Anda di halaman 1dari 298

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK

SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN


PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

SKRIPSI

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK
SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program


Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh:

Anik Puji Wahyuni


NIM: 13409003

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014

i
ii
iii
iv
MOTTO

 Acapkali, tingkah laku orang lain terhadap anda


tergantung kepada sikap anda terhadap diri anda
sendiri, bila anda memiliki percaya diri dan cukup
menghargai diri sendiri, orang lain juga bisa sama-
sama menghargai anda.

 Kemulian yang terbesar di dalam kehidupan, bukanlah


selamanya tak pernah mengalami kegagalan,
melainkan bisanya berkali-kali bangkit walaupun
berkali-kali jatuh.

 Orang yang bisa puas akan apa yang telah diperoleh,


walau berbaring di lantai masih bisa terasa
menyenangkan. Orang yang tidak bisa puas akan apa
yang telah diperoleh, walau berada dalam
kebahagiaan, tetap merasa belum sesuai dengan
keinginannya.

v
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Almarhum Ibundaku tersayang yang telah melakukan pengorbanan

tiada terkira, memberi semangat, dan doa yang tiada terputus.

2. Bapakku tersayang yang tidak pernah berhenti memberikan

semangat, dan doa selama penyusunan skripsi.

3. Keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan doa selama

penyusunan skripsi.

4. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat, dukungan dan doa.

5. Almamaterku.

vi
ABSTRAK

Wahyuni, Anik Puji. 2014. Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik


Siswa Pada Problem Based Learning Dan Pembelajaran Konvensional
Kelas VIII SMP. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Katolik Widya Mandala
Madiun. Dosen Pembimbing (I) Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd, Dosen
Pembimbing (II) Vigih Hery Kristanto, M.Pd.

Kata kunci: Kemampuan Komunikasi Matematik, Problem Based Learning

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematik


siswa yang diajar menggunakan Problem Based Learning lebih baik daripada
kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan pembelajaran
Konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen semu. Penelitian ini
dilaksanakan pada 9 Januari – 28 Januari 2014 di SMPN 4 Madiun dengan
populasi kelas VIII. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan cluster random sampling. Sedangkan sampel dalam penelitian ini
adalah kelas VIII C sebagai kelas eksperimen menggunakan Problem Based
Learning dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan komunikasi
matematik siswa. Tes kemampuan komunikasi matematik siswa digunakan untuk
mengetahui kemampuan komunikasi matematik siswa. Instrumen tersebut
sebelum diujicobakan, terlebih dahulu divalidasi. Dari hasil uji coba diperoleh
bahwa tes kemampuan komunikasi matematik siswa mempunyai reliabilitas
sedang sebesar 0,49094. Setelah hasil uji coba dianalisi dan diperoleh data
reliabilitas sedang, kemudian dilakukan penelitian. Pada saat awal dan akhir
penelitian berlangsung, dilakukan tes tertulis bentuk subyektif untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematik siswa, dari tes tersebut diperoleh data pretes
dan postes. Hasil data tersebut dihitung selisihnya. Selanjutnya dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan selisih data pretes dan postes
diperoleh bahwa data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal, dan
berasal dari populasi dengan varian homogen.
Dengan demikian, pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan taraf nyata 0,05.
Untuk pengujian hipotesis kemampuan komunikasi matematik siswa didapatkan
thitung (=3,54633) > ttabel (=2,00405) sehingga H0 ditolak dan memberikan
kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan
Problem Based Learning lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik
siswa yang diajar dengan pembelajaran Konvensional.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya

dengan limpahan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar

dengan Problem Based Learning (PBL) dan Pembelajaran Konvensional”.

Terima kasih peneliti sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu

peneliti dalam penyusunan skripsi terutama kepada :

1. Dr. Rudi Yohanes Santoso, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah

memberi masukan, kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini.

2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberi

masukan, kritik dan saran selama membimbing peneliti dalam penelitian ini.

3. Fransiskus Gatot Iman Santoso, S.Si,. M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan IPA, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Katolik Widya Mandala Madiun.

4. Dra. Fransisca Mudjijanti, M.M., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandala Madiun yang telah

memberikan ijin pada penelitian ini.

5. Gregoria Ariyanti, S.Pd., M.Si., selaku validator dan dosen Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Katolik Widya Mandala Madiun yang

telah memberi masukan, kritik dan saran dalam penelitian ini.

viii
6. Dewi Agust Setyawati, S.Pd., selaku validator dan guru matematika kelas VIII

B-VIII C SMPN 4 Madiun yang telah memberi masukan, kritik dan saran

dalam penelitian ini serta mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di

kelas beliau.

7. Theresia Enny Yuniwati, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMPN 2 Madiun yang

telah memberikan ijin bagi peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah

yang bersangkutan.

8. Siswa kelas VIII B dan VIII C SMPN 4 Madiun atas kerjasama, bantuan, dan

kenangan tak terlupakan selama peneliti mengadakan penelitian di kelas yang

bersangkutan.

9. Devy Yuliastri Kurnia Putri, Iin Nur Indahsari, Intan Ayu Maharani, Frida

New Yarti Wifina Silalahi, dan Nurul Nur Aisyah yang telah memberikan

bantuan dan semangat dalam melaksanakan penelitian.

10. Bapak/Ibu dan staf karyawan SMPN 4 Madiun yang telah memberikan

bantuan kepada peneliti selama melaksanakan penelitian.

11. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Widya Mandala Madiun yang telah banyak memberi bantuan,

pengajaran dan bimbingan selama perkuliahan.

12. Alm Ibunda, Bapak dan keluarga besarku yang telah memberikan banyak

bantuan, semangat dan doa selama perkuliahan, terlebih dalam penyusunan

skripsi ini.

ix
13. Teman-temanku Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2009 terima

kasih atas doa dan persahabatan yang telah terjalin selama ini. Semoga

kesuksesan menyertai kita semua.

14. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini dan tidak dapat saya

sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Matematika dan IPA, Program Studi Pendidikan Matematika

pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Madiun,

Peneliti

x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI ............................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
E. Batasan Masalah ............................................................................ 6
F. Definisi Operasional Variabel atau Definisi Istilah ...................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kemampuan Komunikasi Matematik ............................................ 8
B. Model Problem Based Learning ................................................... 15
1. Pengertian dan karekteristik Problem Based Learning ............. 15
2. Tahap-tahap Problem Based Learning ..................................... 19
3. Sintaks Problem Based Learning ............................................. 19
4. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning ............... 20
5. Teori-teori yang terkait dengan Problem Based Learning ....... 22
a. Teori Vygotsky ..................................................................... 22
b. Teori Jerome Bruner ............................................................ 24
c. Teori Belajar Konstruktivisme ............................................. 27
C. Model Pembelajaran Konvensional . ............................................. 28
1. Pengertian dan karekteristik Pembelajaran Konvensional......... 28
2. Tahap-tahap Pembelajaran Konvensional ................................. 29
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional .......... 32
4. Sintaks pembelajaran Konvensional .......................................... 33
5. Teori-teori yang terkait dengan Pembelajaran Konvensional ... 34
a. E.L.Thordike .................................................. ..................... 34
b. B.F.Skinner ........................................................................... 35
D. Hasil Penellitian yang Relevan ..................................................... 37
E. Kerangka Berpikir ......................................................................... 39
F. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 42

xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ..................................................................... 43
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 45
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 46
D. Instrumen Penelitian....................................................................... 46
E. Analisis Instrumen Penelitian ........................................................ 48
F. Teknik Analisis Data...................................................................... 55

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN


A. Analisis Perangkat dan Instrumen Penelitian ................................ 62
B. Hasil Pengambilan Sampel ............................................................. 69
C. Deskripsi Data................................................................................ 69
D. Analisis Hasil Uji Prasyarat .......................................................... 70
E. Analisis Hasil Penelitian ............................................................... 72
F. Hasil Penelitian ............................................................................... 75

BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 76
B. Kelebihan dalam Penelitian ini ...................................................... 79
C. Kendala dalam Penelitan ini ........................................................... 79

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 81
B. Saran .............................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. . 87

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Model-Model Pembelajaran Matematika Sekolah .................................... 17
2.2 Sintaks Problem Based Learning ............................................................. 20
2.3 Sintaks Pembelajaran Konvensional .......................................................... 33
4.1 Hasl Validasi RPP Pada Problem Based Learning ................................... 62
4.2 Hasil Validasi Kedua RPP Pada Problem Based Learning ...................... 63
4.3 Hasil Validasi BKS Problem Based Learning .......................................... 63
4.4 Hasil Validasi Kedua BKS Problem Based Learning ............................... 64
4.5 Hasil Validas BPG Problem Based Learning ............................................ 64
4.6 Hasil Vallidasi Kedua BPG Problem Based Learning .............................. 65
4.7 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik .......................... 65
4.8 Hasil Validasi Kedua Tes Kemampuan Komunikasi Matematik .............. 66
4.9 Hasil Validasi RPP Pembelajaran Konvensional ....................................... 66
4.10 Hasil Validasi BKS Pembelajaran Konvensional ...................................... 66
4.11 Hasil Validasi Kedua BKS Pembelajaran Konvensional .......................... 67
4.12 Hasil Validasi BPG Pembelajaran Konvensional ...................................... 67
4.13 Hasil Validasi Kedua BPG Pembelajaran Konvensional .......................... 68

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1 Diagram Rancangan Penelitian .......................................... 44

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Validasi Perangkat Dan Instrumen Penelitian ............... 88


1.1 Lember Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik 89
1.2 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Problem Based Learning .................................................. 90
1.3 Lembar Validasi Buku Kerja Siswa (BKS) Problem Based
Learning ............................................................................ 92
1.4 Lembar Validasi Buku Panduan Guru (BPG) Problem Based
Learning ............................................................................ 94
1.5 Lembar Validasi Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP)
Pembelajaran Konvensional .............................................. 96
1.6 Lembar Validasi Buku Kerja Siswa (BKS) Pembelajaran
Konvensional ..................................................................... 98
1.7 Lembar Validasi Buku Panduan Guru (BPG) Pembelajaran
Konvensional ..................................................................... 100

Lampiran 2. Perangkat Dan Instrumen Penelitian ......................................... 103


2.1 Tes Kemampuan Komunikasi Matematik .......................... 104
2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Problem
Based Learning .................................................................. 113
2.3 Buku Kerja Siswa (BKS) Problem Based Learning ........... 125
2.4 Buku Panduan Guru (BPG) Problem Based Learning ....... 150
2.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran
Konvensional ..................................................................... 179
2.6 Buku Kerja Siswa (BKS) Pembelajaran Konvensional ..... 191
2.7 Buku Panduan Guru (BPG) Pembelajaran Konvensional .. 219

Lampiran 3. Analisis Instrumen Penelitian ................................................. 251


3.1 Data dasiiil uji coba instrumen .......................................... 252
3.2 Reliabilitas Data Skor Hasil Ujicoba Tes Kemampuan
Komunikasi Matematik .................................................... 253

Lampiran 4. Analisis Hasil Penelitian .......................................................... 254


4.1 Data Skor Pretes Kelas Eksperimen .................................. 255
4.2 Data Skor Pretes Kelas Kontrol ...................................... 256
4.3 Data Skor Postes Kelas Eksperimen ................................ 257
4.4 Data Skor Postes Kelas Kontrol ....................................... 258
4.5 Data Skor Pretes Dan Postes Kelas Eksperimen .............. 259
4.6 Data Skor Pretes Dan Postes Kelas Kontrol ..................... 260
4.7 Uji Normalitas Data Tes Kemampuan Komunikasi Kelas
Eksperimen ...................................................................... 261
4.8 Uji Normalitas Data Tes Kemampuan Komunikasi Kelas
Kontrol ............................................................................. 263

xv
4.9 Uji Homogenitas ............................................................... 265
4.10 Uji T ............................................................................... 267

Lampiran 5. Datar Tabel ............................................................................. 269


5.1 Tabel Lilliefors .............................................................. 270
5.2 Tabel F ........................................................................... 271
5.3 Tabel T ........................................................................... 273
5.4 Tabel Ditribusi Normal .................................................. 274

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 275

Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................ 280

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada kurikulum KTSP 2006, siswa dituntut aktif dalam pembelajaran

sehingga siswa harus dapat berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan pada

saat proses belajar. Namun kenyataannya, siswa sulit untuk aktif karena

keterbatasan kemampuan berkomunikasi, sehingga guru yang aktif dalam

pembelajaran. Untuk mengurangi keadaan ini, maka siswa perlu dibiasakan

mengkomunikasikan idenya secara lisan dan tulisan kepada orang lain sesuai

dengan penafsirannya sendiri sehingga orang lain dapat menilai dan memberikan

tanggapan terhadap penafsirannya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan

kemampuan komunikasi siswa pada setiap pembelajaran.

Komunikasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan manusia.

Setiap saat orang melakukan kegiatan komunikasi. Di dalam komunikasi

tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan

seseorang itu dapat dipahami orang lain. Untuk dapat berkomunikasi secara

baik, orang memerlukan bahasa. Di dalam pembelajaran matematika, khususnya

komunikasi dalam matematika merupakan suatu aktivitas penyampaian dan atau

penerimaan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa matematika.

Matematika merupakan ilmu dasar yang berkembang pesat dalam materi

maupun kegunaannya. Kegunaan matematika terlihat dari peran pentingnya

dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam hal

1
2

komunikasi dan informasi. Matematika sebagai alat komunikasi manusia karena

matematika merupakan serangkaian bahasa yang melambangkan makna dari

pernyataan yang ingin kita sampaikan. Matematika adalah ilmu yang juga sulit

untuk dikomunikasikan karena terbentur dengan simbol-simbol, bersifat abstrak,

serta miskin komunikasi terutama komunikasi lisan. Secara umum, pembelajaran

matematika dilakukan guru kepada siswa adalah dengan tujuan siswa dapat

mengerti dan menjawab soal yang diberikan oleh guru, tetapi siswa tidak pernah

atau jarang sekali dimintai penjelasan asal mula mereka mendapatkan jawaban

tersebut. Akibatnya siswa jarang sekali berkomunikasi dalam matematika.

Berdasarkan tujuan umum pembelajaran terhadap pendidikan masa datang,

khususnya pembelajaran matematika sangat diperlukan kemampuan siswa dalam

komunikasi matematik. Komunikasi dalam matematik menolong guru

memahami kemampuan siswa dalam menginterprestasikan dan mengekspresikan

pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari.

Sehingga komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah penting. Karena

kemampuan komunikasi matematik merupakan salah satu kompetensi dasar

yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika yang mencakup

kegiatan siswa dalam menyampaikan laporan, gagasan dan ide, baik secara lisan

maupun tulisan.

Hal ini juga dipertegas oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan bahwa

pada kenyataannya siswa sulit untuk mengkomunikasikan kembali materi yang

didapat. Kemampuan komunikasi matematik siswa sulit untuk dilihat baik lisan

maupun tulisan karena siswa identik hanya melihat dan mengikuti temannya
3

yang dianggap baik di dalam kelas. Selain itu, sedikit sekali siswa yang bertanya

maupun menjawab apa yang diinformasikan oleh guru. Apabila siswa terlibat

aktif dalam proses belajar, mereka akan lebih mampu membangun gagasan, ide,

dan konsep matematika.

Pada umumnya, di lapangan belum menerapkan sistem pembelajaran yang

melatih aktivitas komunikasi matematik siswa. Hal ini dapat dilihat dari guru

lebih aktif dalam penyampaian informasi, sedangkan siswa hanya mendengar

dan mencatat. Aktivitas guru jauh lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas

siswa. Proses komunikasi cenderung masih satu arah dan proses pembelajaran

matematika yang dilakukan oleh siswa hanya menyimak penjelasan guru dan

mengerjakan tugas secara klasikal sehingga kurang mendukung pengembangan

sikap dan keterampilan komunikasi matematik siswa. Akibatnya siswa menjadi

kurang aktif dan pembelajaran merupakan sesuatu yang membosankan, sehingga

dapat menurunkan motivasi belajar, inisiatif siswa untuk bertanya dan

mengungkapkan ide serta membuat siswa takut untuk mengkomunikasikan suatu

masalah kepada guru.

Untuk memunculkan dan meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa, dapat digunakan beberapa model pembelajaran. Dengan

demikian, kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran merupakan hal

penting dalam kegiatan belajar mengajar. Agar pembelajaran matematika lebih

berhasil, maka guru harus bisa mengkondisikan siswanya agar belajar aktif.

Karena pembelajaran yang menyebabkan siswa belajar aktif akan lebih dapat
4

menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematik dan pemahaman

matematika dibandingkan dengan belajar pasif (mengingat dan latihan).

Pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan oleh guru, sehingga siswa

dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengkomunikasikan informasi,

gagasan, ide kepada orang lain sekaligus dapat meningkatkan penguasaan

konsep matematika. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan agar

siswa dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik adalah model

Pembelajaran Problem Based Learning. Pada model Pembelajaran Problem

Based Learning, siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses

pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya

dimulai oleh adanya masalah kemudian siswa mendalami pengetahuannya

tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk

memecahkan masalah tersebut.

Dengan model Pembelajaran Problem Based Learning, siswa diarahkan

agar menemukan arti di dalam proses pembelajarannya. Dalam model

Pembelajaran Problem Based Learning. siswa dituntut untuk lebih aktif dan

bertanggung jawab dalam materi pembelajaran baik secara kelompok maupun

secara individu. Model Pembelajaran Problem Based Learning ini siswa diberi

waktu untuk memikirkan, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan

akhirnya menyimpulkan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan guru

sehingga membutuhkan komunikasi antara teman sekelompoknya untuk

mempersatukan ide.
5

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menyusun penelitian

dengan judul “Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Pada

Problem Based Learning dan Pembelajaran Konvensional.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik perumusan

masalah: “Apakah kemampuan komunikasi matematik siswa pada model

Problem Based Learning lebih baik dari pada kemampuan komunikasi

matematik siswa pada pembelajaran Konvensional?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui apakah kemampuan

komunikasi matematik siswa pada Problem Based Learning lebih baik dari pada

kemampuan komunikasi matematik siswa pada Pembelajaran Konvensional.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Model pembelajaran alternatif untuk menumbuhkembangkan kemampuan

komunikasi matematik siswa.

2. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya

kemampuan komunikasi matematik siswa.


6

E. Batasan Masalah

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang lain dalam penelitian ini perlu

diberikan batasan masalah, bahwa penelitian ini hanya melaksanakan tes tertulis

bentuk subyektif. Sedangkan tes kemampuan komunikasi matematik siswa

secara lisan tidak dapat terlaksana.

F. Definisi Operasional Variabel atau Definisi Istilah

Sugiyono (1997:2), variabel merupakan gejala yang menjadi fokus

penelitian untuk diamati. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu

model pembelajaran matematika dan kemampuan komunikasi matematik siswa.

Apabila dilihat dari fungsinya, maka model pembelajaran matematika

merupakan variabel bebas. Sedangkan kemampuan komunikasi matematik siswa

merupakan variabel terikat. Jika ditinjau dari proses kuantifikasi variabel, model

pembelajaran termasuk ke dalam variabel nominal. Sedangkan kemampuan

komunikasi matematik siswa merupakan variabel interval.

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah dalam penelitian ini. Istilah

dalam penelitian ini sebagai berikut: perbandingan adalah perbedaan (selisih)

kesamaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:75). Sedang dalam penelitian

ini yang dimaksud perbandingan adalah perbedaan dari dua buah model

pembelajaran.

Menurut Nazir (Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, 2003: 44), definisi

operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
7

dengan cara memberikan arti atau melakukan spesifikasi kegiatan maupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel.

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini diuraikan sebagai

berikut:

a. Model pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu Model Problem Based

Learning dan Model Pembelajaran Konvensional. Model Problem Based

Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dilakukan dengan

adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian

dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat

menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

Sedangkan Model Pembelajaran Konvensional disebut juga dengan

pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang berpusat pada guru yang

dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang diajarkan

selangkah demi selangkah.

b. Kemampuan komunikasi matematik adalah skor diperoleh siswa dari hasil

tes tertulis bentuk subyektif yang mencakup indikator komunikasi

matematik yaitu menghubungkan benda nyata, gambar, atau diagram ke

dalam ide matematika; menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika

melalui tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar;

menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbul matematika.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Komunikasi Matematik

Matematika adalah salah satu mata pelajaran penting yang menjadi dasar

bagi mata pelajaran yang lain. Matematika merupakan bahasa simbolik yang

berkaitan dengan ide-ide, struktur-struktur , dan hubungan-hubungan yang diatur

secara logis dan sistematis. Menurut Russefendi ET sebagaimana dikutip dalam

Suherman (2003:16), matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia

yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Matematika dalam pembelajarannya yang dirumuskan oleh The National

Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menggariskan bahwa siswa harus

mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun

pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dialami sebelumnya.

Untuk mewujudkannya dirumuskan lima tujuan umum pembelajaran

matematika, yaitu pertama belajar untuk berkomunikasi (Mathematical

Communication), kedua belajar untuk bernalar (Mathematical Reasoning),

ketiga belajar memecahkan masalah (Mathematical Problem Solving), keempat

belajar untuk mengaitkan ide (Mathematical Connection) dan kelima

pembentukan sikap positif terhadap matematika. Semua itu disebut

Mathematical Power (daya matematis).

Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 454) komunikasi berarti

pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan

8
9

cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan

menurut Shadiq (2009:6), komunikasi adalah proses untuk memberi dan

menyampaikan arti dalam usaha untuk menciptakan pemahaman bersama. Di

dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan

yang disampaikan seseorang ini dapat dipahami oleh orang lain.

Ada tiga bentuk komunikasi sebagaimana yang disampaikan oleh

Masrukan (2008:7), yaitu: (1) linear (one way communication), (2) relasional

atau interaktif (Cybermetics Models), dan (3) konvergen (multi arah). Bila

diterapkan dalam proses pembelajaran maka (1) komunikasi linear berarti guru

hanya melakukan transfer of knowledge, (2) komunikasi relasional berarti ada

interaksi guru dan siswa, walau guru tetap dominan, dan (3) komunikasi

konvergen berarti selain antara guru dengan siswa juga antara siswa dengan

siswa. Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menyangkut

tentang komunikasi konvergen, di mana siswa dituntut untuk mampu

mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematikanya, baik kepada teman, guru,

maupun orang lain.

Ada dua alasan yang menjadikan komunikasi dalam pembelajaran

matematika perlu menjadi fokus perhatian. Pertama, matematika tidak hanya

sekedar sebagai alat bantu untuk berpikir ataupun alat untuk menyelesaikan

masalah. Namun, juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan ide-ide dan

gagasan-gagasan yang bervariasi secara nyata, tepat, dan praktis. Kedua, dalam

pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, interaksi antar guru dengan


10

siswa merupakan bagian yang penting untuk menumbuhkan kemampuan

matematika pada anak-anak.

Dengan demikian, peran penting komunikasi dalam pembelajaran

matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, yaitu sebagai alat ukur untuk

mengukur pertumbuhan pemahaman matematika pada siswa, membantu

menumbuhkan cara berpikir siswa dan mengembangkan kemampuan siswa

dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika yang dipelajari, serta

mengkonstruksikan pengetahuan metematika, pengembangan masalah dan

menumbuhkan rasa percaya diri.

Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat

menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematika. Berkaitan

dengan kemampuan komunikasi, The National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM) (1989) sebagaimana dikutip oleh Shadiq (2009:12)

menyatakan bahwa program pembelajaran untuk: (1) mengorganisasikan dan

mengkonsolidasikan pikiran matematika mereka melalui komunikasi, (2)

mengkomunikasikan pikiran matematika mereka secara logis dan jelas kepada

teman, guru, ataupun orang lain, (3) menganalisis dan mengevaluasi pikiran

matematika dan strategi yang digunakan orang lain, (4) menggunakan bahasa

matematika untuk menyatakan ide-ide metematika secara tepat.

Komunikasi matematik dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa

dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau

saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi peralihan

pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari
11

siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah.

Menurut Sullivan & Mousley (dalam Bansu Irianto Ansari, 2003:17) komunikasi

matematik bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas

lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan,

mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan

akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari. Komunikasi matematik

merupakan salah satu disiplin ilmu dari matematika yang mengkaji tentang

aktivitas penggunaan kosakata, notasi, dan struktur matematika untuk

mengekspresikan dan memahami ide maupun keterkaitan ide-ide tersebut.

Berkaitan dengan komunikasi matematik, The National Council of

Teachers of Mathematics (NCTM) sebagaimana dikutip oleh Juandi (2008),

menjelaskan bahwa komunikasi matematik adalah kemampuan siswa dalam hal

sebagai berikut:

1. Membaca dan menulis matematika dan menafsirkannya makna dan ide dari

tulisan itu.

2. Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematika

dan hubungannya.

3. Merumuskan definisi matematika dan membuat generalisasi yang ditemui

melalui investigasi.

4. Menuliskan sajian matematika dengan pengertian.

5. Menggunakan kosakata/bahasa, notasi struktur secara matematika untuk

menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan pembuatan model.


12

6. Memehami, menafsirkan dan menilai ide yang disajikan secara lisan dalam

tulisan/visual.

7. Mengamati dan membuat dugaan, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan

dan menilai informasi.

8. Menghasilkan dan menyajikan argument yang meyakinkan.

Dalam hal ini komunikasi matematik terdiri dari komunikasi lisan dan

tertulis. Komunikasi secara lisan merupakan aktivitas antar siswa atau antara

siswa dengan guru, dimana hal ini dapat berupa berbicara, mendengar,

membaca, menjelaskan, bardiskusi, maupun bertukar pendapat. Sedangkan

komunikasi secara tulisan merupakan kemampuan siswa dalam menggunakan

kosakata, notasi, dan struktur matematika yang dinyatakan dengan garfik,

gambar, tabel persamaan atau tulisan.

Fungsi kemampuan komunikasi matematis adalah sebagai berikut:

1. Memberi keterangan, data, atau fakta yang berguna bagi segala aspek

kehidupan;

2. Mendidik untuk menuju pencapaian diri;

3. Membujuk orang untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang diharapkan

oleh komunikatornya.

http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/02/kemampuan-komunikasi-

matematis.html (diakses tanggal 4 Mei 2013)

Sebagai acuan dalam mengukur kemampuan komunikasi metematik, bisa

dilihat dari aspek-aspeknya. Terdapat lima aspek komunikasi matematik

menurut Baroody, sebagaimana dikutip oleh Juandi (2008), yaitu: (1)


13

representasi, diartikan sebagai bentuk baru hasil translasi suatu masalah yang

dapat membantu anak menjelaskan konsep untuk memudahkan mendapatkan

strategi pemecahan, (2) mendengarkan (listening), mendengarkan secara hati-

hati terhadap pertanyaan teman dalam suatu kelompok dapat membantu siswa

mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika dan mengatur strategi

jawaban yang lebih efektif, (3) membaca (reading), yaitu kemampuan yang

terkait mengingat, memahami, membandingkan, menemukan, menganalisis,

mengorganisasikan, dan akhirnya menerapkan apa yang terkandung dalam

bacaan, (4) diskusi (discussing), membantu siswa dalam mempercepat

pemahaman materi pelajaran dan kemahiran menggunakan strategi, (5) menulis

(writing), kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan

merefleksikan pikiran, dipandang sebagai proses berpikir keras yang dituangkan

di atas kertas.

Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematika adalah:

menyatakan situasi-gambar-diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model

matematika; menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik secara lisan atau

tulisan; mendengarkan, berdiskusi presentasi, menulis matematika; membaca

representasi matematik; dan mengungkapkan kembali suatu uraian matematik

dengan bahasa sendiri.

http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/02/kemampuan-komunikasi-

matematis.html (diakses tanggal 4 Mei 2013)


14

Ada beberapa indikator yang harus diperhatikan dalam pencapaian

kompetensi. Indikator komunikasi matematik untuk siswa tingkat SMP

(Sumarmo, 2006:3-4) adalah sebagai berikut:

1. Menghubungkan benda nyata, gambar atau diagram ke dalam ide matematika.

2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika melalui tulisan, dengan benda

nyata, gambar, grafik, dan aljabar.

3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

5. Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis.

6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan

generallisasi.

7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika kemudian

menjawabnya.

8. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti

terhadap beberapa solusi.

Dari beberapa definisi komunikasi, komunikasi matematik dan

kemampuan komunikasi matematik dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan

komunikasi matematik adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki setiap

siswa untuk bercakap, menjelaskan, menggambarkan dan menuliskan materi

yang dipelajari kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan

dengan bahasanya sendiri secara tepat sehingga mudah untuk dipahami siswa

yang lain.
15

B. Model Problem Based Learning

1. Pengertian dan Karakteristik Problem Based Learning

Menurut Dewey (dalam Trianto, 2007:67) belajar berdasarkan masalah

interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah

belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa

bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan

bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,

dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.

Problem Based Learning merupakan pendekatan yang efektif untuk

pengajaran proses tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk

memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran

ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks menurut

Ratumanan (dalam Trianto, 2007:68). Menurut Arends (dalam Krisna, 2012:23)

Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana

siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun

pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan berpikir

tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

Menurut Camp (dalam Krisna, 2012:23), Problem Based Learning

merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada

masalah dalam kehidupan sehari-hari untuk belajar. Ngeow (Nurjanah, 2004: 2)

juga menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan pendekatan

pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar di mana siswa bekerja sama
16

di dalam kelompok untuk mencari solusi pada masalah nyata dan yang

terpenting adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menjadi pembelajar

yang mandiri atau self directed learner (individu yang mampu mengarahkan diri

sendiri dalam pembelajaran). Selanjutnya Stepien dan Gallagher (Nurjanah,

2004:2) menyatakan bahwa Problem Based Learning bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan untuk membantu

siswa agar memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dan ketrampilan.

Problem Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi

Problem Based Learning dikembangkan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan

intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Peran guru dalam

pembelajaran ini adalah sebagai pemberi masalah, memfasilitasi investigasi dan

dialog, serta memberi motivasi dalam pembelajaran siswa (Sugiman, 2006:7).

Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran yang

dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang

kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat

menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Problem Based

Learning adalah suatu pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah

yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari siswa, pemecahan masalah


17

diselesaikan secara kelompok sehingga membutuhkan komunikasi yang baik

antar kelompok.

Menurut Sugiman (2006:8) dalam Problem Based Learning guru, siswa,

dan masalah memiliki peran yang berbeda. Peran tersebut dapat digambarkan

seperti tabel berikut:

Tabel 2.1 Model-Model Pembelajaran Matematika Sekolah.

Guru sebagai pelatih Siswa sebagai Problem Masalah sebagai awal


solver tantangan dan motivasi
a. Bertanya tentang a. Siswa yang aktif a. Menarik untuk
pemikiran b. Terlibat langsung diselesaikan
b. Memonitor dalam pembelajaran b. Menyediakan
pembelajaran c. Membangun kebutuhan yang ada
c. Menantang siswa pemahaman hubungannya
untuk berpikir dengan pelajaran
d. Menjaga agar siswa yang dipelajari
dapat terlibat
e. Mengatur dinamika
kelompok
f. Menjaga
berlangsungnya
proses
Sumber: Sugiman. (2006). Model-Model Pembelajaran Matematika
Sekolah.

Karakteristik Problem Based Learning menurut Tatang Herman (2006: 4)

adalah sebagai berikut:

a. Memposisikan siswa sebagai self-directed problem solver melalui kegiatan

kolaboratif.

b. Mendorong siswa untuk mampu menemukan masalah dan mengelaborasinya

dengan mengajukan dugaan-dugaan dan merencanakan penyelesaian.

c. Memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian

dan implikasinya, serta mengumpulkan dan mendistribusikan informasi.


18

d. Melatih siswa untuk menyajikan temuan.

e. Membiasakan siswa untuk merefleksi tentang efektivitas cara berfikir mereka

dalam menyelesaikan masalah.

Karakteristik Problem Based Learning (dalam Rusman, 2013: 232) adalah

sebagai berikut:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

yang tidak terstruktur;

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan

kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan

bidang baru dalam belajar;

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, pengetahuannya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam Problem

Based Learning;

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif;

h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari

sebuah permasalahan;

i. Keterbukaan proses dalam Problem Based Learning meliputi sintesis dan

integrasi dari sebuah proses belajar; dan


19

j. Problem Based Learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa

dan proses belajar.

