Anda di halaman 1dari 3

Mengenai Kemampuan Matematis

Hasil analisis mengenai buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Hj. Utari Sumarmo dan Dr. H. Heris Hendriana,
M.Pd. tentang penilaian pembelajaran matematika. Dalam bukunya terdapat subbab mengenai
kemampuan matematik.

"Berdasarkan jenisnya, kemampuan matematik dapat diklasifikasikan dalam lima kompetensi utama
yaitu: pemahaman matematik, pemecahan masalah, komunikasi matematik, koneksi matematik, dan
penalaran matematik, kemampuan yang lebih tinggi diantaranya adalah kemampuan berfikir kritis
matematik dan kemampuan berfikir kretif matematik"

1. Kemampuan Komunikasi Matematika

Berdasarkan telaah pustaka ilmiah maka dalam artikel ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
Kemampuan komunikasi matematis Terdiri atas, komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi
lisan seperti: diskusi dan menjelaskan. Komunikasi tulisan seperti: mengungkapkan ide matematika
melalui gambar/grafik, tabel, persamaan, ataupun dengan bahasa siswa sendiri. (2) Indikator
kemampuan komunikasi matematis: menulis (written text), menggambar (drawing), dan ekspresi
matematika (matematical ekpression). (3) Soal essai dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematis, seperti: soal uraian eksploratif, transfer, elaboratif, dan aplikatif. (4) Model atau
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
matematis, diantaranya: pendekatan PMR, model pembelajaran problem posing dengan pendekatan
PMR, model pembelajaran problem solving dengan pendekatan PMR, dan reciprocal teaching.

https://www.neliti.com/publications/177556/kemampuan-komunikasi-matematis-dalam-
pembelajaran-matematika

Hodiyanto (2017), Jurnal Kematematikaan, Kemampuan Komunikasi Matematik dalam Pembelajaran


Matematika

2. Kemampuan Pemahaman Matematis

Ada tiga macam pemahaman matematik, yaitu : pengubahan (translation), pemberian arti (interpretasi)
dan pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation). Pemahaman translasi digunakan untuk menyampaikan
informasi dengan bahasa dan bentuk yang lain dan menyangkut pemberian makna dari suatu informasi
yang bervariasi. Interpolasi digunakan untuk menafsirkan maksud dari bacaan, tidak hanya dengan kata-
kata dan frase, tetapi juga mencakup pemahaman suatu informasi dari sebuah ide. Sedangkan
ekstrapolasi mencakup estimasi dan prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran, gambaran kondisi
dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai dengan
informasi jenjang kognitif ketiga yaitu penerapan (application) yang menggunakan atau menerapkan
suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru, yaitu berupa ide, teori atau petunjuk teknis.

https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/

Herdian M.Pd. (2010), Blog Edukasi, Kemampuan Pemahaman Matematis

3. Kemampuan Koneksi Matematis

Ada dua tipe umum koneksi matematik menurut NCTM (1989), yaitu modeling connections dan
mathematical connections. Modeling connections merupakan hubungan antara situasi masalah yang
muncul di dalam dunia nyata atau dalam disiplin ilmu lain dengan representasi matematiknya,
sedangkan mathematical connections adalah hubungan antara dua representasi yang ekuivalen, dan
antara proses penyelesaian dari masing-masing representasi. Keterangan NCTM tersebut
mengindikasikan bahwa koneksi matematika terbagi kedalam tiga aspek kelompok koneksi, yaitu:
aspek koneksi antar topik matematika, aspek koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan aspek koneksi
dengan dunia nyata siswa/ koneksi dengan kehidupan sehari-hari.

https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-koneksi-matematik-siswa/

Herdian M.Pd. (2010), Blog Edukasi, Kemampuan Koneksi Matematik Siswa

4. Kemampuan Penalaran Matematik

Kemampuan penalaran meliputi: (1) penalaran umum yang berhubungan dengan kemampuan untuk
menemukan penyelesaian atau pemecahan masalah; (2) kemampuan yang berhubungan dengan
penarikan kesimpulan, seperti pada silogisme, dan yang berhubungan dengan kemampuan menilai
implikasi dari suatu argumentasi; dan (3) kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak hanya
hubungan antara benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide, dan kemudian mempergunakan
hubungan itu untuk memperoleh benda-benda atau ide-ide lain.

Dilihat dari prosesnya penalaran terdiri atas penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran
deduktif adalah proses penalaran yang konklusinya diturunkan secara mutlak menurut premis-
premisnya. Sedangkan penalaran induktif adalah proses penalaran dalam memperoleh kesimpulan
umum yang didasarkan pada data empiris.

