Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dwy Damayanti

NIM : 201935023

Matkul : Kajian Masalah Pendidikan Matematika

1. PENILAIAN RANAH AFEKTIF DALAM BENTUK PENILAIAN SKALA SIKAP


UNTUK MENILAI HASIL BELAJAR (Saftari & Fajriah, 2019)
a. Latar Belakang:
Penilaian ranah afektif merupakan hal yang penting karena penilaian ranah afektif harus
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun Popham (1995) dalam Djemari
Mardapi (2004) mengemukakan bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan
seseorang. Sehingga, pembelajaran perlu memperhatikan pelaksanaan penilaian ranah
afektif. Satuan pendidikan perlu merancang dan mengembangkan penilaian ranah afektif
yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai optimal. Karena pengembangan
penilaian ranah afektif sangat berpengaruh positif di sekolah khususnya pembelajaran
matematika.
Ada banyak penelitian ranah afektif yang telah dilakukan peneliti sebelumnya. Sebagai
contoh penelitian yang telah dilakukan oleh Fitria (2017) yaitu pelaksanaan penilaian
sikap siswa pada kurikulum 2013, penelitian pengembangan instrumen penilaian sikap
berbasis kurikulum 2013 oleh Sabrina, dkk (2017), serta penelitian Umam, MZ (2017)
yaitu pengembangan instrumen penilaian sikap dan karakter siswa pada mata pelajaran
matematika.
b. Perumusan Masalah
Bagaimana pengembangan instrumen penilaian skala sikap yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan ranah afektif peserta didik?
c. Metode
Artikel ini menekankan pada penilaian diri yang merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar angket. Lembaran angket
disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen skala sikap.
d. Hasil dan Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Skala Likert adalah skala yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang. 2) Bentuk pertanyaan
yang menggunakan skala Likert adalah pertanyaan positif dan pertanyaan negatif dalam bentuk
checklist. 3) Pengembangan instrumen yang dibuat berupa angket skala sikap yang terdiri dari
22 butir pertanyaan dengan jawaban pertanyaan antara lain: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-
kadang (K), Jarang (JR), Tidak Pernah (JTP) yang didasarkan pada kisi-kisi instrumen skala sikap.
4) Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2013 mencakup penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Saran penulis adalah perlu ada penelitian
lanjutan tentang pengembangan instrumen penilaian sikap agar lebih berdayaguna dalam
penilaian kemampuan peserta didik.

2. PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN AFEKTIF (Puspitorini, 2014)
Latar Belakang:
Pembelajaran IPA tidak lepas dari media dan bahan ajar yang digunakan. Akan tetapi, media
dan bahan ajar yang beredar di lapangan belum sesuai dengan harapan pemerintah kaitannya
dengan materi IPA terpadu. Selain itu, media dan bahan ajar yang umum dan sering digunakan
berupa buku teks atau modul dengan ciri khas banyak berisi tulisan atau penjelasan dengan kalimat
dan sedikit disertai gambar yang cenderung membuat peserta didik bosan dan kurang termotivasi,
sebagaimana diungkapkan oleh Daryanto (2013:128) bahwa peserta didik cenderung tidak
menyukai buku teks apalagi yang tidak disertai gambar dan ilustrasi yang menarik, dan secara
empirik siswa cenderung menyukai buku bergambar, penuh dengan warna, dan divisualisasikan
dalam bentuk realistis atau kartun.
Ditambah lagi dengan asumsi bahwa IPA merupakan pelajaran yang sulit dan penuh teori,
pembelajaran yang membosankan dan dengan penggunaan media dan metode yang kurang
inovatif, maka akan mengakibatkan peserta didik malas belajar IPA sehingga minat peserta didik
terhadap IPA berkurang. Minat merupakan modal awal terbentuknya motivasi. Arigiyati (2011:923)
menyatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi besar akan menampakkan minat, perhatian,
konsentrasi penuh, ketekuanan tinggi, serta berorientasi pada prestasi tanpa mengenal perasaan
bosan, jenuh, dan menyerah
Perumusan Masalah
Bagaimana cara mengetahui deskripsi peningkatan motivasi, hasil belajar kognitif, dan hasil belajar
afektif peserta didik dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan media komik.
Metode
Penelitian ini dilakukan lewat pendekatan quasi experiment dengan menggunakan desain one
group pretest-posttest. Subjek penelitian adalah 57 peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1
Banjarnegara. Teknik dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk
medeskripsikan peningkatan motivasi, hasil belajar kognitif, dan hasil belajar afektif. Teknik dan
instrumen pengumpulan data.
Hasil dan Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media komik mampu meningkatkan
motivasi, hasil belajar kognitif, dan hasil belajar afektif. Peningkatan motivasi dan hasil belajar
afektif pada 6 pertemuan dengan media komik memberikan dampak yang positif jika aktivitas
pembelajaran dilakukuan dengan menggunakan metode eksperimen dengan aktivitas laboratorium.
3. ANALISIS HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PERBEDAAN KEPRIBADIAN
EKSTROVERT DAN INTROVERT
Latar Belakang:
Pada saat pembelajaran berlangsung sering ditemukan siswa yang berkepribadian ekstrovert
dan introvert seperti nampak bahwa ada siswa yang bersikap pemalu, berani, terbuka dan tertutup,
namun guru kurang memperhatikan sikap yang ditunjukan oleh siswa tersebut sehingga dalam
pemilihan metode atau cara mengajar guru menyamaratakan tanpa pertimbangan adanya
perbedaan kepribadian siswa. Jelas bahwa hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Sebagai contohnya yaitu apabila seorang guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan
penilaian yang hanya dengan tes lisan maka yang akan unggul adalah siswa ekstrovert karena
bagaimanapun juga sifat yang dimiliki seorang ekstrovert lebih terbuka terhadap orang lain
sehingga akan merugikan siswa introvert yang dikenal lebih tertutup, namun beda halnya apabila
guru menggunakan tes tulis maka siswa yang berkepribadian introvert lebih leluasa
mengungkapkan pengetahuannya. Berdasarkan informasi dari guru matematika peminatan kelas XI
MIPA SMA Negeri 1 Rajagaluh menjelaskan bahwa hasil belajar matematika siswa masih tergolong
kurang optimal dan kurang merata yang ditunjukkan pada saat pembelajaran dan pengerjaan kuis
soal-soal matematika setiap pertemuan dan selain itu tidak semua siswa berani mengerjakan soal di
depan sehingga seolah hanya siswa ituitu saja yang mengerjakan soal, padahal ada siswa yang
mampu mengerjakan soal namun siswa tersebut enggan untuk mengerjakan di depan umum.
Perumusan Masalah
Bagaimana cara menganalisis hasil belajar siswa ditinjau dari perbedaan kepribadian ekstrovert dan
introvert.
Metode
Metode penelitian ini juga menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan teknik kausal
komperatif untuk menganalisis hasil belajar matematika siswa yang ditinjau dari perbedaan tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert. Kausal komparatif adalah jenis penelitian yang bertujuan
untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu (Arifin, 2011).
Penelitian kausal komparatif ini bersifat “expost facto” yang menunjukan bahwa data yang
dikumpulkan merupakan data yang sudah ada, peneliti tidak memberikan perlakuan khusus
terhadap variabel bebas dan variabel terikat, yang dilakukan oleh penelitian hanya sebatas tes
untuk mengetahui atau mengidentifikasi kepribadian dan hasil belajar matematika siswa, kemudian
dianalisis
Hasil dan Kesimpulan
Sebaran kepribadian siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rajagaluh didominasi oleh siswa yang memiliki
kecenderungan introvert dengan presentase sebesar 42%. Sementara siswa yang memiliki
kecenderungan ekstrovert sebesar 26%. Sedangkan terdapat pula siswa yang memiliki
kecenderungan yang seimbang yaitu siswa yang ambivert berpresentase sebesar 32%. Hasil belajar
matematika siswa ekstrovert lebih unggul pada ranah psikomotorik, sedangkan siswa introvert
lebih unggul pada ranah kognitif dan afektif. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa
yang ditinjau dari kepribadian ekstrovert dan introvert. Hal tersebut ditunjukan oleh nilai Ftabel
sebesar 3,422132, sedangkan Fhitung berturut-turu pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
sebesar 5, 227; 4, 864; dan 5, 914. Karena nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
sehingga terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang ditinjau dari perbedaan
kepribadian ekstrovert dan introvert.

4. Analisis Dampak Pemberian Reward dan Punishment dalam Proses Pembelajaran Matematika
Latar Belakang:
Namun kenyataanya hasil belajar matematika siswa masih rendah.Berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika kelas X SMKN 2 Padangpanjang
yaitu Ibu Erma Helfita,,S,Pd pada pembelajaran masih banyak siswa yang kurang serius dan
kurang Faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika peserta didik
diantaranya adalah tingkat pemahaman peserta didik terhadap dasar matematika masih
kurang, peserta didik pesimis. Aktivitas peserta didik selama pembelajaran masih jauh dari
harapan.Hal ini juga dikarenakan anggapan peserta didik terhadap pelajaran matematika.
Peserta didik menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan.
Aktivitas siswa seperti ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika siswa yang
masih di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 73. tanggal 21 Maret 2017 diperoleh hasil
sebagai berikut : selama proses

Perumusan Masalah: Apakah hasil belajar matematika siswa yang menerapkan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe SNH lebih baik daripada hasil belajar matematika
siswa tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe SNH pada siswa kelas XI
SMKN 2 Padangpanjang tahun pelajaran 2017/2018?

Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimen.Penelitian eksperimen bertujuan untuk


mengetahui ada tidaknya suatu akibat yang ditimbulkan terhadap suatu objek yang diberikan
perlakuan tertentu.Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group
Comparison : Randomized Control Group Only Design. Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (Arikunto 2006:130). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI SMKN 2 Padangpanjang yang mempunyai silabus dan materi
pembelajaran yang sama. Sampel diambil setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas
populasi. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMKN 2 Padangpanjang yang
terdaftar pada tahun pelajaran 2017/2018. Pengambilan sampel dengan menggunakan
Random Sampling. Sampel terdiri dari dua kelas, yaitu siswa kelas eksperimen sebanyak 30
orang dan siswa pada kelas kontrol sebanyak 32 orang.
Hasil dan Kesimpulan:
Hasil belajar siswa pada ranah afektif yang diperoleh melalui lembar observasi cenderung
meningkat dari pertemuan pertama yang rata-ratanya 54,43 meningkat menjadi 83,07 pada
pertemuan ketiga, sehingga mencapai kriteria sangat baik, selama mengikuti proses
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Number
Head (SNH) di kelas X AP 2 SMKN 1 Padangpanjang.
5.

Anda mungkin juga menyukai