Anda di halaman 1dari 51

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN

KONTEKSTUAL PADA MATERI MATRIKS BERDASARKAN TEORI


NEWMAN PADA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 MARANGKAYU
TAHUN AJARAN 2021/2022

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
ABDOEL MANAB RAHADI
NIM. 1705045008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal Penelitian : Kesalahan Dalam Menyelesaikan Permasalahan

Kontekstual Pada Materi Matriks Berdasarkan

Teori Newman Pada Kelas XI MIPA SMA

Negeri 1 Maragkayu Tahun Ajaran 2021/2022

Nama : Abdoel Manab Rahadi

NIM : 1705045008

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing I Pembimbing
PembimbingIIII

Dr. H. PM. Labulan, M.Pd Drs. H. Kukuh, M.


Pd
NIP.Drs.
19570421 198601
H. Kukuh, 1 001
M.Pd Dra. Suriaty, M.Pd
NIP. 19590125 198511 1 001 NIP. 19571213 198601 2 001
Mengetahui,

Ketua Jurusan Koordinator Program Studi


Pendidikan MIPA Pendidikan Matematika

Prof. Dr. H. Mukhamad Nurhadi, M.Si Dr. H. Zainuddin Untu, M. Pd


NIP. 19690415 199412 1 002 NIP. 19651231 199203 1 0

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas Kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan

rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian

ini yang berjudul “Kesalahan Dalam Menyelesaikan Permasalahan

Kontekstual Pada Materi Matriks Berdasarkan Teori Newman Pada Kelas XI

MIPA SMA Negeri 1 Maragkayu Tahun Ajaran 2021/2022”.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini dapat terselesaikan

melalui bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universtas Mulawarman yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melanjutkan Pendidikan.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman yang

telah memberikan kesempatan dan kelancaran selama proses studi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman yang telah

melancarkan administrasi perkuliahan.

4. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan juga arahan selama

perkuliahan.

5. Dosen pembimbing I bapak Drs. H. Kukuh, M.Pd dan dosen pembimbing II

bapak Dra. Suriaty, M.Pd yang telah banyak membantu penulis dalam

memberikan arahan, bimbingan, saran, nasehat serta ilmu yang diberikan.

6. Orang tua penulis Bapak Raude dan Ibu Fatimah yang tiada henti memberikan

iii
dukungan baik berupa moril, materil dan do’a selama proses menyelesaikan

perkuliahan.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2017

yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih

terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan guna perbaikan yang berikutnya.

Samarinda, September 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii

KATA PENGANTAR...................................................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................................................v

DAFTAR TABEL.........................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................4

C. Tujuan Penelitian................................................................................4

D. Manfaat Penelitian..............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................6

A. Kesalahan............................................................................................6

B. Macam-macam Teori Kesalahan........................................................6

C. Teori Kesalahan Anne Newman.......................................................10

D. Pemberian Scaffolding......................................................................18

E. Pembelajaran Matematika pada Materi Matriks...............................16

F. Penelitian yang Relevan....................................................................25

v
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................30

A. Jenis Penelitian.................................................................................30

B. Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................31

C. Subjek dan Objek Penelitian.............................................................31

D. Teknik Pengumpulan Data................................................................31

E. Analisis Data.....................................................................................33

F. Pemeriksaan Keabsahan Data............................................................34

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................36

vi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1 Daftar Nilai Rata-rata Ulangan Harian Matematika siswa pada
KD 3.3 dan 4.3......................................................................................3
Tabel 2.1 Pedoman Klasifikasi Kesalahan Berdasarkan Teori Newman..............14

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rambu-rambu Observasi.................................................................39


Lampiran 2. Pedoman wawancara
........................................................................41

viii
ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan

masalah yang selalu mendapat perhatian yang mutlak bagi pelaksanaan

pembangunan masyarakat suatu negara. Peningkatan mutu pendidikan ini

dapat ditinjau dari keberhasilan belajar peserta didik dalam proses

pembelajaran di sekolah. Dalam proses pembelajaran di sekolah, kegiatan

belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Sehinga berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses

belajar yang dialami oleh peserta didik.

Keberhasilan peserta didik dalam proses belajar jenjang pendidikan

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Salah

satu faktor intern yaitu sifat psiklogis peserta didik yang meliputi ketelitian,

minat, dan bakat. Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, guru,

lingkungan sekolah dan kurikulum yang berlaku.

Salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik di

semua jenjang pendidikan adalah pelajaran matematika. Matematika

merupakan suatu mata pelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep

yang diukur dengan kemampuan penyelesaian soal yang wajib menggunakan

langkah dan kaidah yang tepat. Tetapi masih banyak peserta didik yang

merasa kurang mampu dalam memahami matematika karena dianggap

1
2

pelajaran yang sulit. Kesalahan atau kekeliruan merupakan hambatan peserta

didik untuk mencapai keberhasilan dalam belajar khususnya belajar

matematika karena matematika merupakan ilmu hitung yang pasti yang tidak

mentolerir kesalahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun

2018 kesalahan atau kekeliruan adalah sikap yang ditunjukan atau pernyataan

yang dibuat oleh seseorang saat sikap atau pernyataan tersebut memiliki

alasan yang tidak benar dan menyesatkan. Sehingga kesalahan dalam

matematika dapat dikatakan sebagai kurangnya ketelitian, kepahaman, dan

penguasaan konsep yang membuat bergesernya makna dari pertanyaan

maupun jawaban yang ada pada masalah matematika.

Salah satu materi pada mata pelajaran matematika adalah Matriks.

Materi ini diberikan dan harus dikuasai peserta didik dikelas untuk menunjang

hasil belajar peserta didik. Namun demikian, tidak semua peserta didik dapat

menguasai materi ini dengan baik terlihat dari adanya peserta didik yang

melakukan kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal materi Matriks

yang berbentuk uraian. Soal uraian dirancang agar dapat mengukur pengertian,

daya analitis, penggunaan rumus, ingatan dan sintesa peserta didik dalam

proses penyelesaian tes. Dalam menyelesaikan soal uraian peserta didik sering

kali menemukan hambatan yang mengakibatkan terjadi kesalahan. Terdapat

lima level kesalahan dalam tes atau soal uraian yang di seperti yang

kemukakan oleh Anne Newman yaitu (1) reading error atau kesalahan

membaca (2) comprehension error atau kesalahan memahami (3)

transformation error atau kesalahan dalam transformasi (4) process skill error
3

atau kesalahan dalam keterampilan proses (5) encoding error atau kesalahan

notasi.

