Anda di halaman 1dari 12

.

Tugas Tutorial 1

METODE PENELITIAN (IDIK 4007)

YOSUA
858051928
S1 - PGSD
UPBJJ UT PONTIANAK

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2022.2
PENGGUNAAN METODE PEMODELAN TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR
DI SD NEGERI 6 SP C KELANSAM

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Karakteristik siswa dalam belajar tentunya sangat beragam, termasuk
kemampuan dan daya serap mereka terhadap pelajaran pastilah berbeda-
beda. Mencermati keadaan tersebut, diperlukan metode pembelajaran yang
tepat. Metode pembelajaran yang tepat akan membantu guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dianggap relevan
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika sesuai
dengan tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget adalah dengan
menerapkan metode pemodelan dalam pemecahan masalah. Metode
pemodelan mengharuskan siswa untuk menggambar petak persegi panjang
untuk mewakili hubungan bagian dengan keseluruhan dan nilai-nilai
matematika dalam pemecahan masalah. Permasalahan tersebut biasanya
digambarkan dalam bentuk soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan
nyata. Pembelajaran dengan metode pemodelan akan melatih siswa dalam
pemecahan masalah dengan memberikan banyak pengalaman belajar
kepada siswa karena siswa belajar dengan cara mencari dan menggali
sendiri informasi yang mereka butuhkan untuk membangun konsep sendiri,
memahami materi, serta menyelesaikan masalah secara aktif dan kreatif
dengan cara pembuatan model.
Melalui metode pemodelan diharapkan siswa dapat dengan mudah
memahami soal pemecaham masalah dan menuangkannya ke dalam bentuk
model. Dalam metode pemodelan, pembelajaran difokuskan pada
penekanan aspek afektif siswa. Penggunaan metode pemodelan dalam
pemecahan masalah diharapkan dapat mengubah sikap negatif siswa
terhadap matematika, disertai dengan bimbingan guru dalam memberikan
keyakinan pada siswanya.
B. Tujuan penelitian
Sesuai dengan latar belakang yang saya kemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
b. Untuk menjelaskan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode pemodelan di kelas tinggi.
c. Untuk menjelaskan pengaruh penggunaan metode pemodelan
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
sekolah dasar.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana kemampuan siswa dalam pemecahan masalah?
b. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode
pemodelan di kelas tinggi?
c. Bagaimana pengaruh penggunaan metode pemodelan terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar?

D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
a. Bagi siswa
Melalui penelitian ini manfaat bagi siswa diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan penggunaan
metode pemodelan. Karena siswa belajar dengan cara mencari dan menggali
sendiri informasi yang mereka butuhkan untuk membangun konsep sendiri,
memahami materi, serta menyelesaikan masalah secara aktif dan kreatif
dengan cara pembuatan model.
b. Bagi guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru sekolah dasar dapat
memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dalam
menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa. Tentu saja dalam hal ini metode yang dipilih diharapkan dapat
membimbing siswa dalam pemecahan masalah.
c. Bagi sekolah
Manfaat yang dapat diberikan pada sekolah diantaranya adalah dapat
memberi sumbangan terhadap kualitas pembelajaran dalam dunia
pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar
untuk menentukan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Serta
dapat menambah wawasan mengenai bagaimana cara meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah sesuai dengan karakteristik siswa.
d. Bagi peneliti lain
Dan bermanfaat untuk peneliti lain diharapkan dapat dijadikan acuan
yang digunakan bila akan melakukan penelitian yang sama.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

A. PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA


Masalah merupakan suatu keadaan yang belum sesuai dengan
kenyataan. Masalah matematika merupakan suatu persoalan yang tidak
mudah diselesaikan menggunakan prosedur yang telah diketahui, namun
membutuhkan suatu perencanaan dalam proses penyelesaiannya. Beberapa
faktor yang berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah yaitu
kemampuan siswa membaca dan memahami bahasa soal cerita, menyajikan
dalam model matematika, merencanakan perhitungan serta menghitung dari
soal-soal yang tidak rutin. Indikator yang diperlukan sebagai tolak ukur
tercapainya pemecahan masalah pada siswa yaitu sebagai berikut : 1)
mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanya serta kecukupan unsur
yang diperlukan dalam soal; 2) membuat rencana pemecahan masalah
(menentukan langkah-langkah proses penyelesaian masalah); 3)
melaksanakan rencana pemecahan masalah; 4) menafsirkan solusi yang
diperoleh (membuat kesimpulan suatu permasalahan). Indikator tersebut
sangat bermanfaar bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu, pemilihan model
pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa.
Salah satu metode yang dianggap relevan dengan karakter siswa
sekolah dasar untuk bisa memahami dan memecahkan masalah matematika
yang abstrak adalah dengan menggunakan pemodelan matematik
(mathematical modelling). Pemodelan matematik atau sering disebut dengan
mathematical modelling adalah proses yang sistematis dan mengacu pada
berbagai keterampilan serta melakukan kegiatan berpikir tingkat tinggi,
analisis, dan sintesis (Swetz & Hartzler, 1991). Menurut Kaur (2008, hlm. 1)
metode pemodelan adalah metode terstruktur di mana siswa di sekolah dasar
diajarkan untuk memvisualisasikan hubungan matematika yang masih bersifat
abstrak dan struktur masalah yang berbeda-beda melalui representasi
bergambar.
Pemodelan matematik sebagai metode pemecahan masalah
mengharuskan siswa untuk memahami terlebih dahulu masalah kemudian
merepresentasikan atau mewakilkan masalah tersebut ke dalam bentuk
gambar. Oleh sebab itu, pemodelan matematik akan memberikan kemudahan
bagi siswa untuk memecahkan masalah dalam bentuk soal cerita, karena
pemodelan matematik ini sesuai dengan cara berpikir siswa yang
konkretsemikonkret, enaktif-ikonik atau konkret-piktorial. Pembelajaran
dengan menggunakan pemodelan matematik ini menyediakan pembelajaran
secara konkret yang melibatkan aktivitas merancang model berdasarkan
masalah yang dihadapi.
Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bar model method. Bar model
method ini representasi yang berbentuk petak persegi panjang. Bentuk ini
memudahkan untuk dibagi-bagi ke dalam bentuk petak yang lebih kecil bila
hal itu diperlukan.
Menurut Feynman (2001, hlm. 272 dalam Chintia, I) pemodelan
matematik memiliki 7 tahapan, yaitu:
1. Mengidentifikasi masalah dan merencanakan bentuk solusi yang akan
digunakan.
2. Merepresentasikan jenis masalah dengan pemodelan yang akan
digunakan.
3. Membuat model yang telah direncanakan dan memasukkan variabel-
variabel dari masalah.
4. Memecahkan masalah dengan menghubungkan variabel dengan
pemodelan.
5. Menentukan hasil dari proses pemodelan.
6. Menginterpretasikan hasil
7. Mengevaluasi hasil dari proses pemodelan dengan pengerjaan
menggunakan cara lain.
Dari ketujuh langkah dari Feyman, kemudian peneliti
menyederhanakannya dalam kalimat peneliti sendiri menjadi: (1) memahami
masalah; (2) merencanakan pembentukan pemodelan; (3) melaksanakan
rencana pemodelan; (4) mengartikan solusi pemodelan; (5) menentukan hasil
dari proses pemodelan; (6) membuat kesimpulan penyelesaian masalah; (7)
pemeriksaan jawaban menggunakan cara lain.

