BLORA
Skripsi
Oleh
DESEMBER 2020
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi Berjudul
NPM 17310159
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui
Dekan FPMIPATI
HOTS adalah sebuah soal yang disajikan dalam bentuk soal cerita yang
bertujuan untuk memahami dari permasalahan, bukan hanya menghafal
rumus yang konsepnya berulang ulang, karena pada dasarnya hafalan dapat
mudah lupa, HOTS termasuk juga dalam soal yang sulit karena siswa
dituntut untuk menggunakan logika mereka dalam menyelesaikan
permasalahan, terbukti pada hari selasa tiga desember 2019 yang telah dirilis
PISA, Indonesia menempati peringkat 74 dari 79 negara dengan skor rata –
rata Indonesia adalah 371 sedangkan peringkat pertama dengan skor 555
yang diduduki oleh China, untuk kategori matematika berada pada peringkat
73 dengan skor rata – rata 373, sedangkan peringkat pertama dengan skor
591 yang diduduki China.
Pentingnya matematika dalam berbagai aspek kehidupan diatur dalam
system Pendidikan nasional yang menerangkan bahwa matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dimuat dalam kurikulum
Pendidikan dasar dan menengah (UU Nomor 20 Tahun 2003). (BSNP, 2006)
Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 juga mengungkapkan bahwa salah satu
standart kelulusan siswa dalam mata pelajaran matematika adalah
kreativitas. Sebagai negara berpekembang, Indonesia membutuhkan tenaga
kerja yang kreatif yang mampu memberi sumbangan bermakna kepada
kesejahteraan negara pada umumnya, sehubung dengan itu Pendidikan akan
tertuju pada pengembanagn kreativitas siswa agar kelak dapat memenuhi
kebutuhan pribadi bahkan negara
(BSNP, 2006)Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun
2006 tentang standart isi menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika
perlu diberikan semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali
siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sitematis, kritis dan kreatif
serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi.
Menurut Alice Thomas dan Glenda Thorne (Murtafiah, 2019) sebagai
cara berpikir pada tingkat yang lebih tinggi daripada menghafal, atau
menceritakan kembali sesuatu yang diceritakan orang lain, keterampilan
mental ini awalnya ditentukan berdasarkan Taksonomi Bloom yang
mengategorikan berbagai tingkat pemikiran, mulai dari yang terendah hingga
yang tertinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan evaluasi. Pada jaman sekarang pengembangan soal HOTS sangat
diperlukan pasalnya saat menjadi calon mahasisiwa atau masuk dalam dunia
kerja diperlukan sebuah penalaran saat menghadapi sebuah permasalahan
serta tuntutan keterampilan belajar abad 21 yaitu berpikir kritis, kreatif,
kolaboratif, dan komunikatif.
Jika dilihat dalam pelaksanaan mengerjakan soal HOTS yang terdapat
pada soal UNBK siswa banyak mengeluhkan karena soal terlalu sulit dan
mengatakan bahwa soal tersebut tidak sesuai kisi kisi yang telah diberikan
oleh guru saat melakukan PMB, informasi ini terdapat pada wawancara
KOMPAS.com pada salah seorang murid, menurut Muhammad Nur Rizal,
seorang pemerhati pendidikan dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM),
menambahkan bahwa proses belajar di kelas selama ini belum mampu
menghidupkan nalar peserta didik. Kemampuan dalam mengerjakan ujian
hanya berdasarkan pada kebiasaan mengerjakan soal berbasis kisi-kisi Oleh
karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya menaikkan
tingkat kesulitan soal menggunakan konsep HOTS, melainkan secara
menyeluruh mulai dari kurikulum. Misalnya dengan mengurangi materi dan
memperbanyak refleksi dan proses belajar berbasis proyek.
Menurut beberapa siswa MAN Blora yang sudah dilaksankan angket
memaparkan berbagai pendapatnya tentang matematika. Menurut Brian
Agnar Indrafata salah satu siswa kelas XII IPA 1 mengatakan bahwa
matematika adalah pelajaranyang sulit dipahami teutama soal seperti (soal-
soal HOTS), menurutnya kebanyakan sudah menyerah dan kuwalahan dalam
menghadapi soal-soal seperti itu, akan tetapi ada juga beberapa siswa yang
menyukai matematika karena asik dan menyenangkan jika sudah berhasil
menemukan jawabannya.
