Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PENELITIAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


TAHUN 2023

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING DAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR
PROGRAM KEAHLIAN KELAS XI SMK PAB 12 SAENTIS

PENELITI :
RUBEN J.H. PANJAITAN
5183122016

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING DAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR
PROGRAM KEAHLIAN KELAS XI SMK PAB 12 SAENTIS
Ruben J.H Panjaitan, Lisyanto2
1
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Univeritas Negeri Medan, Indonesia
2
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Univeritas Negeri Medan, Indonesia

E-mail: panjaitanruben@gmail.com1, lisyantocd@unimed.ac.id 2

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dengan siswa yang belajar menggunakan model Inkuiri. Desain penelitian yang
digunakan adalah two group pre test-post test design. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMK PAB 12
Program Keahlian Saentis dua kelas sebanyak 50 siswa.
Teknik pengumpulan data menggunakan pretest dan posttest untuk hasil belajar. Uji validitas menggunakan
rumus korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus cronbach alpha. Teknik analisis data
menggunakan uji normalitas dan homogenitas.
Berdasarkan hasil dan analisis data yang telah dilakukan, ditemukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
program keahlian TBSM yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan Inkuiri
terhadap hasil belajar siswa yang dilihat dari nilai thiutng > ttabel dimana 5,540 > 2,059. Hal ini menandakan
bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kemampuan siswa yang dibelajarkan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dibandingkan dengan kemampuan siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran inkuiri.

Kata Kunci: problem based learning, inkuiri, hasil belajar, program keahlian
Abstrak
This research aims to determine the differences in learning outcomes between students who study using the
Problem Based Learning (PBL) model and students who study using the Inquiry model. The research design
used was a two group pre test-post test design. The research subjects were 50 students in class
Data collection techniques use pretest and posttest for learning outcomes. The validity test uses the product
moment correlation formula and the reliability test uses the Cronbach alpha formula. Data analysis techniques
use normality and homogeneity tests.
Based on the results and data analysis that has been carried out, it was found that there are differences in the
learning outcomes of the TBSM skills program taught using the Problem Based Learning and Inquiry learning
models towards student learning outcomes as seen from the value of thiutng > ttable where 5.540 > 2.059. This
indicates that there is a difference in the average score between the abilities of students who are taught using the
Problem Based Learning (PBL) learning model compared to the abilities of students who are taught using the
inquiry learning model.

Keywords: problem based learning, inkuiri, learning outcomes, expertise Program

PENDAHULUAN berkembangnya potensi peserta didik agar


Dalam UUD RI No 20 Tahun 2003, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
BAB II, Pasal 3 tentang sistem pendidikan Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat,
nasional pemerintah telah mengatur dan beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
mengarahkan pendidikan nasional yang warga demokratis dan bertanggung jawab”.
menyatakan bahwa “Pendidikan nasional Pemerintah Republik Indonesia melalui
berfungsi mengembangkan kemampuan dan kementrian pendidikan dan kebudayaan telah
membentuk watak dan peradapan bangsa yang melakukan berbagai upaya untuk
bermartabat dalam rangka mencerdaskan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia,
kehidupan bangsa, bertujuan untuk di antaranya adalah meningkatkan anggaran
pendidikan 20% APBN, meningkatkan kelas XI Pada tahun ajaran 2019/2020
profesionalisasi guru melalui penataran dan menunjukkan 64% siswa mencapai 70-74 atau
pelatihan-pelatihan (PP RI No. 74 Tahun sekitar 21 orang, 24% siswa yang mencapai
2005), menambah sarana dan prasarana untuk nilai 80-82 atau sekitar 8 orang, dan 12%
mendukung keoptimalan kegiatan belajar mencapai nilai 83-90 keatas atau sekitar 4
mengajar (PP RI No. 20 2003), serta orang Pada tahun ajaran 2020-2021
pengembangan kurikulum yakni dari CBSA menunjukkan 68% siswa yang mencapai nilai
(cara belajar siswa aktif), KBK (Kurikulum 70-74 atau sekitar 23 orang, dan 18 %
Berbasis Kompetensi), KTSP ( Kurikulum mencapai nilai 80-90 atau sekitar 6 orang, dan
Tingkat Satuan pendidikan), serta kurikulum 15% mencapai nilai 83-90 keatas atau sekitar 5
2013 yang bertujuan meningkatkan orang Dengan nilai KKM mata pelajaran
keterampilan peserta didik. program keahlian adalah 75. Hal ini tentunya
Untuk meningkatkan dan belum menunjukkan harapan dari tuntutan
mengembangkan kualitas sumber daya kurikulum dari sistem pendidikan nasional.