2. Tahap-tahap Model Problem Based Learning

(Ibrahim dan Nur, 2004) mengemukakan lima tahap yang perlu dilakukan

untuk mengimplementasikan model Problem Based Learning sebagai berikut:

a. Orientasi siswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik

yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan

masalah yang dipilih.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Membantu siswa membatasi dan

mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang

dihadapi.

c. Membimbing pengalaman individual/kelompok. Mendorong siswa

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan untuk

mencari penjelasan dan pemecahan.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu siswa

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan

model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu siswa

melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan

selama berlangsungnya pemecahan masalah.

3. Sintaks Problem Based Learning

Problem based Learning terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan

guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan


20

penyajian dari analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan

berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Sintaks Problem Based Learning adalah sebagai berikut:


Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-1 Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi siswa pada logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
masalah terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
Tahap -2 Membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasikan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
siswa untuk belajar dengan masalah tersebut
Tahap -3 Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
Membimbing yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
pengalaman mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
individual/kelompok
Tahap-4 Membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan
dan menyajikan hasil membantu mereka untuk berbagai tugas dengan
karya temannya.

Tahap-5 Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau


Menganalisis dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
mengevaluasi proses proses yang mereka gunakan
pemecahan masalah
(Sumber : Ibrahim dan Nur dalam Trianto, 2007:71-72)

4. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning

Kelebihan Problem Based Learning dalam pemanfaatannya (Sanjaya,

2007) sebagai berikut:

a. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan

pengetahuan baru bagi siswa.

b. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.

c. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami

masalah dunia nyata.

d. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.


21

e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru.

f. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan

yang mereka miliki dalam dunia nyata.

g. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun

belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

h. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guru

memecahkan masalah dunia nyata.

Kelemahan Problem Based Learning dalam pemanfaatannya (Sanjaya,

2007) sebagai berikut:

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan

merasa enggan untuk mencobanya.

b. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai

materi yang diperlukan untuk menyelasaikan masalah mengapa mereka harus

berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajaei, maka mereka

akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Agar pembelajaran ini berhasil, maka ada beberapa hal yang harus

dilakukan. Ada 4 hal yang harus dilakukan dalam model Problem Based

Learning:

a. Siswa dan pengajar dibiasakan dengan Problem Based Learning.


22

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun dengan

waktu yang telah ditetapkan.

c. Lakukan model Problem Based learning sesuai dengan prosedur.

d. Menjadikan guru sebagai fasilitator dan utamakan hasil kerja individu atau

kelompok.

Ketiga langkah diatas jika diterapkan dalam pembelajaran dengan benar

maka dapat meningkatkan siswa dalam memecahkan masalah.

5. Teori-Teori Terkait dengan Problem Based Learning

a. Teori Vygotsky

Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor

biologis, menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan

stimulus-respon. Faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi

mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan

pengambilan keputusan (dalam Krisna, 2011:32).

Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari

pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika

siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas

tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zona of proximal

development, yakni daerah antara tingkat perkembangan sesungguhnya sebagai

kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan

potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah

bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Zona of

proximal development dan scaffolding ini terdapat pada interaksi kelompok.


23

Scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap

awal perkembangannya kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan

kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin

besar segera setelah anak dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa

petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-

langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang

memungkinkan siswa itu belajar mandiri. Misal, jika siswa membuat suatu

kesalahan dalam mengerjakan soal, sebaiknya guru tidak langsung

memberitahukan di mana letak kesalahan tersebut. Sebagai contoh, jika siswa

menyatakan bahwa untuk sebarang bilangan real x dan y berlaku (x-y)2 = x2 – y2.

Guru tidak perlu langsung menyatakan bahwa itu salah. Lebih baik guru

memberikan pertanyaan yang sifatnya menuntun, misalnya “apakah (3-2)2 = 32 –

22?” dengan menjawab pertanyaan, siswa akan bisa menentukan sendiri letak

kesalahannya yang ia buat pada pertanyaan semula.

Teori belajar Vygotsky ini berkaitan dengan Problem Based Learning

karena dalam teori Vygotsky, siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum

dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan

kemampuannya dengan saling tukar pendapat antar siswa dalam memecahkan

masalah disebut dengan Zone of Proximal Development. Siswa yang lebih

pandai memberi bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan berupa

petunjuk bagaimana cara memecahkan masalah tersebut. Bisa juga guru

membantu secukupnya kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar

disebut dengan Scaffolding. Zone of Proximal Development dan Scaffolding


24

terdapat pada interaksi kelompok. Hal ini sangat terkait dengan Problem Based

Learning karena siswa memecahkan masalah sendiri tanpa harus bergantung

pada orang lain.

b. Teori Jerome Bruner

Metode penemuan merupakan metode di mana siswa menemukan kembali,

bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai

dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya

memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah

serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan

pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, dalam Trianto, 2007:25).

Jerome Bruner memberikan dukungan teoritis tentang discovery learning

sebuah model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk

memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan

keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa

pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi).

Tujuan pendidikan bukan hanya untuk memperbesar dasar pengetahuan siswa,

tetapi juga untuk menciptakdan dan berbagai kemungkinan untuk invention

(penciptaan) dan discovery (penemuan).

Teori pendukung yang ditemukan oleh Bruner terhadap pembelajaran

matematika adalah pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan adalah

suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa

memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Penerapan teori

belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:


25

a. Sajikan contoh atau bukan contoh dari konsep-konsep yang diajarkan.

b. Bantu siswa belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.

c. Berikan satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk mencari jawabannya

sendiri.

d. Ajak dan beri semangat siswa belajar untuk memberikan pendapat

berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa,

kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu siswa belajar untuk

berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.

e. Tidak semua materi yang ada dalam matematika sekolah dapat dilakukan

dengan metode penemuan (dalam Kasihani, 2007:7)

Dalam hubungannya dengan pelajaran matematika, Bruner, et al. (Bell,

1978; Hudoyo, 1988) merumuskan adanya 4 teorema tentang belajar

matematika, yakni sebagai berikut:

a. Teorema konstruksi (construction theorem) menyatakan bahwa cara terbaik

bagi siswa untuk memulai belajar konsep dan prinsip di dalam matematika

adalah dengan mengkontruksikan konsep dan prinsip tersebut.

b. Teorema notasi (notation theorem) menyatakan bahwa konstruksi atau

penyajian awal dapat dibuat lebih sederhana secara kognitif dan dapat

dipahami lebih baik oleh siswa, jika konstruksi tersebut berisi notasi yang

sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa.

c. Teorema pengkontrasan dan variasi (contrast and variation theorem)

menyatakan bahwa prosedur belajar gagasan-gagasan matematika yang


26

berjalan dari konkrit ke abstrak harus disertakan pengkontrasan dan

variasinya.

d. Teorema konektifitas (connectivity theorem) menyatakan bahwa di dalam

matematika setiap konsep, struktur dan keterampilan dihubungkan dengan

konsep, struktur dan keterampilan yang lain.

Seperti halnya Vygotsky, Bruner juga mengakui akan pentingnya bahasa.

Bruner memperkenalkan “Teori Instrumentalisme” yang menekankan bahwa

bahasa merupakan alat pemikiran manusia untuk menyempurnakan dan

mengembangkan pikiran. Bahasa dapat membantu proses pemikiran manusia

supaya lebih sistematis.

Teori belajar Bruner ini berkaitan dengan Problem Based Learning karena

dalam teori Bruner, belajar penemuan dapat membangkitkan keingintahuan

siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-

jawaban. Selain itu, pendekatan ini dapat mengajarkan keterampilan-

keterampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, dan meminta

siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima

saja. Hal ini sangat terkait dengan Problem Based Learning karena dalam

Problem Based Learning siswa mengerjakan permasalahan yang autentik

dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan

inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian

dan percaya diri.


27

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar yang mendasari model Pembelajaran Problem Based

Learning adalah teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini menyatakan

bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya

apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar

memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan

masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah

payah dengan ide-ide.

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam

psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak sekedar memberikan pengetahuan

kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi

kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri,

dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi

mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang

membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri

yang harus memanjat tangga tersebut (Nur dalam Trianto, 2007 : 14).

Dalam teori belajar kontruktivisme lebih ditekankan bahwa tidak hanya

sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun

sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Dengan kata lain, guru mengajar siswa

menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk

belajar dan menemukan pengetahuannya sendiri.


28

Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, Hudoyo (1998)

mengemukakan bahwa agar lebih spesifik, pembelajaran matematika dalam

pandangan kontruktivisme antara lain dicirikan sebagai berikut:

a. Siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara

bermakna dengan bekerja dan berfikir. Bagaimana siswa belajar itu.

b. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu

dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi

(materi) kompleks dapat terjadi.

c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya

adalah pemecahan masalah.

Teori belajar konstruktivisme ini berkaitan dengan Problem Based

Learning karena dalam konstruktivisme siswa tidak hanya diberi pengetahuan

namun siswa harus membangun pengetahuannya sendiri. Guru membangun

pengetahuan siswa dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan

ide-ide mereka sendiri, hal ini sangat terkait dengan Problem Based Learning

karena dalam Problem Based Learning siswa juga diberikan kesempatan untuk

menemukan ide-ide mereka sendiri dan memecahkan masalahnya sendiri agar

siswa lebih memahami pelajaran dengan baik.

C. Model Pembelajaran Konvensional

1. Pengertian dan Karakeristik Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung dikenal dengn istilah active


29

teaching. Karena pada pembelajaran langsung kegiatan pembelajaran berpusat

pada guru dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada

siswa dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Pembelajaran

langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan

secara langsung oleh guru kepada siswa.

Menurut Arends (Trianto, 2007: 41) menyatakan bahwa: Model

pembelajaran langsung adalah salah satu cara pendekatan mengajar yang

dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan

pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktrur dengan

baik yang dapat diajarkan dengan pola yang bertahap, selangkah demi

selangkah. Menurut Kardi (Trianto 2007:43) model pembelajaran langsung

dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja

kelompok.

Jadi, pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang berpusat

pada guru yang dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa

dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang

diajarkan selangkah demi selangkah. Di sini guru terlibat aktif dalam

pembelajaran dan memiliki peranan yang sangat besar demi kelancaran proses

belajar mengajarnya.

2. Tahap-tahap Pembelajaran Konvensional

Adapun langkah–langkah model pembelajaran konvensional menurut

Kardi dan Nur (2000:27) meliputi:

a. penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa,


30

b. pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi

tentang keterampilan tertentu,

c. memberikan latihan terbimbing,

d. mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik,

e. memberikan latihan mandiri.

Rincian tahapan pembelajaran konvensional menurut Bruce Joyce (dalam

Nika, 2012:19) adalah :

a. Tahap Orientasi

Guru menentukan materi pelajaran, guru meninjau pelajaran sebelumnya,

guru menentukan tujuan pelajaran, guru menentukan prosedur pengajaran.

b. Tahap Presentasi

Guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru, guru menyajikan

representasi visual atas tugas yang diberikan, guru memastikan pemahaman.

c. Tahap Praktik yang Terstruktur

Guru menuntun kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa

langkah, siswa merespons pertanyaan, guru memberikan koreksi terhadap

kesalahan dan memperkuat praktik yang telah benar.

d. Tahap Praktik di Bawah Bimbingan Guru

Siswa berpraktik secara semi-independen, guru menggilir siswa untuk

melakukan praktik dan mengamati praktik, guru memberikan tanggapan balik

berupa pujian, bisikan, maupun petunjuk.


31

e. Tahap Praktik Mandiri

Siswa melakukan praktik secara mandiri di rumah atau di kelas, guru

menunda respons balik dan memberikannya di akhir rangkaian praktik,

praktik mandiri dilakukan beberapa kali dalam periode waktu yang lama.

Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri dan Tatik Elisah (dalam Nika, 2012:21)

menyebutkan bahwa pembelajaran konvensional mempunyai ciri sebagai

berikut:

a. Menyandarkan pada hafalan belaka.

b. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.

c. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.

d. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak berdasar pada realitas

kehidupan.

e. Memberikan hanya tumpukan beragam informasi kepada siswa.

f. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.

g. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku

tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).

h. Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan.

i. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.

j. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.

k. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.

l. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.

m. Pembelajaran terjadi hanya di dalam ruangan kelas.


32

n. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk

tes/ujian/ulangan.

3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional

Beberapa keunggulan terpenting dari model pembelajaran ini adalah

adanya fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi terhadap

perkembangan siswa, sistem manajemen waktu, dan atmosfer akademik yang

cukup netral (Bruce Joyce, 2009: 422).

Selain keunggulan terdapat juga kelemahan dari Pembelajaran

Konvensional, seperti yang dikemukakan oleh Moedjianto (1979:9) yaitu pada

model Pembelajaran Konvensional siswa cenderung pasif karena pembelajaran

terjadi secara teacher centered.

Kelebihan dalam Pembelajaran Konvensional yang lain (dalam Dina,

2012: 16) sebagai berikut:

a. Model pembelajaran ini memberikan kemampuan yang sama pada siswa

dalam belajar.

b. Model pembelajaran ini hemat waktu, sehingga isi silabus dapat diselesaikan

sesuai dengan jadwal

c. Dengan Tanya jawab guru dapat mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa,

sehingga guru dapat memberikan bimbingan serta secara induvidu atau

kelompok.

Kelemahan dalam Pembelajaran Konvensional yang lain (dalam Dina,

2012: 16) sebagai berikut:


33

a. Pada proses belajar siswa lebih banyak menghafal daripada memahami suatu

materi.

b. Pengetahuan lebih cepat terlupakan.

c. Konsep-konsep yang didapat pada saat belajar tidak sesuai dengan struktur

kognitif.

Agar pembelajaran ini berhasil, maka ada beberapa hal yang harus

dilakukan. (dalam Dina, 2012: 16) Ada 3 hal yang harus dilakukan dalam model

Pembelajaran Konvensional yaitu:

a. Menyusun strategi belajar dengan melibatkan siswa dalam proses belajar

mengajar.

b. Menyusun Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) yang menarik agar

siswa menjadi semangat dalam mengikuti pelajaran.

c. Menggunakan konsep-konsep dan bahasa yang mudah dipahami siswa.

Jika ketiga hal di atas diterapkan dalam pembelajaran dengan benar maka

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

matematika.

4. Sintaks Pembelajaran Konvensional

Tabel 2.3 Sintaks model pembelajaran konvensional adalah sebagai


berikut:
Fase Peran Guru Peran Siswa
1. Memberikan motivasi Menyampaikan tujuan Siswa mendengar dan
dan menyampaikan pembelajaran dan menyimak
tujuan. memotivasi siswa
2. Menyajikan materi Mendemonstrasikan Memperhatikan dan
keterampilan atau mencatat, serta
menyajikan informasi mengajukan
tahap demi tahap atau pertanyaan jika
diselingi dengan teknik kurang jelas
bertanya dan memberi
34

contoh soal
3. Memberikan latihan Guru memberikan Siswa mengerjakan
latihan terbimbing latihan
4. Evaluasi Mengevaluasi hasil Mulai mengerjakan
belajar dengan sesuai dengan
mengecek kemampuan petunjuk guru
siswa dan memberikan
umpan balik
(Kusbianto, 2005: 14-15)

5. Teori-Teori Terkait dengan Pembelajaran Konvensional

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi

antara stimulus dan respons. Belajar menurut kaum behaviorisme menekankan

pada perubahan perilaku yang dapat diamati dari hasil hubungan timbal balik

antara guru sebagai pemberi stimulus dan siswa sebagai perespons tindakan

stimulus yang diberikan. Teori belajar menurut kaum Behaviorisme:

a. E.L.Thordike

Edward L. Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses

interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat

merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal – hal

yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang

dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau

gerakan (tindakan). Teori belajar stimulus respon yang dikemukakan oleh

Thorndike ini disebut juga Koneksionisme. Terdapat beberapa dalil atau hukum

yang dikemukakan Thordike, yang mengakibatkan munculnya stimulus respon

ini, yaitu hukum kesiapan (law of readiness) menerangkan bagaimana kesiapan

seorang siswa dalam melakukan suatu kegiatan, hukum latihan (law of exsercise)

pada dasarnya mengungkapkan bahwa stimulus dan respon akan memiliki


35

hubungan satu sama lain secara kuat jika proses pengulangan sering terjadi, dan

hukum akibat (law of effect) menyatakan bahwa suatu tindakan akan

menimbulkan pengaruh bagi tindakan yang serupa.

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL_MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMA

TIKA/BBM3_%28Dra._Erna_Suwangsih,_M.Pd..pdf. Sehingga hukum pengaruh

Thordike mengemukakan bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh suatu

perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan bahwa tindakan

itu diulangi dalam situasi-situasi yang mirip, akan meningkat. Tetapi, bila suatu

perilaku diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan,

kemungkinan bahwa perilaku itu diulangi, akan menurun. Menurut Beliau ada

hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran.

Jadi, Beliau mengharapkan akan ditemukannya lebih banyak lagi pengetahuan

tentang hakikat belajar, semakin banyak pengetahuan yang dapat diaplikasikan

untuk memperbaiki praktik pembelajaran. Jadi, konsekuensi-konsekuensi dari

perilaku seseorang pada suatu saat, memegang peranan penting dalam

menentukan perilaku orang itu selanjutnya.

b. B.F.Skinner

Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan

yang amat penting dalam proses belajar. Terdapat perbedaan antara ganjaran dan

penguatan. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan

merupakan tingkah laku yang sifatnya subyektif, sedangkan penguatan

merupakan suatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon

dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
36

Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: ) ganjaran adalah hadiah

(sebagai pembalas jasa). serta penguatan adalah proses, cara, perbuatan

menguati atau menguatkan.

Skinner menyatakan penguatan terdiri atas penguatan positif dan

penguatan negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika

penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku siswa dalam

melakukan pengulangan perilakunya itu. Dalam hal ini penguatan yang

diberikan kepada siswa memperkuat tindakan siswa, sehingga siswa semakin

sering melakukannya. Contoh penguatan positif diantaranya adalah pujian yang

diberikan kepada siswa, sikap guru yang menunjukkan rasa gembira pada saat

siswa bisa menjawab dengan benar. Penguatan positif akan berbekas pada diri

siswa. Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau

menjawab pertanyaan dengan benar biasanya akan berusaha memenuhi tugas

berikutnya dengan penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau

pujian akan memotivasi siswa untuk rajin belajar dan mempertahankan

prestasinya. Penguatan yang seperti ini sebaiknya segera diberikan dan jangan

ditunda tunda. Penguatan negatif adalah bentuk stimulus yang lahir akibat dari

respon siswa yang kurang atau tidak diharapkan. Penguatan negatif diberikan

agar respon yang tidak diharapkan atau tidak menunjang pada pelajaran tidak

diulangi siswa. Penguatan negatif itu dapat berupa teguran, peringatan atau

sangsi. Namun untuk mengubah tingkah laku siswa dari negatif menjadi positif

guru perlu mengetahui psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan

(memprediksi) dalam mengendalikan tingkah laku siswa. Di dalam kelas guru


37

mempunyai tugas untuk mengarahkan siswa dalam aktivitas belajar, karena pada

saat tersebut kontrol berada pada guru, yang berwenang memberikan instruksi

ataupun larangan pada siswanya. http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-

MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA/BBM3_%28Dra._Erna_Suwa

ngsih,_M.Pd..pdf.

Teori belajar behaviorisme ini berkaitan dengan Pembelajaran

Konvensional karena dalam proses pembelajaran terdapat stimulus respon,

respon yang ditampilkan oleh siswa berdasarkan stimulus yang diberikan oleh

guru. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan

menghilang bila dikenai hukuman. Sebagai contoh: adanya stimulus aturan

sebagai pembuat keberhasilan. Tanpa yang terjadi, siswa harus mematuhi aturan

agar dapat berhasil. Dengan kata lain, terdapat hukuman jika siswa gagal dan

terdapat hadiah jika siswa berhasil. Sehingga mendudukkan orang yang belajar

sebagai individu yang pasif.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk menunjang penelitian yang akan peneliti lakukan, berikut ini

penelitian yang relevan sebagai pembanding peneliti diantaranya yaitu:

1. Fatia Fatimah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Kemampuan

Komunikasi Matematis dan Pemecahan Masalah Melalui PBM” salah satu

hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: kemampuan komunikasi

matematik mahasiswa dengan menerapkan model PBM dalam pembelajaran

Statistik Elementer tidak lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran


38

biasa. Penelitian yang dilakukan Fatia Fatimah memiliki kesamaan dengan

penelitian ini yaitu kemampuan komunikasi matematik dan pemecahan

masalah melalui PBM. Dan yang membedakan penelitian Fatia Fatimah

dengan penelitian ini, penelitian yang dilakukan Fatia Fatimah

menggunakan metode tes tertulis, tes lisan, dan juga menggunakan lembar

kerja, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan tes tertulis. Serta yang

membedakan, penelitian Fatia Fatimah pada pokok bahasan statistika

elementer sedangkan penelitian ini pada pokok bahasan teorema pythagoras.

Penelitian di atas mendukung penelitian ini karena mempunyai tujuan yang

sama yaitu untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematik melalui

model pembelajaran yang telah dipilih.

2. Fachrurazi (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan

Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar” salah satu hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa: terdapat perbedaan peningkatan

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi matematis antara

siswa yang belajar matematika menggunakan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional

ditinjau dari faktor pembelajaran dan level sekolah. Penelitian yang

dilakukan Fachrurazi memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-

sama membahas tentang kemampuan komunikasi matematik dan model

pembelajaran berbasis masalah. Dan yang membedakan penelitian

Fachrurazi dengan penelitian ini, penelitian yang dilakukan Fachrurazi


39

sampel yang digunakan enam kelas dengan level sekolah yang berbeda

sedangkan penelitian ini sampel yang digunakan dua kelas dengan tidak

membedakan level sekolah. Serta yang membedakan, penelitian Fachrurazi

pada nilai gain yang dinormalisasikan sedangkan penelitian ini pada pokok

bahasan teorema pythagoras. Penelitian di atas mendukung penelitian ini

karena mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui kemampuan

komunikasi matematik melalui model pembelajaran yang telah dipilih.

E. Kerangka Berpikir

Model Problem Based Learning adalah sebuah model pembelajaran yang

dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang

kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat

menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pelajaran. Dalam model

Problem Based Learning, siswa dituntut untuk lebih aktif dan bertanggung

jawab dalam materi pelajaran baik secara kelompok maupun secara individu.

Dengan model Problem Based Learning ini siswa diberi waktu untuk

memikirkan, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya

menyimpulkan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan guru sehingga

membutuhkan komunikasi antar teman sekelompok untuk mempersatukan ide.

Model Problem Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi

model ini dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan

berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai


40

peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan

menjadikan pembelajar yang mandiri. Model pembelajaran ini membantu siswa

untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya yang menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Model ini

cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Dalam

model Problem Based Learning guru hanya sebagai fasilitator dan motivator

dalam pembelajaran.

Dalam belajar matematika banyak keluhan dari guru karena kemampuan

siswa rendah dalam mengkomunikasikan ide, gagasan, dan konsep matematika

dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dan banyak juga keluhan dari siswa karena

guru kurang efektif dan efisien dalam memilih model pembelajaran, sehingga

siswa merasa bosan dan kurang menunjukkan kemampuan komunikasinya

kepada orang lain. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru diharapkan mampu

memilih model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran yang akan

disampaikan kepada siswa. Model pembelajaran yang dipilih adalah model

Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa. Karena dengan pemberian rangsangan berupa masalah

matematika dan pemecahan masalah diselesaikan secara kelompok maka

membutuhkan komunikasi yang baik antar kelompok. Dengan menerapkan

model Problem Based Learning dapat dimungkinkan kemampuan komunikasi

matematik siswa dapat muncul dan meningkat. Karena siswa secara langsung

dilibatkan dalam proses belajar mengajar.


41

Pada umumnya di lapangan belum menerapkan sistem pembelajaran yang

melatih aktivitas komunikasi matematik siswa. Hal ini dapat dilihat dari guru

lebih aktif dalam penyampaian informasi, sedangkan siswa hanya mendengar

dan mencatat. Aktivitas guru jauh lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas

siswa. Proses komunikasi cenderung masih satu arah dan proses pembelajaran

matematika yang dilakukan oleh siswa hanya menyimak penjelasan guru dan

mengerjakan tugas secara klasikal sehingga kurang mendukung pengembangan

sikap dan keterampilan komunikasi matematik siswa. Akibatnya siswa menjadi

kurang aktif dan pembelajaran merupakan sesuatu yang membosankan, sehingga

dapat menurunkan motivasi belajar, inisiatif siswa untuk bertanya dan

mengungkapkan ide serta membuat siswa takut untuk mengkomunikasikan suatu

masalah kepada guru.

Pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran berpusat pada

guru yang dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa dalam

mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang diajarkan

selangkah demi selangkah. Sehingga dalam model pembelajaran ini kurang

menunjukkan kemampuan komunikasi matematik. Karena siswa tidak terlibat

aktif dalam proses pembelajaran, maka mereka kurang mampu membangun

gagasan, ide, dan konsep matematika. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru

diharapkan mampu mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar.

Model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran konvensional

(pembelajaran langsung) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematik siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran konvensional dapat


42

dimungkinkan kemampuan komunikasi matematik siswa dapat muncul dan

meningkat. Karena siswa secara langsung atau tidak langsung dilibatkan dalam

proses belajar mengajar.

Dengan demikian dapat dimungkinkan kemampuan komunikasi matematik

siswa pada pembelajaran matematika dapat dimunculkan dan dikembangkan

dengan menerapkan model Problem Based Learning. Sebab berdasarkan ciri dan

prinsipnya yang selalu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu

terdapat keterkaitan antara kemampuan komunikasi matematik dengan model

Problem Based Learning yaitu siswa dituntut untuk lebih aktif dan bertanggung

jawab dalam materi pelajaran baik secara kelompok maupun secara individu,

sehingga dibutuhkan kemampuan komunikasi matematik dalam menyelesaikan

masalah tersebut untuk mempersatukan ide. Dengan demikian mungkin akan

terjadi peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dalam

pembelajaran matematika

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka

dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Kemampuan komunikasi matematik siswa pada Problem Based Learning lebih

baik dari pada kemampuan komunikasi matematik siswa pada Pembelajaran

Konvensional”.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen semu karena

tidak semua variabel dapat dikontrol dan hanya untuk mengetahui perbandingan

pembelajaran matematika terhadap subjek yang akan diukur. Pada penelitian ini

Model Problem Based Learning merupakan objek yang digunakan untuk

mengetahui perbandingan komunikasi matematik. Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Pretes-Postes dengan dua kelompok siswa yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Model Problem Based Learning pada

kelompok eksperimen dan Pembelajaran Konvensional pada kelompok kontrol.

Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas, maka diperlukan sebuah

tahapan penelitian. Adapun tahapan dalam penelitian ini, diuraikan sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan, meliputi pembuatan proposal, pembuatan rancangan

pembelajaran, pembuatan instrumen pembelajaran, serta pelaksanaan

pretes.

2. Tahap pelaksanaan, pada tahap ini dilaksanakan penelitian dengan

pemberian pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap analisis data, meliputi pengumpulan/penskoran, analisis dan

menarik kesimpulan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan postes untuk

43
44

memperoleh data-data penelitian, kemudian melakukan analisis dan

menarik kesimpulan.

Adapun diagram rancangan penelitian sebagai berikut:

POPULASI

Cluster random
sampling

Sampel kelas eksperimen Sampel kelas kontrol

Pretes Kemampuan Komunikasi Pretes Kemampuan Komunikasi


Matematik Matematik

Problem Based Learning Pembelajaran Konvensional

Postes Kemampuan Komunikasi Postes Kemampuan Komunikasi


Matematik Matematik

Selisih postes dan pretes tes Selisih postes dan pretes tes
kemampuan komunikasi kemampuan komunikasi
metematik siswa matematik siswa

Analisis data

kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Rancangan Penelitian


45

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2006:130) yang dimaksud dengan populasi adalah

keseluruhan sabjek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas VIII SMP N 4 Madiun semester genap tahun pelajaran 2013/2014.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006:131). Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah siswa yang berasal dari

dua kelas pada kelas VIII. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas

sebagai kelas kontrol.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini merupakan siswa kelas VIII. Penentuan sampel

dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Adapun

langkah pengambilan sampel sebagai berikut:

a. Pada kertas kecil-kecil ditulis nomor sebanyak jumlah kelas VIII.

b. Kemudian kertas digulung dan diacak.

c. Memilih dua gulungan kertas yang telah diacak. Gulungan pertama

sebagai kelas eksperimen dengan pemberian perlakuan Problem Based

Learning, dan gulungan kedua sebagai kelas kontrol dengan perlakuan

Pembelajaran Konvensional.
46

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelektual, kemampuan

atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2002:127). Dalam

penelitian ini metode tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan

komunikasi matematik siswa yang dilaksanakan dua kali yaitu pretes dan postes.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dari penelitian ini, diperlukan instrumen

penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

kemampuan komunikasi matematik sebagai berikut:

1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes awal dan tes akhir. Tes

awal digunakan untuk mengukur kemampuan awal komunikasi matematik pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes akhir digunakan untuk melihat

peningkatan kemampuan komunikasi matematik pada kedua kelompok tersebut.

Tes yang digunakan diambil dari beberapa indikator kemampuan

komunikasi matematik yang dikemukakan oleh (Sumarmo, 2006:3-4), yaitu

a. Menghubungkan benda nyata, gambar atau diagram ke dalam ide matematika.

b. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika melalui tulisan, dengan benda

nyata, gambar, grafik, dan aljabar.

c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbul matematika.


47

d. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti

terhadap beberapa solusi

2. Perangkat Pembelajaran

Selain instrumen di atas, masih diperlukan instrumen penunjang penelitian

yang berupa perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran di

kelas sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Terdapat dua model

pembelajaran yang digunakan yaitu model Problem Based Learning dan

Pembelajaran Konvensional. Dengan demikian peneliti menyusun dua RPP,

yaitu RPP Problem Based Learning untuk kelas eksperimen dan RPP

Konvensional untuk kelas kontrol.

b. Buku Kerja Siswa

Buku kerja siswa digunakan sebagai penunjang dalam penelitian ini. Buku

kerja siswa ini berisi materi, latihan, dan tugas rumah. Buku kerja siswa ini

dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan model pembelajaran yang digunakan

yaitu model Problem Based Learning. Buku kerja siswa untuk kelas eksperimen

merupakan buku kerja siswa yang mengacu pada model Problem Based

Learning. Dan buku kerja siswa untuk kelas kontrol juga dibuat sendri oleh

peneliti berdasarkan model pembelajaran yang dgunakan yatu Pembelajaran

Konvensional. Dengan demikian penelit menyusun dua BKS, yatu BKS Problem
48

Based Learning untuk kelas eksperimen dan BKS Konviensional untuk kelas

kontrol.

c. Buku Petunjuk Guru

Buku petunjuk guru digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam

penyampaian materi pelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Buku

petunjuk guru yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model

Problem Based Learning dan Pembelajaran Konvensional. Buku petunjuk guru

berisi karakteristik model Problem Based Learning, langkah-langkah model

Problem Based Learning, kunci jawaban dari buku kerja siswa, kunci jawaban

dari tes hasil belajar, dan kisi-kisi tes hasil belajar. Dan buku petunjuk guru

berisi karakteristik model Pembelajaran Konvensional, langkah-langkah model

Pembelajaran Konvensional, kunci jawaban dari buku kerja siswa, kunci

jawaban dari tes hasil belajar, dan kisi-kisi tes hasil belajar.

E. Analisis Instrumen Penelitian

1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Untuk memperoleh soal yang baik, maka soal-soal tersebut harus

diujicobakan dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis soal tes.

a. Validitas Isi

Arifin (2012:249), agar tes mempunyai validitas isi harus diperhatikan hal-

hal berikut:

1. Mencocokkan materi tes dengan silabus dan kisi-kisi.


49

2. Melakukan diskusi dengan sesama pendidik.

3. Mencermati kembali substansi dari konsep yang akan diukur.

Berdasarkan ungkapan tersebut, validasi isi dari soal tes telah diusahakan

ketercapaiannya sejak penyusunan, yaitu dengan memperhatikan materi dan

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Kriteria yang menjadi dasar pengujian validasi isi adalah kesasuaian item

pada instrumen dengan kisi-kisi yang direncanakan atau tujuan pembelajaran.

