TESIS
Dian Wahyuni
NIM 16070895002
TESIS
Dian Wahyuni
NIM 16070895002
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil belajar siswa pada mata pelajaran
pemeliharaan mesin kendaraan ringan yang masih kurang. Hal ini disebabkan
salah satunya dari model pembelajaran langsung. Model pembelajaran yang
seperti ini cenderung membosankan dan berpusat pada guru. Adapun faktor lain
yang mempengaruhi hasil belajar yakni tingkat kecerdasan logika matematis siswa.
Tujuan penelitian ini untuk menemukan model pembelajaran yang cocok dalam
meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tingkat kecerdasan logika
matematis siswa. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah dan model pembelajaran langsung berdasarkan tingkat kecerdasan logika
matematis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan
model pembelajaran langsung dan berbasis masalah, untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar siswa dengan tingkat kecerdasan pada model pembelajaran langsung
dan berbasis masalah, dan menganalisis hubungan antara tingkat kecerdasan dan
model pembelajaran langsung serta model pembelajaran berbasis masalah.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan
kuantitatif, yang terdiri dari dua kelas yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas kontrol diajarkan dengan model pembelajaran langsung. Sedangkan kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Desain penelitian
yang digunakan yakni desain faktorial 2x2. Dengan sampel yang digunakan dua
kelas XI Teknik Kendaraan Ringan SMK KAL-1 Surabaya. Selanjutnya
instrumen yang digunakan meliputi instrumen ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotor.
Penelitian ini menghasilkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus,
RPP, LKS, serta lembar penilaian yang sudah divalidasi serta reliabel. Hasil
penelitian ini meliputi: (1) hasil belajar MPBM lebih tinggi secara signifikan
daripada hasil belajar MPL; (2) Hasil belajar siswa yang memiliki kecerdaan
logika matematis tinggi menggunakan MPBM lebih tinggi daripada hasil belajar
menggunakan MPL; (3) hasil belajar siswa yang memiliki kecerdasan logika
matematis rendah dengan MPL lebih tinggi dibanding dengan siswa yang diajar
menggunakan MPBM; (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
kecerdasan logika matematis siswa terhadap hasil belajar siswa.
vi
ABSTRACT
Wahyuni, Dian. 2018. Effect of Problem-Based Learning Models on Class XI
Student Learning Outcomes in Subjects of Light Vehicle Engine Maintenance at
KAL 1 Vocational School Surabaya. Thesis, Technology and Vocational
Education Study Program, Postgraduate Program in Surabaya State University.
Advisor: (I) Prof. Dr. H. Muchlas Samani, M.Pd., and (II) Dr. Theodorus
Wiyanto, M.Pd.
Keywords: Problem based learning model, direct learning model, learning
outcomes, and level of intelligence.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmatnya, sehingga penulis dapat meyelesaikan tesis ini yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan di
SMK KAL 1 Surabaya” dengan baik dan lancar. Penulisan Tesis ini bertujuan
untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Pascasarjana Unesa.
Dalam menyelesaikan Tesis ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
pengarahan, petunjuk dan saran serta fasilitas yang membantu dalam penyelesaian
penulisan tesis ini. Untuk itu tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orang Tuaku (Edwin dan Nurwahyuni) yang selalu membimbing
danmemberikan dukungan tanpa henti.
2. Kepada anakku tercinta(Dhamare) yang selalu memberikan semangatuntuk
menyelesaikan penelitian ini.
3. Kepada suamiku tercinta (Imam Qozali Pratama) yang selalu
memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan penelitian ini
4. Prof. Dr. H. Muchlas Samani,M.Pd., selaku dosen pembimbing 1.
5. Dr.Theodorus Wiyanto,M.Pd, selaku Dosen Pembimbing 2.
6. Kepada sahabat Sudirman Rizki dan Mbak Yuniar yang selalu membantu
danmensupport dalam penelitian ini
7. Kepada rekan kerja SMK PGRI 6 Surabaya dan SMK KAL-1 Surabaya,
serta orang-orang tercinta yang tak dapat disebutkan satu persatu atas
dukungan dandoa yang diberikan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
3. Tahapan Model Pembelajaran Langsung ....................................... 21
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung .......... 25
C. Perangkat Pembelajaran ................................................................... 27
1. Silabus ......................................................................................... 27
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ................................... 31
3. Lembar Kerja Siswa ..................................................................... 36
4. Lembar Penilaian Siswa ............................................................... 38
D. Tingkat Kecerdasan Logika Matematis ............................................. 41
1. Pengertian Tingkat Kecerdasan Logika Matematis ....................... 41
2. Ciri-Ciri Tingkat Kecerdasan Logika Matematis ........................... 42
3. Macam-Macam Tingkat Kecerdasan Logika Matematis ................ 43
E. Kerangka Berpikir ............................................................................ 44
F. Hipotesis ........................................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 53
A. Desain Penelitian ............................................................................. 53
B. Prosedur Penelitian ........................................................................... 55
C. Variabel Penelitian ........................................................................... 57
D. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 58
E. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 59
F. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 59
1. Tempat Penelitian ......................................................................... 59
2. Waktu Penelitian .......................................................................... 60
G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ........................ 60
1. Metode Tes ................................................................................... 60
2. Penilaian Observasi ...................................................................... 62
3. Validasi ........................................................................................ 67
H. Hasil Validasi Instrumen Penelitian .................................................. 75
1. Hasil Validasi Instrumen Tes ........................................................ 75
2. Hasil Validasi Instrumen Observasi .............................................. 76
3. Hasil Validasi Instrumen Perangkat Pembelajaran ........................ 78
I. Hasil Uji Coba Lapangan ................................................................... 80
x
1. Hasil Validasi Butir Soal .............................................................. 80
2. Tingkat Kesukaran Butir Soal ....................................................... 81
3. Daya Beda Butir Soal ................................................................... 82
4. Efektifitas Pengecoh (Distraktor) .................................................. 84
J. Reliabilitas Instrumen Penelitian ....................................................... 85
1. Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar Ranah Kognitif ..................... 85
2. Reliabilitas Instrumen Observasi .................................................. 87
3. Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Logika Matematis ................... 88
K. Teknik Analisis Data ........................................................................ 89
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................................... 89
2. Analisis Hasil Belajar Siswa ......................................................... 90
3. Uji Hipotesis ................................................................................ 91
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 95
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ........................................................ 95
1. Data Nilai Kecerdasan Logika Matematis ..................................... 95
2. Data Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif ..................................... 96
3. Data Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif ....................................... 101
4. Data Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor ................................. 104
B. Uji Prasyarat Analisis Data ............................................................... 107
1. Uji Normalitas .............................................................................. 108
2. Uji Homogenitas Variansi ............................................................ 115
C. Uji Hipotesis .................................................................................... 121
1. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif ........................ 122
2. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif .......................... 127
3. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor .................... 131
BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN ....................................................... 137
A. Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan MPBM Lebih Tinggi
Dibanding dengan MPL ................................................................... 137
B. Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Kecerdasan Logika Matematis
Tinggi Diajar dengan MPBM Lebih Tinggi Dibanding Siswa yang
Diajar dengan MPL .......................................................................... 140
C. Hasil Belajar Siswa yang Memiliki Kecerdasan Logika Matematis
Rendah Diajar dengan MPL Lebih Tinggi Dibanding Siswa yang
xi
Diajar dengan MPBM ...................................................................... 142
D. Interaksi Penggunaan Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika
Matematis Siswa terhadap Hasil Belajar Siswa ................................. 144
BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 147
A. Simpulan .......................................................................................... 147
B. Implikasi Penelitian ......................................................................... 148
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 149
D. Saran ................................................................................................ 150
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 153
LAMPIRAN .................................................................................................. 157
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran
Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan di SMK KAL-1 Surabaya
dalam Kurun Waktu 2015-2017 ................................................... 2
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ...................... 15
Tabel 2.2 Sintaks MPBM pada Mata Pelajaran PMKR ................................. 16
Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung ......................................... 22
Tabel 2.4 Sintaks MPL pada Mata Pelajaran PMKR ....................................