Kesalahan peserta didik dalam mengerjakan soal atau tes juga

mengakibatkan nilai ulangan harian (UH) peserta didik tidak terlalu baik

menurut guru bidang studi matematika SMA Negeri 1 Marangkayu. Tentunya

guru telah mengamati kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta didik, akan

tetapi guru belum dapat mengklasifikasikan kesalahan yang dilakukan peserta

didik karena kesalahan dilakukan secara random atau acak oleh karena itu

perlu diamati kesalahan peserta didik dan diklasifikasikan. Berikut ini adalah

daftar nilai rata-rata ulangan pada materi matriks peserta didik kelas XI MIPA

1 hingga XI MIPA 2 SMA Negeri 1 Marangkayu.

Tabel. 1.1 Nilai Rata-rata Ulangan Harian Matematika pada KD 3.3 dan KD 4.3

Kelas Nilai Rata-rata Kelas KKM

XI MIPA 1 65 70

XI MIPA 2 62,3 70

Sumber: Dokumentasi Guru Matematika SMA Negeri 1 Marangkayu tahun 2020

Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan

peserta didik mengalami kesalahan-kesalahan yang lebih banyak lagi padahal

materi ini sangat penting karena selalu menjadi soal yang diujikan Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) secara nasional maupun

lokal.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Kesalahan Dalam Menyelesaikan Permasalahan


4

Kontekstual Pada Materi Matriks Berdasarkan Teori Newman Pada Kelas XI

MIPA SMA Negeri 1 Maragkayu Tahun Ajaran 2021/2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada

penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa dalam Menyelesaikan

Permasalahan Kontekstual Pada Materi Matriks Berdasarkan Teori

Newman Pada Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maragkayu Tahun Ajaran

2021/2022?

2. Tindak lanjut yang bagaimanakah yang dapat diberikan Berdasarkan

kesalahan-kesalahan siswa Dalam Menyelesaikan Permasalahan

Kontekstual Pada Materi Matriks Berdasarkan Teori Newman Pada Kelas

XI MIPA SMA Negeri 1 Maragkayu Tahun Ajaran 2021/2022?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Kesalahan-kesalahan apa saja yang dilakukan siswa

dalam Menyelesaikan Permasalahan Kontekstual Pada Materi Matriks

Berdasarkan Teori Newman Pada Kelas XI MIPA SMA Negeri 1

Maragkayu Tahun Ajaran 2021/2022?

2. Untuk mengetahui Tindak lanjut yang bagaimanakah yang dapat diberikan

Berdasarkan kesalahan-kesalahan siswa Dalam Menyelesaikan

Permasalahan Kontekstual Pada Materi Matriks Berdasarkan Teori


5

Newman Pada Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maragkayu Tahun Ajaran

2021/2022?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain

sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik, untuk memberikan informasi tentang langkah yang

benar yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam menyelesaikan

Permasalahan kontekstual.

2. Bagi Guru, agar mendapatkan gambaran dan informasi mengenai letak

kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal

sehingga guru dapat mencari solusi agar kesalahan serupa tidak terjadi lagi

dikemudian hari.

3. Bagi Sekolah, sebagai masukan untuk menentukan kebijakan yang

berkaitan dengan program peningkatan kualitas pendidikan khususnya di

mata pelajaran matematika.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesalahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan berarti

kekeliruan yang dilakukan dengan tidak sengaja. Kesalahan merupakan

bentuk penyimpangan dari hal benar dan sifatnya sistematis, konsisten

maupun insidental pada bagian tertentu (Agustia, Ndia, & Ikman, 2016).

Kesalahan merupakan bentuk penyimpangan terhadap suatu hal yang

benar, prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya atau bentuk

penyimpangan dari suatu hal yang diharapkan (Agustiawan, Uno, &

Ismail, 2013).

Berdasrkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pengertian kesalahan dalam penelitian ini merupakan bentuk

penyimpangan dari hal benar terhadap prosedur yang telah ditetapkan

sebelumnya.

B. Macam-macam Teori Kesalahan

Terdapat banyak teori-teori kesalahan berdasarkan tipe-tipe nya.

Terdapat teori dari Learner (1999), Ashlock (1999), dan Newman (2010)

sedangkan untuk teori kesalahan yang berasal dari dalam negeri terdapat

teori dari Arti Sriati (1994) dan Murwati (1999) dan lain sebagainya.

Lerner (dalam Abdurrahman, 1999:262-265) menjelaskan

kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam

6
7

menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi matematika diantaranya

sebagai berikut:

1. Kekurangan pemahaman tentang simbol.

2. Nilai tempat

3. Penggunaan proses yang keliru

4. Perhitungan

5. Tulisan yang tidak dapat dibaca

Sedangkan Ashlock (1999) menjelaskan kesalahan-kesalahan yang

sering dilakukan oleh siswa ketika menyelesaiakan soal ialah sebagai

berikut:

1. Wrong Operation atau Kesalahan Operasi

Siswa melakukan kesalahan yang disebabkan kesalahan dalam

pengoperasian.

2. Obvious Computating Error atau Kesalahan Dalam Menghitung

Siswa sudah menerapkan operasi yang benar tetapi jawabannya salah

dalam menggunakan fakta bilangan atau membuat kesalahan dalam

menentukan hasil akhir.

3. Defective Algorithm atau Penyimpangan Algoritma

Algoritma berisi langkah yang digunakan untuk menyelesaikan

masalah matematika. Algoritma yang tidak sempurna disebut juga

penyimpangan algoritma.

4. Random Response atau Jawaban Sembarang,

Yang diberikan menunjukkan tidak ada hubungan antara masalah


8

yang diberikan dengan pemecahannya

Pada tahun 1997 Newman mengemukakan pendapatnya tentang

teori kesalahan menurutnya. Newman membagi jenis kesalahan menjadi

lima level tahapan yaitu: (1) reading error atau kesalahan membaca (2)

comprehension error atau kesalahan memahami (3) transformation error

atau kesalahan dalam transformasi (4) process skill error atau kesalahan

dalam keterampilan proses (5) encoding error atau kesalahan notasi

Lalu menurut Arti Sriati (Sriati, 1994:4), kesalahan siswa dalam

mengerjakan soal antara lain:

1. Kesalahan dalam membuat pemodelan matematika.

2. Kesalahan konsep

3. Kesalahan strategi, yaitu kesalahan yang terjadi karena siswa memilih

cara mengerjakan yang tidak tepat.

4. Kesalahan sistematik, yaitu kesalahan yang berkenaan dengan

pemilihan yang salah atas teknik ekstrapolasi.

5. Kesalahan tanda, yaitu kesalahan dalam memberikan atau menulis

tanda atau notasi matematika.

