. Teorema Penggantian dan Integral Parsial…………………………… 6
c. Teknik Pengintegralan ......................………….…………………….. 7
2. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann...………………....………………….. 12
a. Deret dan Notasi Sigma...…………………………………………….. 12
b. Jumlah Riemann...…………………………..……………………….. 14
3. Integral Tertentu...…………………….........…………………………….. 16
a. Integral Tertentu...………………………….......…………............….. 16
b. Teorema-teorema Integral Tertentu...………….…………………….. 18
4. Aplikasi Integral...………………………………………………………... 22
a. Luas Daerah pada Bidang Datar...………………….……………….. 23
b. Volum Benda Putar...………………………….......……………….... 25
c. Panjang Busur Suatu Grafik Fungsi...……………………………….. 28
d. Luas Permukaan Benda Putar ...……......…………………………….. 29
E. Rangkuman...………………………….......…………………………….... 32
F. Tugas ......................…………………………………………………….... 36
G. Tes Formatif.…………………….......………………………..………….. 38
H. Daftar Pustaka ……………………………………………….................... 43
I. Kunci Jawaban Tes Formatif...………………………….................……... 44

ii
A. PENDAHULUAN

1. Rasional dan deskripsi singkat


Salah satu materi dasar dalam matematika adalah integral yang merupakan bagian
dari kajian Analisis dan Persamaan Diferensial. Integral merupakan balikan dari
turunan yang telah dipelajari pada modul sebelumnya, sekaligus menjadi prasyarat
dalam mempelajari integral. Mempelajari integral menjadi tugas penting bagi calon
guru matematika, sehingga mampu untuk membelajarkannya bagi siswanya, dan
penting bagi matematikawan yang akan mengembangkan ilmu serta aplikasinya.
Modul bidang kajian Analisis dan Persamaan Diferensial untuk pendalaman materi
integral ini membahas tentang definisi, teorema, dan aplikasi integral serta
kaitannya dengan turunan..
Modul ini dikemas dalam empat pokok materi. Empat pokok materi tersebut
disusun dengan urutan sebagai berikut:
a. Integral Tak Tentu
b. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
c. Integral Tertentu
d. Aplikasi Integral
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai teori dan
mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan integral. Penguasaan
teori dan penyelesaian masalah integral dimudahkan dengan penguasaan pokok-
pokok materi di atas.
2. Relevansi
Materi integral yang terbagi dalam empat pokok materi di atas sangat relevan
kaitannya dengan materi turunan yang dipelajari sebelumnya, selain menjadi tujuan
pembelajaran matematika, materi ini dapat membangun pola berpikir matematis
seperti berpikir kritis, kreatif, logis, sampai dengan mampu untuk menyelesa ika n
masalah. Kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam menyelesaikan masalah
dalam matematika sampai dengan masalah kehidupan sehari-hari sehingga manfaat
luasnya tidak hanya dalam masa pembelajaran, namun sampai kapanpun dimana
kebutuhan untuk berpikir matematis dibutuhkan dalam kehidupan.

1
3. Petunjuk Belajar
Proses pembelajaran untuk materi integral yang sedang Saudara ikuti sekarang ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah- langkah belajar
sebagai berikut:
a. Pahami terlebih dahulu mengenai capaian dan sub capaian pembelajaran
serta persiapkan materi prasyarat integral.
b. Lakukan kajian terhadap pokok-pokok materi yang diberikan secara runtut
dan sistematis, karena materi disusun secara berjenjang, materi sebelumnya
merupakan prasyarat untuk materi berikutnya.
c. Pelajari pokok materi secara runtut dan kerjakan tugas dan tes formatif
dengan mempelajari contoh-contoh yang diberikan.
d. Keberhasilan proses pembelajaran Saudara dalam modul ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam mengerjakan tugas dan tes
formatif yang diberikan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat Saudara.
e. Bila Saudara menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiais wara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar modul ini.

Baiklah Saudara peserta PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Saudara
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal
membelajarkan matematika dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai materi sistem bilangan real, fungsi, limit, turunan, integral, dan
persamaan diferensial biasa.

C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


Mahasiswa dapat:
1. menjelaskan teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait
dengan integral tak tentu

2
2. menjelaskan teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait
dengan notasi sigma dan jumlah Rieman
3. menjelaskan teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait
dengan integral tertentu
4. menjelaskan teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait
dengan aplikasi integral.

3
D. URAIAN MATERI
1. Integral Tak Tentu
a. Anti Turunan
Sebagian operasi dalam matematika mempunyai balikan atau invers, seperti
penjumlahan dengan pengurangan, perkalian dengan pembagian, serta
perpangkatan eksponen dengan penarikan akar. Pada kegiatan ini dibahas
antiturunan yang merupakan balikan dari turunan. Proses mencari antitur una n
fungsi disebut juga dengan pengintegralan tak tentu.

Definisi 5.1
Dipunyai 𝐹: 𝐼 ⟶ 𝑅 dan 𝑓: 𝐼 ⟶ 𝑅.
Jika 𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥 𝜖 𝐼 maka F disebut suatu anti turunan f pada
selang I.

F disebut suatu atau sebuah anti turunan f karena keberadaan anti turunan
ini tidak tunggal. Sebagai contoh, 𝐹1 (𝑥 ) = 𝑥 2 , 𝐹2 (𝑥 ) = 𝑥 2 − 2, 𝐹3 (𝑥 ) = 𝑥 2 + 15
merupakan anti turunan dari 𝑓(𝑥 ) = 2𝑥, karena 𝐹1 ′ (𝑥) = 𝐹2 ′ (𝑥 ) = 𝐹3 ′ (𝑥 ) = 2𝑥 =
𝑓(𝑥). Sehingga kata “suatu” menunjuk pada salah satu anti turunan f. Untuk
menunjukkan semua anti turunan f, dapat dituliskan dengan 𝐹 (𝑥 ) = 𝑥 2 + 𝐶,
dengan 𝐶 sebarang konstanta.
Terdapat beberapa penulisan dari contoh di atas, antara lain sebagai berikut:
𝐴𝑥 [𝑓(𝑥)] = 𝐹(𝑥) + 𝐶 atau dalam notasi Leibniz dengan ∫ … 𝑑𝑥, sehingga
penulisannya menjadi ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥) + 𝐶, dengan 𝑓(𝑥) sebagai integran, dan
𝐹(𝑥) + 𝐶 sebagai anti turunan.
Bentuk ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥) + 𝐶, oleh Leibniz disebut juga sebagai integral tak tentu.

Teorema 5.1
𝑥 𝑟+1
Jika r sebarang bilangan rasional kecuali −1, maka ∫ 𝑥 𝑟 𝑑𝑥 = +𝐶
𝑟+1

Bukti:
Dengan menurunkan ruas kanan diperoleh:
𝑥 𝑟+1 1
𝐷𝑥 [ + 𝐶] = ( 𝑟 + 1) 𝑥 𝑟 = 𝑥 𝑟 .
𝑟 +1 𝑟+1

4
Teorema 5.2
∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝐶 dan ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶

Bukti:
𝐷𝑥 (− cos 𝑥 + 𝐶 ) = sin 𝑥 dan 𝐷𝑥 (sin 𝑥 + 𝐶 ) = cos 𝑥.

Teorema 5.3 (Kelinieran)


Dipunyai f dan g fungsi- fungsi yang mempunyai turunan dan K suatu konstanta.
Untuk f dan g berlaku aturan berikut.
1. ∫ 𝐾𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥 = 𝐾 ∫ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥,
2. ∫[𝑓(𝑥 ) + 𝑔(𝑥 )]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓 (𝑥 ) 𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥 ) 𝑑𝑥,
3. ∫[𝑓(𝑥 ) − 𝑔(𝑥 )]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓 (𝑥 ) 𝑑𝑥 − ∫ 𝑔(𝑥 ) 𝑑𝑥.

Bukti:
Dengan mendiferensialkan ruas kanan, kita memperoleh integran di ruas kiri.
𝑑 [𝐾 ∫ 𝑓 ( 𝑥 ) 𝑑𝑥 ] 𝑑 [∫ 𝑓 ( 𝑥 ) 𝑑𝑥 ]
1. =𝐾 = 𝐾𝑓(𝑥)
𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑 [∫ 𝑓 ( 𝑥 ) 𝑑𝑥+∫ 𝑔( 𝑥 ) 𝑑𝑥 ] 𝑑 [∫ 𝑓 ( 𝑥 ) 𝑑𝑥 ] 𝑑 [∫ 𝑔 ( 𝑥 ) 𝑑𝑥 ]
2. = + = 𝑓(𝑥 ) + 𝑔(𝑥)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 [∫ 𝑓 ( 𝑥 ) 𝑑𝑥−∫ 𝑔( 𝑥 ) 𝑑𝑥 ] 𝑑 [∫ 𝑓 ( 𝑥 ) 𝑑𝑥 ] 𝑑 [∫ 𝑔 ( 𝑥 ) 𝑑𝑥 ]
3. = − = 𝑓(𝑥 ) − 𝑔(𝑥)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

Contoh 5.1
1. Diberikan 𝑓(𝑥 ) = 4𝑥 3 , tentukan:
a. suatu anti turunan dari 𝑓(𝑥 )
b. hasil dari ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
Penyelesaian:
a. Karena yang diminta hanya menentukan suatu anti turunan dari 𝑓 (𝑥 ),
maka kita bebas memilih suatu fungsi yang turunannya 4𝑥 3, misal
𝑔(𝑥 ) = 𝑥 4 + 25, sehingga 𝑔(𝑥 ) adalah suatu anti turunan dari 𝑓 (𝑥 ).
b. Hasil dari ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 adalah semua fungsi yang turunannya 4𝑥 3, sehingga
hasilnya adalah ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑥 4 + 𝐶, dengan 𝐶 konstanta.
2. Tentukan hasil dari:
a. ∫ 4(𝑥 − 𝑥 3 )𝑑𝑥