Menurut Bambang Suryadi dalam (SIKU-SIKU, 2019) Soal model
penalaran mulai dilaksankan pada UN tahun 2018 dengan jumlah 10-15
persen. Kepala Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, Totok
Suprianto mengatakan dengan soal HOTS 10-15 persen secara umum
mengalami penurunan rata-rata nilai UN, berdasarkan analisis ada indicator
kuat bahwa rata-rata nilai UN disebabkan oleh dua factor. Faktor yang
pertama yaitu perubahan norma, untuk UN 2018 memang dimasukkan soal
dengan standart lebih tinggi dibandingkan dengan UN 2017. Hal tersebut
dialami peserta didik dari 50 persen sekolah, dengan bukti adanya penurunan
rata-rata UN. Faktor yang kedua yaitu factor perubahan model dari UNKP
menjadi UNBK.
Penurunan rata-rata nilai UN dimulai pada tahun 2016, dari rata-rata
UN matematika program IPA tahun 2016 adalah 53,54; tahun 2017 adalah
41,92; tahun 2018 adalah 37,25. Sedangkan untuk UN matematika program
IPS tahun 2016 adalah 47,93; tahun 2017 adalah 37,96; tahun 2018 adalah
33,23; dari data yang kita lihat terjadi penurunan rata-rata nilai UN pada
program IPA dan IPS pada mata pelajaran matematika.
Penurunan dan peningkatan nilai UN mata pelajaran matematika juga
dirasakan pada MAN Blora, untuk nilai UN matematika program IPA pada
tahun 2017 adalah 32,02; pada tahun 2018 adalah 33,75; pada tahun 2019
adalah 35,48; dari data tersebut pada program IPA nilai UN mengalami
peningkatan. Untuk nilai UN matematika program IPS pada tahun 2017
adalah 33,65; pada tahun 2018 adalah 33,36; pada tahun 2019 adalah 33,06;
dari data tersebut pada program IPS nilai UN menalami penurunan. Data
penurunan dan peningkatan nilai UN matematika MAN Blora dikonfirmasi
oleh pihak MAN Blora sendiri dari sesi tanya jawab oleh peneliti.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagi berikut:
1. MAN Blora mengalami penurunan rata-rata pada UN mata pelajaran
matematika program IPS dan peningkatan rata-rata pada UN mata
pelajaran matematika program IPA dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir
2. Kurang kesiapan siswa dalam menghadapi soal-soal berbentuk HOTS
yang berstandart PISA
C. Rumusan Masalah
1. Apa indikator kesulitan yang mempengaruhi siswa MAN Blora dalam
mengerjakan soal HOTS?
2. Kenapa perlu adanya soal yang berbentuk HOTS?
D. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah analisis kesuliatan sisiwa MAN Blora
dalam menghadapi soal HOTS, agar mendalami fokus tersebut penelitian ini
akan menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif dipilih karena
penjelasan secara rinci tetapi juga terdapat batasan pembahsan yang ditinjau
oleh beberapa ahli, hal tersebut akan dikaji lebih mendalam sebagai focus
utama dari penelitian ini.