manusia di Indonesia atau (SDM) pemerintah Menurut Ani (2003), kemerosotan
telah mengatur suatu pendidikan Indonesia pendidikan bukan seolah-olah hanya
dalam UU SPN (Undang-Undang Sistem diakibatkan oleh kurikulum yang kurang baik,
Pendidikan Nasional). Dalam pasal 15, tetapi juga kurangnya kemampuan
ditegaskan bahwa SMK salah salah profesionalisme guru dan keenganan belajar
satu lembaga pendidikan formal bertanggung siswa. Profesionalisme menekankan kepada
jawab mempersiapkan lulusannya menjadi kemampuan manajemen beserta strategi
tenaga terampil dan berkualitas pembelajaran. Penggunaan strategi
Tentu untuk mencapai lulusan yang pembelajaran yang tepat akan mengajak siswa
terampil dan berkualitas yang sesuai dengan untuk aktif selama proses pembelajaran
amanah UU SPN, SMK memiliki berbagai berlangsung.
mata pelajaran untuk menciptakan sumber Dalam meningkatkan hasil belajar
daya manusia yang berkualitas. Program siswa guru dapat menerapkan model
keahlian adalah salah satu mata pelajaran yang pembelajaran Problem Based Learning dan
membutuhkan pemahaman serius, memiliki model pembelajaran Inkuiri. Pembelajaran
inovasi dan kreativitas yang tinggi. Hal ini Berbasis Masalah melibatkan peserta didik
dalam belajar program keahlian dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang aktif,
suatu keahlian berpikir dan menganalisa kolaboratif, berpusat kepada peserta didik yang
sebuah rancangan bangunan atau sebuah mengembangkan kemampuan pemecahan
mesin. Untuk alasan ini, perlunya keterlibatan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang
siswa secara langsung dalam setiap proses dibutuhkan dalam menghadapi tantangan
pembelajaran program keahlian, agar siswa dalam kehidupan dan karir, dalam lingkungan
lebih mudah memahami dan bukan hanya yang bertambah kompleks sekarang ini.
menerima informasi dari guru. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat dimulai
Hal ini terbukti, adanya observasi yang dengan melakukan kerja kelompok antara
dilakukan oleh penulis di SMK PAB 12 peserta didik. Peserta didik menyelidiki
Saentis, khususnya dalam mata pelajaran sendiri, menemukan permasalahan, kemudian
program keahlian dimana proses pembelajaran menyelesaikan masalahnya dibawah petunjuk
yang masih tergolong terpusat pada guru. fasilitatot (guru).
Dimana guru masih sering menggunakan Pembelajaran Inkuiri adalah model
metode pembelajaran yang seperti ceramah, yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk
tanya jawab, dan penugasan. Pembelajaran ini melakukan eksperimen sendiri sehingga
cenderung membosankan dan kurang menarik mampu berpikir secara kritis untuk mencari
sehingga membuat suasana proses belajar dan menemukan jawaban dari suatu masalah
mengajar menjadi vakum, dan pasif, tidak ada yang dipertanyakan.
interaksi dan pada akhirnya siswa hanya Dengan menggunakan model
termenung, mengantuk, dan membuat pembelajaran Problem Based Learning dan
keributan dalam kelas. Inkuiri pembelajaran yang berfokus pada
Dari hasil obeservasi penulis pada siswa sehingga lebih menarik dan percaya diri.
tanggal 28 juli 2022 di SMK PAB 12 Saentis Namun demikian mana diantara dua model
diperoleh nilai hasil ujian program keahlian pembelajaran tersebut yang lebih baik untuk
mata pembelajaran program keahlian TBSM memberikan kondisi belajar aktif kepada
belum diperoleh hasil yang stabil. Oleh karena peserta didik.
itu masih perlu untuk dilakukan penelitian 1. Guru mengajarkan agar peserta didik
terhadap kedua model tersebut. dapat bertanggung jawab dalam
menyelesaikan masalah di dalam
KAJIAN LITERATUR
proses pembelajaran
Pengertian Hasil Belajar
Sudjana (2005:3) menyatakan “Hasil 2. Guru bertujuan agar peserta didik tidak
belajar merupakan perubahan tingkah laku sekedar mengetahui dan menghafal
pada subjek yang melingkupi tiga aspek, yaitu materi pelajaran saja, namun harus
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”. mengerti dan memahaminya.
Hasil belajar inilah yang diperoleh siswa 3. Guru menginginkan peserta didik
setelah mengikuti proses belajar mengajar. mampu memecahkan masalah dan
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh
mampu membuat kemampuan siswa
para ahli maka dapat diartikan bahwa hasil
belajar adalah suatu kemampuan yang dimiliki bertambah
oleh siswa dari akibat belajar, serta
Problem Based Learning (PBL) atau
memberikan perubahan tingkah laku pada
pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah
subjek yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif,
metode yang mengenalkan siswa pada suatu
afektif, psikomotorik dan didapat siswa setelah
kasus yang memiliki keterkaitan dengan materi
mengikuti proses belajar skor atau angka yang
yang dibahas. Siswa kemudian akan diminta
mencapai atau melebihi kriteria ketuntasan
untuk mencari solusi untuk menyelesaikan
inimum yang telah ditemukan setelah
kasus/masalah tersebut. Bedanya pembelajaran
dilakukan evaluasi.