Tabel 2.4 Komponen-Komponen Silabus Kurikulum 2013 ........................... 28
Tabel 2.4 Spesifikasi Silabus Mata Pelajaran Pmkr ...................................... 29
Tabel 2.4 Indikator Penilaian Validiras Rpp ................................................. 32
Tabel 2.4 Spesifikasi RPP MPBM pada Mata Pelajaran PMKR ................... 33
Tabel 2.4 Spesifikasi RPP MPL pada Mata Pelajaran PMKR ....................... 34
Tabel 2.4 Kriteria Kualitas Lembar Kerja Siswa ........................................... 37
Tabel 3.1 Desain Analisis Penelitian ............................................................ 55
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Hasil Belajar Ranah Kognitif ......................................... 60
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Hasil Belajar Ranah Afektif ........................................... 62
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Hasil Belajar Ranah Psikomotor .................................... 64
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Hasil Belajar Kecerdasan Logika Matematis .................. 67
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Lembar Validasi Instrumen Hasil Belajar Kognitif ........ 68
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Lembar Validasi Instrumen Hasil Belajar Afektif .......... 69
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Lembar Validasi Instrumen Hasil Belajar Psikomotor .... 69
Tabel 3.9 Kisi-Kisi Lembar Validasi Instrumen Hasil Belajar Kecerdasan
Logika Matematis ........................................................................ 70
Tabel 3.10 Kisi-Kisi Lembar Validasi Silbus ................................................. 71
Tabel 3.11 Kisi-Kisi Lembar Validasi RPP ................................................... 72
Tabel 3.12 Kisi-Kisi Lembar Validasi LKS ................................................... 74
Tabel 3.13 Nama-Nama Validator ................................................................. 75
Tabel 3.14 Hasil Validasi Instrumen Hasil Belajar Ranah Kognitif ................ 76
Tabel 3.15 Hasil Validasi Instrumen Hasil Belajar Ranah Afektif ................. 76
Tabel 3.16 Hasil Validasi Instrumen Hasil Belajar Ranah Psikomotor ............ 77
xiv
Tabel 3.17 Hasil Validasi Instrumen Kecerdasan Logika Matematis .............. 77
Tabel 3.18 Hasil Validasi Silabus ................................................................... 78
Tabel 3.19 Hasil Validasi RPP ....................................................................... 79
Tabel 3.20 Hasil Validasi LKS ....................................................................... 79
Tabel 3.21 Distribusi Soal Berdasarkan Indeks Validitas ................................ 80
Tabel 3.22 Distribusi Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran ........................... 82
Tabel 3.23 Distribusi Soal Berdasarkan Indeks Daya Beda ............................. 83
Tabel 3.24 Distribusi Soal Berdasarkan Indeks Pengecoh ............................... 84
Tabel 3.25 Klasifikasi Kategori Croncach’s Alpha ......................................... 85
Tabel 3.26 Uji Reliabilitas Hasil Belajar Ranah Kognitif ................................ 85
Tabel 3.27 Klasifikasi Kategori Teknik ICC ................................................... 86
Tabel 3.28 Uji Reliabilitas Hasil Belajar Ranah Afektif ................................. 86
Tabel 3.29 Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar Ranah Afektif Antar
Pengamat ..................................................................................... 87
Tabel 3.30 uji reliabilitas hasil belajar ranah psikomotor ................................ 87
Tabel 3.31 Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar Ranah Psikomotor Antar
Pengamat ..................................................................................... 88
Tabel 3.32 Uji Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Logika Matematis ............. 88
Tabel 3.33 Uji Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Logika Matematis Antar
Pengamat ..................................................................................... 89
Tabel 4.1 Data nilai kecerdasan logika matematis ........................................ 95
Tabel 4.2 Data Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 96
Tabel 4.3 Output SPSS Deskripsi Data Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ........................................................................................ 97
Tabel 4.4 Output SPSS Deskripsi Data Post-Test Kelas Eksperimen ............ 99
Tabel 4.5 Output SPSS Deskripsi Data Post-Test Kelas Kontrol ................... 100
Tabel 4.6 Output SPSS Data Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen 102
Tabel 4.7 Output SPSS Data Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Kontrol ...... 103
Tabel 4.8 Output SPSS Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor Kelas
Eksperimen .................................................................................. 105
Tabel 4.9 Output SPSS Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor Kelas Kontrol 106
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ......................................................................... 108
xv
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ........................................................................ 110
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ranah Psikomotor Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................................................... 113
Tabel 4.13 Output Uji Levene’s Hasil Belajar Ranah Kognitif pada MPBM dan
MPL ............................................................................................ 116
Tabel 4.14 Output Uji Levene’s Hasil Belajar Ranah Afektif pada MPBM dan
MPL ............................................................................................ 117
Tabel 4.15 Output Uji Levene’s Hasil Belajar Ranah Psikomotor pada MPBM
dan MPL ...................................................................................... 119
Tabel 4.16 Output Uji Anakova Dua Jalur untuk Hasil Belajar Ranah Kognitif 121
Tabel 4.17 Output Uji Means Hasil Belajar Ranah Kognitif ........................... 123
Tabel 4.18 Interaksi Mean Skor Hasil Belajar Ranah Kognitif Berdasarkan
Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis .............. 124
Tabel 4.19 Output Uji Anakova Dua Jalur untuk Hasil Belajar Ranah Afektif 127
Tabel 4.20 Output Uji Means Hasil Belajar Ranah Afektif ............................. 127
Tabel 4.21 Interaksi Mean Skor Hasil Belajar Ranah Kognitif Berdasarkan
Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis .............. 128
Tabel 4.22 Output Uji Anakova Dua Jalur untuk Hasil Belajar Ranah
Psikomotor .................................................................................. 131
Tabel 4.23 Output Uji Means Hasil Belajar Ranah Psikomotor ...................... 131
Tabel 4.24 Interaksi Mean Skor Hasil Belajar Ranah Psikomotor Berdasarkan
Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis .............. 133
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
Lampiran 26. Surat Permohonan Izin Pengumpulan Data Uji Coba dan
Penelitian ................................................................................ 312
Lampiran 27. Data Mentah Kelas Uji Coba .................................................... 313
Lampiran 28. Hasil Validasi Butir Soal .......................................................... 314
Lampiran 29. Hasil Pengujian Tingkat Kesukaran Butir Soal ......................... 315
Lampiran 30. Hasil Pengujian Daya Beda Butir Soal ..................................... 316
Lampiran 31. Hasil Pengujian Efektivitas Pengecoh ....................................... 317
Lampiran 32. Output SPSS Pengujian Reliabilitas .......................................... 318
Lampiran 33. Data Mentah Pretest Kelas Eksperimen .................................... 321
Lampiran 34. Data Mentah Pretest Kelas Kontrol ........................................... 322
Lampiran 35. Data Mentah Posttest Kelas Eksperimen ................................... 323
Lampiran 36. Data Mentah Posttest Kelas Kontrol ......................................... 324
Lampiran 37. Data Mentah Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen .... 325
Lampiran 38. Data Mentah Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Kontrol .......... 326
Lampiran 39. Data Mentah Hasil Belajar Ranah Psikomotor Kelas
Eksperimen ............................................................................. 327
Lampiran 40. Data Mentah Hasil Belajar Ranah Psikomotor Kelas Kontrol ... 328
Lampiran 41. Data Mentah Nilai Kecerdasan Logika Matematika Kelas
Eksperimen ............................................................................. 329
Lampiran 42. Data Mentah Nilai Kecerdasan Logika Matematika Kelas
Kontrol .................................................................................... 330
Lampiran 43. Output SPSS Descriptive Statistic Nilai Pretest ......................... 331
Lampiran 44. Output SPSS Descriptive Statistic Hasil Belajar Ranah Kognitif 332
Lampiran 45. Output SPSS Descriptive Statistic Hasil Belajar Ranah Afektif 333
Lampiran 46. Output SPSS Descriptive Statistic Hasil Belajar Ranah
Psikomotor .............................................................................. 334
Lampiran 47. Output SPSS Uji Normalitas Distribusi Hasil Belajar Ranah
Kognitif ................................................................................... 335
Lampiran 48. Output SPSS Uji Normalitas Distribusi Hasil Belajar Ranah
Afektif .................................................................................... 336
Lampiran 49. Output SPSS Uji Normalitas Distribusi Hasil Belajar Ranah
Psikomotor ................................................................................ 337
Lampiran 50. Output SPSS Uji Homogenitas Variansi Hasil Belajar Ranah
Kognitif ................................................................................... 338
xviii
Lampiran 51. Output SPSS Uji Homogenitas Variansi Hasil Belajar Ranah
Afektif .................................................................................... 341
Lampiran 52. Output SPSS Uji Homogenitas Variansi Hasil Belajar Ranah
Psikomotor .............................................................................. 343
Lampiran 53. Output SPSS Uji Hipotesis ....................................................... 346
Lampiran 54. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 349
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistematika pendidikan di Negara berkembang sekarang ini lebih
menekankan pada peningkatan pola berpikir. Hal ini bisa dilihat dari beberapa
negara di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Sebagian besar penduduk
Indonesia masih belum mengembangkan pola berpikir tinggi atau High Order
Thinking Skill (HOTS), sehingga tidak sedikit orang-orang kurang bisa
mengembangkan kreativitas dan memecahkan masalah dengan tepat. Dari
hasil penelitian, Indonesia menduduki peringkat terbawah untuk
pengembangan pola berpikir tinggi. Pernyataan ini sesuai dengan (MPI, 2011:
41) dalam Ceativity and Prosperity: Global Creativity Index tahun 2015 yang
dipublikasikan oleh Martin Prosperity Institrute, bahwa peringkat kreativitas
Indonesia berada pada peringkat 108 dari 134 negara. Jika dilihat dari
kekayaan alam di Indonesia, seharusnya Indonesia lebih maju dari pada
negara Singapore. Ini terjadi karena penduduk Indonesia jarang melatih
kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk problem solving atau
memecahkan masalah. Jika pola berpikir tingkat tinggi ini terutama problem
solving dikembangkan, maka akan membantu memperbaiki kualitas
pendidikan nasional di masa depan. Serta dapat membantu memecahkan
masalah manusia di kehidupan sehari-hari.
Pendidikan merupakan pilar kehidupan seseorang. Melalui pendidikan
yang bermutu, maka sumber daya manusia di negara tersebut akan
berkualitas. Pendidikan bisa di dapat dimana saja, tidak harus dibangku
sekolah. Lingkunganrumah dan keluarga merupakan pendidikan dasar yang
diterima manusia dari dini. Oleh karena itu, perlu peranan penting dari
beberapa pihak untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
1
2
Kategori Persentase
Semester Kelas Jumlah
Tidak Tidak
Genap XI Siswa Tuntas Tuntas
Tuntas Tuntas
2016-2017 TKR A 33 24 9 73,5% 26,5%
TKR B 33 22 11 67,6 % 32,4%
2017-2018 TKR A 33 22 11 67,6 % 32,4%
TKR B 33 23 10 70,6% 29,4%
Jumlah Rata-Rata 198 136 62 69,5% 30,4%
Jika dilihat dari Tabel 1.1 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir, proses pembelajaran masih dalam kategori
belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari 198 siswa yang menempuh mata
pelajaran Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan, terdapat 136 siswa yang
kategori tuntas dengan persentase ketuntasan sebesar 69,5%. Dan jumlah
siswa yang tidak tuntas sebesar 62 siswa dengan persentase 30,4%. Dari nilai
ulangan harian siswa inilah yang melatarbelakangi perlunya penelitian ini
guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang
kurang maksimal. Beberapa faktor tersebut meliputi; (1) model
pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru; (2) pemahaman
guru tentang model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-
masing keterampilan abad 21 yang masih kurang; (3) kurangnya pemanfaatan
fasilitas pendukung proses pembelajaran; dan (4) guru masih bingung dalam
mengimplementasikan keterampilan yang dibutuhkan abad 21 pada mata
pelajaran.
Dari beberapa faktor di atas, penggunaan model pembelajaran yang
tidak sesuai dapat berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal.
Berdasarkan hasil observasi lanjutan, dapat diketahui bahwa sebagian guru
masih menggunakan model pembelajaran langsung (MPL) dalam kegiatan
pembelajaran. Model pembelajaran ini kurang sesuai jika diterapkan karena
belum mengarahkan siswa pada pembelajaran autentik yang mendukung
terbentuknya keterampilan- keterampilan yang ada pada diri siswa.
Pembelajaran autentik merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan
4
IPA Ditinjau Dari Minat Siswa Terhadap Pelajaran IPA Pada Siswa SD Di
Gugus IV Kecamatan Manggis” menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar IPA antara siswa yang menggunakan model MPBM dengan
siswa yang menggunakan model konvensional (FA = 18,942; p < 0,05).
Selain itu terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan minat
terhadap hasil belajar IPA (F AB = 7,931; p < 0,05). Untuk siswa yang
memiliki minat tinggi yang diberi MPBM lebih tinggi nilainya dibandingkan
dengan model konvensional (Q= 7,382; p< 0,05). Sedangkan siswa yang
memiliki minat belajar rendah tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPA dengan MPBM maupun model konvensional (Q = 1,494; p >
0,05).
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Jalani (2014) dengan
judul “Efficiency Comparisons between Example-Problem-Based Learning
and Teacher-Centered Learning in the Teaching of Circuit Theory”, dapat
menemukan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah dapat
meningkatkan kinerja siswa.
Masek ( 2011) melakukan penelitian tentang “Effect of Problem Based
Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Review”
menemukan bahwa ada proses hubungan yang spesifik dalam MPBM dalam
mendukung pengembangan pemikiran siswa sesuai dengan desain yang
diterapkan.
Lusi (2013) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa yang
Memiliki Kreativitas Berbeda pada Standar Kompetensi Menerapkan Dasar-
Dasar Teknik Digital di SMKN 7 Surabaya”. Dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa: (1) hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran berdasarkan masalah lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) hasil belajar
siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi lebih baik dan berbeda secara
signifikan; dan (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
kreativitas siswa, dengan nilai uji-F = 17,098.