B. MODEL DAN PROSES PEMODELAM MATEMATIKA


“Model” sebagai kata benda merupakan gambaran miniatur dari
sesuatu, pola sesuatu yang dibuat, contoh untuk meniru atau emulasi, uraian
atau analogi yang digunakan untuk membantu memvisualisasi segala sesuatu
(seperti atom) yang tidak dapat diamati secara langsung, sebuah sistem
postulat, data dan infrensi sebagai uraian matematika dari entitas atau kondisi
suatu urusan (Dym, 2004). Lebih lanjut Dym, (2004) mendefenisikan
pemodelan adalah sebuah pekerjaan, aktivitas kognitif dimana kita berpikir
tentang membuat model dan berpikir tentang menjelaskan bagaimana alat
atau objek itu ada. Proses pemodelan merupakan suatu jenis tugas yang
dikaitkan dengan realita. Karena terdapat sejumlah variasi tugas yang
berkaitan dengan realita, perlu diperlihatkan suatu klasifikasi dari persoalan ini
(untuk klasifikasi lebih lanjut dapat dilihat misalnya, Galbraith & Stillman,
2006 dan Burkhardt & Pollak, 2006, Voskoglou, 2006 ).
Salah satu fokus utama dalam proses pemodelan adalah kompetensi
pemodelan. Akan tetapi untuk sementara konsep kompetensi pemodelan
belum dapat dideskripsikan dalam bentuk yang komprehensif. Hal ini terbukti
dari pertanyaan yang diajukan dalam dokumen diskusi untuk ICMI-Study di
Dormund, Blum & Kaiser (Maas, 2006) dan (Mawengkang, 2007). Pertanyaan
yang muncul mencakup, antara lain ; Apakah kemampuan pemodelan dan
konsep kompetensi pemodelan berbeda ?. Dapatkah sub keterampilan dan sub
kompetensi dari kompetensi pemodelan diidentifikasi ?. Apa karakteristk dari
aktivitas siswa yang memiliki sedikit pengalaman tentang pemodelan ?
Berbeda dengan ( De Lange,1989) yang membahas konteks
matematisasi di luar matematika dan juga dalam lingkup ilmu matematika
sebagai masalah yang paling penting. (Matos, 1998, Kalauodiatos &
Papastravridis, 2001) menjelaskan bahwa ada hubungan balik dengan dunia
real akan tetapi sifatnya bukan yang utama (subordinate). Sebab ilmu
matematika adalah pusat pemikiran dalam perspektif lain. Pendapat De Lange
berbeda dengan (Galbraith, 2001) tidak memusatkan proses matematisasi
melainkan membahas setiap langkah untuk menyelesaikan masalah real
tentang interpretasi dan validasi sebagai langkah penting. Voskoglou, (2006)
memaparkan bahwa fokus pada pemodelan matematika adalah,
mentransformasikan dari situasi dunia real ke masalah matematika, melalui
penggunaan rangkaian simbol matematika, hubungan dan fungsi. Pollak,
(1979) dalam Voskogluo, (2006) menghadirkan interaksi diantara matematika
dan dunia real. Menurut (Mousoulides, et. al, 2007a) proses modeling dalam
penyelesaian masalah, bahwa tidak ada prosedur tunggal yang kuat diantara
tujuan dan sejumlah strategi untuk mengatasi setiap kesulitan dalam prosedur
ini.

C. STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Salah satu tujuan belajar matematika adalah untuk membentuk pola
pikir logis, sistematis, analitis dan kreatif. Untuk mencapai tujuan ini, inovasi
pembelajaran matematika berperan untuk mengatasi masalah pembelajaran
matematika di sekolah dasar. Hal ini harus dapat diwujudkan dalam bentuk
gerakan pemerataan teknik/model/strategi pendekatan pembelajaran dan
mempertimbangkan kebutuhan realistik siswa di lingkungan hidup sehari-hari.
Terdapat tujuh prinsip pembelajaran kontekstual (Depdiknas, 2006) yaitu;
membangun pemahaman (kontrukvism), menemukan (inquiry), bertanya
(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic
assessment).
Meskipun demikian, pendekatan pembelajaran matematika dengan metode
kontekstual bukanlah satu-satunya jalan keluar yang harus segera disebar
luaskan untuk diterapkan seutuhnya oleh setiap sekolah. Hal mendasar yang
senantiasa muncul dan bahkan selalu mewarnai ketidak beresan hasil
pembelajaran matematika, yaitu tentang lemahnya penguasaan konsep dasar
matematika yang dimiliki oleh siswa dan guru.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