Secara rinci pengujian validasi isi meliputi hal-hal sebagai berikut: apakah kisi-

kisi soal tes kemampuan komunikasi matematik sudah mencakup materi yang

digunakan, apakah soal tes kemampuan komunikasi matematik sudah sesuai

dengan indikator komunikasi matematik, apakah indikator soal sudah sesuai

dengan indikator komunikasi matematik, apakah soal tes kemampuan

komunikasi sudah sesuai dengan kisi-kisi, apakah soal tes kemampuan

komunikasi matematik ini menggunakan bahasa yang baik dan benar, apakah

pertanyaan pada soal tes kemampuan komunikasi matematik ini tidak

menimbulkan makna ganda, apakah tingkat kesulitan soal tes kemampuan

komunikasi matematik ini sesuai dengan kemampuan siswa kelas VIII SMP,

apakah soal tes kemampuan komunikasi matematik ini tidak ada kesalahan

penulisan yang mengakibatkan soal tidak dapat dikerjakan, apakah kunci

jawaban tes kemampuan komunikasi matematik sudah benar, apakah soal tes

kemampuan komunikasi dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia, apakah

soal tes kemampuan komunikasi matematik ini siap digunakan.


50

Pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan pada

validator ahli (dosen) dan validator praktisi (guru bidang studi matematika).

Penilaian dilakukan dengan menentukan pilihan pada kolom pilihan yang

tersedia yaitu valid yang dinyatakan dengan “ya” atau tidak valid dinyatakan

dengan “tidak”. Penilaian “ya” apabila item instrumen sesuai dengan kisi-kisi

atau tujuan pembelajaran. Sedangkan, penilaian tidak” bila item tidak sesuai

dengan kisi-kisi atau tujuan pembelajaran.

b. Uji Reliabilitas

Budiyono (2011:13) suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil

pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran

tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada

orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu

yang sama atau pada waktu yang berlainan. Dengan kata lain, sebuah tes

tersebut reliabel jika seseorang diuji dengan tes tersebut beberapa kali akan

menghasilkan skor yang sama atau beberapa orang yang kemampuannya sama

diuji dengan tes tersebut akan menghaslkan skor yang sama. Karena instrumen

penelitian yang digunakan termasuk ke dalam instrumen skor non diskrit yaitu

instrumen pengukuran yang dalam skornya bukan 1 dan 0 tetapi bersifat gradual,

maka analisis reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha. Rumus Alpha adalah:


r11 = ( ) (1 − ) (Budiyono, 2011:18)

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas instrumen

n : banyaknya butir soal


51

: variansi belahan ke-i, i = 1, 2, ..., k (k ≤ n) atau variansi butir soal ke-i, i

= 1, 2, 3, 4, ..., n

: variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba

Kategori koefisien reliabilitas menurut Guilford dalam Bambang A.P

(2008) adalah sebagai berikut:

0,80 < r11  1,00 reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11  0,80 reliabilitas tinggi

0,40 < r11  0,60 reliabilitas sedang

0,20 < r11  0,40 reliabilitas rendah

-1,00 < r11  0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)

Berdasarkan penjelasan tersebut, harga kritik untuk reliabilitas instrumen

dikatakan reliabilitas sedang jika memenuhi nilai ≥ 0,40. Artinya suatu

instrumen dikatakan reliabel jika memenuhi nilai koefisien Alfa sekurang-

kurangnya 0,40.

2. Untuk Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran berupa RPP, BKS, BPG yang baik harus

memenuhi persyaratan penting yaitu valid. Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat (Arikunto, 2002:145). Dalam penelitian ini, validitas perangkat

pembelajaran menggunakan validitas isi. Validitas isi ditentukan melalui metode

professional judgment, yaitu memutuskan valid atau tidaknya sebuah ukuran alat
52

ukur dinilai dari pendapat para ahli tentang isi materi atau skala tersebut (M

Idrus, 2009:125).

Untuk menguji perangkat pembelajaran, pengujian validitas isi meliputi

hal-hal sebagai berikut:

a. Validitas RPP

1) Untuk RPP Model Problem Based Learning

Lembar validitas untuk RPP ini berupa beberapa pertanyaan, antara lain:

apakah dalam RPP ini indikator pencapaian kompetensi dinyatakan dengan jelas,

apakah RPP ini disusun sesuai dengan sintaks dalam model Problem Based

Learning, apakah pada RPP ini terdapat alokasi waktu pembelajaran, apakah

pada RPP ini pembagian waktu pelaksanaan pembelajaran sudah proporsional,

apakah dalam RPP ini menunjukkan aktivitas guru dan siswa selama

pembelajaran, apakah RPP ini menggunakan bahasa yang jelas dan mudah

dipahami oleh guru, apakah RPP ini menggunakan bahasa yang baik dan benar,

apakah RPP ini siap digunakan.

2) Untuk RPP Model Pembelajaran Konvensional

Lembar validasi untuk RPP ini berupa beberapa pertanyaan, antara lain:

apakah dalam RPP ini indikator pencapaian kompetensi dinyatakan dengan jelas,

apakah RPP ini disusun sesuai dengan sintaks dalam Pembelajaran

Konvensional, apakah dalam RPP ini terdapat alokasi waktu pembelajaran,

apakah pada RPP ini pembagian waktu pelaksanaan pembelajaran sudah

proporsional, apakah dalam RPP ini menunjukkan aktivitas guru dan siswa

selama pembelajaran, apakah RPP ini menggunakan bahasa yang jelas dan
53

mudah dipahami oleh guru, apakah RPP ini menggunakan bahasa yang baik dan

benar, apakah RPP ini siap digunakan.

b. Validitas BKS

1) Untuk BKS Model Problem Based Learning

Lembar validasi untuk BKS ini berupa beberapa pertanyaan, antara lain:

apakah BKS ini mengacu pada model Problem Based Learning, apakah materi

dalam BKS ini sudah mengacu pada materi untuk kelas VIII SMP, apakah BKS

ini menggunakan bahasa dan petunjuk yang mudah dipahami oleh siswa, apakah

BKS ini sudah disajikan dengan konsep yang mudah bagi siswa, apakah BKS ini

disusun dengan cermat dan tidak ada kesalahan, apakah kunci jawaban pada

BKS ini sudah benar, apakah BKS ini siap digunakan.

2) Untuk BKS Model Pembelajaran Konvensional

Lembar validasi untuk BKS ini berupa beberapa pertanyaan, antara lain:

apakah BKS ini mengacu pada Pembelajaran Konvensional, apakah materi

dalam BKS ini sudah mengacu pada materi untuk kelas VIII SMP, apakah BKS

ini menggunakan bahasa dan petunjuk yang mudah dipahami oleh siswa, apakah

BKS ini sudah disajikan dengan konsep yang mudah bagi sswa, apakah BKS ini

disusun dengan cermat dan tidak ada kesalahan, apakah kunci jawaban pada

BKS ini sudah benar, apakah BKS ini siap digunakan.

c. Validitas BPG

1) Untuk BPG Model Problem Based Learning

Lembar validasi untuk BPG ini berupa beberapa pertanyaan, antara lain:

apakah antara BPG untuk pegangan pengajar ini disusun sesuai tahap-tahap
54

model Problem Based Learnung, apakah BPG untuk pegangan pengajar ini

memberikan petunjuk yang jelas dan mudah dipahami, apakah dengan BPG

untuk pegangan pengajar menggunakan bahasa yang baik dan benar, apakah

BPG untuk pegangan pengajar ini memberikan kemudahan pengajar untuk

melaksanakan pengajaran, apakah BPG untuk pegangan pengajar disertai kunci

jawaban pada BKS, apakah BPG untuk pegangan pengajar disusun dengan

cermat dan tidak ada kesalahan, apakah BPG untuk pegangan pengajar memuat

aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran, apakah BPG untuk pegangan

pengajar ini aktivitas siswa dan guru dinyatakan dengan jelas, apakah BPG ini

siap digunakan.

2) Untuk BPG Model Pembelajaran Konvensional

Lembar validasi untuk BPG ini berupa beberapa pertanyaan, antara lain:

apakah antara BPG untuk pegangan pengajar ini disusun sesuai tahap-tahap

Pembelajaran Konvensional, apakah BPG untuk pegangan pengajar ini

memberikan petunjuk yang jelas dan mudah dipahami, apakah dengan BPG

untuk pegangan pengajar menggunakan bahasa yang baik dan benar, apakah

BPG untuk pegangan pengajar ini memberikan kemudahan pengajar untuk

melaksanakan pembelajaran, apakah BPG untuk pegangan pengajar disertai

kunci jawaban pada buku kerja siswa, apakah BPG untuk pegangan pengajar

disusun dengan cermat dan tidak ada kesalahan, apakah BPG untuk pegangan

pengajar memuat aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran, apakah BPG

untuk pegangan pengajar ini aktivitas siswa dan guru dinyatakan dengan jelas,

apakah BPG ini siap digunakan.


55

F. Teknik Analisis Data

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ada perbedaan kemampuan

komunikasi matematik siswa pada model Problem Based Learning dengan

Pembelajaran Konvensional.

Untuk menguji hipotesis di atas digunakan uji statistik parametrik yaitu uji

t, dengan terlebih dahulu menganalisis asumsi yang diperlukan, yaitu: uji

homogen varian. Selanjutnya, jika sampel berdistribusi tidak normal maka

menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Man-Whitney. Berikut adalah

penjelasan dari beberapa uji statistik di atas:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data tersebut berdistribusi

normal, maka uji statistik lanjut yang digunakan adalah uji statistik parametrik.

Jika data tidak berdistribusi normal, maka uji statistik lanjut yang digunakan

adalah uji statistik non parametrik. Karena data tidak dalam distribusi frekuensi

data bergolong, maka akan digunakan metode Lilliefors (Budiyono, 2009:170).

Dengan prosedur uji sebagai berikut:

a. Hipotesis:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Taraf nyata : = 0,05

c. Statistik uji : Metode Lilliefors


56

d. Komputasi:

Lobs = Maks | F(Zi) – S(Zi)| (Budiyono, 2009:170)

Dengan F(Zi) = P(Z < Zi) ; Z ~ N(0,1)

S(Zi) = proporsi cacah Z ≤ Zi ; terhadap seluruh Zi

e. Daerah kritik : DK = {L | L > L α ; n } dengan n adalah ukuran sampel

f. Keputusan uji : jika Lobs ∈ DK, maka H0 ditolak

2. Uji Homogen Varian

Jika sampel berdistribusi normal maka langkah selanjutnya ialah uji

homogenitas (Sudjana, 1989:249). Uji homogenitas varian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah varian populasi kelas eksperimen dan varian populasi kelas

kontrol homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas varian digunakan

varians terbesar dibandingkan varians terkecil dengan menggunakan tabel F.

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi dengan varian homogen

H1 : sampel berasal dari populasi dengan varian tidak homogen

b. Menentukan taraf nyata ( ): = 0,05

c. Statistik uji : uji F

d. Komputasi:

Fhitung = (Sudjana, 1989:250)

Ftabel = F (n1 – 1, n2 – 1)

n1 = banyaknya data pada varian terbesar

n2 = banyaknya data pada varian terkecil


57

e. Daerah kritik: DK = {F | F > ;( – 1, – 1)}

f. Kaidah pengambilan kesimpulan

Jika Fhitung ∈ Dk, maka H0 ditolak

3. Uji Hipotesis Penelitian

Setelah kedua sampel data diuji kenormalannya dan diuji homogen varian

populasi, digunakan uji t dengan langkah-langkah menguji hipotesis sebagai

berikut:

a. Hipotesis:

H0 : ≤ kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

dengan pembelajaran Problem Based Learning tidak

lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik

siswa yang diajar dengan Pembelajaran Konvensional

H1 : < kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

dengan pembelajaran Problem Based Learning lebih

baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa

yang diajar dengan Pembelajaran Konvensional

Dengan

= nilai rata-rata selisih pretes dan postes tes kemampuan komunikasi

matematik siswa kelas VIII (eksperimen) dengan pembelajaran

Problem Based Learning.

= nilai rata-rata selisih pretes dan postes tes kemampuan komunikasi

matematik siswa kelas VIII (kontrol) dengan Pembelajaran

Konvensional.
58

b. Menentukan taraf nyata (α) : α = 0,05

c. Statistik uji: uji t

d. Komputasi:

i. Untuk kedua sampel homogen

thit = (Sudjana, 1989:239)

( ) ( )
dengan S2 =

ii. Untuk kedua sampel tidak homogen

t’hit = (Sudjana,1989:241)

e. Daerah kritik

i. Untuk kedua sampel homogen

DK = {t | > , }

ii. Untuk kedua sampel tidak homogen

DK = {t’ | t’ > t’tabel }

t’ tabel = , dengan = ,

= , tPBL = ( , ) dan tK = ( , )

f. Daerah pengambilan keputusan : jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak

i. Untuk kedua sampel berasal dari populasi homogen

Jika thit ∈ DK maka H0 ditolak.

ii. Untuk kedua sampel berasal dari populasi tidak homogen

Jika t’hit ∈ DK maka H0 ditolak


59

4. Uji Statistik untuk Data Berdistribusi Tidak Normal

Jika sampel berdistribusi tidak normal, maka langkah selanjutnya ialah uji

statistik non parametrik, yaitu : uji Mann-Whitney.

Dalam uji ini diperlukan sampel acak hasil pengamatan yang tidak saling

mempengaruhi (independent) kedua sampel diperoleh sebagai berikut:

a. Kelompok eksperimen (a0) adalah siswa dalam satu kelas yang diajar

menggunakan Problem Based Learning.

b. Kelompok kontrol (a1) adalah siswa yang satu kelompok yang diajar

menggunakan Pembelajaran Konvensional.

Dalam uji Mann-whitney kedua harus memenuhi asumsi-asumsi sebagai

berikut:

a. Data merupakan sampel acak hasil-hasil pengamatan X1, X2, ..., Xn, dari

populasi satu dan populasi acak hasil-hasil pengamatan Y1, Y2, ..., Yn.

b. Kedua sampel tidak saling mempengaruhi

c. Variabel yang diamati adalah variabel acak kontinu.

d. Skala yang dipakai sekurang-kurangnya ordinal

e. Fungsi-fungsi distribusi kedua populasi hanya berbeda dalam hal lokasi,

yakni apabila keduanya sungguh berbeda.

Karena sampel yang diperoleh diatas memenuhi asumsi-asumsi uji Mann-

Whitney maka langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Hipotesis:

H0 : ≤ kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

dengan pembelajaran Problem Based Learning tidak


60

lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematik

siswa yang diajar dengan Pembelajaran Konvensional

H1 : > kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

dengan pembelajaran Problem Based Learning lebih

baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa

yang diajar dengan Pembelajaran Konvensional

Dengan

= nilai rata-rata selisih pretes dan postes tes kemampuan komunikasi

matematik siswa kelas VIII (eksperimen) dengan Problem Based

Learning.

= nilai rata-rata selisih pretes dan postes tes kemampuan komunkasi

matematik siswa kelas VIII (kontrol) dengan Pembelajaran

Konvensional.

b. Menentukan taraf nyata (α) : α = 0,05

c. Statistik uji: uji Mann-Whitney

d. Komputasi:

i. Jumlah sampel kurang dari sama dengan 20 (n ≤ 20)

( )
T= − (Daniel, 1989:108)

Dengan

S : jumlah peringkat dari hasil pengamatan kelas sampel satu

: banyaknya siswa dari kelas Problem Based Learning

ii. Jumlah sampel lebih dari 20 (n > 20)


61

Zhitung = (Daniel, 1989:110)


( )

e. Daerah Kritik :

i. Jumlah sampel kurang dari sama dengan 20 (n ≤ 20)

DK = {T | T > } dengan = −

ii. Jumlah sampel lebih dari 20 (n > 20)

DK = {Z | Z > , }

f. Keputusan uji :

i. Jumlah sampel kurang dari sama dengan 20 (n ≤ 20)

Jika T ∈ DK, maka ditolak

ii. Jumlah sampel lebih dari 20 (n > 20)

Jika Zhitung ∈ DK, maka ditolak


BAB IV

ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Perangkat dan Instrumen Penelitian

1. Validasi Perangkat dan Instrumen Penelitian

Kegiatan validasi dilakukan oleh 2 validator yaitu perangkat pembelajaran

dan soal tes kemampuan komunikasi matematik divalidasi oleh ahli, dan

praktisi. Kegiatan awal validasi dilakukan dengan memberikan perangkat (RPP

Problem Based Learning, BKS Problem Based Learning, BPG Problem Based

Learning, RPP Konvensional, BKS Konvensional, BPG Konvensional) dan

instrumen penelitian (soal tes kemampuan komunikasi matematik). Kemudian

validator memberikan penilaian menggunakan lembar validasi yang disediakan.

Berikut uraian hasil validasi yang dilakukan terhadap perangkat pembelajaran

dan instrumen penelitian.

a. RPP Problem Based Learning

Tabel 4.1 Hasil Validasi RPP Problem Based Learning

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, Ada aktivitas guru yang belum Direvisi dahulu
S.Pd, M.Si jelas
2. Dewi Agust - RPP siap
Setyawati, S.Pd digunakan

Dari hasil validasi pertama untuk RPP Problem Based Learning, ada revisi

dari validator 1 yang menyatakan bahwa RPP Problem Based Learning

belum siap digunakan. Sehingga RPP Problem Based Learning direvisi

sesuai dengan catatan dari validator 1, kemudian peneliti melakukan

62
63

validasi ulang kepada validator 1. Berikut adalah hasil validasi kedua

setelah RPP di revisi.

Tabel 4.2 Hasil Validasi RPP Problem Based Learning

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, - RPP siap
S.Pd, M.Si digunakan

Berdasarkan hasil dari dua validator di atas, dapat disimpulkan bahwa RPP

Problem Based Learning siap digunakan dengan beberapa revisi. Adapun

rincian validasi RPP Problem Based Learning dapat dilihat pada lampiran

1.

b. BKS Problem Based Learning

Tabel 4.3 Hasil Validasai BKS Problem Based Learning

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, 1. Tidak tampak kaitan BKS BKS direvisi
S.Pd, M.Si dengan PBL dahulu
2. Ada materi yang belum
diberikan tapi soalnya sudah
ada
2. Dewi Agust - BKS siap
Setyawati, S.Pd digunakan

Dari hasil validasi pertama untuk BKS Problem Based Learning, ada

revisi dari validator 1 yang menyatakan bahwa BKS Problem Based

Learning belum siap digunakan. Sehingga BKS Problem Based Learning

direvisi sesuai dengan catatan dari validator 1, kemudian peneliti

melakukan validasi ulang kepada validator 1. Berikut adalah hasil validasi

kedua setelah BKS Problem Based Learning di revisi.

Tabel 4.4 Hasil Validasi BKS Problem Based Learning


64

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, - BKS siap digunakan
S.Pd, M.Si

Berdasarkan hasil dari dua validator di atas, dapat disimpulkan bahwa

pada BKS Problem Based Learning siap digunakan dengan beberapa

revisi. Adapun rincian validasi BKS Problem Based Learning dapat dilihat

pada lampiran 1.

c. BPG Problem Based Learning

Tabel 4.5 Hasil Validasi BPG Problem Based Learning

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, 1. Tahap-tahap PBL tidak BPG direvisi
S.Pd, M.Pd tampak dalam BPG dahulu
2. Ada kalimat yang belum jelas
3. Ada soal yang belum ada
kunci jawaban
4. Ada kesalahan istilah
LKS/BKS, materi belum
diberikan tapi sudah ada soal
terkait materi tersebut
5. Belum memuat aktivitas siswa
dan guru
2. Dewi Agust - BPG siap
Setyawati, S.Pd digunakan

Dari hasil validasi pertama untuk BPG Problem Based Learning, ada

revisi dari validator 1 yang menyatakan bahwa BPG belum siap

digunakan. Sehingga BPG Problem Based Learning direvisi sesuai dengan

catatan dari validator 1, kemudian peneliti melakukan validasi ulang

kepada validator 1. Berikut adalah hasil validasi kedua setelah BPG di

revisi.

Tabel 4.6 Vasil Validasi BPG Problem Based Learning


65

No. validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, - BPG siap
S.Pd, M.Si digunakan

Berdasarkan hasil dari dua validator di atas, dapat disimpulkan bahwa

pada BPG Problem Based Learning siap digunakan dengan beberapa

revisi. Adapun rincian validasi BPG Problem Based Learning dapat dilihat

pada lampiran 1.

d. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Tabel 4.7 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, 1. Ada indikator soal yang sama Tes kemampuan
S.Pd, M.Si tetapi untuk indikator komunikasi
komunikasi matematik yang matematik
berbeda direvisi dahulu
2. Ada indikator soal yang belum
sesuai dengan indikator
komunikasi matematik
3. Soal no 2 keliru dan tidak jelas
maksudnya
4. Kunci jawaban no 3 dan no 4
keliru
5. Dewi Agust - Tes kemampuan
Setyawati, S.Pd komunikasi
matematik siap
digunakan

Dari hasil validasi pertama untuk tes kemampuan komunikasi matematik

ada revisi dari validator 1 yang menyatakan bahwa tes kemampuan

komunikasi matematik belum siap digunakan. Sehingga tes kemampuan

komunikasi matematik direvisi sesuai dengan catatan dari validator 1,

kemudian peneliti melakukan validasi ulang kepada validator 1. Berikut


66

adalah hasil validasi kedua setelah tes kemampuan komunikasi matematik

di revisi.

Tabel 4.8 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, - Tes kemampuan komunikasi
S.Pd, M.Pd matematik siap digunakan

Berdasarkan hasil dari dua validator di atas, dapat disimpulkan bahwa tes

kemampuan komunikasi matematik siap digunakan dengan beberapa

revisi. Adapun rincian validasi tes kemampuan komunikasi matematik

dapat dilihat pada lampiran 1.

e. RPP Pembelajaran Konvensional

Tabel 4.9 Hasil Validasi RPP Pembelajaran Konvensional

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, - RPP siap digunakan
S.Pd, M.Si
2. Dewi Agust - RPP siap digunakan
Setyawati, S.Pd

Berdasarkan hasil dari dua validator di atas, dapat disimpulkan bahwa RPP

Pembelajaran Konvensional siap digunakan dengan tidak ada revisi.

Adapun rincian validasi RPP Pembelajaran Konvensional dapat dilihat

pada lampiran 1.

f. BKS Pembelajaran Konvensional

Tabel 4.10 Hasil Validasi BKS Pembelajaran Konvensional

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, 1. Tidak tampak kaitan BKS direvisi dahulu
S.Pd, M.Si BKS dengan
konvensional
2. Ada materi yang belum
67

diberikan tapi soalnya


sudah ada
3. Dewi Agust - BKS siap digunakan
Setyawati, S.Pd

Dari hasil validasi pertama untuk BKS Pembelajaran Konvensional, ada

revisi dari validator 1 yang menyatakan bahwa BKS belum siap

digunakan. Sehingga BKS Pembelajaran Konvensional direvisi sesuai

dengan catatan dari validator 1, kemudian peneliti melakukan validasi

ulang kepada validator 1. Berikut adalah hasil validasi kedua setelah BKS

di revisi.

Tabel 4.11 Hasil Validasi BKS Pembelajaran Konvensional

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, - BKS pembelajaran
S.Pd, M.Si konvensional siap
digunakan

Berdasarkan hasil dari dua validator di atas, dapat disimpulkan bahwa

BKS Pembelajaran Konvensional siap digunakan dengan beberapa revisi.

Adapun rincian validasi BKS Pembelajaran Konvensional dapat dilihat

pada lampiran 1.

g. BPG Pembelajaran Konvensional

Tabel 4.12 Hasil Validasi BPG Pembelajaran Konvensional

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, 1. Belum tampak kaitan BPG pembelajaran
S.Pd, M.Si antara BPG dengan konvensional
tahap-tahap direvisi dahulu
konvensional karena
BPGnya sama seperti
BPG konvensional
2. Ada soal yang belum ada
kunci jawaban
68

3. Materi belum diberikan


tapi sudah ada soal
tentang materi tersebut
4. Belum memuat aktivitas
siswa dan guru
5. Dewi Agust - BPG pembelajaran
Setyawati konvensional siap
digunakan

Dari hasil validasi pertama BPG Pembelajaran Konvensional, ada revisi

dari validator 1 yang menyatakan bahwa BPG Pembelajaran Konvensional

belum siap digunakan. Sehingga BPG pembelajaran Konvensional direvisi

sesuai dengan catatan dari validator 1, kemudian peneliti melakukan

validasi ulang kepada validator 1. Berikut adalah hasil validasi kedua

setelah BPG di revisi.

Tabel 4.13 Hasil Validasi BPG Pembelajaran Konvensional

No. Validator Catatan Keputusan


1. Gregoria Ariyanti, - BPG pembelajaran
S.Pd, M.Si konvensional siap digunakan

Berdasarkan hasil dari dua validator di atas, dapat disimpulkan bahwa

BPG Pembelajaran Konvensional siap digunakan dengan beberapa revisi.

Adapun rincian validasi BPG Pembelajaran Konvensional dapat dilihat

pada lampiran 1.

2. Analisis Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen dilaksanakan di SMPN 4 Madiun kelas IXB dengan

peserta sebanyak 29 siswa. Setelah instrumen penelitian divalidasi,

instrumen kemudian diujicobakan untuk mengetahui reliabilitasnya. Tes

kemampuan komunikasi matematik diujicobakan pada kelas yang bukan


69

sampel dan bukan dalam satu populasi. Dari pelaksanaan uji coba

diperoleh reliabilitas soal tes kemampuan komunikasi matematik siswa

sebesar 0,49094. Karena analisis reliabilitas soal pada hasil uji coba

instrumen tes kemampuan komunikasi matematik lebih dari 0,40 maka tes

kemampuan komunikasi matematik dikatakan reliabel jika memenuhi nilai

koefisien Alfa sekurang-kurangnya 0,40, sehingga dapat digunakan dalam

penelitian. Adapun rincian perhitungan terlampir pada lampiran 3.

B. Hasil Pengambilan Sampel

Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, hasil pengambilan sampel

pada penelitian ini dilakukan dengan cluster random sampling, sampel terdiri

dari 10 kelas dan yang terpilih adalah kelas VIIIB dan kelas VIIIC. Kelas VIIIC

akan diajar dengan model Problem Based Learning dan kelas VIIIB akan diajar

dengan model Pembelajaran Konvensional.

C. Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan di SMPN 4 Madiun dengan kelas sampel VIII B

untuk Pembelajaran Konvensional yang berjumlah 30 siswa dan VIII C untuk

Problem Based Learning yang berjumlah 27 siswa. Setelah melakukan

penelitian dan memperoleh data yang diperlukan, peneliti mengadakan analisis

data. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data

yang diperoleh secara langsung dari sumber data. Data yang diperoleh berupa

nilai tes kemampuan komunikasi matematik siswa. Nilai tes kemampuan


70

komunikasi matematik pada saat pretes dan postes dicari selisihnya untuk

pengujian hipotesis. Dari selisih skor tersebut diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.14 selisih skor pretes dan postes

Kelas Jumlah siswa Rata-rata Simpangan Baku


Problem Based Learning 27 32,40741 18,83291
Konvensional 30 13,54167 21,08859

Secara keseluruhan data nilai tes kemampuan komunikasi matematik dapat

dilihat pada lampiran 4.

D. Analisis Hasil Uji Prasyarat

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu peneliti melakukan

uji normalitas data pada selisih pretes dan postes kemampuan komunikasi

matematik siswa.

Tahap uji normalitas dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Uji Normalitas untuk Kelas Eksperimen

a) Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b) Taraf nyata : α = 0,05

c) Statistik uji : Metode Lilliefors

d) Komputasi :

Lobs = Maks | F(Zi) – S(Zi) |

= 0,07118
71

e) Daerah Kritik : DK = {L | L > L α ; n}

= {L|L < 0,1682},

f) Keputusan Uji : Lobs  DK, maka H0 diterima

g) Kesimpulan : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2) Uji Normalitas Untuk Kelas Kontrol

a) Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b) Taraf nyata : α = 0,05

c) Statistik uji : Metode Lilliefors

d) Komputasi :

Lobs = Maks | F(Zi) – S(Zi) |

= 0,15303

e) Daerah Kritik : DK = {L | L > L α ; n}

= {L|L < 0,161},

f) Keputusan Uji : Lobs  DK, maka H0 diterima

g) Kesimpulan : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas, karena data selisih kemampuan

komunikasi matematik berasal dari populasi yang berdistribusi normal sehingga

dilanjutkan dengan uji homogenitas.

Tahap uji homogenitas dapat diuraikan sebagai berikut:


72

a) Hipotesis :

H0 : sampel berasal dari populasi dengan varians homogen.

H1 : sampel berasal dari populasi dengan varians tidak homogen.

b) Taraf nyata : = 0,05

c) Statistik Uji : Uji F

d) Komputasi :

Varians kelas eksperimen (s22) : 354,67860

Varians kelas kontrol (s12) : 444,72881

Fhitung =

,
=
,

= 1,25389

Dengan s12 : varians terbesar dan s22 : varians terkecil

e) Daerah Kritik : DK = {F | F > F 0,05;(29;26)}

= {F|F < 1,90741}

f) Keputusan Uji : Fhitung  DK, maka H0 diterima

g) Kesimpulan : sampel berasal dari populasi dengan varians homogen.

E. Analisis Hasil Penelitian

Setelah penelitian, dilakukan tes kemampuan komunikasi matematik siswa

terhadap matematika. Dari pengukuran tersebut diperoleh data yang akan

dianalisis.
73

Berdasarkan analisis hasil uji prasyarat sebelum analisis data pada uraian

di atas, diperoleh kesimpulan skor kemampuan komunikasi matematik siswa

kelas eksperimen dan skor kemampuan komunikasi siswa kelas kontrol berasal

dari populasi yang berdistribusi normal dan berasal dari populasi dengan varian

homogen, sehingga dilanjutkan uji hipotesis. Uraian tentang tahap-tahap uji

hipotesis sebagai berikut:

a. Hipotesis :

H0 : ≤ kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

dengan Problem Based Learning tidak lebih baik

daripada kemampuan komunikasi matematik siswa

yang diajar dengan Pembelajaran Konvensional

H1 : > kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

dengan Problem Based Learning lebih baik daripada

kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar

dengan Pembelajaran Konvensional

Dengan

: nilai rata-rata selisih pretes dan postes tes kemampuan komunikasi

matematik siswa kelas VIII (eksperimen) dengan Problem Based

Learning.

: nilai rata-rata selisih pretes dan postes tes kemampuan komunikasi

matematik siswa kelas VIII (kontrol) dengan pembelajaran

konvensional.

b. Taraf nyata : = 0,05


74

c. Statistik Uji : Uji t

d. Komputasi :

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 4 diperoleh :

Banyak siswa kelas eksperimen ( ) : 27

Banyak siswa kelas kontrol ( ) : 30

Rata-rata kelas eksperimen ( ̅ PBL) : 32,40741

Rata-rata kelas kontrol ( ̅ K) : 13,54167

Varians kelas eksperimen ( ) : 354,67860

Varians kelas kontrol ( ) : 444,72881

Varians gabungan (Sgab) : 20,05392

̅ − ̅
=
1 1
+

, ,
=
,

= 3,54633

e. Daerah Kritik :

= ;( )

= , ;( )

= , ;

= 2,00405

= { | > 2,00405}

f. Keputusan Uji : thit ∈ DK maka H0 ditolak.


75

g. Kesimpulan : Kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan

Problem Based Learning lebih baik daripada kemampuan

komunikasi matematik siswa yang diajar dengan

Pembelajaran Konvensional.

F. Hasil Penelitian

Berdasarkan uji analisis statistik pada lampiran 4 diperoleh bahwa data

dari kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan

berasal dari populasi dengan varian homogen. Sehingga dilanjutkan dengan uji t,

dengan banyak siswa kelas eksperimen (nPBL) = 27, banyak siswa kelas kontrol

(nK) = 30, rata-rata kelas eksperimen ( ̅ ) = 32,40741; rata-rata kelas kontrol

( ̅ ) = 13,54167; varians kelas eksperimen ( ) = 354,67860; varians kelas

kontrol ( ) = 444,72881 serta dengan = 0,05 diperoleh nilai thitung = 3,54633

 DK = {t | t > 2,00405} maka H0 ditolak dan disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi matematik siswa yang diajar dengan Problem Based Learning lebih

baik daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan

Pembelajaran Konvensional.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data tes kemampuan komunikasi matematik

siswa dengan uji t, diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa

yang diajar dengan Problem Based Learning lebih baik daripada kemampuan

komunikasi matematik siswa yang diajar dengan Pembelajaran Konvensional.