6
C. Identifikasi Masalah
Pada penelitian ini terdapat beberapa permasalahan yang diuraikan
sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pemeliharaan Mesin
Kendaraan Ringan di SMK KAL-1 Surabaya masih kurang
memuaskan.
7
D. Lingkup penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam proses penelitian ini,
makadiperlukan batasan penelitian yang meliputi sebagai berikut.
1. Subyek penelitian yaitu siswa Kompetensi Keahlian Teknik
Kendaraan Ringan kelas XI TKR A dan XI TKR B di SMK KAL-1
Surabaya.
2. Kompetensi dasar (KD) yang digunakan yaitu KD 3.4 tentang
menerapkan cara perawatan sistem bahan bakar bensin konvensional/
karburator dan KD 4.4 tentang merawat berkala sistem bahan bakar
bensin konvensional/ karburator.
3. Penelitian dilakukan pada tahun ajaran 2019/2020 pada kompetensi
keahlian Teknik Kendaraan Ringan di SMK KAL-1 Surabaya yang
dilakukan dalam 5 kali pertemuan dengan alokasi waktu 1 kali
pertemuan = 8 Jam Pelajaran X 45 menit setiap pertemuannya.
4. Model pembelajaran yang digunakan dalam kelas eksperimen yaitu
model pembelajaran berbasis masalah (MPBM).
5. Model yang digunakan dalam kelas kontrol yaitu model pembelajaran
langsung (MPL).
6. Tes menggunakan pretest, post test, dan tes kinerja.
7. Pretest dan post test untuk menilai pengetahuan kognitif siswa. Dan tes
kinerja untuk mengetahui tingkat pemecahan masalah siswa. Perangkat
pembelajaran yang dibuat berupa:
a. Silabus, adapun komponennya yakni: identitas sekolah, kompetensi
8
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar siswa kelas XI yang diajar dengan model
pembelajaran berbasis masalah, lebih tinggi secara signifikan dibanding
hasil belajar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
langsung?
2. Apakah hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran pemeliharaan
mesin kendaraan ringan bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan
logika matematis tinggi dan diajarkan dengan model pembelajaran
berbasis masalah, lebih tinggi secara signifikan dibanding temannya
yang diajarkan model pembelajaran langsung di SMK KAL-1
Surabaya?
3. Apakah hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran pemeliharaan
9
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran berbasis masalah, lebih tinggi secara signifikan dibanding
hasil belajar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
langsung di SMK KAL-1 Surabaya.
2. Mengetahui apakah hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran
pemeliharaan mesin kendaraan ringan bagi siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan logika matematis tinggi dan diajarkan dengan model
pembelajaran berbasis masalah, lebih tinggi secara signifikan dibanding
temannya yang diajarkan model pembelajaran langsung di SMK KAL-1
Surabaya.
3. Mengetahui apakah hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran
pemeliharaan mesin kendaraan ringan bagi siswa yang memiliki
tingkat kecerdasan logika matematis rendah dan diajarkan dengan
model pembelajaran langsung, lebih tinggi secara signifikan dibanding
temannya yang diajarkan model pembelajaran berbasis masalah di SMK
KAL-1 Surabaya.
4. Mendapatkan interaksi antara tingkat kecerdasan logika matematis,
model pembelajaran langsung dan model berbasis masalah terhadap
10
G. Manfaat Penelitian
Hasil pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran bagi:
1. Bagi Siswa
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah terhadap hasil belajar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa untuk lebih mudah memahami materi dan siswa
cenderung lebih mudah mengingat materi yang diajarkan dari masalah-
masalah yang muncul.
2. Bagi Guru
Menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat membantu
meningkatkan stimulus pola pikir siswa untuk lebih inovatif dalam
memecahkan masalah. Serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
menjadi lebih baik.
3. Bagi Sekolah
Sebagai saran untuk pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan pola pikir siswa tingkat tinggi atau high order thinking
skill (HOTS) sehingga sesuai dengan apa yang dibutuhkan dunia kerja.
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk peneliti lain agar
mengembangkan penelitian yang serupa agar lebih baik.
I. Definisi Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang
digunakan, maka peneliti memberikan penjelasan istilah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebuah model pembelajaran
12
13
14
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Kegiatan
Fase Kegiatan Guru
Peserta Didik
Fase 1: Guru menginformasikan Peserta didik
Mengorientasikan peserta tujuan pembelajaran, menyelidiki
didik pada masalah mendeskripsikankebutuhan- masalah yang
kebutuhanlogistic penting, diberikan serta
dan memotivasi peserta didik melaporkan tugas-
agar terlibat dalam kegiatan tugas yang
pemecahan masalah yang diberikan.
mereka pilih sendiri.
Fase 2: Guru membantu peserta didik Peserta didik
Mengorganisasikan menentukan dan mengatur diorganisasi
peserta didik untuk tugas- tugas belajar yang kedalam beberapa
belajar. berhubungan dengan masalah kelompok kecil.
itu.
Fase 3: Guru mendorong peserta Peserta didik
Membantu didik mengumpulkan informasi dengan bimbingan
penyelidikan mandiri yang sesuai, melaksanakan guru memecahkan
eksperimen, mencari
penjelasan dan solusi.
Fase 4: Guru membantu peserta didik Peserta didik
Mengembangkan dan dalam merencanakan dan mengumpulkan dan
menyajikan hasil menyiapkan hasil karya yang mempublikasikan
karya serta sesuai seperti laporan, hasil karya dari
memamerkannya rekaman video, dan model, penelitian yang
serta membantu mereka dibuat.
berbagai karya
mereka.
Fase 5: Guru membantu peserta didik Peserta didik
Menganalisis dan melakukan refleksi atas melaporkan hasil
mengevaluasi proses penyeliddikan dan proses- penelitiannya
pemecahan masalah proses yang mereka gunakan. kepada teman di
depan kelas.
Sumber: Nur (2011a: 57)
Tabel 2.2
Sintaks MPBM pada Mata Pelajaran PMKR
No. Fase Perilaku Guru
1 Mengorientasi siswa a. Meninjau tujuan pembelajaran sistem bahan
pada masalah. bakar bensinkonvensional/karburator pada KD
3.4 tentang menerapkan cara perawatan sistem
bahan bakar bensin konvensional/karburator
dan KD. 4.4 tentang cara merawat berkala
sistem bahan bakar bensin konvensional/
karburator
b. Penjabaran persyaratan logistik yang
dibutuhkan.
c. Menstimulus siswa agar aktif dalam proses
pembelajaran materi sistem bahan bakar
konvensional/karburator.
2 Mengatur siswa untuk a. Membantu siswa mendefinisikan tugas siswa
belajar dalam memecahkan masalah terkait pada materi
sistem bahan bakar konvensional/ karburator.
b. Membantu siswa menyusun kerangka tugas
belajar yang terkait dengan konsep pemecahan
masalah pada materi sistem bahan bakar
konvensional/karburator.
3 Membantu a. Guru mendorong siswa agar mampu
penyelidikan mandiri mengumpulkan informasi dari berbagaisumber
dan kelompok yang relevan sesuai denganmasalah pada sistem
bahan bakar konvensional/karburator.
b. Guru mendorong siswa agar mampu melakukan
eksperimen pada sistem bahan bakar
konvensional/karburator.
c. Guru mendorong siswa agar mampu
memberikan penjelasan dan solusi yang sesuai
dengan masalah yang dihadapipada sistem
bahan bakar konvensional/karburator.
4 Mengembangkan dan a. Guru membantu siswa dalam menyiapkan hasil
menyajikan hasil karya karya (output) proses pembelajaran seperti
dalam pameran laporan hasilpenyelidikan, video, dan benda
konkret terkait dengan sistem bahan bakar
konvensional/karburator.
b. Guru membantu siswa membagi tugas pada
masing-masing anggota dalam kelompok.
5 Melakukan analisis a. Guru membantu siswa dalam menganalisis
danevaluasi hasil proses pemecahan masalah pada sistem bahan
pemecahan masalah bakar konvensional/karburator.
b. Guru membantu siswa dalam mengevaluasi hasil
pemecahan masalah pada sistem bahan bakar
17
B. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan bahan, media, petunjuk,
pedoman, dan perangkat yang digunakan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran di kelas (Suhadi, 2007: 24). Pada penelitian ini, perangkat
pembelajaran yang diperlukan berupa: perangkat pembelajaran (Silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa, Lembar
Penilaian, Model Pembelajaran yang diguanakan yaitu model pembelajaran
berbasis masalah. Berikut ini beberapa teori yang menjelaskan tentang
perangkat pembelajaran.
1. Silabus
Silabus adalah seperangkat rencana, pengelolaan kelas, dan
pengaturan pembelajaran dan penilaian yang dibuat untuk bertujuan
menguasai kompetensi dasar (Yulaelawati, 2004: 123). Pada penelitian
28
b. Berpikir logis.
c. Pemecahan masalah.
d. Pertimbangan deduktif dan induktif.
e. Ketajaman pola-pola dan hubungan-hubungan.
Setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan logika matematisyang
tidak sama (berbeda-beda). Oleh karena itu, tingkat kecerdasan logika
matematisyang dimiliki oleh setiap siswa tergantung dengan bakat yang
telah ia miliki. Atas dasar-dasar teori konsep para ahli tentang kecerdasan
logika matematis yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian kecerdasan logika matematis adalah suatu kemampuan
atau keahlian yang menggunakan angka dengan baik, melakukan
penalaran dengan benar dan melakukan pertimbangan deduktif-induktif
serta mengetahui pola- pola dan juga hubungan- hubungan.
2. Ciri-Ciri Kecerdasan Logika Matematis pada Siswa
Menurut Hoerr (2007: 18) yang menyatakan bahwa siswa yang
mempunyai kecerdasan logika matematis menyukai hal-hal dibawah ini
antara lain sebagai berikut :
a. Bekerja dengan angka.Memecahkan masalah.
b. Menganalisis situasi.
c. Memahami cara kerja sesuatu.
d. Memperlihatkan ketepatan dalam menyelesaikan masalah.
Kemudian menurut Armstrong (2013: 24), yang
menyatakan bahwa karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan
kecerdasan logika matematika adalah antara lain sebagai berikut :
a. Mudah menghitung angka-angka.
b. Senang bereksperimen, bertanya, menyusun dan merangkai teka-
teki.
c. Senang mencari pola keteraturan atau urutan logis dalam segala hal.
d. Mampu berpikir logis, baik induktif maupun deduktif.
e. Senang sesuatu yang telah diukur, dikategorikan dianalisis atau
dikualifikasi.
