Anda di halaman 1dari 50

PENERAPAN METODE BLENDED LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN


AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS 5
DI SD NEGERI 1 FAJAR MULIA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Mata Kuliah


Seminar Proposal Penelitian
Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:
Hera Gustiana
18060025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN METODE BLENDED LEARNING PADA


PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS 5
DI SD NEGERI 1 FAJAR MULIA

PROPOSAL PENELITIAN
OLEH

Hera Gustiana
18060025

Mengetahui
Ketua Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Juhri, AM., M.Pd. Ari Rohmawati, M. Pd.


NIP. 195307031985011001 NIDN. 0226018704

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Yunni Arnida,S.Pd.,M.Pd.
NIDN. 0229097801

ii
KATA PENGANTAR

Segenap rasa syukur penulis ucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang
berkehendak atas segala sesuatu yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.Proposal ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Seminar Proposal
Penelitian.

Penulis Penulis akan meneliti “Penerapan Metode Blended Learning Pada


Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas 5 Di
SD Negeri 1 Fajar Mulia”. Penulis tentu banyak menerima masukan, arahan,
bimbingan, motivasi, bantuan dari berbagai pihak.Sehubungan dengan hal itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada.
1. Drs. H. Wanawir AM, MM, M.pd. selaku Ketua rektor Universitas
Muhammdiyah Pringsewu Lampung.
2. Rahma Faelosofi, M.Sc. selaku Dekan FKIP Univeritas Muhammdiyah
Pringsewu Lampung.
3. Yunni Arnidha, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP Univeritas Muhammdiyah Pringsewu Lampung.
4. Prof. Dr. Juhri, AM., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing, banyak membantu dan berbagi ilmu dalam proposal penelitian
ini.
5. Ari Rohmawati, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan serta memberikan banyak ilmu dalam penulisan proposal penelitian
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap staf dan karyawan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu.
7. Ibu, Bapak, Adik serta teman-teman seperjuangan .

iii
Semoga Allah SWT membalas segala keikhlasan, amal dan bantuan semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini,
semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi dunia pendidikan,
khususnya bagi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Aamiin.

Pringsewu, 20 April 2021


Peneliti

Hera Gustiana
18060025

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................4
C. Tujuan............................................................................................5
D. Manfaat..........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Metode Blended Learning..............................................................7
B. Pembelajaran Tematik..................................................................14
C. Aktivitas Belajar...........................................................................31
D. Penelitian Terdahulu....................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat Penelitian.........................................................................39
B. Informan Penelitian......................................................................39
C. Instrumen Penelitian.....................................................................39
D. Pengujian Keabsahan Data...........................................................41
E. Teknik Analisis Data....................................................................42
F. Jadwal Penelitian..........................................................................42

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer,

walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended).

Terjadinya pembelajaran awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi

antara pengajar dan pebelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru

memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber

belajar dalam pembelajaran mengkombinasi antara pengajar, media cetak dan

audio visual. Namun terminologi blended learning muncul setelah

berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh

pebelajar secara offline maupun online. Saat ini pembelajaran berbasis

blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap

muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi

komputer dan teknologi m-learning (mobile learning).

Banyak sekolah-sekolah ataupun perguruan tinggi telah menerapkan atau

mempertimbangkan model blended learning. Penerapan blended learning

dapat memberikan minat belajar mandiri mahasiswa karena banyak informasi

mutakhir yang dapat diperoleh melalui internet, metode ini sangat efisien

karena selain mahasiswa bisa mendapatkan perkuliahan tatap muka dengan

dosen di dalam kelas, mereka juga bisa mengakses materi yang diberikan

secara online di manapun mereka berada. Blended learning sangat bermanfaat

1
untuk mengembangkan dan menanamkan keterlibatan mahasiswa akan

perkuliahan yang diadakan karena mahasiswa harus aktif mengikuti

perkembangan yang terjadi di dalam kampusnya (Kaye dalam Thorne, 2003).

Dalam menghadapi era pandemik covid-19 ini, para pakar pendidikan

menggunakan model blended learning sebagai salah satu program yang

menjembatani pendidikan di Indonesia. Melalui blended learning, pemerintah

menerapkan pembelajaran yang menggabungkan konsep tatap muka dengan

menggunakan platform media online seperti aplikasi WhatsApp, Zoom dan

Google Meet. Program blended learning ini juga merupakan langkah

bijaksana untuk mengatasi masalah pembelajaran yang terkendala oleh jarak

dan waktu. Karena ketika guru dan siswa tidak berada di sekolah, maka

interaksi antara guru dan siswa akan terkendala tempat. Maka diperlukan

adanya sebiah platform ini guru dan siswa mampu bertatap muka atau

berinteraksi. Guru juga bisa memberikan materi dengan bentuk visual, audio,

maupun audio visual melalui platform tersebut. Sehingga pembelajaran tetap

bisa berjalan meskipun tidak berada di sekolah (Burden, P.R. dalam Byrd,

D.M., 2003).

Penggunaan metode pembelajaran tematik sangat penting, karena dapat

mendorong kemandirian peserta didik. Pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan tematik adalah cara pengemasan pelajaran dalam sebuah tema

ketimbang mata pelajaran. Tema merupakan alat atau wadah untuk

mengedepankan berbagai konsep kepada peserta didik secara utuh. Sebuah

2
tema bisa memuat beberapa bidang keahlian yang dipelajari. Dalam

pembelajaran tematik kemampuan yang diperoleh oleh peserta didik bisa jadi

beragam, tidak harus sama pada setiap peserta didik. Keunikan masing-

masing peserta didik harus dihargai. Beberapa peserta didik mungkin bisa

membaca lebih dahulu dari peserta didik lain dan itu tidak apa-apa. Setiap

peserta didik tidaklah harus menempuh jalur yang sama dalam mempelajari

sesuatu (Suryaman,Oni, 2018).

