Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KAJIAN PERMASALAHAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Disusun Oleh:

Dwy Damayanti
201935023

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

KUDUS

2021
BAB 1

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS

2.1. Pengertian
Menurut draft assassement PISA 2012, kemampuan Literasi Matematika
adalah kemampuan setiap individu daalam merumuskan, menggunakan,
menalarkan, menggunakan konsep dan menafsirkan matematika dalam berbagai
konteks. Sehingga, melalui literasi matematis dapat mengetahui peran matematika
dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai dasar pertimbangan dan pengambilan
keputusan dalam masyarakat. Selaras dengan pendapat sebelumnya, The
Organation for Economic Coorperation and Development (OECD) mengartikan
literasi matematika sebagai kemampuan individu dalam menganalisis dan
memahami peran matematika dalam kehidupan sehari-hari sekaligus digunakan
dalam pengambilan keputusan yang dibutuhkan setiap individu sebagai warga
negara yang membangun, peduli, dan berpikir (OECD, 2012).
Ojose, B (2011) berpendapat bahwa literasi matematika adalah kemampuan
dalam menganalisis dan menggunakan dasar matematika pada kehidupan sehari-
hari. Selaras dengan pendapat tersebut, Stecey & Tuner (2015) juga mengartikan
literasi dalam konteks matematika adalah pemikiran pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang meliputi pemecahan masalah, penalaran secara logis,
mengomunikasikan, dan menjelaskan dengan berbagai alternative lain.
Kemudian, Turner & Burkhard (2007) dalam mengartikan literasi matematis
menambahkan kata efektif yang berarti kemampuan literasi matematis adalah
suatu kemampuan yang digunakan secara efektif berdasarkan pengetahuan dan
pemahaman dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada dalam kehidupan
sehari-hari.
Literasi matematis sebelum diiperkenalkan PISA, literasi ini telah dicetuskan
oleh NCTM sebagai salah satu visi pendidikan matematika yaitu menjadi literate
matematika. yaitu mengekplorasi matematika, menghubungkan dan menalar
secara logis serta menggunakan metode matematis yang beragam (NCTM, 1898).
Secara umum pendapat di atas menekankan pada hal yang sama yaitu
menggunakan pengetahuan matematika dalam pemecahan masalah sehari-hari
secara lebih baik dan efektif. Dalam proses pemecahan masalah, seseorang yang
memilik kemampuan literasi matematis akan dapat memahami dan memecahkan
masalah sesuai konsep matematika yang sejalan. Kondisi ini memunculkan ide
suatu upaya dalam mengubah masalah ke bentuk matemtis yang nantinya
diselesaikan agar mendapatkan hasil. Dengan demikian, kemampuan literasi
matematika dapat diartikan sebagai kemampuan dalam menganalisis dan
merumuskan matematika dalam berbagai konteks pemecahan masalah di
kehidupan sehari-hari secara efektif.

2.2. Manfaat
Kemampuan literasi matematis sangat bermanfaat bagi setiap individu karena
kemampuan ini dapat digunakan secara efektif dalam menghadapi persoalan-
persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan penguasaan
literasi matematis, setiap individu akan dapat merefleksikan logika matematis
agar dapat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui literasi matematis,
individu menjadi mampu dalam membuat keputusan berdasarkan pola piker yang
konstruktif. Selaras dengan pendapat tersebut, OECD (2009) mengatakan
kemampuan literasi matematis juga dapat menekankan pada kemampuan setiap
individu dalam mengkomunikasikan, memberi alasan, dan menganalis ide secara
efektif dalam pemecahan masalah matematis yang ditemukan oleh setiap individu

2.3. Tujuan
Kemampuan literasi matematis sangat bermanfaat bagi setiap individu
karena kemampuan ini dapat digunakan secara efektif dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan
penguasaan literasi matematis, setiap individu akan dapat merefleksikan logika
matematis agar dapat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui literasi
matematis, individu menjadi mampu dalam membuat keputusan berdasarkan pola
piker yang konstruktif. Menurut, Stacey & Turner, kemampuan literasi matematis
merupakan kemampuan menggunakan pemikiran matematika dalam pemecahan
suatu persoalan matematis dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan supaya
lebih siap dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada di kehidupan nyata
(Stacey, K & Turner, 2012)