43
D. Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori-teori yang dipaparkan maka kerangka berpikir dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas XI yang Diajar dengan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah, Lebih Tinggi Secara Signifikan
Dibanding Hasil Belajar yang Diajar dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Langsung
Pada perangkat pembelajaran, model pembelajaran merupakan
salah satu bagian penting yang menentukan kegiatan pembelajaran. Hal
ini dijadikan guru sebagai acuan dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan akan dibagi
dalam dua bagian. Bagian pertama masuk dalam kelas kontrol dimana
siswa diajarkan dengan MPL dan bagian kedua masuk dalam kelas
eksperimen dimana siswa diajarkan dengan MPBM. MPL merupakan
model pembelajaran yang umum digunakan oleh sebagian guru dalam
proses pembelajaran. Model ini menekankan pada kemampuan guru
untuk mendemonstrasikan konsep atau keterampilan yang harus dikuasai
siswa. Sesuai dengan teorinya MPL memiliki 5 fase pembelajaran yang
meliputi: (1) orientasi; (2) presentasi; (3) latihan terstruktur; (4) latihan
terbimbing; dan (5) latihan mandiri.Dari kelima fase diatas penerapan
MPL menjadi terlihat sangat menarik meskipun bersifat teacher center.
Melalui model ini guru tidak hanya memberikan pengetahuan secara
teori, melainkan juga secara praktek melalui demonstrasi yang dilakukan
45
selangkah demi selangkah di depan kelas. Namun, secara teori model ini
kurang tepat apabila digunakan untuk mengajarkan materi perawatan
sistem bahan bakar bensin konvensional/ karburator pada siswa. Hal
tersebut dikarenakan model ini lebih tepat apabila diterapkan pada siswa
yang sedang mempelajari ilmu baru atau keterampilan dasar.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model
pembelajaran yang dianjurkan dalam membentuk keterampilan siswa
sesuai abad 21. MPBM sendiri berorientasi pada kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah dan bersifat student center. Adapun lima
fase yang meliputi: (1) oritentasi siswa terhadap masalah; (2)
mengorganisasikan siswa belajar; (3) membimbing penyelidikan
kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan (5)
analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Dari kelima fase diatas
dapat diketahui bahwa siswa berperan aktif selama proses pembelajaran,
sehingga dapat dikatakan bahwa model ini masuk dalam kategori student
center. Melalui model ini guru tidak berperan sebagai sumber utama,
melainkan hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dengan
begitu siswa cenderung dituntut agar mampu mengkonstruk
pengetahuannya sendiri melalui pengalaman mereka selama proses
pembelajaran. Dengan MPBM, siswa belajar mandiri dalam
memecahkan masalah melalui pengalaman yang dimiliki guna
mendapatkan pengertian baru. Masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dianalisis dan mencari pemecahan yang baik. Dari pengalaman
pemecahan masalah tersebut menjadikan siswa berpikir lebih kreatif dan
meningkatkan mutu belajar siswa. Sudut pandang ini didukung dengan
jurnal hasil penelitian dari Tosun (2013:62), menyatakan bahwa PBL
dapat meningkatkan kemampuan dan membantu memberikan solusi
alternatif terhadap masalah. Adapun penelitian lain yang mendukung
yakni dari Sastrawati (2011:12), bahwa siswa yang menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah memperoleh keterampilan berpikir
tingkat tinggi lebih tinggi dibanding siswa yang diajar dengan model
46
5
Hasil Belajar Siswa
4
Logika
3 Matematis
2 Tinggi
1 Logika
0 Matematis
MPL MPBM Rendah
Model Pembelajaran
Gambar 2.1
Gambaran Interaksi antara Model Pembelajaran dan
Tingkat Kecerdasan Logika Matematis
Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan logika matematis tinggi lebih efektif dengan MPBM. Begitu
juga siswa yang memiliki tingkat kecerdasan logika matematis rendah
lebih efektif menggunakan MPL. Jadi dapat diduga, bahwa terdapat
interaksi antara tingkat kecerdasan logika matematis, model
pembelajaran langsung, dan model pembelajaran berbasis masalah
terhadap hasil belajar siswa.
Selanjutnya apabila dugaan dari hasil pemikiran ditunjukkan
kedalam bentuk bagan, maka akan terlihat seperti Gambar 2.2 berikut.
50
Gambar 2.2
Bagan Kerangka berpikir
51
H. Hipotesis
Menurut Kountur (2005:93), hipotesis adalah dugaan sementara atau
jawaban sementara atas permasalahan penelitian dimana memerlukan data
untuk menguji kebenaran dugaan tersebut. Berdasarkan teori-teori yang
dikemukakan, maka selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun kerangka
berpikir. Kerangka berpikir ini selajutnya dapat digunakan untuk menyusun
hipotesis. Karena masih sementara maka perlu dibuktikan kebenrannya
melalui data empiric yang terkumpul. Hipotesis nanti akan dinyatakan ditolak
atau diterima. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan tersebut,
maka peneliti merumuskkan hipotesis sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa kelas XI yang diajar dengan model pembelajaran
berbasis masalah, lebih tinggi secara signifikan dibanding hasil belajar
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung.
2. Hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran pemeliharaan mesin
kendaraan ringan bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan logika
matematis tinggi dan diajarkan dengan model pembelajaran berbasis
masalah, lebih tinggi secara signifikan dibanding temannya yang
diajarkan model pembelajaran langsung di SMK KAL-1 Surabaya
3. Hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran pemeliharaan mesin
kendaraan ringan bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan logika
matematis rendah dan diajarkan dengan model pembelajaran langsung,
lebih tinggi secara signifikan dibanding temannya yang diajarkan model
pembelajaran berbasis masalah di SMK KAL-1 Surabaya.
4. Ada interaksi antara tingkat kecerdasan logika matematis, model
pembelajaran langsung dan model berbasis masalah terhadap hasil
belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran pemeliharaan mesin
kendaraan ringan di SMK KAL-1 Surabaya.
52
A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimen
dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menunjukkan pengaruh
dari penggunaan MPBM pada Mata Pelajaran Pemeliharaan Mesin Kendaraan
Ringan (PMKR) di SMK KAL 1 Surabaya. Alasan menggunakan jenis
penelitian ini karena penelitian kuasi eksperimen telah banyak dilakukan untuk
mengetahui ada dan tidaknya pengaruh terhadap suatu objek yang diteliti
setelah diberikan sebuah perlakuan (Sugiyono, 2006: 72). Variabel bebas
pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang akan digunakan. Dimana
dua kelompok siswa dengan tingkat kecerdasan rendah diajarkan dengan
model pembelajaran langsung dan model pembelajaran berbasis masalah, dan
kelompok kedua siswa dengan tingkat kecerdasan logika matematis tinggi
diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dan model
pembelajaran langsung. Ada pun perkiraan variabel lain yang dapat
mempengaruhi hasil belajar yaitu: (1) tempat atau lokasi sekolah; (2) waktu
pelaksanaan; (3) keadaan siswa; (4) keadaan guru atau pengajar.
Terdapat beberapa bentuk desain penelitian eksperimen yakni pre-
experimental design, true-experimental design, quasi experimental design,
dan factorial design (Sugiyono, 2013: 113). Namun pada penelitian ini
menggunakan desain faktorial (factorial design). Faktorial desain
merupakan modifikasi dari desain true-experimental yakni memperhatikan
adanya kemungkinan variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan
terhadap hasil atau variabel independen. Penelitian ini menggunakan desain
faktorial 2 x 2 (Tucman, 1999: 133). Di dalam desain tersebut kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen ditentukan tanpa pemilihan secara acak
kedua kelompok tersebut dilakukan pre-test dan post-test, akan tetapi yang
membedakan adalah kelompok eksperimen yang dilakukan perlakuan. Lebih
jelasnya desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan
53
54
E O1 X1 (Y1) O3
X1 (Y2) O4
K O2 X2 (Y1 ) O5
X2 (Y2 ) O6
Gambar 3.1
Rancangan Penelitian Desain Faktorial 2 x 2
Keterangan:
E = Kelas Eksperimen
K = Kelas Kontrol
O1,2 = Pre-test
O3,4,5,6 = Post-test
X1 = Perlakuan di kelas eksperimen (dibelajarkan dengan Model
pembelajaran berbasis masalah)
X2 = Perlakuan di kelas kontrol (dibelajarkan denganModel pembelajaran
langsung)
Y1 = Tingkat kecerdasan logika matematis tinggi
Y2 = Tingkat kecerdasan logika matematis rendah
Tabel 3.1
Desain Analisis Penelitian
Model Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa Berbasis Langsung
Masalah (X1) (X2)
Tingkat Tinggi (Y1) X1 Y1 X2 Y1
kecerdasan logika
matematis Rendah (Y2) X1 Y2 X2 Y2
Keterangan:
X1 Y1 = Hasil belajar siswa dengan menggunakan MPBM pada siswa dengan
tingkat kecerdasan logika matematis tinggi.
X2 Y1 = Hasil belajar siswa dengan menggunakan MPL pada siswa dengan
tingkat kecerdasan logika matematis tinggi.
X1 Y2 = Hasil belajar siswa dengan menggunakan MPBM pada siswa dengan
tingkat kecerdasan logika matematis rendah.
X2 Y2 = Hasil belajar siswa dengan menggunakan MPL pada siswa dengan
tingkat kecerdasan logika matematis rendah.
Pada penelitian ini setiap kelas akan dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok kecerdasan logika matematis tinggi dan kecerdasan logika
matematis rendah. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan skor nilai
tengah pada setiap kelas (skor tertinggi ditambah skor terendah dibagi dua).
Pembagian kelompok ini dilakukan bersifat semu yang berarti tidak
dipisahkan secara nyata dilapangan.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian merupakan uraian tentang langkah-langkah yang
dilakukan oleh peneliti mulai dari tahap observasi awal (studi literatur dan
lapangan) penelitian hingga dihasilkannya sebuah solusi dan disusun dalam
bentuk laporan tesis. Skema flowchart penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3.2 berikut ini.
55
56
Observasi Awal
VALID
Pretest Pretest
Post-Test Post-Test
Gambar 3.2
Flowchart Penelitian
C. Variabel Penelitian
1. Variabel penelitian
Pada penelitian ini ada 4 variabel yang digunakan, variabel-
variabel tersebut ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi yang nantinya dirangkum hingga menjadi
kesimpulan. Beberapa variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan
model pembelajaran, dimana satu kelompok peserta didik diajarkan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (MPBM) dan
satu kelompok lainnya dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran langsung (MPL). Kedua model pembelajaran tersebut
sebagai variabel bebas karena secara teori penerapannya masing-
masing model pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar
siswa.
b. Variabel Moderator
Variabel moderator pada penelitian ini adalah tingkat
kecerdasan logika matematis. Artinya dalam penelitian ini subjek
penelitian akan diberi sebuah masalah untuk dipecahkan
berdasarkan tingkat kecerdasan logika matematis dan model
pembelajarannya.
c. Variabel Terikat (Dependent Variables).
Adapun yang menjadi variabel terikat pada penelitian ini
adalah hasil belajar yang terdiri dari ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor mata pelajaran pemeliharaan mesin kendaraan ringan.
Hasil belajar ini didapat dari pre-test, post-test, dan juga tes
kinerja.
d. Variabel Kontrol
Ada pun yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini
adalah:
1) Materi pembelajaran: Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan.
