Anda di halaman 1dari 141

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PENERAPAN

SISTEM POIN (REWARD & PUNISHMENT) DAN DISIPLIN


SISWA MTS ANNAJAH, PETUKANGAN SELATAN,
PESANGGRAHAN, JAKARTA SELATAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
NUR FITRIYANI
NIM 1110011000076

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ABSTRAK

Nur Fitriyani (NIM: 1110011000076). Hubungan Persepsi Siswa Tentang


Penerapan Sistem Poin (Reward & Punishment) Dan Disiplin Siswa MTs
Annajah, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Disiplin merupakan lapis terluar dari suatu sistem pendidikan di sekolah


sedangkan lapis terdalamnya adalah kualitas. Dengan disiplin, sekolah akan
mendapatkan kewibawaan dengan mudah dilihat dari sikap atau tingkah laku guru
dan para siswanya. Kepala sekolah, guru dan segenap pelaksana pendidikan adalah
ujung tombak pengemban misi pendidikan nasional yang berkarakter melalui
berbagai terobosan inovatif. Sistem poin (reward & punishment) merupakan
alternatif dalam upaya menegakkan disiplin disekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang
signifikan antara persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward &
punishment) dan disiplin siswa, untuk mengetahui disiplin siswa setelah
diterapkannya sistem poin (reward & punishment) serta bagaimana penerapan sistem
poin (reward & punishment) di MTs Annajah Petukangan Selatan, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Annajah Petukangan Selatan,
Pesanggrahan, Jakarta Selatan dan mengambil sampel dengan teknik purposive
sampling. Sample dalam penelitian ini berjumlah 41 responden siswa kelas IX 1 dan
IX 4 Tahun Ajaran 2012 – 2013.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, karena dalam mengumpulkan
data dan penafsirannya menggunakan rumus-rumus statistik disertai dengan tabel,
bagan, gambar dan lainnya, Penghimpunan data menggunakan angket, studi
dokumen, observasi, dan wawancara. Setelah data angket diperoleh maka selanjutnya
menghitung kedua variabel tersebut menggunakan rumus product moment. Setelah
penelitian ini dilakukan, maka penulis memperoleh hasil dengan angka korelasi
sebesar 0, 552 yang berarti terdapat korelasi positif sedang atau cukup antara
persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) dan disiplin
siswa MTs Annajah Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Kata Kunci : Penerapan Sistem Poin (Reward & Punishment), Disiplin Siswa.

i
ABSTRACT

Nur Fitriyani (NIM: 1110011000076). The Correlation between Students’


Perception about the Implementation of Point System (Reward & Punishment) and
the Students’ Discipline at MTs Annajah, South Petukangan, Pesanggrahan,
South Jakarta.

Discipline is the surface of educational system. The essential one is its quality.
School can easily be perceived from the way how its students and its teachers
behave. Principal, teacher, and the entire educational stakeholder are the frontline
that hold national education mission character based through a number of
innovation. Reward and Punishment system is one way to empower discipline at
schools.
This study aims to know whether is there any significant correlation between
students’ perception of Reward and Punishment system towards students’ discipline-
to know the degree of students’ discipline after the system being implemented at their
school. Also, this study aims to know how the implementation of Reward and
Punishment system at MTs Annajah South Petukangan, Pesanggrahan, South
Jakarta.
This study has been conducted in MTs Annajah. Its sample is taken by using
purposive sampling technique. Counted, the sample is 41 respondents of Class IX 1
and Class IX 4 of 2012-2013 year study.
This study used quantitative method because in the process of collecting data
and the interpretation, it applied statistics formula with table, picture, etc. The
collecting of the data used questionnaire, document study, observation, and
interview. After the data has been collected, the next step is counting two variables of
the data by using product moment formula. The result of this study is that the score
of the correlation is 0, 552 that means positive correlation is in medium or enough
between students’ perception and the implementation of Reward & Punishment with
students’ discipline of MTs Annajah South Petukangan, Pesanggrahan, South
Jakarta.

Keyword : Implementation of Point System (Reward & Punishment),


Students’ Discipline.

ii
KATA PENGANTAR
‫بسم اللّه الرحمن الرحيم‬

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Persepsi Siswa Tentang Penerapan Sistem Poin (Reward &
Punishment) Dan Disiplin Siswa MTs Annajah, Petukangan Selatan,
Pesanggrahan, Jakarta Selatan”
Skripsi ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1.
Tentunya dalam proses pengerjaan skripsi ini banyak melibatkan dukungan dan
bimbingan berbagai pihak baik secara akademis, moral, motivasi dan lainnya. Karena
itu perkenankanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih serta penghargaan
yang mendalam khususnya kepada:
 Bapak Ahmad Basuni, M. Ag. Drs. H sebagai pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran dan
motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Papa dan Mama tersayang, Bapak Hidayat dan Ibu Syamsiah yang telah
mengasuh dan mendidik penulis hingga saat ini. terimakasih atas dukungan
serta doa-doanya. “Rabbigfirli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani
shagira”
 Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
 Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, Ketua
dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
 Prof. Dr. Salman Harun dan Dr. Munzir Suparta, MA selaku penguji skripsi
yang telah memberikan banyak saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini.

iii
 Seluruh Dosen FITK dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis khususnya dan
kepada mahasiswa umumnya.
 Drs. H Samunal Ghozi selaku kepala sekolah MTs Annajah yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Annajah.
 Bapak Nurhadi, S.Pdi selaku wakil kepala sekolah bagian kesiswaan yang
dengan ikhlas meluangkan waktu untuk menjelaskan tata tertib sistem poin dan
memberikan banyak informasi tentang penerapan sistem poin (reward &
punishment) di MTs Annajah.
 Keluarga besar di Cilegon dan Bekasi, yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu, yang selalu memberikan motivasi sampai terselesainya skripsi ini.
 Zezen Syukrillah, suamiku yang tanpa lelah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi serta pemberi semangat yang luar biasa dalam segala
hal. Makasih suamiku….
 Sahabat-sahabat ku saroh, hani, vikri, teman-teman PPKT & P20AI Angkatan
2010 yang selalu berbagi dan saling memberi motivasi dalam menyusun
skripsi.
 Keluarga besar lembaga pendidikan al-Qur’an (LPQ) qiraati masjid fathullah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Pak Hadlir, Pak Mukmin, Pak Agung, Pak
Ali dan semua teman-teman seperjuangan yang tidak disebutkan namanya.
Penulis berharap pada akhirnya semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat, walaupun memang penulis sadar masih
banyak kekurangan didalamnya, tetapi harapan penulis adalah skripsi ini bisa
menjadi bahan referensi bagi mereka yang membutuhkan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang positif dan membangun dari pembaca demi
perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Jakarta, 16 Desember 2014

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ v
DAFTAR TABEL................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... x

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 5
D. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ...................... 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
F. Kegunaan Penelitian ................................................................ 6

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


A. Sistem Poin (Reward & Punishment) ...................................... 7
1. Pengertian Sistem Poin...................................................... 7
2. Sosialisasi Sistem Poin ..................................................... 8
3. Implementasi Sistem Poin ................................................. 9
B. Disiplin .................................................................................... 17
1. Pengertian Disiplin ............................................................ 17
2. Urgensi Pembinaan Disiplin ............................................. 20
3. Teknik Pembinaan Disiplin .............................................. 21
C. Kerangka Berfikir .................................................................... 22
D. Hipotesis Penelitian ................................................................. 23

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 24

v
B. Metode dan Variabel Penelitian ............................................ 24
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 25
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 25
E. Instrumen Penelitian ............................................................. 27
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data ................................................. 28
2. Teknik Analisis Data ....................................................... 30

BAB IV:HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Madrasah .......................................... 32
2. Persepsi Siswa tentang Penerapan Sistem Poin
(Reward & Punishment) ................................................ 43
3. Disiplin Siswa Setelah Diterapkan Sistem Poin
(Reward & Punishment) ................................................ 59
B. Analisis Data ......................................................................... 68
C. Pengujian Hipotesis Penelitian............................................... 73
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 76
E. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 78

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................... 79
B. Implikasi................................................................................. 79
C. Saran-saran ............................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 81


LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................. 84

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Item Alternatif Jawaban Responden ............................................. 27


Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen ................................................................................ 28
Tabel 3.3 Variabel X (Penerapan Sistem Poin) .................................................... 31
Tabel 3.4 Variabel Y (Disiplin Siswa) ................................................................. 31
Tabel 4.1 Daftar Siswa Penerima Poin (Reward & Punishment) ........................ 46
Tabel 4.2 Tidak peduli dengan poin (pelanggaran) yang di terima ....................... 52
Tabel 4.3 Mendapat poin (pelanggaran) karena melakukan pelanggaran
dengan sengaja ........................................................................................ 53
Tabel 4.4 Peraturan sistem poin (pelanggaran) membuat jera .............................. 53
Tabel 4.5 Termotivasi pada reward bagi siswa berprestasi dan disiplin ............... 54
Tabel 4.6 Kesal/dendam kepada guru yang memberi siswa poin ......................... 54
Tabel 4.7 Guru langsung menghukum siswa jika melanggar peraturan ............... 55
Tabel 4.8 Takut dimarahi orang tua apabila mendapat poin ................................. 56
Tabel 4.9 Terpaksa mematuhi peraturan supaya tidak mendapat poin ................. 56
Tabel 4.10 Melapor kepada guru/wali kelas bila melihat teman melanggar
peraturan ............................................................................................... 57
Tabel 4.11 Mematuhi peraturan sistem poin yang ditetapkan oleh sekolah........... 57
Tabel 4.12 Guru saling bekerja sama dalam menerapkan peraturan sistem poin .. 58
Tabel 4.13 Senang kepada siswa/i yang mematuhi peraturan dan berusaha
meneladaninya ...................................................................................... 59
Tabel 4.14 Terlambat datang ke sekolah ............................................................... 61
Tabel 4.15 Keluar ruangan/ kelas saat KBM berlangsung karena mengantuk
atau bosan ............................................................................................. 61
Tabel 4.16 Mengobrol dan bercanda saat sholat dhuha ........................................ 62
Tabel 4.17 Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah..................................... 62
Tabel 4.18 Menimbulkan kegaduhan ketika KBM berlangsung ............................ 63
Tabel 4.19 Senang berteman dengan siswa yang sering melanggar peraturan ..... 64
Tabel 4.20 Tidur didalam kelas saat KBM............................................................ 64

vii
Tabel 4.21 Keluar kelas untuk membeli minum/makanan saat KBM .................. 65
Tabel 4.22 Pulang sekolah langsung mengerjakan PR .......................................... 65
Tabel 4.23 Berkelahi/bertengkar dengan teman pada jam istirahat ...................... 66
Tabel 4.24 Kurang memperhatikan guru saat mengajar ........................................ 67
Tabel 4.25 Belajar kelompok dengan teman setelah pulang sekolah .................... 67
Tabel 4.26 Kurang menghargai waktu di sekolah ................................................. 68
Tabel 4.27 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Variabel X
(Penerapan Sistem Poin) ..................................................................... 69
Tabel 4.28 Distribusi frekuensi skor variabel X (Penerapan sistem poin) ........... 70
Tabel 4.29 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Variabel Y
(Disiplin Siswa) ................................................................................... 71
Tabel 4.30 Distribusi frekuensi skor variabel Y (Disiplin Siswa) ....................... 72
Tabel 4.31 Nilai Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y .............................. 73
Tabel 4.32 Tabel Interpretasi Nilai “r” ................................................................. 76

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Papan tata tertib sekolah sistem poin di setiap lantai gedung
MTs Annajah ........................................................................................ 45
Gambar 2: Siswa-siswa dikenakan poin (punishment) dan sanksi sholat di lapangan
karena bercanda saat shalat dhuhur berjamaah ................................... 50
Gambar 3: Siswa diberi sanksi belajar di luar kelas karena gaduh saat KBM ...... 51

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket

Lampiran 2 Skor Butir Soal

Lampiran 3 Wawancara

Lampiran 4 Tata Tertib Sekolah Sistem Poin

Lampiran 5 Daftar Siswa Penerima Poin Pelanggaran/ Reward

Lampiran 6 Surat Panggilan Orang tua

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 9 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment

Lampiran 10 Lembar Uji Referensi

Lampiran 11 Biodata Penulis

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi ini banyak kita jumpai berbagai masalah yang timbul
dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari masalah ekonomi, sosial, pendidikan
dan masih banyak lagi. Dalam segi pendidikan di Indonesia, masalah-masalah
yang timbul masih sangat banyak. Salah satunya yaitu masalah yang berkaitan
dengan kenakalan remaja di sekolah.
Masa remaja disebut juga adolescene, yang dalam bahasa latin berasal
dari kata adolescere, yang berarti “to grow into adulthood”. Adolesen
merupakan masa transisi (peralihan) dari masa anak-anak ke masa dewasa,
dimana terjadi perubahan dalam aspek biologis, psikologis dan sosial.1 Pada
saat masa peralihan seperti ini, cara berpikir remaja cenderung labil. Mereka
sering mengikuti tingkah teman sebayanya, tanpa berpikir benar atau salah.
Yang terpenting adalah kepuasan pada diri mereka.
Banyak perilaku menyimpang anak atau siswa seperti tawuran pelajar,
narkotika, seks bebas, membolos sekolah, aborsi, berbohong, tidak punya
sopan santun dianggap sebagai kesalahan dalam penerapan strategi pendidikan.
Salah satu faktanya adalah proses pembelajaran masih sangat dominan atau
fokus pada penguasaan materi, sementara pembentukan karakter siswa kurang
mendapat perhatian.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pasal 3 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

1
Syamsu Yusuf L.N dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 77.

1
2

demokratis serta bertanggung jawab.2 Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 ini


bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang
cerdas, namun juga berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa
yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur
bangsa serta agama.3
Lembaga pendidikan sekolah (lembaga formal) merupakan tempat
dimana terjadinya interaksi edukatif antara dua insan yang secara teoritis
memiliki pengetahuan yang berbeda dan saling berkomunikasi antara kedua
subjek tersebut (guru dengan murid). Keberhasilan pendidikan merupakan
warna kehidupan dinamis. Dalam menuju keberhasilan pendidikan salah
satunya diperlukan suatu aturan untuk mengembangkan potensi yang ada, juga
mengantisipasi hambatan yang menjadi ancaman bagi tercapainya tujuan
pendidikan secara optimal.4
Untuk menciptakan sekolah yang berkualitas diperlukan iklim sekolah
yang kondusif. Salah satu iklim yang memungkinkan berlangsungnya suatu
proses pendidikan berjalan dengan efektif sebagaimana yang diharapkan semua
pihak adalah tegaknya disiplin sekolah. Disiplin sekolah yang berwibawa dan
ditaati oleh semua komponen pendidikan, terutama oleh siswa merupakan kata
kunci untuk membentuk sekolah yang berkualitas.5
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu
sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan
peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati
peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Disiplin tidak bisa
terbentuk secara instan. Dibutuhkan proses panjang agar disiplin menjadi
kebiasaan yang melekat kuat dalam diri seorang anak. Oleh karena itu,

2
Undang-Undang R.I No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Peraturan Pemerintah R.I,
Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 6
3
Asep Mulyawan, “Pembentukan Karakter Anak Melalui Pembelajaran PAI”, Jurnal Asy-
Syukriyyah, (Tangerang: STAI Asy-Syukriyyah, 2012), h. 175.
4
Sayidati Umi Hanik, “Penegakan Disiplin Dalam Menunjang Kualitas Hasil Belajar Santri di
Pondok Pesantren Darunnajah”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 1-2.
5
Yusransyah, Menegakkan Disiplin Siswa Melalui Sistem Poin Pelanggaran (Kartu Kuning),
15 Oktober 2013, (http://blogpendidikanbahasa.blogspot.com/2012/08/menegakkan-disiplin-siswa-
melalui.html).
3

penanaman disiplin harus dilakukan sejak dini. Tujuannya adalah untuk


mengarahkan anak agar meraka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan
persiapan bagi masa dewasa.6
Peranan disiplin di setiap lembaga pendidikan cukup bervariasi. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan peraturan yang diterapkan dan kondisi
masing-masing lembaga pendidikan. Setiap tempat memiliki Pembina atau
pengasuh dan peserta didik yang berbeda. Perbedaan ini memberikan
kemungkinan adanya perbedaan berbagai kebijakan dan peraturan yang
dikeluarkan.
Tata tertib sekolah merupakan suatu aturan yang dirancang untuk diikuti
dan ditaati bersama, sebagai pengontrol dalam tindakan, mengingatkan,
meningkatkan kedisiplinan, memberi motivasi untuk berbuat dan bertindak
positif, menanamkan kecintaan dan rasa memiliki terhadap sekolah, patokan
dan acuan dalam setiap tindakan.
Dalam kenyataannya, tata tertib sekolah saat ini banyak sekali yang
diabaikan oleh para siswa. Munculnya ketidakdisiplinan peserta didik atau
pelanggaran aturan tata tertib menunjukkan adanya kegagalan dalam sebuah
institusi pendidikan dalam upaya mendisiplinkan peserta didiknya. Faktor
disiplin sekolah sangat membantu kesungguhan belajar anak. Jika suatu
lembaga pendidikan kurang melaksanakan disiplin, sudah tentu anak-anak
tidak akan serius dalam belajar.
Oleh karena itu dalam suatu lembaga pendidikan perlu untuk membuat
suatu aturan yang menuntut kepada masyakatnya untuk mematuhi peraturan
yang membentuk masyarakatnya untuk menjalankan kedisiplinan di sekolah
dan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta suatu keadaan yang
diinginkan agar tercapai tujuan pendidikan.
Salah satu cara untuk membentuk kedisiplinan peserta didik di sekolah
adalah dengan menerapkan sistem poin. Sistem poin (reward & punishment)
merupakan suatu usaha alternatif yang lakukan pihak sekolah sebagai upaya

6
Ngainun Naim, Character Building (Optimalisasi peran Pendidikan dalam Pengembangan
Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa), (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012), h. 142-143.
4

untuk menegakkan disiplin. Sistem poin berisi jenis-jenis pelanggaran yang


dilakukan peserta didik dalam hal kehadiran, kerapihan, akhlak atau perilaku
dan kedisiplinan beserta sanksi yang diterima (punishment) dan penghargaan
(reward) yang berupa angka-angka.
Jumlah poin yang diberikan berbeda-beda tergantung kebijakan sekolah
tersebut. Seperti mulai dari 5-300 atau 10-500 poin. Lalu jumlah pemberian
poin pada tiap siswa pun tergantung pelanggaran apa yang dilakukan oleh
siswa tersebut. Seperti mulai dari pelanggaran yang ringan, biasanya jumlah
poin pelanggaran yang akan diberikannya pun sedikit, begitu pula sebaliknya,
jika pelanggaran yang dilakukan termasuk berat maka biasanya jumlah poin
yang akan diberikannya pun biasanya lebih banyak. Bahkan hingga jumlah
tertinggi pada tingkatan poin di sekolah tersebut, jika pelanggarannya memang
sangat berat seperti pemerkosaan, mabuk, pembunuhan dan lain-lain.7
Sekolah atau madrasah yang memberlakukan sistem poin salah satunya
adalah Madrasah Tsanawiyah Annajah. MTs Annajah adalah salah satu sekolah
menengah pertama yang berada di kecamatan Ciledug no 10 Petukangan
Selatan, Jakarta Selatan.
Atas dasar latarbelakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk
membahas dan mengangkatnya dalam judul skripsi “Hubungan Persepsi
Siswa Tentang Penerapan Sistem Poin (Reward & Punishment) Dan
Disiplin Siswa Mts Annajah, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta
Selatan”

B. Identifikasi Masalah
Dalam menempuh proses belajar di MTs Annajah banyak sekali kendala
yang dihadapi oleh para guru maupun siswa, salah satu hal tersebut ialah
mengenai kedisiplinan. Kendala-kendala tersebut antara lain:
1. Ada beberapa siswa yang belum memahami peraturan sistem poin.

