Anda di halaman 1dari 64

Menularkan Kegemaran Belajar

Guru Belajar Edisi ke 3 Tahun Keempat, Mei 2019

LITERASI UNTUK BELAJAR


Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat
1
BERANDA

Kontributor

Surat Kabar Editor tulisan

Guru Belajar
Info Surat Kabar Guru Belajar

Terbit setiap dua bulan sekali, surat kabar


ini menampilkan praktik baik pengajaran Panji Irfan M. Rizky Satria
Iwan Apriana Puti Almirsha
dan pendidikan untuk menularkan SMP Tunas Argo KGB Bandung KGB Tangerang Selatan
Hamid
kegemaran belajar pada komunitas guru. Seruyan Kalteng SMPN 1 Nagreg
Sekolah Cikal Serpong
FB : Rizky Satria
Sekolah Cikal Serpong
IG :@panji26irfan FB : Iwan Apriana
Isi tidak sepenuhnya mewakili pandangan FB : Panji Irfan
IG : @rizkysatria87
IG : @almirshalitteacher

redaksi.

Desain Grafis
Dewan Redaksi

Najelaa Shihab
Bukik Setiawan
Rizqy Rahmat Hani
M. Abdurrahman B

Suhud Rois Ina Lina


Idham Sumirat
KGB Cimahi KGB Surabaya
KGB Wonosobo
SD Peradaban Insan Paud Hidayah Surabaya
SD N 1 Pagerejo
Mulia Cimahi IG :@veenuz027
IG :@id_galeria
IG :@suhudrois FB : Lina Ina
FB : Idham Sumirat
Alamat Surat Elektronik dan Media Sosial FB : Suhud Rois

Kampusguru@cikal.co.id
Kampus Guru Cikal
Kampusgurucikal
@Kampusgurucikal
Lukman Hakim Wilma A.I.S Kailola Sarah Aulia W.
KGB Pekalongan KGB Jakarta Pusat KGB Lamongan
SMA Islam Pekalongan Sekolah Kembang GLOBAL INBYRA SCHOOL
Alamat Kantor IG :@uklukhakim -Kemang IG :@aulia.sarah16
FB : Lukman Hakim IG :@wilmakailola FB : Auli Aulia Sarah
Jl. Ciater Rawa Mekar Jaya, FB : -
Serpong
Tangerang Selatan, 15310

Rizqy Rahmat Hani Muhammad Abdurrahman B


KGB Pekalongan KGB Pekalongan
Kampus Guru Cikal Kampus Guru Cikal
IG :@rizqyrahmat IG :@mamanbasyaiban
FB : Rizqy Rahmat Hani FB : Muhammad Abdurrahman
Basyaiban

2 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


DARI REDAKSI

Bukik Setiawan
dewan redaksi

Literasi untuk Apa?

Banyak guru, sekolah dan penggiat pendidikan kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh
mengadakan kegiatan literasi di berbagai pusat. Pengajaran literasi hendaknya menunjang
konteks. Pertanyaan reflektif di Surat Kabar tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran dan
Guru Belajar ini adalah buat apa literasi? pendidikan.

Dalam sebuah Temu Pendidik Mingguan, saya Pengajaran literasi akan membantu murid
terlibat percakapan dengan seorang guru dalam mencari, mendapatkan, mengolah dan
yang bingung merancang pengajaran literasi. menggunakan informasi untuk mencapai suatu
Selidik punya selidik, kebingungan tersebut tujuan atau untuk menyelesaikan masalah.
berakar pada asumsi kegiatan literasi diadakan Kompetensi literasi yang berkembang akan
sebatas pada 15 menit membaca sebelum membuat murid lebih lancar dalam mencapai
pelajaran dimulai. Asumsi yang memisahkan tujuan pengajaran. Lebih mudah memahami
antara pengajaran literasi dengan “pengajaran tujuan pengajaran, lebih mandiri dalam mencari
biasanya”. dan mengolah informasi, lebih tangguh dalam
menghadapi kesulitan dalam penggunaan
Pengajaran literasi dipisahkan dari pengajaran informasi dan tentu saja, lebih mudah
yang dilakukan setiap harinya. Bukan hanya melakukan refleksi proses dan hasil belajar pada
pemisahan cara pengajaran, pengajaran literasi suatu mata pelajaran. Lebih jauh lagi, murid
pun dipisahkan tujuannya. Pengajaran literasi dengan kemampuan literasi pun lebih mampu
mengejar suatu tujuan tertentu, pengajaran menghadapi tantangan dan menyelesaikan
biasa mengejar tujuan yang lain. Ketika tujuan persoalan hidupnya.
berbeda, penilaian keberhasilannya pun
berbeda. Pada ujungnya, pengajaran literasi Jadi buat apa pengajaran literasi? Untuk
justru menjadi beban bagi guru, tanpa paham membantu murid lebih merdeka belajar dan
sebenarnya pengajaran literasi untuk apa. menjalani hidup sebagai pelajar merdeka.
Pelajar sepanjang hayat.
Diskusi tersebut menarik perhatian tim
Surat Kabar Guru Belajar sehingga lahirlah Bila kita bersepakat bahwa tujuan pengajaran
usulan untuk memaparkan keterkaitan antara literasi menunjang tujuan pengajaran dan
pengajaran literasi dengan “pengajaran pendidikan secara menyeluruh, maka
biasanya”. Kami berharap paparan tersebut konsekuensinya semua pelajaran adalah
dapat menyebarkan pesan bahwa pengajaran pelajaran literasi, semua media belajar adalah
literasi adalah pondasi dari keseluruhan media literasi dan pada akhirnya, semua
pengajaran dan pendidikan yang kita lakukan. guru adalah guru literasi. Semua pihak di
Pengajaran literasi bukan sekedar mematuhi sekolah mempunyai tanggung jawab dalam

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


3
mengembangkan kemampuan literasi murid. Bukan
untuk menjalankan aturan, namun kesadaran bahwa
pengajaran literasi pada dasarnya membantu guru
mencapai tujuan pengajaran dan membantu murid
mencapai tujuan pelajaran. Pengajaran literasi
menunjang tujuan kita semua, tujuan pendidikan.
Pernyataan tersebut bukan pernyataan omong
kosong. Silahkan Anda baca Surat Kabar Guru
Belajar Edisi ke-21 ini. Anda akan mendapatkan
bagaimana pengajaran literasi bisa terintegrasi
Pengajaran literasi dengan berbagai macam pengajaran. Pengajaran

bukan sekedar
literasi bukan monopoli pengajaran bahasa, juga
pengajaran kewarganegaraan, pendidikan inklusi,
pengajaran matematika, pengajaran budaya dan
mematuhi kebijakan semua pengajaran yang lain.

dan aturan yang Inilah seruan yang diusung Komunitas Guru Belajar,
pahami esensinya, pahami tujuannya, sehingga kita
ditetapkan oleh bisa mendapatkan beragam cara yang mungkin
untuk mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan.

pusat. Pengajaran Mari kita renungkan kembali, apa tujuan pengajaran


literasi. Dan temukan cara pengajaran yang relevan
literasi hendaknya dan bermakna, bagi murid maupun bagi guru.

menunjang tujuan
Selamat melakukan pengajaran literasi dengan cara
berbeda!

yang akan dicapai


Ketua Kampus Guru Cikal
dalam pengajaran
dan pendidikan. Bukik Setiawan

Bukik Setiawan

4 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Program dan kegiatan literasi
sebenarnya untuk apa?
Banyak guru, sekolah dan penggiat pendidikan
mengadakan kegiatan literasi di berbagai konteks.

Kegiatan literasi diadakan sebatas 15 menit


membaca sebelum pelajaran.

Pengajaran literasi mengejar


suatu tujuan tertentu.

Pengajaran biasa mengejar


tujuan yang lain.

Pengajaran literasi justru menjadi beban bagi guru,


tanpa paham sebenarnya pengajaran literasi untuk apa.

Pengajaran literasi akan membantu murid :


1. Menyelesaikan masalah.
2. Lancar dalam mencapai tujuan pengajaran.
3. Mandiri dalam mencari dan mengolah informasi,
4. Tangguh menghadapi kesulitan.
5. Mudah melakukan refleksi proses dan hasil belajar
6. Mampu menghadapi tantangan dan menyelesaikan
persoalan hidupnya.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


5
Semua Murid
Semua Guru

Literasi untuk Belajar

L
iterasi berkait dengan kemampuan berpikir dilatih tahapan yang terstruktur tentang proses
tingkat tinggi. Karenanya, cara “termudah” membuat tulisan. Tak heran membaca dan
memastikan implementasinya di kelas menulis jadi membosankan dan melelahkan,
adalah berefleksi keterampilan dan sikap apa bagian dari pelajaran yang dilakukan tanpa
yang ditumbuhkan guru sepanjang hari. Murid, pendalaman. Tak aneh, dalam banyak asesmen
terlepas dari semuda apapun usianya, punya tentang membaca dan menulis lintas pelajaran,
kemampuan observasi yang tinggi tentang tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam
ekspektasi. Apa yang dilatihkan, ditanyakan, kemampuan anak di awal sekolah dasar
diujikan adalah tujuan pengajaran. Yang dibanding kemampuannya belasan tahun
terus menjadi tantangan - disaat kita punya kemudian di sekolah menengah sebagai lulusan.
kesepakatan menjadikan literasi sebagai
tujuan, kegiatan harian yang kita lakukan Satu ilustrasi yang seringkali saya sampaikan
tidak mengarah pada apa yang dicanangkan. pada guru berbagai jenjang dan mata pelajaran
Yang juga menjadi hambatan, ketika kita tahu pada saat menjelaskan tentang perkembangan
bahwa literasi butuh banyak waktu untuk anak dalam literasi, adalah betapa minimnya
jadi kompetensi yang melekat dalam diri, literasi anak tentang proses belajar dirinya
kita hanya menggunakan satu bidang studi - sendiri. Dalam setiap kesempatan kunjungan
biasanya pelajaran bahasa - untuk menguatkan kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di
keterampilan ini. pelosok nusantara, sedikit sekali murid-murid
kita yang mengorganisasi, menganalisa dan
Semua guru - apapun mata pelajarannya mengaplikasi proses belajarnya. Sebelum kita
- adalah fasilitator sekaligus pelatih untuk sibuk dengan literasi berkait berbagai materi,
berbagai cita, cara dan cakupan literasi. Dalam mari mulai sejak dini untuk membuat anak
kenyataannya, modal utama literasi pada anak mengetahui mengapa ia mesti belajar topik
adalah keingintahuan - tetapi banyak anak tertentu hari ini, mengajaknya melihat koneksi
yang dipaksa belajar tanpa rasa penasaran. antara soal yang dibahas di kelas matematika
Berpikir mestinya menyenangkan, bila guru sehari sebelumnya dengan deretan lembar
memberikan pertanyaan yang menantang dan kerja yang mesti selesai sebagai pekerjaan
relevan dengan apa yang terjadi di kehidupan, rumah, atau mempraktikkan antara apa yang
bukan mementingkan jawaban yang dengan didiskusikan di kelas bahasa saat membaca atau
mudah ditemukan dengan mesin pencarian menulis laporan di kelas IPA. Saat anak mampu
digital . Membaca mestinya bermakna, bila menavigasi proses belajarnya secara mandiri,
anak punya latar belakang pengetahuan yang saat itulah sebenarnya guru sedang menguatkan
membantu pemahamannya. Menulis mestinya kemampuan literasi lintas bidang studi dan akan
membuat anak merasa berdaya, bila anak punya berguna untuk berbagai profesi di masa depan
gagasan yang ingin diekspresikan. Tetapi di nanti.
banyak kelas bahasa maupun pelajaran lainnya,
anak dibiarkan tenggelam dengan tugas berkait Literasi membutuhkan kesempatan aplikasi.
teks maupun informasi visual, tanpa cukup Alih-alih melatih membaca untuk belajar,
waktu dan latihan untuk mengkaitkan konteks banyak guru dan orangtua hanya sibuk dengan
bacaan dengan konteks lingkungan, tanpa proses belajar untuk membaca. Literasi

6 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Saat anak mampu menavigasi proses
belajarnya secara mandiri, saat itulah
sebenarnya guru sedang menguatkan
kemampuan literasi lintas bidang studi
dan akan berguna untuk berbagai profesi
di masa depan nanti.
Nejelaa Shihab

bisa tumbuh saat anak berkreasi dan menghasilkan “karya awal”


sebagaimana ahli saat mendalami bidang yang disukai. Alih-alih
memberi kesempatan eksplorasi peminatan, banyak pemangku
kepentingan menyeragamkan proses belajar-mengajar bukan hanya
dengan pakaian atau jadwal yang persis sama tetapi juga dengan
penyeragaman yang tidak kasat mata dan penuh salah kaprah.
Dalam kelas bahasa maupun non bahasa misalnya, banyak guru
yang punya asumsi bahwa tingkat kesiapan anak yang berbeda
menunjukkan tingkat kemampuan yang berbeda. Di berbagai
sekolah dan daerah, banyak pimpinan atau pemangku kebingakan
yang punya paradigma atau jumlah (halaman) buku yang dikonsumsi
perlu dilombakan dan menjadi indikator keberhasilan. Akibatnya,
motivasi untuk menggerakkan literasi berubah menjadi apati atau
frustasi karena hasil dan perkembangan nyatanya pada murid-murid
seringkali tidak terjadi.

Menjadi guru yang menumbuhkan literasi, bukan hanya berkait


strategi paedagogi, tetapi selalu dimulai dengan kemampuan literasi
diri kita sendiri sebagai pendidik anak negeri. Kemampuan mengajar
butuh latihan berkelanjutan dan secara langsung berhubungan
Najelaa Shihab
dengan kemampuan kita belajar. Guru-guru belajar yang saya temui,
Pendiri Sekolah Cikal, Kampus Guru
menggunakan berbagai cara untuk saling mengobservasi dengan Cikal, IniBudi.Org, Keluarga Kita,
merekam diri saat mengajar, membuka pintu bagi orangtua atau Islamedu dan penggagas
sesama guru untuk mengamati apa yang berhasil dan perlu lebih Pesta Pendidikan.
sering dilakukan serta apa yang tidak memberikan dampak. Saya Bisa di temui di twitter
@NajelaaShihab
selalu menggunakan jurnal, yang dipantau berkelanjutan dan penuh
dengan pertanyaan sekaligus rencana perbaikan. Mari membuktikan
bahwa kunci dari menjadi guru yang berhasil dalam literasi adalah
kemampuan mencari dan menerima umpan balik untuk diri.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


7
PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN

Bereksplorasi
L
iterasi. Ketika kita menyebutkan kata tersebut,
secara umum banyak yang akan langsung

dengan Koordinat menghubungkannya dengan kegiatan membaca


dan menulis. Tidak salah. Literasi sendiri

Kartesius:
memang mengacu pada kemampuan seseorang untuk
menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah
dan memahami informasi saat melakukan aktivitas

Sebuah membaca dan menulis. Namun keterampilan membaca


dan menulis bukan satu-satunya indikator kemampuan
tingginya kemampuan literasi seseorang. Perkembangan
Pengalaman kemampuan literasi yang terus diasah, memungkinkan
seseorang untuk memperoleh berbagai pengetahuan,

Literasi, Numerasi menerapkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan


masalah, bahkan keterampilan berkomunikasi yang
efektif, sehingga mampu menciptakan berbagai gagasan
dan Keterampilan yang terkait dengan persoalan kehidupan dalam sebuah
komunitas.

Hidup Proses perkembangan kemampuan literasi sebetulnya


jauh melampaui tahapan mengenal huruf dan bunyinya,
mengenali bunyi suku kata, menggabungkannya
menjadi kata, lalu merangkainya menjadi kalimat-kalimat
yang memiliki arti untuk kita baca dan tulis. Literasi
tidak terbatas pada keterampilan membaca dan
menulis yang cakupannya memberikan batasan pada
Penulis pembelajaran bahasa saja. Jadi bisakah kemampuan
literasi dikembangkan dan diterapkan dalam pelajaran
non Bahasa seperti Matematika misalnya? Lalu bagaimana
caranya?

Kemampuan literasi dalam matematika disebut sebagai


numerasi. Numerasi memiliki proses perkembangan
yang sepadan dengan kemampuan literasi, dimana
seseorang mampu memahami simbol-simbol dan
angka untuk memecahkan masalah. Secara sempit
seseorang dikatakan telah melek numerasi ketika mampu
menyelesaikan soal operasi hitung yang melibatkan
Elisabet Indah Susanti penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Sekolah Cikal Serpong Padahal kemampuan numerasi juga terbangun dari
elissabet.susanti@cikal.co.id keterampilan memahami konsep-konsep abstrak yang
lain, bukan sekedar operasi hitung saja. Keterampilan
berpikir analisis dan menemukan sebab akibat juga
dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dalam kehidupan nyata, bukan sekedar menjawab soal.
Desainer Tantangan yang seringkali dihadapi dalam
mengembangkan numerasi antara lain karena
Wilma A.I.S Kailola
matematika banyak melibatkan keterampilan berpikir
KGB Jakarta Pusat yang abstrak, sehingga banyak murid yang merasa
Sekolah Kembang, Kemang kesulitan dalam proses peralihan dari proses berpikir
konkrit ke abstrak. Itulah mengapa matematika selalu
dianggap sebagai pelajaran yang sulit, membebani,
bahkan menciptakan kecemasan pada sebagian murid.

