Anda di halaman 1dari 23

ALIRAN KEFILSAFATAN

PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

1. Aslima Rose (201935016)

2. Devita Afriyani (201935018)

3. Sischa Ilma Nafia (201935028)

4. Novia Putri Wisnujati (201935029)

KELOMPOK 06

Program Studi : Pendidikan Matematika

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

Jalan Lingkar Utara Gondangmanis Bae Kudus


59327, Telp : (0291) 438229 ext. 123, Fax : (0291)

i
437198 Website : www.umk.ac.id Email : pmb@umk.ac.id
Hotline : 081-226-000-555

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Aliran Kefilsafatan
Pendidikan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Makalah ini membahas tentang aliran idealism,
realism, thomistic, perenalisme, esensialisme.

Kita menyadari bahwa dalam penyelesian tugas ini masih


jauh dari kata keempurnaan dan banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kita mengharapkan saran dan masukan dari
pembaca untuk menyempurnakan tugas ini, baik dari segi
bahasa maupun isinya.

Akhir kata, kita mengucapkan banyak terima kasih atas


perhatiannya dan semoga dapat memberikan manfaat bagi
kita. Amin Yarobbalalamin.

Kudus, 23 November 2019

ii
Penulis

DAFTAR ISI

PRAKATA-------------------------------------------------------------ii

DAFTAR ISI----------------------------------------------------------iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah--------------------------------------1

1.2 Rumusan masalah----------------------------------------------2

1.3 Tujuan pembahasan-------------------------------------------2

1.4 Manfaat Pembahasan-----------------------------------------2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Aliran Idealism---------------------------------------------------3

2.2 Aliran Realism----------------------------------------------------4

2.3 Aliran Thomistic-------------------------------------------------7

2.4 Aliran Perenalisme---------------------------------------------9

2.3 Aliran Esensialisme


-----------------------------------------------------------------------------
11

BAB III PENUTUP

iii
3.1 Kesimpulan
-----------------------------------------------------------------------------
17

3.2 Saran
-----------------------------------------------------------------------------
17

DAFTAR PUSTAKA
---------------------------------------------------------------------------
18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan. Filsafat
pendidikan menurut Al-Syaibany adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan
kaidah falsafah dalam pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dari
segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan
prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah
umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.

Sehingga kita dapat katakan bahwa filsafat pendidikan itu sendiri adalah
ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap
masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Jadi jika ada masalah atas
pertanyaan-pertanyaan soal pendidikan yang bersifat filosofis, wewenang
filsafat pendidikanlah untuk menjawab dan menyelesaikannya.

Ajaran filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa


ahli filsafat pendidikan tentang sesuatu secara fundamental. Dalam
memecahkan suatu masalah terdapat perbedaan di dalam penggunaan cara
pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula,
walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula
oleh faktor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para ahli tersebut,
pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.

Dengan perbedaan-perbedaan tersebut para ahli menyusunnya dalam suatu


sistematika dengan kategori tertentu, sehingga menghasilkan klasifikasi. Dari
sinilah kemudian lahir apa yang disebut aliran filsafat pendidikan. Aliran
filsafat pendidikan terbagi menjadi  aliran idealism, realism, thomistic,
perenalisme, dan esensialisme.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa penjelasan tentang aliran idealism ?


2. Apa penjelasan tentang aliran realism ?
3. Apa penjelasan tentang aliran thomistic ?
4. Apa penjelasan tentang aliran perenalisme ?
5. Apa penjelasan tentang aliran esensialisme ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahamidan mengetahu itentang


aliran idealism.
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
aliran realism.
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
aliran thomistic.
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
aliran perenalisme.
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
aliran esensialisme.