6. Kesalahan hitung

Menurut Murwati (Mulyono, 1999), kesalahan-kesalahan yang

dilakukan siswa dalam mengerjakan soal dapat diidentifikasi menjadi

beberapa aspek, antara lain:

1. Aspek bahasa

Aspek bahasa merupakan kesulitan dan kekeliruan siswa dalam


9

menafsirkan kata-kata atau simbol-simbol dan bahasa yang digunakan

dalam matematika

2. Aspek imaginasi

Aspek imaginasi merupakan kesulitan dan kekeliruan siswa dalam

imajinasi ruang (spasial) dalam dimensi-dimensi tiga yang berakibat

salah dalam mengerjakan soal

3. Aspek prasyarat

Aspek prasyarat merupakan kesalahan dan kekeliruan siswa dalam

mengerjakan soal karena bahan pelajaran yang sedang dipelajari siswa

belum dikuasai

4. Aspek tanggapan

Aspek tanggapan merupakan kekeliruan dalam penafsiran atau

tanggapan siswa terhadap konsepsi, rumus-rumus, dan dalil-dalil

matematika dalam mengerjakan soal

5. Aspek terapan

Aspek terapan merupakan kekeliruan siswa dalam menerapkan rumus-

rumus atau dalil matematika dalam mengerjakan soal

Setiap jenis teori kesalahan yang dikemukakan para ahli memiliki kelebihan

dan kekurangan masing-masing dalam hal ini terdapat kekurangan yang

sama pada teori Lerner, Ashlock, dan Sriati yaitu tiap kesalahan tidak saling

berkaitan atau terstruktur sedangkan pada teori yang dikemukakan Newman

setiap kesalahan berkesinambungan antar tiap-tiap elemen kesalahan artinya

apabila siswa tidak bisa melewati satu rintangan kesalahan otomatis siswa
10

tersebut tidak bisa melangkah ke tahap lain nya dalam proses menyelesaikan

soal sehingga teori Newman dirasa paling cocok untuk digunkan dalam

proses penelitian yang menekankan pada tes atau soal berbentuk uraian.

C. Teori Kesalahan Anne Newman

Analisis Kesalahan Newman adalah salah satu metode yang dapat

digunakan untuk menganalisis suatu kesalahan dalam menyelesaikan soal

bentuk cerita. Metode ini di diperkenalkan oleh Anne Newman tahun 1977,

beliau merupakan seorang guru matematika di Australia. Prakitipong dan

Nakamura (2006) menyatakan metode analisis kesalahan Newman ini

mengandaikan bahwa dalam proses pemecahan masalah ada dua macam

kendala yang menghambat siswa menuju ke jawaban yang benar (1)

permasalahan dalam kefasihan bahasa dan pemahaman konseptual yang

sesuai dengan tingkat membaca yang sederhana dan memahami makna dari

masalah dan (2) masalah dalam pengolahan matematika yang terdiri dari

trasformasi, keterampilan proses, penulisan jawaban.

White (2010) the newman’s error analysis interview prompts.

1. Please read the question to me. If you don’t know a word, leave it out

2. Tell me what the question is asking you to do

3. Tell me how you are going to find the answer

4. Show me what to do get the answer. “Talk aloud” as you do it,so that I

can understand how you are thinking

5. Now, write down your answer to the question

Pernyataan diatas merupakan ide pokok Newman dalam


11

mencetuskan kelima teori keslahan yang ia kemukakan, pada bagaian

pertama (1) Please read the question to me. If you don’t know a word, leave

it out yang memiliki arti, tolong baca pertanyaan tersebut. Jika anda tidak

bisa, tinggalkan saja. Disini newman ingin mengetahui daya tangkap dari

siswa apakah ia mampu untuk menangkap kata kunci yang terdapat pada

soal atau tidak. (2) Tell me what the question is asking you to do yang

bearti, beritahu saya pertanyaan apa yang diberikan kepada anda. Pada

bagian ini Newman ini melihat apakah siswa mampu menemukan

pertanyaan yang diberikan di soal. (3) Tell me how you are going to find the

answer berarti beritahu aku bagaimana cara menemukan jawaban. Di tahap

ini Newman meminta siswa untuk mengumpulkan informasi dan

menunjukan bagaimana cara menemukan jawaban dari soal yang diminta.

(4) Show me what to do get the answer. “Talk aloud” as you do it,so that I

can understand how you are thinking memiliki arti tunjukan apa yang harus

dilakukan agar dapat jawaban. Katakan dengan keras agar aku bisa paham

apa yang kau pikirkan. Dalam tahap ini Newman ingin siswa setelah

mengumpulkan informasi dan mengetahui cara agar dapat melakukan

langkah yang tepat sambil berbicara bagaimana cara mencarinya agar ia

paham apa yang ada di pikiran siswa. (5) Now, write down your answer to

the question memiliki arti sekarang, tuliskan jawaban dari pertanyaan

tersebut. Di langkah kelima ini setelah segenap proses dari membaca soal

hingga proses pengerjaan Newman ingin melihat bagaimana siswa mampu

menyimpulkan dari jawaban yang ia buat.


12

Newman dalam White (2010) menyatakan bahwa ketika seseorang

berusaha untuk menjawab, menuliskan permasalahan matematika maka

orang tersebut mampu melewati sejumlah rintangan yang berurutan. Oleh

karena itu, jenis-jenis kesalahan berdasarkan prosedur Newman yaitu (1)

kesalahan membaca soal (reading errors), (2) kesalahan memahami masalah

(comprehension errors), (3) kesalahan transformasi (transformation errors),

(4) kesalahan keterampilan proses (process skills errors), dan (5) kesalahan

penulisan jawaban (encoding errors). Penjelasan dari kelima tahapan

analisis kesalahan Newman sebagai berikut:

a. Kesalahan Membaca Soal (Reading Errors)

Singh (2010) dan Jha (2012) menyatakan kesalahan membaca soal adalah

suatu kesalahan yang disebabkan karena terjadi kesalahan ketika siswa

membaca soal sehingga menyebabkan perbedaan makna dari yang

seharusnya dimaksud, tidak bisa membaca atau memaknai simbol yang

ada pada soal, dan tidak mengetahui atau menemukan kata kunci yang

terdapat pada soal

b. Kesalahan memahami masalah (comprehension errors)

Singh (2010) dan Jha (2012) menyatakan kesalahan memahami masalah

adalah suatu kesalahan dimana siswa mampu membaca pertanyaan

dengan lancar tetapi siswa tidak memahami arti soal tersebut sehingga

tidak dapat menuliskan juga menjelaskan apa yang diketahui dan apa

yang ditanyakan dalam soal tersebut

c. Kesalahan transformasi (transformation errors)


13

Singh (2010) dan Jha (2012) kesalahan transformasi adalah suatu

kesalahan yang dimana siswa memahami soal tetapi siswa tidak bisa

dengan benar menentukan rumus yang digunakan, tidak dapat

mengidentifikasi operasi atau serangkaian operasi yang digunakan untuk

menyelesaikan soal, tidak dapat menentukan operasi matematika yang

tepat digunakan untuk soal.

d. Kesalahan keterampilan proses (process skills errors)

