Anda di halaman 1dari 196

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP

KEAKTIFAN DAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK


DALAM KARAKTER KEBANGSAAN DI SPN POLDA JATIM

TESIS

Pembimbing :

Prof. Dr. Mustaji, M.Pd


Dr. Andi Mariono, M.Pd

Mohamad Zainul Mucharom


NIM 21070905019

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2022

i
PERSETUJUAN

Tesis oleh Mohamad Zainul Mucharom, NIM 21070905019. Dengan judul


“Pengaruh Problem Based Learning terhadap Keaktifan dan Berpikir Kritis
Peserta didik dalam Karakter Kebangsaan di SPN Polda Jatim” telah memenuhi
syarat dan disetujui untuk diujikan.

Pembimbing I Tanggal

7 Desember 2021

Prof. Dr. Mustaji, M.Pd ___________________

Pembimbing II Tanggal

7 Desember 2021

Dr. Andi Mariono, M. Pd ___________________

Mengetahui,
Ketua Prodi S2 Teknologi Pendidikan

Dr. Andi Mariono, M. Pd


NIP. 196404161990021002

ii
ABSTRAK

Mucharom. M. Z. 2021. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap


Keaktifan dan Berpikir Kritis Peserta didik dalam Karakter Kebangsaan
di SPN Polda Jatim. Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan,
Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing: (I) Prof. Dr.
Mustaji, M.Pd., (II) Dr. Andi Mariono, M.Pd.
Kata-kata Kunci: Problem Based Learning, Keaktifan, Berpikir Kritis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh problem based


learning terhadap keaktifan dan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran
karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian True Experimental Design dengan bentuk pretest-posttest group design.
Penelitian ini melibatkan dua kelompok yang masing-masing terdiri dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis uji validitas dan reliabilitas
instrument dilakukan untuk mengetahui kehandalan instrument. Setelah
instrument dinyatakan handal, selanjutnya instrument observasi digunakan untuk
menegatahui pengaruh model problem based learning terhadap keaktifan peserta
didik dan tes yang akan digunakan untuk mengetahui pengaruh model problem
based learning terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui peretest
dan postest, dengan menggunakan rumus independen sampel t-test.
Hasil penelitian berdasarkan perhitungan keaktifan peserta didik diketahui
rata-rata (mean) untuk posttest kelas kontrol adalah 55 dan kelas eksperimen 88.
Kemudian, hasil dari penghitungan dengan uji independen sampel t-test diperoleh
nilai signifikansi berdasarkan pada kolom asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,00 atau
signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pada rata-rata nilai posttest kelas kontrol dan rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen yang berarti model problem based learning
berpengaruh terhadap keaktifan peserta didik. Selanjutnya berdasarkan
perhitungan perhitungan kemampuan berpikir kritis peserta didik diketahui rata-
rata (mean) untuk posttest kelas kontrol adalah 55,6 dan kelas eksperimen 88,3.
Kemudian, hasil dari penghitungan dengan uji independen sampel t-test diperoleh
nilai signifikansi berdasarkan pada kolom asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,00 atau
signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pada rata-rata nilai posttest kelas kontrol dan rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen yang berarti model problem based learning
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

iv
ABSTRACT

Mucharom. M. Z. 2021. The Effect of Problem Based Learning Model on


Students' Activeness and Critical Thinking in National Character
Subjects at SPN Polda Jatim. Thesis, Department of Educational
Technology, Postgraduate, State University of Surabaya. Supervisor: (I)
Prof. Dr. Mustaji, M.Pd., (II) Dr. Andi Mariono, M.Pd.
Keyword: Problem Based Learning, Activeness, Critical Thinking.

This study aims to determine problem based learning on the activeness and
critical thinking of students on the subject of national character at SPN Polda
Jatim.
This research uses quantitative research with True Experimental Design
research method in the form of pretest-posttest group design. This study involved
two groups, each consisting of an experimental group and a control group.
Analysis of the validity and reliability of the instrument was carried out to
determine the reliability of the instrument. After the instrument is declared
reliable, then the observation instrument is used to determine the effect of the
problem based learning model on student activity and the test that will be used to
determine the effect of the problem based learning model on students' critical
thinking skills through a test and posttest, with using the independent sample t-test
formula.
The results of the study based on the calculation of student activity, it is
known that the average (mean) for the control class posttest is 55 and the
experimental class is 88. Then, the results of the calculation with the independent
sample t-test test obtained a significance value based on the asymp column. Sig
(2-tailed) of 0.00 or significance <0.05 (0.00 <0.05). Thus, it can be concluded
that there is a difference in the average posttest value of the control class and the
average posttest value of the experimental class, which means that the problem
based learning model has an effect on student activity. Furthermore, based on the
calculation of students' critical thinking skills, it is known that the average (mean)
for the control class posttest is 55.6 and the experimental class 88.3. Then, the
results of the calculation using the independent sample t-test obtained a
significance value based on the asymp column. Sig (2-tailed) of 0.00 or
significance <0.05 (0.00 <0.05). Thus, it can be concluded that there is a
difference in the average posttest value of the control class and the average
posttest value of the experimental class, which means that the problem based
learning model has an effect on students' critical thinking skills.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memudahkan dalam penyelesaian Tesis yang berjudul “Pengaruh Model
Problem Based Learning terhadap Keaktifan dan Berpikir Kritis Peserta didik
pada Mata Pelajaran Karakter Kebangsaan di SPN Polda Jatim”.

Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam


memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Teknologi
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Keberhasilan
penyelesaian Tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis menyampaiakan ucapan terima kasih mendalam dan penghargaan yang
tinggi kepada:

1. Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., selaku Rektor Universitas Negeri Surabaya.


2. Prof. Dr. Wasis, M.Si., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya.
3. Dr. Andi Mariono, M.Pd selaku Ketua Prodi S2 Teknologi pendidikan dan
Pembimbing II.
4. Prof. Dr. Mustaji, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S2 Teknologi Pendidikan Universitas
Negeri Surabaya yang memberikan motivasi dan bekal ilmu pengetahuan
untuk mengerjakan Tesis.
6. Kepala SPN Polda Jatim dan segenap jajarannya.
7. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan doa, motivasi,
memberikan dukungan baik moral maupun material sehingga Tesis ini
selesai dengan baik.
8. Istri tercinta dan Anak-anak tersayang yang telah memberikan dorongan
setulus hati dalam menyelesaikan studi program Pascasarjana, semoga
ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat bagi keluarga.
9. Teman-teman mahapeserta didik S2 Teknologi Pendidikan angkatan 2012
atas kebersamaannya.

vi
10. Serta semua pihak yang membantu hingga selesainya tesis ini.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari pihak demi
kesempurnaan Tesis ini.

Surabaya, Februari 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .....................................................................................................i


Halaman Persetujuan ...........................................................................................ii
Halaman Pengesahan ..........................................................................................iii
Abstrak ................................................................................................................iv
Kata Pengantar ....................................................................................................vi
Daftar Isi..............................................................................................................viii
Daftar Tabel ........................................................................................................x
Daftar Gambar .....................................................................................................xi
Daftar Lampiran ..................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 14
E. Definisi Istilah ............................................................................... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Kawasan
Teknologi Pendidikan .................................................................... 17
B. Model Pembelajaran Problem Based Learning Berdasarkan
Pendapat Para Ahli. ....................................................................... 20
C. Keaktifan. ...................................................................................... 27
D. Berpikir Kritis ................................................................................ 32
E. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
terhadap Keaktifan Peserta didik ................................................... 39
F. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
terhadap Berpikir Kritis Peserta didik ........................................... 41

viii
G. Pembelajaran Karakter Kebangsaan dengan Model
Pembelajaran Problem Based Learning ........................................ 44
H. Kerangka Berpikir ......................................................................... 47
I. Hipotesis ........................................................................................ 50

BAB III METODE PENELITIAN


A. Metode Penelitian .......................................................................... 51
B. Subjek Penelitian ........................................................................... 52
C. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 52
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... 53
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ................... 54
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Uji Validitas dan Reliabilitas......................................................... 65
B. Uji Prasyarat .................................................................................. 71
C. Pengaruh Model Problem Based Learning dengan terhadap
Keaktifan. ...................................................................................... 74
D. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Berpikir
Kritis. ............................................................................................. 79

BAB V PEMBAHASAN
A. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Keaktifan .... 85
B. Penaruh Model Problem Based Learning terhadap Berpikir
Kritis. ............................................................................................. 90

BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 96
B. Saran. ............................................................................................. 97

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 100

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Langkah-langkah model Problem Based Learning ............................ 26


Tabel 2.2 : Tahap Perkembangan Kognitif ........................................................... 44
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Observasi Aktivitas Dosen dan Peserta didik ...................... 57
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Keaktifan Oral Aktivities ..................................................... 59
Tabel 3.3 : Kisi-kisi Tes Berpikir Kritis................................................................ 60
Tabel 4.1 : Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................... 67
Tabel 4.2 : Hasil Validasi Instrumen Keaktifan .................................................... 68
Tabel 4.3 : Hasil Validitas Instrumen Tes ............................................................. 69
Tabel 4.4 : Hasil Hasil Reliabilitas Instrumen ...................................................... 71
Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 72
Tabel 4.6 : Hasil Uji Homoginitas ........................................................................ 73
Tabel 4.7 : Mean Pretest Data Keaktifan Peserta didik ........................................ 75
Tabel 4.8 : Uji t Pretest Data Keaktifan Peserta didik .......................................... 76
Tabel 4.9 : Mean Posttest Data Keaktifan Peserta didik....................................... 78
Tabel 4.10 : Uji t Posttest Data Keaktifan Peserta didik ...................................... 78
Tabel 4.11 : Mean Pretest Data Berpikir Kritis .................................................... 80
Tabel 4.12 : Uji t Pretest Data Berpikir Kritis ...................................................... 81
Tabel 4.13 : Mean Posttest Data Berpikir Kritis ................................................... 83
Tabel 4.14 : Uji t Posttest Data Berpikir Kritis ..................................................... 83

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kawasan Teknologi Pendidikan ...................................................... 18


Gambar 2.2 : Kearangka Berpikir ......................................................................... 50
Gambar 3.1 : Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design ............. 52

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : SAP .................................................................................................. 106


Lampiran 2 : Instrumen Wawancara Studi Pendahuluan Bagi Pendidik .............. 122
Lampiran 3 : Instrumen Wawancara Studi Pendahuluan Bagi Peserta didik........ 125
Lampiran 4 : Instrumen Validasi RPP .................................................................. 127
Lampiran 5 : Instrumen Validasi Keaktifan Peserta didik .................................... 130
Lampiran 6 : Instrumen Validasi Tes Hasil Belajar .............................................. 133
Lampiran 7 : Hasil Wawancara Studi Pendahuluan Bagi Pendidik ...................... 136
Lampiran 8 : Hasil Wawancara Studi Pendahuluan Bagi Peserta didik ............... 139
Lampiran 9 : Hasil Validasi RPP .......................................................................... 145
Lampiran 10 : Hasil Validasi Keaktifan Peserta didik .......................................... 147
Lampiran 11 : Hasil Validasi Tes Hasil Belajar.................................................... 148
Lampiran 12 : Rekapitulasi Validitas Butir Soal .................................................. 149
Lampiran 13 : Rekapitulasi Reliabilitas Butir Soal............................................... 151
Lampiran 14 : Hasil Validitas Butir Soal .............................................................. 153
Lampiran 15 : Hasil Reliabilitas Butir Soal .......................................................... 155
Lampiran 16 : Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 157
Lampiran 17 : Hasil Uji Homoginitas ................................................................... 159
Lampiran 18 : Nilai Keaktifan Peserta didik Pretest-Posttes Kelas Kontrol ........ 160
Lampiran 19 : Nilai Keaktifan Peserta didik Pretest-Posttes Kelas Eksperimen . 164
Lampiran 20 : Nilai Berpikir Kritis Pretest-Posttes Kelas Kontrol ...................... 168
Lampiran 21 : Nilai Berpikir Kritis Pretest-Posttes Kelas Eksperimen ............... 172
Lampiran 22 : Hasil Analisis Uji T Nilai Keaktifan Pretest Kelas
Kontrol dan Eksperimen ................................................................ 176
Lampiran 23 : Hasil Analisis Uji T Nilai Keaktifan Posttest Kelas
Kontrol dan Eksperimen ................................................................ 178
Lampiran 24 : Hasil Analisis Uji T Nilai Berpikir Kritis Pretest Kelas
Kontrol dan Eksperimen ................................................................ 180
Lampiran 25 : Hasil Analisis Uji T Nilai Berpikir Kritis Posttest Kelas
Kontrol dan Eksperimen ................................................................ 182

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan peraturan Kepala Kepolisisan Negara Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2009 tentang pokok-pokok penyelenggaraan pendidikan

dan pelatihan di Sekolah Polisi Negara menyatakan bahwa Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam

negeri. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pelatihan adalah suatu upaya atau cara/proses kegiatan untuk memberikan,

memelihara, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan metode

yang lebih mengutamakan praktek agar peserta pelatihan mahir dan terampil

untuk melakukan suatu pekerjaan dalam tugasnya.

Pendidikan dan Pelatihan Polri yang selanjutnya disingkat Diklat Polri

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran, pelatihan dan pengasuhan guna membentuk karakter

1
2

dan jati diri seutuhnya dalam mengembangkan pengetahuan, sikap,

meningkatkan kemampuan dan keterampilan calon pegawai negeri pada Polri

agar memiliki ketaqwaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, mahir, dan terampil untuk melakukan suatu pekerjaan dalam tugas,

yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan

kompetensi dan profesionalisme dalam rangka pelaksanaan tugas sebagai

pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat serta penegak hukum.

Sekolah Polisi Negara yang selanjutnya disingkat SPN adalah unsur

pelaksana untuk menyelenggarakan pendidikan pembentukan Brigadir polisi

dan pelatihan sesuai program/kebijakan pimpinan.

Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor:

Kep/2463/XII/2020 tanggal 22 Desember 2020 tentang Program Pendidikan

dan Pelatihan Kepolisian Negara Republik Indonesia Tahun Anggaran 2021,

menyatakan tujuan pendidikan yaitu membentuk Bintara Polri yang

berkarakter kebhayangkaraan, sehat jasmani dan rohani dalam pelaksanaan

tugas kepolisian yang prediktif, responsibilitas dan transparan berkeadilan.

Profil lulusan pendidikannya yaitu pelaksana utama tugas Kepolisian dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Faktor perlunya pendidikan polisi dilatarbelakangi pentingnya polisi

yang profesional sebagai satuan pengaman di tengah masyarakat atas

kejadian yang terjadi yang tak terlepas dari kemajuan perkembangan

peradaban manusia. Adanya kesenjangan sosial yang terjadi mengakibatkan

perselisihan di tengah masyarakat baik antar golongan, ataupun pribadi yang


3

menuntut hak antara satu dengan yang lain, dan kejadian atau fenomena

lainya sehingga dapat menimbulkan tindak kriminal seperti pembunuhan,

penculikan, penganiayaan, pemberontakan dan tindakan lainya yang

merugikan pihak yang mengalaminya.

Berdasarkan pra penelitian hasil observasi dan wawancara

pelaksanaan proses pembelajaran peserta didik di SPN Polda Jatim,

menunjukkan bahwa tingkat keaktifan dan kemampuan berpikir kritis peserta

didik masih rendah, hal itu terbukti saat proses pembelajaran peserta didik

pasif yaitu hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh pendidik.

Perhatian peserta didik terhadap pembelajaran masih kurang. Pada sub

keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan, hanya sedikit peserta didik

yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya. Pertanyaan yang

dibuat peserta didik juga belum menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kritis

berkaitan dengan materi yang dipelajari. Kemudian jawaban dari pertanyaan

masih sebatas ingatan dan pemahaman saja, belum terdapat sikap peserta

didik yang menunjukkan jawaban analisis terhadap pertanyaan pendidik.

Setelah dilakukan wawancara ternyata pendidik belum memperhatikan aspek

kemampuan berpikir kritis peserta didik, baik dalam pembelajaran maupun

dalam pembuatan soal-soal. Sehingga hal itu juga merupakan sebuah indikasi

bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik di kelas tersebut rendah.

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada 50 peserta

didik SPN Polda Jatim terkait kesulitan peserta didik dalam memahami materi

adalah sebagai berikut:1) 11% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah
4

pengetahuan, 2) 11% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah

pemahaman, 3) 14% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah

penerapan, 4) 19% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah analisis, 5)

26% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah sintesis, dan 6) 19%

peserta didik mengalami kesulitan pada ranah evaluasi. Rendahnya

kemampuan berpikir kritis siswa juga dibuktikan dengan hasil pra penelitian

ketika diberikan soal yaitu dalam memberikan penjelasan lanjut 18,12%,

kemampuan berpikir kritis dalam membangun keterampilan dasar 29%, hal

ini dikategorikan kemampuan berpikir kritis siswa rendah. Rendahnya

keaktifan siswa dibuktikan dengan hasil pengamatan ketika proses

pembelajaran yaitu keaktifan dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab

pertanyaan sebesar 31%, %, hal ini dikategorikan keaktifan siswa juga masih

rendah.

Proses pembelajaran saat ini masih didominasi oleh pendidik, model

pembelajaran yang digunakan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan kurangnya

keaktifan peserta didik sehingga pembelajaran hanya terpusat kepada

pendidik bukan pada peserta didik. Sedangkan pembelajaran saat ini, peserta

didik dituntut harus lebih aktif dan mandiri dalam proses belajar, tidak pasif

dan hanya mengharapkan/mengandalkan pendidik dan orang lain sebagai

pemberi materi. Peran pendidik sangatlah penting dalam proses

pembelajaran, namun salah satu kendala yang masih dialami pendidik sampai

sekarang dalam melaksanakan tugasnya adalah sulitnya mengembangkan


5

pembelajaran yang dapat membangun keaktifan peserta didik dan sulitnya

mengembangkan proses berpikir peserta didik.

Suatu proses pembelajaran jika seorang peserta didik berperan secara

aktif dan menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi maka

pembelajaran tersebut akan menjadi pembelajaran yang bermakna. Karena

pembelajaran aktif dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar

tetap tertuju pada proses pembelajaran. Keaktifan peserta didik dapat dilihat

ketika peserta didik berperan dalam pembelajaran seperti aktif bertanya

kepada peserta didik maupun pendidik, mau berdiskusi kelompok dengan

peserta didik lain, mampu menemukan masalah serta dapat memecahkan

masalah tersebut, dan dapat menerapkan apa yang telah diperoleh untuk

menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Sudjana, 2009:61). Sedangkan

salah satu bentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan

berpikir kritis.

Santrock (2011:357) menjelaskan bahwa menurut para ahli

pendidikan, hanya sedikit sekolah yang benar-benar mengajarkan peserta

didiknya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Biasanya

sekolah menghabiskan waktu untuk mengajar peserta didik dengan

memberikan satu jawaban yang benar, sehingga kegiatan pembelajaran di

kelas kurang mendorong peserta didik untuk memperluas pemikiran mereka

dengan menciptakan ide-ide baru yang sesuai dengan kemampuan peserta

didik.
6

Menurut Fisher & Scriven (dalam McGregor, 2007:197) “Critical

thinking is skilled and active interpretation and evaluation of observations

and communication, information and argument”. Berpikir kritis adalah

terampil dan aktif interpretasi dan evaluasi pengamatan dan komunikasi,

informasi, dan argumen. “The mental processes, strategies and

representations people use to solve problems, make decisions and learn new

concepts”, Stemberg (dalam McGregor, 2007:197). Proses mental, strategi

dan respresentasi digunakan orang untuk memecahkan masalah, membuat

keputusan dan belajar konsep-konsep baru. “Estimating, evaluating,

justifying, classifying, hypothesizing, analyzing, reasoning are elements of

critical thinking”, Fisher (dalam McGregor, 2007:197). Memperkirakan,

mengevaluasi, membenarkan, mengklasifikasi, hipotesa, analisa, penalaran

adalah unsur berpikir kritis.

Berpikir kritis adalah sebuah proses untuk mengungkapkan tujuan

yang dilengkapi dengan suatu alasan, tentang apa yang dipercaya dan apa

yang dilakukan (Ennis, 1996). Berpikir kritis mengacu pada proses dan

metodologi dengan menggunakan rasionalitas, wawasan, kesadaran,

imajinasi dan sensibilitas untuk mengkritik dan mengevaluasi suatu obyek

(Mainali, 2011). Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai

pemahaman yang mendalam (Johnson, 2011:185). Setiap orang dapat belajar

untuk berpikir dengan kritis karena otak manusia secara konstan berusaha

memahami pengalaman (Johnson, 2011:191). Berdasarkan pernyataan


7

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis

seseorang dapat dilatih.

Proses pembelajaran tentunya akan melibatkan sarana dan prasarana

seperti; metode, model pembelajaran, strategi, media, dan penataan

lingkungan tempat belajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang

memungkinkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar penciptaan

lingkungan mencapai hasil yang optimal, pendidik harus memahami berbagai

konsep dan teori yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang

nantinya akan dipraktikkan dalam kegiatan mengajar. Setiap proses belajar

mengajar menuntut upaya pencapaian suatu tujuan tertentu. Setiap tujuan

menuntut pula suatu metode bimbingan untuk terciptanya situasi belajar

(Ihsan 2005,20).

Kesiapan belajar merupakan suatu kesatuan usaha untuk melengkapi

kemampuan yang dimilikinya dalam mengambil tindakan/memberi respon

dari apa yang akan/sedang dihadapinya dalam belajar. Pendidik memiliki

kewajiban untuk membimbing peserta didiknya mencapai tujuan dalam

pembelajaran sekaligus mengelola kelas sehingga mereka dapat menjadi tim

yang kuat, komunikatif dan mendukung selama proses pembelajaran. Dalam

hal efektivitas, diharapkan pendidik dapat mengelola pembelajaran dengan

baik. Pembelajaran yang membosankan tentu akan mempengaruhi antusias

peserta didik dalam belajar. Pemilihan strategi pada model pembelajaran yang

relevan dengan standar kompetensi juga dapat merangsang kemauan serta


8

motivasi peserta didik untuk lebih giat dalam belajar demi tercapainya

pembelajaran yang bermakna.

Berdasarkan permasalahan yang ada dapat dikatakan bahwa

pembelajaran belum optimal, ini dikarenakan pendidik belum mendisain dan

mengembangkan model pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan

kompetensi yang diharapkan belum sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta paradigma baru di bidang pembelajaran.

Mustaji (2017) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran yang optimal

adalah adanya keterlibatan peserta didik sebagai subyek belajar.

Sejalan dengan apa yang disampaikan Mustaji di atas, dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Pendidikan Nasional Pasal 19 ayat (1) yang berbunyi: Proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi taruna untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta

psikologis taruna. Keterlibatan taruna dalam proses pembelajaran sangat

penting.

Capaian pembelajaran yang diharapkan pada mata pelajaran karakter

kebangsaan materi Revolusi Industri 4.0. menuju Masyarakat 5.0 adalah

memahami konsep revolusi industri era 4.0 menuju masyarakat 5.0,

memahami dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap kehidupan masyarakat,

memahami dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap tugas kepolisian. Untuk


9

mewujudkan kondisi keaktifan dan berpikir kritis peserta didik yang sesuai

dengan capaian pembelajaran, maka salah satu model pembelajaran yang

memberikan kesempatan peserta didik untuk menemukan sendiri

pengetahuannya serta berperan aktif dalam pembelajaran sehingga mampu

memahami konsep dengan baik adalah model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL). Problem based learning (PBL) merupakan suatu model

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks

bagi peserta didik untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensi dari materi pelajaran (Hudha, 2017; Mahmud dan Samad, 2015).

PBL bertujuan untuk membantu peserta didik mempelajari konsep

pengetahuan dan kemampuan memecahkan masalah dengan menghubungkan

situasi masalah yang ada dalam dunia nyata (Fauziah, 2018; Wisudawati dan

Sulistyowati, 2017) serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

(Rupika dan Darmawan, 2018; Sulaiman, dkk., 2018). PBL adalah suatu model

pembelajaran yang dirancang dan dikembangkan untuk mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah (Mustaji, 2009). Dengan menerapkan model

pembelajaran berbasis masalah pada peserta didik, diharapkan dapat

meningkatkan keaktifan dan merangsang partisipasi mereka dalam suatu

pembelajaran.

Model problem based learning dapat memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengungkapkan gagasan, memebri pengalamanyang

berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik (Tiarawati,


10

2014:4). Model problem based learning adalah alah satu model yang dapat

digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Dalam model PBL

kemampuan peserta didik dapat dioptimalkan, salah satunya dengan

pengamatan secara langsung dan kerja kelompok sehingga mengembangkan

kemampuan berpikir peserta didik untuk memecahkan masalah dan mendorong

peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar.

Model Problem-Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

diarahkan pada permasalahan autentik yang dialami sehari-hari yang mengajak

peserta didik untuk dapat berfikir kritis dan terampil dalam memecahkan suatu

permasalahan. Landasan pembelajaran PBL adalah kolaborasi artinya peserta

didik dalam menyusun pengetahuaan dengan cara membangun pengetahuaan

penalarannya yang dimilikinya dan hasil interaksi dengan kelompoknya.