7
Muhammad Alfian Widiyanto, Pemberlakuan Sistem Poin Pada Pelanggaran Siswa, 17
Januari 2012, (http://warsinem-orenoren.blogspot.com/2012/01/pemberlakuan-sistem-poin-
pada.html).
5

2. Ada beberapa siswa yang belum sadar akan pentingnya disiplin sehingga
mereka merasa tertekan dengan peraturan yang telah ditetapkan di
sekolah.
3. Terdapat beberapa siswa yang tidak menaati peraturan sehingga kondisi
menjadi kurang tertib.
4. Banyak siswa yang tidak peduli dengan peraturan sistem poin, sehingga
poin dan sanksi yang diterima siswa tidak menimbulkan efek jera.

C. Pembatasan Masalah
Setelah masalah-masalah dan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
mengingat begitu luasnya pembahasan, maka pembahasan skripsi ini hanya
dibatasi pada persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward &
punishment) meliputi pemahaman siswa tentang sistem poin dan kesadaran
siswa dalam mengikuti sistem poin, sedangkan disiplin siswa meliputi
pemahaman siswa terhadap kedisiplinan, ketaatan siswa dalam mematuhi
peraturan sekolah, keteraturan siswa dalam belajar serta kesungguhan siswa
dalam belajar pada siswa kelas IX MTs Annajah.

D. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian


1. Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang dirumuskan
sebagai berikut:
a. Seberapa besar hubungan persepsi siswa tentang penerapan sistem
poin (reward & punishment) dan disiplin siswa MTs Annajah?

2. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward
& punishment) yang diberlakukan di MTs Annajah?
6

b. Bagaimana disiplin siswa setelah diberlakukannya sistem poin


(reward & punishment) di MTs Annajah?
c. Bagaimana hubungan persepsi siswa tentang penerapan sistem poin
(reward & punishment) dan disiplin siswa MTs Annajah?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang penerapan sistem poin
(reward & punishment) di MTs Annajah.
2. Untuk mengetahui disiplin siswa setelah diberlakukan sistem poin
(reward & punishment) di MTs Annajah .
3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan persepsi siswa tentang
penerapan sistem poin (reward & punishment) dan disiplin siswa di
MTs Annajah.

F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini di harapkan memberi manfaat dan masukan berharga bagi
pihak-pihak terkait diantaranya:
1. Bagi Guru atau Pembimbing
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi guru untuk
mengetahui bahwasanya penerapan peraturan dapat menegakkan
kedisiplinan serta menunjang kualitas pembelajaran.
2. Bagi Peneliti
Peneliti dapat lebih memahami manfaat dan pentingnya
penegakkan disiplin dalam menunjang kualitas belajar siswa
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan dapat memberikan informasi pada pihak-pihak
yang membutuhkan.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. SISTEM POIN (REWARD & PUNISHMENT)


1. Pengertian Sistem Poin (Reward & Punishment)
Sistem berasal dari bahasa yunani, system. Sistem menurut Shore &
Voich ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian.
Gerald mendefinisikan sistem ialah tata cara kerja yang saling berkaitan
dan bekerja sama membentuk suatu aktifitas atau mencapai suatu tujuan
tertentu. Sistem menurut bagart ialah sekelompok elemen-elemen yang
saling berkaitan secara bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan
yang ditentukan.8
Sistem poin merupakan suatu alternatif yang dapat diberlakukan di
sekolah sebagai upaya untuk menegakkan disiplin. Sistem ini
mengharuskan agar setiap pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan
oleh para siswa diberikan kartu kuning (peringatan) yang memiliki
tingkatan poin pelanggaran sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
dilakukan siswa.
Pemberian kartu kuning dalam pemberlakuan sistem poin
pelanggaran sebenarnya merupakan penggabungan teori pemberian
hukuman yang dikemukakan Schaefer dan teori belajar yang
menyenangkan dalam teori PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). Schaefer (1996: 99-107) mengemukakan
dua puluh pedoman dalam menjatuhkan hukuman kepada siswa yang
melanggar disiplin sekolah. Dari dua puluh pedoman tersebut, terdapat
enam pedoman yang mengilhami pemberlakuan sistem poin pelanggaran
seperti berikut ini.
a. Hukuman itu harus jelas dan terang.

8
Husaini Usman, Manajemen (Teori, Praktek dan Riset Pendidikan), (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 29.

7
8

b. Hukuman harus konsisten.


c. Hukuman diberikan dalam waktu secepatnya.
d. Bentuk-bentuk hukuman yang diberikan sebaiknya
melibatkan siswa.
e. Pemberi hukuman harus objektif.
f. Hukuman sebaiknya tidak bersifat fisik.
Siswa dapat diberi poin apabila dia melanggar tata tertib sekolah
selama mereka:
a. Berada dalam lingkungan sekolah, baik ketika sedang belajar,
waktu istirahat, waktu ibadah, atau waktu berada di
lingkungan kantin sekolah.
b. Memakai pakaian seragam sekolah, termasuk dalam
perjalanan, baik ketika pergi sekolah maupun dalam
perjalanan sepulang dari sekolah.
c. Berada di lingkungan sekolah di luar jam belajar resmi,
termasuk pada kegiatan les (pengayaan) di sore hari atau pada
kegiatan ekstrakurikuler yang ditentukan sekolah. 9

2. Sosialisasi Sistem Poin (Reward & Punishment)


Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan dalam menyukseskan
penerapan sistem poin di sekolah adalah dengan mensosialisasikannya
dengan tepat terhadap seluruh warga sekolah, bahkan terhadap orang tua
peserta didik. Sosialisasi ini penting, terutama agar seluruh warga
sekolah mengenal dan memahami aturan dan tata tertib sekolah, serta
sistem poin (reward & punishment) yang akan diimplementasikan.
Sosialisasi bisa dilakukan langsung oleh kepala sekolah atau guru
yang ahli dalam hal ini seperti guru BK dan lainnya. Sebaiknya dalam
sosialisasi juga dihadirkan atau diundang komite sekolah, bahkan bila
memungkinkan seluruh orang tua, agar mendapat masukan, dukungan
dan pertimbangan tentang implementasi sistem poin.
9
Yusransyah. loc. cit
9

Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak


agar peraturan sistem poin yang ditawarkan dapat dipahami dan
diterapkan secara optimal, karena sosialisasi merupakan langkah penting
yang akan menunjang dan menentukan keberhasilan penerapan sistem
poin.. setelah sosialisasi, kemudian diadakan musyawarah antara kepala
sekolah, guru, tenaga kependidikan dan komite sekolah untuk
mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari berbagai pihak dalam
rangka menyukseskan implementasi sistem poin di sekolah.10

3. Implementasi Sistem Poin (Reward & Punishment)


Pelaksanaan Sistem Poin (Reward & Punishment) di sekolah
sebenarnya sangat sederhana. Setiap siswa yang berprestasi/ siswa yang
melakukan pelanggaran diberi skor angka oleh guru dengan menulis
nama, kelas, jenis pelanggaran/ prestasi serta skor poin (Reward &
Punishment) di buku daftar siswa penerima poin. Kemudian buku poin
(Reward & Punishment) tersebut diserahkan kepada Wali Kelas untuk
direkapitulasi pada buku rekapitulasi poin yang disediakan sekolah.
Setelah dilakukan rekapitulasi pada setiap akhir semester, siswa
yang mendapatkan skor pelanggaran melebihi batas maksimal maka akan
dilakukan pemanggilan orang tua, skorsing atau bahkan sampai kepada
pemberhentian (drop out). Sedangkan siswa yang disiplin dan berprestasi
baik akademis maupun non akademis maka akan mendapatkan poin
reward dari sekolah dan preveleg dengan tidak mengikuti remedial pada
bidang studi tertentu.
Terdapat korelasi antara sistem poin (Reward & Punishment)
dengan Firman Allah Q.S Al An’am ayat 160:

10
E Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 18 - 19.
10

      


            

 

“Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala)


sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan
jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”.
(Q.S Al An’am: 160)

Dalam Surat Al An’am ayat 160, Yusuf Mansur mengibaratkan


amal kebaikan dengan sedekah. Maka ia mensimulasikan hitung-
hitungan sedekah terkait penambahan dan pengurangan seperti berikut
ini.

Sedekah Pahala Jumlah

10-1 9 + (10x1) 19

10-2 8 + (10x2) 28

10-3 7 + (10x3) 37

10-4 6 + (10x4) 46

10-5 5 + (10x5) 55

10-6 4 + (10x6) 64

10-7 3 + (10x7) 73

10-8 2 + (10x8) 82

10-9 1 + (10x9) 91

10-10 0 + (10x10) 100

Intinya, setiap kita mengerjakan kebaikan 1 kali, maka akan


mendapat ganti 10 kali dan orang yang melakukan kejahatan maka dia
11

tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya.


Sedangkan Firman Allah dalam Surat Al Baqarah: 261 berbunyi:

          
     

              

”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Q.S Al
Baqarah: 261).

Sedekah Pahala Jumlah

10-1 9 + (700x1) 709

10-2 8 + (700x2) 1408

10-3 7 + (700x3) 2107

10-4 6 + (700x4) 2806

10-5 5 + (700x5) 3505

10-6 4 + (700x6) 4204

10-7 3 + (700x7) 4903

10-8 2 + (700x8) 5602

10-9 1 + (700x9) 6301

10-10 0+ (700x10) 7000

Dengan mengetahui rumusan matematika Yusuf Mansur tersebut


membuat kita semakin yakin bahwasannya tidak ada ruginya berbuat
12

kebaikan sekecil apapun itu sebagiaman kita harus menghindari amalan


jahat karena ada balasannya juga.11
Selanjutnya Rasulullah SAW adalah sosok edukator yang
terkadang memberi metode pembelajaran dengan nasehat atau
peringatan. Dimana banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari
nasehat-nasehat beliau dan orasi-orasi ilmiah beliau. Metode pengajaran
Rasulullah SAW yang lain adalah memberikan dorongan (motivasi)
kepada para pendengar (sahabat) untuk mencintai (melakukan) amal
kebaikan dan menjauhkan dari berbuat jahat. Ketika memberikan
motivasi, biasanya beliau menyebutkan pahala dan manfaat-manfaat
yang akan diperoleh apabila kebajikan tersebut dilaksanakan.12
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah reward diartikan
sebagai ganjaran atau hadiah (sebagai pembalas jasa), dan hukuman
diartikan balasan. Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ganjaran dalam
bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun balasan
yang buruk. Sementara dalam bahasa Arab ganjaran diistilahkan dengan
tsawab. Kata tsawab banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, khususnya
ketika kitab suci ini membicarakan tentang apa yang akan diterima oleh
seseorang , baik di dunia maupun di akhirat dari amal perbuatannya.
Sebagaimana Firman Allah SWT:

               


Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi),
karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha melihat. (Q.S An-Nisa: 134).

Konsep reward dan punishment ini juga dikenal dalam ajaran


agama. Dalam Islam misalnya, diajarkan tentang adanya surga dan

11
(http://sedekaholic.blogspot.com/2012/09/matematika-sedekah-yusuf-mansur.html)
12
Abdul Fattah Abu Guddah, 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah SAW,
(Bandung: Irsyadbaitussalam, 2009), h. 205 & 209.
13

neraka. Siapa saja yang melakukan amal buruk atau mengingkari ajaran
Allah Swt. adalah dosa (diberi punishment). Sedangkan siapa saja yang
melakukan amal baik dan mematuhi perintah serta meninggalkan
larangan-Nya, akan diberi pahala atau reward. 13
Secara tabiat, semua manusia menyukai apresiasi (imbalan), karena
apresiasi menguatkan perasaan bahwa seseorang telah berlaku benar,
memunculkan rasa bahagia dalam jiwa dan memunculkan rasa bahwa ia
disukai secara sosial. Biasanya ini muncul ketika seseorang sedang
meraih kesuksesan atau prestasi.14
Hadiah merupakan kenang-kenangan, penghargaan dan
penghormatan. Hadiah juga dapat berarti ganjaran, yang diartikan
sebagai upaya memberikan sesuatu yang menyenangkan (penghargaan)
bagi peserta didik yang berprestasi baik dalam belajar maupun
berperilaku. Melalui pemberian hadiah, diharapkan peserta didik dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan prestasinya.
Kemudian dari pengertian hadiah dapat dikatakan bahwa tujuan
dari pemberian hadiah adalah untuk memotivasi peserta didik agar
mereka berperilaku sesuai dengan tata tertib. Berbagai bentuk hadiah
yang biasanya diberikan oleh guru seperti ucapan selamat dan
penghargaan dalam bentuk sertifikat.15
Pujian juga memiliki dua sisi: positif dan negatif. Karenanya perlu
cara yang bijak untuk memuji anak. Pertama-tama yang harus disadari
adalah bahwa pujian harus diberikan dalam jumlah dan kadar secukupnya
saja. Kalau tidak, anak akan menganggap bahwa pujian yang guru
berikan justru melecehkan mereka. Selain itu pujian yang tidak selektif
pada akhirnya akan menghilangkan kesempatan bagi guru untuk

13
Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media,2011), h. 269-270.
14
Muhammad Nabil Kadzim, Mendidik Anak Tanpa Kekerasan, (Jakarta: Al – Kautsar, 2009),
h. 9.
15
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas (Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas Yang
Kondusif), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 175 – 178.
14

memotivasi anak, karena tidak lagi menjadi senjata yang cukup ampuh
untuk guru gunakan.16
Meskipun penghargaan bermanfaat, penghargaan ini harus dilihat
sebagai strategi jangka pendek, langkah menuju motivasi diri.
Penghargaan biasanya hanya memberi hasil dalam jangka pendek dan
dapat membantu siswa-siswa yang memerlukan peningkatan
kemampuan, terutama jika mereka mendapati tugas tertentu yang sangat
menantang. Penghargaan juga harus dapat diraih dan siswa harus
menganggap penghargaan tersebut penting. Yang sangat ideal ialah
penghargaan apapun dinegoisasikan dahulu dengan siswa.17
Dalam literatur Islam, istilah hukuman sepadan dengan istilah
„iqab, jaza dan „uqubah. Kata „iqab dalam Al-Qur’an disebut sebanyak
20 ayat. Kata ini biasanya diikuti dengan kata syadid yang berarti keras,
sangat, amat, yang mengarah kepada tindakan Allah atas perilaku negatif
yang dilakukan hamba-Nya. Seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam
Firman-Nya:


   
    
   
      
      

  
 
(keadaan mereka) adalah sebagai Keadaan kaum Fir'aun dan orang-
orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat kami; karena itu
Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. dan Allah sangat
keras siksa-Nya. (Q.S Ali Imran:11).

Pemberian hukuman dalam konteks pendidik bertujuan untuk


memberikan efek jera dan mencegah berlanjutnya perilaku negatif
peserta didik.18

16
Tim Pustaka Familia, Mempertimbangkan Hukuman pada Anak, (Yogyakarta: Kanisius,
2007), h. 84 – 85.
17
Gavin Reid, Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi, Terj. dari Motivating
Learners in the Classroom: Ideas and Strategies oleh Hartati Widiastuti, (Jakarta: Indeks, 2009), h.
20.
18
Haryanto Al-Fandi. op. cit. h. 271.
15

Tokoh pendidikan Islam, Abdurrahman An-Nahlawi menyebut


hukuman dengan tarhib yang berarti ancaman atau intimidasi terhadap
seseorang karena melakukan perilaku yang dilarang. Kemudian Amir
Daien Indrakusuma mengartikan hukuman sebagai tindakan yang
dijatuhkan kepada peserta didik secara sadar dan sengaja sehingga
menimbulkan efek jera. Tujuannya agar peserta didik menjadi sadar dan
berjanji tidak akan mengulanginya.
Sementara Ngalim Purwanto mendefisinikan hukuman sebagai
penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh
seorang guru sesudah terjadi suatu pelanggaran atau kesalahan.
Beberapa macam hukuman yang umumnya diberikan guru kepada
peserta didiknya sebagai berikut.
a. Menatap tajam peserta didik.
b. Menegur peserta didik.
c. Menghilangkan priveleg (hak-hak istimewa).
d. Memberikan skor pelanggaran.19
Hukuman memang tidak selalu dapat dipahami anak. Hukuman
yang tidak disertai dengan penjelasan tentang kesalahan yang telah
dilakukan anak, tujuan pemberian hukuman, dan pemberian hkuman
yang tidak relevan dengan kesalahan anak atau siswa, tidak jarang justru
menyisakan luka di dalam hati. Hukuman yang demikian tidak akan
meningkatkan kesadaran anak terhadap kesalahan yang telah dilakukan
sehingga anak cenderung mengulangi perbuatan karena
ketidaktahuannya.
Hukuman tidak selamanya efektif dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Hukuman yang dimaksudkan membuat anak menjadi jera
dan tidak mengulangi perbuatannya, tidak jarang menurunkan harga diri
anak, menimbulkan dendam dan kebencian yang mendalam. Ada
beberapa cara yang diusu7lkan oleh penulis misalnya memberikan
hukuman yang bersifat mendidik, yang dilandasi oleh cinta kasih, bukan

19
Novan Ardy Wiyani. loc. cit.
16

pelampiasan emosi orang tua atau guru, dan bersifat menanamkan


disiplin.20
Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa hukuman adalah
sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan yang dilakukan oleh anak.
Dengan kata lain, hukuman berperan mengajarkan apa yang tidak boleh
dilakukan dan apa yang semestinya dilakukan. Hukuman yang dirasa
efektif untuk pelanggaran yang dilakukan anak didiknya adalah hukuman
yang tak hanya proporsional, namun juga membuat anak merasa “rugi”
secara intelektual akibat kesalahan yang diperbuatnya. Jenis hukuman
tersebut antara lain adalah mengerjakan tugas dua kali lipat, pemberian
tugas di kelas lain, denda 10 kali lipat, dan pada kesalahan yang tak
tertolelir lagi, tekanan dari orang tua pun harus dihadirkan.
Disisi lain, tidak dapat dipungkiri, bagi beberapa anak, hukuman
non fisik dirasa terlalu lunak sehingga mereka merasa tidak khawatir jika
melanggar peraturan karena hukumannya juga “ringan”. Misalnya siswa
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, ketika ditanya apa konsekuensi
untuk pelanggaran yang dilakukannya. Ia menjawab, “hanya disuruh
mengerjakannya di luar kelas.”
Jika hukuman yang diterapkan dirasa tidak begitu membawa
pengaruh pada perubahan perilaku anak, mungkin inilah saat yang tepat
untuk menjatuhkan hukuman yang lebih “berat”. Maksudnya, hukuman
yang diberikan mesti lebih bisa memberikan tekanan psikologis pada
siswa yang melanggar. Cara yang cukup efektif adalah dengan
mengkomunikasikan pelanggaran anak kepada orang tuanya. Biasanya
perubahan dalam diri anak akan cepat sekali karena dia akan
mendapatkan tekanan dari dua pihak yaitu orang tua di rumah dan guru
di sekolah.21
Hukuman (punishment) mempunyai pengaruh penting dalam
mengubah perilaku seseorang. Hukuman jika diberikan secara tepat

20
Tim Pustaka Familia. op. cit. h. 8 – 9.
21
Ibid., h. 19 - 21
17

dalam menghadirkan sebuah stimulus yang memunculkan perilaku tidak


pantas dapat menyebabkan subjek melakukan sesuatu yang berbeda.22
Memang jika dikomparasikan, hukuman dan hadiah merupakan sesuatu
yang berlawanan, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan. Jika ada
hukuman, sudah tentu ada hadiah.
Pemberian hadiah dan sanksi dalam pendidikan adalah sesuatu
yang wajib ada. Allah SWT melakukan pemberian hadiah dan sanksi
bagi hamba-Nya dalam rangka mendidik. Tetapi Nabi SAW melarang
memberikan sanksi pukulan pada bagian wajah karena wajah merupakan
anggota badan paling mulia dan terhormat. Jika satu pukulan saja
mengenai wajah, tentu akan menimbulkan kebencian dan rasa dendam.
Begitu pula sebaliknya dalam memberi hadiah perlu dibatasi atau jangan
berlebihan agar tidak mengubah niat murni siswa dalam berbuat
kebaikan, yaitu niat mendapatkan ridha Allah SWT.23
Pada praktiknya, untuk membina kedisiplinan peserta didik, guru
harus menggunakan hukuman dan hadiah sebagai alat lunak (software)
pendidikan secara seimbang. Pemberian hukuman yang berlebihan akan
membuat peserta didik ketakutan dan tidak betah di sekolah. Sementara
pemberian hadiah secara berlebihan dapat menjadikan peserta didik
bersikap manja.