berbasis masalah dengan pembelajaran
berbasis proyek adalah pada pembelajaran
Pengertian Mata Pelajaran Program
berbasis masalah, solusi yang ditawarkan tidak
Keahlian
harus berbentuk produk. Proses pencarian
Mata pelajaran program keahlian
jawaban dari masalah yang dihadapi
merupakan salah satu pelajaran kelompok
merupakan fokus utama dan hasil akhirnya
produktif di Sekolah Menengah Kejuruan
bukanlah menentukan salah atau benar karena
bidang teknologi dan rekayasa. Yang terdiri
bersifat terbuka (Grabowska, 2019).
dari tiga elemen yaitu, chasis,mesin, dan
Menurut Ibrahim dan Nur Rusmono
kelistrikan. Disini saya akan membahas elemen
(2012:243) mengemukakan, bahwa langkah-
“Perawatan dan perbaikan sistem pemindah
langkah Problem Based Learning sebagai
tenaga sepeda motor” Sistem pemindah tenaga
berikut:
berfungsi menyalurkan tenaga yang dihasilkan
1. Proses orientasi siswa pada masalah.
oleh mesin ke permukaan jalan. Tanpa adanya
sistem pemindah yang baik, tenaga yang Guru menyampaikan tujuan dari
dihasilkan oleh mesin tidak akan tersalur pembelajaran, menyampaikan
secara sempurna ke permukaan jalan. Pada perlengkapan yang dibutuhkan,
pelajaran ini diharapkan siswa mampu memberikan motivasi kepada siswa
mendiagnosis ganguan dan kerusakan pada agar lebih aktif dalam pemecahan
sistem pemindah tenaga sepeda motor beserta masalah dan mengajukan masalah.
komponennya diantaranya, sistem kopling,
sistem transmisi, sprocket dan rantai penggerak 2. Mengorganisasikan siswa
roda belakang serta melakukan tindakan tepat Peserta didik dibagi ke dalam beberapa
dalam mengatasi gangguan dan kerusakan kelompok, guru berperan untuk
secara menyeluruh pada berbagai jenis dan membantu para peserta didik
berbagai jenis merek sepeda motor menjelaskan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan
Hakikat Model Pembelajaran Problem
dengan permasalahan.
Based Learning
3. Membimbing penyelidik individu
Model pembelajaran Problem Based
Learning merupakan salah satu model maupun kelompok
pembelajaran inovatif yang mampu
Guru mendorong siswa untuk b. Dapat meningkatkan kemampuan
mengumpulkan data yang dibutuhkan, memecahkan masalah para peserta
kemudian siswa melaksanakan didik dengan sendirinya
percobaan dan pengkajian untuk c. Meningkatkan motivasi siswa dalam
menghasilkan sebuah pemecahan belajar
masalah. d. Mendorong siswa mempunyai inisiatif
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil belajar secara mandiri
Guru berperan dalam membantu siswa
untuk membuat perencanaan dan Model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) mempunyai kelemahan
menyajikan laporan, dokumentasi atau
seperti yang dikemukakan oleh Imas Kurniasih
model, dan membantu siswa untuk dan Berlin Sani (2015:50) antara lain:
berbagi tugas dengan teman a. Dengan menggunakan model ini,
kelompoknya. proses pembelajaran membutuhkan
5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil waktu yang lebih panjang dalam
pemecahan masalah menyelesaikan persoalan, lantaran
Para peserta didik diarahkan untuk persoalan ini harus dapat dipecahkan
melakukan refleksi atau mengevaluasi dan harus tuntas
terhadap proses pelaksanaan model b. Banyak siswa yang tidak tahu arah
pembelajaran Problem Based untuk belajar terutama bagi mereka
Learning. yang kurang pengalaman sebelumnya
c. Sering juga kesulitan terletak pada
Ciri-ciri model pembelajaran Problem
guru pada saat menjadi fasilitator pada
Based Learning (PBL) menurut Baron dalam
bukunya Rusmono (2012:74) mengemukakan peserta didik.
bahwa:
1. Menggunakan permasalahan dalam
dunia nyata Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran Inkuiri adalah
2. Pembelajaran dipusatkan dalam
model pembelajaran yang dirancang untuk
penyelesaian masalah membimbing siswa bagaimana meneliti
3. Tujuan pembelajaran ditentukan oleh masalah dan pertanyaan. Berdasarkan fakta
siswa menurut Kardi (2003:3), model inkuiri
4. Guru berperan sebagai fasilitator. menekankan pada proses mencari dan
Kemudian “masalah” yang digunakan menemukan, fungsi peserta didik dalam model
menurutnya harus relevan dengan ini ialah mencari permasalahan dan
menemukan solusi dalam suatu materi
tujuan pembelajaran mutakhir, dan
pelajaran dan guru sebagai fasilitator.
menarik, berdasarkan informasi yang Sebelum menerapkan model Inkuiri
luas, terbentuk secara konsisten dalam pembelajaran di kelas, kita perlu
dengan masalah lain, dan termasuk mengetahui keunggulan dan kelemahan model
dalam dimensi kemanusiaan. Inkuiri agar kita dapat meminimalisir sebelum
menggunakan model Inkuiri dilakukan.
