Anda di halaman 1dari 87

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI

DIABETES MILITUS TIPE 2 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH DI UPT PUSKESMAS PRINGSEWU PADA
TAHUN 2021

Oleh :

INDAH FADILAWATI
NIM. 144012018027

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2021

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
DIABETES MILITUS TIPE 2 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH DI UPT PUSKESMAS PRINGSEWU PADA
TAHUN 2021

Proposal Karya Tulis Ilmiah


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Pada Program Studi Diploma III Keperawatan

Oleh :

INDAH FADILAWATI
NIM. 144012018027

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Karya Tulis Ilmiah


Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal ................................

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami


Diabetes Militus Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari kebutuhan
Tubuh Di Upt Puskesmas Pringsewu Pada Tahun 2021
Nama Mahasiswa : INDAH FADILAWATI
NIM : 144012018027

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.Apri Budianto, M.Kep Ns.Rita Sari, M.Kep


NBM. 1017460 NBM. 927021

KATA PENGANTAR

iii
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-nya penulis telah diberikan kekuatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini sesuai waktu yang telah
ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Yang Mengalami Stroke Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Di
RSUD Pringsewu”.

Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih


kepada:

1. Drs. Wanawir AM., MM.,M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Pringsewu Lampung.
2. Elmi Nuryati, M. Epid., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
3. Nur Fadhilah, M.Kes., selaku Ketua Prodi D III Keperawatan
4. Ns.Apri Budianto, M.Kep, selaku Pembimbing I
5. Ns.Rita Sari, M.Kep, selaku Pembimbing II
6. Seluruh dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung
7. Rekan-rekan seperjuangan angkatan ke-22 yang telah membantu dalam
penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan laporan Karya


Tulis Ilmiah ini belum sempurna. Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya dan profesi
keperawatan khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pringsewu, Juni 2021

INDAH FADILAWATI
NIM. 144012018027

DAFTAR ISI

iv
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL.................................................... iii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR TABEL........................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viiI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Batasan Masalah................................................................................... 5

C. Rumusan Masalah................................................................................. 5

D. Tujuan................................................................................................... 5

E. Manfaat................................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit Diabetes Militus........................................................ 8

B. Konsep Masalah Keperawatan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh.................................................................................

29

C. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................... 32

v
BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian.................................................................................. 44

B. Batasan Istilah ...................................................................................... 44

C. Partisipan............................................................................................... 45

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 46

E. Pengumpulan Data................................................................................ 46

F. Analisa Data.......................................................................................... 47

G. Etik Penelitian....................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah sewaktu......................................................... 13

Tabel 2.2 Kadar Glukosa darah Puasa.............................................................. 14

Tabel 2.3 Daftar Nilai Indeks GlikemikBahan Makanan................................. 24

Tabel 2.4 Klasifikasi IMT................................................................................. 30

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan.................................................................... 41

Tabel 3.1 Batasan Istilah................................................................................... 45

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent


Lampiran 2 Persetujuan sebagai responden
Lampiran 3 Format Pengkajian
Lampiran 4 SOP Menimbang berat badan
Lampiran 5 SPO Pemeriksaan gula darah
Lampiran 6 SPO Terapi injeksi insulin
Lampiran 7 Leaflet
Lampiran 8 Lembar konsul
Lampiran 9 Lembar audients
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Prasurvey
Lampiran 11 Surat Balasan Prasurvey

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular termasuk diabetes saat ini telah menjadi ancaman

serius kesehatan global. Dikutip dari data WHO 2016, 70% dari total

kematian di dunia dan lebih dari setengah beban penyakit 90-95% dari kasus

diabetes melitus tipe 2 yang sebagian besar dapat dicegah karena

disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat. Indonesia juga menghadapi situasi

ancamam diabetes serupa dengan dunia, International Diabetes Federation

(IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa epidemi diabetes di Indonesia masih

menunjukkan kecenderungan meningkat. (Kemenkes, 2019)

Diabetes tidak hanya menyebabkan kematian premature di seluruh dunia

penyakit ini juga menjadi penyakit utama kebutaan, penyakit jantung, dan

gagal ginjal. Organisasi internasional diabetes federation (IDF) menyatakan

terdapat 463 juta orang dari usia 20 – 79 tahun di dunia menderita diabetes

pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevelensi sebesar 9,3% dari total

penduduk pada usia yang sama. Berdasarkan jenis kelamin, DM

memperkirakan prevalensi diabetes di tahun 2019 yaitu 9% pada

perempuan dan 9,65% pada laki laki. Prevalensi diabetes di perkirakan

meningkat seiring penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2

juta orang pada umur 65-79 tahun. Angka diprediksi terus meningkat

1
2

hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045.

(Kemenkes, 2019)

Menurut kemenkes Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia

setelah Tiongkok, India, Amerika serikat, Brazil, dan Meksiko dengan

jumlah penyandang diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta jiwa. Sejalan

dengan hal tersebut, riset kesehatan dasar memperlihatkan angka prevalensi

diabetes yang cukup signifikan yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5%

di tahun 2018. Sehingga ekstimasi jumlah penderita diabetes di Indonesia

mencapai lebih dari 16 juta jiwa kemudian beresiko terkena penyakit lain

seperti serangan jantung, stroke, kebutaan dan gagal ginjal bahkan

menyebabkan kelumpuhan dan kematian. (Kemenkes RI, 2019)

Menurut Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa

Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia

dengan persentase sebesar 6,7%, setelah penyakit Jantung Koroner (12,9%)

dan Stroke (21,1%). Bila tidak ditanggulangi,kondisi ini dapat menyebabkan

penurunan produktivitas, disabilitias, dan kematian dini. Penderita diabetes

terjadi pada rentang usia yang beragam, dimana yang masih berumur <40

tahun sebanyak 1.671.000 orang, penderita yang berusia 40-59 tahun

sebanyak 4.651.000 orang, sedangkan pada usia 60-79 tahun diperkirakan

sebanyak 2.000.000 orang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2017). Usia diatas 40 tahun merupakan usia yang beresiko tinggi terjadinya

DM tipe 2. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung


3

meningkat pada lansia (usia 40-65 tahun), disamping adanya riwayat

obesitas dan adanya faktor keturunan (Smeltzer, 2013).

Sementara itu dinas kesehatan provinsi Lampung tercatat bahwa pada tahun

2014 presentase penderita Diabetes melitus tipe II sejumlah 1,5% per

100.000 atau sebanyak 5.560 jiwa terkena penyakit diabetes melitus.

(Departemen kesehatan provinsi Lampung, 2014). Untuk prevalensi di

kabupaten Pringsewu tahun 2017 terdistribusi diabetes termasuk ke dalam

10 besar penyakit tidak menular dengan jumlah penderita mencapai 2.314

jiwa. (Fadhilah 2019)

Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, pada tahun

2016 data kunjungan penderita diabetes mellitus diliwayah kabupaten

Pringsewu sebesar 670 orang penderita diabetes mellitus dan pada tahun

2014 sebesar 1195 penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada tahun 2018

di kabupaten pringsewu terdapat dari diagnosis dokter pada penduduk

semua umur terdapat peningkatan sebanyak 1.494 penderita diabetes

melitus. (Kemenkes, 2018)

Penelitian yang dilakukan oleh (Himawan, 2018) setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada klien didapatkan hasil bahwa klien mampu mencapai

kriteria hasil yang telah ditentukan yaitu klien mengatakan nafsu makan

mulai membaik, terjadi peningkatan porsi makan setiap harinya, klien juga

mengerti tentang edukasi yang telah diberikan dan mampu melakukan apa

yang telah dianjurkan. Sejalan dengan penelitian (WIJAYANTI, 2019)


4

mengatakan bahwa setelah dilakukan implementasi selama 3 hari masalah

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

teratasi dengan adanya perubahan nafsu makan, klien menghabiskan porsi

makan yang telah disediakan dan klien sudah tidak terlihat lemas. Hal ini

didukung juga oleh penelitian (Setyawati, 2020) setelah dilakukan tindakan

asuhan keperawatan nafsu makan meningkat, klien menghabiskan porsi

makan.