2.4. Indikator Kemampuan Literasi Matematis


Dalam studi PISA, literasi matematis memuat tiga kompetensi pokok antara
lain, reproduksi, koneksi untuk memecahkan masalah, dan refleksi. Aspek yang
dilihat dan dianalisis dalam literasi matematis untuk mengukur ketiga kompetensi
pokok tersebut adalah penalaran, argumentasi, komunikasi, pemodelan, koneksi,
pengajuan dan pemecahan masalah, serta representasi.
Menurut Nurjannah (2018), untuk mengukur kemampuan literasi matematis
siswa terdapat 6 level kemampuan, dengan masing-masing level kemampuan
mengukur tingkat pengetahuan matematis yang berbeda. Indikator kemampuan
literasi matematis yang harus dicapai siswa adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah matematis atau memahami konsep
2) Penggunaan penalaran dalam pemecahan masalah
3) Menghubungkan kemampuan matematis dengan berbagai konteks
permasalahan
4) Pemecahan masalah
5) Pengubahan konteks permasalahan dalam bentuk cerita ke dalam bahasa
matematis.
6) Menginterpretasikan kemampuan matematis dalam kehidupan sehari-hari
dengan berbagai konteks.
Kemudian, pada kemampuan literasi matematis level 3 terdapat lima
indikator pencapaian diantaranya:
1) Mengomunikasikan permasalahan dari dunia nyata ke dalam bentuk
matematis.
2) Menggali fakta-fakta dasar yang ada.
3) Menentukan prosedur yang akan digunakan berdasarkan fakta yang telah
didapatkan.
4) Memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah dengan cara yang
sederhana berdasarkan sumber-sumber referensi yang berbeda.
5) Mengomunikasikan secara tulisan hasil dari interpretasi dan penalaran.
Sedangkan, untuk indikator capaian pada kemampuan literasi matematis
level 4 sebagai berikut:
1) Mengubah permasalahan dari dunia nyata ke dalam bentuk matematis.
2) Mengetahui fakta-fakta dasar yang telah ada.
3) Menentukan prosedur yang akan digunakan berdasarkan fakta-fakta yang
telah diberikan.
4) Membuat hipotesis.
5) Memilih dan menerapkan strategi pemecahan masalah yang sederhana
berdasarkan sumber yang berbeda.
6) Mengomunikasikan penjelasan dengan memberikan argumentasi
berdasarkan interpretasi.
Menurut, Ojose (201!), secara umum literasi ditandai dengan beberapa
komponen utama yaitu:
1) Berpikir matematis dan penalaran
Indikator pencapaian yang diperlukan dalam kompetensi ini yaitu:
a) Mengajukan pertanyaan secara matematis.
b) Mengetahui jawaban dari soal matematika.
c) Mampu membedakan berbagai pernyataan d. Memahami dan
menjalankan konsep matematika
2) Argumentasi matematika
Indikator argumentasi matematika meliputi:
a) Mengetahui arti dari fakta yang telah didapatkan.
b) Mengetahui perbedaan dari bentuk penalaran matematis.
c) Mengikuti dan mengevaluasi urutan suatu alasan.
d) Memiliki pemahaman heuristic.
e) Membuat dan mengekpresikan argument matematis.
3) Komunikasi matematis
Indikator komunikasi matematis terdiri dari:
a) Mengekspresikan diri sendiri dengan berbagai cara seperti dengan
menggunakan lisan, tulisan, dan bentuk gambaran lainnya.
b) Memahami profesi orang lain
4) Pemodelan
Pemodelan memiliki indikator sebagai berikut:
a) Menyatakan soal dunia nyata ke dalam bentuk matematika
b) Menafsirkan model matematika ke dalam konteks
c) Menyelesaikan soal dengan model
d) Memvalidasi model
e) Merefleksikan dan menganalisis model atau solusi
f) Merefleksikan proses pemodelan
5) Problem Posing dan Problem Solving
Indikator problem posing dan problem solving meliputi mengajukan,
merumuskan, mendefinisikan dan memecahkan masalah dengan berbagai
cara.
6) Representasi, symbol, alat dan teknologi Indikator representasi, symbol,
alat dan teknologi diantaranya:
a) Menafsirkan dan membedakan berbagai bentuk representasi objek dan
situasi matematika
b) Memahami hubungan antara representasi yang berbeda
c) Menggunakan bahasa dan simbol operasi secara formal dan teknis
d) Mengetahui dan mampu membuat berbagai jenis bantuan dan peralatan
matematika
e) Mengetahui keterbatasan bantuan dan alat
2.5. Data Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PISA ditemukan bahwa
kemampuan literasi matematis siswa di Indonesia masih tergolong rendah dan
berada di bawah rata-rata internasional. Hal tersebut diperoleh dari data National
Center for Education Statictics dapat diketahui bahwa hasil literasi matematika
siswa pada PISA 2015 masih rendah yaitu 37,9% berada di bawah level 1, 30,7%
berada pada level 1, 19,6% berada pada level 2, 8,4% berada pada level 3, 2,7%
berada pada level 4, 0,6% berada pada level 5 dan tidak ada yang mampu
mencapai level 6 (Hidayati, 2017).
Dalam hasil studi PISA tahun 2018, hasil PISA Indonesia mengalami
penurunan terlihat pada kompetensi sains, dari 403 poin pada tahun 2015 menjadi
396 poin di tahun 2018. Dalam kompetensi matematika menurun dari 386 poin di
tahun 2015 menjadi 379 poin di tahun 2018. Kompetensi membaca mengalami
penurunan dari 397 di tahun 2015 menjadi 371 poin di tahun 2018 (Fathani,
2016).

1.6 Contoh Soal


1. Jumlah dua bilangan adalah 41 dan selisih bilangan adalah 19, maka nilai
perkalian dua bilangan itu adalah…….
Penyelesaian:
a+b = 41 Mencari nilai b
a–b = 19 a–b = 19
+ 30 – b = 19
2a + 0 = 60 30 -19 = b
2a = 60 11 =b
a = 30 Jadi, nilai a x b = 30 x 11 = 330
2. Suatu hari perbandingan jumlah uang Netty dan Agit adalah 2 : 1. Sehari
kemudian Netty memberikan uangnya sejumlah Rp 100.000,00 kepada Agit.
Sekarang perbandingan uang Netty dan Agit adalah 1 : 3. Jumlah uang Netty
sekarang adalah Rp……..(Wahyu, 2015)
Penyelesaian:
Uang Netty mula-mula: N
Uang Agit mula-mula : A
N 2
=
A 1
N
A=
2
(N −100.000) 1
=
(A +100.000) 3
3 (N – 100.000) = 1 (A + 100.000)
3N – 300.000 = A + 100.000
3N – A = 400.000
N
3N - = 400.000
2
5N
= 400.000
2
5N = 800.000
N = 160.000
Jadi, jumlah uang Netty sekarang adalah Rp 160.000 - Rp 100.000 = Rp
60.000

3. Suatu partikel bergerak pada bidang Cartesius dimulai dari titik (0,0).
Setiap langkah pergerakan adalah satu satuan. Peluang partikel bergerak pada

1
arah sumbu-X positif adalah , sedangkan peluang ber gerak pada arah sumbu-
2
1
Y positif adalah . Setelah bergerak 10 langkah, peluang partikel tersebut
5
sampai pada titik (6,4) dengan melalui titik (3,4) adalah ....(Wahyu, 2015)
Penyelesaian:

Berdasarkan informasi pada soal bahwa suatu partikel bergerak pada bidang
Cartesius dimulai dari titik (0,0), kemudian melewati titik (3,4) untuk sampai
pada titik (6,4).
Dimana partikel hanya bisa bergerak pada arah sumbu-X positif dan bergerak

1 1
pada arah sumbu- Y positif dengan peluang masing-masing adalah dan .
2 5
Hal ini memiliki arti bahwa banyak cara terpendek dari titik (0,0) ke titik
(6,4) dengan syarat melewati titik (3,4)

Perhatikan ilustrasi gambar berikut

Ada 10 langkah yang harus dilakukan oleh partikel tersebut


Salah satu contoh rute paralel bergerak adalah garis warna merah + garis
warna biru + garis warna hijau, yaitu ada 3 satuan ke kanan + 4 satuan
ke atas + 3 satuan ke kanan

Sehingga banyaknya rute paralel dari gambar tersebut adalah sebagai berikut.