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui factor apa saja yang menyebabkan siswa MAN Blora
terkendala dalam proses penyelesaian soal yang berbentuk HOTS
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan proses berfikir siswa
b. Mendiskripsikan gambaran HOTS kepada siswa penelitian dari
para ahli
c. Menganalisis jawaban siswa MAN Blora dari soal HOTS yang
diberikan peneliti
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa
a. Meningkatkan cara berpikir dari LOT (menghafal dan memahami)
menjadi HOTS (mengevaluasi dan menciptakan)
b. Menanbah wawasan tentang berbagai macam soal matematika
yang berstandart PISA
c. Semakin mendalami materi yang diajarkan dan paham secara
keseluruhan serta kemungkinan mengalami lupa pada materi kecil
2. Manfaat bagi guru
a. Dapat digunakan sebagai evaluasi dalam melaksanakan
pembelajaran dan dapat menggunakan metode belajar yang baru
agar mengurangi kesulitan yang dialami siswa
b. Sistem penyampaian yang tidak monoton membuat guru bebas
mebuat konsep dalam memahamkan siswa terhadap pelajaran
yang dikaitkan dalam kehidupan
3. Manfaat bagi kurikulum
a. Peningkatan peringkat berpikir HOTS yang diselenggarakan oleh
PISA
b. Kurikulum dapat dikatakan berhasil jika program terlaksana
dengan baik dan lancar
c. Meningkatkan mutu perekonomian bagi bangsa karena pada
dasarnya pembentukan soal HOTS oleh PISA sendiri untuk
mengukur cara berpikir guna kerjasama ekonomi antar Negara di
dunia.
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. High Order Thinking Skills (HOTS)
Keterampilan berpikir terbagi menjadi dua yaitu kemampuan
berpikir tingkat rendah (LOTS) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS) Menurut Bloom dalam (Dinni, 2018) keterampilan tingkat
rendah yaitu mengingat (Remembering), memahami (Undestanding),
dan menerapkan (Applaying), sedangkan untuk keterampilan tingkat
tinggi : Menganalisis (Analyzing), Mengevaluasi (Evaluating), dan
menciptakan (Creating). Menurut Newman dalam (Gradini, 2019)
menjelaskan bahwa LOTS berupa pemikiran tingkat rendah yang
hanya menuntut aplikasi rutin atau mekanis dari informasi yang
diperoleh sebelumnya. Bloom mengatakan bahwa taksonomi berpikir
tingkat rendah hingga tingkat tinggi yaitu :
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Pemahaman (comprehension)
c. Penerapan (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (syntetis)
f. Evaluasi (evaluation)
Itu sejatinya merupakan tujuan-tujuan pembelajaran yang terbagi dalam
tiga ranah.
Ketiga ranah tersebut adalah ranah Kognitif yang merupakan
keterampilan mental (seputar pengetahuan), Afektof (seputar sikap dan
perasaan) dan Psikomotorik (yang berhungan dengan kemampuan fisik).
Terdapat beberapa pengertian High Order Thinking Skills (HOTS)
menurut para ahli, diantaranya:
Alice Thomas dan Glade Thorne mendefinisikan sebagai cara berpikir
pada tingkat yang lebih tinggi dari pada menghafal, atau menceritakan
kembali sesuatu yang diceritakan orang lain dalam artikel yang ditulis
dengan judul How to Increase Higher Order Thinking. Selain itu
menurut Resnick dalam (Gradini, 2019) proses berfikir komplek dalam
menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi,
menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas
mental yang paling besar, Menurut Resnick dalam (Gradini, 2019)
mengungkapkan beberapa ciri-cirinya yaitu (a).non algoritmik, artinya
langkah-langkah tindkan tidak sepenuhnya ditentukan diawal, (b).