Berdasarkan hasil data prasurvey di UPT Puskesmas Pringsewu penyakit

tidak menular (PTM) yaitu DM pada tahun 2020 jumlah pasien yang

terkena DM mencapai 339 kasus, kemudian pada tahun 2021 terhitung dari

bulan januari hingga maret jumlah pasien sebanyak 119 kasus. Dari hasil

data prasurveyyang dilakukan pada 10 pasien diabetes melitus yang ditemui

ada 6 pasien yang ditemui dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh. (Data Rekam Medik UPT Puskesmas

Pringsewu).

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Diabetes Melitus Tipe

2 Dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari

Kebutuhan Tubuh di UPT Puskesmas Puskesmas pada tahun 2021.


5

B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini di batasi pada “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Yang Mengalami Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di UPT Puskesmas

Pringsewu Tahun 2021”

C. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami

Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di UPT Puskesmas PringsewuTahun

2021.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang

Mengalami Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Masalah Keperawatan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di UPT

Puskesmas Pringsewu Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang

mengalami diabetes melitus tipe 2 dengan masalah ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di UPT Puskesmas Pringsewu


6

b. Penulis mampu menetapkan diadnosa keperawatan pada klien yang

mengalami diabetes melitus tipe 2 dengan masalahketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di UPT Puskesmas Pringsewu

c. Penulis mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang

mengalami diabetes melitus tipe 2 dengan masalah ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di UPT Puskesmas Pringsewu

d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang

mengalami diabetes melitus tipe 2 dengan masalah ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di UPT Puskesmas Pringsewu

e. Penulis mampu melakuakan evaluasi pada klien mengalami diabetes

melitus tipe 2 dengan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di UPT Puskesmas Pringsewu

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan keperawatan

medical bedah terutama pada Asuhan Keperawatan pada Klien yang

mengalami Diabetes melitus tipe 2 dengan Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang dari Kebutuhan Tubuh di UPT Puskesmas Pringsewu.


7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan

pasien Diabetes Melitus.

b. Bagi Puskesmas

Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan tindakan

Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes melitus tipe

2 Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakanbagi institusidalam Pendidikan dan mengembangkan

kurukulum untuk pengembang Asuhan Keperawatn pada klien yang

mengalami Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh.

d. Bagi Klien

Klien dapat mengetahui diabetes militus dan dapat melakukan

penanganan yang tepat supaya tidak terjadi hal yang dapat

membahayakan klien.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Diabetes Militus

1. Pengertian

Diabetes Militus Tipe 2 adalah penyakit kronis dengan karakteristik

terjadi peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) dalam tubuh.

Penyebab dari DM adalah gangguan pada sekresi insulin, aksi insulin

atau keduanya. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit ganguan

pada endokrin yang merupakan hasil dari proses destruksi sel pankreas

sehingga insulin mengalami kekurangan (Melania 2018, Suriadi dan

Rita 2010)

Diabetes melitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan

hiperglekimi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism

karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunansekresi

insulin atau penurunan sensivitas atau keduanya dan menyebabkan

komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati.

(Yuliana elin, 2009)

Diabetes mellitus adalah keadaan ketika tubuh tidak mampu

menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon yang membawa

glukosa darah ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glukogen).Dengan

demikian, terjadi hiperglikemia yang disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal, melibatkan kelainan metabolisme

8
9

karbohidrat, protein, dan lemak serta menimbulkan berbagai komplikasi

kronis pada organ tubuh (Aini dan Aridiana, 2016).

2. Klasifikasi

Diabetes mellitus tipe 2 dapat terjadi pada usia berapapun. Lebih dari

80% klien memiliki berat badan lebih dan tidak selalu mengalami gejala

klasik. Pankreas sering kali masih berfungsi saat diagnosis ditegakkan,

yang berarti pankreas masih menghasilkan insulin.Kadarnya dapat

normal, rendah atau meningkat. Individu dapat menunjukkan penurunan

sensitivitas jaringan terhadap insulin, yang disebut dengan retensi

insukin. Diabetes mellitus tipe 2 tidak bergantung pada injeksi insulin

untuk mempertahankan kehidupan, tetapi mungkin membutuhkan insulin

untuk mengontrol glukosa secara adekuat (Rosdahl dan Kowalski,

2015).

a. Klasifikasi Klinis

1) Tipe II NIDDM :

Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan risestensi insulin.

Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan prifer dan untuk

menghambat produksi glukosa oleh hati:

a) Tipe II dengan obesitas

b) Tipe II tanpa obesitas

2) Gangguan toleransi glukosa


10

3) Diabetes kehamilan

(Nurarif, 2015)

b. Klasifikasi Resiko Statistik

a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa

b. Berpotensi menderita kelainan glukosa

(Nurarif, 2015)

3. Penyebab/Etiologi

DM Tipe II disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan ristensi

insulin. Factor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya

diabetes tipe ll usia, obesita, riwayat, dan keluarga (Nurarif, 2015).

Ada Beberapa Faktor-faktor yang menyebabkan diabetes mellitus tipe

2 yaitu :

a. Usia

Faktor usia yang resiko menderita diabetes mellitus tipe 2 adalah

usia diatas 30 tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis,

fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel,

kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada

tingkat organ yang dapat mempengaruhi homeotaksis. Setelah

seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah

naik 1-2 mg% tiap tahun saat puasadan akan naik 6-13 % pada2

jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut bahwa umur


11

merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes

mellitus serta gangguan toleransi glukosa (Damayanti, 2015).

b. Obesitas

Kegemukan menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin

yang dapat bekerja di dalam sel pada otor skeletal dan jaringan

lemak.Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer.Kegemukan

juga merusak kemampuan sel beta untuk

melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah

(Damayanti, 2015).

c. Riwayat Keluarga

Mesti tidak ada kaitan HLA yang teridentifikasi, anak dari

penyandang diabetes mellitus tipe 2 dan 30% resiko mengalami

intoleransi glukosa (ketidakmampuan memetabolisme

karbohidrat secara normal)

(LeMore, 2016).

4. Pathway/Patofisiologi

Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan

insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel, sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor

tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di

dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak


12

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat

intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka mulai

berkembang diabetes tipe II tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami

pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup

kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh,

infeksi vagina, atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya

sangat tinggi) (Wijaya, 2013).

Ada 3 problem utama yang terjadi bila kekurangan atau tanpa insulin:

a. Penurunan penggunaan glukosa

b. Peningkatan mobilisasi lemak

c. Peningkaatan penggunaan protein

(Smeltzer, 2013)

Tanda dan gejala yang sering muncul pada saien diabetes melitus

yaitu:

a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)

b. Polydipsia ( peningkatan rasa haus )

c. Rasa Lelah dan kesemutan

d. Polifagia ( peningkatan rasa lapar )

e. Gangguan saraf tepi atau kesemutan

f. Kelemahan tubuh

g. Luka atau bisul tidak sembuh sembuh

h. Penurunan berat badan


13

(Wartonah, 2011)

5. Manifestasi Klinik (Tanda Dan Gejala)

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM

umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah

keluhan akibat komplikasi degenerative kronik pada pembuluh darah dan

saraf (Padila,2012:3).

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi

insulin

1) Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)

2) Polydipsia (peningkatan rasa haus)

3) Rasa Lelah dan kesemutan

4) Polifagia (peningkatan rasa lapar )

5) Gangguan saraf tepi atau kesemutan

6) Kelemahan tubuh

7) Luka atau bisul tidak sembuh sembuh

8) Penurunan berat badan (Wartonah, 2011)

6. Data Penunjang

a. Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)

Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti DM


Sewaktu
Plasma vena >200 mg/dl 100 – 200 mg/dl
14

Darah kapiler >140 mg/dl 80 – 100 mg/dl


(Nurarif, 2015)

Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)

Kadar Glukosa Darah DM Belum Pasti DM


Puasa
Plasama vena > 120 mg/dl
Darah kapiler > 110 mg/dl
(Nurarif, 2015)

b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus aadalah:

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil dua jam kemudia

sesudah mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp

> 200mg/dl)

c. Tes laboratorium dm : berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan

terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi

d. Tes saring

1) GDP, GDS

2) Tes glukosa urin: tes konvensional (metode reduksi/benedict) dan

tes carik celup (metode glukos oxidase/hexomkinase)

e. Tes diagnostik: GDP,GDS, GD2PP dan glukosa jam ke-2 TTGO

f. Tes monitoring terapi

1) GDP: plasma vena, darah kapiler

2) GD2 PP: plasma vena

3) A1c: darah vena, darah kapiler

g. Tes untuk mendeteksi komplikasi


15

1) Mikroalbinuria: urin

2) Ureum, kreatinin, asam urat

3) Kolesterol total: plasma vena (puasa)

4) Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)

5) Trigliserida: plasma vena (puasa)

(Nurarif, 2015).