Seperti yang diungkapkan Arends (2007) bahwa PBL adalah menyodorkan

berbagai permasalahan, memberikan pertanyaan dan memfasilitasi investigasi

dan dialog. Selanjutnya Arends (2007) mengatakan bahwa hal yang terpenting

adalah pendidik menyediakan scaffolding atau kerangka pendukung yang

meningkatkan inkuiri dan pertumbuhan intelektual. PBL adalah suatu format

pendidikan yang berpusat di sekitar diskusi dan belajar yang berasal dari klinik

berbasis masalah, metode ini mendorong pembelajaran mandiri dan

memberikan latihan pada peserta didik dalam menangani situasi

membingungkan dan mendefinisikan kesenjangan mereka sendiri dalam

memahami konteks masalah-masalah klinik yang relevan.


11

PBL berfokus pada identifikasi permasalahan serta penyusunan

kerangka analisis permasalahan dan pemecahannya. Lebih lanjut Arends

(2007) mengemukakan bahwa esensi PBL adalah memberikan berbagai situasi

bermasalahan yang autentik dan bermakna kepada peserta didik dan yang dapat

berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBL

dirancang untuk memberdayakan peserta didik dalam belajar, sehingga

nantinya peserta didik akan mampu berpikir kritis, belajar mandiri dan

memecahkan masalah yang kontekstual. PBL mempunyai kelebihan-kelebihan

dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran lainnya, yaitu dapat

meningkatkan pemahaman dan resitasi kerena peserta didik diharuskan

menyelesaikan masalah sehari-hari dan menerapkan teori dan praktik,

melibatkan lever belajar yang lebih tinggi, memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk belajar dari kesalahan dan membangun tanggung jawab.

Sehingga peserta didik belajar untuk berpikir bebas. Hal ini sangat penting

dimiliki oleh peserta didik karena peserta didik saat menghadapi permasalahan

di lapangan atau kehidupan dalam keseharian dapat meningkatkan kemandirian

dalam belajar yang akan berimplikasi pada peningkatan kompetensi belajarnya.

Beberapa hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning menunjukkan hasil yang positif sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Leonardus Baskoro Pandu Y. (2013) yang

menyimpulkan bahwa problem based learning dapat digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar. Penelitian oleh Suriana, dkk (2016) menyimpulkan

bahwa terdapat pengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsep peserta


12

didik dengan pembelajaran problem based learning. Penelitian oleh Eka Septia

(2019) menyimpulkan bahwa model problem based learning berpengaruh

terhadap pemahaman konsep matematis peserta didik.

Mata pelajaran karakter kebangsaan materi revolusi industri 4.0.

menuju masyarakat 5.0 merupakan materi yang memiliki karakteristik sangat

dekat dengan kehidupan sehari-hari, penyajian masalah pada materi melalui

PBL mampu memancing peserta didik untuk mengembangkan kemampuan

analisis dan problem solving peserta didik. Hal tersebut karena tujuan dari PBL

adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat

mengembangkan keterampilan berpikir, menyelesaikan masalah, belajar secara

mandiri dan mengembangkan keterampilan sosial (Arends, 2008). PBL juga

berperan penting untuk melatih peserta didik dalam memahami dan menguasai

konsep dalam pembelajaran sehingga memiliki kemampuan literasi (Rizqiana

et al. 2015)

Model pembelajaran berbasis kasus merupakan model pembelajaran

yang menyajikan kasus kepada Peserta didik untuk dianalisis. Cevin & Celik

(2012) mendefinisikan pembelajaran berbasis kasus sebagai pembelajaran

yang berakar pada kisah cerita untuk berbagi pengetahuan sejarah,

mengajarkan moral, dan konsep, dan pembelajaran berbasis kasus merupakan

cara modern untuk dapat mengembangkan pebelajaran authentic bagi peserta

didik. Adanya pembelajaran aktif berbasis kasus melalui diskusi, membuat

pembelajaran menjadi relevan dan bermakna bagi peserta didik untuk


13

berpartisipasi aktif dalam analisis, diskusi, dan memecahkan masalah riil

(Carlson & Schodt, 1995).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning

terhadap Keaktifan dan Berpikir Kritis Peserta didik pada Mata Pelajaran

Karakter Kebangsaan di SPN Polda Jatim”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Adakah pengaruh problem based learning terhadap keaktifan peserta didik

dalam karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim?

2. Adakah pengaruh problem based learning terhadap berpikir kritis peserta

didik dalam karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh problem based learning terhadap keaktifan peserta

didik dalam karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim.

2. Mengetahui pengaruh problem based learning terhadap berpikir kritis

peserta didik dalam karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim.


14

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terbaik yang

bersifat teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah memberikan inovasi

dalam penggunaan model pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan

dan berpikir kritis peserta didik yaitu dengan problem based learning.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta didik

Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik untuk

menemukan konsep yang dipelajari dan mengkaitkannya dengan

situasi/pengetahuan baru serta dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Pendidik

1) Hasil penelitian ini dapat menumbuh kembangkan kepedulian

dan perhatian pendidik terhadap kemampuann berpikir rasional

dan menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan pendidik,

khususnya dalam mereancang dan menerapkan model

pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran.

2) Tersedianya model pembelajaran yang dilengkapi dengan

perangkat pembelajaran (bahan ajar, silabus, rpp, instrument

evaluasi dan observasi), yang diharapkan dapat pembantu


15

pendidik dalam mengatasi kesulitan pembelajaran karakter

kebangsaan.

3) Memberi referensi dan wawasan terhadap pentingnya strategi

pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan berpikir

kritis peserta didik di SPN Polda Jatim.

c. Bagi Pengembang Kurikulum

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukkan

untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar yang

menekankan pada keaktifan dan berpikir kritis melalui

pengembangan model pembelajaran.

2) Sebagai rujukan, masukkan, dan pembanding bagi pengembang

kurikulum dalam pengembangan model pembelajaran.

d. Bagi Lembaga / Dunia kerja

1) Mendorong pengurus lembaga memperhatikan perkembangan

tuntutan kompetensi kerja.

2) Tersedianya informasi model dan strategi pembelajaran sebagai

salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan keaktifan dan berpikir kritis.

E. Definisi Istilah

1. Problem Based Learning

Model pembelajaran yang memberikan berbagai situasi permasalahan

kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis


16

serta menekankan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah,

serta menghasilkan produk atau karya.

2. Keaktifan

Keaktifan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik

untuk berusaha menjadi terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

3. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk membuat keputusan secara

rasional, kemampuan membuat analisis, kemampuan membuat evaluasi

yang terampil dan aktif terhadap observasi, informasi, komunikasi dan

argumentasi.
17

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Kawasan

Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan merupakan ilmu sosial yang berkembang

berdasarkan kebutuhan. Kebutuhan tersebut akan muncul melalui berbagai

masalah dalam proses pembelajaran. Untuk memecahkan masalah tersebut

Teknologi Pendidikan memiliki kawasan sendiri, salah satunya kawasan

teknologi pendidikan yaitu pengembangan. Dengan mengembangkan sumber

belajar bertujuan untuk mengatasi masalah kesulitan belajar.

Seels dan Richey (1994:1) berpendapat bahwa teknologi pendidikan

adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,

pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. Definisi tersebut

dapat menegaskan bahwa pemanfaatan sumber belajar mempunyai hubungan

erat dengan teknologi pendidikan. Sedangkan dalam definisi yang terbaru

dalam AECT. Educational Technology (teknologi pendidikan) adalah studi

dan etika praktek dalam upaya memfasilitasi belajar dan meningkatkan

kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses dan

sumber-sumber teknologi yang tepat (Janueszewski dan Molenda, 2008:1).

Secara konseptual sesuai AECT 2008 kawasan teknologi pendidikan dapat

digambarkan sebagai berikut:

17
18

Creating Managing
Processes
+
Resources
Study Practice
Using

Facilitating Learning
+
Improving Performance

Gambar 2.1
Kawasan Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan memiliki beberapa kata kunci, yaitu: Study

(studi) adalah pemahaman teoritis yang dibutuhkan didalam praktek

teknologi pendidikan sebagai konstruksi serta perbaikan pengetahuan melalui

penelitian. Etichal Practice (etika praktek) mengacupada standart etika

praktis sesuai yangtelah didefinisikan AECT tentang apa yang dilakukan oleh

praktisiteknologi pendidikan. Fasilitating (fasilitasi) hadir sebagai akibat

pergeseran paradigma pembelajaran yang memberikan peran dan tanggung

jawab lebih besar kepada peserta didik sehingga peran teknologi pendidikan

berubah menjadi pemfasilitasi. Learning (pembelajaran) selain berkaitan

dengan ingatan juga berkaitan dengan pemahaman. Tugas pembelajaran

dapat dikategorikan berdasarkan taksonomi. Improving (peningkatan)

berkaitan dengan peningkatan kualitas produk yang menyebabkan

pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam kapabilitas yang membawa

dampak pada aplikasi dunia nyata. Performance (kinerja) berkaitan dengan

kesanggupan peserta didik untukmenggunakan dan mengaplikasikan


19

kemampuan yang baru didapatkannya. Creating (penciptaan) mengacu pada

penelitian, teori dan praktek dalam pembuatan materi pembelajaran,

lingkungan pembelajaran dan sistem pembelajaran dalam beberapa setting

yang berbeda, formal ataunonformal. Using (penggunaan) mengacu pada

teori dan praktek yang terkait dengan membawa peserta didik berhubungan

dengan kondisi dan sumber belajar. Managing (pengelolaan) berkaitan

dengan manajemen perorangan serta manajemen informasi yang mengacu

pada masalah pengorganisasian orang-orang dan perencanaan, pengendalian,

penyimpanan dan pengolahan informasi. Technological (teknologi)

mengandung arti aplikasi sistematis atau ilmu atau pengetahuan yang

terorganisir untuk tugas-tugas praktis. Processes (proses) dapat diartikan

sebagai serangkaian kegiatan yang diarahkan pada hasilyang spesifik.

Resources (sumber daya) telah diperluas dengan inovasi teknologi dan

dengan pengembangan pemahaman baru mengenai bagaimana alat-alat

teknologi dapat membantu peserta didik belajar.

Berdasarkan domain kawasan teknologi pendidikan menurut Alan

Janueszewski dan Molenda (2008) maka PBL masuk dalam kawasan using

(penggunaan). Dalam kegiatan ini peneliti menggunakan PBL untuk

pembelajaran dalam memaksimalkan penyampaian materi dan memberikan

interaksi berkelanjuatan sehingga proses belajar akan lebih mudah dipahami

oleh peserta didik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keaktifan dan

berpikir kritis.
20

B. Model Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian Problem Based Learning

Suastra (2012) mengemukakan Problem Based Learning adalah

suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk bekerja

memecahkan masalah dalam kelompok kecil (3-5 orang). Menurut

Sahyar dan Fitri (2017) model Problem Based Learning (PBL) tidak

hanya membantu peserta didik secara aktif terlibat dalam pembelajaran,

tetapi mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan nyata. Selain itu,

PBL dapat melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah melalui

tahapan metode ilmiah dengan penyelidikan yang otentik dari masalah

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sadia (2014) berpendapat

bahwa melalui PBL peserta didik akan belajar bagaimana menggunakan

suatu proses interaktif dalam mengevaluasi apa yang mereka ketahui,

mengidentifikasi apa yang perlu mereka ketahui, mengumpulkan

informasi, dan berkolaborasi dalam mengevaluasi suatu hipotesis

berdasarkan data yang telah mereka kumpulkan. Berdasarkan hal

tersebut model PBL memiliki implikasi dalam meningkatkan

pemahaman belajar peserta didik. PBL menghendaki peserta didik untuk

mengkontruksi pengetahuannya ke memori jangka panjang sehingga

ketika pembelajaran berlangsung, pengetahuan yang didapat melalui

penyelidikan tidak semata-mata hanya digunakan untuk menyelesaikan

masalah yang diberikan. Masalah yang diberikan akan menuntun peserta

didik untuk mengkontruksi pengetahuannya melalui penyelidikan hingga


21

menemukan penyelesaian masalah yang diberikan berupa konsep-konsep

ilmiah.

Problem based learning (PBL) atau Pembelajaran berbasis

masalah merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar

tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran

(Hudha, 2017; Mahmud dan Samad, 2015). PBL bertujuan untuk

membantu peserta didik mempelajari konsep pengetahuan dan

kemampuan memecahkan masalah dengan menghubungkan situasi

masalah yang ada dalam dunia nyata (Fauziah, 2018; Wisudawati dan

Sulistyowati, 2017) serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

(Rupika dan Darmawan, 2018; Sulaiman, dkk., 2018).

Problem based learning adalah suatu model yang menciptakan

kondisi belajar aktif kepada peserta didik untuk memecahkan masalah

melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus

memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Proses

pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan

masalah secara sistematis dan logis (Hamruni, 2012). Menurut

Sundawan (2016:2) peserta didik yang memiliki keterampilan dalam

memecahkan masalah tidak hanya mampu dalam berpikir, namun juga

mampu dalam menghadapi suatu masalah dengan percaya diri. Menurut


22

Taufiq Amir (2012), bahwa proses PBL bukan semata-mata prosedur,

tetapi PBL adalah bagian dari belajar mengelola diri sebagai sebuah

kecakapan hidup (life skills). Problem Based Learning sebagai salah satu

bentuk pembelajaran yang leaner centered, memandang bahwa

tanggungjawab harus kita kenali dan kita pegang. Problem Based

Learning memberikan kecakapan dalam mengelola hidup bagi peserta

didik untuk dapat mengatasi kendala yang ada di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan berbagai pendapat dari beberapa ahli pendidikan

diatas, dapat disimpulkan bahwa problem based learning pada intinya

merupakan inovasi model pembelajaran yang dirancang dan

dikembangkan dengan menggunakan permasalahan dunia nyata sebagai

konteks belajar untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan baru dengan caranya

sendiri dalam memecahkan permasalahan.

2. Konsep Problem Based Learning

Problem Based Learning didasarkan pada hasil penelitian Barrow

and Tamblyn yang pertama kali diimplementasikan pada sekolah

Kedokteran di MC Master University Kanada pada tahun 60-an. Problem

Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk

belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,

serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari


23

materi kuliah atau materi pelajaran (Terry, Barret : 2005). Model PBL

dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara

ilmiah. Terdapat beberapa ciri-ciri dari model problem based learning

menurut Wina Sanjaya (2006) yaitu:

a. Pembelajaran PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,

artinya dalam implementasi system pembelajaran berbasis masalah

ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik.

Pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan peserta didik

sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi

pembelajaran, melainkan peserta didik dituntut untuk berfikir secara

aktif, komunikatif mencari, mengolah data, dan menyimpulkan.

b. Kolaborasi : Pembelajaran ini dirinci agar peserta didik bekerja sama

satu dengan lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan

terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang

untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan

keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.

c. Aktifitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Sistem pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah

sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.

d. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berfifkir secara ilmiah. Berfikir dengan metode ilmiah adalah proses


24

berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara

sistematis dan empiris.

e. Penyelidikan autentik yaitu pembelajaran berbasis masalah yang

mengharuskan peserta didik untuk mencari penyelesaian nyata

terhadap masalah. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan

masalah, mengembangkan hipotesis, membuat prediksi,

mengumpulkan menganalisis informasi, melakukan eksperimen

(jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

Mereka mampu menggunakan metode-metode penyelidikan khusus,

bergantung pada sifat masalah yang sedang diselidiki.

f. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya yaitu

pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan

peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian

masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkip

debat, laporan, video. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan

dijelaskan kemudian, direncanakan, oleh peserta didik untuk

mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa

yang mereka pelajari dan penyediaan suatu laporan. Karya nyata dan

pameran ini merupakan salah satu ciri inovatif model PBL.


25

3. Karakteristik Problem Based Learning

Menurut M. Taufiq Amir (2010) karakterisitik problem based

learning adalah sebagai berikut:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur.

c. Pemasalahan membentuk perspektif ganda (multiple perspective).

d. Permasalahan menentang pengetahuab yang dimiliki peserta didik,

sikap dan kompetisi yang kemudian membutuhkan identifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam. Penggunaannya,

dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial

dalam pembelajaran berbasis masalah.

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.

h. Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi

dari sebuah permasalahan.

i. Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah meliputi

sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.

j. Pembelajaran melibatkan evaluasi dan review pengalaman peserta

didik dan belajar.


26

4. Tujuan Problem Based Learning

Tujuan pembelajaran berdasarkan masalah ada tiga, yaitu

membantu peserta didik mengembangkan keterampilan-keterampilan

penyelidikan dan pemecahan masalah, memberi kesempatan kepada

peserta didik mempelajari pengalaman-pengalaman dan peranperan

orang dewasa, dan memungkinkan peserta didik meningkatkan sendiri

kemampuan berpikir mereka dan menjadi peserta didik mandiri. Adapun

tujuan PBL menurut Rusman (2010: 238) yaitu penguasaan isi belajar

dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan pemecahan

masalah. PBL juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang

lebih luas (lifewide learning), keterampilan memaknai informasi,

kolaborasi dan belajar tim, dan keterampilan berpikir reflektif dan

evaluatif.

Trianto (2010: 94) menyatakan bahwa tujuan PBL yaitu membantu

peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan

mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan

menjadi pembelajar yang mandiri. Sejalan dengan pendapat tersebut,

pemecahan masalah merupakan salah satu strategi pengajaran berbasis

masalah dimana pendidik membantu peserta didik untuk belajar

memecahkan melalui pengalaman-pengalaman pembelajaran hands-on

(Jacobsen et al, 2009: 249), sehingga pernyataan tersebut sesuai dengan

tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh PBL terhadap

kemampuan berpikir kritis.


27

5. Sintak Pembelajaran Problem Based Learning

Langkah-langkah (sintak) dari problem based learning adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1
Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning

Langkah Indikator Aktivitas


1 Mengarahkan Pendidik menjelaskan tujuan
peserta didik pada pembelajaran, memotivasi peserta
masalah didik terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih
2 Mengorganisasikan Pendidik membantu peserta didik
peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasi
belajar kan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
3 Membimbing Pendidik mendorong peserta didik
penyelidikan untuk mengumpulkan informasi yang
individual maupun sesuai, melaksanakan eksperimen
kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
4 Mengembangkan Pendidik membantu peserta didik
dan menyajikan dalam merencanakan dan
hasil karya menyiapkan karya yang sesuai dan
membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya
5 Menganalisis dan Pendidik membantu peserta didik
mengevaluasi untuk melakukan refleksi atau
proses pemecahan evaluasi terhadap penyelidikan
masalah mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
Sumber: (Suyanto, 2013)

C. Keaktifan

1. Pengertian Keaktifan

Menurut Kamus Besar Kontemporer, keaktifan berasal dari kata

“aktif” yang artinya selalu berusaha, bekerja, dan belajar dengan


28

sungguh-sungguh supaya mendapat kemajuan atau prestasi yang

gemilang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktif diartikan

sebagai giat. Keaktifan peserta didik dapat dilihat ketika peserta didik

berperan dalam pembelajaran seperti aktif bertanya kepada peserta didik

maupun pendidik, mau berdiskusi kelompok dengan peserta didik lain,

mampu menemukan masalah serta dapat memecahkan masalah tersebut,

dan dapat menerapkan apa yang telah diperoleh untuk menyelesaikan

persoalan yang dihadapinya (Sudjana, 2009:61).

Peserta didik aktif adalah peserta didik yang terlibat secara

intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar (Ahmadi & Supriyono,

2004: 207). Menurut Mc Keachie (Warsono dan Hariyanto, 2012: 8),

yang mengemukakan keaktifan peserta didik dapat diukur apabila peserta

didik ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan pembelajaran,

sehingga peserta didik mengetahui apa tujuan yang akan dicapai saat

pembelajaran tersebut. Interaksi antar peserta didik juga dibutuhkan

dalam proses pembelajaran, sehingga keaktifan dapat diukur ketika

peserta didik berdiskusi kelompok. Pendidik juga berperan penting

dalam keaktifan proses pembelajaran, sebagai pembimbing pendidik

bertugas untuk membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan

dalam pembelajaran, sehingga intensitas pendidik dalam menangani

masalah peserta didik, juga diperhatikan untuk meningkatkan kualitas

dalam proses pembelajaran.


29

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

keaktifan adalah suatu usaha belajar yang dilakukan oleh peserta didik

dengan giat baik secara fisik, psikis, intelektual maupun emosional yang

menghasilkan perubahan yang lebih baik.

2. Macam-macam Keaktifan

Macam keaktifan dalam belajar dapat dikategorikan menjadi dua,

yaitu keaktifan yang dapat diamati atau konkret dan keaktifan yang sulit

diamati atau abstrak (Suprihatiningrum, 2013: 100). Kegiatan yang dapat

diamati contohnya mendengarkan, menulis, membaca, menyanyi,

menggambar dan berlatih. Kegiatan ini biasanya berhubungan dengan

kerja otot atau psikomotorik. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam

Wulandari, 2013) psikomotorik berkaitan dengan keterampilan dan

kemampuan bertindak yang mencakup lima tingkatan yaitu peniruan

(menirukan gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan

gerak), ketepatan (melakukan gerak dengan benar), perangkaian

(melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) dan naturalisasi

(melakukan gerak secara wajar). Kegiatan yang selanjutnya adalah

kegiatan yang sulit diamati berupa kegiatan yang menyangkut proses

berpikir maupun perasaan, seperti menggunakan pikiran maupun

perasaan untuk memecahkan permasalahan, membandingkan konsep,

menyimpulkan hasil dari pengamatan dan berpikir tingkat tinggi.


30

Keaktifan lain yang dapat diamati dibagi ke dalam beberapa hal,

berdasarkan teori aktivitas menurut Paul B. Dierdich (dalam Sardiman,

2012:11) aktivitas tersebut adalah visual activities, oral activities,

listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities,

mental activities serta emotional activities. Visual activities (kegiatan-

kegiatan visual) seperti membaca, mengamati eksperimen, demonstrasi,

pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

Oral activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti mengemukakan

suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan

interupsi. Listening activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan) seperti

mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan

sebagainya. Writing activities (kegiatan-kegiatan menulis) seperti

menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

Drawing activities (kegiatan-kegiatan menggambar) seperti

menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

Motor activities (kegiatan-kegiatan motorik) seperti melakukan

percobaan, mebuat konstruksi, model, bermain, berkebun, memelihara

binatang, dan sebagainya. Mental activities (kegiatan-kegiatan mental)

seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, manganalisis,

melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. Emotional

activities (kegiatan-kegiatan emosional) seperti menaruh minat, merasa

bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.


31

Berdasarkan teori keaktifan diatas, maka jenis keaktifan yang

diteliti dalam penelitian ini adalah keaktifan oral activities. Indikator

yang digunakan untuk oral activities yaitu: 1) Keaktifan mengungkapkan

ide dan gagasan; 2) Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan; 3)

Keaktifan dalam menjawab pertanyaan; 4) Tanggungjawab mengerjakan

tugas dan latihan; 5) Kerjasama dalam kelompok.

3. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Keaktifan belajar suatu individu berbeda dengan individu lainnya.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan

tingkat keaktifan seseorang. Menurut Sanjaya (2009:94), keaktifan

belajar peserta didik dipengaruhi oleh enam faktor yaitu:

a. Adanya keterlibatan peserta didik baik secara fisik, mental, emosional


maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran.
b. Peserta didik belajar secara langsung (experintial Learning).
c. Adanya keinginan peserta didik untuk menciptakan iklim belajar yang
kondusif.
d. Keterlibatan peserta didik dalam mencari dan memanfaatkan setiap
sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan
pembelajaran.
e. Adanya keterlibatan peserta didik dalam melakukan prakarsa.
Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara peserta didik dengan
peserta didik atau antara pendidik dengan peserta didik.

Menurut Suprijono (2010:38) Faktor yang sangat mempengaruhi

keaktifan belajar peserta didik adalah faktor pendidik, keluarga, dan

motivasi masing-masing individu. Dari pendapat-pendapat tersebut

disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta


32

didik mencakup faktor dalam yaitu motivasi peserta didik dan faktor luar

mencakup keluarga, pendidik, dan masyarakat.

D. Berpikir Kritis

1. Pengertian Berpikir Kritis

Menurut Fisher & Scriven (dalam McGregor, 2007:197) “Critical

thinking is skilled and active interpretation and evaluation of

observations and communication, information and argument”. Berpikir

kritis adalah terampil dan aktif interpretasi dan evaluasi pengamatan dan

komunikasi, informasi, dan argument. Menurut Norris (Depdiknas,

2009) berpendapat bahwa critical thinking adalah kemampuan membuat

keputusan secara rasional terhadap apa yang harus dipercayai tidak boleh

dipercayai. Menurut Jhon Dewey (dalam Sihotang dkk, 2012) berpikir

kritis sebagai pertimbangan yang aktif terus menerus dan teliti mengenai

sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja

dengan menyertakan alasan-alasan yang mendukung dan kesimpulan-

kesimpulan yang rasional. Berpikir kritis merupakan salah satu bagian

dari keterampilan atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (Alvino,

1990). Facione (2011) menyatakan bahwa “critical thinking in term of

cognitive skills in interpretation, analysis, evaluation, inference,

explanation, and self regulation”. Berpikir kritis merupakan istilah

menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, menginferensi,

menjelaskan dan regulasi diri.