1.4 Manfaat

1. Memahami dan mengetahui berbagai konsep, prinsip,


teori pendidikan dan aliran-aliran filsafat pendidikan dalam
melaksanakan proses pendidikan.
2. Mempunyai sikap kritis terhadap pandangan aliran filsafat
pendidikan.
3. Memberikan kontribusi pada pola pikir dan pola kerja
calon pendidikan.
4. Lebih meyakini tentang konsep, prinsip,teori pendidikan
dan aliran-

2
aliran filsafat pendidikan dalam praktek pendidikan.
5. Memiliki kesiapan studi teori pendidikan dan filsafat
pendidikan lebih lanjut.
6 Memahami dan mengetahui pengertian aliran filsafat
pendidikan.
7 Mengetahui berbagai komponen yang ada dalam aliran
filsafat pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aliran Filsafat Idealism

Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan sebenarnya sudah berada


dalam jiwa kita, tetapi membutuhkan usaha untuk dibawa pada tingkat kesadaran
kita melalui suatu proses yang disebut intropeksi. Jadi mengetahui adalah berfikir
kembali tentang ide-ide terpendam yang ada di dalam jiwa kita. Inti yang
terpenting dari ajaran ini adalah bahwa manusia menganggap ruh atau sukma
lebih beharga dan lebih tinggi dibandingkan materi bagi kehidupan manusia. Ruh
merupakan hakikat yang sebenarnya, sementara benda atau materi disebut sebagai
penjelmaan dari ruh atau sukma .
Konsep aliran idealisme berimplikasi terhadap konsep pendidikanyaitu:
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan
diri pribadi (self) siswa. Sebab itu, sekolah hendaknya menekankan
aktivitas-aktivitas intelektual, pertimbangan-pertimbangan moral,
pertimbangan-pertimbangan estetis, realisasi diri, kebebasan, tanggung

3
jawab, dan pengendalian diri demi mencapai perkembangan pikiran dan
diri pribadi.
2. Kurikulum Pendidikan
Demi mencapai tujuan pendidikan di atas, kurikulum pendidikan Idealism
berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis.
Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-
kemampuan rasional dan moral, adapun pendidikan vokasional untuk
pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan. Kurikulumnya
diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran.

3. Metode Pendidikan
Struktur dan atmosfir kelas hendaknya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpikir, dan untuk menggunakan kriteria penilaian moral
dalam situasi-situasi konkrit dalam konteks pelajaran. Metode mengajar
hendaknya mendorong siswa memperluas cakrawala, mendorong berpikir
reflektif, mendorong pilihan-pilihan moral pribadi, memberikan
keterampilan-keterampilan berpikir logis, memberikan kesempatan
menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosial.
4. Peranan Guru dan Siswa
Para filsuf idealism mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Guru
harus unggul (excellent)agar menjadi teladan bagi para siswanya, baik
secara moral maupun intelektual. Guru harus unggul dalam pengetahuan
dan memahami kebutuhan-kebutuhan serta kemampuan-kemampuan para
siswa dan harus mendemonstrasikan keunggulan moral dalam keyakinan
dan tingkah lakunya. Guru harus juga melatih berpikir kreatif dalam
mengembangkan kesempatan bagi pikiran siswa untuk menemukan,
menganalisis, memadukan, mensintesa, dan menciptakan aplikasi-aplikasi
pengetahuan untuk hidup dan berbuat.

2.2 Aliran Filsafat Realism

4
Tokoh realisme adalah Aristoteles (384 – 332 SM). Pada dasarnya aliran
ini berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan roh, jadi realitas adalah
dualistik. Ada 3 golongan dalam realisme, yaitu realisme humanistik, realisme
sosial, dan realisme yang bersifat ilmiah. Realisme humanistik menghendaki
pemberian pengetahuan yang luas, ketajaman pengalaman, berfikir dan melatih
ingatan. Realisme sosial berusaha mempersiapkan individu untuk hidup
bermasyarakat. Realisme yang bersifat ilmiah atau realisme ilmu menekankan
pada penyelidikan tentang alam. Francis Bacon seorang tokoh realisme ilmu
berpandangan bahwa alam harus dikuasai oleh manusia. Pandangannya tentang
manusia ditentukan oleh kemampuan menggunakan pikirannya.
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi
diluar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal
dengan mempergunakan intelegensi. Objek indra adalah real, yaitu benda-benda
ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita
persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Menurut realisme
hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa.
Aliran realisme juga memiliki implikasi terhadap dunia pendidikan sebagai
berikut:
1. Tujuan Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya bertujuan agar para siswa dapat bertahan hidup
di dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia.
Dengan jalan memberikan pengetahuan yang esensialkepada para siswa,
maka mereka akan dapat bertahan hidup di dalam lingkungan alam dan
sosialnya.
2. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum sebaiknya meliputi: (1) sains/ipa dan matematika, (2) Ilmu
kemanusiaan dan ilmu sosial, serta (3) nilai. Sains dan matematika sangat
dipentingkan. Keberadaan sains dan matematika dipertimbangkan sebagai
lingkup yang sangat penting dalam belajar. Sebab, pengetahuan tentang
alam memungkinkan umat manusia untuk dapat menyesuaikan diri serta
tumbuh dan berkembang dalam lingkungan alamnya. Ilmu kemanusiaan