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes militus adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe

diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada beberapa penatalaksanaan diabetes militus:

a. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

(1)Diet

Tujuan rencana diit adalah memperbaiki kadar glukosa darah,

memperbaiki kesehatan secara keseluruhan, mencegah atau menunda

komplikasi, dan mencapai atau mempertahankan berat badan yang

masuk akal. Karena mayoritas pasien DM tipe 2 mengalami

kelebihan berat badan, penerunan berat badan adalah hal penting dan

mempermudah mancapai tujuan lain. (Lemone priscilla dkk, 2016)

a) Asupan makanan atau managemen diet.


16

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan

yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing

masing individu. Perlu ditekankan pentingnya keteraturan dalam

hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama pada

pasien yang menggunakan obat penurun glukosa darah dan

insulin. Tujuan utama terapi DM adalah menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan

terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa

darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan

gangguan serius pada pola aktivitas pasien. (Smeltzer, 2013)

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan DM. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita

diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

(1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya

vitamin dan mineral)

(2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

(3) Memenuhi kebutuhan energy

(4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya

dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati

normal melalui cara-cara yang aman dan praktis

(5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.


17

(PERKENI, 2011)

Syarat diet penyakit DM adalah :

(1) Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang

dibutuhkan penyandang diabetes. Di antaranya adalah

dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang

besarnya 25-30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi

bergantung pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, umur

aktivitas, berat badan, dll.

(2) Kebutuhan protein sebesar 10-20 % dari total asupan energy

(3) Kebutuhan lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari kebutuhan

energi total, dalam bentuk <7% dari kebutuhan energi total

berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tak jenuh ganda,

sedangkan sisanya dari lemak jenuh tunggal. Asupan

kolesterol dibatasi, yaitu < 200 mg hari.

(4) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan

energi.

(5) Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang DM

dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain. Buah

buahan tidak secara berlebihan dari 5% total asupan energi.

(6) Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.

(PERKENI 2011)
18

Prinsip diet Diabetes Melitus adalah tepat jadwal, tepat jumlah,

dan tepat jenis:

(1) Tepat Jadwal

Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya yang dibagi

menjadi enam waktu makan, yaitu tiga kali makanan utama

dan tiga kali makanan selingan. Penderita DM hendaknya

mengonsumsi makanan dengan jadwal waktu yang tetap

sehingga reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya

makanan dalam tubuh. Makanan selingan berupa snack

penting untuk mencegah terjadinya hipoglikemia

(menurunnya kadar gula darah). Jadwal makan terbagi

menjadi enam bagian makan (3 kali makan besar dan 3 kali

makan selingan) sebagai berikut:

(a) Makan pagi pukul 06.00 - 07.00

(b) Selingan pagi pukul 09.00 – 10.00

(c) Makan siang pukul 12.00 - 13.00

(d) Selingan siang pukul 15.00 – 16.00

(e) Makan malam pukul 18.00 - 19.00

(f) Selingan malam pukul 21.00 – 22.00

Untuk jadwal puasa dapat dibagi menjadi beberapa waktu,

yaitu :

(a) Pukul 18.00 (30%) kalori : berbuka puasa


19

(b) Pukul 20.00 (25%) kalori : sehabis terawih

(c) Sebelum tidur (10%) kalori : makanan kecil

(d) Pukul 03.00 (35%) kalori : makan sahur.

(Askandar, 2012)

(2) Tepat Jumlah

Jumlah makan (kalori) yang dianjurkan bagi penderita DM

adalah makan lebih sering dengan porsi kecil, sedangkan

yang tidak dianjurkan adalah makan dalam porsi

banyak/besar sekaligus. Tujuan cara makan seperti ini

adalah agar jumlah kalori terus merata sepanjang hari,

sehingga beban kerja organ-organ tubuh tidak berat,

terutama organ pankreas. Cara makan yang berlebihan

(banyak) tidak menguntungkan bagi fungsi pankreas.

Asupan makanan yang berlebihan merangsang pankreas

bekerja lebih keras. Penderita DM, diusahakan

mengonsumsi asupan energi yaitu kalori basal 25-30

kkal/kgBB normal yang ditambah kebutuhan untuk

aktivitas dan keadaan khusus, protein 10-20% dari

kebutuhan energi total, lemak 20-25% dari kebutuhan

energi total dan karbohidrat sisa dari kebutuhan energi total

yaitu 45-65% dan serat 25 g/hari. (PERKENI, 2011).

(3) Tepat Jenis


20

Setiap jenis makanan mempunyai karakteristik kimia yang

beragam, dan sangat menentukan tinggi rendahnya kadar

glukosa dalam darah ketika mengonsumsinya atau

mengombinasikannya dalam pembuatan menu sehari-hari.

(Teguh, 2013)

(a) Karbohidrat

Ada dua jenis, yaitu karbohidrat sederhana dan

karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana adalah

karbohidrat yang mempunyai ikatan kimiawi hanya satu

dan mudah diserap ke dalam aliran darah sehingga

dapat langsung menaikkan kadar gula darah. Sumber

karbohidrat sederhana antara lain es krim, jeli, selai,

sirup, minuman ringan dan permen. Karbohidrat

kompleks adalah karbohidrat yang sulit dicerna oleh

usus. Penyerapan karbohidrat kompleks ini relatif pelan

memberikan rasa kenyang lebih lama dan tidak cepat

menaikkan kadar gula darah dalam tubuh. Karbohidrat

kompleks diubah menjadi glukosa lebih lama daripada

karbohidrat sederhana sehingga tidak mudah menaikkan

kadar gula darah dan lebih bisa menyediakan energi

yang bisa dipakai secara bertingkat sepanjang hari.

Karbohidrat yang tidak mudah dipecah menjadi glukosa

banyak terdapat pada kacang-kacangan, serat (sayur dan


21

buah), pati, dan umbi-umbian. Oleh karena itu,

penyerapannya lebih lambat sehingga mencegah

peningkatan kadar gula darah secara drastic.

Sebaliknya, karbohidrat yang mudah diserap, seperti

gula (baik gula pasir, gula merah maupun sirup), produk

padi-padian (roti, pasta) justru akan mempercepat

peningkatan gula darah. (Teguh, 2013)

(b) Konsumsi Protein Hewani dan Nabati

Makanan sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu

sumber protein nabati dan sumber protein hewani.

Protein nabati adalah protein yang didapatkan dari

sumber-sumber nabati. Sumber protein nabati yang baik

dianjurkan untuk dikonsumsi adalah dari kacang-

kacangan, di antaranya adalah kacang kedelai (termasuk

produk olahannya, seperti tempe, tahu, susu kedelai dan

lain lain), kacang hijau, kacang tanah, kacang merah

dan kacang polong. Selain berperan membangun dan

memperbaiki sel-sel yang sudah rusak, konsumsi

protein juga dapat mengurangi atau menunda rasa lapar

sehingga dapat menghindarkan penderita diabetes dari

kebiasaan makan yang berlebihan yang memicu

timbulnya kegemukan. Makanan yang berprotein tinggi

dan rendah lemak dapat ditemukan pada ikan, daging


22

ayam bagian paha dan sayap tanpa kulit, daging merah

bagian paha dan kaki, serta putih telur. (Teguh, 2013)

(c) Konsumsi Lemak

Konsumsi lemak dalam makanan berguna untuk

memenuhi kebutuhan energi, membantu penyerapan

vitamin A, D, E dan K serta menambah lezatnya

makanan. Perbanyak konsumsi makanan yang

mengandung lemak tidak jenuh, baik tunggal maupun

rangkap dan hindari konsumsi lemak jenuh. Lemak

tidak jenuh tunggal (monounsaturated) yaitu lemak

yang banyak terdapat pada minyak zaitun, buah alvokad

dan kacang-kacangan. Lemak ini sangat baik untuk

penderita DM karena dapat meningkatkan HDL dan

menghalangi oksidasi LDL. Lemak tidak jenuh ganda

(polyunsaturated) banyak terdapat pada telur, lemak

ikan salem dan tuna. (Dewi, 2013)

(d) Konsumsi Serat

Konsumsi serat, terutama serat larut air pada sayur-

sayuran dan buah-buahan. Serat ini dapat menghambat

lewatnya glukosa melalui dinding saluran pencernaan

menuju pembuluh darah sehingga kadarnya dalam

darah tidak berlebihan. Selain itu, serat dapat membantu


23

memperlambat penyerapan glukosa dalam darah dan

memperlambat pelepasan glukosa dalam darah.