33

Menurut Ennis yang dikutip oleh Alec Fisher (2008) “Berpikir

kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus

untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan” . Dalam

penalaran dibutuhkan kemampuan berpikir kritis atau dengan kata lain

kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran. Berpikir

kritis adalah berpikir dengan baik dan merenungkan atau mengkaji

tentang proses berpikir orang lain. John Dewey dalam Hendra Surya

(2011) mengatakan, bahwa sekolah harus mengajarkan cara berpikir

yang benar pada anak- anak. Kemudian mendefenisikan berpikir kritis

(critical thinking), yaitu aktif, gigih, dan pertimbangan yang cermat

mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yang

diterima dipandang dari berbagai sudut alasan yang mendukung dan

menyimpulkannya

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

berpikir kritis adalah kemampuan untuk membuat keputusan secara

rasional, kemampuan membuat analisis, kemampuan membuat evaluasi

yang terampil dan aktif terhadap observasi, informasi, komunikasi dan

argumentasi.

2. Komponen Berpikir Kritis

Brookfield mendefinisikan lima aspek dan empat komponen

berpikir kritis. Menurutnya, berpikir kritis terdiri dari aspek-aspek, yaitu

berpikir kritis adalah aktivitas yang produktif dan positif, berpikir kritis
34

adalah proses bukan hasil, perwujudan berpikir kritis sangat beragam

tergantung dari konteksnya, berpikir kritis dapat berupa kejadian yang

positif maupun negatif, dan berpikir kritis dapat bersifat emosional dan

rasional. Sedangkan komponen berpikir kritis, yaitu:

a. Identifikasi dan menarik asumsi adalah pusat berpikir kritis,

b. Menarik pentingnya konteks adalah penting dalam berpikir kritis,

c. Pemikir kritis mencoba mengimajinasikan dan menggali

alternatif,dan

d. Mengimajinasikan dan menggali alternatif akan membawa pada

skeptisisme reflektif.

3. Karakteristik Berpikir Kritis

Berpikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan,

membandingkan, menganalisa, mengevaluasi, internalisasi dan bertindak

melampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. Berpikir kritis bukan

sekedar berpikir logis sebab berpikir kritis harus memiliki keyakinan

dalam nilai- nilai, dasar pemikiran dan percaya sebelum didapatkan

alasan yang logis dari padanya.

Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan

Beyer dalam Surya (2011) secara lengkap dalam buku Critical Thinking,

yaitu:
35

a. Watak (Dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai

sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek

terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan

ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan

akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang

dianggapnya baik.

b. Kriteria (Criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.

Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk

diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat

disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai

kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi

maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-

fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas

dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan

yang matang.

c. Argumen (Argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-

data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan

pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

d. Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning) Yaitu kemampuan untuk

merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya


36

akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa

pernyataan atau data.

e. Sudut pandang (Point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini,

yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir

dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut

pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria (Procedures for applying criteria)

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural.

Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan,

menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi

perkiraan-perkiraan.

4. Indikator Berpikir Kritis

Menurut Carole Wade yang dikutip oleh Surya (2011) terdapat

delapan indikator berpikir kritis, yaitu:

a. Kegiatan merumuskan pertanyaan.


b. Membatasi permasalahan.
c. Menguji data-data.
d. Menganalisis berbagai pendapat dan bias.
e. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional.
f. Menghindari penyederhanaan berlebihan.
g. Mempertimbangkan berbagai interpretasi.
h. Mentoleransi ambiguitas.

Selanjutnya, Ennis mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis,

yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:


37

a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan


pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.
b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan
mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau
mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan
nilai pertimbangan.
d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi
istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta
mengidentifikasi asumsi.
e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan
dan berinteraksi dengan orang lain. Indikator-indikator tersebut
dalam prakteknya dapat bersatu padu membentuk sebuah kegiatan
atau terpisah-pisah hanya beberapa indikator saja.

Berdasarkan penjelasan indikator-indikator berpikir kritis diatas.

Aspek kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah indikator menurut Ennis yang terdiri dari lima indikator.

5. Langkah-langkah Berpikir Kritis

Untuk menjadi pemikir kritis yang baik dibutuhkan kesadaran dan

keterampilan memaksimalkan kerja otak melalui langkah-langkah

berpikir kritis yang baik, sehingga kerangka berpikir dan cara berpikir

tersusun dengan pola yang baik. Walau memang belum ada rumusan

langkah-langkah berpikir kritis yang dapat dijadikan tolak ukur atau

parameter yang baku. Sebab, berpikir kritis bias sangat sulit untuk diukur

karena berpikir kritis bias sangat sulit untuk diukur karena berpikir kritis

adalah proses yang sedang berlangsung bukan hasil yang mudah dikenali.

Keadaan berpikir kritis berarti bahwa seorang terus mempertanyakan


38

asumsi, mempertimbangkan konteks (kejelasan makna), menciptakan

dan mengeksplorasi alternative dan terlibat dalam skeptisisme reflektif

(pemikiran yang tidak mudah percaya) atas informasi yang diterimanya.

Menurut Kneedler dari The Statewide History-social science

Assesment Advisory committee yang dikutip oleh Hendra (2011),

mengemukakan bahwa langkah-langkah berpikir kritis itu dapat

dikelompokkan menjadi tiga langkah:

a. Mengenali masalah (defining and clarifying problem)

1) Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.

2) Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.

3) Memilih informasi yang relevan.

4) Merumuskan/memformulasi masalah.

b. Menilai informasi yang relevan

1) Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar (judgment).

2) Mengecek konsistensi.

3) Mengidentifikasi asumsi.

4) Mengenali kemungkinan faktor stereotip.

5) Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah

penafsiran kalimat (semantic slanting).

6) Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

c. Pemecahan Masalah/ Penarikan kesimpulan

1) Mengenali data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.


39

2) Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan

atau pemecahan masalah atau kesimpulan yang diambil.

E. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap

Keaktifan Peserta didik

PBL merupakan model pembelajaran yang berlandaskan teori

konstruktivisme, konstruktivisme merupakan kemampuan peserta didik

untuk membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Asyhari (2015) bahwa

pembelajaran yang menganut paham konstruktivsme mampu mengondisikan

peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui

serangkaian metode ilmiah, sehingga peserta didik dapat menggunakan

pengetahuannya untuk untuk memecahkan masalah tertentu dalam kehidupan

yata dan secara tidak langsung dapat meningkatkan keaktifan dan berpikir

kritis peserta didik.

PBL berfokus pada identifikasi permasalahan serta penyusunan

kerangka analisis permasalahan dan pemecahannya. Lebih lanjut Arends

(2007) mengemukakan bahwa esensi PBL adalah memberikan berbagai

situasi bermasalahan yang autentik dan bermakna kepada peserta didik dan

yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan

penyelidikan. PBL dirancang untuk memberdayakan peserta didik dalam

belajar, sehingga nantinya peserta didik akan mampu berpikir kritis, belajar

mandiri dan memecahkan masalah yang kontekstual. PBL mempunyai

kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran lainnya,


40

yaitu dapat meningkatkan pemahaman dan resitasi kerena peserta didik

diharuskan menyelesaikan masalah sehari-hari dan menerapkan teori dan

praktik, melibatkan lever belajar yang lebih tinggi, memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk belajar dari kesalahan dan membangun tanggung

jawab. Sehingga peserta didik belajar untuk berpikir bebas. Hal ini sangat

penting dimiliki oleh peserta didik karena peserta didik saat menghadapi

permasalahan di lapangan atau kehidupan dalam keseharian dapat

meningkatkan kemandirian dalam belajar yang akan berimplikasi pada

peningkatan kompetensi belajarnya.

Beberapa hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning menunjukkan hasil yang positif sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Leonardus Baskoro Pandu Y. (2013) yang

menyimpulkan bahwa problem based learning dapat digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar. Penelitian oleh Suriana, dkk (2016)

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap peningkatan pemahaman

konsep peserta didik dengan pembelajaran problem based learning.

Penelitian oleh Eka Septia (2019) menyimpulkan bahwa model problem

based learning berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis peserta

didik. Penelitian oleh Siti Febriyanti dkk (2021) menyimpulkan keaktifan

peserta didik dalam pembelajaran mengalami peningkatan, hal ini ditandai

dengan meningkatnya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran.

Menurut Anurraman (2009: 119), menyatakan Keaktifan peserta

didik dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus
41

dipahami dan dikembangkan setiap pendidik dalam proses pembelajaran.

Belajar aktif ditunjukan dengan adanya ketertiban intelektual dan emosional

yang tinggi dalam proses belajar. Keaktifan peserta didik adalah peserta didik

yang mudah menerima dan memahami proses pembelajaran dan

mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengaruh

Problem based learning dengan keaktifan yaitu menumbuhkan rasa

keingintahuan sebuah permasalahan akan memicu peserta didik untuk ingin

mempelajari dan memahami konsep sebagai bahan untuk mencari beberapa

solusi sampai pada kesimpulan solusi yang tepat dalam memecahkan

masalah. Peserta didik akan semakin aktif karena memiliki dorongan untuk

melakukan sesuatu, memiliki kemauan dan keinginan untuk mengetahui

permasalahan di kehidupan sehari-hari.

F. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap

Berpikir Kritis Peserta didik

Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan suatu

model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang tata cara berfikir kritis dan

ketrampilan pemecahan masalah. Serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pemberian permasalahan yang rill

akan merangsang rasa ingin tahu, keinginan untuk mengamati, serta

keinginan untuk terlibat dalam suatu masalah semakin besar.


42

Menurut Howard Barrows dalam Wulandari dkk (2013) problem

based learning (PBL) adalah kurikulum berupa rancangan masalah-masalah

yang menuntut peserta didik mendapatkan pengetahuan yang penting, mahir

dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta

memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Menurut Bridges (1996),

model PBL diawali dengan penyajian masalah, kemudian peserta didik

mencari dan menganalisis masalah tersebut melalui percobaan langsung atau

kajian ilmiah (Kurniawati, 2015). Melalui kegiatan tersebut, aktivitas dan

proses berpikir ilmiah peserta didik menjadi lebih logis, teratur, dan teliti

sehingga mempermudah pemahaman konsep (Utomo, 2014;). Hasil

penelitiannya menunjukan bahwa penerapan PBL pada peserta didik Stanford

menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat mengatasi permasalahan yang sulit

yang dihadapi.

Menurut Slavin dalam Tarhan dkk (2007) PBL merupakan model

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan berfokus pada

keterampilan, yang sangat penting untuk pembelajaran seeumur hidup,

seperti belajar mandiri, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, dan

keterampilan dalam pemecahan masalah dan evaluasi diri. Pendapat

Akinoglu dan Tandogan (2006) bahwa pembelajaran menggunakan model

Problem Based Learning (PBL) memberikan efek positif terhadap prestasi

akademik peserta didik dan sikap terhadap pembelajaran science (Gayatri,

2013; Al-Idrus, 2015). Jika seorang peserta didik memiliki kemampuan

berpikir kritis, dapat mempelajari masalah yang dihadapi secara sistematis,


43

menghadapi tantangan dengan cara yang terorganisir, merumuskan

pertanyaan-pertanyaan yang inovatif, dan merancang solusi-solusi yang

orisinal (Johnson , 2002).

Berpikir berpikir kritis yang berarti berpikir menuju satu arah yang

benar atau satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu

masalah. Dengan berpikir kritis dapat membantu peserta didik lebih aktif

dalam proses pembelajaran (Slameto, 2010). Berfikir kritis adalah sebuah

proses yang terarah jelas dengan menggunakan kegiatan mental seperti

memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan

melakukan penelitian ilmiah (Jhonson, 2010). Berpikir kritis adalah proses

mental untuk menganalisis infirmasi. Informasi didapat melalui pengamatan,

pengalaman, komunikasi, dan membaca (Suryosubroto, 2009). Berdasarkan

uraian tersebut maka berpikir kritis merupakan proses berpikir ke arah yang

lebih detail atau lebih mendalam.

Berpikir kritis menuntut peserta didik untuk lebih meningkatkan

kemampuan menganalisa suatu masalah, menemukan penyelesaian masalah

serta memberikan ide-ide baru yang bisa memberikan gambaran baru atas

pemecahan suatu masalah. Problem Based Learning mempunyai keunggulan

dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan

penyesuaian dengan pengetahuan baru karena membantu mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam dunia nyata (Hamruni

2012). Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli dapat

disimpilkan bahwa problem based learning merupakan model pembelajaran


44

yang menuntut peserta didik untuk dapat kritis dalam memecahkan masalah

yang dihadapinya.

G. Pembelajaran Karakter Kebangsaan dengan Model Pembelajaran

Problem Based Learning

1. Karakteristik Peserta didik

Salah satu langkah dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

menganalisis karakteristik peserta didik. Hal ini sangat penting supaya

model pembelajaran yang akan dimanfaatkan dalam pembelajaran benar-

benar dapat dimanfaatkan dan sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Dalam pembelajaran, karakteristik sasaran identik dengan perkembangan

kognitif yang diukur dengan rentang usia. Menurut Piaget dalam

(Santrock, 2010:48) bahwa perkembangan manusia melalui empat tahap

perkembangan kognitif dari lahir hingga dewasa yaitu:

Tabel 2.2
Tahap Perkembangan Kognitif (Santrock, 2010:48)
A.
45

Usia calon Bintara Polri yaitu: Lulusan SMA/sederajat usia

minimal 17 (tujuh belas) Tahun 7 (tujuh) Bulan dan maksimal 21 Tahun;

Lulusan D-III usia maksimal 22 Tahun; Lulusan D-IV/S-I usia maksimal

24 Tahun. Berdasarkan tabel tahap perkembangan kognitif menurut

Santrock di atas, maka peserta didik masuk pada tahap operasional formal.

Peserta didik pada usia tersebut memasuki tahap dewasa yang sudah mulai

memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret dan telah mampu

berfikir secara abstrak, idealis dan logis. Selain itu, pada tahap ini peserta

didik mampu menganalisis serta menyelesaikan masalah secara ilmiah.

2. Karakteristik Materi Pelajaran

Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem

pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu peserta

didik mencapai kompetensi dasar dan standar kompetensi. Materi yang

sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berfikir. Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk

ranah kognitif adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (Reigeluth

dalam Retnowati, 2006:3).

Materi sistem Revolusi Industri 4.0 menuju Masyarakat 5.0 dalam

mata pelajaran karakter kebangsaan termasuk dalam jenis materi

pembelajaran konsep. Materi pembelajaran konsep adalah segala yang

berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil


46

pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, dan inti atau

isi. Tujuan mempelajari konsep adalah agar peserta didik paham, dapat

menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan,

menggeneralisasikan, dan sebagainya (Retnowati, 2006:5).

Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi

pembelajaran jenis konsep yaitu: 1) sajikan konsep; 2) berikan bantuan

yaitu berupa inti isi, cirri-ciri pokok, contoh; 3) berikan soal-soal latihan

dan tugas; 4) berikan umpan balik; 5) berikan tes.

3. Rancangan Pembelajaran

Pada penelitian ini rancangan pembelajaran yang digunakan

menggunakan model problem based learning. Model pembelajaran

problem based learning (PBL) dalam mata pelajaran karakter kebangsaan

materi sistem Revolusi Industri 4.0 menuju Masyarakat 5.0 dilakukan

dengan 4 kali pertemuan, dimana peserta didik diberikan pretes diawal

pertemuan, kemudian pembelajaran dilakukan dengan 5 langkah PBL pada

kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Diakhir pertemuan peserta didik diberika postes untuk mengur keaktifan

dan berpikir kritis setelah adanya proses pembeajaran.

4. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pada materi sistem Revolusi Industri 4.0 menuju

Masyarakat 5.0 berupa penilaian menggunakan instrumen observasi untuk


47

melihat keaktifan peserta didik dan penilaian tes untuk mengetahui

berpikir kritis peserta didik. Observasi dan tes adalah bukti otentik yang

bisa dilihat oleh mata kita, tentang sejauh mana peserta didik dapat

menguasai materi yang sudah di berikan. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan jenis instrumen observasi terstruktur, dimana observer akan

berpedoman pada lembar observasi yangsudah disediakan oleh peneliti

untuk mengetahui keaktifan peserta didik. Untuk jenis tes yang digunakan

yaitu tes uraian/essay yang disesuaikan dengan indikator soal berpikir

kritis. Soal pretes sama dengan soal postes. Pretes akan diberikan pada

awal pertemuan, jadi peserta didik akan diberikan soal untuk mengukur

pengetahuan peserta didik tentang materi sebelum diberikan perlakuan

penerapan problem based learning.

H. Kerangka Berpikir

Sugiyono (2012:89) berpendapat bahwa kerangka berfikir merupakan

sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori

yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori yang sudah dideskripsikan

tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga

menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti.

Berdasarkan pra penelitian hasil observasi dan wawancara pelaksanaan

proses pembelajaran peserta didik di SPN Polda Jawa Timur, menunjukkan

bahwa tingkat keaktifan dan kemampuan berpikir kritis peserta didik masih

rendah, hal itu terbukti saat proses pembelajaran peserta didik pasif yaitu

hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh pendidik. Perhatian


48

peserta didik terhadap pembelajaran masih kurang. Pada sub keterampilan

bertanya dan menjawab pertanyaan, hanya sedikit peserta didik yang

menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya. Pertanyaan yang dibuat

peserta didik juga belum menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kritis

berkaitan dengan materi yang dipelajari. Kemudian jawaban dari pertanyaan

masih sebatas ingatan dan pemahaman saja, belum terdapat sikap peserta

didik yang menunjukkan jawaban analisis terhadap pertanyaan pendidik.

Setelah dilakukan wawancara ternyata pendidik belum memperhatikan aspek

kemampuan berpikir kritis peserta didik, baik dalam pembelajaran maupun

dalam pembuatan soal-soal. Sehingga hal itu juga merupakan sebuah indikasi

bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik di kelas tersebut rendah.

Berpikir kritis mengacu pada proses dan metodologi dengan

menggunakan rasionalitas, wawasan, kesadaran, imajinasi dan sensibilitas

untuk mengkritik dan mengevaluasi suatu obyek (Mainali, 2011). Tujuan dari

berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam (Johnson,

2011:185). Setiap orang dapat belajar untuk berpikir dengan kritis karena otak

manusia secara konstan berusaha memahami pengalaman (Johnson,

2011:191). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berpikir kritis seseorang dapat dilatih.

Upaya untuk mewujudkan meningkatnya keaktifan dan berpikir kritis

yang tinggi, maka peneliti menggunakan model pembelajaran problem based

learning. Problem based learning (PBL) merupakan suatu model

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks


49

bagi peserta didik untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensi dari materi pelajaran (Hudha, 2017; Mahmud dan Samad, 2015). PBL

bertujuan untuk membantu peserta didik mempelajari konsep pengetahuan

dan kemampuan memecahkan masalah dengan menghubungkan situasi

masalah yang ada dalam dunia nyata (Fauziah, 2018; Wisudawati dan

Sulistyowati, 2017) serta dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

(Rupika dan Darmawan, 2018; Sulaiman, dkk., 2018).

PBL mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan

pendekatan pembelajaran lainnya, yaitu dapat meningkatkan pemahaman dan

resitasi kerena peserta didik diharuskan menyelesaikan masalah sehari-hari

dan menerapkan teori dan praktik, melibatkan lever belajar yang lebih tinggi,

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari kesalahan dan

membangun tanggung jawab. Sehingga peserta didik belajar untuk berpikir

bebas. Hal ini sangat penting dimiliki oleh peserta didik karena peserta didik

saat menghadapi permasalahan di lapangan atau kehidupan dalam keseharian

dapat meningkatkan kemandirian dalam belajar yang akan berimplikasi pada

peningkatan kompetensi belajarnya.

Beberapa hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning menunjukkan hasil yang positif sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Hayuna Hamdalia dll (2018) menyimpulkan

bahwa problem based learning dapat membuat pembelajaran geografi

efektif dan efisien sehingga keterampilan berpikir kritis peserta


50

didikmeningkat. Penelitian oleh Syaribuddin dkk (2016) menyimpulkan

bahwa penerapan PBL dengan media audio visual berpengaruh signifikan

terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik SMA Negeri 1 Panga.

Dengan demikian, peserta didik diharapkan dapat mencapai apa yang menjadi

tujuan pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran problem based

learning berpengaruh terhadap keaktifan dan berpikir kritis peserta didik.

Gambar 2.2
Kerangka Berpikir

I. Hipotesis

Berdasarkan hasil kajian teoritik dan kajian empris yang relevan maka

dirumuskan hipotesis yang selanjutnya akan diuji kebenarannya. Hipotesis

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh problem based learning terhadap keaktifan peserta didik

dalam karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim.

2. Ada pengaruh problem based learning terhadap berpikir kritis peserta

didik dalam karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim.


51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif deskriptif yaitu dengan cara mencari informasi tentang

gejala yang ada, didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan dicapai,

merencanakan cara pendekatannya, mengumpulkan data sebagai bahan untuk

membuat laporan.

Desain penelitian ini adalah True Experimental Design (experiment

yang betul-betul). Karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua

variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Bentuk design yang

digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini

terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kelompok eksperimen adalah kelompok yang memperoleh penerapan model

problem based learning, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang

memperoleh pembelajaran konvensional. Kemudian kedua kelompok

tersebut diberi pretes untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretes yang baik

bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan

kelompok kontrol. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3)

(Sugiyono, 2010:112).

51
52

R O1 X O2
R O3 O4

Gambar 3.1 Desain penelitian pretest-posttest control group design

Keterangan :

O1 dan O2 : Pretest

O3 dan O4 : Posttest

X = Treatment (problem based learning)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian menurut Arikonto (2016: 26) memberi batasan

subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel

penelitian melekat, dan yang di permasalahkan. Dalam sebuah penelitian,

subjek penelitian mempunyai peran yang sangat strategis karena pada subjek

penelitian, itulah data tentang variabel yang penelitian amati. Moleong

(2010:132) mendiskripsikan Subjek Penelitian sebagai informan, yang

artinya orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi

dan kondisi tempat penelitian. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 100

peserta didik polri SPN Polda Jatim sebagai subjek penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempаt Penelіtіаn

Penelіtіаn іnі dіlаkukаn dі SPN Polda Jatim, tepatnya di Jalan Raya

Bangsal Mojokerto.
53

2. Wаktu Penelіtіаn

Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada semester

ganjil tahun ajaran 2021/2022 dengаn rentаng wаktu 4 kаlі pertemuаn.

Hаl іnі dіsesuаіkаn dengаn wаktu terjаdwаlnyа mаtа pelajaran karakter

kebangsaan yаng dіtempuh pаdа semester gаsаl dі tаhun аjаrаn

2021/2022.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik atau kondisi pada objek yang

memiliki variabel nilai. Secara umum variabel adalah operasionalisasi dari

konsep. Fungsi variabel terbagi atas tiga fungsi yaitu variabel penyebab,

penghubung dan akibat.

a. Variabel Bebas (independen): variabel ini merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Pada penelitian yang merupakan variable

bebas adalah problem based learning.

b. Variabel Terikat (dependen variable): Variabel terikat (dependen

variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat adanya variabel bebas sesuai dengan masalah yang akan

diteliti. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah

keaktifan dan berpikir kritis.


54

2. Definisi Operasional

a. Problem Based Learning

Model pembelajaran yang memberikan berbagai situasi permasalahan

kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kritis serta menekankan keaktifan peserta didik dalam memecahkan

masalah, serta menghasilkan produk atau karya.

b. Keaktifan

Keaktifan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh peserta

didik untuk berusaha menjadi terlibat aktif dalam proses

pembelajaran.

c. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk membuat keputusan secara

rasional, kemampuan membuat analisis, kemampuan membuat

evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi, informasi,

komunikasi dan argumentasi.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara kerja dalam penelitian

guna memperoleh data atau keterangan-keterangan yang akan diperoleh

dalam kegiatan sesuai dengan kenyataan. Dalam penelitian ini, teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah:


55

a. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010), observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun

dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dari segi proses

pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi

participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang

digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi

terstruktur dan tidak terstruktur.

1) Observasi Berperanserta (Participant observation)

Disini selain melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan

apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka

dukanya.

2) Observasi Nonpartisipan

Peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat

kesimpulan tentang perilaku masyarakat dalam pemilihan

umum.

3) Observasi Terstruktur

Observasi yang telah dirancang secara sistematis, pengamatan

peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji

validitas dan reliabilitasnya.

4) Observasi Tidak Terstruktur

Observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa

yang akan di observasi.


56

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data teknik yang

digunakan yaitu observasi nonpartisipan, sedangkan berdasarkan

segi instrumentasi teknik yang digunakan yaitu observasi terstruktur

dengan berpedoman pada instrumen observasi untuk melakukan

pengamatan langsung terhadap keaktifan belajar siswa dengan

model problem based learning pada kelas eksperimen dan model

konvensional pada kelas kontrol . Pada saat melakukan observasi,

peneliti mengisi instrumen observasi yang telah tersedia dengan cara

memberikan cek list pada kolom yang tersedia. Observasi ini

dilakukan oleh dua pengamat yaitu peneliti sendiri dan salah satu

pendidik di SPN Polda Jatim.

b. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, penetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok (Arikunto, 2010:193).

Penggunaan tes dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

berpikir kritis pada pengetahuan awal peserta didik sebelum diberi

perlakuan (pretes) dan diberikan sesudah perlakuan (postes). Bentuk

tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essay atau uraian

yang disesuaikan dengan indikator soal berpikir kritis. Soal pretes

sama dengan soal postes. Pretes akan diberikan pada awal

pertemuan, jadi peserta didik akan diberikan soal untuk mengukur


57

pengetahuan peserta didik tentang materi sebelum diberikan

perlakuan penerapan problem based learning.