B. DISIPLIN
1. Pengertian Disiplin
Menurut kamus bahasa Arab-Indonesia, disiplin diambil dari kata

yang artinya menjadi tersusun, teratur, terangkum.24

22
Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 80.
23
Zaidah Kusumawati Dkk, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Pendidik, (Jakarta:
Lentera Abadi, 2011), h. 7 – 9.
24
A.W Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), Ed. Ke-2, Cet. 14, h. 1435.
18

Ditinjau dari asal katanya, kata disiplin berasal dari bahasa Latin
discere yang berarti belajar. Dari kata ini kemudian muncul kata
disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Seiring perkembangan
waktu, kata disciplina mengalami perkembangan makna. Kata disiplin
sekarang ini dimaknai secara beragam. Ada yang mengartikan disiplin
sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan
pengendalian. Ada juga yang mengartikan sebagi latihan yang bertujuan
mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan
suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan,
perintah, dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain disiplin adalah
sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa
pamrih. 25
Ali Imron membagi disiplin menjadi tiga. Pertama disiplin yang
dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsep ini peserta
didik dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi jika mau duduk tenang
sambil memperhatikan penjelasan guru saat KBM berlangsung. Peserta
didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru
serta tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru dapat dengan bebas
memberikan tekanan kepada peserta didik agar peserta didik takut dan
terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.
Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive,
menurut konsep ini peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-
luasnya. Tata tertib dan aturan-aturan dilonggarkan dan tidak perlu
mengikat peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja
sepanjang itu baik. Dengan demikian, konsep permissive ini berlawanan
dengan konsep otoritarian.
Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang
terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian
memberikan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja,

25
Ngainun Naim. loc. cit.
19

tetapi konsekuensi dari perbuatan itu haruslah ia tanggung. Konsep ini


merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permissive. Konsep
ini umumnya dikenal dengan istilah konsep kebebasan terbimbing.26
Melihat definisi diatas, disiplin mempunyai arti yang luas daripada
hukuman dan sanksi. Walaupun seringkali kita menghubungkan disiplin
dengan hukuman, namun dengan peraturan dan tat tertib dimaksudkan
untuk mencapai perbaikan dalam melakukan sebuah tindakan dan
perubahan tingkah laku.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap mental yang menunjukkan
kesediaan dan kemampuan untuk menaati serta melaksanakan suatu
peraturan, ketentuan, nilai-nilai serta kaidah yang berlaku sehingga
tercapai keseimbangan antara kehendak pribadi dengan lingkungannya.27
Sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 59:

                 

       


       
    

  
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. An-Nisa ayat 59)

Orang yang disiplin adalah orang yang dapat menahan diri,


menguasai diri, patuh pada peraturan, nilai-nilai dan norma yang berlaku.
Sikap seperti ini menunjukkan adanya rasa saling tanggung jawab.
Seseorang yang disiplin akan melaksanakan tugas dengan baik dan penuh

26
Novan Ardy Wiyani, op. cit., h. 160 - 161.
27
Sayidati Umi Hanik, op. cit., h. 17.
20

dengan ketenangan, sekalipun tugas ini dirasa sebagai beban, namun


sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin.

2. Urgensi Pembinaan Disiplin


Orangtua dan guru selalu memikirkan cara tepat menerapkan
disiplin bagi anak sejak mereka balita hingga masa kanak-kanak dan
sampai usia remaja. Tujuan disiplin adalah untuk mengarahkan anak agar
mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi
masa dewasa. Diharapkan, kelak disiplin akan membuat hidup mereka
bahagia, berhasil dan penuh kasih sayang.28
Para ahli mengemukakan ada tujuh prinsip dalam membina dan
membangun disiplin anak, yaitu:
a. Hormati martabat/harga diri anak.
b. Bangun jiwa pro sosial, disiplin diri dan kepribadian.
c. Tingkatkan partisipasi aktif anak.
d. Hormati kebutuhan tumbuh kembang dan kualitas hidup
anak.
e. Hargai motivasi dan pandangan anak.
f. Jamin rasa keadilan dan tegakkan hukum.
g. Kembangkan semangat solidaritas.29
Dalam membina kedisiplinan pada peserta didik, guru sebagai
manajer memiliki peran untuk mengarahkan apa yang baik, menjadi
teladan, sabar dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan
kedisiplinan peserta didik, terutama disiplin diri. Untuk kepentingan
tersebut guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya.
b. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.

28
Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, Terj. dari Raising
Preschoolers Parenting for Today oleh Lina Jusuf, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 47.
29
Sugianto, “Pendidikan Islam Disiplin Tanpa Kekerasan”, Jurnal LEKTUR, (Cirebon:
STAIN, 2005), h. 66-69.
21

c. Menggunakan pelaksanaan tata tertib sebagai media untuk


menegakkan kedisiplinan.
Dengan kedisiplinan, peserta didik bersedia untuk tunduk dan
mengikuti tata tertib dan menjauhi berbagai larangan. Kesediaan
semacam ini harus dipelajari dan harus secara sadar diterima guna
memelihara kepentingan bersama. Hanya dengan menghormati tata tertib
sekolah peserta didik dapat belajar menghormati aturan-aturan umum
lainnya, belajar mengembangkan kebiasaan dan mengendalikan diri.
Inilah fungsi yang sebenarnya dari disiplin.
Fungsi utama disiplin adalah untuk mengendalikan diri dengan
mudah, menghormati dan mematuhi otoritas. Dalam mendidik peserta
didik perlu disiplin dan tegas. Disiplin perlu dibina pada diri peserta
didik agar mereka dengan mudah dapat:
a. Memberikan pengetahuan dan pengertian sosial secara
mendalam pada dirinya.
b. Mengerti dengan segera untuk menjalankan kewajibannya
dan mengerti larangan-larangan yang harus ditinggalkannya.
c. Mengerti dan dapat membedakan perilaku yang baik dan
yang buruk.
d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa
adanya peringatan dari orang lain.30

3. Teknik Pembinaan Disiplin


Dalam rangka menyukseskan pendidikan, guru harus mampu
menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama disiplin diri (self
discipline). Guru harus mampu membantu peserta didik untuk
mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan standar perilakunya,
dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin.
Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip
yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni sikap demokratis,
30
Novan Ardy Wiyani, op. cit., h. 161 - 162.
22

sehingga peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut. Yakni


dari, oleh dan untuk peserta didik. Sedangkan guru tut wuri handayani.
Soelaeman (1985:77) mengemukakan bahwa guru berfungsi sebagai
pengemban ketertiban, yang patut digugu dan ditiru, tapi tidak
diharapkan sikap yang otoriter.31
Berdasarkan ketiga konsep disiplin yang telah dibahas, yaitu
konsep otoritarian, permissive dan konsep terbimbing maka terdapat tiga
macam teknik pembinaan disiplin antara lain:
a. Teknik external control
Teknik external control merupakan suatu teknik yang
mana disiplin peserta didik haruslah dikendalikan dari luar
peserta didik. Peserta didik senantiasa terus diawasi dan
dikontrol agar tidak terbawa dalam kegiatan destruktif dan
tidak produktif.
b. Teknik internal control
Teknik internal control mengusahakan agar peserta
didik dapat mendisiplinkan diri sendiri. Dalam teknik ini
peserta didik disadarkan akan pentingnya disiplin.
c. Teknik cooperative control
Dalam teknik cooperative control ini antara guru
dengan peserta didik harus saling bekerja sama dengan baik
dalam menegakkan disiplin. Guru dan peserta didik lazimnya
membuat kontak perjanjian yang berisi peraturan yang
disepakati bersama.32

C. Kerangka Berfikir
Kedisiplinan merupakan salah satu kunci yang mendukung suatu tujuan
yang akan dicapai. Penerapan peraturan sistem poin jelas memiliki andil atau
peran dalam upaya membentuk karakter disiplin siswa. Dengan pemberian poin

31
E Mulyasa, op. cit., h. 172 – 173.
32
Novan Ardy Wiyani, op. cit., h. 162 – 164.
23

berupa angka bagi siswa yang melanggar peraturan berikut sanksinya


(punishment) akan membuat siswa menjadi lebih disiplin karena setiap
pelanggaran yang mereka lakukan akan dicatat sehingga mereka tidak
menyepelekan peraturan sekolah. Sedangkan poin (reward) diberikan bagi
siswa yang berprestasi dan disiplin.
Pemberian hukuman berupa poin pada siswa yang melanggar tata tertib
akan menimbulkan perasaan jera dan kesadaran moral. Karena poin akan
diakumulasi setiap siswa melakukan pelanggaran dan siswa akan sadar dengan
sendirinya bahwa sesungguhnya mereka bersalah telah melanggar tata tertib
sekolah. Sehingga siswa yang mendapatkan poin akan mengontrol dirinya
untuk tidak melanggar peraturan kembali. Kontrol diri inilah yang kemudian
akan berubah menjadi kebiasaan. Jadi dengan diterapkannya sistem poin akan
membuat siswa mempunyai kebiasaan tertib dan disiplin dalam segala hal.

D. Pengajuan Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.33 Hal ini
berarti hipotesis harus diuji dan tidak dituntut untuk benar, tetapi mengkaji
sejauh mana kebenaran yang disediakan terhadap masalah yang diteliti.
Walaupun demikian, dalam merumuskan hipotesis haruslah didasarkan pada
sejumlah informasi yang meyakinkan.
Adapun hipotesis penelitian ini yaitu:
Hipotesis Alternatif ( ) :Terdapat hubungan yang signifikan antara
persepsi siswa tentang penerapan sistem poin
(reward & punishment) dan disiplin siswa di MTs
Annajah
Hipotesis Nol ( ) :Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
persepsi siswa tentang penerapan sistem poin
(reward & punishment) dan disiplin siswa di MTs
Annajah
33
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 21.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di MTs Annajah, Jl. Ciledug Raya No. 10
Petukangan Selatan Pesanggrahan – Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian
dari tanggal 02 September – 20 Desember 2013.

B. Metode dan Variabel Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, karena dalam
mengumpulkan data dan penafsirannya menggunakan rumus-rumus statistik
disertai dengan tabel, bagan, gambar dan lainnya, sehingga metode kuantitatif
adalah metode yang tepat digunakan. Selain data yang berupa angka, dalam
penelitian juga ada data berupa informasi kualitatif.
Istilah “Variabel” merupakan istilah yang tak pernah ketinggalan dalam
setiap jenis penelitian. Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala
yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek
penelitian yang bervariasi.34
“Variabel bebas” dan “variabel terikat” berasal dari ilmu matematika,
dimana X ialah variabel bebas dan Y variabel terikat. Variabel independent
yakni variabel bebas yang sedang dianalisis hubungannya atau pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Variabel independent biasa disimbolkan dengan
variabel X. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel X adalah persepsi
siswa tentang penerapan sistem poin. Sedangkan dependent variabel adalah
variabel yang sedang dianalis tingkat keterpengaruhannya oleh variabel
independent. Variabel dependent biasanya disimbolkan dengan Y. Yang
merupakan variabel Y adalah karakter disiplin siswa.35

34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002) h. 94.
35
Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research
Publishing, 2009), h. 79-80.

24
25

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung
ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas ingin dipelajari
sifat-sifatnya, dengan bahasa singkatnya populasi adalah seluruh subjek
penelitian.36 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i MTs Annajah
Petukangan Selatan berjumlah 150 siswa.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representative
atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati.37
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi sampel dari populasi terjangkau
diambil dari kelas IX 1 dan IX 4, yakni 41 siswa tahun ajaran 2012-2013.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ilmiah, ketetapan memilih metode yang baik
merupakan salah satu syarat keberhasilan penelitian dalam mengumpulkan
data. Untuk itu penulis menggunakan beberapa teknik untuk mempermudah
pengumpulan data yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan.38
Observasi merupakan alat untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti
menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan

36
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 6.
37
Heny Narendrany Hidayati, Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: FITK
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 9.
38
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), h.
76.
26

dan alat atau instrumen pengumpulan data


39
(angket/wawancara/observasi).
b. Interview
Interview adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.40
Interview (wawancara) merupakan pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada
responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam,
sehingga dapat menimbulkan hubungan pribadi. Penulis melakukan
interview dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru BK
dan siswa kelas IX MTs Annajah Petukangan Selatan,
Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
c. Angket
Angket yaitu teknik pengumpulan data dengan menyerahkan
atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.
Berbeda dengan wawancara yang dapat menilai secara langsung
(face to face) dengan peserta didik atau pihak lainnya, maka
dengan menggunakan angket pengumpulan data akan jauh lebih
praktis, menghemat waktu dan tenaga.41
d. Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode – metode lain adalah metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, foto-foto, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.42

39
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas (Buku Panduan Wajib Bagi Para Pendidik),
(Jogjakarta: Diva Press, 2010), h. 63.
40
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.
186.
41
Anas Sudijono, op. cit., h. 84.
42
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 206.
27

Adapun skor untuk butir pernyataan dalam angket dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.1
Skor Item Alternatif Jawaban Responden
Positif (+) Negatif ( - )
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Jarang 2 Jarang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

Interpretasi menggunakan tabel nilai “r” product moment (rt),


dengan terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau df (degree of
freedom) dengan menggunakan rumus:
df = N – nr
df : Degree of freedom
N : Number of case
Nr : Banyaknya variabel
Dengan diperolehnya df atau db maka dapat dicari besarnya “r”
yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment taraf signifikansi
5%. Jika sama dengan atau lebih besar dari maka ( ) disetujui atau
terbukti kebenarannya. Dan sebaliknya maka ( ) disetujui atau
tidak terbukti kebenarannya.43

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga

43
Aziz Rosdiansyah, “Peranan Pendidikan Akhlak Dalam Pembinaan Disiplin Belajar Siswa
Kelas 2 MTs Muhammadiyah 1 Ciputat”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:,
2010), h. 48-51, tidak dipublikasikan.
28

mudah diolah. Variasi jenis instumen penelitian antara lain angket, ceklis,
pedoman wawancara, pedoman pengamatan dan lainnya.44
Berikut ini kisi-kisi instrument yang digunakan untuk mengukur disiplin
siswa dan juga untuk memberikan gambaran seberapa jauh instrument ini
mencerminkan indikator variabel pembentukan disiplin siswa dengan sistem
poin.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen

No Variabel Indikator Butir Soal Jumlah

Pemahaman siswa
Persepsi siswa 2, 5, 6, 11 & 12 5
terhadap sistem poin
1 tentang penerapan
Kesadaran siswa dalam 1, 3, 4, 7, 8, 9 &
sistem poin 7
mengikuti sistem poin 10
Pemahaman siswa
18 & 25 2
terhadap kedisiplinan
Keteraturan siswa dalam 14, 15, 17, 20 &
2 Kedisiplinan siswa 5
belajar 22
Kesungguhan siswa 13, 16, 19, 21, 23
6
dalam belajar & 24
Jumlah 25

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data tentang angket, penulis menempuh cara sebagai
berikut:
a. Editing
Mengedit adalah kegiatan memeriksa data yang terkumpul,
apakah sudah terisi secara sempurna atau tidak, cara pengisiannya

44
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 136 - 137.
29

sudah benar atau tidak. Yang belum lengkap atau belum benar
pengisiannya dapat disisihkan untuk tidak ikut dianalisis atau
menyempurnakannya dengan jalan melakukan pengumpulan data
ulang ke sumber-sumber data bersangkutan.45
Mengedit yang penulis maksud disini adalah memeriksa
daftar pertanyaan berupa angket yang telah diberikan kepada
responden, dalam hal ini adalah siswa kelas IX dan diserahkan
kembali kepada penulis. Dan apabila ada jawaban yang diragukan
atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang
bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. Tujuannya
ialah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar
pernyataan yang telah diselesaikan. Serta mengolah data dari hasil
wawancara yang diperoleh dari informan dalam hal ini adalah guru
dan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan yang ada di MTs
Annajah Petukangan Selatan ini.
b. Koding
Yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden
dengan cara menandai masing-masing kode tertentu. Bila analisis
kuantitatif maka kode yang diberikan adalah angka. Bila angka itu
berlaku sebagai skala pengukuran maka disebut skor.

c. Tabulasi
Yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data yang
akan menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel,
baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang. Dalam hal ini
penulis menggunakan tabel distribusi frekuensi. 46

45
Sayidati Umi Hanik, op. cit., h. 33.
46
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 191-192.
30

2. Teknik Analisis Data


Untuk menganalisis data, penulis menyesuaikan dengan
permasalahan yang ada. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan di MTs Annajah, Petukangan Selatan,
Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Setelah data terkumpul, penulis
melakukan analisis induktif kemudian merumuskan makna atas dasar
analisis hingga tahapan selanjutnya untuk menemukan tema sesuai
dengan judul penelitian.
Setelah data terkumpul, dianalisis dengan menggunakan analisis
persentase yang dinyatakan dalam bentuk tabel, sehingga dapat diberi
penafsiran. Hasil yang diperoleh dari analisis angket dibandingkan
dengan hasil wawancara dan observasi kemudian diperoleh kesimpulan
yang benar. Adapun rumus persentase sebagai berikut:

P= x 100 %
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi yang dicari persentasenya
N= Jumlah frekuensi
Dan untuk angket, data yang terkumpul diklasifikasikan dan
dianalisa untuk menjawab masalah dengan rumus analisis korelasi
product moment.
korelasi product moment digunakan untuk menentukan hubungan
antara dua gejala interval seperti dalam penelitian ini yakni untuk
mengetahui hubungan antara penerapan sistem poin dan karakter disiplin
siswa maka penulis menggunakan teknik korelasi product moment. Ada 3
rumus yang dapat digunakan untuk menentukan koefisien korelasi ini.
Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus ketiga sebagai berikut.47

47
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 240 & 244.
31

∑ (∑ )(∑ )
=
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )

Keterangan:

=Angka indeks korelasi “r” antara variable x dan y

N =Number of cases
∑ =Jumlah hasil perkalian antara deviasi skor-skor variabel x dari
deviasi skor-skor variabel y
Selain menggunakan teknik product moment, penulis juga menggunakan
tabel frekuensi distribusi dalam mendeskripsikan data angket sebagai berikut.
Tabel 3.4
Variabel X (Penerapan Sistem Poin)
Interval Korelasi
20 – 30 Kurang
31 – 40 Sedang
41 – 50 Baik

Tabel 3.5
Variabel Y (Disiplin Siswa)
Interval Korelasi
20 – 30 Kurang
31 – 40 Sedang
41 – 50 Baik
32

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum MTs Annajah
Sejarah Singkat MTs Annajah
Pembangunan Madrasah Tsanawiyah Darun Najah Petukangan
dirintis sejak tahun 1960, dibawah satu yayasan yang dipimpin oleh H.
Abdillah Amin. Sebagai langkah awal persiapan pendidikan tingkat
Tsanawiyah, pada tahun 1950 didirikan kegiatan pendidikan tingkat
Ibtidaiyah.
Untuk tingkat Tsanawiyah baru dibuka pada tahun 1961 dengan
yayasan yang menaunginya adalah Yayasan kesejahteraan Masyarakat
Islam (YKMI). Pada tahun 1985 Madrasah Tsanawiyah tidak lagi berada
dalam naungan YKMI dengan dibentuknya yayasan “Annajah”. Yayasan
tersebut selain mengelola lembaga pendidikan dari tingkat TK sampai
Aliyah juga mengelola lembaga sosial berupa Panti Asuhan untuk anak
yatim/ piatu.
Adapun pengurus Yayasan Annajah pada awal berdirinya adalah
sebagai berikut:
Ketua : KH. Abdillah Amin
Wakil Ketua : KH. Mahrus Amin
Sekretaris : Drs. Hasan Basri
Sekretaris I : Diedy Faried Wadjdy
Seksi Usaha : H. Zakiuddin S.E
H. Muh. Fauzi
H. Syatiri
Pada tahun 1992 kepengurusan yayasan Annajah mengalami
perubahan setelah KH. Abdillah Amin wafat, yaitu sebagai berikut:
Ketua : H. Diedy Faried Wadjdy SH