American Diabetes Association merekomendasikan

kecukupan serat bagi penderita DM adalah 20-35 gram

per hari, sedangkan di Indonesia asupan serat yang

dianjurannya sekitar 25 g/hari. Serat banyak terdapat

dalam sayur dan buah, untuk sayur dibedakan menjadi

dua golongan, yaitu golongan A dan golongan B. Sayur

golongan A bebas dikonsumsi yaitu oyong, lobak,

selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi, tauge,

kangkung, terung, kembang kol, kol, lobak dan labu air.

Sementara itu yang termasuk sayur golongan B

diantaranya buncis, daun melinjo, daun pakis, daun

singkong, daun papaya, labu siam, katuk, pare, nangka

muda, jagung muda, genjer, kacang kapri, jantung

pisang, daun beluntas, bayam, kacang panjang dan

wortel. Untuk buah-buahan seperti mangga, sawo

manila, rambutan, duku, durian, semangka dan nanas

termasuk jenis buah-buahan yang kandungan HA diatas

10gr/100gr bahan mentah. (Teguh, 2013)

(e) Konsumsi Makanan Dengan Index Glekemik Rendah

Indeks glikemik adalah kecepatan tubuh memecah

karbohidrat menjadi glukosa sebagai sumber energi


24

bagi tubuh. Makanan dengan indeks glikemik tinggi

akan dicerna oleh tubuh dengan cepat dan

meningkatkan kadar gula darah dengan segera.

Sedangkan makanan dengan indeks glikemik rendah

adalah sebaliknya. Jika tubuh mengonsumsi karbohidrat

dengan indeks 26 glikemik tinggi, maka glukosa akan

lebih cepat naik di dalam darah (Susanto, 2013).

Makanan dengan indeks glikemik tinggi akan

meningkatkan kadar gula darah setelah makan. Insulin

akan memerintahkan tubuh untuk menyimpan kelebihan

karbohidrat sebagai lemakdan mencegah agar simpanan

lemak yang ada di dalam tubuh tidak terpakai. The

European Association for the Study of Diabetes

merekomendasikan asupan karbohidrat dengan

indeksglikemik rendah pada diabetes. Konsumsi

karbohidrat dengan indeks glikemik rendah sebagai

pengganti indeks glikemik tinggi dapat memperbaiki

kontrol gula darah pada diabetisi. Selain itu, dalam

American Journal of Clinical Nutrition mengatakan

bahwa penggantian karbohidrat indeks glikemik tinggi

dengan yang rendah menurunkan resiko terjadinya

hiperglikemik (Susanto, 2015).

Tabel 2.3 Daftar Nilai Indeks Glikemik Bahan Makanan


25

Jenis makanan IG Jenis Makanan Nilai IG


Jagung 70 Jeruk <55
Tepung Jagung 68 Apel <55
Beras 69 Nangka 61,61
Gandum 30 Pisang raja 57,10
Mie Instan 47 Papaya 58-60
Ubi Jalar <55 Semangka >70
Kentang 55-70 Es cream 55-70
Roti Tawar 70 Madu >70
Kacang kedelai 15-21 Susu krim 27-37
Kacang hijau 32 Soft drink 62-74
macoroni <55 Susu fullcream 23-31
(Susanto,2015)
Keterangan:

Jika indeks glikemik glukosa adalah 100, maka:

(1)Indeks glikemik rendah adalah ≤ 55

(2)Indeks glikemik sedang adalah 56 -69

(3)Indeks glikemik tinggi adalah ≥ 70

Pola makan adalah suatu ketepatan dan keteraturan

Klien dalam penatalaksanaan jumlah, jenis, dan

jadwal makan. Seseorang dikatakan berpola makan

baik apabila telah melakukan tiga indikator diet

yaitu tepat jumlah, jadwal dan jenis. Sebaliknya,

apabila seseorang tidak melakukan kurang dari tiga

indikator diet maka pola makan Klien diabetes

tersebut kurang baik (Susanto,2015).

b. Latihan Fisik Atau Exercise

Kegiatan fisik sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes

karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan

mengurangi resiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan

kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa


26

oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan

tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan fisik

sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

Untuk mereka yang relatif sehat latihan jasmani dapat

ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi dapat

dikurangi. Hindarkan kebiasaan yang kurang gerak. (PERKENI

2011)

2) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

a) Sulfonilurea : obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :

(1) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan

(2) Menurunkan ambang sekresi insulin

(3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan

glukosa.

b) Biguanid : menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai

dibawah normal.

c) Inhibitor α glukosidase : menghambat kerja enzim α glukosidase

didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa

dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.

d) Insulin sensitingagent : thoazahdinediones meningkatkan

sensitivitas insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi

insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia, tetapi obat ini belum

beredar di indonesia.

e) Insulin
27

Indikasi Gangguan:

(1) DM dengan berat badan menurun dengan cepat.

(2) Ketoasidosisasidosis laktat dengan koma hiperosmolar.

(3) DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik, operasi berat

dll).

(4) DM dengan kehamilan atau DM gastasional yang tidak

terkendali dalam pola makan.

(5) DM tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral

dengan dosis maksimal (kontradiksi dengan obat tersebut),

insulin oral atau suntikan dimulai dari dosis rendah, lalu

dinaikkan perlahan, sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil

pemeriksaan gula darah.

f) Latihan

Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju

metabolisme istirahat, dapat menurunkan BB, stres dan

menyegarkan tubuh.Latihan menghindari kemungkinan trauma

pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam udara yang

sangat panas atau dingin, pada saat pengendalian metabolik

buruk.Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari

sesudah melakukan latihan.

g) Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri

h) Terapi (jika diperlukan)

i) Pendidikan
28

(Wijaya, 2013).

8. Komplikasi

Pasien DM beresiko terjadi komplikasi baik bersifat akut maupun kronis

diantaranya:

a. Komplikasi akut

1) Kima hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya

terjadi pada NIDDM.

2) Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme

lemak dan protein terutama terjadi pada IDDM.

3) KOMA hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak

terkontrol.

b. Komplikasi kronis

1) Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-

organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:

a) Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina dimata) sehingga

mengakibatkan kebutaan.

b) Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer)

mengakibatkan baal/gangguan sensori pada organ tubuh.

c) Nefropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal) dapat

mengakibatkan gagal ginjal.

2) Makroangiopati
29

a) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard

infark maupun gangguan fungsi jantung karena arteriskelosis

b) Penyakit vaskuler perifer

c) Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke.

3) Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka yang

tidak sembuh-sembuh.

4) Disfungsi erektil diabetika. (Tarwoto, 2012)

B. Konsep Masalah Keperawatan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

1. Definisi

Ketidakseimbangan nutrisi adalah kondisi ketika individu, yang tidak

puasa, mengalami atau berisiko mengalami ketidakadekuatan asupan atau

metabolisme nutrien untuk kebutuhan metabolisme dengan atau tanpa

disertai penurunan berat badan (Carpenito, 2014).

Ketidakseimbangan nutrisi adalah keadaan yang dialami seseorang dalam

keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan akibat

ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme (Hidayat,

2015:70).

Ketidakseimbangan nutrisi adalah keadaan dimana intake (pemasukan)

nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh (Tarwoto, 2010:66).