5
b. ∫ (𝑥 2 + 𝑠𝑖𝑛𝑥 − cos 𝑥 )𝑑𝑥
Penyelesaian:
2 4
𝑥 𝑥
a. ∫ 4(𝑥 − 𝑥 3 )𝑑𝑥 = 4 ∫(𝑥 − 𝑥 3 )𝑑𝑥 = 4 ( 2 − 4 ) + 𝐶 = 2𝑥 2 − 𝑥 4 + 𝐶

b. ∫ (𝑥 2 + 𝑠𝑖𝑛𝑥 − cos 𝑥 )𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 + ∫ 𝑠𝑖𝑛𝑥 𝑑𝑥 − ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥


𝑥3
= + 𝐶1 − cos 𝑥 + 𝐶2 − sin 𝑥 + 𝐶3
3
𝑥3
= − cos 𝑥 − sin 𝑥 + 𝐶
3
Teorema 5.4
Diberikan f fungsi yang diferensiabel dan r bilangan rasional dengan r ≠ −1,
[𝑓 ( 𝑥 )]𝑟+1
maka: ∫[𝑓(𝑥 )]𝑟 𝑓 ′ (𝑥) 𝑑𝑥 = + 𝐶, C konstanta.
𝑟+1

Contoh 5.2
Tentukan ∫ (𝑥 3 + 2𝑥 − 5)6 (3𝑥 2 + 2) 𝑑𝑥.
Penyelesaian:
Misal 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 3 + 2𝑥 − 5, maka 𝑓 ′ (𝑥) = 3𝑥 2 + 2
(𝑥 3 +2𝑥−5) 7
Diperoleh ∫(𝑥 3 + 2𝑥 − 5)6 (3𝑥 2 + 2) 𝑑𝑥 = ∫ 𝑓 6 (𝑥)𝑓 ′ (𝑥)𝑑𝑥 = + 𝐶.
7

b. Teorema Penggantian, Integral Parsial, dan Rumus Teknis Integral

Teorema 5.5 (Penggantian)


Dipunyai 𝑔 mempunyai turunan pada 𝐷𝑔 dan 𝑅𝑔  𝐼 dengan I adalah suatu
selang. Jika 𝑓 terdefinisi pada selang I sehingga 𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥), maka
∫ 𝑓[𝑔(𝑥 )]𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹[𝑔(𝑥 )] + 𝐶.

Teorema Penggantian merupakan balikan dari Aturan Rantai dalam materi turunan
yang didasari dari turunan fungsi komposisi.

Contoh 5.3
Tentukan ∫ 2. 𝑐𝑜𝑠2𝑥 𝑑𝑥.
Penyelesaian:

6
Strategi:
(1) Ingat rumus: ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶.
(2) Jika x diganti 2x, diperoleh ∫ cos 2𝑥 𝑑(2𝑥) = sin 2𝑥 + 𝐶.
Sehingga diperoleh ∫ 2. cos 2𝑥 𝑑𝑥 = ∫ cos 2𝑥 𝑑(2𝑥) = sin 2𝑥 + 𝐶.

Teorema 5.6 (Integral Parsial)


Jika U dan V adalah fungsi- fungsi yang mempunyai turunan pada selang buka I,
maka ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈.

Bukti:
Dipunyai 𝑑(𝑈. 𝑉 ) = 𝑈. 𝑑𝑉 + 𝑉. 𝑑𝑈.
Jadi ∫ 𝑑 (𝑈. 𝑉 ) = ∫(𝑈. 𝑑𝑉 + 𝑉. 𝑑𝑈)

⇔ 𝑈. 𝑉 = ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 + ∫ 𝑉. 𝑑𝑈

⇔ ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈.

Teorema Integral Parsial ini efektif apabila ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 sulit dicari, sebaliknya ∫ 𝑉. 𝑑𝑈


dapat dengan mudah ditentukan.
Contoh 5.4
Tentukan ∫ 𝑥 2 sin 𝑥 𝑑𝑥.
Penyelesaian:
∫ 𝑥 2 sin 𝑥 𝑑𝑥 = − ∫ 𝑥 2 𝑑 (cos𝑥)
= −[𝑥 2 c𝑜𝑠 𝑥 − ∫ cos 𝑥 𝑑(𝑥 2 )]
= −𝑥 2 c𝑜𝑠 𝑥 + 2 ∫ 𝑥. cos 𝑥 𝑑𝑥
= −𝑥 2 c𝑜𝑠 𝑥 + 2 ∫ 𝑥 𝑑(sin 𝑥 )
= −𝑥 2 c𝑜𝑠 𝑥 + 2 (𝑥. sin 𝑥 − ∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 )
= −𝑥 2 c𝑜𝑠 𝑥 + 2𝑥. sin 𝑥 + 2cos 𝑥 + 𝐶.

c. Teknik Pengintegralan
Dalam menyelesaikan masalah integral tak tentu maupun integral tertentu,
didapatkan teknik-teknik pengintegralan yang diperoleh dari teorema-teorema yang

7
telah dibahas dalam materi turunan maupun integral, selain itu juga dengan melihat
bentuk fungsi yang diintegralkan.
1) Teknik pengintegralan yang diperoleh dari turunan maupun integral.
No Teknik pengintegralan
1
 dx = x + C
2
 K dx = K  x + C , dengan K suatu konstanta
3
 K  f ( x) dx = K   f ( x) dx
4
 [ f ( x) + g ( x)]dx =  f ( x) dx +  g ( x) dx
5 x n+1
 x dx = n + 1 + C
n

6 dx
 x
= ln x + C = ln C x

7 e dx = e x + C
x

8 ax
 a dx = + C dengan a>0, dan a  1
x

ln a
9  sin x dx = − cos x + C
10  cos x dx = sin x + C
 sec x dx = tan x + C
2
11

 csc x dx = − cot x + C
2
12

13  sec x  tan x dx = sec x + C


14  csc x  cot x dx = − csc x + C
15  tan x dx = − ln cos x + C = ln sec x + C
16  cot x dx = ln sin x + C
17  sec x dx = ln sec x + tan x + C
18  csc x dx = ln csc x − cot x + C

8
No Teknik pengintegralan
19 dx
 1− x 2
= sin −1 x + C = − cos −1 x + C

20 dx
1+ x 2
= tan −1 x + C = − cot −1 x + C

21 dx
 x x −1 2
= sec −1 x + C = − csc −1 x + C

22 du u u
 a2 − u2
= sin −1   + C = − cos −1   + C
a a
23 du 1 u 1 u
a 2
+u 2
= tan −1   + C = − cot −1   + C
a a a a
24 du 1 u 1 u
u u −a
2 2
=
a
sec −1   + C = − csc −1   + C
a a a

Contoh 5.5
dx

dx
Tentukan (a) x 2
+ 2x + 5
(b)
4x − x 2
Penyelesaian:
dx 1  x + 1
 (x + 1) tan −1 
dx
(a)  = = +C.
x + 2x + 5
2 2
+2 2
2  2 
dx  x −2

dx −1
(b) =  = sin  +C .
4x − x 2 2 2 − ( x − 2) 2  2 

2) Integral Fungsi Trigonometri


Selain teknik pengintegralan di atas, terdapat teknik pengintegralan terhadap
fungsi- fungsi trigonometri yang pokok. Artinya jika dijumpai integral fungs i
trigonometri yang rumit, diusahakan dapat dikembalikan ke dalam bentuk yang
pokok. Berikut disajikan beberapa teknik pengintegralan fungsi trigonome tr i
ditinjau dari bentuk pokoknya.

 sin x dx atau  cos n x dx


n
a) Integral bentuk

Ingat rumus: cos 2 x = cos 2 x − sin 2 x

9
= 2  cos 2 x − 1
= 1 − 2  sin 2 x

Jadi cos 2 x = 1 + cos 2 x dan sin 2 x = 1 − cos 2 x


2 2

b) Integral bentuk  sin m x  cos n x dx

 sin x  cos n x dx dapat diselesaikan dengan mudah untuk


m
Integral bentuk

beberapa kasus nilai m dan n yang tertentu.


(1) Kasus m ganjil atau n ganjil
Ingat rumus sin 2 x + cos 2 x = 1
Jadi sin 2 x = 1 − cos 2 x dan cos 2 x = 1 − sin 2 x
(2) Kasus m genap dan n genap
Ingat rumus:
(a) sin 2 x = 2 sin x  cos x
(b) cos 2 x = cos 2 x − sin 2 x
= 2  cos 2 x − 1
= 1 − 2  sin 2 x
1 + cos 2 x 1 − cos 2 x
Jadi cos 2 x = dan sin 2 x =
2 2

c) Integral bentuk  cos mx  sin nx dx ,  cos mx  cos nx dx , dan  sin mx  sin nx dx


Untuk menyelesaikan integral- integral tersebut perlu diingat teorema trigonome tr i
sebagai berikut.
1
(1) sin mx  cos nx = [sin( mx + nx ) + sin( mx − nx )]
2
1
(2) cos mx  cos nx = [cos(mx + nx ) + cos(mx − nx )]
2
1
(3) sin mx  sin nx = [cos(mx − nx ) − cos(mx + nx )]
2

 tan x  sec n x dx
m
d) Integral bentuk

Ingat: (1) tan2 𝑥 = sec 2 𝑥 − 1


(2) 𝑑(tan 𝑥) = sec 2 𝑥 𝑑𝑥
(3) 𝑑(sec 𝑥) = sec 𝑥. tan 𝑥 𝑑𝑥

10
Contoh 5.6

 cos
3
Tentukanlah x.dx .

