Anda di halaman 1dari 147

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE

CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TERHADAP KETERAMPILAN


BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH
DI SMA NEGERI 3 BATU

SKRIPSI
diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Sejarah

OLEH
SALVIA NOVANI CHAERUNISSA
NIM 190731638459

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN SEJARAH
JULI 2023

ii
iii
RINGKASAN

Novani, Salvia. 2023. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Value


Clarification Technique (VCT) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
di SMA Negeri 3 Batu. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Malang, Pembimbing: Wahyu Djoko Sulistyo, S.Pd.,
M.Pd.
Kata Kunci: VCT, berpikir kritis, model pembelajaran

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dalam pembelajaran sejarah


secara general yaitu kurangnya keterampilan berpikir kritis pada siswa sehingga
peneliti menguji keterampilan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 3 Batu dengan
menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT). Peneliti
akan melihat apakah terdapat pengaruh sebelum dan sesudah diterapkannya model
pembelajaran VCT yang kemudian dijadikan sebagai rumusan masalah.
Peneliti menggunakan desain penelitian kuantitatif quasi eksperimen. Peneliti
menggunakan kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran VCT dan menggunakan kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan
model pembelajaran VCT melainkan menggunakan model pembelajaran konvensional
sebagai pembanding terhadap ada tidaknya pengaruh penggunaan model
pembelajaran VCT yang dilakukan dengan memberikan angket pra-perlakuan dan
pasca-perlakuan pada siswa di kelas eksperimen (XI IPS 1) dan kelas kontrol (XI
MIPA 1).
Sebelum melakukan pengambilan data, dilakukan uji coba instrumen angket
terlebih dahulu untuk menentukan hasil uji validitas, uji reabilitas, uji daya beda, dan
uji tingkat kesukaran. Apabila soal sudah memenuhi standar uji coba yang telah
ditentukan, kemudian soal digunakan sebagai instrumen penelitian. Peneliti
menggunakan 40 soal angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan sebagai instrumen
penelitian.
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, data dinyatakan berdistribusi
normal karena diperoleh nilai signifikansi > 0,005 yaitu 0,304 pada hasil pra-
perlakuan kelas eksperimen dan 0,396 pada pasca-perlakuan kelas eksperimen
sehingga data berdistribusi normal. Selanjutnya, nilai signifikasi 0,274 pada pra-
perlakuan kelas kontrol dan 0,113 pada pasca-perlakuan kelas eksperimen. Adapun
pada hasil uji homogenitas diperoleh nilai signifikansi 0,189 yang berarti data bersifat
homogen.
Berdasarkan hasil, diperoleh hasil bahwa penggunaan model pembelajaran
VCT berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini dapat
dibuktikan oleh hasil uji hipotesis dengan perolehan nilai signifikasi (2-tailed) 0,012
pada equal variances assumsed dan 0,013 pada equal variances not assumed. Dengan

iv
demikian, dapat diperoleh kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga
terdapat pengaruh positif yang cukup signifikan pada penggunaan model
pembelajaran VCT terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.
SUMMARY

Novani, Salvia. 2023. The Effect of Using the Value Clarification Technique (VCT)
Learning Model on Students' Critical Thinking Skills at SMA Negeri 3 Batu.
Thesis, Department of History, Faculty of Social Sciences, State University of
Malang, Supervisor: Wahyu Djoko Sulistyo, S.Pd., M.Pd.
Keywords: VCT, critical thinking, learning model

This research is motivated by problems in learning history in general, namely


the lack of critical thinking skills in students so that researchers tested students'
critical thinking skills at SMA Negeri 3 Batu by using the Value Clarification
Technique (VCT) learning model. Researchers will see whether there is influence
before and after the implementation of the VCT learning model which is then used as
a problem formulation.
Researchers used a quasi-experimental quantitative research design.
Researchers used an experimental class that was treated using the VCT learning
model and used a control class that did not receive the VCT learning model treatment
but instead used the conventional learning model as a comparison of whether there
was any effect of using the VCT learning model which was carried out by giving pre-
treatment and post-treatment questionnaires to the students. students in the
experimental class (XI IPS 1) and the control class (XI MIPA 1).
Prior to data collection, a questionnaire instrument was tested first to
determine the results of the validity test, reliability test, differential power test, and
difficulty level test. If the questions meet the predetermined test standards, then the
questions are used as research instruments. Researchers used 40 pre-treatment and
post-treatment questionnaires as research instruments.
Based on the normality test conducted, the data were declared normally
distributed because a significance value of > 0.005 was obtained, namely 0.304 in the
pre-treatment results of the experimental class and 0.396 in the post-treatment
experimental class so that the data were normally distributed. Furthermore, the
significance value was 0.274 in the pre-treatment control class and 0.113 in the post-
treatment experimental class. As for the homogeneity test results obtained a
significance value of 0.189 which means the data is homogeneous.
Based on the results, it was found that the use of the VCT learning model had
an effect on students' critical thinking skills. This can be proven by the results of
hypothesis testing with the acquisition of a significant (2-tailed) value of 0.012 for
assumed equal variances and 0.013 for equal variances not assumed. Thus, it can be

v
concluded that Ho is rejected and Ha is accepted so that there is a significant positive
influence on the use of the VCT learning model on students' critical thinking skills.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia
serta nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 3
Batu” sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi syarat kelulusan serta mendapatkan gelar sarjana pada program studi S1
Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Malang.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga


penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan segala urusan salah
satunya dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ari Sapto, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Malang.
3. Bapak Dr. Daya Negri Wijaya, S.Pd., M.A. selaku Ketua Departemen Sejarah,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
4. Bapak Wahyu Djoko Sulistyo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam memberikan kritik,
saran, bimbingan, serta perbaikan dalam proses penyusunan skripsi ini
sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini.

vi
5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang yang telah
memudahkan penulis dalam menuntut ilmu selama 4 tahun di Jurusan Sejarah,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
6. Ibu Dra. Susiani M.Pd selaku guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 3
Batu yang telah mempermudah penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi
dan memberikan banyak motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu selaku orang tua penulis yang sangat berkontribusi dalam
memberikan dorongan, motivasi, serta doa yang tak pernah putus untuk setiap
perjuangan penulis.
8. Siswa kelas XI IPS 1 dan XI MIPA 1 SMA Negeri 3 Batu tahun ajaran
2022/2023 yang telah bersedia menjadi objek penelitian dalam penyusunan
skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat yang selalu ada di sisi penulis untuk mendengarkan keluh
kesah dan selalu memberikan support.
10. Diri sendiri yang selalu berusaha untuk konsisten dan berpikir positif agar
mampu melewati proses pengerjaan skripsi ini dan dapat menjadikan
penyusunan skripsi ini sebagai proses yang berkesan.
11. Semua pihak baik yang terlibat langsung maupun tidak langusng dalam proses
penyusunan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan demikian, penulis sangat terbuka
untuk menerima kritik dan saran yang dapat membangun untuk perbaikan bagi
peneliti selanjutnya. Besar harapan penulis agar skripsi ini mampu memberikan
manfaat bagi pembaca serta mampu memberikan kebermanfaatan dalam
pembelajaran sejarah. Sekian dan terima kasih.

Malang, 15 Juni 2023


Penulis

vii
Salvia Novani Chaerunissa
NIM 190731638459
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL....................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................iii
RINGKASAN..............................................................................................................iv
SUMMARY...................................................................................................................v
KATA PENGANTAR................................................................................................vi
DAFTAR ISI.............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian................................................................................................6
D. Kegunaan Penelitian...........................................................................................6
E. Asumsi Penelitian...............................................................................................7
F. Definisi Operasional...........................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Model Pembelajaran Value Clarification Technique.........................................9
B. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.................................................................13
C. Keterkaitan antara Model Pembelajaran VCT dengan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa.......................................................................................................15

viii
D. Kerangka Berpikir............................................................................................17
E. Hipotesis Tindakan...........................................................................................18

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian.......................................................................................20
B. Populasi dan Sampel.........................................................................................23
C. Teknik Pengumpulan DataPenelitian...............................................................23
D. Analisis Data Penelitian....................................................................................27

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL ANALISIS


A. Paparan Data Penelitian....................................................................................29
B. Hasil Analisis Data Penelitian...........................................................................35

BAB V PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Tanpa Menggunakan Model Pembelajaran VCT.......................39
B. Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran VCT.....................40
C. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran VCT Terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa........................................................................................41

BAB VI PENUTUP
A. Simpulan...........................................................................................................43
B. Saran.................................................................................................................44

DAFTAR RUJUKAN................................................................................................45
LAMPIRAN...............................................................................................................48
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................136

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3. 1 Desain quasi experiment non equivalent control group ......................................................
3. 2 Norma Skoring......................................................................................................................
3. 3 Kompetensi Dasar dan Indikator yang Digunakan...............................................................
4. 1 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ...............................................................................
4. 2 Nilai Pra-perlakuan Kelas Eksperimen................................................................................
4. 3 Nilai Pasca-perlakuan Kelas Eksperimen............................................................................
4. 4 Ringkasan Hasil Angket Kelas Eksperimen ........................................................................
4. 5 Nilai Pra-perlakuan Kelas Kontrol.......................................................................................
4. 6 Nilai Pasca-perlakuan Kelas Kontrol...................................................................................
4. 7 Ringkasan Hasil Angket Kelas Kontrol................................................................................
4. 8 Ringkasan Hasil Angket Kelas Eksperimen dan Kontrol.....................................................
4. 9 Hasil Uji Normalitas.............................................................................................................
4. 10 Hasil Uji Homogeitas...........................................................................................................
4. 11 Hasil Uji Hipotesis................................................................................................................

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kerangka Konsep Variabel.....................................................................................................
3.1 Bagan Alur Penelitian.............................................................................................................

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Surat Rekomendasi Izin Penelitian Cabang Dinas..................................................................
2. Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas.............................................................................
3. Surat Permohonan Validasi Instrumen....................................................................................
4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian................................................................................................
5. RPP Kelas Eksperimen (Dengan Perlakuan)...........................................................................
6. RPP Kelas Kontrol (Tanpa Perlakuan)....................................................................................
7. LKPD Kelas Eksperimen (Dengan Perlakuan)........................................................................
8. LKPD Kelas Kontrol (Tanpa Perlakuan).................................................................................
9. Angket Pra-Perlakuan.............................................................................................................
10. Angket Pacsa-Perlakuan.........................................................................................................
11. Hasil Uji Validitas Instrumen..................................................................................................
12. Hasil Uji Reabilitas Instrumen.................................................................................................
13. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen..................................................................................
14. Hasil Uji Daya Beda Instrumen...............................................................................................
15. Data Nilai Angket Pra Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol................................................
16. Data Nilai Angket Pasca Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.............................................
17. Hasil Uji Normalitas Data.......................................................................................................
18. Hasil Uji Homogenitas Data....................................................................................................
19. Hasil Uji Hipotesis Data..........................................................................................................
20. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen....................................................................................
21. Daftar Hadir Siswa Kelas Kontrol.........................................................................................
22. Sampel Jawaban Angket Pra-Perlakuan Siswa.....................................................................
23. Sampel Jawaban Angket Pasca-Perlakuan Siswa.................................................................
24. Sampel Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen..............................................................
25. Sampel Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol.....................................................................
26. Lembar Validasi Instrumen (Validator).................................................................................
27. Dokumentasi Kegiatan Penelitian..........................................................................................

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah menjadi salah satu bidang yang cukup penting karena
berpengaruh pada keberlanjutan proses perjalanan hidup manusia
(Madjid & Wahyudhi, 2014). Sejarah sendiri memiliki peran penting
dalam mempelajari terkait dengan apapun yang terjadi di masa lalu
yang kemudian dapat dijadikan sebagai pembelajaran atau diambil
hikmahnya (Padiatra, 2020). Seperti yang dikatakan oleh Hasan dalam
Asmara (2019), pembelajaran sejarah berperan dalam proses
pembentukan karakter bangsa yang dituangkan melalui pendidikan
formal. Pada dasarnya tidak setiap orang belajar sejarah, namun
sejarah sendiri merupakan aspek yang penting untuk dipelajari
mengingat betapa berpengaruh dan sensitifnya sejarah dari masa ke
masa. Sejarah sering dinilai sebagai mata pelajaran di sekolah yang
membosankan dan tidak menarik sehingga minat belajar siswa
terhadap pembelajaran sejarah masih rendah (Kurniawan, 2017).
Pembelajaran sejarah pada dasarnya memiliki makna yang
penting terhadap pembentukan watak serta pembentukan peradaban.
Melalui pembelajaran sejarah, siswa dapat bersikap lebih kritis dan
mengkaji lebih lanjut mengenai konsep 5W 1H dalam suatu peristiwa
sejarah di masa lampau dengan mengkorelasikan bagaimana
dampaknya terhadap kehidupan sesudah terjadinya suatu peristiwa
sejarah. Pembelajaran sejarah memiliki urgensi untuk
mengembangkan bagaimana potensi siswa dalam bersikap kritis
terhadap suatu peristiwa sejarah guna untuk mengetahui lebih lanjut
nilai-nilai bangsa yang diperjuangkan di masa lalu serta dipertahankan
hingga saat ini (Hasan, 2012: 87-88).
Pembelajaran sejarah diharapkan mampu membantu siswa
dalam mengembangkan keterampilan dalam berpikir kritis terlebih
dalam menanggapi berbagai di masa lampau baik dari asal-usul

1
hingga urgensinya terhadap masa kini. Ketika melihat permasalahan
terkait dengan pembelajaran sejarah, peneliti merasa bahwa perlu
diberlakukannya suatu model untuk digunakan dalam pembelajaran
yang memiliki daya guna serta berbeda dari model lain yang sudah
digunakan sebelumnya guna untuk menciptakan kondisi pembelajaran
yang variatif serta berperan dalam mengukur bagaimana kemampuan
siswa untuk berpikir kritis pada pembelajaran sejarah. Menanggapi
hal ini, peneliti berusaha untuk menerapkan suatu model dalam
pembelajaran yang dinilai akan cocok ketika diterapkan pada sampel
dan tentunya tidak menggunakan model yang digunakan pada
pembelajaran biasanya sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana
pengaruh ketika model pembelajaran belum diterapkan dan sudah
diterapkan. Model pembelajaran ini disebut Value Clarivication
Technique atau disingkat VCT.
Peneliti akan menganalisis bagaimana pengaruh penerapan
model pembelajaran VCT selama kegiatan belajar sejarah di SMA
Negeri 3 Batu atas kemampuan berpikir kritis pada siswa. Model
Value Clarification Technique ini akan dijadikan sebagai acuan dalam
melatih siswa untuk menganalisis dan menemukan sendiri value atau
gagasan yang menurutnya benar (Haris & Gunansyah, 2013). Model
pembelajaran VCT ini pada dasarnya bermula dari pengalaman-
pengalaman kelompok tertentu yang kemudian mengarah pada ide-ide
umum terkait dengan kesadaran diri dan pengetahuan (Ermawati,
Sofiarini, & Valen, 2021).
Adapun relevansi model VCT ini apabila digunakan dalam
menguji pengaruh pada bagaimana berpikir kritis siswa yaitu model
ini dimaknai sebagai model yang menitikberatkan pada nilai dimana
siswa nantinya diharapkan dapat menemukan, menganalisis, serta
mengambil sikap terhadap suatu peristiwa sejarah dengan output siswa
dapat memiliki pandangan atau sudut pandang sendiri terhadap
peristiwa tersebut sehingga memunculkan keterampilan siswa dalam
berpikir lebih kritis terhadap suatu peristiwa sejarah. Dengan

2
menggunakan model pembelajaran VCT ini, peneliti berusaha untuk
merelevansikan bagaimana penanaman nilai yang kemudian
dimanfaatkan dalam menguji bagaimana kemampuan yang dimiliki
siswa terkait dengan berpikir kritis dengan melewati proses mengkaji
yang dilakukan oleh siswa sendiri. Dengan demikian, keterampilan
atau kemampuan berpikir kritis dalam diri siswa sendiri bisa diketahui
dari bagaimana siswa tersebut menemukan sendiri nilai-nilai dalam
suatu peristiwa sejarah yang telah dianalisis oleh masing-masing siswa
menggunakan model pembelajaran VCT.
Pada dasarnya model pembelajaran VCT telah banyak dikaji
pada penelitian-penelitian sebelumnya, akan tetapi peneliti akan
mengangkat model pembelajaran ini dengan variabel y yang berbeda
dari beberapa penelitian yang ada sebelumnya. Di sisi lain, Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Batu merupakan sekolah yang tergolong
masih baru dan masih belum mencoba berbagai model pembelajaran
yang variatif, maka penelitian dengan mengunakan model ini masih
layak untuk dilaksanakan atau direalisasikan sebagai bentuk penelitian
baru pada sekolah sasaran yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Batu. Dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah, guru
lebih sering menggunakan model konvensional seperti ceramah yang
pada dasarnya kurang efisien untuk menguji keterampilan berpikir
kritis pada siswa.
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti melihat bahwa
memang model pembelajaran VCT sudah banyak digunakan dalam
suatu penelitian pendidikan. Namun, dalam ruang lingkup program
studi bahkan jurusan hingga fakultas, masih belum ada yang mengkaji
model pembelajaran ini untuk dilihat pengaruhnya terhadap
keterampilan atau kemampuan dalam berpikir secara kritis pada siswa
dalam kegiatan belajar mengajar di mata pelajaran sejarah. Peneliti
telah mengkaji beberapa penelitian sebelumnya dalam cakupan
lingkup universitas yang sama dengan pembahasan menggunakan
model pembelajaran VCT.