Keadaan lain yang menunjukan perlunya meningkatkan

8 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


numerasi adalah kenyataan dimana murid-murid menyebutkan nama kombinasi (x,y) pada
mampu mengerjakan soal-soal matematika secara setiap titik perhentiannya. Makin seru! Murid-
tertulis namun tidak mampu mengkomunikasikan murid akhirnya mampu menentukan posisi dan
cara berpikirnya serta mengaplikasikan menyebutkan titik koordinat.
keterampilan berpikirnya untuk memecahkan
persoalan di dunia nyata. Berikutnya murid-murid diberikan pertanyaan.
Pertanyaan pertama adalah apa manfaat
Koordinat Kartesius misalnya. Siapa yang tidak koordinat kartesius dalam kehidupan kita
kenal sistem ini. Kita dapat mengetahui posisi titik sehari-hari. Pertanyaan kedua, kira-kira sistem
dalam suatu bidang dengan garis koordinat X dan koordinat kartesius ini dapat digunakan untuk
garis koordinat Y. Lalu apa manfaatnya mengerti apa saja. Dari pertanyaan ini murid-murid
sistem ini dalam kehidupan sehari-hari? mulai mencari informasi terkait. Beberapa hasil
penemuan antara lain; koordinat Kartesius
Nah, di term lalu, koordinat Kartesius adalah dapat membantu menentukan posisi pada peta,
salah satu topik yang dipelajari murid-murid kelas menentukan arah mata angin, digunakan untuk
lima yang saya ampu. Memahami bahwa sistem navigasi penerbangan dan pelayaran, bahkan
ini cukup abstrak, saya dan partner mencoba memproyeksikan gambar.
memperkenalkan topik ini dengan pendekatan
yang sekongkrit mungkin. Kami memulai proses Mari bermain lagi! Kini saatnya murid-murid
tuning in dengan membacakan cerita mengenai mengalami bagaimana seorang pelayar
bagaimana Rene Descartes menemukan system menentukan posisi kapal dengan menggunakan
koordinat. Rene Descartes adalah orang Perancis papan permainan Battle Ships. Berhadapan satu
yang hidup pada tahun 1600an. Saat kecil ia sering lawan satu, setiap murid diberikan lima buah
kali jatuh sakit dan harus berbaring di tempat kapal yang bebas diletakan dalam posisi apapun,
tidur sepanjang hari. Pada suatu hari Rene melihat horisontal atau vertikal, dimana pun dalam
seekor lalat hinggap di langit-langit kamarnya. Ia area garis X dan Y. Tugas setiap murid adalah
ingin menemukan cara untuk dapat menceritakan mengalahkan lawannya dengan menembak
posisi lalat tersebut pada orang lain, dan habis semua kapal milik lawan. Caranya dengan
menemukan bahwa posisi lalat dapat ditentukan menebak posisi kapal berdasarkan kombinasi (x,y)
berdasarkan jaraknya dari tembok. Saat bangun ia berupa huruf dan angka, misalnya (A,5), (C,10)
menggambarkan posisi lalat dan menciptakan titk- dan sebagainya. Pemain yang lebih dulu mampu
titik koordinat pada bidang datar. menebak posis dan menembak habis kapal lawan
adalah pemenangnya.
Kisah ini cukup menarik bagi murid-murid. Mereka
senang dan memahami latar belakang dibalik Setelah semakin lancar mengidentifikasi
penemuan koordinat Kartesius. Proses tuning titik koordinat tiba saatnya murid-murid
in dilanjutkan dengan permainan menemukan mengaplikasikan keterampilan membaca
titik-titik konfigurasi rasi bintang. Murid diminta koordinat. Tugas akhir ini terintegrasi dengan
mengidentifikasi posisi bintang-bintang dengan program tahunan sekolah “Playground of Ujung
menggunakan kombinasi X dan Y atau (x,y). Pandang”. Murid-murid diperkenalkan pada
Permainan dilanjutkan dengan “catur manusia”. ukiran Toraja sebagai kekayaan budaya Sulawesi
Dalam kelompok, murid diminta berpindah Selatan. Ukiran tradisional Toraja memiliki motif
dari satu sisi ke sisi lain kelas dengan melihat hias yang sangat beragam dan sarat makna
pola koordinat (x,y) di lantai. tanpa bertabrakan filosofis. Dari berbagai motif hias yang mereka
dengan kelompok yang bersebrangan. Murid pelajari, murid diminta memilih salah satu motif

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


9
yang paling mereka sukai, kemudian memproyesikan
motif tersebut pada sebuah bidang yang lebih
luas menggunakan sistem koordinat Kartesius.
Pilihan tantangan yang sederhana tapi cukup
rumit dilakukan. Murid mulai menerapkan langkah-
langkah dan strategi untuk menyelesaikan tugas
mereka. Sebuah video panduan disediakan untuk
memberikan gambaran pada murid-murid mengenai
langkah-langkah dan proses jika dibutuhkan.

Murid -murid mulai menentukan garis X dan Y pada


motif contoh dan pada bidang yang lebih besar.
Lalu mulai memetakan titik-titik yang penting dan
menggabungkannya menjadi garis-garis sehingga
membentuk motif hias yang dimaksud. Dibutuhkan
waktu cukup lama untuk mampu menyelesaikan
tugas ini. Tak apa, bagaimana pun butuh ruang untuk
trials and errors dalam proses belajar.

Karena menikmati proses belajarnya, merasa berhasil


memahami dan bahkan mampu menerapkan
pengetahuan mengenai sistem koordinat Kartesius
dalam kehidupan nyata, beberapa orang murid
memilih topik ini untuk ditampilkan dalam subject
showcase di pagelaran “Playground of Ujung
Pandang”. Pada pameran belajar ini, mereka mampu
menjelaskan apa itu sistem koordinat Kartesius,
bagaimana sistem itu sangat bermanfaat dalam
memproyeksikan motif hias kesukaan mereka
pada bidang dengan permukaan yang lebih luas,
bagaimana prosesnya, termasuk menjelaskan makna
motif tersebut.

Dalam hal ini saya dapat mengatakan bahwa murid-


murid telah berhasil mengembangkan kemampuan
literasi dan numerasinya karena telah mampu
menggunakan konsep matematika dengan efektif
dan percaya diri, mampu menjelaskan cara berpikir
dan mentransfer keterampilan mereka untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.
Mereka terus membangun kepercayaan bahwa
matematika bukan sekedar pelajaran yang harus
mereka hadapi di kelas, tetapi merupakan sebuah
keterampilan hidup yang membawa banyak manfaat
bagi mereka.

Oh iya, motif hias hasil karya mereka pun sebisa


mungkin harus bermanfaat. Maka kami memutuskan
untuk mencetak karya mereka dalam sebuah tas
tote. Karena ada tujuh orang murid yang memilih
menampilkan pengalaman belajar matematika
dengan topik koordinat Kartesius, maka dihasilkan
tujuh tas tote edisi terbatas yang siap diadopsi oleh
pengunjung yang berminat. Hasil penjualan tas tote
ini didonasikan untuk program melek literasi bagi
teman-teman di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi
Selatan.

10 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN

S
udah jamak kalau Pendidikan
Kewarganegaraan dianggap sebagai pelajaran
yang membosankan. Sejak dulu bernama PMP,
sudah begitu kesannya.

Saya pernah mengajar Pendidikan Kewarganegaraan,

Pemilu
dan memang kesan membosankan susah sekali
dihilangkan dari mata pelajaran ini. Begitu melihat

Kaya
materi yang harus diajarkan, kening saya langsung
berkerut-kerut. Masa iya anak SD harus belajar
tentang sistem pemerintahan, lembaga-lembaga

Literasi
negara, proses pembuatan undang-undang, dan
sebagainya.

Mencoba memaksimalkan pembelajaran yang


menyenangkan ternyata tidak membantu. Materi
yang jauh dari kehidupan dan kebutuhan anak
menjadi salah satu faktornya.

Penulis Pada titik ini saya merasa perlu jeda sejenak. Saya
berpikir untuk tidak mencari metode apa yang akan
saya pakai dalam pembelajaran. Saya justru bertanya
mengapa memberikan materi tersebut? Apa tujuan
yang saya ingin capai?

Perenungan itu membawa saya pada keputusan


untuk tidak menjadikan materi sebagai target.
Saya berani mengambil keputusan ini dengan
pertimbangan bahwa menurut saya belum waktunya
Suhud Rois bagi anak-anak untuk menguasai materi-materi
KGB Cimahi dalam kurikulum. Materi itu jauh dari apa yang anak
SD Peradaban Insan Mulia butuhkan.
suhud05@gmail.com
Lalu bagaimana? Apakah kemudian saya lari dari
materi-materi dalam Pendidikan Kewarganegaraan?
Tentu saja tidak. Untuk materi yang saya rasa tidak
Desainer
terlalu relevan dengan dunia anak, saya punya target
lain. Bukan untuk menguasai materi tersebut, tetapi
M. Abdurrhaman mengembangkan keterampilan-keterampilan lain.
KGB Pekalongan Materi itu tetap saya ajarkan. Bukan sebagai tujuan,
Kampus Guru Cikal tetapi merupakan kendaraan yang saya pakai untuk
tujuan lain.

Salah satunya materi tentang pemilu. Di awal tahun


ajaran, saya selalu menyampaikan materi-materi yang
akan dipelajari supaya anak-anak tahu peta besarnya.
Termasuk pula memberikan gambaran alternatif
kegiatan pembelajaran tiap materi.

Ketika saatnya belajar tentang pemilu, saya memberi


kesempatan kepada anak-anak untuk menyepakati
model kegiatan apa yang mereka pilih. Akhirnya
mereka memilih untuk membuat simulasi pemilu.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


11
Ok, deal. Saya tidak mau ini hanya jadi sekedar harus diisi. Dalam pendaftaran menjadi peserta
simulasi saja. Anak-anak harus banyak hal dari pemilu, partai politik juga mengisi formulir.
kegiatan ini. Kemudian saya ajak mereka bertukar Mengisi formulir adalah keterampilan literasi kan?
pendapat tentang apa dan bagaimana simulasi
pemilu yang akan dilaksanakan. Ketika memverifikasi data partai politik dan
juga membuat data pemilih, anak-anak sedang
Saya punya tujuan simulasi ini harus meningkatkan mengembangkan keterampilan literasi. Iya tidak?
kemampuan literasi mereka. Hmm..., bagaimana
caranya? Ternyata saya tidak perlu bingung untuk Kegiatan selanjutnya adalah kampanye. Memang
mencapai tujuan saya itu. tidak ada orasi dan pengerahan massa. Masing-
masing partai politik kampanye secara door to
Dari brainstorming yang saya lakukan dengan door dan membuat poster-poster. Dalam proses
anak-anak, disepakati bahwa simulasi pemilu ini keterampilan literasi visual dikembangkan.
bukan hanya praktik pencoblosan saja. Mereka O,ya. Tiap partai juga punya nama dan lambang
akan menjalani proses simulasi ini mulai dari sendiri.
mendirikan partai politik, mendaftar sebagai
peserta pemilu, dan menentukan capres dan Ketika partai politik sibuk kampanye, komisi
cawapres. Ada juga yang berperan sebagai pemilihan pun punya kesibukan. Mereka membuat
petugas komisi pemilihan. Mereka bertugas surat suara dan juga surat undangan untuk
memverifikasi data yang diajukan partai politik dan pencoblosan. Ada keterampilan literasi yang
membuat daftar pemilih. Pemilih adalah semua dikembangkan? Tentu saja ada.
murid dari kelas 1 sampai kelas 6 dan juga guru-
guru. Untuk undangan pencoblosan, mereka saya ajari
untuk membuatnya dengan menggunakan QR
Nah, dari proses ini saja banyak keterampilan atau code. Data pemilih disimpan dalam QR code.
bidang literasi yang dikembangkan. Dalam proses Pada saat pencoblosan, pemilih membawa surat
pembentukan partai politik, mereka harus punya undangan kertas berisi QR code. Petugas di
dukungan yang dibuktikan dengan formulir yang TPS akan memindai QR code dan mencocokkan

12 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


dengan data yang ada. Bila ternyata tidak cocok,
maka tidak memperoleh surat suara. Keterampilan
literasi digital yang dikembangkan dalam bagian ini.

Proses ini berlangsung selama beberapa minggu dan


sebagian besar dilaksanakan di waktu istirahat. Jadi
tidak mengganggu kegiatan belajar yang lain.

Ketika hari pencoblosan tiba, petugas sudah siap di


posisinya masing-masing. Lengkap, seperti halnya
TPS sesungguhnya. Mereka belajar mengatur antrian,
Simulasi pemilu ini memanggil, dan mendampingi adik kelas yang
belum paham langkah-langkahnya.

menjadi kegiatan Dalam proses pencoblosan ini, keterampilan literasi

belajar yang
yang nampak jelas adalah saat penghitungan suara.
Bukan sekadar menghitung jumlah suara masing-
masing paslon dan suara yang rusak, tetapi juga
menyenangkan dan mencocokkannya dengan jumlah pemilih.

memberdayakan, Sekali lagi, saya tidak terbebani dengan materi


tentang pemilu itu sendiri. Bagi saya, pengalaman

tidak saja bagi


mereka melaksanakan pemilu sudah cukup
memuaskan. Mereka belajar banyak hal, dan itu pasti

kelas pelaksananya,
akan terekam dalam memori mereka.

Lebih dari itu, simulasi pemilu ini menjadi kegiatan


tetapi juga semua belajar yang menyenangkan dan memberdayakan,
tidak saja bagi kelas pelaksananya, tetapi juga semua

warga sekolah.
warga sekolah.

Ternyata mengembangkan keterampilan literasi itu


bisa ditempuh dengan banyak cara. Banyak jalan
Suhud Rois menuju Roma, banyak cara membuat gerakan literasi
menjadi sebuah gerakan yang asyik dan variatif.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


13
14 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat
PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN
B
uku menjadi salah satu sarana belajar bagi
pelajar. Terutama anak-anak yang duduk di
bangku SD hingga perguruan tinggi. Sayangnya,
untuk anak kelompok bermain dan taman kanak-
kanak, buku dengan banyak tulisan tidak disukai
karena mereka belum dapat membaca.

MENGENAL
Sesuai dengan standar tingkat pencapaian
perkembangan anak kelompok bermain hanya ada
pengenalan tentang keaksaraan awal sehingga

LITERASI
tidak ada kegiatan membaca dalam kelas. Meskipun
demikian, anak-anak usia 3-4 tahun adalah anak

DENGAN
yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sering
kali mereka berpura-pura membaca dengan bahasa
mereka sendiri sesuai dengan imajinasinya.

BERMAIN
Hal ini sesungguhnya sesuai dengan standar tingkat
pencapaian perkembangan anak kelompok bermain
pada lingkup perkembangan bahasa. Namun
karena masing-masing ingin berusaha menunjukkan
kemampuan berimajinasinya, akibatnya kelas menjadi
Penulis
sangat riuh dengan suara anak-anak yang tidak mau
mengalah.

Akhirnya, kami membuat kesepakatan dengan


bergiliran membuka buku cerita dan mulai
membaca dengan imajinasinya dan teman yang lain
mendengarkan. Sayangnya, yang memegang buku
tidak memiliki keberanian bercerita sendiri di depan
kelas seperti awal kegiatan tadi. Yang mendapat
giliran berikutnya menjadi tidak sabar dan membuat
kegaduhan dalam kelas. Akibatnya, waktu istirahat
Kristijorini menjadi berkurang. Suasana kelas menjadi tidak
KGB Solo Raya menyenangkan.
KB/TK Kr. Widya Wacana
Pasar Legi Surakarta Lain waktu saya mencoba membacakan buku cerita
kristijoriniflora@gmail.com sesuai permintaan mereka dengan kesepakatan yang
sama. Sekali lagi saya harus berpikir ulang tentang
strategi apa yang tepat untuk membuat kelas tidak
gaduh. Sebab, masing-masing anak sudah pernah
melihat buku tersebut dan mulai berdebat mengenai
isi buku tersebut. Pada dasarnya saya mengapresiasi
dan bangga dengan kemampuan debat anak-anak.
Kagum dengan daya imajinasinya yang tinggi.
Apalagi debat dengan ekspresi seperti orang dewasa
sedang berdiskusi. Hal ini membuat dua standar
pencapaian perkembangan anak tercapai yaitu
di bidang bahasa (pura-pura membacakan cerita
bergambar dan mulai menceritakan pengalaman
yang dilihatnya) serta bidang sosial emosional
(meniru apa yang dilakukan orang dewasa). Namun
akibatnya sama dengan peristiwa sebelumnya. Waktu
istirahat menjadi berkurang.

Saya mulai mengevaluasi apa yang bisa saya lakukan


untuk melakukan efisiensi waktu. Akhirnya saya
menjadikan kegiatan membaca buku sambil bermain

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


15
atau saat kegiatan istirahat dengan memberi durasi menikmati melihat gambar sambil bebas bermain di
waktu bermain lebih lama dari biasanya. Pertama karpet puzzle huruf. Mereka mencoba menyentuh,
yang saya lakukan adalah mulai menyingkirkan buku melepas, meraba dan menyebutkan huruf apa
terlebih dahulu kedalam rak. Saya menunjukkan yang mereka pasang. Selain itu, buku yang mereka
karpet berbentuk puzzle huruf. Saya mencoba pilih juga membuat mereka memperlakukannya
memperkenalkan keaksaraan awal melalui karpet dengan berbeda. Buku yang biasanya hanya dibaca
puzzle huruf. Saya meminta anak-anak untuk diatas meja, kini mereka dapat menikmatinya
menata karpet puzzle huruf menjadi alas untuk sambil selonjoran, sambil bermain karpet puzzle
mereka bermain. Dengan semangat mereka menata huruf dan bahkan merekaa menikmati membaca
dan membentuk sesuai keinginan mereka. sambil tiduran. Mereka dapat menentukan posisi
Selanjutnya, saya membagikan buku cerita kepada membaca yang mereka sukai meski pada akhirnya
anak-anak. Saya meminta anak-anak melihat buku tetap merasa nyaman membaca sambil duduk
dan membiarkan mereka berimajinasi sepuasnya. dilantai dengan manis.
Disamping buku cerita, saya juga membiarkan
anak-anak mengambil mainan yang ada dalam rak Kegiatan dari yang semula berdebat tentang buku
bermain. Saya mencoba melihat reaksi anak-anak cerita bergambar yang mereka lihat, yang,dari
tentang sebuah pilihan antara buku dan mainan. semula yang bercerita dengan imajinasi yang
Namun sebelum mereka mengambil mainan yang mengesankan, kini mereka bahkan mempraktekkan
disukai, saya meminta mereka memilih buku cerita apa yang ada dalam buku cerita dengan
bergambar yang sesuai dengan mainan yang ada di menggunakan mainan di rak. Ada anak yang
depan mereka. mengambil peralatan kesehatan dan mencoba
memeriksa temannya. Ada anak yang membuat
Pada awalnya saya hanya ingin mencoba mencari rumah dari kursi dan meja. Selesai bermain dan
cara mengatasi alokasi waktu membacakan buku membaca buku, saya melihat mereka membereskan
cerita yang pas buat anak. Biasanya membaca buku mainan sambil bernyanyi riang. Yang paling
cerita bergambar dilakukan pada awal kegiatan inti, menyenangkan, baik anak yang pendiam maupun
sekarang saya mencoba memindahkannya diakhir aktif, sama-sama terlibat bermain bersama. Sama-
kegiatan inti dan langsung menyambung dengan sama terlibat dengan senang hati.
kegiatan bermain. Sehingga anak-anak tetap fokus
pada kegiatan inti dan tidak terganggu dengan Bermain sering kali menjadi aktivitas yang
kegiatan bercerita yang selalu diwarnai perdebatan. menyenangkan. Lingkup perkembangan Bahasa
Namun ternyata saya dikejutkan dengan perubahan tidak hanya tentang mengenalkan keaksaraan awal
suasana baru yang saya berikan. Anak-anak dan pura-pura membacakan cerita bergambar saja,

16 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


namun juga anak mampu mengungkapkan keinginannya
dengan memilih mainan yang sesuai dengan buku yang
dipilihnya. Disamping itu, lingkup perkembangan juga
dapat dikembangkan melalui kegiatan ini. Di antaranya
adalah Nilai Moral Agama berupa mengetahui arti kasih
Dengan kata lain, sayang antara sesama dan Tuhan, Fisik motorik berupa
memegang benda, meniru gerakan sederhana, Kognitif
literasi dapat berupa menyebutkan berbagai benda, mengenal
beberapa huruf, mengenal konsep sederhana, Sosial

dilakukan dengan emosional berupa meniru kegiatan orang dewasa,


membangun kerjasama serta mulai menghargai orang

bermain. Literasi
lain dan Seni berupa mengenal karya seni sederhana
berbentuk rumah, drama atau main peran.