2. Instrumen Penelitian

Berdasarkan beberapa variabel yang telah ditetapkan, kemudian

mengkaji variabel tersebut melalui beberapa teori yang mendukung,

serta memberikan definisi operasional variabel. Kemudian menentukan

indikator-indikator yang akan diukur. Dibawah ini diberikan gambaran

kisi-kisi intrument penelitian.

a. Instrumen Observasi Aktivitas Pendidik dan Peserta didik dalam

Proses Penerapan PBL

Tabel 3.1
Kisi-kisi Observasi Aktivitas Pendidik dan Peserta didik
dalam Proses Penerapan PBL
Indikator Aktivitas
Pendidik Peserta didik
Mengarahkan • Pendidik • Peserta didik
peserta didik pada menyampaikan menjawab
masalah tujuan pembelajaran pertanyaan
dari materi Revolusi pendidik tentang
Industri 4.0. menuju hal yang
Masyarakat 5.0 menyangkut materi
• Memotivasi peserta pembelajaran yang
didik terlibat pada akan dilakukan
aktivitas pemecahan dengan pengalaman
masalah yang dipilih
• Pendidik
menanyakan kepada
peserta didik tentang
beberapa hal yang
menyangkut tentang
materi pembelajaran
yang akan dilakukan
dengan pengalaman
58

peserta didik tentang


materi
Mengorganisasikan • Pendidik • Peserta didik
peserta didik untuk menyampaikan menyelidiki dan
belajar permasalahan untuk menguji semua hal
didiskusikan yang
• Pendidik membagi memungkinkan dari
kelas dalam pengetahuan
kelompok barunya melalui
• Pendidik memonitor bahan ajar
aktivitas peserta • Peserta didik
didik dalam diskusi mengkonstruk
kelompok. sendiri
• Pendidik pengetahuannya
memberikan lembar melalui bahan ajar
kerja mengenai tentang
permasalah kepada permasalahan
peserta didik • Peserta didik
melakukan
penjelasan dan
solusi berdasarkan
kepada hasil
observasinya
Membimbing • Pendidik • Mahpeserta didik
penyelidikan memberikan mengkomunikasikan
individual maupun kesempatan untuk dan
kelompok mengkomunikasikan mengilustrasikan
dan pemahamannya
mengilustrasikan tentang Revolusi
pemahamannya Industri 4.0. menuju
tentang Revolusi Masyarakat 5.0
Industri 4.0. menuju
Masyarakat 5.0
Mengembangkan • Pendidik • Peserta didik
dan menyajikan memberikan diminta melakukan
hasil karya konfirmasi tentang refleksi dengan cara
hasil atau membuat beberapa
kesimpulan yang pertanyaan yang
benar tentang kemudian mereka
• Pendidik jawab.
memberikan • Peserta didik juga
kesempatan kepada diminta
peserta didik untuk mengerjakan tugas-
bertanya mengenai tugas terstruktur
materi yang kurang sebagai bahan
dimengerti evaluasi dari proses
59

• Pendidik menutup pemecahan masalah


kegiatan yang telah mereka
perkuliahan dengan temukan.
mengingatkan
kepada peserta didik
untuk aktif dalam
pembelajaran pada
bahasan pertemuan
selanjutnya serta
memberikan tugas.
Sumber:(Suyanto, 2013)

b. Instrumen Observasi Keaktifan Oral Aktivities

Kisi-kisi instrumen keaktifan oral aktivities adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2
Kisi-kisi Keaktifan Oral Aktivities
Indikator Aspek Penilaian Skor
Keaktifan Sering mengungkapkan ide atau 4
mengungkapkan gagasan (> 2 kali)
ide atau gagasan Mengungkapkan ide atau gagasan 3
(2 kali)
Pernah mengungkapkan ide atau 2
gagasan (1 kali)
Tidak pernah mengungkapkan ide 1
atau gagasan
Keaktifan dalam Sering mengajukan pertanyaan > 2 4
mengajukan kali
pertanyaan Mengajukan pertanyaan 2 kali 3
Pernah mengajukan pertanyaan (1 2
kali)
Tidak pernah bertanya saat 1
mengikuti pelajaran
Keaktifan dalam Sering menjawab pertanyaan > 2 4
menjawab kali
pertanyaan Menjawab pertanyaan 2 kali 3
Pernah menjawab pertanyaan (1 2
kali)
Tidak pernah menjawab saat 1
mengikuti pelajaran
60

Tanggungjawab Aktif mengerjakan tugas dan 4


mengerjakan latihan dari pendidik dan selesai
tugas dan latihan tepat waktu
Aktif mengerjakan tugas dan 3
latihan dari pendidik dan pernah
tidak selesai tepat waktu
Aktif mengerjakan tugas dan 2
latihan dari pendidik dan sering
tidak selesai tepat waktu
Tidak aktif melaksanakan tugas dan 1
latihan dari pendidik dan tidak
pernah selesai tepat waktu
Kerjasama Sering (> 2 kali) bekerjasama 4
dalam kelompok Tanggung jawab mengerjakan tugas
dan latihan dengan kelompok dalam
mengikuti pembelajaran
Kadang (2 kali) bekerjasama 3
dengan kelompok dalam mengikuti
pembelajaran
Jarang (1 kali) bekerjasama dengan 2
kelompok dalam mengikuti
pembelajaran
Tidak pernah bekerjasama dengan 1
kelompok dalam mengikuti
pembelajaran
Paul B. Dierdich (Sardiman, 2012)

c. Instrumen Tes Berpikir Kritis

Kisi-kisi instrumen tes berpikir kritis adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3
Kisi-kisi Tes Berpikir Kritis
Indikator Aspek Penilian Skor
Memberikan Tidak menjawab atau memberi 0
penjelasan sederhana jawaban yang salah
tidak memfokuskan pertanyaan, 1
memberi jawaban dengan caranya
sendiri tetapi tidak dapat dipahami
Memfokuskan pertanyaan, namun 2
tidak menganalisis pertanyaan dan
tidak bertanya, sehingga jawaban
yang diberikan hasilnya salah
61

Memfokuskan pertanyaan, 3
menganalisis pertanyaan dan
bertanya, namun jawaban yang
diberikan hasilnya salah
Memfokuskan pertanyaan, 4
menganalisis pertanyaan dan
bertanya, serta menjawab
pertanyaan dengan benar
Membangun Tidak menjawab atau memberi 0
keterampilan dasar hasil observasi yang salah
Mempertimbangkan sumber yang 1
tidak relevan dengan pemecahan
masalah
Mempertimbangkan apakah 2
sumber dapat dipercaya atau tidak
dan mengamati namun tidak
mempertimbangkan suatu laporan
hasil observasi sehingga
jawabannya masih salah
Mempertimbangkan apakah 3
sumber dapat dipercaya atau tidak
dan mengamati namun tidak
mempertimbangkan suatu laporan
hasil observasi tetapi jawabannya
benar
Mempertimbangkan apakah 4
sumber dapat dipercaya atau tidak
dan mengamati serta
mempertimbangkan suatu laporan
hasil observasi dan memberikan
penyelesaiannya benar dan jelas
Menyimpulkan Tidak menjawab atau memberikan 0
jawaban salah
Memberikan kesimpulan hanya 1
satu tetapi memberikan jawaban
salah
Memberikan kesimpulan proses 2
penyelesaian masalah dan hasilnya
benar
Memberikan kesimpulan lebih dari 3
satu, tetapi hasilnya ada yang salah
karena terdapat kekeliruan dalam
proses penyelesaian
Memberikan kesimpulan lebih dari 4
satu, proses penyelesaian dan
hasilnya benar.
62

Memberikan Tidak menjawab atau memberikan 0


penjelasan lanjut jawaban salah
Terdapat kesalahan dalam jawaban 1
dan tidak disertai dengan perincian
penjelasan lanjut dalam
mengidentifikasi asumsi
Terdapat kesalahan dalam jawaban 2
tapi disertai dengan perincian yang
kurang detail dalam
mengidentikasi asumsi
Terdapat kesalahan dalam jawaban 3
tapi disertai dengan perincian yang
rinci dalam mengidentifikasi
asumsi
Memberikan jawaban yang benar 4
dan rinci dalam mengidentifikasi
asumsi
Mengatur strategi dan Tidak menjawab atau memberikan 0
teknik jawaban salah
Terdapat kesalahan dalam jawaban 1
dan tidak adanya interaksi
Terdapat kesalahan dalam 2
menentukan tidakan dan terdapat
interaksi.
Menentukan tindakan dengan 3
benar namun tanpa adanya
interaksi dengan orang lain
Menentukan tindakan dengan 4
benar dan berinteraksi dengan
orang lain
Sumber: Ennis

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat data atau sampel yang

digunakan berasal dari populasi yang memiliki distribusi normal, hal

tersebut dapat diketahui dari hasil perhitungan signifikansi. Sugiono


63

(2010) mengemukakan bahwa jika nilai sig>0,05 maka sampel

tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal, tetapi jika

nilai sig<0,05 maka sampel tersebut bukan berasal dari populasi

ayng berdistribusi normal. Untuk menghitung data tersebut akan

digunakan program SPSS IBM 24.

b. Uji homoginitas

Uji homoginitas bertujuan untuk mengetahui data dari dua

kelompok atau lebih berasal dari populasi yang memiliki varian yang

sama. Hal itu dapat dilihat dari hasil perhitungan signifikansi.

Gunawan dan Muhammad Ali (2013) mengemukakan bahwa jika

nilai sig>0,05 maka varian setiap sampel homogin, tetapi jika nilai

sig<0,05 maka varian setiap sampel tidak homogin. Untuk

menghitung data tersebut akan digunakan program SPSS IBM 24.

2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan Uji t. Ujі t

dіgunаkаn untuk mengujі tіngkаt sіgnіfіkаnsі koefіsіen vаrіаbel bebаs

terhаdаp vаrіаbel terіkаt. Pаdа penelіtіаn іnі ujі t dіgunаkаn untuk

mengetаhuі: а) pengaruh PBL terhadap keaktifan; b) pengaruh PBL

terhadap berpikir kritis. t hіtung dаpаt dі cаrі dengаn rumus sebаgаі

berіkut:

t=
64

Keterаngаn:
D = Dіfferent/selіsіh kelompok pretest-posttes
N = Jumlаh Subjek

Krіterіа pengujіаn ujі t dengаn membаndіngkаn nіlаі t hіtung

dengаn t tаbel аtаu dengаn melіhаt nіlаі sіgnіfіkаnsі (probаbіlіtаs)

untuk membuаt keputusаn menolаk аtаu menerіmа Ho. Nаmun

untuk memudаhkаn perhіtungаn ujі t pаdа penelіtіаn іnі mаkа

dіgunаkаn progrаm SPSS IBM 24. Dаsаr pengаmbіlаn

keputusаnnyа ujі t аdаlаh sebаgаі berіkut:

1) Jіkа t hіtung > t tаbel аtаu probаbіlіtаs t kurаng dаrі α = 0.05, mаkа

H0 dіtolаk dаn HІ dіterіmа. Yаng berаrtі vаrіаbel bebаs

berpengaruh secara sіgnіfіkаn terhаdаp vаrіаbel terіkаt.

2) Jіkа t hіtung < t tаbel аtаu probаbіlіtаs t lebіh dаrі α = 0.05, mаkа

H0 dіterіmа dаn HІ dіtolаk. Yаng berаrtі vаrіаbel bebаs tіdаk

berpengaruh secara sіgnіfіkаn terhаdаp vаrіаbel terіkаt.


65

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian pengaruh model problem based

learning terhadap keaktifan dan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran

karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim. Secara runtut akan dipaparkan hasil

penelitian sesuai dengan rumusan masalah.

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Deskripsi data penelitian ini memaparkan data kuantitatif yang

dikumpulkan berdasarkan instrumen penelitian yaitu dari penilaian terhadap

hasil tes berpikir kritis dan penilaian observasi terhadap keaktifan peserta

didik. Data berpikir kritis diperoleh dari hasil pengerjaan soal berdasarkan

indikator penilaian berpikir kritis baik pada kelas eksperimen yang

menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan kontrol yang

menggunakan pembelajaran konvensional. Sedangkan data keaktifan

diperoleh dari hasil observasi berdasarkan indikator keaktifan.

Sebelum pengumpulan data terkait dengan berpikir kritis dan keaktifan,

terlebih dahulu dilakukan uji instrumen tes dan angket untuk mengetahui

tingkat validitas dan reliabilitasnya. Setelah diuji cobakan maka diperoleh

data mentah yang kemudian ditabulasikan dan dilakukan uji validitas dan

reliabilitas dengan menggunakan program SPSS.

65
66

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan standar atau dasar pengukuran yang

menunjukkan ketepatan, kemanfaatan, dan kesahihan yang mengarah

pada ketepatan interprestasi atau prosedur evaluasi sesuai dengan

ukurannya.

Validitas pada penelitian ini dilakukan di lakukan terhadap

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen keaktifan,

instrumen tes berpikir kritis. Validitas dilakukan dengan dua cara, yaitu

validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi dilakukan pada

instrumen RPP dan ke aktifan keaktifan sedangkan validitas konstruk

dilakukan pada instrumen tes berpikir kritis.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Hasil penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

model problem based learning oleh ahli desain pembelajaran

disajikan dalam tabel 4.1. Dengan menggunakan skala likert

dengan skor terendah 1 (satu) dan tertinggi 5 (lima). Adapun

aspek yang dinilai oleh ahli desain pembelajaran terdiri dari; (1)

Format penyajian, (2) isi yang disajikan, (3) bahasa yang

digunakan, (4) alokasi waktu, (5) penilaian. Ahli desain

pembelajaran yang berperan sebagai penilai Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini adalah ahli dalam bidang

Teknologi Pendidikan, dalam hal ini yaitu Doktor dalam bidang

Teknologi Pendidikan. Penilaian Rencana Pelaksanaan


67

Pembelajaran (RPP) dilakukan dengan tujuan (1) untuk

memperoleh saran dan masukan yang akan dijadikan acuan dalam

perbaikan atau revisi, (2) untuk penilaian kelayakan atau ke

validan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun hasil

penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh ahli

desain pembelajaran disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.1
Hasil Validasi RPP
No Aspek penilaian Penilaian Ahli
1 Format Penyajian 95%
2 Isi 100%
3 Bahasa 100%
4 Alokasi Waktu 92,5%
Total Keseluruhan Aspek 96,87%

Berdasarkan hasil penilaian ahli desain pembelajaran

terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

model problem based learning memperoleh persentase sebesar

96,87%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jika dihadapkan

dengan kriteria skor menurut Arikunto (2005:80), persentase

tersebut dalam kategori Sangat Baik dan valid.

Setelah dinyatakan valid, maka tahap berikutnya Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model problem based

learning diimplementasikan di lapangan, guna mengetahui

apakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model

tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan berpikir kritis peserta


68

didik pada mata pelajaran karakter kebangsaan di SPN Polda

Jatim.

b. Keaktifan

Hasil penilaian instrumen keaktifan oleh ahli desain

pembelajaran disajikan dalam tabel 4.2. Dengan menggunakan

skala likert dengan skor terendah 1 (satu) dan tertinggi 5 (lima).

Adapun aspek yang dinilai oleh ahli desain pembelajaran terdiri

dari; (1) aspek isi, (2) kebahasaan, (3) sajian. Ahli desain

pembelajaran yang berperan sebagai penilai instrumen ini adalah

seorang yang ahli dalam bidang Teknologi Pendidikan, dalam hal

ini yaitu Doktor dalam bidang Teknologi Pendidikan. Penilaian

instrumen keaktifan dilakukan dengan tujuan (1) untuk

memperoleh saran dan masukan yang akan dijadikan acuan dalam

perbaikan atau revisi, (2) untuk penilaian kelayakan atau

kevalidan instrumen keaktifan yang dikembangkan. Adapun hasil

penilaian instrumen keaktifan oleh ahli desain pembelajaran

disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.2
Hasil Validasi Instrumen Keaktifan

No. Aspek Penilaian Ahli


1 Isi 95%
2 Kebahasaan 91,66%
3 Sajian 100%
Rata-Rata Keseluruhan Aspek 95,55%
69

Berdasarkan hasil penilaian ahli desain pembelajaran

terhadap instrumen keaktifan memperoleh persentase sebesar

95,55%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jika dihadapkan

dengan kriteria skor menurut Arikunto (2005:80), persentase

tersebut dalam kategori Sangat Baik dan valid. Setelah

dinyatakan valid, maka tahap berikutnya instrumen keaktifan

diimplementasikan di lapangan, guna mengetahui nilai keaktifan

peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

c. Berpikir Kritis

Uji validitas instrumen tes berpikir kritis dilakukan pada

instrumen untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang

berfungsi untuk mengetahui ke validan atau ke sahihan instrumen

yang akan digunakan. Uji validitas yang digunakan adalah

validitas konstruk. Uji validitas konstruk dengan jumlah 10 butir

soal untuk instrumen berpikir kritis dengan menggunakan

program SPSS. Data validitas instrumen tes berpikir kritis tinggi

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel. 4.3
Hasil Validitas Instrumen Tes

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0,015 0,278 Tidak Valid
2 0,047 0,278 Tidak Valid
3 0,224 0,278 Tidak Valid
4 0,600 0,278 Valid
5 0,643 0,278 Valid
70

6 0,029 0,278 Tidak Valid


7 0,323 0,278 Valid
8 0,353 0,278 Valid
9 0,709 0,278 Valid
10 0,240 0,278 Tidak Valid

Sesuai jumlah responden dalam uji validitas yaitu 50

peserta didik SPN Polda Jatim angkatan yang sudah menempuh

ujian pada mata pelajaran karakter kebangsaan dengan butir soal

yang sama dengan df = N-2, atau df = 50-2 = 48 dengan

menggunakan taraf signifikansi (α) 0,05, maka diperoleh r (tabel)

= 0,278, dengan kaidah jika nilai r (hitung) > r (tabel) maka butir

soal dinyatakan valid, sebaliknya jika nilai r (hitung) < r (tabel)

maka butir soal tidak valid. Berdasarkan data pada tabel 4.3 di

atas tidak keseluruhan butir soal lebih besar dari r tabel (> r tabel),

maka dari jumlah 10 butir soal yang telah di lakukan uji validitas

terdapat 5 butir soal yang dinyatakan valid.

Setelah uji validitas instrumen tes berpikir kritis selesai

dilakukan langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitas

instrumen. Uji reliabilitas merupakan uji yang dilaksanakan

untuk mengukur tingkat konsistensi skor yang dicapai bila

instrumen tes dilakukan secara berulang-ulang. Uji reliabilitas

instrumen tes berpikir kritis dilakukan dengan menggunakan

program SPSS.
71

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji yang dilaksanakan untuk mengukur

tingkat konsistensi skor/nilai yang dicapai bila instrumen digunakan

secara berulang-ulang. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan

metode Cronbach’s Alpha menggunakan program SPSS. Data

reliabilitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 4.4
Hasil Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,644 5

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa instrumen berpikir

kritis memiliki nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,644 berada di atas 0,6.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari analisis reliabilitas

instrumen berdasarkan uraian hasil analis data tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan

untuk mengukur hasil belajar berpikir kritis.

B. Uji Prasyarat

Untuk memenuhi syarat uji lebih lanjut menggunakan parametrik

maupun nonparametrik, maka perlu dilaksanakan uji prasyarat dahulu yang

meliputi uji normalitas dan uji homoginitas terhadap nilai baik pada kelas

kontrol maupun kelas eksperimen.


72

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk memperlihatkan bahwa data

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, hal tersebut

dapat diketahui dengan melihat hasil perhitungan signifikansi. Uji

statistik normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov (KS) dengan ketentuan jika nilai asymp. Sig (2

tailed) yang diperoleh > 0,05, maka sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal, namun jika nilai asymp. Sig (2 tailed) yang

diperoleh < 0,05, maka sampel bukan berasal dari populasi yang

berdistribusi normal (Sugiyono: 2006). Hasil uji normalitas ini dapat

dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel. 4.5
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Eksperimen Kontrol
N 50 50
Normal Parametersa,b Mean 56.9400 56.9600
Std. Deviation 3.81410 3.20051
Most Extreme Differences Absolute .100 .110
Positive .100 .110
Negative -.089 -.077
Test Statistic .100 .110
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .182c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
73

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.5 diketahui bahwa

untuk kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,182 atau 0,182

> 0,05 dan kelas eksperimen diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,200

atau 0,200 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua

data baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen yang diuji pada tabel

4.5 adalah berdistribusi normal dan memenuhi syarat normalitas untuk

dilanjutkan dengan uji berikutnya.

2. Uji Homoginitas

Persyaratan lain yang dituntut untuk melaksanakan uji lebih

lanjut adalah uji homoginitas subyek penelitian. Dasar pengambilan

keputusan dalam uji homoginitas adalah jika nilai signifikansi lebih

besar dari 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari kedua kelompok

populasi data adalah sama atau homogin. Namun jika nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari kedua kelompok

populasi data adalah tidak sama atau tidak homogin. Uji homoginitas

dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS, dengan hasil sebagai

berikut:

Tabel. 4.6
Hasil Uji Homoginitas

Test of Homogeneity of Variances


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Nilai Based on Mean 1.643 1 98 .203
Based on Median 1.640 1 98 .203
74

Based on Median and with 1.640 1 94.989 .203


adjusted df

Berdasarkan hasil uji homoginitas pada tabel 4.6 diketahui bahwa

kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen memperoleh nilai

signifikansi 0,203 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data

dari kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen memiliki varian

populasi yang sama atau homogin.

C. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Keaktifan Peserta

didik

Untuk mengetahui pengaruh model problem based learning terhadap

keaktifan peserta didik maka akan digunakan uji independent sampel t-test.

Uji independent sampel t-test atau uji-t dilakukan untuk mengetahui ada atau

tidaknya pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Pada kelas kontrol yang menggunakan model konvensional dan kelas

eksperimen yang menggunakan model problem based learning. Perhitungan

statistik uji independent sampel t-test dilakukan dengan bantuan program

SPSS, dengan pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis jika nilai sig.

hitung (probabilitas) <0,05 maka model problem based learning memiliki

pengaruh terhadap keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Sebaliknya

jika nilai sig. hitung (probabilitas) >0,05 maka model problem based learning
75

tidak memiliki pengaruh terhadap keaktifan peserta didik dalam

pembelajaran.

1. Hasil Perhitungan Pretest Keaktifan Peserta didik Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen.

Pada uji coba ini pretest diberikan kepada 50 peserta didik sebagai

kelas kontrol dan 50 peserta didik sebagai kelas eksperimen. Uji

kesamaan dua rata-rata pretest pada kelas kontrol dan eksperimen ini

adalah untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terkait

keaktifan kedua kelas tersebut apakah memiliki kesamaan atau tidak.

Uji kesamaan dua rata-rata pretest ini menggunakan uji independent

sampel t-test. Dari hasil pretest yang diberikan untuk kelas kontrol dan

kelas eksperimen diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel. 4.7
Mean Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Keaktifan Peserta didik

Group Statistics
Std. Error
Kelas N Mean Std. Deviation Mean
Keaktifan Kontrol 50 55.1000 5.84581 .82672
Eksperimen 50 54.6000 5.23333 .74010
76

Tabel. 4.8
Uji t Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Keaktifan Peserta didik

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
Sig. (2- Mean Std. Error of the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Keaktifan Equal variances .784 .378 .451 98 .653 .50000 1.10961 -1.70198 2.70198
assumed
Equal variances .451 96.824 .653 .50000 1.10961 -1.70231 2.70231
not assumed

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui skor rata-rata (mean)

untuk pretest kelas kontrol 55,1 dan kelas eksperimen 54,6. Kemudian,

hasil dari penghitungan dengan uji t diperoleh nilai signifikansi

berdasarkan pada kolom asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,653 atau

signifikansi > 0,05 (0,653 > 0,05), dari perhitungan diatas dapat

diketahui bahwa nilai pretest yang dalam hal ini diwakili oleh nilai mata

kuliah desain pesan menunjukkan bahwa kemampuan awal pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol adalah sama. Dengan kata lain dapat

disimpulkan bahwa nilai pretest keaktifan yang diperoleh dari nilai

mata pelajaran karakter kebangsaan yang telah diberikan diketahui

bahwa kemampuan awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

adalah sama.

Setelah dibuktikan bahwa kemampuan awal sama langkah

selanjutnya memberikan pembelajaran di kedua kelas tersebut dengan


77

materi, pengajar, sarana dan prasarana yang sama, satu – satunya

pembeda dalam pembelajaran di kedua kelompok tersebut adalah

perlakuan yaitu kelas kontrol menggunakan model konvensional

sedangkan kelas eksperimen menggunakan model problem based

learning.

2. Hasil Perhitungan Posttest Keaktifan Peserta didik Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen.

Setelah diketahui kemampuan awal sama, selanjutnya dilakukan

pembelajaran selama 4 hari dengan menggunakan model problem

based learning pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran

konvensional atau pembelajaran yang seperti biasanya selama ini

dilakukan pada kelas kontrol, selanjutnya diberi posttest pada kedua

kelas.