7! 7!
7C4 = = = 7 X 5 = 35 kemudian ke arah kanan 3 kali
4 ! (7 !−4 !) 4 ! 3 !
1 3 2 4 1 3 7
Jadi, peluang partikel tersebut adalah 35 x ( ) x ( ) x ( ) =
2 5 2 500

4. Sebuah permainan dengan nama “Halang Rintang” mempunyai aturan


permainan bahwa jika seseorang berada pada rintangan ke-n, orang tersebut
harus melemparkan dadu sebanyak n kali. Jika jumlah mata dadu dari n
pelemparan ini lebih besar dari 2n, maka orang tersebut berhasil melewati
rintangan. Tentukan peluang bahwa seseorang berhasil melewati tiga rintangan
pertama! Diasumsikan bahwa dadu yang digunakan adalah dadu yang
setimbang (Tohir, 2016)

Penyelesaian:
Berdasarkan informasi pada soal bahwa terdapat suatu permainan “Halang
Rintang” dengan aturan yang sudah ditentukan. Peserta yang berhasil melewati
rintang apabila jumlah mata dadu dari n pelemparan > 2n.
Rintangan pertama
Pelemparan pertama agar berhasil melewati rintangan maka jumlah mata
dadu yang muncul harus lebih dari 21, sehingga didapat
n(S) = 61 = 6
n(A) = 61 – 2 (1 dan 2 : ada 2)

n( A) 4 2
P(A) = = =
n (S) 6 3

Rintangan kedua

Pelemparan kedua agar berhasil melewati rintangan maka jumlah mata dadu
yang muncul harus lebih dari 22 = 4, sehingga didapat
n(S) = 62 = 36

Kemudian dicari jumlah mata dadu ≤ 4, atau x1 + x2 = 4, x1 + x2 = 3, dan x1 +


x2 = 2, dimana nilai x1 dan x2 merupakan bilangan asli
untuk persamaan dari x1 + x2 = 4, bisa menggunakan aturan kombinasi 3C1 = 3
untuk persamaan dari x1 + x2 = 3, bisa menggunakan aturan kombinasi 2C1 = 2
untuk persamaan dari x1 + x2 = 2, bisa menggunakan aturan kombinasi 1C1 = 1
Dengan demikian,
n(A) = 62 – 6 (3 + 2 + 1 : ada 6)
n(A) = 36 – 6 (3C1 + 3C1 + 3C1)
n(A) = 30
n( A) 30 5
P(A) = = =
n (S) 36 6

Rintangan ketiga

Pelemparan kedua agar berhasil melewati rintangan maka jumlah mata dadu
yang muncul harus lebih dari 23 = 8, sehingga didapat
n(S) = 63 = 216

Kemudian dicari jumlah mata dadu ≤ 8, atau x1 + x2 + x3 = 8, x1 + x2 + x3 = 7,


x1 + x2 + x3 = 6, x1

+ x2 + x3 = 5, x1 + x2 + x3 = 4, dan x1 + x2 + x3 = 3, dimana nilai x1, x2,


dan x3 merupakan bilangan asli
Dengan cara yang sama, amak didapat

n(A) = 63 – (7C2 + 6C2 + 5C2 + 4C2 + 3C2 + 2C2)

n(A) = 216 – (21 + 15 + 10 + 6 + 3 + 1)

n(A) = 216 – 56

n(A) = 160
n( A) 160 20
P(A) = = =
n (S) 216 27

2 5 20 100
Dengan demikian, peluang seluruhnya adalah x x =
3 6 27 243

5. Perbandingan berat badan A, B, C adalah 1:2:5. Jika selisih berat badan A dan
C adalah 24 kg, maka jumlah berat badan keduanya adalah……
Penyelesaian:
Dalam bentuk perbandingan, selisih berat badan A dan C adalah 5-1 = 4
Dalam bentuk perbandingan, jumlah berat badan ketiganya adalah 1 + 2 + 5= 8
8
Jumlah berat badan ketiganya yang sebenarnnya adalah = x 24=48 kg
4
Jadi, jumlah berat badan ketiganya yang sebenarnnya adalah 48 kg.

6. Perbandingan uang Dhila dan Anton adalah 3:5. Jika Anton diberi uang Rp
10.000, perbandingan uang mereka menjadi 1:3, maka jumlah uang mereka
berdua adalah….
Penyelesaian:
Misal : Uang Dhila = d
Uang anton = a
Sebelum Anton diberi uang 10.000, perbandingannya adalah 3:5.
Setelah Anton diberi uang 10.000, perbandingannya adalah 1:3 = 3:9
Dalam perbandingan jumlah uang mereka 3 + 9 = 12
Dalam perbandingan selisi uang mereka 6.
12
Jumlah uang mereka berdua = x 10.000=20.000
6
Jadi, jumlah uang mereka berdua adalah Rp 20.000.

7. Gambar sebidang tanah berbentuk persegi panjang dengan skala 1:400. Jika
panjang dan lebar pada gambar adalah 24 cm dan 12 cm, maka luas sebenarnya
sebidang tanah tersebut adalah….
Penyelesaian:
Panjang sebenarnya bidang tersebut = 24 x 400 =9600 cm = 96 m
Luas sebenarnya bidang tersebut = 12 x 400 =4800 cm = 48 m
Luas sebenarnya = 96 x 48 = 4608 m 2
Jadi, luas sebenarnya adalah 4608 m 2

8. Terdapat dua larutan berbeda dengan volume sama. Larutan I adalah larurtan
gula dengan rasio gula dan airnya 2:3, sedangkan larutan II adalah larurtan
garam dengan rasio garam dan airnya 3:11. Jika kedua larutan dicampurkan,
maka rasio kandungan gula dan garam hasil pencampuran tersebut adalah….
Penyelesaian:
Karena kedua larutan memiliki volume yang sama, maka perbandingannya
harus sama.
Pada larutan I rasio gula dan air 2:5, sehingga jumlah perbandingan = 2 + 4 = 7
Pada larutan II rasio garam dan air 3:11, sehingga jumlah perbandingan = 3 +
11 = 14
Supaya jumlah perbandingan sama, maka rasio I dikali 2 menjadi 4:10.
Didapatkan rasio gula, garam, dan air pada hasil pencampuran adalah 4:3:21.
Jadi, rasio kandungan gula dan garam hasil pencampuran tersebut adalah 4 : 3.