tidak hanya Dengan kata lain, literasi dapat dilakukan dengan


bermain. Literasi tidak hanya tentang membaca semata,

tentang membaca namun literasi mampu membangkitkan daya imajinasi


anak, membangun kerjasama, mengembangkan

semata, namun
rasa sayang kepada teman dan bahkan kognitifnya
mereka dapat. Satu kegiatan berliterasi sederhana ini

literasi mampu
mampu digunakan untuk mengoptimalkan 6 aspek
perkembangan yang hendak dicapai oleh setiap peserta
didik.
membangkitkan
daya imajinasi
anak, membangun
kerjasama,
mengembangkan
rasa sayang kepada
teman dan bahkan
kognitifnya mereka
dapat.
Kristijorini

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


17
Liputan Pelatihan

Program Pengembangan Murid Disabilitas

Kerja Barengan untuk


Pengembangan Murid
Penyandang Disabilitas
“Saya sangat senang sekali dengan program berhasil mengumpulkan dana sejumlah 2,65
ini. Bahwa benar seorang guru harus belajar miliar. Hasil donasi tersebut yang digunakan
dan belajar terus, karena saya ingin sekali untuk membiayai Program Pengembangan Murid
mengoptimalkan kembali potensi yang dimiliki Penyandang Disabilitas di Jawa Tengah dan DIY.
oleh anak, biar anak-anak itu bisa.” ungkap Septi
Mardianti seorang guru dari SLBN Kota Tegal
yang mengikuti kegiatan Sosialisasi Program Ada 3 subjek yang menjadi sasaran dalam program
Pengembangan Murid Disabilitas oleh Kampus ini, yaitu murid penyandang disabilitas, guru BK
Guru Cikal, Jumat 3 April 2019 di Gedung B dan orangtua. Murid penyandang disabilitas
Aula Ki Hajar Dewantara Dinas Pendidikan dan selain mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan
Kebudayaan Jawa Tengah yang dihadiri 120 Kepala ke perguruan tinggi, juga mendapat pelatihan
Sekolah SMA, SMK, MA Inklusi serta SLB di Jawa keterampilan belajar untuk melanjutkan ke
Tengah jenjang pendidikan tinggi. Guru BK mendapatkan
pelatihan pendidikan inklusi dan pelatihan
Kegiatan sosialisasi ini merupakan kegiatan bimbingan karier. Harapannya dari pelatihan
awal dari serangkaian kegiatan dalam program tersebut guru BK memiliki keterampilan dalam
Pengembangan Murid Disabilitas yang dilakukan mendampingi murid penyandang disabilitas
oleh Kampus Guru Cikal. Pendanaan dari untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
program ini didapatkan dari donasi yang digalang Orangtua juga menjadi sasaran program karena
melalui lari ultra marathon yang diadakan dukungan orangtua penting bagi keberhasilan
NusantaRun pada 7-9 Desember 2018 lalu. Upaya pendidikan murid penyandang disabilitas.
penggalangan dana oleh para pelari tersebut

18 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Dalam sosialisasi program pengembangan murid
disabilitas, Bukik Setiawan selaku ketua Kampus Guru
Cikal menyatakan bahwa ekosistem pendidikan kita
membutuhkan murid penyandang disabilitas yang
melanjutkan pendidikan tinggi sebagai kisah sukses
agar semakin banyak dukungan bagi pendidikan inklusi.

“Layaknya seorang petani yang menanam bibit


tanaman dengan metode yang ia gunakan, maka jika
berhasil akan bisa ditiru oleh petani lainnya. Program ini
akan berjalan jika ada keterlibatan banyak pihak, baik
dinas, sekolah, guru, dan juga masyarakat” ujar Bukik
dalam acara tersebut.

Sejalan dengan Bukik Setiawan, wakil gubernur Jawa


Tengah Taj Yasin yang hadir dalam acara tersebut
mengatakan bahwa perlu jangkauan yang lebih luas
untuk pendidikan inklusi, jika pemerintah provinsi saja
jangkauannya kecil. Program yang digagas NusantaRun
merupakan dukungan nyata dari masyarakat dalam
mendukung cita-cita pendidikan untuk semua.

Penulis

Rizqy Rahmat Hani


KGB Pekalongan
Kampus Guru Cikal
rizqy.hani@cikal.co.id

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


19
Liputan Pelatihan

Guru Melek Film

Kenapa Guru Harus


Melek Film?
“Wah parah ini film tidak mendidik!” bermain sendiri. Guru juga cenderung kebingungan
membuat kegiatan setelah menonton film. Sedikit
“Hati-hati ya para guru, film ini tidak cocok ditonton fenomena yang terjadi, membuat Sinedu bekerjasama
anak-anak” dengan Kampus Guru Cikal mengadakan Guru Melek
Film. Apa itu Guru Melek Film? Guru Melek Film
Sering mendengar perkataan ini? Atau bahkan petisi? merupakan program pemberdayaan guru untuk menjadi
penggerak literasi film di daerahnya. Kegiatan berupa
Sebenarnya yang salah filmnya atau jangan-jangan kita pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi
yang belum melek film? Nah lho…. dan pengalaman memanfaatkan film sebagai media
belajar yang menarik dan bermanfaat serta mampu
Film selalu menjadi media belajar yang menarik bagi menciptakan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar
murid, Baik itu dari jenjang kelas paling kecil PAUD di dalam kelas. Tanggal 27 April 2019 lalu, Sinedu dan
sampai tingkat SMA. Saya teringat ketika dulu waktu Kampus Guru Cikal mengadakan pelatihan Guru Melek
masih sekolah, ketika SMP saya selalu antusias ketika Film di Pekalongan.
ada kegiatan menonton film. Sekalipun ada tugas
mencatat kosata yang terdapat di dialog semua terasa Pernah nggak nonton film yang sebenarnya untuk umur
menyenangkan. Banyak alasan yang membuat film 17+ tapi ada orang tua yang membawa anak di bioskop
menjadi media belajar yang menarik. Dalam film ada beberapa menit kemudian orang tua tersebut keluar
gambar dan suara sehingga cenderung lebih atraktif dari bioskop?
bahkan terkadang anak-anak bisa hanyut dalam alur
ceritanya. Pengalaman tersebut sama persis dengan yang
dirasakan salah satu peserta, Pak Ahyat “Dulu saya
Namun yang perlu disadari terkadang guru belum punya pengalaman nonton sama anak saya. Kapok.
menggunakan film dengan baik dan maksimal. Waktu Karena nggak sesuai ternyata untuk anak-anak.
dulu saya mengajar, terkadang guru-guru membuat Sebaiknya memang menonton filmnya terlebih dahulu,
kegiatan menonton film yang tidak sesuai dengan sebelum menonton bersama anak-anak” ujar beliau
anak. Misalnya film yang berbahasa Inggris dengan ketika sesi cerita pengalaman menonton film.
durasi panjang untuk kelas 1 SD, sedangkan anak-anak
belum paham bahasa Inggris sehingga anak-anak sibuk

20 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Ada tips dari Sinedu “Bagaimana agar sebagai orang dewasa tidak
salah pilih film?”
• Baca dulu sinopsi film
• Lihat dulu batasan umur filmnya

Lalu, Bagaimana penggunaan film untuk pembelajaran?

Seperti saat mengajak anak menonton film di bioskop, begitu


pula untuk pembelajaran. Guru perlu memilih film yang tepat.
Bagaimana caranya?

Memilih Film Yang Tepat


• Identifikasi kebutuhan pembelajaran, siswa dan guru.

Dengan guru
• Cari referensi film di www.sinedu.id atau website lain.
• Pilih film sesuai dengan rating usia dan genre yang tepat.
• Tonton film dan buat catatan hal-hal menarik sepanjang film.

yang melek Menurut beberapa peserta mengaku bahwa sering kali film yang
dipakai tidak ditonton dulu atau terkadang asal pilih karena piihan

film, guru
terbatas.

Karena itu Guru harus Melek Film!

menjadi pemikir Dengan guru yang melek film, guru menjadi pemikir yang kritis.
Guru memiliki kemampuan evaluasi dan memahami.

yang kritis. Di akhir sesi, peserta diajak menonton film yang ada dalam
daftar website Sinedu. Setelah itu, peserta secara berkelompok

Guru memiliki
membuat pembelajaran dengan menjadikan film sebagai media
pembelajaran. Salah satu peserta melakukan simulasi pengajaran,
setelah menonton film murid-murid diajak untuk melakukan

kemampuan
aktivitas yang sama seperti yang ada di film. Menurut salah satu
peserta mengaku bahwa sekarang menjadi lebih terbuka tentang
pemanfaatan film sebagai media pembelajaran. Tidak hanya

evaluasi dan
menonton lalu tanya jawab seputar film, tetapi bisa dihubungkan
dengan pembelajaran lain, Misal olahraga atau bermain drama.
Selain itu juga bisa dengan media atraktif seperti bermain dadu.

memahami.
Salah satu peserta dari KGB Pekalongan Pak Wahyu berinisiatif
untuk membuat boardgames film.

Masih belum melek film? Yuk ikutan Guru Melek Film yang akan
diadakan di kota-kota lain. Tunggu pengumuman di Instagram
Kampus Guru Cikal @KampusGuruCikal

Penulis

Amalia Jiandra Tiasari


KGB Surabaya
Kampus Guru Cikal
amalia.tiasari@cikal.co.id

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


21
PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN

Belajar Memahami
Situasi Sosial
dengan
S
aya Mega, guru anak berkebutuhan khusus
yang tahun ini mendapat kesempatan untuk

Kemampuan menangani remaja berkebutuhan khusus.


Ini merupakan tantangan bagi saya, karena

Literasi
sebelumnya saya bekerja untuk menangani anak-anak
berkebutuhan khusus dengan rentang usia 2 sampai
10 tahun, di Klinik terapi tumbuh kembang daerah
Jakarta Timur.

Kali ini saya akan berbagi tentang pengalaman


selama mengajar remaja berkebutuhan khusus.
Saat ini kebutuhan yang harus dipenuhi adalah
Penulis pemahaman tentang keterampilan sosial.
Keterampilan sosial merupakan kemampuan
melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan
sosial, memecahkan masalah sosial yang dihadapi,
serta mengetahui tujuan hidup. Keterampilan sosial
dapat berupa keterampilan komunikasi, manajemen
marah, solusi konflik, dan situasi berteman. Dalam
hal ini, murid saya memiliki kecenderungan
berbohong, berkata kasar, dan masih belum dapat
mengontrol marah apabila ada sesuatu yang ia tidak
Megawati Silvia suka. Hal ini terlihat ketika beberapa kali terdengar
Sekolah Cikal Serpong mengeluarkan kata kasar kepada temannya. Selain
megawati.silvia@cikal.co.id itu, ia juga pernah berkonflik dengan salah satu
temannya yang dimana pada kejadian tersebut ia
sempat mengeluarkan kata yang tidak baik. Namun,
ketika ditanya ia tidak mengakui bahwa ia yang
Desainer
mengucapkan kata tersebut. Padahal guru yang
mendengar yakin bahwa kata itu keluar dari mulutnya.
Ina Lina Dari hasil pengamatan saya, dia membutuhkan
KGB Surabaya arahan untuk dapat memahami situasi sosial dan juga
dapat bertindak dengan tepat.

Selain itu, tantangan yang saya hadapi adalah


ketika murid saya kesulitan untuk diajak melakukan
refleksi. Awal term, saya mengajak murid saya
untuk menuliskan kelebihan dan kekurangan
dirinya, kemudian ia juga menuliskan apa tujuan
dia selama 1 term. Selain itu ia juga diminta untuk
menuliskan strategi-strategi yang bisa ia lakukan agar
tujuannya tercapai. Ketika menulis kelebihan dan
kekurangannya, ia terlihat buru-buru sekali. Meskipun

22 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


demikian, ia dapat memberikan respon yang baik “Kalau kamu sebagai orang tersebut apa yang kamu
ketika membahas tentang kelebihannya. Namun, lakukan?”
ketika membahas tentang kekurangannya, ia marah- “Kalau kamu menemukan situasi tersebut kamu
marah dan menunjukkan ekspresi wajah yang kesal. harus gimana?”

Dalam hal ini, saya mencoba berbagai cara agar Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, murid
murid saya dapat memahami situasi-situasi sosial saya dapat mengemukakan pendapatnya tentang
dengan merasa nyaman. Pertama adalah dengan video tersebut. Tidak hanya itu, ia juga dapat
mengajak murid saya menyaksikan tayangan video mengungkapkan apa tindakan yang seharusnya
tentang perilaku sosial. Tujuan saya menggunakan dilakukan apabila ia berada pada posisi tokoh
video perilaku sosial karena murid saya lebih dalam video tersebut.
menyukai kegiatan menonton video. Oleh karena
itu, saya ingin menciptakan suasana belajar yang Selain itu, cara lain yang saya gunakan pada
mana murid merasa nyaman sehingga sangat kesempatan yang berbeda adalah dimana saya
mudah untuk diajak bekerja sama. Murid diharapkan memberikan kata-kata yang saya masukan ke
untuk dapat mengolah video yang ditontonnya dalam sebuah amplop warna-warni yang terbuat
dengan cara memberikan tanggapan tentang dari origami. Tujuannya adalah agar murid saya
karakter tokoh dalam video tersebut. Selain itu, dapat memberikan tanggapan terhadap sebuah
murid juga diharapkan untuk dapat mengemukakan perilaku yang bisa dijadikan refleksi terhadap dirinya
pendapatnya tentang apa tindakan yang harus sendiri. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk sebuah
dilakukan oleh tokoh yang tidak sesuai dengan permainan undian, yang mana ia harus memilih
norma sosial. Dalam kegiatan ini, murid saya satu amplop. Kemudian ia memberikan tanggapan
mengidentifikasi video tentang perilaku sosial dan dari isi amplop yang sudah diambilnya. Ia juga
memberikan pendapatnya tentang karakter pada diminta untuk mengemukakan pendapat tentang
tokoh tersebut. Saya mengajukan pertanyaan strategi yang perlu dilakukan terkait kata yang
sebagai berikut: didapatkannya. Pada kegiatan ini, kata pertama
yang terpilih adalah “Tawuran”. Murid saya terlihat
“Menurut kamu video ini menceritakan tentang antusias sekali dalam memberikan tanggapannya
apa?” tentang tawuran. Ia mengungkapkan bahwa tawuran
“Bagaimana pendapatmu tentang karakter tokoh itu tidak baik dan merupakan perilaku yang tidak
dalam video itu?” pantas untuk dicontoh. Beberapa waktu kemudian,

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


23
amplop yang terpilih berisi kata “Bohong”. Pada
momen ini ia menyadari bahwa kata-kata yang
ia ambil, pernah terjadi dalam kehidupannya.
Sejenak ia mengatakan “ini tentang aku ya miss
“Menurut kamu video ini ?”. Ketika memberikan tanggapan tentang
“Bohong” terlihat respon yang berbeda.
menceritakan tentang apa?” Disebabkan ia merasa tidak nyaman untuk
membahas kekurangan dirinya. Namun, ketika
“Bagaimana pendapatmu diyakinkan bahwa ini bukan tentang dirinya, ia
dapat memberikan respon terkait tentang kata
tentang karakter tokoh dalam tersebut. Bahkan respon yang diberikannya
merupakan refleksi terhadap dirinya sendiri. Ia
video itu?” juga secara terbuka mengkomunikasikan apa
“Kalau kamu sebagai orang yang menyebabkan perilaku tersebut muncul dan
menemukan solusinya.
tersebut apa yang kamu Dalam kasus ini penggunaan video perilaku
lakukan?” sosial dan kata origami bisa diterima karena
saya melihat murid saya lebih nyaman ketika
“Kalau kamu menemukan membahas suatu perilaku sosial yang muncul
secara tidak tersirat membahas kekurangannya.
situasi tersebut kamu harus Sehingga ia merasa nyaman dalam membahas
beberapa masalah dalam situasi sosial. Berbeda
gimana?” dengan pendekatan langsung, murid saya
menunjukkan sikap marah dan kesal ketika
secara langsung diajak untuk berefleksi tentang
beberapa perilaku yang masih muncul dalam
dirinya.

Setelah beberapa kali melakukan aktivitas ini ,


murid saya sekarang sudah mulai mengurangi
intensitas dia untuk berperilaku berbohong
dan berkata kasar. Hal ini karena dia sudah
mulai mampu berefleksi dan mencoba
memahami situasi sosial. Dari pengalaman ini
saya beranggapan bahwa literasi tidak hanya
berkaitan dengan membaca teks pada buku saja.
Sekarang saya menemukan pengetahuan yang
baru tentang literasi. Bahwa ternyata literasi tidak
hanya terbatas pada soal pemahaman membaca
teks buku dan menulis saja. Melainkan literasi
memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan
memaknai bacaan dengan mengolah teks bacaan
dan kemudian menyimpulkannya. Tidak hanya
keterampilan menganalisis suatu bacaan, namun
juga tentang keterampilan menganalisis beragam
topik informasi dari berbagai disiplin ilmu.
Menurut saya dalam meningkatkan keterampilan
sosial juga membutuhkan keterampilan
literasi. Kaitkan dengan literasi. Literasi adalah
mendapatkan, mengolah dan menggunakan
informasi untuk mencapai suatu tujuan.

24 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN

MEMILIH
BACAAN SENDIRI
Penulis

A
walnya, berbicara tentang literasi dan
bagaimana mengintegrasikannya dengan
kegiatan di kelas, adalah hal yang rumit
untuk saya. Karena dalam pikiran saya saat
itu, literasi hanyalah soal buku dan membaca. Soal
membangun minat membaca anak. Ternyata tidak
Wilma Ayu Indira Sari Kailola sekedar itu saja, literasi sangat luas maknanya. Literasi
bahkan menyentuh area memahami, keinginan
Sekolah Kembang
mencari dan menggali informasi lebih dalam, hingga
wilmakailola@gmail.com
kemampuan melakukan refleksi atas informasi yang
didapat. Semua hal yang saya sendiri tidak yakin bisa
dilakukan anak usia taman kanak-kanak.

Dalam perjalanan saya sebagai guru taman kanak-


kanak, tentu ada banyak sekali kegiatan yang saya
lakukan bersama anak-anak. Beberapa kegiatan
berulang tak jarang memunculkan rasa jenuh. Seperti
misalnya kegiatan prabaca tulis yang hanya sekedar
membaca 15 menit setiap hari dan menceritakan
isi bacaan saja. Atau kegiatan sains yang hanya
sekedar melakukan percobaan sederhana saja, dan
sebagainya. Di tengah kejenuhan itu, saya berdiskusi
dan meminta teman-teman saya menceritakan apa
saja kegiatan yang telah dan akan mereka lakukan
bersama anak di kelas. Dari hasil diskusi itu, saya
menemukan banyak sekali inspirasi kegiatan yang
dapat dilakukan di kelas bersama anak. Saat itu
tantangan yang saya hadapi adalah bagaimana
mengaitkan kegiatan dengan tema dan topik yang
sedang dibahas di kelas. Meskipun bimbang, saya
percaya pasti akan ada jalan untuk mengatasinya.