57
58
2. Penilaian Observasi
Pada penelitian ini observasi dilakukan untuk pengambilan data
hasil belajar ranah afektif, hasil belajar ranah psikomotor, dan
Kecerdasan logika matematis siswa. Penilaian hasil belajar ranah
afektif didapatkan melalui hasil pengamatan. Adapun kisi-kisi hasil
belajar ranah afektif dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Hasil Belajar Ranah Afektif
Peringkat hasil Belajar Ranah
Jumlah
No. Indikator Afektif dan No. Butir Soal
Pertanyaan
A1 A2 A3 A4 A5
1 Menunjukkan sikap sopan santun
dengan cara membalas salam saat
1 1
guru membuka proses pembelajaran
PMKR
2 Menujukkan sikap religius dengan
cara berdo’a dengan khusyu’
2 1
sebelum dan setelah melakukan
proses pembelajaran PMKR
3 Menunjukkan sikap disiplin dengan
cara dating tepat waktu dan
mengangkat tangan untuk
3 1
menunjukkan kehadiran ketika guru
melakukan absensi pada Mata
Pelajaran PMKR
4 Menunjukkan sikap percaya diri
dengan cara berani mengajukan
4 1
pertanyaan- pertanyaan yang sesuai
dengan materi saat diberikan
63
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Peringkat Hasil Belajar Ranah Jumlah
Kompetensi Indikator
Indikator Penilaian Psikomotor dan No. Butir Soal Butir
Dasar Pencapaian
P1 P2 P3 P4 P5 Soal
Penilaian Acuan Prosedur
Menerapkan a. Menjelaskan a. Siswa menggunakan 1
cara jenis-jenis perlengkapan K3
perawatan bahan bakar (baju praktikum,
sistem bahan bensin. kacamata, masker,
bakar bensin sarung tangan, dan
konvensiona sepatu safety)
l/karburator sebelum memulai
praktikum
b. Mengidentifik b. Siswa mampu 2
asi kadar ktan menyiapkan alat dan
bahan bakar bahan secara lengkap
bensin. sesuai kebutuhan
praktikum perawatan
sistem bahan bakar
bensin konvensional
c. Menganalisis c. Siswa mampu 3
kerusakan mengkalibrasi alat
penggunaan ukur yang akan
bahan bakar digunakan untuk
bensin. praktikum perawatan
sistem bahan bakar
bensin konvensional
d. Mengidentifik d. Siswa mampu 4
asi komponen mengidentifikasi jenis
tangki bahan kerusakan pada sistem
bakar bensin. bahan bakar bensin
konvensionaberdasark
an teori
e. Menganalisis e. Siswa mampu 5
saluran bahan merencanakan
bakar. prosedur pemeriksaan
dan perawatan/
perbaikan pada sistem
bahan bakar bensin
konvensional
f. Mengnalisis f. Siswa mampu 6
perawatan melakukan
saringan pemeriksaan
bahan bakar kerusakan sistem
bensin. bahan bakar bensin
konvensional sesuai
dengan prosedur
g. Menganalisis g. Siswa mampu mampu 7
cara kerja menggunakan
charcoal peralatan praktikum
canister. yang sesuai saat
melakukan
pemeriksaan sistem
65
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Penilaian Kecerdasan Logika Matematis
Nomor Butir
No. Indikator Aspek yang Dinilai
Pengamatan
1 Perhitungan secara a. Mampu menerjemahkan masalah ke 1
matematis dalam konsep matematis
b. Mampu merencanakan dan 2
melakukan praktikum dengan
menerapkan langkah-langkah sesuai
SOP secara sistematis
2 Berpikir logis dan c. Mampu menganalisis masalah pada 3
bernalar saat praktikum
d. Mampu menggunakan keterampilan 4
berpikir dalam pemecahan masalah
3 Ketajaman pola-pola e. Mampu menghubungkan dengan 5
dan hubungan- fakta pada saat praktikum dalam
hubungan pemecahan masalah
f. Mampu mengembangkan pemecahan 6
masalah dengan solusi alternatif
yang tepat
4 Pemecahan masalah g. Mampu menyelesaikan tugas tepat 7
waktu
h. Mampu menyimpulkan dan 8
memberkan pernyataan dengan benar
5 Berpikir deduktif dan i. Mampu menyusun laporan hasil 9
induktif praktikum sistem bahan bakar bensin
j. Mampu mempresentasikan hasil
praktikum sistem bahan bakar bensin 10
konvensional di depan kelas
Sumber: Diadopsi dari Uno (2010: 8)
3. Validasi
Pada penelitian ini validasi digunakan dalam mengambil data
kevalidan instrumen tes, observasi, dan perangkat pembelajaran.
Adapun kisi-kisi lembar validasi yang digunakan dijelaskan sebagai
berikut.
a. Kisi-Kisi Lembar Validasi Instrumen Tes
Pengujian validitas instrumen tes atau hasil belajar ranah
kognitif bertujuan untuk mengetahui kelayakan instrumen
tersebut berdasarkan penilaian atau validasi dari validator ahli.
Adapun kisi-kisi lembar validasi instrumen hasil belajar ranah
kognitif dapat ditunjukkan Tabel 3.6 berikut.
68
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Lembar Validasi Instrumen Hasil Belajar Kognitif
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
1 Materi a. Soal sesuai dengan indikator dalam kisi- 1
kisi.
b. Pilihan jawaban homogen dan logis. 2
c. Hanya ada satu kunci jawaban. 3
2 Konstruksi d. Pokok soal dirumuskan dengan singkat, 4
jelas, dan tegas.
e. Rumusan pokok soal dan pilihan 5
jawaban merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
f. Pokok soal tidak memberikan petunjuk 6
kunci jawaban.
g. Pokok soal bebas dari pernyataan yang 7
bersifat negatif ganda.
h. Pilihan jawaban homogen dan logis 8
ditinjau dari segi materi.
i. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau 9
sejenisnya jelas dan berfungsi.
j. Panjang pilihan jawaban relatif sama. 10
k. Pilihan jawaban tidak menggunakan 11
pernyataan “semua jawaban di atas
salah atau benar” dan sejenisnya.
l. Pilihan jawaban yang berbentuk angka/ 12
wakt disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya angka atau kronologisnya.
m. Butir soal tidak bergantung pada 13
jawaban soal sebelumnya.
3 Bahasa atau budaya n. Menggunakan bahasa yang sesuai 14
dengan kaidah bahasa Indonesia.
o. Menggunakan bahasa yang 15
komunikatif.
p. Tidak menggunakan bahasa yang 16
berlaku setempat atau tabu.
q. Pilihan jawaban tidak mengulang kata 17
atau kelompok kata yang sama, kecuali
merupakan satu kesatuan pengertian
Tabel 3.9.
Tabel 3.7
Kisi-Kisi Lembar Validasi Instrumen Hasil Belajar Ranah Afektif
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
1 Materi a. Pernyataan sudah sesuai dengan 1
rumusan indikator
b. Aspek yang diukur pada setiap 2
pernyataan sudah sesuai dengan
tuntunan dalam kisi-kisi
2 Konstruksi c. Pernyataan dirumuskan dengan singkat 3
dan jelas
d. Kalimat bebas dari pernyataan yang 4
tidak relevan obyek yang dipersoalkan
atau kalimat merupakan pernyataan
yang diperlukan saja
e. Kalimat bebas dari pernyataan yang 5
bersifat negatif ganda
f. Kalimat bebas dari pernyataan yanng 6
mengacu pada masa lalu
g. Kalimat bebas dari pernyataan yang 7
faktual atau dapat diinterprestasikan
sebagai fakta
h. Kalimat bebas dari pernyataan dapat 8
diinterprestasikan ganda
i. Kalimat bebas dari pernyataan yang 9
tidak pasti seperti, selalu, kadang-
kadang, tidak satupun, tidak pernah
3 Bahasa atau budaya j. Bahasa komunikatif dan sesuai jenjang 10
pendidikan peserta didik
k. Menggunakan bahasa indonesia yang 11
baku
l. Tidak menggunakan bahasa yang 12
berlaku setempat atau tabu
4 Petunjuk m. Mencantumkan panduan untuk 13
melakukan observasi pada siswa
melalui instrumen lembar observasi
kompetensi ranah sikap
Tabel 3.8
Kisi-Kisi Lembar Validasi Instrumen Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
1 Materi a. Pernyataan sudah sesuai dengan 1
rumusan indikator
b. Aspek yang diukur pada setiap 2
pernyataan sudah sesuai dengan
70
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
tuntunan dalam kisi-kisi
2 Konstruksi c. Pernyataan dirumuskan dengan singkat 3
dan jelas
d. Kalimat bebas dari pernyataan yang 4
tidak relevan obyek yang dipersoalkan
atau kalimat merupakan pernyataan
yang diperlukan saja
e. Kalimat bebas dari pernyataan yang 5
bersifat negatif ganda
f. Kalimat bebas dari pernyataan yanng 6
mengacu pada masa lalu
g. Kalimat bebas dari pernyataan yang 7
faktual atau dapat diinterprestasikan
sebagai fakta
h. Kalimat bebas dari pernyataan dapat 8
diinterprestasikan ganda
i. Kalimat bebas dari pernyataan yang 9
tidak pasti seperti, selalu, kadang-
kadang, tidak satupun, tidak pernah
3 Bahasa atau budaya j. Bahasa komunikatif dan sesuai jenjang 10
pendidikan peserta didik
k. Menggunakan bahasa indonesia yang 11
baku
l. Tidak menggunakan bahasa yang 12
berlaku setempat atau tabu
Tabel 3.9
Kisi-Kisi Lembar Validasi Instrumen Kecerdasan Logika Matematis
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
1 Materi a. Pernyataan sudah sesuai dengan 1
rumusan indikator dalam kisi-kisi
b. Batasan pertanyaan dan jawaban yang 2
diharapkan sudah sesuai
c. Aspek yang ditanyakan sesuai dengan 3
jenjang, jenis sekolah atau tingkat kelas
2 Konstruksi d. Pernyataan dirumuskan dengan singkat 4
dan jelas
e. Kalimat bebas dari pernyataan yang 5
tidak relevan obyek yang dipersoalkan
atau kalimat merupakan pernyataan
yang diperlukan saja
f. Kalimat bebas dari pernyataan yang 6
bersifat negatif ganda
g. Ada pedoman penskoran 7
h. Kalimat bebas dari pernyataan dapat 8
71