3
Kajian-kajian sebelumnya mengenai model pembelajaran VCT
dibahas secara rinci dalam beberapa rangkaian kajian berikut ini.
Skripsi yang pertama berjudul “Pengaruh Penerapan Model VCT
Terhadap Hasil Belajar IPS Materi Mengenai Permasalahan Sosial
Siswa Kelas IV SDN Dampit 2 Malang” yang diteliti oleh Dwi
Setiani. Penelitian ini dilakukan di SDN Dampit 2 Malang dengan
menggunakan model pembelajaran VCT sebagai variabel x dan hasil
belajar yang berperan sebagai variabel y. Berdasarkan hasil dari kajian
Dwi Setiani, diperoleh kesimpulan bahwa model VCT yang diterapkan
memiliki pengaruh pada hasil belajar siswa di SDN Dampit 2 Malang.
Penelitian terdahulu kedua berjudul “Pengaruh Model VCT
terhadap Penalaran Moral pada Materi Hak dan Kewajiban Kelas V
SDN 1 Banjararum” yang diteliti oleh Dita Eriyanti Pratiwi. Dalam
penelitian ini peneliti menguji model VCT yang berperan sebagai
variabel x dan diujikan pada penanaman moral siswa sebagai variabel
y. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dita Eriyanti, diperoleh
hasil bahwa model VCT ini ternyata memiliki pengaruh pada
penanaman moral siswa sesuai dengan materi yang diangkat yaitu hak
dan kewajiban.
Adapun penelitian ketiga yaitu pada penelitian yang dilakukan
oleh Selsa Aisyah Putri yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) Terhadap Kompetensi Aktif
Siswa pada Pembelajaran PKN kelas V di SDN Bumirejo 4 Kota
Malang”. Dalam ulasan ini, peneliti mencoba model pembelajaran
VCT untuk melihat dampaknya terhadap kemampuan dinamis siswa
dapada mata pelajaran PKN dengan kesimpulan bahwa model ini
mempengaruhi kompetensi aktif siswa dalam mata pelajaran PKN.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah peneliti
temukan, peneliti melihat bahwa penelitian terkait model
pembelajaran VCT masih belum ada yang diterapkan terhadap
keterampilan atau kemampuan dalam berpikir secara kritis pada siswa
khususnya pada proses kegiatan belajar sejarah sehingga menjadi

4
bahan pertimbangan kuat dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai
dengan variabel yang peneliti tentukan. Dengan demikian, masih
terdapat pembaharuan dalam pengkajian model pembelajaran ini
untuk diuji pada keterampilan atau kemampuan dalam berpikir secara
kritis siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Batu dimana pada
dasarnya memang masih belum pernah diuji sebelumnya mengingat
bahwa dalam mengukur keterampilan berpikir kritis itu sendiri juga
memerlukan suatu model yang efisien dan tepat dalam pembelajaran.
VCT merupakan model dalam kegiatan pembelajaran yang
sudah banyak diterapkan dalam kajian-kajian sebelumnya, sesuai
dengan permasalahan yang telah ditemukan. Namun model VCT ini
masih belum diteliti untuk dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap
keterampilan berpikir secara kritis pada siswa dalam pembelajaran
sejarah di kelas. Mengingat kemampuan ini merupakan salah satu
aspek penting yang memang perlu untuk dikuasai, maka hal tersebut
menjadi alasan peneliti untuk mengkaji penggunaan model
pembelajaran VCT dalam menguji bagaimana keterampilan berpikir
secara kritis pada siswa dalam pembelajaran sejarah di Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Batu. Peneliti berharap model pembelajaran
VCT yang akan digunakan dapat membantu siswa dan membawa
perubahan besar dalam upaya mengajarkan siswa cara berpikir secara
kritis dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Titik fokus kajian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana sebelum dan sesudah
menerapkan model VCT dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran
sejarah untuk diukur pengaruhnya pada keterampilan berpikir kritis
siswa. Dengan demkian, peneliti bermaksud untuk mengkaji kedua
variabel ini dengan menggunakan judul “Pengaruh Penggunaan
Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Pembelajaran Sejarah Di SMA Negeri 3 Batu.”

5
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) memiliki
pengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada mata
pembelajaran sejarah di SMA Negeri 3 Batu, sesuai dengan latar
belakang yang telah diuraikan.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada kajian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran sejarah di SMA
Negeri 3 Batu.

D. Kegunaan Penelitian
1. Siswa SMA Negeri 3 Batu
Peneliti berharap agar penelitian yang dilaksanakan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Batu mampu memberikan
manfaat bagi siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Batu
sebagai bentuk pendekatan pada proses belajar mengajar yang
berperan penting dalam membangun keterampilan berpikir kritis.
2. Guru Sejarah
Dalam rangka untuk memberikan dampak positif bagi
pembaharuan model yang digunakan dalam pendidikan sejarah,
diharapkan penelitian ini dapat meyakinkan para guru ejarah
untuk dapat menerapkan model VCT secara efisien dalam
meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
3. Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih untuk Jurusan Sejarah di Universitas Negeri Malang
sebagai referensi ataupun sumber bacaan bagi penelitian-
penelitian mendatang.

6
4. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
dalam metode penelitian kuantitatif yang berbasis eksperimen
dengan harapan kemudian dapat dijadikan sebagai referensi oleh
peneliti selanjutnya atau bagi pembaca.

E. Asumsi Penelitian
Asumsi dapat didefinisikan sebagai perkiraan atau prediksi
terhadap teori sementara yang masih belum dibuktikan serta
kebenarannya dapat diterima oleh peneliti. Asumsi penelitian ini
dirumuskan terlebih dahulu sebelum merumuskan data. Dalam hal ini,
peneliti menemukan asumsi bahwa model VCT memberikan pengaruh
terhadap keterampilan atau kemampuan untuk berpikir secara kritis
dalam kegatan pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas
Negeri 3 Batu. Peneliti berasumsi bahwa akan terdapat perbedaan
sebelum dan sesudah diterapkannya model VCT untuk diujikan pada
keterampilan berpikir secara kritis pada siswa dalam pembelajaran
sejarah di SMA Negeri 3 Batu.

F. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran didefinisikan sebagai rencana maupun
pola untuk menjadi acuan atau buku pedoman pada proses
pembelajaran untuk mengajarkan sesuatu. Pada hakikatnya, metode
yang digunakan pada kegiatan belajar dan mengajar disebut juga
dengan model pembelajaran. Adapun model pembelajaran
memiliki peranan penting dalam keterpaduan suatu pembelajaran
(Trianto, 2007).
2. Value Clarification Technique (VCT)
VCT adalah suatu model dalam pembelajaran dimana
diterapkan dalam rangka memberikan dukungan pada untuk siswa
menemukan dan memutuskan value yang menurutnya baik dalam

7
memecahkan kasus atau masalah dalam suatu pembelajaran
(Taniaredja,dkk.,2015).
3. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Proses berpikir reflektif dan dikenal sebagai berpikir kritis
berfokus pada upaya menentukan keyakinan atau tindakan
seseorang terhadap suatu permasalahan. Menurut Redecker dalam
Zakiah & Lestari (2019), keterampilan berpikir kritis ini mencakup
beberapa aspek diantaranya yaitu kemampuan mengakses,
kemampuan menganalisis, serta kemampuan dalam menyaring
suatu informasi.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Value Clarification Technique


1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai langkah
maupun sistem dalam pembelajaran yang dijadikan patokan dalam
merancang pembelajaran ketika pelaksanaan proses kegiatan
belajar mengajar. Model pembelajaran dimaknai sebagai suatu
metode yang terperinci dengan rancangan sistematis yang
menggunakan konsep belajar guna mencapai suatu tujuan dalam
pembelajaran yang ideal. Model pembelajaran ini memiliki kaitan
yang erat dengan teori pembelajaran. Adapun kegiatan belajar dan
mengajar dikembangkan oleh teori belajar yang memiliki peran
penting dalam menunjang kegiatan mengajar (Trianto, 2007).
Adapun model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai
suatu bentuk pembelajaran dimana bentuk pembelajaran ini
memiliki gambaran mulai dari awal hingga akhir yang kemudian
disajikan oleh guru secara khas. Dalam hal ini, model pembelajaran
dapat dikatakan sebagai cover dari suatu cara, strategi, dan
pendekatan dalam suatu proses pembelajaran (Helmiati, 2012).
Menurut pendapat lain mengatakan bahwa model
pembelajaran sendiri merupakan suatu fondasi dalam implementasi
pembelajaran yang diaplikasikan berlandaskan pada teori psikologi
pendidikan serta juga teori belajar yang kemudian disusun sesuai
dengan kajian penerapan kurikulum serta penerapannya dalam
tingkat operasional di kelas yang memiliki fungsi sebagai acuan
bagi guru yang digunakan sebagai perencanaan pada kegiatan
pembelajaran (Suprijono, 2012).
Model pembelajaran memiliki kaitan erat dengan strategi
pembelajaran. Dalam menentukan model pembelajaran, terdapat
beberapa hal yang perlu dipertimbangakan seperti apa goals yang

9
akan diraih dalam proses pembelajaran, bahan ajar yang digunakan,
pertimbangan dari sudut siswa dimana model yang digunakan ini
apakah sudah sinkron dengan kematangan siswa, gaya belajar, serta
pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis (Nurdyansyah &
Fahyuni, 2016: 21).

2. Pengertian Model Pembelajaran Value Clarification Technique


(VCT)

Model VCT dimaknai sebagai suatu cara atau teknik dalam


mengklarifikasi nilai dimana teknik ini menjadi salah satu cara
dalam mengajar dengan tujuan mendukung siswa untuk
menentukan serta menemukan nilai yang menurut siswa baik untuk
menyiasati suatu persoalan atau permasalahan yang dicari
berdasarkan proses analisis nilai-nilai yang pada dasarnya value ini
sudah terdapat di dalam diri tiap individu. Dapat dikatakan bahwa
VCT ini berperan sebagai model yang mendukung dan
mengarahkan siswa dalam menyelidiki, mencari, dan
mengungkapkan nilai-nilai tertentu (Sanjaya, 2006).
Dalam pembelajaran sejarah, model pembelajaran VCT ini
diperlukan untuk mengkaji terkait dengan nilai-nilai sejarah yang
ada dan kemudian dicari bagaimana keterkaitan antara nilai-nilai
sejarah dengan nilai yang pada dasarnya memang sudah ada dalam
diri siswa. Dengan demikian, model ini dijadikan alat untuk
melatih siswa dalam mengkritisi nilai baik nilai dalam sejarah
maupun yang sudah terdapat pada diri siswa. Tidak hanya hanya
berhenti di situ, bagaimanapun siswa diharapkan siap untuk
menemukan, memecah, memilih dalam mencari dan mengejar
keputusan mereka sendiri sehubungan dengan nilai-nilai yang
dianggap sesuai. Diharapkan siswa mampu berpikir kritis ketika
belajar sejarah setelah memahami nilai-nilai sejarah. Dalam
penerapannya, model VCT ini berawal dari pemikiran menyeluruh
yang berhubungan dengan informasi yang bersifat umum yang

10
menuju pada pengetahuan dan kesadaran diri sehingga dikatakan
bersifat induktif.
Model atau teknik VCT berperan dalam strategi pembelajaran
yang memiliki tujuan dalam melihat sejauh mana kesadaran siswa
terhadap nilai-nilai tertentu, sebagai media untuk membina
kesadaran siswa terkait dengan nilai-nilai yang kemudian
dikembangkan menuju arah perbaikan, sebagai bentuk penanaman
value yang disampaikan secara logis pada siswa sebagai bentuk
kesadaran moral, serta adapun tujuan yang terakhir yaitu sebagai
media dalam membantu siswa menilai posisi diri dan posisi orang
lain yang memiliki kaitan pada kehidupan sehari-hari ( Taniredja,
2015).
Model VCT menggunakan beberapa metode dalam
penerapannya, menurut Zakiyah dalam Nurdiansyah & Fahyuni
(2016), adapun beberapa bentuk metode dalam penerapannya yaitu:
a. Metode diskusi yang bertujuan untuk menukarkan gagasan dan
berbagi informasi sehingga siswa mendapatkan kesepakatan
berdasarkan pokok-pokok yang telah ditemukan.
b. Metode curah pendapat yang merupakan metode diskusi dalam
menghimpun gagasan, pendapat, pengetahuan, maupun
informasi.
c. Metode role play atau bermain peran yang lebih menekankan
pada masalah.
d. Metode wawancara.

3. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Value


Clarification Technique (VCT)

Dalam pelaksanaan model VCT, terdapat beberapa tahapan


atau prosedur. Menurut Djahiri dalam Haris & Gunansyah (2013),
adapun langkah-langkah pembelajaran VCT yaitu:
a. Menentukan stimulus atau perangsang yang bersifat
membingungkan atau dilematik.

11
b. Menyajikan stimulus yang telah disampaikan melalui
membaca, drama, dan lain sebagainya dalam bentuk
mengungkapkan permasalahan, dan mengidentifikasi fakta
yang terdapat pada stimulus.
c. Memastikan pendapat atau pilihan dengan memberikan pilihan
secara individu, kelompok, serta klasifikasi atas terhadap
pilihan yang telah ditetapkan.
d. Meminta pendapat dari siswa, suatu kelompok dengan tujuan
untuk menguji alasan yang telah diberikan oleh siswa.
e. Menyimpulkan dan mengarahkan melalui hasil kesimpulan
yang diperoleh.
f. Melakukan kegiatan tindak lanjut seperti kegiatan perbaikan
dan uji coba penerapan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Value


Clarification Technique (VCT)

Menurut Nurdyansah & Fahyumi (2016), adapun keunggulan


dan kekurangan pada model VCT adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Mampu membantu siswa untuk mewujudkan dan menentukan
values yang harus diterapkannya pada diri sendiri maupun
perihal lain.
b. Mampu melatih siswa untuk berinteraksi dengan jujur dan
terbuka dengan guru maupun teman mengenai value yang
ditanamkan pada diri sendiri.
c. Memungkinkan siswa untuk memahami nilai, sikap, perasaan,
dan perilaku dengan mendorong mereka untuk menggunakan
kemampuan berpikir kritis dan rasional serta kesadaran
emosional mereka.
Selain terdapat kelebihan, dalam model pembelajaran VCT
memiliki kekurangan. Dalam penerapannya, terdapat kekurangan
seperti tidak adanya kesinkronan antara penanaman nilai dari diri

12
siswa dan guru. Proses pembelajaran sikap ini langsung
disampaikan oleh guru atau pendidik secara langsung dimana guru
menerapkan nilai-nilai yang dianggapnya benar secara individual
tanpa melihat dari sudut pandang siswa sehingga mengakibatkan
munculnya konflik dalam diri siswa akibat tidak adanya
sinkronisasi antara values yang sudah terbentuk pada diri siswa
sejak lama dan values yang baru ditanamkan oleh guru atau
pendidik di sekolah.

B. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa


Proses berpikir reflektif yang dikenal dengan berpikir kritis
berfokus pada upaya menentukan keyakinan atau tindakan
seseorang. Menurut Redecker dalam Zakiah & Lestari (2019),
keterampilan berpikir kritis ini mencakup beberapa aspek
diantaranya yaitu kemampuan mengakses, kemampuan
menganalisis, serta kemampuan dalam menyaring informasi yang
diterapkan dalam pembelajaran dan yang dikuasai. Dengan
demikian, berpikir kritis mencakup beberapa komponen yaitu
menganalisis pendapat, membuat kesimpulan penalaran yang
berawal dari hal khusus maupun umum, penilaian maupun evaluasi,
serta membuat suatu keputusan atau pemecahan masalah.
Berpikir secara kritis dapat dimaknai sebagai suatu
mekanisme yang dimiliki oleh seseorang dalam menggunakan
pengetahuan dan keterampilan sebagai upaya pemecahan masalah,
memutuskan sesuatu, dan memeriksa semua pemikiran yang
bersumber pada diri sendiri atau orang lain. Setelah itu, seseorang
kemudian melakukan penelitian dengan menggunakan hasil
perolehan data yang sudah dikumpulkan untuk memperoleh
kesimpulan yang mereka inginkan berdasarkan keputusan yang
telah diambil . Berpikir kritis tidak secara alami muncul pada
seseorang, melainkan perlu diasah agar memiliki keterampilan ini
(Ariana, dkk, 2018: 12-13).

13
Menurut Aybek & Aslan dalam Tumangor (2021), terdapat
beberapa ciri-ciri utama dalam kemampuan berpikir kritis yaitu:
1. Mengenali pokok permasalahan yang ada maupun yang
ditemukan.
2. Memiliki solusi atas suatu permasalahan.
3. Menyusun serta menautkan informasi yang ditemukan maupun
diperlukan.
4. Mengetahui anggapan atau dugaan.
5. Mengetahui penggunaan bahasa yang jelas, sesuai, dan tepat
6. Melihat fakta yang benar serta menganalisis pertanyaan-
pertanyaan yang ada.
7. Mengetahui bahwa terdapat hubungan yang logis antar
masalah yang ada atau yang ditemukan.
8. Mampu mendapatkan kesimpulan yang logis
9. Mampu menganalisis dan menguji kesimpulan yang telah
diambil maupun kesimpulan dari orang lain.
10. Melihat dan menyinkronkan pola atau value yang ditemukan
sendiri maupun ditemukan orang lain berdasarkan pada fakta.
11. Menentukan penilaian yang benar dan logis mengenai perihal
tertentu atau suatu permasalahan.

Dewasa ini, hal yang menjadi aspek yang penting dalam


pembelajaran sejarah yaitu diperlukannya keterampilan atau
kemampuan dalam berpikir secara kritis. Keterampilan dalam
berpikir secara kritis ini diperlukan dalam pembelajaran sejarah
agar siswa tidak menelan mentah-mentah suatu peristiwa sejarah
sehingga sebelum mempercayainya, siswa akan mengkaji dan
mengkritisi suatu kejadian yang terjadi di masa lalu dengan
berlandaskan pada sumber-sumber yang ada.
Menurut Mansilla dan Gardner dalam Hasan (2008), dalam
pembelajaran sejarah terdapat beberapa langkah dalam penerapan
atau pengembangan keterampilan berpikir kritis. Adapun tahapan
dalam pengembangan tersebut yaitu:

14
1. Mengidentifikasi terlebih dahulu topik dan pembahasan dalam
sejarah yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan.
2. Memberikan durasi waktu yang cukup pada siswa ketika
membahas suatu topik atau permasalahan. Kemudian, siswa
dapat mengembangkan berpikir kritis topik-topik pilihan
tersebut.
3. Menggunakan cara yang berkenaan dengan langkah siswa
dalam belajar guna mengembangkan keterampilan untuk
berpikir secara kritis. Dapat dilakukan melalui metode maupun
model pembelajaran terentu.
4. Mengembangkan performa pemahaman siswa.
Mengembangkan performa pemahaman siswa dapat dilakukan
dengan menganalisis bersama dan mengajak siswa untuk
berikir dengan memberikan gambaran siuasi yang baru.
Dalam mengukur sejauh mana siswa mampu berpikir kritis,
terdapat beberapa penunjuk atau parameter penting dalam berpikir
kritis yang perlu diperhatikan. Adapun menurut Ennis (2015),
indikator berpikir kritis adalah mencakup sebagai berikut:
1. Memberikan suatu penjelasan yang lugas, sederhana, dan
tepat.
2. Menyusun dan membentuk skill dasar.
3. Mengambil kesimpulan.
4. Memaparkan suatu penjelasan secara lebih lanjut.
5. Menyusun suatu cara atau strategi.