Peneliti menunjukan bahwa pemanfaatan aplikasi Whatsapp messenger

berpengaruh terhadap meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata

pelajaran fisika. Namun demikian, penelitian mengenai Blended learning

berbantuan Whatsapp pada mata pelajaran fisika masih relatif jarang.

Keterbatasan fitur pada Whatsapp untuk penyelenggaraan pembelajaran perlu

dikaji terkait dampaknya dalam pelajaran fisika. Oleh karena itu, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh pembelajaran fisika

pada materi listrik statis dengan sistem Blended learning berbantuan aplikasi

Whatsapp terhadap peningkatan kemempuan berpikir kritis dan kemampuan

pemecahan masalah siswa (Indriyani dalam Suliworo, 2018).

Pembelajaran daring yang dilakukan SD Negeri 1 Fajar Mulia dengan

menggunakan WhatsApp paling mudah dan efektif untuk dilakukan.

WhatsApp karena semua orang tua siswa memiliki aplikasi tersebut dan lebi

mudah baik guru maupun orang tua sudah terbiasa menggunakan. Hal tersebut

menjadi alasan penggunaan WhatsApp sebagai sarana yang digunakan sebagai

3
pembelajaran. Guru-guru melakukan berbagai kegiatan pembelajaran melalui

WhatsApp. Diskusi dalam grup, merekam ceramah dan memberi tugas.

Sedangkan luring (diluar jaringan) digunakan oleh guru sebagai bentuk lain

dari pembelajaran daring. Keterbatasan fasilitas yang dimiliki siswa dalam

pembelajaran menjadi kendala untuk melangsungkan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah dan hasil prasurvey maka

masalah dalam penelitian ini di tetapkan fokus masalahnya adalah penerapan

metode Blended Learning dalam pembelajaran tematik belum terlaksana

secara efektif. Untuk pembahasan lebih lanjut fokus masalah tersebut di

rumuskan ke dalam sub fokus masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran yang mengkombinasikan berbagai

teknologi?

2. Bagaimana penerapan pembelajaran yang mengkombinasikan berbagai

pendekatan?

3. Bagaimana penerapan pembelajaran yang mengkombinasikan media

elektronik?

4. Bagaimana penerapan pembelajaran yang mengkombinasikan tatap muka

dan online?

4
C. Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa

tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Mendeskripsikan bagaimana penerapan pembelajaran yang

mengkombinasikan berbagai teknologi.

2. Mendeskripsikan bagaimana penerapan pembelajaran yang

mengkombinasikan berbagai pendekatan.

3. Mendeskripsikan bagaimana penerapan pembelajaran yang

mengkombinasikan media elektronik.

4. Mendeskripsikan bagaimana penerapan pembelajaran yang

mengkombinasikan tatap muka dan online.

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan, maka penelitian ini memiliki

manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitan ini diharapkan mampu menambahkan wawasan serta lebih

mengerti dan memahami tentang Metode Blended Learning pada

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peningkatan

mutu pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan Aktivitas Belajar

Siswa dengan penggunaaan Metode Blended Learning.

5
b. Bagi Kepala Sekolah

Agar guru-guru dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dengan

penggunaaan Metode Blended Learning.

c. Bagi Guru

Guru dapat melakukan dan mempraktikan proses peningkatan Aktivitas

Belajar Siswa dengan penggunaaan Metode Blended Learning.

d. Bagi Siswa

Siswa dapat melakukan atau mempraktikan proses pembelajaran

dengan penggunaaan Metode Blended Learning.

e. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat berguna apabila nantinya peneliti menjadi guru di

sekolah dasar. Sebagai bekal pengetahuan dan wawasan tentang

implementasi Metode Blended Learning pada Pembelajaran Tematik

untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa.

f. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan dapat menambah

referensi untuk melakukan penelitian yang serupa atau untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Blended Learning

1. Pengertian Metode Blended Learning

Definisi blended learning merujuk pada empat konsep konsep yang berbeda

yaitu:

a. Blended learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan

atau menggabungkan berbagai teknologi berbasis web, untuk mencapai

tujuan pendidikan.

b. Blended learning merupakan kombinasi dari berbagai pndekatan

pembelajaran (seperti behaviorisme, konstruktivisme, kognitivisme)

untuk menghasilkan suatu pencapaian pembelajaran yang optimal

dengan atau tanpa teknologi pembelajaran.

c. Blended learning juga merupakan kombinasi banyak format teknologi

pembelajaran, seperti video tape, CD-ROM, web-based training, film

dengan pembelajaran tatap muka.

d. Blended learning menggabungkan teknologi pembelajaran dengan

perintah tugas kerja aktual untuk menciptakan pengaruh yang baik pada

pembelajaran dan pekerjaan (Driscoll (2002).

Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer,

walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended).

Terjadinya pembelajaran awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi

7
antara pengajar dan pebelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru

memanfaatkan media cetak.Pada saat ditemukan media audio visual, sumber

belajar dalam pembelajaran mengkombinasi antara pengajar, media cetak

dan audio visual. Namun terminologi blended learning muncul setelah

berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh

pebelajar secara offline maupun online. Saat ini pembelajaran berbasis

blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap

muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi

komputer dan teknologi m-learning (mobile learning).

Sejarah blended learning yang berkembang di dunia pelatihan pada awalnya

juga seperti yang dilakukan pada lembaga pendidikan yaitu sumber belajar

utama adalah pelatih/fasilitator. Dengan ditemukannya teknologi komputer,

pelatihan dilakukan menggunakan mainframe based yang dapat melakukan

kegiatan pelatihan secara individual tidak bergantung pada waktu dan materi

yang sama (tidak sinkron). Perkembangan berikutnya pembelajaran yang

tetap menggunakan basis computer tetapi daya jangkaunya menjadi lebih

lugas melintasi pulau dan benua karena perkembangan teknologi

satelit.Demikian pula, isi pelatihan dilakukan penyebarannya melalui CD

ROM dan internet. Saat ini pelatihan menggabungkan semua itu agar

pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dengan konsep kombinasi

(blended) (Bersin (2004).

