Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA MATERI SISTEM

PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI


PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBANTUAN APLIKASI SYSTEL UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP

PROPOSAL TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapat Gelar Magister


Pendidikan Matematika

Oleh
NURHASAN
19102019

MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
IKIP SILIWANGI
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat

yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tesis ini tanpa

halangan dan rintangan yang berarti.

Penulis menyusun proposal tesis ini dengan judul “Pengembangan Bahan

Ajar pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui

Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Berbantuan Aplikasi Systel

untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

SMP” untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister

Pendidikan.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait

dalam penyusunan proposal ini. Terutama penulis ucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Heris Hendriana, M.Pd selaku Rektor IKIP Siliwangi

Cimahi Bandung yang telah memberikan para mahasiswa untuk mengikuti

perkuliahan

2. Bapak Dr. Wahyu Hidayat, M.Pd selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Matematika yang senantiasa memberikan arahan dan

bimbingan selama perkuliahan

3. Bapak Prof. Jozua Sabandar, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang

senantiasa memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal

ini
4. Ibu Dr. Nelly Fitriani, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa

memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini

5. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Magister Pendidikan Matematika IKIP

Siliwangi Cimahi Bandung yang selalu memotivasi dalam proses

penyusunan proposal ini.

Dan kami menyadari bahwa proposal yang kami susun masih jauh dari

sempurna. Kritik dan saran serta bimbingan menjadi harapan kami untuk kami

jadikan sebagai acuan untuk peningkatan kearah yang lebih baik dan kami

haturkan permohonan maaf atas segala kekhilafan dalam penyusunan proposal

ini.

Bandung, 20 Juni 2020

Penyusun

Nurhasan
LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PADA MATERI SISTEM


PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BERBANTUAN APLIKASI SYSTEL UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP

Oleh
NURHASAN
19102019

Disahkan dan disetujui :


Di : Bandung
Tanggal : 01 Juli 2020

Yang Mengesahkan

Penguji I Penguji II

Prof. Jozua Sabandar, Ph.D. Dr. Nelly Fitriyani, M.Pd


PROPOSAL TESIS

A. Judul Penelitian

Pengembangan Bahan Ajar pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Berbantuan

Aplikasi Systel untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa SMP

B. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari Sekolah

Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi. Hal itu menunjukkan betapa

pentingnya peranan matematika dalam dunia pendidikan dan perkembangan

teknologi sekarang ini. Selain itu matematika merupakan salah satu mata

pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan

matematis siswa. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM,

2000) merumuskan tujuan pembelajaran matematika yaitu belajar untuk

berkomunikasi (mathematical communication), belajar untuk bernalar

(mathematical reasoning), belajar untuk memecahkan masalah (mathematical

problem solving), belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection),

dan belajar untuk merepresentasikan ide-ide (mathematical representation).

Dalam mempelajari matematika maupun mata pelajaran lainnya, agar

pembelajaran menjadi bermakna maka dalam proses pembelajarannya selalu

bergantung pada kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh para siswa.


Salah satu kemampuan yang harus dikembangkan dari para siswa adalah

kemampuan pemecahan masalah.

Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat

tinggi. Masalah merupakan gap antara kenyataan dengan apa yang diharapkan.

Gap dan kesenjangan tersebut perlu diminimalisir, dipecahkan dan

diselesaikan. Kemampuan pemecahan masalah harus dibekalkan kepada

siswa, bukan hanya digunakan untuk menyelesaikan konsep matematis,

menjawab soal tentang pembelajaran yang hanya membutuhkan aspek

kognitif, tetapi digunakan siswa sebagai bekal menyelesaikan segala

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, yang melibatkan berbagai elemen

maupun persoalan yang kompleks. Oleh karena itu, kemampuan ini sangat

penting untuk dikuasai siswa. Langkah pemecahan masalah menurut Polya

(1973) yaitu kemampuan memahami masalah, kemampuan merencanakan

langkah pemecahan masalah, kemampuan melakukan perhitungan secara

matematis, dan mengecek kembali jawaban.

Keberhasilan pembelajaran pada suatu materi didukung oleh berbagai

macam faktor, baik dari guru, sarana, maupun siswa itu sendiri. Siswa mampu

menyerap materi pelajaran dengan baik bila semua komponen tersebut

memadai. Metode pembelajaran yang inovatif, media dan sarana pembelajaran

yang representatif menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan

pembelajaran. Pembelajaran yang baik dapat mempengaruhi kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa.


Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran yang ada di

lapangan masih jauh dari kata representatif. Sebagian besar guru masih

menerapkan metode pembelajaran konvensional dan terkesan monoton dan

bersifat teacher centered sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam

menyerap dan memahami materi. Hal tersebut membuat para siswa merasa

kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal atau masalah-masalah yang disajikan

kepada mereka.

Para peneliti terdahulu, berupaya memecahkan masalah-masalah dalam

pembelajaran seperti tersebut di atas, baik melalui inovasi metode

pembelajaran maupun inovasi dalam media dan sarana pembelajaran. Salah

satu yang saat ini sedang dikembangkan adalah bahan ajar berbasis aplikasi

android. Hal ini didasari penggunaan smartphone atau gadget yang sangat

marak sehingga menggugah para praktisi pendidikan untuk menciptakan

inovasi baru dalam pembelajaran melalui bantuan teknologi berbasis aplikasi.

Dari berbagai aplikasi yang dapat digunakan sebagai fasilitas dalam

pembelajaran, penulis mencoba mengambil salah satu aplikasi yaitu Aplikasi

Smartphone Systel.

Berdasarkan paparan diatas, maka penulis bermaksud melaksanakan

penelitian dalam hal pengembangan media pembelajaran. Dan penulis beri

judul penelitian ini dengan “Pengembangan Bahan Ajar pada Materi

Persamaan Linear Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Berbantuan Aplikasi Systel untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa SMP”


C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengembangan bahan ajar yang dibuat untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP?

2. Bagaimana skenario dan implementasi pembelajaran materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel pada siswa SMP Kelas VII dengan

menggunakan pendekatan kontekstual berbantuan Aplikasi Systel?

3. Bagaimana respon siswa SMP Kelas VII terhadap pembelajaran materi

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan menggunakan pendekatan

kontekstual berbantu Aplikasi Systel?

4. Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh siswa SMP Kelas VII dalam

menyelesaikan soal untuk kemampuan pemecahan masalah?

5. Bagaimana kemampuan pemecahan siswa SMP Kelas VII setelah

digunakannya pendekatan kontekstual berbantu Aplikasi Systel ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menelaah :

1. Pengembangan bahan ajar yang dibuat untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa SMP

2. Skenario dan implementasi pembelajaran materi sistem persamaan linear

dua variabel pada siswa SMP Kelas VII dengan menggunakan pendekatan

kontekstual berbantuan Aplikasi Systel


3. Respon siswa SMP Kelas VII terhadap pembelajaran materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel dengan menggunakan pendekatan

kontekstual berbantu Aplikasi Systel

4. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa SMP Kelas VII dalam

menyelesaikan soal untuk kemampuan pemecahan masalah

5. Kemampuan pemecahan siswa SMP Kelas VII setelah digunakannya

pendekatan kontekstual berbantuan Aplikasi Systel.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat:

1. Bagi Lembaga

Penelitian ini diharapkan menjadi bagian penting bagi lembaga untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dan pengajaran di

lembaga tersebut.

2. Bagi Guru

Penelitian ini menjadi salah satu acuan bagi guru untuk menerapkan

inovasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

yang menjadi tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru

3. Bagi Siswa

Penelitian ini menjadi buah manis bagi siswa dalam memahami dan

mempelajaran materi pada mata pelajaran Matematika sehingga para siswa

lebih mudah memahami dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan

dengan Matematika
F. Definisi Operasional

1. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang

berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara

mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau

subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi

dalam Lestari, 2013:1). Pengertian ini menjelaskan bahwa suatu bahan ajar

haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah intruksional karena akan

digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses

pembelajaran.

Bahan ajar yang dikembangkan oleh penyusun adalah bahan ajar berupa

lembar kerja siswa yang disajikan melalui sebuah aplikasi berbasis

smartphone dan computer sehingga bahan ajar ini lebih interaktif dan

mudah dipahami oleh siswa

2. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL)

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari

berguna sebagai hidupnya nanti.

Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri

dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang

efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,

pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan

kontekstual, guru memfasilitasi siswa dengan pemberian masalah yang

berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari untuk diselesaikan dengan

bimbingan dari guru. Masalah-masalah yang disajikan berupa masalah

yang konkret yang sering dijumpai di kehidupan sehari-hari.

3. Aplikasi Systel ((Sistema de Ecuaciones Lineales)

Aplikasi Smartphone Systel (Sistema de Ecuaciones Lineales) atau

Sistem (Systems of Linear Equations) adalah program paling lengkap

untuk membantu memecahkan sistem persamaan linear dengan cara

substitusi, eliminasi dan metode reduksi. Resolusi ini akan dilakukan

dengan menunjukkan setiap langkah yang diperlukan untuk mencapai

solusi, berinteraksi dengan pengguna. Ini juga menyediakan grafik fungsi


yang terkait dengan persamaan yang diperkenalkan untuk lebih memahami

pengguna, serta interpretasi geometris dari mereka. Ini dapat

dimungkinkan untuk bergerak secara horisontal dan vertikal, serta

kemungkinan zoom, sesuai dengan keinginan pengguna. Selain itu, dapat

dimungkinkan pula pengguna melakukan penilaian diri yang terdiri dari 10

pertanyaan, dari 30 pertanyaan secara acak dalam urutan kesulitan yang

berbeda-beda. Jadi, aplikasi ini berisi tentang pemecahan masalah, yang

dipengaruhi oleh perkembangan jaman, di mana yang pemecahan masalah

dilakukan dengan cara contoh dan 5 lainnya disarankan kepada pengguna.

Lalu aplikasi ini menyediakan bahasa Spanyol dan Inggris.

Aplikasi ini diterapkan dalam pembelajaran sebagai fasilitas untuk

memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran dan menyelesaikan

masalah-masalah yang disajikan kepada mereka. Dalam pembelajaran

mereka diberi masalah yang berkaitan Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel untuk kemudian diselesaikan melalui aplikasi ini baik dengan

bantuan gadget ataupun komputer. Aplikasi ini menampilkan grafik, hasil

penyelesaian, dengan langkah yang sistematis sehingga mudah dimengerti

oleh siswa.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi

kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak

dicapai.Memecahkan suatu masalah matematika itu bisa merupakan

kegiatan menyelesaikan soal cerita, me-nyelesaikan soal yang tidak


rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau

keadaan lain. Dalam dunia pendidikan khususnya siswa, mereka akan

menghadapi masalah jika materi pembelajaran dengan soal atau

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan soal cerita yang

berkaitan denga kehidupan sehari-hari. Pertanyaan tersebut menjadi

masalah bagi siswa apabila pertanyaan itu harus dipahami dan

merupakan tantangan yang harus dipecahkan namun mereka sulit untuk

memecahkannya.

G. Kajian Teoritis

1. Bahan Ajar

Depdiknas (2006:4) mendefinisikan “bahan ajar atau materi

pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam

rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Menurut Prastowo (2012:17) Bahan ajar pada dasarnya merupakan

segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara

sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan

dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center

for Competency Based Training dalam Majid (2008:174) “bahan ajar

adalah segala bentuk bahan yang digunakan guru/instruktur dalam


melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud

dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis”

a. Jenis-jenis Bahan Ajar

1) Bahan ajar cetak (printed), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan

dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran

atau penyampaian informasi. Contoh: handout, buku, modul,

lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wall chart, foto/gambar, model,

atau maket

2) Bahan ajar dengar (audio) atau program audio, yaitu: semua sistem

yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat

dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang.

Contoh: kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu: segala sesuatu

yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan

gambar bergerak secara sekuensial. Contoh: video, compact disk,

dan film.

4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yaitu:

kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar,

animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau

diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan atau

perilaku alami dari presentasi. Contoh: compact disk interaktif.


b. Cara Kerja Bahan Ajar

1) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan. Bahan ajar ini adalah bahan

ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk

memproyeksikan isi di dalamnya. Sehingga, siswa bisa langsung

mempergunakan membaca, melihat,mengamati bahan ajar tersebut.

Contoh: foto, diagram, display, model, dan lain sebagainya.

2) Bahan ajar yang diproyeksikan. Bahan ajar yang diproyeksikan

adalah bahan ajar yang memerlukan proyektor agar bisa

dimanfaatkan dan atau dipelajari siswa. Contoh: slide, filmstrips,

overhead transparencies (OHP), dan proyeksi komputer.

3) Bahan ajar audio. Bahan ajar audio adalah bahan ajar yang berupa

sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk

menggunakannya, kita mesti memerlukan alat pemain (player)

media perekam tersebut, seperti tape compo,CD, VCD, multimedia

player, dan sebagainya. Contoh: kaset, CD, flash disk, dan

sebagainya.

4) Bahan ajar video. Bahan ajar ini memerlukan alat pemutar yang

biasanya berbentuk video tape player, VCD, DVD, dan sebagainya.

Karena bahan ajar ini hamper mirip dengan bahan ajar audio, jadi

memerlukan media rekam. Namun, perbedaannya bahan ajar ini

ada pada gambarnya. Jadi, secara ber samaan, dalam tampilan

dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara. Contoh: video,

film, dan lain sebagainya


5) Bahan (media) komputer. Bahan ajar komputer adalah berbagai

jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan komputer untuk

menayangkan sesuatu untuk belajar. Contoh: computer mediated

instruction (CMI) dan computer based multimedia atau hypermedia

c. Sifat Bahan Ajar

1) Bahan ajar berbasiskan cetak. Yang termasuk dalam kategori bahan

ajar ini adalah buku, pamphlet, panduan belajar siswa, bahan

tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari majalah

atau Koran, dan lain sebagainya.

2) Bahan ajar berbasiskan teknologi. Yang termasuk dalam kategori

bahan ajar ini adalah audioassete, siaran radio, slide, filmstrips,

film, video, siaran televise, video interaktif, computer based

tutorial, dan multimedia.

3) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek. Contoh: kit

sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya.

4) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan ineraksi manusia

(terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh). Contoh: telepon,

handphone, video conferencing, dan lain sebagainya.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi

kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak

dicapai.Memecahkan suatu masalah matematika itu bisa merupakan


kegiatan menyelesaikan soal cerita, me-nyelesaikan soal yang tidak

rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau

keadaan lain. Dalam dunia pendidikan khususnya siswa, mereka akan

menghadapi masalah jika materi pembelajaran dengan soal atau

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan soal cerita yang

berkaitan denga kehidupan sehari-hari. Pertanyaan tersebut menjadi

masalah bagi siswa apabila pertanyaan itu harus dipahami dan

merupakan tantangan yang harus dipecahkan namun mereka sulit untuk

memecahkannya.

Kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki setiap orang terutama

untuk siswa dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan matematis untuk

meningkatkan hasil belajar siswa yang baik terutama pada kemampuan

pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah tidak hanya

meningkatkan hasil belajar siswa tetapi dapat meningkatkan daya analitis

dan membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi

dalam pengajaran matematika maupun pengajaran lain serta dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini dikemukakan oleh Cooney (Amalia et al.,

2018) bahwa dengan mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah

akan memungkinkan siswa tersebut menjadi lebih analitis mengambil

keputusan dalam kehidupan.

Menurut (N & Senjayawati, 2018) “Pemecahan masalah merupakan

suatu proses memecah atau menyelesaikan suatu persoalan dengan


menggunakan prosedur-prosedur yang diharapkan.” Pemecahan masalah

kerapkali digunakan sebagai ukuran dan konsep merubah dalam

mempelajari matematika, yakni penerapan konsep dan pengetahuan

matematika dalam situasi nyata. Adapun indikator KPM menurut Polya

(Windari et al., 2014) diantaranya sebagai berikut:

a. Memahami masalah Dalam memahami masalah meliputi identifikasi,

membuat rangkuman dari fakta-fakta, bahkan masalah yang

ringkaspun ditelaah secara berulang-ulang agar dapat dipahami dengan

seksama.

b. Menentukan rencana prosedur memecahkan masalah Masing-masing

solusi pemecahan masalah dirinci secara detail disesuaikan dengan

permasalahan yang ada. Siswa juga diharuskan memiliki pengalaman-

pengalaman dalam mengerjakan tes untuk kemudian diterapkan dalam

prosedur penyelesaian masalah.

c. Menyelesaikan prosedur penyelesaian masalah Agar solusi yang dicari

sesuai dengan jawaban yang diinginkan, maka strategi pemecahan

hasus dilaksanakan secara hati-hati. Berbagai macam soal dalam

bentuk tabel, diagram ataupun simbol harus dirinci seruntut mungkin

agar si pemecah masalah tidak merasa kebingungan ketika dituntut

untuk menyelesaikan masalah.

d. Memeriksa kembali jawaban Dalam aspek ini berbagai solusi harus

dipertimbangkan dan cocok dengan inti permasalahan.


3. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL)

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,

manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari

berguna sebagai hidupnya nanti.

Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri

dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang

efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,

pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.

(Yadin et al., 2019) mengemukakan bahwa pendekatan kontekstual itu

ialah pendekatan yang berusaha menyatukan proses pembelajaran dengan

kondisi siswa, jadinya siswa mampu dengan mudah memahami konteks

yang sedang siswa pelajari. Untuk menguatkan pemahaman konsep bagi


siswa SMP, guru dapat mengaitkan dengan situasi yang dialami siswa.

Salah satu alternatif siasat yang dapat diambil adalah dengan

digunakannya benda nyata yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan

sehari-hari sebagai media untuk menjelaskan materi.

(Sulastri, 2016) mendefinisikan bahwa pendekatan kontekstual

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa serta dapat mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh

komponen pembelajaran. Beliau melanjutkan dengan menjelaskan bahwa

dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya

dalam status mereka, dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan

menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya

nanti. Sehingga akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri

yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan

siswa akan berusaha untuk menggapainya. Melalui Pendekatan

kontekstual, siswa diharapkan mampu mengaitkan makna pada mata

pelajaran- pelajaran akademik mereka dengan cara yang tepat. Ketika para

siswa.

4. Aplikasi Systel (Sistema de Ecuaciones Lineales)

Aplikasi Smartphone Systel (Sistema de Ecuaciones Lineales) atau

Sistem (Systems of Linear Equations) adalah program paling lengkap

untuk membantu memecahkan sistem persamaan linear dengan cara


substitusi, eliminasi dan metode reduksi. Resolusi ini akan dilakukan

dengan menunjukkan setiap langkah yang diperlukan untuk mencapai

solusi, berinteraksi dengan pengguna. Ini juga menyediakan grafik fungsi

yang terkait dengan persamaan yang diperkenalkan untuk lebih memahami

pengguna, serta interpretasi geometris dari mereka. Ini dapat

dimungkinkan untuk bergerak secara horisontal dan vertikal, serta

kemungkinan zoom, sesuai dengan keinginan pengguna. Selain itu, dapat

dimungkinkan pula pengguna melakukan penilaian diri yang terdiri dari 10

pertanyaan, dari 30 pertanyaan secara acak dalam urutan kesulitan yang

berbeda-beda. Jadi, aplikasi ini berisi tentang pemecahan masalah, yang

dipengaruhi oleh perkembangan jaman, di mana yang pemecahan masalah

dilakukan dengan cara contoh dan 5 lainnya disarankan kepada pengguna.

Lalu aplikasi ini menyediakan bahasa Spanyol dan Inggris

H. Metode dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk

mengembangkan media pembelajaran. Produk yang dihasilkan berupa media

pembelajaran pada materi Sistem Persamaan Linear dengan pendekatan

kontekstual berbantu Aplikasi Systel.

Secara garis besar tahapan penelitian meliputi:

1. Studi pendahuluan dalam bentuk studi kepustakaan, survei ke sekolah dan

penyusunan draft serta validasi model pembelajaran


2. Uji coba pengembangan model pembelajaran dalam bentuk uji coba

terbatas dan uji coba dalam lingkup yang lebih luas

3. Uji produk dan sosialisasi hasil uji produk

4. Setelah itu produk yang dihasilkan kemudian disosialisasikan

I. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII di salah satu SMP di

Rengasdengklok Karawang yang berjumlah 14 orang siswa laki-laki dan 18

orang siswa perempuan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan, siswa-siswa memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Kemampuan yang homogen

2. Tingkat kecerdasan yang beragam

3. Latar belakang keluarga dan pendidikan sebelumnya yang berbeda-beda

J. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa:

1. Tes tertulis unutk mengukur pengetahuan siswa pada materi sistem

persamaan linear

2. Angket/skala sikap untuk mengukur respon guru dan siswa (terbuka dan

tertutup)

3. Lembar observasi guru dan siswa

Instrumen tersebut kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing agar

memiliki validitas isi. Sedangkan untuk memiliki validitas empiris maka


instrumen tersebut diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya

pembeda dan indeks kesukarannya.

a. Validitas

Untuk menghitung validitas tes digunakan rumus korelasi product moment

Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut:

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Ruseffendi, 2005: 166

Keterangan :

rxy: Koefisien Korelasi

n : Banyaknya peserta tes

X : Skor siswa pada tiap butir soal

Y : Skor total

b. Reliabiltas

Reliabilitas suatu tes adalah tingkat ketepatan suatu alat ukur yang dapat

diandalkan sebagai alat pengambil data. Alat ukur yang reliable adalah

alat ukur yang jika digunakan untuk mengukur subjek yang sama

berulang-ulang hasilnya relatif sama.

Rumus yang digunakan adalah cronbach alpa, sebagai berikut :

2
n ∑S
( )(
r 11 =
n−1
1− 2 i
St )
Suherman, ( Yuli 2007 : 32)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas yang dicari

n = Butir items tes


∑Si² = Jumlah variansi skor dari tiap butir item

St² = varians skor total

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal itu

dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah, yang dapat dilihat dari dapat dan tidaknya siswa

mengerjakan soal.

Daya pembeda dapat dihitung dengan rumus yang akan digunakan

menurut Jauhara dan Zauhari (Hendriana, 2009:79) adalah :

JBA – JBB
DP =
JSA .SMI
Keterangan:

DP : daya pembeda

JBA : jumlah skor dari kelompok atas

JBB : jumlah skor dari kelompok bawah

JSA : jumlas siswa kelompok atas atau bawah (27 % dari seluruh

peserta tes)

SMI : Skor Maksimum Ideal

d. Indeks Kesukaran

Untuk mengetahui suatu soal baik atau tidak, perlu diketahui mudah atau

sukarnya soal tersebut.

Derajat kesukaran butir suatu soal dinyatakan dengan bilangan yang

disebut tingkat kesukaran. dapat dilakukan penghitungan tingkat

kesukaran soal dengan menggunakan rumus berikut :


JBA – JBB
IK = 2JSA .SMI
(Hendriana, 2009:79)

Keterangan :

IK adalah indeks kesukara

JBA adalah jumlah skor dari kelompok atas

JBB adalah jumlah skor dari kelompok bawah

JSA adalah jumlas siswa kelompok atas atau bawah (27 % dari seluruh

peserta tes)

SMI adalah Skor Maksimum Ideal

Kriteria tingkat kesukaran dan hasil perhitungannya adalah sebagai

berikut (Arikunto, 2003 : 210),

- Soal dengan IK 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

- Soal dengan IK 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

- Soal dengan IK 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

K. Prosedur Pengolahan Data

Seluruh data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan SPSS dan

Microsoft Excel untuk mengetahui deskripsi sejauh kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa dalam materi sistem persamaan linear di kelas VIII

serta deskripsi implementasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kontekstual berbantuan Aplikasi Systel

L. Jadwal Penelitian

Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5 6

1. Penyusunan Proposal √

2. Penyusunan skenario pembelajaran dan instrumen



penelitian

3. Uji coba instrumen penelitian √

4. Penelitian di lapangan √ √

5. Pengolahan data √

6. Penulisan bab I-III √

7. Penulisan bab IV-V √


DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2009). Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Mata Kuliah


Medan Elektromagnetik. Jurnal Edukasi@Elektro, 5(1), 11–18.

Cooke, B. D., & Buchholz, D. (2005). Mathematical communication in the


classroom: A teacher makes a difference. In Early Childhood Education
Journal. https://doi.org/10.1007/s10643-005-0007-5

Hunt, T., Carper, J., Lasley, T., Raisch, C., & Dickey, E. M. (2013). National
Council of Teachers of Mathematics. In Encyclopedia of Educational
Reform and Dissent. https://doi.org/10.4135/9781412957403.n297

Laelasari, L., Rohaeti, E. E., & Fitriani, N. (2018). Peningkatan Kemampuan


Komunikasi Matematis Dan Keterampilan Belajar Siswa Smp Dengan
Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning. JPMI (Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(5), 847.
https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p847-856

Lestari, N., Hartono, Y., & Porwoko. (2016). Matematika Siswa Sekolah
Menengah Pertama Palembang Neny Lestari , Yusuf Hartono , dan Purwoko.
Jurnal Pendidikan Matematika, 10(1), 81–95.

Masfingatin, T. (2013). Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah Pertama Dalam


Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Adversity Quotient. JIPM
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 2(1).
https://doi.org/10.25273/jipm.v2i1.491

Mipa, D. F., & Palembang, U. P. (2011). Desain pembelajaran penjumlahan dan


pengurangan pecahan dengan menggunakan timbangan siswa kelas iv.

Mulhamah, M., & Putrawangsa, S. (2016). Penerapan Pembelajaran Kontekstual


dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal
Pendidikan Matematika, 10(1), 59–80.
https://doi.org/10.22342/jpm.10.1.3279.58-80

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. In School


Science and Mathematics.

NCTM. (1991). Professional standards for teaching mathematics: related to dis.


Nctm. https://doi.org/NCTM

Oktaviani, S., Santoso, B., & Hiltrimartin, C. (2017). Penggunaan Powerpoint


Game Pada Pembelajaran Lingkaran Di Kelas Viii Smp Negeri 1 Tanjung
Raja. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1).
https://doi.org/10.22342/jpm.11.1.4131.29-42

Anda mungkin juga menyukai