2. Penyebab

a. Ketidakmampuan menelan dan mencerna makanan


30

b. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

c. Peningkatan kebutuhan metabolisme

d. Faktor ekonomi (misal, finansial tidak mencukupi)

e. Faktor psikologis (misal, stres, keengganan untuk makan)

(PPNI,2018).

3. Status Nutrisi

Karakteristik nutrisi ditentukan melalui:

a. Body Massa Index (BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi

badan. umus BMI diperhitungkan dengan pembagian berat badan (kg)

per meter kuadrRat (kg/m2) atau berat badan dalam pons dikalikan

konstanta 704,5 dibagi tinggi badan dalam inci kuadrat.

Penilaian status gizi orang dewasa dapat menggunakanindeks masa

tubuh seperti table berikut.

Table 2.4 Klasifikasi IMT

Kategori Klasifikasi Berat Badan Indeks Masa


Tubuh
Kurus Keterangan Berat Badan < 17,00
Normal 18,50 – 24,99
Gemuk Kelebihan Berat Badan Ringan 25,00 – 29,99
Obesitas Kelebihan Berat Badan Berat >30,00
(Tarwoto,2015:76).
31

4. Faktor yang mempengaruhi Ketidakseimbangan Nutrisi

a. Faktor Fisiologi

Merupakan faktor yang terkait dengan sistem pencernaan atau intake

makanan. Seperti: Intake nutrisi, kemampuan pencernaan dan absorbsi

makanan, kebutuhan metabolik.

b. Gaya Hidup dan Kebiasaan

Kebiasaan makan seperti waktu makan pada jam tertentu, makan

bersama, cara penyajian makan, jenis makanan pasien, jika mengalami

perubahan maka dapat mempengaruhi selera dan intake makan.

Demikian juga dengan gaya hidup pasien, seperti kebiasaan

makanmakanan cepat saji, makanan tinggi lemak dan tinggi kalori

juga mempengaruhi status nutrisi pasien.

c. Budaya dan keyakinan

Misalnya budaya atau keyakinan pada saat sakit pasien tidak boleh

makan ikan atau telur.

d. Kemampuan ekonomi atau tersedia dana

Kemiskinan menimbulkan daya beli makanan menjadi berkurang

dengan demikian intake makanan juga otomatis berkurang.

e. Penggunaan obat-obatan
32

Penggunaan obat-obatan dalam jangka lama menimbulkan komplikasi

yang dapat menghambat intake makanan maupun absorbsi nutrien,

misalnya obat-obatan untuk psikiarti. (Wartonah 2015)

5. Masalah-masalah yang berkaitan dengan ketidakseimbangan nutrisi

a. Kelebihan berat badan atau overweight

Merupakan kelebihan berat badan dibandingkan berat badan ideal.

b. Obesitas

Merupakan kondisi dimana terjadi penimbunan lemak tubuh dalam

jumlah yang berlebihan dalam tubuh sehingga berat badan jauh

melebihi dari normal.

c. Berat badan kurang atau underweight

Merupakan kondisi dimana berat badan kurang dari normal, yaitu <

10% dari berat badan ideal atau BMI kurang dari 18,5.

(Wartonah 2015)

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi,mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengumpulan

data dimulai sejak klien masuk rumah sakit (initial assessment), rawat

secara terus menerus (on going assessment), saat pengkajian ulang


33

menambahkan / melengkapi data (re-assessment) (Kodim, 2015:129-130).

Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Pengkajian keperawatan

merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yaitu suatu usaha

yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan klien meliputi

usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara

sistematis , menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. (Muttaqin

2012)

a. Identitas

Diabetes tipe 2 adalah tipe DM paling umum yang biasanya terdiagnosis

setelah usia 40 tahun dan lebih umum diantara dewasa tua dan biasanya

disertai obesitas. Diabetes gestasional merupakan yang menerapkan

untuk perempuan dengan intoleransi glukosa atau ditemukan pertama

kali selama kehamilan (Black 2014)

b. Status kesehatan saat ini

1) Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang

menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau,

adanya nyeri pada luka. Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa

ke RS dan masuk ke ruang perawatan, komponen ini terdiri dari

PQRST yaitu:

P : palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit,

hal yang meringankan atau memperberat gejala, klien dengan


34

diabetes mellitus mengeluh mual dan muntah, diare, adanya luka

gangren.

Q : Qualitative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan.

Timbulnya luka akan membuat klien merasa nyeri seperti disayat.

R : Region sejauh mana lokasi penyebaran daerah keluhan.

S : severity derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut.

Nyeri akan membuat dapat mengganggu klien dalam beraktifitas.

T : time waktu dimana keluhan yang dirasakan, lamanya dan

frekuensinya, waktu tidak menentu, biasanya dirasakan secara terus-

menerus.

2) Alasan Masuk Rumah Sakit

Berisi tentang kapan terjadi penurunan berat badan, penyebab

penurunan berat badan serta upaya yang telah di lakukan oleh

penderita untuk mengatasinya.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit ini yang biasanya yang dominan adalah

munculnya sering buang air kecil (poliuria), sering haus (polidipsia),

sering lapar (polifagia) sebelumnya penderita memiliki berat badan

berlebih. Biasanya penderita belum menyadari kalau itu merupakan

perjalanan penyakit diabetes mellitus.Penderita baru tahu kalau sudah

memeriksakan di pelayanan kesehatan (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu

1) Riwayat Penyakit Sebelumnya


35

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada

kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas.

Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,

tindakan medis yang pernah didapat maupun obat – obatan yang

biasa digunakan oleh penderita. (Bararah 2013)

2) Riwayat Penyakit Keluarga

Diabetes mellitus yang menurun silsilah keluarga yang mengidap

diabetes mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh

tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik akan disampaikan

informasinya pada keturunan berikutnya (Riyadi dan Sukarmin,

2013).

3) Riwayat Pengobatan

Pengobatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 menggunakan

terapi injeksi insulin eksogen harian untuk kontrol kadar gula darah.

Sedangakan pasien dengan diabetes mellitus biasanya menggunakan

OAD (Obat Anti Diabetes) oral seperti sulfonilurea, biguanid,

meglitinid, inkretin, amylonomimetik, dll (Black 2014)

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

a) Kesadaran

Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan

komposmentis dan mengalami hipoglikemi akibat reaksi

pengguanaan insulin yang kurang tepat. Biasanya pasien


36

mengeluh gemetaran, gelisah, takikardia (60-100 x per menit),

tremor, dan pucat.(Bararah 2013)

b) Tanda – tanda vital

Pemeriksaan tanda vital yang terkait dengan tekanan darah, nadi,

suhu, turgor kulit, dan frekuensi pernafasan. (Bararah 2013)

2) Body System

a) Sistem pernapasan

Inspeksi : lihat apakah pasien mengalami sesak napas

Palpasi : mengetahui vocal premitus dan mengetahui adanya

massa, lesi atau bengkak.

Auskultasi : mendengarkan suara napas normal dan napas

tambahan (abnormal : weheezing, ronchi, pleural friction rub )

b) Sistem kardiovaskuler

Inspeksi: amati ictus kordis terlihat atau tidak

Palpasi: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, nadi perifer

melemah atau berkurang.

Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar,

kardiomegali.

Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat

didiskripsikan dengan S1, S2 tunggal. (Bararah 2013)

c) Sistem Persyarafan

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,

mengantuk, reflex lambat, kacau mental, disorientasi. Pasien


37

dengan kadar glukosa darah tinggi sering mengalami nyeri

saraf. Nyeri saraf sering dirasakan seperti mati rasa, menusuk,

kesemutan, atau sensasi terbakar yang membuat pasien terjaga

waktu malam atau berhenti melakukan tugas harian (Black

2014)

d) Sitem Perkemihan

Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit

saat proses miksi (Black 2014)

e) Sistem Pencernaan

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrasi, obesits, peningkatan lingkar abdomen. Neuropati

aoutonomi sering mempengaruhi Gl. Pasien mungkin

dysphagia, nyeri perut, mual, muntah, penyerapan terganggu,

hipoglikemi setelah makan, diare, konstipasi dan inkontinensia

alvi (Black 2014)

Polifagia adalah istilah medis yang menggambarkan rasa lapar

berlebihan atau peningkatan nafsu makan lebih dari biasanya.