8
Blended learning terdiri dari kata blended (kombinasi/campuran) dan

learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid

course(hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah). Makna asli

sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang

mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to

face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Thorne

(2003) menggambarkan blended learning sebagai “it represent on

opportunity to integrate the innovative and technological advances offered

by online learning with the interaction and participation offered in the best

of traditional learning”.

Model pembelajaran blended adalah suatu model pembelajaran yang

mengkombinasi metode pengajaran face to face dengan metode pengajaran

berbantukan komputer baik secara offline maupun online untuk membentuk

suatu pendekatan pembelajaran yang berintegrasi. Dahulu, materi-materi

berbasis digital telah dipraktekkan namun dalam batas peran penopang,

yaitu untuk mendukung pengajaran face to face. Tujuan blended learning

adalah untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang paling efektif dan

efisien.

Blended learning juga sering didefinisikan sebagai sistem belajar yang

dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran face-to-face dengan

pembelajaran bermediasi teknologi (technology mediated instruction) (Bonk

& Graham, 2006).

9
Saat ini istilah blended menjadi popular, maka semakin banyak kombinasi

yang dirujuk sebagai blended learning, misalnya menyebut istilah blended

dengan “hybrid” and “mixed-mode”.Dalam metodologi penelitian,

digunakan istilah “mix-methods” untuk menunjukkan kombinasi antara

penelitian kuantitatif dan kualitatif.Adapula yang menyebut di dalam

pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai

pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis

blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi

penyampaian pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka,

pembelajaran berbasis komputer (offline) dan computer secara online

(internet dan mobile learning) (Valiathan (2010).

Pembelajaran berbasis blended learning, disamping untuk meningkatkan

hasil belajar, bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan komunikasi

pada tiga mode pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang berbasis

ruang kelas tradisional, yang blended dan yang sepenuhnya online. Para

peneliti memberikan bukti yang menunjukkan bahwa blended learning

menghasilkan perasaan berkomunitas lebih kuat antar mahasiswa daripada

pembelajaran tradisional atas sepenuhnya online.

Pola belajar yang dicampurkan adalah dua unsur utama yakni pembelajaran

di kelas dengan online learning.Dalam pembelajaran online ini terdapat

pembelajaran menggunakan jaringan internet yang di dalamnya ada

pembelajaran berbasis web.Blended Learning ini merupakan perpaduan dari

10
teknologi multimedia, CD-ROM, video streaming, kelas virtual, e-

mail.voicemail dan lain-lain dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas

dan pelatihan setiap apa yang dibutuhkannya. Intinya penggabungan atau

percampuran dua pendekatan pembelajaran yang digunakan sehingga

tercipta pola pembelajaran baru dan tidak akan menimbulkan rasa bosan

pada peserta didik (Mosa dalam Rusman, 2011:242).

Blended Learning merupakan model pembelajaran tatap muka dan

pembelajaran online. Prinsip dasar dari model pembelajaran Blended

Learning adalah mengoptimalkan pengintegrasian komunikasi lisan yang

ada pada pembelajaran tatap muka dengan komunikasi tertulis pada

pembelajaran online. Secara umum, penerapan model ini mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga berhasil menjadi trend dan

banyak digunakan di perguruan tinggi terkemuka di dunia (Gamison dalam

Vaughan, 2008).

Blended Learning merupakan sarana terbaik untuk menggabungkan

pembelajaran tatap muka dan juga online. Penerapan Blended Learning

dapat meminimalisir masalah pembelajaran konvensional yang kurang

mampu memfasilitasi berbagai macam karakteristik mahasiswa

(Praherdhiono, 2017).

Blended Learning adalah sebuah konsep yang relatif baru dalam

pembelajaran dimana instruksi yang disampaikan melalui campuran

11
pembelajaran online dan tradisional yang dalam pelaksanaannya dipimpin

oleh instruktur atau pengajar (Bielawski dalam Metcalf, 2003).

2. Karakter Blended Learning

Adapun karakteristik blended learning yaitu :

a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model

pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi

yang beragam.

b. Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face), belajar

mandiri dan belajar mandiri via online.

c. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara

penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.

d. Guru dan orang tua pembelajar memiliki peran yang sama penting, guru

sebagai fasilitator dan orang tua sebagai pendukung (Watson, Jhon,

2008).

3. Tujuan Blended Learning

a. Membantu peserta diidk untuk berkembang lebih baik di dalam proses

belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.

b. Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan peserta didik

untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat dan terus berkembang.

c. Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan

menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online.

Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para siswa dalam

12
pengalaman interaktif. Sedangkan porsi online memberikan peserta didik

dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada saat dan di

mana saja selama peserta didik memiliki akses internet.

d. Mengatasi masalah pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian

melalui penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi (Graham,

Charles R, 2004).

4. Manfaat Blended Learning

a. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, tetapi ada penambahan

waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media online.

b. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi antara guru dan

siswa (mitra belajar).

c. Membantu memotivasi keaktifan siswa untuk ikut terlibat dalam proses

pembelajaran. Hal ini akan membentuk sikap kemandirian belajar pada

siswa.

d. Meningkatkan kemudahan belajar sehingga siswa menjadi puas dalam

belajar (Graham, Charles R, 2004).

5. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning

Kelebihan blended learning

a. Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan

dimana saja.

b. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya

memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.