C. Keterkaitan antara Model Pembelajaran VCT dengan


Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, diperlukan adanya
kemampuan pengajar untuk berinovasi dalam menggunakan model
variatif pada pembelajaran di kelas, terlebih dewasa ini
pembelajaran sejarah di sekolah tidak lepas dari penggunaan
metode ceramah yang terasa monoton dam membuat siswa menjadi
bosan ketika belajar. Dengan demikian, peneliti memilih untuk

15
menerapkan model VCT yang digunakan dalam menguji sejauh
mana siswa mampu berpikir kritis. Walaupun VCT sendiri
merupakan model pembelajaran lama yang sudah sering
digunakan, namun model ini belum pernah dikaitkan dengan
penggunaan variabel y berupa berpikir secara kritis pada siswa
dalam mata pelajaran sejarah. Kemampuan berpikir secara kritis
pada siswa sendiri merupakan aspek yang jarang dikaji terlebih di
SMA Negeri 3 Batu sendiri masih belum pernah dilakukan
penelitian yang mengkaji variabel y tersebut.
Dalam hal ini, peneliti akan menguji bagaimana keterampilan
berpikir kritis pada siswa mengingat bahwa keterampilan ini
menjadi salah satu kacamata yang memang perlu untuk dimiliki
oleh setiap siswa dalam pembelajaran sejarah yang pada dasarnya
bersifat subjektif. Peneliti melihat bahwa siswa harus kritis
terhadap kebenaran-kebenaran peristiwa yang ada di masa lalu.
VCT ini merupakan model pembelajaran dengan menitikberatkan
pada penanaman value pada siswa sehingga apabila dikaitkan
dengan keterampilan berpikir kritis siswa, maka peneliti akan
menguji kesadaran siswa terkait dengan bagaimana penanaman
nilai-nilai pada siswa dengan menguji bagaimana cara berpikir
kritis pada siswa.
Dengan demikian, memungkinkan apabila penerapan VCT
dapat memberikan pengaruh atau tidak berpengaruh pada
kemampuan berpikir kritis pada siswa. Adapun keterkaitan dari
dua variabel secara rinci dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Variabel


Keterangan:
X = Model Pembelajaran VCT.

16
Y = Hasil Angket Pra-Perlakuan dan Pasca-Perlakuan Siswa.
= Pengaruh.

Berdasarkan gambar kerangka konsep variabel 2.1, diperoleh


penjelasan bahwa model VCT yang diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar memberikan pengaruh untuk mengetahui sejauh
mana siswa dapat berpikir secara kritis. Hasil angket akan
menunjukkan apakah penggunaan model pembelajaran VCT ini
memberikan pengaruh bagi siswa atau tidak.

D. Kerangka Berpikir
Sejarah menjadi salah satu pelajaran di sekolah yang
membutuhkan keterampilan untuk berpikir secara kritis pada
pelaksanaannya. Hal ini didasarkan pada kajian sejarah yang
membahas terkait peristiwa-peristiwa di masa lampau yang secara
garis besar bersifat subjekif. Dengan demikian, dibutuhkan
keterampilan berpikir kritis pada siswa untuk mengkaji lebih
lanjut suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Siswa
diharapkan mampu mengkritisi bagaimana suatu peristiwa sejarah
terjadi dengan didasarkan pada aspek 5W 1H.

Dewasa ini, keterampilan berpikir kritis pada siswa menjadi


aspek penting yang masih kurang mendapatkan perhatian. Secara
garis besar, masih terdapat siswa yang belum benar-benar mampu
bepikir secara kritis dalam pembelajaran sejarah. Kebanyakan
dari siswa merasa bahwa belajar sejarah di sekolah hanya sebatas
formalitas saja tanpa memiliki rasa ingin tahu dan mengkaji lebih
lanjut suatu peristiwa sejarah. Dengan demikian, peneliti
kemudian akan menguji keterampilan dalam berpikir secara kritis
pada siswa menggunakan VCT sebagai model pembelajaran yang
dianggap sudah sesuai. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, VCT ini digunakan dengan menitikberatkan pada
penanaman value dimana dalam pelaksanaannya, siswa dihimbau
untuk dapat menganalisis, memilih, serta menemukan sendiri

17
suatu nilai yang dianggap benar. Dengan berangkat dari
pengertian VCT, maka model pembelajaran VCT ini cocok untuk
diujikan terhadap keterampilan berpikir kritis pada siswa yang
memang perlu untuk diasah lebih lanjut.

Berdasarkan beberapa alasan yang telah peneliti jabarkan,


dapat diasumsikan bahwa VCT mampu membantu siswa untuk
mengasah cara berpikir kritis karena terdapat kaitan yang
seimbang antara tujuan dari model pembelajaran VCT itu sendiri
dengan makna berpikir kritis siswa. Kerangka berpikir pada
penelitian ini berpusat pada pembelajaran sejarah yang dilakukan
dengan penggunaan VCT yang kemudian diujikan kepada siswa
untuk dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap keterampilan
berpikir kritis melalui instrumen angket pra-perlakuan yang akan
diberikan kepada siswa sebelum diberlakukan VCT dan kemudian
setelah diberlakukan pembelajaran menggunakan model VCT, dan
setelahnya memberikan arahan kepada siswa untuk mengisi
angket pasca-perlakuan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
pengaruh VCT pada keterampilan berpikir kritis siswa seebelum
dan sesudah diterapkannya model pembelajaran ini.

E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai suatu jawaban atau
asumsi sementara dari peneliti terhadap hasil kajian. Hipotesis yang
diputuskan pada kajian ini yaitu “ada pengaruh pada penggunaan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap
keterampilan dalam berpikir kritis secara kritis pada siswa dalam
pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Batu.”
Berikut hipotesis analisis dan hipotesis nihil pada penelitian yang
akan dilakukan.
1. Hipotesis Analisis (Ha)
“Terdapat perbedaan pada penggunaan model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) dengan model
pembelajaran konvensional (ceramah) terhadap keterampilan

18
berpikir kritis pada pembelajaran sejarah di SMA Negeri 3
Batu.”
2. Hipotesis Nihil (No)
“Tidak ada perbedaan pada penggunaan model
pembelajaran Value Clarification (VCT) dengan model
pembelajaran konvensional (ceramah) terhadap keterampilan
berpikir kritis siswa pada pembelajaran sejarah di SMA Negeri
3 Batu.”

19
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian akan dilakukan dengan mengkaji apakah terdapat
pengaruh atau tidak pada penerapan model VCT yang diuji pada
keterampilan berpikir secara kritis ketika kegiatan belajar mengajar
sejarah. Dalam penelitian ini digunakan metode kuantitatif yaitu quasi
experiment. Dalam penelitian kuasi, pada dasarnya terdapat dua bentuk
rancangan penelitian yaitu pertama time series design dan yang kedua
yaitu non equivalent contol group design. Dalam pelaksanaan
penelitian ini peneliti akan menggunakan quasi experiment non
equivalent contol group design.
Desain penelitian non equivalent control group pada dasarnya
mirip dengan pre-test post-test contol group design, namun yang
membedakannya yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam
penelitian ini yang tidak diambil atau dipilih secara acak. Dengan
demikian, penelitian jenis ini merupakan penyempurnaan dari one
group pre test post test design. Kelas kontrol digunakan sebagai
pembanding terhadap kelompok eksperimen sehingga dapat diketahui
bagaimana pengaruhnya terhadap dua kelas yang berbeda. Dua kelas
ini diberikan angket pra-perlakukan dan angket pasca-perlakuan
kemudian adapun pada kelas yang mendapat perlakuan peneliti akan
menggunakan model VCT sedangkan pada kelas yang tidak mendapat
perlakuan peneliti akan menggunakan model ceramah sebagai
pembanding.
Dengan digunakannya penelitian quasi experiment, maka pada
penelitian ini pada kedua kelas penelitian akan digunakan model

20
pembelajaran yang berbeda. Penjelasan mengenai bentuk penelitian
yang akan dilakukan terdapat pada tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Bentuk Penelitian quasi experimen non equivalen


control group

Kelas Angket Pra- Treatement/ Angket Pasca-


perlakuan Perlakuan perlakuan
KE O1 X1 O2
KK O3 X2 O4

Keterangan:
KE : Kelas Eksperimen.
KK : Kelas Kontrol.
O1 : Angket Pra-Perlakuan pada kelas eksperimen.
O2 : Angket Pasca-Perlakuan pada kelas eksperimen.
O3 : Angket Pra-Perlakuan pada kelas kontrol.
O4 : Angket Pasca-Perlakuan pada kelas kontrol.
X1 : Kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model VCT.
X2 : Kelas kontrol tanpa diberikan perlakuan model VCT.

Adapun tujuan utama pada penelitian ini yaitu untuk menguji


“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 3 Batu.” Berikut disajikan
beberapa prosedur yang dilakukan dalam penelitian:
1. Memilih kelas yang memiliki peran sebagai kelas kontrol dan
sebagai kelas eksperimen sesuai arahan guru sejarah.
2. Pembuatan dan uji coba instrumen pengukuran keterampilan
berpikir kritis.
3. Melakukan penilaian dengan menggunakan angket pra-perlakuan
pada masing-masing kelas.

21
4. Pemberian perlakuan model VCT untuk siswa di kelas eksperimen
dan model ceramah berupa memberikan penjelasan atau ceramah,
tanya jawab, diskusi, dan memberikan tugas pada siswa di kelas
kontrol.
5. Melakukan penilaian dengan menggunakan angket pasca-
perlakuan pada masing-masing kelas.
6. Pengolahan data hasil pengukuran keterampilan berpikir kritis.
7. Analisis data menggunakan aplikasi SPSS Statistic.
8. Mengambil hasil penelitian berdasarkan pada analisis data yang
telah dilakukan setelah penelitian.
9. Melihat bagaimana hasil penelitian dengan melihat apakah model
VCT berpengaruh terhadap keterampilan berpikir secara kritis pada
siswa dalam kegiatan belajar mengajar sejarah di Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Batu.
Secara lebih detail, alur pada penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

Penentuan Kelas
Pembuatan Eksperimen dan Uji
RPP dan Kelas Kontrol. Instrumen
Instrumen. .. Validitas.
Soal Lapangan dan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Menggunakan model Menggunakan model


pembelajaran VCT disertai pembelajaran ceramah
angket disertai dengan angket pra
pra dan pasca-perlakuan. dan pasca-perlakuan.

Analisis Data
Membandingkan hasil angket pra-perlakuan dan pasca-
perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil Penelitian
Terdapat pengaruh atau tidak ada pengaruh pada penerapan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran
sejarah di SMA Negeri 3 Batu.
22
Gambar 3.1 Bagan alur penelitian

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi didefinisikan sebagai kawasan general yang mana di
dalamnya terdapat objek maupun subjek dengan ciri-ciri serta
kualitas tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan
dipelajari lalu diambil kesimpulannya (Muhyi, dkk: 2018). Adapun
populasi yang diambil mencakup seluruh siswa kelas XI SMA
Negeri 3 Batu dengan 2 jurusan yaitu IPA dan IPS dengan kelas XI
MIPA dengan tiga kelas dan tiga kelas pada XI IPS.
2. Sampel

Sampel didefinisikan sebagai bagian dari suatu populasi.


Ketika populasi memiliki jumlah yang besar, maka tidak efisien
apabila peneliti mempelajari segala yang ada pada masing-masing
populasi sehingga diperlukan adanya perwakilan dari populasi
(Garalka & Darmanah, 2019). Dalam penentuan sampel, peneliti
tidak memilih sampel secara acak sehingga kemudian digunakan
teknik purposive sampling sebagai upaya dalam menentukan sampel
yang nantinya digunakan sebagai objek penelitian. Dalam penelitian
kuantitatif ini, digunakan sampel kelas XI IPS 1 yang berperan
sebagai kelas eksperimen yang mendapat perlakuan model
pembelajaran VCT dan kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol yang
tidak mendapat perlakuan model pembelajaran VCT melainkan
menggunakan model ceramah. Pengambilan kedua kelas ini
didasarkan pada pertimbangan guru yang disesuaikan antara
kecocokan materi penelitian dengan kelas.

C. Teknik Pengumpulan DataPenelitian

23
Data penelitian diambil dari angket yang telah disebarkan
pada sampel guna untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
sebagai data penelitian. Penjelasan mengenai teknik pengambilan data
yaitu:
1. Angket
Angket didefinisikan sebagai sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan dalam mendapatkan informasi dari responden.
Kuesioner atau angket ini kemudian dipakai dalam menyebut suatu
metode atau instrumen (Arikunto, 2006). Dalam penggunaannya,
peneliti akan menyebarkan angket kepada sampel guna mengetahui
hasil dari pelaksanaan model yang digunakan dalam pembelajaran
untuk menguji sejauh mana siswa dapat berpikir kritis sehingga
peneliti dapat menganalisis masing-masing hasil dari tiap individu.
Angket akan diberikan dalam dua tahap yaitu pertama sebelum
diterapkannya model pembelajaran VCT yaitu dengan diberikannya
angket pra-perlakuan serta setelah diterapkannya model
pembelajaran VCT yang disebut angket pasca-perlakuan.

2. Instrumen Penelitian
Dalam rangka untuk memudahkan peneliti mengambil data
berdasarkan penelitian, maka dibutukan suatu alat yang
penggunaannya disesuaikan dengan sumber serta metode dalam
pengambilan data yang telah ditentukan. Dalam mengambil data,
peneliti akan melakukan pengukuran data primer dengan
menggunakan angket pra-perlakuan dan angket pasca- perlakuan.
a. Lembar soal angket pra-perlakuan
Sebelum siswa diberi perlakuan dengan model
pembelajaran terkait, angket pra-perlakuan diberikan kepada
siswa.
b. Lembar soal angket pasca-perlakuan
Setelah siswa diberi perlakuan dengan model pembelajaran
terkait, angket pra-perlakuan diberikan kepada siswa.

24
Siswa kemudian diberikan arahan dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sudah tertera di dalam lembar angket
pra-perlakuan dan angket pasca-perlakuan sesuai dengan prosedur
yang telah dijelaskan untuk mengetahui hasil dari keterampilan
berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa ketika sebelum digunakan
model ini dan sesudah diterapkannya model pembelajaran VCT.
Sebelum angket diterapkan dalam mengukur perbedaan
sebelum dan sesudah penggunaan model pembelajaran, maka perlu
dilakukan beberapa uji terhadap angket terlebih dahulu agar data
yang diambil nanti baik serta mampu membuktikan hipotesis yang
telah peneliti ajukan. Instrumen yang baik harus valid dan reliabel.
Beberapa uji yang akan dilakukan sebelum soal angket digunakan
yaitu:

1. Uji Validitas
Validitas sendiri merupakan perhitungan dalam rangka
untuk memberitahukan apabila variabel yang sedang diuji
merupakan variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper
dan Schindler, dalam Zulganef, 2006). Pada angket atau
kuesioner yang diberikan kepada siswa akan diuji terlebih
dahulu validitasnya. Suatu pertanyaan dapat dinyatakan sebagai
soal yang masuk dalam kategori valid apabila soal ini
mempunyai dukungan yang kuat terhadap nilai total atau nilai
secara keseluruhan (Setyawan, 2014). Dalam menghitung uji
validitas, digunakan rumus:

Sumber: Munawaroh, 2012: 79

Keterangan:

25
r = Korelasi product moment.
N = Jumlah sampel.
X = Skor variabel x.
Y = Skor variabel y.
XY = Skor variabel x dikaikan variabel y.

2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas merupakan suatu uji yang menyatakan apabila
parameter yang digunakan pada suatu penelitian dengan
keunggulan sebagai alat ukur yang di ukur melalui konsistensi
hasil pengukuran dari waktu ke waktu apabila fenomena yang
diukur tidak berubah (Harrison, dalam Zulganef: 2006). Suatu
angket dapat dikatakan reliabel apabila jawaban dari kuisioner
atau angket tersebut tetap stabil. Dalam hal ini, kuesioner atau
angket yang telah diberikan kepada sampel kemudian dilakukan
uji reabilitas pada hasil akhirnya.
Berikut rumus yang digunakan untuk melakukan uji
reabilitas:

Sumber: Munawaroh, 2012: 82

Dengan keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas alpha.
k = Jumlah item pertanyaan.
∑ϭ2 b = Jumlah varian butir.
ϭ2t = Varians total.

3. Uji Tingkat Kesukaran


Uji tingkat kesukaran memiliki tujuan dalam mengetahui
bagaimana tingkat kesukaran pada maing-masing soal. Apabila
ada pertanyaan yang memiliki kriteria kesukaran yang sangat

26
mudah atau sangat sukar, maka soal yang dibuat dapat direvisi
atau dibuang. Adapun rumus dalam melakukan uji kesukaran
yaitu:

Keterangan:
P = Indeks Kesukaran.
B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar.
JS = Jumlah seluruh peserta tes.

4. Uji Daya Pembeda


Uji daya beda dilakukan dengan tujuan agar dapat
mengetahui bagaimana kemampuan soal ketika
mengklasifikasikan siswa yang menguasai kompetensi dengan
yang masih belum menguasai kompetensi. Apabila ada soal yang
memiliki daya beda jelek, maka soal layak untuk diperbaiki atau
tidak digunakan. Dalam mencari tahu daya beda, digunakan
rumus:

Keterangan:
DP = Daya Pembeda.
BA = Jumlah kelompok atas yang menjawab soal benar.
BB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal benar.
JA = Jumlah peserta kelompok atas.
JB = Jumlah peserta kelompok bawah.

D. Analisis Data Penelitian


Data penelitian didapatkan dari angket pra-perlakuan yang
diambil sebelum pembelajaran dan angket pasca-perlakuan yang diambil
setelah proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran VCT

27
selesai. Hasil angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan siswa diolah
berdasarkan persyaratan penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya.
Analisis data penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui apakah
terdapat pengaruh pada kedua variabel yaitu model pembelajaran VCT
sebagai variabel x yang diterapkan pada variabel y yaitu keterampilan
berpikir kritis siswa.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas didefinisikan sebagai suatu tahapan dalam
rangka untuk melihat data yang telah diperoleh tadi berasal dari
populasi yang memang berdistribusi secara normal atau berada
dalam sebaran yang normal. Adapun uji normalitas ini pada intinya
digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh normal atau
tidak normal. Adapun aturan dalam menentukan hasil uji normalitas
yaitu sebagai berikut:

a. Apabila nilai signifikasi > 0,05, maka dapat dinyatakan


berdistribusi secara normal.
b. Apabila nilai signifikasi < 0,05 maka dapat dinyatakan
berdistribusi secara tidak normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui atau memastikan bahwa data berasal dari populasi
yang sama maupun bukan. Pengujian data homogenitas ini dapat
dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistic. Adapun
syarat untuk menentukan keputusan dari uji homogenitas yaitu:
a. Apabila diperoleh nilai signifikasi > 0,05, maka diperoleh
kesimpulan bahwa data sama atau homogen
b. Apabila diperoleh nilai signifikasi < 0,05, maka diperoleh
kesimpulan bahwa data tidak sama atau tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Hipotesis didefinisikan sebagai suatu dugaan sementara
terhadap hasil penelitian yang bersumber dari asumsi penyebab
masalah yang bersumber dari hasil atau pengamatan yang dilakukan

28
oleh peneliti (Heryana, 2020). Dalam menguji hipotesis, digunakan
bantuan software SPSS Statiscic dengan dilakukan uji independent
yaitu sample t-test yang dilakukan dengan tujuan agar tahu
bagaimana perbedaan rata-rata dari nilai angket pra-perlakuan dan
pasca-perlakuan. Adapun hasil uji-t akan mengacu pada signifikasi
0,05, sehingga disesuaikan dengan dasar keputusan sebagai berikut:
a. Apabila diperoleh nilai signifikasi (2-tailed) > 0,05, maka
hipotesis nihil diterima.
b. Apabila diperoleh nilai signifikasi (2-tailed) < 0,05, maka
hipotesis nihil ditolak.

BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL ANALISIS

A. Paparan Data Penelitian


1. Deskripsi Data Instrumen Penelitian
Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan Sekolah
Menengah Atas Negeri 3 Batu sebagai tempat penelitian. Proses
pembelajaran di SMA Negeri 3 Batu dilakukan bersama dengan siswa XI
IPS 1 dan siswa XI MIPA 1. Kelas XI IPS 1 dijadikan sebagai kelas
eksperimen sedangkan pada kelas XI IPA 1 berperan sebagai kelas
pembanding atau kelas kontrol. Angket pra-perlakuan serta pasca-
perlakuan diberikan kepada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang kemudian akan dilihat bagaimana pengaruhnya pada kelas
dengan mendapat perlakuan model VCT dan model pembelajaran ceramah
yang dijadikan sebagai pembanding. Uji coba angket penelitian dilakukan
dengan meminta bantuan pada beberapa sekolah dengan total jumlah
responden yaitu 162 siswa secara random. Beberapa sekolah yang peneliti
gunakan untuk uji coba instrumen diantaranya yaitu SMA Negeri 3 Batu
dengan 55 siswa sebagai responden, SMA Negeri 1 Batu dengan 65 siswa
sebagai responden, serta SMA Hasyim Asyari Batu dengan 42 siswa

29
sebagai responden. Uji coba instrumen dilakukan melalui google formulir
dan disebarkan secara online.
Dari perhitungan uji validitas dengan r-tabel 0,1543 diperoleh hasil
bahwa 40 soal valid semua. Dari perhitungan uji rabilitas, dapat diketahui
bahwa soal-soal dinyatakan reliabel dengan perolehan hasil 0,944 yang
termasuk ke dalam kriteria tinggi. Adapun perolehan uji kesukaran angket
diperoleh hasil 35 soal tergolong soal yang mudah dan 5 soal tergolong
pada soal sedang. Selanjutnya peneliti juga melakukan uji daya pembeda
dengan hasil 37 soal tyang terkategori baik, 2 soal terkategori baik sekali,
dan 1 soal terkategori jelek. Adapun hasil rekapitulasi sebagai berikut pada
tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Rekapitulasi Hasil Validitas, Reabilitas, Tingkat


Kesukaran, dan Daya Beda
No Validitas Reabilitas Tingkat Daya Keputusan
Kesukaran Pembeda
1. Valid Mudah Baik Terima
2. Valid Mudah Baik Terima
3. Valid Mudah Baik Terima
4. Valid Mudah Baik Terima
5. Valid Mudah Baik Terima
6. Valid Sedang Baik Terima
7. Valid Sedang Baik Terima
8. Valid Mudah Baik Terima
9. Valid Sedang Baik Terima
10. Valid Mudah Baik Terima
11. Valid Mudah Baik Terima
12. Valid Mudah Baik Terima
13. Valid Mudah Baik Terima
14. Valid Mudah Baik Terima
15. Valid Mudah Baik Terima
16. Valid Mudah Baik Terima
17. Valid Mudah Baik sekali Terima
18. Valid Mudah Baik Terima
19. Valid Mudah Baik Terima
20. Valid Mudah Baik Terima
21. Valid Mudah Baik Terima
22. Valid Mudah Baik Terima
23. Valid Mudah Baik Terima
24. Valid Mudah Baik Terima

30
25. Valid Mudah Baik Terima
26. Valid Mudah Baik Terima
27. Valid Mudah Baik Terima
28. Valid Mudah Baik Terima
29. Valid Mudah Baik Terima
30. Valid Sedang Baik Terima
31. Valid Mudah Baik Terima
32. Valid Mudah Baik Terima
33. Valid Sedang Baik sekali Terima
34. Valid Mudah Baik Terima
35. Valid Mudah Baik Terima
36. Valid Mudah Baik Terima
37. Valid Mudah Baik Terima
38. Valid Mudah Baik Terima
39. Valid Mudah Baik Terima
40. Valid Mudah Jelek Terima

Dapat dilihat bahwa semua soal valid sehingga 40 soal ini kemudian
digunakan sebagai soal pada angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan
dengan ketentuan memperbaiki soal yang memiliki kriteria jelek.

2. Deskripsi Pengukuran Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas


Eksperimen
Analisis deskriptif dillakukan sebagai bentuk dalam mengetahui hasil
analisis data penelitian yang melihat hasil average atau rata-rata, varians
data, nilai minimum hasil angket, nilai maksimum hasil angket, serta standar
deviasinya. Data diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
telah diberikan angket pra-perlakuan dan angket pasca-perlakuan.
Keterampilan berpikir kritis pada siswa diuji pada kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 3 Batu sebagai kelas eksperimen dengan subjek 33 siswa. Sebelum
memberlakukan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT),
siswa pada kelas eksperimen diberikan 40 soal angket pra-perlakuan pada
pertemuan pertama sebelum pembelajaran sebagai bentuk pembanding
sebelum diterapkan model pembelajaran VCT dan sesudah diberlakukan
model pembelajaran VCT dengan tujuan melihat bagaimana keterampilan
berpikir kritis pada siswa. Adapun nilai pada angket pra-perlakuan siswa di
kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.2.

31
Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Pra-Perlakuan Kelas Eksperimen

Data Pra-Perlakuan Kelas Eksperimen

Jumlah Sampel (n) 33


Nilai Minimum (Min) 69,5
Nilai Maksimum (Max) 85
Rata-rata (Mean) 76,515
Varians 18,929
Standar Deviasi 4,350

Adapun hasil nilai Pasca-Perlakuan pada kelas eksperimen disajikan


pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perhitungan Nilai Pasca-Perlakuan Kelas Eksperimen

Data Pasca-Perlakuan Kelas Eksperimen


Jumlah Sampel (n) 33
Nilai Minimum (Min) 69
Nilai Maksimum(Max) 99
Rata-rata (Mean) 87,303
Varians 54,655
Standar Deviasi 7,392

Berdasarkan hasil angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan yang


sudah melalui proses perhitungan, dapat diperoleh rata-rata nilai pra-
perlakuan pada kelas eksperimen sebesar 76,515 dengan nilai paling tinggi
85 dan nilai paling rendah 69,5. Adapun rata-rata nilai pasca-perlakuan
pada kelas eksperimen sebesar 87,303 dengan nilai maksimum 99 dan nilai
minimum 69. Adapun ringkasan nilai pada kelas eksperimen disajikan pada
tabel 4.4.

Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Angket Pra-Perlakuan Kelas Eksperimen

32
Data Pra-Perlakuan Kelas Pasca-Perlakuan
Eksperimen Kelas Eksperimen

Jumlah Sampel (n) 33 33

Nilai Minimum (Min) 69,5 69

Nilai Maksimum(Max) 85 99

Rata-rata (Mean) 76,515 87,303

Varians 18,929 54,655

Standar Deviasi 4,350 7,392

3. Deskripsi Pengukuran Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas


Kontrol
Angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan juga diberlakukan untuk
kelas pembanding atau kelas kontrol sebagai bentuk perbandingan yaitu
pada kelas XI MIPA 1 yang memiliki jumlah subjek 32 siswa. Pada kelas
ini digunakan model konvensional yang pada dasarnya dijadikan sebagai
model utama dalam pembelajaran sejarah pada kelas tersebut yaitu berupa
ceramah yang dilakukan oleh guru dan dilanjutkan dengan kegiatan tanya
jawab. Siswa pada kelas kontrol diberikan 40 soal angket pra-perlakuan
pada pertemuan pertama sebelum pembelajaran sebagai bentuk pembanding
dengan kelas eksperimen. Adapun nilai pada angket pra-perlakuan siswa di
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perhitungan Nilai Pra-Perlakuan Kelas Kontrol

Data Pra-Perlakuan Kelas Kontrol


Jumlah Sampel (n) 32
Nilai Minimum (Min) 64,5
Nilai Maksimum (Max) 90,5
Rata-rata (Mean) 80,5
Varians 43,694
Standar Deviasi 6,610

33
Adapun hasil nilai pasca-perlakuan pada kelas eksperimen disajikan
pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Perhitungan Nilai Pasca-Perlakuan Kelas Kontrol


Data Pasca-Perlakuan Kelas Kontrol
Jumlah Sampel (n) 32
Nilai Minimum (Min) 51
Nilai Maksimum (Max) 99
Rata-rata (Mean) 81,484
Varians 112, 540
Standar Deviasi 10,608

Berdasarkan hasil angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan yang


sudah melalui proses perhitungan, dapat diperoleh average nilai pra-
perlakuan pada kelas kontrol sebesar 80,5 dengan nilai maksimum 90,5 dan
nilai minimum 64,5. Adapun rata-rata nilai pasca-perlakuan pada kelas
kontrol sebesar 81,484 dengan nilai tertinggi 99 dan nilai terendah 51.
Adapun ringkasan nilai pada kelas kontrol disajikan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Angket Kelas Kontrol

Data Pra-Perlakuan Pasca-Perlakuan


Kelas Kontrol Kelas Kontrol
Jumlah Sampel (n) 32 32
Nilai Minimum (Min) 64,5 51
Nilai Maksimum(Max) 90,5 99
Rata-rata (Mean) 80,5 81,484
Varians 43,694 112, 540
Standar Deviasi 6,610 10,608

4. Deskripsi Data Angket Pra-Perlakuan dan Pasca-Perlakuan Siswa

34
Berdasarkan hasil angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan yang
diberikan pada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasil data
diringkas dan disajikan pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Perhitungan Angket Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Pra- Pasca- Pra- Pasca-


Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Eksperimen Eksperimen Kontrol Kontrol
Jumlah 33 33 32 32
Sampel (n)
Nilai 69,5 69 64,5 51
Minimum
(Min)
Nilai 85 99 90,5 99
Maksimum
(Max)
Rata-rata 76,515 87,303 80,5 81,484
(Mean)
Varians 18,929 54,655 43,694 112, 540
Standar 4,350 7,392 6,610 10,608
Deviasi

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang disajikan pada tabel 4.8, dapat


diketahui hasil perhitungan angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Jumlah sampel pada kelas
eksperimen ada 33 siswa sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 32. Rata-
rata hasil angket pra-perlakuan kelas eksperimen adalah 76,515 dengan nilai
terendah 69,5 dan nilai tertinggi 85. Adapun rata-rata nilai angket pasca-
perlakuan pada kelas eksperimen adalah 87,303 dengan nilai paling rendah
69 dan nilai tertinggi 99. Sedangkan rata-rata angket pra-perlakuan kelas
kontrol yaitu 80,5 dengan nilai terendah 64,5 dan nilai tertinggi 90,5.
Adapun rata-rata nilai angket pasca-perlakuan pada kelas kontrol adalah
81,484 dengan nilai paling rendah 51 dan nilai paling tinggi 99.

35
B. Hasil Analisis Data Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji
normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis seperti yang telah dijelaskan
dalam bab 3. Adapun uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik
uji Shapiro-Wilk. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SPSS Statistic 22. Adapun penjelasan uji prasyarat yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data memiliki tujuan untuk mengetahui bahwa data
penelitian berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Perhitungan
uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik uji run test dengan
menggunakan bantuan program SPSS Statistic 22. Adapun ketentuannya
yaitu:
a. Apabila nilai signifikasi > 0,05, data dinyatakan berdistribusi normal.
b. Apabila nilai signifikasi < 0,05 data dinyatakan berdistribusi tidak.
normal.
Adapun hasil perhitungan uji normalitas data yang diperoleh dengan
menggunakan bantuan program SPSS Statistic 22 terdapat di tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data

Kelas Statistik Df Sig Keputusan


Pra-perlakuan 0,963 33 0,304 Berdistribusi
Kelas Normal
Eksperimen
Pasca-perlakuan 0,966 33 0,396 Berdistribusi
Kelas Normal
Eksperimen
Pra-perlakuan 0,961 32 0,274 Berdistribusi
Kelas Kontrol Normal
Pasca-perlakuan 0,946 32 0,113 Berdistribusi
Kelas Kontrol Normal

Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang telah dilakukan


menggunakan Shapiro-Wilk, diperoleh hasil angket pra-perlakuan pada
kelas eksperimen (XI IPS 1) dengan nilai signifikansi 0,304 dan hasil angket
pasca-perlakuan dengan nilai signifikansi 0,396. Selanjutnya hasil pra-

36
perlakuan kelas kontrol (XI MIPA 1) yaitu dengan perolehan nilai
signifikansi 0,274 dan hasil pasca-perlakuan kelas kontrol dengan nilai
signifikasi 0,113. Dengan demikian, dapat diperoleh kesimpulan bahwa data
hasil angket pada kelas XI IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan XI MIPA 1
sebagai kelas kontrol berdistribusi normal dengan nilai signifikasi > 0,05.

2. Uji Homogenitas Data


Uji Homogemitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
kelompok data yang digunakan memiliki kesamaan atau tidak. Adapun
ketentuan dalam melakukan uji homogenitas yaitu:
a. Apabila nilai signifikasi > 0,05, maka diperoleh kesimpulan bahwa
data sama atau homogen
b. Apabila nilai signifikasi < 0,05, maka diperoleh kesimpilan bahwa
data tidak sama atau tidak homogen.

Adapun hasil dari perhitungan uji homogenitas yang diperoleh dengan


bantuan program SPSS Statistic 22 disajikan pada tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas

LeveneStatis Dfl df2 Sig. Keputusan


ti
1,760 1 63 0,189 Homogen

Adapun setelah melakukan uji homogenitas, dapat diperoleh


kesimpulan bahwa data hasil angket pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki nilai signifikasi 0,189 yang dinyatakan > 0,05. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa data penelitian bersifat homogen.

3. Uji Hipotesis Data


Uji hipotesis data bertujuan dalam memutuskan untuk menerima
atau menolak hipotesis awal yang telah dibuat. Pada penelitian ini,
analisis uji hipotesis dilakukan dengan bantuan program SPSS Statistic
22 dengan uji independent sample t-test. Adapun ketentuan dalam
melakukan uji hipotesis adalah sebagai berikut:

37
a. Apabila nilai signifikasi (2-tailed) < 0,05 maka disimpulkan bahwa
Ho ditolak.
b. Apabila nilai signifikasi (2-tailed) > 0,05 maka disimpulkan bahwa
Ho diterima.

Berdasarkan perolehan uji hipotesis menggunakan uji independent


sample t-test, dapat diperoleh nilai signifikasi (2-tailed)0,012 pada equal
variances assumed dan 0,013 pada equal variances assumed.
Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa nilai
signifikasi < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian, dapat diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara penggunaan model VCT dengan model pembelajaran
konvensional terhadap keterampilan berpikir kritis siswa di SMA Negeri
3 Batu.

Adapun hasil perolehan perhitungan uji hipotesis data yang dilakukan


menggunakan bantuan program SPSS Statistic 22 dapat dilihat pada tabel
4.11.

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis

38
Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95%

Sig. Std. Confidence

(2- Mean Error Interval of the

tailed Differenc Differe Difference

F Sig. t Df ) e nce Lower Upper

Equal
varian
1,76 2,2621 1,2980 10,339
ces ,189 2,572 63 ,012 5,81866
0 7 7 24
assu
med

Equal
varian
ces 2,2744 1,2609 10,376
2,558 55,211 ,013 5,81866
not 4 6 35
assu
med

39
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Tanpa Menggunakan Model Pembelajaran VCT


Peneliti menggunakan kelas XI MIPA 1 sebagai kelas kontrol yang
tidak mendapatkan perlakuan model pembelajaran VCT. Kelas kontrol
terdiri dari 32 siswa. Dalam pelaksanaannya, kelas kontrol diberikan soal
angket pra-perlakuan sebelum pembelajaran dilakukan dan diberikan
angket pasca-perlakuan setelah model pembelajaran dilakukan.
Pelaksanaan soal angket pra-perlakuan dilakukan pada waktu
pembelajaran sejarah jam pertama pada tanggal 15 Mei 2023 pada jam
pelajaran ke-9. Adapun pemberian soal angket pasca-perlakuan yaitu pada
tanggal 22 Mei 2023 pada jam pelajaran ke-10.

Hasil angket pra-perlakuan pada kelas kontrol tergolong pada


kategori baik. Adapun nilai rata-rata angket pra-perlakuan kelas kontrol
adalah 80,5 dengan nilai minimum 64,5 dan nilai maksimum 90,5. Adapun
standar deviasi angket pra-perlakuan pada kelas kontrol yaitu 6,610 dan
varians data sebesar 43,694. Adapun perolehan rata-rata angket pasca-

40
perlakuan pada kelas kontrol yaitu 81,484 dengan nilai minimum 51 dan
nilai maksimum 99. Adapun standar deviasi angket pasca-perlakuan pada
kelas kontrol yaitu 10,608 dengan varians data sebesar 112,540.

Pada kelas kontrol XI MIPA 1, peneliti menggunakan model


konvensional ceramah dan tanya jawab yang kemudian dilanjutkan dengan
memberikan soal-soal kepada siswa. Pembelajaran dengan ceramah ini
dilakukan dengan siswa yang mendengarkan guru berceramah sesuai
dengan materi pembelajaran terkait dan kemudian membuka sesi tanya
jawab untuk siswa ketika ada pertanyaan yangingin disampaikan. Namun,
pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model konvensional
sering dianggap oleh siswa membosankan serta siswa tidak terlalau
memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran sehingga kurang efektif
dalam melatih keterampilan berpikir kritis pada diri siswa. Hal ini dapat
dibuktikan pada nilai rata-rata pasca-perlakuan pada kelas kontrol lebih
rendah daripada kelas eksperimen.