Hal ini sesuai dengan hipotesis yang peneliti ambil dan menunjukkan bahwa

dengan Problem Based Learning kemampuan komunikasi matematik siswa lebih

baik dibandingkan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan

Pembelajaran Konvensional.

Kesesuaian ini terjadi karena adanya saling kerja sama antar siswa dalam

satu kelompok dan antara guru dengan siswa, saat pembelajaran berlangsung.

Pengkondisian awal siswa untuk belajar sesuai dengan langkah-langkah dalam

Problem Based Learning mengalami sedikit kesulitan karena siswa belum

terbiasa dengan kegiatan Problem Based Learning. Karena pengajar berusaha

mengkondusifkan suasana kelas dan tetap mengupayakan tahap demi tahap

Problem Based Learning dengan waktu yang tersedia, pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar. Selain itu pengajar juga memberikan perhatian lebih

kepada setiap kelompok dengan berkeliling ke setiap kelompok-kelompok.

Dalam proses pembelajaran Problem Based Learning siswa diberi kesempatan

untuk berpikir sendiri dalam memecahkan masalah matematika yang dihadapi,

76
77

kemudian didiskusikan dengan kelompok. Sehingga dalam proses pembelajaran

siswa diminta untuk berinteraksi dengan siswa yang lain dalam satu kelompok.

Dari proses berinteraksi tersebut dapat melatih kemampuan komunikasi

matematik siswa. Pada saat pembelajaran berlangsung ketika ada siswa yang

bertanya, siswa yang merasa dirinya bisa dan mengerti bertanggung jawab

memberikan penjelasan kepada teman satu kelompoknya yang belum bisa.

Sedangkan, pembelajaran dengan Pembelajaran Konvensional berjalan

sesuai dengan langkah-langkah yang telah dikemukakan pada bab II. Pada tahap

pelaksanaan peran guru sangat dominan sehingga siswa terlihat pasif. Dan pada

tahap guru menguji kemampuan komunikasi matematik siswa dengan

memberikan pertanyaan sebagian besar siswa tidak aktif merespon pertanyaan

guru. Ketika guru memberikan soal yang harus dikumpulkan pada hari itu juga,

siswa juga tidak aktif bertanya pada saat mengalami kesulitan dalam

mengerjakan soal tersebut. Serta saat pembelajaran berlangsung sebagian besar

siswa sibuk mengobrol di luar pembahasan materi.

Berdasarkan uraian di atas, proses pembelajaran sudah sesuai dengan

Problem Based Learning dan teori pembelajaran Vygotsky. Siswa bekerja

dengan menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas tersebut

masih berada dalam jangkauan kemampuannya dengan saling bertukar pendapat

antar siswa dalam memecahkan masalah. Dalam teori ini mengutamakan siswa

untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa

menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
78

belajar. Hal ini juga yang menyebabkan kemampuan komunikasi matematik

siswa terhadap matematika meningkat.

Dari hasil penelitian-penelitian yang relevan pada Bab II. Hasil penelitian

ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Fatia Fatimah.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fatia Fatimah menyatakan bahwa

kemampuan komunikasi matematik mahasiswa dengan menerapkan model PBM

dalam pembelajaran Statistik Elementer tidak lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran biasa. Menurut penjelasan dari Fatia Fatimah, hasil penelitiannya

menyatakan tidak lebih baik, dikarenakan Problem Based Learning memang

memfasilitasi kemampuan komunikasi mahasiswa akan tetapi lebih banyak

memberikan saran untuk melatih kemampuan pemecahan masalah; sikap

individual mahasiswa masih dominan, karena mahasiswa belum terbiasa

mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman serta cenderung

bertahan walau belum tentu benar jawabannya; setiap mahasiswa berasumsi

bahwa mereka hanya penerima pasif dari informasi yang disampaikan dosen.

Asumsi tersebut tumbuh dari pengalaman belajar yang mereka alami dalam

jenjang pendidikan sebelumnya dan ketika mereka berpartisipasi dalam Problem

Based Learning.

Tetapi penelitian yang telah dilakukan saat ini sejalan dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Fachrurazi. Hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Fachrurazi menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi matematis antara siswa

yang belajar matematika menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah


79

dengan siswa yang memperoleh Pembelajaran Konvensional ditinjau dari faktor

pembelajaran dan level sekolah. Pada penelitian ini kemampuan komunikasi

matematik siswa yang diajar dengan Problem Based Learning lebih baik

daripada kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan

Pembelajaran Konvensional. Karena hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian yang dilakukan oleh Fachrurazi, maka penelitian ini dapat menjadi

suatu wacana tambahan untuk menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi

matematik siswa dengan membiasakan penggunaan model Problem Based

Learning dalam proses pembelajaran dan dilakukan proses pembelajaran yang

lebih lama sehingga hasilnya lebih akurat.

B. Kelebihan dalam Penelitian ini

1. Aktivitas guru dalam proses belajar mengajar berkurang, karena disini yang

aktif siswa.

2. Meningkatkan motivasi dan tanggung jawab siswa dalam pembelajran.

3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan ide yang mereka

miliki dalam memecahkan maslah yang berkaitan dengan dunia nyata.

4. Siswa mudah menguasai konsep-konsep yang dipelajari.

C. Kendala dalam Penelitian ini

1. Siswa belum terbiasa melakukan pembelajaran dengan model Problem Based

Learning, tetapi setelah diberi pengarahan tentang bagaimana proses


80

pembelajaran yang akan dilakukan. Membuat proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar.

2. Tempat (kelas) yang berubah dan tidak ada inisiatif siswa untuk mencari

gurunya, di sini pengajar membutuhkan beberapa menit untuk menemukan

kelas tersebut.

3. Jam belajar mengajar yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,

sehingga pengajar harus menyesuaikannya.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan diperoleh kesimpulan

bahwa :

1. Tes kemampuan komunikasi matematik siswa dengan banyak siswa kelas

eksperimen (nPBL) = 27, banyak siswa kelas kontrol (nK) = 30, rata-rata

kelas eksperimen ( ̅ PBL) = 32,40741, rata-rata kelas kontrol ( ̅ K) =

13,54167, varians kelas eksperimen ( ) = 354,67860, varians kelas

kontrol ( ) = 444,72881 serta dengan = 0,05 diperoleh nilai thitung =

3,54633 DK = {t | t > 2,004045 } maka H0 ditolak.

2. Kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan

pembelajaran Problem Based Learning lebih baik daripada kemampuan

komunikasi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran

konvensional.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran yang

ingin disampaikan oleh peneliti, antara lain:

1. Guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup

untuk memilih model ataupun model pembelajaran yang tepat dan sesuai

dengan materi yang akan diajarkan sehingga bisa meningkatkan

81
82

kemampuan komunikasi matematik siswa untuk memecahkan masalah

matematika.

2. Guru dapat mempertimbangkan untuk menerapkan pembelajaran PBL

sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik

siswa

3. Bagi peneliti lain yang tertarik meneliti tentang Problem Based Learning

atau pun tentang kemampuan komunikasi matematik, sebaiknya dilakukan

penelitian yang lebih lama sehingga siswa dapat beradaptasi lebih baik,

dengan demikian hasil penelitian dapat lebih dipercaya.

4. Problem Based Learning bisa dijadikan sebagai model pembelajaran

alternatif untuk menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi

matematik siswa.

5. Model Problem Based Learning merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kualitas pendidikan khususnya kemampuan komunikasi

matematik siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nika. 2012. Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap


Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Kontekstual dan Sikap
Siswa Terhadap Matematika. Unika Widya Mandala Madiun. Skripsi.
Tidak Dipublikasikan

Ansri, Bansu Irianto. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan


Komunikasi Matematika Siswa Smu Melalui Strategi Think-Talk-Write.
Disertasi Pascasarjana UPI Bandung

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik dan Prosedur.


Bandung: PT Rosdakarya

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara

. , 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka


Cipta

Ariyanti, Krisna. 2011. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa dalam


Pembelajaran Problem Based Interection (PBI). Unika Widya Mandalan
Madiun. Skripsi. Tidak Dipublikasikan

Bell, Frederick H. 1978. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary


Schools). USA:Wm. C. Brown Company

Bambang A.P. M. 2008. Instrumen Penelitian. diunduh dari


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.MATEMATIKA/196412
051990031-BAMBANG AVIP PRIATMA M/MakalahNov2008.pdf.
(diakses tanggal 27 Januari 2014)

Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press

. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret


Surakarta

Daniel, Wynne W. 1989. Statistika Nonparametrik Terapan. Jakarta: Gramedia

Fatimah, Fatia. 2012. Kemampuan Komunikasi Metematis dan Pemecahan


Masalah Melalui PBM. Diunduh dari http://www.pdf-
archive.com/2012/12/05/4-fatia-fatimah/ (diakses tanggal 7 Oktober 2013)

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis

83
84

Siswa Sekolah Dasar. Diunduh dari http://jurnal.upi.edu/penelitian-


pendidikan/view/637/penerapan-pembelajaran-berbasis-masalah-untuk-
meningkatkan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-komunikasi-matematis-
siswa-sekolah-dasar.html (diakses tanggal 7 Oktober 2013)

Herman, Tatang. 2006. Membangun Pengetahuan Siswa Melalui Model


Pembelajaran Berbasis Masalah. Disampaikan pada Seminar Nasional
Pendidikan Matematika di Universitas Negeri Yogyakarta.

Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta. P2LPTK: Ditjen


Depdikbud

. . 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan


Konstruktivis. Jurnal Teknologi Pembelajaran. Tahun 6, Nomor 2,
Oktober 1998. Malang: PPS IKIP Malang

Ibrahim, Muslim, dkk. 2004. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:


Unesa.

Idrus, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga

Joyce, Bruce. 2009. Models of Teaching Model-Model Pengajaran. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Juandi. 2008. Pembuktian, Penalaran, dan Komunikasi Matematik. Bandung:


FMIPA UPI. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/D%20-
%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20MATEMATIKA/196401171992021%
20%20DADANG%20JUANDI/PENALARAN%20DAN%20%20PEMBU
KTIAN.pdf. (Diakses tanggal 20 Juni 2013)

Kardi S dan Nur M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri


Surabaya

Kusbianto, Tri. 2005. Pengaruh Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran


Kooperatif Teknik Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Matematika.
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun. Skripsi tidak dipublikasikan,
JPMIPA – PSP Matematika

Masrukan. 2008. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran dan Asesmen


Kinerja Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematik (Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMPN 10 dan SMPN 13
Kota Semarang). Sinopsis Disertasi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang

Moedjianto. 1979. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: IKIP Surabaya


85

Nurjanah. 2004. Pembelajaran Berbasis Masalah. Disampaikan pada Pelatihan


Pembelajaran Matematika Jurusan Pendidikan Matematika di Universitas
Negeri Yogyakarta

Puspitasari, Angela Dina. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Nht Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa. Unika
Widya Mandalan Madiun. Skripsi. Tidak Dipublikasikan

Rusman. 2013. Sari Manajemen Siekolah Bermutu MODEL-MODEL


PEMBELAJARAN Mengembangkan Profesonal Guru Edisi Kedua.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persiada

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Shadiq. 2009. Kemahiran Matematika. Makalah disampaikan pada Diklat


Instruktur Pengembangan Matematika SMA Jenjang Lanjut. Didapat dari
http://p4tkmatematika.org/file/SMA_Lanjut/smalanjut-kemahiranfadjar.
pdf (diakses tanggal 20 Juni 2013)

Simanjuntak, Mangantar. 1987. Pengantar Psikolinguistik Modern. Kuala


Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementrian Pelajaran Malaysia

Sudjana. 1989. Metode Statistika Edisi ke-5. Bandung: Tarsito

Sugiman. 2006. Model-Model Pembelajaran Matematika Sekolah. Disampaikan


pada Seminar Pengembangan Model-Model Pembelajaran Matematika
Sekolah di Universitas Negeri Yogyakarta

Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sumarmo. 2006. Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa


Sekolah Menengah. Bandung: FMIPA UPI

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Tim Prestasi Pustaka

http://proposalmatematika23.blogspot.com/2013/02/kemampuan-komunikasi-
matematis.html (diakses tanggal 4 Mei 2013)
86

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_d0451_0606586_chapter2%281%29.
pdf (diakses tanggal 2 Agustus 2014)

http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/MODEL_PEMBELAJARAN
_MATEMATIKA/BBM3_%28Dra._Erna_Suwangsih,_M.Pd..pdf.(diakses
tanggal 8 Agustus 2014)
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK
SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014

87
88

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 1
HASIL VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN INSTRUMEN
PENELITIAN

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
89

Rangkuman Lembar Validasi

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Problem Based Learning

Validator I Validator II
No
Pertanyaan Validasi ke-1 Validasi ke-2 Validasi ke-1 Validasi ke-2
.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Apakah dalam RPP ini, indikator pencapaian √ √ √
kompetensi dinyatakan dengan jelas?
2. Apakah RPP ini disusun sesuai dengan sintaks dalam √ √ √
Problem Based Learning (PBL)?
3. Apakah dalam RPP ini terdapat alokasi waktu √ √ √
pembelajaran?
4. Apakah pada RPP ini pembagian waktu pelaksanaan √ √ √
pembelajaran sudah proporsional?
5. Apakah dalam RPP ini menunjukkan aktivitas siswa √ √ √
selama pembelajaran?
6. Apakah RPP ini menggunakan bahasa yang jelas dan √ √ √
mudah dipahami oleh guru?
7. Apakah RPP ini menggunakan bahasa yang baik dan √ √ √
benar?
8. Apakah RPP ini siap digunakan? √ √ √
90

Keterangan :

Validator I : Gregoria Ariyanti, S.Pd, M.Si

Validator II : Dewi Agust Setyawati, S.Pd

Catatan :

Pada validator I, karena pada saat validasi ke-1 masih ada beberapa pertanyaan yang masih bernilai “Ya” dan “Tidak” maka RPP

Problem Based Learning direvisi dan ditunjukkan kembali pada validasi ke-2.
91

Rangkuman Lembar Validasi

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran Konvensional

Validator 1 Validator 2
No. Pertanyaan Validasi 1 Validasi 2 Validasi 1 Validasi 2
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Apakah dalam RPP ini, indikator pencapaian √ √
kompetensi dinyatakan dengan jelas?
2. Apakah RPP ini disusun sesuai dengan sintaks √ √
dalam pembelajaran konvensional?
3. Apakah dalam RPP ini terdapat alokasi waktu √ √
pembelajaran?
4. Apakah pada RPP ini pembagian waktu √ √
pelaksanaan pembelajaran sudah proporsional?
5. Apakah dalam RPP ini menunjukkan aktivitas √ √
siswa selama pembelajaran?
6. Apakah RPP ini menggunakan bahasa yang jelas √ √
dan mudah dipahami oleh guru?
7. Apakah RPP ini menggunakan bahasa yang baik √ √
dan benar?
8. Apakah RPP ini siap digunakan? √ √
92

Keterangan :

Validator I : Gregoria Ariyanti, S.Pd, M.Si

Validator II : Dewi Agust Setyawati, S.Pd

Catatan :

Pada validator I, dan validator II karena pada saat validasi ke-1 tidak ada pertanyaan yang bernilai “Tidak” maka RPP pembelajaran

Konvensional tidak dilakukan validasi ke-2.


93

Rangkuman Lembar Validasi

Buku Kerja Siswa (BKS) Problem Based Learning

Validator 1 Validator 2
No
Pertanyaan Validasi ke-1 Validasi ke-2 Validasi ke-1 Validasi ke-2
.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Apakah BKS ini mengacu pada pembelajaran √ √ √
Problem Based Learning (PBL)?
2. Apakah materi dalam BKS ini sudah mengacu √ √ √
pada materi untuk kelas VIII SMP?
3. Apakah BKS ini menggunakan bahasa dan √ √ √
petunjuk yang mudah dipahami oleh siswa?
4. Apakah BKS ini sudah disajikan dengan konsep √ √ √
yang mudah bagi siswa?
5. Apakah BKS ini disusun dengan cermat dan tidak √ √ √
ada kesalahan?
6. Apakah kunci jawaban pada BKS ini sudah benar? √ √ √
7. Apakah BKS ini siap digunakan? √ √ √
94

Keterangan :

Validator I : Gregoria Ariyanti, S.Pd, M.Si

Validator II : Dewi Agust Setyawati, S.Pd

Catatan :

Pada validator I, karena pada saat validasi ke-1 masih ada beberapa pertanyaan yang masih bernilai “Ya” dan “Tidak” maka BKS

Problem Based Learning direvisi dan ditunjukkan kembali pada validasi ke-2.
95

Rangkuman Lembar Validasi

Buku Kerja Siswa (BKS) Pembelajaran Konvensional

Validator 1 Validator II
No. Pertanyaan Validasi ke-1 Validasi ke-2 Validasi ke-1 Validasi ke-2
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Apakah BKS ini mengacu pada pembelajaran √ √ √
Konvensional?
2. Apakah materi dalam BKS ini sudah mengacu √ √ √
pada materi untuk kelas VIII SMP?
3. Apakah BKS ini menggunakan bahasa dan √ √ √
petunjuk yang mudah dipahami oleh siswa?
4. Apakah BKS ini sudah disajikan dengan konsep √ √ √
yang mudah bagi siswa?
5. Apakah BKS ini disusun dengan cermat dan tidak √ √ √
ada kesalahan?
6. Apakah kunci jawaban pada BKS ini sudah benar? √ √ √
7. Apakah BKS ini siap digunakan? √ √ √
96

Keterangan :

Validator I : Gregoria Ariyanti, S.Pd, M.Si

Validator II : Dewi Agust Setyawati, S.Pd

Catatan :

Pada validator I, karena pada saat validasi ke-1 masih ada beberapa pertanyaan yang masih bernilai “Ya” dan “Tidak” maka BKS

Pembelajaran Konvensional direvisi dan ditunjukkan kembali pada validasi ke-2.


97

Rangkuman Lembar Validasi

Buku Pedoman Guru (BPG) Problem Based Learning

Validator I Validator II
No
Pertanyaan Validasi ke-1 Validasi ke-2 Validasi ke-1 Validasi ke-2
.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Apakah antara BPG untuk pegangan pengajar ini √ √ √
disusun sesuai tahap-tahap Problem Based
Learning (PBL)?
2. Apakah BPG untuk pegangan pengajar ini √ √ √
memberikan petunjuk yang jelas dan mudah
dipahami?
3. Apakah dengan BPG untuk pegangan pengajar √ √ √
menggunakan bahasa yang baik dan benar?
4. Apakah BPG untuk pegangan pengajar ini √ √ √
memberikan kemudahan pengajar untuk
melaksanakan pembelajaran?
5. Apakah BPG untuk pegangan pengajar disertai √ √ √
kunci jawaban pada Buku Kerja Siswa?
6. Apakah BPG untuk pegangan pengajar disusun √ √ √
dengan cermat dan tidak ada kesalahan?
7. Apakah BPG untuk pegangan pengajar memuat √ √ √
aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran?
8. Apakah BPG untuk pegangan pengajar ini √ √ √
aktivitas siswa dan guru dinyatakan dengan jelas?
9. Apakah BPG ini siap digunakan? √ √ √
98

Keterangan :

Validator I : Gregoria Ariyanti, S.Pd, M.Si

Validator II : Dewi Agust Setyawati, S.Pd

Catatan :

Pada validator I, karena pada saat validasi ke-1 masih ada beberapa pertanyaan yang masih bernilai “Ya” dan “Tidak” maka BPG

Problem Based Learning direvisi dan ditunjukkan kembali pada validasi ke-2.
99

Rangkuman Lembar Validasi

Buku Pedoman Guru (BPG) Pembelajaran Konvensional

Validator I Validator II
No
Pertanyaan Validasi ke-1 Validasi ke-2 Validasi ke-1 Validasi ke-2
.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Apakah antara BPG untuk pegangan pengajar ini √ √ √
disusun sesuai tahap-tahap pembelajaran
Konvensional?
2. Apakah BPG untuk pegangan pengajar ini √ √ √
memberikan petunjuk yang jelas dan mudah
dipahami?
3. Apakah dengan BPG untuk pegangan pengajar √ √ √
menggunakan bahasa yang baik dan benar?
4. Apakah BPG untuk pegangan pengajar ini √ √ √
memberikan kemudahan pengajar untuk
melaksanakan pembelajaran?
5. Apakah BPG untuk pegangan pengajar disertai √ √ √
kunci jawaban pada Buku Kerja Siswa?
6. Apakah BPG untuk pegangan pengajar disusun √ √ √
dengan cermat dan tidak ada kesalahan?
7. Apakah BPG untuk pegangan pengajar memuat √ √ √
aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran?
8. Apakah BPG untuk pegangan pengajar ini √ √ √
aktivitas siswa dan guru dinyatakan dengan jelas?
9. Apakah BPG ini siap digunakan? √ √ √
100

Keterangan :

Validator I : Gregoria Ariyanti, S.Pd, M.Si

Validator II : Dewi Agust Setyawati, S.Pd

Catatan :

Pada validator I, karena pada saat validasi ke-1 masih ada beberapa pertanyaan yang masih bernilai “Ya” dan “Tidak” maka BPG

Pembelajaran Konvensional direvisi dan ditunjukkan kembali pada validasi ke-2.


101

Rangkuman Lembar Validasi

Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

Validator I Validator II
No
Pertanyaan Validasi ke-1 Validasi ke-2 Validasi ke-1 Validasi ke-2
.
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Apakah kisi-kisi soal tes kemampuan komunikasi √ √ √
sudah mencakup materi yang digunakan?
2. Apakah soal tes kemampuan komunikasi √ √ √
matematik sudah sesuai dengan indikator
komunikasi matematik?
3. Apakah indikator soal sudah sesuai dengan √ √ √
indikator komunikasi matematik?
4. Apakah soal tes kemampuan komunikasi √ √ √
matematik sudah sesuai dengan kisi-kisi?
5. Apakah soal tes kemampuan komunikasi √ √ √
matematik ini menggunakan bahasa yang baik dan
benar?
6. Apakah pertanyaan pada soal tes kemampuan √ √ √
komunikasi matematik ini tidak menimbulkan
makna ganda?
7. Apakah tingkat kesulitan soal tes kemampuan √ √ √
komunikasi matematik ini sesuai dengan
kemampuan siswa kelas VIII SMP?
8. Apakah soal tes kemampuan komunikasi √ √ √
matematik ini tidak ada kesalahan penulisan yang
mengakibatkan soal tidak dapat dikerjakan?
102

9. Apakah kunci jawaban tes kemampuan √ √ √


komunikasi matematik sudah benar?
10. Apakah soal tes kemampuan komunikasi √ √ √
matematik dapat diselesaikan dalam waktu yang
tersedia?
11. Apakah soal tes kemampuan komunikasi √ √ √
matematik ini siap digunakan?

Keterangan :

Validator I : Gregoria Ariyanti, S.Pd, M.Si

Validator II : Dewi Agust Setyawati, S.Pd

Catatan :

Pada validator I, karena pada saat validasi ke-1 masih ada beberapa pertanyaan yang masih bernilai “Ya” dan “Tidak” maka soal tes

kemampuan komunikasi matematik siswa direvisi dan ditunjukkan kembali pada validasi ke-2.
103

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 2
PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
104

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 2
Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
105

Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

Jenis Sekolah : SMP Alokasi Waktu : 40 menit


Mata Pelajaran : Matematika Jumlah Soal : 4 soal
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras Kelas : VIII

Indikator Komunikasi Indikator Soal Bentuk No


Matematik Soal Soal
1. Menghubungkan benda nyata, 1. Penggunaan teorema Uraian 1
gambar atau diagram ke dalam pythagoras pada
ide matematika. bangun datar dan
bangun ruang
2. Menjelaskan ide, situasi, dan 2. Menentukan jenis Uraian 2
relasi matematika melalui segitiga berdasarkan
tulisan, dengan benda nyata, panjang sisi, dan
gambar, grafik, dan aljabar. Tripel Pythagoras
menggunakan gambar
3. Menyatakan peristiwa sehari- 3. Penerapan Teorema Uraian 3
hari dalam bahasa atau simbol Pythagoras pada soal
matematika. cerita
4. Menarik kesimpulan, 4. Menentukan jenis Uraian 4
menyusun bukti, memberikan segitiga berdasarkan
alasan atau bukti terhadap panjang sisi, dan
beberapa solusi. Tripel Pythagoras
106

Petunjuk:
1. Isilah identitas anda pada kolom identitas yang telah disediakan.
2. Tidak diizinkan menggunakan kalkulator, HP atau alat hitung yang lain.
3. Selesaikan soal berikut dalam waktu 40 menit.
4. Kerjakan soal-soal dengan langkah-langkah yang jelas dan sistematis.
5. Periksalah jawaban anda sebelum diserahkan kepada pengawas.

Selesaikan soal-soal di bawah ini!


1. Pada balok ABCD.EFGH, panjang AB = 8 cm, BC = 6 cm, dan CG = 24
cm. Berapakah panjang AC dan AG!

H G

E F
24
cm

D C
6 cm
A B
8 cm

2. Dengan menggambar tunjukkan bahwa segitiga yang berukuran 10 cm, 12


cm, dan 16 cm adalah segitiga tumpul dan berikan penjelasan!
3. Sebuah kapal berlayar sejauh 12 km ke Selatan, kemudian 15 km ke
Timur, dan kemudian 20 km ke Utara. Berapakah jarak kapal dari tempat
semula? Jelaskan!
4. Pada ∆ PQR berikut ini, diketahui RS = 6 cm, PS = 8 cm, dan QS = 15 cm.
Apakah ∆ PQR siku -siku di P? Mengapa?
R
6
S

15
8

P Q
107

Nama Siswa :
Kelas :
No Absen :
Mata Pelajaran :
Hari, tanggal :

Lembar Jawab

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
108

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
109

Kunci Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematik

1. H G
E F
24
cm
C
D
6 cm
A 8 cm B

 ∆ ABC siku-siku di titik B, maka


AC2 = AB2 + BC2
AC2 = 82 + 62
AC2 = 64 + 36
AC2 = 100
AC = √100
AC = 10 cm
Jadi, panjang AC = 10 cm
 ∆ ACG siku-siku di titik C, maka
AG2 = AC2 + CG2
AG2 = 102 + 242
AG2 = 100 + 576
AG2 = 676
AG = √676
AG = 26 cm
Jadi, panjang AG = 26 cm

2.

a = 16
b = 12

c = 10
110

Misalkan sisi terpanjang adalah a, maka:


a = 16, b= 12, dan c = 10
a2 = 162 = 256
b2 + c2 = 122 + 102
= 144 + 100
= 244
Karena a2 ≠ b2 + c2, maka segitiga tersebut bukan segitiga siku-siku. a2 >
b2 + c2, maka segitiga tersebut adalah segitiga tumpul.

3. C

D E
20 km

12 km

A 15 km B

Panjang BC = 20, panjang AD = EB = 12, maka panjang EC = 20 – 12 = 8


Panjang DE = AB = 15
CD2 = DE2 + EC2
CD2 = 152 + 82
CD2 = 225 + 64
CD2 = 289
CD = √289
CD = 17
Jadi, jarak kapal dari tempat semula adalah 17 km.
4.
R
6
S

15
8
111

P Q

 PQ2 = QS2 + PS2


PQ2 = 152 + 82
PQ2 = 225 + 64
PQ2 = 289
PQ = √289
PQ = 17
 PR2 = PS2 + SR2
PR2 = 82 + 62
PR2 = 64 + 36
PR2 = 100
PR = √100
PR = 10
 QR2 = (QS + SR)2
= (15 + 6)2
= 212
= 441
 PQ2 + PR2 = 172 + 102
= 289 + 100
= 389
Kerena QR2 ≠ PQ2 + PR2, maka segitiga tersebut bukan segitiga siku-siku.
QR2 > PQ2 + PR2, maka segitiga tersebut adalah segitiga tumpul.
112

Rubik penilaian tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa


Respon siswa skor
 Jawaban benar, menggunakan representasi untuk menganal 4
dan mengkomunikasikan ide-ide matematika, untuk model
dan menginterpretasikan matematika, memilih, menerapkan
dan melakukan translasi untuk memecahkan masalah.
 Jawaban benar, sesuai dengan kriteria tetapi ada sedikit 3
langkah yang salah.
 Jawaban benar, tetapi tidak sesuai dengan sebagian besar 2
kriteria.
 Jawaban ada tetapi sama sekali tidak sesuai dengan kriteria. 1
 Jawaban tidak ada 0

Skor kemampuan komunikasi matematik = × 100


113

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk Kelas Eksperimen

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
114

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Untuk kelas Eksperimen
Pertemuan 1

Satuan pendidikan : SMP


Mata pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Sub Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Kelas/ Semester : VIII/ 2
Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menggunakan teorema pythagoras dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.1 Menggunakan teorema pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi
segitiga siku-siku.
C. Indikator
1. Menemukan Teorema Pythagoras
2. Menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus
3. Tripel Pythagoras
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dapat menemukan Teorema Pythagoras.
2. Dapat menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus.
3. Dapat menentukan Tripel Pythagoras.
E. Rincian Materi Ajar
1. Permasalahan 1
2. Permasalahan 2
F. Model Pembelajaran
Problem Based Learning
115

G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi
Sintaks PBL
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Kegiatan Awal 10’
 Guru mempersiapkan  Siswa menjawab
kelas dan siswa salam
untuk belajar  Berdoa
 Salam pembuka  Mempersiapkan diri
 Guru menyampaikan untuk belajar
tujuan pembelajaran
(BKS hal i)
 Apersepsi  Siswa memunculkan
Guru banyak alternatif
menginformasikan jawaban dari
bahwa materi yang pertanyaan yang
dibahas adalah diajukan oleh guru
teorema pythagoras?
1. Orientasi apa yang kalian
siswa pada ketahui tentang
masalah teorema pythagoras?
 Guru menampung  Siswa
semua jawaban siswa mendengarkan dan
dan menunjuk siswa menanggapi
lain untuk menjawab informasi dari guru
 Menyampaikan sebagai bekal
tujuan pembelajaran pemecahan masalah.
(BKS hal i)
- siswa diminta
untuk
memberikan
contoh soal yang
berkaitan dengan
teorema
pythagoras
Kegiatan Inti 10’
 Guru membagi siswa  Siswa membentuk
menjadi beberapa kelompok
kelompok, masing- berdasarkan
2. Mengorgani- masing kelompok bimbingan dari guru
sasikan siswa terdiri atas 4-5orang.
untuk belajar  Siswa diberi Buku
Kerja Siswa untuk
mendiskusikan
bersama
kelompoknya
116

masing-masing
permasalahan 1 :
jejak kaki (BKS hal
1-3), permasalahan 2
: segitiga siku-siku
sama kaki (BKS hal
3-4), dan
permasalahan 3 :
jenis segitiga (BKS
hal 4-6)
3. Membimbing  Guru membimbing  Siswa melakukan 15’
penyelidikan dan menilai jalannya diskusi sesuai
individual diskusi dengan BKS yang
maupun telah diberikan
kelompok secara berkelompok
 Guru mengarahkan  Perwakilan dari 15’
siswa untuk masing-masing
mempresentasikan kelompok
hasil kerja agar siswa mempresentasikan
dapat hasil diskusi
mengkomunikasikan kelompoknya di
4. Mengembang
hasil kerjanya depan kelas (sesuai
-kan dan
 Guru membimbing BKS).
menyajikan
dan menilai jalannya  Siswa lain
hasil karya
presentasi yang menanggapinya
dilakukan oleh siswa
 Guru memberi
kesempatan kepada
siswa lain untuk
berpendapat
Kegiatan Akhir 10’
 Melakukan tanya  Menanggapi tanya
jawab mengenai hasil jawab yang
5. Menganalisis presentasi diberikan oleh guru
dan
 Membimbing siswa  Siswa
mengevaluasi
menyimpulkan menyimpulkan hasil
proses
keseluruhan dari dari proses
pemecahan
proses pembelajaran pembelajaran
masalah
yang telah dilakukan  Menjawab salam
 Refleksi
 Salam penutup
Evaluasi 20’
117

H. Evaluasi

Jenis Penilaian : Tes tertulis


Selesaikan Soal Berikut!
1. Gunakan Teorema Pythagoras untuk membuat persamaan panjang sisi-
sisi segitiga siku-siku berikut ini.
a.
p q p2 = . . . .
p p
r
p
b. l
k
m2 = . . . .
m

2. Gunakan Teorema Pythagoras untuk menghitung nilai x pada tiap-tiap


gambar berikut.
a.