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
diinterprestasikan ganda
3 Bahasa atau budaya i. Menggunakan bahasa yang sesuai 9
dengan kaidah bahasa Indonesia
j. Menggunakan bahasa yang komunikatif 10
k. Tidak menggunakan bahasa yang 11
berlaku setempat atau tabu
Nomor
No. Aspek Indikator Butir
Validasi
penerapannya (KI-3)
i. Tujuan pembelajaran sesuai dengan aspek 9
kompetensi ranah keterampilan dan
penerapannya (KI-4)
6 Materi pokok j. Butir-butir materi sesuai dengan tujuan 10
pencapaian kompetensi
k. Memuat nilai-nilai sikap 11
l. Memuat konsep dan prosedur yang relevan 12
m. Memuat unsur-unsur keterampilan 13
7 Pembelajaran n. Kegiatan pembelajran terdiri dari kegiatan 14
pendahuluan, inti, dan penutup
o. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan 15
untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan
p. Kegiatan pembelajaran yag mencerminkan 16
pelaksanaan model pembelajaran MPBM
q. Kegiatan pembelajaran sesuai dengan 17
alokasi waktu yang ditentukan
8 Penilaian r. Mencantumkan jenis, teknik, rubrik dan 18
cara penggunaannya
s. Memuat jumlah jam pelajaran sesuai 19
dengan struktur kurikulum untuk satu
semester atau satu tahun pada mata
pelajaran PMKR
t. Memuat sumber belajar yang berupa buku, 20
media cetak, media elektronik mata
pelajaran PMKR
Sumber: Diadopsi dari Mendikbud (2016: 5)
Tabel 3.11
Kisi-Kisi Lembar Validasi RPP
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
1 Identitas a. Mencantumkan satuan pendidikan 1
b. Mencantumkan kelas/semester 2
c. Mencantumkan mata pe`lajaran 3
d. Mencantumkan alokasi waktu 4
e. Mencantumkan jumlah pertemuan 5
f. Mencantumkan KI dan KD 6
2 Perumusan Tujuan g. Perumusan indikator sesuai dengan KI 7
Pembelajaran dan KD
h. Penggunaan kata kerja operasional 8
dalam rumusan indikator sesuai dengan
kompetensi yang diukur
i. Rumusan indikator sesuai dengan aspek 9
73
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
kompetensi ranah pengetahuan dan
penerapannya
j. Rumusan indikator sesuai dengan aspek 10
kompetensi ranah sikap dan
penerapannya
k. Rumusan indikator sesuai dengan aspek 11
kompetensi ranah keterampilan dan
penerapannya
3 Perumusan Tujuan l. Tujuan pembelajaran sesuai dengan 12
Pembelajaran indikator
m. Tujuan pembelajaran mencakup aspek 13
audience (A), behavior (B), condition
(C), degree (D)
n. Tujuan pembelajaran aspek kompetensi 14
ranah pengetahuan sesuai dengan
rumusan indikator
o. Tujuan pembelajaran aspek kompetensi 15
ranah sikap sesuai dengan rumusan
indikator
p. Tujuan pembelajaran aspek kompetensi 16
ranah keterampilan sesuai dengan
rumusan indikator
4 Pemilihan Materi Ajar q. Materi ajar sesuai dengan tujuan 17
pembelajaran aspek kompetensi ranah
pengetahuan dan penerapannya
r. Materi ajar sesuai dengan tujuan 18
pembelajaran aspek kompetensi ranah
sikap dan penerapannya
s. Materi ajar sesuai dengan tujuan 19
pembelajaran aspek kompetensi ranah
keterampilan dan penerapannya
t. Materi ajar sesuai dengan karakteristik 20
peserta didik
u. Uraian materi ajar runut 21
5 Pemilihan Sumber v. Sumber belajar sesuai dengan tujuan 22
Belajar pembelajaran sistem bahan bakar bensin
konvensional dan penerapannya
w. Sumber belajar sesuai dengan materi 23
pembelajaran sistem bahan bakar bensin
konvensional dan penerapannya
x. Sumber belajar sesuai dengan model 24
pembelajaran MPBM
6 Pemilihan y. Media ajar sesuai dengan tujuan 25
Media Belajar pembelajaran sistem bahan bakar bensin
konvensional dan penerapannya
z. Media ajar sesuai dengan materi 26
pembelajaran sistem bahan bakar bensin
konvensional dan penerapannya
74
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
aa. Media ajar sesuai dengan model 27
pembelajaran MPBM
bb. Media ajar sesuai dengan karakteristik 28
peserta didik
7 Metode Pembelajaran cc. Medtode sesuai dengan tujuan 29
pembelajaran sistem bahan bakar bensin
konvensional dan penerapannya
dd. Metode sesuai dengan model 30
pembelajaran MPBM
ee. Metode sesuai dengan karakteristik 31
peserta didik
8 Skenario ff. Mencantumkan kegiatan pendahuluan 32
Pembelajaran gg. Mencantumkan kegiatan inti melalui 5 33
fase PBM
hh. Orientasi siswa terhadap masalah 34
ii. Mengorganisasikan siswa belajar 35
jj. Membimbing penyelidikan kelompok 36
9 Rancangan Penilaian kk. Teknik dan instrumen sesuai dengan 37
Autentik indikator pencapaian mata pelajaran
PMKR dan penerapannya
ll. Teknik dan instrumen penilaian ranah 38
pengetahuan sesuai dengan tujuan
pembelajaran sistem bahan bakar bensin
konvensional dan penerapannya
mm. Teknik dan instrumen penilaian ranah 39
sikap sesuai dengan tujuan
pembelajaran sistem bahan bakar
bensin konvensional dan
penerapannya
nn. Teknik dan instrumen penilaian ranah 40
keterampilan sesuai dengan tujuan
pembelajaran sistem bahan bakar
bensin konvensional dan
penerapannya
Sumber: Diadopsi dari Mendikbud (2016: 6)
Tabel 3.12
Kisi-Kisi Lembar Validasi LKS
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
1 Tampilan a. Identitas mata pelajaran ditulis secara jelas 1
muka b. Terdapat kolom identitas untuk peserta didik 2
c. Terdapat judul LKS secara jelas 3
d. Tampilan cover menarik 4
2 Rangkuman e. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 5
materi f. Meteri ditulis secara jelas 6
75
Nomor Butir
No. Aspek Indikator
Validasi
g. Materi menstimulasi peserta didik untuk 7
meningkatkan kreativitas
3 Rumusan h. Kesesuaian dengan judul LKS 8
masalah i. Mestimulasi peserta didik untuk meningkatkan 9
kreativitas
4 Hipotesis j. Kesesuaian dengan judul LKS 10
k. Menggiatkan peserta didik untuk 11
meningkatkan krativitas
5 Variabel l. Mendorong peserta didik untuk meningkatkan 12
kreativitas untuk mengidentifikasi variabel
m. Membantu peserta didik untuk meningkatkan 13
kreativitas untuk mendefinisikan variabel
6 Rancangan n. Menarik dan mudah dipahami 14
eksperimen
7 Metode o. Kesesuaian dengan judul LKS 15
pembelajaran p. Mengukur tingkat pengetahuan peserta didik 16
q. Kalimat yang mudah dipahami 17
8 Analisis data r. Kesesuaian dengan judul LKS 18
9 Kesimpulan s. Kesesuaian dengan rumusan masalah 19
t. Mengacu pada materi pembahasan 20
Sumber: Diadopsi dari Putri (2016: 14)
Tabel 3.19
Hasil Validasi RPP
No. Aspek Rata-Rata Kategori
1 Identitas 5 Sangat valid
2 Perumusan Indikator 4,53 Valid
3 Perumusan Tujuan 4,43 Valid
Pembelajaran
4 Pemilihan Materi Ajar 4,60 Sangat valid
5 Pemilihan Sumber Belajar 4,22 Valid
6 Pemilihan Media Belajar 4,67 Sangat valid
7 Metode Pembelajaran 4,56 Valid
8 Skenario Pembelajaran 4,50 Valid
9 Rancangan Penilaian 4,17 Valid
Autentik
Rata-rata total 4,55 Valid
validasi LKS mata pelajaran PMKR masuk dalam kategori valid dengan
perolehan nilai sebesar 4,55. Merujuk dari nilai tersebut, dapat
disimpulkan bahwa LKS mata pelajaran PMKR layak digunakan dalam
proses pembelajaran.
50
40
30
20 40
10
10
0
Valid Tidak Valid
Gambar 3.3
Diagram Batang Distribusi Soal Berdasarkan Indeks Validitas
Tabel 3.22
Distribusi Soal Berdasarkan Indeks Tingkat Kesukaran
No. Indeks Validitas No. Butir Soal Jumlah Persentase
1 Mudah 2, 6, 9, 13, 14, 19, 21, 24, 18 36%
(0,70 – 1) 28, 29, 30, 31, 33, 34, 37,
42, 43, 46
2 Sedang 1, 4, 5, 7, 8, 10, 12, 16, 17, 18, 24 48%
(0,3 – 0,69) 20, 22, 25, 27, 32, 36, 38,
40, 41, 45, 47, 48, 49, 50
3. Sukar 3, 11, 15, 23, 26, 35, 39, 44 8 16%
(0,00 – 0,29)
Jumlah Total 50 100%
30
25
20 24
15 18
10
5 8
0
Mudah Sedang Sukar
Gambar 3.4
Diagram Batang Distribusi Soal Berdasarkan Indeks Tingkat Kesukaran
25
20
20
15
15
10 7
5
5 3
0
Baik Baik Cukup Buruk Soal
Sekali Tidak
Baik
Gambar 3.5
Diagram Batang Distribusi Soal Berdasarkan Indeks Tingkat Kesukaran
Dari data pada Gambar 3.5, dapat diketahui bahwa dari total
keseluruhan soal pilihan ganda mata pelajaran PMKR, soal dengan
kategori “Baik sekali” sebesar 20%. Sedangkan soal dengan kategori
“Baik” memiliki kontribusi yang cukup banyak sebesar 40%. Soal
dengan kategori “Cukup” memperoleh 30%, selanjutnya soal dengan
kategori “Buruk” memperoleh persentase paling rendah sebesar 6%.
84
50 43 42
40
28 27
30
20
10
10
0
Sangat Baik Baik Kurang Buruk Sangat
Baik Buruk
Gambar 3.6
Diagram Batang Distribusi Soal Berdasarkan Indeks
Dari data pada Gambar 3.6, dapat diketahui bahwa dari total
keseluruhan soal pilihan ganda mata pelajaran PMKR, soal dengan
kategori “Sangat baik” sebesar 43. Sedangkan soal dengan kategori
85
“Baik sebesar 42. Soal dengan kategori “Kurang baik” memperoleh 28,
selanjutnya soal dengan kategori “Buruk” memperoleh persentase
paling rendah sebesar 27. Sedangkan soal untuk kategori “Sangat
Buruk” sebesar 10.
Adapun hasil uji reliabilitas untuk hasil belajar ranah kognitif dapat
dilihat pada Tabel 3.26 berikut.