Hasil angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan di kelas XI MIPA


1 sebagai kelas kontrol tergolong belum menunjukkan kenaikan yang
signifikan. Hal ini dilatar belakangi oleh siswa yang masih belum
memiliki keterampilan dalam berpikir secara kritis yang tinggi mengingat
pembelajaran selalu dilakukan dengan menggunakan model konvensional
berupa ceramah yang membuat siswa merasa bosan. Dalam mengerjakan
soal-soal yang diberikan oleh guru, dapat dilihat bahwa secara garis besar
siswa mengerjakan soal dengan menggunakan bantuan google sehingga
siswa cenderung mengambil jawaban yang sudah tersedia tanpa berpikir
lebih lanjut. Hal ini yang mendasari kurangnya keterampilan dalam
berpikir secara kritis pada siswa.

B. Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran VCT


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan XI IPS 1 sebagai kelas
eksperimen yang mendapatkan perlakuan menggunakan model
pembelajaran VCT. Kelas eksperimen terdiri dari 33 siswa. Dalam
pelaksanaannya, kelas kontrol diberikan soal angket pra-perlakuan

41
sebelum pembelajaran dilakukan dan diberikan angket pasca-perlakuan
setelah model pembelajaran VCT diterapkan. Pelaksanaan pemberian soal
angket pra-perlakuan dilakukan pada waktu pembelajaran sejarah jam
pertama pada tanggal 12 Mei 2023 pada jam pelajaran ke-1. Adapun
pemberian soal angket pasca-perlakuan yaitu pada tanggal 19 Mei 2023
pada jam pelajaran ke-2.
Hasil rata-rata pra-perlakuan pada kelas eksperimen yaitu 76,515
dengan nilai minimum 69,5 dan nilai maksimum 85. Adapun standar
deviasi pra-perlakuan pada kelas ini yaitu 4,350 dengan varians data
sebesar 18,929. Hasil angket pasca-perlakuan mengalami kenaikan yang
cukup signifikan dan tergolong baik. Adapun hasil rata-rata dari pasca-
perlakuan pada kelas eksperimen yaitu 87,303 dengan nilai minimum 69
dan nilai maksimum 99. Adapun standar deviasi hasil pasca-perlakuan
yaitu 7,392 dengan varians data sebesar 54,655.
Pada proses penggunaan model pembelajaran VCT, siswa diberikan
sebuah teks berita yang memuat suatu informasi dan kemudian siswa
diberikan pertanyaan yang berdilema, kemudian siswa berdiskusi untuk
menjawab bertanyaan dilematik yang diberikan sehingga para siswa dapat
menyampaikan pendapatnya masing-masing yang telah dipilih oleh siswa
secara percaya diri berdasarkan argumennya. Setelah itu, siswa memilih
mana jawaban yang dianggap benar yang dilandaskan oleh fakta yang
sebenarnya terjadi. Setelah itu, guru memberikan pengarahan dan tindak
lanjut terhadap argumen siswa setelah siswa mempresentaikan hasil
argumennya. Kegiatan dalam belajar mengajar yang dilakukan pada kelas
eksperimen ini dilakukan sesuai dengan prosedur pelaksanaan model
pembelajaran yang sudah dijelaskan pada bab 2. Model pembelajaran VCT
ini belum pernah dilakukan pada subjek sehingga model ini dianggap
berkesan dan melatih keterampilan dalam berpikir secara kritis pada siswa.
Dalam pengukuran keterampilan berpikir kritis, didapatkan nilai
pasca-perlakuan yang lebih tinggi pada kelas XI IPS 1 yang berperan
sebagai kelas eksperimen karena dalam praktiknya penggunaan model
VCT melatih siswa untuk berpikir secara kritis dengan siswa yang tetap

42
diberi kesempatan untuk mencari jawaban atau nilai sesuai dengan
pemikiran masing-masing siswa.

C. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran VCT Terhadap


Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbandingan
antara pembelajaran di XI IPS 1 sebagai kelas eksperimen dengan XI
MIPA 1 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil angket pra-perlakuan dan
pasca-perlakuan yang diberlakukan pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen, diperoleh hasil bahwa hasil pengukuran keterampilan berpikir
kritis siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hasil
pengukuran pada keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen yang
lebih tinggi ini dapat dilihat pada rata-rata hasil angket pra-perlakuan kelas
eksperimen yaitu 76,515 dan rata-rata hasil angket pasca-perlakuan kelas
eksperimen yaitu 87,303. Rata-rata hasil angket pra-perlakuan kelas
kontrol yaitu 80,5 dan rata-rata hasil angket pasca-perlakuan kelas kontrol
yaitu 81,484. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
rata-rata pasca-perlakuan kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata pra-
perlakuan kelas kontrol.
Dalam pengukuran uji prasyarat yang telah dipaparkan sebelumnya,
peneliti mengukur hasil angket pra-perlakuan dan pasca-perlakuan dengan
melakukan uji normalitas, uji homogenitas, serta uji hipotesis pada
perolehan hasil angket siswa. Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah
peneliti lakukan pada kedua kelas, data yang diperoleh dinyatakan
berdistribusi normal karena diperoleh nilai signifikansi > 0,05. Adapun
pada uji homogenitas yang dilakukan, data dinyatakan sama karena
diperoleh nilai signifikansi > 0,05 dengan hasil 0,189. Selanjutnya, untuk
hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji
ndependent sample-t test, diperoleh hasil 0,012 dan 0,013. Berdasarkan
analisis data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara penggunaan model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT) dengan model pembelajaran
konvensional ceramah sehingga model pembelajaran VCT berpengaruh

43
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen (XI IPS 1)
SMA Negeri 3 Batu.
Berdasarkan teori serta kajian atau penelitian lain yang relevan
terhadap penelitian ini, dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh positif yang cukup signifikan pada penggunaan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Sejarah di SMA
Negeri 3 Batu. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hipotesis
nihil ditolak dan hipotesis analisis diterima.

BAB VI
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pada pengambilan data yang telah dilakukan di SMA
Negeri 3 Batu, maka dapat ditarik tiga pokok simpulan sebagai berikut:
1. Hasil angket pra-perlakuan di kelas kontrol dikategorikan ke dalam
kelompok baik. Adapun nilai rata-rata angket pra-perlakuan pada
kelas kontrol yaitu 80,5 dengan nilai minimum 64,5 dan nilai
maksimum 90,5. Hasil pengukuran pra-perlakuan memiliki standar
deviasi 6,610 dengan varians data sebesar 43,694. Sedangkan pada
hasil angket pasca-perlakuan mengalami sedikit kenaikan
walaupun kenaikan tidak terlalu signifikan. Adapun nilai rata-rata
angket pasca-perlakuan pada kelas kontrol yaitu 81,484 dengan
nilai minimum 51 dan nilai maksimum 99. Adapun standar
deviasinya adalah 10,608 dengan varians data sebesar 112,540.
2. Hasil angket pra-perlakuan di kelas eksperimen termasuk dalam
katergori cukup baik.Adapun average angket pra-perlakuan pada
kelas eksperimen yaitu 76,515 dengan nilai minimum 69,5 dan

44
nilai maksimum 85. Hasil pengukuran pra-perlakuan memiliki
standar deviasi 4,350 dengan varians data sebesar 18,929.
Sedangkan pada hasil angket pasca-perlakuan mengalami kenaikan
yang cukup signifikan dan tergolong sangat baik. Adapun average
angket pasca-perlakuan pada kelas eksperimen yaitu 87,303
dengan nilai minimum 69 dan nilai maksimum 99. Adapun standar
deviasinya adalah 7,392 dengan varians data sebesar 54,655.
3. Dari rangkaian proses penelitian beserta analisis data, adapun dapat
diketahui bahwa hasil pengukuran keterampilan berpikir siswa
mengalami kenaikan yang cukup signifikan setelah menggunakan
model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).
Kenaikan yang cukup signifikan didasarkan pada uji hipotesis yang
telah dilakukan dengan perolehan nilai signifikasi (2-tailed) 0,012
pada equal variances assumed dan 0,013 pada equal variances not
assumed. Melalui analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat
diperoleh kesimpulan bahwa nilai signifikasi kurang dari 0,05
sehingga hipotesis nihil ditolak dan hipotesis analisis dapat
diterima. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis
nihil ditolak dan hipotesis analisis diterima sehingga dapat dilihat
bahwa ada akibat positif yang signifikan pada penggunaan model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran sejarah di
SMA Negeri 3 Batu.

B. Saran
Setelah melalui serangkaian penelitian yang dilaksanakan di SMA
Negeri 3 Batu, peneliti memaparkan tiga pokok masukan yaitu:
1. Diperlukan suatu model pembelajaran yang variatif dalam
pembelajaran sejarah yang juga dapat dijadikan sebagai model
yang efektif untuk menguji keterampilan berpikir secara kritis pada
siswa, model pembelajaran ini yaitu model VCT. Dengan
menggunakan model VCT pada proses pembelajaran, akan
menjadikan siswa lebih interaktif dalam berpikir dan menemukan

45
sendiri argumen-argumen yang dianggap benar oleh siswa sehingga
tidak hanya guru yang mendominasi ketika pembelajaran di kelas
berlangsung.
2. Diharapkan untuk kajian selanjutnya mengenai permasalahan yang
sama, diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran
VCT terhadap variabel Y atau aspek yang berbeda sehingga model
pembelajaran VCT ini tidak hanya mampu mengukur keterampilan
dalam berpikir secara kritis pada siswa saja.

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Izin Penelitian Cabang Dinas

46
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian Fakultas

47
Lampiran 3. Surat Permohonan Validasi Instrumen

48
Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

49
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN (ANGKET)

Indikator Sub Indikator Soal Nom


Keterampilan Kemampuan or
Berpikir Berpikir Kritis Soal
Kritis
Memberikan Memfokuskana. Siswa mampu 1, 2,
Penjelasan pertanyaan. mengidentifikasi dan 3
Sederhana menganalisis dengan baik
(elementary permasalahan atau studi
clarification). kasus dalam suatu
pembelajaran.
b. Siswa mampu menjelaskan
dan mendeskripsikan suatu
permasalahan dengan baik.
c. Siswa mampu menafsirkan
suatu permasalahan atau
soal dengan baik.
Menganalisis a. Siswa mampu menganalisis 4, 5
argumen. kembali argumen yang
disampaikan kepada guru
dan teman.
b. Siswa mampu menganalisis
dan memahami perbedaan
pendapat atau argumen
yang disampaikan oleh
teman.
Bertanya dan a. Siswa memiliki keberanian 6, 7,
menjawab suatu untuk bertanya kepada guru 8
penjelasan atau terkait suatu fakta, studi
tantangan. kasus atau permasalahan.
b. Siswa memiliki keberanian
untuk menjawab suatu
permasalahan atau studi
kasus berdasarkan
pemahaman telah
disinkronkan dengan bukti
yang relevan.
c. Siswa memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi terkait
kebenaran suatu fakta.
Membangun Menyesuaikan a. Siswa mampu memahami 9, 10,
Keterampilan dengan sumber. kelemahan dari 11,
Dasar (basic permasalahan dalam suatu 12
support). pembelajaran.
b. Siswa mampu memberikan
alasan atau penjelasan atas
argumen yang disampaikan

50
berdasarkan sumber yang
relevan.
c. Siswa berargumen dengan
menyesuaikan sumber yang
valid.
d. Siswa mengerjakan tugas
sesuai dengan prosedur
yang diberikan oleh guru.
Mengobservasi a. Siswa mengamati dan 13,
dan memahami berbagai 14,
mempertimbang perbedaan pendapat dan 15,
kan hasil kemudian menganalisis 16
observasi. setiap pendapat yang ada.
b. Siswa mampu menerima
perbedaan yang ada setelah
melihat berbagai perbedaan
pendapat.
c. Siswa mengobservasi
terlebih dahulu kemudian
mempertimbangkan hasil
observasi siswa terhadap
sumber yang relevan.
d. Siswa mengamati dan
mencatat informasi baru
yang diperoleh dalam
pembelajaran.
Menyimpulkan Mendeduksi dan a. Siswa mampu menafsirkan 17,
(inference). mempertimbang suatu pernyataan atau 18,
kan hasil pertanyaan dalam 19,
deduksi. pembelajaran agar tidak 20
salah dalam menerima
informasi.
b. Siswa mampu berpikir
secara logis ketika
menjawab suatu pertanyaan
dalam pembelajaran.
c. Siswa mampu berpikir
logis dan menelaah terlebih
dahulu pernyataan atau
pertanyaan dalam suatu
pembelajaran.
d. Siswa mampu
membedakan dan
menganalisis pernyataan
yang logis dan yang tidak
logis.
Menginduksi a. Siswa mampu memberikan 21,
dan penjelasan dari suatu 22,

51
mempertimbang kesimpulan yang siswa 23
kan hasil buat.
induksi. b. Siswa mampu menyatakan
sebab dan akibat suatu
peristiwa.
c. Siswa mampu menjelaskan
suatu kejadian secara
runtut dan benar.
Membuat dan a. Siswa mampu 24,
mempertimbang menganalisis suatu latar 25,
kan nilai belakang peristiwa yang 26
keputusan fakta. disesuaikan dengan
pemahamannya.
b. Siswa mampu mengetahui
bagaimana bersikap dalam
menanggapi suatu isu
yang tidak sesuai dengan
fakta.
c. Siswa melihat suatu fakta
atau peristiwa berdasarkan
bukti yang valid.
Memberikan Mendefinisikan a. Siswa merasa cepat 27,
Penjelasan istilah dan tanggap dalam memahami 28,
Lebih Lanjut mempertimbang suatu permasalahan. 29
(advanced kannya. b. Siswa mampu
clarification). menafsirkan
permasalahan dengan
baik sehingga
menemukan solusi yang
benar.
c. Siswa mampu
menentukan keputusan
atau opini siswa sendiri
terhadap suatu
permasalahan.
Mengidentifikas a. Siswa mampu menemukan 30,
i asumsi. sendiri bukti relevan 31,
terkait argumen yang 32
disampaikan.
b. Siswa mampu
mengidentifikasi dan
berpikir panjang terlebih
dahulu sebelum
menyampaikan argumen
atau pendapat.
c. Siswa mampu
memberikan alasan
terhadap argumen yang

52
disampaikan.
Menyusun Menentukan a. Siswa mampu 33,
strategi dan tindakan. menganalisis suatu 34,
taktik (strategy peristiwa sehingga dapat 35
and tactics). mengetahui makna dibalik
suatu peristiwa yang
disampaikan dalam
pembelajaran.
b. Siswa mampu
merumuskan solusi
alternatif sebelum
menyelesaikan suatu
permasalahan.
c. Siswa mampu meninjau
kembali solusi yang
dipilih dalam
menyelesaikan suatu
permasalahan.
Berinteraksi a. Siswa mampu berdiskusi 36,
dengan orang dengan baik bersama teman 37,
lain. dalam membahas suatu 38,
permasalahan. 39,
b. Siswa mampu bekerja 40
secara kelompok.
c. Siswa mampu
mempresentasikan hasil
kerja dengan baik.
d. Siswa mampu menjelaskan
dengan baik pendapatnya
kepada teman-teman di
kelas.
e. Siswa mampu menerima
perbedaan pendapat dengan
teman atau guru.

Sumber: Ennis, R.H. 1995. Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall.

53
Lampiran 5. RPP Kelas Eksperimen (Dengan Perlakuan)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA Negeri 3 Batu.


Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia.
Kelas/Semester : XI/ Genap.
Materi Pokok : Peristiwa Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Alokasi Waktu : 2 JP ( 2 X 45 Menit).

A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung jawab,
responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahu
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan suatu masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan diri dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
3.7. Menganalisis peristiwa 1. Menganalisis peristiwa
proklamasi kemerdekaan dan Proklamasi 17 Agustus 1945.
maknanya bagi kehidupan 2. Mengevaluasi berbagai
sosial, budaya, ekonomi, bentuk sambutan masyarakat
politik, dan pendidikan terhadap proklamasi.
bangsa Indonesia. 3. Merumuskan nilai-nilai
kejuangan yang terkandung
dalam peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
4.7. Menalar peristiwa 1. Menalar peristiwa
proklamasi kemerdekaan dan proklamasi kemerdekaan dan
maknanya bagi kehidupan maknanya bagi kehidupan

54
sosial, budaya, ekonomi, sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan pendidikan politik, dan pendidikan
bangsa Indonesia dan bangsa Indonesia.
menyajikannya dalam bentuk 2. Menyajikan hasil penalaran
cerita sejarah. dalam bentuk cerita sejarah.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan mampu:
1. Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Mengevaluasi berbagai bentuk sambutan masyarakat terhadap
proklamasi.
3. Merumuskan nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam peristiwa
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
4. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk cerita sejarah.

D. MATERI
1. Peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Berbagai bentuk sambutan masyarakat terhadap proklamasi.
3. Nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia.

E. PENDEKATAN, METODE, MODEL PEMBELAJARAN


Pendekatan : Scientific.
Model Pembelajaran : Value Clarification Technique (VCT).
Metode Pembelajaran : Penugasan dan Diskusi.

F. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pertemuan 1 (Alokasi Waktu 2x45 menit).
Tahapan Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
(Menit)
Kegiatan  Melakukan pembukaan dengan salam 10 Menit
Pendahuluan. pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran, memeriksa kehadiran
siswa.
 Menyampaikan secara garis besar
cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan.
Kegiatan Inti. Penentuan Guru sudah menyiapkan 65 Menit
Stimulus. lembar kerja berisi stimulus
dengan materi sesuai
dengan yang akan
digunakan dalam
pembelajaran (Peristiwa
Seputar proklamasi
Kemerdekaan Indonesia)

55
dengan menyajikan suatu
teks berita.
Penyajian  Guru menghimbau siswa
Stimulus. untuk membentuk
kelompok untuk
mempermudah dalam
melakukan diskusi.
 Guru menyajikan lembar
kerja siswa yang berisi
stimulus berupa steks
berita pada tiap
kelompok.
Penentuan  Guru memberikan
pilihan. kesempatan pada siswa
untuk mengidentifikasi
dan menntukan pendapat
pada soal yang disajikan
sesuai dengan perspektif
siswa terkait dengan
kebenaran yang diyakini
siswa pada studi kasus
tersebut bersama dengan
teman sekelompok.
 Siswa mengamati soal
dan kemudian
menentukan tanggapan
atau jawabannya terkait
studi kasus tersebut dan
dipersilahkan untuk
membaca dari sumber
lain (internet).
 Siswa pada masing-
masing kelompok
menyajikan hasil
identifikasi dan
perspektifnya dalam
lembar kerja kelompok
yang telah disiapkan
oleh guru.
Menguji  Guru menguji argumen
Alasan. siswa dengan memberi
kesempatan siswa untuk
mempresentasikan hasil
diskusi sesuai dengan
identifikasi dan
perspektif masing-
masing kelompok dan

56
sesuai dengan apa yang
diyakini oleh siswa.
 Guru dan siswa
membandingkan
argumen dari berbagai
kelompok untuk melihat
berbagai sudut pandang
dari masing-masing
siswa/kelompok.
Kegiatan Menyimpulk Guru memberikan 15
Penutup. an, kesimpulan dan Menit
Pengarahan, menyampaikan kepada
dan Tindak siswa dengan melakukan
Lanjut. pengarahan dan tindak
lanjut terhadap argumen
siswa dengan tujuan untuk
meluruskan dan
menjelaskan kepada siswa
jawaban yang benar sesuai
dengan bukti-bukti yang
ada.
Total Alokasi Waktu. 90 Menit

Pertemuan 2 (Alokasi Waktu 2x45 menit).