12 x

5
b. 16
30

3. ∆ ABC siku-siku di titik A. Panjang AB = 9 cm dan AC = 12 cm.


Hitunglah panjang BC!
118

Rubik Penilaian
Kunci Jawaban Skor
1. a. 5

p q p2 = q2 + r2

b.
l
k m2 = k2 + l2

2. a. 20

x
12

x2 = 122 + 52
x2 = 144 + 25
x2 = 169
x = √169
x = 13

b.
16
30

x2 = 302 + 162
x2 = 900 + 256
x2 = 1156
x = √1156
x = 34
119

3. 15
C

12

A 9 B
2 2 2
BC = AB + BC
BC2 = 92 + 122
BC2 = 81 + 144
BC2 = 225
BC = √225
BC = 15

Skor Total 40
Skor yang diperoleh 100
NILAI =  100
Skor maksimal

Madiun, 10 Januari 2014


Mengetahui,
Guru Matematika SMPN 4 Madiun Peneliti,

Dewi Agust Setyawati Anik Puji Wahyuni


120

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Untuk kelas Eksperimen
Pertemuan 2

Satuan pendidikan : SMP


Mata pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Sub Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Kelas/ Semester : VIII/ 2
Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menggunakan teorema pythagoras dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan Teorema
pythagoras.
C. Indikator
4. Menghitung panajang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi
lainnya diketahui.
5. Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan teorema
pythagoras.
D. Tujuan Pembelajaran
4. Dapat menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi
lainnya dikatahui.
5. Dapat memecahkan masalah pada bangun datar yang barkaitan dengan
teorema pythagoras.
E. Rincian Materi Ajar
3. Permasalahan 3
4. Permasalahan 4
121

F. Model Pembelajaran
Problem Based Learning
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi
Sintaks PBL
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Kegiatan Awal 10’
 Guru mempersiapkan kelas  Siswa
dan siswa untuk belajar menjawab
 Salam pembuka salam
 Mempersiapka
n diri untuk
belajar
 Apersepsi  Siswa
Guru melakukan tanya memunculkan
jawab mengenai pertemuan banyak
sebelumnya, yaitu teorema alternatif
pythagoras jawaban dari
1. Orientasi pertanyaan
siswa pada yang diajukan
masalah oleh guru
 Guru menampung semua  Siswa
jawaban siswa dan mendengarkan
menunjuk siswa lain untuk dan
menjawab menanggapi
 Menyampaikan tujuan informasi dari
pembelajaran, yaitu (BKS guru sebagai
hal i) bekal
- siswa diberi pemecahan
permasalahan mengenai masalah.
teorema pythagoras
(latihan 1 no 1 dan 3
hal 7 dan 9)
Kegiatan Inti 10’
 Guru mempersilahkan  Siswa
siswa duduk berkelompok membentuk
berdasarkan kelompok kelompok
2. Mengorgan yang telah dibentuk berdasarkan
isasikan sebelumnya. bimbingan dari
siswa  Siswa diberi Buku Kerja guru
untuk Siswa untuk mendiskusikan
belajar bersama kelompoknya
masing-masing
permasalahan 4
:perbandingan sisi-sisi pada
122

segitiga siku-siku dengan


sudut khusus (BKS hal 11-
13), permasalahan 5:
segitiga siku-siku (BKS hal
13-14), permasalahan 6 :
kebun (BKS hal 14-16)
 Guru membimbing dan  Siswa 15’
3. Membimbi
menilai jalannya diskusi melakukan
ng
diskusi sesuai
penyelidika
dengan BKS
n
yang telah
individual
diberikan
maupun
secara
kelompok
berkelompok
 Guru mengarahkan siswa  Perwakilan 15’
untuk mempresentasikan dari masing-
hasil kerja agar siswa dapat masing
mengkomunikasikan hasil kelompok
kerjanya mempresentasi
4. Mengemba
 Guru membimbing dan kan hasil
ngkan dan
menilai jalannya presentasi diskusi
menyajikan
yang dilakukan oleh siswa kelompoknya
hasil karya
 Memberi kesempatan di depan kelas
kepada siswa lain untuk (sesuai BKS).
berpendapat  Siswa lain
menanggapin
ya
Kegiatan Akhir 10’
6. Melakukan tanya jawab  Menanggapi
mengenai hasil presentasi tanya jawab
5. Menganalis 7. Membimbing siswa yang diberikan
is dan menyimpulkan keseluruhan oleh guru
mengevalua dari proses pembelajaran  Siswa
si proses yang telah dilakukan menyimpulkan
pemecahan 8. Refleksi hasil dari
masalah 9. Salam penutup proses
pembelajaran
 Menjawab
salam
Evaluasi 20’
123

H. Evaluasi

Jenis Penilaian : Tes tertulis


Selesaikan Soal Berikut!
1. Sebuah persegi panjang berukuran panjang 24 cm dan panjang diagonalnya 30
cm. Luas persegi panjang tersebut adalah .......
2.
5
3x x

20
Pada gambar
cm di atas, luas segitiga adalah ..........

Rubik Penilaian
Kunci Jawaban Skor
1. 25
D C
30 cm

A 24 cm B

AD2 = BD2 – AB2


AD2 = 302 - 242
AD2 = 900 – 576
AD2 = 324
AD = 18 cm
Luas persegi panjang = panjang X lebar
= 24 X 18
= 432 cm2
2. 25

5
3 x
x

20 cm

5x2 = 202 + 3x2


25x2 = 400 + 9x2
25x2 – 9x2 = 400
124

16x2 = 400
x2 =
x2 = 25
x=5
luas segitiga = × (3 × 5) × (20)
= × 15 × 20
= 150 cm2

Skor Total 50
Skor yang diperoleh 100
NILAI =  100
Skor maksimal

Madiun, …………….
Mengetahui,
Guru Matematika SMPN 4 Madiun Peneliti,

Dewi Agust Setyawati Anik Puji Wahyuni


125

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 2
Buku Kerja Siswa Problem Based Learning

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
126

(BKS)
Problem Based Learning

MATEMATIKA
Kelas VIII SMP

TEOREMA PYTHAGORAS
127

A. Standar Kompetensi

Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

5.1 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi

segitiga siku-siku.

5.2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan

Teorema Pythagoras.

C. Indikator

1. Menemukan Teorema Pythagoras

2. Menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus

3. Tripel Pythagoras

4. Menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi

lainnya diketahui

5. Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan teorema

pythagoras

D. Tujuan Pembelajaran

1. Dapat menemukan Teorema Pythagoras.

2. Dapat menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus.

3. Dapat menentukan Tripel Pythagoras.

4. Dapat menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi

lainnya diketahui

5. Dapat memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan

teorema pythagoras
128

1
Masih ingatkah kamu tentang

Apa yang akan kita pelajari? rumus luas persegi?


 Menemukan teorema ........................................................
pythagoras
 Menyatakan teorema Jika diketahui panjang sisi 5 m,
pythagoras dalam tentukan luas persegi!
bentuk rumus
 Tripel pythagoras .......................................................
.......................................................
.......................................................

Permasalahan 1: Jejak Kaki


Rayhan sedang bermain-main di atas tanah basah. Ia membuat jejak kaki seperti
pada gambar di bawah ini.
Rayhan menapakkan kakinya ke arah selatan sebanyak 8 kali, kemudian
dilanjutkan ke arah timur sebanyak 6 kali. Dalam menapakkan kakinya, Rayhan
menempelkan tumit kaki kirinya pada ujung kaki kanannya, kemudian tumit kaki
kanannya ditempelkan pada ujung kaki kirinya, dan seterusnya. Berapa kali
Rayhan harus menapakkan kakinya jika ia mulai berjalan langsung tanpa berbelok
dari tempat semula ke tempat terakhir?(seperti yang ditunjukkan pada garis putus-
putus di bawah)
129

Kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan. Jika satu kotak mewakili 1 telapak
kaki Rayhan, maka perjalanan Rayhan dapat dengan mudah digambarkan pada
kertas berpetak sebagai berikut.

Berilah nama pada segitiga tersebut.


Apakah gambar tersebut berupa segitiga siku-siku? .................................................
Tunjukkan sisi yang saling tegak lurus? ...................................................................
Tunjukkan sisi yang lain/sisi miring? .......................................................................
Apakah hipotenusa/sisi miring merupakan sisi terpanjang? .....................................
Selanjutnya gambarkan persegi yang sesuai dengan panjang ketiga sisi segitiga
tersebut. Berapa luas persegi dari masing-masing segitiga tersebut? .......................
....................................................................................................................................
Apakah jumlah luas dua persegi yang kecil sama dengan luas persegi yang
terbesar? ....................................................................................................................
130

Hubungan apa yang dapat anda simpulkan?

Kesimpulan:
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

Permasalahan 2: Segitiga Siku-Siku Sama Kaki


∆ KLM pada gambar di bawah ini adalah segitiga siku-siku sama kaki dengan
MK = ML = a dan KL = b dan tinggi segitiga tersebut adalah c.
a. Tuliskan rumus teorema pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga
KMN.
b. Tuliskan rumus teorema pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga
LMN.

K
b

a N

M L
a

Amati gambar segitiga di atas.


Tunjukkan sisi-sisi yang tegak lurus? ...........................................................
Tunjukkan sisi yang lain/Sisi miring? ...........................................................
Apakah hipotenusa/sisi miring merupakan sisi terpanjang? .........................
Setelah memahami arti dan bentuk Teorema Pythagoras dari permasalahan
1. Kemudian tuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku pada sisi-
sisi segitiga KML? ........................................................................................
131

Dan tuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi


segitiga KMN? ..............................................................................................
Serta tuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi
segitiga LMN? ...............................................................................................
Apa hubungan dari kedua segitiga tersebut ? ................................................
........................................................................................................................
Bagaimana rumus teorema pythagoras yang dapat dituliskan dari gambar
segitiga KLM? ...............................................................................................
Apa yang dapat anda simpulkan tentang ∆ KMN dan ∆ LMN? Jelaskan!

Kesimpulan:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Permasalahan 3: jenis segitiga


a. Tunjukkan bahwa segitiga yang berukuran 4 cm, 3 cm, dan 5 cm adalah
segitiga siku-siku!
Penyelesaian:
Kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan untuk menggambarkan
segitiga tersebut. Jika satu kotak mewakili 1 cm dapat dengan mudah
digambarkan pada kertas berpetak sebagai berikut.
132

Amati gambar segitiga yang anda buat!


Beri nama pada segitiga dengan ∆ ABC.
Apakah permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan
teorema pythagoras? ......................................................................................
Jika “bisa” bagaimana cara mencarinya? ......................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Karena, ..............................., maka segitiga tersebut adalah .........................
Jelaskan jawaban anda! .................................................................................
........................................................................................................................
Tunjukkan sisi siku-sikunya? ........................................................................
Serta tunjukkan sisi yang lain/sisi miring? ....................................................
Apakah hipotenusa/sisi miring adalah sisi terpanjang? .................................

Kemudian apa yang dapat anda simpulkan

Kesimpulan:
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................

b. Suatu segitiga berukuran 7 cm, 9 cm, dan 10 cm. Apakah segitiga itu siku-
siku?
Penyelesaian:
Kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan untuk menggambarkan
segitiga tersebut. Jika satu kotak mewakili 1 cm dapat dengan mudah
digambarkan pada kertas berpetak sebagai berikut.
133

Amati gambar segitiga yang anda buat!


Beri nama pada segitiga dengan ∆ ABC.
Apakah permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan
teorema pythagoras? ......................................................................................
Jika “bisa” bagaimana cara mencarinya? ......................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Karena, ...................., maka segitiga tersebut adalah ....................................
jelaskan jawaban anda! ..................................................................................
........................................................................................................................
Sebutkan sisi yang saling tegak lurus? ..........................................................
Sebutkan sisi lain/sisi miring? .......................................................................
Kemudian apa yang dapat anda simpulkan

Kesimpulan:
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
134

1. Seorang lelaki harus berenang melintasi sungai selebar 12 m agar dapat


sampai ke pohon pisang yang terletak di seberang sungai. Namun, pada
jarak 9 m disebelah kanan pohon pisang itu terdapat seekor buaya. Berapa
jarak buaya dari lelaki itu? (misalkan A = posisi awal lelaki, B = pohon
pisang, C = seekor buaya)
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
135

2. Perhatikan gambar trapesium berikut. Dari gambar tersebut, sebuah


trapesium sebarang ABCD memiliki ukuran seperti pada gambar.

D 15 C
cm

10cm

A 6 cm E F 6 cm B

Tentukan:
a. Tinggi trapesium
b. Panjang BC
c. Keliling trapesium ABCD
d. Luas trapesium ABCD
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
136

................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................

3. Diberikan pannjang sisi-sisi dari sebuah segitiga seperti di bawah ini.


Selidikilah berupa segitiga lancip, siku-siku atau tumpulkah segitiga yang
mempunyai panjang sisi-sisi sebagai berikut.
a. 2, 3, 5
b. 8, 10, 11
c. 5, 12, 13
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
137

................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................

4. Pada kubus ABCD.EFGH panjang AB = 8 cm. Hitunglah luas ∆ ABH!


H G

E F

C
D
A B
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
138

Apa yang akan kita pelajari?


 Menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua
sisi lainnya diketahui
 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan
teorema pythagoras

Permasalahan 4: perbandingan sisi-sisi pada segitiga siku-


siku dengan sudut khusus

Sebelum membahas tentang permasalahan perbandingan sisi-sisi pada


segitiga siku-siku dengan sudut khusus pahami gambar berikut!
Gambar di samping adalah ∆ ABC sama sisi dan CD adala h garis tinggi, maka:
AB = ........ = ....... C
 BAC = ........ = ....... = ......
30° 30°
 ACD = ...... = .......
AD = ...... = ........, atau
AD = ......... = ........, sebab AB = AC, dan
60° 60°
AD = ...... = ..........., sebab AB = BC.
A D B

Jika ∆ ADC pada gambar di atas terpisah, maka diperoleh seperti gambar di
bawah ini. C

30°

A 60°
D

 ACD = ...... dan  DAC = .........


139

AD = .........
Gambar di atas menunjukkan ∆ ABC siku -siku dengan besar  ACB = ....... dan
 ABC = ....... Jika panjang BC = ....... satuan, maka
AB = ........ × ......
= ....... × .......
= ......
Jadi,...................................satuan
BC2 = AB2 + AC2
........ = ....... + .......
AC2 = ....... - .........
= ..........
AC = ..........
Jadi, AC = ........... satuan

Ingat:
C perbandingan antara panjang sisi di
hadapan 30°, sisi miring, dan sisi di
60° hadapan 60° adalah 1 : 2 : √3.
Atau
AC : BC : AB = 1 : 2 : √3

30°
A B

a. Sudut 30º dan 60º


Perhatikan gambar di bawah ini. Gambar segitiga di bawah ini adalah segitiga
sama sisi dengan AB = BC = AC = 2x cm dan  A =  B =  C = 60º.

30°30°

60°
A B
140

Karena CD tegak lurus AB, maka CD merupakan garis tinggi sekaligus garis
bagi  C, sehingga
 ACD = ........ = .......
Diketahui  ADC = ........ = .........
Titik D adalah titik tengah AB, di mana AB = ..... cm, sehingga panjang BD =
..... cm.
Perhatikan ∆ CBD.
Dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh
CD2 = .......... - .............
CD = √… . . − ⋯ … .
= √… … − … …
= √… … . − ⋯ . .
= √… … .
= .......
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
BD : CD : BC = ........ : ......... : ........
=......... : .......... : ........
Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang
berkaitan dengan segitiga siku-siku khusus.
b. Sudut 45º.
Perhatikan gambar di bawah.
Segitiga ABC pada gambar di bawah adalah segitiga siku-siku sama kaki.
Sudut B siku-siku dengan panjang AB = BC = x cm dan  A =  C = 45º.
A

45°

45°
B C
X cm
141

Dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh


AC2 = ......... + .......
AC = √… … + … …
= √… … + … …
= √… …
= ......
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
AB : BC : AC = ...... : ....... : .........
= ....... : ..... : ......
Permasalahan:
a. Pada gambar disamping, ∆ ABC siku-siku di A dengan panjang BC = 6 cm dan
besar  B = 30º. Hitunglah: C
1) Panjang AB
2) Panjang AC
30°
A B
Penyelesaian:
1) Sesuai yang telah diketahui, hitunglah panjang AB?
......... : ........ = ........ : .........
......... : ........ = ........ : .........
......... × ....... = ....... × ........
.......... = ........
......... = ......... = ...........
Jadi, panjang AB = ....... cm.
2) ........ = ............
......... = ........... × ..........
......... = .........
Jadi, panjang AC = ...............
b. Diketahui ∆ ABC siku-siku dengan panjang AB = 4 cm dan besar  B = 45º.
Hitunglah panjang BC!
Penyelesaian:
Sesuai yang telah diketahui, hitunglah panjang AB?
142

............ : ........... = ........... : ..........


............ : .......... = ............. : .........
............ = ............
Jadi, panjang BC =.................

Permasalahan 5: Segitiga Siku-Siku


Diketahui ∆ XYZ siku-siku di Y dengan panjang sisi XY = 9 cm dan XZ = 15cm.
a. Gambarlah sketsa segitiga tersebut
b. Berapakah panjang sisi kaki satunya?

Kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan untuk menggambarkan segitiga


tersebut. Jika satu kotak mewakili 1 cm, maka dapat dengan mudah digambarkan
pada kertas berpetak sebagai berikut.

Amati gambar segitiga di atas.


Tunjukkan sisi yang tegak lurus? ..............................................................................
Tunjukkan sisi yang lain/sisi miring? .......................................................................
Apakah hipotenusa/sisi miring merupakan sisi terpanjang? .....................................
Setelah memahami arti dan bentuk Teorema Pythagoras dari permasalahan
sebelumnya. Kemudian tuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku pada
sisi-sisi segitiga tersebut? ..........................................................................................
143

Berapakah panjang sisi kaki segitiga yang satunya tersebut? ...................................


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Kesimpulan:
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

Permasalahan 6: Kebun
Pak Sitorus mempunyai kebun berbentuk segiempat seperti pada gambar di
bawah yang akan ditanami sayuran.

a. Gambarlah kebun Pak Sitorus.


b. Bagaimanakah caramu mencari luas kebun Pak sitorus?jelaskan
jawabanmu!
c. Berapakah banyaknya pupuk yang harus dibeli Pak Sitorus, jika 1 m2 lahan
memerlukan pupuk 0,5 kg?

Apakah kita bisa menggunakan kertas berpetak sebagai bantuan untuk


menyelesaikan permasalahan di atas? ...................................................................
Jika satu kotak mewakili 1 m, maka kebun Pak Sitorus dapat digambarkan dengan
mudah pada kertas berpetak sebagai berikut.
144

Apakah bantuan gambar pada kertas berpetak membantu memudahkan anda?


.................................................................................................................................
Apakah permasalahan di atas bisa diselesaikan menggunakan rumus Teorema
Pythagoras? .............................................................................................................
Kemudian bagaimana caranya mencari luas kebun Pak Sitorus?
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Jelaskan jawabanmu! ..............................................................................................
.................................................................................................................................
Setelah menemukan luas kebun Pak Sitorus, berapa banyak pupuk yang harus
dibeli Pak Sitorus, jika 1 m2 lahan memerlukan pupuk 0,5 kg? .............................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................

Apakah yang dapat anda simpulkan dari permasalahan yang ke 6 ini!

Kesimpulan:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
................................................................................................................................
145

1. Budi akan mananam pohon di sekiling kebunnya yang berbentuk seperti


gambar di samping. Jarak antara pohon yang satu dengan yang lain adalah
1 m. CD  ED.
B 14 m a. Gunakan ∆ CDE untuk
C
menentukan panjang AB,
12 karena AB = EC!
m b. Tentukan keliling kebun
Budi?
D
5m
A E

Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
146

2. Berapakah luas daerah dari bangun-bangun di bawah ini.


a.
N 2 M
0
13

K 25 L
C
b.
13
B D
24
20

Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
147

................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................

3. Pada persegi panjang PQRS di bawah, panjang diagonal QS = 12 cm, dan


besar  PSQ = 60°.

S R

60°

P Q
Hitunglah:
a. Panjang PQ
b. Panjang PS
c. Luas persegi panjang PQRS
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
..............................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
148

................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
149

Alat Dan Sumber Belajar


Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2007. Matematika untuk SMP Kelas
VIII. Jakarta: Erlangga
Agus, Nuniek Avianti. 2007. Mudah Belajar MATEMATIKA untuk Kelas
VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Nasional
Rahaju, E.B, dkk. 2007. Contextual Teaching and Learning Matematika
Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
150

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 2
Buku Pedoman Guru Problem Based Learning

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
151

(BPG)
Problem Based Learning

MATEMATIKA
Kelas VIII SMP

TEOREMA PYTHAGORAS
152

A. Standar Kompetensi

Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

5.1 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi

segitiga siku-siku.

5.2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan

Teorema Pythagoras.

C. Indikator

1. Menemukan Teorema Pythagoras

2. Menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus

3. Tripel Pythagoras

4. Menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi

lainnya diketahui

5. Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan teorema

pythagoras

D. Tujuan Pembelajaran

1. Dapat menemukan Teorema Pythagoras.

2. Dapat menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus.

3. Dapat menentukan Tripel Pythagoras.

4. Dapat menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi

lainnya diketahui

5. Dapat memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan

teorema pythagoras
153

I. Deskripsi Pembelajaran Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah suatu pembelajaran yang diawali dengan

pemberian masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa,

pemecahan masalah diselesaikan secara kelompok sehingga membutuhkan

komunikasi yang baik antar kelompok.

II. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

Dalam Problem Based Learning, para siswa bekerja dalam 5 tahap, yaitu:

Tahap 1 : Orientasi Siswa pada Masalah

a. Siswa berusaha memunculkan banyak alternatif jawaban

dari pertanyaan yang diajukan oleh guru

b. Siswa mendengarkan dan menanggapi informasi dari guru

sebagai bekal pemecahan masalah.

Tahap 2 : Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar

a. Siswa membentuk kelompok berdasarkan bimbingan dari

guru

b. Siswa mengungkapkan ide atau gagasan yang dimilikinya

untuk mencari penyelesaiannya

Tahap 3 : Membimbing Pengalaman Individu/Kelompok

a. Siswa melakukan diskusi sesuai dengan BKS yang telah

diberikan secara berkelompok

b. Siswa boleh meminta bantuan guru bila mengalami

kesulitan
154

c. Siswa menyimpulkan jawaban dari hasil penyelesaian

d. Siswa mencatat kesimpulan pada buku siswa

e. Siswa mengerjakan BKS

Tahap 4 : Mengembangkan Dan Menyajikan Hasil Karya

a. Perwakilan dari masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan

kelas (sesuai BKS)

b. Siswa lain menanggapinya

Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah

a. Siswa menanggapi hasil presentasi dari kelompok penyaji

b. Siswa menyimpulkan hasil dari proses pembelajaran

III. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Problem

Based Learning pada sub pokok bahasan Teorema Pythagoras sebagai

berikut:

1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Buku Kerja Siswa (BKS)


155

1
Masih ingatkah kamu tentang

Apa yang akan kita pelajari? rumus luas persegi?


 Menemukan teorema ........................................................
pythagoras Jika diketahui panjang sisi 5 m,
 Menyatakan teorema
pythagoras dalam tentukan luas persegi!
bentuk rumus .......................................................
 Tripel pythagoras .......................................................
.......................................................
.......................................................
........................................................

Permasalahan 1: Jejak Kaki


Rayhan sedang bermain-main di atas tanah basah. Ia membuat jejak kaki seperti
pada gambar di bawah ini.
Rayhan menapakkan kakinya ke arah selatan sebanyak 8 kali, kemudian
dilanjutkan ke arah timur sebanyak 6 kali. Dalam menapakkan kakinya, Rayhan
menempelkan tumit kaki kirinya pada ujung kaki kanannya, kemudian tumit kaki
kanannya ditempelkan pada ujung kaki kirinya, dan seterusnya. Berapa kali
Rayhan harus menapakkan kakinya jika ia mulai berjalan langsung tanpa berbelok
dari tempat semula ke tempat terakhir?(seperti yang ditunjukkan pada garis putus-
putus di bawah)
156

Kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan. Jika satu kotak mewakili 1 telapak
kaki Rayhan, maka perjalanan Rayhan dapat dengan mudah digambarkan pada
kertas berpetak sebagai berikut.

A B

Berilah nama pada segitiga tersebut.


Apakah gambar tersebut berupa segitiga siku-siku? ya
Tunjukkan sisi yang tegak lurus? AB dan AC
Tunjukkan sisi yang lain/sisi miring? BC
Apakah hipotenusa/sisi miring merupakan sisi terpanjang? Ya, hipotenusa
merupakan sisi terpanjang
Selanjutnya gambarkan persegi yang sesuai dengan panjang ketiga sisi segitiga
tersebut. Berapa luas persegi dari masing-masing segitiga tersebut? Sisi AB
luasnya 36 cm, sisi AC luasnya 64 cm, dan sisi BC luasnya 100 cm.
Apakah jumlah luas dua persegi yang kecil sama dengan luas persegi yang
terbesar? Iya, jumlah dua persegi yang kecil sama dengan luas persegi yang besar
157

Hubungan apa yang dapat anda simpulkan?

Kesimpulan:
Jumlah luas dua persegi yang kecil sama dengan luas persegi yang besar

Permasalahan 2: Segitiga Siku-Siku Sama Kaki


∆ KLM pada gambar di bawah ini adalah segitiga siku-siku sama kaki dengan
MK = ML = a dan KL = b dan tinggi segitiga tersebut adalah c.
a. Tuliskan rumus teorema pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga
KMN.
b. Tuliskan rumus teorema pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga
LMN.

K
b

a N

M L
a

Amati gambar segitiga di atas.


Sebutkan sisi-sisi yang tegak lurus? KM dan ML
Sebutkan sisi yang lain/Sisi miring? KL
Dalam segitiga siku-siku sama kaki di atas. Apakah hipotenusa/sisi miring
merupakan sisi terpanjang? ya
Setelah memahami arti dan bentuk Teorema Pythagoras dari permasalahan
1. Kemudian tuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku pada sisi-
sisi segitiga KMN? KM2 = MN2 + KN2
158

Dan tuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi


segitiga LMN? LM2 = LN2 + MN2
Apa hubungan dari kedua segitiga tersebut ? segitiga KMN dan LMN jika
digabungkan akan menjadi segitiga KLM
Bagaimana rumus teorema pythagoras yang dapat dituliskan dari gambar
segitiga KLM? b2 = a2 + a2

Apa yang dapat kamu simpulkan tentang ∆ KMN dan ∆ LMN? Jelaskan!

Kesimpulan:
Dua segitiga samakaki yaitu ∆ KMN dan ∆ LMN jika dihimpitkan atau
digabungkan akan membentuk segitiga siku-siku di titik M. Dengan panjang
sisi kedua segitiga sama kaki itu sama besar.

Permasalahan 3: jenis segitiga


a. Tunjukkan bahwa segitiga yang berukuran 4 cm, 3 cm, dan 5 cm adalah
segitiga siku-siku!
Penyelesaian:
Kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan untuk menggambarkan
segitiga tersebut. Jika satu kotak mewakili 1 cm dapat dengan mudah
digambarkan pada kertas berpetak sebagai berikut.

4 cm 5 cm

A 3 cm B

Amati gambar segitiga yang anda buat!


Beri nama pada segitiga dengan ∆ ABC.
159

Apakah permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan


teorema pythagoras? Iya bisa
Jika “bisa” bagaimana cara mencarinya? Misalkan sisi terpanjang BC,
maka AB = 3, AC = 4, dan BC = 5
BC2 = 52 = 25
AB2 + AC2 = 32 + 42
= 9 + 16
= 25
Karena, BC2 = AB2 + AC2, maka segitiga tersebut adalah segitiga siku-
siku
Jelaskan jawaban anda! Karena BC2 = AB2 + AC2 maka jelas segitiga
tersebut siku-siku
Tunjukkan sisi siku-sikunya? Jadi sisi siku-sikunya AB dan AC
Serta tunjukkan sisi yang lain/sisi miring? BC
Apakah hipotenusa/sisi miring adalah sisi terpanjang? Iya hipotenusa
merupakan sisi terpanjang

Kemudian apa yang dapat anda simpulkan

Kesimpulan:
Jika ketiga sisi suatu segitiga diketahui panjangnya maka dengan
kebalikan teorema pythagoras kita dapat menentukan jenis segitiga
tersebut.

b. Suatu segitiga berukuran 7 cm, 9 cm, dan 10 cm. Apakah segitiga itu siku-
siku?
Penyelesaian:
Kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan untuk menggambarkan
segitiga tersebut. Jika satu kotak mewakili 1 cm dapat dengan mudah
digambarkan pada kertas berpetak sebagai berikut.
160

9 cm 10 cm

A 7 B
cm

Amati gambar segitiga yang anda buat!


Beri nama pada segitiga dengan ∆ ABC.
Apakah permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan
teorema pythagoras? Iya, dapat diselesaikan dengan teorema pythagoras
Jika “bisa” bagaimana cara mencarinya? Misalkan sisi terpanjang BC,
maka AB = 7, AC = 9, dan BC = 10
BC2 = 102 = 100
AB2 + AC2 = 72 + 92
= 49 + 81
= 130
Karena, BC2 ≠ AB2 + AC2, maka segitiga tersebut adalah bukan segitiga
siku-siku
jelaskan jawaban anda! Karena BC2 < AB2 + AC2, maka segitiga tersebut
adalah segitiga lancip
Sebutkan sisi yang saling tegak lurus? Tidak ada
Sebutkan sisi lain/sisi miring? Tidak ada

Kemudian apa yang dapat anda simpulkan

Kesimpulan:
Jika ketiga sisi suatu segitiga diketahui panjangnya maka dengan
kebalikan teorema pythagoras kita dapat menentukan jenis segitiga
tersebut.
161

1. Seorang lelaki harus berenang melintasi sungai selebar 12 m agar dapat


sampai ke pohon pisang yang terletak di seberang sungai. Namun, pada
jarak 9 m disebelah kanan pohon pisang itu terdapat seekor buaya. Berapa
jarak buaya dari lelaki itu? (misalkan A = posisi awal lelaki, B = pohon
pisang, C = seekor buaya)
Jawab:
Diketahui : AB = lebar sungai = 12 m
BC = jarak buaya ke pohon pisang = 9 m
Ditanyakan : jarak buaya dari lelaki = ...?
Penyelesaian :
A

?
12 m

B C
9m
AC = AB + BC2
2 2

AC2 = 122 + 92
AC2 = 144 + 81
AC2 = 225
AC = √225
AC = 15
Jadi, jarak buaya dari lelaki adalah 15 m

2. Perhatikan gambar trapesium berikut. Dari gambar tersebut, sebuah


trapesium sebarang ABCD memiliki ukuran seperti pada gambar.
162

D 15 C
cm

10
cm

A 6 cm E F 6 cm B

Tentukan:
a. Tinggi trapesium
b. Panjang BC
c. Keliling trapesium ABCD
d. Luas trapesium ABCD
Jawab:
Diketahui : panjang CD = 15 cm
panjang AD = 10 cm
panjang AE = 6 cm
Ditanyakan : a. Tinggi trapesium = .....?
b. Panjang BC = .....?
c. KTrapesium = .....?
d. LTrapesium = .....?
Penyelesaian : a. Tinggi trapesium = panjang DE
DE2 = AD2 – AE2
DE2 = 102 - 62
DE2 = 100 – 36
DE2 = 64
DE = √64
DE = 8
Jadi, tinggi trapesium adalah 8 cm
b. AD = BC = 10 cm
c. Ktrapesium = AB + BC + CD + DA
= 27 + 10 + 15 + 10
= 62 cm
163

d. Ltrapesium = ×( + )×

= × (27 + 15) × 8

= 4 × 42
= 168 cm2
Jadi, luas trapesium adalah 168 cm2

3. Diberikan panjang sisi-sisi dari sebuah segitiga seperti di bawah ini.


Selidikilah berupa segitiga lancip, siku-siku atau tumpulkah segitiga yang
mempunyai panjang sisi-sisi sebagai berikut.
a. 2, 3, 5
b. 8, 10, 11
c. 5, 12, 13
Jawab:
Diketahui : a. 2, 3, 5
b. 8, 10, 11
c. 5, 12, 13
Ditanyakan : apakah berupa segitiga lancip, siku-siku atau tumpul
segitiga yang memiliki panjang sisi tersebut = .....?
Penyelesaian : a.
5
2

3
52 = 22 + 32
25 = 4 + 9
25 ≠ 13
Karena 25 ≠ 4 + 9, maka segitiga tersebut bukan
segitiga siku-siku. 25 > 4 + 9 maka segitiga tersebut
adalah segitiga tumpul
164

b. 11
8

10
112 = 102 + 82
121 = 100 + 64
121 ≠ 164
Karena 121 ≠ 100 + 64, maka segitiga tersebut
bukan segitiga siku-siku. karena 121 < 100 + 64,
maka segitiga tersebut adalah segitiga lancip

c.