13
c. Pembelajaran lebih aktif dan efisien.

d. Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya blended learning maka

pembelajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.

e. Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.

Kekurangan blended learning

a. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan

apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.

b. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pebelajar, seperti komputer dan

akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet

yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan

peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.

c. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi.

d. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan

akses internet.

e. Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat

memaksimalkan potensi dari blended learning (Graham, Charles R,

2004).

B. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran

terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran

yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif

14
menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara

holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran tematik mempunyai tujuan

tertentu pada setiap pembelajarannya. Pembelajaran tematik berorientasi

pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan siswa (Rusman, 2015:254).

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan

pengalaman yang bermakna bagi peserta didik (Martiono dalam Saptiani,

2016:24).

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar

sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu

mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi

kebermaknaan belajar siswa (Joni, 2009:43).

Pembelajaran dalam hal perencanaan materi pembelajaran tematik

sebaiknya menggunakan materi yang bisa dipadukan. Selanjutnya

pembelajaran kurikulum 2013 di SD dilakukan dengan menggunakan

pembelajaran tematik integratif, dimana kompetensi-kompetensi mata

pelajaran yang dipadukan dan diikat dalam sebuah tema kemudian menjadi

materi belajar bagi peserta didik di kelas (Prasetyo, 2017).

15
Pembelajaran tematik terpadu dipilih pada proses pembelajaran tingkat

sekolah dasar karena memiliki karakteristik menarik untuk pengembangan

pembelajaran peserta didik (Mulyadin, 2016).

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa

dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat

menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui

pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka

pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah

dipahaminya. Pembelajaran tematik juga mempunyai kaitan dengan

psikologi perkembangan karena isi materi didasarkan pada tahap

perkembangan peserta didik selain itu psikologi belajar juga diperlukan

karena mempunyai kontribusi (Antrock, 2011).

Studi mengenai implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar umum

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sekolah melaksanakan

pembelajaran tematik dimulai sejak diberlakukannya kurikulum 2013

terutama yang menjadi pusat penelitian adalah kelas rendah sebagai

gerbang pemahaman tematik (Dwi parwati, 2016).

Tematik adalah pokok isi atau wilayah dari suatu bahasan materi yang

terkait dengan masalah dan kebutuhan lokal yang dijadikan tema atau judul

dan akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelompok belajar.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan

16
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.Pembelajaran tematik

merupakan bentuk yang akan menciptakan sebuah pembelajaran terpadu,

yang akan mendorong keterlibatan siswa dalam belajar, membuat siswa

aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan menciptakan situasi

pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan siswa, dalam belajar secara

tematik siswa akan dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang

tinggi. Pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai pola

pembelajaran mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kemahiran,

nilai dan sikap pembelajaran dengan menggunakan tema.

Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran

tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan materi

beberapa pelajaran dalam satu tema, yang menekankan keterlibatan peserta

didik dalam belajar dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah,

sehingga hal ini dapat menumbuhkan kreativitas sesuai dengan potensi dan

kecenderungan mereka yang berbeda satu dengan yang lainnya.

2. Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan Pembelajaran tematik mencakup:

a. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh

tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)

humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran

perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah

17
kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan

pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman

langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.

Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan

manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi

dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.

Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada

anak, tetapi harus di interpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.

Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses

yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan

oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan

pengetahuannya. Sementara aliran humanisme melihat siswa dari segi

keunikan/kekhasannya, potensinya dan motivasi yang dimilikinya.

b. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan

dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.

Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan

isi/materipembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar

tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan

peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal

bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan

kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

c. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan

berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan

18
pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut

adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang

menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan

pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional menyatakan bahwa

setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan

pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya

(Bab V Pasal 1-b).

3. Prinsip Dasar Dan Karakteristik Pembelajaran Tematik

a. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

Adapun prinsip yang mendasari pembelajaran tematik adalah sebagai

berikut:

1) Terintegrasi dengan lingkungan atau bersifat kontekstual. Artinya

dalam sebuah format keterkaitan antara kemampuan peserta didik

dalam menemukan masalah dengan memecahkan masalah nyata

yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

2) Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa mata pelajaran atau

bahan kajian.

3) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

(joyfullearning).

4) Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang bermakna

bagi peserta didik.

19
5) Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran atau bahan kajian

dalam suatu proses pembelajaran tertentu.

6) Pemisahan atau pembedaan antara satu mata pelajaran dengan mata

pelajaran lain sulit dilakukan.

7) Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kemampuan,

kebutuhandan minat peserta didik.

8) Pembelajaran bersifat fleksibel.

9) Penggunaan variasi metode dalam pembelajaran (Depag, 2005).

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model proses, pembelajaran tematik memilik

karakteristik. Karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini

sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak

menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih

banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-

kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2) Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung

kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung

ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai

dasar untuk memahami hal- hal yang lebih abstrak.

20
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran

menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada

pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan

kehidupan siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai

mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian,

Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal

ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata

pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan

siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang

dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya (Depag, 2005).

4. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Tematik

a. Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dikembangkan selain untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat:

21
1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih

bermakna.

2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan

memanfaatkan informasi.

3) Menumbuh kembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-

nilailuhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama,

toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

5) Meningkatlkan gairah dalam belajar.

6) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

b. Manfaat Pembelajaran Tematik

Dengan menerapkan pembelajaran tematik, peserta didik dan guru

mendapatkan banyak manfaat. Diantara manfaat tersebut adalah:

1) Pembelajaran mampu meningkatkan pemahaman konseptual peserta

didik terhadap realitas sesuai dengan tingkat perkembangan

intelektualitasnya.

2) Pembelajaran tematik memungkinkan peserta didik mampu

mengeksporasi pengetahuan melalui serangkaian proses kegiatan

pembelajaran.