Singh (2010) dan Jha (2012) kesalahan keterampilan proses adalah suatu

kesalahan dimana siswa mampu mengidentifikasi operasi atau

serangkaian operasi yang sesuai untuk digunakan dalam menyelesaikan

soal tetapi siswa tidak dapat menjalankan prosedur dengan benar atau

siswa tidak mengetahui proses yang digunakan dalam menyelesaikan

soal tersebut.

e. Kesalahan penulisan jawaban (encoding errors)

Singh (2010) dan Jha (2012) kesalahan penulisan jawaban adalah suatu

kesalahan dimana siswa mampu menyelesaikan soal tersebut tetapi siswa

tidak menuliskan jawaban yang dimaksudkan oleh soal, siswa tidak dapat

menuliskan jawaban yang ia maksud sehingga menyebabkan berubahnya

makna jawaban yang ia tuliskan, siswa tidak bisa mengungkapkan solusi

dari soal yang ia kerjakan dalam bentuk tertulis yang dapat diterima, atau

tidak bisa menuliskan kesimpulan dengan tepat hasil pekerjaannya

Berikut pedoman klasifikasi kesalahan berdasarkan teori yang

dikemukakan Newman dalam Pateda (1989)


14

Tabel. 2.1 Pedoman Klasifikasi Kesalahan Berdasarkan Teori Newman

No Tahapan dalam Indikator Kesalahan

kesalahan Teori

Newman

1 Membaca (reading)  Siswa tidak dapat membaca dan

memaknai kata-kata atau informasi yang

diajukan di dalam soal

 Siswa tidak mengetahui atau tidak

menemukan kata kunci yang terdapat

pada soal

2 Memahami  Siswa salah menuliskan apa yang

(comprehension) diketahui dari soal

 Siswa menuliskan apa yang diketahui

dan ditanyakan pada soal tetapi tidak

melanjutkan proses

3 Transformasi  Siswa tidak dapat mengubah informasi

(transformation) yang didapat dari soal kedalam bentuk

matematika

 Siswa menuliskan apa yang ditanyakan

dan yang diketahui tapi tidak benar

menetukan rumus yang digunakan


15

No Tahapan dalam Indikator Kesalahan

kesalahan Teori

Newman

 Siswa tidak dapat mengidentifikasi

operasi atau serangkain operasi yang

akan digunakan

4 Keterampilan proses  Siswa melakukan kesalahan dalam

(process skill) komputasi (perhitungan)

 Siswa tidak dapat melanjutkan prosedur

penyelesaian (macet)

 Siswa melanjutkan proses komputasi

tetapi tidak tepat karena kesalahan

penggunaan rumus

5 Kesalahan penulisan  Siswa mampu menyelesaikan soal

(encoding) tersebut tetapi tidak menuliskan jawaban

yang dimaksudkan oleh soal

 Siswa tidak dapat menuliskan jawaban

yang ia maksud sehingga menyebabkan

berubahnya makna jawaban yang ia

tuliskan

 Siswa tidak bisa mengungkapkan solusi

dari soal yang ia kerjakan dalam bentuk

tertulis yang dapat diterima, atau tidak


16

No Tahapan dalam Indikator Kesalahan

kesalahan Teori

Newman

bisa menuliskan kesimpulan dengan

tepat hasil pekerjaannya

Sumber: Pateda, M. (1989)

D. Pemberian Scaffolding

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan

soal harus segera diminimalisir agar tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Pada penelitian ini, cara yang digunakan peneliti adalah pemberian

scaffolding

Susilowati (2018:15) mengemukakan bahwa scaffolding berasal dari

kata scaffold yang berarti tangga untuk pijakan tukang batu ketika sedang

membangun tembok. Scaffolding dapat diartikan sebagai bantuan yang

disediakan teman atau orang dewasa yang lebih berkompeten.

Fatahillah dkk (2017:42) mengemukakan bahwa scaffolding

merupakan bentuk bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk

mengatasi kesulitan kognitif siswa ketika mengerjakan suatu tugas yang

tidak dapat diselesaikan oleh siswa. Bantuan tersebut dapat berupa

petunjuk, dorongan, peringatan, memberikan contoh dan tindakan-

tindakan lain yang memungkinkan siswa untuk melibatkan kesadaran

berpikirnya terhadap proses dan hasil dari suatu permasalahan.


17

Ramadhani dkk (2016:12) mengemukakan scaffolding merupakan

salah satu cara untuk mengidentifikasi kesalahan siswa saat menyelesaikan

masalah matematika. Selain itu, scaffolding juga bersifat fleksibel, artinya

bantuan tersebut dapat diberikan sewaktu-waktu ketika dibutuhkan oleh

siswa dan dapat dihentikan ketika siswa telah mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri.

Widiana (2009:68) mengemukakan bahwa scaffolding adalah

pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal

pembelajaran dan pemecahan masalah, kemudian mengurangi bantuan dan

memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang

semakin besar setelah siswa mampu melakukannya. Dalam interaksi sosial,

terjadi proses pembimbingan dan negoisasi makna (scaffolding) oleh siswa

lain,guru, atau tokoh dalam suatu wilayah.

Anghileri (2006) mengemukakan bahwa ada tiga tingkatan dari

penggunaan scaffolding yang merupakan dukungan dalam pembelajaran

matematika antara lain :

1. Level 1 (environmental provisions). Pada level ini, bantuan guru

adalah menyiapkan lingkungan belajar di kelas seperti pengaturan

kelompok atau lembar kerja siswa. Dalam pengaturan kelompok siswa

akan secara mandiri menyelesaikan masalah dengan bertukar pikiran.

Bantuan dapat pula berupa petunjuk atau perintah di LKS untuk

membantu siswa menyelesaikan masalah.

2. Level 2 (explaining,reviewing, and restructuring). Explaining


18

(menjelaskan) merupakan cara yang dilakukan untuk mencapaikan ide

atau konsep yang digunakan pada penyelesaian soal. Reviewing

(memeriksa kembali) merupakan cara yang dilakukan untuk mendorong

siswa agar lebih mengerti dan memahami masalah yang akan

diselesaikan. Restructuring (membangun kembali pemahaman)

merupakan cara yang dilakukan guru dalam membangun ulang

pengetahuan-pengetahuan siswa yang telah dimiliki untuk menyelesaikan

soal.

Level 3 (developing conceptual thinking). Pada level ini, guru

mengarahkan siswa untuk meningkatkan daya pikir secara konseptual.

Interaksi guru dan siswa yaitu dengan menciptakan kesempatan untuk

mengungkapkan pemahaman siswa. Selanjutnya, siswa akan dilibatkan

dalam wawancara konseptual yang dapat meningkatkan daya pikir

E. Pembelajaran Matematika pada Materi Matriks

1. Materi Matriks

a. Pegertian Matriks

1) Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang

disusun atau dijajarkan secara empat persegi panjang menurut

baris-baris dan kolom- kolom.