12 13

5
2 2 2
13 = 5 + 12
169 = 25 + 144
169 = 169
Karena 169 = 25 + 144, maka segitiga itu segitiga
siku-siku.

4. Pada kubus ABCD.EFGH panjang AB = 8 cm. Hitunglah luas ∆ ABH!

H G

E F

C
D
A B
165

Jawab:
Diketahui : panjang sisi/panjang AB = 8 cm
Ditanyakan : luas ∆ ABH = .....?
Penyelesaian :
E H

A D
Dari gambar di atas terlihat bahwa segitiga ADH, segitiga
siku-siku di D sehingga :
AH2 = AD2 + DH2
AH2 = 82 + 82
= 64 + 64
= 128
AH = √128
AH = √64 × 2
AH = 8√2

H G

A B

Dari gambar di atas terlihat bahwa segitiga ABH segitiga


siku-siku di A sehingga :
Luas ∆ ABH = × ×

= × 8 × 8√2

= 32√2
Jadi, luas ∆ ABH adalah 32√2
166

Apa yang akan kita pelajari?


 Menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua
sisi lainnya diketahui
 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan
teorema pythagoras

Permasalahan 4: perbandingan sisi-sisi pada segitiga siku-siku


dengan sudut khusus

Gambar di samping adalah ∆ ABC sama sisi dan CD adalah garis tinggi, maka:
AB = BC = AC. C
 BAC =  ABC =  ACB = 60°
 ACD =  BCD = 30°. 30°30°

AD = BD = AB, atau

AD = BD = AC, sebab AB = AC, dan


60° 60° B
AD = BD = BC, sebab AB = BC. A D

Jika ∆ ADC pada gambar di atas terpisah, maka diperoleh seperti gambar di
bawah ini. C

30°

A 60°
D

 ACD = 30° dan  DAC = 60°.


167

AD = AC.

Gambar di atas menunjukkan ∆ ABC siku-siku dengan besar  ACB = 30° dan 
ABC = 60°. Jika panjang BC = 2 satuan, maka
AB = ×

= ×2

=1
Jadi, panjang AB = 1 satuan
BC2 = AB2 + AC2
22 = 12 + AC2
AC2 = 4 – 1
=3
AC = √3
Jadi, AC = √3 satuan

Ingat:
C perbandingan antara panjang sisi di
hadapan 30°, sisi miring, dan sisi di
60° hadapan 60° adalah 1 : 2 : √3.
Atau
AC : BC : AB = 1 : 2 : √3

30°
A B

a. Sudut 30º dan 60º


Perhatikan gambar di bawah ini. Gambar segitiga di bawah ini adalah segitiga
sama sisi dengan AB = BC = AC = 2x cm dan  A =  B =  C = 60º.
C

30°30°

60°
A B
168

Karena CD tegak lurus AB, maka CD merupakan garis tinggi sekaligus garis bagi
 C, sehingga
 ACD =  BCD = 30º.
Diketahui  ADC =  BDC = 90º.
Titik D adalah titik tengah AB, di mana AB = 2x cm, sehingga panjang BD = x
cm.
Perhatikan ∆ CBD.
Dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh
CD2 = BC2 – BD2
CD = √ −
= (2 ) −
= √4 −
= √3
= x√3
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
BD : CD : BC = x : x√3 : 2x
= 1 : √3 : 2.
Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan segitiga siku-siku khusus.
b. Sudut 45º.
Perhatikan gambar disamping.
Segitiga ABC pada gambar disamping adalah segitiga siku-siku sama kaki. Sudut
B siku-siku dengan panjang AB = BC = x cm dan  A =  C = 45º.
A

45°

45°
B C
X cm
169

Dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh


AC2 = AB2 + BC2
AC = √ +
=√ +
= √2
= x√2
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
AB : BC : AC = x : x : x√2
= 1 : 1 : √2.
Permasalahan:
a. Pada gambar disamping, ∆ ABC siku-siku di A dengan panjang BC =
6 cm dan besar  B = 30º. Hitunglah: C
1) Panjang AB
2) Panjang AC
Penyelesaian: 30°
A B
1) Dari gambar diatas diperoleh perbandingan
AC : AB : BC = 1 : √3 : 2 sehingga
BC : AB = 2 : √3
6 : AB = 2 : √3
6 × √3 = AB × 2
6√3 = 2AB

AB = = 3√3

Jadi, panjang AB = 3√3


2) AC : BC = 1 : 2
AC : 6 = 1 : 2
2AC = BC
AC = BC sehingga

AC = BC
170

AC = × 6

AC = 3
Jadi, panjang AC = 3 cm.
b. Diketahui ∆ ABC siku -siku dengan panjang AB = 4 cm dan besar  B
= 45º. Hitunglah panjang BC!
Penyelesaian:
BC : AB = √2 : 1
BC : 4 = √2 : 1
BC = 4√2
Jadi, panjang BC = 4√2 cm

Permasalahan 5: Segitiga Siku-Siku


Diketahui ∆ XYZ siku-siku di Y dengan panjang sisi XY = 9 cm dan XZ = 15cm.
a. Gambarlah sketsa segitiga tersebut.
b. Berapakah panjang sisi kaki satunya?

Kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan untuk menggambarkan segitiga


tersebut. Jika satu kotak mewakili 1 cm, maka dapat dengan mudah digambarkan
pada kertas berpetak sebagai berikut.

Y Z

Amati gambar segitiga di atas.


Tunjukkan sisi yang tegak lurus? XY dan YZ
171

Tunjukkan sisi yang lain/sisi miring? XZ


Apakah hipotenusa/sisi miring merupakan sisi terpanjang? ya
Setelah memahami arti dan bentuk Teorema Pythagoras dari permasalahan
sebelumnya. Kemudian tuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku pada
sisi-sisi segitiga tersebut? XZ2 = XY2 + YZ2
Berapakah panjang sisi kaki segitiga yang satunya tersebut?
XZ2 = XY2 + YZ2
152 = 92 + YZ2
225 = 81 + YZ2
225 – 81 = YZ2
144 = YZ2
12 = YZ

Kesimpulan:
Dari soal di atas diketahui panjang XY = 9 cm dan panjang XZ = 15 cm,
dengan rumus teorema pythagoras dapat dicari panjang YZ nya yaitu 12 cm

Permasalahan 6: Kebun
Pak Sitorus mempunyai kebun berbentuk segiempat seperti pada gambar di
bawah yang akan ditanami sayuran.

a. Gambarlah kebun Pak Sitorus.


172

b. Bagaimanakah caramu mencari luas kebun Pak sitorus?jelaskan


jawabanmu!
c. Berapakah banyaknya pupuk yang harus dibeli Pak Sitorus, jika 1 m2 lahan
memerlukan pupuk 0,5 kg?

Bisakah kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan. Jika satu kotak mewakili 2
m, maka kebun Pak Sitorus dapat digambarkan dengan mudah pada kertas
berpetak sebagai berikut.

10 m

39 m

25 m

Apakah bantuan gambar pada kertas berpetak membantu memudahkan anda? Ya


Apakah bisa menggunakan rumus Teorema Pythagoras? bisa
Kemudian bagaimana caranya mencari luas kebun Pak Sitorus? Kebun yang
berbentuk trapesium tersebut dibuat dua bagian seperti pada gambar diatas,
sehingga bisa dicari luas dari kebun tersebut. Luas pertama persegi panjang,
luas kedua segitiga. Sebelum menghitung luas tersebut dicari dahulu panjang sisi
tegak traperium dengan teorema pythagoras 392 – 152 = 1521 – 225 = √1296 =
36 , luas persegi panjang = 36 × 10 = 360 , luas segitiga = × 15 ×
36 = 270
Jelaskan jawabanmu! Sehingga untuk mencari luas keseluruhan kebun tersebut
adalah luas persegi panjang + luas segitiga = 360 + 270 = 630 m
Setelah menemukan luas kebun Pak Sitorus, berapa banyak pupuk yang harus
dibeli Pak Sitorus, jika 1 m2 lahan memerlukan pupuk 0,5 kg? Untuk mencari
173

banyak pupuk yang harus dibeli, berarti tinggal mengalikan 630 × 0,5 =
315 pupuk yang harus dibeli untuk seluruh kebun.

Apakah yang dapat anda simpulkan dari permasalahan yang ke 4 ini!

Kesimpulan:
Untuk mencari luas bangun di atas dapat dilakukan dengan membagi bangun
tersebut dengan ukuran yang sesuai kemudian mencari dengan rumus pythagoras
jika dapat digunakan, baru dapat menghitung jumlah luas keseluruhan.

1. Budi akan mananam pohon di sekiling kebunnya yang berbentuk seperti


gambar di samping. Jarak antara pohon yang satu dengan yang lain adalah
1 m. CD  ED.
B 14 m a. Gunakan ∆ CDE untuk
C
menentukan panjang AB,
12 karena AB = EC.
m b. Tentukan keliling kebun
Budi?
D
5m
A E
174

Jawab:
Diketahui : BC = 14 m, CD = 12 m, DE = 5 m
Ditanyakan : a. Panjang AB = ...?
b. keliling kebun = ....?
Penyelesaian : a. CE2 = CD2 + DE2
CE2 = 122 + 52
CE2 = 144 + 25
CE2 = 169
CE = 13
Jadi, panjang AB = 13 m
b. keliling kebun = AB + BC + CD + DE + EA
= 13 + 14 + 12 + 5 +14
= 58 m
Jadi, keliling kebun adalah 58 m

2. Berapakah luas daerah dari bangun-bangun di bawah ini.


a.
N 2 M
0
13

K 25 L

C
b.
13
B D
24
20

A
175

Jawab:
Diketahui : a. NM = 20, ML = 13, KL = 25
b. AD = 5, BC = 10
Ditanyakan : luas daerah dari bangun-bangun tersebut = ....?
Penyelesaian :
a. N 20 M

13

L
K 25 O
MO = ML – LO2
2 2

MO2 = 132 - 52
MO2 = 169 – 25
MO2 = 144
MO = 12
Luas trapesium = × 12 × (20 + 25)
= 6 × 45
= 270 cm2

b. BE = BD
BE = 12
AE2 = AB2 – BE2
AE2 = 202 - 122
AE2 = 400 – 144
AE2 = 256
AE = 16
CE2 = BC2 – BE2
CE2 = 132 - 122
CE2 = 169 – 144
CE2 = 25
CE = 5
AC = AE + CE
AC = 16 + 5
AC = 21
Luas Layang-layang = × 1 × 2
176

= × ×
= × 24 × 21
= 252 cm2

3. Pada persegi panjang PQRS di bawah, panjang diagonal QS = 12 cm, dan


besar  PSQ = 60°.

S R

60°

P Q

Hitunglah:
a. Panjang PQ
b. Panjang PS
c. Luas persegi panjang PQRS
Jawab:
Diketahui : panjang diagonal QS = 12 cm
 PSQ = 60°
Ditanyakan : a. panjang PQ = ......?
b. Panjang PS = ......?
c. Luas persegi panjang PQRS = .....?
Penyelesaian :
a. PQ : QS = √3 : 2
PQ : 12 = √3 : 2
PQ × 2 = 12 × √3
2PQ = 12√3

PQ =

PQ = 6√3 cm
b. PS =
177

= × 12

= 6 cm
c. Luas persegi panjang PQRS = ×
= PQ × PS
= 6√3 × 6
= 36√3 cm2
178

Daftar Pustaka
Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2007. Matematika untuk SMP Kelas
VIII. Jakarta: Erlangga.
Agus, N. A. 2007. Mudah Belajar MATEMATIKA untuk Kelas VIII.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahaju, E.B, dkk. 2007. Contextual Teaching and Learning Matematika
Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
179

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk Kelas Kontrol

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
180

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Untuk Kelas Kontrol
Pertemuan 1

Satuan pendidikan : SMP


Mata pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Sub Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Kelas/ Semester : VIII/ 2
Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.1 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi
segitiga siku-siku.
C. Indikator
1. Menemukan Teorema Pythagoras
2. Menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus
3. Tripel Pythagoras
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dapat menemukan Teorema Pythagoras.
2. Dapat menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus.
3. Dapat menentukan Tripel Pythagoras.
E. Rincian Materi Ajar
1. Pengertian Teorema Pythagoras
2. Penulisan Teorema Pythagoras
3. Menentukan jenis segitiga berdasarkan panjang sisi, dan tripel
pythagoras
F. Model Pembelajaran
Konvensional
181

G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Sintaks Konvensional Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
1. Menyampaikan Pembukaan  Siswa 10’
tujuan dan  Guru memberikan menjawab
mempersiapkan salam. salam
siswa  Guru menyampaikan  Siswa
tujuan pembelajaran memperhatikan
BKS hal i) penjelasan guru
 Guru
menginformasikan
bahwa materi yang
akan dibahas adalah
teorema pythagoras
 Guru mengingatkan
siswa tentang luas
persegi

2. Mendemontrasikan KegiatanInti 10’


pengetahuan atau  Guru menyajikan  Respon siswa
keterampilan informasi setahap memperhatikan
demi setahap (BKS penjelasan materi
hal 1-7) yang disampaikan
 Guru guru
mendemontrasikan
keterampilan dengan
benar
4. Memberikan latihan  Guru memberikan  Respon siswa 15’
terbimbing latihan terbimbing mengerjakan
pada siswa (contoh 1, soal latihan
2, dan 3 hal 2, 4, dan  Respon siswa
6) bertanya pada
 Guru membantu guru tentang
mengarahkan siswa materi yang
bila siswa mengalami belum
kesulitan dimengerti
 Guru mengecek  Respon siswa 15’
apakah siswa telah menanggapi
5. Mengecek pemahaman berhasil melakukan tanya jawab
dan memberikan tugas dengan baik jika diberikan guru
umpan balik siswa telah melakukan
tugas dengan baik,
guru memberi hadiah
182

berupa pujian kepada


siswa.
 Guru memberikan
umpan balik
(kesimpulan di BKS
hal 7)
Kegiatan akhir  Siswa 10’
 Guru memberikan menyimpulkan
kesempatan untuk hasil dari proses
melakukan latihan pembelajaran
lanjutan dengan  Menjawab
perhatian pada salam
penerapan dalam
situasi yang lebih
6. Memberikan
kompleks dan yang
perluasan latihan
relevan dengan
kehidupan sehari-hari,
dalam bentuk
pekerjaan rumah
(latihan 1 hal 8-11 no
1-4)
 Salam penutup.

Evaluasi 20’

H. Evaluasi
Jenis Penilaian : Tes tertulis
Selesaikan Soal Berikut!

1. Gunakan Teorema Pythagoras untuk membuat persamaan panjang sisi-sisi


segitiga siku-siku berikut ini.
a.
p2 = . . . . p q
p p
r
p
183

b. l
k
m2 = . . . .
m

2. Gunakan Teorema Pythagoras untuk menghitung nilai x pada tiap-tiap


gambar berikut.
a.

12 x

5
b. 16
30

3. ∆ ABC siku-siku di titik A. Panjang AB = 9 cm dan AC = 12 cm. Hitunglah


panjang BC!
184

Rubik Penilaian
Kunci Jawaban Skor
1. a. 5

p q p2 = q2 + r2

b.
l
k m2 = k2 + l2

m
2. a. 20

x
12

5
x2 = 122 + 52
x2 = 144 + 25
x2 = 169
x = √169
x = 13
b.
16
30

x2 = 302 + 162
x2 = 900 + 256
x2 = 1156
x = √1156
x = 34

3. 15
C

12

A 9 B
185

BC2 = AB2 + BC2


BC2 = 92 + 122
BC2 = 81 + 144
BC2 = 225
BC = √225
BC = 15

Skor Total 40
Skor yang diperoleh 100
NILAI =  100
Skor maksimal

Madiun, 10 Januari 2014


Mengetahui,
Guru Matematika SMPN 4 Madiun Peneliti,

Dewi Agust Setyawati Anik Puji Wahyuni


186

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Untuk Kelas Kontrol
Pertemuan 2

Satuan pendidikan : SMP


Mata pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Sub Pokok Bahasan : Teorema Pythagoras
Kelas/ Semester : VIII/ 2
Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.
B. Kompetensi Dasar
5.2 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-
sisi segitiga siku-siku.
C. Indikator
1. Menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi
lainnya diketahui.
2. Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan
teorema pythagoras.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dapat menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua
sisi lainnya diketahui.
2. Dapat memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan
dengan teorema pythagoras.
E. Rincian Materi Ajar
1. Perbandingan sisi-sisi pada segitiga siku-siku dengan sudut khusus
2. Penggunaan teorema pythagoras pada bangun datar
3. Penerapan Teorema Pythagoras
187

F. Model Pembelajaran
Konvensional
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Sintaks Langkah-langkah Pembelajaran Alokasi Waktu
Konvensional Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Menyampaikan Pembukaan  Siswa menjawab 10’
tujuan dan  Guru memberikan salam
mempersiapkan salam.  Siswa
siswa  Guru memperhatikan
menginformasikan penjelasan guru
bahwa materi yang
akan dibahas adalah
pengunaan teorema
pythagoras
 Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran
(BKS hal i)
 Guru melakukan tanya
jawab mengenai
pertemuan
sebelumnya yaitu
teorema pythagoras

2. Mendemontrasikan KegiatanInti 10’


pengetahuan atau  Guru menyajikan  Respon siswa
keterampilan informasi setahap memperhatikan
demi setahap (BKS penjelasan materi
hal 12-19) yang disampaikan
 Guru guru
mendemontrasikan
keterampilan dengan
benar
3. Memberikan  Guru memberikan  Respon siswa 15’
latihan terbimbing latihan terbimbing mengerjakan soal
pada siswa (contoh 4, latihan
5, dan 6 hal 15, 16,  Respon siswa
dan 17) bertanya pada
 Guru membantu guru tentang
mengarahkan siswa materi yang
bila siswa mengalami belum dimengerti
kesulitan
4. Mengecek  Guru mengecek  Respon siswa 15’
pemahaman dan apakah siswa telah menanggapi tanya
memberikan berhasil melakukan jawab diberikan
188

umpan balik tugas dengan baik jika guru


siswa telah melakukan
tugas dengan baik,
guru member hadiah
berupa pujian kepada
siswa.
 Guru memberikan
umpan balik
(kesimpulan hal 19)
Kegiatan akhir  Siswa 10’
 Guru memberikan menyimpulkan
kesempatan untuk hasil dari proses
melakukan latihan pembelajaran
lanjutan dengan  Menjawab salam
perhatian pada
penerapan dalam situasi
5. Memberikan yang lebih kompleks
perluasan latihan dan yang relevan
dengan kehidupan
sehari-hari, dalam
bentuk pekerjaan rumah
(latihan 2 hal 20-22 no
1-3)
 Salam penutup.

Evaluasi 20’

H. Evaluasi
Jenis Penilaian : Tes tertulis
Selesaikan Soal Berikut!

1. Sebuah persegi panjang berukuran panjang 24 cm dan panjang diagonalnya


30 cm. Luas persegi panjang tersebut adalah .......

2.
5x
3x

20
cm
189

Pada gambar di atas, luas segitiga adalah ........

Rubik Penilaian
Kunci Jawaban Skor
1. 25
D C
30 cm

A 24 cm B

AD2 = BD2 – AB2


AD2 = 302 - 242
AD2 = 900 – 576
AD2 = 324
AD = 18 cm
Luas persegi panjang = panjang X lebar
= 24 X 18
= 432 cm2

2. 25

5
3x x

20 cm

5x2 = 202 + 3x2


25x2 = 400 + 9x2
25x2 – 9x2 = 400
16x2 = 400
x2 =
x2 = 25
x=5
190

luas segitiga = × (3 × 5) × (20)


= × 15 × 20
= 150 cm2

Skor Total 50
Skor yang diperoleh
NILAI =  100 100
Skor maksimal

Madiun, …………….
Mengetahui,
Guru Matematika SMPN 4 Madiun Peneliti,

Dewi Agust Setyawati Anik Puji Wahyuni


191

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 2
Buku Kerja Siswa Pembelajaran Konvensional

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
192

(Bks)
Pembelajaran Konvensional

MATEMATIKA
Kelas VIII SMP
Teorema pythagoras
193

A. Standar Kompetensi

Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

5.1 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi

segitiga siku-siku.

5.2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan

Teorema Pythagoras.

C. Indikator

1. Menemukan Teorema Pythagoras

2. Menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus

3. Tripel Pythagoras

4. Menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi

lainnya diketahui

5. Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan teorema

pythagoras

D. Tujuan Pembelajaran

1. Dapat menemukan Teorema Pythagoras.

2. Dapat menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus.

3. Dapat menentukan Tripel Pythagoras.

4. Dapat menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi

lainnya diketahui

5. Dapat memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan

teorema pythagoras
194

Apa yang akan kita pelajari?


 Menemukan teorema pythagoras
 Menyatakan teorema pythagoras dalam bentuk rumus
 Tripel pythagoras

1. Pengertian Teorema Pythagoras


Pada setiap segitiga siku-siku, sisi-sisinya terdiri atas sisi siku-siku dan sisi
miring (hipotenusa). Gambar dibawah adalah ∆ ABC yang siku-siku di A.
Sisi yang membentuk sudut siku-siku, yaitu AB dan AC disebut sisi siku-
siku. sisi di hadapan sudut siku-siku disebut sisi miring atau hipotenusa,
yaitu BC.
C

A B

Gambar 1
Perhatikan gambar berikut!
c b c b
c
a
b a2 a
b2
b
b c

b c b c c2
b+c

(i) (ii) (iii)


Gambar 2
195

Gambar 2(i) dan 2(ii) di atas menunjukkan persegi yang memiliki


panjang sisi yang sama, yaitu (b+c). Karena panjang sisinya sama, maka
luas kedua persegi tersebut juga sama.
Daerah yang diarsir pada gambar 2(i) dan 2(ii) memiliki luas yang
sama. Hal ini berarti daerah yang tidak diarsir juga memiliki luas yang
sama. Jadi, a2 = b2 + c2.
Gambar 2(iii) tersebut dirangkai dari bangun-bangun pada gambar 2(i)
dan 2(ii). Luas persegi pada hipotenusa adalah a2, dan b2 + c2 adalah
jumlah luas persegi pada sisi siku-sikunya.

Contoh 1:
Rayhan sedang bermain-main di atas tanah basah. Ia membuat jejak kaki
seperti pada gambar di bawah ini. Rayhan menapakkan kakinya ke arah
selatan sebanyak 8 kali, kemudian dilanjutkan ke arah timur sebanyak 6
kali. Dalam menapakkan kakinya, Rayhan menempelkan tumit kaki
kirinya pada ujung kaki kanannya, kemudian tumit kaki kanannya
ditempelkan pada ujung kaki kirinya, dan seterusnya. Berapa kali Rayhan
harus menapakkan kakinya jika ia mulai berjalan langsung tanpa berbelok
dari tempat semula ke tempat terakhir? (seperti yang ditunjukkan pada
garis putus-putus di bawah)

Gambarkan telapak kaki Rayhan pada kertas berpetak di bawah ini. Jika
satu kotak mewakili 1 telapak kaki Rayhan, maka untuk menghitung
196

berapa kali Rayhan harus menapakkan kakinya dari tempat semula ke


tempat terakhir, kita gunakan kertas berpetak dibawah ini.

Berilah nama segitiga tersebut ∆ ABC . Dengan mengamati gambar di atas,


apakah ∆ ABC berupa segitiga siku -siku? ................................................
Sebutkan sisi segitiga yang saling tegak lurus atau sisi siku-sikunya? .....
........................................................................................................................
Dan sebutkan sisi yang lain/sisi miring adalah ............................................
Apakah hipotenusa/sisi miring merupakan sisi terpanjang? .........................
Untuk mengetahui teorema pythagoras, selanjutnya gambarkan suatu
persegi yang sesuai dengan panjang ketiga sisi segitiga tersebut pada
gambar segitiga yang sudah anda buat tadi. Dari situ kita dapat
menghitung luas persegi dari ketiga sisi segitiga.
Berapa luas persegi dari panjang AB?...........................................................
Berapa luas persegi dari panjang AC? ..........................................................
Berapa luas persegi dari panjang BC?...........................................................
Selanjutkan apakah jumlah luas dua persegi yang kecil sama dengan luas
persegi yang terbesar? ...................................................................................
197

Karena jumlah luas dua persegi yang kecil sama dengan luas persegi yang
besar, sehingga uraian tersebut dapat disebut dengan teorema pythagoras.

2. Penulisan Teorema Pythagoras


Pada materi sebelumnya, kita telah mempelajari Teorema Pythagoras pada
segitiga siku-siku. misalkan ditunjukkan sebyah segitiga siku-siku ABC
dengan panjang sisi miring b, panjang sisi alas c, dan tinggi a seperti pada
gambar berikut. Berdasarkan, Teorema Pythagoras, dalam segitiga siku-
siku tersebut berlaku:

b2 = c2 + a2
Atau a b
b=
√ +
c

Sekarang, bagaimana menentukan panjang sisi-sisi yang lain? Seperti


panjang sisi alas c atau tinggi a? Dengan menggunakan rumus umum
teorema pythagoras, diperoleh perhitungan sebagai berikut.
b2 = c2 + a2 → c2 = b2 – a2
c=√ +
b2 = c2 + a2 → a2 = b2 + c2
a=√ +
sehingga dari uraian tersebut, penulisan teorema pythagoras pada setiap
sisi segitiga siku-siku dapat dituliskan sebagai berikut.
b=√ + ,c=√ − ,a=√ −

Contoh 2:
∆ KLM pada gambar di bawah ini adalah segitiga siku-siku sama kaki
dengan MK = ML = a dan KL = b dan tinggi segitiga tersebut adalah c.
a. Tuliskan rumus teorema pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga
KMN.
198

b. Tuliskan rumus teorema pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga


LMN

K
b

a N

M L
a

Amati gambar segitiga di atas dengan cermat.


Sebutkan jenis segitiga tersebut? ...................................................................
Sebutkan sisi-sisi yang saling tegak lurus atau sisi siku-sikunya? ................
Sebutkan sisi yang lain/Sisi miring? ............................................................
Apakah hipotenusa/sisi miring pada gambar di atas merupakan sisi
terpanjang? ....................................................................................................
Dapatkah kalian menuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku
pada sisi-sisi segitiga KMN? ........................................................................
Dan tuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi
segitiga LMN? ...............................................................................................
Setelah mengamati gambar di atas, hubungan apa yang terlihat dari kedua
segitiga di atas? .............................................................................................
......................................................................................................................
Bagaimana rumus teorema pythagoras yang dapat dituliskan dari gambar
di atas? ...........................................................................................................

3. Menentukan Jenis Segitiga Berdasarkan Panjang Sisi, dan Tripel


Pythagoras
Berdasarkan kebalikan teorema pythagoras, jika ketiga sisi suatu
segitiga diketahui panjangnya, maka dapat diperiksa apakah segitiga itu
merupakan segitiga siku-siku atau bukan.
199

Selanjutnya, dengan menggunakan prinsip kebalikan teorema


pythagoras, kita juga dapat menentukan apakah suatu segitiga merupakan
segitiga lancip atau segitiga tumpul.
Pada gambar 3(i), ∆ ABC adalah segitiga lancip dan a 2 < b2 + c2.
Pada gambar 3(ii), ∆ ABC adalah segitiga tumpul dan a2 > b2 + c2.

C C

a a1
b1 b a1 b b1
a

A B
A c B c

(i) (ii)

Gambar 3

Dalam ∆ ABC, dengan panjang sisi a, b, dan c, berlaku:


Jika a2 < b2 + c2, maka ∆ ABC adalah segitiga lancip di A.
Sisi a terletak dihadapan sudut A.
Jika b2 < a2 + c2, maka ∆ ABC adalah segitiga lancip di B.
Sisi b terletak di hadapan sudut B.
Jika a2 > b2 +c2, maka ∆ ABC adalah segitiga tumpul di A

Contoh 3:
a. Tunjukkan segitiga yang berukuran 4 cm, 3 cm, dan 5 cm adalah segitiga
siku-siku!
Penyelesaian:
Gambarkan segitiga di atas pada kertas berpetak di bawah
200

Misalkan segitiga tersebut ∆ ABC.


Misalkan sisi terpanjang adalah ........, maka
AB = ......, AC = ......., dan BC = .....
BC2 = ....... = .......
AB2 + AC2 = ....... + ......
= ....... + .......
= .......
Karena ..........................., maka segitiga itu ..........................
b. Suatu segitiga berukuran 7 cm, 9 cm, dan 10 cm. Apakah segitiga itu siku-
siku?
Penyelesaian:
Gambarkan segitiga di atas pada kertas berpetak di bawah

Misalkan segitiga tersebut ∆ ABC, maka


AB = ........., AC = .........., dan BC = ........
BC2 = ........ =.......
AB2 + AC2 = ........... + .........
= ......... + ........
= ...........
Karena ..............................., maka segitiga tersebut adalah...........................
201

Mengapa? Karena ............................., maka segitiga tersebut adalah


.........................................

Kesimpulan:
1. Teorema pythagoras adalah ......................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
2. Perhatikan gambar di bawah ini!
C

a
b

A c B
Dari gambar di atas dapat diturunkan rumus teorema
pythagoras sebagai berikut:
a2 = ............................................................................................
b2 = ............................................................................................
c2 = ............................................................................................
3. Tentukan jenis segitiga berdasarkan panjang sisi, dan tripel
pythagoras? ...............................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
202

1. Seorang lelaki harus berenang melintasi sungai selebar 12 m agar dapat


sampai ke pohon pisang yang terletak di seberang sungai. Namun, pada
jarak 9 m disebelah kanan pohon pisang itu terdapat seekor buaya. Berapa
jarak buaya dari lelaki itu? (misalkan A = posisi awal lelaki, B = pohon
pisang, C = seekor buaya)
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
203

2. Perhatikan gambar trapesium berikut. Dari gambar tersebut, sebuah


trapesium sebarang ABCD memiliki ukuran seperti pada gambar.

D 15 C
cm

10
cm

A 6 cm E F 6 cm B

Tentukan:
a. Tinggi trapesium
b. Panjang BC
c. Keliling trapesium ABCD
d. Luas trapesium ABCD
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
204

................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................

3. Diberikan panjang sisi-sisi dari sebuah segitiga seperti di bawah ini.


Selidikilah berupa segitiga lancip, siku-siku atau tumpulkah segitiga yang
mempunyai panjang sisi-sisi sebagai berikut.
a. 2, 3, 5
b. 8, 10, 11
c. 5, 12, 13
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
205

................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................

4. Pada kubus ABCD.EFGH panjang AB = 8 cm. Hitunglah luas ∆ ABH!


H G

E F

C
D
A B
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
...............................................................................................
.............................................................................................
206

Apa yang akan kita pelajari?


 Menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua
sisi lainnya diketahui
 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan
teorema pythagoras

4. Perbandingan Sisi-Sisi Pada Segitiga Siku-Siku dengan Sudut Khusus


Gambar di samping adalah ∆ ABC sama sisi dan CD adalah garis tinggi,
maka:
AB = BC = AC. C
 BAC =  ABC =  ACB = 60°
 ACD =  BCD = 30°.

AD = BD = AB, atau

AD = BD = AC, sebab AB = AC, dan


B
AD = BD = BC, sebab AB = BC. A D
Jika ∆ ADC pada gambar di atas terpisah, maka diperoleh seperti gambar
di bawah ini. C

30°

A 60°
D

 ACD = 30° dan  DAC = 60°.