3) Pembelajaran tematik mampu meningkatkan keeratan hubungan

antar peserta didik.

4) Pembelajaran tematik membantu guru dalam meningkatkan

profesionalismenya.

22
5) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak.

6) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan dan

bermakna.

7) Mengembangkan keterampilan berfikir anak sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi.

8) Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain (Depag, 2005).

5. Implikasi Pembelajaran Tematik

Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai

berbagai implikasi yang mencakup:

a. Implikasi Bagi Guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam

menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam

memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar

pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan

utuh.

b. Implikasi Bagi Siswa

1) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam

pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual,

pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.

2) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi

secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan

penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.

23
c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

1) Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa

baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari,

menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara

holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya

memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.

2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik

yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan

pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di

lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).

3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media

pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam

memahami konsep-konsep yang abstrak.

4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat

menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-

masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan

buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.

d. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan

pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan

ruang tersebut meliputi:

1) Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang

dilaksanakan.

24
2) Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan

dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.

3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk

ditikar/karpet.

4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di

dalam kelas maupun di luar kelas.

5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya

peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga

memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya

kembali.

e. Implikasi terhadap Pemilihan metode

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam

pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan

dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain

peran, Tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap (Depag, 2005).

6. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Pada dasarnya ada tiga tahap yang harus dilalui dalam prosedur penerapan

pembelajaran tematik, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3)

penilaian (evaluasi).

a. Tahap Perencanaan

Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian rencana

yang memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh

25
dan sistematis, yang akan digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam

mengelolah kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran tematik

perencanaan yang harus dilakukan adalah sebagi berikut:

1) Pemilihan tema dan unit-unit tema

Pemilihan tema ini dapat datang dari staf pengajar yaitu guru kelas

atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih

tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa menentukan unit

temanya. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan

mengacu pada tujuan dan materi-materi pada pokok bahasan pada

setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurik ulum. Tema dapat

juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu: tema yang yang

dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku

bacaan, pengalaman, minat, isu-isu yang sedang beredar

dimasyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber

belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

a) Tema dasar- unit tema

Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang

mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian

siswa mengembangkan unit temanya.

b) Curah pendapat

Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar

kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema

dasar dan unit tema dipilih maka terbentuk jaring-jaring.

26
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam

penentuan tema, yaitu:

(1) Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai

materi di dalam satu maupun beberapa mata pelajaran.

(2) Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran,

prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman

belajar oleh para siswa.

(3) Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa SD

sehingga asas perkembangan berfikir anak dapat

dimanfaatkan secara maksimal.

(4) Tema harus bersifat cukup problematik atau populer

sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan

pembelajaran yang beragam yang mengandung substansi

yang lebih luas apabila dibandingkan dengan pembelajaran

biasa (Herawati, 1998).

Beberapa prosedur pemilihan/penentuan tema adalah sebagai

berikut:

(1) Model ke 1. Pada model ini tema sudah ditentukan atau

dipilih oleh guru berdasarkan GBPP beberapa mata

pelajaran yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-

sub tema atau unit tema.

27
(2) Model ke 2. Pada model ini tema ditentukan bersama-sama

antara guru dengan siswa. Meskipun demikian tema tidak

boleh lepas dari materi yang akan dipelajari.

(3) Model ke 3. Pada model ini tema ditentukan oleh siswa

dengan bimbingan guru (Herawati, 1998).

2) Langkah perencanaan aktivitas

Langkah perencanaan aktivitas disini meliputi: pemilihan sumber,

pemilihan aktivitas dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam

pembelajaran tematik meliputi berikut ini:

a) Jenis evaluasi yaitu otentik.

b) Sasaran evaluasi berupa proses dan hasil belajar siswa.

c) Aspek yang dievaluasi

Kesempurnaan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu meliputi

kognitif, afektif, dan psikomotor.

3) Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi:

a) Observasi (mengamati perilaku hasil belajar siswa) dengan

menggunakan daftar cek, skala penilain, catatan anekdot.

b) Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman

wawancara.

c) Evaluasi siswa.

d) Jurnal siswa.

e) Portofolio.

f) Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru).

28
4) Kontrak belajar

Kontrak belajar ini akan memberikan arah dan isi aktivitas siswa dan

merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

Adapun dalam pelaksanaannya, penerapan pembelajaran tematik dapat

mengikuti langkah-langkah berikut:

1) Kegiatan pembukaan

Kegiatan pembukaan merupakan kegiatan untuk apersepsi yang

sifatnya pemanasan. Kegiatan ini dilakukan untuk menggali

pengalaman peserta didik tentang tema yang akan disajikan. Selain

itu, guru juga harus mampu memfasilitasi suatu kegiatan yang

mampu menarik peserta mengenai tema yang akan diberikan.

Diantaranya beberapa kegiatan yang dapat menarik perhatian siswa

adalah bercerita, menyanyi, atau olah raga.

2) Kegiatan inti

Kegiatan inti dalam kegiatan tematik difokuskan pada kegiatan-

kegiatan yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan

membaca, menulis dan berhitung bagi peserta didik. Dalam kegiatan

ini, pembelajaran menekankan pada pencapaian indikator yang

ditetapkan. Untuk menghindari kejenuhan peserta didik pada kelas-

kelas awal tingkat pendidikan dasar (SD/MI), pendekatan

pembelajaran yang paling tepat digunakan adalah "belajar sambil

bermain" atau "pembelajaran yang menyenangkan" (joyful learning).