Keunggulan dan Kelemahan Model Berikut ini beberapa keunggulan dan
Pembelajaran Problem Based Learning kelemahan Inkuiri menurut Hanafiah (2009:78-
Model pembelajaran Problem Based 79)
Learning (PBL) memiliki banyak keunggulan Keunggulan :
dan kelebihan seperti yang dikemukakan oleh a. Membantu peserta didik dalam
Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015:49) mengembangkan, kesiapan, serta
antara lain : penguasaan keterampilan dalam
a. Mengembangkan pemikiran kritis dan proses kongnitif.
keterampilan kreatif siswa. b. Peserta didik memperoleh
pengetahuan secara individual dan
dapat dimengerti dan dapat demikian, strategi pembelajaran inkuiri
diterapkan menempatkan guru bukan sebagai
c. Dapat meningkatkan motivasi siswa sumber belajar, akan tetapi sebagai
agar lebih giat lagi dalam belajar fasilitator dan motivator belajar siswa.
d. Memberikan peluang untuk c. Tujuan pembelajaran berbasis inkuiri
berkembang dan maju sesuai dengan adalah untuk mengembangkan
kemampuan dan minat masing- keterampilan intelektual untuk berpikir
masing peserta didik secara sistematis, logis, kritis, atau
sebagai bagian dari proses mental.
Kelemahan Strategi pembelajaran berbasis
a. Siswa harus memiliki kesiapan penelitian menuntut siswa hanya
dan kematangan mental siswa menguasai materi, tetapi bagaimana
harus berani dan berkeinginan mereka dapat menggunakan potensi
untuk mengetahui keadaan sekitar mereka. Sebagaimana terlihat dari
dengan baik proses pembelajaran, tujuan utama
b. Guru dan siswa sudah terbiasa pembelajaran dengan strategi inkuiri
dengan kebiasaan proses belajar adalah membantu siswa
yang lama, jadi agak susah untuk mengembangkan disiplin intelektual
mencapai proses ini dengan cepat dan keterampilan berpikir dengan
c. Keadaan kelas nyatanya memiliki mengajukan pertanyaan dan menerima
siswa yang banyak, maka metode jawaban berdasarkan rasa ingin tahu.
Inkuiri ini akan mengecewakan
bila tidak dilakukan dengan ekstra Langkah-langkah model pembelajaran
hati-hati Inkuiri antara lain:
d. Model Inkuiri terlalu 1. Observasi/Mengamati
mementingkan proses dan kurang Agar siswa sadar akan masalah ini,
memerhatikan perkembangan sifat guru harus kreatif agar rangsangan dan
dan keterampilan siswa rangsangan yang diberikan benar-
benar menarik minat siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran Inkuiri 2. Mengajukan Pertanyaan
menurut Sanjaya (2008) mengemukakan Stimulus atau stimulus guru yang
bahwa: berfungsi dengan baik menimbulkan
a. Strategi inkuiri menekankan kepada
pertanyaan atau masalah dalam benak
aktivitas siswa secara maksimal untuk
siswa, yang menjadi dasar untuk
mencari dan menemukan, artinya
merumuskan masalah tersebut. Jika
strategi inkuiri menempatkan siswa
masalah yang diajukan siswa belum
sebagai subjek belajar. Dalam proses
menunjukkan masalah/pernyataan
pembelajaran, siswa tidak hanya
masalah yang baik, guru dapat
berperan sebagai penerima pelajaran
mengajukan pertanyaan untuk
melalui penjelasan guru secara verbal,
membantu membimbing siswa dalam
tetapi mereka berperan untuk
pernyataan masalah yang diharapkan
menemukan sendiri inti dari materi
guru.
pelajaran itu sendiri.
3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
jawaban/mengasosiasi atau melakukan
diarahkan untuk mencari dan
penalaran
menemukan jawaban sendiri dari
Setelah siswa merumuskan masalah,
sesuatu yang dipertanyakan. Sehingga
langkah selanjutnya adalah
diharapkan dapat menumbuhkan sikap
merumuskan hipotesis. Perumusan
percaya diri (self belief). Dengan
hipotesis oleh siswa dapat dibimbing METODE
oleh guru dengan memberikan bahan Penelitian ini dilaksanakan di SMK
bacaan kepada siswa untuk menjawab Swasta PAB 12 Saentis Jl.kali Serayu Desa
Saentis, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli
rumusan masalah, hipotesis atau
Serdang Prov. Sumatera Utara, Pada siswa
rumusan jawaban sementara diperiksa Kelas XI Teknik Bisnis Sepeda Motor tahun
kebenarannya. ajaran 2023/2024, Pada mata pelajaran
4. Mengumpulkan data yang terkait Program Keahlian. Waktu penelitian
dengan dugaan atau pertanyaan yang dilaksanakan pada semester II genap pada
diajukan/memprediksi dugaan Guru tahun ajaran 2023/2024.
bukan satu-satunya sumber informasi, Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI SMK PAB 12 Program
peran guru adalah sebagai perantara.