5
tidak seharusnya diabaikan, sebab ilmu kemanusiaan diperlukan setiap
individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Kurikulum hendaknya menekankan pengaruh lingkungan sosial terhadap
kehidupan individu.
3. Metode Pendidikan
“Semua belajar tergantung pada pengalaman, baik pengalaman langsung
maupun tidak langsung (seperti melalui membaca buku mengenai hasil
pengalaman orang lain), kedua-duanya perlu disajikan kepada siswa.
Metode penyajian hendaknya bersifat logis dan psikologis. Pembiasaan
merupakan metode utama yang diterima oleh para filsuf Realisme yang
merupakan penganut Behaviorisme”. Metode mengajar yang disarankan
para filosof Realisme bersifat otoriter. Guru mewajibkan para siswa untuk
dapat menghafal, menjelaskan, dan membandingkan fakta,
menginterpretasi hubungan, dan mengambil kesimpulan makna baru.
4. Peranan guru dan siswa.
Guru adalah pengelola kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, guru
adalah penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa
yang berhubungan dengan mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran
sebagai sesuatu yang konkrit untuk dialami siswa. Dengan demikian guru
harus berperan sebagai “penguasa pengetahuan, menguasai keterampilan
teknik-teknik mengajar dengan kewenangan membentuk prestasi siswa”.
Adapun siswa berperan untuk “menguasai pengetahuan yang diandalkan,
siswa harus taat pada aturan dan berdisiplin, sebab aturan yang baik sangat
diperlukan untuk belajar, disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk
berbagai tingkatan keutamaan”.

Pendidikan yang didasari oleh realisme bertujuan agar peserta didik menjadi
manusia bijaksana secara intelektual yang dapat memiliki hubungan serasi
dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implikasi pandangan realisme adalah
sebagai berikut:

6
1. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang dapat menyelesaikan diri
dalam masyarakat dan memilki tanggung jawab pada masyarakat.
2. Kedudukan peserta didik ialah memperoleh intruksi dan harus menguasai
pengetahuan. Disiplin mental dan moral diperlukan dalam setiap jenjang
pendidikan.
3. Peran guru adalah menguasai materi, memiliki keterampilan dalam pedagogi
untuk mencapai tujuan pendidikan.
4. Kurikulum yang dikembangkan bersifat konfrehensif yaitu memuat semua
pengetahuan yang penting. Kurikulum realis menghasilkan pengetahuan yang
luas dan praktis.
5. Metode yang dilaksanakan didasari oleh keyakinan bahwa senua pembelajaran
tergantung pada pengalaman. Oleh karenanya pengalaman langsung dan
bervariasi perlu dilaksanakan oleh peserta didik. Metode penyampaian harus
logis dan didukung oleh pengetahuan psikologis.

2.3 Aliran Filsafat Thomistic

Thomistic merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena latar belakang
ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa
Yunani ketika itu seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya
pandangan tentang spekulatif tentang manusia. Intinya adalah Penolakan untuk
mengikuti suatu aliran, penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan
keyakinan, khususnya kemampuan sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat
tradisional yang bersifat dangkal dan primitif yang sangat dari akademik.

Salah satu latar belakang dan alasan lahirnya aliran ini juga karena
sadarnya beberapa golongan filusuf yang menyadari bahwa manusia mulai
terbelenggu dengan aktivitas teknologi yang membuat mereka kehilangan hakekat
hidupnya sebagai manusia atau mahluk yang bereksistensi dengan alam dan
lingkungan sekitar bukan hanya dengan semua serba instant.

7
Adapun thomistic menurut pengertian terminologinya adalah suatu aliran
dalam ilmu filsafat yang menekankan segala sesuatu terhadap manusia dan segala
sesuatu yang mengiringinya, dan dimana manusia dipandang sebagai suatu
makhluk yang harus bereksistensi atau aktif dengan sesuatu yang ada
disekelilingnya, serta mengkaji cara kerja manusia ketika berada di alam dunia ini
dengan kesadaran. Disini dapat disimpulkan bahwa pusat renungan atau kajian
dari thomistic adalah manusia konkret.