Ada beragam kegiatan yang saya lakukan bersama


anak-anak di kelas, satu diantaranya bahkan
akhirnya menjadi sebuah kegiatan rutin yang biasa
dilakukan di kelas. Kegiatan itu adalah mengajak
anak ke perpustakaan untuk mencari buku terkait
tema dan topik yang sedang dibahas. Kegiatan ini

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


25
menjadi kegiatan rutin yang selalu kami lakukan
di awal pergantian tema dan topik belajar. Setelah
kegiatan buka cakrawala tema, saya dan anak-anak
berdiskusi membahas variasi buku bacaan yang bisa
kami pilih di perpustakaan, bagaimana dan jenisnya
dan apa saja objek yang bisa dijadikan panduan
memilih buku. Setelah diskusi, saya dan anak-anak
ke perpustakaan untuk mencari buku yang sesuai.
Sebelum kembali ke kelas, kami bersama-sama
memilah buku mana yang sesuai dengan topik dan
buku mana yang belum sesuai, setelah itu barulah

Beberapa kegiatan
kami membawa buku pilihan bersama ke kelas.

berulang tak jarang


Mulanya buku yang sudah dipilih hanya menjadi
pajangan saja di kelas. Disini butuh kejelian guru
untuk menggugah keinginan anak mencari tahu.
memunculkan rasa Guru haruslah pintar membuat pertanyaan yang
membuat anak penasaran. Setelah muncul rasa

jenuh. Seperti penasaran, guru bisa mengajak anak mencari cara


mengatasi rasa ingin tahunya. Dari sekian banyak

misalnya kegiatan
anak di kelas, pasti akan ada anak yang mengobati
rasa ingin tahunya dengan mencari jawaban dari
buku yang sudah mereka pilih. Jika satu anak
prabaca tulis yang melakukan hal yang sama, maka anak lain akan
mengikutinya. Dan tentunya buku yang sudah dipilih

hanya sekedar itu akan kembali ke fungsi semula, untuk dibaca


bukan sekedar pajangan.

membaca 15 Setelah saat, kegiatan membaca buku yang sudah


dipilih itu ternyata memunculkan reaksi positif
menit setiap hari pada anak. Selain menumbuhkan minat membaca,
mereka lebih semangat mencari atau menyamakan

dan menceritakan informasi dari guru dengan isi buku. Bagaimana


cara mereka mencari tahu infomasinya yang mereka
dapat memang tepat atau tidak, padahal mereka
isi bacaan saja. belum bisa membaca? Tentunya dengan cara

Atau kegiatan
membaca gambar, diskusi bersama teman, atau
bertanya pada guru. Saya beberapa kali mendengar
diskusi anak untuk menyamakan informasi dari guru
sains yang hanya dengan bacaan yang sedang mereka baca. Tak
hanya menyamakan informasi dari guru, mereka

sekedar melakukan
bahkan mendiskusikan isi buku yang satu dengan
buku lain dan mengaitkannya dengan informasi dari

percobaan sederhana
guru. Hasil akhirnya menarik, minat mereka mencari
tahu semakin berkembang, tidak hanya sebatas
topik dalam tematik, anak-anak bahkan memperluas
saja, dan sebagainya. minatnya ke bidang lain yang masih memiliki benang
merah dengan tema yang dibahas. Hal ini bisa
terjadi tentunya dengan sedikit sentuhan pertanyaan
Wilma A.I.S Kailola dari guru. Pertanyaan yang dapat membangkitkan
rasa ingin tahu anak, dan menggugah keinginan
mereka untuk mencari dan menggali lebih dalam
dan lebih luas. Jika ini sudah terjadi, tentunya
pemahaman dan wawasan anak akan semakin kaya
dan dalam. Bukankah ini yang kita harapkan dari
anak?

26 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


PRAKTIK BAIK
AWAL
PENGAJARAN Paling tidak menyenangkan adalah menjalankan aktivitas
mengajar tanpa semangat ketika masuk kelas. Biasanya,
ketika saya sendiri masih adaptasi dengan materi baru,
atau tidak terlalu paham bagaimana penerapan teori itu
di kehidupan nyata. Atau, masih bingung apa strategi
paling tepat untuk menyampaikan materi tersebut. Bisa
juga karena kondisi fisik dan suasana kelas tidak kondusif,
sehingga mau membuat kegiatan yang berbeda dari
biasanya juga malas. Hehe... sebegitunya ya jadi pendidik.

UNDANG
Mungkin warganet akan berkomentar,
“Lah, kan semua pembelajaran harus siap sebelum awal
semester dimulai?”

PRAKTISI UNTUK
“Kan semua rencana harus fix and clear ketika membuat
RPS (Rencana Pembelajaran Semester) atau SAP (Satuan
Acara Perkuliahan)?”

KOLABORASI DAN
“Kok masih bingung materinya gimana? Kan dulu juga S1
sudah pernah diajar materi serupa.”

MENINGKATKAN
Nyatanya memang tidak semudah itu. Saya sangat percaya
bahwa situasi kelas berubah dari hari ke hari. Bahkan
jam kuliah pagi dan siang juga akan beda semangat

LITERASI
mahasiswanya. Dunia terus berubah. Tren berganti.
Kebutuhan di dunia kerja berbeda. Itu yang menyebabkan
saya tertantang untuk terus belajar soal mengajar.

Yang akan saya ulas kali ini adalah di mata kuliah Psikologi
Industri dan Organisasi (PIO), semester 3. Inti materinya
adalah memelajari pikiran, perasaan, perilaku manusia, dan
proses mental yang melatarbelakanginya dalam setting
Penulis dunia kerja. Baik itu industri maupun organisasi.

TANTANGAN
Saya mereka-reka. Apa yang perlu saya lakukan di mata
kuliah itu. Saya kira, salah satu tantangan dosen secara
umum adalah menggali kebutuhan mahasiswa dan
menyesuaikannya dengan pembelajaran. Nyatanya, RPS
atau SAP seringkali dibuat tanpa persetujuan mahasiswa.
Minim dialog dosen-mahasiswa, ditentukan sepihak oleh
dosen, mencontoh pembelajaran kampus lain yang belum
tentu cocok diterapkan, hingga capaiannya merupakan
Fatma Puri Sayekti cita-cita dosen yang bisa jadi utopis beserta standar
kompetensi lulusan yang tidak jelas. Butuh waktu, tenaga,
KGB Kediri
pikiran, untuk menyelaraskan mulai visi dan misi program
IAIN Kediri studi, kurikulum, kearifan lokal kampus yang menjadi ciri
fatmapuri@gmail.com pembeda dengan kampus lain, menerapkannya dalam aksi
nyata di perkuliahan, hingga sistem evaluasi yang handal
dan terukur.

AKSI
Kisah ini akan saya mulai dari penentuan tujuan belajar,
Desainer penggalian kebutuhan belajar, pemilihan strategi belajar,
hingga pelaksanaan proses pengajaran. Dan seluruh
proses ini saya rangkum menjadi sebuah kata: LITERASI.
Idham Sumirat Saat kontrak perkuliahan di pertemuan pertama semester,
KGB Wonosobo saya menggali kebutuhan mahasiswa. Tidak saya buka
dulu isi SAP yang telah saya buat. Ingin tahu apa yang
diharapkan mereka dalam mata kuliah ini – dengan
menelisik judul mata kuliahnya, yang mungkin masih asing
atau belum terbayang.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


27
Yang membuat kaget adalah, sebetulnya sejak awal, Tindak lanjutnya, saya berusaha untuk bisa memenuhi
mahasiswa sangat bisa kok diajak ngobrol tentang ekspektasi mahasiswa tersebut. Tentu dengan
nasib perkuliahan mereka sendiri sesemester ke depan. mempertimbangkan berbagai hal. Seperti tujuan dan
Misalnya mereka bilang, urgensi strategi, kompleksitas pelaksanaan, pendanaan,
“Saya ingin tahu soal bagaimana cara merekrut orang di kalender akademik, izin dari kampus, dan sebagainya.
perusahaan, Bu!”
“Bagaimana sih cara lolos psikotes, Bu?” Diskusi kelompok dilakukan hampir di setiap
“Bu, kenapa ada orang yang semangat sekali, tapi ada pertemuan. Kunjungan perusahaan diwujudkan dengan
juga yang malas ketika bekerja?” mereka mengunjungi industri kecil hingga besar secara
“Gambaran dunia kerja lulusan Psikologi Industri dan berkelompok. Praktik observasi dan wawancara kepada
Organisasi itu bagaimana, Bu?” karyawan dilakukan selama kegiatan kunjungan ke
“Bagaimana cara mengembangkan kualitas SDM di industri tersebut. Praktikum dengan membuat lowongan
perusahaan, Bu?” kerja fiktif. Dan mengundang tamu ahli dengan
“Bagaimana cara mendirikan usaha/ perusahaan mulai mendatangkan praktisi, seperti yang saya tuliskan di
dari nol hingga besar?” dan lain-lain. judul ini.

Selanjutnya, saya membahas satu per satu, setiap Latar belakang mengundang praktisi adalah, saya
kelas (saya mengajar empat kelas), tentang harapan- tidak mungkin bisa paham 100% dunia PIO karena
harapan itu. Lalu menunjukkan padanan temanya dalam dulu hanya 8 bulanan kerja di konsultan SDM selepas
bahasa Psikologi. Dan di akhir, baru membuka SAP lulus S1. Sekarang pun lebih banyak beraktivitas di
yang telah saya susun. Kaget ke dua adalah, ternyata dunia akademis. Sebanyak apapun saya membaca
mahasiswa cukup mampu memfokuskan pikirannya soal ruang lingkup pekerjaan HRD, akan lebih mantab
tentang gambaran umum mata kuliah ini. Sehingga dan meyakinkan jika dijelaskan langsung oleh ahlinya.
sebagian besar harapan mereka sudah tertulis di Praktisi yang memang sehari-hari, selama bertahun-
SAP yang saya susun. Misalnya pertanyaan soal cara tahun, bekerja di perusahaan. Alasan lain adalah,
merekrut dan menyeleksi calon karyawan, ada di tema mahasiswa butuh sosok nyata yang dapat menginspirasi
rekrutmen dan seleksi tenaga kerja. Tentang cara soal ragam bidang kerja setelah lulus S1. Mahasiswa
mengembangkan karyawan, ada di bahasan pelatihan juga butuh motivasi kuat untuk belajar dan berusaha
dan pengembangan SDM. Tentang semangat kerja, meraih mimpinya. Di titik ini, saya menyadari bahwa
ada di topik motivasi dan stres kerja. Pertanyaan soal kolaborasi adalah pilihan paling tepat. Saya perlu
dunia kerja PIO di perusahaan, dapat kami bahas di mengundang praktisi untuk berbagi pengalamannya di
bab sejarah dan ruang lingkup pekerjaan PIO. Dan dunia kerja kepada mahasiswa.
seterusnya. Nah, misalnya ada hal-hal yang belum
bisa saya jelaskan dan bahas di perkuliahan –karena Saya mulai mencari siapa praktisi yang bersedia
memang bukan capaian kompetensi pembelajaran mata diundang. Saya serta mahasiswa mulai diskusi dan
kuliah itu-, maka saya terangkan bahwa memang tidak rapat kecil tentang teknis pelaksanaan. Misalnya
masuk dalam kurikulum. Misalnya pertanyaan mereka lokasi di mana, kapan, jam berapa, perlu dana berapa,
soal bagaimana proses mendirikan sebuah perusahaan konsumsi yang disediakan apa, dan tanda terima kasih
mulai awal hingga bisa besar. berupa apa yang pantas diberikan. Saya menekankan
kepada mereka bahwa kegiatan ini akan dilakukan
Setelah menentukan tujuan belajar, kami membahas secara mandiri mulai awal sampai akhir. Koordinator,
soal strategi belajar. Pertanyaan saya sederhana, “Jika bendahara, sie konsumsi, sie dokumentasi, semua
kalian diberi kebebasan memilih, cara belajar seperti diurusi mereka. Sangat penting mengulang penjelasan
apa yang paling membuat kalian bisa paham materi dan soal urgensi acara di beberapa pertemuan sebelumnya,
senang, selama satu semester ke depan?” Saya percaya, hingga mahasiswa paham betul apa tujuan dan
jawaban menarik harus dimulai dengan pertanyaan konsekuensi yang harus ditanggung. Acara dibagi
menarik pula. menjadi tiga jadwal dengan pembicara, materi, dan
peserta yang berbeda-beda. Dan, siapa sajakah yang
Berbagai jawaban muncul. Mahasiswa ada yang ingin kami undang?
diputarkan film/ video, diskusi kelompok, permainan,
kunjungan ke perusahaan, memperbanyak praktik • Andhika Putra Kresnandito, S.Psi. Adik kelas S1 di
seperti observasi dan wawancara, mengundang tamu Universitas Airlangga sekaligus Asisten Manajer
ahli, juga dolan. Menariknya lagi, setelah saya lontarkan SDM PT. Perkebunan Nusantara X, Pabrik Gula
pertanyaan yang sama di empat kelas plus satu kelas di Ngadirejo Kediri ini, terhubung dengan saya secara
mata kuliah lain, tidak ada satupun yang mengharapkan tidak langsung, melalui temannya teman saya.
cara belajarnya dengan dosennya ceramah materi Beliau mengisi materi dengan judul “Yakin, Lulus S1
mulai awal hingga akhir. Haha... Tentu saya bersyukur, Psikologi Mau Kerja jadi HRD?” Ini seolah menjadi
karena tidak harus capek menjelaskan seluruh bab antitesis dari anggapan selama ini bahwa semua
selama sesemester, dimana saya aktif dan mereka mahasiswa yang mengambil penjurusan PIO harus
pasif mendengarkan. Jadi untuk metode ceramah menjadi HRD di perusahaan.
membosankan, saya coret dari daftar strategi belajar. • Arsa Kharismawan, S.Psi. Kakak kelas di Unair
yang sekarang berkarir sebagai Head of HRD &

28 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat
29
General Affair Sub Department PT. Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk ini, menyampaikan tema “Seni dalam
Hubungan Industrial”. Saya bersemangat, karena
tema ini memang tidak dibahas dalam materi,
tapi penting diketahui. Tentu saya turut belajar,
bagaimana menangani hubungan dengan para
stakeholders. Antara lain pemerintah, perusahaan
lain, masyarakat sekitar lokasi perusahaan, dan
karyawan internalnya sendiri.
• Agus Purnomo, M.Psi., Psikolog. Saya mengenal
beliau di beberapa proyek kegiatan dan sama-
sama tergabung di Himpunan Psikologi Indonesia
(Himpsi) Kediri Raya. Sempat menjadi karyawan
beberapa tahun, dan akhirnya mendirikan sendiri
kantor konsultannya, sebagai Direktur Meta Power
Consultant. Sebagai pengusaha, tentu paling cocok
ketika beliau menyampaikan soal “Psychopreneur:
Mandiri dengan Ilmu Psikologi”. Beliau paling
banyak memberikan motivasi melalui pengalaman
hidupnya kepada mahasiswa. Menetapkan goal-
setting, menumbuhkan keyakinan, memberi
semangat, hingga gambaran enaknya menjadi
trainer yang keliling Indonesia untuk berbagi.
Dibayar mahal, lagi.

Jika Anda lihat, saya mengundang orang-orang


yang saya kenal dan dapat dijangkau. Teman-teman
sealmamater dan seorganisasi. Saya menjaga agar
kegiatan kolaborasi ini bisa diadaptasi oleh rekan dosen
lain, dengan melakukan sesuatu yang sederhana, sangat
memungkinkan untuk dikelola bersama mahasiswa,
bermanfaat, dan memberi pengalaman segar bagi
mahasiswa dan dosen itu sendiri.

PERUBAHAN/ PEMBELAJARAN
Sesaat setelah acara, saya meminta mahasiswa
menuliskan refleksi hasil belajarnya dengan para praktisi
itu. Ada yang menyebutkan bahwa pembelajaran yang
variatif seperti itu bermanfaat dan menyenangkan. Ada
yang ingin jamnya ditambah (kemarin hanya dua jam).
Ada yang meminta lain kali diadakan lagi acara serupa.
Ada yang mengatakan terinspirasi dengan sosok yang
dihadirkan. Juga mereka menjadi lebih tergambar
tentang ragam dunia kerja setelah lulus S1.

Walaupun ada juga masukan yang kami dapatkan.


Misal soal ruangan yang gerah, makanan yang
kurang memuaskan, juga waktu yang terlalu singkat.
Pelaksanaan di hari libur Sabtu-Minggu juga membuat
mereka tidak bisa pulang kampung segera. Semoga ke
depannya kami bisa membuat acara yang lebih menarik,
sesuai sasaran, dan kolaboratif lagi.

Dari seluruh kegiatan mulai penggalian ide belajar,


penetapan tujuan dan strategi mengajar, hingga
pelaksanaan dan evaluasi, adalah proses literasi yang
cukup panjang. Berpikir bersama-sama, membaca
kebutuhan sekitar bersama, mengorganisasi kegiatan
bersama, meletakkan tugas dan tanggung jawab
pada porsinya masing-masing, serta terbuka terhadap
masukan untuk perbaikan kegiatan, itulah yang kami
sebut sebagai LITERASI.

30 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN
M
enulis merupakan tugas yang paling dihindari.
Dari jaman saya SD sampai sekarang menjadi
guru SD, tetap banyak siswa yang merasa
tugas menulis adalah hal yang mengerikan dan
berat. Saat diberi tugas menulis yang terbayang
adalah ribuan kata yang harus dirangkai menjadi
kalimat kalimat indah. Perasaan berat untuk memulai

Memotivasi
di awal proses menulis juga merupakan hal yang
sering dikeluhkan siswa bahkan guru. Tetapi apakah

Semangat
memang tidak semua orang bisa menulis.

Saya mengajar di level kelas 3 SD dan menulis

Menulis Murid merupakan momok buat siswa. Apabila mereka


diminta menulis dengan sebuah tema dan harus
menggunakan sekian ratus kata dalam karangan
maka bias saya bayangkan hasilnya adalah sebagian
besar dari mereka akan langsung mengeluh dan
langsung benci dengan pelajaran Bahasa. Hasil
karangan merekapun tidak sesuai ekspektasi atau
tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Kalau ditanya kenapa siswa sangat tidak suka


Penulis menulis? Jawaban yang didapatkan mungkin akan
berkisar siswa malas, siswa kurang imajinasi, siswa
kurang perbendaharaan kata dan lain sebagainya.
Padahal kalau kita pikirkan lebih dalam imajinasi
justru melekat dalam diri anak anak dan mereka tidak
akan malas untuk berekspresi karena jiwanya anak
anak erat kaitannya dengan ekspresi dan imajinasi.
Justru kalau kita lihat banyak kesempatan atau media
mereka berkespresi dibatasi. Seperti halnya menulis,
dimana saat kecil anak anak kurang dikenalkan
Ely Virgijanti dengan kebiasaan menulis. Menulis yang ada
KGB Surabaya dalam benak siswa adalah menulis huruf per huruf
Sekolah Cikal Surabaya
dirangkai menjadi kata dan menjadi kalimat. Padahal
inti menulis adalah mengekspresikan perasaan, ide
ely.virgijanti@cikal.co.id
dan opini sama seperti halnya berbicara. Kurangnya
latihan untuk mengekspresikan diri lewat coretan dan
goresan inilah yang membuat anak anak kurang akrab
dengan dunia menulis.