Keahlian Saentis dua kelas. Setiap kelas terdiri
Segala sesuatu yang dibutuhkan siswa dari 25 siswa dari kelas XI TBSM 1 dan 25
dan kelompoknya untuk siswa dari kelas XI TBSM 2. Populasi dalam
mengumpulkan data dan informasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
harus sepenuhnya dapat diakses oleh Program Keahlian Teknik Bisnis Sepeda
siswa. Motor semester gasal 2022/2023 SMK Swasta
5. Mempresentasikan atau menyajikan PAB 12 Saentis yang berjumlah 50 siswa yang
terbagi menjadi dua kelas.
hasil temuannya
Penelitian ini melibatkan 2 kelas yang
Setelah bergulat dengan berbagai terdapat perlakuan yang berbeda. Untuk
sumber belajar yang tersedia (sumber mengetahui hasil belajar mata pelajaran
informasi) dan sumber data yang ada, program keahlian, dilakukan pemberian tes
siswa diminta untuk mengolah data pada dua kelas sebelum dan sesudah diberikan
dan informasi yang diperoleh. perlakuan. Desain penelitian yang digunakan
6. Menyimpulkan adalah two group pre test-post test design.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini
Langkah terakhir dalam model
yaitu untuk mengetahui perbedaan antara
pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran problem based learning
penutupan. Pada langkah model dan inkuiri terhadap hasil belajar siswa, maka
pembelajaran berbasis penelitian, digunakan pendekatan penelitian kuantitatif
siswa menarik kesimpulan tentang dengan metode penelitian Kuasi-Eksperimen
hasil uji hipotesis yang telah yang merupakan menggunakan dua kelompok,
dilakukan. Pembelajaran baru dapat namun pemilihan kedua kelompok tersebut
bukan secara random.
mengakibatkan ditemukannya
informasi yang tidak sesuai dengan HASIL
hipotesis, dan sebaliknya jika Setelah dilakukan penelitian terhadap
informasi baru tersebut semakin permasalah yang ditemukan, kemudian
memperkuat informasi yang sudah dilakukan analisis data yang telah diperoleh.
dimiliki. Adapun data yang telah diperoleh dari
Dari sini, peneliti menarik kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut :
berdasarkan rasionalitas berdasarkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
hasil penelitian ilmiah. Sebuah proses Program Keahilan TSBM Menggunakan
pembelajaran yang menggunakan Model Pembelajaran Problem Based
model pembelajaran berbasis inkuiri Learning
ini memungkinkan siswa untuk Data dokumentasi berupa nilai hasil
mengembangkan pemahaman yang belajar mata pelajaran gambar teknik yang di
peroleh dari nilai mid semester dapat
lebih dalam tentang apa yang mereka
dideskripsikan dengan bantuan program SPSS
pelajari dan membangun pengetahuan for Windows Ver. 25.0. Hasil pengukuran
baru secara konstruktif berdasarkan deskriptif variabel disajikan dalam Tabel 1 di
pengetahuan sebelumnya. bawah ini yang merangkum gambaran data
hasil belajar siswa, dengan ukuran skor deviasi pretest dan postest kelas Inkuiri
minimum, maksimum, mean dan standard masing-masing yaitu 8,75 dan 7,07.
deviasi, serta sebaran data.
Hasil Belajar Siswa pada Mata
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pelajaran Program Keahlian TSBM