29
3) Penutup

Kegiatan penutup dilakukan dengan mengungkap hasil

pembelajaran, yaitu dengan cara menanyakan kembali materi yang

sudah disampaikan dalam kegiatan inti. Pada tahap penutup guru

juga harus pintar-pintar menyimpulkan hasil pembelajaran dengan

mengedepankan pesan-pesan moral yang terdapat pada setiap materi

pembelajaran.

c. Tahap Penilaian (Evaluasi)

Dalam pembelajaran tematik, penilaian merupakan usaha untuk

mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan

menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan

perkembangan yang telah dicapai, baik berkaitan dengan proses

maupun hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian (evaluasi)

pembelajaran tematik dilakukan pada 2 (dua) hal, yaitu: (1) penilaian

terhadap proses kegiatan dan (2) penilaian hasil kegiatan. Dengan

dilakukan penilaian, guru diharapakan dapat:

1) Mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan.

2) Memperoleh umpan balik, sehingga dapat mengetahui hambatan

yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektifitas pembelajaran.

3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik.

4) Menjadikan acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut

(remedial, pengayaan, dan pemantapan) (Depdiknas, 2006).

30
C. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas berasal dari kata kerja akademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu

berusaha bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat

prestasi yang gemilang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:12).

Keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar,

asimilasi (menyerap) dan akomodasi (menyesuaikan) kognitif dalam

pencapaian pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman langsung dalam

pembentukan sikap dan nilai (Wijaya, 2007:12).

Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses

pembelajaran. Aktivitas siswa selama pembelajaran mencerminkan adanya

motivasi ataupun keinginan siswa untuk belajar (Apriliawati (2011:34).

Kegiatan pembelajaran siswa melakukan aktivitasnya sendiri, guru bertugas

menjadi fasilitator.Pendidik tugasnya menyediakan makanandan minuman

rohani anak, akan tetapi yang memakan serta meminumnya adalah anak didik

itusendiri (Sardiman, 2014:99).

Belajar mengajar sebagaiberikut: “Teaching is guidance of learning

experiences ” (mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar).

Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika siswa itu dengan

keaktifannya sendiri bereaksi dengan lingkungannya (Thomas M. Risk dalam

Rohani, 2010:6).

31
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani maupun psikis.

Aktivitas ini berartidua perbuatan yang terkait. Perbuatan ini dapat

menghasilkan belajar yang optimal apabila antara perbuatan jasmani seperti

siswa yang sedang membaca dan perbuatan psikis seperti siswa berpikir

tentang sesuatu, itu seimbang dan sebaliknya. Perbuatan seimbang itulah yang

dinamakan aktivitas belajar (Sardiman, 2014:100).

Aktivitas atau kegiatan adalah apabila siswa melakukan sesuatu ke arah

perkembangan jasmani dan kejiwaan. Mendasarkan pada tiga pandangan

pakar tentang aktivitas belajar, aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa

dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.

Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan

psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu

mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan

mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari

mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam

bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan

mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan

variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan

eksperimen (Jeanpiaget dalam Rohani, 2010:8-9).

Aktivitas belajar siswa tergolongkan ke dalam beberapa hal sebagai

berikut,aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas

gerak, aktivitas menulis (Usman, 2011:6)

32
Kegiatan siswa yang dibagi dalam Visual activities, Oral activities, Listening

activities, Writing activities, Drawing activities, Motoractivities, Mental

activities, Emotional activities (Paul B. Diedrich dalam Sardiman, 2014:101).

Aktivitas belajar dibagi menjadi delapan kelompok yaitu, Kegiatan-kegiatan

visual, kegiatan-kegiatan lisan (oral), kegiatan-kegiatan mendegarkan,

kegiatan-kegiatan menulis, kegiatan-kegiatan menggambar, kegiatan-kegiatan

metrik, kegiatan-kegitan mental, kegiatan-kegiatan emosional (Dierich dalam

Hamalik, 2014:288-209).

Aktivitas belajar siswa sangat penting dalam menentukan keberhasilan dalam

belajar. Dalam aktivitas belajar siswa dituntut aktif mengikuti proses belajar

dapat dilihat dari kesungguhan memperhatikan penjelasan guru, mengajukan

pertanyaan terhadap hal-hal yang kurang dipahaminya ataupun ketekunannya

dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Aktivitas belajar yang

aktif akan memberikan pengaruh positif bagi siswa. Aktivitas belajar siswa

yang didorong oleh motivasi belajar merupakan pertanda siswa sudah

memiliki kesadaran dalam diri untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Salah

satu hal nyata yang dapat dilihat adalah anak yang memiliki motivasi belajar

dan aktivitas belajar yang tinggi akan memperoleh hasil yang baik pula

(Ainurrahman, 2012).

33
2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Kegiatan atau kesibukan yang dilakukan seseorang dalam belajar akan

mempengaruhi hasil belajarnya. Siswa yang belajar dengan cara menulis,

mengerjakan soal-soal, membuat rangkuman hasilnya akan lebih baik dari

pada siswa yang belajarnya hanya membaca saja. Aktivitas dapat dilakukan

siswa selama di sekolah dan di rumah. Aktivitas di sekolah berupa kegiatan

yang dilakukan siswa secara jasmani dan rohani yang menunjang proses

belajar mengajar misalnya, mencatat, mendengarkan penjelasan guru,

bartanya pada guru, pergi keperpustakaan dan sebagainya. Sedangkan

aktivitas belajar di rumah berupa kegiatan yang dilakukan siswa selama di

rumah dan merupakan kelanjutan dari belajar di sekolah misalnya

mengerjakan PR, mengerjakan latihan-latihan soal, merapikan catatan dan

sebagainya. Masih banyak dijumpai aktivitas belajar di sekolah didominasi

oleh guru sedangkan siswa pasif dan menerima materi pelajaran begitu saja.

Aktivitas siswa terbatas pada pendengaran, mencatat, menjawab pertanyaan

bila guru memberikan pertanyaan. Memang benar siswa tidak pasif secara

mutlak, hanya proses pembelajaran seperti ini jelas tidak mendorong siswa

untuk berfikir kreatif dan beraktifitas. Jika aktivitas siswa terhambat maka

akan mempengaruhi hasil belajar siswa (Ernawati, 2013).

Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Kegiatan visual

2. Kegiatan lisan

3. Kegiatan mendengarkan

34
4. Kegiatan menulis

5. Kegiatan menggambar

6. Kegiatan metric

7. Kegiatan mental

8. Kegiatan emosional (Paul D. Dierich dalam Hamalik, 2007:172).

3. Indikator Aktivitas Belajar

Kadar keaktifan dalam belajar secara efektif dinyatakan dalam bentuk:

1. Hasil belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai tingkat

penggunaan. Siswa biasanya belajar dengan menghafal saja, apabila telah

hafal siswa merasa cukup. Padahal dalam belajar, hasil belajar tidak hanya

dinyatakan dalam penguasaan saja tetapi juga perlu adanya penggunaan

dan penilaian.

2. Sumber belajar yang digunakan umumnya terbatas pada guru dan satu dua

buku bacaan. Hal ini perlu dipertanyakan apakah siswa mencatat

penjelasan dari guru dengan efektif dan apakah satu-dua buku itu

dikuasainya dengan baik. Jika tidak, aktivitas belajar siswa kurang optimal

karena miskinnya sumber belajar.

3. Guru dalam belajar kurang merangsang aktivitas belajar siswa secara

optimal. Sebagai contoh pada umumnya guru mengajar dengan

menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Jarang sekali diadakan

diskusi dan diberikan tugas-tugas yang memadai. Hal ini pun tidak jarang

kurang ditunjang oleh penugasan dan keterampilan guru dalam

menggunakan metode-metode tersebut (Tabrani Rusyan, 1994:128-129).

35
D. Penelitian Terdahulu

Penilitian ini mengacu pada penelitian terdahulu dan relevan dengan penelitian

yang dilaksanakan saat ini sebagai perbandingan dalam penelitian, berikut

peneliti akan menguraikan hasil-hasil penelitian terdahulu.

1. Wayan Suana, Mirda Raviany dan Feriansyah Sesunan. Mahasiswa

Universitas Lampung (2019). Yang berjudul “Blended Learning berbantuan

WhatsApp pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan pemecahan masalah”. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan pengaruh Blended Learning berbantuan WhatsApp pada

materi listrik statis terhadap kemampuan berpikir kritis dan pemecahan

masalah siswa. Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen semu

dengan desain the non-equivalent control group design. Data pada penelitian

ini dikumpulkan memalui tes. Uji independent sample t-test digunakan

untuk menguji pengaruh model Blended Learnig terhadap kemampuan

berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil yang

diperoleh menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai

kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa antara kelas

eksperimen yang menggunakan Blended Learning dengan kelas control

yang menggunakan direct instruction. Kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian ini yaitu penggunaan Blended Learning berbantuan WhatsApp

berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

kemampuan pemecahan masalah siswa.

36
2. Agus Purnomo, Nurul Ratnawati dan Nevy Farista Aristin. Mahasiswa

Universitas Negeri Malang (2016). Yang berjudul “Pengembangan

Pembelajaran Blended Learning pada Generasi Z”. Setiap generasi

mempunyai kepercayaan, nilai, budaya, perspektif, kegemaran dan

kemahiran yang berbeda terhadap kehidupan dan pekerjaan. Generasi yang

lahir pada awal tahun 2000an saat perkembangan teknologi sedemikian

pesatnya disebut dengan generasi-z atau net generation. Karakter dari

generasi ini sangat peka terhadap teknologi dan komunikasi, artinya mereka

memiliki keunggulan dalam bidang informasi dan perkembangan

pengetahuan. Sementara para pendidiknya yang lahir pada era sebelumnya

masih belum terbiasa dengan hal itu sehingga sering kali pendidik mengaku

“gaplek” (gagap teknologi). Untuk menyikapi hal tersebut perlu ada inovasi

baru dala proses belajar mengajar sehingga sesuai dengan karakter tersebut.

Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan media komunikasi

seperti WhatsApp dan google drive merupakan salah satu solusi mudah

pembelajaran IPS pada generasi-z. Peserta didik yang terbiasa

berkomunikasi menggunakan jejaring sosial dapat mengakses materi dan

rencana pembelajaran yang sudah di susun dengan terstruktur setiap

pertemuan. Sehingga mereka dapat membaca atau menyiapkan pertanyaan

sebelum pembelajaran dimulai. Proporsi penggunaan e-learning pada

pembelajaran ini mencapai 35% sehingga bisa disimpulkan sebagai

pembelajaran Blended Learning pembelajaran ini berdiri diatas

inprakstruktur teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun dan

37
dimanapun pembelajaran Blended Learning memiliki karakteristik yang

terbuka (open), fleksibel dan dapat terjadi dimana saja.

38
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif ini

bertujuan untuk memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa tingkah

laku manusia. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk

memahami objek yang diteliti secara mendalam (Gunawan,2013).

Peneliti ini akan dilaksanakan di SD Negeri 1 Fajar Mulia. Kecamatan

Pagelaran Utara. Kabupaten Pingsewu.

B. Informan Penelitian

Informan dalam metode kualitatif berkembang terus (snowball) secara

bertujuan (purposive) sampai data yang di kumpulkan dianggap memuaskan

atau jenuh (Gunawan,2013).

Informan yang di perlukan dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah SD Negeri

1 Fajar Mulia, guru kelas 5 dan peserta didik.

C. Instrumen Penelitian

Instumen penelitian dalam metode kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Jadi

dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan secara aktif. Teknik

pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara(Gunawan,2013).