Desainer Menulis selalu dikaitkan dengan berapa banyak


kata yang bisa kita pakai, penggunaan kata yang
tepat, jenis tulisan dan inilah yang justru membebani
Sarah Aulia W siswa dengan Batasan Batasan berekspresi. Guru
KGB Lamongan menerapkan tugas dengan target target yang
membuat siswa kurang bias mengembangkan
imajinasi. Mereka tidak distimulasi dengan mencoba
menulis sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Di awal tahun ajaran sebagian besar siswa saya


kurang sekali dalam hal mengekspresikan diri dalam
bentuk tulisan. Tulisan mereka terdiri dari hanya 1
atau 2 kalimat. Lalu saya coba kenali mereka satu
demi satu dan menggali apa yang sebenarnya
menjadi kendala mereka. Di akhir tahun ini

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


31
kemampuan mereka menulis berkembang cukup Apresiasi tulisan mereka
baik. Hasil yang saya dapatkan bukanlah mereka Tidak hanya pada diri orang dewasa, anak anak
tidak suka berekspresi lewat tulisan tetapi cara pun akan merasa bahagia apabila apa yang mereka
mereka berekspresi berbeda beda. lakukan dinilai bagus dan diapresiasi dengan baik
Saya mulai dengan kehidupan mereka oleh guru dan orang tua mereka. Salah satu cara
Diawal tahun ajaran saya meminta siswa untuk saya mengapresiasi karya mereka adalah dengan
membuat biodata pribadi mereka. Saya meminta menganggap tulisan mereka sebuah karya yang
mereka membawa foto yang berkaitan dengan diri layak disajikan dengan indah. Karya tulis anak anak
mereka entah itu foto keluarga, makanan favorit saya kumpulkan dan saya buat sebuah buku yang
mereka, tempat liburan favorit, minuman favorit, juga bias menambah koleksi perpustakaan di kelas.
binatang peliharaan dan masih banyak yang lainnya. Saat mereka ingin membaca lagi tulisan mereka,
Saya sediakan lembaran dengan kolom foto dan mereka bias melakukan hal tersebut. Berilah pujian
kolom bergaris untuk tulisan mereka. Saya beri atas kerja keras mereka dan mereka mau mencoba
instruk dan contoh yang jelas tentang apa yang menulis. Untuk koreksi gunakanlah kalimat yang
harus mereka lakukan, seperti nama, usia, hobi lalu positif dengan diselipkan nasihat untuk perbaikan.
menceritakan tentang gambar yang mereka bawa, Dalam memberikan feedback fokus pada tulisan
cukup 3 kalimat saja. bukan memberikan komentar tentang mencari
kesalahan yang dibuat. Beri saran saran yang bias
Setelah itu saya minta mereka berpasangan membantu mereka dalam memperbaiki tulisan.
dan bertukar lembar informasi tadi. Dari lembar
informasi yang diamati masing masing siswa Bertahap tapi pasti
saya minta mereka menyiapkan pertanyaan Ada hal yang perlu diingat guru dalam motivasi
yang berkaitan dengan gambar tersebut. Dari siswa menulis, yaitu belajar bukan hanya butuh
pertanyaan pertanyaan yang diajukan, siswa akan waktu sebentar atau sekali dua kali, tetapi
menambahkan kalimat dengan memberikan merupakan rangkaian proses yang akan membantu
deskripsi tambahan berkaitan dengan pertanyaan siswa mengembangkan kemampuan menulis
pertanyaan yang diberikan. Hal ini akan membantu dengan gaya masing masing. Kenalkan pada anak
siswa mengelaborasi ide tetapi tidak terkesan kaku anak bahwa menulis membutuhkan kesabaran dan
karena dilakukan dengan teman sebaya. Lalu latihan proses bertahap untuk menghasilkan tulisan yang
yang diberikan akan dinaikkan levelnya secara baik.
bertahap baik dari konten maupun teknik penulisan,
seperti kegiatan sekolah apa yang mereka sukai dan Menulis memang bukan hal yang mudah tetapi
lain sebagainya. dengan kesabaran dan ketekunan mendampingi
siswa akan memberikan semangat dan motivasi
Kenali minat dan bakat mereka lebih. Tugas lain sebagai guru adalah memberikan
Anak anak memiliki minat yang berbeda satu sama teladan terhadap siswa. Guru juga harus
lain dan dengan mengenali minat dan bakat bias menumbuhkan motivasi untuk menulis dan berbagi
membantu kita untuk membantu anak tersebut dengan pendidik pendidik.
mengembangkan kemampuan menulis sesuai
dengan gaya mereka masing masing. Saat saya
mencoba mengenali mereka satu per satu saya
menemukan bahwa mereka bukan tidak suka
menulis tetapi lebih ke hal bagaimana mereka
melakukannya. Di kelas saya ada yang suka sekali
menggambar dan ada yang suka membuat karya
seni seperti membuat boneka. Saya mencoba
menghubungkan kegiatan menulis dengan minat
mereka. Siswa yang suka menggambar mereka bisa
membuat komik atau buku ilustrasi. Siswa yang suka
membuat karya tangan bias membuat media cerita
untuk tulisan yang mereka buat. Mengaitkan dengan
minat dan hobi membuat siswa terpicu imajinasinya
baik secara konten tulisan maupun media bercerita
dan akhirnya siswa saya mulai lebih rajin menulis.

32 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat
33
34 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat
PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN

“Literasi itu soal mendayagunakan pikiran dalam


menghadapi hal-hal sekitar”

Literasi
(Fatma Puri, KGB Kediri)

Kalimat tersebut terngiang setalah saya membaca

Membangkitkan SKGB 19. Sebelumnya tidak banyak yang saya


pehami mengenai literasi. Namun, saya sepakat

Motivasi
dengan Guru Fatma Puri bahwa literasi adalah soal
bagaimana kita mendayagunakan pikiran kita minimal
untuk menjawab persoalan yang terjadi pada diri kita
sendiri. Bukan sekedar banyaknya buku yang dibaca.
Berbicara mengenai literasi, saya memiliki
pengalaman saat menyampaikan materi mengenai
motivasi belajar pada kelas 9. Tidak seperti
bimbingan pada umumnya saya membiarkan anak
mencari objek yang harus diamati dan dari objek
tersebutlah mereka belajar. Objek yang saya pilih
adalah lingkungan sekitar mereka tinggal agar mudah
dijangkau. Dari sana, mereka belajar merefleksikan
apa yang dialami oleh orang lain dan diri mereka
sendiri.
Penulis
***

“Oke anak-anak pelajaran hari ini selesai. Ada yang


mau bercerita sebelum Bu Ani akhiri pertemuan kita
kali ini?”

Murid kompak terdiam. Menandakan tak ada yang


ingin mereka tanyakan. Namun, tiba-tiba murid yang
duduk persis didepan meja guru mengacungkan
tangan.
Anifah
KGB Pekalongan
“Iya Septi”
MTs S NU Karanganyar Tirto “Saya gak mau cerita tapi bu. Cuma mau tanya, itu
anifahanind@gmail.com tulisan di laptop Bu Ani artinya apa ya?”
“Yang mana? Yang ini?” sambil menunjuk stiker
berwarna putih yang tertempel di sudut kanan laptop
saya.
“Iya” sambil menaik-turunkan kepalanya.
Desainer “Apa sih? Coba baca bareng-bareng”

Mereka pun kompak membaca tulisan yang


Lukman Hakim tertempel dilaptop hitam saya. “Bicara gak harus
KGB Pekalongan pakai suara! Perang gak harus pakai senjata!”
SMA Islam Pekalongan “Nah kira-kira apa artinya ya? Coba ada yang tahu?”

Tak ada suara yang terdengar setelah saya


melontarkan pertanyaan.

“Baiklah. Maksudnya kita gak perlu ngomong untuk


menyuarakan keinginan kita. Untuk melawan tidak
harus pakai senjata kayak pas perang menggunakan.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


35
Terus pakai apa dong kira-kira?” menghadapi kehidupan selanjutnya. Menurut
saya itu lebih penting. Saya pun berfikir kembali
Murid masih terdiam. bagaimana cara menumbuhkan motivasi pada diri
anak tanpa saya harus banyak memberikan materi.
“Jawabanya adalah pakai karya. Karya itu bisa Selama ini murid terbiasa dijejali dengan materi
apapun, tulisan, lukisan, atau foto itu juga termasuk dan hasilnya setelah selesai mereka pun melupakan
karya. Karya sebenarnya dapat berbicara, melalui materi tersebut. Saya tak ingin hal demikian terjadi.
foto misal kita melihat orang terkena banjir otomatis Setidaknya ada sedikit bekas yang saya tinggalkan
tanpa foto tersebut mengeluarkan suara kita tahu dibenak mereka sehingga materi lebih bermakna.
dibelahan bumi lain sedang ada bencana banjir.
Sedangkan perang gak harus pakai senjata, kita bisa Saya pun memutar otak dan mencoba
melawan ketidak adilan melalui tulisan. Caranya menghubungkan motivasi dengan foto jurnalistik.
bagaimana? Bisa ditulis di sosial media atau media Menurut saya sama halnya dengan video, foto juga
cetak. Nah tulisan kalian bisa mempengaruhi banyak mampu memberikan gambaran menganai suatu
orang yang membaca untuk tergerak melawan kejadian, melalui foto kita dapat bercerita menganai
ketidak adilan. Jadi tidak perlu bambu runcing lagi suatu keadaan atau kejadian. Dari beberapa foto
seperti zaman dulu untuk melawan. Bicara soal foto yang pernah saya lihat, tidak hanya mengedepankan
nih, bagaimana kalau minggu depan kita belajar keindahan, namun juga berkisah menganai suatu
soal foto gimana?” kejadian yang dapat kita ambil nilainya sebagai
bahan belajar. Hal ini yang coba saya terapkan
Semua sepakat dan menjawab, “Mau!” untuk menyampaikan materi motivasi menghadapi
Hari itu, sebenarnya saya tidak memikirkan apapun ujian. Selain itu, foto juga lebih menarik ketimbang
tentang kalimat di stiker yang menempel di laptop kita hanya menampilkan slide atau ceramah yang
saya. Oh ya, agar tidak disebut sebagai tindak berisi tentang teori motivasi. Dari foto pula siswa
plagiasi saya mendapatkan stiker putih itu dari LPM dapat mengenali lingkungan disekitar mereka. Jadi
Pabelan UMS Surakarta. Kurang lebih dua tahun kali ini saya menjadikan mereka sebagai fotografer
lalu. yang tidak hanya memotret namun juga bercerita
mengenai lingkungan disekitar mereka. Dari sinilah
Materi minggu depan adalah mengenai motivasi mereka belajar mengenai berbagi potret kehidupan
untuk belajar. Saya berfikir, jika hanya dibatasi pada dan menjadikanya motivasi bagi diri mereka sendiri.
belajar untuk mengahdapi ujian saja akan sangat Alasan lain mengapa saya menggunakan foto
sempit maknanya karena motivasi ditumbuhkan karena banyak murid yang saya lihat mereka sering
bukan hanya untuk menghadapi ujian saja hunting foto dan hasilnya pun cukup menarik.
melainkan untuk meningkatkan daya juang murid Tentu ini akan menjadikan siswa lebih bersemangat

36 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


karena terasa dan lebih mudah dan biasa mereka diperoleh melalui wawancara atau observasi.
lakukan. Observasi ini pula ini pula yang membantu
mereka menacari “nilai”.
Setelah saya mendapatkan ide tersebut, saya
coba membuka kembali materi tentang foto 3. Membagi kelompok. Dalam satu kelas saya
jurnalistik yang pernah saya dapat. Namun hanya bagi menjadi beberapa kelompok hal ini
sebagian kecil yang saya ambil dari tersebut, untuk mensiasati murid yang belum memiliki
sisanya disesuaikan dengan apa yang murid- handphone dan melatih kerjasama serta
murid butuhkan. Yap, bukan foto jurnalistik pengambilan keputusan objek apa yang
ala wartawan profesional melainkan cukup akan difoto nantinya. Anak-anak meminta
foto dengan caption yang dapat menjawab untuk membentuk sendiri kelompok mereka.
pertanyaan 5W+1H. Sehingga saya hanya membantu siswa
yang kesulitan menemukan teman untuk
berkelompok.
Berikut langkah yang telah saya lakukan saat
menyampaikan materi motivasi: 4. Penugasan. Saya memberi waktu satu
minggu untuk megamati berbagai fonomena
1. Membuat rencana pelaksanaan. Yang atau objek disekitar mereka. Dari sini murid
meliputi foto apa saja yang harus mereka mencari bahan belajarnya sendiri melalui
ambil dan media yang nantinya yang akan lingkungan sekitar mereka dalam bentuk
anak gunakan dalam mengerjakan tugasnya. foto.
Disini saya memberikan beberapa contoh
foto milik saya pribadi, foto milik seorang 5. Presentasi. Saya minta mereka untuk
wartawan Radar Pekalongan, dan foto menjelaskan foto dengan caption 5W+1H
karya Donhasman. Awalnya saya meminta namun sepertinya murid bingung dan ragu
murid hanya memotret human interest, tapi untuk bertanya kepada saya. Sehingga,
karena merasa cukup kesulitan akhirnya saya caption yang saya minta diubah menjadi
membebaskan foto apa yang akan mereka kalimat penyemangat dari mereka untuk
ambil. Saya juga tidak memaksa anak untuk teman-temanya sesuai dengan objek yang
menggunakan kamera profesional, cukup mereka tangkap. Meski begitu saya tetap
menggunakan kamera handphone yang meminta murid untuk menyampaikan apa
mereka miliki. yang mereka petik dari foto tersebut, agar
teman-temannya juga dapat mengetahui apa
2. Langkah berikutnya yang saya lakukan adalah yang mereka amati.
menyusun materi. Saya beri judul materi ini
“Menjadi Fotografer”. Judul materi ini saya 6. Evaluasi. Berupa kesesuain antara foto dan
ambil karena melihat anak-anak yang antusias caption. Dalam evaluasi ini saya juga merasa
ketika saya mengatakan bahwa kita akan kurang jeli dalam menyusun materi sehingga
belajar foto. Foto tersebut nantinya dapat banyak murid kebingungan, dan nampaknya
dijelaskan dengan caption yang menjawab keberanian untuk bertanya harus mulai
pertanyaan 5W+1H. Dan dari pertanyaan dibangun pada diri anak agar mereka dapat
5W+1H ini membantu mereka untuk mencari mengerjakan tugas sesuai intruksi yang saya
“nilai” yang dapat dijadikan untuk bahan berikan dan tidak canggung untuk bertanya
belajar. Unsur tersebut tentunya dapat pada orang lain.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


37
7. Refleksi, dari berbagai foto yang telah terkumpul Langkah Pengajaran
saya memberikan beberapa pertanyaan.
Misal saat saya menampilkan foto milik siswa
tentang potret kehidupan seorang bapak yang
tengah membuat batu-bata saya memberikan
pertanyaan kepada mereka: kira-kira panas gak Membuat rencana pembelajaran
ya siang-siang bikin batu-bata?. Hampir semua
menjawab panas. Saya kembali mengajukan
pertanyaan: kalau misalnya kalian yang disuruh Foto apa yang akan anak ambil,
kerja begini gimana?. Sudah bisa ditebak rata- media apa yang digunakan.
rata jawabanya adalah tidak mau. Dan kalau
bapak ini adalah bapak kalian apa yang mau Menyusun materi
kalian katakan?. Jawabaanya sangat bervariasi.
Mesake (kasihan), gak tega pasti kata mereka. Mengajak murid “Menjadi
Jadi dari sini mereka belajar bersyukur serta
berempati.
Fotografer” dengan mengambil
foto yang memiliki nilai dan unsur
Ada juga yang memotret diri mereka sendiri yang 5W+1H.
sedang bergandengan dan menuliskan caption jika
sahabat yang baik akan selalu bersama-sama atau Membagi kelompok
murid yang mengambil objek kupu-kupu, mereka
menuliskan dari kupu-kupu kita belajar bahwa Dibentuk secara heterogen, murid
hidup penuh proses dan perubahan. Jadi siswa
belajar sendiri dari kehidupansehari-hari mereka yang memiliki handphone, bisa
denganteman-temanya. bercerita, dan bisa mengambil foto.
Foto yang telah terkumpul dipajang sebagai bentuk Penugasan
apresiasi atas karya mereka. Anak-anak memutuskan
untuk membuatnya sebagai galeri foto dan dipajang Diberi waktu satu minggu untuk
di kelas masing-masing. Disini anak bekerja sama
membuat galeri foto ala-ala mereka sendiri dan mengambil objek foto di sekitar
saya hanya membantu menyediakn peralatan yang mereka.
mereka butuhkan.
Presentasi
Meski apa yang mereka kerjakan tidak sesuai
dengan intruksi awal, namun saya senang sebab Murid menjelaskan hasil foto yang
mereka mampu mengamati fenomena atau kejadian diambil di depan kelompok lainnya.
disekitar mereka serta merefleksikanya dengan
kehidupan mereka sendiri. Melalui foto mereka Evaluasi
belajar memaknai kahidupan. Meski, dengan alat
seadanya murid sudah mampu belajar mengenali
siapa mereka dan bagaimana lingkungan tempat Refleksi
mereka tinggal.

Betapa banyak sumber literasi tak melulu hanya buku


namun mereka juga dapat belajar dari lingkungan
sekitar. Walau metode ini belum sempurna dan
kajian saya masih terlalu dangkal, namun saya akan
terus berusaha untuk mengembangkan metode
bimbingan semacam ini agar lebih banyak murid
yang mampu belajar memaknai kehidupan yang
lebih luas melalui lingkungan sekitar mereka.

38 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Liputan Kegiatan

Kolaborasi Literasi Bermakna Kota Batu - INOVASI

Harapan Baru
Guru Kota Batu
“Mbak yang tepuk semangat versi koboi itu kan? berjumlah 4 orang, Bukik Setiawan, Chusnul
Sampai berjumpa di Kota Batu ya Mbak Mahayu.”­­­­­ Chotimah, Elisabeth Susan dan saya, Mahayu.
Persiapan terus dilakukan dengan koordinasi
Begitulah pesan singkat yang saya terima dari Korda Batu, Lany dan sesampainya di Batu, kami
salah satu guru peserta ketika mengirimkan uca- langsung meninjau lokasi serta menyiapkan
pan selamat bergabung dan menginformasikan ruangan serta kebutuhan untuk pelatihan.
terkait Program Pelatihan kepada guru peserta Cuacanya sejuk, karena lokasi kegiatan berada
dari SD Terpilih, yang akan dilaksanakan tanggal di atas dan dekat dengan Gunung Panderman.
13-15 Februari 2019 di Kota Batu oleh Kolaborasi Harapannya, besok pun sejuk sepanjang kegiatan.
Literasi Bermakna – Program Kemitraan INOVASI. Setelah pulang ke penginapan, kami melakukan
Banyak respon yang masuk tapi yang paling berke- briefing terakhir.
san adalah balasan dari bu Lusi yang mengingat
tepukan yang kita lakukan saat tahapan rekrutmen Hari Pertama
guru di Batu, 31 Januari 2019. Peserta sudah berdatangan dan saling menyapa
satu dan lainnya. Pelatihan pun dibuka dengan
Pelatihan Kelas Penggerak Guru Merdeka Belajar berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya
di hadiri dari 19 Sekolah Dasar, 18 negeri dan 1 dengan tiga stanza, lagu itu memiliki kekuatan
swasta dengan total 58 peserta yang mengajar makna, sambil beberapa kali saya melihat ekspresi
di kelas 1-3. Saat Koordinator Daerah Batu, Lany wajah peserta, begitu mendalami. Semoga semua
mencari tempat untuk melaksanakan pelatihan kegiatan yang akan dilakukan pun dapat ber-
muncul beberapa tawaran dan pilihan, yang salah makna. Tak kenal maka tak sayang, setelah pelatih
satunya muncul dari Sri Winarni Kepala Sekolah memperkenalkan diri ala bernyanyi, peserta pun
yang sekolahnya terpilih untuk mengikuti Program diminta berkenalan dengan permainan 3 Benar 1
Kolaborasi Literasi Bermakna. Kami pun memu- Salah yang terbagi menjadi 9 kelompok.
tuskan Aula SDN Sumbergondo 02 yang menjadi
tempat pelaksanaan. Sesi pelatihan dimulai ketika seluruh peserta sudah
Kali ini yang bertugas dari Kampus Guru Cikal selesai mengisi form asesmen pra pelatihan via

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


39
online yang sudah disebar di grup WA Peserta dan beberapa peserta diminta menceritakan kem-
H-3, karena ada beberapa peserta belum mengisi, bali pengalaman pasangannya. Saat menonton
diberikan tambahan waktu 15 menit untuk pengi- video “ Kisah Guru Belajar episode 2 : “Memahami
sian. Terlihat ada yang meminjamkan smartphone, Murid” peserta mencatat 3 perbedaan guru dulu
ada yang membantu untuk login ke link sampai ada dan guru sekarang yang ditampilkan di video.
yang membantu memastikan isian tersebut sudah Sepanjang video tersebut diputar banyak guru yang
terkirim. mengeluarkan perkataan, “Oh iya ya.” Tujuan sesi
ini mengajak guru melakukan refleksi perjalanan
Sesi Hari Pertama dipandu oleh Bukik, Unun dan emosional dan pengembangan dirinya sebagai
Susan dengan beberapa topik seperti sesi guru guru, peserta pun dapat memahami miskonsepsi
merdeka belajar. Peserta diajak merasakan pengala- guru belajar dan 4 kunci pengembangan guru.
man Merdeka Belajar dengan 2 simulasi menger-
jakan tugas kegiatan lalu peserta akan mendiskusi- Sesi selanjutnya adalah kelas penggerak merdeka
kan pengalaman mengerjakan tugas pertama dan belajar, Bu Unun memandu peserta untuk refleksi
kedua. Apa yang berbeda dan apa yang mereka peran guru di kelas dengan 5 posisi kontrol den-
rasakan sebagai pembelajar. Apakah guru sudah gan bermain tebak posisi. Peserta diajak refleksi
memahami posisi dan kebutuhan murid. Kegiatan berdasarkan pengalaman saat simulasi “apa ket-
tersebut dikaitkan dalam Miskonsepsi Belajar sekali- erampilan yang dibutuhkan untuk menjadi guru
gus melakukan refleksi terhadap cara belajar yang dengan posisi kontrol sebagai penggerak (ber-
keliru dan juga tujuan pendidikan sebagai acuan tanya, i-message, mendengar). Setelahnya peserta
dalam melakukan pengajaran dan dalam menjalan- membuat kalimat i-message dan mempraktikannya
kan profesi sebagai guru. dalam kelompok.

Peserta diminta membuat dan merumuskan indika- Sesi hari pertama selesai, diakhiri dengan refleksi
tor dari merdeka belajar dari hasil diskusi. Merdeka dan salam sampai jumpa esok hari.
belajar terdiri dari 3 elemen yang membentu suatu
siklus yaitu komitmen terhadap tujuan belajar, man- Hari Kedua
diri menentukan cara belajar dan melakukan refleksi
belajar. Peserta datang lebih awal dari biasanya, mereka
terlihat bercerita dan berbaur satu sama lainnya.
Lanjut ke sesi berikutnya, refleksi pengalaman suka Sesi pun dimulai, pembagian kelompok yang
duka selama menjadi guru dengan berpasangan dilakukan pun mengundang murid-murid yang

40 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


sedang di luar kelas ingin melihat sedang apa guru-guru
di dalam.

Bu Unun memulai materi dengan memberikan pertan-


yaan yang terkait dengan miskonsepsi manajemen kelas
dan juga menanyakan dari 6 elemen kelas, ada berapa
yang sudah dipraktikkan? Jawaban paling konsisten ada-
lah strategi pengelompokan. Masih ada 5 elemen yang
perlu dikembangkan, mengingat Pengelolaan kelas yaitu
upaya membangun kesadaran akan tujuan, mengem-
bangkan cara dan kebiasaan bersama, dan refleksi untuk
melakukan perbaikan untuk mencapai tujuan belajar.
Peserta mendiskusikan penerapan 1 strategi pengelolaan
kelas di kelas masing-masing sambil belajar memahami
ragam strategi pengelolaan kelas.

Peserta diminta menuliskan harapannya dalam post it


tentang guru, teman dan lingkungan seperti apa yang
diinginkan lalu ditempelkan dalam kertas flip chart. Se-
belum menyusun kesepakatan kelas di dalam kelompok,
peserta diminta menonton video dan mendiskusikan jika
dikaitkan dengan aturan.

Sesi selanjutnya, Peserta dibagi menjadi 10 kelompok


dan membuat kesepakatan kelas dengan aturan untuk
aturan. Hasil kesepakatan dipajang untuk dimintai masu-
kan oleh kelompok lain dengan dan direvisi setelahnya.
Setelah melihat situasi saat menyusun kesepakatan, ada
beberapa yang terlihat memandu teman satu kelompokn-
ya untuk mengerti tentang kesepakatan dan bagaimana
menuliskannya agar esensial, seperti Bu Dian dan Bu
Widi.

Curcol berpasangan, wah saat mendengarnya saja sudah


langsung ramai, secara berpasangan peserta diminta
untuk melakukan curcol tentang pengalaman membe-
kas saat menjadi murid saat menerima tindakan disiplin,
apa dampak positif dan negatifnya. Banyak sekali cerita
yang saya dengar, dari Pak Yudhi saya mendengar beliau
pernah diremehkan oleh gurunya terkait gambarnya yang
bagus, gurunya tidak yakin bahwa itu asli karya Pak Yudhi.

Melakukan refleksi pengalaman penegakan disiplin dan


mengenali miskonsepsi yang penegakan disiplin. Sehing-
ga guru memiliki kemampuan dalam membantu murid
agar merdeka belajar mulai dari membuat kesepakatan
bersama.

Hari Ketiga

Sesi dimulai dengan lembaran hukuman dan konsekuensi,


peserta diminta memilih mana yang termasuk hukuman
atau konsekuensi dalam diskusi kelompok. Lalu Peserta
dapat menjelaskan perbedaan serta merefleksikan damp-
ak hukuman dan konsekuensi.

Simulasi yang dikemas dalam 2 drama, meminta peserta


dapat menganalisis perilaku dan perkataan guru yang
sesuai dan bertentangan dengan disiplin positif. Peserta
menjelaskan perbedaan dan merefleksikan antara pen-
guatan vs sogokan.

Sesi selanjutnya adalah simulasi perubahan praktik men-

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


41
gajar yang dibagi dalam dua grup besar dan satu grup
untuk mendokumentasikan simulasi tersebut, peserta
diminta membuat kesepakatan kelas dengan situasi yang
tiap kelompok desain sendiri.

Sesi penutup adalah PEMANTIK, instrumen pengukuran


literasi-numerasi dasar yang diadaptasi dari ASER read/
math tools, Pratham-India. Tujuan dari sesi ini penguku-
ran dampak program dengan mengetahui kemampuan
murid di awal program yang akan dibandingkan dengan
kemampuan murid di akhir program. Peserta mem-
praktikkan cara assesmen secara berpasangan dan juga
disiapkan menjadi assessor Pemantik untuk mengukur
kemampuan murid di sekolah lain (sekolah terpilih).

Ketika guru sudah Sesi pelatihan Kelas Guru Penggerak Merdeka Bela-
jar selesai, tentu dengan banyak dinamika yang terjadi
tahu tujuannya, termasuk saat pelatih memandu membagi kelompok
dengan berbagai metode atau saat melakukan ice break-

sudah tahu ing. Kalau untuk makanan, setiap harinya kami makan
bersama dengan prasmanan dan peserta pun membawa
botol minum, karena pelatihan pun tetap harus bermakna
kebutuhannya dan meminimalisir dampak sampah terhadap lingkun-
gan. Beberapa guru pun terkadang membawa bekal dari
dan mencari atau rumah untuk dibagikan ke teman guru lainnya.

Sesi selesai, tetap ada asesmen pasca pelatihan dan


mendapatkan mengisi umpan balik. Beberapa indikator asesmen pasca
pelatihan mengalami pengingkatan, dan ada juga yang
kesempatan untuk bertahan seperti sebelumnya. Yang paling menyenang-
kan ketika membaca item tertinggi dimana guru sudah

belajar, ini adalah ciri sadar bahwa yang bertanggung jawab terhadap karier
guru adalah guru itu sendiri.

dari Guru Merdeka Rasanya badan mau remuk, tapi lebih remuk lagi kalau
masih ada kejadian di masa lalu yang saya alami saat
Belajar. menjadi murid masih juga terjadi dan dialami murid saat
ini. Bingung, adalah salah satu perasaan yang membawa
pada pilihan agar mencapai tujuan atau malah memati-
kan tujuan. Ketika guru sudah tahu tujuannya, sudah tahu
Mahayu Ismaniar kebutuhannya dan mencari atau mendapatkan kesem-
patan untuk belajar, ini adalah ciri dari Guru Merdeka
Belajar.

Sampai jumpa kembali di Kota Batu dengan cerita peru-


bahannya di kelasnya Bapak Ibu.

Penulis

Mahayu Ismaniar
KGB Bandar Lampung
Kampus Guru Cikal
mahayu.ismaniar@cikal.co.id

42 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Liputan Kegiatan

Wardah Inspiring Teacher 2019

Inovasi Pembelajaran
dengan Berempati
kepada Murid

S
uatu hari di pertengahan tahun 2013 saat tertarik dengan pembelajaran yang kekinian.”
menjadi guru di sebuah sekolah menengah
negeri di Pekalongan saya mendapatan ide Apa yang salah?
untuk saya sampaikan di dalam kelas.
Mungkin bukan saya saja yang pernah mengalami
“Pasti ide ini berhasil.” batinku masalah di atas. Merencanakan sesuatu untuk
murid di kelas namun tidak melibatkan murid.
Seminggu setelahnya saya putarkan video yang Bukan sesuatu yang murid butuh, tapi sesuatu
saya buat. Video yang berisi cerita biografi orang- yang guru ingin.
orang sukses seperti Bill Gates, Mark Zuckenberg
dan saya kemas secara menarik. Namun entah
kenapa murid biasa saja, seakan media yang saya Salah satu kutipan di produk Kaus Guru Belajar
buat sekadar menjadi media hiburan. Saat sesi adalah “Apakah murid Anda merasa dipahami?”.
membedah biografi tokoh, tidak ada ketertarikan. Kutipan tersebut mengingatkan guru untuk terus
Murid malah mengobrol sendiri, bemain gawai, melibatkan murid, menjadikan murid subjek
beberapa memperhatikan namun terlihat tidak pembelajaran.
antusias.
Pertanyaanya selanjutnya adalah bagaimana cara
“Video yang saya buat sudah bagus, sudah melibatkan murid?
memakai beberapa animasi yang saya buat sendiri.
Lalu apa yang salah. Mengapa murid saya tidak Oleh karena itulah dalam Wardah Inspiring

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


43
Teacher 2019, Kampus Guru Cikal memasukkan sesi
melibatkan murid dalam pelatihan Mendesain untuk
Perubahan. Mengajak guru berempati pada murid
sebelum membuat inovasi pembelajaran.

Melibatkan Murid
Pelatihan dua hari (13-14 April) yang diadakan di
Hotel Ibis Style Jemursari, Surabaya ini diikuti kurang
lebih 51 guru dari berbagai daerah di Jawa Timur
dan Jawa Tengah dalam rangka Wardah Inspiring
Teacher 2019. Di awal sebelum pelatihan dimulai,
ada asesmen awal yang perlu diisi oleh guru. Dari
data pra pelatihan, banyak guru yang masih belum
melibatkan murid sebelum mendesain sesuatu
untuk murid, baik media maupun metode belajar.
Oleh karena itu kami melihat bahwa pelatihan ini
diperlukan oleh guru.

Pelatihan dimulai dengan mengajak guru untuk


memahami tentang zaman yang sudah berkembang
dan perlunya guru untuk terus belajar untuk bisa
berinovasi. Karena menjadi inovator adalah sarana
mencapai karier guru. Pada sesi ini Guru Ely dari
Sekolah Cikal Surabaya yang memandu sesi.

Untuk menjadi inovator pembelajaran yang


perlu diperhatikan seperti di awal tulisan ini yaitu
memahami murid. Memulai dengan berempati
dengan murid yang kita ajar, tentang tahap
perkembanganya serta aspek kemampuan yang
murid miliki. Dalam sesi ini guru dibagi kelompok
berdasar jenjang kelas yang diampunya. Guru TK
– SD rendah (kelas 1-3 SD), guru SD besar (kelas
5-6 SD), guru SMP, dan guru SMK. Dari pembagian
kelompok terlihat bahwa jumlah guru SMA dan
SMP lebih banyak daripada guru SD. Oleh karena
itu kelompok SMA dan SMP menjadi kelompok
yang gemuk. Tiap kelompok mempelajari tahapan
perkembangan yang sudah ada dalam modul.

Kemudian, Guru Rizky Satria yang memandu sesi


ini mengajak guru-guru untuk mengisi peta empati.
Guru-guru diajak memahami muridnya.

“Seandainya Anda jadi murid Anda apa yang murid


Anda dengar, lihat, rasakan, pikir dan lakukan?”

Guru-guru terlihat antusias dalam menyampaikan


pendapatnya, terlihat bahwa sebenarnya guru
sudah mengetahui bagaimana murid yang mereka
ajar. Namun memang belum menyadari tentang
tahap tersebut penting dilakukan untuk merancang
sesuatu untuk pembelajaran.

44 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


“Saya biasanya ya ikut-ikutan yang sedang trends antarkelompok dalam pengerjaaan soal-soal kritis
saja di kalangan guru” kata seorang guru saat kami yang dibuat karena latar belakang murid yang
wawancara. memiliki banyak minat yang berbeda.
Ada pula yang menjawab bahwa biasanya dalam
merancang sesuatu dalam pembelajaran dari 4. Jam putar, pembelajaran matematika dengan
pelatihan yang baru saja diikuti yang biasanya jam yang bervisualisasi tokoh favorit murid untuk
hanya menjelaskan cara. Sehingga tujuan utama memudahkan pembelajaran matematika, inovasi
yaitu murid tidak menjadi fokus utama guru. Sesi ini dibuat untuk mengatasi masalah murid yang
mengisi peta empati ini guru seperti menemukan frustasi ketika menemui angka dalam pembelajaran
AHA! Momen. Sebuah cara yang sederhana namun matematika.
berdampak.
Senang sekali rasanya melihat guru mulai berinovasi
“Sesi ini membuka mata saya untuk lebih dengan cara memahami murid terlebih dahulu,
berempati kepada murid saya untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih peka terhadap murid Jadi pertanyaan dalam kaus Guru Belajar Esensial
saya.”, ujar Guru Yosef salah satu peserta dari “Apakah murid Anda merasa dipahami?” sudah bisa
Malang. terjawab dari apa yang guru lakukan di atas.

Dari empati tersebut guru diajak mencari


permasalahan yang dialami murid. Dalam sesi ini
guru merasa kesulitan, masalah-masalah yang guru Penulis
jabarkan kebanyakan berkaitan dengan sistem,
metodu guru sendiri, dan lingkungan. Fokus
masalah murid jarang yang ditulis guru. Seperti
awal tulisan ini guru jarang memikirkan apa yang
murid butuhkan, lebih sering kepada apa yang guru
inginkan. Sistem, lingkungan, dan cara.

Akhirnya banyak masalah yang muncul seperti


murid yang lebih asyik tertarik dengan hal yang
lebih menarik seperti bermain gadged, mengobrol Rizqy Rahmat Hani
dengan teman, murid yang kesulitan dalam KGB Pekalongan
mengekspresikan diri, murid yang tidak mengetahui Kampus Guru Cikal
manfaat dari membaca dan lain sebagainya.
rizqy.hani@cikal.co.id
Permasalahan tersebutlah yang kemudian
membantu guru dalam membuat solusi yang sesuai.

Peta Empati membantu guru dalam memahami


murid
Banyak ide solusi yang ditawarkan guru yang muncul
dari masalah tersebut, seperti :

1. Go-Viral, pemanfaatan media sosial untuk media


belajar murid yang muncul dari permasalahan
murid yang lebih suka bermain gawai daripada
memperhatikan guru menyampaikan materi.

2. Perang Bintang, pemanfaatan permainan tukar


bintang dengan bermain peran untuk mengatasi
permasalahan murid-murid yang kesulitan
konsentrasi.

3. Coll Laborate Acton Advanture, pembelajaran


yang mengajak menciptakan petualangan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


45
PRAKTIK BAIK

G
PENGAJARAN uru adalah pondasi dari pendidikan
generasi masa depan Indonesia. Guru
mungkin memang tidak bisa membuat

Media
mobil atau alat transportasi lain. Guru
juga mungkin bukan ahli kesehatan yang mampu
menciptakan serum baru. Atau, guru juga tidak bisa

Pembelajaran membuat robot. Akan tetapi, orang yang ahli dalam


membuat mobil, orang yang ahli dalam membuat

Fun Character
serum, dan orang yang ahli dalam bidang robotik,
pasti berawal dari seorang guru yang mendidik

Building Puzco
mereka.

Sebagai seorang guru, saya ingin terus berinovasi.

(Puzzle Comic) Seperti yang kita ketahui bahwa literasi bukan hanya
kemampuan dasar berupa kemampuan baca-tulis-

Berbasis Literasi
hitung (calistung) saja. Literasi lebih jauh tentang
kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah
melalui tahapan-tahapan berpikir. Orang yang
memiliki kemampuan literasi akan literat. Orang
yang sudah menjadi literat akan terbiasa untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan
Penulis konsep-konsep pengetahuan yang diperolehnya.

Tantangan literasi sebagai salah satu kemampuan


adalah persepsi kita dalam memperlakukannya. Kita
membatasi literasi dengan hanya membiasakan
membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.
Bahan bacaannya mungkin beragam, tetapi tidak
sedikit yang sama. Murid dalam satu sekolah
diminta membaca koran pagi yang sama dan
mempresentasikannya. Jadi literasi terkungkung
Aldi Yudawan hanya soal membaca. Padahal, literasi sangat luas
KGB Bogor dan bisa kita terapkan dalam pembelajaran semua
SMP Islam Al Kautsar Klapanunggal
mata pelajaran yang kita ampu sehari-hari.
aldiyudantcikal@gmail.com
Secara teoritis, literasi sangat berkaitan dengan
pendidikan karakter. Pendidikan karakter sebenarnya
bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang
membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
Desainer manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku
baik. Membangun bangsa yang berkarakter
Pancasila; dan mengembangkan potensi warga
Suhud Rois negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada
KGB Cimahi bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Sejalan dengan itu, Thomas Lickona pernah
mengatakan bahwa, “The dimensions of character
are knowing, loving, and doing the good.” Jika
kita terapkan dalam dunia pendidikan, maka dunia
pendidikan seharusnya dapat menumbuhkan karakter
peserta didiknya agar mereka mengetahui yang
baik, mencintai yang baik, dan mengamalkan yang
baik. Tahapan demikian adalah salah satu dari proses
literasi seseorang.

46 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


didik. Dengan demikian, media pembelajaran ini
Pada kesempatan peringatan hari sumpah pemuda sangat mempermudah kerja guru.
tahun 2018 lalu, saya berkesempatan berkolaborasi
dengan guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Bagan media pembelajaran Fun Character Building
sekolah. Kolaborasi itu dalam rangka membuat PuzCo (Puzzle Comic) berbasis literasi yang memuat
media pembelajaran yang bisa membuat murid nilai-nilai sumpah pemuda keseluruhan bisa
lebih antusias mengikuti mata pelajaran IPS. Selain digambarkan seperti di samping.
itu, dalam rangka memperingati hari sumpah
pemuda, memaknainya di era globalisasi yang Proses pembuatan media pembelajaran ini melalui
semakin mengaburkan karakter pemuda Indonesia. beberapa tahapan. Tahapan-tahapannya adalah
sebagai berikut :
Saya dan rekan guru mata pelajaran IPS kemudian 1. Tentukan materi pelajaran yang akan diajarkan
berdiskusi. Dari hasil diskusi tersebut diperoleh kepada murid
kesimpulan bahwa murid butuh media pembelajaran 2. Buat tokoh-tokoh yang akan di masukkan ke
yang baru. Maka, saya buat Fun Character Building dalam komik
PuzCo (Puzzle Comic). Fun Character Building PuzCo 3. Masukan gambar tokoh komik yang sudah
(Puzzle Comic) adalah media pembelajaran yang dibuat
dibuat berbasis literasi. Media pembelajaran ini 4. Tuliskan wacana mengenai materi yang akan
khusus memuat nilai-nilai sumpah pemuda seperti dipelajari
jujur, peduli, cerdas, dan tangguh. Nilai-nilai sumpah 5. Buatlah dialog antar tokoh
pemuda ini harus disusun berbentuk kumpulan 6. Sisipkan nilai-nilai sumpah pemuda dalam
puzzle yang harus dirangkai menjadi komik. pendidikan karakter pada komik
7. Buat konten nama, kelas, dan nama kelompok
Nilai-nilai tersebut terdapat dalam konsep, konten, 8. Tambahkan pola puzzle ke dalam gambar
dan teknis media pembelajaran yang dibuat. 9. Print dan potong media pembelajaran Fun
Penjelasannya adalah sebagai berikut : Character Building PuzCo (Puzzle Comic)
berbasis literasi yang memuat nilai-nilai sumpah
• Dari segi konsep, media pembelajaran ini pemuda
memadukan wacana atau bacaan, percakapan
antar tokoh dalam komik yang saya buat. Setelah media pembelajaran dibuat, langkah
Wacana atau bahan bacaan dimasukan selanjutnya adalah guru memberitahukan cara
agar murid terbiasa mengasah kemampuan penggunaan media pembelajaran ini. Guru
literasinya. Percakapan antar tokoh yang dibuat memberitahukan cara penggunaan media
dengan komik dimaksudkan untuk menjadi pembelajaraan di awal. Cara penggunaannya adalah
instrumen penilaian penerapan nilai-nilai sumpah sebagai berikut :
pemuda terhadap murid. Sedangkan puzzle
yang disusun membuat peserta didik antusias 1. Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri
dan merasa senang dalam belajar, khususnya dari 4-6 orang
pelajaran IPS. 2. Setiap kelompok menentukan ketua kelompok,
sekretaris, dan anggota
• Dari segi konten, media pembelajaran ini terdiri 3. Setiap kelompok menentukan nama kelompok
dari bacaan-bacaan yang sesuai dengan materi yang berdasarkan wawasan nusantara, misalnya
yang dipelajari. Percakapan dalam media tokoh nasional Ir. Soekarno atau makanan
pembelajaran ini memuat diskusi tentang tradisional, misalnya rendang
penerapan nilai-nilai sumpah pemuda oleh 4. Guru menginformasikan materi. Misalnya
setiap tokoh. Puzzle yang akan disusun berisi pesawat sederhana bagian tuas
nilai-nilai sumpah pemuda yang nantinya setelah 5. Guru menjelaskan secara umum materi yang
utuh, puzzle tersebut akan dipresentasikan di akan dipelajari
depan kelas. 6. Guru membagikan media pembelajaran Fun
Character Building PuzCo (Puzzle Comic)
• Dari segi teknis, media pembelajaran ini bisa berbasis literasi yang memuat nilai-nilai sumpah
digunakan guru pada jenjang apapun, mata pemuda
pelajaran apapun, dan materi apapun. Selain itu, Peserta didik menyusun dan mengerjakan media
guru juga bisa menggunakan model dan metode pembelajaran Fun Character Building PuzCo (Puzzle
apapun yang dirasakan sesuai untuk media Comic) berbasis literasi yang memuat nilai-nilai
pembelajaran ini. Media pembelajaran ini bisa sumpah pemuda
digunakan untuk mengambil nilai harian peserta Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


47
48 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat
kerjanya di depan kelas, Guru memberi apresiasi. Selain skor harian yang tinggi, murid pun menjadi
lebih antusias mengikuti pelajaran karena tertarik
Untuk memudahkan secara visual, berikut tampilan dengan media pembelajaran yang digunakan.
singkat media pembelajaran Fun Character Building Dari proses pembelajaran yang dilakukan, murid
PuzCo (Puzzle Comic) berbasis literasi yang memuat mengaku lebih mudah dalam memahami materi.
nilai-nilai sumpah pemuda. Ternyata, literasi bukan hanya bacaan. Literasi bisa
dikolaborasi dengan gambar sehingga menjadi
Dalam mengimplementasikan media pembelajaran media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Murid
Fun Character Building PuzCo (Puzzle Comic) tertantang untuk memahami bacaan, menyusun
berbasis literasi yang memuat nilai-nilai sumpah puzzle, dan memecahkan masalah yang dihadapi
pemuda, diharapkan diperoleh beberapa manfaat. dalam wacana yang digulirkan. Guru menjadi
Pertama, menjadi solusi kreatif bagi perkembangan terbiasa dengan pembelajaran yang aktif, sehingga
pendidikan di Indonesia terutama pendidikan tujuan dari pembelajaran bisa dicapai.
karakter yang berdasarkan nilai-nilai sumpah Media pembelajaran yang dibuat juga tidak luput
pemuda, seperti jujur, peduli, dan tangguh. Hal ini dari kekurangan. Maka selanjutnya, saya ingin
terjadi saat murid mulai membentuk kelompok, terus mengembangkan dan memperbaikinya.
menentukan struktur kelompok, dan memasuki Saya yakin, keinginan dari guru untuk terus
tahap penyusunan media pembelajaran secara berinovasi akan berdampak kepada peningkatan
berkelompok. kualitas pembelajaran yang akan dijalani oleh para
murid. Semakin berkualitas proses pembelajaran
Kedua, meningkatkan kecerdasan peserta didik yang dilakukan, maka semakin bisa perubahan
Indonesia dengan media pembelajaran yang pendidikan bisa diwujudkan.
mengasah otak dan pengetahuan mereka. Saat
mereka menyusun puzzle, daya pikir mereka
terangsang untuk bekerja secara maksimal agar
tersusun dengan benar. Setelah puzzle tersusun,
murid tertantang untuk membaca wacana dan
menyelesaikan permasalahan yang disajikan.

Ketiga, timbulnya rasa bangga menjadi Warga


Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam
berkelompok, nama kelompok diharuskan
menggunakan nama tokoh, makanan, pakaian,
senjata, atau rumah khas nusantara. Indonesia
merupakan negara dengan tokoh, makanan,
pakaian, senjata, dan rumah khas yang beraneka
ragam, sehingga sebagai warganya kita harus
bangga.
Keempat, meningkatkan kesadaran peserta didik
untuk selalu menjaga tanah airnya. Setelah puzzle
terbentuk, murid harus menjaga agar tidak kembali
terpencar. Murid akan belajar untuk mencintai tanah
airnya, yaitu Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau
yang berpencar.

Kelima, memotivasi peserta didik Indonesia untuk


senantiasa berprestasi baik di kancah nasional
maupun Internasional. Dalam hal ini, murid harus
mempresentasikan dan menjawab pertanyaan yang
terdapat di dalam puzzle atau dari teman kelompok
lain. Murid tertantang untuk memiliki pengetahuan
tentang apa saja yang berkaitan dengan puzzle
yang disusunnya secara khusus, maupun materi
pembelajaran secara umumnya.

Setelah mengimplementasikan media pembelajaran


ini, saya dan rekan kembali berefleksi. Dari refleksi
yang dilakukan, ternyata banyak hasil yang dicapai.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


49
PRAKTIK BAIK

M
enjadi Guru pada sebuah SMP yang baru
PENGAJARAN memasuki tahun pertamanya adalah pengalaman
baru bagi saya waktu itu. Meski sebagai lulusan
Teknologi Pendidikan diberi amanat untuk mengampu
beberapa mata pelajaran, di antaranya TIK dan Bahasa
Indonesia. Dari tanggung jawab ini, saya mempelajari
kompetensi yang ditargetkan bagi murid kelas 7. Sekolah
yang merupakan Boarding School, memiliki murid dari

Pemanfaatan
beragam daerah baik dari kota besar maupun daerah,
dari sekolah “favorit” hingga yang belajar di sekolah satu
atap, dan tentunya mereka melalui proses belajar yang

Media Sosial
berbeda pula selama menempuh pendidikan sekolah
dasar. Berdasar hasil pretest pendaftaran masuk murid,

dan Board Game


nilai rapor, dan obrolan dengan orang tua tentang
bagaimana proses dan hasil belajar anak-anak ketika SD,
kami menyimpulkan bahwa beberapa murid memiliki

Sebagai Bekal
perbendaharaan kata lebih banyak, sedangkan beberapa
murid yang lain perlu perbendaharaan kata yang lebih.
Keadaan ini menjadi pertimbangan bagi saya untuk

Mengkreasikan
menyusun aktivitas belajar yang dapat mengakomodir
murid, sesuai kebutuhan murid, dan tetap menantang
bagi semua. Pada awalnya saya hanya berpikir bahwa

Fabel
menyajikan berbagai kata dalam bentuk kartu untuk
anak-anak kategorikan akan membantu mereka
memperoleh kata yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi dan menyusun teks, namun tetap saja saya
seperti belum membantu mereka menggunakan
Penulis kata-kata yang diperoleh dengan baik. Kosakata
yang murid gunakan masih cenderung berulang dan
terbatas sehingga dalam pembelajaran teks deskriptif
sebenernya masih ada ruang eksplorasi bagi murid untuk
menggambarkan apa yang mereka lihat dengan kata-
kata yang lebih beragam.

Saat kegiatan pembelajaran mata pelajaran TIK, murid


sering meminta izin untuk diperbolehkan bermain game,
saya melihat ini sebagai curhatan anak yang bosan dan
jauh dari hiburan yang biasa mereka lakukan ketika di
Muhammad Abdurrahman
rumah. Berangkat dari hal tersebut saya belajar dan
KGB Pekalongan
mencari tahu cara mengemas kegiatan yang tak hanya
Kampus Guru Cikal menambah perbendaharaan kata namun sekaligus
muhammad.abdurrahman@cikal.co.id berliterasi sekaligus menyenangkan untuk topik
pembelajaran berikutnya, yakni Mengkreasikan Fabel.
Dalam mengkreasikan fabel murid kembali menemui
tantangan untuk menyusun kalimat menggunakan kata
yang bersifat umum khusus untuk mendeskripsikan
latar tempat, latar waktu, maupun penokohan karakter.
Desainer
Saya ingat memiliki rekan yang pernah mengikuti
M. Abdurrhaman pelatihan game design dan tengah menggeluti Board
KGB Pekalongan Game, Herlambang Wicaksono, mencari kemungkinan
Kampus Guru Cikal Board Game dapat memenuhi kebutuhan belajar anak-
anak. Saya berkonsultasi kepada beliau, menanyakan
adakah board game yang sesuai dengan tujuan belajar,
memperbanyak perbendaharaan kata terutama kaitan
antara kata umum dan khusus serta penggunaannya,
dan melatih membaca situasi serta permasalahan yang
penyelesaiannya dengan bahasa. Dari proses itu saya
50 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat
juga mulai belajar bagaimana proses menyusun pada papan permainan. Game ini membutuhkan
board game sesuai dengan tujuan dan tema yang kolaborasi dalam bermain, maka kosakata yang
ingin diangkat. Beberapa judul game muncul, digunakan oleh satu murid juga dapat menjadi
dan bisa dimodifikasi untuk menyesuaikan, salah perbendaharaan baru bagi yang lain, sehingga
satunya Codename. turut mempengaruhi pembiasaan penggunaan
kata khusus dan umum pula. Memilih tantangan
Mengapa akhirnya saya memilih permainan ini? dan pengambilan keputusan merupakan hal yang
Dalam bermain Board Game, pemain diharuskan sering dialami saat bermain codename ini. Game
mempelajari terlebih dahulu cara bermain karena ini saya modifikasi dengan memasukkan kosakata
permainan tidak bisa berjalan secara otomatis. Cara yang lebih dibutuhkan oleh murid. Apakah akhirnya
bermain bisa dipelajari melalui buku peraturan anak hanya mempelajari kosakata yang saya tulis?
maupun dijelaskan oleh pemandu, pemandu Tidak, karena Master Agen akan menggunakan
permainan pun perlu menggunakan kemampuan kata lain yang tidak tertulis namun berkaitan
membangun narasi untuk memperkuat tema dengan kata yang disebar. Kata-kata yang muncul
permainan. Pada berbagai format mekanis cara dalam game ini akan membiasakan murid dalam
main, pemain harus menyelesaikan masalah menentukan kata khusus dan umum yang sesuai.
yang ditemui, dalam Board Game Codename Contoh Tim Agen Merah harus mencari agen
pemain harus mengumpulkan agen rahasia yang dengan kode “Mengantuk”, “Apel”, dan “Sungai”.
tersembunyi dibalik kata, dengan menggunakan Sedangkan Tim Agen Biru mencari agen dengan
kata kunci kreasi sendiri sambil menghindari kode “Roda”, “Laut” dan “Anggur”. Penjahat
penjahat, sehingga untuk mencapai tujuan bersembunyi dibalik kata “Hujan”. Master Agen
game, pemain perlu membangun kemampuan Tim Merah bisa menyebutkan Sandi “Meralip” agar
membaca dan mengaitkan situasi papan permainan para agen memilih “Mengantuk”, namun Master
dengan panduan agen dengan sandi mana saja tidak bisa menggunakan kata “Buah” karena bisa
yang harus dipilih. Lebih jelasnya, dalam game saja anggota timnya malah memilih “Anggur”
pemain bertindak sebagai 2 tim agen rahasia, 2 daripada “Apel”. Untuk kata “Sungai” dan “Laut”
orang pemain akan bertindak sebagai seorang kedua Tim tidak bisa menggunakan kata “Air”,
master agen yang memimpin masing-masing tim alih-alih memilih kata tadi mereka bisa terjebak
dan memberikan 1 kata sebagai sandi rahasia, bertemu penjahat. Master Agen Tim Merah harus
pemain lain se tim harus menemukan agen menggunakan diksi yang lain sebagai kata sandi,
setimnya yang bersembunyi dengan mengaitkan misal “Muara” untuk “Sungai”, dan “Ponsel” untuk
sandi rahasia dengan kata-kata yang disebar “Apel”.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


51
Meski begitu muncul anggapan bahwa penggunaan
board game codename ini saja tidak cukup,
beberapa kegiatan, mulai dari menganalisis
status Facebook orang, hingga post instagram @
badanbahasakemendikbud saya ramu menjadi
rangkaian kegiatan untuk mendukung proses belajar
menyusun Narasi Fabel. Secara urutan kegiatan saya
memanfaatkan status facebook rekan saya, agar
murid-murid tertarik saya ceritakan pula tentang
bagaimana saya bersosial dengan orang tersebut,
murid boleh menanyakan kata atau kalimat apa
yang belum dipahami, kemudian kita diskusikan
atau cari di KBBI tentang maknanya. Akun IG @
badanbahasakemendikbud sebagai sumber
belajar kata baku dan tidak baku. Sedangkan
codename menjadi sarana anak bisa menggunakan
perbendaharaan kata menjawab tantangan
menggunakan kata yang bersifat umum khusus untuk
mengkreasikan kalimat.

Melalui beragam kegiatan tadi, murid mendapat


bekal untuk merangkai cerita fabel secara
berkelompok, pada saat proses ini, saya dan murid
mendiskusikan apa yang mungkin bisa ditingkatkan
dari segi cerita maupun pemilihan kata, misal karena
terbiasa menemukan pasangan kata umum dan
khusus dari boardgame codename murid tidak
hanya sekadar mengatakan Si Kelinci nakal, namun
juga menyebutkan kata yang lebih khusus sebagai
sifat yang lebih jelas apakah jahil, suka meremehkan
orang lain?, mendeskripsikan latar tempat misal
sungai dengan lebih rinci, seperti apa sungainya,
apakah besar? Sebagai kegiatan akhir, murid
menyajikan dan memerankan karakter dalam fabel
dengan media pop up.

52 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN

MEMBACA YANG
SESUNGGUHNYA
Penulis

D
i Sekolah Kembang, buku dan kegiatan
membaca merupakan perangkat yang
esensial dalam kegiatan sehari-hari di kelas.
Setiap hari, kami menyediakan jadwal khusus
untuk membaca di tiap kelompok kelas. Di kelompok
Sekolah Dasar (SD), mulai kelas 3, para murid
Sekar Ayu Adhaningrum diwajibkan untuk membaca satu buku setiap kuartal.
Dengan demikian, jika mereka lulus SD nanti, minimal
Sekolah Kembang
mereka telah membaca 16 buku sepanjang hidupnya.
sekarayu.adhaningrum@kembang.sch.id
Sebagai Kepala Bidang Literasi dan juga salah satu
guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah, saya bertanggung jawab untuk menentukan
buku yang akan dibaca di kelas pada tiap kuartal
serta merancang kegiatan berdasarkan buku tersebut.
Desainer Metode pengajaran tematik yang diterapkan Sekolah
Kembang memudahkan saya dan para guru untuk
memilah dan menentukan jenis buku yang tepat
untuk digunakan di kelas. Tema-tema yang dipelajari
M. Abdurrhaman di tiap kuartal berfungsi sebagai panduan kami dalam
KGB Pekalongan memilih buku.
Kampus Guru Cikal
Setelah kurang lebih enam tahun melaksanakan
program ini, banyak manfaat yang kami rasakan. Dari
proses evaluasi yang rutin tiap tahun kami lakukan,
ternyata program ini tidak hanya berdampak baik
bagi para murid saja, melainkan juga untuk para
guru. Kami ditantang untuk terus selalu berpikir,
baik dalam mencari strategi mengajar baru, maupun
memodifikasi strategi yang sudah ada sebelumnya.
Bagi saya pribadi, tantangan terbesar adalah
menentukan pertanyaan diskusi yang tepat sebelum
membaca, saat membaca, dan sesudah membaca.