kompleks, artinya langkah langkah tidak dapat dilihat/ditebak secara
langsung oleh sudut pandang tertentu, (c). menghasilkan banyak solusi,
(d) melibatkan perbedaan pendapat dan interpretasi, (e). melibatkan
penerapan kriteria jamak, (f) melibatkan ketidak pastian, (g) menuntut
kemandirian dalam proses berpikir, (h) melibatkan pemaknaan yang
mengesankan dan (i). memerlukan kerja keras
2. Indikator Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Kita tau bahwa Taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson &
Karthwohl dalam (Dinni, 2018), dimana tujuan pembelajaran dibagi
menjadi dua yaitu kognitif dan pengetahuan, dengan direvinya hal
tersebut HOTS juga memerlukan penyesuaina ulang, kembali menurut
Karthwohl dalam (Dinni, 2018) mengatakan indicator kognitif HOTS
meliputi proses menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan
mencipta (create) hal tersebut masuk dalam C4, C5 dan C6. Pada
indicator pengetahuan HOTS meliputi pengetahuan konseptual
(conseptual knowledge), pengetahuan procedural (procedural
knowledge) dan pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge)
a. Penjelasan Kognitif HOTS
1) Menganalisis (analyze)
Anderson & Karthwol mengatakan kemampuan analisis meliputi
kemampuan memecah satu kesatuan menjadi bagian-bagian
tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut
dengan keseluruhannya. Anderson & Karthwol analisis disusun
oleh beberapa kategori yaitu :(a). Membedakan meliputi
kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan
struktur dalam bentuk yang sesuai, membedakan dalam kontek
ini menggunakan proses kognitif yang harus memahami, karena
membedakan melibatkan proses pengorganisasi secara struktural
serta menetukan bagaimana bagian-bagian sesuai dengan
strurktur keseluruhannya. (b). Mengorganisasi yakni melakukan
identifikasi unsur-unsur secara bersamaan menjadi struktur yang
terkait hal ini biasanya terjadi ketika siswa meghubungkan hal-
hal yang memiliki keterkaitan dari potongan informasi, hal ini
pula bias terjadi secara bersamaan pada proses membedakan dan
biasanya terjadi juga pada proses mengatribusikan. (c)
Mengatribusikan adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan
tentang sudut pandang, bias, nilai atau suatu masalah yang
diajukan.
2) Mengevaluasi (evaluate)
Menurut Anderson & Karthwol mengevaluasi didefinisikan
membuat penilaian (judgement) dengan dasar kriteria dan
standart, kriteria sering digunakan unruk menentukan kualitas,
efektifitas, efesiensi dan konsistensi, sedangkan standart
digunakan untuk menentukan kuantitas. Hal ini juga bias
membuat sisawa berpendapat dari beberapa hal kemampuan
tersebut digunakan unruk menilai sesuatu sesuai dengan standard
an kriteria
3) Menciptakan (create)
Anderson & Karthwol menciptakan adalah sebuah tindakan
untuk mengeneralisasikan ide baru, produk atau cara pandang
yang baru dari suatu kejadian. Siswa dapat dikatakan
menciptakan jika dia bisa merombak dan menemukan suatu hal
yang belumpernah ditemukan sebelumnya. Anderson &
Karthwol proses menciptakan terdiri dari tiga fase yaitu : (a).
Merumuskan (generating), Merencanakan (planning), dan
Memproduksi (producing).
b. Penjelasan Pengetahuan dalam HOTS
1) Pengetahuan Konseptual
Menurut Anderson & Karthwohl dalam (Muna, 2017)
pengetahuan konseptual yaitu pengetahuan yang mencakup
kategori, klasifikasi serta hubungan antara dua atau lebih
kaetegori atau klasifikasi pengetahuan kompleks dan tertata,
Anderson & Karthwohl dalam (Muna, 2017) juga mengatakan
bahwa pengerahuan konseptual terdiri dari tiga sub jenis yaitu :
(a). penegtahuan tentang kategori dan klasifikasi,(b).
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan (c).
pengetahuan tentang teori, model dan struktur. Pada setiap sub
bab tersebut memiliki tujuan masing-masing untuk pengetahuan
kategori dan kalsifikasi untuk menstrukturkan dan
mensistematikan suatu fenomena terkait disiplin ilmu yang
sedang dipelajari, pengetahuan prinsip dan generalisasi digunkan
untuk mengkaji sebuah fenomena atau menyelesaika masalah-
masalah dalam disiplin ilmu (lebih mudahnya membentuk
abstraksi atau ringkasan pada sebuah fenomena), selanjutnya
kegunaan pengetahuan teori, model, dan struktur yaitu dalam
displin ilmu untuk mendiskripsikan, memahami, menjelaskan,
dan mempredikisi suatu fenomena.