Data postest keaktifan didapatkan dengan menggunakan

penilaian observasi dengan instrumen yang telah disiapkan. Setelah

data posttest kedua kelas terkumpul selanjutnya dilakukan uji kesamaan

dua rata-rata posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh pemanfaatan model problem based

learning yang telah digunakan. Uji kesamaan dua rata-rata posttest ini

menggunakan uji independent sampel t-test. Dari hasil posttest yang

diberikan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh hasil

sebagai berikut:
78

Tabel. 4.9
Mean Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Keaktifan Peserta didik

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Keaktifan Eksperimen 50 88.0000 5.53283 .78246
Kontrol 50 55.7000 5.89102 .83312

Tabel. 4.10
Uji t Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Keaktifan Peserta didik

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Keaktifan Equal variances .003 .958 28.260 98 .000 32.30000 1.14295 30.03186 34.56814
assumed
Equal variances 28.260 97.617 .000 32.30000 1.14295 30.03175 34.56825
not assumed

Berdasarkan perhitungan mean pada tabel 4.9 diketahui skor rata-

rata (mean) untuk posttest kelas kontrol adalah 55,7 dan kelas

eksperimen 88. Kemudian, hasil dari penghitungan dengan uji t

diperoleh nilai signifikansi berdasarkan pada kolom asymp. Sig (2-

tailed) sebesar 0,00 atau signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05). Karena satu

–satunya pembeda dalam proses pembelajaran adalah perlakuan model

problem based learning, maka yang menyebabkan perbedaan nilai


79

posttest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah

perlakuan. Dari analisis hasil posttest pada kelas eksperimen yang

menggunakan model problem based learning dan kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran konvensional atau pembelajaran

pada umumnya, maka dapat diinterprestasikan bahwa model problem

based learning berpengaruh terhadap keaktifan peserta didik pada mata

pelajaran karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim.

D. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan

Berpikir Kristis Peserta didik

Untuk mengetahui pengaruh model problem based learning terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik maka akan digunakan uji

independent sampel t-test. Uji independent sampel t-test atau uji-t dilakukan

untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas secara parsial

terhadap variabel terikat. Pada kelas kontrol yang menggunakan model

konvensional dan kelas eksperimen yang menggunakan model problem based

learning. Perhitungan statistik uji independent sampel t-test dilakukan dengan

bantuan program SPSS, dengan pengambilan keputusan berdasarkan hasil

analisis jika nilai sig. hitung (probabilitas) <0,05 maka model problem based

learning memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik

dalam pembelajaran. Sebaliknya jika nilai sig. hitung (probabilitas) >0,05

maka model problem based learning tidak memiliki pengaruh terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran.


80

1. Hasil Perhitungan Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen.

Pada uji coba ini pretest diberikan kepada 50 peserta didik sebagai

kelas kontrol dan 50 peserta didik sebagai kelas eksperimen. Uji

kesamaan dua rata-rata pretest pada kelas kontrol dan eksperimen ini

adalah untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terkait

kemampuan berpikir kritis kedua kelas tersebut apakah memiliki

kesamaan atau tidak. Uji kesamaan dua rata-rata pretest ini

menggunakan uji independent sampel t-test. Dari hasil pretest yang

diberikan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel. 4.11
Mean Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Berpikir Kritis

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Berpikir_Kritis Kontrol 50 56.9600 3.20051 .45262
Eksperimen 50 56.9400 3.81410 .53939
81

Tabel. 4.12
Uji t Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Berpikir Kritis

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Berpikir_ Equal variances 1.643 .203 .028 98 .977 .02000 .70414 -1.37734 1.41734
Kritis assumed
Equal variances .028 95.132 .977 .02000 .70414 -1.37787 1.41787
not assumed

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui skor rata-rata (mean)

untuk pretest kelas kontrol 56,9 dan kelas eksperimen 56,9. Kemudian,

hasil dari penghitungan dengan uji t diperoleh nilai signifikansi

berdasarkan pada kolom asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,977 atau

signifikansi > 0,05 (0,977 > 0,05), dari perhitungan diatas dapat

diketahui bahwa nilai pretest yang dalam hal ini diwakili oleh nilai mata

kuliah desain pesan menunjukkan bahwa kemampuan awal pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol adalah sama. Dengan kata lain dapat

disimpulkan bahwa nilai pretest kemampuan berpikir kritis yang

diperoleh dari nilai mata pelajaran karakter kebangsaan yang telah

diberikan diketahui bahwa kemampuan awal pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen adalah sama.


82

Setelah dibuktikan bahwa kemampuan awal sama langkah

selanjutnya memberikan pembelajaran di kedua kelas tersebut dengan

materi, pengajar, sarana dan prasarana yang sama, satu – satunya

pembeda dalam pembelajaran di kedua kelompok tersebut adalah

perlakuan yaitu kelas kontrol menggunakan model konvensional

sedangkan kelas eksperimen menggunakan model problem based

learning.

2. Hasil Perhitungan Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik

Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen.

Setelah diketahui kemampuan awal sama, selanjutnya dilakukan

pembelajaran selama 4 hari dengan menggunakan model problem

based learning pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran

konvensional atau pembelajaran yang seperti biasanya selama ini

dilakukan pada kelas kontrol, selanjutnya diberi posttest pada kedua

kelas.

Data postest kemampuan berpikir kritis didapatkan dengan

menggunakan penilaian observasi dengan instrumen yang telah

disiapkan. Setelah data posttest kedua kelas terkumpul selanjutnya

dilakukan uji kesamaan dua rata-rata posttest pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

pemanfaatan model problem based learning yang telah digunakan. Uji

kesamaan dua rata-rata posttest ini menggunakan uji independent


83

sampel t-test. Dari hasil posttest yang diberikan untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel. 4.13
Mean Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Berpikir Kritis

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Berpikir_ Eksperimen 50 88.3600 3.44496 .48719
Kritis Kontrol 50 56.6600 2.66963 .37754

Tabel. 4.14
Uji t Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen
Data Berpikir Kritis

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
Sig. (2- Mean Std. Error of the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Berpikir_ Equal variances 3.357 .070 51.431 98 .000 31.70000 .61636 30.47686 32.92314
Kritis assumed
Equal variances 51.431 92.253 .000 31.70000 .61636 30.47591 32.92409
not assumed

Berdasarkan perhitungan mean pada tabel 4.13 diketahui skor

rata-rata (mean) untuk posttest kelas kontrol adalah 56,6 dan kelas

eksperimen 88,3. Kemudian, hasil dari penghitungan dengan uji t

diperoleh nilai signifikansi berdasarkan pada kolom asymp. Sig (2-


84

tailed) sebesar 0,00 atau signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05). Karena satu

–satunya pembeda dalam proses pembelajaran adalah perlakuan model

problem based learning, maka yang menyebabkan perbedaan nilai

posttest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah

perlakuan. Dari analisis hasil posttest pada kelas eksperimen yang

menggunakan model problem based learning dan kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran konvensional atau pembelajaran

pada umumnya, maka dapat diinterprestasikan bahwa model problem

based learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis

peserta didik pada mata pelajaran karakter kebangsaan di SPN Polda

Jatim
85

BAB V

PEMBAHASAN

Hasil yang disajikan dalam pembahasan ini adalah hasil penelitian yang

diperoleh berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dikemukakan. Dalam bab

ini dibahas hasil pengaruh penerapan model problem based learning dalam

meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan kedua

untuk mengetahui pengaruh penerapan model problem based learning dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam mata pelajaran

karakter kebangsaan materi Revolusi Industri 4.0. menuju Masyarakat 5.0.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan terhadap peserta didik polri SPN Polda Jatim

dengan jumlah keseluruhan subjek penelitian sebanyak 100 responden. Dalam bab

ini juga akan dibahas mengenai kajian-kajian atau temuan-temuan empirik terkait

dengan teori dan penelitian sebelumnya yang relevan tentang pengaruh model

problem based learning terhadap keaktifan dan berpikir kritis peserta didik pada

mata pelajaran karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim.

A. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Keaktifan Peserta

didik

Berdasarkan perhitungan (mean) pretest kelas eksperimen adalah 55,7

dan posttest kelas eksperimen adalah 88. Kemudian, hasil dari penghitungan

dengan analisis uji-t diperoleh nilai signifikansi berdasarkan pada kolom

asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,000 atau signifikansi < 0,05 (0,000< 0,05).

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa satu–satunya pembeda dalam


85
86

proses pembelajaran adalah perlakuan model problem based learning, maka

yang menyebabkan perbedaan nilai posttest kelas eksperimen adalah

perlakuan. Dari analisis hasil pretest kelas eksperimen yang menggunakan

pembelajaran konvensional atau pembelajaran pada umumnya dan analisis

hasil posttest pada kelas eksperimen yang menggunakan perlakuan model

problem based learning. Maka dapat disimpulkan bahwa model problem

based learning dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengkikuti

mata pelajaran karakter kebangsaan materi Revolusi Industri 4.0. menuju

Masyarakat 5.0 di SPN Polda Jatim.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian oleh

Wachrodin (2017) yang menyatakan bahwa keaktifan peserta didik

meningkat dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dari

hasil penelitian menunjukkan data diperoleh hasil bahwa keaktifan peserta

didik naik dari 30% menjadi 80,56% atau kenaikannya sebesar 50,56%.

Keaktifan dalam belajar merupakan unsur dasar yang penting bagi

keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan peserta didik dalam kegiatan

belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu

yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik yang aktif

ditandai dengan adanya komunikasi dua arah antara peserta didik dengan

pendidik atau peserta didik dengan peserta didik. Belajar yang berhasil mesti

melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat
87

sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,

melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis

(kejiwaan) adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau

banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat peserta didik aktif

jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya

(Rohani, 2004:6-7). Penelitian selanjutnya oleh Marzuki, dkk (2019) yang

menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

terbukti dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran.

Meningkatnya rata-rata nilai tersebut disebabkan karena peserta didik mudah

menyerap materi dengan metode belajar Problem Based Learning. Karena

model Problem Based Learning dapat merangsang keterbukaan pikiran serta

mendorong peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang lebih kritis dan

aktif. Metode Problem Based Learning juga memberikan tantangan pada

peserta didik sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan

menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. Berdasarkan hasil

observasi aktivitas peserta didik diperoleh informasi bahwa adanya

peningkatan dalam aktifitas listening, oral, emotional, visual, writing, motor,

mental, dan visual. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik mulai

memberikan respon yang positif terhadap pelajaran yang diikutinya. Baik

dalam mendengarkan dan memperhatikan materi belajar yang disampaikan,

ataupun dalam bertanya tentang materi yang belum dimengerti maupun

didalam mengemukakan pendapat. Dengan menggunakan metode belajar

Problem Based Learning peserta didik menjadi lebih mudah memahami


88

materi karena mereka diajak belajar melalui masalah-masalah yang timbul

dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Secara otomatis peserta

didik mendapat pengetahuan sekaligus cara menerapkannya.

Hal serupa juga dinyatakan dalam penelitian Khoiriyah, (2015), dalam

penelitianya menyimpulkan bahwa penerapan model Problem Based

Learning (PBL) dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada mata

pelajaran KKPI. Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap pertemuan, pada

siklus I pada pertemuan pertama rata-rata persentase keaktifan peserta didik

adalah 65,26% dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 69,91%. Pada

siklus II pertemuan pertama ratarata persentase keaktifan peserta didik adalah

75,54% dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 81,06%. Rata-rata

keaktifan belajar peserta didik per siklus meningkat dari 67,59% pada siklus

I menjadi 78,30% pada siklus II. Peningkatan keaktifan peserta didik pada

setiap pertemuan yang terbagi dalam dua siklus membuktikan bahwa

penerapan model pembelajaran PBL dapat digunakan sebagai alternatif

variasi model pembelajaran yang bisa digunakan, dengan tujuan agar bisa

mendorong peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran. Sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Mc Keachie (dalam Warsono, 2012: 8) salah satu

dimensi pembelajaran peserta didik aktif adalah partisipasi peserta didik

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terutama yang membentuk

interaksi antar murid.

Penggunaan model Problem Based Learning dalam proses

pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan bagi peserta didik


89

karena peserta didik lebih mengerti tentang hal-hal yang sering dialaminya

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, aktivitas ilmiah peserta didik

dalam proses pembelajaran akan berpengaruh pada pertumbuhan aspek

psikomotoriknya.

Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks

bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensial dari materi pelajaran. Pendidik dalam pembelajaran berbasis masalah

berperan dalam menyajikan masalah, memberikan pertanyaan, mengadakan

dialog, membantu menemukan masalah dan memberi fasilitas penelitian.

Selain itu pendidik juga menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat

meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual peserta didik (Sudarman,

2007). Çuhadaroðlu (dalam Akinoglu, 2007), model Problem Based Learning

dapat mengubah peserta didik dari menerima informasi pasif menjadi aktif

(student centered). Model ini memungkinkan peserta didik untuk

memperoleh pengetahuan baru dalam pemecahan masalah. Dalam Problem

Based Learning, sikap peserta didik seperti pemecahan masalah, berpikir,

bekerja kelompok, komunikasi dan informasi berkembang secara positif

(Akinoglu, 2007).

Berdasarkan penelitian Akinoglu (2007), Problem Based Learning

lebih mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dibandingkan dengan

model pembelajaran tradisional yang mana telah diterapkan di sekolah. Selain


90

itu, penelitian lain menyebutkan bahwa Problem Based Active Learning lebih

efektif dibandingkan dengan model klasik yang berbasis penemuan. Dalam

Problem Based Learning tampak bahwa banyak peserta didik yang menyukai

model ini. Hal ini disebabkan model Problem Based Learning dapat

meningkatkan keaktifan dan berpikir kritis dalam satu kelompok.

B. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Berpikir Kritis

Peserta didik

Berdasarkan perhitungan (mean) posttest kelas kontrol adalah 55,6 dan

posttest kelas eksperimen adalah 88,3. Kemudian, hasil dari penghitungan

dengan analisis uji-t diperoleh nilai signifikansi berdasarkan pada kolom

asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,000 atau signifikansi < 0,05 (0,000< 0,05).

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa satu–satunya pembeda dalam

proses pembelajaran adalah perlakuan model problem based learning, maka

yang menyebabkan perbedaan nilai posttest kelas eksperimen adalah

perlakuan. Dari analisis hasil pretest kelas eksperimen yang menggunakan

pembelajaran konvensional atau pembelajaran pada umumnya dan analisis

hasil posttest pada kelas eksperimen yang menggunakan perlakuan model

problem based learning. Maka dapat disimpulkan bahwa model problem

based learning dapat meningkatkan berpikir kritis peserta didik dalam

mengkikuti mata pelajaran karakter kebangsaan materi Revolusi Industri 4.0.

menuju Masyarakat 5.0 di SPN Polda Jatim.


91

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyorini (2011),

berdasarkan penelitiannya tentang penerpan model problem based learning

(PBL) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis menyatakan bahwa

hasil kemampuan berpikir kritis peserta didik mengalami peningkatan secara

signifikan antara kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based

Learning dan kelas kontrol yang menerapkan model DI dengan metode

ceramah. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas

eksperimen dikarenakan perubahan model pembelajaran yang mencakup

kegiatan untuk melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik. Model

pembelajaran Problem Based Learning mengajak peserta didik secara

langsung aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Sebab dalam model

Problem Based Learning terdapat 8 langkah yang dapat mengajak peserta

didik untuk turut aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan peserta didik

dalam proses pembelajaran dapat melatih kemampuan berpikir kritis peserta

didik. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model DI dengan metode

ceramah dimana model tersebut sering diterapkan pada saat pembelajaran

berlangsung. Dalam model DI ini peserta didik hanya mendengarkan

penjelasan dari pendidik, sehingga peserta didik bersifat pasif dalam

pembelajaran. Maka peserta didik dalam belajar hanya bersifat ingatan saja

tidak dapat mengaplikasikan konsep dalam dunia nyata. Sedangkan keaktifan

peserta didik itu sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, tetapi dalam

model DI keaktifan peserta didik tidak tampak karena pemebelajaran berpusat

pada hal ini yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada
92

kelas kontrol mendapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan kelas

eksperimen. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarman (2007) bahwa suatu

pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai

konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang berpikir kritis dan

ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi pelajaran. Hal senada dikemukakan oleh

Morales-Mann dan Kaitell dalam Yuan (2008) bahwa manfaat penggunaan

Problem Based Learning dapat meningkatkan pembelajaran otonomi,

berpikir kritis, pemecahan masalah dan keahl ian dalam berkomunikasi.

Selanjutnya dikemukakan bahwa pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis yaitu Problem Based Learning. Model Problem

Based Learning merupakan salah satu pendekatan yang menantang peserta

didik untuk mencari solusi suatu masalah dari dunia nyata yang dapat

diselesaikan secara berkelompok. Problem Based Learning mengarahkan

peserta didik untuk belajar mandiri sehingga dapat mengembangkan

keterampilan berpikir kritis dan dapat menganalisis masalah yang ada didunia

nyata (Yuan 2008). Selain itu berdasarkan pendapat Curry (dalam Sungur,

2006) mengatakan bahwa model Problem Based Learning dapat

menimbulkan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan baru yang berguna

untuk jangka panjang. Proses pembelajaran Problem Based Learning ditandai

dengan adanya masalah (dapat dimunculkan oleh peserta didik maupun

pendidik), kemudian peserta didik memperdalam pengetahuannya tentang

apa yang diketahui dan bagaimana untuk memecahkan masalah secara


93

berkelompok agar saling membantu sehingga mampu berkolaborasi dalam

memecahkan masalah. Melalui Problem Based Learning dengan anggota

kelompok yang heterogen memungkinkan peserta didik untuk saling bertukar

pikiran, bekerjasama untuk memecahkan masalah yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian penerapan PBL

juga membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir

kritis. Berbeda halnya pada model DI peserta didik tidak diberikan masalah,

tetapi peserta didik hanya diberi penjelasan saja sedangkan peserta didik

hanya menulis saja apa yang dikatakan oleh pendidik maka peserta didik

hanya m endapatkan pengetahuan yang kurang mengembangkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Senocak

(Akinoglu 2007) mengatakan bahwa model Problem Based Learning lebih

efektif apabila dibandingkan model tradisional sebab model Problem Based

Learning lebih menerapkan pembelajaran konsep, proses dan pemecahan

masalah dalam dunia bagi peserta didik.

Pembelajaran berbasis masalah secara langsung banyak menghasilkan

kelebihan dan rekomendasi, Duch et. al. (2001) mengidentifikasi sebagai

berikut: (1) berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis dan memecahkan

yang kompleks, masalah nyata, (2) mencari, mengevaluasi, dan

menggunakan sumber daya yang tepat belajar, (3) bekerja secara kooperatif

dalam tim dan kelompok-kelompok kecil, (4) mendemonstrasikan

keterampilan komunikasi serbaguna dan efektif, baik lisan dan tertulis, (5)

menggunakan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang diperolehnya


94

untuk memecahkan masalah selanjutnya. Ibrahim dan Nur (dalam Nurdin,

2016) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan

salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang

berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam situasi yang berorientasi pada

masalah yang nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Tan

(2013) menegaskan bahwa perkembangan kecerdasan dalam pemecahan

masalah dan kompetensi untuk pemecahan masalah secara kreatif merupakan

tujuan penting dari Problem Based Learning. Hal ini membutuhkan pendidik

untuk mengarahkan dalam banyak proses pemikiran baik kognitif dan

metakognitif. Adapun proses yang menyangkut keterlibatan dari masalah

meliputi: klarifikasi masalah, definisi masalah dan reframing, analisis

masalah, ringkasan masalah dan sintesis. Duch et. al. (2001) menegaskan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analisis, memecahkan masalah

yang kompleks ataupun masalah nyata dalam keseharian, bekerja sama dalam

kelompok, dan menunjukkan keterampilan komunikasi yang efektif baik lisan

maupun tulisan. Hal tersebut dikuatkan dengan hasil penelitian Yuan, et.al.

(2009) yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Problem Based

Learning mampu meningkatkan kemampuan critical thinking daripada

pembelajaran dengan menggunakan literatur.

Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dimulai dengan

adanya masalah, kemudian peserta didik memperdalam pengetahuan tentang

apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu diketahui untuk
95

memecahkan masalah tersebut. Penerapan model Problem Based Learning

dalam pembelajaran secara nyata peneliti melihat kreatifitas dan

kemandiriaan belajar peserta didik dalam memecahkan masalah yang

dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan melalui kerja

kelompok dengan sangat baik. Peserta didik lebih leluasa dalam penyampaian

ide dan pendapat serta kerja sama peserta didik terlihat sangat baik didalam

diskusi yang terjadi. Konsep konstruktivisme dalam pembelajaran

menjelaskan bahwa peserta didik mampu menyusun dan membangun

pengetahuannya sendiri melalui proses pembelajaran maka pengetahuan yang

dimiliki peserta didik akan diingat dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Temuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujana, dkk.

(2016) dalam penelitiannya menunjukkan pembelajaran IPA dengan

menggunakan Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi peserta didik. Jadi dengan menerapkan model

pembelajaran problem based learning mengkondisikan peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan berpikir setahap demi setahap mulai dari

mendefinisikan masalah, mencari data, menganalisis, kemudian

menyuguhkan alternatif. Hal ini merangsang peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan berpikir analisis dan evaluasinya atau berpikir

tingkat tinggi, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif.


96

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan data yang diperoleh selama proses penelitian dan uji coba

model problem based learning untuk mengetahui pengaruh terhadap

keaktifan dan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran karakter

kebangsaan di SPN Polda Jatim, maka dapat diambil simpulan sebagai

berikut:

1. Ada pengaruh model problem based learning terhadap keaktifan

peserta didik. Hal ini diketahui dari hasil uji t antara X1 dan Y

berdasarkan kolom signifikansi asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,00 atau

signifikansi < 0,05. Dengan demikian terdapat pengaruh model problem

based learning terhadap keaktifan peserta didik pada mata pelajaran

karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim.

2. Ada pengaruh model problem based learning terhadap berpikir kritis

peserta didik. Hal ini diketahui dari hasil uji t antara X2 dan Y

berdasarkan kolom signifikansi asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,00 atau

signifikansi < 0,05. Dengan demikian terdapat pengaruh model problem

based learning terhadap berpikir kritis peserta didik pada mata

pelajaran karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim.

96
97

B. Saran

Saran yang dikembangkan berkaitan dengan pengaruh penerapan

model problem based learning untuk mengetahui pengaruh terhadap

keaktifan dan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran karakter

kebangsaan di SPN Polda Jatim, dipaparkan dalam tiga hal yaitu: saran

pemanfaatan, saran diseminasi, dan saran pengembangan lebih lanjut.

1. Saran Pemanfaatan

Saran pemanfaatan model problem based learning pada mata pelajaran

karakter kebangsaan di SPN Polda Jatim adalah sebagai berikut:

a. Model problem based learning yang diterapkan memberikan

dampak yang positif dalam meningkatkan keaktifan dan berpikir

kritis peserta didik. Untuk itu para pendidik atau pendidik dapat

menggunakan model pembelajaran ini pada materi-materi yang

memiliki konsep keaktifan dan berpikir kritis di dalamnya.

b. Model problem based learning ini dapat digunakan di sekolah

yang menjadi objek penelitian maupun di setiap lembaga

pendidikan. Penyebaran model ini harus tetap memperhatikan

karakteristik peserta didik agar penyebarannya tepat sasaran dan

bermanfaat.

c. Pembelajaran yang menerapkan model problem based learning

dapat dijadikan alternatif pembelajaran di SPN Polda Jatim

karena dapat menjadikan pengalaman dan sangat bermakna bagi

peserta didik dalam membangun pengetahuan melalui keaktifan


98

dan berpikir kritis berdasarkan apa yang dialami oleh peserta

didik yang dapat diterapkan dalam kehidupannya.

d. Model model problem based learning ini adalah model

pembelajaran yang di terapkan pendidik dalam menyampaikan

materi pembelajaran pada mata pelajaran karakter kebangsaan.

Model ini juga dapat dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain

yang memiliki karakteristik serupa.

2. Saran Penelitian Lebih Lanjut

a. Dalam penelitian selanjutnya tentang model problem based

learning hendaknya dilakukan evaluasi secara terus-menerus

karena perkembangan ilmu pengetahuan cepat berubah. Evaluasi

dilakukan supaya pengembangan model pembelajaran tetap

relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, namun juga

harus tetap mengacu pada standar kurikulum yang ditetapkan

pemerintah.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan materi

lebih lengkap untuk keseluruhan kompetensi yang diharapkan.

Sekaligus sebagai khasanah ilmu dan referensi dalam

mengembangkan desain penelitian yang dimanfaatkan dalam

dunia pendidikan.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang

sama dengan populasi yang lebih luas dari penelitian ini, selain
99

itu diharapkan tidak hanya memperhatikan terhadap aspek

kognitif saja, tetapi juga memperhatikan aspek afektif dan

psikomotorik yang memiliki pengaruh dalam menentukan

prestasi belajar peserta didik.


100

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Akinoglu, O. dan Tandogan, R. (2007). “The Effect of Problem-Based–Learning


in Science Education on Students Academic Achievement, Attitude and
Concept Learning”. Eurasia Jurnal of Mathematics, Science and
Technology Education. 3(1):71-81.

Alvino, J. (1990). A Glossary of Thinking Skills Terms Learning

Amir, M. Taufiq. (2012). Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi. Jakarta:


Rajawali

Anurraman. (2009). Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Arends, Richard. (2007). Learning to Teach. Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Arends, R.I. (2008). Belajar Untuk Mengajar. Edisi Ketujuh/Buku Dua. Terj.
Helly Prajitno Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Barbara, Seels, dan Richey, R. C. (1994). Instructional Technology: The


Definition and Domain of the Field. Washington: AECT.