32
33

Wakil Ketua : Hj. Ida Farida, BA


Sekretaris : H. Abdul Malik Wahab. SH
Wakil : Moh. Yamin, BA
Bendahara : Anizul Fuad. SE
Wakil : Dra. Lili Sholihah
Anggota : H. Zakiuddin S.E
Drs. Hasan Basri
Drs. H. Muryadih
Sampai saat ini Madrasah tsanawiyah Darunnajah Petukangan
berjalan baik dengan minat masyarakat yang cukup tinggi, hal tersebut
terbukti dengan jumlah rombongan belajar yang cukup banyak (12
rombongan belajar) dan setiap PMB minimal dapat menerima 4 kelas.
Mutu hasil pembelajaran di Mts Darunnajah Petukangan juga
cukup baik dengan selalu berada di peringkat 10 besar sub Rayon Jakarta
Selatan dan 16 besar tingkat DKI Jakarta.
Status Mts Darun Najah petukangan adalah DISAMAKAN, dan
termasuk sekolah/ madrasah favorit tingkat SLTP di lingkungan
kecamatan Pesanggrahan dan wilayah batas DKI Jakarta (Tangerang).
Menyadari bahwa kualitas pendidikan amat tergantung pada
beberapa faktor, maka RPM (Rencana Pengembangan Madrasah) yang
kami canangkan sebagai berikut:
a. Ruang belajar yang baik dan cukup untuk menampung
seluruh siswa/i sesuai dengan target (12 kelas) sehingga
kegiatan belajar hanya satu shif (pagi semua)
b. Peningkatan mutu guru agar lebih professional dan
proporsional pada bidang yang menjadi keahliannya
c. Menyediakan sarana pendukung yang cukup dan berfungsi
baik terutama berbagai laboratorium, perpustakaan, ruang
komputer dan sarana pendukung lainnya
d. Meningkatkan terus disiplin siswa dan guru dengan akan
diterapkannya sistem poin bagi setiap pelanggaran
34

e. Penerapan KBK dalm proses belajar minimal tahun ajaran


2004 – 2005
f. Meningkatkan karsa guru/ karyawan dengan penerapan guru
tetap Yayasan

Struktur Organisasi MTs Annajah

Ketua Yayasan Annajah


H. Diedy Faried Wadjdy, SH

Kepala Madrasah
Drs. H. Sam’unal Ghozi

Komite Sekolah Tata Usaha


Fitri Desnawati Mardawi, S. Pdi

Waka.Bid.Kurikulum Waka.Bid.Sarana Waka.Bid.Kesiswaan Waka.Bid.Humas

Ulfah Shihah, S.Ei Ulfah Shihah, S.Ei Nurhadi, S.Pdi Nurhadi, S.Pdi

Wali Kelas

Dewan Guru

Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah Annajah


Siswa - Siswi

Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Annajah disusun dengan


memperhatikan kebutuhan, potensi dan karakteristik Madrasah
Tsanawiyah Annajah. Madrasah Tsanawiyah Annajah sebagai unit
penyelenggara pendidikan juga harus memperhatikan perkembangan dan
35

tantangan masa depan. Perkembangan dan tantangan itu misalnya


menyangkut:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Globalisasi yang memungkinkan sangat cepatnya arus
perubahan dan mobilitas antar dan lintas sektor serta tempat
c. Era informasi
d. Pengaruh globalisasi terhadap perubahan perilaku dan moral
masyarakat
e. Berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap
pendidikan
f. Era perdagangan bebas
Visi Mts Annajah adalah:
a. Berperan aktif dalam kegiatan IMTAQ
b. Unggul dalam prestasi akademik
c. Terampil mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari
Misi yang diemban oleh MTs Annajah adalah:
a. Menyelenggarakan pendidikan berlandaskan keimanan dan
ketakwaan
b. Menyelenggarakan pembelajaran dan kegiatan yang berkaitan
dengan nilai-nilai keislaman
c. Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi
d. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat mengembangkan
kemampuan berbahasa asing
e. Menyelenggarakan pendidikan yang dapat mengembangkan
bakat, minat dan kreatifitas
Tujuan Mts Annajah:
a. Membentuk insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT dalam menjalankan syariat Islam
36

b. Menumbuhkan pemahaman dan pengalaman terhadap ajaran


agama Islam sehingga terbangun siswa yang kompeten dan
berakhlak mulia
c. Membiasakan siswa untuk patuh dan taat terhadap orang tua
dan guru
d. Membentuk siswa yang dapat melaksanakan tata tertib
sekolah
e. Menumbuhkan dan mendorong keunggulan dalam penerapan
ilmu pengetahuan teknologi dan seni
f. Unggul dalam perolehan nilai Ujian Nasional
g. Mampu bersaing dalam olimpiade sains dan matematika

Guru dan Tenaga Kependidikan


MTs Annajah berusaha menempatkan guru sesuai latar belaknag
pendidikan masing-masing, profesionalisme guru adalah bagian dari
keberhasilan pembelajaran, penguasaan materi, pengalaman mengajar
dan penguasaan kelas yang ditopang disiplin ilmu masing-masing guru,
akan membuat kondisi belajar semakin efektif.
Rekrutmen guru diawali dengan proses uji kompetensi guru, latar
belakang pendidikan dan disiplin ilmu, hal itu untuk melihat kelayakan
guru yang bersangkutan pada bidang studi yang dibutuhkan, juga untuk
melihat loyalitas dan kepribadian guru.
Guru yang kami rekrut berasal dari berbagai perguruan tinggi dari
fakultas keguruan dan spesialis bidang studi tertentu, baik dari IKIP
negeri/ swasta, UIN dan lain-lain.
Dibawah ini adalah daftar pendidik dan tenaga kependidikan
Madrasah Tsanawiyah Annajah tahun pelajaran 2012/2013 sebagai
berikut:
37

No Nama L/P Pendidikan/Jurusan B.Studi Jabatan


1 Drs.H. Sam’unal Ghozi L S1 IAIN/ PAI Fiqih Kep. Sek
2 Nurhadi, S.Pd L S1 Al-Aqidah/PBI SBK W. Kep.Sek
3 Ulfah Shihah, S. Ei P S1 UIN/EKONOMI IPS W. Kep.Sek
4 Hadromi, S. Ag L S1 IAIN/ PBA Bhs. Arab Wali kelas
5 Drs. H Basyarudin R L S1 UMJ/IPS IPS, PKN Wali kelas
6 Drs. Nurali L S1 IAIN/PAI Qurdis, Aqidah Wali kelas
7 Yunita titi wahyuni, S.Pd P S1 UHAMKA/PMTK IPA Wali kelas
8 Ahmad Fauzi L S1 UHAMKA/PBSI Bhs. Indonesia Wali kelas
9 Imawati, S.Pd P S1 UHAMKA/PMTK Matematika Wali kelas
10 Suryadi, S.Thi L S1 UIN/TH Qurdis, Fiqih Wali kelas
11 Sunarsih, S.Pd P S1 UHAMKA/PMTK Matematika Wali kelas
12 Lutfiah, S.Pdi P S1 IAIN/PAI SKI, Aqidah Wali kelas
13 Asep djakamaya L D2 IKIP/PENJASKES Penjaskes Wali kelas
14 H. Moh Yamin, BA L SM IAIN/PBI Bhs. Inggris Guru
15 M. Guntur, S.Pd L S1 UHAMKA/PBSI Bhs. Indonesia Wali kelas
16 Ilfa rianti P S1 UMMY/PBI Bhs. Inggris Wali kelas
17 Siti nur vadhilah, S.Pd P S1 UIN/PBI PKN Wali kelas
18 Tatang, S.Pd L S1 UNJ/PENJASKES Penjaskes Guru
19 Kurnia sari, S.Pd P S1 UNJ/PMTK MTK, IPA Guru
20 Warsono, S.Pd L S1 IKIP/PBSI Bhs. Indonesia Guru
21 Widiasti rahayu, S.Pd P S1 UIN/IPA IPA Wali kelas
22 Farida indriani, S.Psi P S1 UIN/PSIKOLOGI BP Guru BP
23 Virdia amalia, S.Pd P S1 UIN/ PBI TIK Guru
24 Dede syarifah, S.Pdi P S1 UIN/ PBA Bhs. Arab Guru
25 Ahmad zailani, S.IP L S1 BL/POLITIK PKN Guru
26 Mardawi, S.Pd L S1 NID/MANAJEMEN - TU
27 Maudi L PGAN/MANAJEMEN - TU
28 Fajar al munawar, S.Pd L S1 PURNAMA/ - TU Perpus
ADM. KANTOR
38

29 Fauzi L SMA - Karyawan


30 Jamal L SMK - Security
31 Umar L Mts - Security
32 Uda rusdana L SD - OB
33 Mustopa L SMA - OB
34 Yuyun P SMEA - Juru masak

Siswa
Siswa merupakan individu yang memiliki berbagai karakter yang
berbeda dan perlu untuk di tuntun agar menjadi insan yang kamil. Di sini
penulis ingin menyajikan data keadaan siswa di Mts Annajah
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 VII 1 13 20 33
2 VII 2 15 19 34
3 VII 3 16 17 33
4 VII 4 17 15 32
5 VII 5 17 16 33
6 VIII 1 16 19 35
7 VIII 2 22 12 34
8 VIII 3 20 14 34
9 VIII 4 20 14 34
10 VIII 5 20 15 35
11 IX 1 9 24 33
12 IX 2 19 12 31
13 IX 3 19 12 31
14 IX 4 19 12 31
15 IX 5 20 12 32
Total Siswa 496
39

Kurikulum
Perkembangan dan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara perlu segera ditanggapi dan dipertimbangkan
dalam bentuk penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan. Madrasah Tsanawiyah Annajah telah menetapkan cirri khas
(trademark) sebagai landasan berpijak dalam proses pembelajaran.
Struktur kurikulum Madrasah Tsanawiyah Annajah sebagai berikut:
No Mata Pelajaran Kelas / Jumlah Jam
VII VIII IX
1 Pendidikan Agama
a. Qur’an Hadist 2 2 2
b. Aqidah Akhlak 2 2 2
c. Fiqih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 1 1 1
2 PPKN 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
4 Bahasa Arab 3 3 3
5 Bahasa Inggris 4 4 4 + 1*
6 Matematika 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
7 IPA 4 4 4
8 IPS 4 4 4
9 Seni Budaya dan Keterampilan 2 2 2
10 Pendidikan Jasmani dan Olahraga 2 2 2
11 Teknologi Informasi 2 2 2
12 Muatan Lokal
a. Lab Bahasa 2 2 2
b. Nahwu dan sharaf 2 2 -
c. Bimbingan dan Konseling 1 1 1
d. Pengembangan diri 2 2 2
Jumlah 47 47 47
40

*tambahan alokasi jam pelajaran


**kelas VII seruling dan pianika
**kelas VIII olah vocal dan membaca not
**kelas IX seni tari dan teori kesenian

Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana di Mts Annajah
1) Ruang kelas 15 lokal
2) Ruang Lab MIPA 1 lokal
3) Ruang Lab computer
4) LCD Proyektor di 15 lokal
5) Perpustakaan
6) Lapangan olahraga
7) Kantin
8) Masjid / basement
9) Lapangan parkir
10) Taman
11) Ruang UKS
12) Ruang Musik/ Band

Kegiatan Pengembangan Diri


Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.kegiatan pengembangan diri
dibawah bimbingan konselor, guru atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
pengembangan diri di Madrasah Tsanawiyah Annajah dilaksanakan
melalui kegiatan ekstrakurikuler yang terdiri atas:
a. Bidang keagamaan
b. Bidang olahraga
41

c. Bidang seni
d. Bidang kepramukaan
e. Bidang PMR
f. Outbound
g. Karyawisata
Mengadakan “Annajah Ekstrakurikuler Promotion” (ANNAJAH
EKSPO) setiap tiga bulan sekali

Kegiatan Belajar Mengajar


a. Jam Tatap Muka (JTM)
Jumlah jam tatap muka dalam satu minggu mencapai 41 jam
pelajaran di luar kegiatan pengembangan diri. Muatan kurikulum
Mts Annajah meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII
sampai kelas IX. Materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan
diri merupakan bagian dari muatan kurikulum.
b. Mata Pelajaran
Berikut struktur kurikulum Mts Annajah Jakarta

No Mata Pelajaran Kelas / Jumlah Jam


VII VIII IX
1 Pendidikan Agama
e. Qur’an Hadist 2 2 2
f. Aqidah Akhlak 2 2 2
g. Fiqih 2 2 2
h. Sejarah Kebudayaan Islam 1 1 1
2 PPKN 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
4 Bahasa Arab 3 3 3
5 Bahasa Inggris 4 4 4 + 1*
42

6 Matematika 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
7 IPA 4 4 4
8 IPS 4 4 4
9 Seni Budaya dan Keterampilan 2 2 2
10 Pendidikan Jasmani dan Olahraga 2 2 2
11 Teknologi Informasi 2 2 2
12 Muatan Lokal
e. Lab Bahasa 2 2 2
f. Nahwu dan sharaf 2 2 -
g. Bimbingan dan Konseling 1 1 1
h. Pengembangan diri 2 2 2
Jumlah 47 47 47

Waktu belajar di Mts Annajah dimulai dari pukul 06.30 pagi


hingga pukul 15.00 sore selama 5 hari dari hari Senin hingga Jum’at.

Hasil Akreditasi
Alhamdulillah hasil akreditasi Mts Annajah mendapat nilai A pada
tahun 2013.

Identitas Sekolah
1. Data Sekolah : Mts Annajah Jakarta
2. Nama Kepala Madrasah : Drs. H. Sam’unal Ghozi
3. Nomor Pokok Sekolah : 20102757
4. Nomor Statistik Madrasah : 121231740009
5. Alamat Sekolah
Kecamatan : Jl. Ciledug Raya no. 10
petukangan
Kabupaten / Kota : Jakarta Selatan
Propinsi : DKI
43

Kode Pos : 12270


Telepon / Fax : (021) 7374045
6. Nama Yayasan : Annajah
7. Status Sekolah : Swasta
8. Nomor Akte Pendirian : Kd.09.01/4/PP.004/61.70/2009
9. Tahun Berdiri : 1979
10. Luas Tanah Sekolah : 2.887 m2
11. Luas Bangunan Sekolah : 1.618 m2
12. Status Tanah : Sertifikat
13. Nomor Sertifikat Tanah : 09.04.1.01433
14. Status Akreditasi BAN / Tahun : Terakreditasi A/ 2009

2. Persepsi Tentang Penerapan Sistem Poin


(Reward & Punishment)
Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah tindakan
menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna
memeberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi
meliputi semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari
stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra. Seperti misalnya
penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata,
pencium yang memakai media molekul bau (aroma), dan pendengaran
yang melibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat
secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan
perhatian. Persepsi bergantung pada fungsi kompleks sistem saraf, tetapi
tampak tidak ada karena terjadi di luar kesadaran.48
Dalam penelitian ini penulis menjelaskan persepsi atau tanggapan
siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) yang
dilaksanakan di MTs Annajah, Petukangan Selatan, pesanggaran, Jakarta
Selatan.

48
(http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi)
44

Pada tahun ajaran 2007-2008 MTs Annajah menerapkan kebijakan


sistem poin dalam tata tertib sekolah yaitu saat kepala sekolah (Drs. H
Sam’unal Ghozi) baru menjabat. Sistem poin yang diterapkan di MTs
Annajah mengadopsi dari SDI Annajah. Menurut Bapak Nurhadi sebagai
WAKA Kesiswaan MTs Annajah penerapan sistem poin mulai berjalan
efektif tahun 2012-2013.
Kebijakan sistem poin adalah kebijakan dimana setiap siswa yang
melakukan pelanggaran terhadap tata tertib akan dikenakan poin berupa
angka sesuai aturan yang telah ada dan bagi siswa yang berprestasi akan
mendapatkan poin penghargaan (reward). Sistem poin merupakan
kebijakan sekolah guna mengurangi tingkat pelanggaran disekolah dan
untuk memotivasi siswa agar lebih meningkatkan prestasi siswa. Poin
yang diterima siswa akan diakumulasi bila melakukan pelanggaran
kembali.
Pelaksanaan penerapan sistem poin bukan hanya dilakukan oleh
waka kesiswaan saja melainkan seluruh warga sekolah. Pelaksanaan
sistem poin di sekolah tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan semua
pihak. Untuk itu seluruh guru harus berkomitmen untuk sama-sama
menjalankan kebijakan ini dengan maksimal.
Semua guru terutama guru mata pelajaran diberi kewenangan untuk
mencatat pelanggaran siswa di papan dinding kelas bila dalam mengajar
ada siswa yang melakukan pelanggaran. Selanjutnya pelanggaran akan
direkap oleh wali kelas dan dimasukkan ke catatan poin pribadi siswa.
Begitupun guru piket pada pagi hari sudah siap di teras sekolah untuk
memeriksa ketertiban siswa. Biasanya ada beberapa siswa yang terlambat
masuk sekolah, memakai (sepatu, kaos kaki, dan seragam) tidak sesuai
standar, tidak memakai ledging bagi peserta didik putri dan lainnya. Guru
piket lah yang bertugas untuk mencatat poin pelanggaran siswa dan
memberi sanksinya.
Tidak hanya sebatas guru, karyawan sekolah, staf TU bahkan
satpam juga berhak memperingatkan siswa yang melakukan pelanggaran.
45

Dari keterangan tersebut terungkap bahwa penanganan terhadap siswa


yang melakukan pelanggaran bukan hanya tanggung jawab Waka
kesiswaan dan guru BK saja, tetapi juga seluruh guru dan karyawan MTs
Annajah Jakarta Selatan.

Gambar 1: Papan tata tertib sekolah sistem poin di setiap lantai gedung
MTs Annajah
(Sumber: Dokumentasi pribadi tanggal 30 Agustus 2013)
Dalam pelaksanaan sistem poin di sekolah, setiap wali murid yang
mendapat panggilan dari sekolah karena anaknya melakukan pelanggaran
sejauh ini baik-baik saja. Wali murid mengikuti aturan yang dibuat oleh
sekolah. Dalam kasus ini, saya mendapatkan data berupa surat
pemanggilan orang tua siswa atau wali murid dengan pelanggaran
menulis kata-kata yang melanggar etika/ kurang sopan di jejaring sosial
(lampiran 6).
Dengan diberlakukannya sistem poin dalam tata tertib membuat
sekolah khususnya Waka bagian kesiswaan lebih mudah memberi sanksi
kepada siswa. Jadi tidak ada kesan pilih kasih kepada para siswa.
Misalnya siswa yang terlambat satu kali dengan siswa yang sering
terlambat mendapat sanksi yang jelas berbeda. Dengan begitu jelas
bahwa adanya sistem poin mempermudah guru untuk lebih menertibkan
siswa-siswanya.
Penerapan sistem poin dalam tata tertib sekolah cukup memberi
pengaruh terhadap karakter disiplin siswa-siswi MTs Annajah. Menurut
46

Bapak Nurhadi dalam wawancara tanggal 02 September 2013


mengatakan bahwa setelah diterapkannya sistem poin dalam tata tertib
sekolah, siswa masih ada saja yang melanggar peraturan, hanya saja
semakin hari semakin berkurang. Yang sering melakukan pelanggaran
siswanya itu-itu saja. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
siswa itu belum mempunyai kesadaran akan disiplin dan kurangnya
perhatian dari orang tua.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di MTs Annajah
mulai bulan Oktober-November 2013, sudah sedikit sekali siswa yang
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah tiap harinya sebagaimana tabel
berikut ini.