39
1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan

jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar,

kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang

kepegawaian yang sedang rapat, dan sebagainya. Observasi dilihat dari segi

proses pelaksanaan pengumpulan data dibedakan menjadi dua yakni (

participant observation) observasi berperan serta dan observasi non

partisipasi (non participant observation).

Penelitian ini menggunakan teknik observasi berperan serta atau participant

observation (Hardani, 2020 :123-124).

2. Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai atau

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara dalam proses pengambilan data, dibedakan menjadi tiga macam

yaitu terstruktur, tidak terstrukur, dan kombinasi. Wawancara terstruktur yaitu

wawancara yang dipandu dengan beberapa pertanyaan tertulis yang sudah

dipersiapkan sebelumnya dan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara

yang bersifat bebas dapat terjadi kapanpun dan dimanapun dan bersifat

spontan, sedangkan wawancara kombinasi yaitu perpaduan antara

wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, dan memiliki pedoman

40
wawancara yang telah dibuat sebelumnya, peneliti juga bebas melakukan

improvisasi dengan menanyakan informasi lain.

Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara kombinasi yaitu dimana

peneliti dalam penyampaian pertanyaan dilaksanakan ketika berada

dilapangan dan bertatap muka langsung pada responden. Peneliti melakukan

wawancara untuk menarik responden agar bersikap terbuka atas apa yang

dipertanyakan. Peneliti meminta informan untuk menjelaskan kejadian atau

pengalaman selama mengajar terutama dalam pelaksanaan pembelajaran

tematik pada peserta didik (Hardani, 2020 : 137–138).

D. Pengujian Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data ini menggunakan triangulasi. Triangulasi

adalah suatu pendekatan analisa data yang mensintesa dari berbagai sumber.

Triangulasi mencari dengan cepat dengan menguji data yang sudah ada dalam

memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan serta program yang berbasis

pada bukti yang sudah tersedia (Bachri.S,Bachtiar, 55).

1. Sumber data

Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu

dengan menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi atau mewawancarai lebih dari satu subjek yang

dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

2. Teknik/Metode

Triangulasi teknik/metode dilakukan dengan cara menggunakan metode

wawancara, observasi dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informan

41
yang utuh peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas atau

wawancara terstruktur. Atau peneliti juga bisa menggunakan wawancara

dan observasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.

3. Waktu

Triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu

yang berbeda. Pada triangulasi ini, peneliti akan mempertimbangkan

waktu pengumpulan data bisa hari, jam, waktu dan lain-lain.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi jenis triangulasi

teknik/metode. Karena triangulasi teknik/metode dilakukan cara

menggunakan metode wawancara, observasi dan survei. Untuk

memperoleh kebenaran informan yang utuh peneliti bisa menggunakan

metode wawancara bebas atau wawancara terstruktur. Atau peneliti juga

bisa menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan untuk

mengecek kebenarannya.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sistesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain (Putri, KurniyatiWava,2018).

42
F. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2021. Dari penelitian

ini dimulai dengan dari observasi terlebih dahulu, kemudian setelah ini

penelitian ini menggunakan hasil wawancara untuk mengetahui atau

mendapatkan hasil informasi. Kemudian penelitian ini menggunakan

observasi untuk mendalami hasil dari penerapan metode Blended Learning

pada pembelajaran tematik untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa di SD

Negeri 1 Fajar Mulia.

43
DAFTAR PUSTAKA

Ainurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.

Antrock, J. W. 2011. Educational Psychology, Diana Angelica. Psikologi


Pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika.

Bersin, Josh. 2004. The Blended Beaming Book: Best Bractices, Proven
Methodologies, and Lessons Learned. San Francisco: Pfeiffer.

Depag, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik,Direktorat Jenderal


Kelembagaan Agama Islam: Jakarta, 2005.

Depdikbud, DidaktikdanMetodeik Umum (Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar


dan Kabid Dikdas, 1992).

Depdiknas, Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar, Jakarta:


Depdiknas, 2006.

Dinas Pendidikan Kota, Pembelajaran Tematik Di kelas I, II, III SD dan MI,
Surabaya: 2006.

Graham, Charles R. 2004. Blended Learning Systems : Definition, Current


Trends, and Future Directions.Diambil dari
http://www.publicationshare.com/grahamintro pada tanggal 12 Januari
2014.

Hamalik, O. 1989.Pengajaran Unit Pendekatan Sistem.Bandung : Mandar Maju.

Hamalik, Oemar. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hasiati, Pendekatan Pembelajaran Tematik, Dalam http://myschoolnet.


ppk.kpm.my/bhn_pnp/pro_transisi/ptgp_unit5a.pdf.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mulyadin, 2016.Implementasi Kebijakan Pembelajaran Tematik Terpadu


Kurikulum 2013 Di SDN Kauman 1 Malang dan SD Muhammadiyah 1
Malang.Jurnal Edutama, 3(2), 31-48.

Prasetyo, T. 2017. Pengembangan Perangkat Penilaian Hasil Belajar dalam


Pembelajaran Tematik-Integratif Kelas V SD. Jurnal Prima Edukasia, 5
(1), 102-111.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

44
Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Depok: PT
Rajagrafindo Persada.

So, H.J. & Bonk, C.D. 2010. Examining the Roles of Blended Learning
Approaches in Computer-Supported Collaborative Learning (CSCL)
Environments: A Delphi Study.Educational Technology & Society, 13
(13), 189-200.

Sudjana, N. 2005.Dasar-Dasar Belajar Mengajar.Bandung : Sinar Baru


Algensindo.

Sukayati, Widyaiswara PPG Matematika, Pembelajaran Tematik di SD


merupakan Terapan Pembelajaran Terpadu, Depdiknas: Yogyakarta,
2004.

Thorne, Kaye. 2003. Blended Learning: How to integrate online & traditional
learning. London: Kagan Page Limited.

Usman, Uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

45

Anda mungkin juga menyukai