2) Matriks adalah jajaran elemen (berupa bilangan) berbentuk empat

persegi panjang.

3) Matriks adalah suatu himpunan kuantitas-kuantitas (yang disebut

elemen), disusun dalam bentuk persegi panjang yang memuat


19

baris-baris dan kolom- kolom.

b. Notasi Matriks

Notasi yang digunakan

atau atau

Matriks kita beri nama dengan huruf besar seperti A, B, C, dll.

Matriks yang mempunyai I baris dan j kolom ditulis A=(aij ), artinya

suatu matriks A yang elemen-elemennya aij dimana indeks I

menyatakan baris ke I dan indeks j menyatakan kolom ke j dari

elemen tersebut. Secara umum, matriks A=(aij ), i=1, 2, 3,…..m dan

j=1, 2, 3,……., n yang berarti bahwa banyaknya baris m dan

banyaknya kolom n.

Contoh 2 5 2
7 6 7
2 -1 6

Ukuran matriks 2x2 2x1 1x3

Jumlah baris 2 2 1

Jumlah kolom 2 1 4

Matriks yang hanya mempunyai satu baris disebut matriks baris,

sedangkan matriks yang hanya mempunyai satu kolom disebut


20

matriks kolom. Dua buah matriks A dan B dikatakan sama jika

ukurannya sama (mxn) dan berlaku aij = bij untuk setiap i dan j.

c. Operasi Pada Matriks

1) Penjumlahan Matriks

Penjumlahan matriks hanya dapat dilakukan terhadap matriks-

matriks yang mempunyai ukuran (orde) yang sama. Jika A=(aij ) dan

B=(bij ) adalah matriks- matriks berukuran sama, maka A+B adalah

suatu matriks C=(cij ) dimana (cij ) = (aij ) + (bij ) atau [A]+[B] = [C]

mempunyai ukuran yang sama dan elemennya (cij ) = (aij ) + (bij ).

Contoh :

A+C tidak terdefinisi (tidak dapat dicari hasilnya) karena matriks A

dan B mempunyai ukuran yang tidak sama.

2) Pengurangan Matriks

Sama seperti pada penjumlahan matriks, pengurangan matriks

hanya dapat dilakukan pada matriks-matriks yang mempunyai

ukuran yang sama. Jika ukurannya berlainan maka matriks hasil

tidak terdefinisikan.
21

3) Perkalian Matriks Dengan Skalar

Jika k adalah suatu bilangan skalar dan A=(a ij ) maka matriks

kA=(kaij ) yaitu suatu matriks kA yang diperoleh dengan mengalikan

semua elemen matriks A dengan k. Mengalikan matriks dengan

skalar dapat dituliskan di depan atau dibelakang matriks. Misalnya

[C]=k[A]=[A]k dan (cij ) = (kaij )

Contoh :

4) Perkalian Matriks Dengan Matriks

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

 Perkalian matriks dengan matriks umumnya tidak komutatif.

 Syarat perkalian adalah jumlah banyaknya kolom pertama matriks

sama dengan jumlah banyaknya baris matriks kedua.

 Jika matriks A berukuran m × p dan matriks p × n maka perkalian

A × B adalah suatu matriks C=(cij ) berukuran m × n dimana

cij = ai1b1j + ai2b2j + ai3b3j +...........+ aipbpj

3
contoh : A = [3 2 1] dan B = 1 , maka
0

3
A × B = [3 2 1] × 1 = [ (3×3) (2×1) (1×0)] = [11]
0
Beberapa Hukum Perkalian Matriks :

o Hukum Distributif, A× (B+C) = AB + AC


22

o Hukum Assosiatif, A× (B×C) = (A×B) ×C

o Tidak Komutatif, A×B  B×A

o Jika A×B = 0, maka beberapa kemungkinan

1. A=0 dan B=0

2. A=0 atau B=0

3. A0 dan B0

o Bila A×B = A×C, belum tentu B = C

d. Transpose Matriks

Jika diketahui suatu matriks A=aij berukuran mxn maka transpose

dari A adalah matriks AT =nxm yang didapat dari A dengan menuliskan

baris ke-i dari A sebagai kolom ke-i dari AT.

Beberapa Sifat Matriks Transpose :

1) (A+B)T = AT + BT

2) (AT) = A

3) k(AT) = (kA)T

4) (AB)T = BT AT

e. Transformasi Elementer Pada Baris Dan Kolom Suatu Matriks

Yang dimaksud dengan transformasi pada baris atau kolom suatu

matriks A adalah sebagai berikut :

1) Penukaran tempat baris ke-i dan baris ke-j atau penukaran kolom ke-i

dan kolom ke-j dan ditulis Hij(A) untuk transformasi baris dan Kij(A)

untuk transformasi kolom.


23

Contoh

a) Penukaran Baris

1 0 2 3

A= 2 1 H12(A) 1 2

0 1 0 1

H12(A) berarti menukar baris ke-1 matriks A dengan baris


ke-2

b) Penukaran Kolom

K13(A) berarti menukar kolom ke-2 matriks A dengan kolom ke-3


i
2) memperkalikan baris ke-i dengan suatu bilangan skalar h0, ditulis H (h)
i
(A) dan memperkalikan kolom ke-i dengan skalar k0, ditulis K (k)(A).

Contoh:

3) Meambah kolom ke-i dengan k kali ke kolom ke-j, ditulis Kij(k)(A) dan

menambah baris ke-i dengan h kali baris ke-j ditulis Hij(h)(A)

Contoh:
24

f. Matriks ekuivalen

Dua buah matriks A dan B disebut ekuivalen (A~B) apabila salah

satunya dapat diperoleh dari yang lain dengan transformasi-transformasi

elementer terhadap baris dan kolom. Kalau transformasi elementer hanya

terjadi pada baris saja disebut Elementer Baris, sedangkan jika

transformasi terjadi pada kolom saja disebut Elementer Kolom.

Contoh:

A dan B adalah ekuivalen baris karena jika kita mempertukarkan baris

ke-1 dengan baris ke-2 pada matriks A atau H12(A), maka akan didapat

matriks B.
25

F. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain

sebagai berikut : .