Problem Based Learning Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri
Nilai
Nilai Berikut adalah hasil belajar siswa pada
No Nama Siswa Post mata pelajaran Program Keahlian TSBM
Pretest
est menggunakan model pembelajaran Inkuiri
1 Aditya Hardi Dinata 40 80 yang terdapat pada tabel di bawah ini.
2 Agus Supriadi 45 95
3 Ahmad Naim 40 95 Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Menggunakan
4 Alfian Amry 55 75 Model Pembelajaran Inkuiri
Armanda Putra Nilai Nilai
5 30 85 No Nama Siswa
Pratama Pretest Posttest
Arthur William
6 35 90 Andre
Matondang 1 45 60
Arthasyah
7 Arya Syaputra 35 95 2 Arif Fadhilah 60 75
8 Bagas Iwansyah 55 85 Bagus
9 Beni Kurniawan 40 80 3 25 85
Permana
10 Dana Prayoga 35 75 Bambang
11 Deo Ilham 45 80 4 25 70
Guntoro
12 Dino Yustiawan 45 90 Bambang
5 25 60
13 Dio Fadly 50 95 Irawan
14 Fajar Ag Parera 50 90 Bernard
15 Imam Kurniawan 40 75 6 Yohannes 40 75
Imam Mustofa Sitohang
16 35 90 7 Edi Irmansyah 40 80
Pratama
17 Khairi Maulana 35 75 8 Fajar Aryanto 45 80
18 M. Arman Sahputra 50 80 9 Ferdi Irfansyah 50 75
M. Fadillah Fito Five Julius
19 30 75 10 35 65
Romadhoni Canna Varo
20 Mhd. Evan Tsaqif 55 90 Gilang
11 45 80
Muhammad Aldi Pratama
21 45 85 12 Heru Prasetio 40 75
Syahputrah Barus
Muhammad Arief 13 Irfan 35 65
22 60 85 Lukkas Mikel
Fradana 14 40 85
23 Muhammad Ramdan 60 85 Tampubolon
24 Nurul Ain Fadillah 50 80 Lungun
25 Paisal 50 95 15 Prasetia 50 60
Jumlah 1110 2125 Simanjuntak
Rata-rata 44.40 85 Muhammad
16 40 70
Aldino
Nilai Maksimum 60 95
Muhammad
Nilai Minimum 30 75
17 Azriel 35 65
standar deviasi 8.75 7.07
Aliansyah
Muhammad
Berdasarkan pada tabel 1 di atas dapat 18 55 80
Maulana
diketahui bahwa rata-rata nilai pretest kelas Muhammad
eksperimen 1 yang pada saat pembelajaran 19 35 85
Rizky Ananda
menggunakan model Problem Based Learning Nopriado
20 35 70
(PBL) yaitu 44,40, rata-rata nilai posttest yaitu Simamora
85, nilai minimum dan maksimum pretest 21 Prasetyo 30 60
kelas PBL 1 masing-masing yaitu 30 dan 60, 22
Rivaldo
30 85
nilai minimum dan maksimum kelas posttest Sianturi
masing-masing yaitu 60 dan 95 serta standar Sandyzar
23 Pramana Putra 30 75
Lubis
Nilai Nilai es
No Nama Siswa
Pretest Posttest
Sehat Kristian Berdasarkan hasil uji normalitas
24 Perangin 55 70 seperti pada tabel 3 di atas dapat diketahui
Angin bahwa nilai signifikansi yang diperoleh untuk
25 Surya Dharma 60 65 nilai pretest kelas eskperimen adalah sebesar
Jumlah 1005 1815 0,200 yang dimana nilai ini lebih besar dari
Rata-rata 40.20 72.60 taraf signifikansi (0,200 > 0,05), maka data
Nilai Maximum 60 85 pretest tersebut berdistribusi normal,
Nilai Minimum 25 60
signifikansi yang diperoleh untuk nilai posttest
Standar Deviasi 10.46 8.55
kelas eskperimen adalah sebesar 0,120 yang
dimana nilai ini lebih besar dari taraf
Berdasarkan pada tabel 2 di atas dapat
signifikansi (0,120 > 0,05) sehingga data
diketahui bahwa rata-rata nilai pretest kelas
pretest tersebut berdistribusi normal. Demikian
eksperimen 2 yaitu 40,20, rata-rata nilai
juga dengan nilai signifikansi pada nilai pretest
posttest yaitu 72,60, nilai minimum dan
kelas eksperimen 2 yang memperoleh nilai
maksimum pretest kelas eksperimen 2 masing-
0,167 yang dimana nilai ini lebih besar dari
masing yaitu 20 dan 60, nilai minimum dan
taraf signifikansi 0,05, maka data posttest
maksimum kelas eksperimen 2 masing-masing
tersebut berdistribusi normal dan terakhir nilai
yaitu 60 dan 85 serta standar deviasi pretest
nilai signifikansi pada nilai pretest kelas
dan postest kelas eksperimen 2 masing-masing
eksperimen 2 yang memperoleh nilai 0,200
yaitu 10,46 dan 8,55.
yang dimana nilai ini lebih besar dari taraf
signifikansi 0,05, maka data posttest tersebut
Uji Normalitas
berdistribusi normal. Dari hasil tersebut maka
Pengujian normalitas data adalah
dapat dinyatakan data yang diperoleh dari
dengan menggunakan teknik uji
kedua kelompok kelas pada penelitian ini
Kolmogororof-Smirnov (Uji K-S) dengan
berdistribusi normal.
menggunakan taraf signifikansi alpha 0,05,
pengujian ini menjadi sangat penting karena
Uji Homogenitas
akan dapat memberikan indikasi lebih lanjut
Pengujian homogenitas data dilakukan
apakah data dapat diolah atau tidak dengan
untuk mengetahui apakah data dari kedua
menggunakan analisis regresi. Data dari setiap
kelompok sampel berasal dari populasi yang
variabel dikatakan normal sebagaimana yang
homogen atau memiliki kemampuan yang
dikemukan apabila: 1) Nilai Signifikansi atau
dilihat dari hasil belajar yang relatif sama. Uji
nilai probabilitas < 0,05, maka distrubusi data
ini dilakukan dengan menggunakan uji levene
tidak normal, dan
statistic pada taraf signifikansi 0.05 dengan
2) Nilai Signifikansi atau probabilitas > 0,05,
bantuan program SPSS 25 For Windows
maka distrubusi data normal.
seperti pada tabel berikut
Uji ini dilakukan untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak.