2) Penetahuan Prosedural
Dalam dimensi pengetahuan level dari pengetahuan procedural
adalah level yang ketiga setelah factual dan koneptual, Menurut
Anderson & Karthwohl dalam (Ramalisa & Syafmen, 2014)
pengetahuan procedural memiliki tanda-tanda dengan
pertanyaan yang berkalimat “bagaimana”, sehingga pengetahuan
ini melibatkan beragam proses. System kerja dalam pengetahuan
ini untuk mengetahui sebuah algoritma dalam hal tertentu,
melakkuan sebuah praktek dalam rangka memecahkan masalah,
sera memilih prosedur yang tepat berdasarkan kriteria tertentu.
3) Pengetahuan Metakognitif
Dalam dimensi pengetahuan level tertinggi adalah pengetahuan
metakognitif. Menurut Flavell dalam (Indarini et al., 2013)
mengartikan metakognitif sebagai pengetahuan seseorang
mengenai proses berpikir dan hasil berpikirnya atau berkaitan
dengan proses dan hasil berpikir tersebut atau bias lebih
disederhanakan berpikir tentang proses berpikir itu sendiri.
Menurut Anderson & Karthwohl dalam (Indarini et al., 2013)
pengetahuan metakognitif terdiri dari tiga yaitu pengetahuan
yang berkaitan dengan strategi dalam artian siswa memiliki
planning dalam melakukan proses belajarnya agar lebih optimal,
pengetahuan yang berkaitan dengan tugas dalam artian siswa
bisa mengetahui kapan dia harus menggunakan strategi belajar,
berpikir, dan memecahkan masalah pada kondisi dan konteks
yang tepat, serta pengetahuan yang berkaitan dengan diri sendiri
dapat diartikan kelebiihan dan kekurang diri sendiri, hal ini
berguna untuk mereleksikan proses pembelajaran yang telah
dilalui oleh siswa.
3. Analisis Kesulitan Siwa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Analisis
dikategorikan dalam kata nomina (kata benda), arti analisis sendiri
adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,perbuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenar benarnya.
Sedangkan untuk kesulitan siswa berupa cara belajarnya dalam
artian menurut KBBI belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan
antara perasangka dan reaksi juga dapat diartikan sebagi usaha untuk
menyesuaikan diri terhadap kondisi atau situasi disekitar. Menurut
Slameto dalam (Jamal, 2014) belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkahlaku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam intelektual
lingkungan.
Sedangkan kesulitan belajar sendiri menurut Irham & Wiyani dalam
(Cahyono, 2019) bahwa kesulitan merupakan kondisi saat siswa
mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk mengikuti proses
pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal. Kesulitan
belajar sendiri memiliki beberapa klasifikasi, menurut Mulyono
Abdurrahman dalam (Ii, 2010) klasifikasi kesulitan belajar yaitu: (a).
berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities) dan (b). kesulitan belajar akademik (academic learning
disabilities) untuk ;penjelasan klasifikasi kesulitan belajar dari Mulyono
Abdurrahman dalam (Ii, 2010) yaitu :
a. Berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities) yakni kesulitan belajar mengenai gangguan motoric serta
pressepsi. Seperti halnya kesulitan dalam mengkomunikasikan
dengan bahasa serta tindak perilaku social yang sulit beradabtasi.
b. Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities) yakni
kesulitan siswa dalam mencapai prestasi akademik yang sesai
standrat yang telah ditentukan , kesulitan ini seperti halnya membaca,
menulis, serta matematika.
Untuk lebih lanjut juga terdapat factor kesulitan dalam belajar,
menurut Burton dalam (Arief et al., 2012) factor yang mempengaruhi
kesulitan belajar ada dua yaitu factor internal dan factor eksternal.
Factor internal adalah factor yang berada pada diri siswa seprerti
fisiologi,psikologi dan intelektual.
Terdapat penjelasan menurut para ahli,menurut Bandura dalam
(Subaidi, 2016) fisiologi adalah factor yang berkaitan dengan
fungsionalisasi tubuh, misal kesiapan otak menerima serta merespon
informasi yang disimpan hal ini lah salah satu yang mempengaruhi
hambatan dalam belajar.