Penyelesaian:
Jelas  cos 3 x.dx =  cos 2 x. cos x.dx

=  (1 − sin 2 x). cos x.dx

=  cos x.dx −  sin 2 x.d (sin x)

sin3 𝑥
= sin 𝑥 − + 𝐶.
3

Contoh 5.7

 sin
2
Tentukan x. cos 3 x.dx .

Penyelesaian:

 sin x. cos 3 x.dx =  sin 2 x. cos 2 x. cos x.dx


2
Jelas

=  sin 2 x. cos 2 x.d (sin x)

=  sin 2 x.(1 − sin 2 x).d (sin x)

=  sin 2 x.d (sin x) −  sin 4 x.d (sin x)

sin3 𝑥 sin5 𝑥
= − + 𝐶.
3 3

3) Integral Fungsi Rasional


𝑝(𝑥)
Fungsi 𝑓(𝑥 ) = dengan 𝑝(𝑥) dan 𝑞(𝑥) masing-masing merupakan
𝑞 (𝑥)

polinomial/suku banyak disebut fungsi rasional. Jika derajat 𝑝(𝑥 ) lebih tinggi dari
derajat 𝑞(𝑥) maka 𝑓(𝑥 ) disebut fungsi rasional tak sejati, sedangkan jika derajat
𝑝(𝑥) kurang dari derajat 𝑞(𝑥), maka 𝑓 (𝑥 ) disebut fungsi rasional sejati. Teknik
pengintegralannya fungsi rasional tak sejati diubah menjadi fungsi rasional sejati
dengan pembagian. Setelah menjadi fungsi rasional sejati, berikutnya jadikan
sebagai penjumlahan dengan penyebut faktor-faktornya.
Contoh 5.8
1 𝐴 𝐵
(a) Pecahan diubah menjadi + 𝑥+2 .
(𝑥−1)(𝑥+2) 𝑥−1
𝑥 +2 𝐴 𝐵
(b) Pecahan diubah menjadi + (𝑥−1)2 .
(𝑥−1) 2 𝑥−1

11
𝑥 2 −6𝑥 +1 𝐴 𝐵𝑥 +𝐶
(c) Pecahan 𝑥(𝑥 2 −𝑥−1) diubah menjadi + 𝑥 2 −𝑥−1 .
𝑥

Contoh 5.9
2𝑑𝑥
Tentukanlah ∫ .
𝑥 2 −𝑥−2

Strategi:
(1) Faktorkan 𝑥 2 − 𝑥 − 2 menjadi (𝑥 − 2)(𝑥 + 1).
2 𝐴 𝐵
(2) Selanjutnya = + .
𝑥 2 −𝑥−2 𝑥−2 𝑥+1
2 2
(3) Diperoleh: 𝐴 = dan 𝐵 = − .
3 3

Penyelesaian:
2𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 2 𝑑𝑥
∫ = ∫ − ∫
𝑥2 −𝑥 −2 3 𝑥 −2 3 𝑥 +1
2 2
= 3 ln|𝑥 − 2| − 3 ln |𝑥 + 1| + 𝐶 .

2. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann


Pembahasan integral akan lebih menarik pada materi integral tertentu sampai
dengan aplikasinya. Namun untuk mendapatkan konsep integral tertentu, terlebih
dahulu dibahas konsep jumlah Riemann. Berikut ini dibahas tinjau ulang tentang
deret dan notasi sigma sebelum membahas tentang jumlah Riemann hingga integral
tertentu.
a. Deret dan Notasi Sigma
Perhatikan deret dari 20 bilangan asli pertama berikut: 1 + 2 + 3 + …+ 20.
Bentuk deret ini dapat ditulis dengan notasi sigma, yaitu:
1 + 2 + 3 + ⋯ + 20 = ∑20
𝑖 =1 𝑖

yang dibaca “sigma i, i dari 1 sampai 20”. Dengan cara serupa, deret berikut dapat
dinyatakan dalam notasi sigma.
(a) 12 + 22 + 32 + ⋯ + 1002 = ∑100
𝑝=1 𝑝
2

(b) 𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3 + ⋯ + 𝑘𝑛 = ∑𝑛𝑖=1 𝑘𝑖
1 1 1 1 1
(c) 3.3+3 + 3.4+3 + 3.5+3 + ⋯ + 3.𝑛+3 = ∑𝑛𝑘=1 3.𝑘+3

Berikut ini merupakan teorema yang sering digunakan, khususnya dalam


perhitungan integral tertentu melalui limit jumlah Riemann.

12
Teorema 5.7
(a) ∑𝑛𝑖=1 𝑐 = 𝑛. 𝑐 untuk sebarang konstanta c,
(b) .∑𝑛𝑖=1 𝑐. 𝑎𝑖 = 𝑐. ∑𝑛𝑖=1 𝑎𝑖
(c) ∑𝑛𝑖=1(𝑐. 𝑎𝑖 + 𝑑. 𝑏𝑖 ) = 𝑐. ∑𝑛𝑖=1 𝑎𝑖 + 𝑑. ∑𝑛𝑖=1 𝑏𝑖

Sebagian masalah deret dan notasi sigma dapat diselesaikan dengan induksi
matematika yang merupakan pembuktian kebenaran suatu pernyataan P(n) benar
untuk setiap bilangan asli atau bilangan cacah n. Dua langkah baku dalam induksi
matematika, yaitu:
(i) pertama P(1) benar dan
(ii) kedua P(k+1) benar apabila P(k) benar.
Dengan demikian dapat dinyatakan:
 P(1) benar
P(n) benar  
P(k + 1) benar apabila P(k) benar
Contoh 5.10
n(n + 1)
Buktikan: 1 + 2 + 3 + ... + n = .
2
Bukti:
Tulis 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = ∑𝑛𝑖=1 𝑖 .
n
n(n + 1)
Tulis P(n) =  i = .
i =1 n
1
1  (1 + 1)
Jelas P(1) :  i = .
i =1 2
1
Jelas  i = 1 dan 1  (12+ 1) = 1 .
i =1

Jadi P(1) benar.


Dipunyai P(k) benar.
k
k (k + 1)
Jadi i =
i =1 2
.

k +1
 k
 k (k + 1) (k + 1)[(k + 1) + 1]
Jelas  i =   i  + (k + 1) =
i =1 i =1 2
+ (k + 1) =
2
.

13
Jadi P(k+1) benar apabila P(k) benar.
Jadi P(n) benar.
𝑛(𝑛+1)
Jadi 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = .
2

b. Jumlah Riemann
Berikut ini disajikan pengertian partisi dan jumlah Riemann suatu fungsi yang
merupakan dasar pendefinisian integral tertentu.

Definisi 5.2
Dipunyai [𝑎, 𝑏] suatu selang tutup. Suatu partisi 𝑃𝑛 untuk selang [𝑎, 𝑏] adalah
sebarang himpunan yang terdiri (𝑛 + 1) bilangan {𝑥 0 , 𝑥 1 , 𝑥 2 , … , 𝑥 𝑛 }, dengan
𝑎 = 𝑥 0 < 𝑥 1 < 𝑥 2 < ⋯ < 𝑥 𝑛 = 𝑏.

Catatan:
Panjang subselang ke-i, dinyatakan dengan ∆𝑖 𝑥, dengan ∆ 𝑖 𝑥 = 𝑥 𝑖 − 𝑥 𝑖−1 , dan i =
1, 2, 3, …, n.
Panjang subselang terbesar dari partisi 𝑃𝑛 dinyatakan dengan ‖𝑃𝑛 ‖ dibaca dengan
“norm 𝑃𝑛 ”.
Contoh 5.11
1 1 2 3 4
Periksa apakah {0, , , , , , 1} merupakan suatu partisi untuk selang [0,1]. Jika
6 5 5 5 5

merupakan suatu partisi, tentukan normnya.


Penyelesaian:
1 1 2 3 4 1 1 2 3 4
Misal P = {0, 6 , 5 , 5 , 5 , 5 , 1}, maka jelas bahwa 0 < <5< <5< < 1.
6 5 5

Jadi P suatu partisi untuk selang [0,1].


1 1 1 2 1 3 2 4 3 4 1 1 1 1
Sehingga ‖𝑃‖ = 𝑚𝑎𝑘𝑠 {6 − 0, 5 − 6 , 5 − 5 , 5 − 5 , 5 − 5 , 1 − 5 } = {6 , 30 , 5 } = .
5

14
Definisi 5.3
Dipunyai 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ. suatu fungsi, 𝑃𝑛 suatu partisi untuk selang [a,b], dan
𝑡𝑖 ∈ [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ]. Bangun 𝑅𝑛 = ∑ 𝑓 (𝑡𝑖 ). ∆ 𝑖 𝑥.
Bangun 𝑅𝑛 disebut Jumlah Riemann untuk f pada selang [a,b].