Tabel 3.26
Uji Reliabilitas Hasil Belajar Ranah Kognitif
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
0,868 50
Tabel 3.29
Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar Ranah Afektif Antar Pengamat
Intraclass Correlation Coefficient
Intraclass 95% Confidence Interval
Correlationa Lower Bound Upper Bound
Single Measures .783b .491 .898
Average Measures .941c .743 .963
Tabel 3.31
Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar
Ranah Psikomotor Antar Pengamat
Intraclass Correlation Coefficient
Intraclass 95% Confidence Interval
Correlationa Lower Bound Upper Bound
Single Measures .746b .537 .886
Average Measures .862c .777 .959
Tabel 3.33
Uji Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Logika Matematis
Antar Pengamat
Intraclass Correlation Coefficient
Intraclass 95% Confidence Interval
Correlationa Lower Bound Upper Bound
Single Measures .776b .499 .934
Average Measures .905c .749 .977
dan hasil belajar (post test) peserta didik dari kedua sampel. Uji
homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan bantuan
program SPSS, dengan rumus sebagai berikut:
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = (Sugiyono, 2010: 197)
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
KAL-1 Surabaya
a. Taraf nyata: 0,05.
b. Syarat terima H0: Terima H0 apabila sig. lebih dari 0,05 (sig >
0,05).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
95
96
Jika dilihat data dari Tabel 4.2 maka perolehan nilai rata-rata
pretest kelas eksperimen cenderung lebih tinggi daripada kelas
kontrol yaitu sebesar 61,07. Dari data diatas selanjutnya diuji
statistik dengan menggunakan software SPSS 24 maka hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
97
Tabel 4.3
Output SPSS Deskripsi Data Pre-Test
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistics
Pretest kelas Pretest kelas
eksperimen kontrol
N Valid 34 34
Missing 0 0
Mean 61,07 59,10
Std. Error of Mean 1,122 1,184
Median 62,50 58,75
Mode 55 55
Std. Deviation 6,543 6,902
Variance 42,805 47,633
Skewness -1,93 -,297
Std. Error of Skewness ,403 ,403
Kurtosis -,710 ,047
Std. Error of Kurtosis ,788 ,788
Range 25 29
Minimum 48 43
Maximum 73 71
Sum 2077 2010
eksperimen dan kelas kontrol yaitu -0,710 dan 0,047. Dari hasil
perbandingan skewness dan kurtosis masing-masing dalam rentang -
2<x<2. Jadi dapat dinyatakan bahwa baik kelas eksperimen maupun
kelas kontrol memiliki data pretest terdistribusi normal. Adapun
sebaran data eksperimen dapat dilihat di Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Histogram Pre-test Kelas Eksperimen
Sedangkan untuk kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 4.2
berikut.
Gambar 4.2
Histogram Pre-test Kelas Kontrol
b. Data Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pada penelitian ini data post test diperoleh dari data hasil
belajar siswa ranah kognitif pada mata pelajaran PMKR di SMK
99
Gambar 4.3
Histogram Hasil Belajar Ranah Kognitif MPBM
Gambar 4.4
Histogram Hasil Belajar Ranah Kognitif MPL
Gambar 4.5
Histogram Hasil Belajar Ranah Afektif pada MPBM
Pada data output diatas pada Tabel 4.7 dapat dilihat nilai
perolehan mean sebesar 76,19, nilai ini hampir sama dengan
perolehan ilai pada median sebesar 76,10. Selanjutnya untuk nilai
yang paling sering muncul yaitu 69,20 dengan perolehan variansi
104
Gambar 4.6
Histogram Hasil Belajar Ranah Afektif pada MPL
Tabel 4.8
Output SPSS Data Hasil Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen
MPBM
N Valid 34
Missing 0
Mean 79,7956
Std. Error of Mean ,51575
Median 80,2350
Mode 81,39
Std. Deviation 3,00733
Variance 9,044
Skewness -,300
Std. Error of Skewness ,403
Kurtosis ,865
Std. Error of Kurtosis ,788
Range 14,81
Minimum 72,41
Maximum 87,22
Sum 2713,05
Gambar 4.7
Histogram Hasil Belajar Ranah Psikomotor pada MPBM
Pada data output diatas pada Tabel 4.9 dapat dilihat nilai
perolehan mean sebesar 78,85, nilai ini hampir sama dengan
perolehan ilai pada median sebesar 78,38. Selanjutnya untuk nilai
yang paling sering muncul yaitu 78,15 dengan perolehan variansi
sebesar 10,55. Untuk perolehan nilai kurtosis bernilai negatif sebesar
107
Gambar 4.8
Histogram Hasil Belajar Ranah Psikomotor pada MPL
Tabel 4.13
Output Uji Levene’s Hasil Belajar Ranah Kognitif pada
MPBM dan MPL
Test of Homogenity of Variances
Hasil_Belajar_KOGNITIF
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,002 1 66 ,966
signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,86 > 0,05), maka dinyatakan
bahwa H0 diterima dan tolak H1 yang berarti data memiliki
variansi yang homogen.
4) Interaksi Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika
Matematis terhadap Hasil Belajar Ranah Afektif
Berdasarkan dari uji levene’s pada Lampiran 45 halaman
253 maka dapat diketahui untuk nilai signifikansi interaksi
model pembelajaran dan kecerdasan logika matematis terhadap
hasil belajar ranah afektif sebesar 0,078. Karena nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05(0,078>0,05), maka dinyatakan
bahwa H0 diterima dan tolak H1 yang berarti data memiliki
variansi yang homogen.
c. Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Psikomotor
1) Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil pengujian homogenitas hasil belajar psikomotor
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti Tabel 4.15
berikut.
Tabel 4.15
Output Uji Levene’s Hasil Belajar Ranah Psikomotor pada
MPBM dan MPL
Test of Homogenity of Variances
Hasil_belajar_afektif
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,788 1 64 ,378
C. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan setelah data telah memenuhi syarat yakni
berdistribusi normal dan homogen. Pada penelitian ini uji hipotesis yang
dilakukan adalah pengujian menggunakan analysis of covarian (Anakova)
dua jalur dengan bantuan SPSS dengan nilai signifikansi 5%.
1. Hipotesis 1
Pengujian hipotesis 1 adalah untuk mengukur perbedaan hasil
belajar siswa kelas XI TKRO pada mata pelajaran PMKR yang diajar
menggunakan MPBM maupun MPL. Rumusan hipotesis statistik sebagai
berikut.
Hipotesis statistik: H01 : µx1 = µx2
H11 : µx1 ≠ µx2
2. Hipotesis 2
Pengujian hipotesis 2 adalah untuk mengukur perbedaan hasil
belajar siswa kelas XI TKRO pada mata pelajaran PMKR baik yang
memiliki kecerdasan logika matematis tinggi yang diajar menggunakan
MPBM maupun yang memiliki kecerdasan logika matematis tinggi yang
diajar menggunakan logika matematis tinggi. Rumusan hippotesis
statistik sebagai berikut.
Hipotesis statistik: H02 : µx1 y1 = µx2 y1
H12 : µx1 y1 ≠ µx2 y1
122
3. Hipotesis 3
Pengujian hipotesis 3 untuk mengukur perbedaan hasil belajar
siswa kelas XI TKRO pada mata pelajaran PMKR yang memiliki
kecerdasan rendah baik yang diajar menggunakan MPBM maupun MPL.
Rumusan hipotesis statistik sebagai berikut.
Hipotesis statistik: H03 : µx1 y2 = µx2 y2
H13 : µx1 y2 ≠ µx2y2
4. Hipotesis 4
Pengujian hipotesis 4 untuk mengukur ada tidaknya interaksi antara
model pembelajaran dan kecerdasan logika matematis siswa berdasarkan
hasil belajar kelas XI TKRO pada mata pelajaran PMKR. Rumusan
hipotesis statistik sebagai berikut.
Ada pun kriteria yang dijadikan pedoman dalam menentukan H 0
diterima atau tidak yaitu apabila nilai sig atau nilai probabilitas > 0,05
maka H0 diterima. Jika nilai sig. Atau nilai probabilitas < 0,05 maka H1
diterima. Adapun pengujian anakova dua jalur lebih jelasnya sebagai
berikut.
Hipotesis statistik: H0 : µx = µy
Hi : µx ≠ µy
Tabel 4.17
Output Uji Means Hasil Belajar Ranah Kognitif
Berdasarkan Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis
Tabel 4.18
Interaksi Mean Skor Hasil Belajar Ranah Kognitif Berdasarkan
Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis
Model
Pembelajaran MPBM MPL
(Kelas (Kelas Keterangan
Kecerdasan Eksperimen) Kontrol)
Logika Matematis
Tinggi 86,339 75,556 Eksperimen > kontrol
Rendah 74,267 84,688 Eksperimen < kontrol
Tabel 4.18
Interaksi Mean Skor Hasil Belajar Ranah Kognitif Berdasarkan
Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis
Model
Pembelajaran MPBM MPL
(Kelas (Kelas Keterangan
Kecerdasan Eksperimen) Kontrol)
Logika Matematis
Tinggi 86,339 75,556 Eksperimen > kontrol
Rendah 74,267 84,688 Eksperimen < kontrol
126
Gambar 4.9
Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kecerdasan Logika
Matematis pada Hasil Belajar Ranah Kognitif
127
Tabel 4.20
Output Uji Means Hasil Belajar Ranah Afektif
Berdasarkan Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis
Gambar 4.10
Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kecerdasan Logika
Matematis pada Hasil Belajar Ranah Afektif
131
Tabel 4.23
Output Uji Means Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Berdasarkan Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis
Tabel 4.24
Interaksi Mean Skor Hasil Belajar Ranah Psikomotor Berdasarkan
Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis
Model
Pembelajaran MPBM MPL
(Kelas (Kelas Keterangan
Kecerdasan Eksperimen) Kontrol)
Logika Matematis
Tinggi 80,975 77,528 Eksperimen > kontrol
Rendah 75,077 83,374 Eksperimen < kontrol
MPL sebesar 75,077. Adapun untuk tabel interaksi mean skor hasil
belajar siswa psikomotor pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24
Interaksi Mean Skor Hasil Belajar Ranah Psikomotor Berdasarkan
Model Pembelajaran dan Kecerdasan Logika Matematis
Model
Pembelajaran MPBM MPL
(Kelas (Kelas Keterangan
Kecerdasan Eksperimen) Kontrol)
Logika Matematis
Tinggi 80,975 77,528 Eksperimen > kontrol
Rendah 75,077 83,374 Eksperimen < kontrol
Gambar 4.11
Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kecerdasan Logika
Matematis pada Hasil Belajar Ranah Psikomotor
136
Pada penelitian khususnya bab ini akan didiskusikan beberapa hal terkait
hasil penelitian, hasil kajian, dengan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan.
Adapun hasil penelitian yang dibahas tentang pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah pada mata pelajaran PMKR terhadap hasil belajar siswa di SMK
KAL-1 Surabaya berdasarkan tingkat kecerdasan logika matematis siswa, dengan
penjelasan sebagai berikut.
A. Hasil Belajar Siswa yang menggunakan MPBM Lebih Tinggi Dibanding
yang Menggunakan MP
Hasil penelitian pada pengujian hipotesis pertama menunjukkan hasil
belajar siswa yang diajar menggunakan MPBM lebih tinggi daripada kelas
yang diajar menggunakan MPL. Dapat diketahui perolehan nilai F pada hasil
belajar ranah kognitif sebesar 7,011 dengan nilai sig. sebesar 0,016.