Kemudian psikologi, menurut Muhibin Syah dalam (Goyena &
Fallis, 2019) psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
terbuka ataupun tertutup manusia baik selaku individu maupun
kelompok saat berhubungan dengan lingkungan. factor psikologi yang
mempengaruhi proses belajar adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan
Lalu Intelektual menurut mainsetream science on intelligence
dalam (Jasmani et al., 2011) intelktual adalah kombinasi sifat-sifat
manusia yang terlihat dalam kemapuan memahami hubungan lebih
kompleks, semua berpikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan
masalah memperoleh ilmu baru dan belajar dari pengalaman.
Kita lanjutkan kedalam factor eksternal yang mempengaruhi
kesuliatan dalam belajar, menurut Cruickshank dan Hallahan dalam
(Suryani, 2010) factor eksternal meliputi : (a) factor non-sosial yakni
seperti kondisi ruang belajar, alat belajar yang tidak memadahi,
kurikulum yang sulit dijabarkan oleh guru dan sebagainya. (b) factor
social yakni sepetri keluarga, teman, lingkunag belajar siswa dan
sebagainya.
B. Kerangka Berpikir
HOTS merupak suatu hal yang penting dan perlu ada Pendidikan di
Indonesia kerana Indonesia perlu adanya stadartlisasi pendidikan untuk
mengukur sejauh mana tingkat kemampuan siswa bedasarkan PISA, hal
tersebut juga berguna untuk meningkatkan mutu siswa MAN Blora agar
lebih berkembang dalam menghadapi soal terutama HOTS, maka dari itu
sebelum masuk ke konep HOTS itu sendiri diperlukan adanya dasar konsep
matematika yang baik dan benar hal tersebut akan digunakan dalam
penelitian ini untuk mengetahui kesulitan siswa kelas XI MAN Blora dalam
pengerjaan soal HOTS, dalam soal tersebu akan diberiakan sebuah tahapan-
tahapan soal dari yang termudah atau dasar matematika hingga yang sulit
sampai ke bentuk HOTS.
Penelitian ini mendapatkan data dari tes tertulis, wawancara dan
dokument. Data yang sudah didapat nantinya akan dianalisis berdasarkan
beberapa indicator kemudian akan dilakukan penyimpulan kesulitan
pengerjaan soal HOTS dari siswa kelas XI MAN Blora.
Bagan Kerangka Berpikir
Dokumentasi
Arief, M. K., Handayani, L., & Dwijananti, P. (2012). Identifikasi Kesulitan Belajar
Fisika Pada Siswa Rsbi : Studi Kasus Di Rsmabi Se Kota Semarang. UPEJ
(Unnes Physics Education Journal), 1(2).
https://doi.org/10.15294/upej.v1i2.1354
Dinni, H. N. (2018). HOTS ( High Order Thinking Skills ) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika. Prisma, 1, 170–176.
Goyena, R., & Fallis, A. . (2019). Bab Ii Kajian Teori Dan Kerangka Pemikiran.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Indarini, E., Sadono, T., & Onate, M. E. (2013). Pengetahuan Metakognitif Untuk
Pendidik Dan Peserta Didik. Satya Widya, 29(1), 40.
https://doi.org/10.24246/j.sw.2013.v29.i1.p40-46
Jamal, F. (2014). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika
Pada Materi Peluang Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Meulaboh Johan
Pahlawan. Jurnal MAJU (Jurnal Pendidikan Matematika), 1(1), 18–36.
http://www.ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/mtk/article/view/232
Jasmani, P., Dan, K., Keolahragaan, F. I., & Semarang, U. N. (2011).
TEMANGGUNG TAHUN 2011.
Murtafiah, M. (2019). Upaya Peningkatan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini
Melalui Metode Higher, Order, Thinking Skill (HOTS). Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan KALUNI, 2, 125–136.
https://doi.org/10.30998/prokaluni.v2i0.39
Ramalisa, Y., & Syafmen, W. (2014). Analisis Pengetahuan Prosedural Siswa Tipe
Kepribadian Sensing Dalam Menyelesaikan Soal Materi Sistem Persamaan
Linear Dua Ariabel. EDUMATICA| Journal Pendidikan Matematika, 4(01), 30–
36.