1. Jurnal Puspita Rahayuningsih dan Abdul Qohar (2014) tentang analisis

kesalahan menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linier dua

variabel (SPLDV) dan scaffolding-nya berdasarkan analisis kesalahan

Newman pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Malang meyimpulkan

bahwa tahapan analisis kesalahan Newman adalah pada tahapan

pemahaman (comprehension), yaitu siswa tidak menuliskan bagian

yang diketahui dan ditanyakan, salah dalam menuliskan bagian tersebut

dan tidak lengkap dalam menuliskannya. Pada tahapan transformasi

(transformation), siswa salah dalam memisalkan, salah dalam

menyusun persamaan dan salah dalam penyelesaiannya. Pada tahap

kemampuan proses (process skill) siswa tidak melakukan tahapan

sistematis dan salah dalam memanipulasi variabel atau bilangan,

kemudian pada tahap akhir yaitu penulisan jawaban (encoding),

kesalahan yang dilakukan siswa adalah tidak lengkap dalam menuliskan

jawaban akhir dengan tidak menuliskan keterangan yang sesuai dengan

yang diinginkan soal. Kemudian bentuk scaffolding yang diberikan

pada tahap memahami adalah explaining (menjelaskan), reviewing

(mengulas kembali) dan restructuring (membangun kembali

pemahaman). Pada tahap transformasi bentuk scaffolding yang

diberikan adalah reviewing, restructuring, dan developing conceptual

thinking. Kemudian pada tahap keterampilan proses bentuk scaffolding


26

yang diberikan adalah reviewing dan restructuring. Lalu pada tahap

penulisan jawaban akhir bentuk scaffolding yang diberikan adalah

reviewing.

2. Jurnal Anik Mega Putri (2017) tentang analisis kesalahan siswa SMP

dalam menyelesaikan soal cerita matematika berdasarkan tahapan

Newman serta upaya untuk mengatasinya menggunakan scaffolding

menyimpulkan bahwa kesalahan yang dilakukan berdasarkan tahapan

Newman terletak pada tahap memahami (comprehension) adalah tidak

menuliskan apa yang ditanyakan dalam soal. Pada tahap transformasi

(transformation) yaitu siswa salah dalam membuat permisalan dan

menyusun persamaan. Pada tahap keterampilan proses (process skill)

siswa melakukan kesalahan dalam memfaktorkan persamaan kuadrat.

Kemudian bentuk scaffolding yang diberikan pada tahap memahami

adalah reviewing (mengulas kembali). Pada tahap transformasi bentuk

scaffolding yang diberikan adalah reviewing, restructuring, dan

developing conceptual thinking. Kemudian pada tahap keterampilan

proses bentuk scaffolding yang diberikan adalah reviewing dan

restructuring.

3. Jurnal Annisa Nur Ramadhani, Ipung Yuwono, dan Makmul Muksar

(2016) tentang analisis kesalahan siswa kelas VIII SMP pada materi

aljabar serta proses scaffolding-nya menyimpulkan bahwa kesalahan

siswa dalam memahami makna variabel adalah sesuatu yang harus

dicari nilainya atau anggapan bahwa variabel sebagai bilangan tertentu.

Peneliti memberikan scaffolding level 2 yaitu perintah untuk


27

memahami kembali maksud soal dan menjelaskan strategi yang

digunakan subjek untuk mengerjakan. Setelah pemberian scaffolding,

siswa dapat mengerjakan soal yang serupa dengan tepat atau setidaknya

kesalahannya berkurang.

4. Jurnal Arif Fatahillah, Yuli Fajar, dan Susanto (2017) tentang analisis

kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika

berdasarkan tahapan newman beserta bentuk scaffolding yang

diberikan, menyimpulkan bahwa kesalahan membaca yang terdiri dari

kesalaan membaca kata-kata satuan luas, symbol mata uang dan

nominal. Kesalahan memahami terdiri dari kesalahan tidak menuliskan

apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Kesalahan transformasi

terdiri dari kesalahan menggunakan operasi. Kesalahan keterampilan

terdiri dari kesalahan dalam perhitungan dan kesalahan menarik

kesimpulan terdiri dari kesalahan menuliskan satuan, tidak menuliskan

satuan dan menuliskan kesimpulan tetapi tidak tepat. Peneliti

memberikan scaffolding level 2 dan dari hasil scaffolding yang

diberikan, menunjukkan bahwa sebagian siswa dapat memperbaiki

kesalahannya dan sebagian siswa masih melakukan kesalahan yang

sama, namun tingkat kesalahannya lebih rendah dibandingkan sebelum

pemberian scaffolding.

5. Jurnal Rusydah Usry, Roslinda Rosli dan Siti Mistima Maat pada tahun

2016 tentang An Error Analysis of Matriculation Students’

Permutations and Combinations. Menyimpulkan bahwa lima kesalahan

besar yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal adalah salah

menginterpretasikan pertanyaan, operasi yang salah, salah


28

mengidentifikasi objek terutama huruf dan angka, salah menggunakan

rumus dan jawaban yang sembarang.

6. Jurnal Kiky Yuni Astuty dan Pradnyo Wijayanti (2013) tentang analisis

kesalahan siswa kelas V dalam menyelesaikan soal pada materi pecahan

di SDN Medokan Semampir i/259 Surabaya menyimpulkan bahwa

Kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal pecahan,

dapat diklasifikasikan atas 5 jenis kesalahan yaitu kesalahan konsep,

kesalahan prinsip, kesalahan algoritma, kesalahan operasi hitung dan

kesalahan acak. Presentase jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa

pada tiap butir soal yaitu kesalahan konsep sebesar 19,65%, kesalahan

prinsip sebesar 10,25%, kesalahan algoritma sebesar 51,30%,

kesalahan operasi hitung sebesar 13,67%, dan kesalahan acak sebesar

5,13%.

7. Jurnal Evi Nurianti, Halini dan Romal (2015) tentang analisis kesalahan

siswa dalam menyelesaikan soal materi pecahan bentuk aljabar dikelas

VIII SMP menyimpulkan bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa pada operasi penjumlahan dan pengurangan meliputi kesalahan

konsep, prinsip, dan kecerobohan. Jumlah persentase tiap-tiap jenis

kesalahan yang dilakukan siswa pada operasi penjumlahan dan

pengurangan adalah pada operasi penjumlahan kesalahan konsep yang

dilakukan siswa yaitu dengan persentase butir soal 1 sampai dengan

butir soal 5 berturut-turut adalah 3,44%, 75,86%, 10,34%, 51,72%, dan

62,06%. Kesalahan kecerobohan yang dilakukan siswa yaitu dengan

persentase berturut-turut adalah 3,44%, 3,44%, 37,93%, 41,37%, dan


29

10,34%. Dan kesalahan prinsip yang dilakukan siswa yaitu dengan

persentase berturut-turut adalah 0%, 0%, 10,34%, 6,89%, 27,58%.