9. Suatu proyek Perusahaan Tirta Mulya memiliki perencanaan kerja selama 40


hari yang akan dikerjakan oleh 30 orang pekerja. Memasuki hari ke 14, proyek
dihentikan sementara dan dilanjutkan 3 hari kemudian. Satu minggu sebelum
masa penyelesaian proyek berakhir, hanya tersisa 80% pekerja yang mampu
melanjutkan pekerjaannya sampai selesai. Melihat kondisi tersebut, proyek
tersebut akan terlambat selama….hari.
Penyelesaian:
Porsi total pekerjaan adalah 30 x 40 = 1200
Porsi pekerjaan yang telah selesai = 13 x 30 + 3 x 0 + 17 x 30 + 3 x 0 = 1089
Porsi pekerajan yang belum terselesaikan = 1200-1089 = 111
Pekerja yang tersisa = 80 % x 30 = 24 pekerja
111
Keterlambatan proyek = =4 , 625=4 hari
24
Jadi, proyek tersebut akan terlambat selama 4 hari.

10 Abel berangkat ke kantor pukul 7.00 setiap pagi. Dia menggendarai motor
dengan kecepatan 40km/jam karena jalan macet, sehingga tiba di kantor
terlambat 20 menit. Bila kecepatan 60km/jam dia tiba 15 menit lebih awal. Jam
kerja kantor dimulai pukul…….
Penyelesaian:
1
20 menit = jam
3
1
15 menit = jam
4
Misalkan jam kerja kantor dimulai pada pukul 6.00 lebih a jam.

Karena jarak yang ditempuh sama, maka akan diperoleh:

( 41 )=30(a− 13 )
60 a−

( 14 )=2 ( a− 13 )
↔ 3 a−

3 2
↔ 3 a− =2 a−
4 3

3 2
↔ a= +
4 3

17 5
↔ a= =1 jam=1 jam25 menit
12 12

Jadi, di jam kerja kantor dimulai pukul 8.25


BAB II
KEMAMPUAN NUMERASI MATEMATIS

2.1. Pengertian
Menurut PISA, kemampuan numerasi adalah kemampuan yang berfokus
pada kemampuan dalam pemecahan, perumusan, penginterpretasian masalah
dalam berbagai bentuk (Maulidina & Hartatik, 2019). Selaras dengan pendapat
sebelumnya, menurut GLN (2017) kemampuan numerasi adalah kemampuan
dalam menginterpretasikan konsep dan kaidah matematika dalam kehidupan
nyata dengan permasalahannya yang sering tidak terstruktur. Pentingnya
numerasi Menurut Andreas Schleicer dari OECD mengatakan bahwa kemampuan
numerasi yang baik merupakan proteksi terbaik terhadap angka pengangguran,
penghasilan yang rendah, dan kesehatan yang buruk (GLN, 2017).
Melalui program yang dibuat kemendikbud, 4 gebrakan baru diluncurkan
untuk mewujudkan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan, salah satunya
dengan mengimplementasikan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai
pengganti Ujian Nasional yang berfokus pada numer mulai tahun 2021
(Kemendikbud, 2019). Kemampuan numerasi yang dimaksud bukan hanya
kemampuan dalam menghitung, tetapi juga mengaplikasikan konsep menghitung
dalam konteks yang abstrak dan nyata (Kusaeri, 2020).
Literasi numerasi adalah kemampuan seseorang dalam memperoleh,
menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan berbagai macam
aspek matematika (angka dan simbol) untuk memecahkan masalah praktis dalam
kehidupan sehari-hari(17). Kemampuan literasi numerasi penting untuk
dikembangkan karena inti dari pembelajaran matematika adalah untuk
menemukan solusi permasalahan kontekstual sehari-hari(18). Pada penelitian ini,
kemampuan literasi numerasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menganalisis suatu informasi dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan perhitungan-perhitungan matematika secara
praktis.

2.2. Manfaat
Adapun manfaat mempelajari literasi numerasi bagi peserta didik adalah
sebagai berikut (Kemendikbud, 2021).
a. Peserta didik memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam melakukan
perencanaan dan pengelolaan kegiatan yang baik.
b. Peserta didik mampu melakukan perhitungan dan penafsiran terhadap data
yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peserta didik mampu mengambil keputusan yang tepat di dalam setiap aspek
kehidupannya

2.3. Tujuan
Literasi Numerasi erat dengan kehidupan sehari-hari. Anak-anak
membutuhkan kompetensi literasi numerasi dalam memecahkan masalah dalam
kehidupan mereka. Tujuan mempelajari literasi numerasi bagi peserta didik
adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2021).
a. Mengasah dan menguatkan pengetahuan dan keterampilan numerasi peserta
didik dalam menginterpretasikan angka, data, tabel, grafik, dan diagram.
b. Mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan literasi numerasi untuk
memecahkan masalah dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan pertimbangan yang logis.
c. Membentuk dan menguatkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu
mengelola kekayaan sumber daya alam (SDA) hingga mampu bersaing serta
berkolaborasi dengan bangsa lain untuk kemakmuran dan kesejahteraan
bangsa dan negara.
2.4. Indikator Kemampuan Numerasi Matematis
Anggrieni dan Putri (2018) menggunakan beberapa indikator yang
digunakan sebagai acuan utuk mengukur kemampuan literasi numerasi seperti
yang termuat dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development). Indikator tersebut antara lain meliputi:
a. kemampuan komunikasi.
b. kemampuan matematisasi.
c. kemampuan representasi.
d. kemampuan penalaran dan argumentasi.
e. kemampuan memilih strategi untuk memecahkan masalah.
f. kemampuan menggunakan bahasa dan operasi simbolis, formal dn teknis.
g. kemampuan menggunakan alat-alat matematika.