Tabel 4.1
Daftar Siswa Penerima Poin kelas IX 4 & IX 1 (Reward & Punishment)

Tgl/Bln Nama Siswa Kelas Pelanggaran Poin Ket


1 Okt 2013 Furqon Nurhadi 9.1 Terlambat 1x 5 P
M. Haekal Wahyu 9.4 Terlambat 2x 15 P
3 Okt 2013 Amanda Zahra 9.1 Terlambat 3x dst 30 P
Jasmin Nur T 9.1 Terlambat 3x dst 30 P
M. Ikhsani Hanif 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
7 Okt 2013
Nurfi Adinillah 9.4 Bercanda saat shalat 20 P
berjamaah
Fadhilah Nurul 9.4 Juara kodya/ kabupaten 50 R
M. Riawan Afandi 9.4 Perilaku tidak sopan 20 P
pada guru/ karyawan
8 Okt 2013
M. Haekal Wahyu 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Sevi Suryani 9.4 Bercanda saat shalat 20 P
47

berjamaah
Chitra Resdiyana 9.1 Juara kodya/ kabupaten 50 R
Jasmin NT 9.1 Juara kodya/ kabupaten 50 R
M. Kahfi 9.1 Bercanda saat shalat 20 P
berjamaah
M. Syauqi 9.1 Bercanda saat shalat 20 P
berjamaah
Nanda Putri M 9.1 Juara kodya/ kabupaten 50 R
Nisrina S 9.1 Juara kodya/ kabupaten 50 R
Vina Alvionita 9.1 Juara kodya/ kabupaten 50 R
Haidi Nurmali 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
M. Ikhsani Hanif 9.4 Bercanda saat shalat 20 P
berjamaah
M. Haekal Wahyu 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
21 Okt 2013
Rizki Aditya Y 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
Amanda Zahra 9.1 Bercanda saat upacara 20 P
Fina Fauziyah 9.1 Bercanda saat shalat P
berjamaah
Resa Wantika 9.1 Bercanda saat upacara 20 P
Bazlir Rahman 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Haidi Nurmali 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
22 Okt 2013
Kevin Mahendra 9.4 Mengancam teman 25 P
M. Irsal 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
M. Ikhsani Hanif 9.4 Mengancam teman 25 P
48

Rizki Aditya Y 9.4 Mengancam teman 25 P


Faris Reza F 9.4 Mengancam teman 25 P
M. Al Hadid 9.4 Mengancam teman 25 P
Aldo Meylano 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
Ihsan rabbani 9.4 Bercanda saat shalat 20 P
25 Okt 2013
berjamaah
Furqon Nurhadi 9.1 Bercanda saat shalat 20 P
berjamaah
Haidi Nurmali 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
28 Okt 2013
Kevin Mahendra 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Adhisti Aprilia 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Ensa Putri 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
29 Okt 2013
jam pelajaran
Rizka Maulida 9.1 Bercanda saat shalat 20 P
berjamaah
Bazlir Rahman 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Haidi Nurmali 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
M. Irsal 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
30 Okt 2013 jam pelajaran
M. Al Hadid 9.4 Membuat gaduh di 25 P
kelas saat KBM 1x
Ensa Putri 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Resa Wantika 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
49

jam pelajaran
Sekar Arum 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Silvia Jenita 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Syifa Rizki 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Bazlir Rahman 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
Haidi Nurmali 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
4 Nov 2013
Amanda Zahra 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Rizki Aditya Y 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
Audyandri H 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
Bazlir Rahman 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
8 Nov 2013
M. Irsal 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
Rizki Aditya Y 9.4 Tidak membawa 10 P
perlengkapan shalat
Kevin Mahendra 9.4 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
Amanda Zahra 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
11 Nov 2013
jam pelajaran
Billy Kurnia 9.1 Keluar kelas saat ganti 10 P
jam pelajaran
50

Dari data diatas dapat penulis disimpulkan bahwa bentuk


pelanggaran yang sering dilakukan siswa meliputi keluar kelas saat ganti
jam pelajaran, tidak membawa perlengkapan sholat, bercanda saat sholat
berjamaah, membuat gaduh di kelas saat KBM dan mengancam teman.
Sedangkan menurut penuturan guru BP (Bu Farida indriani, S.Psi),
bentuk reward yang diterapkan madrasah ini adalah memberikan preveleg
bagi siswa yang mempunyai poin reward dengan tidak mengikuti
remedial mata pelajaran tertentu dan memberikan penghargaan bagi siswa
yang berprestasi (akademis maupun non akademis) serta siswa yang
disiplin (tidak pernah mendapat poin selama satu semester).

Gambar 2: Siswa-siswa dikenakan poin dan sanksi sholat di lapangan


karena bercanda saat shalat dhuhur berjamaah
(Sumber: Dokumentasi pribadi tanggal 30 Agustus 2013)
Sistem poin sudah berjalan kurang lebih 7 tahun. Dalam
pelaksanaannya, sistem poin belum berjalan maksimal. Masih ada
beberapa siswa yang melakukan pelanggaran. Walaupun masih ada,
tetapi hanya siswa itu-itu saja yang melakukan pelanggaran. Siswa yang
sering melakukan pelanggaran diberi pengarahan oleh Waka bagian
kesiswaan untuk menyampaikan pelanggaran-pelanggaran yang sering
mereka lakukan dan poin yang mereka dapatkan.
51

Gambar 3: Siswa diberi sanksi belajar di luar kelas karena gaduh saat
KBM
(Sumber: Dokumen pribadi tanggal 02 September 2013)
Menerapkan suatu kebijakan pastilah menemukan kendala-kendala.
menurut Bapak Nurhadi pada wawancara tanggal 02 September 2013
menuturkan ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain: pertama
ialah dari siswa itu sendiri, ada siswa yang menjadikan peraturan-
peraturan sekolah sebagai beban sehingga mereka merasa terbebani, takut
dan tidak nyaman dengan peraturan-peraturan yang ada. Yang kedua
ialah dari wali murid yang tidak terima jika anaknya diberi sanksi /
hukuman dari pelanggaran yang telah dilakukan anak tersebut.
Tak jarang anak bercerita kepada orang tua mereka dengan
berlebih-lebihan, tidak apa adanya. Sehingga seringkali wali murid yang
marah/ tidak terima kepada guru yang telah memberi sanksi anaknya.
Yang terakhir yaitu kendala dari guru yang tidak berpartisipasi/ cuek
dalam menerapkan peraturan sistem poin sehingga tidak terjalinnya
kerjasama yang baik antar guru sebagai penegak peraturan
Sedangkan solusi-solusi dari kendala tersebut ialah pertama anak
harus diberi pengarahan bahwa segala sikap yang dilakukannya akan
menimbulkan akibat. Guru bertugas memberi pengarahan sikap yang
52

baik dan tidak baik serta akibatnya. Siswa sendiri yang memilih sikap
apa yang akan dia lakukan. Selain itu guru tidak lupa memberi
keteladanan yang baik bagi siswanya, salah satunya dengan disiplin dan
taat peraturan. Dan jika ada wali murid yang tidak terima dengan sanksi
yang diterima anaknya, maka mudah saja solusinya. Guru hanya
memperlihatkan bukti-bukti pelanggaran yang dilakukan anaknya serta
memberi penjelasan dan nasehat agar orang tua tidak membenarkan/
membela anak yang salah. Dan untuk para guru diharapkan kerjasama
dan partisipasinya dalam penegakkan disiplin ini.
Berikut ini adalah hasil angket/ persepsi siswa tentang penerapan
sistem poin dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Tidak peduli dengan poin (pelanggaran) yang di terima
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 1 2%
Sering 4 10%
Jarang 6 15%
Tidak pernah 30 73%
Total 41 100%

Dari data diatas menunjukkan bahwa 2% responden selalu tidak peduli


dengan poin (pelanggaran) yang di terima. Sedangkan 10% dari responden
sering tidak peduli dan 15% responden mengaku jarang dan 73% mengaku
tidak pernah atau dengan kata lain mereka peduli dengan poin (pelanggaran)
yang di terima.
Ini berarti bahwa sebagian besar siswa sudah mau bekerjasama dalam
menerapkan sistem poin ini dengan peduli terhadap poin yang mereka terima
sehingga berusaha untuk tidak mengulangi kesalahannya.
53

Tabel 4.3
Mendapat poin (pelanggaran) karena melakukan pelanggaran dengan sengaja
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 3 7%
Sering 6 15%
Jarang 19 46%
Tidak pernah 13 32%
Total 41 100%

Dari data diatas menunjukkan bahwa 7% responden selalu melakukan


pelanggaran dengan sengaja. Sedangkan 15% dari responden sering melakukan
pelanggaran dengan sengaja juga dan 46% responden mengaku jarang dan 32%
mengaku tidak pernah mendapat poin (pelanggaran) karena melakukan
pelanggaran dengan sengaja
Ini berarti bahwa sebagian besar siswa sudah mulai terbentuk disiplinnya
yakni mereka tidak melakukan pelanggaran dengan sengaja.
Tabel 4.4
Peraturan sistem poin (pelanggaran) membuat jera
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 21 51%
Sering 6 15%
Jarang 12 29%
Tidak pernah 2 5%
Total 41 100%

Dari data diatas menunjukkan bahwa 51% responden berpendapat


peraturan sistem poin (pelanggaran) selalu membuat jera siswa yang melanggar
peraturan. Sedangkan 15% dari responden menjawab sering, 29% responden
yang menjawab jarang dan 5% responden berpendapat peraturan sistem poin
(pelanggaran) tidak pernah membuat jera siswa
54

Ini berarti bahwa sebagian besar siswa merasa sistem poin sebagai salah
satu usaha yang dapat membentuk karakter disiplin siswa. Dengan hukuman
yang mendidik dan proposional siswa yang melanggar peraturan akan jera dan
tidak mengulangi kesalahannya dan dengan hadiah untuk siswa berprestasi.
Tabel 4.5
Termotivasi pada reward bagi siswa berprestasi dan disiplin
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 27 66%
Sering 5 12%
Jarang 8 20%
Tidak pernah 1 2%
Total 41 100%

Dari data diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden yang
selalu merasa termotivasi dengan reward yang diterapkan sistem poin yakni
sebesar 66%. Sedangkan 12% dari responden menjawab sering, 20%
responden yang menjawab jarang dan 2% responden yang tidak pernah
termotivasi dengan reward yang diterapkan sistem poin bagi siswa berprestasi
dan disiplin.
Dengan siswa berprestasi dan disiplin maka sekolah akan dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
Tabel 4.6
Kesal/dendam kepada guru yang memberi siswa poin
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 1 2%
Sering 1 2%
Jarang 11 27%
Tidak pernah 28 68%
Total 41 100%
55

Dari data diatas menunjukkan bahwa 2% responden yang merasa


kesal/dendam kepada guru yang memberi poin. Sedangkan 2% dari responden
menjawab sering, 27% responden yang menjawab jarang dan 68% responden
tidak pernah merasa kesal/dendam kepada guru yang memberi poin atau
dengan kata lain siswa menyadari kesalahannya.
Ini berarti bahwa penerapan sistem poin berjalan baik dilihat dari cara
guru mendisiplinkan siswanya. Selain memberi hukuman sesuai pelanggaran,
guru juga harus memberi tauladan yang baik. Dengan begitu siswa akan
menerima hukuman yang diberikan guru dengan ikhlas dan berusaha untuk
tidak mengulanginya dengan melihat tauladan (contoh yang baik) dari guru-
guru.
Tabel 4.7
Guru langsung menghukum siswa jika melanggar peraturan
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 15 37%
Sering 8 20%
Jarang 15 37%
Tidak pernah 3 7%
Total 41 100%

Dari data diatas menunjukkan bahwa 73% responden mempunyai


persepsi bahwa guru selalu langsung menghukum siswa jika melanggar
peraturan. Sedangkan 20% dari responden menjawab sering, 37% responden
yang menjawab jarang dan 7% responden berpersepsi bahwa guru tidak
langsung menghukum siswa jika melanggar peraturan
Ini berarti bahwa penerapan sistem poin berjalan baik dilihat dari cara
guru mendisiplinkan siswanya. Guru sebagai penegak disiplin harus
mempunyai sikap tegas dan sigap terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh
siswa. Begitupun sebaliknya jika siswa melakukan suatu kebaikan maka
gurupun harus memberi penghargaan secara langsung baik dengan lisan
maupun sikap dan lainnya.
56

Tabel 4.8
Takut dimarahi orang tua apabila mendapat poin (pelanggaran)
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 18 44%
Sering 6 15%
Jarang 8 20%
Tidak pernah 9 22%
Total 41 100%
Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu
sebesar 44% merasa takut dimarahi orang tua apabila mendapat poin
(pelanggaran). Sedangkan 15% dari responden menjawab sering, 20%
responden yang menjawab jarang dan 22% responden tidak pernah merasa
merasa takut dimarahi atau terpaksa mematuhi peraturan sekolah.
Ini berarti bahwa siswa masih belum memiliki kesadaran sepenuhnya
akan disiplin. Karena kepatuhan mereka masih karena dorongan takut dimarahi
atau keterpaksaan.
Tabel 4.9
Terpaksa mematuhi peraturan supaya tidak mendapat poin (pelanggaran)
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 9 22%
Sering 9 22%
Jarang 11 27%
Tidak pernah 12 29%
Total 41 100%

Dari data diatas menunjukkan bahwa 22% responden selalu merasa


terpaksa mematuhi peraturan supaya tidak mendapat poin. Sedangkan 22% dari
responden menjawab sering, 27% responden yang menjawab jarang dan 29%
responden tidak pernah merasa merasa terpaksa mematuhi peraturan supaya
tidak mendapat poin.
57

Ini berarti bahwa beberapa siswa masih merasa terpaksa mematuhi


peraturan supaya tidak mendapat poin dan sebagian yang lain sudah
mempunyai kesadaran akan disiplin.
Tabel 4.10
Melapor kepada guru/wali kelas bila melihat teman melanggar peraturan
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 8 20%
Sering 2 5%
Jarang 19 46%
Tidak pernah 12 29%
Total 41 100%

Dari data diatas menunjukkan bahwa 20% responden selalu melapor


kepada guru/wali kelas bila melihat teman melanggar peraturan. Sedangkan 5%
dari responden menjawab sering, 46% responden yang menjawab jarang dan
29% responden tidak pernah melapor kepada guru/wali kelas bila melihat
teman melanggar peraturan.
Ini berarti bahwa sebagian siswa masih merasa belum peduli dengan
sistem poin yang diterapkan disekolah dengan membiarkan temannya dalam
ketidakdisiplinan atau tidak melapor kepada guru/wali kelas bila melihat teman
melanggar peraturan. Guru-guru pun bekerja sama dengan siswa dalam
menerapkan sisitem ini tidak hanya dengan guru-guru saja.
Tabel 4.11
Mematuhi peraturan sistem poin yang ditetapkan oleh sekolah
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 11 27%
Sering 18 44%
Jarang 12 29%
Tidak pernah - -
Total 41 100%
58

Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian kecil 27% responden yang
selalu mematuhi peraturan sistem poin yang ditetapkan oleh sekolah.
Sedangkan 44% dari responden yang sering mematuhi peraturan dan 29%
responden jarang mematuhi peraturan sistem poin yang ditetapkan oleh
sekolah. Dan tidak ada responden yang tidak pernah mematuhi peraturan
sistem poin.
Ini berarti bahwa sebagian besar siswa cukup berlaku disiplin karena
mereka sering mematuhi peraturan sistem poin yang ditetapkan sekolah. Tetapi
ada saja siswa yang belum disiplin dan melanggar peraturan sekolah.
Tabel 4.12
Guru saling bekerja sama dalam menerapkan peraturan sistem poin
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 23 56%
Sering 13 32%
Jarang 5 12%
Tidak pernah - -
Total 41 100%

Data diatas menunjukkan bahwa 56% responden berpendapat guru selalu


bekerja sama dengan sesama guru, murid dan orang tua. Sedangkan 32%
responden berpendapat sering, 12% berpendapat jarang dan tidak ada
responden yang berpendapat guru tidak pernah bekerja sama dengan sesama
guru, murid dan orang tua.
Ini berarti bahwa sebagian besar responden berpendapat guru saling
bekerja sama satu dengan yang lainnya dalam penerapan sistem poin.
59

Tabel 4.13
Senang kepada siswa/i yang mematuhi peraturan (sistem poin)
dan berusaha untuk meneladaninya
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 27 66%
Sering 7 17%
Jarang 7 17%
Tidak pernah - -
Total 41 100%

Data diatas menunjukkan bahwa 66% responden selalu merasa senang


melihat siswa/i yang mematuhi peraturan sistem poin dan berusaha
meneladaninya. Sedangkan 17% responden mengaku sering, 17% mengaku
jarang dan tidak ada responden yang menjawab tidak pernah senang kepada
siswa yang mematuhi peraturan sistem poin dan berusaha meneladaninya.
Selain guru yang menjadi sosok teladan (uswatun hasanah). Siswa pun
pasti ada yang menjadi sosok teladan untuk teman-temannya. Dengan siswa
yang disiplin dan berprestasi (akademik dan non akademik) maka ia akan
menjadi teladan dan inspirasi bagi teman-temannya.