Selanjutnya adalah ciri-ciri dari aliran thomistic yang terdiri dari 2 ciri,
yaitu yang pertama adalah selalu melihat cara manusia berada dan thomistic
sendiri disini diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi,
dan yang kedua adalah manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan
belum selesai serta didasari dari pengalaman yang konkret atau empiris yang kita
kenal.

Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Thomistic adalah sebagai berikut :

1. Karl Jaspers

Thomistic ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua


pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif sehingga manusia
sadar akan dirinya sendiri dan memandang filsafat bertujuan mengembalikan
manusia kepada jatidirinya kembali. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu
eksistensi dan transendensi.

2. Soren Aabye Kiekeegaard

Mengedepankan teori bahwa thomistic manusia bukanlah sesuatu yang


kaku dan statis tetapi senantiasa terbentuk, manusia juga senantiasa melakukan
upaya dari sebuah hal yang sifatnya hanya sebagai spekulasi menuju suatu yang
nyata dan pasti, seperti upaya mereka untuk menggapai cita-citanya pada masa
depan.

3. Jean Paul Sartre

8
“Manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada
dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri”. Itu adalah salah satu statement dan
mungkin bernilai teori yang terkenal darinya.

4. Friedrich Nietzsche

Menurutnya manusia yang teruji adalah manusia yang cenderung melalui


jalan yang terjal dalam hidupnya dan definisi dari aliran thomistic menurutnya
adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa dan untuk berkuasa
manusia harus menjadi manusia super dan yang mempunyai mental majikan
bukan mental budak supaya manusia tidak diam dengan kenyamanan saja.

5. Martin Heidegger

Inti pemikirannya adalah memusatkan semua hal kepada manusia dan


mengembalikan semua masalah apapun ujung-ujungnya adalah manusia sebagai
subjek atau objek dari masalah tersebut.

2.4 Aliran Filsafat Perenalisme

Perenalisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada


abad ke-20. Perenalisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Perenalisme menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan
suatu yang baru. Perenalisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh
kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan
sosikultural.

Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang


dengan mengunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah
menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan pertengahan.
Peradaban- kuno (Yunani purba) dan abad pertengahan sebagai dasar budaya
bangsa- bangsa di dunia dari masa ke masa dari abad ke abad.

9
Perenalisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis
zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep
filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukankah nostalgia (rindu atas
hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan
bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap
untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenalisme dimana
pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan
berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.

Konsep Dasar Perenialisme adalah sebagai berikut :

1. Hakikat pendidikan

Tentang pendidikan kaum perenalisme memandang education as cultur


regression: pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan
keadaaan manusia sekarang seperti dalam masa lampau yang dianggap sebagai
kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang
nilai-nilai kebenaran yang pasti , absolut, dan abadi yang terdapat dalam
kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, penganut perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip
pendidikan juga bersifat universal dan abadi.

2. Hakikat Guru

1. Guru mempunyai peran yang dominan dalam penyelengaraan kegiatan


belajar-mengajar di dalam kelas.

2. Guru hendaknya adalah orang yang menguasai cabang ilmu, yang


bertugas membimbing diskusi yang akan memudahkan siswa dalam
menyimpulkan kebenaran, yang tepat ,tanpa cela , dan dipandang sebagai

10
orang yang memiliki otoritas dalam suatu bidang pengetahuan dan
kehlianya tidak diragukan.

3. Hakikat Murid

Murid dalam aliran perenalisme merupakan mahkluk yang dibimbing oleh


prinsip-prinsip pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia
biologis. Hakikat pendidikan upaya proses transformasi pengetahuan dan nilai
pada subyek didik. Mencangkup totalitas aspek kemanusiaan, kesadaran, dan
sikap dan tindakan kritis, terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya.

Kelebihan dan Kelemahan dari Aliran Perenalisme :

Kelebihan antara lain yaitu:

1. Perenalisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum


yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad
pertengahan. Dalam pandangan perenalisme pendidikan lebih banyak
mengarahkan perhatianya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan
tanguh.
2. Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni
dan sains. Untuk menjadi terpelajar menjadi kultural, para siswa harus
berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya
terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.