Contoh 5.12
Hitunglah jumlah Riemann untuk fungsi f(x) = 9 – x pada selang [0,9] memakai
partisi 0 < 1 < 2 < 4 < 6 < 7 < 9 dan titik-titik sampel t i merupakan titik-titik tengah
subselang ke-i.
Penyelesaian:
Misalkan 𝑥 0 = 0, 𝑥 1 = 1, 𝑥 2 = 2, 𝑥 3 = 4, 𝑥 4 = 6, 𝑥 5 = 7, dan 𝑥 6 = 9.
Selanjutnya diperoleh:
𝑥 1 −𝑥 0 1−0 1
𝑡1 = 𝑥 0 + = 0+ = 2,
2 2
𝑥 2 −𝑥 1 2−1 3
𝑡2 = 𝑥 1 + = 1+ = 2,
2 2
𝑥 3 −𝑥 2 4−2
𝑡3 = 𝑥 2 + =2+ = 3,
2 2
𝑥 4 −𝑥 3 6−4
𝑡4 = 𝑥 3 + =4+ = 5,
2 2
𝑥 5 −𝑥 4 7−6 13
𝑡5 = 𝑥 4 + =6+ = , dan
2 2 2
𝑥 6 −𝑥 5 9−7
.𝑡6 = 𝑥 5 + = 7+ = 8.
2 2

Jadi diperoleh 𝑅6 = ∑6𝑖=1 𝑓 (𝑡𝑖 ). ∆𝑖 𝑥


= 𝑓(𝑡1 ). ∆1 𝑥 + 𝑓(𝑡2 ). ∆ 2 𝑥 + 𝑓(𝑡3 ). ∆3 𝑥 + 𝑓(𝑡4 ). ∆4 𝑥 + 𝑓(𝑡5 ). ∆ 5 𝑥 + 𝑓 (𝑡6 ). ∆6 𝑥
1 3
= 𝑓 (2 ) (1 − 0) + 𝑓 (2 ) (2 − 1) + 𝑓(3)(4 − 2) + 𝑓(5)(6 − 4)
13
+ 𝑓 ( ) (7 − 6) + 𝑓(8)(9 − 7)
2
17 15 5 17 15 5 1
= .1+ . 1 + 6.2 + 4.2 + 2 . 1 + 1.2 = + + 12 + 8 + 2 + 2 = 40 2 .
2 2 2 2

15
3. Integral Tertentu
Setelah mendapatkan konsep integral Riemann, selanjutnya dibahas integra l
tertentu beserta teorema-teoremanya. Teorema yang sangat menarik tentunya
adalah Teorema Dasar Kalkulus 1 dan 2, yang membuat perhitungan integral yang
sebelumnya lama menjadi sangat singkat.

a. Integral Tertentu
Berikut ini didefinisikan pengertian integral tertentu sebagai limit jumlah
Riemann.

Definisi 5.4
Dipunyai fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ.
Jika lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓 (𝑡𝑖 ). ∆𝑖 𝑥 ada, maka dikatakan fungsi f terintegralkan secara
‖𝑃‖→0

Riemann pada selang [a,b].


Selanjutnya ditulis
𝑏
lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓 (𝑡𝑖 ). ∆𝑖 𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥
‖𝑃‖ →0

disebut integral tertentu (integral Riemann) fungsi f dari a ke b.

Catatan:
1) ∆𝑖 𝑥 adalah panjang subselang ke-i, ∆ 𝑖 𝑥 = 𝑥 𝑖 − 𝑥 𝑖−1 , i = 1, 2, 3, …, n,
sedangkan 𝑡𝑖 ∈ [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ].
2) Dalam kasus selang [a,b] dibagi menjadi n bagian sama panjang, maka
‖𝑃‖ → 0 ⇔ 𝑛 → ∞.
𝑏
3) Pada bentuk ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 , f disebut integran, a disebut batas bawah, dan b
disebut batas atas.
4) Dalam kasus fungsi f kontinu pada selang [a,b] dan 𝑓(𝑥) ≥ 0 pada [a,b],
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 menyatakan luas daerah yang dibatasi oleh grafik f, garis x = a,
garis x = b, dan sumbu X.
5) Integral tertentu adalah suatu bilangan riil yang dapat bernilai positif, nol,
dan negatif.

16
Contoh 5.13
4
1. Hitunglah ∫1 (𝑥 − 3)𝑑𝑥 dengan menggunakan limit Jumlah Riemann.

Penyelesaian:
Misalkan 𝑓 (𝑥 ) = 𝑥 − 3.
Bangun partisi untuk selang [1,4] yang membagi selang [1,4] menjadi n buah
subselang yang sama panjang.
4−1 3
Diperoleh ∆ 𝑖 𝑥 = = untuk setiap i = 1,2, 3, , n. Berikutnya diperoleh:
𝑛 𝑛
3 3 3 3
𝑥 0 = 1, 𝑥 1 = 1 + 𝑛 , 𝑥 2 = 1 + 2. 𝑛 , … , 𝑥 𝑖−1 = 1 + (𝑖 − 1). 𝑛 , 𝑥 𝑖 = 1 + 𝑖. 𝑛 , dan

𝑥 𝑛 = 4.
Pilih t i = x i untuk setiap 𝑡𝑖 ∈ [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ].
3𝑖 3𝑖 3𝑖
Jadi 𝑓(𝑡𝑖 ) = 𝑓(𝑥 𝑖 ) = 𝑓 (1 + 𝑛 ) = 1 + 𝑛 − 3 = − 2.
𝑛
4
Jadi ∫1 (𝑥 − 3)𝑑𝑥 = lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓 (𝑡𝑖 ). ∆ 𝑖 𝑥
‖𝑃‖ →0

3𝑖 3
= lim ∑𝑛𝑖=1 ( 𝑛 − 2) . 𝑛
𝑛→∞
9 6
= lim (𝑛2 ∑𝑛𝑖=1 𝑖 − 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 1)
𝑛→∞
9 𝑛(𝑛+1) 6
= lim (𝑛2 . − 𝑛 . 𝑛)
𝑛→∞ 2
9
= −6
2
3
= − 2.

𝑏
2. Hitunglah ∫𝑎 𝑥𝑑𝑥.

Penyelesaian:
Bangun partisi untuk selang [a,b] yang membagi selang [a,b] menjadi n buah
subselang yang sama panjang.
b−a
Jelas  i x = untuk setiap i = 1, 2, 3, …, n.
n

Jadi x0 = a , x1 = a + b − a , x 2 =a+
2(b − a )
,…, xi −1 = a +
(i − 1)(b − a )
,
n n n
i (b − a ) xn = b .
xi = a + dan
n

17
Pilih ti = xi−1 .
b n
Jadi  x.dx = lim
P →0
 f (t ). x
i =1
i i
a

n
 (i − 1)(b − a)  b − a
= lim  a + . n
i =1  
n → n

 a(b − a)  b − a  2
n 
= lim   +  (i − 1)
n →
i =1 
 n  n  

 a(b − a) n b−a n
2

= lim 
n →
 1 +   
 n  i =1
(i − 1) 
 n i =1 

 a(b − a)  b − a   n(n + 1)
2

= lim  .n +   . − n 
n →
 n  n   2 

b 2 − 2ab + a 2
= ab − a +
2

2
b2 − a2
= .
2

b. Teorema-teorema Integral Tertentu


Definisi integral tertentu dari fungsi f pada selang [a,b] dapat diperluas untuk
kasus b = a atau a > b yang didefinisikan sebagai berikut.

Definisi 5.5
𝑎
(1) Jika f (a) terdefinisi maka ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = 0 .
𝑎 𝑎 𝑏
(2) Jika a > b dan ∫𝑏 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 terdefinisi, maka ∫𝑏 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = − ∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 .

Suatu fungsi akan terintegral secara Riemann jika fungsi tersebut kontinu
dan terbatas pada suatu selang sebagaimana dinyatakan dalam Teorema 5.8.

Teorema 5.8
Jika fungsi f kontinu pada selang [𝑎, 𝑏], maka f terintegral secara Riemann pada
selang [𝑎, 𝑏].

18
Akibatnya pada selang tutup [𝑎, 𝑏], fungsi- fungsi sejenis polinomial, sinus, cosinus,
maupun fungsi rasional yang penyebutnya tidak sama dengan 0 akan terintegra l
secara Riemann.
Sebagai akibat dari Definisi 5.4 dan Teorema 5.7, pada selang [𝑎, 𝑏], secara
khusus untuk 𝑓(𝑥 ) = 1 diperoleh Teorema 5.9 dan secara umum untuk 𝑓(𝑥 ) =
𝐾, 𝐾 suatu konstanta diperoleh Teorema 5.10.
Teorema 5.9
𝑛
𝑏
∫ 𝑑𝑥 = lim ∑ ∆𝑖 𝑥 = 𝑏 − 𝑎
‖𝑃‖→0
𝑎 𝑖=1

Teorema 5.10

𝑛
𝑏
∫ 𝐾𝑑𝑥 = lim ∑ 𝐾. ∆𝑖 𝑥 = 𝐾(𝑏 − 𝑎)
‖𝑃‖ →0
𝑎 𝑖=1

Sebagaimana Teorema 5.3 pada integral tak tentu, sifat kelinierannya juga
berlaku pada integral tertentu.

Teorema 5.11 (Kelinieran)


Jika fungsi-fungsi f dan g terintegral pada selang [a,b], maka fungsi- fungsi (f + g)
dan K.f dengan K konstanta terintegralkan, yaitu:
𝑏 𝑏 𝑏
(1) ∫𝑎 [𝑓(𝑥 ) + 𝑔(𝑥 )]𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 + ∫𝑎 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥 , dan
𝑏 𝑏
(2) ∫𝑎 𝐾. 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = 𝐾. ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥

Selanjutnya teorema yang diperoleh dari batas bawah dan atas yang merupakan
penjumlahan dua selang.

Teorema 5.12 (Sifat Penjumlahan Selang)


Jika fungsi f kontinu pada suatu selang yang memuat 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 maka
𝑏 𝑐 𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 + ∫𝑐 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥
tanpa memperhatikan urutan 𝑎, 𝑏, dan 𝑐.

19
Contoh 5.14
4 1 4 4 6 4
∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 + ∫1 𝑥 2 𝑑𝑥 dan ∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 + ∫6 𝑥 2 𝑑𝑥, ruas kanan
merupakan bentuk dengan urutan c yang berbeda, namun jika dihitung memiliki hasil
yang sama. Teorema 5.12 dapat diperluas untuk lebih dari dua selang, misalnya tiga
𝑏 𝑐 𝑑 𝑏
selang: ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 + ∫𝑐 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 + ∫𝑑 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥.

Teorema berikut menjamin jika nilai fungsinya tak negatif pada selang
[𝑎, 𝑏], maka nilai integralnya juga tak negatif. Hal ini disebabkan integral Riemann-
nya tidak mungkin bernilai negatif.