Tabel 4. Uji Homogenitas
Peneliti menggunakan uji Kolmogorov Nilai Taraf
Smirnov untuk menguji normalitas data Tes Kelompok Sig Signifik Keterangan
penelitian dengan hasil sebagai berikut Hitung ansi
dirangkum dalam Tabel 5. Prete Eksperimen 1 0.615 0.05
Homogen
st Eksperimen 2 0.615 0.05
Tabel 3. Uji Normalitas Postt Eksperimen 1 0.260 0.05
Nilai Taraf Homogen
Kelom Ketera est Eksperimen 2 0.260 0.05
Tes Signifik Signifik
pok ngan
ansi ansi Berdasarkan hasil perhitungan data
Pret seperti pada tabel 4.4 di atas dapat dilihat
Kelas 0.200 0.05 Normal
est
Eksperi bahwa keseluruhan data diperoleh nilai
Post
men 1 0.120 0.05 Normal Signifikansi > 0.05. Maka dapat disimpulkan
es
Kelas Pret bahwa kemampuan hasil belajar siswa dari
0.167 0.05 Normal kedua kelompok merupakan sampel yang
Eksperi est
men 2 Post 0.200 0.05 Normal homogen.
Kuadrat Varians 2.238
Pengujian Hipotesis Penelitian t hitung 5.540
Setelah dilakukan uji normalitas di
mana data penelitian berdistribusi normal dan Dari tabel 7. diatas menunjukkan
sudah memenuhi syarat uji hipotesis, maka bahwa Berdasarkan hasil perhitungan di atas
untuk melanjutkannya dilakukan uji t satu dapat diketahui bahwa nilai thiutng > ttabel dimana
pihak dengan menggunakan uji independet t- 5,540 > 2,069. Hal ini menandakan bahwa
test dengan bantuan program SPSS 25 For terdapat perbedaan nilai rata-rata antara
Windows. Adapun bunyi dari hipotesis pada kemampuan siswa yang dibelajarkan
penelitian ini adalah “Rata-rata hasil belajar menggunakan model pembelajaran Problem
siswa yang metode pembelajarannya Based Learning (PBL) dibandingkan dengan
menggunakan model Problem Based Learning kemampuan siswa yang dibelajarkan
(PBL) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri.
metode pembelajarannya menggunakan model Sehingga dalam penelitian ini Ha diterima dan
pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan hasil
program keahlian kelas XI TSBM SMK PAB belajar program keahlian TBSM yang
Saentis. Berikut hasil uji hipotesis yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem
disajikan pada tabel di bawah ini : Based Learning dan Inkuiri terhadap hasil
belajar siswa kelas XI TBSM di SMK PAB 12
Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Saentis.
Nilai Postest Nilai Postest
No Eksperimen Eksperimen 2 PEMBAHASAN
1(PBL) (Inkuiri) Penelitian ini bertujuan untuk
1 80 60 mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada
2 95 75 mata pelajaran program keahlian TBSM yang
3 95 85 menggunakan model pembelajaran Problem
4 75 70 Based Learning (PBL) dan model
5 85 60 pembelajaran inkuri pada siswa kelas XI di
6 90 75 SMK PAB 12 Saentis. Berdasarkan hasil dan
7 95 80 analisis data yang telah dilakukan, ditemukan
8 85 80 bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
9 80 75 program keahlian TBSM yang diajarkan
10 75 65 dengan model pembelajaran Problem Based
11 80 80 Learning dan Inkuiri terhadap hasil belajar
12 90 75 siswa yang dilihat dari nilai t hiutng > ttabel dimana
13 95 65 5,540 > 2,059. Hal ini menandakan bahwa
14 90 85 terdapat perbedaan nilai rata-rata antara
15 75 60 kemampuan siswa yang dibelajarkan
16 90 70 menggunakan model pembelajaran Problem
17 75 65 Based Learning (PBL) dibandingkan dengan
18 80 80 kemampuan siswa yang dibelajarkan
19 75 85 menggunakan model pembelajaran inkuiri.
20 90 70
Hasil ini sejalan dengan penelitian
21 85 60
yang dilakukan oleh Bella dkk (2020) yang
22 85 85
pada penelitiannya ditemukan hasil bahwa
23 85 75
terdapat perbandingan antara hsail belajar
24 80 70
siswa SMK Dinamika Pembangunan 1 Jakarta
25 95 65
pada mata pelajaran Jaringan Dasar terhadap
Jumla
h
2125 1815 kelas yang menggunakan model Problem
Rata-rata PBL 85 Based Learning dengan kelas yang
Rata-rata Inkuiri 72.6 menggunakan model Inquiry Learning. Kelas
n PBL 25 eksperimen 1 yang menggunakan model
n Inkuiri 25 Problem Based Learning lebih tinggi
Varians kelas PBL 52.083 dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang
Varians kelas Inkuiri 73.167 menggunakan model Inquiry Learning.