A. SUMBER DATA (POPULASI DAN SAMPEL)


1. POPULASI
Populasi adalah sekumpulan objek atau sumber data penelitian. Populasi
yang beracuan objek penelitian sejalan dengan pendapat Tuckman bahwa
populasi adalah kelompok yang menjadi target atau sasaran studi (penelitian).
Populasi yang beracuan sumber data sejalan dengan definisi Chao bahwa
populasi iti terkait dengan semua sumber data dalam cakupan lingkup
penelitian yang ditetapkan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 6
SP C Kelansam yang berjumlah 20 orang dengan penyebaran yang homogen
(tidak ada pengklasifikasian antara siswa yang memiliki kecerdasan tinggi
dengan siswa yang memiliki kecerdasaan rendah).
2. SAMPEL
Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari populasi atau sejumlah
anggota populasi yang mewakili populasinya. Sampel yang baik adalah yang
dapat mewakili populasi dalam aspek-aspek tertentu yang sedang dipelajari.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random
Sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen. Sampel yang diambil adalah kelas IV. Jadi semua siswa pada kelas
IV, dengan jumlah 20 orang terpilih sebagai kelas eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Model Pembelajaran
Berbasis Masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran
yang dilakukan berdasarkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari
siswa, yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan berupa soal-soal
cerita agar dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang mungkin akan dihadapinya nanti dan dapat digunakan dalam
masyarakat.

B. CARA PENGUMPULAN DATA


Dalam penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan metode
Tes, observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Tes
Tes dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
menyelesaikan operasi pecahan pada siswa yang berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah. Data yang diharapkan adalah hasil pekerjaan siswa pada
lembar jawaban.
Data yang didapatkan dari tes ini digunakan sebagai bahan analisis mengenai
tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan operasi
pecahan pada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Adapun
langkahlangkah yang dilakukan dalam tes kemampuan pemecahan masalah
siswa dalam menyelesaikan operasi pecahan adalah sebagai berikut:
a) Menyusun soal tes mengenai tingkat kemampuan pemecahan masalah
siswa dalam menyelesaikan operasi pecahan. Langkah awal dalam
penyusunan tes yaitu dengan membuat kisi-kisi yang mencakup
indikator kemampuan pemecahan masalah, kemudian dilanjutkan
menyusun soal beserta jawabannya.
b) Mengkonsultasikan tes kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
menyelesaikan operasi pecahan kepada dosen pembimbing.
c) Melakukan tes kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
menyelesaikan operasi pecahan secara tertulis kepada siswa.
2. OBSERVASI
Pengamat berperan serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai
pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang
diamatinya (Moleong, 2007: 176). Observasi atau pengamatan merupakan
salah satu teknik penelitian yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan
karena berbagai alasan. Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan
melalui cara berperan serta, pada pengamatan tanpa peran serta pengamat
hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Teknik
observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengamati
kemampuan belajar siswa dalam pemecahan masalah matematika berbasih
pemodelan.
3. WAWANCARA
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian
yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan.
Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan
serta, pada pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan satu
fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Teknik wawancara terstruktur
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data
telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternatif jawabannnya pun telah disiapkan. Supaya setiap
pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training
kepada calon pewawancara (Sugiyono, 2009: 73). Dalam penelitian ini metode
wawancara digunakan untuk menggali informasi terhadap kemampuan siswa
dalam memahami materi yang di sampaikan oleh guru terhadap pemecahan
masalah matematika berbasih pemodelan.
4. DOKUMENTASI
Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
palaksanaan pembelajaran pemecahan masalah matematika berbasis
pemodelan di kelas IV. Dokumentasi digunakan untuk mempelajari berbagai
sumber dokumentasi terutama yang berada di kelas itu sendiri dan didukung
oleh sumbersumber yang representatif. Dokumen sudah lama digunakan
dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen
sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan (Moleong, 2007: 217). Dokumen digunakan untuk
keperluan penelitian menurut Guba dan Licoln dalam Moleong (2007: 217),
karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawaban seperti : 1)
Dokumen dan rekaman digunakan karena merupakan sumber yang stabil,
kaya, dan mendorong, 2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, 3)
Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya
yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir, dan berada dalam konteks, 4)
rekaman relatif murah dan tidak sukar dipoeroleh, tetapi dokumen harus
dicari dan ditemukan dengan teknik kajian isi, 6) Hasil pengkajian isi akan
membuka kesempatan untuk lebih memperluas ilmu pengetahuan terhadap
sesuatu yang diselidiki.

C. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
pengumpulan menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen
penelitian memegang peranan penting dalam upaya mencapai tujuan
penelitian. Bobot atau mutu penelitian kerapkali dinilai dari kualitas instrumen
yang digunakan.
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan. Tes ini berbentuk uraian essay sebanyak 5 butir soal. Tes
berupa soal-soal pemecahan masalah yang berguna untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Tes dalam penelitian ini
ada dua yaitu pretest dan posttest. Pretest yaitu tes yang diberikan kepada
siswa sebelum penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, sedangkan
posttest yaitu tes yang diberikan kepada siswa setelah penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah.
Adapun materi yang nantinya akan digunakan yaitu materi kelas IV
Semester 2 yaitu Perbandingan dengan bentuk soal essai. Adapun kisi-kisi
instrumenntes kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
Kisi – kisi soal pretest dan postest matematika
Standar Kompetensi
Indikator Jumlah Item
Kompetensi dasar
Menggunakan Menjelaskan arti - Menyatakan beberapa 5 soal
pecahan pecahan dan bagian dari keseluruhan ke
dalam urutannya bentuk pecahan
pemecahan - Menyajikan pecahan dalam
masalah bentuk gambar
- Menuliskan letak pecahan
pada garis bilangan
- Membandingkan pecahan
- Mengurutkan pecahan
berpenyebut sama

D. TEKNIK ANALISIS DATA


Analisis data merupakan proses pengolahan data yang kemudian akan
menghasilkan kesimpulan. Tahapan dalam analisis data menurut teori Miles,
dkk (2014:31) yaitu menganalisis data dengan menggunakan tiga langkah
yakni kondensasi data (data condensation), menyajikan data (data display),
dan menarik kesimpulan dan verifikasi (conclusing drawing and verification).
Adapun tahapan dalam analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Kondensasi Data
Kondensasi data menurut Miles, dkk (2014:31) merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, memilah, memfokuskan, membuang, dan
mengatur datasedemikian rupa suatu cara bahwa kesimpulan “final” dapat
ditarik dan diverifikasi. Kondensasi data mengacu pada proses memilih,
memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi, dan/atau mengubah data
yang muncul dalam korpus penuh (tubuh) catatan lapangan tertulis,
wawancara transkrip, dokumen dan bahan empiris lainnya. Dalam hal ini
peneliti akan melakukan kondensasi data pada soal tes dan hasil wawancara
terhadap subjek penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu proses pengumpulan informasi atau data dari hasil
yang sudah disusun dan terorganisir.
3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi data dan penarikan kesimpulan merupakan proses perumusan
makna dari hasil penelitian yang diperoleh. Pada tahap verifikasi, dilakukan
peninjauan terhadap kebenaran dari penyimpulan yang berkaitan dengan
relevansi dan konsistensinya dengan judul, tujuan penelitian dan perumusan
masalah.

Anda mungkin juga menyukai