Teorema 5.13
Jika f terintegral pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥 ) ≥ 0 pada selang [𝑎, 𝑏] maka
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 ≥ 0.

Teorema 5.14 berikut adalah akibat dari Teorema 5.13, teorema ini juga
memperlihatkan bahwa integral tertentu melestarikan sifat perbandingan.

Teorema 5.14
Jika f dan g terintegral pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥 ) ≤ 𝑔(𝑥) pada [𝑎, 𝑏] maka
𝑏 𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 ≤ ∫𝑎 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥 .

Karena 𝑓(𝑥 ) ≤ 𝑔(𝑥) maka 𝑔(𝑥 ) − 𝑓(𝑥 ) ≥ 0, sehingga menurut Teorema


𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
5.13, ∫𝑎 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥 − ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 ≥ 0. Akibatnya ∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 ≤ ∫𝑎 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥 .

Nilai dari integral tertentu mempunyai batas yang dapat diperhitungkan dari
nilai minimum dan maksimum fungsinya. Sifat keterbatasan ini disajikan oleh
Teorema 5.15.

Teorema 5.15
𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠
Jika f kontinu pada selang [𝑎, 𝑏], 𝑚 = 𝑎≤𝑥≤𝑏 𝑓(𝑥), dan 𝑀 = 𝑎≤𝑥≤𝑏 𝑓(𝑥), maka
𝑏
𝑚(𝑏 − 𝑎) ≤ ∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥 ≤ 𝑀(𝑏 − 𝑎).

20
1) Teorema Dasar Kalkulus 1: Pendiferensialan Integral Tertentu terhadap
Batas Atasnya
Teorema Dasar Kalkulus 1 menjadi sangat penting karena memperlihatkan secara
jelas hubungan antara turunan dan integral tertentu.

Teorema 5.16 (Teorema Dasar Kalkulus 1)


Jika f kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑥 suatu titik dalam [𝑎, 𝑏], maka
𝑥
𝑑[∫𝑎 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 ]
= 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥

Contoh 5.15
𝑥
𝑑 [∫1 𝑡2 𝑑𝑡 ]
Tentukan 𝑑𝑥

Penyelesaian:
𝑥
𝑑[∫1 𝑡2 𝑑𝑡 ]
Berdasarkan Teorema 5.16 diperoleh = 𝑥 2.
𝑑𝑥

Berikut ini merupakan teorema nilai rata-rata untuk integral.

Teorema 5.17 (Teorema Nilai Rata-rata untuk Integral)


Jika f kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan maka terdapat suatu bilangan 𝑐 antara 𝑎 dan 𝑏
sedemikian hingga
1 𝑏 𝑏
𝑓(𝑐 ) = 𝑏−𝑎 ∫𝑎 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 atau ∫𝑎 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 = 𝑓(𝑐 )(𝑏 − 𝑎)

Berikut ini merupakan teorema substitusi dalam integral tertentu.

Teorema 5.18 (Teorema Substitusi dalam Integral Tertentu)


Jika 𝑔 mempunyai turunan kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan f kontinu pada daerah nilai 𝑔 maka

𝑏 𝑔(𝑏)
∫ 𝑓(𝑔(𝑥 ))𝑔′ (𝑥)𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑢)𝑑𝑢
𝑎 𝑔(𝑎)

dengan 𝑢 = 𝑔(𝑥 ).

21
2) Teorema Dasar Kalkulus 2
Teorema Dasar Kalkulus 2 memberikan kemudahan untuk menghitung Integral
Tertentu, berikut teorema tersebut.

Teorema 5.19 (Teorema Dasar Kalkulus 2)


Jika 𝑓(𝑥) kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝐹(𝑥) sebarang anti turunan 𝑓(𝑥),
𝑏
maka ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = F(b) – F(a). Selanjutnya ditulis F(b) – F(a) = [𝐹(𝑥)]𝑏𝑎

Contoh 5.16
1 1 1
Hitunglah: (a) ∫0 (𝑥 + 𝑥 2 )𝑑𝑥 (b) ∫0 8𝑥 3 𝑑𝑥 (c) ∫0 (3𝑥 2 − 6𝑥 − 5)𝑑𝑥 .

Penyelesaian:
1 1 1 1 1 5
(a) ∫0 (𝑥 + 𝑥 2 )𝑑𝑥 = ∫0 𝑥. 𝑑𝑥 + ∫0 𝑥 2 . 𝑑𝑥 = 2 + 3 = 6 .
1
(b) ∫0 8𝑥 3 𝑑𝑥 = 2𝑥 4 ]10 = 2.
1
(c) ∫0 (3𝑥 2 − 6𝑥 − 5)𝑑𝑥 = 𝑥 3 − 3𝑥 2 − 5𝑥 ]10 = 1 − 3 − 5 = −7.

Sifat khusus integral tertentu pada fungsi genap dan fungsi ganjil disajikan pada
Teorema 5.20

Teorema 5.20
Jika 𝑓(𝑥) fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓 (−𝑥 ) = 𝑓(𝑥) ,
𝑎 𝑎
maka: ∫−𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = 2 ∫0 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 dan
jika 𝑓(𝑥) fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓(−𝑥) = − 𝑓(𝑥),
𝑎
maka ∫−𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = 0.

4. Aplikasi integral
Dalam pembahasan materi aplikasi integral ini, penguasaan materi turunan dan
kemampuan menggambar grafik fungsi sangat mendukung dalam membahas dan
menyelesaikan materi aplikasi integral, penguasaan tersebut dibutuhkan dalam
menentukan proses pengintegralan dan perhitungannya. Materi aplikasi integral
yag dibahas dalam modul ini antara lain adalah luas daerah pada bidang datar,
volum benda putar, panjang busur grafik fungsi, dan luas permukaan benda putar.
Aplikasi integral yang lain adalah penghitungan besar usaha, kekuatan fluida,

22
momen, pusat massa, peluang, dan variabel random, materi tentang aplikasi
integral ini dapat dipelajari lebih lanjut dalam buku dalam daftar pustaka rujukan
nomor 1, 2, dan 5.

a. Luas Daerah pada Bidang Datar


Pada bagian ini dibicarakan tentang penggunaan integral tertentu untuk menghitung
luas daerah pada bidang datar.

Definisi 5.6
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi f dengan 𝑓(𝑥) ≥ 0
untuk semua x[a,b], x = a, x = b, dan sumbu X. Jika L adalah luas daerah D,
maka
𝑏
𝐿 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 .

𝑏
Gambar 5.1 Luas daerah D = 𝐿 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥

Definisi 5.7
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi dua grafik fungsi f dan g dengan 𝑓(𝑥) ≥
𝑔(𝑥) untuk semua x[a,b], x = a, dan x = b. Jika L adalah luas daerah D, maka
𝑏
𝐿 = ∫𝑎 [𝑓(𝑥 ) − 𝑔(𝑥 )]𝑑𝑥 .

23
𝑏
Gambar 5.2 Luas daerah D = 𝐿 = ∫𝑎 [𝑓(𝑥 ) − 𝑔(𝑥 )]𝑑𝑥

Teorema 5.21
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi f yang kontinu pada
[a,b] dan 𝑓(𝑥 ) < 0 untuk semua x[a,b], sumbu X, x = a, dan x = b. Jika L
adalah luas daerah D, maka
𝑏
𝐿 = − ∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥.

𝑏
Gambar 5.3 Luas daerah D = 𝐿 = − ∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥

Dari Definisi 5.6 dan Teorema 5.21 diperoleh simpulan dalam Teorema 5.22.

Teorema 5.22
Jika D adalah daerah daerah tertutup yang dibatasi grafik fungsi f , garis x = a,
𝑏
x = b, dan sumbu X maka 𝐿 = ∫𝑎 |𝑓(𝑥 )|𝑑𝑥 .

24
Jika integralnya terhadap sumbu Y maka diperoleh sebagaimana berikut.

Gambar 5.4 Luas daerah D dari integral terhadap sumbu Y

b. Volum Benda Putar


Suatu daerah D pada bidang datar apabila diputar dengan suatu poros tertentu akan
menghasilkan suatu benda putar. Volum benda putar tersebut dapat dihitung
menggunakan integral tertentu dengan beberapa metode.
1) Metode Cakram
Dipunyai fungsi f kontinu pada selang [a,b]. Misalkan daerah D dibatasi oleh
grafik f, sumbu X, x = a, dan x = b diputar dengan poros sumbu X akan
membangun suatu benda putar. Volum benda putar tersebut akan dicari dengan
menggunakan metode cakram sebagai berikut.

Gambar 5.5 Volum benda putar dengan metode cakram


Bangun partisi untuk selang [a,b]. Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ].
Volum cakram ke-i adalah
𝑉𝑖 = 𝜋. [𝑓(𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥

25
Jadi 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [𝑓(𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥
‖p‖→0

𝑏
= 𝜋 ∫𝑎 [𝑓(𝑥 )]2 𝑑𝑥.

2) Metode Cincin
Misalkan daerah D dibatasi oleh grafik fungsi g dan h dengan 𝑔(𝑥) ≥ ℎ(𝑥)
pada [a,b], x = a, dan x = b. Akan ditentukan volum benda yang terjadi jika
daerah D diputar terhadap sumbu X.
Buat partisi untuk selang [a,b] pada sumbu X.
Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ].
Tulis Vi : volum cincin ke-i
Jelas 𝑉𝑖 = 𝜋. [𝑔(𝑡𝑖 )]2 . ∆ 𝑖 𝑥 − 𝜋. [ℎ(𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥
= 𝜋. [[𝑔(𝑡𝑖 )]2 − [ℎ(𝑡𝑖 )]2 ]. ∆𝑖 𝑥
Jadi 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [[𝑔(𝑡𝑖 )]2 − [ℎ(𝑡𝑖 )]2 ]. ∆𝑖 𝑥.
‖p‖→0

𝑏
= 𝜋 ∫ [[𝑔(𝑥 )]2 − [ℎ(𝑥)]2 ]𝑑𝑥
𝑎

Gambar 5.6 Volum benda putar dengan metode cincin


3) Metode Sel Silinder (Kulit Tabung)
Dipunyai daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi kontinu f dengan 𝑓 (𝑥 ) ≥ 0
pada selang [a,b], garis x = a, garis x = b, dan sumbu X. Akan ditentukan volum
benda yang terjadi jika daerah D diputar terhadap sumbu Y.
Bangun partisi untuk selang [a,b].