Penalaran deduktif disebut juga deduksi sedangkan penalaran induktif biasa disebut induksi. Perbedaan
antara deduktif dan induktif terletak pada sifat kesimpulan yang diturunkannya. Deduksi didefinisikan
sebagai proses penalaran dari umum ke khusus, sedangkan induksi didefinisikan sebagai proses
penalaran dari khusus ke umum. Pada dasarnya perbedaan pokok antara deduksi dan induksi adalah
bahwa deduksi berhubungan dengan kesahihan argumen, sedangkan induksi berhubungan dengan
derajat kemungkinan kebenaran konklusi.

Sastrosudirjo, S.S. (1988). Hubungan Kemampuan Penalaran dan Prestasi Belajar untuk Siswa SMP.
Jurnal Kependidikan no.1 Tahun ke 18: IKIP Yogyakarta.

5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah diberikan kepada siswa supaya siswa
memiliki kemampuan bernalar serta kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukan adanya
suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin
(routineprocedure) yang sudah diketahui oleh pemecah masalah. Implikasinya termuat “tantangan”
serta “belum diketahuinya” prosedur rutin pada suatu pertanyaan yang akan diberikan kepada
para siswa akan menentukan terkatagorikan tidaknya suatu pertanyaan menjadi masalah atau
hanyalah suatu pertanyaan biasa.

Mengukur kemampuan pemecahan masalah matematik sedikitnya ada duacara dalam mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematik yaitu secara parsial dan integral. Pengukuran secara
parsial dapat dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah Polya. Langkah Polya tersebut
dikenal dengan strategi heuristic yang terdiri dari memahami masalah, membuat rencana
penyelesaian, melaksanakan rencana, dan meninjau kembali. Sedangkan secara Integral,
kemampuan pemecahan masalah matematik diukur bedasarkan tiga aspek yaitu pengetahuan
matematik, pengetahuan strategi dan kemampuan menjelaskan
https://www.neliti.com/publications/301783/pembelajaran-matematika-dengan-pemecahan-masalah

Aep Suhendar (2017), Jurnal Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah, Vol.1 No.02

Tingkat Tinggi

6. Berfikir Kritis Matematik

Membahas tentang salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam bidang matematika, yaitu
berpikir kritis matematik. Berpikir matematik diartikan sebagai aktivitas mental dalam melaksanakan
proses matematika (doing math) atau tugas matematika (mathematical task). Kemampuan berpikir
matematik mencakup: pemahaman konsep (conceptual understanding), pemecahan masalah (problem
solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi
(connection) dan representasi (representation). Berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan
menggunakan langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu: memahami dan merumuskan masalah,
mengumpulkan dan menganalisis informasi yang diperlukan dan dapat dipercaya, merumuskan praduga
dan hipotesis, menguji hipotesis secara logis, mengambil kesimpulan secara hati-hati, melakukan
evaluasi dan memutuskan sesuatu yang akan diyakini atau sesuatu yang akan dilakukan, serta
meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi. Dengan demikian, berpikir kritis matematis adalah
aktivitas mental dalam bidang matematika yang dilakukan menggunakan langkah-langkah metode
ilmiah.

http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/deltapi/article/view/100

Abdullah, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol.2, No.1 (2013)

7. Berpikir Kreatif Matematik

Munandar (1999) mengatakan ciri-ciri kemampuan kreativitas yang berhubungan dengan kognisi dapat
dilihat dari keterampilan berfikir lancar, keterampilan berfikir luwes, keterampilan berfikir orisinil,dan
keterampilan menilai. Keterampilan berfikir lancar memiliki ciri-ciri: (1) mencetuskan banyak gagasan
dalam menyelesaikan masalah; (2) memberikan banyak cara atau saran untul melakukan berbagai hal;
(3) bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada yang lain. Kemampuan berfikir luwes
mempunyai ciri-ciri: (1) menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban suatu pertanyaan
yang bervariasi; (2) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; (3) menyajikan
suatu konsep dengan cara yang berbeda.

Kemampuan berfikir orisinil mempunyai ciri-ciri: (1) memberikan gagasan yang baru dalam
menyelesaikan masalah; (2) membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur. Kemampuan keterampilan memperinci (mengelaborasi) mempunyai ciri-ciri: (1)
mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain; (2) menambah atau memperinci suatu gagasan
sehingga meningkatkan kualitas gagasan tersebut. Sedangkan kemampuan keterampilan mengevaluasi
mempunyai ciri-ciri: (1) dapat menentukan kebenaran suatu kebenaran pertanyaan atau kebenaran suatu
rencana penyelesaian masalah; (2) dapat mencetuskan gagasan-gagasan penyelesaian suatu masalah
dan dapat melaksanakannya dengan benar; dan (3) mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/

Herdian M.Pd. (2010), Blog Edukasi, Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa

Anda mungkin juga menyukai