Barret, T. (2005). Understanding Problem Based Learning. Handbook of Enquiry


and Problem-based Learning: Irish Case Studies and International
Perspectives. AISHE READINGS.

Carlson, J., and D. Schodt. (1995). Beyond the Lecture: Case Teaching and the
Learning of Economic Theory,” Journal of Economic Education, 55, 17–
28.
101

Celik, Serkan., Yasemin, DC, & Tulin, H. (2012). Reflection of Prospektive


Teacher Regarding Case Based Learning. Turkish Online Journal of
Qualitative Inquiry, 3 (4), 13-23.

Duch, B,.J et al. (2001). The power of problem-based learning. Sterling: Stylus
Publishing

Eka Septia, dkk. (2019). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika
Unila. 7 (2) 146-157
Ennis, R.H. (1996). Critical Thinking, New Jersey. Prentice. Hall. Inc

Facione, P. (2011). Think Critically. Prentice Hall.


Gayatri, I. G. A. S., Jekti, D. S. D., & Jufri, A. W. (2013). Efektifitas
pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan strategi kooperatif terhadap
kemampuan menyelesaikan masalah dan hasil belajar kognitif biologi
ditinjau dari kemampuan akademik awal siswa kelas X SMA Negeri 3
Mataram. Jurnal Pijar Mipa, 8(2)

Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani

Ihsan. F. (2005). Dasar-dasar Pendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Jacobsen. (2009). Method for Teaching. Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Januszewski & Molenda. (2008). Educational Technology: A Definition with


Commentary. New York: Routledge.

Johnson, E. (2011). CTL: Contextual Teaching & Learning. Bandung: Kaifa

Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor: Kep/2463/XII/2020


tanggal 22 Desember 2020 tentang Program Pendidikan dan Pelatihan
Kepolisian Negara Republik Indonesia Tahun Anggaran 2021

Kurniawati, A., & Suryadarma, I. G. P. (2015). Penyusunan Media Pembelajaran


Berbantuan Komputer Untuk PBL dan Keefektifannya Terhadap CTS
Peserta Didik SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(1), 57-64.
102

Mahmud, N. & Samad, R. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis


Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa SD Kelas IV
SD 48 Kota Ternate. Jurnal Pendidikan, 13(2): 508-5016.
Mainali, B.P. (2011). Critical Thinking for Quality Education. Academic Voices
A Multidisciplininary Journal Volume 1, No. 1, 2011

McGregor Debra. (2007). Developing Thinking Developing Learning. New York:


Open University Press

Moleong, Lexy J. (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya,

Mustaji. (2009). "Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif".


Beyer:Critical Thinking. Sosial education

Pandu Y, Leonardus Baskoro. (2013). Penerapan Model Prablem Based Learning


(PBL) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada
Pelajaran Komputer (KK6) di SMK Negeri 1 Wonosari Yogyakarta.
Jurnal: Universitas Negeri Yogyakarta.

Retnowati, Tri Hartiti. (2006). Penyusunan Materi Pembelajaran Mata Pelajaran


Seni Rupa Berdasar Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah
Pertama. Yogyakarta: UNY

Rizqiana, N.,Hidayat, Arif, dan H.Koes,.Soepriyono., (2015), Pengaruh


Pembelajaran Fisika Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap
Kamampuan Literasi Sains Siswa Ditinjau dari Kemampuan Awal.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI Jateng & DIY, 196-199

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Rupika & Darmawan, H. (2018). Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Sains


Teknologi Masyarakat dan Model Problem Based Learning Ditinjau dari
Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Listrik Dinamis di Kelas X SMA
Negeri 1 Boyan Tanjung. Jurnal Pendidikan Sains dan Aplikasinya, 1(1):
22-26.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme


Guru Edisi Kedua). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
103

Sadia, I Wayan. (2014). Model- Model Pembelajaran Sains KonstruktiVAistik.


Yogyakarta. Graha Ilmu.

Sahyar & Fitri, R.Y. (2017). “The Effect of Problem-Based Learning Model (PBL)
and Adversity Quotient (AQ) on Problem-Solving Ability”. American
Journal of Educational Research, 5(2):179-183.

Sanjaya, Wina. (2009). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses


pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock, John W. (2010). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.

Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada

Sihotang, Kasdin. (2012). Critical Thinking. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

Suastra. I.W. (2010). Model Pembelajaran Sains berbasis Budaya Lokal untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan lokal di SMP.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 43 (2), 8-16.

Sudarman. (2007). Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran untuk


Mengembangkan Kemampuan Memecahkan Masalah, Jurnal Pendidikan
Inovatif. 2(2)

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Statistik Untuk Penelitian, cet XII. Bandung: Alfabeta

Sulaiman, Haji, A. G., & Syukri, M. Pengaruh Model Problem Based Learning
Berbantuan Information Technology terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
104

pada Materi Fluida Statis. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, 9(2): 49-
64.

Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran: Teori Aplikasi. Yogyakarta:


Ar Russ Media

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Media.

Suriana Suriana, A. Halim, Mursal Mursal. (2016). Penerapan Model Problem


Based Learning (Pbl) Berbasis Eksperimen Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Usaha Dan Energi Ditinjau Dari Gaya Berpikir Siswa
Di Man Rukoh Banda Aceh. Jurnal Pendidikan sains.

Suyanto. (2008). Model Pembelajaran Problem Based Learning. Jakarta:


Grafindo

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rhineka


Cipta

Tarhan, L., Ayar-Kayali, H., Urek, R. O. dan Acar, B. (2008). Problem Based
Learning in 9th Grade Chemistry Class : Intermolecular Forces.Reasearc
in Science Education. 38(3):285-300.

Tiarawati, N. (2014). Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning


(PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kriti Siswa. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan


Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Utomo, T., Wahyuni, D., & Hariyadi, S. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Pemahaman
Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Siswa Kelas VIII Semester
Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Ajaran
2012/2013). Jurnal Edukasi, 1(1), 5-9

Wachrodin. (2017). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Keaktifan


Siswa melalui Model Problem Based Learning (PBL) dengan Penugasan
Berstruktur. Jurnal Penelitian Pendidikan, 34(1), 85–94.
105

Warsono & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Rosdakarya

Wisudawati, A. W. & Sulisyowati, E. (2017). Metodologi Pembelajaran IPA.


Jakarta: Bumi Aksara.

Wulandari, Dyah Ayu. (2013). Penerapan Desain Pembelajaran Kimia Berbasis


Brain Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Hasil Belajar Siswa SMA N 1 Tengaran.

Wulandari, B., dan Surjono, H. D. (2013). Pengaruh Problem Based Learning


terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK.
Jurnal Pendidikan Vokasi. 3(2):178-191

Yew, E.H.J., Chng, e., Schmidt, H.G. (2011). Is learning in problem-based


learning cumulative?. Adv in Health Sci Educ, 16(2), 449-464.
106

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Nama Sekolah : SPN Polda Jatim


Kode : Bintara Polri – II.B.03.f
Mata Pelajaran : Karakter Kebangsaan
Materi : Revolusi Industri 4.0 menuju Masyarakat
5.0
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan Ke : 1 (Satu)

A. Standar Kompetensi
Memahami era revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0.

B. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti perkuliahan ini, peserta didik diharapkan dapat memahami
konsep revolusi industri era 4.0 menuju masyarakat 5.0

C. Indikator Hasil Belajar


1. Menjelaskan pengertian revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0;
2. Menjelaskan sejarah Revolusi Industri 4.0 menuju masyarakat 5.0;
3. Menjelaskan karakteristik revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0;
4. Menjelaskan prinsip Revolusi Industri

D. Tujuan Perkuliahan
1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian revolusi industri 4.0
menuju masyarakat 5.0
2. Peserta didik mampu menjelaskan sejarah revolusi Industri 4.0 menuju
masyarakat 5.0
3. Peserta didik mampu menjelaskan karakteristik revolusi industri 4.0
menuju masyarakat 5.0
107

4. Peserta didik mampu menjelaskan prinsip revolusi Industri 4.0 menuju


masyarakat 5.0

E. Materi Perkuliahan
Materi permasalahan revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0 (Terlampir)

F. Model/Strategi
Problem based learning

G. Langkah-langkah Perkuliahan
Alokasi
Tahap Uraian Kegiatan Pembelajaran
Waktu

(1) (2) (3)

- Pendidik membuka perkuliahan dengan 15’


menyampaikan tujuan perkuliahan yang ingin dicapai.
- Pendidik menanyakan kepada peserta didik tentang
Pendahuluan beberapa hal yang menyangkut tentang
materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik tentang
materi revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0

Fase 1 orientasi pada masalah 60’


- Pendidik menyampaikan permasalahan untuk
didiskusikan tentang revolusi industri 4.0 menuju
masyarakat 5.0 baik secara teoritis maupun
praktik, yaitu Polri katalis: Mengarahkan
ketimbang mengayuh ( memisahkan atara
pemberian kebijakan dengan pelayanan)
Kegiatan Fase 2 mengorganisasikan
Inti - Pendidik membagi kelas dalam 4 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 5 peserta didik.
- Peserta didik menyelidiki dan menguji semua hal
yang memungkinkan dari pengetahuan barunya
melalui bahan ajar cetak.
- Pendidik memonitor aktivitas peserta didik dalam
diskusi kelompok.
- Pendidik memberikan lembar kerja mengenai
permasalahan kepada peserta didik
108

- Peserta didik mengkonstruk sendiri


pengetahuannya melalui bahan ajar cetak tentang
permasalahan revolusi industri 4.0 menuju
masyarakat 5.0 baik secara teoritis maupun
praktik.
- Peserta didik melakukan penjelasan dan solusi
berdasarkan kepada hasil observasinya.
Fase 3 Membimbing penyelidikan baik personal maupun
kelompok
- Pendidik memberikan kesempatan untuk
mengkomunikasikan dan mengilustrasikan
pemahamannya tentang revolusi industri 4.0
menuju masyarakat 5.0.
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil belajar
- Peserta didik mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang revolusi
industri 4.0 menuju masyarakat 5.0.
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Pendidik memberikan konfirmasi tentang hasil
atau kesimpulan yang benar tentang revolusi
industri 4.0 menuju masyarakat 5.0

- Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta 15’


didik untuk bertanya mengenai materi yang
kurang dimengerti.
Penutup - Pendidik menutup kegiatan perkuliahan dengan
mengingatkan kepada peserta didik untuk aktif
dalam pembelajaran pada bahasan pertemuan
selanjutnya serta memberikan tugas.

H. Sumber Belajar
Alat/Media: Laptop, LCD
Referensi :
1. Farid Ahmadi, S.Kom, M.Kom., Ph.D dan Hamidullah Ibda, M.Pd. 2020.
Konsep dan aplikasi literasi baru diera revolusi 4.0 dan society 5.0.
Semarang: CV. Pilar Nusantara
2. Al Muchtar, Suwarma. 2007. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(Dalam Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan). Bandung: PT Imperial Bhakti
3. Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika
Di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
4. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter
Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional
109

I. Penilaian

Model penilaian yang digunakan adalah desain pretest dan posttest. Soal
pretest dan posttest berupaya untuk mengecek pemahaman awal dan akhir
peserta didik berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.
110

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Nama Sekolah : SPN Polda Jatim


Kode : Bintara Polri – II.B.03.f
Mata Pelajaran : Karakter Kebangsaan
Materi : Dampak revolusi industri 4.0 terhadap
kehidupan masyarakat
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan Ke : 2 (Dua)

A. Standar Kompetensi
Memahami era revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0.

B. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti perkuliahan ini, peserta didik diharapkan dapat memahami
dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap kehidupan masyarakat.

C. Indikator Hasil Belajar


1. Menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap penggunaan
teknologi;
2. Menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap pengembangan
sains.

D. Tujuan Perkuliahan
1. Peserta didik mampu menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap
penggunaan teknologi;
2. Peserta didik mampu menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap
pengembangan sains.
111

E. Materi Perkuliahan
Materi permasalahan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap kehidupan
masyarakat (Terlampir)
F. Model/Strategi
Problem based learning

G. Langkah-langkah Perkuliahan
Alokasi
Tahap Uraian Kegiatan Pembelajaran
Waktu

(1) (2) (3)

- Pendidik membuka perkuliahan dengan 15’


menyampaikan tujuan perkuliahan yang ingin dicapai.
Pendidik menanyakan kepada peserta didik tentang
beberapa hal yang menyangkut tentang
Pendahuluan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik tentang
materi dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap
kehidupan masyarakat

Fase 1 orientasi pada masalah 60’


- Pendidik menyampaikan permasalahan untuk
didiskusikan tentang dampak Revolusi Industri
4.0 terhadap kehidupan masyarakat. (Untuk
mencapai atau berorientasi pada hasil maka Polri
perlu atau hrus melaksanakan pengukuran kinerja
atau hasil yang dicapai ataupun yang akan
dicapai)

Kegiatan
Inti Fase 2 mengorganisasikan
- Pendidik membagi kelas dalam 4 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 5 peserta didik.
- Peserta didik menyelidiki dan menguji semua hal
yang memungkinkan dari pengetahuan barunya
melalui bahan ajar cetak.
- Pendidik memonitor aktivitas peserta didik dalam
diskusi kelompok.
- Pendidik memberikan lembar kerja mengenai
permasalahan kepada peserta didik
- Peserta didik mengkonstruk sendiri
112

pengetahuannya melalui bahan ajar cetak tentang


permasalahan dampak Revolusi Industri 4.0
terhadap kehidupan masyarakat
- Peserta didik melakukan penjelasan dan solusi
berdasarkan kepada hasil observasinya.
Fase 3 Membimbing penyelidikan baik personal maupun
kelompok
- Pendidik memberikan kesempatan untuk
mengkomunikasikan dan mengilustrasikan
pemahamannya tentang dampak Revolusi Industri
4.0 terhadap kehidupan masyarakat
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil belajar
- Peserta didik mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang dampak
Revolusi Industri 4.0 terhadap kehidupan
masyarakat
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Pendidik memberikan konfirmasi tentang hasil
atau kesimpulan yang benar tentang dampak
Revolusi Industri 4.0 terhadap kehidupan
masyarakat

- Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta 15’


didik untuk bertanya mengenai materi yang
kurang dimengerti.
Penutup - Pendidik menutup kegiatan perkuliahan dengan
mengingatkan kepada peserta didik untuk aktif
dalam pembelajaran pada bahasan pertemuan
selanjutnya serta memberikan tugas.

H. Sumber Belajar
Alat/Media: Laptop, LCD
Referensi :
1. Farid Ahmadi, S.Kom, M.Kom., Ph.D dan Hamidullah Ibda, M.Pd. 2020.
Konsep dan aplikasi literasi baru diera revolusi 4.0 dan society 5.0.
Semarang: CV. Pilar Nusantara
2. Al Muchtar, Suwarma. 2007. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(Dalam Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan). Bandung: PT Imperial Bhakti
3. Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika
Di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
4. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter
Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional
113

I. Penilaian

Model penilaian yang digunakan adalah desain pretest dan posttest. Soal
pretest dan posttest berupaya untuk mengecek pemahaman awal dan akhir
peserta didik berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.
114

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Nama Sekolah : SPN Polda Jatim


Kode : Bintara Polri – II.B.03.f
Mata Pelajaran : Karakter Kebangsaan
Materi : Dampak revolusi industri 4.0 terhadap
kehidupan masyarakat
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan Ke : 3 (Tiga)

A. Standar Kompetensi
Memahami era revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0.

B. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti perkuliahan ini, peserta didik diharapkan dapat memahami
dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap kehidupan masyarakat.

C. Indikator Hasil Belajar


1. Menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap tatanan kehidupan
masyarakat;
2. Menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap bentuk kejahatan
dalam masyarakat.

D. Tujuan Perkuliahan
1. Peserta didik mampu menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap
tatanan kehidupan masyarakat;
2. Peserta didik mampu menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap
bentuk kejahatan dalam masyarakat.
115

E. Materi Perkuliahan
Materi permasalahan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap kehidupan
masyarakat (Terlampir)

F. Model/Strategi
Problem based learning

G. Langkah-langkah Perkuliahan
Alokasi
Tahap Uraian Kegiatan Pembelajaran
Waktu

(1) (2) (3)

- Pendidik membuka perkuliahan dengan 15’


menyampaikan tujuan perkuliahan yang ingin dicapai.
Pendidik menanyakan kepada peserta didik tentang
beberapa hal yang menyangkut tentang
Pendahuluan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik tentang
materi dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap
kehidupan masyarakat

Fase 1 orientasi pada masalah 60’


- Pendidik menyampaikan permasalahan untuk
didiskusikan tentang dampak Revolusi Industri
4.0 terhadap kehidupan masyarakat. Polri harus
melakukan manajemen kinerja (performance
management ) pada pelaksanaan tugas atau
pekerjaan polri untuk menciptakan pemahaman
bersama mengenai apa yang harus dicapai dan
Kegiatan bagaimana hal itu dicapai serta bagaimana
Inti mengatur orang dengan cara yang dapat
meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan.
Fase 2 mengorganisasikan
- Pendidik membagi kelas dalam 4 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 5 peserta didik.
- Peserta didik menyelidiki dan menguji semua hal
yang memungkinkan dari pengetahuan barunya
melalui bahan ajar cetak.
- Pendidik memonitor aktivitas peserta didik dalam
diskusi kelompok.
116

- Pendidik memberikan lembar kerja mengenai


permasalahan kepada peserta didik
- Peserta didik mengkonstruk sendiri
pengetahuannya melalui bahan ajar cetak tentang
permasalahan dampak Revolusi Industri 4.0
terhadap kehidupan masyarakat
- Peserta didik melakukan penjelasan dan solusi
berdasarkan kepada hasil observasinya.
Fase 3 Membimbing penyelidikan baik personal maupun
kelompok
- Pendidik memberikan kesempatan untuk
mengkomunikasikan dan mengilustrasikan
pemahamannya tentang dampak Revolusi Industri
4.0 terhadap kehidupan masyarakat
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil belajar
- Peserta didik mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang dampak
Revolusi Industri 4.0 terhadap kehidupan
masyarakat
Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Pendidik memberikan konfirmasi tentang hasil
atau kesimpulan yang benar tentang dampak
Revolusi Industri 4.0 terhadap kehidupan
masyarakat

- Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta 15’


didik untuk bertanya mengenai materi yang
kurang dimengerti.
Penutup - Pendidik menutup kegiatan perkuliahan dengan
mengingatkan kepada peserta didik untuk aktif
dalam pembelajaran pada bahasan pertemuan
selanjutnya serta memberikan tugas.

H. Sumber Belajar
Alat/Media: Laptop, LCD
Referensi :
1. Farid Ahmadi, S.Kom, M.Kom., Ph.D dan Hamidullah Ibda, M.Pd. 2020.
Konsep dan aplikasi literasi baru diera revolusi 4.0 dan society 5.0.
Semarang: CV. Pilar Nusantara
2. Al Muchtar, Suwarma. 2007. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(Dalam Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan). Bandung: PT Imperial Bhakti
117

3. Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika
Di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
4. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter
Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional

I. Penilaian

Model penilaian yang digunakan adalah desain pretest dan posttest. Soal
pretest dan posttest berupaya untuk mengecek pemahaman awal dan akhir
peserta didik berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.
118

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Nama Sekolah : SPN Polda Jatim


Kode : Bintara Polri – II.B.03.f
Mata Pelajaran : Karakter Kebangsaan
Materi : Dampak revolusi industri 4.0 terhadap
tugas kepolisian
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
Pertemuan Ke : 4 (Empat)

A. Standar Kompetensi
Memahami era revolusi industri 4.0 menuju masyarakat 5.0.

B. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti perkuliahan ini, peserta didik diharapkan dapat memahami
dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap tugas kepolisian.

C. Indikator Hasil Belajar


1. Menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap pola pikir Polri
dalam pelaksanaan tugas;
2. Menjelaskan pemanfaatan teknologi dalam pelaksanaan tugas kepolisian.

D. Tujuan Perkuliahan
1. Peserta didik mampu menjelaskan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap
pola pikir Polri dalam pelaksanaan tugas
2. Peserta didik mampu menjelaskan pemanfaatan teknologi dalam
pelaksanaan tugas kepolisian.

E. Materi Perkuliahan
Materi permasalahan dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap tugas kepolisian.
(Terlampir)
119

F. Model/Strategi
Problem based learning

G. Langkah-langkah Perkuliahan
Alokasi
Tahap Uraian Kegiatan Pembelajaran
Waktu

(1) (2) (3)

- Pendidik membuka perkuliahan dengan 15’


menyampaikan tujuan perkuliahan yang ingin dicapai.
Pendidik menanyakan kepada peserta didik tentang
beberapa hal yang menyangkut tentang
Pendahuluan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik tentang
materi dampak dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap
tugas kepolisian.

Fase 1 orientasi pada masalah 60’

- Pendidik menyampaikan permasalahan untuk


didiskusikan tentang dampak dampak Revolusi
Industri 4.0 terhadap tugas kepolisian. Polri milik
masyarakat yaitu Ide/ gagasan bahwa Polisi
semestinya tidak hanya menanggapi peristiwa-
peristiwa kriminal, tetapi juga membantu warga
memecahkan berbagai masalah yang
menyebabkan timbulnya kejahatan

Kegiatan Fase 2 mengorganisasikan


Inti - Pendidik membagi kelas dalam 4 kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 5 peserta didik.
- Peserta didik menyelidiki dan menguji semua hal
yang memungkinkan dari pengetahuan barunya
melalui bahan ajar cetak.
- Pendidik memonitor aktivitas peserta didik dalam
diskusi kelompok.
- Pendidik memberikan lembar kerja mengenai
permasalahan kepada peserta didik
- Peserta didik mengkonstruk sendiri
pengetahuannya melalui bahan ajar cetak tentang
permasalahan dampak Revolusi Industri 4.0
terhadap tugas kepolisian.
120

- Peserta didik melakukan penjelasan dan solusi


berdasarkan kepada hasil observasinya.
Fase 3 Membimbing penyelidikan baik personal maupun
kelompok
Pendidik memberikan kesempatan untuk
mengkomunikasikan dan mengilustrasikan
pemahamannya tentang dampak dampak Revolusi
Industri 4.0 terhadap tugas kepolisian.
Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil belajar
- Peserta didik mengkomunikasikan dan
mengilustrasikan pemahamannya tentang dampak
Revolusi Industri 4.0 terhadap tugas kepolisian.

Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan


masalah.
Pendidik memberikan konfirmasi tentang hasil atau
kesimpulan yang benar tentang dampak Revolusi
Industri 4.0 terhadap tugas kepolisian.

- Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta 15’


didik untuk bertanya mengenai materi yang
kurang dimengerti.
Penutup - Pendidik menutup kegiatan perkuliahan dengan
mengingatkan kepada peserta didik untuk aktif
dalam pembelajaran pada bahasan pertemuan
selanjutnya serta memberikan tugas.

H. Sumber Belajar
Alat/Media: Laptop, LCD
Referensi :
1. Farid Ahmadi, S.Kom, M.Kom., Ph.D dan Hamidullah Ibda, M.Pd. 2020.
Konsep dan aplikasi literasi baru diera revolusi 4.0 dan society 5.0.
Semarang: CV. Pilar Nusantara
2. Al Muchtar, Suwarma. 2007. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(Dalam Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan). Bandung: PT Imperial Bhakti
3. Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan Etika
Di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
4. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter
Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional
121

I. Penilaian

Model penilaian yang digunakan adalah desain pretest dan posttest. Soal
pretest dan posttest berupaya untuk mengecek pemahaman awal dan akhir
peserta didik berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.
122

INSTRUMEN WAWANCARA
STUDI PENDAHULUAN BAGI PENDIDIK

A. Petunjuk :

1. Mohon Bapak / Ibu berkenan memberikan jawaban atas pertanyaan-


pertanyaan pada tempat yang telah disediakan.
2. Masukan dan saran dari bapak/ibu akan memberikan kontribusi untuk
pembelajaran

B. Pertanyaan untuk Pendidik Pengampu Mata Pelajaran Karakter


Kebangsaan

1. Sudah berapa lama bapak/ibu mengajar Mata Pelajaran Karakter


Kebangsaan?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2. Kesulitan apa yang dihadapi peserta didik selama ini untuk mencapai
tujuan pembelajaran?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

3. Strategi, metode atau model apa yang sudah bapak/ibu gunakan dalam
proses pembelajaran?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
123

4. Apakah bapak/ibu pernah menggunakan model lain dalam pembelajaran


Mata Pelajaran Karakter Kebangsaan?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

5. Apakah bapak/ibu selalu menyampaikan tentang RPP kepada peserta


didik?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

6. Referensi / bahan ajar apa yang sudah bapak/ibu gunakan dalam Mata
Pelajaran Karakter Kebangsaan?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

C. Pendapat Pendidik tentang Keaktifan Peserta didik dalam Pembelajaran

1. Bagaimana keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Mata


Pelajaran Karakter Kebangsaan?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

2. Apakah model/metode pembelajaran yang Bapak/Ibu terapkan selama ini


menumbuhkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
124

3. Langkah-langkah apa saja yang Bapak/Ibu lakukan dalam upaya


meningkatkan keaktifan belajar peserta didik?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

4. Kesulitan apa saja yang Bapak/Ibu rasakan meningkatkan keaktifan


peserta didik dalam mengikuti pembelajaran?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

D. Pendapat Pendidik tentang Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik


1. Apakah kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan model
pembelajaran yang digunakan selama ini sudah baik?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

2. Apakah peserta didik memahami materi yang bapak/ibu sampaikan dengan


model pembelajaran yang di gunakan selama ini?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................