26
Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ] dengan t i berada tepat di tengah subselang
𝑥 𝑖 +𝑥 𝑖−1
[𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ]. Jadi 𝑡𝑖 = atau 2𝑡𝑖 = 𝑥 𝑖 + 𝑥 𝑖−1 .
2

Tulis Vi : volum silinder ke-i.


Jelas 𝑉𝑖 = 𝜋. 𝑥 𝑖2 . 𝑓(𝑡𝑖 ) − 𝜋. 𝑥 𝑖−1
2
. 𝑓(𝑡𝑖 )
= 𝜋. 𝑓(𝑡𝑖 )(𝑥 𝑖2 − 𝑥 𝑖−1
2
)
= 𝜋. 𝑓(𝑡𝑖 )(𝑥 𝑖 + 𝑥 𝑖−1 ) (𝑥 𝑖 − 𝑥 𝑖−1 )
= 𝜋. 2𝑡𝑖 . 𝑓(𝑡𝑖 )∆ 𝑖 𝑥
= 2𝜋. 𝑡𝑖 . 𝑓(𝑡𝑖 )∆ 𝑖 𝑥.
𝑏
Jadi 𝑉 = 2𝜋. lim ∑ni=1 𝑡𝑖 . 𝑓(𝑡𝑖 )∆𝑖 𝑥 = 2𝜋 ∫𝑎 𝑥𝑓(𝑥 )𝑑𝑥.
‖p‖→0

Contoh 5.17
Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓(𝑥 ) = √ 𝑥 + 2 dan sumbu
𝑋 di antara 𝑥 = 1 dan 𝑥 = 4.
Penyelesaian:
Jelas fungsi 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) ≥ 0 untuk semua x di [1,4].
Tulis A: luas daerah D.
4 4 1
Jadi A =  ( x + 2).dx =  ( x + 2).dx 2

1 1

3 4
2.𝑥 2
=[ + 2. 𝑥]
3
1
32
= satuan luas.
3

Contoh 5.18
Dipunyai daerah D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi yang disajikan
dengan 𝑦 = 𝑥 2 dan 𝑦 = 𝑥. Hitunglah volum benda yang terjadi apabila daerah D
diputar mengelilingi sumbu 𝑌 menggunakan metode sel silinder.
Penyelesaian:
Tulis 𝑥 = 𝑓(𝑥) dan 𝑥 2 = 𝑔(𝑥).
Jelas 𝑓(𝑥) ≥ 𝑔(𝑥) pada [0,1].
Bangun partisi untuk selang [0,1].
Pilih 𝑡𝑖 tengah-tengah [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ].

27
1
Jadi V = 2 . x. f ( x) − g ( x).dx
0

1
= 2 . ( x 2 − x 3 ).dx
0

1
 x3 x4 
= 2 . − 
3 4 0

= satuan volum.
6

c. Panjang Busur Suatu Grafik Fungsi


Berikut ini dibahas bagaimana menghitung panjang busur grafik suatu
fungsi dengan menggunakan integral. Dipunyai fungsi f kontinu pada selang [a,b].
Akan dihitung panjang busur grafik f dari titik (a, f(a)) sampai titik (b, f(b))
sebagaimana ilustrasi pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7 Grafik fungsi f kontinu dan mempunyai


turunan pada selang [a,b]

Bangun partisi untuk selang [a,b]. Misalkan koordinat titik-titik Pi −1 ( xi −1 , f ( xi −1 ))


dan titik Pi ( xi , f ( xi )) . Misal Ji : jarak Pi-1 Pi, diperoleh:

2
 f ( xi ) − f ( xi −1 ) 
J i = ( xi − xi −1 ) + ( f ( xi ) − f ( xi −1 )) = 1 + 
2 2
  ( xi − xi −1 ) .
 xi − xi −1 

28
Dipunyai f mempunyai turunan pada [a,b], sehingga f juga mempunyai turunan pada
selang [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ]. Pilih 𝑡𝑖 ∈ [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ] sehingga
𝑓 ( 𝑥 𝑖) −𝑓 ( 𝑥 𝑖−1 )
𝑓 ′ (𝑡𝑖 ) = .
𝑥 𝑖 −𝑥 𝑖−1

Jadi 𝐽𝑖 = √1 + [𝑓 ′ (𝑡𝑖 )]2. ∆ 𝑖 𝑥.


Jadi panjang busur grafik f dari titik P0 (a, f(a)) sampai titik Pn (b,f(b)) adalah
𝐽 = lim ∑𝑛𝑖=1 √1 + [𝑓 ′ (𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥
‖𝑃‖ →0

𝑏
= ∫𝑎 √1 + [𝑓 ′ (𝑥 )]2 𝑑𝑥

d. Luas Permukaan Benda Putar


Selanjutnya dibahas bagaimana menghitung luas permukaan benda putar dengan
menggunakan integral. Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungs i
kontinu f pada selang [a,b] diputar mengelilingi sumbu X. Akan dihitung luas
permukaan benda yang terjadi, sebagaimana ilustrasi pada Gambar 5.8.

Gambar 5.8a Daerah D diputar Gambar 5.8b Selimut kerucut


terhadap sumbu X terpancung
Dibangun partisi untuk selang [a,b] menjadi n buah subselang yang sama panjang.
𝑏−𝑎
Jadi ∆𝑖 𝑥 = untuk setiap i = 1, 2, 3, …, n.
𝑛
𝑓 ( 𝑥 𝑖) −𝑓 ( 𝑥 𝑖−1 )
Pilih 𝑡𝑖 ∈ [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ] sehingga 𝑓 ′ (𝑡𝑖 ) = .
𝑥 𝑖 −𝑥 𝑖−1

Tulis Si : luas selimut kerucut terpancung ke-i.


Jelas S i =   [ f ( xi −1 ) + f ( xi )] ( xi − xi −1 ) 2 + ( f ( xi ) − f ( xi −1 )) 2

29
2
 f ( xi ) − f ( xi −1 ) 
=   [ f ( xi −1 ) + f ( xi )]  1 +    ( xi − xi −1 )
 xi − xi −1 

=   [ f ( xi −1 ) + f ( xi )]  1 + [ f ' (t i )] 2   i x
n
Jadi S = lim
P →0
  [ f (x
i =1
i −1 ) + f ( xi )]  1 + [ f ' (t i )]2   i x

n
= lim    2  f (t i )  1 + [ f ' (t i )]   i x
2
P →0
i =1

b
= 2   f ( x)  1 + [ f ' ( x)] 2 dx .
a

Contoh 5.19
Tentukan panjang busur grafik yang diberikan oleh persamaan 6𝑥𝑦 − 𝑦 4 − 3 = 0
19 14
dari titik (12 , 2) dan titik ( 3 , 3).

Penyelesaian:
y3 1
Jelas 6 xy − y − 3 = 0  x =
4
+ .
6 2y

y3 1
Tulis f ( y ) = + .
6 2y

 y3 1 
d  + 
d  f ( y )  6 2y  = y − 1
2
Jadi f ' ( y ) = = .
dy dy 2 2y2
Jadi
3
3 3
y2 1
3
 y2 1   y3 1  13
J =  1 + f ' ( y ) .dy =  1+ − 2 .dy =   + 2 dy =  −  = .
2

2
2 2
2 2y 2 2y   6 y2 4
13
Jadi panjang busur yang dimaksud adalah satuan.
4

Contoh 5.20
Tentukan luas permukaan ikat pinggang bola yang terjadi apabila lingkara n
𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝑟 pada selang [-a,a] dengan a < r diputar terhadap sumbu X.

30
Penyelesaian:
a
x2
Luas bendar putar S = 2  r 2 − x 2  1 + dx
−a r 2 − x2

= [2  r  x]−a
a

= 4ar satuan luas.

31
E. RANGKUMAN

Bagian A. Integral Tak Tentu


Antiturunan atau integral tak tentu merupakan balikan dari turunan. Jika 𝐹 ′ (𝑥) =
𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥 𝜖 𝐼 maka F disebut suatu anti turunan f pada selang I.
Keberadaan anti turunan tidak tunggal, untuk menunjukkan semua anti turunan f,
dapat dituliskan dengan 𝐹(𝑥 ) = 𝑥 2 + 𝐶, dengan 𝐶 sebarang konstanta.
Teorema-teorema dalam integral tak tentu antara lain sebagai berikut.
𝑥 𝑟+1
1. Jika r sebarang bilangan rasional kecuali −1, maka ∫ 𝑥 𝑟 𝑑𝑥 = +𝐶
𝑟+1

2. ∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝐶 dan ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶


3. Kelinieran:
(a) ∫ 𝐾𝑓 (𝑥 ) 𝑑𝑥 = 𝐾 ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥,
(b) ∫ [𝑓(𝑥 ) + 𝑔(𝑥 )]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥 ) 𝑑𝑥,
(c) ∫ [𝑓(𝑥 ) − 𝑔(𝑥 )]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥 ) 𝑑𝑥 − ∫ 𝑔(𝑥 ) 𝑑𝑥.
4. Diberikan f fungsi yang diferensiabel dan r bilangan rasional dengan r ≠ −1,
[𝑓 ( 𝑥 )]𝑟+1
maka: ∫[𝑓(𝑥 )]𝑟 𝑓 ′ (𝑥) 𝑑𝑥 = + 𝐶, C konstanta.
𝑟+1

5. Penggantian: dipunyai 𝑔 mempunyai turunan pada 𝐷𝑔 dan 𝑅𝑔  𝐼 dengan I adalah


suatu selang. Jika 𝑓 terdefinisi pada selang I sehingga 𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥), maka
∫ 𝑓[𝑔(𝑥 )]𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹[𝑔(𝑥 )] + 𝐶.
6. Integral Parsial: Jika U dan V adalah fungsi- fungsi yang mempunyai turunan pada
selang buka I, maka ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈.
7. Jika dijumpai integral fungsi trigonometri yang rumit, diusahakan dapat
dikembalikan ke dalam bentuk yang pokok.
𝑝(𝑥)
8. Untuk mengintegralkan fungsi rasional 𝑓(𝑥 ) = : dicek dulu derajat 𝑝(𝑥 )dan
𝑞(𝑥)

𝑞(𝑥), 𝑞(𝑥 )difaktorkan menjadi faktor linear atau kuadrat, kombinasikan semua
suku dalam pecahan bagian dengan menyamakan penyebut, hitung semua
koefisien yang ada, dan diintegralkan.