Tahapan Langkah-langkah Pembelajaran Waktu
(Menit)
Kegiatan  Melakukan pembukaan dengan salam 10 Menit
Pendahuluan. pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran, memeriksa kehadiran
siswa.
 Menyampaikan secara garis besar
cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan.
Kegiatan Inti. Penentuan Guru sudah menyiapkan 65 Menit
Stimulus. lembar kerja berisi
stimulus dengan materi
sesuai dengan yang akan
digunakan dalam
pembelajaran (Peristiwa
Seputar proklamasi
Kemerdekaan Indonesia)
dengan menyajikan suatu
teks berita.

57
Penyajian  Guru menghimbau
Stimulus. siswa untuk
membentuk kelompok
untuk mempermudah
dalam melakukan
diskusi.
 Guru menyajikan
lembar kerja siswa
yang berisi stimulus
berupa soal yang
mengacu pada teks
berita pada tiap
kelompok.
Penentuan  Guru memberikan
pilihan. kesempatan pada siswa
untuk membaca teks
berita yang disajikan.
 Siswa mengamati
lembar kerja dan
kemudian menentukan
tanggapan atau
jawabannya terkait
studi kasus yang
mengacu pada teks
berita.
 Siswa pada masing-
masing kelompok
menyajikan hasil
identifikasi dan
perspektifnya dalam
lembar kerja kelompok
yang telah disiapkan
oleh guru.
Menguji  Guru menguji argumen
Alasan. siswa dengan memberi
kesempatan siswa
untuk
mempresentasikan hasil
diskusi sesuai dengan
identifikasi dan
perspektif masing-
masing kelompok dan
sesuai dengan apa yang
diyakini oleh siswa.
 Guru dan siswa
membandingkan
argumen dari berbagai
kelompok untuk

58
melihat berbagai sudut
pandang dari masing-
masing
siswa/kelompok.
Kegiatan Menyimpulk Guru memberikan 15 Menit
Penutup. an, kesimpulan dan
Pengarahan, menyampaikan kepada
dan Tindak siswa dengan melakukan
Lanjut. pengarahan dan tindak
lanjut terhadap argumen
siswa dengan tujuan untuk
meluruskan dan
menjelaskan kepada siswa
jawaban yang benar sesuai
dengan bukti-bukti yang
ada.
Total Alokasi Waktu. 90 Menit

G. SUMBER BELAJAR
1. Literatur dari buku maupun media online mengenai materi yang
berkaitan.

H. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Lembar Kerja Siswa.
2. Smartphone.
3. Koneksi Internet.

I. PENILAIAN
1. Hasil Angket.
2. Lembar Kerja Siswa.

Mengetahui, Malang, 14 Maret 2023

Guru Sejarah Guru Peneliti

Salvia Novani
NIP. NIM. 190731638459
Menyetujui

Kepala SMA Negeri 3 Batu

59
NIP.

Lampiran 6. RPP Kelas Kontrol (Tanpa Perlakuan)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA Negeri 3 Batu.


Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia.
Kelas/Semester : XI/ Genap.
Materi Pokok : Peristiwa Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Alokasi Waktu : 2 JP (2 X 45 Menit).

A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung jawab,
responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahu
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan suatu masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan diri dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
3.7. Menganalisis peristiwa 1. Menganalisis peristiwa
proklamasi kemerdekaan dan Proklamasi 17 agustus 1945.
maknanya bagi kehidupan 2. Mengevaluasi berbagai bentuk
sosial, budaya, ekonomi, sambutan masyarakat terhadap
politik, dan pendidikan proklamasi.
bangsa Indonesia. 3. Merumuskan nilai-nilai
kejuangan yang terkandung

60
dalam peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
4.7. Menalar peristiwa 1. Menalar peristiwa proklamasi
proklamasi kemerdekaan dan kemerdekaan dan maknanya
maknanya bagi kehidupan bagi kehidupan sosial, budaya,
sosial, budaya, ekonomi, ekonomi, politik, dan
politik, dan pendidikan pendidikan bangsa Indonesia.
bangsa Indonesia dan 2. Menyajikan hasil penalaran
menyajikannya dalam bentuk dalam bentuk cerita sejarah.
cerita sejarah.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan mampu:
1. Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Mengevaluasi berbagai bentuk sambutan masyarakat terhadap
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3. Merumuskan nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam peristiwa
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
4. Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk cerita sejarah.

D. MATERI
1. Peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Berbagai bentuk sambutan masyarakat terhadap proklamasi.
3. Nilai-nilai kejuangan yang terkandung dalam peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia.

E. PENDEKATAN, METODE, MODEL PEMBELAJARAN


Pendekatan : Scientific.
Model Pembelajaran : Model Ceramah.
Metode Pembelajaran : Diskusi, Tanya Jawab, dan Penugasan.

F. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


Pertemuan 1 (Alokasi Waktu 2x45 menit).

Tahapan Langkah-langkah Pembelajaran Waktu (Menit)


Kegiatan  Melakukan pembukaan dengan 10 Menit
Pendahuluan. salam pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran, memeriksa
kehadiran siswa.
 Menyampaikan secara garis besar
cakupan materi dan kegiatan yang
akan dilakukan.
Kegiatan Inti.  Guru memberikan penjelasan 65 Menit

61
materi kepada siswa terkait dengan
materi yang ditentukan.
 Siswa diminta untuk
memperhatikan dengan seksama
penjelasan yang disampaikan oleh
guru.
 Siswa diminta untuk mengajukan
pertanyaan mengenai materi yang
sedang dibahas dan telah
dijelaskan oleh guru.
 Siswa diberi lembar kerja dan
diminta untuk merangkum
pembelajaran yang telah dilakukan
dan mengumpulkan pada guru.
Kegiatan  Guru dan siswa membuat 15 Menit
Penutup. kesimpulan dari materi yang sudah
dipelajari.
 Guru menutup kegiatan
pembelajaran dan meminta siswa
untuk mengisi angket di akhir
pembelajaran.
Total Alokasi Waktu. 90 Menit

Pertemuan 2 (Alokasi Waktu 2x45 menit).

Tahapan Langkah-langkah Pembelajaran Waktu (Menit)


Kegiatan  Melakukan pembukaan dengan 10 Menit
Pendahuluan. salam pembuka dan berdoa untuk
memulai pembelajaran, memeriksa
kehadiran siswa.
 Menyampaikan secara garis besar
cakupan materi dan kegiatan yang
akan dilakukan.
Kegiatan Inti.  Guru memberikan penjelasan 65 Menit
materi kepada siswa terkait dengan
materi yang ditentukan.
 Siswa diminta untuk
memperhatikan dengan seksama
penjelasan yang disampaikan oleh
guru.
 Siswa diminta untuk mengajukan
pertanyaan mengenai materi yang
sedang dibahas dan telah
dijelaskan oleh guru.
 Siswa diberi lembar kerja dan
diminta untuk merangkum

62
pembelajaran yang telah dilakukan
dan mengumpulkan pada guru.
Kegiatan  Guru dan siswa membuat 15 Menit
Penutup. kesimpulan dari materi yang sudah
dipelajari.
 Guru menutup kegiatan
pembelajaran dan meminta siswa
untuk mengisi angket di akhir
pembelajaran.
Total Alokasi Waktu. 90 Menit

G. SUMBER BELAJAR
1. Literatur dari buku maupun media online mengenai materi yang
berkaitan.
2. Internet.

H. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Lembar Kerja Siswa.
2. Smartphone.
3. Koneksi Internet.

I. PENILAIAN
1. Hasil Angket
2. Lembar Kerja Siswa.

Mengetahui, Malang, 14 Maret 2023

Guru Sejarah Guru Peneliti

Salvia Novani
NIP. NIM. 190731638459
Menyetujui

Kepala SMA Negeri 3 Batu

NIP.

63
Lampiran 7. LKPD Kelas Eksperimen (Dengan Perlakuan)

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)


KELAS EKSPERIMEN
(Pertemuan 1)

Materi Pembelajaran : Peristiwa Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


Kelas : XI IPS.
Alokasi Waktu : 2x45 Menit.
Kompetensi Dasar :
3.7. Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa
Indonesia.
4.7. Menalar peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa
Indonesia dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.

A. Pendahuluan
Pada lembar kegiatan siswa, terdapat beberapa langkah kegiatan yang
akan dilakukan siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan dalam
tujuan pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran ini adalah siswa mampu
berpikir kritis terhadap materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi.
B. Alat dan Bahan
1. Lembar Kerja Siswa.
2. Pulpen.
3. Smartphone.
C. Sumber
1. Literatur dari buku maupun media online mengenai materi yang
berkaitan.
2. Sumber-sumber pendukung lainnya.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Siswa
1. Bentuklah kelompok yang beranggotakan 4 orang pada masing-masing
kelompok yang dibentuk secara acak atau sesuai urutan nomor absen!
2. Siswa menerima satu lembar kerja pada setiap kelompok.
3. Baca dan analisis teks berita yang terdapat pada lembar kerja bersama
dengan teman sekelompok!

64
4. Jawablah soal yang ada pada teks berita tersebut bersama dengan teman
sekelompok sesuai dengan perspektif atau sudut pandang kalian dan
tulislah jawabannya pada lembar kerja!
5. Paparkan hasil analisis atau jawaban di depan teman-teman sekelas!

Bacalah teks berita di bawah ini!

KEMERDEKAAN INDONESIA HADIAH DARI JEPANG ATAU BUKAN?

Pada 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima koma setelah dijatuhi bom atom
oleh Amerika Serikat (AS), disusul Kota Nagasaki yang mengalami nasib serupa
tiga hari berselang. Jepang sadar sudah berada di ambang kekalahan dalam Perang
Dunia II dalam menghadapi Sekutu. Upaya menyelamatkan harga diri segera
dilakukan, Jepang tentu saja pantang kehilangan muka. Tiga tokoh Indonesia yang
dianggap paling berpengaruh kala itu pun dipanggil: Ir. Sukarno, Mohammad
Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pun dibentuk. Dai Nippon ingin meyakinkan mendukung penuh keinginan
bangsa Indonesia untuk merdeka. Bahkan, seolah-olah, kemerdekaan itu adalah
hadiah dari Jepang.

Sebagai penguat keyakinan akan janji itu, Jepang menerbangkan Sukarno,


Hatta, dan Radjiman ke Dalat, Vietnam, pada 12 Agustus 1945, untuk membahas
rencana penyerahan kemerdekaan dengan pemimpin militer tertinggi mereka di
kawasan Asia Tenggara, Marsekal Hisaichi Terauchi. Dua hari setelah pertemuan
tersebut, Jepang ternyata benar-benar kalah perang dan menyerah kepada Sekutu.
Akhirnya kemerdekaan Indonesia diproklamirkan 17 Agustus 1945, atau lebih
cepat tanpa harus menunggu penyerahan dari Jepang. Harapan Palsu Pada 9
Agustus 1945 malam, hari yang sama dengan luluh-lantaknya Kota Nagasaki
akibat bom atom, otoritas pendudukan Jepang di Indonesia segera bergerak,
menerbangkan tiga tokoh PPKI yakni Sukarno, Hatta, dan Radjiman ke Kota
Dalat, Vietnam.

Di Dalat, ketiga tokoh bangsa Indonesia itu bertemu dengan Marsekal


Terauchi. Jepang menyadari bahwa mereka sudah di ambang kekalahan dan fakta
tersebut tidak mungkin bisa ditutup-tutupi lagi. Terauchi selaku pemimpin militer

65
tertinggi Dai Nippon di kawasan Asia Tenggara, berencana memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Terauchi menyampaikan pesan kepada
Sukarno, Hatta, dan Radjiman, bahwa kapanpun bangsa Indonesia siap,
kemerdekaan boleh segera dinyatakan, tergantung kinerja PPKI. Namun, putra
sulung Perdana Menteri Jepang Terauchi Masatake ini sebetulnya sudah
menyusun rencana.

Dikutip dari buku Pendudukan Jepang dan Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia (1991) yang ditulis A.J. Sumarmo, Terauchi menyampaikan kepada
ketiga tokoh itu bahwa pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945 (hlm. 74).

Menurut Terauchi, diperlukan waktu untuk melakukan berbagai persiapan


sebelum proklamasi kemerdekaan. Sukarno dan kawan-kawan saat itu
menyatakan sepakat dengan tawaran Terauchi. Sebenarnya, iming-iming
kemerdekaan yang dijanjikan akan diberikan 24 Agustus 1945 itu hanya
merupakan akal-akalan Jepang. Di satu sisi, Dai Nippon tentu saja tidak ingin
kehilangan Indonesia, tapi di sisi lain, situasi mereka di Perang Asia Timur Raya
semakin terdesak.

Ilustrasi Mozaik Sukarno Dipanggil ke Dalat. tirto.id/Sabit

Dengan jarak waktu yang cukup, Terauchi masih berharap Jepang mampu
membalikkan keadaan dan bangkit sehingga mereka tidak perlu memenuhi janji
kepada Indonesia. Namun, jika pada akhirnya memang harus kalah, maka Jepang

66
bisa mengklaim kemerdekaan Indonesia bisa terwujud berkat pemberian. Ini
bukan kali pertama Jepang berjanji akan memerdekakan Indonesia.

Tahun sebelumnya, pertengahan 1944, pemerintah Dai Nippon juga


pernah menjanjikan hal serupa setelah menelan kekalahan di sejumlah front
perang. Tujuan Jepang menjanjikan itu hanya ingin menarik simpati rakyat
Indonesia dengan harapan mendapatkan bantuan jika musuh sewaktu-waktu
datang, sekaligus memperkuat posisi politik mereka di Asia Tenggara. Melalui
Deklarasi Koiso pada September 1944, Kekaisaran Jepang mengumumkan akan
segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Kabar ini disambut dengan
suka-cita oleh Sukarno dan kawan-kawan (Suhartono W. Pranoto, Kaigun:
Angkatan Laut Jepang, Penentu Krisis Proklamasi (2007: 73), Namun, janji itu
tidak pernah dipenuhi. Sempat terjadi silang-pendapat di kubu pemerintahan
militer Dai Nippon di Indonesia terkait janji. Kenyataannya, Indonesia belum
merdeka juga hingga pemanggilan Sukarno, Hatta, dan Radjiman, ke Dalat
setahun setelahnya.

KEMERDEKAAN INDONESIA HADIAH JEPANG?

Setelah tiba ke Tanah Air dari Dalat, Sukarno dan Hatta segera
mengabarkan hasil pertemuan mereka dengan Teraichi kepada tokoh lain di
Indonesia pada 14 Agustus 1945. Dituliskan oleh Aboe Bakar Lubis dalam Kilas-
Balik Revolusi: Kenangan, Pelaku, dan Saksi (1992), mereka belum yakin Jepang
sudah menyerah kepada Sekutu (hlm. 96). Namun, beberapa tokoh bangsa
lainnya, terutama Soetan Sjahrir dan dari golongan muda, meyakinkan bahwa
Jepang memang sudah terdesak dan hampir dipastikan bakal kalah perang. Sjahrir
mendesak agar kemerdekaan Indonesia segera diproklamirkan. Ia curiga
pertemuan di Dalat itu hanyalah tipu-muslihat Jepang.

Sikap Sjahrir yang berani mengatakan demikian, memang bukan tanpa


alasan. Saat Sukarno dan kawan-kawan terbang ke Dalat, ia sudah mengetahui
kondisi terkini Jepang melalui radio. Sjahrir pun menunggu kepulangan mereka di
rumah Hatta untuk mengabarkan bahwa Jepang memang telah sekarat (Said
Efendi & B. Doloksaribu, Revolusi kemerdekaan Indonesia 1945-1950 (2005:
105).

67
Namun, Sukarno maupun Hatta tetap percaya Jepang belum benar-benar
terkapar. Kepada Sjahrir, mereka mengatakan bila Jepang ternyata kalah,
kemerdekaan Indonesia cepat atau lambat bisa segera diumumkan. Namun, itu
membutuhkan persiapan yang matang. Sjahrir nyaris murka menghadapi
kebebalan dua tokoh itu. Sukarno dan Hatta berusaha mencari kepastian terkait
situasi terkini ke kantor penguasa militer Jepang (Gunseikan) di Koningsplein
(Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat). Namun, tidak ada siapapun di kantor itu
(Rhien Soemohadiwidjojo, Bung Karno Sang Singa Podium (2013:14).

Sukarno dan Hatta, bersama Achmad Soebardjo, bergegas menemui


Laksamana Muda Maeda Tadashi, perwira tinggi Angkatan Laut Jepang. Maeda
memberikan selamat atas pertemuan di Dalat, tapi ia belum bisa memberikan
keterangan yang pasti terkait status dan kondisi Jepang dan masih menunggu
konfirmasi dari Tokyo. Di hari yang sama, kabar kekalahan Jepang terhadap
sekutu akhirnya terdengar dari siaran radio. Sukarno dan Hatta masih bersikukuh
tidak perlu terburu-buru menyatakan merdeka karena diperlukan proses.

Bagi keduanya ihwal kemerdekaan Indonesia apakah hadiah dari Jepang


atau tidak, bukan persoalan. “Soal kemerdekaan Indonesia datangnya dari
pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidaklah
menjadi soal karena Jepang toh sudah kalah,” ujar Hatta saat itu, dikutip dari buku
Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia (1975),
suntingan Nugroho Notosusanto (hlm. 24).

“Kini, kita menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda


di Indonesia. Untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, diperlukan suatu
revolusi yang terorganisasi,” katanya. Sukarno dan Hatta menginginkan agar
proses persiapan kemerdekaan Indonesia dirancang oleh PPKI, seperti keinginan
Terauchi dan Jepang. Mereka juga tidak ingin terjadi bentrokan dengan tentara
Jepang jika Indonesia segera memproklamirkan kemerdekaan.