Selanjutnya pada Tabel 4. 19 halaman 93 menunjukkan nilai F pada hasil
belajar ranah afektif sebesar 11,983 dengan nilai sig. sebesar 0,01. Sedangkan
perolehan nilai F hasil belajar ranah psikomotor pada Tabel 4.23 halaman 98
diperoleh 14,656 dengan nilai sig. 0,000. Berdasarkan dari ketiga nilai ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang diajar
menggunakan MPBM dibandingkan siswa yang diajar menggunakan MPL
pada mata pelajaran PMKR kelas XI di SMK KAL-1 Surabaya.
Hasil temuan penelitian ini sesuai dengan teori Eggen dan Kauchak
(2012), bahwa kemampuan siswa dapat dikembangkan secara mudah jika
guru menggunakan masalah-masalah nyata sebagai proses pembelajaran baik
mengembangkan segi pengetahuan, kemampuan pemecahan masalah,dan
konsep pengaturan diri. Adapun teori lain yang selaras pada temuan
penelitian ini yaitu teori yang dikemukakan oleh Arends (2012). Arends
menyatakan bahwa MPBM merupakan model yang sesuai untuk digunakan
dalam mengembangkan kemampuan siswa berpikir tingkat tinggi.
137
138
Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Setiawan, Juliantie
dan Kumarudin (2017) dengan judul “development creativity student through
problem based learning model in physical education in reviewed of adversity
quotient” mengemukakan bahwa MPBM lebih baik dari MPL dalam
meningkatkan kreativitas siswa. Karena jika PBM diterapkan pada IQ rendah
maka mengalami pengurangan kreativitas siswa yang signifikan.
Penelitian ini juga selaras dengan penelitian Sindu dan Paramatha
(2018) dengan judul “ The Effect Of Problem-Based E-Learning Content On
The Learning Achievement In Basic Computer System Course (DSK) Of The
Student Of Informatics Engineering Education Department”. Pada
penelitiannya menunjukkan skor rata-rata prestasi belajar siswa yang
diajarkan menggunakan content e-problem based learning lebih tinggi
daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan temuan hasil penelitian, penelitian-penelitian yang relevan
diatas, dan teori-teori yang mendukung, maka diketahui bahwa MPBM sangat
efektif jika digunakan pada mata pelajaran PMKR. Hal ini dikarenakan pada
mata pelajaran PMKR siswa dihadapkan dengan permasalahan didunia kerja
sebagai contoh perawatan komponen sistem bahan bakar bensin
konvensional. MPBM merupakan model pembelajaran yang
mengorientasikan siswa kepada masalah, membelajarkan siswa untuk mandiri
dalam menemukan pemecahan masalah, dan mengembangkan kemampuan
siswa dalam menganalisis permasalahan yang dihadapi. Mata pelajaran
PMKR dapat meningkatkan siswa dalam menemukan solusi pemecahan
masalah karena lebih banyak masalah yang dapat dianalisis siswa ketika
praktikum mata pelajaran PMKR sesuai dengan model pembelajaran berbasis
masalah. Sehingga hal ini berdampak positif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa kognitif, melainkan juga hasil belajar ranah afektif dan
psikomotor.
140
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini yaitu Sukardjo (2018)
dengan judul penelitian” The influence of learning strategy and mathematic
logic intel igence on math learning outcomes”. Penelitian ini menyebutkan
bahwa terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan kecerdasan logika
matematis terhadap hasil belajar matematika siswa. Sehingga pemilihan
strategi pembelajaran yang sesuai dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
memahami karakteristik siswanya. Pemilihan strategi pembelajaran yang
benar dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa yang memiliki kecerdasan
logika matematis yang berbeda-beda.
Selanjutnya penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini Nurlaila
(2013) yang berjudul” The Influence Of Cooperatif Learning Models And
Mathematic Logic Intelligence On Student Learning Outcomes”. Berdasarkan
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa (1) hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran koperatif lebih tinggi dibanding dengan
hasil belajar yang menggunakan MPL; (2) hasil belajar siswa yang memiliki
kecerdasan logika matematis tinggi lebih tinggi signifikan dengan nilai uji
F=8,963; (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran koperatif dan
kecerdasan logika matematis terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan temuan hasil penelitian dan penelitian yang relevan dapat
kita ketahui bahwa terdapat interaksi penerapan MPBM dan kecerdasan
logika matematis siswa terhadap hasil belajar siswa baik ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor pada mata pelajaran PMKR di SMK KAL-1
Surabaya. Besar signifikan pengaruh penerapan MPBM terhadap hasil belajar
tentunya dipengaruhi berdasarkan tinggi rendahnya kecerdasan logika
matematis siswa. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki kecerdasan logika
matematis tinggi cenderung lebih aktif dan memiliki rasa keingintahuan yang
besar dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan logika matematis
rendah.
146
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil belajar siswa yang belajar menggunakan MPBM (ranah kognitif =
84,19, ranah afektif = 81,22, ranah psikomotor = 79,08).Hasil belajar
menggunakan MPBM lebih tinggi dibandingkan hasil belajar
menggunakan MPL (ranah kognitif = 79,85, ranah afektif = 76,25,
psikomotor = 79,93) pada mata pelajaran PMKR kelas XI TKRO di
SMK KAL-1 Surabaya.
2. Hasil belajar siswa yang memiliki kecerdasan logika matematis tinggi
pada MPBM (ranah kognitif = 86,35, ranah afektif = 88,15, ranah
psikomotor = 82,05) lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan
siswa yang diajar menggunakan MPL(ranah kognitif = 75,72, ranah
afektif = 75,50, psikomotor = 76,56) pada mata pelajaran PMKR kelas
XI TKRO di SMK KAL-1 Surabaya
3. Hasil belajar yang memiliki kecerdasan logika matematis rendah pada
MPL(ranah kognitif = 84,78, ranah afektif = 77,01, ranah psikomotor =
82,32) lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan hasil belajar
siswa yang diajar menggunakan MPBM(ranah kognitif = 74,33, ranah
afektif = 74,30, psikomotor = 77,21) pada mata pelajaran PMKR kelas
XI TKRO di SMK KAL-1 Surabaya.
4. Terdapat interaksi secara signifikan antara model pembelajaran dan
kecerdasan logika matematis siswa terhadap hasil belajar siswa (nilai F
ranah kognitif = 73,56, ranah afektif = 28,58, ranah psikomotor =
85,914) pada mata pelajaran PMKR kelas XI TKRO di SMK KAL-1
Surabaya.
147
148
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang sudah dijelaskan
sebelumnya, maka implikasi penelitian ini sebagai berikut.
Pertama, awalnya penerapan dalam pemecahan masalah siswa sedikit
kesulitan karena belum terbiasa menggunakan MPBM. Namun terbukti
dengan penerapan MPBM sangat efektif dalam membantu meningkatkan
hasil belajar siswa dibandingkan jika menggunakan MPL. Dengan
penggunaan MPBM siswa berusaha untuk menemukan pemecahan masalah
dan menganalisis sehingga siswa yang memiliki kecerdasan tinggi lebih aktif
dalam menggunakan MPBM. Sedangkan siswa yang menggunakan MPL
cenderung pasif karena kurang bisa dalam menemukan solusi pemecahan
masalah dan kesulitan dalam menganalisis masalah. Pada hal ini proses
pembelajaran lebih fokus terhadap penguasaan materi oleh siswa dan
kemampuan pemecahan masalah yang sebelumnya telah diajarkan oleh guru.
Kedua, pengembangangan kecerdasan logika matematis siswa sangan
penting dilakukan dalam diri siswa. Karena dengan mengembangakan
kecerdaan logika matematis dalam diri siswa membuat siswa untuk lebih siap
terjun di dunia nyata yang mana siswa akan dituntut untuk berpikir tingkat
tinggi. Pada saat ini banyak sekolah yang sudah menerapkan
pembelajaran berpikir tingkat tinggi sehingga nantinya dalam pemecahan
masalah siswa tidak kesulitan untuk menemukan solusi dalam pemecahan
masalah tersebut.
Dalam penelitian ini siswa yang memiliki kecerdasan logika
matematis tinggi cenderung lebih aktif jika diajarkan menggunakan MPBM.
Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa yang memiliki kecerdasan logika
matematis tinggi diajar dengan MPBM lebih tinggi daripada yang
menggunakan MPL. Siswa yang memiliki kecerdasan tinggi lebih memiliki
rasa keingintahuan yang tinggi untuk mempelajari permasalahan yang
disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Ini kebalikan dari siswa yang
memiliki kecerdasan logika matematis rendah yang selama proses
pembelajaran cenderung pasif. Akan tetapi siswa yang memiliki kecerdasan
149
logika matematis rendah lebih efektif menggunakan MPL terbukti dari hasil
belajar siswa yang memiliki kecerdasan logika matematis rendah pada kelas
kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen. Sedangkan untuk siswa yang
memiliki kecerdasan logika matematis tinggi sedikit kesulitan dalam
mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri jika menggunakan MPL.
Oleh sebab itu guru perlu memerhatikan dengan baik dan cermat kecerdasan
logika matematis siswa yang berbeda-beda agar proses pembelajaran tidak
membosankan dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
Ketiga, penggunaan model pembelajaran dan kecerdasan logika
matematis siswa memiliki interaksi yang saling berhubungan terhadap hasil
belajar siswa. Dengan begitu diharapkan guru dapat memilih model
pembelajaran yang tepat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa. Selain itu perlu
diperhatikan unit trainer atau sarana prasarana dalam menunjang tercapainya
proses pencapaian tujuan pembelajaran. Penerapan MPBM memiliki
inteeraksi yang positif teerhadap kecerdasan logika matematis tinggi karena
lebih cocok dalam memecahkan masalah. Sedangkan untuk siswa yang
memiliki kecerdasan logika matematis rendah memiliki interaksi negatif
dalam MPBM karena siswa cenderung kurang mampu menganalisis dan
mengikuti tahapan dalam pemecahan masalah. Sedangkan untuk MPL
memiliki interaksi yang positif terhadap siswa yang memiliki kecerdasan
logika matematis rendah karena pembelajaran cenderung berpusat pada
guru. Dan mereka meraasa mudah memahami materi pembelajaran karena
didemostrasikan oleh guru pengajar.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan MPBM lebih
sesuai untuk siswa yang memiliki kecerdasan logika matematis tinggi.
sedangkan untuk siswa yang memiliki kecerdasan logika matematis rendah
cocok menggunakan MPL.
C. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini sudah diusahakan dilaksanakan sesuai dengan
150
D. Saran
Berdasarkan hasil pengujian, diskusi, dan pengambilan keputusan, maka
dapat diberikan saran sebagai berikut.
1. Bagi sekolah, pengaplikasian MPBM akan lebih maksimal jika
didukung dengan sarana prasarana yang baik. Oleh karena itu, sekolah
perlu memenuhi dan memperbarui sarana prasarana yang ada disekolah
untuk mendukung proses belajar.
2. Bagi guru, guru perlu memerhatikan lebih cermat lagi model
pembelajaran yang sesuai digunakan dalam proses pembelajaran
mengingat setiap siswa memiliki kecerdasan logika matematis yang
berbeda-beda. Dengan begitu proses pembelajaran lebih menyenangkan
dan tidak membosankan serta siswa mampu mengembangkan
151
153
154