AD = AC.

Gambar di atas menunjukkan ∆ ABC siku-siku dengan besar  ACB =


30° dan  ABC = 60°. Jika panjang BC = 2 satuan, maka
207

AB = ×

= ×2

=1
Jadi, panjang AB = 1 satuan
BC2 = AB2 + AC2
22 = 12 + AC2
AC2 = 4 – 1
=3
AC = √3
Jadi, AC = √3 satuan

Ingat:
C perbandingan antara panjang sisi di
hadapan 30°, sisi miring, dan sisi di
60° hadapan 60° adalah 1 : 2 : √3.
Atau
AC : BC : AB = 1 : 2 : √3

30°
A B

a. Sudut 30º dan 60º


Perhatikan gambar di bawaah. Gambar segitiga di bawah ini adalah
segitiga sama sisi dengan AB = BC = AC = 2x cm dan  A =  B =
 C = 60º.
C

30°30°

60°
A B
Karena CD tegak lurus AB, maka CD merupakan garis tinggi
sekaligus garis bagi  C, sehingga
 ACD =  BCD = 30º.
208

Diketahui  ADC =  BDC = 90º.


Titik D adalah titik tengah AB, di mana AB = 2x cm, sehingga
panjang BD = x cm.
Perhatikan ∆ CBD.
Dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh
CD2 = BC2 – BD2
CD = √ −
= (2 ) −
= √4 −
= √3
= x√3
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
BD : CD : BC = x : x√3 : 2x
= 1 : √3 : 2.
Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal
yang berkaitan dengan segitiga siku-siku khusus.
b. Sudut 45º.
Perhatikan gambar disamping.
Segitiga ABC pada gambar disamping adalah segitiga siku-siku sama
kaki. Sudut B siku-siku dengan panjang AB = BC = x cm dan  A =
 C = 45º.
A
45°

45°
B X cm C
Dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh
AC2 = AB2 + BC2
AC = √ +
209

=√ +
= √2
= x√2
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
AB : BC : AC = x : x : x√2
= 1 : 1 : √2.

Contoh 4:
a. Pada gambar disamping, ∆ ABC siku-siku di A dengan panjang BC =
6 cm dan besar  B = 30º. Hitunglah:
1) Panjang AB
2) Panjang AC
Penyelesaian:
1) ........ : ....... = ....... : ......
........ : ........ = .......... : .........
.......... × ...... = ........ × .......
......... = ..........
........ = ......... = .......
Jadi, ..........................
2) ......... = .........
......... = ...... × .......
.......... = ........
Jadi, ...................
b. Diketahui ∆ ABC siku -siku dengan panjang AB = 4 cm dan besar  B
= 45º. Hitunglah panjang BC!
Penyelesaian:
......... : ......... = ........ : ...........
......... : ........ = ........ : ..........
......... = ............
Jadi, .................................
210

5. Penggunaan Teorema Pythagoras Pada Bangun Datar


Selain dimanfaatkan pada segitiga siku-siku, teorema pythagoras juga
dapat digunakan pada bangun datar dan bangun ruang untuk mencari
panjang sisi-sisi yang belum diketahui.
Pada kondisi tertentu, teorema pythagoras digunakan dalam
perhitungan bangun datar. Misalnya, menghitung panjang diagonal,
menghitung sisi miring trapesium, dan lain sebagainya.

Contoh 5:
Diketahui ∆ XYZ siku-siku di Y dengan panjang sisi XY = 8 cm dan XZ =
15cm.
a. Gambarlah sketsa segitiga tersebut!
b. Berapakah panjang sisi kaki satunya?
Penyelesaian:
Jika menggunakan kertas berpetak dan satu kotak mewakili 1 cm, maka
dapat dengan mudah digambarkan pada kertas berpetak sebagai berikut

Amatilah gambar yang anda buat pada kertas berpetak di atas.


Sebutkan sisi yang saling tegak lurus pada gambar yang anda buat? ...........
........................................................................................................................
Sebutkan juga sisi yang lain/sisi miring? ......................................................
211

Apakah hipotenusa/sisi miring gambar tersebut merupakan sisi terpanjang?


........................................................................................................................
Jika anda menjawab “ya” pada pertanyaan di atas, tuliskan rumus Teorema
Pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga tersebut? .............................
Setelah menuliskan rumus teorema pythagoras. Berapakah panjang sisi
kaki segitiga yang satunya tersebut? .............................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

6. Penerapan Teorema Pythagoras


Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali masalah-masalah yang dapat
dipecahkan menggunakan teorema pythagoras. Untuk memudahkan
perhitungan, alangkah baiknya jika permasalahan tersebut dituangkan
dalam bentuk gambar.

Contoh 6:

Pak Sitorus mempunyai kebun berbentuk segiempat seperti pada gambar


di bawah yang akan ditanami sayuran.

a. Gambarlah kebun Pak Sitorus.


b. Bagaimanakah caramu mencari luas kebun Pak sitorus?jelaskan
jawabanmu!
212

c. Berapakah banyaknya pupuk yang harus dibeli Pak Sitorus, jika 1 m 2


lahan memerlukan pupuk 0,5 kg?

Jika satu kotak mewakili 1 m, maka kebun Pak Sitorus dapat digambarkan
dengan mudah pada kertas berpetak sebagai berikut.

Apakah contoh soal di atas bisa diselesaikan menggunakan rumus


Teorema Pythagoras? ....................................................................................
Apakah caranya mencari luas kebun Pak Sitorus, dengan menghitung luas
persegi panjang dan menghitung luas segitiga menggunakan rumus
teorema pythagoras? ......................................................................................
berapa luas persegi panjang? .........................................................................
Berapa luas segitiga? .....................................................................................
Kemudian jumlahkan kedua luas tersebut? ...................................................
, sehingga ketemu luas kebun Pak Sitorus.
Setelah ketemu luas kebun Pak Sitorus, berapa banyak pupuk yang harus
dibeli Pak Sitorus, jika 1 m2 lahan memerlukan pupuk 0,5 kg?.....................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
213

........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

Kesimpulan:
1. Sebutkan jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya?
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................

2. Perhatikan gambar!
D C
E

A B

Jika terdapat sebuah persegi panjang ABCD dengan ukuran


panjang dan lebar berturut-turut adalah 15 cm dan 8 cm.
Tentukan:
a. Luas persegi panjang ABCD
b. Panjang diagonal BD
c. Panjang BE
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
..........................................................................................................

3.
214

1. Budi akan mananam pohon di sekiling kebunnya yang berbentuk seperti


gambar di samping. Jarak antara pohon yang satu dengan yang lain adalah
1 m. CD  ED.
B 14 m a. Gunakan ∆ CDE untuk
C
menentukan panjang AB,
12 karena AB = EC.
m b. Tentukan keliling kebun
Budi?
D
5m
A E
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
215

................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................

2. Berapakah luas daerah dari bangun-bangun di bawah ini.


a.
N 2 M
0
13

K 25 L

C
b.
13
B D

2
2
4
0

A
Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
................................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
216

................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................

1. Pada persegi panjang PQRS di bawah, panjang diagonal QS = 12 cm, dan


besar  PSQ = 60°.

S R

60°

P Q
Hitunglah:
a. Panjang PQ
b. Panjang PS
c. Luas persegi panjang PQRS
217

Jawab:
Diketahui : ..............................................................................................
..............................................................................................
Ditanyakan : ..............................................................................................
................................................................................................
Penyelesaian : ..............................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
................................................................................................
218

Daftar Pustaka
Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2007. Matematika untuk SMP Kelas
VIII. Jakarta: Erlangga.
Agus, N. A. 2007. Mudah Belajar MATEMATIKA untuk Kelas VIII.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahaju, E.B, dkk. 2007. Contextual Teaching and Learning Matematika
Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
219

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 2
Buku Pedoman Guru Pembelajaran Konvensional

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
220

(BPG)
Pembelajaran Konvensional

MATEMATIKA
Kelas VIII SMP
Teorema pythagoras
221

A. Standar Kompetensi

Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.

B. Kompetensi Dasar

5.1 Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan panjang sisi-sisi

segitiga siku-siku.

5.2 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan

Teorema Pythagoras.

C. Indikator

1. Menemukan Teorema Pythagoras

2. Menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus

3. Tripel Pythagoras

4. Menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi

lainnya diketahui

5. Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan teorema

pythagoras

D. Tujuan Pembelajaran

1. Dapat menemukan Teorema Pythagoras.

2. Dapat menyatakan Teorema Pythagoras dalam bentuk rumus.

3. Dapat menentukan Tripel Pythagoras.

4. Dapat menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua sisi

lainnya diketahui

5. Dapat memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan

teorema pythagoras
222

I. Deskripsi Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang berpusat pada

guru yang dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa

dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang

diajarkan selangkah demi selangkah. Di sini guru terlibat aktif dalam

pembelajaran dan memiliki peranan yang sangat besar demi kelancaran

proses belajar mengajarnya.

II. Langkah-langkah Pembelajaran Konvensional

Dalam pembelajaran Konvensional, para siswa bekerja dalam 5 tahap,

yaitu:

Tahap 1 : Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a. Siswa mengetahui tujuan dari pembelajaran

b. Siswa siap mengikuti pelajaran dengan baik

Tahap 2 : Mendemontrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

a. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan

guru

b. Guru menjelaskan materi dengan cara dan bahasa yang

mudah dipahami siswa

Tahap 3 : Memberikan Latihan Terbimbing

a. Siswa boleh bertanya saat mengalami kesulitan

b. Siswa dibimbing untuk menyimpulkan jawaban dari hasil

belajarnya
223

c. Siswa mencatat kesimpulan dari hasil pembelajaran

Tahap 4 : Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

a. Siswa dapat mengerjakan latihan soal dengan baik

b. Siswa mencoba latihan soal yang lain berkaitan dengan

materi

Tahap 5 : Memberikan Perluasan Latihan

a. Siswa mencoba latihan soal yang lain berkaitan dengan

materi

b. Siswa mengerjakan pekerjaan rumah sebagi tambahan

pemahaman terhadap materi

III. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran

Konvensional pada sub pokok bahasan Teorema Pythagoras sebagai

berikut:

 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

 Buku Kerja Siswa (BKS)


224

Apa yang akan kita pelajari?


 Menemukan teorema pythagoras
 Menyatakan teorema pythagoras dalam bentuk rumus
 Tripel pythagoras

1. Pengertian Teorema Pythagoras


Pada setiap segitiga siku-siku, sisi-sisinya terdiri atas sisi siku-siku dan sisi
miring (hipotenusa). Gambar dibawah adalah ∆ ABC yang siku-siku di A.
Sisi yang membentuk sudut siku-siku, yaitu AB dan AC disebut sisi siku-
siku. sisi di hadapan sudut siku-siku disebut sisi miring atau hipotenusa,
yaitu BC.
C

A B

Gambar 1
Perhatikan gambar berikut!
c b c b
c
a a2
b a
b2
b
b c

b c b c c2
b+c

(i) (ii) (iii)


Gambar 2
225

Gambar 2(i) dan 2(ii) di atas menunjukkan persegi yang memiliki


panjang sisi yang sama, yaitu (b+c). Karena panjang sisinya sama, maka
luas kedua persegi tersebut juga sama.
Daerah yang diarsir pada gambar 2(i) dan 2(ii) memiliki luas yang
sama. Hal ini berarti daerah yang tidak diarsir juga memiliki luas yang
sama. Jadi, a2 = b2 + c2.
Gambar 2(iii) tersebut dirangkai dari bangun-bangun pada gambar 2(i)
dan 2(ii). Luas persegi pada hipotenusa adalah a2, dan b2 + c2 adalah
jumlah luas persegi pada sisi siku-sikunya.

Contoh:
Rayhan sedang bermain-main di atas tanah basah. Ia membuat jejak kaki
seperti pada gambar di bawah ini.
Rayhan menapakkan kakinya ke arah selatan sebanyak 8 kali, kemudian
dilanjutkan ke arah timur sebanyak 6 kali. Dalam menapakkan kakinya,
Rayhan menempelkan tumit kaki kirinya pada ujung kaki kanannya,
kemudian tumit kaki kanannya ditempelkan pada ujung kaki kirinya, dan
seterusnya. Berapa kali Rayhan harus menapakkan kakinya jika ia mulai
berjalan langsung tanpa berbelok dari tempat semula ke tempat
terakhir?(seperti yang ditunjukkan pada garis putus-putus di bawah)
226

Gambarkan telapak kaki Rayhan pada kertas berpetak di bawah ini. Jika
satu kotak mewakili 1 telapak kaki Rayhan, maka untuk menghitung
berapa kali Rayhan harus menapakkan kakinya dari tempat semula ke
tempat terakhir, kita gunakan kertas berpetak dibawah ini.

A B

Berilah nama segitiga tersebut ∆ ABC . Dengan mengamati gambar di atas,


apakah ∆ ABC berupa segitiga siku -siku? iya, segitiga tersebut berupa
segitiga siku-siku
Sebutkan sisi segitiga yang saling tegak lurus atau sisi siku-sikunya? AB
dan AC
Dan sebutkan sisi yang lain/sisi miring? BC
Apakah hipotenusa/sisi miring merupakan sisi terpanjang? iya, hipotenusa
merupakan sisi terpanjang
227

Untuk mengetahui teorema pythagoras, selanjutnya gambarkan suatu


persegi yang sesuai dengan panjang ketiga sisi segitiga tersebut pada
gambar segitiga yang sudah anda buat tadi. Dari situ kita dapat
menghitung luas persegi dari ketiga sisi segitiga.
Berapa luas persegi dari panjang AB? s × s = 6 × 6 = 36
Berapa luas persegi dari panjang AC? s × s = 8 × 8 = 64
Berapa luas persegi dari panjang BC? s × s = 10 × 10 = 100
Selanjutkan apakah jumlah luas dua persegi yang kecil sama dengan luas
persegi yang terbesar? iya, jumlah luas persegi yang kecil sama dengan
luas persegi yang besar
Karena jumlah luas dua persegi yang kecil sama dengan luas persegi yang
besar, sehingga uraian tersebut dapat disebut dengan teorema pythagoras.

2. Penulisan Teorema Pythagoras


Pada materi sebelumnya, kita telah mempelajari Teorema Pythagoras pada
segitiga siku-siku. misalkan ditunjukkan sebyah segitiga siku-siku ABC
dengan panjang sisi miring b, panjang sisi alas c, dan tinggi a seperti pada
gambar berikut. Berdasarkan, Teorema Pythagoras, dalam segitiga siku-
siku tersebut berlaku:

b2 = c2 + a2
Atau a b
b=
√ +
c

Sekarang, bagaimana menentukan panjang sisi-sisi yang lain? Seperti


panjang sisi alas c atau tinggi a? Dengan menggunakan rumus umum
teorema pythagoras, diperoleh perhitungan sebagai berikut.
b2 = c2 + a2 → c2 = b2 – a2
c=√ +
b2 = c2 + a2 → a2 = b2 + c2
a=√ +
228

sehingga dari uraian tersebut, penulisan teorema pythagoras pada setiap


sisi segitiga siku-siku dapat dituliskan sebagai berikut.
b=√ + ,c=√ − ,a=√ −

Contoh:
∆ KLM pada gambar di bawah ini adalah segitiga siku-siku sama kaki
dengan MK = ML = a dan KL = b dan tinggi segitiga tersebut adalah c.
a. Tuliskan rumus teorema pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga
KMN.
b. Tuliskan rumus teorema pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga
LMN.

K
b

a N

M L
a

Amati gambar segitiga di atas dengan cermat.


Sebutkan jenis segitiga tersebut? segitiga siku-siku sama kaki
Sebutkan sisi-sisi yang saling tegak lurus atau sisi siku-sikunya? KM dan
ML
Sebutkan sisi yang lain/Sisi miring? KL
Apakah hipotenusa/sisi miring pada gambar di atas merupakan sisi
terpanjang? Iya, hipotenusa merupakan sisi terpanjang
Dapatkah kalian menuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku
pada sisi-sisi segitiga KMN? KM2 = MN2 + KN2
Dan tuliskan rumus Teorema Pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi
segitiga LMN? LM2 = LN2 + MN2
229

Setelah mengamati gambar di atas, hubungan apa yang terlihat dari kedua
segitiga di atas? segitiga KMN dan LMN jika digabungkan akan menjadi
segitiga KLM
Bagaimana rumus teorema pythagoras yang dapat dituliskan dari gambar
di atas? b2 = a2 + a2

3. Menentukan Jenis Segitiga Berdasarkan Panjang Sisi, dan Tripel


Pythagoras
Berdasarkan kebalikan teorema pythagoras, jika ketiga sisi suatu
segitiga diketahui panjangnya, maka dapat diperiksa apakah segitiga itu
merupakan segitiga siku-siku atau bukan.
Selanjutnya, dengan menggunakan prinsip kebalikan teorema
pythagoras, kita juga dapat menentukan apakah suatu segitiga merupakan
segitiga lancip atau segitiga tumpul.
Pada gambar 3(i), ∆ ABC adalah segitiga lancip dan a 2 < b2 + c2.
Pada gambar 3(ii), ∆ ABC adalah segitiga tumpul dan a2 > b2 + c2.
C C

a a1
b1 b a1 b b1
a

A B
A c B c

(i) (ii)
Gambar 3

Dalam ∆ ABC, dengan panjang sisi a, b, dan c, berlaku:


Jika a2 < b2 + c2, maka ∆ ABC adalah segitiga lancip di A.
Sisi a terletak dihadapan sudut A.
Jika b2 < a2 + c2, maka ∆ ABC adalah segitiga lancip di B.
Sisi b terletak di hadapan sudut B.
Jika a2 > b2 +c2, maka ∆ ABC adalah segitiga tumpul di A
230

Contoh 3:
a. Tunjukkan segitiga yang berukuran 4 cm, 3 cm, dan 5 cm adalah segitiga
siku-siku!
Penyelesaian:
Gambarkan segitiga di atas pada kertas berpetak di bawah

4 cm 5 cm

A 3 cm B

Misalkan segitiga tersebut ∆ ABC.


Misalkan sisi terpanjang adalah BC, maka
AB = 3, AC = 4, dan BC = 5
BC2 = 52 = 25
AB2 + AC2 = 32 + 42
= 9 + 16
= 25
Karena BC2 = AB2 + AC2, maka segitiga itu segitiga siku-siku
b. Suatu segitiga berukuran 7 cm, 9 cm, dan 10 cm. Apakah segitiga itu siku-
siku?
Penyelesaian:
Gambarkan segitiga di atas pada kertas berpetak di bawah

9 cm 10 cm

A 7 cm B

Misalkan segitiga tersebut ∆ ABC, maka


AB = 7, AC = 9 dan BC = 10
231

BC2 = 102 = 100


AB2 + AC2 = 72 + 92
= 49 + 81
= 130
Karena BC2 ≠ AB2 + AC2, maka segitiga tersebut adalah bukan segitiga
siku-siku
Mengapa? Karena BC2 < AB2 + AC2, maka segitiga tersebut adalah
segitiga lancip

Kesimpulan:
1. Teorema pythagoras adalah hubungan kuadrat panjang sisi miring
segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya.
2.
C

A B
Rumus teorema pythagoras adalah BC2 = AB2 + AC2 , AC2 = BC2 –
AB2 , AB2 = BC2 – AC2
3. Tentukan jenis segitiga berdasarkan panjang sisi, dan tripel
pythagoras?
c2 = a2 + b2, maka segitiga siku-siku
c2 < a2 + b2, maka segitiga lancip
c2 > a2 + b2, maka segitiga tumpul
232

1. Seorang lelaki harus berenang melintasi sungai selebar 12 m agar dapat


sampai ke pohon pisang yang terletak di seberang sungai. Namun, pada
jarak 9 m disebelah kanan pohon pisang itu terdapat seekor buaya. Berapa
jarak buaya dari lelaki itu? (misalkan A = posisi awal lelaki, B = pohon
pisang, C = seekor buaya)
Jawab:
Diketahui : AB = lebar sungai = 12 m
BC = jarak buaya ke pohon pisang = 9 m
Ditanyakan : jarak buaya dari lelaki = ...?
Penyelesaian :
A

?
12 m

B C
9m
AC = AB + BC2
2 2

AC2 = 122 + 92
AC2 = 144 + 81
AC2 = 225
AC = √225
AC = 15
Jadi, jarak buaya dari lelaki adalah 15 m
233

2. Perhatikan gambar trapesium berikut. Dari gambar tersebut, sebuah


trapesium sebarang ABCD memiliki ukuran seperti pada gambar.
D 15 C
cm

10
cm

A 6 cm E F 6 cm B

Tentukan:
a. Tinggi trapesium
b. Panjang BC
c. Keliling trapesium ABCD
d. Luas trapesium ABCD
Jawab:
Diketahui : panjang CD = 15 cm
panjang AD = 10 cm
panjang AE = 6 cm
Ditanyakan : a. Tinggi trapesium = .....?
b. Panjang BC = .....?
c. KTrapesium = .....?
d. LTrapesium = .....?
Penyelesaian : a. Tinggi trapesium = panjang DE
DE2 = AD2 – AE2
DE2 = 102 - 62
DE2 = 100 – 36
DE2 = 64
DE = √64
DE = 8
Jadi, tinggi trapesium adalah 8 cm
b. AD = BC = 10 cm
c. Ktrapesium = AB + BC + CD + DA
234

= 27 + 10 + 15 + 10
= 62 cm
d. Ltrapesium = ×( + )×

= × (27 + 15) × 8

= 4 × 42
= 168 cm2
Jadi, luas trapesium adalah 168 cm2

3. Diberikan pannjang sisi-sisi dari sebuah segitiga seperti di bawah ini.


Selidikilah berupa segitiga lancip, siku-siku atau tumpulkah segitiga yang
mempunyai panjang sisi-sisi sebagai berikut.
a. 2, 3, 5
b. 8, 10, 11
c. 5, 12, 13
Jawab:
Diketahui : a. 2, 3, 5
b. 8, 10, 11
c. 5, 12, 13
Ditanyakan : apakah berupa segitiga lancip, siku-siku atau tumpul
segitiga yang memiliki panjang sisi tersebut = .....?
Penyelesaian : a.
5
2

3
52 = 22 + 32
25 = 4 + 9
25 ≠ 13
235

Karena 25 ≠ 4 + 9, maka segitiga tersebut bukan


segitiga siku-siku. 25 > 4 + 9 maka segitiga tersebut
adalah segitiga tumpul
b.

11
8

10
112 = 102 + 82
121 = 100 + 64
121 ≠ 164
Karena 121 ≠ 100 + 64, maka segitiga tersebut
bukan segitiga siku-siku. karena 121 < 100 + 64,
maka segitiga tersebut adalah segitiga lancip
c.

12 13

5
2 2 2
13 = 5 + 12
169 = 25 + 144
169 = 169
Karena 169 = 25 + 144, maka segitiga itu segitiga
siku-siku.

4. Pada kubus ABCD.EFGH panjang AB = 8 cm. Hitunglah luas ∆ ABH!


H G

E F

C
D
A B
236

Jawab:
Diketahui : panjang sisi/panjang AB = 8 cm
Ditanyakan : luas ∆ ABH = .....?
Penyelesaian :
E H

A D
Dari gambar di atas terlihat bahwa segitiga ADH, segitiha
siku-siku di D sehingga:
AH2 = AD2 + DH2
AH2 = 82 + 82
= 64 + 64
= 128
AH = √128
AH = √64 × 2 = 8√2

G
H

A B
Dari gambar di atas terlihat bahwa segitiga ABH, segitiga
siku-siku di A sehingga
Luas ∆ ABH = × ×

= × 8 × 8√2

= 32√2
Jadi, luas ∆ ABH adalah 32√2
237

Apa yang akan kita pelajari?


 Menghitung panjang salah satu sisi segitiga siku-siku jika dua
sisi lainnya diketahui
 Memecahkan masalah pada bangun datar yang berkaitan dengan
teorema pythagoras

4. Perbandingan Sisi-Sisi Pada Segitiga Siku-Siku dengan Sudut Khusus


Gambar di samping adalah ∆ ABC sama sisi dan CD adalah garis tinggi,
maka:
AB = BC = AC. C
 BAC =  ABC =  ACB = 60°
 ACD =  BCD = 30°. 30° 30°

AD = BD = AB, atau

AD = BD = AC, sebab AB = AC, dan


60° 60°
B
AD = BD = BC, sebab AB = BC. A D
Jika ∆ ADC pada gambar di atas terpisah, maka diperoleh seperti gambar
di bawah ini. C

30°

A 60°
D

 ACD = 30° dan  DAC = 60°.

AD = AC.
238

Gambar di atas menunjukkan ∆ ABC siku-siku dengan besar  ACB =


30° dan  ABC = 60°. Jika panjang BC = 2 satuan, maka

AB = ×

= ×2

=1
Jadi, panjang AB = 1 satuan
BC2 = AB2 + AC2
22 = 12 + AC2
AC2 = 4 – 1
=3
AC = √3
Jadi, AC = √3 satuan

Ingat:
C perbandingan antara panjang sisi di
hadapan 30°, sisi miring, dan sisi di
60° hadapan 60° adalah 1 : 2 : √3.
Atau
AC : BC : AB = 1 : 2 : √3

30°
A B

a. Sudut 30º dan 60º


Perhatikan gambar di bawah. Gambar segitiga di bawah ini adalah segitiga sama
sisi dengan AB = BC = AC = 2x cm dan  A =  B =  C = 60º.
C

30°30°

60°
A B
239

Karena CD tegak lurus AB, maka CD merupakan garis tinggi sekaligus garis bagi
 C, sehingga
 ACD =  BCD = 30º.
Diketahui  ADC =  BDC = 90º.
Titik D adalah titik tengah AB, di mana AB = 2x cm, sehingga panjang BD = x
cm.
Perhatikan ∆ CBD.
Dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh
CD2 = BC2 – BD2
CD = √ −
= (2 ) −
= √4 −
= √3
= x√3
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
BD : CD : BC = x : x√3 : 2x
= 1 : √3 : 2.
Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan segitiga siku-siku khusus.
b. Sudut 45º.
Perhatikan gambar disamping.
Segitiga ABC pada gambar disamping adalah segitiga siku-siku sama kaki. Sudut
B siku-siku dengan panjang AB = BC = x cm dan  A =  C = 45º.
A

45°

45°
B C
X cm
240

Dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh


AC2 = AB2 + BC2
AC = √ +
=√ +
= √2
= x√2
Dengan demikian, diperoleh perbandingan
AB : BC : AC = x : x : x√2
= 1 : 1 : √2.
Contoh 4:
a. Pada gambar disamping, ∆ ABC siku-siku di A dengan panjang BC = 6 cm dan
besar  B = 30º. Hitunglah: C

1) Panjang AB
2) Panjang AC
30°
Penyelesaian: A B
1) Dari gambar diatas diperoleh perbandingan
AC : AB : BC = 1 : √3 : 2 sehingga :
BC : AB = 2 : √3
6 : AB = 2 : √3
6 × √3 = AB × 2
6√3 = 2AB

AB = = 3√3

Jadi, panjang AB = 3√3 cm.


2) AC : BC = 1 : 2
AC : 6 = 1 : 2
2AC = BC
AC = BC sehingga

AC = BC
241

AC = ×6=3

Jadi, panjang AC = 3 cm.


b. Diketahui ∆ ABC siku-siku dengan panjang AB = 4 cm dan besar  B = 45º.
Hitunglah panjang BC!
Penyelesaian:
BC : AB = √2 ∶ 1
BC : 4 = √2 : 1
BC = 4√2
Jadi, panjang BC = 4√2 cm.

5. Penggunaan Teorema Pythagoras Pada Bangun Datar


Selain dimanfaatkan pada segitiga siku-siku, teorema pythagoras juga
dapat digunakan pada bangun datar dan bangun ruang untuk mencari
panjang sisi-sisi yang belum diketahui.
Pada kondisi tertentu, teorema pythagoras digunakan dalam
perhitungan bangun datar. Misalnya, menghitung panjang diagonal,
menghitung sisi miring trapesium, dan lain sebagainya.
Contoh 5:
Diketahui ∆ XYZ siku-siku di Y dengan panjang sisi XY = 9 cm dan XZ =
15cm.
a. Gambarlah sketsa segitiga tersebut
b. Berapakah panjang sisi kaki satunya?

Kita gunakan kertas berpetak sebagai bantuan untuk menggambarkan


segitiga tersebut. Jika satu kotak mewakili 1 cm, maka dapat dengan
mudah digambarkan pada kertas berpetak sebagai berikut.
242

Y Z

Amati gambar yang anda buat pada kertas berpetak di atas.


Sebutkan sisi yang saling tegak lurus pada gambar yang anda buat? XY
dan YZ
Sebutkan juga sisi yang lain/sisi miring? XZ
Apakah hipotenusa/sisi miring gambar tersebut merupakan sisi terpanjang?
ya
Jika anda menjawab “ya” pada pertanyaan di atas, tuliskan rumus Teorema
Pythagoras yang berlaku pada sisi-sisi segitiga tersebut? XZ2 = XY2 + YZ2
Setelah menuliskan rumus Teorema Pythagoras. Berapakah panjang sisi
kaki segitiga yang satunya tersebut?
XZ2 = XY2 + YZ2
152 = 92 + YZ2
225 = 81 + YZ2
225 – 81 = YZ2
144 = YZ2
12 = YZ

6. Penerapan teorema pythagoras


Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali masalah-masalah yang dapat
dipecahkan menggunakan teorema pythagoras. Untuk memudahkan
perhitungan, alahkah baiknya jika permasalahan tersebut dituangkan dalam
bentuk gambar.
Contoh 6:
243

Pak Sitorus mempunyai kebun berbentuk segiempat seperti pada gambar


di bawah yang akan ditanami sayuran.

a. Gambarlah kebun Pak Sitorus.


b. Bagaimanakah caramu mencari luas kebun Pak sitorus?jelaskan
jawabanmu!
c. Berapakah banyaknya pupuk yang harus dibeli Pak Sitorus, jika 1 m2
lahan memerlukan pupuk 0,5 kg?

Jika satu kotak mewakili 1 m, maka kebun Pak Sitorus dapat digambarkan
dengan mudah pada kertas berpetak sebagai berikut.

10 m

39 m

25 m
244

Apakah contoh soal di atas bisa diselesaikan menggunakan rumus


Teorema Pythagoras? Iya, bisa
Apakah caranya mencari luas kebun Pak Sitorus, dengan menghitung luas
persegi panjang dan menghitung luas segitiga menggunakan rumus
teorema pythagoras? Iya, caranya menghitung luas persegi panjang dahulu
kemudian menghitung luas segitiga setelah itu menjumlahkakn luas kedua
bangun tersebut.
Berapa luas persegi panjang? Sebelum menghitung luas persegi panjang
dicari dahulu panjang sisi tegak traperium dengan teorema pythagoras 392
– 152 = 1521 – 225 = √1296 = 36 , sehingga luas persegi panjang =
panjang × lebar = 36 × 10 = 360 ,
Berapa luas segitiga? luas segitiga = × 15 × 36 = 270
Kemudian jumlahkan kedua luas tersebut? luas persegi panjang + luas
segitiga = 360 + 270 = 630, sehingga ketemu luas kebun Pak Sitorus.
Setelah ketemu luas kebun Pak Sitorus, berapa banyak pupuk yang harus
dibeli Pak Sitorus, jika 1 m2 lahan memerlukan pupuk 0,5 kg? Untuk
mencari banyak pupuk yang harus dibeli, berarti tinggal mengalikan
630 × 0,5 = 315 pupuk yang harus dibeli untuk seluruh kebun
245

Kesimpulan:
1. Sebutkan jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya? Segitiga
lancip besar sudutnya kurang dari 90°, segitiga siku-siku besar
sudutnya 90°, segitiga tumpul besar sudutnya lebih dari 90°.
2. Perhatikan gambar!