Namun, Sjahir dan kawan-kawan menolak karena menganggap PPKI


hanya merupakan hasil akal-akalan Jepang. Golongan muda juga menegaskan
mereka siap menghadapi risiko apapun, termasuk jika harus mengangkat senjata
melawan serdadu Dai Nippon. Pada 15 Agustus 1945, desakan kepada Sukarno

68
dan Hatta untuk segera menyatakan kemerdekaan Indonesia semakin menguat.
Namun, dwitunggal itu tetap bertahan pada pendirian mereka. Perbedaan kemauan
antara dua golongan tersebut kian memanas. Situasi ini menorehkan apa yang
dikenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tokoh muda terpaksa mengamankan
Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok untuk meyakinkan keduanya agar tidak
terpengaruh oleh siasat licik Jepang. Sukarno-Hatta akhirnya menyerah, dan
disusunlah rencana kemerdekaan Indonesia yang kemudian diproklamirkan pada
17 Agustus 1945.

Sumber Berita: Raditya, I.N. 2018. Indonesia Merdeka Bukan Hadiah dari
Jepang. (Online:https://tirto.id/indonesia-merdeka-bukan-hadiah-dari-jepang-
cQHJ). Diakses pada 28 Maret 2023.

Berdasarkan teks berita yang telah kalian baca di atas, jawablah pertanyaan
di bawah ini sesuai dengan analisis dan perspektif kalian sendiri kemudian
presentasikan jawaban kelompok kalian di depan teman-teman sekelas!

1. Menurut pendapat dan perspektif kalian, apakah


kemerdekaan Indonesia merupakan pemberian dari
Jepang? Apabila iya jelaskan alasan yang mendukung
apabila tidak jelaskan juga alasannya yang
mendukung!

2. Kita semua mengetahui bahwa BPUPKI dan PPKI merupakan suatu


badan yang dibentuk oleh Jepang dengan dalih untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, badan yang dibentuk oleh
Jepang ini tentu saja memberi kesempatan para tokoh perjuangan
untuk memanfaatkannya sebagai bentuk usaha dalam mewujudkan
kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan pernyataan tersebut, menurut
kalian apakah hal tersebut dapat kita anggap sebagai bentuk bantuan
Jepang dalam memerdekakan Indonesia? Analisislah hal tersebut
dan berikan alasannnya!

69
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
KELAS EKSPERIMEN
(Pertemuan 2)

Materi Pembelajaran : Peristiwa Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


Kelas : XI IPS.
Alokasi Waktu : 2x45 Menit.
Kompetensi Dasar :
3.7. Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa
Indonesia.
4.7. Menalar peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa
Indonesia dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.

A. Pendahuluan
Pada lembar kegiatan siswa, terdapat beberapa langkah kegiatan yang
akan dilakukan siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan dalam
tujuan pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran ini adalah siswa mampu
berpikir kritis terhadap materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi.
B. Alat dan Bahan
1. Lembar Kerja Siswa.
2. Pulpen.
3. Smartphone.
C. Sumber
1. Literatur dari buku maupun media online mengenai materi yang
berkaitan.
2. Sumber-sumber pendukung lainnya.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Siswa
1. Bentuklah kelompok yang beranggotakan 4 orang pada masing-masing
kelompok yang dibentuk secara acak atau sesuai urutan nomor absen!

70
2. Siswa menerima satu lembar kerja pada setiap kelompok.
3. Baca dan analisis teks berita yang terdapat pada lembar kerja bersama
dengan teman sekelompok!
4. Jawablah soal yang ada pada teks berita tersebut bersama dengan teman
sekelompok sesuai dengan perspektif atau sudut pandang kalian dan
tulislah jawabannya pada lembar kerja!
5. Paparkan hasil analisis atau jawaban di depan teman-teman sekelas!

Bacalah teks berita di bawah ini!

MENGENAL TAN MALAKA, SOSOK SUNYI DI BALIK


PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI 17 AGUSTUS 1945

Sumber: Serambinews (2018)

Ilustrasi dikutip dari detik.com

Kala itu Juli 1945, Sutan Sjahrir mencari  Tan Malaka karena dianggap


sebagai tokoh yang paling layak membacakan teks proklamasi. Meskipun dikenal
juga sebagai tokoh gerakan bawah tanah menentang Jepang, Sjahrir bukanlah
sosok yang pantas, karena dia dianggap kurang begitu populer di kalangan
masyarakat. Sedangkan Sukarno-Hatta adalah kolaborator Jepang.
Rudolf Mrazek dalam bukunya, Sjahrir: Politik dan Pengasingan di
Indonesia, menceritakan bahwa berbagai upaya telah dilakukan Sjahrir untuk
mencari Tan yang 20 tahun  berada dalam pelarian.

71
Setelah beberapa kali mencari, Sjharir akhirnya berhasil bertemu dengan
Tan. Tapi upaya Sjahrir gagal, Tan merasa tidak siap untuk membacakan teks
proklamasi.
Sebenarnya sangat disayangkan, ketika proklamasi dikumandangkan, tidak
ada sosok Tan Malaka di sana. Apalagi mengingat bahwa konseptor pertama
Republik Indonesia adalah Tan, ini tertuang dalam salah satu opus magnum-
nya, Naar de Republiek Indonesia, yang ia susun tahun 1925 saat masih di
Belanda.
Buku itu selanjutnya menjadi pegangan wajib tokoh-tokoh pergerakan nasional
waktu itu, termasuk juga Sukarno.
Tidak bisa hadir saat proklamasi bisa jadi menjadi penyesalan terbesar
bagi tokoh sekaliber Tan Malaka. Meski demikian, bukan berarti dia tidak
mempunyai peran penting. Beberapa literatur mengatakan, bahwa tokoh yang
menggerakkan Sukarni dan rekan-rekannya, adalah Tan Malaka.
  Waktu itu, 6 Agustus 1945, Tan datang ke rumah Sukarni menggunakan
nama Ilyas Husain. Beberapa tokoh pemuda juga datang. Tak hanya sekali, 14
Agustus, untuk kali kedua Tan datang ke rumah Sukarni, lagi-lagi membicarakan
masalah nasib bangsa. Meski demikian, Tan Malaka tidak bisa seenaknya keluar
menampakkan diri, karena dia masih dalam status buron pemerintah militer
Jepang.
Sekira tiga minggu selepas proklamasi, Sukarno menyuruh Sayuti Melik
mencari Tan Malaka. Sukarno ingin bertemu karena ia mendengar bahwa Tan
tengah berada di Jakarta. Sebagai bagian dari golongan muda, Sayuti cukup tahu
di mana Tan berada. Pertemuan pun diatur sedemikian rupa.
Dalam kesaksiannya yang pernah dimuat di Sinar Harapan 1976, Sayuti
mengatakan bahwa Sukarno berpesan kepada Tan untuk mengganti posisi
Sukarno jika ada sesuatu terjadi dengan dirinya dan Hatta.
Amanah Sukarno ditanggapi dengan biasa oleh Tan. Itu tertulis dalam
memoarnya, Dari Penjara ke Penjara, Tan mengatakan, “saya sudah cukup senang
bertemu Presiden Republik Indonesia, republik yang sudah lama saya idamkan.”
Kemerdekaan tidak menjadikan hidup Tan merdeka, ia tetap menjadi tokoh yang
dikejar-kejar, bahkan oleh negara yang dicita-citakannya sendiri.

72
Tahun 1949 Tan meninggal di ujung bedil tentara republik di seputaran
Kediri, Jawa Timur. Dan sampai mati, Tan tetaplah Bapak Revolusi yang sunyi
(Moh Habib Asyhad).

Sumber:https://aceh.tribunnews.com/2018/08/18/mengenal-tan-malaka-sosok-
sunyi-di-balik-proklamasi-kemerdekaan-ri-17-agustus-1945?page=all.
Berdasarkan teks berita yang telah kalian baca di atas, jawablah pertanyaan
di bawah ini sesuai dengan analisis dan perspektif kalian sendiri kemudian
presentasikan jawaban kelompok kalian di depan teman-teman sekelas!
1. Tan Malaka merupakan sosok berideologi kiri yang merupakan pemimpin
komunis yang hingga saat ini masih belum dikenal banyak orang. Seperti
yang kita ketahui, partai komunis sangat dilarang tegas di Indonesia. Sebagai
seorang komunis, Tan Malaka tetap ikut serta dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia walaupun sedang menjadi buronan hingga ranah
Internasional. Berdasarkan teks berita di atas, menurut pendapat kelompok
kalian apakah proklamasi kemerdekaan Indonesia layak dikumandangkan
oleh Tan Malaka melihat Tan Malaka sendiri yang merupakan seorang
buronan, alih-alih Soekarno yang mengumandangkan? Jelaskan pendapat
kalian mengenai hal tersebut secara jelas dan ringkas!
2. Setelah membaca teks berita di atas, bagaimana perspektif kalian terhadap
cara Tan Malaka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia mengingat
bahwa beliau masih menjadi buronan. Jelaskan pendapat kalian secara jelas
dan ringkas!

73
Lampiran 8. LKPD Kelas Kontrol (Tanpa Perlakuan)

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)


KELAS KONTROL
(Pertemuan 1)

Materi Pembelajaran : Peristiwa Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


Kelas/Semester : XI/ II.
Alokasi Waktu : 2x45 Menit.
Kompetensi Dasar :
3.7. Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa
Indonesia.
4.7. Menalar peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa
Indonesia dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.

A. Pendahuluan
Pada lembar kegiatan siswa, terdapat beberapa langkah kegiatan yang
akan dilakukan siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan dalam
tujuan pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran ini adalah siswa mampu
berpikir kritis terhadap materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi.
B. Alat dan Bahan
1. Lembar Kerja Siswa.
2. Smartphone.
C. Sumber
1. Literatur dari buku paket siswa maupun media online mengenai materi
yang berkaitan.
2. Sumber-sumber pendukung lainnya.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Siswa
1. Bacalah materi terkait peristiwa seputar proklamasi kemerdekaan

74
Indonesia!
2. Tanyakan pada guru apabila masih ada yang belum dipahami!
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan di bawah ini!
4. Tulislah jawaban pada lembar kerja yang telah disediakan!
5. Kumpulkan jawaban anda pada guru!
PERTANYAAN
Setelah anda membaca materi peristiwa seputar proklamasi kemerdekaan
Indonesia, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

1. Apa pengaruh pengeboman Hiroshima dan Nagasaki oleh Sekutu dalam


rangkaian perang dunia II?
2. Mengapa terjadi peristiwa Rengasdengklok?
3. Bagaimana proses penyusunan teks proklamasi?
4. Mengapa harus ada proklamasi?
5. Jelaskan proses/kronologi peristiwa proklamasi Kemerdekaan Indonesia
17 Agustus 1945 yang disampaikan oleh Soekarno!

75
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
KELAS KONTROL
(Pertemuan 2)

Materi Pembelajaran : Peristiwa Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.


Kelas/Semester : XI/II.
Alokasi Waktu : 2x45 Menit.
Kompetensi Dasar :
3.7 Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa
Indonesia.
4.7. Menalar peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa
Indonesia dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.

A. Pendahuluan
Pada lembar kegiatan siswa, terdapat beberapa langkah kegiatan yang
akan dilakukan siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan dalam
tujuan pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran ini adalah siswa mampu
berpikir kritis terhadap materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi.
B. Alat dan Bahan
1. Lembar Kerja Siswa.
2. Pulpen.
3. Smartphone.
C. Sumber
1. Literatur dari buku paket siswa maupun media online mengenai materi
yang berkaitan.
2. Sumber-sumber pendukung lainnya.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Siswa
1. Bacalah materi terkait peristiwa seputar proklamasi kemerdekaan
Indonesia!

76
2. Tanyakan pada guru apabila masih ada yang belum dipahami!
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan di bawah ini!
4. Tulislah jawaban pada lembar kertas!
5. Kumpulkan jawaban anda pada guru!

PERTANYAAN
1. Tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan, sekutu datang ke
Indonesia. Mengapa sekutu datang ke Indonesia? Jelaskan alasanmu!
2. Pertempuran terjadi di berbagai daerah dalam menentang sekutu dan
Belanda. Mengapa rakyat Indonesia melakukan perlawanan terhadap
sekutu?
3. Diantara berbagai perjuangan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam
menentang sekutu dan Belanda, pertempuran mana yang menurutmu
paling menarik? Jelaskan latar belakang proses terjadinya pertempuran
tersebut!

77
Lampiran 9. Angket Pra-Perlakuan

ANGKET KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Petunjuk Pengisian Angket :


1. Tulislah identitas terlebih dahulu pada kolom yang disediakan.
2. Jawablah pertanyaan dengan memilih salah satu dari 4 alternatif
jawaban.
3. Jawablah dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom
yang telah disediakan.
Alternatif Jawaban :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Identitas Responden
Nama :
No.Absen :
Kelas :

No Pertanyaan SS S R TS STS
.
1 Saya mengidentifikasi dan
menganalisis dengan baik
permasalahan atau studi kasus
dalam suatu pembelajaran.
2 Saya menjelaskan dan
mendeskripsikan suatu
permasalahan dengan baik.
3 Saya menafsirkan suatu
permasalahan atau soal dengan
baik.
4 Saya menganalisis kembali
argumen yang saya sampaikan
kepada guru dan teman-teman
saya.

78
5 Saya menganalisis dan
memahami perbedaan pendapat
atau argumen yang disampaikan
oleh teman saya.
6 Saya memiliki keberanian untuk
bertanya kepada guru terkait
suatu fakta, studi kasus atau
permasalahan.
7 Saya memiliki keberanian untuk
menjawab suatu permasalahan
atau studi kasus berdasarkan
pemahaman saya yang telah
saya sinkronkan dengan bukti
yang relevan.
8 Saya memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi terkait kebenaran
suatu fakta.
9 Saya memahami kelemahan dari
permasalahan dalam suatu
materi pembelajaran.
10 Saya mampu memberikan alasan
atau penjelasan atas argumen
yang saya sampaikan
berdasarkan sumber yang
relevan.
11 Saya berargumen dengan
menyesuaikan sumber yang
valid.
12 Saya mengerjakan tugas sesuai
dengan prosedur yang diberikan
oleh guru.
13 Saya mengamati dan memahami
berbagai perbedaan pendapat
dan kemudian menganalisis
setiap pendapat yang ada.
14 Setelah melihat berbagai
perbedaan pendapat dan saya
mampu menerima perbedaan
yang ada.
15 Saya mengobservasi terlebih
dahulu kemudian
mempertimbangkan hasil
observasi saya terhadap sumber
yang relevan.
16 Saya mengamati dan mencatat
informasi baru yang
disampaikan guru dalam
pembelajaran.

79
17 Saya menafsirkan terlebih
dahulu suatu informasi dalam
pembelajaran agar tidak salah
dalam menerima informasi.
18 Saya berpikir secara logis ketika
menjawab suatu pertanyaan
dalam pembelajaran.
19 Saya berpikir logis dan
menelaah terlebih dahulu
pernyataan atau pertanyaan
dalam suatu pembelajaran.
20 Saya membedakan dan
menganalisis terlebih dahulu
mana pernyataan yang logis dan
yang tidak logis.
21 Saya bersedia memberikan
penjelasan atas suatu kesimpulan
yang saya buat.
22 Saya bersedia dan mampu
menjelaskan sebab dan akibat
suatu peristiwa.
23 Saya bersedia menjelaskan suatu
kejadian secara runtut dan benar.
24 Saya bersedia menganalisis latar
belakang suatu peristiwa dengan
menyesuaikan pemahaman saya.
25 Saya tahu bagaimana saya harus
bersikap dalam menanggapi
suatu isu yang tidak sesuai
dengan fakta.
26 Saya melihat suatu fakta atau
peristiwa berdasarkan bukti yang
valid.
27 Saya merasa cepat tanggap
dalam memahami suatu
permasalahan.
28 Saya menafsirkan permasalahan
dengan baik sehingga
menemukan solusi yang benar.
29 Saya memiliki opini atau sudut
pandang sendiri terhadap suatu
permasalahan.
30 Saya berusaha menemukan
sendiri bukti yang relevan dan
valid dari argumen yang saya
sampaikan.
31 Saya mengidentifikasi dan
berpikir panjang terlebih dahulu

80
sebelum menyampaikan
argumen atau pendapat.
32 Saya bersedia memberikan
alasan yang valid atas argumen
yang saya sampaikan.
33 Saya menganalisis dahulu suatu
peristiwa sehingga saya dapat
mengetahui makna dibalik suatu
peristiwa yang disampaikan
dalam pembelajaran.
34 Saya merumuskan solusi
alternatif terlebih dahulu
sebelum menyelesaikan suatu
permasalahan.
35 Saya meninjau kembali solusi
yang saya pilih dalam
menyelesaikan suatu
permasalahan.
36 Saya berdiskusi dengan baik
bersama teman saya dalam
membahas suatu permasalahan.
37 Saya lebih nyaman bekerja
secara kelompok daripada
individu.
38 Saya mempresentasikan hasil
kerja saya dengan baik di depan
teman-teman sekelas.
39 Saya menjelaskan dengan baik
pendapat saya kepada teman-
teman di kelas.
40 Saya dengan senang hati
menerima perbedaan pendapat
dengan teman dan guru saya.

81
Lampiran 10. Angket Pasca-Perlakuan

ANGKET KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Petunjuk Pengisian Angket :


1. Tulislah identitas terlebih dahulu pada kolom yang disediakan.
2. Jawablah pertanyaan dengan memilih salah satu dari 4 alternatif
jawaban.
3. Jawablah dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom
yang telah disediakan.
Alternatif Jawaban :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Identitas Responden
Nama :
No.Absen :
Kelas :

No Pertanyaan SS S R TS STS
.
1 Saya mempresentasikan hasil
kerja saya dengan baik di
depan teman-teman sekelas.
2 Saya menjelaskan dan
mendeskripsikan
suatu .permasalahan dengan
baik.
3 Saya berdiskusi dengan baik
bersama teman saya dalam

82
membahas suatu permasalahan.
4 Saya dengan senang hati
menerima perbedaan pendapat
dengan teman dan guru saya.
5 Saya memiliki opini atau sudut
pandang sendiri terhadap suatu
permasalahan.
6 Saya memiliki keberanian
untuk bertanya kepada guru
terkait suatu fakta atau studi
kasus atau permasalahan.
7 Saya bersedia menjelaskan
suatu kejadian secara runtut
dan benar.
8 Saya mengidentifikasi dan
menganalisis dengan baik
permasalahan atau studi kasus
dalam suatu pembelajaran.
9 Saya mengamati dan mencatat
informasi baru yang
disampaikan guru dalam
pembelajaran.
10 Saya mengidentifikasi dan
berpikir panjang terlebih
dahulu sebelum
menyampaikan argumen atau
pendapat.
11 Saya bersedia dan mampu
menjelaskan sebab dan akibat
suatu peristiwa.
12 Saya menafsirkan terlebih
dahulu suatu informasi dalam
pembelajaran agar tidak salah
dalam menerima informasi.
13 Saya menganalisis kembali
argumen yang saya sampaikan
kepada guru dan teman-teman
saya.
14 Saya melihat suatu fakta atau
peristiwa berdasarkan bukti yang
valid.
15 Saya bersedia menganalisis
latar belakang suatu peristiwa
dengan menyesuaikan
pemahaman saya.
16 Saya tahu bagaimana saya harus
bersikap dalam menanggapi
suatu isu yang tidak sesuai

83
dengan fakta.
17 Saya mengobservasi terlebih
dahulu kemudian
mempertimbangkan hasil
observasi saya terhadap
sumber yang relevan.
18 Saya menganalisis kembali
argumen yang saya sampaikan
kepada guru dan teman-teman
saya.
19 Saya lebih nyaman bekerja
secara kelompok daripada
individu.
20 Saya memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi terkait kebenaran
suatu fakta.
21 Saya mengidentifikasi dan
menganalisis dengan baik
permasalahan atau studi kasus
dalam suatu pembelajaran.
22 Saya memiliki keberanian
untuk menjawab suatu
permasalahan atau studi kasus
berdasarkan pemahaman saya
yang telah saya sinkronkan
dengan bukti yang relevan.
23 Saya menjelaskan dengan baik
pendapat saya kepada teman-
teman di kelas.
24 Saya berpikir logis dan
menelaah terlebih dahulu
pernyataan atau pertanyaan
dalam suatu pembelajaran.
25 Saya membedakan dan
menganalisis terlebih dahulu
mana pernyataan yang logis
dan yang tidak logis.
26 Saya berpikir secara logis
ketika menjawab suatu
pertanyaan dalam
pembelajaran.
27 Saya meninjau kembali solusi
yang saya pilih dalam
menyelesaikan suatu
permasalahan.
28 Saya bersedia memberikan
alasan yang valid atas argumen
yang saya sampaikan.