3. Bagaimana kualitas kemampuan berpikir kritis dengan penerapan model


pembelajaran yang digunakan selama ini?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
125

INSTRUMEN WAWANCARA
STUDI PENDAHULUAN BAGI PESERTA DIDIK

1. Apakah pendidik sudah memaparkan tentang RPP kepada Anda di awal


pembelajaran?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

2. Apa yang Anda inginkan dari Mata Pelajaran Karakter Kebangsaan?


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

3. Apa yang Anda pahami tentang Karakter Kebangsaan?


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

4. Materi apa yang Anda rasa sangat sulit dipahami pada Mata Pelajaran Karakter
Kebangsaan?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

5. Apakah Anda dapat mengerjakan tugas dengan baik?


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
126

6. Apakah model pembelajaran yang digunakan pendidik selama ini sudah tepat?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

7. Apakah pendidik sudah memberikan evaluasi terhadap hasil belajar Anda?


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

8. Bentuk evaluasi seperti apa yang sudah diberikan pendidik Anda ?


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
127

INSTRUMEN VALIDASI RPP


OLEH AHLI DESAIN PEMBELAJARAN

Nama
Jabatan
Lembaga

A. Petunjuk Pengisian

1. Mohon memberikan penilaian yang sesuai menurut penilaian


Bapak/Ibu dengan memberi tanda (√) pada kolom penilaian yang telah
disediakan.
2. Jika ada masukan, saran dan perbaikan, mohon menuliskan komentar
dan saran perbaikan yang telah disediakan.
3. Ketentuan pilihan dengan melihat pedoman penilaian 1-4 sebagai
berikut:
1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Baik
4 = Sangat Baik
4. Atas kesediaan Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.

B. Pertanyaan

Penilaian
Aspek Indikator
1 2 3 4
Kejelasan Standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar.
Kesesuaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar (KD) dengan tujuan
Format pembelajaran.
Penyusunan
Ketepatan penjabaran kompetensi dasar ke
RPP
dalam indicator
Kesesuaian indikator dengan tujuan
pembelajaran
Kesesuaian indikator dengan tingkat
128

perkembangan peserta didik


Sistematikan penyusunan RPP
Kesesuaian urutan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran
Isi yang Kesesuaian uraian kegiatan peserta didik dan
disajiakan pendidik untuk setiap tahap pembelajaran
dengan aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran
Kejelasan skenario pembelajaran (sintak/
tahapan)
Penggunaan Bahasa sesuai dengan EYD
Bahasa
yang Bahasa yang digunakan komunikatif
digunakan
Kesederhanaan struktur kalimat

Kesesuaian alokasi yang digunakan.


Alokasi
waktu Rincian waktu untuk setiap tahap
pembelajaran.

Komentar :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Saran :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
129

Kesimpulan:
Layak Digunakan
Tidak Layak Digunakan

Kategori:
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik

Surabaya,..............................2021

Validator
130

INSTRUMEN VALIDASI KEAKTIFAN PESERTA DIDIK


OLEH AHLI DESAIN PEMBELAJARAN

Nama
Jabatan
Lembaga

A. Petunjuk Pengisian

1. Mohon memberikan penilaian yang sesuai menurut penilaian


Bapak/Ibu dengan memberi tanda (√) pada kolom penilaian yang telah
disediakan.
2. Jika ada masukan, saran dan perbaikan, mohon menuliskan komentar
dan saran perbaikan yang telah disediakan.
3. Ketentuan pilihan dengan melihat pedoman penilaian 1-4 sebagai
berikut:
1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Baik
4 = Sangat Baik
4. Atas kesediaan Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.

B. Pertanyaan

Penilaian
Aspek Indikator
1 2 3 4
Kesesuaian butir soal yang disajikan sesuai
dengan indikator keaktifan belajar
Kesesuaian butir soal yang disajikan sesuai
Isi
dengan perkembangan peserta didik
Uraian yang disajikan tidak menimbulkan
banyak tafsir
Keterbacaan butir soal

Kejelasan butir soal


Kebahasaan Penggunaan bahasa yang efektif dan
efisien
Butir soal yang disampaikan sesuai dengan
kaidah EYD
131

Butir soal yang disajikan mencerminkan


jabaran yang mendukung pencapaian
keaktifan belajar peserta didik
Butir soal yang disajikan mencangkup
Sajian materi yang terkandung dalam indikator
keaktifan belajar peserta didik
Butir soal yang disajikan mencangkup
keaktifan yang terkandung dalam tujuan
pembelajaran

Komentar :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Saran :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Kesimpulan:
Layak Digunakan
Tidak Layak Digunakan
132

Kategori:
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik

Surabaya,..............................2021

Validator
133

INSTRUMEN VALIDASI TES HASIL BELAJAR


OLEH AHLI EVALUSI PEMBELAJARAN

Nama
Jabatan
Lembaga

A. Petunjuk Pengisian

1. Mohon memberikan penilaian yang sesuai menurut penilaian


Bapak/Ibu dengan memberi tanda (√) pada kolom penilaian yang telah
disediakan.
2. Jika ada masukan, saran dan perbaikan, mohon menuliskan komentar
dan saran perbaikan yang telah disediakan.
3. Ketentuan pilihan dengan melihat pedoman penilaian 1-4 sebagai
berikut:
1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Baik
4 = Sangat Baik
4. Atas kesediaan Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.

B. Pertanyaan

Penilaian
Aspek Indikator
1 2 3 4
Kesesuaian butir soal yang disajikan sesuai
dengan perkembangan peserta didik
Kesesuaian butir soal yang disajikan sesuai
Isi
dengan kebutuhan bahan ajar
Uraian yang disajikan tidak menimbulkan
banyak tafsir
Keterbacaan butir soal

Kejelasan butir soal


Kebahasaan Penggunaan bahasa yang efektif dan
efisien
Butir soal yang disampaikan sesuai dengan
kaidah EYD
134

Butir soal yang disajikan mencerminkan


jabaran yang mendukung pencapaian
kompetensi dasar
Butir soal yang disajikan mencangkup
Sajian materi yang terkandung dalam indikator
pencapaian
Butir soal yang disajikan mencangkup
materi yang terkandung dalam tujuan
pembelajaran

Komentar :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Saran :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Kesimpulan:
Layak Digunakan
Tidak Layak Digunakan
135

Kategori:
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik

Surabaya,..............................2021

Validator
136

HASIL WAWANCARA
STUDI PENDAHULUAN BAGI PENDIDIK

A. Petunjuk :

1. Mohon Bapak / Ibu berkenan memberikan jawaban atas pertanyaan-


pertanyaan pada tempat yang telah disediakan.
2. Masukan dan saran dari bapak/ibu akan memberikan kontribusi untuk
pembelajaran

B. Pertanyaan untuk Pendidik Pengampu Mata Pelajaran Karakter


Kebangsaan

1. Sudah berapa lama bapak/ibu mengajar Mata Pelajaran Karakter


Kebangsaan?

“11 Tahun”

2. Kesulitan apa yang dihadapi peserta didik selama ini untuk mencapai
tujuan pembelajaran?

“Kemampuan peserta didik dalam memahami materi Revolusi Industri


4.0. menuju Masyarakat 5.0, terdapat hampir 62% peserta didik masih
dalam katagori belum baik. Kemudian peserta didik juga masih
kurang melakukan pembelajaran aktif di dalam kelas ketika diberikan
pelajaran, hasil ini dapat dilihat dari hasil pengamatan dimana
sebanyak 55% peserta didik masih kurang baik dalam melakukan
pembelajaran aktif.”

3. Strategi, metode atau model apa yang sudah bapak/ibu gunakan dalam
proses pembelajaran?

“Model pembelajaran konvensional atau metode ceramah”

4. Apakah bapak/ibu pernah menggunakan model lain dalam pembelajaran


Mata Pelajaran Karakter Kebangsaan?

“Tidak Pernah”
137

5. Apakah bapak/ibu selalu menyampaikan tentang RPP kepada peserta


didik?

“Selalu menyampaikan di awal pemelajaran, sebagai kontrak


pembelajaran kepada peserta didik”

6. Referensi / bahan ajar apa yang sudah bapak/ibu gunakan dalam Mata
Pelajaran Karakter Kebangsaan?

“Buku ajar yang diterbitkan oleh instansi dan sumber belajar lain dari
internet yang relevan”

C. Pendapat Pendidik tentang Keaktifan Peserta didik dalam Pembelajaran

1. Bagaimana keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran Mata


Pelajaran Karakter Kebangsaan?

“Keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sangat rendah


hal tersebut dapat diamati dari peserta didik jarang untuk mengajukan
pertanyaan maupun memberi pendapat mengenai penjelasan yang
diberikan oleh pendidik, peserta didik lebih menunggu sajian yang
akan diberikan oleh pendidik dari pada mencari dan menemukan
sendiri pengetahuan,keterampilan,serta sikap yang mereka butuhkan.”

2. Apakah model/metode pembelajaran yang Bapak/Ibu terapkan selama ini


menumbuhkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran?

“Tidak, hal itu terlihat keadaan serta kondisi yang ada menunjukkan
bahwa proses pembelajaran di kelas terkadang dirasakan masih kurang
untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik.”

3. Langkah-langkah apa saja yang Bapak/Ibu lakukan dalam upaya


meningkatkan keaktifan belajar peserta didik?

“(1) pemberian motivasi; (2) pemberian arahan/cita-cita; dilakukan


agar peserta didik memiliki kemauan untuk belajar; (3) adanya
korelasi yang baik antara pendidik dan peserta didik agar pendidik
dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi
setiap peserta didiknya; (4) Pemberian apresiasi kepada peserta didik
yang dapat berperan aktif dalam pembelajaran yakni dengan
pemberian pujian atau pemberian nilai (reward).”
138

4. Kesulitan apa saja yang Bapak/Ibu rasakan meningkatkan keaktifan


peserta didik dalam mengikuti pembelajaran?

“Keadaan ruangan juga sering ramai jadi peserta didik susah fokus
ketika didalam kelas. Saat diberi tugas peserta didik tidak
mengerjakan sendiri jadi mengerjakan bersama dengan temannya
bahkan ada yang keluar masuk kelas walaupun didalam kelas ada
pendidik.”

D. Pendapat Pendidik tentang Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik


1. Apakah kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan model
pembelajaran yang digunakan selama ini sudah baik?

“Kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap pembelajaran


karakter kebangsaan masih rendah. Kondisi ini terlihat dari pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai materi yang belum dipahami, peserta didik banyak yang
mengajukan pertanyaan tetapi pertanyaan yang diajukan merupakan
pertanyaan yang sudah ada dalam buku cetak. Selanjutnya peserta
didik belum bisa menentukan keterkaitan antara revolusi 4.0 ke 5.0,
hal ini terlihat ketika pendidik memberikan suatu pertanyaankepad
peserta didik untuk menghubungkannya, namun peserta didik terlihat
kesulitan untuk menjawab”

2. Apakah peserta didik memahami materi yang bapak/ibu sampaikan dengan


model pembelajaran yang di gunakan selama ini?

“Kurang memahami, hal itu terlihat dari kesulitan peserta didik dalam
menentukan kesimpulan dan memberikan pendapat.”

3. Bagaimana kualitas kemampuan berpikir kritis dengan penerapan model


pembelajaran yang digunakan selama ini?

“Masih rendah, Hal tersebut terlihat dari pendidik memberikan suatu


permasalahan, peserta didik masih kebingungan dalam menentukan
sebab-akibat dari permasalahan tersebut. Peserta didik belum bisa
memahami apa yang menjadi penyebab dari permasalahan tersebut
dan akibat yang ditimbulkannya.”
139

HASIL WAWANCARA PESERTA DIDIK

1. Apakah pendidik sudah memaparkan tentang RPP kepada Anda di awal


perkuliahan?

Peserta didik

8% Selalu
32%
Sering
29%
Jarang
Tidak Pernah
31%

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada 50 peserta didik


SPN Polda Jatim terkait pendidik memaparkan RPP di awal pembelajaran
adalah sebagai berikut:1) 32% peserta didik memberikan penilaian bahwa
pendidik selalu memaparkan RPP di awal pembelajaran, 2) 31% peserta
didik memberikan penilaian bahwa pendidik sering memaparkan RPP di
awal pembelajaran, 3) 29% peserta didik memberikan penilaian bahwa
pendidik jarang memaparkan RPP di awal pembelajaran, dan 4) 8% peserta
didik memberikan penilaian bahwa pendidik tidak pernah memaparkan RPP
di awal pembelajaran.
140

2. Apa yang Anda inginkan dari mata pelajaran Karakter Kebangsaan?

Peserta didik

22%
Model Pembelajaran
Media Pembelajaran
78%

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada 50 peserta didik


SPN Polda Jatim terkait pembaruan yang di inginkan peserta didik pada
mata pelajaran Karakter Kebangsaan adalah 72% peserta didik
menginginkan pembaruan pada model pembelajaran dan, 18% peserta didik
menginginkan pembaruan pada media pembelajaran.

3. Apa Anda memaahami tentang Karakter Kebangsaan?

Peserta didik
Sangat Memahami

12%
Memahami
33%
16%
Tidak Memahami

39%
Sangat Tidak
Memahami

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada 50 peserta didik


SPN Polda Jatim terkait pemahaman peserta didik terhadap pemahaman
Karakter Kebangsaan adalah sebagai berikut: 1) 12% peserta didik sangat
memahami tentang Karakter Kebangsaan, 2) 16% peserta didik memahami
141

tentang Karakter Kebangsaan, 3) 39% peserta didik tidak memahami


tentang Karakter Kebangsaan, dan 4) 33% peserta didik sangat tidak
memahami tentang Karakter Kebangsaan.

4. Materi apa yang Anda rasa sangat sulit dipahami?

Peserta didik

Pengetahuan

19% 11% Pemahaman


11%
Penerapan
14% Analisis
26%
Sintesis
19%
Evaluasi

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada 50 peserta didik


SPN Polda Jatim terkait kesulitan peserta didik dalam memahami materi
adalah sebagai berikut:1) 11% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah
pengetahuan, 2) 11% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah
pemahaman, 3) 14% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah
penerapan, 4) 19% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah analisis, 5)
26% peserta didik mengalami kesulitan pada ranah sintesis, dan 6) 19%
peserta didik mengalami kesulitan pada ranah evaluasi.
142

5. Apakah Anda dapat mengerjakan tugas dengan baik?

Peserta didik

12% Sangat Baik


34%
16% Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
38%

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada 50 peserta didik


SPN Polda Jatim terkait tugas yang dikerjakan peserta didik adalah sebagai
berikut: 1) 12% peserta didik memberikan penilaian bahwa dapat
mengerjakan tugas dengan sangat baik, 2) 16% peserta didik memberikan
penilaian bahwa dapat mengerjakan tugas dengan baik, 3) 38% peserta didik
memberikan penilaian bahwa tidak baik dalam mengerjakan tugas, dan 4)
34% peserta didik memberikan penilaian bahwa sangat tidak baik dalam
mengerjakan tugas.

6. Apakah model pembelajaran yang digunakan pendidik selama ini sudah


tepat?

Peserta didik

11% Sangat Tepat


25%
14% Tepat
Tidak Tepat
Sangat Tidak Tepat
50%
143

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada 50 peserta didik


SPN Polda Jatim terkait model yang digunakan pendidik dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) 11% peserta didik memberikan
penilaian bahwa pendidik menggunakan model pembelajaran yang sangat
tepat, 2) 14% peserta didik memberikan penilaian bahwa pendidik
menggunakan model pembelajaran yang tepat, 3) 50% peserta didik
memberikan penilaian bahwa pendidik menggunakan model pembelajaran
yang tidak tepat, dan 4) 25% peserta didik memberikan penilaian bahwa
pendidik menggunakan model pembelajaran yang sangat tidak tepat.

7. Apakah pendidik sudah memberikan evaluasi terhadap hasil belajar Anda?

Peserta didik

24%
Sudah
Belum
76%

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada 50 peserta didik


SPN Polda Jatim terkait kesesuaian evaluasi yang digunakan pendidik
adalah 76% peserta didik memberikan penilaian bahwa pendidik sudah
sesuai menggunakan evaluasi pada pembelajaran dan 24% peserta didik
memberikan penilaian bahwa pendidik tidak sesuai menggunakan evaluasi
pada pembelajaran.
144

8. Bentuk evaluasi seperti apa yang sudah diberikan pendidik Anda ?

Peserta didik

Kehadiran dan sikap


25%
40% Partisipasi/tugas dan
kuis
Tes
35%

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan kepada 50 peserta didik


SPN Polda Jatim terkait bentuk evaluasi yang digunakan pendidik adalah
sebagai berikut:1) 25% adalah evaluasi dalam bentuk kehadiran dan sikap,
2) 35% evaluasi dalam bentuk partisipasi/tugas dan kuis, dan 3) 40%
evaluasi dalam bentuk tes.
145

HASIL VALIDASI RPP


OLEH AHLI DESAIN PEMBELAJARAN

Penilaian
Aspek Indikator
1 2 3 4
Kejelasan Standar kompetensi (SK) dan

kompetensi dasar.
Kesesuaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar (KD) dengan tujuan √
Format pembelajaran.
Penyusunan Ketepatan penjabaran kompetensi dasar ke

RPP dalam indicator
Kesesuaian indikator dengan tujuan

pembelajaran
Kesesuaian indikator dengan tingkat

perkembangan peserta didik
Sistematikan penyusunan RPP √
Kesesuaian urutan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran
Isi yang Kesesuaian uraian kegiatan peserta didik dan
disajiakan pendidik untuk setiap tahap pembelajaran

dengan aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran
Kejelasan skenario pembelajaran (sintak/

tahapan)
Penggunaan Bahasa sesuai dengan EYD √
Bahasa
yang Bahasa yang digunakan komunikatif √
digunakan
Kesederhanaan struktur kalimat √

Kesesuaian alokasi yang digunakan. √


Alokasi
waktu Rincian waktu untuk setiap tahap

pembelajaran.
146

Kesimpulan:
Layak Digunakan
Tidak Layak Digunakan

Kategori:
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
147

HASILVALIDASI KEAKTIFAN PESERTA DIDIK


OLEH AHLI DESAIN PEMBELAJARAN

Penilaian
Aspek Indikator
1 2 3 4
Kesesuaian butir soal yang disajikan sesuai

dengan indikator keaktifan belajar
Kesesuaian butir soal yang disajikan sesuai
Isi √
dengan perkembangan peserta didik
Uraian yang disajikan tidak menimbulkan

banyak tafsir
Keterbacaan butir soal √

Kejelasan butir soal √


Kebahasaan Penggunaan bahasa yang efektif dan

efisien
Butir soal yang disampaikan sesuai dengan

kaidah EYD
Butir soal yang disajikan mencerminkan
jabaran yang mendukung pencapaian √
keaktifan belajar peserta didik
Butir soal yang disajikan mencangkup
Sajian materi yang terkandung dalam indikator √
keaktifan belajar peserta didik
Butir soal yang disajikan mencangkup
keaktifan yang terkandung dalam tujuan √
pembelajaran

Kesimpulan:
Layak Digunakan
Tidak Layak Digunakan

Kategori:
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
148

HASIL VALIDASI TES HASIL BELAJAR


OLEH AHLI EVALUSI PEMBELAJARAN

Penilaian
Aspek Indikator
1 2 3 4
Kesesuaian butir soal yang disajikan sesuai

dengan perkembangan peserta didik
Kesesuaian butir soal yang disajikan sesuai
Isi √
dengan kebutuhan bahan ajar
Uraian yang disajikan tidak menimbulkan

banyak tafsir
Keterbacaan butir soal √

Kejelasan butir soal √


Kebahasaan Penggunaan bahasa yang efektif dan

efisien
Butir soal yang disampaikan sesuai dengan

kaidah EYD
Butir soal yang disajikan mencerminkan
jabaran yang mendukung pencapaian √
kompetensi dasar
Butir soal yang disajikan mencangkup
Sajian materi yang terkandung dalam indikator √
pencapaian
Butir soal yang disajikan mencangkup
materi yang terkandung dalam tujuan √
pembelajaran

Kesimpulan:
Layak Digunakan
Tidak Layak Digunakan

Kategori:
Sangat Baik
Baik
Tidak Baik
Sangat Tidak Baik
149

UJI VALIDITAS BUTIR SOAL

Nama Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal
No Jumlah
Peserta didik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 ARH 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 6
2 AZF 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 5
3 DC 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
4 FM 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7
5 YAA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
6 MUK 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 4
7 YFA 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7
8 ADP 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8
9 IBPA 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5
10 MW 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 4
11 MA 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5
12 MAB 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5
13 NNAY 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 7
14 MZ 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7
15 RYI 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 7
16 AKBP 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 6
17 ARH 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
18 AE 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
19 MFYT 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7
20 ARH 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7
21 DAA 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 6
22 ATS 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
23 DPPL 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
24 DWS 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 6
25 JP 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
26 TDS 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 6
150

Nama Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal
No Jumlah
Peserta didik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
27 MPAF 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9
28 RRP 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 5
29 SPC 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 5
30 ARBS 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7
31 FVR 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 6
32 FN 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8
33 MAR 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 6
34 MFA 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6
35 AIM 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 4
36 APP 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7
37 FAR 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5
38 MFAN 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7
39 MFNT 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
40 MRPP 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7
41 NAP 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 4
42 AFS 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7
43 MRN 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3
44 RT 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7
45 AAK 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 4
46 AB 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8
47 CRS 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8
48 FRY 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
49 DBP 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7
50 MDP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8
151

UJI RELIABILITAS BUTIR SOAL

Nama
No Soal 4 Soal 5 Soal 7 Soal 8 Soal 9
Peserta didik
1 ARH 0 1 1 1 0
2 AZF 0 0 1 0 0
3 DC 1 1 0 1 1
4 FM 1 1 1 0 1
5 YAA 1 1 0 1 1
6 MUK 0 0 1 1 0
7 YFA 0 1 0 1 1
8 ADP 1 1 1 0 1
9 IBPA 0 0 0 1 0
10 MW 1 1 1 0 0
11 MA 0 0 0 1 0
12 MAB 1 1 1 0 1
13 NNAY 0 0 1 1 0
14 MZ 1 1 1 0 1
15 RYI 0 0 1 1 0
16 AKBP 1 1 0 0 1
17 ARH 1 1 1 1 1
18 AE 1 1 0 1 1
19 MFYT 0 1 1 1 1
20 ARH 1 1 0 1 1
21 DAA 0 0 1 1 0
22 ATS 1 1 1 1 1
23 DPPL 1 1 1 1 1
24 DWS 1 1 0 1 1
25 JP 1 1 1 1 1
26 TDS 1 1 0 0 1
152

Nama
No Soal 4 Soal 5 Soal 7 Soal 8 Soal 9
Peserta didik
27 MPAF 1 1 1 1 1
28 RRP 1 1 0 0 1
29 SPC 0 0 1 1 0
30 ARBS 1 1 1 0 1
31 FVR 0 0 1 1 0
32 FN 1 1 1 0 1
33 MAR 0 0 1 1 0
34 MFA 1 1 1 0 1
35 AIM 0 0 0 1 0
36 APP 1 1 1 1 1
37 FAR 0 0 0 1 0
38 MFAN 1 1 1 1 1
39 MFNT 1 1 0 1 1
40 MRPP 1 1 1 1 1
41 NAP 0 0 0 0 0
42 AFS 1 1 1 1 1
43 MRN 0 0 0 0 0
44 RT 1 1 1 1 1
45 AAK 0 0 1 0 0
46 AB 1 1 1 1 1
47 CRS 1 1 1 1 1
48 FRY 1 1 1 1 1
49 DBP 1 1 1 0 1
50 MDP 1 1 1 1 1
153

HASIL UJI VALIDITAS BUTIR SOAL DENGAN SPSS

Correlations

Notes
Output Created
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 50
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of
variables are based on all the
cases with valid data for that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=Soal_1 Soal_2
Soal_3 Soal_4 Soal_5 Soal_6
Soal_7 Soal_8 Soal_9 Soal_10
Jumlah
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,01
154