3. Kedisiplinan Siswa Setelah Penerapan Sistem Poin


Setelah diterapkannya sistem poin di MTs Annajah, Petukangan
Selatan reaksi siswa berbeda-beda. Dari keterangan yang peniliti
dapatkan, sebagian besar siswa mendukung sistem poin ini. Menurut
penuturan M. Irsal dalam wawancara tanggal 02 September 2013, salah
seorang siswa kelas IX mengatakan bahwa ia setuju dengan adanya
kebijakan sistem poin di sekolah supaya siswa memiliki batasan-batasan
jika melakukan pelanggaran, ada kejelasan tentang catatan pelanggaran,
siswa bisa sadar dan tahu pelanggaran yang dilakukannya.
Penerapan sistem poin di sekolah memberikan efek terhadap
karakter siswa. Pemberian hukuman (punishment) kepada siswa yang
60

melakukan pelanggaran akan jera dan berfikir ulang untuk melakukan


kesalahan kembali. Siswa akan sadar atas perbuatan yang telah
dilakukan. Sepeti dalam teori Lickona, bahwa karakter-karakter yang
baik salah satunya adalah pengetahuan moral (moral knowing), perasaan
moral (moral feeling) dan tindakan moral (moral action). Diantara
berbagai jenis pengetahuan moral (moral knowing) adalah kesadaran
moral (moral awareness).
Pemberian hukuman berupa poin pada siswa yang melanggar tata
tertib akan menimbulkan kesadaran moral. Dengan pemberian poin
tersebut, siswa akan sadar dengan sendirinya bahwa sesungguhnya
mereka bersalah telah melanggar tata tertib sekolah.
Selain berpengaruh terhadap pengetahuan moral (moral knowing),
juga berpengaruh terhadap perasaan moral (moral feeling). Siswa yang
mendapatkan poin akan mengontrol dirinya untuk tidak melanggar
peraturan kembali. Kontrol diri (self control) inilah yang termasuk dalam
perasaan moral. Dengan diterapkannya sistem poin juga akan membuat
siswa mempunyai kebiasaan tertib dan disiplin dalam segala hal. dalam
teori Lickona, kebiasaan (habit) adalah salah satu wujud dari tindakan
moral (moral action).49
Setelah penerapan sistem poin siswa lebih disiplin. Disiplin waktu,
disiplin perilaku dan lainnya. Semua peraturan yang tercantum dalam tata
tertib sekolah bisa lebih di taati. Jika di hitung kira-kira dari 100% hanya
20 % saja siswa yang tidak disiplin.
Berikut ini adalah hasil angket siswa tentang disiplin siswa dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:

49
Thomas Lickona, op. cit., h. 85 – 99.
61

Tabel 4.14
Terlambat datang ke sekolah
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu - -
Sering 3 7%
Jarang 15 37%
Tidak pernah 23 56%
Total 41 100%

Salah satu indikator disiplin siswa ialah siswa tepat waktu datang ke
sekolah. Dari data diatas menunjukkan bahwa tidak ada responden yang selalu
datang terlambat ke sekolah. Sebagian kecil dari reponden yaitu sebesar 7%
menjawab sering terlambat ke sekolah. Sedangkan 37% dari responden
mengaku jarang terlambat datang ke sekolah dan sebagian besar responden
yaitu 56% menjawab tidak pernah datang terlambat kesekolah.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap
disiplin. Karena tanpa adanya sikap disiplin maka siswa akan kesukaran
membagi waktu dengan baik. Dan jika siswa terlambat datang ke sekolah, akan
diberi poin dan sanksi dari pelanggaran yang telah dilakukannya.
Tabel 4.15
Keluar ruangan/ kelas saat KBM berlangsung karena mengantuk atau bosan
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 2 5%
Sering 4 10%
Jarang 18 44%
Tidak pernah 17 41%
Total 41 100%

Data diatas menunjukkan bahwa 5% dari responden mengaku selalu


keluar kelas saat KBM berlangsung. Dan 10% responden sering keluar kelas,
sedangkan sebagian besar responden yaitu sebesar 44% jarang keluar kelas.
62

Sisanya yaitu sebesar 41% responden tidak pernah keluar kelas karena
mengantuk atau bosan.
Hal ini menunjukkan siswa semangat dalam belajar sehingga hanya
sebagian kecil saja yang merasa ngantuk/ bosan sehingga mereka keluar
ruangan kelas.
Tabel 4.16
Mengobrol atau bercanda saat sholat dhuha
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu - -
Sering 6 15%
Jarang 20 49%
Tidak pernah 15 37%
Total 41 100%

Data diatas menunjukkan bahwa 15% dari responden mengaku sering


mengobrol atau bercanda saat sholat dhuha. Dan 49% responden jarang
mengobrol atau bercanda, sedangkan sebagian besar responden yaitu sebesar
37% tidak pernah mengobrol atau bercanda saat sholat dhuha .
Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa disiplin saat melakukan shalat
dhuha. Karena memang yang saya lihat, saat sholat dhuha siswa benar-benar
diawasi dan diperhatikan guru-guru dan bila melanggar peraturan akan
dikenakan sanksi berupa poin dan sanksi langsung di depan teman-temannya.
Tabel 4.17
Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 15 37%
Sering 8 20%
Jarang 16 39%
Tidak pernah 2 5%
Total 41 100%
63

Data diatas menunjukkan bahwa 37% dari responden menunjukkan


selalu aktif mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sekolah dan 20%
menunjukkan sering aktif, sedangkan 39% responden mengaku jarang dan 5%
tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah.
Setiap siswa memiliki semangat atau motivasi yang berbeda-beda dalam
berkeinginan mengikuti berbagai macam kegiatan yang diadakan sekolah.
Melihat data diatas menunjukkan akan kurangnya kesadaran dan motivasi
siswa karena sebagian besar siswa jarang mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diadakan di sekolah.
Tabel 4.18
Menimbulkan kegaduhan ketika KBM berlangsung
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 1 2%
Sering 2 5%
Jarang 20 49%
Tidak pernah 18 44%
Total 41 100%

Data diatas menyebutkan bahwa 2% dari responden mengaku selalu


membuat kegaduhan di kelas, 5% responden mengaku sering dan masing-
masing 49% mengaku jarang dan 44% tidak pernah membuat kegaduhan saat
KBM berlangsung.
Berarti hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran siswa pada norma
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mereka belum semuanya
menyadari bahwa hal tersebut dapat merugikan diri sendiri dan orang lain yang
sedang belajar.
64

Tabel 4.19
Senang berteman dengan siswa yang sering melanggar peraturan
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 1 2%
Sering - -
Jarang 14 34%
Tidak pernah 26 63%
Total 41 100%

Data diatas menunjukkan bahwa 2% responden selalu merasa senang


berteman dengan siswa yang sering melanggar peraturan. Sedangkan 34%
mengaku jarang dan 63% responden menjawab tidak pernah senang berteman
dengan siswa yang sering melanggar peraturan.
Ini berarti bahwa sebagian besar responden sudah bisa memilih teman,
dilihat dari jawaban responden yang tidak pernah senang berteman dengan
siswa yang sering melanggar peraturan. Memilih teman adalah sangat penting.
Dengan memilih teman yang baik maka akan menjadikan diri siswa menjadi
baik. Begitu sebaliknya. Karena pergaulan dengan teman mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap sikap siswa.
Tabel 4.20
Tidur didalam kelas saat KBM
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 2 5%
Sering 2 5%
Jarang 18 44%
Tidak pernah 19 46%
Total 41 100%

Data diatas menyebutkan bahwa 5% dari responden mengaku selalu tidur


didalam kelas saat KBM, 5% responden mengaku sering dan masing-masing
44% mengaku jarang dan 46% tidak pernah tidur didalam kelas saat KBM.
65

Berarti hal ini menunjukkan besarnya perhatian siswa dalam proses


pembelajaran. Tetapi ada saja siswa yang tidur di kelas saat KBM karena
beberapa alasan yang ia punya. Walaupun begitu, siswa tetap dilarang tertidur
di dalam kelas. Karena akan membawa dampak yang negatif bagi teman-
temannya yang lain.
Tabel 4.21
Keluar kelas untuk membeli minum/makanan saat KBM
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu - -
Sering 2 5%
Jarang 11 27%
Tidak pernah 28 68%
Total 41 100%

Data diatas menyebutkan bahwa 5% responden mengaku sering keluar


kelas untuk membeli minum/makanan saat KBM. Sedangkan 27% mengaku
jarang dan 68% tidak pernah keluar kelas untuk membeli minum/makanan saat
KBM.
Berarti hal ini menunjukkan sudah terbentuknya karakter disiplin siswa
dengan mematuhi peraturan yang ada. Sebagian besar siswa tidak melanggar
peraturan ini karena pengawasan yang ketat dari para guru dan kesadaran dari
diri siswa sendiri.
Tabel 4.22
Pulang sekolah langsung mengerjakan PR
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 10 24%
Sering 8 20%
Jarang 20 49%
Tidak pernah 3 7%
Total 41 100%
66

Data diatas menyebutkan bahwa 24% dari responden mengaku selalu


mengerjakan PR saat pulang sekolah. 20% responden mengaku sering dan
masing-masing 49% mengaku jarang dan 7% tidak pernah mengerjakan PR
saat pulang sekolah.
Berarti hal ini menunjukkan siswa belum mempunyai kesungguhan
dalam belajar karena sebagian besar siswa jarang mengerjakan PR saat pulang
sekolah. Dari dari tersebut bisa dilihat bahwa siswa belum mempunyai karakter
disiplin yang tinggi.
Tabel 4.23
Berkelahi/bertengkar dengan teman pada jam istirahat
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu - -
Sering - -
Jarang 5 12%
Tidak pernah 36 88%
Total 41 100%

Data diatas menyebutkan bahwa 12% mengaku jarang dan 88% tidak
pernah Berkelahi/bertengkar dengan teman pada jam istirahat.
Berkelahi adalah salah satu jenis pelanggaran dan mempunyai sanksi
yang berat. Dari data diatas menunjukkan sebagian besar siswa tidak pernah
Berkelahi/bertengkar dengan teman pada jam istirahat. Hal ini berarti
pergaulan diatara sesama terjalin dengan harmonis. Sehingga mereka tidak
melakukan perilaku yang anarkis seperti berkelahi dengan teman, tawuran dan
lain-lain.
67

Tabel 4.24
Kurang memperhatikan guru saat mengajar
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 2 5%
Sering 5 12%
Jarang 25 61%
Tidak pernah 9 22%
Total 41 100%

Data diatas menyebutkan bahwa 5% dari responden mengaku selalu


kurang memperhatikan guru saat mengajar. 12% responden mengaku sering
dan masing-masing 61% mengaku jarang dan 22% tidak pernah kurang
memperhatikan guru saat mengajar atau sangat memperhatikan guru.
Berarti hal ini menunjukkan siswa belum mempunyai kesungguhan
dalam belajar karena sebagian besar siswa jarang memperhatikan guru saat
mengajar. Dari dari tersebut bisa dilihat bahwa siswa belum mempunyai
karakter disiplin yang cukup.
Tabel 4.25
Belajar kelompok dengan teman setelah pulang sekolah
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 5 12%
Sering 4 10%
Jarang 21 51%
Tidak pernah 11 27%
Total 41 100%

Data diatas menyebutkan bahwa 12% dari responden mengaku selalu


belajar kelompok dengan teman setelah pulang sekolah. 10% responden
mengaku sering dan masing-masing 51% mengaku jarang dan 27% tidak
pernah belajar kelompok dengan teman setelah pulang sekolah.
68

Berarti hal ini menunjukkan siswa belum mempunyai kesungguhan


dalam belajar karena sebagian besar siswa jarang belajar kelompok dengan
teman setelah pulang sekolah. Dari dari tersebut bisa dilihat bahwa siswa
belum mempunyai karakter disiplin yang tinggi.
Tabel 4.26
Kurang menghargai waktu di sekolah
Alternatif jawaban F % (P)
Selalu 1 2%
Sering 2 5%
Jarang 12 29%
Tidak pernah 26 63%
Total 41 100%

Data diatas menyebutkan bahwa 2% dari responden mengaku selalu


kurang menghargai waktu di sekolah. 5% responden mengaku sering dan
masing-masing 29% mengaku jarang dan 63% tidak pernah atau sangat
menghargai waktu di sekolah.
Berarti hal ini menunjukkan siswa sudah mempunyai kesungguhan dalam
belajar karena sebagian besar siswa sangat menghargai waktu di sekolah.

B. Analisis Data
Setelah data kita peroleh dari hasil penyebaran angket, selanjutnya ialah
membandingkan nilai persepsi siswa tentang penerapan sistem poin (reward &
punishment) dengan nilai disiplin yang diperoleh berdasarkan angket yang
telah dijawab oleh siswa kelas IX 4 & IX 1 tahun ajaran 2012-2013 yakni
sebagai berikut.
69

Tabel 4.27
Hasil Jawaban Siswa Terhadap Variabel X
(Persepsi siswa tentang Penerapan Sistem Poin)
No No Soal
Nilai
Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 4 4 4 4 4 3 1 4 2 3 4 4 41
2 4 4 3 4 4 3 1 4 2 4 4 4 41
3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 41
4 4 3 4 4 3 1 1 3 2 2 3 2 32
5 4 3 2 2 4 4 3 4 1 2 4 4 37
6 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 4 42
7 2 2 1 2 3 4 1 3 1 4 4 4 31
8 4 2 4 4 2 4 4 3 1 2 3 2 35
9 2 2 3 4 4 2 2 4 4 4 4 4 39
10 4 4 4 4 4 3 1 2 2 3 4 3 37
11 4 4 3 4 4 4 1 4 1 3 3 4 39
12 4 3 4 4 4 1 1 2 1 4 4 4 36
13 4 4 4 4 4 2 4 3 2 3 4 4 42
14 4 4 2 2 4 2 1 4 1 2 3 3 32
15 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4 44
16 3 4 3 4 3 2 4 1 1 3 4 4 36
17 4 3 4 4 1 2 4 0 2 3 3 2 32
18 4 3 4 4 4 2 1 1 2 2 3 4 34
19 0 3 4 2 3 4 4 3 2 2 3 2 32
20 3 3 4 4 4 3 1 1 4 3 2 4 36
21 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 28
22 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 45
23 4 4 4 4 3 4 3 3 2 2 4 4 41
24 1 4 4 4 4 2 1 1 2 4 4 4 35
25 4 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 33
70

26 3 3 4 1 4 3 3 2 2 3 3 2 33
27 4 4 4 4 4 4 1 4 1 3 4 4 41
28 4 4 2 4 4 4 1 1 2 3 4 4 37
29 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 45
30 4 3 4 4 4 3 1 4 2 3 4 4 40
31 4 4 2 3 4 0 1 1 4 3 3 4 33
32 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 30
33 4 4 4 4 4 3 4 1 2 3 4 4 41
34 4 4 3 4 4 4 3 2 3 3 3 4 40
35 4 4 4 4 4 4 1 4 1 3 4 4 41
36 4 3 4 4 3 4 4 1 4 4 4 4 43
37 4 3 1 4 4 4 2 2 1 2 4 4 35
38 4 3 2 3 4 2 3 3 2 3 3 3 35
39 4 4 2 2 4 1 1 1 1 2 4 4 30
40 4 4 4 4 4 2 4 2 2 3 4 4 41
41 3 3 2 2 3 4 3 2 1 2 2 2 29

Tabel 4.28
Distribusi frekuensi skor variabel X (Penerapan sistem poin)
No Interval Frekuensi Persentase Keterangan
1 20 - 30 1 2, 4 % Kurang
2 31 - 40 34 82,9 % Sedang
3 41 - 50 6 14,6 % Baik

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa presentase terendah


terdapat pada interval 10-20 dengan persentase 2, 4 %, presentase tertinggi
untuk variabel X (penerapan sistem poin) terdapat pada interval 20-30 dengan
persentase 82,9 % sedangkan persentase sedang terdapat pada interval 20-30
dengan persentase 14,6 %.
71

Tabel 4.29
Hasil Jawaban Siswa Terhadap Variabel Y (Disiplin Siswa)
No Soal
No
Nilai
Urut 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 43
2 2 4 3 2 4 4 4 4 4 3 3 2 4 43
3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 50
4 4 3 4 2 4 3 3 4 2 4 3 2 3 41
5 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 2 3 45
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
7 3 1 4 2 1 4 4 2 2 4 3 1 4 35
8 0 2 4 2 2 4 3 3 1 4 2 1 2 30
9 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 47
10 2 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 39
11 4 3 4 2 3 4 4 4 3 4 3 1 4 43
12 4 3 3 4 3 4 3 3 2 4 1 2 4 36
13 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 46
14 3 4 3 2 4 4 3 4 4 4 3 2 4 45
15 3 3 4 4 4 3 2 3 4 3 2 4 4 43
16 3 4 3 2 4 4 3 4 1 4 3 2 4 41
17 4 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 4 3 39
18 4 3 2 1 3 3 3 3 2 4 4 1 4 37
19 4 4 3 3 4 3 1 4 2 3 3 1 1 36
20 4 4 3 4 3 4 2 4 2 4 3 1 4 42
21 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 2 3 37
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 50
23 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4 35
24 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 48
25 3 2 4 1 4 3 3 3 2 4 3 1 3 36
26 3 4 3 3 4 3 4 4 2 4 3 1 4 42
72

27 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 4 47
28 4 3 3 2 3 1 3 4 4 3 4 4 4 42
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 46
30 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 43
31 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 45
32 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 3 33
33 4 3 3 2 3 4 4 3 1 4 4 2 3 40
34 4 3 3 2 4 4 4 4 2 4 4 2 4 44
35 4 2 2 4 4 4 3 4 3 4 3 1 4 42
36 4 2 3 4 4 4 3 4 2 3 4 2 4 43
37 3 3 3 3 4 4 3 4 2 4 4 2 3 42
38 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 40
39 4 3 3 2 3 3 3 4 2 4 3 2 3 39
40 3 4 2 2 4 4 4 4 2 4 4 2 4 39
41 2 3 2 2 2 3 1 2 2 4 3 2 2 31

Tabel 4.30
Distribusi frekuensi skor variabel Y (Disiplin Siswa)
No Interval Frekuensi Persentase Keterangan
1 20 - 30 2 4,8 % Kurang
2 31 - 40 14 34,1 % Sedang
3 41 - 50 25 60,9 % Baik

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa presentase terendah


terdapat pada interval 20 - 30 dengan persentase 4,8 %, persentase sedang
terdapat pada interval 31 - 40 dengan persentase 34,1 %. Sedangkan
presentase tertinggi untuk variabel Y (Disiplin siswa) terdapat pada interval 41
- 50 dengan persentase 60,9 %.
73

C. Pengujian Hipotesis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yang didalamnya
terdapat dua variabel yang diteliti. Variabel tersebut adalah persepsi siswa
tentang penerapan sistem poin (Variabel X) sebagai variabel bebas dan
karakter disiplin (Variabel Y) sebagai variabel terikat. Untuk mengetahui
hubungan kedua variabel tersebut, penulis menggunakan rumus korelasi
Product Moment yang dikembangkan oleh Karl Pearson, Seperti rumus:

∑ (∑ )(∑ )
=
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )

Guna mengetahui tingkat korelasi antara persepsi siswa tentang


penerapan sistem poin (reward & punishment) dan karakter disiplin siswa,
maka dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara signifikan
korelasi positif antara hubungan persepsi siswa tentang penerapan sistem poin
(reward & punishment) dan karakter disiplin siswa, khususnya pada bagian
pembahasan hasil penelitian.
Ditetapkan 41 orang siswa Madrasah Tsanawiyah Annajah Petukangan
Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan sebagai sampel penelitian ini, dan telah
dihimpun data sebagai berikut:
Tabel 4.31
Nilai Korelasi Antara Variabel X dan Y

N X Y XY

1 41 43 1763 1681 1849


2 41 43 1763 1681 1849
3 41 50 2050 1681 2500
4 32 41 1312 1024 1681
5 37 45 1665 1369 2025
6 42 52 2184 1764 2704
7 31 35 1085 961 1225
74

8 35 30 1050 1225 900


9 39 47 1833 1521 2209
10 37 39 1443 1369 1521
11 39 43 1677 1521 1849
12 36 36 1296 1296 1296
13 42 46 1932 1764 2116
14 32 45 1440 1024 2025
15 44 43 1892 1936 1849
16 36 41 1476 1296 1681
17 32 39 1248 1024 1521
18 34 37 1258 1156 1369
19 32 36 1152 1024 1296
20 36 42 1512 1296 1764
21 28 37 1036 784 1369
22 45 50 2250 2025 2500
23 41 35 1435 1681 1225
24 35 48 1680 1225 2304
25 33 36 1188 1089 1296
26 33 42 1386 1089 1764
27 41 47 1927 1681 2209
28 37 42 1554 1369 1764
29 45 46 2070 2025 2116
30 40 43 1720 1600 1849
31 33 45 1485 1089 2025
32 30 33 990 900 1089
33 41 40 1640 1681 1600
34 40 44 1760 1600 1936
35 41 42 1722 1681 1764
36 43 43 1849 1849 1849
37 35 42 1470 1225 1764
75

38 35 40 1400 1225 1600


39 30 39 1170 900 1521
40 41 39 1599 1681 1521
41 29 31 899 961 961
N= 41 =1697 = 63261 = 56973 = 71255
Proses perhitungan:

∑ (∑ )(∑ )
=
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )
( ) ( )( )
=
√( )( ) ( ) ( )( ) ( )

=
√( )( )

=
√( )( )

=

= 0, 552
Dari hasil koefisien korelasi diatas dapat dilihat bahwa antara persepsi
siswa tentang penerapan sistem poin (reward & punishment) dan karakter
disiplin terdapat hubungan atau korelasi sedang atau cukup. Sebagaimana
dilihat dalam tabel dibawah ini.
76

Tabel 4.32
Tabel Interpretasi Nilai “r”
Besarnya “r”
Interpretasi
Product Moment
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi, akan tetapi
korelasi tersebut diabaikan atau dianggap tidak ada hubungan
antara variabel X dan Y
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang lemah
atau rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang
sedang atau cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang kuat
atau tinggi
0, 90 - 100 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi yang sangat
kuat atau sangat tinggi

D. Pembahasan Hasil Penelitian


Dari hasil analisa tentang persepsi siswa tentang penerapan sistem poin
(reward & punishment) terhadap karakter disiplin siswa terdapat korelasi
positif (sedang atau cukup) dengan nilai 0, 55. Dengan demikian hipotesis
alternatif ( ) diterima dan hipotesis nol ( ) ditolak
Selanjutnya untuk mengetahui apakah itu signifikan atau tidak, maka “r”
hasil perhitungan dibandingkan dengan “r” tabel. Dan sebelum
membandingkan, terlebih dahulu dicari derajat bebas (db) atau df (degree of
freedom) dengan menggunakan rumus:
df = N – nr
= 41 – 2
= 39
Dengan df sebesar 39, dikonsultasikan dengan tabel nilai “r” baik pada
taraf signifikasi 1 % maupun 5 % diperoleh harga “r” pada tabel sebagai
berikut:
77

- Pada taraf signifikasi 1 % atau n = 0,418


- Pada taraf signifikasi 5 % atau n = 0,325
Ternyata pada taraf signifikansi 5% lebih besar dari (0, 552>
0,325). Sedangkan pada taraf signifikansi 1 % ternyata juga lebih besar
daripada (0,552 > 0,418). Dengan demikian hipotesa nol ( ) ditolak dan
hipotesa alternatif ( ) diterima. Yaitu terdapat korelasi positif yang signifikan
antara penerapan sistem poin (reward & punishment) terhadap pembentukan
karakter disiplin siswa.
Disini dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem poin mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap karakter disiplin siswa, untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi variabel Y, maka harus dihitung terlebih dahulu
suatu koefisien yang disebut coefficient of determination/ CD (koefisien
penentuan) dengan rumus berikut:
CD = x 100%
=( ) x 100%
= (0,3047) x 100%
= 30,47 %
Dari hasil perhitungan diatas yaitu 30,47% dapat diketahui bahwa
penerapan sistem poin (reward & punishment) menurut persepsi siswa dapat
mempengaruhi disiplin siswa sebesar 30,47% dan dapat dikatakan bahwa
penerapan sistem poin berpengaruh positif terhadap disiplin siswa MTs
Annajah dikarenakan beberapa faktor yang mendukung:
1. Peraturan yang diterapkan di sekolah cukup membuat siswa lebih
disiplin dan takut untuk melanggar peraturan yang ada.
2. Adanya kerjasama yang solid antara semua warga sekolah dalam
menerapkan sistem poin (reward & punishment) sebagai suatu
usaha membentuk karakter disiplin siswa.
3. Sanksi atau hukuman yang diterima siswa cukup mendidik dan
membuat siswa jera.
78

4. Dengan diterapkannya sistem poin siswa termotivasi untuk


meningkatkan prestasinya. Karena sekolah akan memberi poin
reward dan penghargaan untuk siswa yang berprestasi dan disiplin.