Pada operasi pengurangan kesalahan konsep yang dilakukan siswa yaitu

dengan persentase butir soal 6 sampai dengan butir soal 10 berturut-

turut adalah 62,06%, 3,44%, 13,79%, 68,96%, dan 13,79%. Kesalahan

prinsip yang dilakukan siswa yaitu dengan persentase berturut-turut

adalah 27,58%, 0%, 17,24%, 17,24%, dan 37,93%. Dan kesalahan

kecerobohan yang dilakukan siswa yaitu dengan persentase berturut-

turut adalah 10,34%, 10,34%, 34,48%, 6,89%, 17,24%.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Hamzah (2019:27) Jenis Penelitian Kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa ucapan atau tulisan

dan prilaku orang-orang yang diamati dalam suatu konteks tertentu,

sesuai paradigma, pendekatan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Data-data diambil langsung di lapangan, direduksi, dipaparkan, dianalisis

dan ditafsirkan secara utuh, komprehensif, holistik berdasarkan

kerangka fikir filosofis atau paradigma yang melandasinya. Kemudian

hasil tafsiran didiskusikan serta diuji kebsahannya untuk memeriksa

hasil penelitian sudah valid.

Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah peneliti bertindak sebagai

instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia (seperti;

angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan sebagainya) dapat

pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti

sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif

kehadiran peneliti adalah mutlak, karena peneliti harus berinteraksi dengan

lingkungan baik manusia dan non manusia yang ada dalam kancah

penelitian. Kehadirannya di lapangan eneliti harus dijelaskan, apakah

kehadirannya diketahui atau tidak diketahui oleh subyek penelitian. Ini

berkaitan dengan keterlibatan peneliti dalam kancah penelitian, apakah

terlibat aktif atau pasif (Murni, 2017).

30
31

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester Ganjil tahun ajaran

2021/2022 di SMA Negeri 1 Marangkayu.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA di SMA

Negeri 1 Marangkayu.

Objek dalam penelitian ini adalah kesalahan-kesalahan yang dilakukan

oleh siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Marangkayu dalam

menyelesaikan permasalahan kontekstual materi pokok Matriks.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa Observasi, dokumentasi dan wawancara.

1. Observasi

Observasi yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pada

saat proses pembelajaran. Peneliti sebagai observer dan yang di observasi

adalah murid dan guru, adapun yang diamati untuk pembelajaran daring

peneliti akan mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang

berlangsung secara daring melalui whatsapp dan google Classroom,

yakni dengan mengamati siswa dalam merespon kegiatan belajar

mengajar dan juga mengamati proses pembelajaran yang diberikan oleh

guru mulai dari penyampaian materi hingga penjelasan mengenai

pemecahan masalah yang diajarkan oleh guru kepada siswa dengan


32

materi terkait dari awal materi hingga materi tersebut selesai.

Sebelum melakukan kegiatan observasi ini peneliti terlebih dahulu

meminta izin kepada guru agar dapat mengikuti kegiatan

pembelajaran. sedangkan untuk pembelajaran luring akan dilaksanakan

pengamatan langsung proses pembelajaran di kelas. Observasi ini

dilakukan untuk mengetahui respon siswa selama kegiatan

pembelajaran, serta mencatat hal atau keadaan yang relevan dengan

tujuan penelitian.

2. Dokumen

Dokumen yang dimaksud pada penelitian ini yakni data yang

dimiliki oleh guru, murid maupun sekolah. Guru memberikan ulangan

harian kepada siswa setelah materi Matriks K.D 3.3 dan K.I 4.3

selesai. Dokumen lainnya adalah hasil pengamatan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Untuk pembelajaran

daring dokumen berupa hasil pekerjaan siswa yang dikumpulkan pada

Google Classrom dan berupa screenshoot kegiatan pembelajaran yang

berlangsung sedangkan untuk pembelajaran luring, dokumen berupa

lembar jawaban siswa yang dikumpulkan kepada guru dan dokumentasi

kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan agar dapat memperkuat informasi yang

sudah diperoleh sebelumnya melalui dokumen dan observasi serta

klarifikasi terhadap hasil observasi. Subjek dalam wawancara ini


33

adalah siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Marangkayu. Wawancara

akan dilakukan pada beberapa siswa yang telah dipilih berdasarkan

dokumen hasil pekerjaan siswa berdasarkan kategori kesalahan siswa.

Untuk pembelajaran daring peneliti akan melaksanan wawancara dengan

membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada siswa melalui

Google Form sedangkan untuk pembelajaran luring peneliti akan

melaksanakan wawancara kepada siswa secara langsung atau tatap muka

berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun.

E. Analisis Data

Analisis data tentunya dilakukan secara sistematis agar data

yang diperoleh tersusun dengan baik adapun prosedur analisis data

kualitatif adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2020:132):

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan suatu kegiatan meringkas dan

memilih hal-hal pokok yang nantinya akan digunakan dalam

kegiatan penelitian serta memfokuskan terhadap hal-hal penting

sehingga data yang diperoleh dapat lebih jelas memberikan informasi

yang dapat mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan

data pada tahap selanjutnya.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan tahap kedua setalah proses reduksi

data. Tujuan dari penyajian data adalah agar dapat memudahkan

peneliti dalam memahami permasalahan, yang kemudian merencanakan


34

kegiatan berikutnya berdasarkan apa yang diperoleh dari tahap

sebelumnya. Penyajian data dapat dinyatakan dalam bentuk tabel

atau narasi maupun simbol-simbol. Data yang akan disajikan pada

penelitian ini adalah hasil observasi kegiatan belajar mengajar, hasil

pekerjaan siswa, dan dokumen hasil wawancara.

3. Verifikasi data

Data yang diperoleh dari proses reduksi dan penyajian data di

periksa keabsahannya melalui uji kredibilitas dengan triangulasi. Setelah

melalui tahap-tahap penelitian tersebut selanjutnya adalah

menentukan atau membuat kesimpulan.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Afrizal (2017) dalam penelitian kualitatif, validitas data berarti

bahwa data yang telah terkumpul dapat menggambarkan realitas yang ingin

diungkapkan oleh peneliti. Banyak hal yang mempengaruhi perolehan data

yang valid seperti ketepatan teknik pengumpulan data, kesesuaian

informan, cara melakukan wawancara dan observasi dan cara membuat

catatan lapangan. Salah satu teknik untuk memperoleh data yang valid

dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan teknik triangulasi.

(Sugiyono, 2015) mengemukakan bahwa triangulasi diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Dalam penelitian ini, triangulasi yang akan digunakan

adalah triangulasi teknik, triangulasi metode dan triangulasi sumber.

Triangulasi teknik ini dilakukan dengan membandingkan


35

dokumentasi/arsip guru dengan observasi dan wawancara.

Triangulasi metode ini dilakukan untuk mencari kesesuaian data

hasil tes soal matematika dan hasil wawancara, dengan cara mengecek data

hasil temuan dalam penelitian, berupa kesalahan yang ditemukan pada

lembar jawaban siswa dari hasil tes soal. Kesalahan-kesalahan tersebut

kemudian dibandingkan dengan penjelasan responden pada saat wawancara

dengan peneliti. Sedangkan triangulasi sumber bertujuan untuk memastikan

informasi yang diperoleh dari hasil tes Permasalahan kontekstual dan

wawancara yang dilakukan tersebut adalah benar. Triangulasi sumber data

pada penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara dengan siswa

yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. (2017). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok:
Rajawali Pers.