Hasil belajar siswa yang dibelajarkan yang dilaksanakan oleh peneliti pun sedikit
dengan model PBL lebih tinggi disebabkan kurang maksimal hasilnya.
karena pada model ini siswa belajar dengan
cara konsep memecahkan masalah dengan
berdiskuis secara kelompok. Metode PBL lebih SIMPULAN
menekankan pada pertukaran pendapat dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
saling berbagi informasi untuk memecahkan mengenai “perbedaan model pembelajaran
permasalahan. Hal ini terjadi karena siswa problem based learning dan model
yang memiliki motivasi rendah yang diajarkan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
lebih termotivasi untuk menelusuri dan program keahlian teknik bisnis dan sepeda
mengeksplorasi pengetahuan sendiri motor kelas XI TBSM SMK PAB 12 Saentis”
(Wulandari, 2013). Terdapat perbedaan hasil belajar program
Kemudian hasil penelitian ini sejalan keahlian TBSM yang diajarkan dengan model
dengan penelitian terdahulu yang telah pembelajaran Problem Based Learning dan
disajikan sebelumnya, dimana penelitian ini Inkuiri terhadap hasil belajar siswa kelas XI
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh TBSM di SMK PAB 12 Saentis.Hal ini
Hayadi (2015), Nanang (2017), Mayasri dkk terbukti dari hasil pengujian hipotesis yaitu
(2019), Ifana (2017) dan Oktania (2020) yang thitung > ttabel (5,540 > 2,069).
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar antara siswa yang diajarkan dengan REFERENSI
model PBL dengan siswa yang diajarkan Depdiknas, (2003). Undang-Undang
dengan model Inkuiri yang dilihat dari Republik Indonesia Nomor 20
perbedaan hasil rata-rata nilai, dimana rata-rata Tahun 2003 Tentang Sistem
nilai hasil belajar siswa yang diajarkan dengan Pendidikan Nasional. Diakses pada
model PBL lebih baik dibandingkan dengan
29 September 2022
rata-rata nilai hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model Inkuiri.
darihttp://www.fti.itb.ac.id/wp-
Kelebihan penelitian ini adalah selama content/uploads/2022/06.UU-No-
penelitian yang telah dilakukan, peneliti 20-Tahun-2003-Sisdiknas.pdf
melaksanakan penelitian dengan mengajar Ani M. H. (2003). “Pengembangan
secara langsung sehingga segala hasil Profesional Guru di Abad
pengamatan yang diperoleh pada saat Pengetahuan”, Pendidikan
pelaksanaan penelitian dapat diamati secara Network : 24 Maret 2006
langsung oleh peneliti. Kemudian dengan Sudjana. (2005). Model Statistika.
dilakukannya mengajar secara langsung oleh Bandung : Tarsito.
peneliti lebih memudahkan langsung dalam Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran
pelaksanaan setiap sinkas yang terdapat pada
dengan Problem Based Learning
model pembelajaran yang digunakan seperti
pada sintak pelaksanaan PBL dapat dengan
itu Perlu: untuk meningkatkan
mudah dilakukan oleh sebab penelitian atau Profesionalitas Guru. Bogor:
pembelajaran dilaksanakan langsung oleh Ghalia Indonesia.
peneliti sendiri. Imas Kurniasih & Berlin Sani. 2015.
Berikutnya kelemahan dalam Ragam Pengembangan Model
penelitian ini adalah keterbatasan waktu dan Pembelajaran
tenaga yang menyebabkan penelitian hanya untuk Peningkatan Profesionalitas Guru.
dilakukan untuk mengamati perbedaan hasil Jogjakarta: Kata Pena
belajar siswa, tidak dengan aspek lainnya Grabowska, A., E. Kunicki, A. Sekara dan
seperi aktivitas, minat ataupun motivasi siswa A. Kalisz. 2019. The effect of
dalam belajar. Selanjutnya yang menjadi
cultivar and biostimulant treatment
kelemahan lain dalam penelitian ini adalah
keadaan dan situasi kelas yang kurang
on the carrot yield and its quality.
memadai seperti kurangnya sarana dan Vegetable Crops Research Bulletin.
prasarana yang dapat mendukung proses Kardi dan Nur. (2003). Pengantar pada
belajar mengajar sehingga pada penelitian Pembelajaran dan Pengelolaan
Kelas. Surabaya: Uni Press.
Hanafiah dkk . (2009). Konsep Strategi Dinamika Pembangunan 1 Jakarta.
Pembelajaran. Bandung: PT Jurnal Pinter. 4(1)
Reflika Aditama http://doi.org.10.21009/pinter.4.1.4
Sanjaya,W. (2008). Strategi Pembelajaran Hayadi, P. (2015). Pengaruh Model
Berorientasi Standar Proses Pembelajaran Berbasis Masalah.
Pendidikan.: Kencana Prenada Medan : SMK Swasta Dwi Warna 2.
Media
Bella F., Sastrawijaya, Y dan Oktaviani, V.
(2020). Perbandingan Model
Problem Based Learning Dengan
Inquiry Learning Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Jaringan Dasar Kelas X TKJ SMK

Anda mungkin juga menyukai