E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan berdasarkan metode dan prosedur
penelitian yang telah baku. Meskipun demikian teidak tertutup kemungkinan
adanya keterbatasan yang menyertai penelitian ini. Keterbatasan tersebut antara
lain: Pertama, pemilihan variabel penelitian dilakukan atas pilihan subyektif
penulis sehingga tidak tertutup kemungkinan adanya masalah lain yang jauh
lebih penting untuk diteliti. Kedua, populasi yang hanya dibatasi 41 responden
saja, hal ini membuat kesimpulan mungkin tidak dapat digeneralisir untuk
keseluruhan objek yang memiliki karakteristik yang berbeda. Ketiga, data
penelitian ini didapat dari angket yang bersifat melaporkan diri sehingga tidak
mungkin mengintervensi jawaban responden. Hal ini tidak menutup
kemungkinan timbulnya jawaban responden yang kurang sesuai dengan
kenyataan.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan data penelitian maka peneliti
memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah penelitian ini dilakukan, maka penulis memperoleh hasil
dengan angka koefisien sebesar 0, 552 yang berarti terdapat korelasi
positif sedang atau cukup antara persepsi siswa tentang penerapan
sistem poin (reward & punishment) dan disiplin siswa MTs Annajah
Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
2. Penerapan sistem poin (reward & punishment) mempengaruhi
kedisiplinan siswa sebesar 30,47% dan sisanya sebesar 69, 53%
dipengaruhi oleh faktor lain seperti motivasi, minat, media maupun
strategi pembelajaran.

B. Implikasi
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas dapat diketahui dengan
penerapan sistem poin (reward & punishment) dapat membentuk
kedisiplinan siswa. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas
menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Memang beberapa
siswa menaati sebuah aturan diawali dengan rasa takut dan terpaksa. namun
rasa takut dan terpaksa akan hilang jika pembinaan kedisiplinan dibangun
atas dasar kasih dan kesantunan serta tauladan dari pendidik.
Dengan penerapan sistem poin (reward & punishment) orang tua
senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma,
nilai kehidupan dan disiplin. Disiplin mereupakan jalan bagi siswa untuk
sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Apabila siswa sudah disiplin
terhadap peraturan-peraturan sekolah maka mereka pun akan mampu
mematuhi peraturan yang lebih umum di masyarakat luas.

79
80

C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dikemukakan
sebagai bahan masukan yang bermanfaat, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Siswa MTs Annajah
Hendaknya siswa lebih mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan oleh Madrasah dan melakukannya dengan niat yang tulus
dan sungguh-sungguh. Karena disiplin yang dirasa berat untuk saat ini
akan terasa manfaatnya dimasa yang akan datang.
2. Bagi Guru MTs Annajah
Diharapkan bagi para pendidik/ guru tidak bosan-bosan untuk
mendidik siswanya terutama siswa yang melakukan pelanggaran.
Guru juga harus memberi contoh yang baik/ uswah hasanah bagi
siswa dalam mendidik siswa untuk disiplin. Karena guru adalah sosok
yang di gugu (didengar omongannya) dan ditiru.
3. Bagi Kepala MTs Annajah
Hendaknya Kepala Madrasah sering melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan sistem poin yang telah berjalan dan
memperbaiki pasal-pasal dalam sistem poin agar pelaksanaan pada
tahun-tahun yang akan datang dapat berjalan dengan maksimal.
4. Bagi Orang tua siswa MTs Annajah
Hendaknya para orang tua ikut berpartisipasi dan bekerjasama
dengan pihak sekolah dalam pelaksanaan sistem poin dengan
menasehati anak-anaknya untuk tidak membuat pelanggaran dan
bersikap lebih disiplin.
81

DAFTAR PUSTAKA

Abu Guddah, Abdul Fattah. 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah


SAW. Bandung: Irsyadbaitussalam, 2009.
Al-Fandi, Haryanto. Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Ardy Wiyani, Novan. Manajemen Kelas (Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan
Kelas Yang Kondusif). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Arikunto, Suharsimi . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Baharuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
E Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Indriani, Farida Wawancara, Jakarta, 29 Agustus 2013
Irsal, Muhammad, Wawancara, Jakarta, 02 September 2013
Kusumawati, Zaidah Dkk. Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW Sebagai Pendidik.
Jakarta: Lentera Abadi, 2011.
Lickona, Thomas. Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Terj. dari Educating for
Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility oleh
Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005.
Mulyawan, Asep. Jurnal Asy-Syukriyyah (Pembentukan Karakter Anak Melalui
Pembelajaran PAI. Tangerang: STAI Asy-Syukriyyah, 2012.
Munawwir, A.W. Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997. Ed. Ke-2, Cet. 14.
Nabil, Muhammad Kadzim. Mendidik Anak Tanpa Kekerasan. Jakarta: Al –
Kautsar, 2009.

81
82

Naim, Ngainun. Character Building. Optimalisasi Peran Pendidikan dalam


Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012.
Narendrany, Heny Hidayati. Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Nuraida dan Halid Alkaf. Metodologi Penelitian Pendidikan. Ciputat: Islamic
Research Publishing, 2009.
Nuraida. Pendidikan Karakter Untuk Guru. Ciputat: Islamic Research Publishing,
2010.
Nurhadi, Wawancara, Jakarta, 02 September 2013
Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 1997. Cet. Ke-9.
Reid, Gavin. Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi. Terj. dari
Motivating Learners in the Classroom: Ideas and Strategies oleh Hartati
Widiastuti. Jakarta: Indeks, 2009.
Rimm, Sylvia. Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah. Terj.
dari Raising Preschoolers Parenting for Today oleh Lina Jusuf. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Rosdiansyah, Aziz. Peranan Pendidikan Akhlak Dalam Pembinaan Disiplin
Belajar Siswa Kelas 2 MTs Muhammadiyah 1 Ciputat. Skripsi Sarjana
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: 2010.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1996.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005.
Sugianto. LEKTUR Jurnal Pendidikan Islam (Disiplin Tanpa Kekerasan).
Cirebon: STAIN, 2005.
Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Suyadi. Panduan Penelitian Tindakan Kelas (Buku Panduan Wajib Bagi Para
Pendidik). Jogjakarta: Diva Press, 2010.
83

Tim Pustaka Familia. Mempertimbangkan Hukuman pada Anak. Yogyakarta:


Kanisius, 2007.
Umi Hanik, Sayidati. Penegakan Disiplin Dalam Menunjang Kualitas Hasil
Belajar Santri di Pondok Pesantren Darunnajah, Skripsi Sarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009.
Usman, Husaini. Manajemen (Teori, Praktek dan Riset Pendidikan). Jakarta:
Bumi Aksara, 2006.
Undang-Undang R.I No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, Peraturan
Pemerintah R.I, Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar,
(Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 6
Widiyanto, Muhammad Alfian. Pemberlakuan Sistem Poin Pada Pelanggaran
Siswa. dari http://warsinem-orenoren.blogspot.com/2012/01/pemberlakuan-
sistem-poin-pada.html, 17 Januari 2012.
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2011.
Yusransyah. Menegakkan Disiplin Siswa Melalui Sistem Poin Pelanggaran
http://blogpendidikanbahasa.blogspot.com/2012/08/menegakkan-disiplin
siswa-melalui.html). 15 Oktober 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi
http://sedekaholic.blogspot.com/2012/09/matematika-sedekah-yusuf-mansur.html
84

LAMPIRAN
-
LAMPIRAN

84
Instrumen Daftar Angket Untuk Siswa

1. Pilihlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan memberi


tanda “√” pada jawaban yang dianggap benar.
2. Jawaban mohon diisi sesuai dengan keadaan dan kenyataan yang sebenar-
benarnya.
3. Jawaban anda tidak berpengaruh pada nilai raport, untuk itu jawablah dengan
jujur sesuai keadaan yang sebenarnya.
4. Hasil jawaban anda merupakan informasi (data) yang penting bagi penulis
sebagai bahan skripsi, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan
anda.
5. Periksa dan teliti kembali jawaban sebelum diserahkan.

Identitas Responden
Nama :………………………………………..
Kelas :………………………………………..
Motivasi anda masuk ke MTs Annajah:
a. Keinginan sendiri
b. Keinginan orang tua
c. Ikut teman
Berilah tanda check list “√” pada soal-soal di bawah ini!
No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak
pernah
1 Saya tidak peduli dengan poin
(punishment) yang saya dapatkan
2 Saya mendapat poin/ melakukan
pelanggaran karena sengaja
3 Peraturan sistem poin membuat saya jera/
tidak akan mengulang pelanggaran lagi
4 Saya terpacu/ termotivasi oleh poin
(reward) yang diberikan sekolah bagi anak
yang berprestasi dan disiplin
5 Saya kesal / dendam kepada guru yang
memberi saya poin (punishment)
6 Guru langsung menghukum tanpa basa-basi
apabila terdapat siswa yang melanggar
7 Saya takut dimarahi orang tua apabila
mendapat poin (punisment)
8 Saya terpaksa mengikuti peraturan yang
ditetapkan sekolah supaya tidak mendapat
poin
9 Saya melaporkan kepada guru/ wali kelas
jika melihat teman yang melanggar
peraturan
10 Saya mematuhi peraturan sistem poin yang
di tetapkan oleh sekolah
11 Guru saling bekerja sama dalam
menerapkan peraturan sistem poin
12 Saya senang kepada siswa/i yang mematuhi
peraturan (sistem poin) dan berusaha untuk
meneladaninya
13 Saya terlambat datang ke sekolah
14 Saya keluar ruangan / kelas ketika jam
pelajaran berlangsung karena mengantuk
atau bosan
15 Saya mengobrol atau bercanda dengan
teman saat sholat dhuha
16 Saya aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh sekolah
17 Saya menimbulkan kegaduhan dan
keributan ketika jam pelajaran berlangsung
18 Saya senang berteman dengan orang yang
sering melanggar peraturan
19 Saya tertidur jika sedang belajar didalam
kelas
20 Saya keluar membeli makan/minum disaat
belajar
21 Saya pulang sekolah langsung mengerjakan
PR dirumah
22 Saya bertengkar dengan teman pada saat
jam istirahat sekolah
23 Saya kurang memperhatikan pelajaran saat
guru sedang mengajar
24 Saya belajar kelompok bersama teman-
teman setelah pulang sekolah
25 Saya kurang menghargai waktu disekolah
SKOR BUTIR SOAL

No Pertanyaan Jawaban frekuensi persentase


1 Saya tidak peduli dengan poin Selalu 1 2%
(punishment) yang saya dapatkan Sering 4 10%
Jarang 6 15%
T. Pernah 30 73%
Jumlah responden 41 100%
2 Saya mendapat poin/ melakukan Selalu 3 7%
pelanggaran karena sengaja Sering 6 15%
Jarang 19 46%
T. Pernah 13 32%
Jumlah responden 41 100%
3 Peraturan sistem poin membuat saya Selalu 21 51%
jera/ tidak akan mengulang Sering 6 15%
pelanggaran lagi Jarang 12 29%
T. Pernah 2 5%
Jumlah responden 41 100%
4 Saya terpacu/ termotivasi oleh poin Selalu 27 66%
(reward) yang diberikan sekolah bagi Sering 5 12%
anak yang berprestasi dan disiplin Jarang 8 20%
T. Pernah 1 2%
Jumlah responden 41 100%
5 Saya kesal / dendam kepada guru yang Selalu 1 2%
memberi saya poin (punishment) Sering 1 2%
Jarang 11 27%
T. Pernah 28 68%
Jumlah responden 41 100%
6 Guru langsung menghukum tanpa Selalu 15 37%
basa-basi apabila terdapat siswa yang Sering 8 20%
melanggar Jarang 15 37%
T. Pernah 3 7%
Jumlah responden 41 100%
7 Saya takut dimarahi orang tua apabila Selalu 18 44%
mendapat poin (punisment) Sering 6 15%
Jarang 8 20%
T. Pernah 9 22%
Jumlah responden 41 100%
8 Saya terpaksa mengikuti peraturan Selalu 9 22%
yang ditetapkan sekolah supaya tidak Sering 9 22%
mendapat poin Jarang 11 27%
T. Pernah 12 29%
Jumlah responden 41 100%
9 Saya melaporkan kepada guru/ wali Selalu 8 20%
kelas jika melihat teman yang Sering 2 5%
melanggar peraturan Jarang 19 46%
T. Pernah 12 29%
Jumlah responden 41 100%
10 Saya mematuhi peraturan sistem poin Selalu 11 27%
yang di tetapkan oleh sekolah Sering 18 44%
Jarang 12 29%
T. Pernah - -
Jumlah responden 41 100%
11 Guru saling bekerja sama dalam Selalu 23 56%
menerapkan peraturan sistem poin Sering 13 32%
Jarang 5 12%
T. Pernah - -
Jumlah responden 41 100%
12 Saya senang kepada siswa/i yang Selalu 27 66%
mematuhi peraturan (sistem poin) dan Sering 7 17%
berusaha untuk meneladaninya Jarang 7 17%
T. Pernah - -
Jumlah responden 41 100%
13 Saya terlambat datang ke sekolah Selalu - -
Sering 3 7%
Jarang 15 37%
T. Pernah 23 56%
Jumlah responden 41 100%
14 Saya keluar ruangan / kelas ketika jam Selalu 2 5%
pelajaran berlangsung karena Sering 4 10%
mengantuk atau bosan Jarang 18 44%
T. Pernah 17 41%
Jumlah responden 41 100%
15 Saya mengobrol atau bercanda dengan Selalu - -
teman saat sholat dhuha Sering 6 15%
Jarang 20 49%
T. Pernah 15 37%
Jumlah responden 41 100%
16 Saya aktif mengikuti kegiatan- Selalu 15 37%
kegiatan yang diadakan oleh sekolah Sering 8 20%
Jarang 16 39%
T. Pernah 2 5%
Jumlah responden 41 100%
17 Saya menimbulkan kegaduhan dan Selalu 1 2%
keributan ketika jam pelajaran Sering 2 5%
berlangsung Jarang 20 49%
T. Pernah 18 44%
Jumlah responden 41 100%
18 Saya senang berteman dengan orang Selalu 1 2%
yang sering melanggar peraturan Sering - -
Jarang 14 34%
T. Pernah 26 63%
Jumlah responden 41 100%
19 Saya tertidur jika sedang belajar Selalu 2 5%
didalam kelas Sering 2 5%
Jarang 18 44%
T. Pernah 19 46%
Jumlah responden 41 100%
20 Saya keluar membeli makan/minum Selalu - -
disaat belajar Sering 2 5%
Jarang 11 27%
T. Pernah 28 68%
Jumlah responden 41 100%
21 Saya pulang sekolah langsung Selalu 10 24%
mengerjakan PR dirumah Sering 8 20%
Jarang 20 49%
T. Pernah 3 7%
Jumlah responden 41 100%
22 Saya bertengkar dengan teman pada Selalu - -
saat jam istirahat sekolah Sering - -
Jarang 5 12%
T. Pernah 36 88%
Jumlah responden 41 100%
23 Saya kurang memperhatikan pelajaran Selalu 2 5%
saat guru sedang mengajar Sering 5 12%
Jarang 25 61%
T. Pernah 9 22%
Jumlah responden 41 100%
24 Saya belajar kelompok bersama Selalu 5 12%
teman-teman setelah pulang sekolah Sering 4 10%
Jarang 21 51%
T. Pernah 11 27%
Jumlah responden 41 100%
25 Saya kurang menghargai waktu Selalu 1 2%
disekolah Sering 2 5%
Jarang 12 29%
T. Pernah 26 63%
Jumlah responden 41 100%
INSTRUMEN WAWANCARA

Berita Wawancara Untuk Bagian Kesiswaan


Yang di wawancarai : Bpk. Nurhadi, S.Pdi

Jabatan : Waka. Bidang Kesiswaan

Hari/ tanggal : Senin, 02 September 2013

Tempat : Perpustakaan

Pertanyaan

1. Sejak kapan sistem poin diterapkan di MTs Annajah? Atas ide siapa?
2. Apa kelebihan dan kekurangan sistem poin yang dirasakan selama ini?
3. Kendala-kendala apa saja yang ditemui oleh bapak dalam upaya menerapkan
disiplin di madrasah ini?
4. Upaya apa yang ditempuh untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut?
5. Menurut bapak apakah penerapan sistem poin sudah efektif atau belum dalam
menegakkan kedisiplinan siswa di Madrasah ini?
6. Apakah penerapan poin (reward and punishment) di sekolah ini memiliki andil
atau peran dalam upaya membentuk karaktek disiplin siswa?
7. Menurut pendapat bapak, apakah penerapan poin bagi siswa yang melakukan
pelanggaran akan menimbulkan efek jera?