Selain itu, terdapat pendapat lain terkait indicator indicator kemampuan


numerasi matematis. Dalam mengukur kemampuan numerasi matematis siswa,
Salim dan Prajono (2018) menggunakan indikator kemampuan literasi numerasi
sebagai berikut.
a. Pemikiran dan Penalaran Matematika: memunculkan pertanyaan karakteristik
matematika, mengetahui jenis jawaban yang ditawarkan matematika,
membedakan antara berbagai jenis pernyataan, memahami dan menangani
batas dan batasan konsep matematis.
b. Argumentasi Matematika: mengetahui apa yang dibuktikan, mengetahui
bagaimana bukti berbeda dari bentuk penalaran matematika lainnya,
mengikuti dan menilai rantai argumen, merasa untuk heuristik, menciptakan
dan mengekspresikan argumen matematika.
c. Komunikasi Matematika: Mengekspresikan diri dengan berbagai cara dalam
bentuk visual lisan, tulisan, dan bentuk visual lainnya, memahami pekerjaan
orang lain.
d. Pemodelan: penataan lapangan untuk dimodelkan, menerjemahkan realitas ke
dalam struktur matematika, menafsirkan model matematis dalam konteks atau
realitas, bekerja, dengan model, memvalidasi model, mencerminkan,
menganalisis, dan menawarkan kritik terhadap model atau solusi,
merefleksikan proses pemodelan.
e. Pengajuan Masalah dan Pemecahannya: pengajuan, merumuskan, dan
pemecahan masalah dengan berbagai cara.
f. Representasi: menguraikan, mengkodekan, menerjemahkan, membedakan
antara, dan menafsirkan berbagai bentuk representasi objek dan situasi
matematika serta memahami hubungan antara representasi yang berbeda.
g. Simbol: menggunakan bahasa dan operasi simbolis, formal, dan teknis.
h. Alat dan Teknologi: menggunakan alat bantu dan peralatan, termasuk
teknologi bila sesuai.
2.5. Data Penelitian yang Relevan
Ada beberapa peneliti yang sebelumnya telah melakukan analisis
kemampuan numerasi. Seperti Maulidina & Hartatik (2019) melakukan analisis
mengenai kemampuan numerasi siswa SD berkemampuan tinggi dalam
memecahkan soal matematika. (Prasetyo & Rudhito, 2018) yang menganalisis
kemampuan dan Universitas Sriwijaya 4 kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal bilangan model TIMSS, dimana salah satu kemampuan yang dilihat adalah
kemampuan numerasi. Juga ada (Mahmud & Pratiwi, 2019) yang menganalisis
kemampuan numerasi siswa dalam mengerjakan soal tidak terstruktur
2.6. Contoh Soal
(n−2)2
1. Jumlah semua bilangan bulat positif n sedemikian sehingga merupakan
n+3
bilangan bulat adalah…….(MMR, 2020)
Penyelesaian:
(n−2)2 n2−4 n+ 4 25
Agar = =n–7 + bulat maka 𝑛+3 haruslah faktor dari
n+3 n+3 n+3
25. Karena 𝑛 bilangan asli, maka 𝑛+3=5 atau 25, diperoleh 𝑛=2 atau 22.
Jumlahnya 24.
5 k +1
2. Diketahui bilangan bulat positif k sehingga juga bilangan bulat positif.
3 k−18
Dua nilai k yang memenuhi adalah……..(Wahyu, 2015)
Penyelesaian:
5 k +1
Diketahui ,dimana k merupakan bilangan bulat positif atau bilangan
3 k−18
asli.
Untuk menemukan nilai k, perlu menggunakan strategi “manipulasi bentuk
5 k +1
aljabar”, yakni =a, dimana a bilangan asli.
3 k−18
5k + 1 = a(3k – 18)
5k + 1 = 3ak – 18a
18a + 1 = k(3a– 5)
18 a+1
=k
3 a−5
6 ( 3 a−5 )+31
=k
3 a−5
31
6+ ¿ =k
3 a−5
Agar nilai k dihasilkan bilangan bulat positif maka (3a – 5) haruslah pembagi
bulat positif dari 31, yaitu: 1 dan 31
31
3a – 5 = 1  a = 2, sehingga nilai k = 6 + = 6 + 31 = 37
3.2−5
31
3a – 5 = 31  a = 12, sehingga nilai k = 6  = 6 + 1 = 7
3.12−5

Jadi, nilai k yang memenuhi adalah k = 7 dan k = 37


3. Perbandingan berat badan A, B, C adalah 1:2:5. Jika selisih berat badan A dan
C adalah 24 kg, maka jumlah berat badan keduanya adalah……
Penyelesaian:
Dalam bentuk perbandingan, selisih berat badan A dan C adalah 5-1 = 4
Dalam bentuk perbandingan, jumlah berat badan ketiganya adalah 1 + 2 + 5= 8
8
Jumlah berat badan ketiganya yang sebenarnnya adalah = x 24=48 kg
4
Jadi, jumlah berat badan ketiganya yang sebenarnnya adalah 48 kg.
4. Perbandingan uang Dhila dan Anton adalah 3:5. Jika Anton diberi uang Rp
10.000, perbandingan uang mereka menjadi 1:3, maka jumlah uang mereka
berdua adalah….
Penyelesaian:
Misal : Uang Dhila = d
Uang anton = a
Sebelum Anton diberi uang 10.000, perbandingannya adalah 3:5.
Setelah Anton diberi uang 10.000, perbandingannya adalah 1:3 = 3:9
Dalam perbandingan jumlah uang mereka 3 + 9 = 12
Dalam perbandingan selisi uang mereka 6.
12
Jumlah uang mereka berdua = x 10.000=20.000
6
Jadi, jumlah uang mereka berdua adalah Rp 20.000.