84
29 Saya dengan senang hati
menerima perbedaan pendapat
dengan teman dan guru saya.
30 Saya merumuskan solusi
alternatif terlebih dahulu
sebelum menyelesaikan suatu
permasalahan.
31 Saya merasa cepat tanggap
dalam memahami suatu
permasalahan.
32 Saya mengerjakan tugas sesuai
dengan prosedur yang diberikan
oleh guru.
33 Saya menafsirkan terlebih
dahulu suatu informasi dalam
pembelajaran agar tidak salah
dalam menerima informasi.
34 Saya menafsirkan suatu
permasalahan atau soal dengan
baik.
35 Saya menganalisis dan
memahami perbedaan pendapat
atau argumen yang disampaikan
oleh teman saya.
36 Saya memahami kelemahan
dari permasalahan dalam suatu
materi pembelajaran.
37 Saya mampu memberikan
alasan atau penjelasan atas
argumen yang saya sampaikan
berdasarkan sumber yang
relevan.
38 Saya berargumen dengan
menyesuaikan sumber yang
valid.
39 Saya mengamati dan
memahami berbagai perbedaan
pendapat dan kemudian
menganalisis setiap pendapat
yang ada.
40 Setelah melihat berbagai
perbedaan pendapat dan saya
mampu menerima perbedaan
yang ada.

85
Lampiran 11. Hasil Uji Validitas Instrumen

HASIL UJI VALIDITAS ANGKET

Dalam pengambilan data, untuk menentukan r-tabel peneliti menggunakan rumus:


Df = N (Data)–2 = 162-2= 160, dengan r-tabel pada 160 yaitu 0,1543 pada 0,05.

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
162 responden, dapat diperoleh hasil sebagai berikut:

Nomor Person
Soal Correlation R-Tabel Keterangan
R-Hitung

1 0,510 0,1543 VALID


2 0,676 0,1543 VALID
3 0,580 0,1543 VALID
4 0,615 0,1543 VALID
5 0,688 0,1543 VALID
6 0,688 0,1543 VALID
7 0,713 0,1543 VALID
8 0,583 0,1543 VALID
9 0,589 0,1543 VALID
10 0,706 0,1543 VALID
11 0,596 0,1543 VALID
12 0,475 0,1543 VALID
13 0,591 0,1543 VALID

86
14 0,425 0,1543 VALID
15 0,629 0,1543 VALID
16 0,530 0,1543 VALID
17 0,739 0,1543 VALID
18 0,583 0,1543 VALID
19 0,641 0,1543 VALID
20 0,640 0,1543 VALID
21 0,675 0,1543 VALID
22 0,624 0,1543 VALID
23 0,636 0,1543 VALID
24 0,641 0,1543 VALID
25 0,443 0,1543 VALID
26 0,492 0,1543 VALID
27 0,300 0,1543 VALID
28 0,620 0,1543 VALID
29 0,505 0,1543 VALID
30 0,708 0,1543 VALID
31 0,698 0,1543 VALID
32 0,650 0,1543 VALID
33 0,739 0,1543 VALID
34 0,676 0,1543 VALID
35 0,699 0,1543 VALID
36 0,416 0,1543 VALID
37 0,408 0,1543 VALID
38 0,438 0,1543 VALID
39 0,430 0,1543 VALID
40 0,193 0,1543 VALID

87
Lampiran 12. Hasil Uji Reabilitas Instrumen

HASIL UJI REABILITAS ANGKET

88
Lampiran 13. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

HASIL UJI TINGKAT KESUKARAN ANGKET

Soal Mean Skor Maks Tingkat Kesukaran Keterangan


soal01 3,57 5 0,71 MUDAH
soal02 3,73 5 0,75 MUDAH
soal03 3,73 5 0,75 MUDAH
soal04 3,73 5 0,75 MUDAH
soal05 3,94 5 0,79 MUDAH
soal06 3,46 5 0,69 SEDANG
soal07 3,47 5 0,69 SEDANG
soal08 4,02 5 0,8 MUDAH
soal09 3,39 5 0,68 SEDANG
soal10 3,73 5 0,75 MUDAH
soal11 4,09 5 0,82 MUDAH
soal12 4,29 5 0,86 MUDAH
soal13 3,56 5 0,71 MUDAH
soal14 4,1 5 0,82 MUDAH
soal15 3,57 5 0,71 MUDAH
soal16 3,86 5 0,77 MUDAH
soal17 3,52 5 0,7 MUDAH
soal18 4,16 5 0,83 MUDAH
soal19 4,04 5 0,81 MUDAH
soal20 3,76 5 0,75 MUDAH
soal21 3,66 5 0,73 MUDAH
soal22 3,77 5 0,75 MUDAH
soal23 3,76 5 0,75 MUDAH
soal24 3,62 5 0,72 MUDAH
soal25 4,07 5 0,81 MUDAH
soal26 4,23 5 0,85 MUDAH
soal27 3,95 5 0,79 MUDAH
soal28 3,88 5 0,78 MUDAH
soal29 4,03 5 0,81 MUDAH

89
soal30 3,34 5 0,67 SEDANG
soal31 3,78 5 0,76 MUDAH
soal32 3,96 5 0,79 MUDAH
soal33 3,45 5 0,69 SEDANG
soal34 3,54 5 0,71 MUDAH
soal35 3,75 5 0,75 MUDAH
soal36 3,99 5 0,8 MUDAH
soal37 3,61 5 0,72 MUDAH
soal38 4,07 5 0,81 MUDAH
soal39 4,13 5 0,83 MUDAH
soal40 4,38 5 0,88 MUDAH
Lampiran 14. Hasil Uji Daya Beda Instrumen

HASIL UJI BEDA ANGKET

Corrected Item-Total
SOAL Correlation KETERANGAN
soal01 0,48 BAIK
soal02 0,654 BAIK
soal03 0,556 BAIK
soal04 0,585 BAIK
soal05 0,647 BAIK
soal06 0,636 BAIK
soal07 0,686 BAIK
soal08 0,554 BAIK
soal09 0,556 BAIK
soal10 0,685 BAIK
soal11 0,574 BAIK
soal12 0,446 BAIK
soal13 0,559 BAIK
soal14 0,393 BAIK
soal15 0,599 BAIK
soal16 0,498 BAIK
soal17 0,714 BAIK SEKALI
soal18 0,559 BAIK
soal19 0,618 BAIK
soal20 0,613 BAIK
soal21 0,649 BAIK
soal22 0,596 BAIK
soal23 0,609 BAIK
soal24 0,61 BAIK
soal25 0,41 BAIK
soal26 0,467 BAIK
soal27 0,267 BAIK
soal28 0,596 BAIK
soal29 0,477 BAIK

90
soal30 0,675 BAIK
soal31 0,673 BAIK
soal32 0,628 BAIK
soal33 0,714 BAIK SEKALI
soal34 0,649 BAIK
soal35 0,676 BAIK
soal36 0,385 BAIK
soal37 0,364 BAIK
soal38 0,411 BAIK
soal39 0,404 BAIK
soal40 0,162 JELEK
Lampiran 15. Data Nilai Angket Pra-Perlakuan Kelas Eksperimen dan
Kontrol

1. Data Nilai Angket Pra-Perlakuan Kelas Eksperimen (XI IPS 1).

No. Nama Nilai Angket Pra-


Perlakuan
1 Achmad Ferdyansyah 81
2 Achmad Malvin 74,5
3 Alya Putri 80
4 Anjelina Devita 80
5 Bawon Wiji 71,5
6 Cristian Eka 75
7 Daffa Gian 82,5
8 David Pranata 85
9 Danang Bagus 83
10 Delia Revalina 76
11 Dimas Ananda 78
12 Dinda Dwi Sekar 71
13 Efrina Reza 74
14 Ego Pradipta 77
15 Elfasania Dzeila 79
16 Evril Neisya 76
17 Fikri Rahmadani 76
18 Ghazzy Fairuz 77
19 Lucia Wulan 73,5
20 Lutviyatul Hasanah 72
21 Marvin Antonio 75,5
22 Masayu Zahrah 78
23 Meiriska Prada 70,5
24 Michelia Zuraida 71,5
25 M. Rico Saputra 69,5
26 M. Farhan Muslimin 72
27 Natasya Ilma 82
28 Rossa Dea Valentina 71
29 Selly Citra 85

91
30 Setia Puji 78,5
31 Tania Zandra 81
32 Zidan Geofanny 73
33 Ferdinamdus 75,5

2. Data Nilai Angket Pra-Perlakuan Kelas Kontrol (XI IPA 1).

No. Nama Nilai Angket Pra-


Perlakuan
1 Adelia rafa 89
2 Alda Daiyatus 81
3 Amanda Putri 70,5
4 Andika Mrshall 85
5 Ardia Meiliana 86,5
6 Asmaranti Fitria 71,5
7 Benedictus Giga 64,5
8 Cecilya Novita 86,5
9 Dwi Rafa 85,5
10 Elvinsa Aulia 76
11 Igo Awang 84,5
12 Iip Fitrotul 81
13 Indra Juli Prasetyo 79
14 Indy Artika 83
15 Ismarinta Syahidah 81,5
16 Laelani Laverda 70,5
17 Lala Intania 75
18 Maisya Bilqis 75
19 Nashwa Fericha 81
20 Nia Aghis 84,5
21 Nindi Sofiana 86
22 Nolanero Dhealova 80
23 Pujolaras Anto 75
24 Ratih Agnes 80,5
25 Ratih Dewi 88,5
26 Ratu Riebbyana Ayu 75,5
27 Rey Andrian 74
28 Riang Cahya 89
29 Safera Putri 91
30 Talitha Luthfan 90,5
31 Tri Khusnul 75
32 Zalfa Zahira 80

92
Lampiran 16. Data Nilai Angket Pasca-Perlakuan Kelas Eksperimen dan
Kontrol

1. Data Nilai Angket Pasca-Perlakuan Kelas Eksperimen (XI IPS 1).

No. Nama Nilai Angket Pasca-


Perlakuan
1 Achmad Ferdyansyah 94
2 Achmad Malvin 69
3 Alya Putri 80
4 Anjelina Devita 94
5 Bawon Wiji 83
6 Cristian Eka 98
7 Daffa Gian 94
8 David Pranata 94
9 Danang Bagus 88,5
10 Delia Revalina 86,5
11 Dimas Ananda 84
12 Dinda Dwi Sekar 94
13 Efrina Reza 94
14 Ego Pradipta 87,5
15 Elfasania Dzeila 79,5
16 Evril Neisya 85
17 Fikri Rahmadani 83,5
18 Ghazzy Fairuz 81,5
19 Lucia Wulan 82,5
20 Lutviyatul Hasanah 93,5
21 Marvin Antonio 92,5
22 Masayu Zahrah 99
23 Meiriska Prada 98,5
24 Michelia Zuraida 75
25 M. Rico Saputra 90
26 M. Farhan Muslimin 87,5
27 Natasya Ilma 87,5
28 Rossa Dea Valentina 85,5

93
29 Selly Citra 91,5
30 Setia Puji 81
31 Tania Zandra 76,5
32 Zidan Geofanny 77
33 Ferdinamdus 93,5

2. Data Nilai Angket Pasca-Perlakuan Kelas Kontrol (XI IPA 1).

No. Nama Nilai Angket Pasca-


Perlakuan
1 Adelia rafa 93
2 Alda Daiyatus 89,5
3 Amanda Putri 91,5
4 Andika Mrshall 86
5 Ardia Meiliana 89,5
6 Asmaranti Fitria 68,5
7 Benedictus Giga 51
8 Cecilya Novita 95
9 Dwi Rafa 89,5
10 Elvinsa Aulia 77
11 Igo Awang 70,5
12 Iip Fitrotul 79,5
13 Indra Juli Prasetyo 86
14 Indy Artika 82,5
15 Ismarinta Syahidah 81,5
16 Laelani Laverda 73
17 Lala Intania 83
18 Maisya Bilqis 81
19 Nashwa Fericha 80
20 Nia Aghis 86,5
21 Nindi Sofiana 93,5
22 Nolanero Dhealova 61
23 Pujolaras Anto 79
24 Ratih Agnes 83
25 Ratih Dewi 83,5
26 Ratu Riebbyana Ayu 76
27 Rey Andrian 63
28 Riang Cahya 92
29 Safera Putri 89
30 Talitha Luthfan 99
31 Tri Khusnul 73
32 Zalfa Zahira 81,5

94
Lampiran 17. Hasil Uji Normalitas Data

HASIL UJI NORMALITAS DATA

1. Hasil Uji Normalitas Angket Pra-Pelakuan Kelas Eksperimen dan


Kontrol.

2. Hasil Uji Normalitas Angket Pasca-Pelakuan Kelas Eksperimen dan Kontrol.

95
Lampiran 18. Hasil Uji Homogenitas Data

HASIL UJI HOMOHENITAS DATA

96
Lampiran 19. Hasil Uji Hipotesis Data

HASIL UJI HIPOTESIS DATA

Independent Samples Test

Levene's
Test for
Equality
of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Sig. Std. Interval of the
(2- Mean Error Difference
taile Differe Differe
F Sig. t df d) nce nce Lower Upper

Equal
varianc
1,7 5,8186 2,2621 1,2980
es ,189 2,572 63 ,012 10,33924
60 6 7 7
assume
d

Equal
varianc
55,21 5,8186 2,2744 1,2609
es not 2,558 ,013 10,37635
1 6 4 6
assume
d

97
Lampiran 20. Daftar Hadir Siswa Kelas Eksperimen

1. Daftar Hadir Siswa Kelas XI IPS 1 (Kelas Eksperimen) Pertemuan 1.

98
99
2. Daftar Hadir Siswa Kelas XI IPS 1 (Kelas Eksperimen) Pertemuan 2.

100
101
102
Lampiran 21. Daftar Hadir Siswa Kelas Kontrol

1. Daftar Hadir Siswa Kelas XI MIPA 1 (Kelas Kontrol) Pertemuan 1.

103
104
2. Daftar Hadir Siswa Kelas XI MIPA 1 (Kelas Kontrol) Pertemuan 2.

105
106
Lampiran 22. Sampel Jawaban Angket Pra-Perlakuan Siswa

1. Sampel Angket Pra-Perlakuan Kelas Eksperimen.

107
108
109
2. Sampel Angket Pra-Perlakuan Kelas Kontrol.

110
111
112
Lampiran 23. Sampel Jawaban Angket Pasca-Perlakuan Siswa

1. Sampel Angket Pasca-Perlakuan Kelas Eksperimen.

113
114
115
2. Sampel Angket Pasca-Perlakuan Kelas Kontrol.

116
117
118
Lampiran 24. Sampel Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

1. Sampel Lembar Jawaban Siswa Kelas XI IPS 1 Pertemuan 1.

119
120
2. Sampel Lembar Jawaban Siswa Kelas XI IPS 1 Pertemuan 2

121
122
Lampiran 25. Sampel Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol

1. Sampel Lembar Jawaban Siswa Kelas XI MIPA 1 Pertemuan 1.

123
2. Sampel Lembar Jawaban Siswa Kelas XI MIPA 1 Pertemuan 2.

124
Lampiran 26. Lembar Validasi Instrumen (Validator)

125
126
127
128
129
130
131
Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Penyerahan Surat Penelitian di SMA Negeri 3 Batu


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

Gambar 2. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama di Kelas XI MIPA 1


(Kelas Kontrol)
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

Gambar 3. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama di Kelas XI IPS 1


(Kelas Eksperimen)
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

132
Gambar 4. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Kedua di Kelas XI MIPA 1
(Kelas Kontrol)
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

Gambar 5. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Kedua di Kelas XI IPS 1


(Kelas Eksperimen)
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

Gambar 6. Siswa Mengisi Angket Pra-Perlakuan


Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

133
Gambar 7. Siswa Mengisi Angket Pasca-Perlakuan
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

Gambar 8. Sekolah SMA Negeri 3 Batu


Tampak Depan
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)

134
RIWAYAT HIDUP

Salvia Novani Chaerunissa, lahir di Kota Batu, Malang


Provinsi Jawa Timur pada 10 November 2000. Penulis lahir
dari pasangan Sofii dan Siti Zulaichah dan merupakan anak
tunggal. Ketika tahun 2007 penulis masuk Sekolah Dasar
Negeri Ngaglik 02 Batu, kemudian lulus pada tahun 2013.
Selanjutnya, menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Batu
dan lulus pada tahun 2016. Kemudian, melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 3 Batu dan lulus pada tahun 2019. Pada tahun 2019
setelah lulus dari SMA, penulis mengikuti tes masuk perguruan tinggi yaitu
SBMPTN sehingga berhasil menjadi mahasiswa Universitas Negeri Malang
program studi S1 Pendidikan Sejarah. Selama berkuliah, penulis mengikuti satu
organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu UKM German yang berkecimpung
pada seputar kenapzaan. Kemudian pada semester 5 penulis mengikuti program
Kampus Merdeka yaitu Kampus Mengajar Angkatan 2 yang ditempatkan di SD
Islam Al-Huda Kota Batu.

135

Anda mungkin juga menyukai