Yang diwawancarai Yang mewawancarai

……………………. ……………………..
Jawaban

1. MTs Annajah menerapkan peraturan sistem poin sejak tahun 2007-2008 yaitu
saat kepala sekolah (Drs. H Sam’unal Ghozi) baru menjabat. Tetapi sistem ini
mulai efektif tahun 2012-2013. Sistem poin yang diterapkan di MTs Annajah
mengadopsi dari SDI Annajah.
2. Kelebihan sistem poin antara lain siswa lebih terkontrol atau terarah.
Sedangkan kekurangannya ialah jika tidak dilaksanakan akan jadi boomerang,
karena dalam hal ini semua pihak harus terlibat. Sistem poin tidak akan berjalan
tanpa kerjasama semua guru.
3. Ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain:
a. pertama ialah dari siswa itu sendiri, ada siswa yang menjadikan
peraturan-peraturan sekolah sebagai beban sehingga mereka merasa
terbebani, takut dan tidak nyaman dengan peraturan-peraturan yang ada.
b. Yang kedua ialah dari wali murid yang tidak terima jika anaknya diberi
sanksi / hukuman dari pelanggaran yang telah dilakukan anak tersebut.
Tak jarang anak bercerita kepada orang tua mereka dengan berlebih-
lebihan, tidak apa adanya. Sehingga seringkali wali murid yang marah/
tidak terima kepada guru yang telah memberi sanksi anaknya.
c. Yang terakhir yaitu kendala dari guru yang tidak berpartisipasi/ cuek
dalam menerapkan peraturan sistem poin sehingga tidak terjalinnya
kerjasama yang baik antar guru sebagai penegak peraturan
4. Solusi-solusi dari kendala tersebut ialah pertama anak harus diberi pengarahan
bahwa segala sikap yang dilakukannya akan menimbulkan akibat. Guru
bertugas memberi pengarahan sikap yang baik dan tidak baik serta akibatnya.
Siswa sendiri yang memilih sikap apa yang akan dia lakukan. Selain itu guru
tidak lupa memberi keteladanan yang baik bagi siswanya, salah satunya dengan
disiplin dan taat peraturan. Dan jika ada wali murid yang tidak terima dengan
sanksi yang diterima anaknya, maka mudah saja solusinya. Guru hanya
memperlihatkan bukti-bukti pelanggaran yang dilakukan anaknya serta
memberi penjelasan dan nasehat agar orang tua tidak membenarkan/ membela
anak yang salah. Dan untuk para guru diharapkan kerjasama dan partisipasinya
dalam penegakkan disiplin ini.
5. Penerapan sistem poin tahun ini sudah mulai berjalan efektif karena siswa
sudah terlihat lebih tertib, disiplin dan intensitas pelanggaran sudah berkurang.
6. Jelas, sangat memiliki andil dalam membentuk karakter disiplin siswa. Tetapi
tidak semua siswa. Ada yang takut dan banyak juga yang sudah sadar akan
pentingnya disiplin.
7. Iya, karena jika di hitung kira-kira dari 100% hanya 2 % saja siswa yang tidak
peduli dengan peraturan sistem poin ini. Karena peraturan sistem poin ini
mencakup seluruh aspek di Mts Annajah. Mulai dari siswa datang ke sekolah
sampai pulang ke rumah mereka masing-masing. Dan selama siswa berada di
lingkungan sekolah maka sistem poin ini berlaku.
Berita Wawancara Untuk Guru

Yang diwawancarai : Farida indriani, S.Psi


Jabatan : Guru BP
Hari/tanggal : Selasa, 29 Agustus 2013
Tempat : UKS

Pertanyaan

1. Menurut pendapat ibu, apakah penerapan sistem poin bagi siswa yang
melakukan pelanggaran akan menimbulkan efek jera?
2. Pelanggaran apa saja yang paling sering siswa lakukan dan berapakah poin
yang akan mereka dapat?
3. Apakah ada siswa yang dikeluarkan karena poin (punishment) yang mereka
dapat sudah banyak? Apa hanya gertakan saja?
4. Apakah dengan adanya poin dapat berpengaruh atau membentuk karakter
disiplin siswa? Apakah hanya karena takut akan mendapat poin?
5. Bagaimana pendapat ibu, Apakah penerapan poin ini sudah efektif dalam
menegakkan kedisiplinan di madrasah ini?
6. Apa saja bentuk reward yang diberikan sekolah terhadap siswa yang berprestasi
atau disiplin?

Yang diwawancarai Yang mewawancarai

……………………. ……………………..
Jawaban

1. Ya, sebagian siswa merasa jera dengan poin berikut sanksi yang mereka terima
tetapi ada juga siswa yang tidak merasa jera. Poin yang diterima siswa akan
ditempelkan di madding kelas masing-masing, sehingga guru dan siswa tahu
siapa yang mendapatkan poin terbanyak dan tidak. Dari daftar poin yang
ditempel di masing-masing kelas akan terlihat tingkat kedisiplinan masing-
masing peserta didik.
2. Pelanggaran yang paling sering dilakukan siswa yaitu terlambat datang ke
sekolah akan mendapat poin 5 -30 plus menghapal surat-surat pilihan sesuai
dengan kelas, keluar kelas saat ganti jam pelajaran akan mendapat poin 10 plus
peringatan, tidak mengikuti shalat berjamaah mendapat poin 15 plus peringatan,
membuat gaduh di kelas saat KBM dengan poin 25-40 plus peringatan,
pemberian tugas dan diskors di kelas lain serta pelanggaran tidak membawa
perlengkapan shalat akan mendapat poin 10 plus peringatan.
3. Ada, sudah ada 2 siswa yang di keluarkan karena pelanggaran yang dilakukan
siswa sangat berat dan banyak. Tetapi sekolah tidak langsung mengeluarkan
siswa. Kita panggil orang tuanya terlebih dahulu untuk mendiskusikan
pelanggaran yang dilakukan siswa.
4. Tentu dengan diterapkannya sistem poin yang memiliki peraturan dan sanksi
yang jelas dan bersifat tegas maka sedikit demi sedikit karakter disiplin siswa
akan terbentuk dengan berbagai proses. Dari yang awalnya terpaksa mengikuti
peraturan, takut dimarahi orang tua, malu dicemooh teman bila mendapat poin
sampai kepada kesadaran diri mereka, semua butuh proses. Sistem poin pun
dari tahun ke tahun terus kami evaluasi dan perbaharui untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik lagi.
5. Untuk saat ini kami merasa penerapan sistem poin sudah cukup efektif. Hal ini
bisa dilihat dari sedikitnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan peserta
didik.
6. Reward yang berikan macam-macam sesuai dengan prestasi siswa. Terkadang
sekolah memberikan penghargaan berupa sertifikat kepada siswa yang juara
dalam perlombaan, tetapi biasanya siswa diberi poin (reward). Apabila siswa
memiliki poin (reward), siswa tersebut mendapat kompensasi berupa tidak
mengikuti remedial mata pelajaran tertentu.
Berita Wawancara Untuk Siswa

Yang diwawancarai : Muhammad Irsal

Kelas : IX 4

Hari/tanggal : Selasa, 02 September 2013

Tempat : Kelas

Pertanyaan

1. Menurut kamu, hukuman dengan poin dapat membuat efek jera atau tidak?
Jelaskan alasanmu!
2. Yang kamu tahu, sistem poin (reward & punishment) seperti apa?
3. Apa yang kamu rasakan jika melakukan suatu pelanggaran dan mendapatkan
poin dari guru?
4. Apakah kamu akan bersikap lebih baik/ disiplin jika poin yang kamu dapat
sudah begitu banyak? Ataukah kamu tidak peduli dengan poin tersebut?
5. Apa kamu pernah mendapatkan poin (reward) dari sekolah?
6. Apakah kamu setuju dengan penerapan sistem poin di sekolah? Apa alasanmu!

Yang diwawancarai Yang mewawancarai

……………………. ……………………..
Jawaban

1. Iya, karena pelanggaran yang kita lakukan akan diberi poin dan bertambah
setiap kali melakukan pelanggaran. Jika poin yang kita dapatkan sudah banyak
maka akan berat pula sanksi yang akan kita terima. Sudah diberi sanksi dan
poin di sekolah dan dicemooh teman-teman, dirumah pun akan dimarahi orang
tua.
2. Sistem poin punishment itu kebijakan sekolah yang apabila siswa melanggar
peraturan/ tata tertib akan diberikan poin berupa angka dengan sanksi sesuai
dengan pelanggaran. Sedangkan poin reward yaitu poin berupa angka yang
diberikan kepada siswa yang berprestasi, menang atau mengikuti perlombaan
atau berkelakuan baik (tidak melakukan pelanggran) selama semester.
3. Yang saya rasakan ketika mendapat poin adalah malu pada teman-teman dan
menyesal telah melakukan pelanggaran.
4. Iya, insyaallah akan bersikap lebih baik dan disiplin supaya tidak membuat
malu dan mengecewakan orang tua. Karena bila poin sudah banyak atau
melakukan pelanggaran yang berat maka sekolah akan memanggil orang tua.
5. Belum pernah, tapi insyaallah saya akan lebih disiplin dan meningkatkan
prestasi supaya saya mendapat poin (reward) dari sekolah.
6. Saya setuju dengan adanya kebijakan sistem poin di sekolah supaya siswa
memiliki batasab-batasan jika melakukan pelanggaran, ada kejelasan tentang
catatan pelanggaran, siswa bisa sadar dan tahu pelanggaran yang dilakukannya.
TATA TERTIB SEKOLAH SISTEM POIN
(REWARD & PUNISHMENT)
MTS ANNAJAH

PELANGGARAN (PUNISHMENT)
A. Kehadiran
No Kode Jenis Pelanggaran Point Sanksi
Terlambat 1 kali selama satu Peringatan, menghapal ayat al
1 A.1 5
semester qur'an
kls 1: Menghafal surat Ar-rahman
5 ayat berkelanjutan
Kls 2 : Menghafal Surat Al-
waqiah 5 ayat berkelanjutan
kls 3: Menghafal surat Al-Mulk 5
ayat berkelanjutan
Terlambat 2 kali selama satu Tidak boleh mengikuti 1 Jam,
2 A.2 15
semester menghapal ayat al qur'an
Sanksi
Kls 2 : Menghafal Surat Al-
waqiah 5 ayat berkelanjutan
kls 3: Menghafal surat Al-Mulk 5
ayat berkelanjutan
Terlambat 3 kali dan seterusnya
3 A.3 30 Dipulangkan & diberi tugas
selama 1 semester
kls 1: Menghafal surat Ar-rahman
5 ayat berkelanjutan
Kls 2 : Menghafal Surat Al-
waqiah 5 ayat berkelanjutan
kls 3: Menghafal surat Al-Mulk 5
ayat berkelanjutan
4 A.4 Alpa 1 kali 15 Peringatan Guru BP/Piket
5 A.5 Alpa 2 Kali 30 Diberi tugas kelas khusus
Pemanggilan orang tua & diberi
6 A.6 Alpa 3 kali 50
tugas
B. Kerapihan
No Kode Jenis Pelanggaran Point Sanksi
1 kali tidak seragam (baju/
1 B.1 10 Peringatan
celana/Rok/Badge/dasi/kaoskaki)
2 kali tidak seragam
2 B.2 (baju/celana/rok/Badge/dasi/kaos 20 Ganti seragam yang benar
kaki )
3 kali tidak seragam
3 B.3 (baju/celana/rok/Badge/dasi/kaos 50 Dipulangkan
kaki )
Sepatu tidak sesuai warna
4 B.4 10 Sepatu dilepas/ditahan wali kelas
standard (1x)
Sepatu tidak sesuai warna Sepatu ditahan sekolah / diambil
5 B.5 20
standard (2x) orang tua
6 B.6 Kuku panjang/di cat cutek 10 Dipotong/Dikerik
Siswa laki-laki pakai
7 B.7 10 Diambil
gelang,kalung
8 B.8 1 kali Baju Dikeluaran 5 Diperingatkan
9 B.9 2 kali Baju dikeluarkan 10 Diambil
10 B.10 3 kali baju dikeluarkan 30 Diambil
Melepas jilbab dilingkungan
11 B.11 5 Diperbaiki
sekolah
12 B.12 kaos dalaam berwarna 50 Diambil
1 kali celana pensil dan rok
13 B.13 15 Diberikan peringatan
menggantung
2 kali celana pensil dan rok
14 B.14 30 Digunting 25 cm
menggantung
15 B.15 Rambut tidak sesuai standard 10 Digunting
Seragam,sepatu,dasi dan tas
16 B.16 20 Diganti
dicoret-coret
Siswa Putri wajib memakai
17 B.17 25 Diperingatkan
ladging

C. Sikap/ akhlak/ prilaku


No Kode Jenis Pelanggaran Point Sanksi
1 C.1 Berbahasa tidak sopan lisan/tulisan 10 Peringatan
2 C.2 Berkelahi karena membela diri 25 Peringatan
3 C.3 Berkelahi sebagai pemicu 50 Pemanggilan orang tua
4 C.4 Mengancam teman 25 Peringatan
5 C.5 Membuat gaduh dikelas saat KBM 1x 25 Peringatan
Pemberian tugas di kelas
6 C.6 Membuat gaduh dikelas saat KBM 2x 30
lain
7 C.7 Membuat gaduh dikelas saat KBM 3x 40 Diskors dikelas lain
8 C.8 Memeras/memalak teman 1 x 30 Denda 10 x lipat
Denda 10x lipat dan
9 C.9 Memeras/memalak teman 2 x 50
Pemanggilan orang tua
Minta maaf didepan
10 C.10 Manggil/memelesetkan nama orang tua 15
kelas
11 C.11 Mencuri/mengambil barang orang lain 1x 30 Pemanggilan orang tua
12 C.12 Mencuri/mengambil barang orang lain 2x 50 Skorsing 2 hari
Dikembalikan ke orang
13 C.13 Mencuri/mengambil barang orang lain 2x 150
tua
Membersihkannya
14 C.14 Mengotori sarana prasarana sekolah 10
kembali
Merusak barang milik sekolah dan orang
15 C.15 10 Menggantinya
lain
Memungut sampah
16 C.16 Membuang sampah sembarangan 10
sebanyak 10
17 C.17 Prilaku tak sopan pada guru/karyawan 20 Peringatan & minta maaf
18 C.18 Bercanda saat shalat jamaah 20 Peringatan
19 C.19 Merokok 50 Panggil orang tua
Dikembalikan ke orang
20 C.20 Terlibat obat terlarang 150
tua
21 C.21 Penggelapan uang SPP 30 Panggil orang tua
22 C.22 Tidak menyampaikan surat dari sekolah 10 Peringatan
23 C.23 Membawa senjata tajam 10 Peringatan
24 C.24 Bawa VCD, gambar,buku (pornografi) 50 Disita, panggil orang tua
Ditahan 1 hari, dan
25 C.25 Membawa HP 1x 20
membuat surat perjanjian
26 C.26 Membawa HP 2 x 40 Disita
27 C.27 Berbohong pada guru / karyawan 20 Peringatan
Dikembalikan ke orang
28 C.28 Pembuat dan Pelaku Video Porno 300
tua
Dikembalikan ke orang
29 C.29 Penyebar Video Porno 300
tua
30 C.30 1 kali Membawa alat dan berjudi 35 Dipanggil orang tua
31 C.31 2 kali Membawa alat dan berjudi 35 Diskors
Mengeluarkan kata-kata/gambar yang
32 C.32 melanggar etika dengan menggunakan 100 Panggilan orang tua
jejaring sosial
33 C.33 Pelecehan sexsual 100 Panggilan orang tua
34 C.34 Terlibat Tawuran 300 Dikeluarkan
35 C.35 Berpacaran di sekolah atau di luar sekolah 100 Panggilan orang tua
Membawa kendaraan bermesin roda 2 atau
36 C.36 100 Panggilan orang tua
roda 4 ke sekolah

D. Kedisiplinan
No Kode Jenis Pelanggaran Point Sanksi
Peringatan/menyelesaikan
1 D.1 Tidak mengerjakan tugas 1 x 5
tugas
Mengerjakan tugas 3 x
2 D.2 Tidak mengerjakan tugas 2 x 10 lipat
Surat pemberitahuan pada
3 D.3 Tidak mengerjakan tugas 3 x 20
orang tua , kelas khusus
4 D.4 Tidak mengerjakan tugas 4 x 50 Pemanggilan orang tua
5 D.5 Keluar kelas saat ganti jam pelajaran 10 Peringatan
6 D.6 Makan saat jam belajar 10 Peringatan
Tidak mengikuti kegiatan Exschool 1
7 D.7 25 Peringatan
x
Tidak mengikuti kegiatan Exschool 2
8 D.8 30 Pemberitahuan Orang tua
x
Tidak mengikuti kegiatan Exschool 3
9 D.9 50 Pemanggilan orang tua
x
10 D.10 Bercanda saat upacara 20 Berdiri didepan barisan
11 D.11 Jajan diluar gerbang sekolah 10 Peringatan
12 D.12 Tidak mengikuti shalat jamaah 15 Peringatan
13 D.13 Membawa mainan ke sekolah 10 Disita
14 D.14 Tidak membawa perlengkapan shalat 10 Peringatan
Tidak boleh membawa jajanan
15 D.15 20 Peringatan
kedalam kelas
Tidak Boleh membawa dan memakan
16 D.16 10 Peringatan
permen karet

E. Sanksi Kolektif
Bagi siswa yang melanggar tata tertib sistem poiini akan diberikan sanksi
kolektif sebagai berikut:
1. Poin maksimal 100 pemanggilan orang tua
2. Poin maksimal 200 siswa di skors 2 hari
3. Poin maksimal 300 siswa dikembalikan ke orangtua siswa
REWARD (Diberikan Per-Akhir Semester)

A. Kehadiran
No Kode Jenis Kegiatan Reward
1 A.1 Tidak pernah terlambat 20
2 A.2 Tidak pernah absen (s, i, a) 20

B. Kerapihan
No Kode Jenis Kegiatan Reward
1 B.1 Selalu rapih memakai seragam yang benar 20

C. Sikap/ akhlaq/ perilaku


No Kode Jenis Kegiatan Reward
1 C.1 Berbahasa sopan (lisan/tulisan) 20
2 C.2 Selalu berperilaku sopan santun saat KBM 20
berlangsung

D. Kedisiplinan
No Kode Jenis Kegiatan Reward
1 D.1 Selalu mengerjakan tugas 10
2 D.2 Selalu mengikuti ekskul 10
3 D.3 Selalu sholat berjamaah 20

E. Prestasi
No Kode Jenis Kegiatan Reward
1 E.1 Mengikuti lomba tingkat kecamatan 20
2 E.2 Juara kecamatan (1,2 dan 3) 30
3 E.3 Mengikuti lomba tingkat kodya/ kabupaten 30
4 E.4 Juara lomba tingkat kodya/ kabupaten (1,2 dan 3) 50
5 E.5 Mengikuti lomba tingkat provinsi 50
6 E.6 Juara lomba tingkat provinsi (1,2 dan 3) 100
7 E.7 Mengikuti lomba tingkat nasional 100
8 E.8 Juara lomba tingkat nasional (1,2 dan 3) 200
9 E.9 Mengikuti lomba tingkat internasional 250
10 E.10 Juara lomba tingkat internasional (1,2 dan 3) 500

Jakarta, 22 Agustus 2013


Kepala Madrasah

Drs. Sam’unal Ghozi


BIODATA PENULIS

Penulis lahir di Cilegon, 30 Maret 1992


sebagai anak ke empat dari lima bersaudara, dari
keluarga Bapak Hidayat Asgari dan Ibu Syamsiah
yang beralamat di Jl. Ir Sutami RT/RW 01/01
kampung Kapudenok Masjid Kec. Citangkil Kota
Cilegon, Banten.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN
Kubang Lesung (1997-2002) dan MTs di MTsN Ciwandan (2003-2005) kota
Cilegon. Tamat Tsanawiyah nyantri di Pondok Modern Al Furqon, Tegal
Cabe, Cilegon selama tiga tahun (2006-2008) setelah itu mengabdi selama
setahun di Pondok Modern Al Furqon yang dipimpin oleh K. H Lukman
Harun pada tahun 2009. Lalu melanjutkan studi di Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Agama Islam, selesai tahun 2014.
Pengalaman mengajar berawal saat penulis menjadi guru pengabdian di
Pondok Modern Al Furqon dengan menjadi guru diberbagai mata pelajaran,
antara lain Bahasa Inggris, Ilmu Faroidh atau Mawaris, Mutholaah, Ilmu Falak
dan lain sebagainya di tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Selama
duduk dibangku perkuliahan penulis juga mengikuti kegiatan membaca
alqur’an dengan metode qiraati di Masjid Fathullah yang pembinaannya ba’da
magrib dan dimulai sejak semester tiga dan akhirnya lulus tashih pada semester
empat lalu menjadi guru qiraati di TPQ Masjid Fathullah sampai lulus kuliah.
Demikianlah biodata penulis ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Untuk
informasi lebih lanjut bias melalui email: fitri_annur92@yahoo.com atau no
HP: 087774543484.

Anda mungkin juga menyukai