5. Gambar sebidang tanah berbentuk persegi panjang dengan skala 1:400. Jika
panjang dan lebar pada gambar adalah 24 cm dan 12 cm, maka luas sebenarnya
sebidang tanah tersebut adalah….
Penyelesaian:
Panjang sebenarnya bidang tersebut = 24 x 400 =9600 cm = 96 m
Luas sebenarnya bidang tersebut = 12 x 400 =4800 cm = 48 m
Luas sebenarnya = 96 x 48 = 4608 m 2
Jadi, luas sebenarnya adalah 4608 m 2

6. Terdapat dua larutan berbeda dengan volume sama. Larutan I adalah larurtan
gula dengan rasio gula dan airnya 2:3, sedangkan larutan II adalah larurtan
garam dengan rasio garam dan airnya 3:11. Jika kedua larutan dicampurkan,
maka rasio kandungan gula dan garam hasil pencampuran tersebut adalah….
Penyelesaian:
Karena kedua larutan memiliki volume yang sama, maka perbandingannya
harus sama.
Pada larutan I rasio gula dan air 2:5, sehingga jumlah perbandingan = 2 + 4 = 7
Pada larutan II rasio garam dan air 3:11, sehingga jumlah perbandingan = 3 +
11 = 14
Supaya jumlah perbandingan sama, maka rasio I dikali 2 menjadi 4:10.
Didapatkan rasio gula, garam, dan air pada hasil pencampuran adalah 4:3:21.
Jadi, rasio kandungan gula dan garam hasil pencampuran tersebut adalah 4 : 3.

7. Suatu proyek Perusahaan Tirta Mulya memiliki perencanaan kerja selama 40


hari yang akan dikerjakan oleh 30 orang pekerja. Memasuki hari ke 14, proyek
dihentikan sementara dan dilanjutkan 3 hari kemudian. Satu minggu sebelum
masa penyelesaian proyek berakhir, hanya tersisa 80% pekerja yang mampu
melanjutkan pekerjaannya sampai selesai. Melihat kondisi tersebut, proyek
tersebut akan terlambat selama….hari.
Penyelesaian:
Porsi total pekerjaan adalah 30 x 40 = 1200
Porsi pekerjaan yang telah selesai = 13 x 30 + 3 x 0 + 17 x 30 + 3 x 0 = 1089
Porsi pekerajan yang belum terselesaikan = 1200-1089 = 111
Pekerja yang tersisa = 80 % x 30 = 24 pekerja
111
Keterlambatan proyek = =4 , 625=4 hari
24
Jadi, proyek tersebut akan terlambat selama 4 hari.
8. Bus A bergerak dengan kecepatan 60km/jam. Tiga jam berikutnya bus B
berjalan dengan laju 78km/jam berangkat dari tempat dan menuju arah yang
sama. Setelah berapa jam bus B menyusul bus A? (OSK, 2003)
Penyelesaian:
V A =60 km/ jam
V B =78 km/ jam
S B=S A
V B t B =V A t A
78 t B=60 ( t B + 3 )
78 t B=60 t B +180
18 t B=180
180
tB= =10 jam
18
Jadi, bus B menyusul bus A setelah 10 jam.
9. Pada suatu peta tertulis perbandingan 1:1.200.000. jika jarak antara dua kota
adalah 24 km, maka jarak kedua kota itu dalam peta adalah… (OSK, 2004)
Penyelesaian:
24 km = 2.400.000 cm
1
Jadi, jarak dalam peta = 2.400.000 × =2 cm
1.200 .000

10. Daniel bersepeda dari kota Medan pada pukul 10.15. jika kecepatan
bersepedanya 12 km/jam, ia diperkirakan akan sampai ditempat tujuan pada
pukul 11.00. Namun, jika ia diharuskan sampai pada pukul 10.30, maka
kecepatan bersepedanya harus…
Penyelesaian:
v=12 km/ jam
t=11.00−10.15=45 menit=0,75 jam
Jarak kedua tempat:
s=v ×t=12 ×0,75=9 km
Waktu yang dikehendaki sekarang adalah 10.30−¿10.15 = 30 menit = 0,5 jam
sehingga dengan jarak tempuh 9 km, akan diperoleh
s 9
v= = =18 km/ jam
t 0,5
Jadi, kecepatan bersepedanya harus 18 km/ jam
BAB 3
SISWA DISKALKULIA