32
Bagian B. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
Deret dan notasi sigma diperlukan dalam pembahasan tentang jumlah Riemann
hingga integral tertentu. Teorema yang sering digunakan, khususnya dalam
perhitungan integral tertentu melalui limit jumlah Riemann antara lain sebagai
berikut.
(a) ∑𝑛𝑖=1 𝑐 = 𝑛. 𝑐 untuk sebarang konstanta c,
(b) .∑𝑛𝑖=1 𝑐. 𝑎𝑖 = 𝑐. ∑𝑛𝑖=1 𝑎𝑖
(c) ∑𝑛𝑖=1(𝑐. 𝑎𝑖 + 𝑑. 𝑏𝑖 ) = 𝑐. ∑𝑛𝑖=1 𝑎𝑖 + 𝑑. ∑𝑛𝑖=1 𝑏𝑖
Sebagian masalah deret dan notasi sigma dapat diselesaikan dengan induksi
matematika.
Definisi partisi: dipunyai [a,b] suatu selang tutup, suatu 𝑃𝑛 untuk selang
[𝑎, 𝑏] adalah sebarang himpunan yang terdiri (𝑛 + 1) bilangan {𝑥 0 , 𝑥 1 , 𝑥 2 , … , 𝑥 𝑛 },
dengan 𝑎 = 𝑥 0 < 𝑥 1 < 𝑥 2 < ⋯ < 𝑥 𝑛 = 𝑏.
Definisi Jumlah Riemann: dipunyai 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ. suatu fungsi, 𝑃𝑛 suatu partisi
untuk selang [a,b], dan 𝑡𝑖 ∈ [𝑥 𝑖−1 , 𝑥 𝑖 ]. Bangun 𝑅𝑛 = ∑ 𝑓(𝑡𝑖 ). ∆ 𝑖 𝑥. Bangun 𝑅𝑛
disebut Jumlah Riemann untuk f pada selang [a,b].

Bagian C. Integral Tertentu


Definisi integral tertentu sebagai limit jumlah Riemann:
Dipunyai fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ, jika lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓(𝑡𝑖 ). ∆𝑖 𝑥 ada, maka dikatakan
‖𝑃‖ →0

fungsi f terintegralkan secara Riemann pada selang [a,b]. Selanjutnya ditulis


𝑏
lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓 (𝑡𝑖 ). ∆ 𝑖 𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 disebut integral tertentu (integral Riemann)
‖𝑃‖ →0

fungsi f dari a ke b.
Teorema-teorema Integral Tertentu:
𝑏
1. ∫𝑎 𝑑𝑥 = lim ∑𝑛𝑖=1 ∆𝑖 𝑥 = 𝑏 − 𝑎
‖𝑃‖ →0

𝑏
2. ∫𝑎 𝐾𝑑𝑥 = lim ∑𝑛𝑖=1 𝐾. ∆𝑖 𝑥 = 𝐾(𝑏 − 𝑎)
‖𝑃‖ →0

3. Kelinieran:
𝑏 𝑏 𝑏
(1) ∫𝑎 [𝑓(𝑥 ) + 𝑔(𝑥 )]𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 + ∫𝑎 𝑔(𝑥 )𝑑𝑥 , dan

33
𝑏 𝑏
(2) ∫𝑎 𝐾. 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = 𝐾. ∫𝑎 𝑓 (𝑥 )𝑑𝑥
𝑏 𝑐 𝑏
4. ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 + ∫𝑐 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥
5. Teorema Dasar Kalkulus 1: jika f kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑥 suatu titik
𝑥
𝑑 [∫𝑎 𝑓 ( 𝑡) 𝑑𝑡 ]
dalam [𝑎, 𝑏], maka = 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥

6. Teorema Dasar Kalkulus 2: jika 𝑓(𝑥) kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝐹(𝑥) sebarang
𝑏
anti turunan 𝑓(𝑥), maka ∫𝑎 𝑓(𝑥 )𝑑𝑥 = F(b) – F(a). Selanjutnya ditulis F(b) –

F(a) = [𝐹(𝑥)]𝑏𝑎 .

Bagian D. Aplikasi Integral


1. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi f,
x = a, x = b, dan sumbu X. L adalah luas daerah D.
b
a. Jika f ( x)  0 untuk semua x[a,b], maka L =  f ( x) dx
a

b
b. Jika f ( x)  0 untuk semua x[a,b], maka L = −  f ( x) dx .
a

b
c. Secara umum L =  f ( x ) .dx
a

2. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang dibatasi dua grafik fungsi f
dan g dengan f ( x)  g ( x) untuk semua x[a,b], x = a, dan x = b. Jika L
b
adalah luas daerah D, maka L =  [ f ( x) − g ( x)] dx .
a

3. Volum Benda Putar dari suatu daerah D pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, dimana D dibatasi oleh grafik f, sumbu X, x =
a, dan x = b diputar dengan poros sumbu X, dengan metode cakram,
diperoleh:
𝑏
Volum 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [𝑓(𝑡𝑖 )]2 . ∆ 𝑖 𝑥 = 𝜋 ∫𝑎 [𝑓(𝑥 )]2 𝑑𝑥.
‖p‖→0

4. Volum Benda Putar dari suatu daerah D pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, dimana D dibatasi oleh grafik fungsi g dan h

34
dengan 𝑔(𝑥 ) ≥ ℎ (𝑥 ) pada [a,b], x = a, dan x = b diputar terhadap sumbu
X, dengan metode cincin, diperoleh:
Volum 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [[𝑔(𝑡𝑖 )]2 − [ℎ(𝑡𝑖 )]2 ]. ∆𝑖 𝑥.
‖p‖→0

𝑏
= 𝜋 ∫ [[𝑔(𝑥 )]2 − [ℎ(𝑥)]2 ]𝑑𝑥
𝑎

5. Volum Benda Putar dari suatu daerah D pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, dimana dibatasi oleh grafik fungsi kontinu f
dengan 𝑓(𝑥 ) ≥ 0 pada selang [a,b], garis x = a, garis x = b, dan sumbu X,
diputar terhadap sumbu Y, dengan metode sel silinder (kulit tabung),
diperoleh:
𝑏
Volum 𝑉 = 2𝜋. lim ∑ni=1 𝑡𝑖 . 𝑓(𝑡𝑖 )∆𝑖 𝑥 = 2𝜋 ∫𝑎 𝑥𝑓(𝑥 )𝑑𝑥.
‖p‖ →0

6. Panjang busur grafik f dari titik P0 (a, f(a)) sampai titik Pn (b, f(b)) adalah
𝑏
𝐽 = lim ∑𝑛𝑖=1 √1 + [𝑓 ′ (𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥 = ∫𝑎 √1 + [𝑓 ′ (𝑥 )]2 𝑑𝑥.
‖𝑃‖ →0

7. Luas permukaan benda putar dengan D adalah daerah yang dibatasi oleh
grafik fungsi kontinu f pada selang [a,b] diputar mengelilingi sumbu X.
n
S = lim
P →0
  [ f (x
i =1
i −1 ) + f ( xi )]  1 + [ f ' (t i )]2   i x

b
= 2   f ( x)  1 + [ f ' ( x)] 2 dx .
a

35
F. TUGAS
Untuk lebih memperdalam penguasaan Anda pada kegiatan belajar ini,
kerjakanlah tugas berikut ini.
Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan langkah-langkah yang benar.
Bagian A. Integral Tak Tentu
1. Periksalah kebenaran pernyataan berikut dan berikan alasannya.
a. 𝐹0 (𝑥 ) = 𝑥 2 + 𝜋 adalah anti turunan dari 𝑓(𝑥 ) = 2𝑥.
b. 𝐹 (𝑥 ) = 𝑥. cos 2𝑥 adalah anti turunan dari 𝑓 (𝑥 ) = cos 2𝑥 − 2𝑥. sin 2𝑥
c. 𝐹 (𝑥 ) = 𝑥 |𝑥 | merupakan anti turunan dari 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 |𝑥 | .
2. Tentukanlah 3 anti turunan dari 𝑓(𝑥 ) = sin 2𝑥, dimana fungsi tersebut
berbeda tidak hanya pada konstantanya.
3. Tentukan hasil dari (a) ∫ 𝑥 √ 𝑥 − 4𝑑𝑥 dan (b) ∫(3𝑥 + 12)11 𝑑𝑥
4. Tentukan hasil dari ∫ 𝑥 sin(𝑥 2 + 1) 𝑑𝑥.
Bagian B. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
1. Tulis dengan notasi sigma bentuk-bentuk berikut ini:
a. 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + 13 + 15 , dan
b. 2 + 5 + 10 + 17 + 26 + 37 + 50 + 65 + 82 + 101 .
2. Buktikan bahwa:
𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
a. 1 + 4 + 9 + ⋯ + 𝑛2 = .
6

b. 𝑛3 − 8 habis dibagi 𝑛 − 2 untuk setiap bilangan asli n.