Polidipsi adalah kondisi saat seseorang sering merasa haus

berlebihan.

Mual adalah rasa seperti ingin muntah dan tidak nyaman pada

perut. Gejala ini dapat timbul jika anda : Terlalu banyak makan,

menghirup aroma yang menjijikan atau tidak anda sukai, berada

dalam kendaraan, sedang hamil,sakit magg, keracunan


38

makanan, efek samping obat-obatan, efek samping

kemoterapi,dll.

Muntah adalah kondisi ketika isi dari lambung keluarsecara

paksa melalui mulut. Berbeda dari regurgitasi (keluarnya isi

lambung tana kontraksi), muntah disertai kontraksi pada

lambung dan otot perut.

Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak

cairan dari pada yang didapatkan, sehingga keseimbangan zat

gula dan garam menjadi terganggu, akibatnya tubuh tidak dapat

berfungsi secara normal.

Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam

tubuh yang sangat tinggi.

f) Sistem integumen

Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk,

memperhatikan jumlah rambut, distribusi dan teksturnya.

Palpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus), mobilitas,

meraba tekstur rambut (Black 2014)

g) Sistem muskuluskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi

badan, cepat lelah, lemah dan nyeri (Black 2014)

h) Sistem endokrin

Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya

mengakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat yang


39

menyebabkan DM tipe1. Respon sel beta pancreas terpapar

secara kronis terhadap kadar glukosa darah yang tingai menjadi

progresif kurang efisien yang menyababkan DM tipe2. (Black

2014)

i) Sistem reproduksi

Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ

reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,

gangguan kualitas, maupun ereksi, serta memberi dampak pada

proses ejakulasi. (Black 2014)

j) Sistem penglihatan

Retinopati diabetic merupakan penyebab utama kebutan pada

pasien diabetes mellitus (Black 2014)

k) Sistem Imun

Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi infeksi,

infeksi sangat sulit untuk pengobatan. Area terinfeksi sembuh

secara perlahan karena kerusakan pembuluh darah tidak

membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibody

ke tempat luka. Infeksi meningkatkan kebutuhan insulin dan

mempertinggi kemungkinan ketoasidosis. (Black 2014)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi


40

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Kodim, 2015:138).

Diagnosa diabetes militus antara lain :

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

b. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh,

hipovolemia

c. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan

(nekrosis luka gangrene)

d. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes

melitus)

e. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter

kuat dan poliuri

f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi

darah keperifer, proses penyakit (DM)

g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuria dan dehidrasi

h. Keletihan.

(Nurarif Amin, 2015:191).

3. Intervensi/Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah

atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Rencana keperawatan akan


41

memberikan informasi esensial bagi perawat guna memberikan asuhan

keperawatan yang berkualitas tinggi. Proses keperawatan meliputi

penetapan tujuan perawatan, penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi

yang tepat, dan rasionalisasi dari intervensi dan mendokumentasikan

rencana keperawatan. Rencana keperawatan dimulai dengan prioritas

diagnosa yang telah ditentukan kemudian dilanjut dengan penentuan tujuan

dan sasaran (Wahyuni, 2016)

Tabel 2.5 Intervensi /Rencana Keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


1 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Kebutuhan nutrisi pasien Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh terpenuhi 1. Timbang berat badan
Definisi: Kriteria hasil: setiap hari atau sesuai
Asupan nutrisi tidak 1. Pasien dapat dengan indikasi
cukup untuk memenuhi mencerna jumlah 2. Tentukan program diet
kebutuhan metabolik kalori atau nutrient dan pola makan pasien
Batasan karakteristik: yang tepat dan bandingkan dengan
1. Kram abdomen 2. Berat badan stabil makanan yang dapat
2. Nyeri abdomen atau penambahan dihabiskan pasien
3. Gangguan sensasi kearah rentang 3. Memberikan edukasi
rasa biasanya kepada pasien dan
4. Berat badan 20% atau 3. Mual dan muntah keluarga tentang
lebih di bawah pasien berkurang kebutuhan nutrisi yang
rentang berat badan sampai hilang harus dipenuhi oleh
ideal 4. Gula darah dalam pasien
5. Kerapuhan kapiler batas normal dan 4. Libatkan keluarga
6. Enggan makan terkontrol pasien pada
7. Asupan makanan 5. Ttv dalam keadaan perencanaan makan ini
kurang dari normal sesuai dengan indikasi
recommended daily 6. Ansietas menurun 5. Observasi tanda-tanda
allowance (RDA) hipoglikemia seperti
8. Bising usus hiperaktif perubahan tingkat
9. Kurang informasi kesadaran, kulit lembab/
10.Kurang minat pada dingin, denyut nadi
makanan cepat, lapar, peka
11.Tonus otot menurun rangsang, cemas, sakit
12.Membran mukosa kepala
pucat 6. Motivasi klien untuk
13.Ketidakmampuan oral hygine sebelum dan
memakan makanan setelah makan
42

14.Cepat kenyang setelah 7. Anjurkan klien untuk


makan minum air hangat kuku
15.Sariawan rongga 8. Anjurkan klien segera
mulutPenurunan berat makan saat hidangan
badan dengan asupan makanan masih hangat
makan adekuat dan tentunya makan
Faktor yang sesuai dengan porsi
berhubungan yang telah ditetapkan
Asupan diet kurang oleh ahli gizi
Populasi berisiko 9. Kolaborasi melakukan
1. Faktor biologis pemeriksaan gula darah
2. Kesulitan ekonomi 10. Kolaborasi pemberian
Kondisi terkait pengobatan insulin
1. Ketidakmampuan Kolaborasi dengan ahli
mengabsorpsi nutrien diet
2. Ketidakmampuan
mencerna makanan
3. Ketidakmampuan
makan
4. Gangguan psikososial

(Padila, 2012:7-8).

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

(independen) dan tindakan kolaborasi (Tarwoto, 2015:7).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan Perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari

hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan (Tarwoto, 2015: 8).


43

Hasil yang diharapkan pada pasien diabetes militus tipe 2 dengan masalah

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

adalah sebagai berikut:

a. Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

b. Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

c. Mual dan muntah pasien berkurang sampai hilang

d. Gula darah dalam batas normal dan terkontrol

e. TTV dalam keadaan normal

(Padila, 2012:7-8).
44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitian yang memberikan area terhadap jalannya

penelitian (Dharma, 2011). Desain penelitian yang digunakan adalah studi

kasus, yaitu studi yang digunakan untuk mengeksplorasi suatu

masalah/fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang

mendalam dan menyatakan berbagai sumber informasi.

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi analisis masalah Asuhan

Keperawatan Klien Yang Mengalami mengalami Diabetes Melitus Tipe II

dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di UPT

Puskesmas Pringsewu.

B. Batasan istilah

Batasan istilah atau definisi operasional adalah penjelasan semua variable

yang telah didefinisikan dan dijelaskan secara operasional, agar orang lain

dapat mengetahui dan dapat mengulangi penelitian tersebut (Nursalam, 2017).


45

Asuhan Keperawatan Klien mengalami Diabetes Mellitus Tipe II dengan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di UPT Puskesmas

Pringsewu

Tabel 3.1
Batasan Istilah
Variabel Batasan Istilah Cara Ukur dan Alat ukur
Diabetes Militus penyakit kronis dengan Melakukan wawancara /
tipe 2 karaakteristik terjadi anamneses pemeriksaan
peningkatan glukosa darah fisik, melihat catatan
( hiperglekimia ) dalam tubuh. rekam medik, melihat hasil
Penyebab dari DM adalah laboratorium
gangguan pada sekresi insulin,
aksi insulin, atau keduanya.
(melania, 2018)
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan nutrisi 1. observasi
nutrisi kurang dari adalah kondisi ketika individu, 2. wawancara
kebutuhab tubuh yang tidak puasa, mengalami 3. pemerisaan lab
atau berisiko mengalami (peneliti melihat )
ketidakadekuatan asupan atau 4. pemeriksaan fisik
metabolisme nutrien untuk
kebutuhan metabolisme dengan
atau tanpa disertai penurunan
berat badan (Carpenito, 2012 :
346).