3.1 Pengertian Slow Learner


Istilah Slow Learner atau yang biasa disebut lambat belajar menurut Oxford:
Advanced Learner’s Dictionary berasal dari dua kata yaitu “slow” dan “learner”.
Istilah slow mengandung arti not clever: not quick to learn: finding things hard to
understand. Sedangkan learner sendiri mengandung arti a person who is finding
out about the subject or how to do something: a slow/quick learner. Jika
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, slow learner adalah pembelajar yang
tidak pandai dan kurang cepat dlaam memahami pelajaran. Pengertian siswa
lambat belajar (slow learner) juga dijelaskan dalam Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengajaran Departemen Pendidikan Nasional (2007: 4) bahwa
slow learner anak yang mempunyai keterbatasan intelektual dengan IQ rata-rata
dibawah anak normal.
Slow learner dapat diartikan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit
di bawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasi mental). Dalam
beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon
rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan
yang tuna grahita, lebih lambat dibanding dengan yang normal, mereka butuh
waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-
tugas akademik maupun non-akademik, dan karenanya memerlukan pelayanan
pendidikan khusus (Amelia, 2016).
3.2 Kriteria Slow Learner
Karakteristik slow learner berdasarkan Mutiani (2020) dikelompokkan
dalam beberapa kategori yaitu kognitif, bahasa, auditori-perseptual, visual-motor
dan sosial-emosial. Pertama, karakteristik kesulitan belajar kognitif diantaranya,
1) slow learner membutuhkan waktu belajar yang lama dan kurang memahami
apa yang telah ia pelajari; 2) slow learner lebih memilih untu mempelajari hal-hal
yang bersifat abstrak daripada konkret; 3) mereka selalu menginginkan
pembelajaran yang bersifat langsung diberikan oleh guru karena tidak terlalu
membutuhkan banyak ketrampilan dan 4) pada umumnya slow learner berprestasi
rendah.
Kedua, karakteristik masalah yang berkaitan dengan bahasa diantaranya 1)
siswa bermasalah pada ekspresi verbalnya; 2) membaca dengan bersuara lebih
sulit daripada membaca dalam hati; 3) slow learner mengalami permasalahan
artikulasi.
Ketiga, karakteristik masalah auditori-perseptual meliputi 1) ketika didekte,
slow learner mengalami kesulitan dalam penulisannya entah itu lupa menulis
sehingga kata yang hendak ditulis menjadi kurang lengkap; 2) slow learner gagal
memahami perintah yang bersifat verbal, seringkali mereka tidak segera
memberikan jawaban ketika diberi sebuah pertanyaan; 3) mereka lebih menyukai
materi yang disajikan secara visual daripada disajikan oral; 4) ketika diberikan
pertanyaan yang bersifat verbal, tidak jarang mereka menjawab dengan jawaban
yang tidak sesuai dengan pertanyaan.
Keempat, karakteristik masalah visual-motor meliputi, 1) slow learner lebih
mudah diberikan stimulus secara visual; 2) mereka merasa kesulitan dalam
menentukan warna, ukuran dan bentuk serta sulit mengingat-ingat kembali suatu
objek yang pernah mereka lihat; 3) slow learner pada umumnya memiliki tulisan
tangan yang jelek, mengalami kesulitan dalam aktivitas motorik dan tidak jarang
mereka sering mengeluh sakit.
Terakhir, karakteristik masalah sosial dan emosi 1) mencubit atau
melakukan hal-hal yang menarik baginya adalah salah satu karakteristik slow
learner, kadang-kadang mereka juga menarik diri dari aktivitas sosial (antisosial);
2) suasana hati mereka berubah-ubah (moody) dan tingkat sosial emosinya masih
dibawah harapan.
Faktor karakteristik siswa lambat belajar sebenarnya terlatak pada segi
belajanya. Analisis karakteristik dikemukakan Wijaya (2007:20) diantaranya 1)
anak slow learner kurang peka terhadap lingkungan 2) kurangnya antusias dalam
proses pembelajaran; 3) kurang fokus dalam mengerjakan suatu pekerjaan; 4)
kurangnya dalam proses berfikir ; 5) kelancaran Bahasa kurang.
3.3 Pengertian Diskalkulia
Dalam belajar, pasti banyak yang mengalami gangguan dalam belajar.
Gangguan belajar yang terjadi pada siswa yang normal disebut dengan
diskalkulia. Pada pelajaran matematika, siswa diskalkulia sering memberikan
tanggapan yang kurang tepat. Siswa diskalkulia memerlukan penanganan supaya
prestasi belajar dan perkembangannya dapat maksimal. Diskalkulia disebut juga
sebagai gangguan pada perkembangan aritmatika siswa yaitu kesulitan belajar
khususnya pada perhitungan matematika. Anak yang mengalami kesulitan belajar
khusus tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah meskipun tingkat
kecerdasannya termasuk rata-rata.
Keadaan ini terjadi akibat disfungsi minimal otak karena adanya
penyimpangan dalam perkembangan otak yang minimal, dapat berwujud dalam
berbagai kombinasi gangguan seperti: gangguan persepsi, pembentukan konsep,
bahasa, ingatan, perhatian atau motorik. Keadaan ini tidak disebabkan oleh
gangguan primer pada penglihatan, pendengaran, gangguan motorik, emosional,
retardasi mental atau akibat lingkungan. Kesulitan belajar dibagi menjadi dua
yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (gangguan
perhatian, ingatan, motorik, persepsi, berbahasa, dan berpikir) dan kesulitan
belajar akademik (kesulitan belajar membaca, menulis dan berhitung atau
matematika (Hermawati & Somad, 2013).
3.4. Kriteria Diskalkulia
Menurut Suharmini (2005) terdapat 4 tipe siswa diskalkulia, antara lain:
a. Lemah berfikir secara logika
Siswa diskalkulia tidak mampu dalam menjelaskan mengenai suatu bentuk
dan ukuran serta sulit menjelaskannya seperti panjang dan lebar. Kelemahan
dalam logika ditunjukkan pada waktu siswa menulis hasil penjumlahan
seperti penjumlahan dengan cara susun
b. Lemah dalam perencanaan
Siswa diskalkulia tidak dapat menganalisis suatu permasalahan yang sangat
sederhana. Sehingga siswa diskalkulia akan kesulitan dalam memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi.
c. Tekun dalam mengerjakan tugas, biasanya siswa diskalkulia akan tekun
dalam mengerjakan tugas meskipun hasilnya selalu kurang tepat.
d. Ketidakmampuan dalam menghitung. Siswa diskalkulia tidak dapat dalam
menghitung operasi hitung dengan cara susun.
3.5. Karakteristik Siswa Diskalkulia
Siswa diskalkulia memiliki masalah dalam memahami istilah matematika dasar,
belajar operasi bilangan serta simbol-simbol matematika (Hermawati & Somad,
2013). Karakteristik siswa diskalkulia yaitu:
a. Kesulitan dalam mengenali symbol pada operasi bilangan
b. Kesulitan dalammengoperasikan hitungan/bilangan
c. Sering salah membedakan angka
d. Ketidaksesuaian dalam menghitung benda secara berurutan sambil
menyebutkan bilangannya
e. Sering salah membilang
f. Sulit membedakan bangun geometri.

Beberapa karakteristik lain siswa kesulitan belajar adalah:


a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan
b. Mengenal dan memahami simbo
c. Gangguan penghayatan tubuh
3.6. Penyebab Hambatan Siswa Diskalkulia
Penyebab atau hambatan yang dialami siswa diskalkulia dalam belajar adalah
sebagai berikut (Amalia, 2016):
a. Siswa kurang tertarik terhadap pelajaran matematika.
b. Perhatian siswa kurang fokus pada saat guru menjelaskan materi matematika.
c. Tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas hingga waktu pembelajaran
selesai.
d. Waktu belajar yang tidak teratur.
e. Siswa kesulitan dalam mengerjakan persoalan matematika terutama pada
pemecahan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian yang menggunakan cara susun.
f. Siswa kurang paham mengenai simbol matematika.
3.7. Masalah-Masalah Penelitian yang Terjadi pada Siswa Diskalkulia
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri 158 Seluma,
menunjukan bahwa guru belum bisa menerapkan strategi pembelajaran kepada
siswa Slow Learners. Anak-anak Slow Learners di sekolah-sekolah umum
banyak yang kurang mendapat perhatian dan motivasi dari guru, disebabkan oleh
kemampuan anak yang terbatas. Penelitian ini mengambil data pelajaran yang
terdiri dari tiga mata pelajaran, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa
Indonesa, Matematika (Ningsih, 2019).
3.8. Data-Data Penelitian yang terjadi Dalam Siswa Diskalkulia
Aziz (2015) mengadakan penelitian tentang Analisis Proses Pembelajaran
Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learner.41 Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian meliputi Guru
Matematika, Guru Pendamping Khusus dan Siswa Berkebutuhan Khusus slow
learners. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi. Teknik analisi data meliputi pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini
antara lain: (1) Guru mata pelajaran matematika sudah memiliki kesiapan dalam
memahami karakterstik siswa slow learners secara umum dan merencanakan
pembelajaran yang tertuang di dalam yang sama antara siswa reguler dan siswa
slow learner dengan tetap memperhatikan karakteristik siswa slow learner. (2)
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan seperti yang sudah di rencanakan di dalam
RPP. Guru melakukan pengkondisian dengan mempersiapkan siswa secara fisik
dan psikis. Penggunaan model, metode, media pembelajaran disamakan antara
siswa reguler dan slow learners. Dalam pelaksanaan ada metode yang sudah dapat
mengakomodir siswa reguler dan siswa slow learners, namun masih ada metode
yang membuat siswa slow learners mengalami hambatan dalam belajar.(3) Dalam
evaluasi dan tindak lanjut, guru melakukan evaluasi harian setiap selesai suatu
materi dan merencanakan kegiatan tindak lanjut bersama GPK dalam bentuk
pengayaan yang dilaksanakan dalam bimbingan khusus. Dalam bimbingan khusus
siswa diberikan materi pengayaan dengan metode drill ditambah dengan bantuan
media yang berupa alat peraga kongkrit garis bilangan berwarna untuk
menguatkan pemahaman siswa slow learner pada suatu konsep mengurutkan dan
membandingkan bilangan. Hasil penelitian menunjukan bahwaProses
Pembelajaran Matematika ini mempunyai analisis yang signifikan pada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learner.
Jumlah semua bilangan bulat positif n s
BAB IV
KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS DAN NUMERASI SISWA
DISKALKULIA

Sistem pendidikan saat ini yang dicanangkan yaitu “Merdeka Belajar”


menekankan pada tiga unsur penting yaitu literasi, numerasi, dan survei karakter
menjadi sebuah terobosan baru dalam dunia pendidikan saat ini. Literasi merupakan
kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan
proses membaca dan menulis. Sedangkan numerasi secara sederhana dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan
operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu numerasi juga merupakan
kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling
kita. Di samping itu, kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman
informasi yang dinyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel. Pada
zaman sekarang sering sekali kita menemukan siswa yang tidak memahami hitungan
secara matematika, gejala seperti ini disebut dengan istilah diskalkulia. Melalui dasar
pembelajaran yang mengutamakan numerasi sangat diharapkan bisa mengurangi
penderita diskalkulia tersebut di kalangan peserta didik.

Diskalkulia sering diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam mengolah


informasi matematika, terutama dalam hal aritmatika. Anak penderita diskalkulia
biasanya ditandai dengan lemahnya kemampuan terkait beberapa hal seperti:
memory, visual-spatial, serta resoning and logical thinking. lam hal memori, anak
dengan diskalkulia seringkali mengalami kesulitan dalam hal memahami simbol-
simbol matematika dan cara mengoperasikannya. Dalam hal visual-spatial anak
dengan diskalkulia akan kesulitan untuk membedakan dan mengingat bentuk angka
serta mengartikannya. Dalam hal logika dan penalaran anak diskalkulia merasa
bingung ketika dihadapkan pada penghitungan yang mudah
DAFTAR PUSTAKA

Ojose,Bobby. 2011. Mathematics Literacy: Are We Able to Put the Mathematics We


Learn into Everyday Use. Journal of Mathematic Education. 4(1).
Stecey, K., Tune, R. 2015. Assessing Mathematical Literacy: The PISA eperince.
Australia: Spinger.
OECD, PISA . 2012. Assesment and Analytical Framework: Mathematics, Reading,
Science, Problem Solving and Financial Literacy. Paris: OECD Publisher.
NCTM. 1989. Currriculum and evaluation standars for school mathematics. Reston:
CTM.
Hernawati, T. dan Somad, P. 2013 Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Fathani, A. 2016. Pengembangan Literasi Matematika Sekolah dalam Perspektif
Multiple Intelligence. EduSains. 4(2): 136-150.
Kemendikbud. 2021. Modul Literasi Numerasi di Sekolah Dasar. Jakarta
Mutiani, R., S. 2020. Diagnosa Diskalkulia Generasi Alpha: Masalah dan
Perkembangannya. EDUMASPUL: JURNAL PENDIDIKAN. 4(1): 104–112.
Effendi, R. 2016. Model Pembelajaran SQ3R Untuk Mengembangkan Kemampuan
Literasi Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. 1(2): 109-118.
Heri Isnaini, dkk. 2021. Membangun Literasi dan Kreativitas Di Masa Pandemi
Covid-19. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat.
2(3): 657–664.
Putri, I. K. 2017. Desripsi Kemampuan Literasi Matematika Siswa MTs Model
Babakan Tegal Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
Sari, R. H. N. 2015. Literasi matematika: Apa, Mengapa, dan Bagaimana. Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta,
Indonesia. pp. 713-720.
Satrianawati. 2016. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Diskalkulia. Proseding
Seminar Nasional PGSD UPY, 46–53.
Ekowati D.,W, dkk. 2019. Literasi Numerasi di SD Muhammadiyah. ELSE
(Elementary Sch Educ Journal). 3(1).
Nursalam,N., dkk. 2016. Peningkatan Kemampuan Literasi Matematika Siswa
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas
VII SMP Negeri 5 Pallangga Kabupaten Gowa. MaPan. 4(2):200–10.
Winarni S. Efektivitas Video Pembelajaran Matematika untuk Mendukung
Kemampuan Literasi Numerasi dan Digital Siswa. 2021;0(2):574–83.

Anda mungkin juga menyukai