3. Hitunglah jumlah Riemann untuk fungsi yang disajikan dengan 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 2
1 1 1
pada selang [1,-1], dengan menggunakan partisi −1 < − 2 < − 3 < <1
3

dan titik sampel t i merupakan titik tengah subselang.


Bagian C. Integral Tertentu
1
1. Hitunglah ∫0 (1 − 3𝑥 2 )𝑑𝑥 menggunakan limit jumlah Riemann.
𝑏
2. Buktikan bahwa ∫𝑎 𝐾𝑑𝑥 = lim ∑𝑛𝑖=1 𝐾. ∆𝑖 𝑥 = 𝐾(𝑏 − 𝑎)
‖𝑃‖→0

3. Tentukanlah hasil integral tertentu berikut.


2 8 𝑥𝑑𝑥
a. ∫0 𝑥 2 (𝑥 3 + 1)𝑑𝑥 c. ∫4 √𝑥 2 −15
𝜋
2𝜋 𝑥
b. ∫0 sin 𝑑𝑥 d. ∫03 𝑥 2 sin 3𝑥 𝑑𝑥
2

36
2
4. Misalkan fungsi f kontinu pada ℝ. Jika 𝑓 (2) = 1, ∫0 𝑓(𝑡) 𝑑𝑡 = 3 , dan
𝑥
𝑔(𝑥 ) = ∫0 (𝑥 − 2)2 𝑓(𝑡)𝑑𝑡, xℝ, tentukanlah 𝑔′(2).

5. Tentukan:
2 3
a. ∫−1 |𝑥 |𝑑𝑥 c. ∫1 (𝑥 2 − 4)𝑑𝑥
5 2
b. ∫−1 |𝑥 − 2|𝑑𝑥 d. ∫−1 𝑥 |𝑥 |𝑑𝑥

6. Hitunglah ∫ cos 3 𝑥 sin5 𝑥 𝑑𝑥 dengan dua cara berbeda dan buktikan


hasilnya sama.
Bagian D. Aplikasi Integral
1. Sketlah daerah D yang dibatasi oleh kurva y = 2 – x 2 , y = x, dan y = - x,
kemudian hitunglah luas daerah D tersebut.
2. Tentukan volum benda putar yang terjadi apabila daerah yang dibatasi oleh
kurva-kurva 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 2 dan 𝑔(𝑥 ) = 𝑥 3 diputar mengelilingi sumbu X.
3. Sketlah daerah R yang dibatasi oleh kurva y = x 3 dan y = x, kemudian
hitunglah volum benda putar yang terbentuk dari daerah R tersebut yang
diputar mengelilingi sumbu X!
4. Lukislah daerah D yang dibatasi oleh 𝑓(𝑥 ) = 𝑥 − 3, sumbu 𝑋, 𝑥 = 1, dan
6
𝑥 = 6, kemudian hitung (a) ∫1 (𝑥 − 3)𝑑𝑥 dan (b) luas daerah D dengan

berbagai cara yang Anda ketahui. Apakah yang dapat Anda simpulka n
tentang luas daerah?
5. Daerah D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑦 = 2𝑥 dan 𝑦 =
𝑥 2 . Hitunglah luas daerah D dengan 2 cara, yaitu membuat partisi pada
sumbu 𝑋 dan sumbu 𝑌. Buatlah kesimpulan dari kedua hasil jawaban.
6. Dengan menggunakan daerah D pada nomor 5, hitunglah volum benda yang
terjadi apabila daerah D diputar mengelilingi sumbu 𝑌 menggunakan 2 cara,
yaitu dengan metode cincin dan metode sel silinder. Buatlah kesimpula n
dari kedua hasil jawaban.

37
G. TES FORMATIF
Kerjakanlah soal-soal berikut dalam waktu 75 menit. Cocokkanlah jawaban
Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jawaban yang benar. Gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi modul ini.
banyaknya jawaban benar
Tingkat Penguasaan (TP) = x 100% .
banyaknya soal

Arti tingkat penguasaan:


90% ≤ TP ≤ 100% : sangat baik
80% ≤ TP < 90% : baik
70% ≤ TP < 80% : cukup
TP < 70% : kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda 80 % atau lebih, Anda dapat melanjutkan ke
modul berikutnya. Bagus! Anda telah berhasil mempelajari modul ini.
Apabila tingkat pengusaan Anda kurang dari 80%, Anda harus mempela jar i
kembali modul ini.

Jawablah soal berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban
yang benar.
Bagian A. Integral Tak Tentu
1
1. Berikut ini adalah anti turunan dari 𝑓(𝑥 ) = 2 𝑥 , kecuali …

1
a. √ 𝑥 + √7

b. √ 𝑥 + 1000
c. √ 𝑥 − 100a
1
d. √ − √ 𝑥
7

e. 100s + √ 𝑥
2. Hasil dari ∫ 3sin(6𝑥 − 5)𝑑𝑥 adalah …
1
a. – 2 cos (6x – 5) + c

b. – 2cos (6x – 5) + c

38
c. – 2sin (6x – 5) + c
d. 2sin (6x – 5) + c
e. 2cos (6x – 5) + C
1
3. Salah satu anti turunan dari 𝑓 (𝑥 ) = adalah …
2√1−𝑥

a. √1 − 𝑥
b. 2√ 1 − 𝑥
c. −√ 1 − 𝑥
d. −2√ 1 − 𝑥
e. √2 − 𝑥
4. Hasil dari ∫(2𝑥 + cos 𝑥) 𝑑𝑥 adalah …
a. x 2 – sin x + c
b. x 2 + sin x + C
c. x 2 – cos x + c
d. x 2 + cos x + c
e. 2x + cos x + C

Bagian B. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann


5. Berikut ini adalah bentuk penulisan notasi sigma dari deret 1 + 2 + 3 +
…+ 100, kecuali …
a. ∑100
𝑖=1 𝑎𝑖

b. ∑10 100
𝑖 =1 𝑖 + ∑𝑖 =11 𝑖

c. ∑15 100
𝑘=1 𝑘 + ∑𝑘=16 𝑘

d. ∑20 100
𝑘 =1 𝑘 + ∑𝑙=21 𝑙

e. ∑15 70 100
𝑘=1 𝑘 + ∑𝑘=16 𝑘 + ∑𝑘=71 𝑘

6. Hasil dari ∑10


𝑛=1 (2𝑛 + 1) adalah …

a. 60
b. 80
c. 100
d. 120
e. 145

39
7. Hasil dari ∑5𝑖=1 (𝑖 2 + 4𝑖 − 5) adalah …
a. 115
b. 90
c. 75
d. 140
e. 165

Bagian C. Integral Tertentu


2
8. Hasil dari ∫−1 (4𝑥 − 6𝑥 2 )𝑑𝑥 adalah …

a. 48
b. −24
c. 12
d. −12
e. 24
8 𝑥
9. Hasil dari ∫4 𝑑𝑥 adalah …
√𝑥 2 −15

a. 90
b. 15
c. 6
d. −6
e.−15
5 𝑥5
10. Hasil dari ∫−5 𝑥 2 +4 𝑑𝑥 adalah …

a. 5
b. 10
c. −10
d. −5
e. 0
3𝜋
11. Hasil dari∫02 cos 𝑥 𝑑𝑥 adalah …
a. 2

40
b. – 2
c. 1
d. – 1
1
e. 2

Bagian D. Aplikasi Integral


12. Luas daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi f dan g dengan f(x) = −𝑥 2
+ 5𝑥 – 4 dan g(x) = –x – 4 adalah … satuan luas.
144
a. 3
80
b.
3
64
c.
3
40
d.
3
20
e.
3

13. Luas daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 (𝑥 ) = 1 − 𝑥 2 dan sumbu
X untuk 1 ≤ 𝑥 ≤ 3 adalah … satuan luas.
80
a. 3
40
b.
3
20
c.
3
10
d. 3
5
e. 3

14. Volum benda putar yang terjadi apabila daerah D yang dibatasi grafik
f(x)=x 2 , y = 0, y= 4, dan sumbu Y, diputar mengelilingi sumbu Y adalah
… satuan volum.
a. 12𝜋
b. 10𝜋
c. 8𝜋
d. 6𝜋

41
e. 4𝜋
15. Volum benda putar yang terjadi apabila daerah D yang dibatasi grafik y =
x 2 , y = 4x 2 , dan y = 4 diputar mengelilingi sumbu Y adalah … satuan
volum.
a. 12𝜋
b. 10𝜋
c. 8𝜋
d. 6𝜋
e. 4𝜋

42
H. DAFTAR PUSTAKA

1. Chotim, M. 2005. Kalkulus 2. Semarang: Jurusan Matematika UNNES.


2. Purcell, E.J. & Varberg, D. 2004. Kalkulus dan Geometri Analitik jilid 2 (Edisi
Delapan) (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
3. Purnomo, D. 2010. Kalkulus Integral. Malang: Jurusan Pendidikan MIPA-
FPIEK, IKIP Budi Utomo Malang
4. Tim Dosen, 2013. Bahan Ajar Matematika Dasar. Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang
5. Varberg, D., Purcell, E.J., & Rigdon, S. 2007. Calculus Ninth Edition. Upper
Saddle River, New Jersey: Pearson Education
6. Yahya, Y., Suryadi D. H.S., Agus Sumin, 1994. Matematika Dasar untuk
Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia

43
I. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Bagian A. Integral Tak Tentu


1. d 2. a 3. c 4. b
Bagian B. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
5. a 6. d 7. b
Bagian C. Integral Tertentu
8. d 9. c 10. e 11. d
Bagian D. Aplikasi Integral
12. b 13. c 14. c 15. d

44

Anda mungkin juga menyukai