C. Partisipan

Partisipan yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah 1 pasien

yang mengalami diabetes tipe 2 dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh dengan kriteria.

Kriteria insklusif

1. Klien yang mengalami Diabetes Melitus Tipe II Berat Badan Stabil.

2. Klien yang mengalami Diabetes Melitus Tipe II naik turunnya kadar gula

darah.
46

Kriteria eksklusif

1. Pasien dengan komplikasi

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

lokasi penelitian pada studi kasus ini di lakukan di UPT puskesmas pringsewu

2021. Lama waktu penelitian di lakukan selama 3 hari dari pengkajian hari

pertama dan evaluasi di hari ketiga.

E. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dari partisipan mengenai

masalah kesehatan yaitu berupa identitas partisipan, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit

keluarga dan pengkajian psikososial.

2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data berupa pengamatan secara

langsung seperti pemeriksaan fisik, yaitu dengan menggunaka IPPA

(Inspeksi,Palpasi,Perkusi,Auskultasi)

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini menggunakan data berupa hasil pemeriksaan

diagnostik dan data lain yang relevan. Untuk pengumpulan data

menggunkan format pengkajian.


47

(Nursalam, 2011).

F. Analisa Data

Analisa data ini dilakukan dengan cara mengemukakan fakta data tentang

kondisi 1 orang klien Diabetes MelitusTipe II fokus Dengan Masalah

Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

kemudian dibandingkan dengan konsep teori dan dituangkan dalam

pembahasan. Urutan dalam analisis data adalah :

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dariwawancara, observasi, dokumentasi.Hasil ditulis

dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip

(catatan terstruktur).

2. Pengelompokan Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data

subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik

kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari pasien dijamin dengan jalan mengamburkan

identitas dari pasien.


48

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan penelitian, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis

dengan perilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan dan evaluasi (Nursalam, 2013).

G. Etika Penelitin

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Merupakan lembar persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian

setelah mendapat penjelasan dan telah memahami seluruh aspek penelitian

yang relevan terhadap keputusannya untuk berpatisipasi (Hanafiah, 2012).

2. Self Derteminan

Menghormati otonomi yang mempersyaratkan bahwa manusia yang

mampu menalar pilihan pribadinya harus diperlakukan dengan

menghormati kemampuannya untuk mengambil keputusan mandiri.

(Hanafiah, 2012).

3. Anonymity (tanpa nama)

Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan (Dharma, 2011).

4. Confidentialy
49

Peneliti menjaga kerahasiaan mengenai kesehatan masalah klien yang

hanya digunakan untuk kepentingan dengan cara tidak menceritakan pada

orang lain. (Dharma 2011)

5. Beneficience

Beneficence adalah menolong sesama manusia dengan sebaik-baiknya.

(Nursalam,2013)

6. Justice

peneliti berlaku secara adil kepada kedua klien selama melakukan asuhan

keperawatan tidak membedakan satu dengan yang lainnya.

(Nursalam,2013)

7. Fidelity (kesetiaan/ketaatan)

Pada penelitian ini mengandung makna bahwa perawat mempunyai

ketaatan / kewajiban untuk menepati janji dan menyimpan rahasia pasien,

dan menghargai janji maupun komitmen. (Nursalam,2013)


50

DAFTAR PUSTAKA

Askandar, T. (2012). Garis Besar Pola Makan Dan Pola Hidup SehatSebagai
Pendukung Terapi Diabetes Melitus. SURABAYA: FAKULTAS
KEDOKTERAN UNAIR.

Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi


Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis


untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria.

Carpenito, L. J. (2014). Buku Saku Diagnisis Keperawatan. Carpenito, L. J. (Edisi


13). 2014. Buku Saku Diagnisis Keperawatan. Jakarta :: EGC.
Damayanti dan Ayu.(2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Pencegahan Ulkus
Kaki Diabetikum Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati B antul. Vol
2. No 1.
Dewi, A. B. (2013). Menu Sehat 30 Hari Untuk Mencegah dan Mengatasi
Diabetes.Agro. Jakarta: Media Pusaka.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan


Melaksanakan dan

Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media.


Hanafiah, J. A., A. (2012). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.
Himawan, A. F. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami
Diabetes Melitus Tipe II Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Di Ruang Bedah Rsud Pringsewu Tahun 2018.
Kemenkes. (2018). Hasil Utama RISKESDAS.
Kemenkes. (2019). Hari Hipertensi Dunia 2019. Know Your Number, kendalikan
Tekananan Darahmu dengan CERDIK. Internet.
51

Kodim. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Trans Info Media Jakarta

Nurarif, A. H. K., H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc (Jilid 1). Jakarta:: Media Action.

Nursalam. (2011). konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis. Jakarta: Salemba Medika.
Padila. 2012. Buku ajar: keperawatan medikal bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI.
Smeltzer, s. C., & Bare, Brend G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. jakarta penerbit Buku Kedokteran EGC.
Susanto. (2013). Diabetes, Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Jakarta.
Wartonah, T. (2011). Kebutuhan dasar dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Wijaya, A. S. a. Y. M. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh ASKEP. Yogyakarta: Nuha Medika.
WIJAYANTI, E. (2019). ANUSCRIPT ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI
RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO.
LAMPIRAN -LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Responden yang saya hormati,


Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Indah Fadilawati
NIM : 144012018027

Adalah mahasiswa program studi DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah


Pringsewu Lampung yang akan melaksanakan penelitian dengan judul ”
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
DIABETES MILITUS TIPE 2 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN
TUBUH DI UPT PUSKESMAS PRINGSEWU PADA TAHUN 2021”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Diabetes Militus Tipe 2 dengan masalah keperawatan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh. Peneliti menjamin
hasil penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi siapapun
Peneliti akan menunjang tinggi hak-hak responden yaitu:
(1) Menyimpan seluruh kerahasiaan data yang diperoleh, baik dalam proses
pengumpulan data, pengolahan data, maupun penyajian data
(2) Menghargai keinginan saudara sebagai responden bila tidak ingin
berpartisipasi dalam penelitian
Demikian penjelasan secara singkat mengenai penelitian yang akan saya lakukan .
Atas kerjasama dan bersedianya saudara Menjadi responden dalam penelitian ini
saya ucapkan terimakasih
Hormat saya

Penulis
PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama/Inisial :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :

Menyatakan setelah medapatkan penjelasan tentang maksud, tujuan san manfaat


penelitian ini saya bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung yang berjudul ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN YANG MENGALAMI DIABETES MILITUS TIPE 2 DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH DI UPT PUSKESMAS
PRINGSEWU PADA TAHUN 2021”

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari
pihak manapun

Pringsewu,.......................20......

Responden
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Ruang :…………………….
No. Medical Record :…………………….
TanggalPengkajian :…………………….
Pukul : ……….…………..

A. DATA DASAR
1. DATA DEMOGRAFI

_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________

1.Sumber informasi
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________
___________________________________
2. RIWAYAT KESEHATAN

a.Riwayatkesehatanmasuk RS (UGD/Poliklinik)
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________

b. Riwayat kesehatan saat pengkajian/Riwayat Penyakit Sekarang


1). Keluhan Utama : (PQRST)
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_____
2). Keluhan penyerta
________________________________________________________
________________________________________________________
______________________________
c. Riwayat Kesehatan Lalu
____________________________________________________________
____________________________________________________________
______________________________

d. Riwayat Kesehatan Keluarga :


____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
_____________________________________________
e. Riwayat Psikososial – spiritual:
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________

f. Pengetahuan Pasien & Keluarga


____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
g. Lingkungan
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________

h. Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit:

No Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Saat sakit


1) Pola Nutrisi & _____________________ _________________
Cairan
___________________ _________________

___________________ _________________
_
___________________
__________________
2) Pola Eliminasi
___________________ ________________

___________________ _________________

___________________ _________________

___________________ _________________

3) Pola Personal
Hygiene __________________ _________________

__________________ _________________

____________________ _________________

____________________ __________________

4) Pola Istirahat &


Tidur ___________________ _________________

___________________ _________________

___________________ _________________

____________________ _________________

5) Pola Aktivitas &


Latihan __________________ ________________
__________________ ________________

__________________ _________________

__________________ _________________

6) Poal Kebiasaan
yang ________________ ________________
mempengaruhi
kesehatan __________________ ________________