Kelemahan antara lain yaitu:

1. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan


sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada
kebenaran absolut,kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan
waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

11
2. Perenalisme kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena
menurut mereka perubahan-perubahan menurut mereka banyak
menimbulkan kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama
dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural.

2.5 Aliran Filsafat Esensialisme

Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan


agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Esensialisme adalah pendidikan
yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan
ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama
ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas,
di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan
doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan
dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme.
Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran
tersebut bertemu sebagai pendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa
pendidikan harus bersendikan nilai -nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.
Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan.
Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada
nilai-nilai yang telah teruji ketangguhannya dan kekuatannya sepanjang masa.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Esensialisme suatu aliran filsafat yang
lebih merupakan perpaduan ide filsafat idealisme objektif di satu sisi dan
realisme objektif di sisi lainnya. 

12
Oleh karena itu wajar jika ada yang mengatakan Plato lah sebagai peletak
asas-asas filosofis aliran ini, ataupun Aristoteles dan Democratos sebagai peletak
dasar-dasarnya. Kendatipun aliran ini kemunculan aliran ini di dasari oleh
pemikiran filsafat idealisme Plato dan realisme Aristoteles, namun bukan berarti
kedua aliran ini lebur kedalam paham esensialisme. Aliran filsafat essensialisme
pertama kali muncul sebagai reaksi atas simbolisme mutlak dan dogmatisme abad
pertengahan. Filsafat ini menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan
lama karena kebudayaan lama telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia.
Isi pendidikan aliran esensialisme mencakup ilmu pengetahuan, kesenian
dan segala hal yang mampu menggerakan kehendak manusia. Kurikulum sekolah
bagi esensialisme merupakan semacam miniatur  dunia yang bisa dijadikan
sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam sejarah
perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum,
seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan
kenyataan sosial yang ada dimasyarakat.

Peranan dan Fungsi Aliran Esensialisme :


1. Peranan aliran esensialisme
a. Sebagai acuan guru dalam menghadapi kebudayaan modern.
b. Sebagai pemeliharaan kebudayaan (warisan kebudayaan).
2. Fungi aliran Esensialisme
Membina sikap jiwa  untuk menjunjung tinggi  dan menyesuaikan diri
terhadap hukum-hukum dan kebenaran yang di temukan manusia . Hukum harus
di pahami dalam konteks dan kebudayaan

Pengaruh Aliran Esensialisme dalam pendidikan :


1. Ontologi Esensialisme
Ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan
kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas
spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik

13
adalah pemahaman sebagai makhluk spiritual dan mempunyai kehidupan yang
bersifat teleologis dan idealistik. Pendidikan bertujuan untuk membimbing
peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral, serta mencita-
citakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi.
2. Epistemologi Esensialisme
Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah
pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang dapat menuntun
kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan semacam itu
tidak semata-mata terikat kepada hal-hal yang bersifat fisik, tetapi
mengutamakan yang bersifat spiritual. Sedangkan aspek aksiologi menempatkan
nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya, pendidik
hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang-ambing oleh hal-hal yang
bersifat relative atau temporer. Ontologi dari filsafat pendidikan realisme bahwa
pendidikan itu seyogyanya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti
apa adanya, artinya utuh tanpa reduksi.
3. Aksiologi Esensialisme
Sedangkan dalam bidang aksiologi, faktor peserta didik perlu dipandang
sebagai agen yang ikut menentukan hakikat nilai. Esensialisme didasari atas
pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah
pada keduniaan, serba ilmiah dan materialistis. Selain itu juga diwarnai oleh
pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia
dan akhirat. Johan Amos Comenius sebagai salah satu tokoh esensialisme
mengatakan bahwa karena dunia ini dinamis dan bertujuan, kewajiban
pendidikan adalah membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tugas
utama pendidikan ialah membina kesadaran manusia akan semesta dan dunia,
untuk mencari kesadaran spiritual, menuju Tuhan.
4. Pandangan mengenai Pendidikan
Esensialisme timbul karena adanya pandangan kaum progesif mengenai
pendidikan yang fleksibel. Oleh karena adanya saingan dari progresivisme,
maka pada sekitar tahun 1930 muncul organisasi. Dengan munculnya komite ini