Fatahillah, A. Y. F. (2017). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal


Cerita Matematika Berdasarkan Tahapan Newman Beserta Bentuk
Scaffolding yang Diberikan. Kadikma, 8(1), 42.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ashlock, R. B. (2006). Error Patterns In Computation: Using Error

Pattern to
Improve Instruction. Ohio: Pearson Prentice Hall.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran . Bandung: Alfabeta.

Aunurrahman. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga.

Dalyono, M. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Damayanti, N. W. (n.d.). Praktik Pemberian Scaffolding Oleh Mahasiswa


Pendidikan Matematika Pada Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
(SBM) Matematika. LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, 18(1), 88.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Dwilistyowati, M. (2018). Kesalahan Menurut Tahapan Kastolan dan Scaffolding


dalam Menyelesaikan Permasalahan kontekstual Materi Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel (SPLDV). 3.

Astuty, K. Y. P. W. (2017). Analisis Kesalahan Siswa Kelas V Dalam


Menyelesaikan Permasalahan kontekstual Pada Materi Pecahan di SDN
Medokan Semampir Surabaya. 2.

Kuadrat, H. H. (2010). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: PT


Bumi Aksara.
37

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta:


Referensi (GP Press Group).

Nuraida. (2017). Analisis Kesalahan Penyelesaian Soal Bangun Ruang Sisi


Lengkung Siswa Kelas IX SMP Negeri 5 Kota Tasikmalaya. Teorema:
Teori dan Riset Matematika. 1(2), 25-30.

Nurianti, E. (2015). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan


Permasalahan kontekstual Materi Pecahan Bentuk Aljabar di Kelas VII
SMP. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN, 2-3.

Pramudjono. (2010). Aljabar. Samarinda: Purry Kencana Mandiri.

Putri, A. M. (2017). Analisis Kesalahan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal


Cerita Matematika Berdasarkan Tahapan Newman serta Upaya untuk
Mnegatasinya menggunakan Schaffoding. Mathedunesa, 2(6), 278.

Qohar, P. R. (2014). Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem


Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) dan Scaffolding -nya
Berdasarkan Analisis Kesalahan Newman Pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 2 Malang. Jurnal Pendidikan Matematika & Sains(2), 110.

Ramadhani, A. N. (2016). Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII SMP Pada Materi
Aljabar Serta Proses Scaffolding -nya. Silogisme: Kajian Ilmu Matematika
dan Pembelajarannya, 1(1), 12-13.

Siregar, E. H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soedjadi, R. (2000). Kiat pendidikan matematika di Indonesia : Konstatasi


keadaan masa kini menuju harapan masa depan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Dapartemen Pendidikan Nasional.

Sudianto Manullang, A. K. (2017). Matematika Wajib Kelas XI Semester 2.


Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suprijono,

A. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Susilowati, P. L. (2018). Analisis Kesalahan Siswa Berdasarkan Tahapan
Newman dan Scaffolding Pada Materi Aritmatika Sosial. Mosharafah,
7(1), 15.
38

LAMPIRAN
39

Lampiran 1. Rambu-rambu Observasi

PETUNJUK TEKNIS

Observasi dilakukan sebagai salah satu metode untuk memperoleh data

proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara online melalui via

google meet. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan kegiatan

observasi:

1. Bekerja sama dengan guru mata pelajaran dan meminta izin agar dapat mengikuti

proses pembelajaran

2. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan observasi

3. Menyiapkan pedoman kegiatan observasi yang akan dilaksanakan

Hari/ Tanggal :

Pukul :
Kelas :
Pertemuan ke :

No Materi Observasi Guru Deskripsi Hasil Observasi


1 Pemberian apersepsi terkait materi

2 Penjelasan materi yang diberikan oleh guru


3 Penjelasan bagaimana langkah pemecahan
masalah
4 Pengelolaan suasana belajar yang aktif

5 Penguasaan kelas
6 Penguasaan konsep dan materi yang
diajarkan
7 Pemberian kesempatan pada siswa untuk
bertanya
8 Fasilitas belajar mengajar
40

N Materi Observasi Siswa Deskripsi Hasil observasi


o
1 Sikap selama jam pembelajaran

2 Perhatian siswa saat guru sedang


menyampaikan materi
3 Respon siswa dalam menjawab
pertanyaan langsung yang diberikan oleh
guru pada saat pembelajaran
4 Kemampuan Siswa dalam menyelesaikan
masalah pada materi matriks yang
diberikan secara langsung pada saat
pembelajaran berlangsung
5 Keaktifan siswa dalam bertanya mengenai
materi yang belum dipahami
6 Kelengkapan fasilitas belajar siswa (buku
catatan, buku paket, handphone dan lain-
lain)
41

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

PETUNJUK TEKNIS

Berdasarkan dokumen hasil ulangan matematika pada materi matriks.

Berdasarkan diskusi yang sudah dilakukan dengan guru mata pelajaran

matematika akan dipilih 5 siswa yang akan dijadikan sebagai subjek

wawancara, setiap siswa mewakili setiap tingkatan kesalahan berdasarkan

teori Newmann. Persiapan wawancara diselenggarakan menurut tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Menentukan siswa sebagai subjek yang akan diwawancarai, berdasarkan tingkat

kesalahan berdasarkan Teori Newmann.

2. Menentukan waktu pelaksanaan wawancara, yaitu setelah diperoleh dokumen

hasil dari pekerjaan siswa.

3. Menyiapkan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada subjek.

4. Menyiapkan alat tulis dan lembar pekerjaan subjek sebagai pendukung proses

wawancara.

Adapun pertanyaan yang akan disampaikan peneliti terhadap subjek

adalah sebagai berikut:

1. Coba anda periksa penyelesaian soal yang anda kerjakan, apakah jawaban

anda sudah benar?

2. Apakah anda tidak pernah meneliti kembali penyelesaian soal yang anda

kerjakan?

3. Mengapa anda melakuan kesalahan seperti itu?


42

4. Dari mana anda mendapatkan cara seperti itu ?

5. Apakah anda suka dengan mata pelajaran matematika?

6. Apakah anda punya sumber belajar lain selain materi dari guru ?

7. Apakah anda selalu memperhatikan jika guru menjelaskan?

8. Apakah kamu pernah melihat atau menemukan soal seperti berikut?

9. Apakah tugas atau PR yang diberikan guru sulit ?

10. Jika iya, dimana letak kesulitan nya ?

11. Jika menemukan kesulitan, siapa yang biasanya membantu anda ?

Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara ini dapat berkembang

sesuai dengan jawaban siswa.

Anda mungkin juga menyukai