___________________ _______________

__________________ ________________

3. PENGKAJIAN FISIK
a. Pemeriksaanumum
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________

b. Pemeriksaanfisik per system

1). SistemPenglihatan
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
_____
2). SistemPendengaran
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
_____
3). SistemWicara
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
_____

4). SistemPernafasan

___________________________________________________
___________________________________________________
____________________________

5). SistemKardiovaskuler
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
__________________________________________

6). Sistem Neurologi


___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
__________________________________________
7). Sistem Pencernaan
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
_____

8). Sistem Immunology


___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
_____

9).Sistem Endokrin
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
_____

10). Sistem Urogenital


___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
__________________________________________

11).SistemIntegumen
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
_____

12).SistemMuskuloskeletal
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
_____

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Diagnostik
____________________________________________________
____________________________________________________
______________________________

b. Pemeriksaan Laboratorium
____________________________________________________
____________________________________________________
______________________________

5. PENATALAKSANAAN
a. PenatalaksanaanMedis (Therapiobat, Operatif dan lain-lain)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
_____________________________________________

b. PenatalaksanaanKeperawatan (Saatpengkajian)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
_____________________________________________

6. RESUME KONDISI KLIEN (Saat di IGD sampaisaatpengkajian)

B. DATA FOKUS
1. Data Subjektif
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
2. DataObjektif
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________

C. ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1. DS :_______________________
___________________________
DO :______________________
___________________________

2. DS :_______________________
___________________________
DO :______________________
___________________________

3. DS :_______________________
___________________________
DO :______________________
___________________________

Dst..

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NamaKlien : ……………………………..
Dx. Medis : ……………………………..
Ruang : ……………………………..
No. MR : ……………………………..

N Diagnosa Tujuan(SMAR RencanaTindaka Rasiona


o Keperawata T) n l
n

F. CATATAN PERKEMBANGAN
NamaKlien : ……………………………..
Dx. Medis : ……………………………..
Ruang : ……………………………..
No. MR : ……………………………..

No Tangga Dx. Kep Implementasi Paraf Evaluasi


l ( Respon dan atauHasil ) ( SOAP )

SOP MENIMBANG BERAT BADAN


A. Tujuan: Mengetahui berat badan

B. Sasaran: Petugas medis


C. Sarana:
1. Timbangan
2. Buku catatan
D. Prosedur
1. Memastikan timbangan badan berfungsi dengan baik dengan cara
mengatur penunjuk angka tepat diangka ”nol”
2. Meminta pasien melepas sepatu / sandal dan meletakkan barang bawaan
yang berat
3. Meminta pasien naik keatas timbangan, dengan posisi berhadapan dengan
pemeriksan
4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti, dari arah depan tegak lurus
dengan angka
5. Mengiformasikan hasil pengukuran pada pasien.  
6. Mencatat pada kartu status atau buku.
7. Menanyakan kepada pasien apakah ada yang ditanyakan tentang hasil
pengukuran berat   badannya.
E. Standar Operasional Prosedur
1. Memastikan timbangan badan berfungsi dengan baik dengan cara
mengatur penunjuk angka tepat diangka ”nol”, dengan cara menggunakan
tangan dominan memutar atau menggeser pengatur timbangan
2. Meminta pasien melepas sepatu / sandal dan meletakkan barang bawaan
yang berat
Permisi ibu, tolong sepatunya dilepas sebentar.
3. Meminta ibu naik keatas timbangan ,dengan posisi berhadapan dengan
pemeriksan
Bapak/ibu silakan naik keatas timbangan dan harap menghadap saya.

4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti, dari arah depan tegak lurus


dengan angka
5. Mengiformasikan hasil pengukuran pada Pasien
Bapak/ibu berdasarkan hasil pengukuran yang saya lakukan berat badan
bapak/ibu…….Kg.   
6. Mencatat pada kartu status atau buku.
7. Menanyakan kepada ibu  apakah ada yang ditanyakan tentang hasil
pengukuran berat   badannya.
Bapak/ibu apakah ada yang ingin ditanyaan?

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


“ PEMERIKSAAN GULA DARAH ”

STANDAR PEMERIKSAAN GLUKOSA DALAM DARAH


PROSEDUR (GDS)
OPERASIONAL
Pengertian Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui
kadar gula darah seseorang.
Nilai Normal GDS Dewasa : serum dan plasma = 140 mg/dl         darah
lengkap = 120mg/dl
Anak : 120 mg/dl
Lansia : serum dan plasma = 160 mg/dl           darah
lengkap = 140 mg/dl
Indikasi 1. Klien yang tidak mengetahui penyakitnya
2. Penderita DM
Tujuan Untuk mengetahui kadar gula sewaktu sebagai indikator
adanya metabolisme karbohidrat
Persiapan alat 1. Glukometer / alat monitor kadar glukosa
darah
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone bila perlu
4. Stik GDA / strip tes glukosa darah
5. Lanset / jarum penusuk
6. Bengkok
7. Tempat sampah
Persiapan lingkungan 1. Menjaga privasi klien
2. Sebelum dilakukan tindakan probandus /
orang coba diberi informasi untuk tidak
makan (puasa) mulai jam 10 malam (sekitar
12 jam sebelum praktikum dimulai)
Prosedur 1. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien.
2. Mencuci tangan.
3. Memakai handscone bila perlu
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Dekatkan alat di samping pasien.
6. Pastikan alat bisa digunakan.
7. Pasang stik GDA pada alat glukometer.
8. Mengurut jari yang akan ditusuk (darah diambil dari
salah satu  ujung jari telunjuk, jari tengah, jari manis
tangan kiri / kanan).
9. Desinfeksi jsri ysng sksn ditusuk dengan kapas
alcohol
10. Menusukkan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan
darah mengalir secara spontan
11. Tempatkan ujung strip tes glukosa darah (bukan
diteteskan ) secara otomatis terserap ke dalam strip
12. Menghidupkan alat glukometer yang sudah
terpasang stik   GDA.
13. Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas
alkohol.
14. Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka
yang tertera pada monitor.
15. Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor
16. Matikan alat monitor kadar glukosa darah
17. Membereskan alat.
18. Mencuci tangan.
19. Dokumentasi : catat hasil pada buku catatan
SOP INJEKSI INSULIN

Pengertian Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes


mellitus.
Actrapid Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam
bentuk pulpen insulin khusus yang berisi 3 cc insulin.

Tujuan Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.


Petugas Perawat
Persiapan alat Persiapan Alat :
 Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
 Vial insulin.
 Kapas + alkohol / alcohol swab.
 Handscoen bersih.
 Daftar / formulir obat klien.

Persiapan  Menjelaskan kepada klien sehari sebelumnya (± pukul 20.00) akan


pasien dan dilakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah dan urine untuk
lingkungan memastikan apakah klien menderita diabetes mellitus.
 Menganjurkan klien untuk puasa 6 – 7 jam (mulai ± pukul 24.00)
sampai dengan pengambilan sampekl urine dan darah di pagi hari.
Klien diperbolehkan hanya minum air putih saja (air yang tidak
mengandung glukosa).

Persiapan  Perawat mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan


perawat  Perawat memberitahu tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
Prosedur 1. .  Mencuci tangan.
2.   Memakai handscoen bersih.
3. Mengambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang
diperlukan untuk klien (berdasarkan daftar obat klien/instruksi
medik).
4. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya
terdapat kebiruan, inflamasi, atau edema.
5. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat
catatan perawat sebelumnya.
6. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol
swab, dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
7. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus
dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan
yang tidak dominan.
8. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang
domin secara lembut dan perlahan.
9. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya
dilalukan penekanan pada area penyuntikan dengan
menggunakan kapas alkohol.
10. Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam
keadaan jarum yang sudah tertutup dengan tutupnya.
11. Dokumentasi
Referensi Perry & Potter. (2019). Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kusyati, Eni. (2016). Ketrampilan Dan Prosedur Laboratorium
Kebutuhan Dasar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai