Anda di halaman 1dari 85

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PERILAKU

MENYONTEK SISWA DI SMA N 1 SITUJUH LIMO NAGARI


KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Strata Satu pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling Fakultas Tarbiyah
Dan Ilmu Keguruan

Oleh:

NAFIZA ILMI
2614.179

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
1440 H / 2019 M
ABSTRAK

Skripsi Ini dengan judul Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap


Perilaku Menyontek Siswa di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari. Ditulis Oleh
Nafiza Ilmi Nim: 2614.179 Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.
Tingkat motivasi berprestasi yang tinggi cenderung lebih percaya diri dan mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan lebih baik dan cenderung menolak
melakukan perbuatan menyontek. Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena
terindikasi beberapa siswa yang motivasi berprestasinya bagus tapi perilaku
menyonteknya tinggi, siswa yang perilaku menyonteknya tetapi motivasi
berprestasinya rendah, ada siswa yang jarang mengerjakan ulangan dengan serius,
ada siswa yang kurang yakin dengan jawaban sendiri dan mengganti dengan
jawaban temannya, beberapa siswa menggunakan waktu luang untuk bermain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi
berprestasi terhadap perilaku menyontek.
Penelitian ini tergolong pada penelitian korelasi yaitu menghubungkan dua buah
variabel yang berbeda. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di
SMA N 1 Situjuh Limo Nagari dengan jumlah 194 orang. Sampel penelitian
sejumlah 49 orang siswa yang diambil dengan menggunakan teknik Nonprobality
Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen angket Skala Likert
dan teknik analisis data menggunakan statistik sederhana. Pengkorelasian variabel
penelitian menggunakan rumus r Product Moment, dengan teknik analisis data
menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) Versi 16.0.
Hasil korelasi dapat diketahui rhitung sebesar -0,317, sementara itu dari rtabel dengan
degree of freedom (df) = N - Nr, maka 49 - 2 = 47 diperoleh angka 0,235 pada
taraf signifikansi 0,05. Ini artinya bahwa -0,317 > 0,288, sehingga hipotesis
penelitian Ho ditolak dan Ha diterima, maka diperoleh gambaran bahwa terdapat
pengaruh motivasi berprestasi terhadap perilaku menyontek siswa di SMA N 1
Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota dalam korelasi “rendah”
dengan nilai korelasi rxy -0.317 yang terletak antara 0.20 – 0.399. Setelah
melakukan perhitungan maka diperoleh nilai koefisien determinasi = 10,04%.
Berdasarkan nilai tersebut dapat diartikan variansi variabel perilaku menyontek
dipengaruhi sebesar 10,04% oleh motivasi berprestasi, dan selebihnya ditentukan
oleh faktor lain. Dan hasil uji regresinya yaitu kontribusi motivasi berprestasi
terhadap perilaku menyontek sebesar 10,0% dengan Fhitung 5,236 serta Sig 0,005 <
0,27 artinya variabel X motivasi berprestasi dapat dipengaruhi perilaku
menyontek secara signifikan.
Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada siswa-siswa SMA N 1 Situjuh Limo
Nagari untuk selalu meningkatkan Motivasi Berpretasi agar memiliki keyakinan
akan kemampuan yang dimiliki terutama dalam mengerjakan tugas, ulangan dan
ujian, sehingga menolak untuk melakukan perbuatan menyontek. kepada peneliti
sendiri semoga apa yang sudah ditulis dapat menambah wawasan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Perilaku

Menyontek di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota”.

Shalawat dan salam peneliti ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang diridhai Allah SWT.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dan prosedur

memperoleh gelar sarjana pendidikan strata satu pada jurusan bimbingan

konseling. Dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak memperoleh bantuan dari

berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh

karena itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

keluarga peneliti Ibu (Yuliarti), Ayah (Alimin) dan saudara peneliti

(Muhammad Zikri, Ilham Akbar, Faizul Akbar dan Salman Alfarisy), yang

telah mencurahkan kasih sayang, dan perjuangan yang tak kenal lelah untuk masa

depan dan kehidupan peneliti, selanjutnya peneliti sampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Bukittinggi beserta para Wakil Rektor.


2. Bapak Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc., M.Ag selaku Dekan Fakultas

Tarbiyah beserta para Wakil Dekan Fakultas.

3. Ibu Alfi Rahmi, M.Pd, selaku Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling

yang telah memberikan fasilitas, sarana, dan segala kebutuhan

perkuliahan, sehingga peneliti dapat menimba ilmu di kampus

tercinta.

4. Bapak Drs. Khairuddin, M.Pd, beserta bapak Budi Santosa, S.Ag,

M.Pd sebagai pembimbing skripsi peneliti, yang telah mengarahkan,

membimbing, dan mengoreksi, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini sesuai kaidah ilmiah yang berlaku.

5. Bapak dan ibu Dosen serta karyawan dan karyawati IAIN Bukittinggi

yang telah membekali peneliti dengan berbagai pengetahuan.

6. Bapak dan ibu pimpinan serta karyawan dan karyawati perpustakaan

IAIN Bukittinggi yang telah menyediakan fasilitas kepada peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala sekolah, wakil kesiswaan, majelis guru, karyawan, serta

siswa/siswi SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh

Kota yang telah memberikan fasilitas kepada peneliti untuk

melakukan penelitian.

8. Rekan-rekan seperjuangan terkhusus PBK E 2014 yang telah

memberikan sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penulisan

skripsi ini sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.
Atas segala bantuan yang telah diberikan peneliti ucapkan terimakasih,

semoga apa yang telah diberikan itu dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang

setimpal, akhirnya kepada Allah SWT peneliti berserah diri dan mohon ampun

dari dosa dan kekhilafan.

Bukittinggi, 2019

Nafiza Ilmi

NIM. 2614.179
DAFTAR ISI

COVER

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN TIM PENGUJI

SURAT PERNYATAAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 9
C. Batasan Masalah ............................................................................ 10
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian........................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian......................................................................... 11
G. Penjelasan Judul ............................................................................ 12
H. Sistematika Penulisan.................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Motivasi Berprestasi ...................................................................... 16


1. Pengertian Motivasi ............................................................... 16
2. Pengertian Motivasi Berprestasi ............................................ 18
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi ...... 19
4. Indikator Motivasi Berprestasi ............................................... 24
B. Perilaku Menyontek ...................................................................... 25
1. Pengertian Menyontek ........................................................... 25
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyontek ...................................... 26
3. Penyebab Perilaku Menyontek .............................................. 28
4. Cara mengatasi Perilaku Menyontek ..................................... 29
5. Indikator Perilaku Menyontek................................................ 31
C. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Perilaku Menyontek .... 33
D. Penelitian yang Relevan ................................................................ 36
E. Kerangka Konseptual .................................................................... 38
F. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 41


B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 42
D. Tahap Penelitian ............................................................................ 46
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 47
F. Teknik Analis Data........................................................................ 53
BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi hasil penelitian .............................................................. 58


B. Uji persyaratan analisis ................................................................. 64
C. Uji hipotesis................................................................................... 67
D. Pembahasan ................................................................................... 71
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 75
B. Saran ............................................................................................. 75
DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu dilahirkan dengan berbagai macam kebutuhan.

Kebutuhan individu berupa kebutuhan fisik dan psikis. Kebutuhan fisik

adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi jasmaniah dan

keseimbangan hidupnya seperti, makan, minum, sandang dan papan.

Disamping itu individu juga memiliki kebutuhan psikis segala sesuatu

yang dapat mempengaruhi keseimbangan jiwa dan perasaan seseorang.

Kebutuhan psikis ini membantu individu untuk mencapai tujuan hidup

individu itu sendiri. Salah satu kebutuhan psikis ini adalah kebutuhan

mendapatkan prestasi, kebutuhan prestasi dapat diperoleh juga melalui

pendidikan.

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 menjelaskan

bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Tujuan diatas dapat dicapai salah satunya dengan mengembangkan

dan meningkatkan mutu serta daya saing dalam pembelajaran disekolah-

1
Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 1, h. 2
sekolah. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran di sekolah yang dilakukan

harus selalu mengacu pada tujuan undang-undang.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pendidikan yang dijalani seseorang seharusnya dapat memberi peluang

untuk seseorang mengembangkan segala potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, kepribadian, ahklak mulia dan memiliki

keterampilan untuk dapat hidup layak. Dan pendidikan juga merupakan

suatu proses belajar untuk mendapatkan perubahan-perubahan pada diri

individu, yang berguna untuk kehidupannya.

Maka dari itu seseorang harus memiliki usaha yang terencana agar

dapat melaksanakan proses pendidikan dengan penuh tanggung jawab dan

bersikap jujur. Seseorang yang jujur akan menjalani pendidikan dengan

perencanaan yang matang, sehingga dengan perencanaan yang matang

dapat menjadikan seseorang yang percaya diri, jujur dan tidak melakukan

kecurangan dalam pendidikan dengan cara monyontek.

Perilaku menyontek sering dikaitkan dengan kecurangan karena

merugikan tidak hanya bagi diri sendiri tetapi orang lain. Menyontek

adalah kegiatan menghilangkan nilai-nilai yang berharga dengan

melakukan ketidakjujuran atau penipuan.2

Allah berfirman dalam Qur‟an Surat Al-Hujurat ayat 18:

  

 

2
Dody Hartono, Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya,
(Yogyakarta, 2011). hal.11
  

 

 

Artinya : Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit

dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah maha mengetahui

apa yang kita lakukan bahkan yang tidak diketahui oleh orang lain. Setiap

pekerjaan yang kita lakukan selalu dalam pengawasan Allah SWT. Setiap

perbuatan yang kita lakukan akan dicatat oleh malaikat dan dipertanggung

jawabkan diakhirat nanti.

Allah akan memberikan balasan surga pada orang-orang yang selalu

jujur dan berkata benar, Allah tidak menyukai orang yang tidak jujur dan

suka berbohong, sama seperti perilaku menyontek.

Menurut Kelly R. Taylor mengatakan perilaku menyontek adalah

mengikuti ujian dengan jalan yang tidak jujur, menjawab pertanyaan

dengan cara yang tidak semestinya.3

Menurut Pincus dan Schmelkin mengatakan bahwa perilaku

menyontek dilakukan dengan cara membuat catatan, melihat pekerjaan

teman yang lain (mencuri) atau membuat istilah dalam suatu kertas.4

Perilaku menyontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak

jujur, curang dan menghalalkan berbagai cara untuk mencapai nilai yang

3
Dody Hartono, Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya,
(Yogyakarta, 2011). hal.12
4
Dody Hartono, Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya,
(Yogyakarta, 2011). hal.7
terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran. Dapat

diketahui, perilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian adalah mengambil

jawaban dari soal-soal ujian dengan cara yang tidak dibenarkan dalam tata

tertib ujian.

Siswa melakukan perilaku menyontek ini disebabkan karna belum

siap menghadapi ulangan, kurang percaya dengan kemampuan sendiri dan

takut akan nilai yang tidak tuntas nantinya.

Faktor lain yang menyebabkan siswa melakukan perilaku menyontek

ialah takut mengalami kegagalan sehingga siswa melakukan perbuatan

menyontek, faktor tuntutan orang tua untuk memperoleh nilai atau

peringkat kelas yang baik sehingga siswa terpengaruh untuk menyontek

yaitu harus dapat prestasi atau nilai yang tinggi.

Bentuk perilaku menyontek adalah dimana siswa menyalin, melihat,

atau meminta jawaban dari orang lain, perilaku berbuat curang ini

disebabkan karna kurangnya kesadaran pada diri siswa tentang pentingnya

belajar. Pada kegiatan menyontek tersebut, terlihat bahwa siswa lebih

banyak memilih cara menyontek lebih banyak melihat jawaban teman

pada saat ulangan berlangsung, bentuk lain yang digunakan siswa dalam

menyontek adalah meminta jawaban kepada teman, baik melalui

pemberian kode nonverbal maupun tulisan.

Perilaku menyontek disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya

yaitu motivasi berprestasi yang rendah. Siswa yang memiliki motivasi

yang rendah diketahui sering terlibat dengan masalah menyontek.


Hubungan antara perilaku menyontek dengan motivasi berprestasi

diungkapkan oleh Pintrich Bong ia mengatakan bahwa siswa yang tidak

memiliki motivasi berprestasi dalam belajar menjadi gejala yang muncul

pada perilaku menyontek siswa dan siswa yang memiliki motivasi

berprestasi akan berusaha menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang

diberikan kepadanya melalui usahanya sendiri dengan sebaik-baiknya.

Siswa yang menyontek sering menunjukkan perilaku motivasi belajar yang

rendah. Siswa dengan motivasi belajar yang rendah dapat menemui

menemui berbagai macam kesulitan dalam belajar. Siswa yang diketahui

memiliki motivasi belajar yang rendah memiliki tingkat pengetahuan dan

pemahaman yang tidak memadai dalam menyelesaikan tes.5

Setiap individu atau pelajar menginginkan motivasi berprestasi yang

baik, karna keinginan untuk berprestasi tersebut, segala carapun dilakukan

baik itu positif maupun negatif. Cara positifnya bisa melalui belajar

dengan tekun dan jujur serta percaya diri saat mengerjakan ujian atau tes

akademik lainnya, sedangkan cara negatifnya adalah dengan menyontek

atau meniru pekerjaan orang lain. Selain keinginan untuk berprestasi,

banyak lagi alasan yang menyebabkan seseorang menyontek, misalnya

ingin menghindari kegagalan, tekanan dari teman sebaya maupun dari

orang tua, dan tidak percaya diri ketika mengikuti ujian. Siswa mempunyai

persepsi bahwa prestasi itu adalah sebuah keberuntungan dan mempresepsi

menyontek merupakan hal yang sudah biasa. Pelajar yang telah terbiasa

5
Dody Hartono, Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya,
(Yogyakarta, 2011). hal.26
melakukan perilaku menyontek akan sangat sulit untuk meninggalkannya

karna sudah tidak ada lagi rasa takut di dalam dirinya.

Siswa yang motivasi berprestasi yang rendah justru akan

menyelesaikan pekerjaan yang diberikan dengan apa adanya. Hal ini karna

munculnya kepercayaan diri yang rendah dari siswa bersangkutan pada

saat menyelesaikan tugas atau ujian yang diberikan kepadanya. Siswa

yang menyontek sering menunjukkan perilaku motivasi berprestasi yang

rendah.

Menurut Hoy dan Miskel motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang

komplek, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-

pernyataan, ketegangan (Tension States), atau mekanisme-mekanisme

lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke

arah pencapaian tujuan-tujuan personal.6

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Motivasi adalah

segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan

sesuatu.

Kurangnya motivasi berprestasi yang dimiliki individu

menjadikannya cendrung melakukan perilaku menyontek, hal ini

disebabkan karna individu tersebut tidak bersungguh-sungguh dalam

menjalani segala sesuatunya seperti dalam menghadapi ujian disekolah.

Menurut Atkinson seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang

tinggi pada umumnya harapan akan suksesnya selalu mengalahkan rasa

6
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Kencana,
2008),hal.184
takut akan kegagalan. Ia selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap

apa yang dihadapinya, sehingga setiap saat selalu termotivasi untuk

mencapai tujuannya.7

Kebutuhan berprestasi disebut kebutuhan motivasi berprestasi.

Motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk

mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai dengan yang ditetapkan

oleh siswa itu sendiri.8 Motivasi berprestasi merupakan penggerak pada

diri individu untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi, dengan target yang

telah ditetapkan oleh individu itu sendiri, dan maka individu harus

bertanggung jawab dengan tingkat keberhasilan yang akan dicapainya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi

berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada diri individu untuk

mendapatkan prestasi yang tinggi, sesuai dengan yang diinginkan.

McClelland menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi

berprestasi yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sebuah prefensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat

kesulitan moderat.

b. Menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena

upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karna faktor-faktor lain,

seperti kemujuran misalnya.

7
Djaali, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara. 2006), hal. 106
8
Reni Akbar-Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta : PT Grasindo,
2001) hal.87
c. Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan

mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.9

Agar motivasi berprestasi dapat tumbuh pada diri individu, maka

dibutuhkan usaha untuk meningkatkannya. Salah satu cara yang dapat

dilakukan oleh guru yaitu dengan cara memberikan motivasi belajar agar

siswa siap dalam menghadapi soal ulangan atau ujian yang diberikan oleh

guru disekolah.

Pada kenyataannya motivasi berprestasi yang dimiliki oleh seseorang

cenderung sering mengalami penurunan dan di waktu lain mengalami

peningkatan. Motivasi berprestasi yang dimiliki seseorang idealnya selalu

mengalami kemajuan sehingga akan mempercepat apa yang

diinginkannya. Hal inilah yang kurang dimiliki oleh siswa untuk selalu

meningkatkan motivasi berprestasinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran tanggal 10

April 2018 di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.

Peneliti mendapatkan keterangan bahwa ada sebagian siswa yang

menyontek pada saat ulangan harian, seperti menggunakan catatan-catatan

kecil, memasukan buku kedalam laci dan melihat kertas ulangan teman,

dengan alasan siswa tersebut kurang memahami mata pelajaran yang di

ulangankan.10 Dan juga berdasarkan pengamatan peneliti siswa, perilaku

9
Fadhillah Syafwar, Pengantar Psikologi Umum. (Batusangkar: STAIN
Batusangkar Press, 2009), hal. 119-120
10
E, Guru mata pelajaran di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima
Puluh Kota, pada tanggal 10 April 2018
menyontek waktu ujian di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima

Puluh Kota pada kelas XI IPS 2, sebagian siswa tampak melihat kanan kiri

dan berbisik-bisik memanggil teman sebelah untuk meminta jawaban dari

soal yang diujikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa pada tanggal 16 April

2018. Peneliti mendapatkan keterangan bahwa siswa memang pernah

menyontek pada saat ulangan atau ujian, siswa menyontek dengan cara

melihat kertas ulangan dari teman dan siswa melakukan hal tersebut karna

tingginya motivasi berprestasi, siswa membuat catatan kecil untuk

memudahkan dalam menjawab soal yang diujikan tersebut.

Berdasarkan peristiwa diatas peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi Berprestasi

terhadap Perilaku Menyontek Siswa di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari

Kabupaten Lima puluh Kota”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas dapat dikemukakan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Terindikasi beberapa siswa yang motivasi berprestasi bagus tetapi

perilaku menyonteknya tinggi.

2. Terindikasi beberapa siswa yang perilaku menyonteknya tinggi tetapi

motivasi berprestasinya rendah.

3. Terindikasi beberapa siswa menggunakan waktu luang untuk bermain,

nonton tv dan main hp.


4. Terindikasi beberapa siswa jarang mengerjakan ulangan atau ujian

dengan serius.

5. Terindikasi beberapa siswa kurang memahami pelajaran yang

diberikan guru.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang akan dibahas, maka untuk itu

lebih terarahnya penelitian yang dilakukan ini, maka peneliti membatasi

masalah yang akan diteliti :

1. Motivasi berprestasi siswa di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari

Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Perilaku menyontek siswa di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari

Kabupaten Lima Puluh Kota.

3. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap perilaku menyontek siswa di

SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti kemukakan diatas,

maka masalah dalam penelitian ini yaitu berapa besar pengaruh motivasi

berprestasi terhadap perilaku menyontek siswa di sma n 1 Situjuh Limo

Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu berapa besar

Untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi terhadap perilaku


menyontek siswa di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari SMA N 1 Situjuh

Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

a. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pihak

sekolah dalam memperhatikan dan membina motivasi berprestasi

peserta didik, sehingga perilaku menyontek ketika ulangan maupun

ujian bisa berkurang dan berlahan hilang.

b. Sebagai masukan bagi guru mata pelajaran dan wali kelas agar lebih

memperhatikan perkembangan peserta didik dalam belajar.

c. Sebagai masukan bagi guru pembimbing agar lebih memperhatikan

perkembangan peserta didik dalam bidang belajar, dan dapat

membantu meningkatkan motivasi berprestasi peserta didik.

2. Secara Praktis

a. Untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

dalam mencapai gelar Strata Satu (S1) di Jurusan Bimbingan dan

Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

b. Sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus

sebagai tambahan informasi serta sebagai media bagi peneliti dalam

mengembangkan wawasan peneliti mengenai pengaruh motivasi

berprestasi terhadap perilaku menyontek di SMA N 1 Situjuh Limo

Nagari.
G. Penjelasan Judul

Untuk menyamakan pandangan dan pemahaman serta menghindari

kesalah pahaman dalam mengartikan judul skripsi di atas, maka dapat

peneliti jelaskan judul penelitian ini sebagai berikut:

Pengaruh : Pengaruh adalah kekuatan yang muncul.11 Pengaruh

bisa juga dikatakan sebagai kekuatan yang ada atau

timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut

membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang. Maksudnya adalah peneliti ingin melihat

seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap

perilaku menyontek siswa di SMA N 1 Situjuh Limo

Nagari.

Perilaku : Perilaku Menyontek adalah suatu perbuatan atau cara-

Menyontek cara yang tidak jujur, curang dan menghalalkan

berbagai cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam

ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran.12

Menyontek dalam pelaksanaan ulangan maupun ujian

adalah mengambil jawaban dari soal-soal ujian dengan

cara yang tidak dibenarkan dalam tata tertib ujian

seperti dari buku, catatan, hasil pemikiran teman, dan

media lain yang kemudian disalin pada lembar jawaban

11
KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal.849
12
Tjetje, Kesukaran-kesukaran Dalam Pendidikan,(Jakarta: Balai Pustaka,
1980). hal.89
ujian pada saat ujian berlangsung.

Motivasi : Suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang

berprestasi selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan

atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin

dalam semua aktifitas dengan menggunakan standar

keunggulan.13

Siswa : Siswa adalah individu yang menuntut ilmu, mengikuti

proses pembelajaran menurut tingkatan tertentu. Siswa

merupakan seseorang yang memperoleh pengetahuan

dari seseorang yang disebut sebagai guru.14

Berdasarkan penjelasan judul di atas, maka dapat disimpulkan

maksud dari judul penelitian ini adalah bagaimana pengaruh motivasi

berprestasi terhadap perilaku menyontek siswa di SMA N 1 Situjuh Limo

Nagari SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran dari tiap-tipa bab yang dibahas, maka

dalam sistematika penulisan ini dapat dibagi dalam 5 bab, yaitu :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

13
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, 2006). hal.103
14
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: CV Andi
Offset,1980), hal.10
penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teoritis yang terdiri dari pengertian motivasi

berprestasi, faktor yang mempengaruhi motivasi

berprestasi, indikator motivasi berprestasi, pengertian

perilaku menyontek, bentuk perilaku menyontek,

penyebab perilaku menyontek, cara mengatasi

perilaku menyontek, indikator perilaku menyontek,

pengaruh motivasi berprestasi terhadap perilaku

menyontek, penelitian yang relevan, kerangka

konseptual, hipotesis.

BAB III : Metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian,

lokasi penelitian, populasi dan sampel, variabel

penelitian, prosedur penelitian, pengembangan

instrumen, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan data, pengujian hipotesis penelitian.

BAB IV : Hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi hasil

penelitian, uji persyaratan analisis, uji hipotesis,

pembahasan.

BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan salah satu aspek psikologis yang ada pada

diri seseorang. Seseorang mampu bergerak dan mengarahkan diri pada

tujuan yang ingin dicapainya dengan motivasi yang dimiliki. Motivasi

berasal dari kata motif, Sarlito mengatakan bahwa :

Motif dalam bahasa Inggris adalah „motive’, yang berasal dari

kata movere atau motion yang berarti gerakan atau sesuatu yang

bergerak. Dalam psikologi, istilah motif pun erat hubungannya dengan

„gerak‟, yaitu gerakan yang dilakukan manusia atau disebut juga

dengan perbuatan atau perilaku. Motif dalam psikologi berarti juga

ransangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu

perbuatan (action) atau perilaku (behavior).15

Sementara itu motivasi menurut Chaplin adalah “suatu

keadaan ketegangan di dalam diri individu, yang membangkitkan,

memelihara, dan mengarahkan tingkah laku menuju pada suatu tujuan

atau sasaran”.16 Sedangkan Sardiman menyatakan “motivasi itu

sesuatu yang kompleks, motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu

perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut
15
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), hal. 137
16
Fadhilla Syafwar, Pengantar Psikologi Umum. (Batusangkar: STAIN
Batusangkar Press, 2009), hal. 115
dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, untuk

kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong

karena adanya tujuan kebutuhan, atau keinginan”.17

Sejalan dengan Chaplin dan Sardiman, Wibowo dalam Syaiful

Sagala mengemukakan bahwa “motivasi adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain, meningkatkan inisiatif, memberikan

dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan, memberikan

pengakuan dan perhatian individual dari atasan dan perilaku lain yang

mempunyai pengaruh positif dan menumbuhkan semangat kerja

bawahan. Motivasi akan mendorong seseorang meningkatkan

kemampuan, usaha yang gigih, dan mengoptimalisasikan pengalaman

yang telah dimiliki”.18

Berdasarkan beberapa kutipan tentang motivasi diatas dapat

disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan pada diri seseorang

untuk melakukan satu kegiatan atau tindakan guna mencapai tujuan

mencapai tujuan (kebutuhan) tertentu. Motivasi seseorang dapat

ditimbulkan dan dibangkitkan oleh Akhmad Sudrajat dalam Fadhilla

Syafwar bahwa “motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi)

seseorang yang dapat menimbulkan tingkah persistensi dan

antuasismenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang

17
Sardiman, Interaksi dan Motivasi belajar-mengajar. (Jakarta: Raja Garfindo
Persada, 2011), hal. 74
18
Syaiful Sagala, Etika dan Moralitas Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013),
hal.293
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (Motivasi Intrinsik),

maupun dari luar individu (Motivasi Ekstrinsi)”.19

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

motivasi merupakan dorongan pada diri seseorang untuk melakukan

satu kegiatan atau tindakan guna mencapai tujuan (kebutuhan) tertentu.

Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan dibangkitkan oleh diri

sendiri dan lingkungan.

2. Pengertian Motivasi Berprestasi

Ada beberapa jenis motivasi pada diri manusia, tergantung

pada sumber dan kebutuhan yang akan dipenuhinya, salah satunya

adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan satu

motif sosial. Hal ini diungkapkan oleh McClelland dalam Fadhillah,

bahwa “motif sosial itu dapat dibedakan dalam (1) motif berprestasi

(achievement motivation), (2) motif berfiliasi atau juga disebut

kebutuhan afiliasi (need for affiliation atau n-affiliation), (3) motif

berkuasa atau kebutuhan berkuasa (need for power atau n-power)”.20

Motivasi berprestasi menurut McClelland dalam Djaali adalah

“motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar

kepandaian atau standar keahlian”.21 Sementara itu, Heckhausen

mengemukakan bahwa “motivasi berprestasi adalah dorongan yang

terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk

19
Fadilla Syafwar, Pengantar.... hal. 116
20
Fadillah Syafwar, Pengantar.... hal. 128
21
Djalali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 103
meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin

dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan”.22

Sejalan dengan itu menurut Djaali, “motivasi berprestasi dapat

diartikan dorongan untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-

baiknya berdasarkan standar keunggulan. Motivasi berprestasi bukan

sekedar dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu kepada suatu ukuran

keberhasilan berdasarkan penialian terhadap tugas yang dikerjakan

seseorang”.23

Berdasarkan beberapa kutipan tentang motivasi berprestasi

diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan

keinginan atau dorongan untuk memperoleh hasil yang terdepan dan

luar biasa dibanding orang lain. Sehingga ia melakukan yang terbaik

dalam mengerjakan tugas maupun kegiatan sekolah dengan sebaik

mungkin dan sungguh-sungguh, ia mempunyai keinginan untuk

memperoleh hasil yang optimal dan unggul di banding teman-

temannya

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Ada beberapa hal yang mempengaruhi motivasi pada diri

individu. Faktor utama yang mempengaruhi motivasi pada diri

individu adalah kebutuhan individu tersebut. Para ahli menggambarkan

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi sebagai berikut:

22
Djalali, Psikologi Pendidikan, ........., hal. 103
23
Djalali, Psikologi Pendidikan, ........., hal. 107
a. Abraham H. Maslow

Abraham H. Maslow dengan teori kebutuhan manusia

menyatakan bahwa manusia memiliki lima tingkat kebutuhan,

yaitunya:

1) Kebutuhan fisiologikal (physiologikal needs), seperti rasa

lapar, haus, dan sex

2) kebutuhan rasa aman (safety needs) secara fisik, psikologikal,

dan intelektual

3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs)

4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs) yang pada

umumnya tercemin pada simbol-simbol status

5) aktualisasi diri (self aktualization) dalam arti tersedianya

kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi

yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi

kemampuan nyata.24

Berdasarkan teori Maslow ini, dapat dilihat bahwasanya yang

mempengaruhi motivasi adalah pemenuhan akan kebutuhannya. Dimana

kebutuhan manusia meliputi: fisiologikal (physiologikal needs), seperti

rasa lapar, haus, dan sex, kebutuhan rasa aman (safety needs) secara fisik,

psikologikal, dan intelektual, kebutuhan akan kasih sayang (love needs),

kebutuhan akan harga diri (esteem needs) yang pada umumnya tercemin

pada simbol-simbol status, aktualisasi diri (self aktualization).

24
Fadhilla Syafwar, Pengantar Psikologi,........., hal. 116
b. McClelland

Teori ini dikenal dengan kebutuhan untuk mencapai prestasi

(needs for acievement) yang mengatakan bahwa “motivasi berbeda-

beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi”.25

Dari pernyataan McClelland ini dapat dilihat bahwa faktor yang

mempengaruhi motivasi adalah kebutuhan akan prestasi.

c. Clyton Alderfer

“Teori ini disebut juga teori ERG. E= existence (kebutuhan dan

eksistensi), R= relatedness (kebutuhan akan pertumbuhan). Maka

timbullah motivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut”.26

Berdasarkan teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli

tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi pada diri seseorang. Faktor tersebut adalah

pemenuhan kebutuhan, yang meliputi fisiologikal, kebutuhan rasa aman

secara fisik, psikologikal, dan intelektual, kebutuhan akan kasih sayang,

kebutuhan akan harga diri yang pada umumnya tercemin pada simbol-

simbol status, aktualisasi diri.

Sementara itu, faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi

menurut Martinah dalam Sugiyanto adalah:

a. Faktor individu (intern). Individu sebagai pribadi mencangup

sejumlah aspek yang saling berkaitan. Motivasi berprestasi sebagai

25
Fadhilla Syafwar, Pengantar Psikologi,........., hal. 117
26
Fadhilla Syafwar, Pengantar Psikologi,........., hal. 120
salah satu aspek psikis, dalam prosesnya dipengaruhi oleh faktor

individu, seperti:

1) Kemampuan. Kemampuan adalah kekuatan penggerak untuk

bertindak yang dicapai oleh manusia melalui latihan belajar.

Dalam proses motivasi, kemampuan tidak mempengaruhi secara

langsung tetapi lebih mendasari fungsi dan proses motivasi.

2) Kebutuhan. Kebutuhan adalah kekurangan, artinya ada sesuatu

yang kurang dan oleh karena itu timbul kehendak umtuk

memenuhi atau mencukupinya. Kehendak itu sendiri adalah

tenaga pendorong untuk berbuat sesuatu atau bertingkah laku.

3) Minat. Minat adalah suatu kecendrungan yang agak menetap

dalam diri subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

4) Harapan atau keyakinan. Harapan merupakan kemungkinan

yang dilihat untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dari

seseorang atau individu yang didasarkan atas pengalaman yang

telah lampau. Harapan tersebut cendrung untuk memenuhi motif

pada seseorang.

b. Faktor lingkungan (ekstern). Beberapa faktor lingkungan yang

dapat membangkitkan motivasi berprestasi adalah:

1) Adanya norma standar yang harus dicapai. Lingkungan secara

tegas menetapkan standar kesuksesan yang harus dicapai dalam

setiap penyelesaian tugas, baik yang berkaitan dengan


kemampuan tugas, perbandingan dengan hasil yang pernah

dicapai maupun perbandingan dengan orang lain. Keadaan ini

akan mendorong seseorang untuk berbuat yang sebaik-baiknya.

2) Ada situasi kompetisi. Sebagai konsekuensi adanya standar

keunggulan, timbullah situasi kompetisi. Namun perlu juga

dipahami bahwa situasi kompetitif tersebut tidak secara otomatis

dapat memacu motivasi seseorang manakala individu tersebut

tidak beradaptasi didalamya.

3) Jenis tugas dan sistuasi menantang. Jenis tugas dan situasi yang

menantang adalah tugas yang memungkinkan sukses dan

gagalnya seseorang. Setiap individu terancam akan gagal

apabila kurang berusaha.27

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada diri seseorang

meliputi dua hal yaitu, faktor internal dan eksternal. Faktor internal

individu meliputi kemampuan, kebutuhan, minat, dan harapan atau

keyakinan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor eksternal

(lingkungan individu) meliputi adanya norma standar yang harus

dicapai, ada situasi kompetisi, jenis tugas dan situasi yang

menantang.

27
Sugiyanto, Pentingnya Motivasi Berprestasi Dalam Mencapai
Keberhasilan Akademik Siswa, Jurnal, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Yogyakarta, t.th., hal. 5-7
4. Indikator Motivasi Berprestasi

Schunk, dkk. (2008); Wigfield dan Eccles, (2002)

mengemukakan bahwa indikator motivasi berprestasi, khususnya

dalam setting akademik, meliputi :

a. Choice atau memilih terlibat dalam tugas akademik dari pada

tugas-tugas non- akademik. Misalnya: memilih mengerjakan tugas

sekolah dari pada menonton TV.

b. Persistence atau ulet dalam mengerjakan tugas, terutama pada

waktu menghadapi hambatan, seperti adanya kebosanan, tugas

yang sulit, ataupun kelelahan.

c. Effort atau mengerahkan usaha, baik berupa usaha secara fisik

maupun secara kognitif, dengan cara menerapkan strategi kognitif.

Perilaku yang mencerminkan usaha ini, misalnya berupa

mengajukan pertanyaan yang bagus ketika dikelas, mendiskusikan

materi pelajaran dengan teman sekelas atau teman lain,

memikirkan secara mendalam materi pelajaran yang sedang

dipelajari, menggunakan waktu dengan bijaksana untuk

mempersiapkan ujian, membuat rencana kegiatan belajar.28

B. Perilaku Menyontek

1. Pengertian Menyontek

Menyontek dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari

kata “sontek” yang mempunyai arti mengutip (tulisan dan sebagainya),


28
Elisabeth Prihandrijani. 2016. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Dukungan
Sosial terhadap Flow Akademik pada Siswa SMA X di Surabaya. Tesis. Surabaya :
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Hal.33-34
sebagaimana aslinya, menjiplak, karena malas belajar, tiap kali ujian.29

Kebiasaan menyontek merupakan salah satu sifat yang tidak terpuji,

menyontek merupakan kebiasaan yang dilakukan sebagian siswa

ketika diberikan tugas atau ketika sedang mengikuti ujian sekolah.

Menyontek berarti mengutip sesuatu sebagaimana aslinya, setiap kali

ada ujian dan menjiplak yang disebabkan karena malas belajar atau

mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari.

Menurut Webster‟s New World Dictionary secara sederhana

menyontek dapat dimaknai sebagai penipuan atau melakukan

perbuatan tidak jujur.30

Menurut Deighton yang dikutip oleh Alhadza dalam Indri,

menyontek berarti upaya yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak fair (tidak

jujur).31 Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, seseorang

melakukan berbagai upaya dengan cara yang tidak jujur dan curang.

Menurut Athanasou dan Olasehinde dalam Hartanto menyontek

adalah kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak

diperkenankan atau menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas

29
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Penggembangan Bahasa. 1989.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.hlm.854
30
Dody Hartanto. 2012. Bimbingan & Konseling Menyontek Mengungkap Akar
Masalah dan Solusinya. Jakarta : Indeks.hlm.10
31
Indriasri. 2007. http://indriasri.blogspot.com/masalah-menyontek-cheating-di-
dunia.html. (Online, diakses pada 15 Maret 2018)
akademik dan atau kegiatan yang dapat mempengaruhi proses

penilaian.32

Menurut Kelley R. Taylor mendefinisikan menyontek sebagai

mengikuti ujian dengan cara yang tidak jujur, mendapatkan jawaban

dengan cara yang salah, melanggar aturan atau perjanjian.33

Dalam kegiatan ujian, menyontek berarti mengikuti proses

ujian dengan cara yang tidak jujur, mendapatkan jawaban ujian

dengan cara yang salah, melanggar aturan ujian atau tata kesepakatan

yang telah dibuat sebelum kegiatan ujian dilaksanakan.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

menyontek merupakan perbuatan tidak jujur yang dilakukan seseorang

dengan cara-cara tertentu. Cara-cara tersebut diantaranya menyalin

tulisan orang lain ataupun menggunakan catatan.

2. Bentuk-Bentuk Prilaku Menyontek

Berdasarkan penelitian dari Hetherington dan Feldman dalam

Anderman bentuk-bentuk perilaku menyontek dikelompokkan dalam

empat bentuk, yaitu :

a. Individualistik-oportunistik (Individualistic-Oportunistic)

Merupakan perilaku menyontek dimana peserta didik

mengganti jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung

dengan menggunakan catatan atau bahan materi lain ketika

32
Dody Hartanto. Bimbingan & Konseling Menyontek Mengungkap Akar
Masalah dan Solusinya. . . .hlm.11
33
Kelley R. Taylor. 2003. Cheater Cheater. ProQuest Eduacation Journal.
Volume 3 hlm 75 (Online, diakses pada 15 Maret 2018)
pengawas sedang keluar kelas. Bentuk perilaku menyontek ini

dilakukan dengan memanfaatkan kesempatan yaitu lengahnya

pengawas ujian.

b. Mandiri-terencana (Independent-planed)

Merupakan perilaku menyontek dimana peserta didik

menggunakan catatan ketika tes atau ujian berlangsung, atau

membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan

menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya ujian.

Misalnya membuat catatan kecil di kertas.

c. Sosial-aktif (Social-active)

Merupakan perilaku menyontek dimana peserta didik

menyalin, melihat atau meminta jawaban dari orang lain. Misalnya

dengan meminta jawaban dari teman yang posisi duduknya paling

dekat.

d. Sosial-pasif (Social-passive)

Merupakan perilaku menyontek dimana peserta didik

mengizinkan seseorang untuk melihat atau menyalin jawabannya.

Misalnya memberikan jawaban kepada teman yang kesulitan

menjawab soal.34

Berdasarkan penelitian dari Hetherington dan Feldman Bentuk

perilaku menyontek ada empat macam, yaitu Individualistik-

34
Anderman Erick M. and Tamara B. Murdock. Psychology of
Academic Cheating. USA: Elsevier Academic Press.43
http://www.scribd.com/doc/6909813/Psychology-of-Academic-Cheating (Online,
diakses 15 Maret 2018)
oportunistik (Individualistic-Oportunistic), Mandiri-terencana

(Independent-planed), Sosial-aktif (Social-active), dan Sosial-pasif

(Social-passive).

3. Penyebab Perilaku Menyontek

Menurut Bushway & Nash penyebab individu menyontek

adalah :

a. Adanya tekanan untuk mendapatkan nilai yang tinggi

Pada dasarnya setiap siswa memiliki keinginan untuk mendapatkan

nilai yang baik (tinggi). Keinginan tersebut membuat siswa

menghalakan segala cara, termasuk dengan menyontek.

b. Keinginan untuk menghindari kegagalan

Ketakutan mendapatkan kegagalan disekolah merupakan hal yang

sering dialami oleh siswa. Kegagalan yang muncul kedalam bentuk

(takut tidak naik kelas, takut mengikuti ulangan susulan), tersebut

memicu terjadinya perilaku menyontek.

c. Adanya persepsi bahwa sekolah melakukan halyang tidak adil

Sekolah dianggap hanya memberikan akses ke siswa-siswi yang

cerdas dan berprestasi sehingga siswa-siswi yang memiliki

kemampuan menengah merasa tidak diperhatiakan dan dilayani

dengan baik.

d. Kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas sekolah

Siswa terkadang mendapatkan tugas secara bersamaan tersebut

membuat siswa tidak dapat membagi waktunya.


e. Tidak adanya sikap yang menentang perilaku menyontek disekolah

Perilaku menyontek disekolah kadang dianggap seabgai

permasalahan yang biasa baik oleh siswa maupun oleh guru. Karna

itu banyak siswa yang membiarkan perilaku menyontek atau

terkadang justru membantu terjadinya perilaku ini.35

4. Cara mengatasi Perilaku Menyontek

Bergin memaparkan beberapa strategi yang dapat digunakan

untuk menangani permasalahan menyontek. Yaitu melalui memberi

peserta didik pilihan yang bermakna dalam kegiatan belajar,

menggunakan buku teks yang terorganisir dengan baik dan

memberikan bantuan selama proses belajar berlangsung.36

Berikut ini beberapa strategi yang dapat digunakan dalam

menangani permasalahan menyontek dalam prosese belajar yaitu:

a. Menulis atau mencatat

Tidak setiap aktivitas mencatat adalah belajar. Aktivitas

mencatat yang bersifat menurun, menjiplak atau mengcopy, adalah

tidak dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang

termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang

menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan sikap

tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian dalam

belajar dan mendapatkan nilai bagus tampa harus menyontek.

35
Dody Hartanto. Bimbingan & Konseling Menyontek Mengungkap Akar
Masalah dan Solusinya. . . .hal.37-38
36
Dody Hartanto, Bimbingan & Konseling Menyontek Mengungkap Akar
Masalah dan Solusinya. . . .hal.45
b. Membuat ringkasan dan menggaris bawahi

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena

menggunakan ringkasan materi yang dibuatnya. Ringkasan ini

memang dapat membantu kita dalam hal mengingat atau mencari

kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang

terutama pada saat ujian atau ulangan harian. Selain meringkas

dengan menggaris bawahi hal yang penting juga sangat membantu

kita dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari,

sehinnga peluang bagi peserta didik untuk menyontek pada saat

ujian atau ulangan harian tidak ada lagi.

c. Latihan atau praktek

Kegiatan berlatih mempunyai dorongan untuk mencapai

tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada

dirinya. Orang yang berlatih sesuatu tentunya menggunakan sikap

tertentu sehingga setiap gerakan atau tindakannya terarah kepada

suatu tujuan. Hasil dari latihan itu sendiri akan berupa pengalaman

yang dapat mengubah diri subjek yang biasanya selalu tergantung

pada orang lain, dengan latihan tersebut seseorang akan lebih yakin

dengan kemampuannya sendiri.37

37
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal.221
5. Indikator Perilaku Menyontek

a. Prokrastinasi dan Self-Eficacy

Berbagai literatur menyebutkan terdapat berbagai gejala atau

indikator perilaku meyontek. Gejala yang paling sering ditemui

pada peserta didik yang menyontek adalah procrastination

(kebiasaan menunda-nunda tugas penting) dan low self-eficacy

(rendahnya kepercayaan akan kemampuan diri.

b. Kecemasan yang Berlebihan

Gejala lain dari peserta didik yang menyontek adalah munculnya

kecemasan yang tinggi. Kecemasan pada peserta didik yang

berlebihan memberi stimulus pada otak untuk tidak dapat bekerja

sesuai dengan kemampuannya. Keadaan ini mendorong peserta

didik untuk melakukan perilaku menyontek demi menciptakan

ketenangan pada dirinya.

c. Motivasi Belajar dan Berprestasi

Peserta didik yang tidak memiliki motivasi berprestasi dalam

belajar menjadi gejala lain yang muncul pada perilaku menyontek

peserta didik. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang

rendah lebih cenderung untuk melakukan perilaku menyontek

ketika ujian karena peserta didik dengan motivasi belajar yang

rendah mengalami berbagai kesulitan dalam belajar.

d. Keterikatan pada Kelompok


Peserta didik yang memiliki keterikatan yang tinggi pada

kelompok menjadi indikator bagi perilaku menyontek. Dalam

keterikatan kelompok ini peserta didik merasa bahwa menjadi

tanggung jawab bersama untuk saling membantu, meskipun hal

tersebut melanggar aturan dan merugikan.

e. Keinginan akan Nilai Tinggi

Peserta didik yang mencontek didorong oleh keinginan untuk

mendapatkan nilai yang tinggi. Hal ini juga menjadi gejala bagi

perilaku mencontek. Peserta didik berpikir bahwa nilai adalah

segalanya, sehingga mereka menghalalkan atau berbagai macam

cara untuk mendapatkan nilai yang baik.

f. Pikiran Negatif

Indikator perilaku mencontek pada peserta didik dapat dikaitkan

dengan adanya berbagai pikiran negatif seperti ketakutan

dikatakan bodoh dan dijauhi oleh teman-teman, ketakutan

dimarahi oleh orang tua dan guru.

g. Harga Diri dan Kendali Diri

Tingginya harga diri merupakan indikator yang lain bagi perilaku

mencontek peserta didik. Peserta didik dengan harga diri yang

tinggi atau berlebihan memilih untuk melakukan perbuatan

mencontek untuk membuat harga dirinya tetap terjaga dengan

mendapatkan nilai tinggi.

h. Perilaku Impulsie dan Cari Perhatian


Peserta didik yang mencontek menunjukkan indikasi impulsive

(terlalu menuruti kata hati) dan sensation-seeking (terlalu mencari

perhatian). Ketika individu memiliki kebutuhan untuk melakukan

sensasi, mereka akan melakukan eksperimen dan terkadang pada

perbuatan yang mengandung resiko seperti mencontek.38

Dari pendapat diatas diketahui bahwa ada delapan indikator

dari perilaku mencontek, yaitu prokrastinasi dan self-eficacy,

kecamasan yang berlebihan, motivasi belajar dan berprestasi,

keterikatan pada kelompok, keinginan akan nilai tinggi, pikiran

negatif, harga diri dan kendali diri, dan perilaku impulsive dan cari

perhatian.

C. Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Perilaku Menyontek

Motivasi adalah segala keseluruhan daya penggerak yang berasal

dari dalam maupun dari luar diri peserta didik yang menimbulkan

kegiatan belajar sehingga menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Motivasi dalam belajar sangat diperlukan. Makin tepat motivasi

yang diberikan, akan berhasil pula proses pembelajaran tersebut.

Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha peserta didik.

Motivasi berprestasi akan sangat berpengaruh pada kegiatan belajar.

Hasil belajar akan optimal apabila ada motivasi berprestasi, sehingga

38
Dody Hartanto. Bimbingan & Konseling Menyontek Mengungkap Akar
Masalah dan Solusinya. . . .hlm.23-28
motivasi akan senantiasa menentukan interaksi usaha belajar bagi peserta

didik.

Kedudukan motivasi yang utama adalah pada saat proses belajar,

karena motivasi dapat mendorong peserta didik untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan proses belajar.

Hasil belajar akan optimal jika ada motivasi berprestasi, sehingga

motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar peserta

didik.

Dengan motivasi berprestasi yang baik yang dimiliki oleh peserta

didik maka akan berpengaruh terhadap kebiasaan belajarnya. Salah

satunya yaitu perilaku menyontek ketika ujian. Ujian adalah salah satu

bagian terpenting dalam suatu proses pembelajaran. Dengan adanya ujian

maka dapat diukur sejauh mana peserta didik menguasai suatu pelajaran.

Pintrich dan Bong mengatakan bahwa siswa yang tidak memiliki

motivasi berprestasi dalam belajar menjadi gejala lain yang muncul pada

perilaku menyontek siswa.39 Siswa yang memiliki motivasi berprestasi

akan berusaha menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang diberikan

kepadanya melaluiusahanya sendiri dengan sebaik-baiknya.

Dari pendapat diatas diketahui bahwa peserta didik yang memiliki

motivasi berprestasi yang rendah lebih cenderung untuk melakukan

perilaku menyontek ketika ujian karena peserta didik dengan motivasi

belajar yang rendah mengalami berbagai kesulitan dalam belajar.

39
Dody Hartanto. Bimbingan & Konseling Menyontek Mengungkap Akar
Masalah dan Solusinya. . . .hlm.25
Selain itu, Dodi Hartanto juga menyatakan bahwa pada penelitian

yang dilakukan di sekolah swasta terkemuka di Yogyakarta diketahui

bahwa alasan atau faktor penyebab internal perilaku menyontek yang

paling dominan adalah tidak adanya motivasi belajar dan berprestasi pada

peserta didik khususnya keinginan mendapat nilai yang tinggi. 40 Dapat

diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian faktor penyebab internal

munculnya perilaku menyontek ialah tidak adanya motiasi belajar pada

peserta didik.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kaitan antara motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek yaitu,

perilaku menyontek bisa timbul karena berbagai faktor, diantaranya yaitu

motivasi belajar yang rendah. Peserta didik yang memiliki motivasi

belajar yang rendah lebih cenderung untuk melakukan perilaku

menyontek ketika ujian karena peserta didik dengan motivasi belajar

yang rendah mengalami berbagai kesulitan dalam belajar. Selain itu,

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dodi Hartanto,

menyatakan bahwa faktor penyebab internal munculnya perilaku

menyontek ialah tidak adanya motivasi belajar pada peserta didik.

D. Penelitian yang Relevan

Dalam penulisan penelitian ini, peneliti merujuk pada penelitian

yang sudah ada.

40
Dody Hartanto. Bimbingan & Konseling Menyontek Mengungkap Akar
Masalah dan Solusinya. . . .hlm.33
1. Untuk motivasi peneliti merujuk pada penelitian Yenni Lovita Sari,

yang berjudul “Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Disiplin

belajar Siswa di SMAS Persatuan Sekolah Minang Kabau (PSM)

Bukittinggi”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan

bahwa gambaran variabel X yaitu motivasi berprestasi dikategorikan

sedang atau cukup dengan jumlah 67,72 dan rata-rata 3,39,

sedangkan gambaran variabel Y yaitu disiplin belajar siswa

dikategorikan tinggi dengan jumlah 104, dan rata-rata 3,49. Terdapat

Pengaruh antara motivasi terhadap disiplin siswa dengan tingkat

keeratan 1,66. Arah Pengaruh antara motivasi berprestasi dan

disiplin siswa adalah positif, sedangkan taraf korelasi antara motivasi

berprestasi terhadap disiplin siswa adalah 0,407 pada taraf

signifikansi 0,05. Dapat diinterpretasikan bahwa Pengaruh motivasi

berprestasi dengan disiplin belajar siswa adalah sedang atau cukup.41

2. Peneliti juga merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Miftahul

Huda, yang berjudul “Hubungan motivasi berprestasi terhadap

prestasi belajar siswa di SMP N 7 Bukittinggi”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi berprestasi

terhadap prestasi belajar siswa. Hasil ini terlihat dengan diketahui

nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 0,252, sementara 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒 𝑙 dengan degree of

freedom (df) log adalah 0,188 pada taraf signifikansi 0,05 yang

41
Yenni Lovita Sari. Skripsi Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap
disiplin Belajar sisiwa di SMAS Persatuan Sekolah Minang Kabau (PSM) Bukittinggi.
IAIN Bukittinggi. 2010
berarti bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , sehingga hipotesis alternatif

diterima dan hipotesis nol ditolak, dan korelasi 𝑟𝑥𝑦 yang diperoleh

adalah 0,252 terletak antara 0,20-0,399, maka diperoleh suatu

interpretasi bahwa motivasi berprestasi memiliki hubungan yang

lemah atau rendah dengan prestasi belajar. 42

3. Peneliti merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Alvianto,

mahasiswa Universitas sanata Dharma, dengan penelitian yang

berjudul “Hubungan motivasi Belajar dengan Perilaku Menyontek”.

Penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri

1 Dukun Kecamatan Muntilan yang berjumlah 70 orang,

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan

antara variabel motivasi belajar dengan perilaku menyontek

(r=0,577, signifikansi 0.000). hal ini berarti bahwa semakin tinggi

tingkat motivasi belajar pada siswa-siswi, maka akan semakin

rendah tingkat perilaku menyonteknya. Demikian sebaliknya,

semakin rendah tingkat motivasi belajar pada siswa-siswi, maka

semakin tinggi tingkat perilaku menyonteknya.43

Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Motivasi

Berprestasi Terhadap Perilaku Menyontek Siswa di SMA N 1 Situjuh

Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota”, untuk mengetahui seberapa


42
Miftahul Huda. Skripsi Hubungan Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi
Belajar Siswa di SMP N 7 Bukittinggi. IAIN Bukittinggi. 2005
43
Alvianto, Skripsi Hubungan Motivasi Belajar dengan Perilaku Menyontek
Siswa di kelas XI SMA N 1 Dukun Kecamatan Muntilan. Universitas Sanata Dharma.
2014
besar Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Perilaku Menyontek

Siswa di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.

Perbedaan antara penelitian yang peneliti lakukan dengan

penelitian yang sudah ada ialah, pada penelitian terdahulu hanya meneliti

tentang Pengaruh Motivasi terhadap Disiplin Siswa, Hubungan motivasi

berprestasi terhadap prestasi belajar siswa, Hubungan Motivasi Belajar

dengan Perilaku Menyontek, sedangkan peneliti meneliti tentang

Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Perilaku Menyontek Siswa.

Peneliti lebih memfokuskan kepada seberapa besar pengaruh motivasi

berprestasi peserta didik dengan perilaku menyontek saat diberikan tugas

atau ujian.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah untuk menjelaskan, mengungkapkan,

dan menunjukkan ketertiban antara variabel yang akan diteliti

berdasarkan bacaan-bacaan dan rumusan masalah. Untuk mendapatkan

gambaran yang jelas mengenai kerangka konseptual dapat dilihat gambar

berikut :
Siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari

Indikator Indikator Perilaku


Motivasi Menyontek :
Berprestasi : 1. Prokrastinasi dan Self
1. Choice atau memilih Eficacy
terlibat terlibat dalam tugas 2. Kecemasan yang
akademik adaripada tugas- berlebihan
tugas non akademik. 3. Motivasi belajar dan
2. Persistence atau ulet dalam berprestasi
mengerjakan tugas, 4. Ketertarikan pada
terutama pada waktu kelompok
menghadapi hambatan. 5. Keinginan akan nilai tinggi
3. Effort atau mengerahkan 6. Pikiran negatif
usaha, baik berupa usaha 7. Harga diri dan kendali diri
secara fisik maupun secara 8. Perilaku impulsive dan cari
kognitif, dengan cara perhatian
menerapkan strategi
kognitif ataupun
metakognitif.

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat dilihat bahwa

penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas adalah Motivasi Berprestasi, sedangkan variabel

terikat adalah Perilaku Menyontek.

F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih perlu

dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Berdasarkan uraian

teori diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini yaitunya

semakin tinggi motivasi berprestasi siswa semakin rendah perilaku

menyontek siswa dan semakin rendah motivasi berprestasi siswa semakin

tinggi perilaku menyontek siswa.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini bahan atau data yang di perlukan di

kumpulkan melalui penelitian lapangan (field research), yaitu

mengumpulkan data secara langsung dari lokasi penelitian.44 Penelitian

kuantitatif ini bersifat korelatif yaitu tipe penelitian yang bertujuan melihat

dan mendeskripsikan pengaruh antara dua variable penelitian.45 Jadi,

dalam penelitian ini peneliti mencoba menggambarkan, memaparkan, dan

menafsirkan kejadian-kejadian sesuai dengan fakta yang di peroleh yang

hasilnya berupa angka-angka.

Dalam hal ini melalui penelitian yang di lakukan peneliti akan

menggambarkan tentang “Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap

Perilaku Menyontek Siswa di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten

Lima Puluh Kota”.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi peneliti dalam melaksanakan penelitian ini adalah di SMA

N 1 Situjuh Limo Nagari, salah satu sekolah yang terletak di Kabupaten

Lima Puluh Kota. Adapun yang menjadi alasan peneliti mengambil lokasi

penelitian di sekolah ini dikarenakan peneliti tinggal tidak jauh dari lokasi

SMA N 1 Situjuh Limo Nagari. Peneliti memang melihat permasalahan


44
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal.
5
45
Sanafiah Faisal, metodologi penelitian pendidikan, (Bandung: Ghalia
Indonesia, 1999), Hal 32
disekolah tersebut terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan dan

peneliti menemukan fenomena-fenomena yang menjadi permasalahan

yang akan diteliti lebih lanjut. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Bungin dalam Syofian populasi penelitian merupakan

keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan

sebagainya.46 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.47

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

peserta didik kelas XI. Untuk lebih jelas, banyak populasi dapat dilihat

dari tabel dibawah ini :

46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2006), hal.130
47
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: Alfabeta,2016), hal.117
Tabel 3.1
Populasi Peserta Didik SMA N 1 Situjuh Limo Nagari
No Kelas Jumlah
1 Kelas XI.1 A 21
2 Kelas XI.2 A 23
3 Kelas XI.3 A 23
4 Kelas XI.1 S 25
5 Kelas XI.2 S 26
6 Kelas XI.3 S 25
7 Kelas XI.4 S 26
8 Kelas XI.5 S 25
Jumlah 194
Sumber: Dokumentasi SMA N 1 Situjuh Limo Nagari

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari sebuah populasi yang dianggap

dapat mewakili populasi yang diteliti.48 Dalam pengambilan sampel ini

peneliti menggunakan teknik Nonprobality Sampling. Teknik

pengambilan sampel ini tidak memberi peluang atau kesempatan sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.49

Peneliti menetapkan sampel sebesar 25% dari jumlah populasi yang ada.

Penetapan ini dilakukan sesuai dengan keterangan Suharsimi Arikunto

yang menyatakan bahwa apabila subjek penelitian kurang dari 100 orang

lebih baik diambil seluruhnya, sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100

dapat diambil antara 10 s/d 25 %.50 Berdasarkan pendapat tersebut, maka

48
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik I, (Jakarta:Bumi Aksara,
2002), h. 12
49
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal
218
50
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 3
peneliti akan mengambil sampel sebesar 25 % dari jumlah populasi yang

ada.

25
Sampel = 𝑥 194 = 48,5
100

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 48,5 orang (dibulatkan

menjadi 49 orang) yaitu 25% dari jumlah populasi yang akan digunakan

dalam penelitian. Berdasarkan uraian di atas maka didapat sampel

perkelas sebagai berikut :

𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
Sampel 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 x Total Sampel.51
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

21
Kelas XI 1 A = 194 x 49 = 6

23
Kelas XI 2 A = 286 x 49 = 6

23
Kelas XI 3 A = 286 x 49 = 5

25
Kelas XI 1 S = 286 x 49 = 7

26
Kelas XI 2 S = 286 x 49 = 7

25
Kelas XI 3 S = 286 x 49 = 6

26
Kelas XI 4 S = 286 x 49 = 6

25
Kelas XI 5 S = 286 x 49 = 6

51
Bambang Prasetyo, dkk, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007),hal. 130
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
N Kelas Jumlah Sampel
o Tiap
Kelas
1 Kelas XI.1 A 21 6
2 Kelas XI.2 A 23 6
3 Kelas XI.3 A 23 5
6 Kelas XI.1 S 25 7
7 Kelas XI.2 S 26 7
8 Kelas XI.3 S 25 6
9 Kelas XI.4 S 26 6
1 Kelas XI.5 S 25 6
0
Jumlah 194 49

Maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berjumlah 49 responden.

Setelah jumlah sampel perkelas diketahui, maka dilakukan

penentuan siswa yang akan dijadikan sampel penelitian, pada

penelitian ini teknik penentuan sampel dilakukan dengan cara

rekomendasi dari guru BK untuk memilih siswa yang akan dijadikan

sampel penelitian, selanjutnya ditarik sesuai jumlah sampel perkelas

yang telah ditetapkan.

Berdasarkan keputusan untuk mengambil 49 sampel dalam

penelitian ini, maka ketentuan selanjutnya yaitu 49 subjek yang telah

diperoleh dengan cara data dan rekomendasi dari guru BK tersebut

ditetapkan sebagai sampel untuk mengisi angket yang telah valid.

D. Tahap Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi

menjadi tiga tahap, yaitu:


1. Tahap persiapan

a. Melakukan observasi awal untuk mengumpulkan data yang akan

diteliti.

b. Menyiapkan instrumen yang akan digunakan untuk penelitian

berupa angket.

c. Melakukan uji validitas pada instrumen penelitian.

d. Mengurus surat-surat perizinan penelitian.

e. Mempersiapkan hal-hal lain yang dirasa perlu dan dapat menunjang

penelitian, seperti waktu, kesempatan dan dana.

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan pendekatan kepada SMA N 1 Situjuh Limo Nagari

seperti pihak yang dirasa perlu untuk membicarakan kapan waktu

yang tepat untuk menyebar atau mengadministrasikan angket

kepada peserta didik.

b. Melaksanakan dan mengadministrasikan angket kepada peserta

didik yang menjadi sampel dalam penelitian.

3. Tahap penyelesaian

a. Mengolah data yang telah didapatkan selama penelitian.

b. Meminta surat keterangan bahwa sudah siap melaksanakan

penelitian terhadap pihak lembaga permasyarakatan.


E. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian tentu banyak cara yang dapat digunakan

sebagai salah satu metode untuk memperoleh data penelitian. Pada

penelitian ini untuk memperoleh data yang lengkap dan tepat, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yakni menggunakan angket

(kuesioner).

Menurut Sugiyono angket merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.52 Jadi angket

merupakan butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden yang peneliti jadikan

sampel dalam penelitian ini.

Adapun skala yang dipakai dalam penyusunan angket ini adalah

Skala Liker (sikap), yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seorang atau kelompok orang tentang fenomena

sosial. Angket ini termasuk ke dalam angket tertutup artinya angket

yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden

tinggal memberikan tanda centeng (√) pada kolom atau tempat yang

disajikan.

Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket

tertutup dengan pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),

52
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,....,hal.199
Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai

(STS). Penempatan skor terdiri dari pernyataan positif dan negatif.

Penempatan skor untuk setiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3
Model Kualifikasi Jawaban Angket Positif dan
Negatif
Responden Skor
Motivasi Perilaku Positif Negatif
Berprestasi Menyontek
Sangat sesuai (SS) Selalu (SL) 5 1
Sesuai (S) Sering (SR) 4 2
Ragu-ragu (R) Kadang-kadang 3 3
(KD)
Tidak sesuai (TS) Jarang (JR) 2 4
Sangat tidak sesuai Tidak Pernah 1 5
(STS) (TP)

2. Uji Instrumen Penelitian

a) Validitas Instrumen

Validitas instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur.53 Sebuah angket dikatakan valid apabila

angket tersebut secara tepat, benar dan sahih dapat diukur apa yang

seharusnya diukur.

Pada penelitian ini untuk pengujian validitas instrumen

penulis menggunakan jenis validitas isi dan empiris. Validitas isi

menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut menggambarkan isi

yang dikehendaki. Agar dapat terpenuhinya validitas isi, satu

ukuran atau tes haruslah secara memadai ditarik dari sampel topik

53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,......, hal. 121
isi dan proses kognitif yang terdapat dalam universal isi (materi)

yang sedang diteliti.54 Validitas isi ditentukan melalui metode

profesional judgment, yaitu pendapat para ahli (pakar keilmuan)

tentang isi materi. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap

data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Selanjutnya dilakukan uji validasi. Dalam melakukan validasi

isi peneliti meminta kepada tiga orang ahli yaitu ibu Sri Hartati,

M.Psi.,Psikologi, berdasarkan validasi tersebut peneliti mendapat

saran ada beberapa item pernyataan angket yang harus diperbaiki.

Kemudian validasi kedua oleh bapak Drs. Alimir. M.Pd.I, peneliti

mendapat saran untuk memperbaiki item negatif sebaiknya 20%

dari butir-butir angket keseluruhan, dan oleh Azmatul Khairiah

Sari, S.Pd.I, M.Pd, peneliti mendapat saran untuk di item negatif

dihilangkan kata tidaknya.

Selanjutnya dilakukan uji validitas empiris dengan

melakukan uji coba instrumen kepada 20 orang siswa kelas XI

SMA N 1 Situjuh Limo Nagari di luar sampel penelitian yang telah

ditentukan. Setelah data terkumpul maka dilakukan perhitungan

dengan menggunakan SPSS 16.0.

54
Punaji Setyosari, Metedologi Pengembangan, (Jakarta: Kencana,2012),
hal.206
Setelah data terkumpul maka dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment yaitu:55

𝑁∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 ∑𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
𝑁Σ𝑥 2 − Σ𝑥 2 𝑁Σ𝑦 2 − Σ𝑦 2

Keterangan:

N : Jumlah responden
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara𝑥 dan 𝑦
𝑥 : Skor mentah variabel 𝑥
𝑦 : Skor mentah variabel 𝑦
∑𝑥𝑦 : Jumlah hasil penelitian tiap skor asli dari variabel 𝑥 dan 𝑦
∑𝑥 : Jumlah variabel 𝑥
∑𝑦 : Jumlah variabel 𝑦
Setelah diperoleh harga 𝑟𝑥𝑦 selanjutnya dikonsultasikan

dengan nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Apabila 𝑟𝑥𝑦 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka angket dikatakan

valid.56 Adapun hasil validasi empiris ini yaitu :

Tabel. 3.4
Keterangan Valid dan Tidak Valid Hasil Uji Coba
Motivasi Berprestasi
(N=20)

Keterangan No. Item Jumlah


Valid 1,2,4,6,8,9,11,12,14,16,18,19,21, 25
22,25,26,28,29,31,32,34,35,37,3
8,40
Tidak Valid 3,5,7,10,13,15,17,20,23,24,27,30 15
,33,36,39

55
Sugiyono, Metode Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, ..., hal. 183
56
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitaif untuk Psikologi danPendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 197
Tabel. 3.5
Keterangan Valid dan Tidak Valid Hasil Uji Coba
Perilaku Menyontek (N=20)

Keterangan No. Item Jumlah


Valid 1,2,4,5,6,8,10,11,12,13,15,16,17,
18,20,21,22,24,25,26,27,29,30,32 30
,33,34,36,38,39,40
Tidak Valid 3,7,9,14,19,23,28,31,35,37 10

Berdasarkan tabel di atas diketahui pada variabel motivasi

berprestasi terdapat 25 item valid dan 15 item tidak valid. Pada

variabel perilaku menyontek terdapat 30 item valid dan 10 item

tidak valid. Dengan demikian item yang dinyatakan valid dapat

dijadikan item instrumen penelitian dan item yang dinyatakan tidak

valid tidak digunakan sebagai instrumen penelitian karena tidak

memenuhi syarat. Untuk lebih jelasnya berkenaan hasil validasi

empiris instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran.

Dengan demikian item yang dinyatakan valid dapat dijadikan

item instrumen penelitian dan item yang dinyatakan tidak valid

tidak digunakan sebagai instrumen penelitian karena tidak

memenuhi syarat.

b) Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan cara

ekuivalen yang pertanyaan yang secara bahasa berbeda tetapi

maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini

cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden


yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen

dihitung dengan cara mengkoleransikan antara data instrumen yang

satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalen. Bila korelasi

positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliable.57

Uji reliabelitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha

cronbach dengan bantuan SPSS.58

Tabel. 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Alpha cronbach motivasi berprestasi

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.622 25

Alpha cronbach perilaku menyontek

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.704 30

Dari tabel reliabilitas statistics di atas dapat dijelaskan bahwa

Cronbach‟s Alpha pada motivasi berprestasi sebesar 0,622 dan

57
Sugiyono, PenelitianMetode Kuntitatif, Kualitatif dan R&D,…, h.129-
131
58
Sambas Ali Muhidin, Dkk, Analisis Korelasi Regresi dan Jalur
dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 37
Cronbach‟s Alpha pada perilaku menyontek sebesar 0,704

merupakan nilai dari reliabelitas angket. N of items sebesar 40

merupakan banyaknya item pernyataan yang di input dan dianalisa.

Jumlah tersebut merupakan jumlah butir pernyataan yang

valid, hal ini disebabkan dari 40 butir pernyataan pada motivasi

berprestasi yang digunakan 25 yang valid. Pada pernyataan perilaku

menyontek 30 yang valid.

Untuk menentukan apakah angket penelitian reliabel atau

tidak, dilakukan perbandingan antara nilai reliabilitas yang diperoleh

dengan standar yang ada, dimana Reliabilitas dinyatakan oleh

koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0

sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati

angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien

yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya

reliabilitas.59 Pernyataan tersebut diperkuat bahwa instrumen

dikatakan reliabel bila hasil perhitungan reliabilitas dengan rumus

alpha cronbach menunjukkan angka minimal 0,65.60

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah data terkumpul, maka data tersebut diolah

atau diproses dengan cara:

59
Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), hal. 10
60
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitaif untuk Psikologi dan Pendidikan, ...,
hal. 197
1. Editing, yaitu penulis memeriksa jawaban yang diberikan responden,

sehingga diketahui angket yang valid untuk diolah

2. Coding, yaitu jawaban dari responden akan diklasifikasikan ke dalam

kelas-kelas dengan cara memberikan tanda atau kode pada masing-

masing jawaban. Angket tersebut diberi skor dengan ketentuan sebagai

berikut:

Tabel. 3.7
Skor Item Angket
Responden Skor
Motivasi Berprestasi Perilaku Positif Negatif
Menyontek
Sangat sesuai (SS) Selalu (SL) 5 1
Sesuai (S) Sering (SR) 4 2
Ragu-ragu (R) Kadang-kadang 3 3
(KD)
Tidak sesuai (TS) Jarang (JR) 2 4
Sangat tidak sesuai Tidak Pernah 1 5
(STS) (TP)

3. Tabulasi atau tally, yaitu memasukkan data sekaligus melakukan

perhitungan.

4. Mean yaitu jumlah seluruh data dibagi dengan jumlah data. Rata-rata

dapat dicari dengan data tunggal maupun data kelompok, dengan

rumus sebagai berikut :

X=

Keterangan :
X = Rata-rata hitung
= jumlah skor
= banyak subjek61

61
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta,
1998), h. 266
5. Menentukan persentase skor dengan menggunakan rumus:

% Skor = Skor nyata × 100


Skor ideal

Keterangan:
Skor nyata = skor yang diperoleh
Skor ideal = skor tertinggi.

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎 ℎ


6. Interval data ∶ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑔𝑜𝑟𝑖

7. Interpretasi data dalam mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria

Tabel. 3.8
No Rentang Kategori Skor Penafsiran

1 81% - 100% Sangat baik

2 61% - 80% Baik

3 41% - 60% Cukup baik

4 21% - 40% Tidak baik

5 0% - 20% Sangat tidak baik

Kriteria Analisis Deskriptif Motivasi Berprestasi

Tabel. 3.9
Kriteria Analisis Deskriptif Perilaku Menyontek
No Rentang Kategori Skor Penafsiran

1 0% - 20% Sangat tinggi

2 21% - 40% Tinggi

3 41% - 60% Cukup

4 61% - 80% Rendah

5 81% - 100% Sangat rendah


8. Standar deviasi
√∑x2
SD = N

Keterangan :

SD : Standar deviasi
∑x2 : Jumlah semua deviasi, setelah mengalami proses
penguadratan terlebih dahulu
N : Number of cases62
Setelah data diolah dengan menggunakan rumus statistik

sederhana, kemudian kedua variabel maka data diklasifikasikan ke

dalam kategori interprestasi angket.

9. Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dianalisis dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujiannya adalah

jika nilai signifikasi (Sig) atau nilai probabilitas (p) > 0,05 maka data

tersebut berdistribusi normal. Dengan rumus sebagai berikut:

D0,05=

Keterangan: D : Kolmogorov Smirnov


1.36 : Harga D untuk level Sig.α 0.05
n1 : Jumlah sampel
n2 : Jumlah Sampel Y.63
10. Mengkorelasikan data antara dua variabel [N∑X2 - (∑X)2] [N ∑Y2 –

(∑Y2)]

Keterangan : : Indeks korelasi “r” product


moment
N : Number of cases
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor
X dan skor Y

62
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan....... hal.97
63
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h.
420
∑X : Jumlah seluruh skor X
∑Y : Jumlah seluruh skor Y
11. Memberikan interpretasi terhadap dengan menggunakan cara:
a. Interprestasi secara kasar (sederhana) berdasarkan pedoman JP.

Guilford berikut tabelnya :

Tabel. 3.10
Pedoman Interprestasi Product Moment
Besarnya “r” Product Interprestasi
Moment (rxy)
0 Tidak berkorelasi
0.01 – 0.199 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi,
akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat
rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap
tida ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)
0.20 – 0.399 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah
0.40 – 0.599 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
sedang atau cukup
0.60 – 0.799 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang kuat atau tinggi
0.80 – 1.00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sangat kuat atau sangat tinggi64
b. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai r product moment

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (H0)

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara

Motivasi Berprestasi dengan Perilaku

Menyontek Siswa di SMA N 1 Situjuh

Limo Nagari.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Motivasi

Berprestasi dengan Perilaku Menyontek Siswa di SMA

N 1 Situjuh Limo Nagari.

64
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, ..., hal.184
2) Mencari derajat bebasnya df dengan rumus :

df = N - nr

Keterangan : df : Derajat bebas


N : Jumlah sampel

3) Uji hipotesis dengan cara membandingkan rhitung dengan rtabel.

Jika rhitung > dari rtabel maka Ha (hipotesis alternatif) diterima dan

Ho (hipotesis nihil) ditolak, sedangkan jika rhitung < dari rtabel

maka Ho (hipotesis nihil) diterima dan Ha (hipotesis alternatif)

ditolak.

4) Mencari koefisien determinasi dengan rumus:


2
𝐷 = 𝑟𝑥𝑦 × 100%

Keterangan :

D : Determinan
r2 : Indeks Korelasi dikuadratkan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi hasil penelitian diperoleh dari pengumpulan data

instrument penelitian berupa pemberian skor. Pemaparan tersebut meliputi

variabel-variabel penelitian yaitu tentang motivasi berprestasi terhadap

perilaku menyontek, yang mencakup mean, median, mode, standar deviasi,

rentang skor (range), skor minimum, dan skor maksimum. Adapun

perolehan skor data variabel penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel. 4.11
Skor Data Empirik Variabel Penelitian Statistik

Statistics
Motivas Perilaku
iBerpres Menyont
tasi ek
Valid
N 49 49
Missing 0 0
Mean 81.2857 65.0816
Std. Error of Mean 1.06506 1.16527
Median 81.0000 65.0000
Mode 83.00 57.00
Std. Deviation 7.45542 8.15689
Variance 55.583 66.535
Range 38.00 38.00
Minimum 65.00 48.00
Maximum 103.00 86.00
Sum 3983.00 3189.00

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa skor data empirik variabel

motivasi berprestasi pada bagian Mean 81,28, pada bagian Median 81,00,
pada bagian Minimum 65, Maksimum 103, pada bagian standar deviasi

7,455 dan skor data empiris variabel perilaku menyontek pada bagian

Mean 65,081, pada bagian Median 65,00, pada bagian Minimum 48,

Maksimum 86 dan pada bagian standar deviasi 8,156.

1. Motivasi Berprestasi

Data tentang motivasi berprestasi di SMA N 1 Situjuh Limo

Nagari dikumpulkan menggunakan angket yang peneliti sebarkan

kepada sampel penelitian sejumlah 49 orang siswa kelas XI.

Angket yang disebarkan menggunakan skala likert yang terdiri

dari pernyataan positif dan negatif. Siswa bisa memilih dengan

alternatif jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, kurang

sesuai, tidak sesuai. Untuk pernyataan positif diberikan skor yaitu,

Sangat Sesuai=5, Sesuai=4, Cukup Sesuai =3, Kurang Sesuai =2, Tidak

Sesuai =1. Sedangkan untuk pernyataan negatif diberikan skor yaitu,

Sangat Sesuai=1, Sesuai=2, Cukup Sesuai =3, Kurang Sesuai =4, Tidak

Sesuai =5.

Di dalam angket tersebut terdapat 3 indikator yang dapat

mengungkapkan motivasi berprestasi yaitu memilih terlibat dalam tugas

akademik dari pada tugas-tugas non akademik, ulet dalam mengerjakan

tugas terutama pada waktu menghadapi hambatan, mengrahkan usaha,

baik berupa usaha secara fisik maupun secara kognitif, dengan cara

menerapkan starategi kognitif. Untuk mendapat hasil penelitian yang


rinci berkenaan dengan motivasi berprestasi maka skor yang diperoleh

dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.

Tabel 4.12
Daftar Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi
Interval Frekuensi % Kategori

97-104 1 2,04 Sangat baik


89-96 6 12,24 Baik
81-88 18 36,74 Cukup baik
73-80 16 32,65 Tidak baik
65-72 8 16,33 Sangat tidak
baik
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kategori sangat baik

dengan skor 97-104, frekuensi 1, dan persentase 2,04%. Kategori baik

dengan skor 89-96, frekuensi 6, dan persentase 12,24%. Kategori cukup

baik dengan skor 81-88, frekuensi 18, dan persentase 36,84%. Kategori

tidak baik dengan skor 73-80, frekuensi 16, dan persentase 32,65 %.

Kategori sangat tidak baik dengan skor 65-72, frekuensi 8, dan persentase

16,33%.

Diagram. 4.13
Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa di SMA N 1 Situjuah Limo
Nagari
40 36,74
35 32,65
30
25
20
15 12,24 16,33
Series2
10
5 2,04
0
Sangat Baik
baik Cukup
Tidak
baik Sangat
baik
tidak baik

Dari tabel 4.12 dan diagram 4.13 di atas dapat diketahui bahwa

1 orang siswa (2,04%) tersebut menyatakan bahwa motivasi berprestasi

siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori sangat baik, 6 orang

siswa (12,24%) menyatakan bahwa motivasi berprestasi siswa SMA N

1 Situjuh Limo Nagari pada kategori baik, 18 orang siswa (36,74%)

menyatakan bahwa motivasi berprestasi siswa SMA N 1 Situjuh Limo

Nagari pada kategori cukup baik, 16 orang siswa (32,65%) menyatakan

bahwa motivasi berprestasi siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada

kategori kurang baik, 8 orang siswa (16,33%) menyatakan bahwa

motivasi berprestasi siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori

sangat tidak baik.

2. Perilaku Menyontek

Data tentang menyontek di SMA N 1 Situjuah Limo Nagari

dikumpulkan menggunakan angket yang peneliti sebarkan kepada sampel

penelitian sejumlah 49 orang siswa kelas XI.


Angket yang disebarkan menggunakan skala likert yang terdiri dari

pernyataan positif dan negatif. Siswa bisa memilih dengan alternatif

jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah. Untuk

pernyataan positif diberikan skor yaitu, Selalu=1, Sering=2, Kadang-

kadang=3, Jarang=4, Tidak Pernah=5. Sedangkan untuk pernyataan

negatif diberikan skor yaitu, Selalu=5, Sering=4, Kadang-kadang=3,

Jarang=2, Tidak Pernah=1.

Di dalam angket tersebut terdapat 6 indikator yang dapat

mengungkapkan perilaku menyontek yaitu, prokratinasi dan self efficacy,

kecemasan yang berlebihan dan pikiran negatif, motivasi belajar dan

berprestasi, keterikatan pada kelompok serta keinginan akan nilai tinggi,

harga diri dan kendali diri, perilaku impulsive dan cari perhatian. Untuk

mendapat hasil penelitian yang rinci berkenaan dengan perilaku

menyontek maka skor yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel

distribusi frekuensi.

Tabel. 4.14
Daftar Distribusi Frekuensi Perilaku Menyontek
Interval Frekuensi % Kategori

80-87 2 4,08 Sangat tinggi


72-79 8 16,32 Tinggi
64-71 19 38,78 Cukup
56-63 16 32,65 Rendah
48-55 4 8,17 Sangat rendah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kategori sangat tinggi

dengan interval 80-87, frekuensi 2, persentase 4,08, kategori tinggi dengan

interval 72-79, frekuensi 8, persentase 16,32%, kategori cukup dengan


interval 64-71, frekuensi 19, dan persentase 38,78% , kategori rendah

dengan interval 56-63, frekuensi 16, dengan presentase 32,65%, dan

kategori sangat rendah dengan interval 48-55, frekuensi 4, dan persentase

8,17%.

Diagram. 4.15
Tingkat Perilaku Menyontek Siswa di SMA N 1 Situjuah Limo
Nagari

40 38,78
35 32,65
30
25
20 16,32
15
Series2
10 4,08
5 8,17
0
Sangat Tinggi
tinggi Cukup
Rendah
Sangat
rendah

Dari tabel 4.14 dan diagram 4.15 di atas dapat diketahui bahwa

2 orang siswa (4,08%) tersebut menyatakan bahwa perilaku menyontek

siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori sangat tinggi, 8

orang siswa (16,32%) menyatakan bahwa perilaku menyontek siswa

SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori tinggi, 19 orang siswa

(38,78%) menyatakan bahwa perilaku menyontek siswa SMA N 1

Situjuh Limo Nagari pada kategori cukup, 16 orang siswa (32,65%)

menyatakan bahwa perilaku menyontek siswa SMA N 1 Situjuh Limo


Nagari pada kategori rendah, 4 orang siswa (8,17%) menyatakan bahwa

perilaku menyontek siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori

sangat rendah.

B. Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis data yang peneliti lakukan pada penelitian ini

adalah uji normalitas.

1. Uji Normalitas

Tujuan pengujian normalitas sampling yaitu, untuk melihat asumsi

bahwa distribusi sampling dari galak taksiran sampel mendekati atau

mengikuti normalitas populasi. Keadaan sampling yang normal penting

karena merupakan persyaratan penggunaan statistik untuk pengujian

hipotesis.

Banyak teknik pengujian normalitas yang dipakai, namun yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Shapiro Wilk.

Jika nilai significance correlation (sig) pada hasil perhitungan besar

sama dari alpha maka data dapat dikatakan berdistribusi normal.

Sebaliknya jika nilai significance correlation (sig) pada hasil

perhitungan kecil sama dari alpha yang digunakan maka data dapat

dikatakan tidak berdistribusi normal. Alpha yang digunakan adalah

0,05.

Adapun hasil perhitungan uji normalitas terhadap 49 orang sampel

pada penelitian ini menggunakan jasa komputer dengan bantuan

program SPSS versi 16.0 adalah sebagai berikut:


Tabel: 4.16
Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
MotivasiBerprestasi 094 49 .200 .982 49 .635
*
PerilakuMenyontek .104 49 .200 .984 49 .726
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Dari tabel di atas terdapat kolom Kolmogorof-Smirnov dan

shapiro-Wilk, untuk menginterprestasikan kenormalan data pada

penelitian ini peneliti menggunakan hasil tes Shapiro Wilk. Berdasarkan

interprestasi SPSS 16.0 untuk uji normalitas bahwa jika nilai signifikan

pengujian > dari α maka data berdistribusi normal. Hasil pengujian

menunjukkan nilai signifikan Shapiro Wilk (0.635 dan 0,726) > dari α

(0.05) sehingga data diasumsikan berdistribusi normal. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut :


Berdasarkan kedua grafik diatas diketahui penyebaran data

mendekati garis normal, sehingga data dapat diasumsikan berdistribusi

normal.
C. Uji Hipotesis

1. Uji Korelasi Sederhana

Berdasarkan hasil pengolahan data melalui hipotesis dengan

korelasi product moment maka peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut:

Untuk mengetahui hubungan motivasi berprestasi terhadap perilaku

menyontek siswa di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari digunakan jasa

komputer dengan bantuan program SPSS versi 16.0 yang hasilnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.17
Tabel Hasil Perhitungan Korelasi

Correlations
PerilakuMenyontek MotivasiBerpresta
MotivasiBerprestasi Pearson Correlation -.317*
Sig. (2-tailed) .027
N 49
PerilakuMenyontek Pearson Correlation -
.
3
1
1
7
*

Sig. (2-tailed) .
0
2
7
N 4
49
9
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).

Setelah melakukan perhitungan, diperoleh hasil bahwa hubungan

motivasi berprestasi terhadap perilaku menyontek bernilai -0,317. Untuk


mengkorelasikan kedua variabel tersebut dicari df dengan rumus df = n-2

(49-2) maka df =47. Kemudian dilihat r tabel korelasi product moment

pada signifikan α 0,05 dengan df = 0,288. Berdasarkan pedoman

interpretasi jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > dari pada 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka tidak ada hubungan yang

signifikan. Pada hasil penghitungan tersebut diketahui bahwa 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

−0,317 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 0,288 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi

(hubungan) yang signifikan secara negatif antara motivasi berprestasi

dengan perilaku menyontek. Jika dilihat pada tabel pedoman interpretasi

product moment dapat disimpulkan bahwa -0,317 terletak pada (0,20-

0,399) maka diartikan berkorelasi lemah/rendah.

Berdasarkan tabel korelasi dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

motivasi berprestasi terhadap perilaku menyontek siswa di SMA N 1

Situjuh Limo Nagari, hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Hal ini terlihat dengan α 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar -0,317 sementara dari r tabel

dengan degree of freedom (df) 47 diperoleh angka 0,288 pada taraf

signifikan α0,05. Maka dapat diketahui bahwa angka indeks korelasi (𝑟𝑥𝑦 )

-0,317 dan 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > dari pada 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 0,288. Ini terletak antara 0,20-

0,399 dapat diperoleh suatu interprestasi bahwa motivasi berprestasi

memiliki korelasi yang “rendah” dengan perilaku menyontek di SMA N 1

Situjuh Limo Nagari. Sementara itu hasil koefisien determinasi = 10,04%.

Berdasarkan nilai tersebut dapat diartikan -0,317 variansi variabel motivasi

berprestasi dipengaruhi sebesar 10,04% oleh perilaku menyontek,

sementara 89,96% motivasi berprestasi dipengaruhi oleh faktor lainnya.


Untuk melihat hipotesis yang telah dirumuskan pada bab III, oleh

karena itu untuk menguji hipotesis tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

a. Ha : Terdapat hubungan motivasi berprestasi dan perilaku

menyontek secara negatif di SMA N 1 Situjuh Limo

Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.

b. Ho : Tidak terdapat hubungan motivasi berprestasi dan

perilaku menyontek secara negatif di SMA N 1 Situjuh

Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan

antara motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek secara negatif di

SMA N 1 Situjuh Limo Nagari, hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima.

2. Koefisien Determinasi

Menghitung determinasi sederhana dapat digunakan rumus :

D = (𝑟𝑥𝑦 )2 𝑥 100%

D = (−0,317)2 𝑥 100%

D = 0,100 𝑥 100%

D = 10,04%

Besarnya pengaruh motivasi berprestasi terhadap perilaku

menyontek di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari dari nilai koefisien

determinan antara motivasi berprestasi (X) dan perilaku menyontek (Y)

sebesar 10,04%. Angka ini menunjukkan bahwa 10,04% pengaruh


motivasi berprestasi terhadap perilaku menyontek selebihnya ditentukan

oleh faktor lain.

3. Uji Regresi Sederhana

Untuk mengetahui hasil analisis data regresi sederhana pada

variabel motivasi berprestasi terhadap perilaku menyontek, menggunakan

bantuan komputer program SPSS 16.0 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 4.18

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .317 .100 .081 7.81919

a. Predictors: (Constant), MotivasiBerprestasi

Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai R Square sebesar 0,100.

Nilai R Square adalah sebesar konstribusi variabel X (motivasi

berprestasi) terhadap variabel Y (perilaku menyontek). Hal tersebut

diketahui bahwa konstribusi motivasi berprestasi terhadap perilaku

menyontek sebesar 10,0%.

Tabel 4.19

ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 320.105 1 320.105 5.236 .027a
Residual 2873.569 47 61.140
Total 3193.673 48
a. Predictors: (Constant), MotivasiBerprestasi
b. Dependent Variable: PerilakuMenyontek
Tabel 4.20
Uji Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa
Unstan St
dardized andardized
Coefficients Coefficients
S B S
Model td.BError eta ig.T
1 ( 9 1 7 .
Constant) 3.237 2.356 .546 000
M
- . - - .
otivasiBer
.346 151 .317 2.288 027
prestasi
a. Dependent Variable:
PerilakuMenyontek

Ỳ= a+bX

Ỳ = 93,237 + (-0.346)X

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan persamaan regresi

93,237 + (-0.346)X, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan

perilaku menyontek dapat diperkirakan sebesar 93,237+(-0.346) dari

motivasi berprestasi.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan motivasi berprestasi dapat diketahui

bahwa 1 orang siswa (2,04%) tersebut menyatakan bahwa motivasi

berprestasi siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori sangat

baik, 6 orang siswa (12,24%) menyatakan bahwa motivasi berprestasi

siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori baik, 18 orang siswa

(36,74%) menyatakan bahwa motivasi berprestasi siswa SMA N 1 Situjuh


Limo Nagari pada kategori cukup baik, 16 orang siswa (32,65%)

menyatakan bahwa motivasi berprestasi siswa SMA N 1 Situjuh Limo

Nagari pada kategori kurang baik, 8 orang siswa (16,33%) menyatakan

bahwa motivasi berprestasi siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada

kategori sangat tidak baik.

Sedangkan hasil perhitungan perilaku menyontek dapat diketahui

bahwa 2 orang siswa (4,08%) tersebut menyatakan bahwa perilaku

menyontek siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori sangat

tinggi, 8 orang siswa (16,32%) menyatakan bahwa perilaku menyontek

siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori tinggi, 19 orang siswa

(38,78%) menyatakan bahwa perilaku menyontek siswa SMA N 1 Situjuh

Limo Nagari pada kategori cukup, 16 orang siswa (32,65%) menyatakan

bahwa perilaku menyontek siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada

kategori rendah, 4 orang siswa (8,17%) menyatakan bahwa perilaku

menyontek siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari pada kategori sangat

rendah.

Setelah melakukan perhitungan, diperoleh nilai r hitung= -0,317

kemudian dicari koefisien determinasi berdasarkan rumus sehingga

diperoleh hasil koefesien determinasi = 10,04%. Berdasarkan nilai tersebut

dapat diartikan -0,317 variansi variabel motivasi berprestasi siswa

dipengaruhi sebesar 10,04% oleh perilaku menyontek, selebihnya

dipengaruhi oleh faktor lain.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh motivasi

berprestasi terhadap perilaku menyontek siswa di SMA N 1 Situjuh Limo

Nagari, hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

Dari hasil analisis, ternyata hasilnya berbentuk negatif, maka dapat

diambil pengertian bahwa jika terjadi kenaikan skor pada motivasi

berprestasi maka perilaku menyontek siswa siswa akan menurun, sebaliknya

jika terjadi penurunan skor motivasi berprestasi maka perilaku menyontek

siswa akan meningkat. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa semakin

baik tingkat motivasi berprestasi maka akan menurun perilaku menyontek

siswa, dan sebaliknya makin rendah motivasi berprestasi maka makin tinggi

perilaku menyontek.

Sejalan dengan pendapat Pintrich dalam buku Dody Hartanto juga

menyatakan bahwa siswa yang tidak memiliki motivasi berprestasi dalam

belajar menjadi gejala lain yang muncul pada perilaku menyontek siswa,

dan siswa yang memiliki motivasi berprestasi akan berusaha menyelesaikan

tugas atau pekerjaan yang diberikan kepadanya melalui usahanya sendiri

dengan sebaik-baiknya. Sedangkan menurut Cizek dalam buku Dody

Hartanto siswa yang menyontek sering menunjukkan perilaku motivasi

belajar yang rendah. Siswa dengan motivasi belajar yang rendah dapat

menemui menemui berbagai macam kesulitan dalam belajar. Siswa yang

diketahui memiliki motivasi belajar yang rendah memiliki tingkat


pengetahuan dan pemahaman yang tidak memadai dalam menyelesaikan

tes.65

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa motivasi

berprestasi adalah seseorang yang tidak memiliki motivasi berprestasi

akan menjadi gejala lain pada perilaku menyontek. Sedangkan seseorang

yang memiliki motivasi berprestasi akan berusaha menyelesaikan tugas

yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Eric M. Anderman dan

Tamera B. Murdock, yang mengatakan tingkat kecerdasan seseorang turut

berperan dalam membentuk perilaku menyontek. Siswa yang memiliki

tingkat kecerdasan yang rendah diketahui lebih mudah terjebak dalam

permasalahan menyontek. Pada mata pelajaran tertentu siswa siswa turut

untuk menggunakan kemampuan kognitifnya. Siswa yang memiliki

kecerdasan yang baik akan dengan mudah menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan, sebaliknya siswa yang dengan kemampuan kognitif yang rendah

menemui berbagai kesulitan ketika mengerjakan tugas dengan kesulitan

tertentu. Perbedaan ini pada akhirnya membuat siswa dengan tingkat

kecerdasan rendah melakuakan perbuatan tidak terpuji yaitu menyontek.

65
Dody Hartono, Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya,.... hal.25-
26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh motivasi

berprestasi terhadap perilaku menyontek di SMA N 1 Situjuh Limo

Nagari, maka dapat peneliti simpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap perilaku menyontek

di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari. Hal ini terlihat dengan rhitung sebesar

0.317 sedangkan rtabel degree of freedom (df) 47 diperoleh angka 0.288

pada taraf signifikan 0,05. Maka dapat diketahui bahwa angka indeks

korelasi (rxy) -0.317 dan rhitung > dari pada rtabel yaitu 0.288 yang artinya

Ha diterima dan Ho ditolak.

2. Berdasarkan nilai (rxy) -0.317, terletak antara 0.200 – 0.399, yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan dalam korelasi rendah. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap

perilaku menyontek di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari.

B. Saran

Berdasarkan penelitian pengaruh motivasi berprestasi terhadap

perilaku menyontek di SMA N 1 Situjuh Limo Nagari yang telah

dilakukan dalam rangka mengetahui dari peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa SMA N 1 Situjuh Limo Nagari diharapkan untuk lebih

meningkatkan motivasi berprestasi dan menyadarkan siswa akan

pentingnya motivasi berprestasi, karena motivasi berprestasi


mempengaruhi hasil belajar yang akan diperoleh siswa, untuk itu

peneliti berharap kepada siswa untuk meningkatkan motivasi

berprestasi yang sudah ada dan berusaha untuk selalu

meningkatkannya, karena semakin tinggi motivasi berprestasi

seseorang akan cenderung menolak melakukan perbuatan menyontek

dalam proses belajar.

2. Bagi guru, sebaiknya guru memperhatikan dan membangkitkan

motivasi berprestasi siswa terutama dalam belajar, sehingga siswa

dapat memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dalam menjawab soal

ulangan tanpa harus bergantung pada teman.

3. Bagi peneliti, peneliti dapat mengembangkan instrumen yang dapat

mengukur motivasi berprestasi secara tepat guna untuk mengurangi

keterbatasan pada penelitian ini, serta peneliti juga dapat memperluas

populasi dan sampel agar dapat digeneralisasikan pada subjek yang

lebih luas lagi.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka


Cipta

_____________. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

_____________. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

_____________. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 2010. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Djalali, 2006. Psikologi Pendidika., Jakarta: PT Bumi Aksara

E. 2018. Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran. Situjuh: SMA N 1


Situjuh Limo Nagari

Hartono, Dody. 2011, Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya.


Yogyakarta: indeks

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitiandengan Statistik. Jakarta: PT Bumi


Aksara
Hawadi, Reni Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: PT Grafindo

Indriasri, http://indriasri.blogspot.com/masalah-menyontek-cheating-di-
dunia.html. (Online, diakses pada 27 Maret 2018)

Mualimin, 2013, Korelasi Motivasi Berprestasi dan Minat Organisasi terhadap


Indeks Prestasi Belajar Mahasiswa Bidikmisi Jurusan Biologi FMIPA
UNNES, Skripsi Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negri Semarang
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Prasetyo, Bambang, dkk. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada
Prihandrijani, Elisabeth. 2016. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Dukungan
Sosial terhadap Flow Akademik pada Siswa SMA X di Surabaya. Tesis
Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Purwanto, Ngalim. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitaif untuk Psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_____________. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman. 2009. Analisis Korelasi, Regresi
dan Jalur dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia
Sardiman. 2011 Interaksi dan Motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Raja Garfindo
Persada
Sarwono, Sarlito, W. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Setyosari, Punaji. 2012. Metedologi Pengembangan. Jakarta: Kencana

Shaleh, Abdul Rahman. 2004. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D Bandung: Alfabeta

_______. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Siregar, Syofian. 2004. Statistik Parametrik ntuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta :


PT Bumi Aksara

Syafwar, Fadhilla. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Batusangkar : STAIN


Batusangkar Press
Taylor, R Kelly. 2003. Cheater Cheater. Proquest Eduacation Journal
Tjetje, 1980. Kesukaran-Kesukaran dalam Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka

W.S, Winkel. 1987. Bimbingan dan Penyuluhan disekolah Menengah, Jakarta:


Gramedia
Walgito, Bimo. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV Andi Offset

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri

Anda mungkin juga menyukai