D C

A B
Jika terdapat sebuah persegi panjang ABCD dengan ukuran
panjang dan lebar berturut-turut adalah 15 cm dan 8 cm.
Tentukan:
a. Luas persegi panjang ABCD
b. Panjang diagonal BD
c. Panjang BE
Jawab:
a. Luas = p × l
= 15 × 8
= 120 cm2
b. Dengan menggunakan teorema pythagoras berlaku
hubungan:
BD2 = AB2 + AD2
= 152 + 82
= 225 + 64
= 289
=√289
= 17
c. Perhatikan gambar. Panjang garis BE adalah kali
panjang diagonal BD, sehingga:
Panjang BE = ×

= × 17

=8
246

1. Budi akan mananam pohon di sekiling kebunnya yang berbentuk seperti


gambar di samping. Jarak antara pohon yang satu dengan yang lain adalah
1 m. CD  ED.
B 14 m C a. Gunakan ∆ CDE untuk
menentukan panjang AB,
12 karena AB = EC.
m b. Tentukan keliling kebun
Budi?
D
5m
A E

Jawab:
Diketahui BC = 14 m, CD = 12 m, DE = 5 m
Ditanyakan : a. Panjang AB = ...?
b. keliling kebun = ....?
Penyelesaian : a. CE2 = CD2 + DE2
CE2 = 122 + 52
CE2 = 144 + 25
CE2 = 169
CE = 13
Jadi, panjang AB = 13 m
b. keliling kebun = AB + BC + CD + DE + EA
= 13 + 14 + 12 + 5 +14
= 58 m
Jadi, keliling kebun adalah 58 m
247

2. Berapakah luas daerah dari bangun-bangun di bawah ini.


a.
N 2 M
0
13

K 25 L

C
b.
13
B D

24
20

A
Jawab:
Diketahui a. NM = 20, ML = 13, KL = 25
b. AD = 5, BC = 10
Ditanyakan : luas daerah dari bangun-bangun tersebut = ....?
Penyelesaian :
a. N 20 M

13

L
K 25 O
MO = ML – LO2
2 2

MO2 = 132 - 52
MO2 = 169 – 25
MO2 = 144
MO = 12
Luas trapesium = × 12 × (20 + 25)

= 6 × 45
248

= 270 cm2

b. BE = BD
BE = 12
AE2 = AB2 – BE2
AE2 = 202 - 122
AE2 = 400 – 144
AE2 = 256
AE = 16
CE2 = BC2 – BE2
CE2 = 132 - 122
CE2 = 169 – 144
CE2 = 25
CE = 5
AC = AE + CE
AC = 16 + 5
AC = 21
Luas Layang-layang = × 1 × 2
= × ×
= × 24 × 21
= 252 cm2

3. Pada persegi panjang PQRS di bawah, panjang diagonal QS = 12 cm, dan


besar  PSQ = 60°.

S R

60°

P Q
Hitunglah:
a. Panjang PQ
b. Panjang PS
c. Luas persegi panjang PQRS
Jawab:
Diketahui : panjang diagonal QS = 12 cm
249

 PSQ = 60°
Ditanyakan :
a. panjang PQ = ......?
b. Panjang PS = ......?
c. Luas persegi panjang PQRS = .....?
Penyelesaian :
a. PQ : QS = √3 : 2
PQ : 12 = √3 : 2
PQ × 2 = 12 × √3
2PQ = 12√3

PQ =

PQ = 6√3 cm
b. PS =

= × 12

= 6 cm
c. Luas persegi panjang PQRS = ×
= PQ × PS
= 6√3 × 6
= 36√3 cm2
250

Daftar Pustaka
Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2007. Matematika untuk SMP Kelas
VIII. Jakarta: Erlangga.
Agus, N. A. 2007. Mudah Belajar MATEMATIKA untuk Kelas VIII.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahaju, E.B, dkk. 2007. Contextual Teaching and Learning Matematika
Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
252

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 3
ANALISIS INSTRUMEN PENELITIAN

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
253

Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Komunikasi Matematik


Siswa Kelas IX B

Skor
No. Nama
Total
1 David Alfian A 13
2 Dina Wijayanti P 15
3 Biggy Noertova Aldiyanto 12
4 Prasetyo K 13
5 Rahma Firdayanti 15
6 Rosita Indah K 13
7 Husna Anisah 14
8 Kevin RRL 12
9 Riski Toha M 13
10 Sindi Ayu A.P 16
11 Alan Wyarta 14
12 Bilka Sabira Al-Widad 16
13 Dentha Lorenza Prastyana P 15
14 Riska Fadila O 15
15 Yustika Sari Silviani 13
16 Syahfitri Pratiwi 14
17 Venti Puspitasari 15
18 Adji Estu Ilhamsyah 13
19 Rangga Adi W 13
20 Alfa Rahma M.A 14
21 Anglita Wigina Putri 14
22 Tommy Lucky S 14
23 Darma Aji Nugroho 13
24 Gerik Rino Kasprian 12
25 Linda A.P 15
26 Silvi Oktaviyani 15
27 Adelina Putri Damayanti 14
28 Linda Dwi Agustin 15
29 Muh Khoirul Anwar 15
252

Perhitungan Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa


Nomor Butir Soal dan Skor
Maksimal Skor
No. Nama
1 2 3 4 Total
4 4 4 4
1 David Alfian A 3 3 3 2 11
2 Dina Wijayanti P 4 3 4 3 14
3 Biggy Noertova Aldiyanto 4 2 3 2 11
4 Prasetyo K 3 3 2 3 11
5 Rahma Firdayanti 3 3 4 3 13
6 Rosita Indah K 3 3 2 3 11
7 Husna Anisah 3 3 4 2 12
8 Kevin RRL 3 3 2 2 10
9 Riski Toha M 3 3 2 3 11
10 Sindi Ayu A.P 4 4 4 3 15
11 Alan Wyarta 4 2 3 3 12
12 Bilka Sabira Al-Widad 4 3 4 4 15
13 Dentha Lorenza Prastyana P 4 3 4 3 14
14 Riska Fadila O 3 3 4 3 13
15 Yustika Sari Silviani 3 3 4 3 13
16 Syahfitri Pratiwi 4 3 2 3 12
17 Venti Puspitasari 4 3 4 3 14
18 Adji Estu Ilhamsyah 3 3 3 3 12
19 Rangga Adi W 3 2 3 4 12
20 Alfa Rahma M.A 4 3 4 3 14
21 Anglita Wigina Putri 3 3 4 2 12
22 Tommy Lucky S 3 3 4 3 13
23 Darma Aji Nugroho 4 2 4 2 12
24 Gerik Rino Kasprian 3 2 2 2 9
25 Linda A.P 4 3 4 3 14
26 Silvi Oktaviyani 4 3 4 3 14
27 Adelina Putri Damayanti 3 3 4 3 13
28 Linda Dwi Agustin 3 2 4 2 11
29 Muh Khoirul Anwar 4 3 4 4 15
jumlah 100 82 99 82 363
Si² 0,25616 0,21921 0,67980 0,36207
∑Si² 1,51724
St² 2,40148
r 0,49094
₁₁
Karena r , terletak diantara kategori 0,40 < r £ 0,60 , maka Tes Kemampuan
₁₁ Matematik dinyatakan dalam reliabilitas
Komunikasi ₁₁ sedang.
254

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 4
ANALISIS HASIL PENELITIAN

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
255

PERHITUNGAN SKOR PRETES TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK KELAS EKSPERIMEN (Kelas VIIIC)

Nomor Butir Soal


dan Skor Maksimal Skor Skor
No. Nama
1 2 3 4 Total Akhir
4 4 4 4
1 Agil Kusuma Kresnayana 2 1 1 1 5 31,25
2 Ajeng Agustina 1 1 1 1 4 25
3 Albian Muhammad Fauzi 2 0 1 0 3 18,75
4 Alfredo Yolanda Oka 3 1 1 0 5 31,25
5 Anissa Nurlita Fauziyah 4 1 3 1 9 56,25
6 Apriza Dwiky Andrian Putra 4 1 3 1 9 56,25
7 Arin Dwi Mardianti 4 3 2 0 9 56,25
8 Asa Caesar Mahrus 3 1 2 1 7 43,75
9 Awan Prasetya 4 1 3 1 9 56,25
10 Cut Aura Shella Syavira Putri 4 1 4 1 10 62,5
11 Exzax Isyabillilah 2 0 2 0 4 25
12 Febrian Setyananda 2 0 2 0 4 25
13 Gde Dharma Ardyansyah 4 1 2 1 8 50
14 Greetsky Widya Caesar Fimanda 2 2 2 1 7 43,75
15 Himarisa Alfidha 4 2 4 1 11 68,75
16 Iis Sandy Setyorini 4 2 4 1 11 68,75
17 Ika Marliana Putri 1 1 1 1 4 25
18 Lathifa Geanartaroayna 4 4 2 0 10 62,5
19 Mohammad Rafli Rizal 4 1 1 0 6 37,5
20 Monica Aprillia 4 1 4 1 10 62,5
21 Monica Reza Pratiwi 4 1 2 1 8 50
22 Muhammad Gandhi Rayvaldo 2 0 2 1 5 31,25
23 Pricilla Cantika Dewi 4 1 2 0 7 43,75
24 Randi Tri Wahyuda 2 0 3 0 5 31,25
25 Ridha Inayah 3 1 4 1 9 56,25
26 Tasya Salsabila Reviputri 1 0 1 0 2 12,5
27 Widya Novita Sari 3 1 4 1 9 56,25
256

PERHITUNGAN SKOR PRETES TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK KELAS KONTROL (Kelas VIIIB)

Nomor Butir Soal


dan Skor Maksimal Skor Skor
No. Nama
1 2 3 4 Total Akhir
4 4 4 4
1 Abiwada Bumandhala 2 4 2 3 11 68,75
2 Andam Bahiaqi Raharjo 4 4 2 3 13 81,25
3 Ardelia Dwi Cahyani 2 0 3 1 6 37,5
4 Arina Sukma Tanjung Asri 4 4 2 3 13 81,25
5 Bryna Berliana Risnasya Putri 4 3 2 4 13 81,25
6 Damarid Wahyu Anggi Pratama 2 2 1 4 9 56,25
7 Dea Ardelina Wulansari 2 3 2 4 11 68,75
8 Dewa Auditiya Putra Pratama 3 2 1 3 9 56,25
9 Dimas Andhika Fannany 3 2 2 3 10 62,5
10 Dwiky Satria Adjie 2 3 2 3 10 62,5
11 Elzada Yeka Rochani 3 4 4 4 15 93,75
12 Fadhal Athallah Ramadhan 2 3 2 3 10 62,5
13 Fayza Karunia Asadanie 2 3 2 4 11 68,75
14 Fazri Reksa Difani 3 3 0 0 6 37,5
15 Hanny Ardina Yashinta 2 4 4 4 14 87,5
16 I Gusti Ngurah Agung Dicky D 4 3 0 0 7 43,75
17 Indra Aditiya Pradana 4 3 0 0 7 43,75
18 Inez Septazia Susanto Putri 2 3 2 4 11 68,75
19 Irfan Winanda Putra 3 0 4 1 8 50
20 Janan Salma Najiyah 2 3 2 4 11 68,75
21 Liyana Nadia Rahma 1 0 1 0 2 12,5
22 Maulana Azhari 4 3 2 3 12 75
23 Muhammad Fakhri Fadlurrohman 3 2 4 1 10 62,5
24 Nabila Putri Tsany 1 1 2 0 4 25
25 Olivia Nabila Wara Wardhani 1 0 2 0 3 18,75
26 Panji Leksono Mukti 4 3 0 3 10 62,5
27 Penny Setiani 2 3 2 4 11 68,75
28 Robet Ade Purnomo 4 3 0 3 10 62,5
29 Satriawan Bima Hendarto 4 3 0 0 7 43,75
30 Vina Yuliyanti 2 4 2 3 11 68,75
257

PERHITUNGAN SKOR POSTES TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK KELAS EKSPERIMEN (Kelas VIIIC)

Nomor Butir Soal


dan Skor Maksimal Skor Skor
No. Nama
1 2 3 4 Total Akhir
4 4 4 4
1 Agil Kusuma Kresnayana 4 4 1 1 10 62,5
2 Ajeng Agustina 4 4 1 1 10 62,5
3 Albian Muhammad Fauzi 4 2 4 4 14 87,5
4 Alfredo Yolanda Oka 4 1 3 4 12 75
5 Anissa Nurlita Fauziyah 4 4 1 3 12 75
6 Apriza Dwiky Andrian Putra 4 2 4 4 14 87,5
7 Arin Dwi Mardianti 4 4 4 3 15 93,75
8 Asa Caesar Mahrus 4 3 4 3 14 87,5
9 Awan Prasetya 4 2 3 4 13 81,25
10 Cut Aura Shella Syavira Putri 3 1 4 1 9 56,25
11 Exzax Isyabillilah 4 2 0 2 8 50
12 Febrian Setyananda 4 4 4 0 12 75
13 Gde Dharma Ardyansyah 4 4 4 3 15 93,75
14 Greetsky Widya Caesar Fimanda 4 4 1 3 12 75
15 Himarisa Alfidha 2 1 3 2 8 50
16 Iis Sandy Setyorini 4 3 2 3 12 75
17 Ika Marliana Putri 2 1 1 4 8 50
18 Lathifa Geanartaroayna 4 4 1 4 13 81,25
19 Mohammad Rafli Rizal 4 1 3 4 12 75
20 Monica Aprillia 4 4 4 3 15 93,75
21 Monica Reza Pratiwi 4 1 4 4 13 81,25
22 Muhammad Gandhi Rayvaldo 2 1 4 3 10 62,5
23 Pricilla Cantika Dewi 4 1 4 4 13 81,25
24 Randi Tri Wahyuda 4 2 4 3 13 81,25
25 Ridha Inayah 4 2 4 4 14 87,5
26 Tasya Salsabila Reviputri 4 4 4 1 13 81,25
27 Widya Novita Sari 4 4 4 4 16 100
258

PERHITUNGAN SKOR POSTES TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK KELAS KONTROL (Kelas VIIIB)

Nomor Butir Soal


dan Skor Maksimal Skor Skor
No. Nama
1 2 3 4 Total Akhir
4 4 4 4
1 Abiwada Bumandhala 4 4 1 1 10 62,5
2 Andam Bahiaqi Raharjo 2 4 3 4 13 81,25
3 Ardelia Dwi Cahyani 2 1 1 1 5 31,25
4 Arina Sukma Tanjung Asri 4 4 4 4 16 100
5 Bryna Berliana Risnasya Putri 4 4 1 1 10 62,5
6 Damarid Wahyu Anggi Pratama 4 3 1 1 9 56,25
7 Dea Ardelina Wulansari 3 4 2 1 10 62,5
8 Dewa Auditiya Putra Pratama 4 2 1 1 8 50
9 Dimas Andhika Fannany 4 3 4 1 12 75
10 Dwiky Satria Adjie 2 4 1 1 8 50
11 Elzada Yeka Rochani 4 4 4 4 16 100
12 Fadhal Athallah Ramadhan 4 1 3 3 11 68,75
13 Fayza Karunia Asadanie 4 4 4 1 13 81,25
14 Fazri Reksa Difani 4 4 3 1 12 75
15 Hanny Ardina Yashinta 4 3 4 4 15 93,75
16 I Gusti Ngurah Agung Dicky D 4 3 4 1 12 75
17 Indra Aditiya Pradana 4 3 4 3 14 87,5
18 Inez Septazia Susanto Putri 4 4 4 1 13 81,25
19 Irfan Winanda Putra 3 1 4 4 12 75
20 Janan Salma Najiyah 4 4 4 1 13 81,25
21 Liyana Nadia Rahma 2 3 3 4 12 75
22 Maulana Azhari 4 0 1 4 9 56,25
23 Muhammad Fakhri Fadlurrohman 4 3 4 2 13 81,25
24 Nabila Putri Tsany 2 4 4 4 14 87,5
25 Olivia Nabila Wara Wardhani 2 1 1 1 5 31,25
26 Panji Leksono Mukti 4 4 4 2 14 87,5
27 Penny Setiani 4 4 4 1 13 81,25
28 Robet Ade Purnomo 4 2 4 3 13 81,25
29 Satriawan Bima Hendarto 4 3 3 3 13 81,25
30 Vina Yuliyanti 3 4 4 1 12 75
28 Robet Ade Purnomo 4 2 4 3 13 81,25
29 Satriawan Bima Hendarto 4 3 3 3 13 81,25
30 Vina Yuliyanti 3 4 4 1 12 75
259

DATA SKOR PRETES DAN POSTES KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK SISWA KELAS EKSPERIMEN ( Kelas VIII C)

No. Nama Skor PretesSkor Postes Selisih


1 Agil Kusuma Kresnayana 31,25 62,5 31,25
2 Ajeng Agustina 25 62,5 37,5
3 Albian Muhammad Fauzi 18,75 87,5 68,75
4 Alfredo Yolanda Oka 31,25 75 43,75
5 Anissa Nurlita Fauziyah 56,25 75 18,75
6 Apriza Dwiky Andrian Putra 56,25 87,5 31,25
7 Arin Dwi Mardianti 56,25 93,75 37,5
8 Asa Caesar Mahrus 43,75 87,5 43,75
9 Awan Prasetya 56,25 81,25 25
10 Cut Aura Shella Syavira Putri 62,5 56,25 -6,25
11 Exzax Isyabillilah 25 50 25
12 Febrian Setyananda 25 75 50
13 Gde Dharma Ardyansyah 50 93,75 43,75
14 Greetsky Widya Caesar Fimanda 43,75 75 31,25
15 Himarisa Alfidha 68,75 50 -18,75
16 Iis Sandy Setyorini 68,75 75 6,25
17 Ika Marliana Putri 25 50 25
18 Lathifa Geanartaroayna 62,5 81,25 18,75
19 Mohammad Rafli Rizal 37,5 75 37,5
20 Monica Aprillia 62,5 93,75 31,25
21 Monica Reza Pratiwi 50 81,25 31,25
22 Muhammad Gandhi Rayvaldo 31,25 62,5 31,25
23 Pricilla Cantika Dewi 43,75 81,25 37,5
24 Randi Tri Wahyuda 31,25 81,25 50
25 Ridha Inayah 56,25 87,5 31,25
26 Tasya Salsabila Reviputri 12,5 81,25 68,75
27 Widya Novita Sari 56,25 100 43,75
32,40741
s 18,83291
260

DATA SKOR PRETES DAN POSTES KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK SISWA KELAS KELAS KONTROL (Kelas VIII B)

No. Nama Skor PretesSkor Postes Selisih


1 Abiwada Bumandhala 68,75 50 -18,75
2 Andam Bahiaqi Raharjo 81,25 93,75 12,5
3 Ardelia Dwi Cahyani 37,5 31,25 -6,25
4 Arina Sukma Tanjung Asri 81,25 100 18,75
5 Bryna Berliana Risnasya Putri 81,25 62,5 -18,75
6 Damarid Wahyu Anggi Pratama 56,25 56,25 0
7 Dea Ardelina Wulansari 68,75 62,5 -6,25
8 Dewa Auditiya Putra Pratama 56,25 50 -6,25
9 Dimas Andhika Fannany 62,5 75 12,5
10 Dwiky Satria Adjie 62,5 50 -12,5
11 Elzada Yeka Rochani 93,75 100 6,25
12 Fadhal Athallah Ramadhan 62,5 68,75 6,25
13 Fayza Karunia Asadanie 68,75 81,25 12,5
14 Fazri Reksa Difani 37,5 75 37,5
15 Hanny Ardina Yashinta 87,5 93,75 6,25
16 I Gusti Ngurah Agung Dicky Devantara 43,75 75 31,25
17 Indra Aditiya Pradana 43,75 87,5 43,75
18 Inez Septazia Susanto Putri 68,75 81,25 12,5
19 Irfan Winanda Putra 50 75 25
20 Janan Salma Najiyah 68,75 81,25 12,5
21 Liyana Nadia Rahma 12,5 75 62,5
22 Maulana Azhari 75 56,25 -18,75
23 Muhammad Fakhri Fadlurrohman 62,5 81,25 18,75
24 Nabila Putri Tsany 25 87,5 62,5
25 Olivia Nabila Wara Wardhani 18,75 31,25 12,5
26 Panji Leksono Mukti 62,5 87,5 25
27 Penny Setiani 68,75 81,25 12,5
28 Robet Ade Purnomo 62,5 81,25 18,75
29 Satriawan Bima Hendarto 43,75 81,25 37,5
30 Vina Yuliyanti 68,75 75 6,25
13,54167
s 21,08859
261

UJI NORMALITAS DATA TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK SISWA KELAS EKSPERMEN (Kelas VIII C)

No. x zi F(zi) s(zi) |f(zi)-s(zi)|


1 -18,75 -2,71638 0,00330 1 0,03448 0,03118
2 -6,25 -2,05265 0,02005 2 0,06897 0,04891
3 6,25 -1,38892 0,08243 3 0,10345 0,02102
4 18,75 -0,72519 0,23417 5 0,17241 0,06175
5 18,75 -0,72519 0,23417 5 0,17241 0,06175
6 25 -0,39332 0,34704 8 0,27586 0,07118
7 25 -0,39332 0,34704 8 0,27586 0,07118
8 25 -0,39332 0,34704 8 0,27586 0,07118
9 31,25 -0,06146 0,47550 15 0,51724 0,04174
10 31,25 -0,06146 0,47550 15 0,51724 0,04174
11 31,25 -0,06146 0,47550 15 0,51724 0,04174
12 31,25 -0,06146 0,47550 15 0,51724 0,04174
13 31,25 -0,06146 0,47550 15 0,51724 0,04174
14 31,25 -0,06146 0,47550 15 0,51724 0,04174
15 31,25 -0,06146 0,47550 15 0,51724 0,04174
16 37,5 0,27041 0,60658 19 0,65517 0,04860
17 37,5 0,27041 0,60658 19 0,65517 0,04860
18 37,5 0,27041 0,60658 19 0,65517 0,04860
19 37,5 0,27041 0,60658 19 0,65517 0,04860
20 43,75 0,60228 0,72650 23 0,79310 0,06660
21 43,75 0,60228 0,72650 23 0,79310 0,06660
22 43,75 0,60228 0,72650 23 0,79310 0,06660
23 43,75 0,60228 0,72650 23 0,79310 0,06660
24 50 0,93414 0,82488 25 0,86207 0,03718
25 50 0,93414 0,82488 25 0,86207 0,03718
26 68,75 1,92974 0,97318 27 0,93103 0,04215
27 68,75 1,92974 0,97318 27 0,93103 0,04215
262

32,40741
n : 27
s : 18,83291
L obs : 0,07118
L tabel : 0,1682
DK : {L | L > 0,1682}
Keputusan : L obs DK, H0 diterima
Kesimpulan : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
0,173
x 0,161
30 - 27 = 3
30 - 25 = 5
0,173 - 0,161 = 0,012

25
27 30

0,012 3
  0,161
5
L0,05:27  0,0072 0,161 0,1682
263

UJI NORMALITAS DATA TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK SISWA KELAS KONTROL(Kelas VIII B)

No. x zi F(zi) s(zi) |f(zi)-s(zi)|


1 -18,75 -1,53124 0,06286 3 0,10000 0,03714
2 -18,75 -1,53124 0,06286 3 0,10000 0,03714
3 -18,75 -1,53124 0,06286 3 0,10000 0,03714
4 -12,5 -1,23487 0,10844 4 0,13333 0,02489
5 -6,25 -0,93850 0,17399 7 0,23333 0,05934
6 -6,25 -0,93850 0,17399 7 0,23333 0,05934
7 -6,25 -0,93850 0,17399 7 0,23333 0,05934
8 0 -0,64213 0,26039 8 0,26667 0,00627
9 6,25 -0,34576 0,36476 12 0,40000 0,03524
10 6,25 -0,34576 0,36476 12 0,40000 0,03524
11 6,25 -0,34576 0,36476 12 0,40000 0,03524
12 6,25 -0,34576 0,36476 12 0,40000 0,03524
13 12,5 -0,04939 0,48030 19 0,63333 0,15303
14 12,5 -0,04939 0,48030 19 0,63333 0,15303
15 12,5 -0,04939 0,48030 19 0,63333 0,15303
16 12,5 -0,04939 0,48030 19 0,63333 0,15303
17 12,5 -0,04939 0,48030 19 0,63333 0,15303
18 12,5 -0,04939 0,48030 19 0,63333 0,15303
19 12,5 -0,04939 0,48030 19 0,63333 0,15303
20 18,75 0,24697 0,59754 22 0,73333 0,13580
21 18,75 0,24697 0,59754 22 0,73333 0,13580
22 18,75 0,24697 0,59754 22 0,73333 0,13580
23 25 0,54334 0,70655 24 0,80000 0,09345
24 25 0,54334 0,70655 24 0,80000 0,09345
25 31,25 0,83971 0,79946 25 0,83333 0,03387
26 37,5 1,13608 0,87204 27 0,90000 0,02796
27 37,5 1,13608 0,87204 27 0,90000 0,02796
28 43,75 1,43245 0,92399 28 0,93333 0,00934
29 62,5 2,32156 0,98987 30 1,00000 0,01013
30 62,5 2,32156 0,98987 30 1,00000 0,01013
264

13,54167
n : 30
s : 21,08859
L obs : 0,15303
Ltabel : 0,161
DK : {L | L > 0,161}
Keputusan : L obs  DK, H0 diterima
Kesimpulan : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
265

UJI HOMOGENITAS DATA TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI


MATEMATIK SISWA

8C (kelas eksperimen) 8B (kelas kontrol)


No. x1 No. x2
1 -18,75 1 -18,75
2 -6,25 2 -18,75
3 6,25 3 -18,75
4 18,75 4 -12,5
5 18,75 5 -6,25
6 25 6 -6,25
7 25 7 -6,25
8 25 8 0
9 31,25 9 6,25
10 31,25 10 6,25
11 31,25 11 6,25
12 31,25 12 6,25
13 31,25 13 12,5
14 31,25 14 12,5
15 31,25 15 12,5
16 37,5 16 12,5
17 37,5 17 12,5
18 37,5 18 12,5
19 37,5 19 12,5
20 43,75 20 18,75
21 43,75 21 18,75
22 43,75 22 18,75
23 43,75 23 25
24 50 24 25
25 50 25 31,25
26 68,75 26 37,5
27 68,75 27 37,5
Ʃ 856,25 28 43,75
29 62,5
30 62,5
Ʃ 362,5
266

32,40741
S ² : 354,67860
₁ 13,54167
S ² : 444,72881
F ₂hitung : 1,25389
F tabel : 1,90740
Dk : {F | F > 1,90740}
keputusan : F hitung Ï DK, H0 diterima
Kesimpulan : sampel berasal dari populasi
dengan varian homogen
267

UJI HIPOTESIS PENELITIAN

8C (kelas eksperimen) 8B (kelas kontrol)


No X No X
1 -18,75 1 -18,75
2 -6,25 2 -18,75
3 6,25 3 -18,75
4 18,75 4 -12,5
5 18,75 5 -6,25
6 25 6 -6,25
7 25 7 -6,25
8 25 8 0
9 31,25 9 6,25
10 31,25 10 6,25
11 31,25 11 6,25
12 31,25 12 6,25
13 31,25 13 12,5
14 31,25 14 12,5
15 31,25 15 12,5
16 37,5 16 12,5
17 37,5 17 12,5
18 37,5 18 12,5
19 37,5 19 12,5
20 43,75 20 18,75
21 43,75 21 18,75
22 43,75 22 18,75
23 43,75 23 25
24 50 24 25
25 50 25 31,25
26 68,75 26 37,5
27 68,75 27 37,5
28 43,75
29 62,5
30 62,5
268

32,40741
13,54167
n : 27
n₁ : 30
S₂ ² 354,67860
:
S ₁² 444,72881
:
S₂gab :20,05392
t hitung : 3,54633
t tabel : 2,00404
DK {t | t >: t tabel}
Keputusant hitung
:  DK, maka H ditolak
Kesimpulan
kemampuan
: komunikasi₀ matematik siswa yang diajar dengan
Problem Based Learning lebih baik daripada kemampuan
komunikasi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional
269

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 5
DAFTAR TABEL

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
270
271

Tabel 6: Nilai F0,05;v1,v2


v1
v2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 161.4 199.5 215.7 224.6 230 234.0 236.8 238.9 240.5
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00

5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77


6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18

10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02


11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65

15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59


16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42

20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39


21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30

25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28


26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22

30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21


40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04
120 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02 1.96
∞ 3.84 3.00 2.60 2.37 2.21 2.10 2.01 1.94 1.88
Sumber: Walpole, R.E. 1982. Introduction to Statistics. New York: Macmillan
Publishing Co., Inc
272

Tabel 6: Nilai F0,05;v1,v2 (lanjutan)


V1
v2 10 12 15 20 24 30 40 60 120 ∞
1 241.9 243.9 245.9 248.0 249.1 250.1 251.1 252.2 243.3 254.3
2 19.40 19.41 19.43 19.45 19.45 19.46 19.47 19.48 19.49 19.50
3 8.79 8.74 8.70 8.66 8.64 8.62 8.59 8.57 8.55 8.53
4 5.96 5.91 5.86 5.80 5.77 5.75 5.72 5.69 5.66 5.63

5 4.74 4.68 4.62 4.56 4.53 4.50 4.46 4.43 4.40 4.36
6 4.06 4.00 3.94 3.87 3.84 3.81 3.77 3.74 3.70 3.67
7 3.64 3.57 3.51 3.44 3.41 3.38 3.34 3.30 3.27 3.23
8 3.35 3.28 3.22 3.15 3.12 3.08 3.04 3.01 2.97 2.93
9 3.14 3.07 3.01 2.94 2.90 2.86 2.83 2.79 2.75 2.71

10 2.98 2.91 2.85 2.77 2.74 2.70 2.66 2.62 2.58 2.54
11 2.85 2.79 2.72 2.65 2.61 2.57 2.53 2.49 2.45 2.40
12 2.75 2.69 2.62 2.54 2.51 2.47 2.43 2.38 2.34 2.30
13 2.67 2.60 2.53 2.46 2.42 2.38 2.34 2.30 2.25 2.21
14 2.70 2.53 2.46 2.39 2.35 2.31 2.27 2.22 2.18 2.13

15 2.54 2.48 2.40 2.33 2.29 2.25 2.20 2.16 2.11 2.07
16 2.49 2.42 2.35 2.28 2.24 2.19 2.15 2.11 2.06 2.01
17 2.45 2.38 2.31 2.23 2.19 2.15 2.10 2.06 2.01 1.96
18 2.41 2.34 2.27 2.19 2.15 2.11 2.06 2.02 1.97 1.92
19 2.38 2.31 2.23 2.16 2.11 2.07 2.03 1.98 1.93 1.88

20 2.35 2.28 2.20 2.12 2.08 2.04 1.99 1.95 1.90 1.84
21 2.32 2.25 2.18 2.10 2.05 2.01 1.96 1.92 1.87 1.81
22 2.30 2.23 2.15 2.07 2.03 1.98 1.94 1.89 1.84 1.78
23 2.27 2.20 2.13 2.05 2.01 1.96 1.91 1.86 1.81 1.76
24 2.25 2.18 2.11 2.03 1.98 1.94 1.89 1.84 1.79 1.73

25 2.24 2.16 2.09 2.01 1.96 1.92 1.87 1.82 1.77 1.71
26 2.22 2.15 2.07 1.99 1.95 1.90 1.85 1.80 1.75 1.69
27 2.20 2.13 2.06 1.97 1.93 1.88 1.84 1.79 1.73 1.67
28 2.19 2.12 2.04 1.96 1.91 1.87 1.82 1.77 1.71 1.65
29 2.18 2.10 2.03 1.94 1.90 1.85 1.81 1.75 1.70 1.64

30 2.16 2.09 2.01 1.93 1.89 1.84 1.79 1.74 1.68 1.62
40 2.08 2.00 1.92 1.84 1.79 1.74 1.69 1.64 1.58 1.51
60 1.99 1.92 1.84 1.75 1.70 1.65 1.59 1.53 1.47 1.39
120 1.91 1.83 1.75 1.66 1.61 1.55 1.50 1.43 1.35 1.25
∞ 1.83 1.75 1.67 1.57 1.52 1.46 1.39 1.32 1.22 1.00
273
274
275

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI PENELITIAN

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MA TEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
276

Dokumentasi kelas VIII C (Kelas Eksperimen)

Gambar 1. Pretes Gambar 2. Proses Pembelajaran


277

Gambar 3. Presentasi Gambar 4. Postes


278

Dokumentasi kelas VIII B (Kelas Kontrol)

Gambar 1. Pretes Gambar 2. Proses Pembelajaran


279
280

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK


SISWA PADA PROBLEM BASED LEARNING DAN
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

LAMPIRAN 7
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN

Oleh:
Anik Puji Wahyuni
NIM: 13409003

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd
2. Vigih Hery Kristanto, M.Pd

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2014
281

Anda mungkin juga menyukai