14
pandangan-pandangan essensilaisme menurut tafsiran abad XX mulai
diketengahkan dalam dunia pendidikan.
5. Pandangan mengenai belajar
Esensialisme yang didukung oleh pandangan idealisme berpendapat
bahwa bila seseorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami akunya
sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Akal budi
manusia membentuk, mengatur, mengelompokkannya dalam ruang dan waktu.
Dengan prinsip itu dapat dikatakan bahwa belajar pada seseorang sebenarnya
adalah mengembangkan jiwa pada dirinya sendiri sebagai substansi spritual.
Jiwa membina dan menciptakan dirinya sendiri. Jadi belajar adalah menerima
dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru
yang timbul untuk ditambah dan dikurangi serta diteruskan kepada angkatan
berikutnya.
6. Pandangan Kurikulum Esensialisme
Esensialisme adalah suatu teori pendidikan yang menegaskan bahwa
pendidikan selayaknya bergerak dalam kegiatan pembelajaran tentang keahlian
dasar, seni dan sains yang telah nyata berguna dimasa lalu dan tetap demikian
dimasa yang akan datang. Para esensialis percaya bahwa beberapa keahlian esensi
atau dasar mempunyai kontribusi yang besar terhadap keberadaan manusia seperti
membaca, menulis, aritmatika dan perilaku sosial yang beradab.
Keahlian dasar ini merupakan hal yang selayaknya dan dibutuhkan
sehingga selalu ada dalam setiap kurikulum sekolah dasar yang baik.Pada
kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri dari sejarah,
matematika, sains dan sastra. Kurikulum perguruan tinggi terdiri dari dua
komponen yaitu mata kuliah umum dan sains. Dengan menguasai mata kuliah ini
yaitu yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan alam, seorang siswa
mempersiapkan diri untuk berpartisipasi ssecara efektif dalam masyarakat
beradab.
Jadi intinya kurikulum hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai
yang sederhana sampai yang kompleks. Kurikulum direncanakan dan disusun

15
berdasarkan pikiran yang matang agar manusia dapat hidup harmonis dan
menyesuaikan diri dengan sifat-sifat kosmis.

Tokoh-Tokoh Aliran Esensialisme adalah sebagai berikut :

1.      Johan Frieddrich Herbart (1776-1841)


Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa
seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya penyesuaian dengan
hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart
disebut pengajaran.

2.      William T. Harris (1835-1909)


Tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan
susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke kesatuan spiritual sekolah
adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang turun menurun, dan menjadi
penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.

3.      Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)


Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan adanya sintesa antara
ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan
landasan spiritual. Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai
sintesa ini adalah pada teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat
kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis.
Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari
berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai
pengaturan yang dinamis mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti
spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir
juga merupakan gerak.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan


memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-
sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi
tersebut.Dalam rangka perwujudan pendidikan yang baik, maka
filsafat berperan penting dalam penciptaan kondisi yang benar-
benar mendukung bagi pelaksanaan suatu kegiatan pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaliandiri,

17
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Lahirnya aliran dalam filsafat pendidikan pun selalu


didasarkan atas keinginan menciptakan manusia ideal melalui
jalur pendidikan. Aliran di dalam filsafat pendidikan diantaranya
adalah aliran idealism, realism, thomistic, perenalisme, dan
esensialisme.

3.2 Saran

Sebagai calon guru sudah sepantasnya kita memilih aliran


filsafat yang baik untuk kita terapkan dan aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari supaya kita menjadi insan yang
memahami akan makna kehidupan dunia ini dan supaya bias
menjadi uswatun hasanah (suri tauladan) bagi peserta didik
kita.

18
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Haris. 2008. Artikel Portal


GarudaBercahaya.Klaten: Jurnal Perancangan Kefilsafatan

Harjanto.2011. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:


Rineka Cipta

Khasanah, Binongko.2015.Aliran-
AliranFilsafatPendidikan di Indonesia.Makassar: Universitas
Islam Alauddin Makassar

Saputra, Ridho. 2005.Pengembangan


AliranKefilsafatan.Jakarta: BalaiPustaka

Sukardjo, M. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan


Aplikasinya. Jakarta:Raja Grafindo Persada

19

Anda mungkin juga menyukai