Correlations

Soal_1 Soal_2 Soal_3 Soal_4 Soal_5 Soal_6 Soal_7 Soal_8 Soal_9 Soal_10 Jumlah
Soal Pearson Correlation 1 .109 .356* -.400** -.333* -.075 -.168 .112 -.286* -.243 .015
_1 Sig. (2-tailed) .449 .011 .004 .018 .605 .242 .438 .044 .089 .918
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Soal Pearson Correlation .109 1 .019 -.160 -.189 .278 -.407** -.113 -.137 -.464** -.047
_2 Sig. (2-tailed) .449 .898 .268 .189 .051 .003 .433 .344 .001 .747
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Soal Pearson Correlation .356* .019 1 -.238 -.178 -.053 -.228 .210 -.103 -.118 .224
_3 Sig. (2-tailed) .011 .898 .096 .216 .717 .112 .143 .475 .415 .118
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Soal Pearson Correlation -.400** -.160 -.238 1 .873** -.157 .111 -.157 .869** .100 .600**
_4 Sig. (2-tailed) .004 .268 .096 .000 .276 .444 .276 .000 .491 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Soal Pearson Correlation -.333* -.189 -.178 .873** 1 -.168 .112 -.075 .912** .027 .643**
_5 Sig. (2-tailed) .018 .189 .216 .000 .242 .438 .605 .000 .852 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Soal Pearson Correlation -.075 .278 -.053 -.157 -.168 1 -.379** .265 -.130 -.449** .029
_6 Sig. (2-tailed) .605 .051 .717 .276 .242 .007 .063 .367 .001 .840
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Soal Pearson Correlation -.168 -.407** -.228 .111 .112 -.379** 1 -.011 .051 .876** .323*
_7 Sig. (2-tailed) .242 .003 .112 .444 .438 .007 .939 .727 .000 .022
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Soal Pearson Correlation .112 -.113 .210 -.157 -.075 .265 -.011 1 -.040 -.095 .353*
_8 Sig. (2-tailed) .438 .433 .143 .276 .605 .063 .939 .784 .510 .012
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Soal Pearson Correlation -.286* -.137 -.103 .869** .912** -.130 .051 -.040 1 .047 .709**
_9 Sig. (2-tailed) .044 .344 .475 .000 .000 .367 .727 .784 .746 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Soal Pearson Correlation -.243 -.464** -.118 .100 .027 -.449** .876** -.095 .047 1 .240
_10 Sig. (2-tailed) .089 .001 .415 .491 .852 .001 .000 .510 .746 .093
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Juml Pearson Correlation .015 -.047 .224 .600** .643** .029 .323* .353* .709** .240 1
ah Sig. (2-tailed) .918 .747 .118 .000 .000 .840 .022 .012 .000 .093
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
155

HASIL UJI RELAIABILITAS BUTIR SOAL DENGAN SPSS

Reliability

Notes
Output Created
Comments
Input Data
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 50
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases
with valid data for all variables in
the procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=Soal_4 Soal_5
Soal_7 Soal_8 Soal_9
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,00
156

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.644 5

Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Soal_4 2.7200 1.308 .698 .429
Soal_5 2.6600 1.290 .772 .395
Soal_7 2.6800 1.977 .089 .726
Soal_8 2.6800 2.222 -.091 .793
Soal_9 2.7000 1.276 .751 .399
157

HASIL UJI NORMALITAS DENGAN SPSS

NPar Tests

Notes
Output Created
Comments
Input Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 50
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based
on all cases with valid data for the
variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=Eksperimen
Kontrol
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,00
Number of Cases Alloweda 314572
a. Based on availability of workspace memory.
158

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Eksperimen Kontrol
N 50 50
Normal Parametersa,b Mean 56.9400 56.9600
Std. Deviation 3.81410 3.20051
Most Extreme Differences Absolute .100 .110
Positive .100 .110
Negative -.089 -.077
Test Statistic .100 .110
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .182c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
159

HASIL UJI HOMOGINITAS DENGAN SPSS

Oneway

Notes
Output Created
Comments
Input Active Dataset DataSet5
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are
based on cases with no missing
data for any variable in the
analysis.
Syntax ONEWAY Nilai BY Kelas
/STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,01

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Nilai Based on Mean 1.643 1 98 .203
Based on Median 1.640 1 98 .203
Based on Median and with 1.640 1 94.989 .203
adjusted df
160

NILAI KEAKTIFAN PRETEST-POSTTEST


KELAS KONTROL

1. NILAI PRETEST

Nama Peserta Nilai Keaktifan Total


No Jumlah
didik Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor
1 ADN 2 3 2 2 2 11 55
2 ARAS 3 2 2 2 1 10 50
3 ANR 3 2 3 2 2 12 60
4 AMD 4 2 3 3 2 14 70
5 BTP 3 3 3 1 2 12 60
6 BF 2 2 2 2 2 10 50
7 FS 2 2 2 2 2 10 50
8 MNC 3 2 2 3 2 12 60
9 MRAM 3 3 2 2 2 12 60
10 MBS 3 1 2 2 3 11 55
11 MSFP 2 2 2 3 2 11 55
12 NA 2 2 2 3 2 11 55
13 RACR 2 3 2 1 2 10 50
14 HGS 2 3 2 2 2 11 55
15 TBISS 2 2 3 2 2 11 55
16 ARA 2 3 2 2 2 11 55
17 DGM 2 2 2 2 2 10 50
18 FP 2 2 2 4 4 14 70
19 SBS 2 2 3 1 2 10 50
20 JR 2 2 2 2 2 10 50
21 ADRS 2 2 2 1 4 11 55
22 MSA 3 2 2 2 1 10 50
23 MT 2 2 3 2 2 11 55
24 MAD 2 1 2 2 3 10 50
161

Nama Peserta Nilai Keaktifan Total


No Jumlah
didik Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor
25 NON 2 2 2 2 2 10 50
26 YFR 2 3 2 2 2 11 55
27 RAA 2 2 3 2 2 11 55
28 AJH 3 3 3 2 2 13 65
29 ASA 2 3 2 4 2 13 65
30 AIMN 2 2 3 2 3 12 60
31 BP 3 2 2 2 2 11 55
32 BCH 2 3 2 4 2 13 65
33 DAP 3 1 2 3 2 11 55
34 FA 2 2 2 2 2 10 50
35 HSA 1 1 4 2 2 10 50
36 HPU 2 2 1 3 2 10 50
37 MFA 1 2 2 3 3 11 55
38 MDI 1 2 3 3 2 11 55
39 MIBS 2 2 1 2 3 10 50
40 MWH 2 2 2 2 2 10 50
41 NI 1 2 2 3 2 10 50
42 RDJ 3 2 2 1 2 10 50
43 RH 2 4 2 2 2 12 60
44 REW 3 2 3 2 4 14 70
45 AW 1 2 2 2 3 10 50
46 ANM 2 4 2 2 2 12 60
47 BEB 2 1 2 2 3 10 50
48 DU 2 2 3 2 2 11 55
49 ISMS 1 2 2 3 2 10 50
50 MAYR 2 3 2 2 1 10 50
162

2. NILAI POSTTEST

Nama Peserta Nilai Keaktifan Total


No Jumlah
didik Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor
1 ADN 3 2 1 2 2 10 50
2 ARAS 3 2 2 2 3 12 60
3 ANR 2 3 2 3 2 12 60
4 AMD 3 2 2 2 2 11 55
5 BTP 2 2 2 2 2 10 50
6 BF 2 2 3 1 3 11 55
7 FS 2 3 2 2 2 11 55
8 MNC 2 2 2 2 2 10 50
9 MRAM 2 2 2 2 2 10 50
10 MBS 2 2 3 2 3 12 60
11 MSFP 2 2 2 3 2 11 55
12 NA 2 2 2 2 2 10 50
13 RACR 2 2 2 3 2 11 55
14 HGS 3 2 3 2 3 13 65
15 TBISS 2 1 2 3 2 10 50
16 ARA 3 2 2 3 2 12 60
17 DGM 3 3 2 2 2 12 60
18 FP 2 2 3 2 2 11 55
19 SBS 2 3 2 2 2 11 55
20 JR 2 3 2 2 2 11 55
21 ADRS 2 2 2 2 2 10 50
22 MSA 3 3 2 4 2 14 70
23 MT 2 2 2 3 2 11 55
24 MAD 2 2 2 2 2 10 50
25 NON 2 2 4 2 2 12 60
26 YFR 2 2 1 3 2 10 50
163

Nama Peserta Nilai Keaktifan Total


No Jumlah
didik Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor
27 RAA 2 4 2 3 3 14 70
28 AJH 3 1 3 2 2 11 55
29 ASA 2 2 3 3 2 12 60
30 AIMN 2 3 3 2 3 13 65
31 BP 3 3 2 3 2 13 65
32 BCH 2 2 2 2 2 10 50
33 DAP 3 2 3 2 2 12 60
34 FA 2 2 3 1 2 10 50
35 HSA 2 2 2 2 2 10 50
36 HPU 2 3 2 2 2 11 55
37 MFA 1 2 2 3 3 11 55
38 MDI 3 2 3 3 2 13 65
39 MIBS 2 3 3 2 1 11 55
40 MWH 2 3 2 3 2 12 60
41 NI 3 2 2 2 2 11 55
42 RDJ 3 2 3 2 2 12 60
43 RH 1 2 1 2 2 8 40
44 REW 2 2 2 2 4 12 60
45 AW 2 3 2 2 2 11 55
46 ANM 1 2 2 2 3 10 50
47 BEB 2 2 3 2 2 11 55
48 DU 2 2 3 2 2 11 55
49 ISMS 2 2 2 2 2 10 50
50 MAYR 3 2 2 1 2 10 50
164

NILAI KEAKTIFAN PRETEST-POSTTEST


KELAS EKSPERIMEN

1. NILAI PRETEST

Nama Peserta Nilai Keaktifan Total


No Jumlah
didik Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor
1 ARF 2 3 2 3 1 11 55
2 RI 2 3 2 2 1 10 50
3 TS 2 3 2 2 2 11 55
4 EAFM 1 2 2 3 2 10 50
5 FMN 2 2 3 2 2 11 55
6 MRHS 2 2 3 2 2 11 55
7 RR 2 3 4 2 4 15 75
8 ZSS 1 2 3 3 1 10 50
9 AIDC 3 2 2 2 2 11 55
10 AT 2 3 2 2 1 10 50
11 WP 3 2 3 2 2 12 60
12 YR 2 3 3 3 2 13 65
13 MRIZ 2 2 3 1 2 10 50
14 MKA 2 2 2 2 2 10 50
15 MCA 2 3 2 2 2 11 55
16 ANR 2 2 2 3 2 11 55
17 BPS 1 2 2 3 2 10 50
18 MRS 1 1 2 2 4 10 50
19 MIP 2 2 2 3 2 11 55
20 NH 2 1 3 2 2 10 50
21 SWP 1 4 2 2 4 13 65
22 DBS 3 2 2 2 1 10 50
23 DRS 2 2 2 2 2 10 50
24 EAP 1 1 4 2 3 11 55
165

Nama Peserta Nilai Keaktifan Total


No Jumlah
didik Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor
25 MYR 2 2 3 3 1 11 55
26 BYR 2 3 2 2 2 11 55
27 PTI 2 2 3 2 2 11 55
28 RPP 3 3 2 2 2 12 60
29 AMA 2 3 2 3 2 12 60
30 IAS 4 2 2 2 3 13 65
31 MRBS 3 2 2 2 2 11 55
32 TF 2 3 1 2 2 10 50
33 TRTA 3 2 2 1 2 10 50
34 FEB 2 3 3 2 1 11 55
35 DAS 4 2 2 2 2 12 60
36 MHAI 2 1 2 3 2 10 50
37 MR 2 3 2 2 2 11 55
38 RBA 2 2 2 2 2 10 50
39 VU 3 2 2 2 3 12 60
40 AP 2 2 2 2 2 10 50
41 BSAW 2 3 2 2 1 10 50
42 MAFP 3 2 2 2 2 11 55
43 SF 2 1 2 2 3 10 50
44 KYN 3 2 2 2 3 12 60
45 MAY 1 2 2 2 3 10 50
46 NYAY 2 2 2 4 1 11 55
47 YNP 2 2 2 2 3 11 55
48 FRK 3 2 1 2 2 10 50
49 MIR 1 2 2 2 4 11 55
50 VF 2 2 2 3 2 11 55
166

2. NILAI POSTTEST

Nama Peserta Nilai Keaktifan Total


No Jumlah
didik Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor
1 ARF 3 3 3 4 4 17 85
2 RI 4 4 3 4 3 18 90
3 TS 3 3 4 4 3 17 85
4 EAFM 3 3 3 4 3 16 80
5 FMN 3 4 3 3 4 17 85
6 MRHS 4 3 3 4 3 17 85
7 RR 4 3 3 3 3 16 80
8 ZSS 3 4 4 4 4 19 95
9 AIDC 3 4 4 4 3 18 90
10 AT 4 4 3 4 3 18 90
11 WP 4 4 4 3 4 19 95
12 YR 3 4 3 4 3 17 85
13 MRIZ 4 4 3 4 3 18 90
14 MKA 4 4 3 4 3 18 90
15 MCA 2 3 4 3 3 15 75
16 ANR 3 4 3 4 4 18 90
17 BPS 4 4 3 4 4 19 95
18 MRS 3 3 3 4 4 17 85
19 MIP 4 2 4 4 4 18 90
20 NH 4 3 3 3 4 17 85
21 SWP 2 4 4 4 3 17 85
22 DBS 3 4 3 4 4 18 90
23 DRS 4 4 4 4 3 19 95
24 EAP 4 3 4 3 3 17 85
25 MYR 4 3 4 4 4 19 95
26 BYR 4 4 3 3 4 18 90
167

Nama Peserta Nilai Keaktifan Total


No Jumlah
didik Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Skor
27 PTI 4 2 4 4 4 18 90
28 RPP 4 4 4 4 3 19 95
29 AMA 3 4 4 4 3 18 90
30 IAS 4 3 3 3 4 17 85
31 MRBS 4 4 4 3 3 18 90
32 TF 4 4 4 4 3 19 95
33 TRTA 4 4 4 4 3 19 95
34 FEB 4 3 3 3 3 16 80
35 DAS 3 3 4 4 3 17 85
36 MHAI 4 4 3 4 4 19 95
37 MR 4 3 3 3 4 17 85
38 RBA 4 4 3 3 4 18 90
39 VU 3 3 4 3 4 17 85
40 AP 4 4 3 4 3 18 90
41 BSAW 4 4 4 4 4 20 100
42 MAFP 3 4 4 3 4 18 90
43 SF 3 4 3 2 4 16 80
44 KYN 3 3 4 3 3 16 80
45 MAY 4 4 3 3 3 17 85
46 NYAY 4 3 4 4 4 19 95
47 YNP 2 3 3 3 4 15 75
48 FRK 4 3 4 3 3 17 85
49 MIR 4 3 3 3 4 17 85
50 VF 3 4 4 3 4 18 90
168

NILAI BERPIKIR KRITIS PRETEST-POSTTEST


KELAS KONTROL

1. NILAI PRETEST

Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5


Skor
No Peserta
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Total
didik
1 ADN 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 4 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 4 57
2 ARAS 2 3 2 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 61
3 ANR 3 3 3 2 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 61
4 AMD 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 56
5 BTP 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 56
6 BF 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 59
7 FS 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 55
8 MNC 2 3 1 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 57
9 MRAM 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 1 2 2 56
10 MBS 2 2 2 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 54
11 MSFP 1 2 3 3 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 53
12 NA 4 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 61
13 RACR 2 2 3 1 2 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 54
14 HGS 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 53
15 TBISS 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 60
16 ARA 2 2 3 1 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 58
17 DGM 1 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 3 54
18 FP 1 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 1 1 2 3 3 53
19 SBS 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 4 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 62
20 JR 2 1 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 56
21 ADRS 1 4 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 59
22 MSA 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 51
23 MT 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 55
169

Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5


Skor
No Peserta
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Total
didik
24 MAD 1 1 4 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 55
25 NON 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 1 54
26 YFR 2 3 2 2 2 3 1 1 4 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 57
27 RAA 2 2 3 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 2 52
28 AJH 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 1 4 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 57
29 ASA 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 58
30 AIMN 4 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 57
31 BP 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 60
32 BCH 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 1 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 60
33 DAP 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 1 3 2 2 2 3 2 55
34 FA 3 2 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 61
35 HSA 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 3 4 4 2 63
36 HPU 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 1 3 2 2 2 3 3 3 2 3 58
37 MFA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 55
38 MDI 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 53
39 MIBS 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 3 2 3 2 1 58
40 MWH 2 2 2 2 2 2 4 2 3 4 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 63
41 NI 3 1 1 4 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 3 2 2 2 2 3 2 3 59
42 RDJ 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 53
43 RH 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 54
44 REW 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 2 3 58
45 AW 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 62
46 ANM 2 2 3 3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 1 63
47 BEB 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 57
48 DU 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 58
49 ISMS 1 2 3 2 4 1 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3 54
50 MAYR 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 53
170

2. NILAI POSTTEST

Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5


Skor
No Peserta
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Total
didik
1 ADN 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 4 59
2 ARAS 2 2 2 3 1 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 55
3 ANR 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 58
4 AMD 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 4 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 3 2 61
5 BTP 3 2 2 2 3 3 1 2 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 57
6 BF 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 4 2 3 2 2 2 59
7 FS 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 59
8 MNC 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 58
9 MRAM 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 52
10 MBS 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 3 2 2 2 2 56
11 MSFP 2 1 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 52
12 NA 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 58
13 RACR 3 2 2 2 3 3 2 3 4 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 59
14 HGS 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 57
15 TBISS 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 3 2 2 61
16 ARA 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 59
17 DGM 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 3 59
18 FP 3 2 2 1 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 52
19 SBS 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 4 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 61
20 JR 2 1 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 56
21 ADRS 1 4 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 59
22 MSA 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 1 54
23 MT 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 57
24 MAD 1 1 4 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 3 52
25 NON 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 4 2 1 56
171

Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5


Skor
No Peserta
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Total
didik
26 YFR 2 3 2 2 2 3 1 1 4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 58
27 RAA 2 2 3 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 55
28 AJH 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 1 4 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 57
29 ASA 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 54
30 AIMN 4 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 57
31 BP 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 57
32 BCH 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 1 4 3 2 2 3 2 2 58
33 DAP 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 52
34 FA 3 2 2 2 2 4 3 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 1 3 54
35 HSA 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 58
36 HPU 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 56
37 MFA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 54
38 MDI 2 2 2 2 1 2 3 2 1 1 3 1 1 4 3 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 52
39 MIBS 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 4 3 2 3 2 1 58
40 MWH 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 60
41 NI 3 1 1 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 4 4 2 2 2 2 3 2 3 59
42 RDJ 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 52
43 RH 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 2 3 59
44 REW 3 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 59
45 AW 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 56
46 ANM 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 1 3 2 2 2 1 2 2 2 4 1 53
47 BEB 2 4 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 57
48 DU 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 1 3 2 2 2 3 4 60
49 ISMS 1 2 3 2 4 4 3 2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 56
50 MAYR 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 56
172

NILAI BERPIKIR KRITIS PRETEST-POSTTEST


KELAS EKSPERIMEN

1. NILAI PRETEST

Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5


Total
No Peserta
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Skor
didik
1 ARF 2 3 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 4 2 4 2 3 4 2 4 2 3 4 2 4 66
2 RI 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 1 1 2 3 3 1 1 2 3 3 1 56
3 TS 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 58
4 EAFM 4 2 4 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 3 2 2 1 54
5 FMN 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 56
6 MRHS 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 60
7 RR 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 2 51
8 ZSS 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55
9 AIDC 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 61
10 AT 2 3 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 54
11 WP 3 2 3 2 2 2 3 4 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 4 2 3 2 3 2 2 63
12 YR 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 2 2 3 3 3 2 60
13 MRIZ 2 2 3 1 2 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 53
14 MKA 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 54
15 MCA 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 60
16 ANR 2 2 3 1 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 58
17 BPS 1 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 53
18 MRS 1 1 2 2 3 2 2 2 3 3 3 1 2 2 3 2 2 2 2 3 1 1 2 2 4 53
19 MIP 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 58
20 NH 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 1 2 2 2 3 2 1 3 2 2 51
21 SWP 1 4 3 2 3 4 2 2 3 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 3 4 4 2 2 4 66
22 DBS 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 53
23 DRS 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 53
173

Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5


Total
No Peserta
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Skor
didik
24 EAP 1 1 4 2 3 2 1 4 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 4 2 3 55
25 MYR 2 2 3 3 2 3 2 3 3 1 2 2 4 2 3 3 1 4 3 2 3 2 3 3 1 62
26 BYR 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 60
27 PTI 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 56
28 RPP 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 57
29 AMA 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 1 2 2 3 2 3 2 3 2 59
30 IAS 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 57
31 MRBS 3 2 2 2 3 4 2 2 2 2 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 61
32 TF 2 3 1 1 2 3 3 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 1 2 3 1 2 2 51
33 TRTA 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 2 55
34 FEB 2 3 3 2 3 2 3 3 2 1 2 2 3 2 1 2 3 4 2 2 3 2 3 2 1 58
35 DAS 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 4 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 61
36 MHAI 2 2 2 2 3 3 1 1 4 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 58
37 MR 1 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 53
38 RBA 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 53
39 VU 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 60
40 AP 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 4 2 2 2 2 2 2 53
41 BSAW 3 2 3 4 2 2 2 3 2 3 4 3 2 2 3 1 2 2 2 3 4 3 2 2 1 62
42 MAFP 2 1 2 3 2 3 4 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 54
43 SF 4 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 56
44 KYN 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 58
45 MAY 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 60
46 NYAY 2 2 3 3 2 1 2 3 2 3 3 2 2 4 2 3 4 2 2 3 3 2 2 4 1 62
47 YNP 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 57
48 FRK 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 51
49 MIR 1 2 3 2 4 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 57
50 VF 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2 3 2 4 2 2 2 2 2 3 2 55
174

2. NILAI POSTTEST

Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5


Total
No Peserta
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Skor
didik
1 ARF 3 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 83
2 RI 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 90
3 TS 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 87
4 EAFM 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 81
5 FMN 3 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 86
6 MRHS 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 85
7 RR 4 3 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 82
8 ZSS 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 93
9 AIDC 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 4 4 4 3 90
10 AT 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 90
11 WP 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 90
12 YR 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 86
13 MRIZ 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 92
14 MKA 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 88
15 MCA 2 3 4 3 3 2 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 2 4 4 2 3 4 3 3 81
16 ANR 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 88
17 BPS 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 94
18 MRS 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 86
19 MIP 4 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 88
20 NH 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 86
21 SWP 2 4 4 4 3 2 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 88
22 DBS 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 89
23 DRS 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 94
24 EAP 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 87
25 MYR 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 92
175

Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5


Total
No Peserta
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Skor
didik
26 BYR 4 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 89
27 PTI 4 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 90
28 RPP 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 92
29 AMA 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 92
30 IAS 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 85
31 MRBS 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2 3 4 4 3 3 88
32 TF 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 91
33 TRTA 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 93
34 FEB 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 86
35 DAS 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 92
36 MHAI 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 90
37 MR 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 87
38 RBA 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 90
39 VU 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 85
40 AP 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 89
41 BSAW 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 94
42 MAFP 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 91
43 SF 3 4 3 2 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 3 2 4 86
44 KYN 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 82
45 MAY 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 2 4 3 3 3 4 4 4 3 3 83
46 NYAY 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 89
47 YNP 2 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 86
48 FRK 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 91
49 MIR 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 91
50 VF 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 90
176

HASIL UJI T PRETEST KEAKTIFAN BELAJAR


KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN DENGAN SPSS

T-Test

Notes
Output Created
Comments
Input Active Dataset DataSet4
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are
based on the cases with no
missing or out-of-range data for
any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=Kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Keaktifan
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,00
177

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Keaktifan Kontrol 50 55.1000 5.84581 .82672
Eksperimen 50 54.6000 5.23333 .74010

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
Sig. (2- Mean Std. Error of the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Keaktifan Equal .784 .378 .451 98 .653 .50000 1.10961 -1.70198 2.70198
variances
assumed
Equal .451 96.824 .653 .50000 1.10961 -1.70231 2.70231
variances not
assumed
178

HASIL UJI T POSTTEST KEAKTIFAN BELAJAR


KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN DENGAN SPSS

T-Test

Notes
Output Created
Comments
Input Data D:\TUGAS TESIS DAN
DISERTASI\TESIS PAK ZAINUL
(POLRI)\HASIL SPSS\05_DATA
UJI T POSTTEST
KEAKTIFAN.sav
Active Dataset DataSet4
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are
based on the cases with no
missing or out-of-range data for
any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=Kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Keaktifan
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,00
179

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Keaktifan Eksperimen 50 88.0000 5.53283 .78246
Kontrol 50 55.7000 5.89102 .83312

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Keaktifan Equal variances .003 .958 28.260 98 .000 32.30000 1.14295 30.03186 34.56814
assumed
Equal variances 28.260 97.617 .000 32.30000 1.14295 30.03175 34.56825
not assumed
180

HASIL UJI T PRETEST BERFIKIR KRITIS


KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN DENGAN SPSS

T-Test

Notes
Output Created
Comments
Input Active Dataset DataSet2
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are
based on the cases with no
missing or out-of-range data for
any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=Kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,00
181

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Berpikir_Kritis Kontrol 50 56.9600 3.20051 .45262
Eksperimen 50 56.9400 3.81410 .53939

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Berpikir_ Equal variances 1.643 .203 .028 98 .977 .02000 .70414 -1.37734 1.41734
Kritis assumed
Equal variances .028 95.132 .977 .02000 .70414 -1.37787 1.41787
not assumed
182

HASIL UJI T POSTTEST BERPIKIR KRITIS


KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN DENGAN SPSS

T-Test

Notes
Output Created
Comments
Input Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 100
Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each analysis are
based on the cases with no
missing or out-of-range data for
any variable in the analysis.
Syntax T-TEST GROUPS=Kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Nilai
/CRITERIA=CI(.95).
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,01
183

Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Berpikir_ Eksperimen 50 88.3600 3.44496 .48719
Kritis Kontrol 50 56.6600 2.66963 .37754

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
Sig. (2- Mean Std. Error of the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Berpikir_ Equal variances 3.357 .070 51.431 98 .000 31.70000 .61636 30.47686 32.92314
Kritis assumed
Equal variances 51.431 92.253 .000 31.70000 .61636 30.47591 32.92409
not assumed

Anda mungkin juga menyukai