Saya dan para guru ingin memberikan pengalaman


membaca yang kaya, beragam, dan tentunya
bermakna bagi para murid kami. Oleh sebab itu,
selain memperhatikan kesesuaian isi buku dengan

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


53
tema, kami juga mempertimbangkan keberagaman
latar cerita, latar belakang pengarang, konteks Lembar kerja boleh tidak selalu ada, tetapi ada satu
cerita, latar budaya, dan lain sebagainya. hal yang tidak boleh luput dari kegiatan membaca
yang kami lakukan di Sekolah Kembang. Diskusi.
Setelah membaca, lalu apa lagi? Apakah hanya Mengapa diskusi menjadi penting di sekolah kami?
membaca saja? Di Sekolah Kembang, kami
mengembangkannya dengan menyusun aneka Proses membaca kami anggap sebagai proses
kegiatan lanjutan. Bentuk lembar kerja merupakan yang utuh dan berkelanjutan, tidak hanya terpusat
bentuk yang paling umum kami gunakan. Kegiatan pada saat membaca saja. Dengan demikian, saya
dalam lembar kerja ini pun bervariasi, mulai dari berusaha untuk memaksimalkan teaching moment
menjawab pertanyaan seputar isi bab, menggambar yang terjadi sebelum dan sesudah membaca. Apa
ilustrasi, membuat prediksi cerita, menganalisis saja yang dapat dilakukan?
unsur cerita, mencari kata-kata, menemukan
hubungan sebab-akibat, mengaitkan peristiwa Ada dua hal yang kerap saya lakukan sebelum
dengan pengalaman pribadi, menemukan subjek, saya dan murid-murid mulai membaca. Pertama,
predikat, dan objek dalam kalimat, menemukan saya mengajak mereka untuk mengingat kembali
kalimat tanya, menentukan kalimat efektif, belajar kejadian yang terjadi pada bab sebelumnya. Hal ini
kosakata baru, dan masih banyak lagi. berguna untuk memastikan pemahaman mereka
atau sekadar pemantik diskusi ringan untuk mencari
Apa artinya? Artinya, tersedia ruang yang sangat hubungan antar kejadian. Kedua, kami membahas
luas bagi para guru untuk menggali potensi murid, aneka kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi
dan yang tak juga kalah penting, potensi mereka pada bab yang akan kami baca tersebut.
sendiri. Banyak sekali variasi kegiatan yang dapat
dipilih dan dilakukan. Guru perlu berani keluar dari Setelah membaca, diskusi menjadi lebih kaya
kebiasaan dan mencoba hal baru. lagi, sebab masing-masing guru dan murid sudah
mendapatkan informasi tambahan dari bab yang
Pertanyaan yang mungkin muncul berikutnya adalah baru selesai dibaca. Bagian ini adalah bagian yang
bagaimana menentukan kegiatan yang sesuai paling saya senangi dalam kegiatan membaca di
untuk murid? Di Sekolah Kembang, para guru kelas. Saya ingin tahu reaksi dan tanggapan murid-
menggunakan istilah ‘bermakna’ dalam merancang murid saya terhadap bab tersebut. Reaksi mereka
program-program mengajarnya. Maka, agar sungguh bermacam-macam dan tidak bisa ditebak.
dapat mewujudkan hal itu, guru perlu mengenali Itulah mengapa bagian ini menjadi favorit saya.
kebutuhan murid.
Saat merancang Rencana Pelaksanaan
Mengenali kebutuhan murid juga dapat berarti Pembelajaran (RPP), tentunya saya sudah mencatat
tidak perlu merancang lembar kerja apa pun. beberapa pertanyaan atau topik diskusi yang akan
Hanya membaca saja. Saya pun dulu sempat saya ajukan setelah kami selesai membaca. Hal
‘terjebak’ dengan pemikiran bahwa setiap selesai itu berfungsi sebagai kerangka berpikir yang akan
membaca satu bab, harus ada lembar kerjanya. saya gunakan dalam sebuah kegiatan. Dengan kata
Hal itu ternyata menghilangkan esensi membaca. lain, jika para murid tidak langsung mengajukan
Membaca tidak lagi dirasakan sebagai kegiatan pertanyaan, maka saya dapat menggunakan
yang menyenangkan, melainkan sebaliknya. Para pertanyaan yang sudah saya siapkan tadi.
murid jadi kurang bersemangat membaca karena
mereka tahu setelah membaca, ada tugas yang Dari kegiatan membaca ini, saya juga belajar bahwa
harus mereka kerjakan. Tentunya ini bertentangan guru perlu bersikap fleksibel. Fleksibel yang berarti
dengan konsep reading for pleasure yang berusaha siap dan berbesar hati untuk mengubah rencana
kami tanamkan di sekolah. yang sudah disiapkan sebelumnya. Saya percaya
bahwa di ruang kelas, murid bukanlah satu-satunya
Jadi, bagaimana mengaturnya? Selain mengenali pihak yang belajar. Guru juga.
kebutuhan murid, saya juga melakukan variasi
kegiatan. Lembar kerja tidak harus selalu ada, bisa Saat ini, saya mengajar kelas 4. Kuartal ini, kami
diganti dengan kegiatan lain. Sama sekali tidak sedang membaca novel Totto-chan karangan
ada lembar kerja juga tidak apa-apa. Semakin Tetsuko Kuroyanagi. Sebelumnya, kami telah
guru memahami kebutuhan murid, dinamika kelas, membaca Na Willa karangan Reda Gaudiamo,
dan muatan kurikulum yang harus dipenuhi, lama- Keluarga Cemara karangan Arswendo Atmowiloto,
kelamaan guru akan mampu menentukan jenis dan Komponis Kecil karangan Soesilo Toer.
kegiatan yang bermakna bagi murid-muridnya.

54 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Dari Na Willa, kami belajar tentang kehidupan di
Surabaya pada tahun 1950-an. Dari buku ini juga
para murid pertama kali mengetahui ada penganan
tradisional bernama kue cucur. Pada satu kesempatan,
saya bawakan kue cucur ke kelas untuk dinikmati
bersama. Keluarga Cemara mengajarkan kami konsep
kesederhanaan, kejujuran, dan kerja keras. Banyak
diskusi seru yang terjadi sepanjang membaca novel ini.
Murid-murid saya jadi tahu bahwa ada profesi ‘tukang
kredit’ setelah membaca novel ini. Dari novel Komponis
Kecil, mereka belajar berempati pada tokoh utama yang
ditinggal ayahnya sekaligus berperan menjadi tulang
punggung keluarga.

Program ini sudah saya jalankan selama lebih dari


enam tahun. Namun, hal itu bukan berarti kegiatan ini
tidak lagi ada tantangannya. Setiap kali melakukannya
dengan kelas yang berbeda, selalu saja ada hal baru
yang saya dapatkan, bahkan ketika saya menggunakan
buku yang sama. Tantangan dapat datang dari mana
saja, tidak melulu dari para murid. Merancang kegiatan
belajar di awal tahun ajaran artinya saya harus siap
memulai dengan mindset yang baru, bahwa anak-anak
yang akan saya ajar tahun ini berbeda dengan anak-
anak sebelumnya. Saya harus siap unlearn atau belajar
kembali. Siap berbesar hati untuk mengakui bahwa
metode atau apapun yang saya yakini berhasil di tahun-
tahun sebelumnya mungkin tidak berhasil di kelas saya
tahun ini.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


55
56 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat
PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN

KERETA
APIKU
Penulis

P
agi itu, saya dengan beberapa teman yang
ditugaskan Kuliah Kerja Nyata di daerah
Limbangan, kecamatan Karanganyar,
Pekalongan, bertugas mengajar di sebuah
sekolah SD Negeri desa Gutomo yang letaknya
terpencil di atas perbukitan wilayah PTPN IX
Tuti Noor E Pekalongan.
Kampus Guru Cikal
Kira-kira harus sejauh 7 km kami menuju ke sekolah
tuti.ermayanti@cikal.co.id
tersebut dari tempat tinggal kami di rumah pak
lurah desa Limbangan, kecamatan Karanganyar,
Pekalongan. Masih segar di ingatan saya menaiki
truk dari perkebunan PTPN IX yang berbau karet
menyengat bersama beberapa penumpang dari desa
yang akan menuju ke desa Gutomo.
Desainer
Selamat pagi desaku yang indah, sejuk dan segar,
sembari kututup mata menikmati kenyamanan dan
ketentraman hati hingga tak terasa kami tiba di lokasi
M. Abdurrhaman kira-kira 30 menit kemudian.
KGB Pekalongan
Kampus Guru Cikal Perjalanan yang cukup jauh, membuat saya berpikir
keras, kira-kira apa ya materi yang akan saya ajarkan
nanti. Sembari melihat sepanjang perjalanan,
kesibukan pagi di desa yang sangat saya rindukan,
menyejukkan mata dan memberikan percikan
api semangat dalam hati dan jiwa saya untuk
memberikan yang terbaik.

Sesampainya di sekolah, saat itu kami hanya bertemu


dengan bapak kepala sekolah dan seorang ibu guru.
Karena tenaga guru terbatas, jumlah kelas 1 sampai
dengan kelas 6 masing-masing adalah 1 kelas dan
ada 6 guru yang mengajar termasuk bapak kepala
sekolah. Menurut ibu guru, anak-anak kelas III lebih
senang belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia
dan mata pelajaran hafalan lainnya, sehingga ibu
guru sering mengalami kesulitan saat mengajar
mata pelajaran Matematika. “Selain bukunya lebih

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


57
tebal, materinya sulit dimengerti oleh anak-anak”, akan pergi ke kota Semarang dari kota Pekalongan
demikian kata ibu guru. Sebagai mahasiswa jam 08.00, maka jam berapa kita akan sampai ke
Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, saya tergerak tujuan?” Pertanyaan sederhana dengan metode
untuk mencari ide bagaimana supaya anak-anak hitung dan logika observasi dan pengumpulan
tertarik dengan mata pelajaran Matematika. data primer. Apa saja sumbernya? Jam berangkat,
jarak Pekalongan ke Semarang dan kecepatan
Jam menunjukkan pk. 10.00 pagi , anak-anak kelas kereta api.
III baru memasuki kelasnya. Tiba saatnya kami
membantu ibu guru untuk mengajarkan materi- Lalu kami pun bereksperimen tentang kecepatan
materi yang telah kami pilih. Selamat pagi anak- di luar kelas dengan metode lari jarak pendek.
anak, kira-kira seusia 9-10 tahun, kami memasuki Saya minta beberapa anak untuk berlari sprint 10m
ruangan kelas III yang dipenuhi sekitar 10 anak di halaman sekolah sambil saya hitung sederhana
laki-laki dan 10 anak perempuan yang telah duduk dengan ketukan kayu dan kaleng, teman-teman
rapi di meja yang ditempati masing-masing oleh lainnya berteriak “Satu, dua, tiga,..” seperti
2 anak. Tibalah saatnya waktu saya mengajar dan ketukan detik. Sementara beberapa senang
materinya adalah IPA dan Matematika. memilih berlari dan berusaha siapa yang tercepat,
beberapa lagi senang memilih untuk menghitung.
Tanpa berpikir panjang, saya mulai berdiri di depan Aduh, saya sampai menitikkan air mata melihat
kelas dan terpana melihat tatapan mata anak- semangatnya. Setelah mendapatkan angkanya,
anak yang berbinar-binar yang haus ilmu yang kami masuk kembali ke dalam kelas dan mulai
ingin mereka ketahui. Terpacu adrenalin saya dan menghitung pertanyaan awal “Jam berapa kereta
sejuta ide muncul di kepala, apa yang harus saya akan tiba di Semarang?”.
sampaikan? Pelajaran IPA dan Matematika adalah
pelajaran yang sangat saya sukai dan saya akan Pelajaran matematika dan IPA sudah kami lewati
menggabungkan kedua materi itu dalam waktu 1 setengah dari materinya. Untuk menuntaskan tugas
jam. kami, saya harus mengajak kembali mereka untuk
bereksperimen di luar kelas. Anak-anak saya minta
Berawal dari cerita tentang Kereta Api. Mengapa mengumpulkan ranting dengan panjang yang
kereta api? Karena saya melihat ada kotak-kotak sama (gambar 1). Lalu kami membuat rel kereta
persegi panjang, ada kecepatan, ada jarak api yang terhubung dari ujung ke ujung sehingga
dan tujuan. Pertama saya menanyakan, siapa membuat seperti lingkaran besar. Lalu bagaimana
yang pernah naik kereta api? Sebagian anak kita bisa membuat menyerupai lingkaran? Tentunya
mengacungkan tangan dengan senyum yang lebar makin pendek panjang ranting, maka akan
dan berteriak “Saya.. saya..”. Ah, benar-benar meminimalkan lekukan rel kereta. Sehingga sangat
senang saya dengan situasi ini. banyak ranting yang harus terkumpul.

Langkah kedua, siapa yang bisa menggambar Setelah terkumpul dan cukup, kami membuat
kereta api? Lalu, siapa yang bisa menggambar lingkaran luar dan lingkaran dalam dan di antara
rel kereta api, lalu siapa yang bisa menunjukkan keduanya diletakkan ranting yang berfungsi
kota-kota tujuan kereta api. Beberapa anak, aktif sebagai rel kereta, sehingga tersusun sama
dan teratur tetapi tetap berebut untuk maju panjang jarang antara satu ranting ke ranting
ke depan kelas, menulis di papan tulis kapur, berikutnya (gambar 2).
menggambarkan imajinasinya tentang kereta dan
seputar kereta yang mereka ketahui. Lalu kami hitung berapa banyaknya ranting yang
Selanjutnya, setelah papan tulis penuh dengan kami butuhkan untuk membuat masing-masing
tulisan mereka, saya mulai meredakan suasana lingkaran luar dan lingkaran dalam. Nah, disini
kelas dengan bercerita. “Anak-anak, mengapa ada kita belajar menghitung keliling lingkaran. Jika
kereta api? Sejarah mengenai kereta api pun mulai tiap ranting panjangnya 15cm dan dibutuhkan
bergulir di mulut saya, bercerita dengan sesekali 14 ranting untuk lingkaran luar dan dibutuhkan
berseru “Tuuutt tuuuttt tuuuttt…” 8 ranting untuk lingkaran dalam, maka keliling
masing-masing lingkaran adalah:
Lalu pertanyaan berikutnya, “Mengapa kereta api
memiliki kecepatan yang tinggi?”. Dan saya mulai Lingkaran luar 15cm x 14 ranting = 210cm atau
mengajak mereka berhitung sederhana mengenai 2.1m
jarak kota satu dengan kota lain dibandingkan Lingkaran dalam 15cm x 8 ranting = 120cm atau
dengan waktu kecepatan kereta api. “Kalau kita 1.2m

58 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


Nah, dengan menggunakan metode analog anak-
anak sudah selesai melewati pelajaran Matematika
dan IPA sederhana. Mereka mulai mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mulai kritis.
“Bagaimana kalau keretanya saling bertemu?”.
Kemudian kami berikan pos-pos pemberhentian
kereta, agar jadwal keberangkatan dan kepulangan
tidak saling berbenturan.

Tak terasa rencana pelajaran 1 jam berlalu dengan


cepat hingga 1.5jam, tetapi kami senang dan
semakin bersemangat bereksperimen dengan alam
untuk menggali ilmu Matematika dan IPA.
Tiba saatnya perpisahan, kami harus kembali ke
desa Limbangan, waktu menunjukkan pukul 11.00,
hati kami masih tertinggal di sana, dengan penuh
cinta, kami sapa anak-anak dan berpesan “Kejarlah
cita-citamu setinggi langit, nak. Awalilah dengan
menggunakan transportasi umum yang murah dan
aman. Naik kereta api, tuuttt… tuuuttt.. tuuuttt….”.

Kesimpulannya dari tulisan saya adalah, bahwa


dalam menyampaikan pelajaran sebaiknya
menggunakan metode pembelajaran tidak
monoton dan membuat anak-anak tertarik untuk
mendalami dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang memacu kita lebih kreatif dalam mencari
jalan keluar dan jangan lupa mempraktekannya
dengan menggunakan bahan-bahan alam atau yang
tersedia di sekitar kita mengajar, tanpa memandang
kelas berapa atau usia berapa anak-anak yang
sedang belajar bersama kita.’

Demikian tulisan saya, semoga bermanfaat bagi


saya untuk ke depannya dan bagi kita semua.
Terima kasih.

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


59
PRAKTIK BAIK
PENGAJARAN

S
eseorang yang melek matematika tidak hanya
paham tentang matematika akan tetapi juga
mampu menggunakannya dalam pemecahan
masalah sehari-hari. Kemampuan koneksi matematika

LITERASI
dan pemecahan masalah memiliki kaitan erat dengan
kemampuan literasi matematika dan kemampuan

MATEMATIKA
literasi yang baik tentunya akan membantu seseorang
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.

Literasi matematika menjadikan individu mampu


membuat keputusan berdasarkan pola pikir
matematis yang konstruktif.

Sebagai guru yang mengajar mata pelajaran


matematika, pada awalnya saya mengetahui
ada yang disebut Gerakan Literasi tanpa pernah
berusaha untuk mengetahui lebih jauh tentang
pentingnya literasi dalam proses pembelajaran.
Padahal yang saya rasakan matematika merupakan
salah satu pelajaran yang seringkali tidak disukai
siswa karena dianggap sulit dan membosankan,
dan hal tersebut berawal dari malasnya siswa
Penulis membaca soal, seringkali saya menemukan siswa
yang mengatakan “tidak bisa” tanpa terlebih dahulu
mencoba untuk mengerjakan. Keadaan tersebut
berdampak pada malasnya siswa mengikuti pelajaran
ataupun mengerjakan soal karena jangankan untuk
mengerjakan, memahami soal pun sepertinya
merupakan suatu perjuangan berat bagi mereka. Saat
mengajar di kelas XII tidak jarang saya menemukan
siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal-soal
sederhana yang sebenarnya sudah mereka pelajari
Nadia Cassinie sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar,
KGB Bandung keadaan tersebut menambah berat beban guru untuk
menyampaikan materi dengan tingkat kesulitan yang
SMK Prakarya Internasional
lebih tinggi.
nadiacassinieschiele@gmail.com

Dalam proses belajar mengajar diharapkan siswa


mampu menguasai konsep dan memahami teori serta
prinsip-prinsip penerapannya, dan mentransferkan
konsep melalui metode pembelajaran ceramah
tidak akan menghasilkan konsep yang jelas secara
keseluruhan, malah mungkin akan menimbulkan
salah pengertian. Untuk itu diperlukan interaksi
yang baik antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran.

Keadaan akan menjadi lebih parah lagi apabila


kurang dukungan dari lingkungan. Tidak jarang
saya mendengar siswa yang berkomentar “Bu, kata

60 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


mama, papa juga dulu matematika nya ga jago tapi akan bingung memahami alur cerita dan model
sekarang bisa kerja enak dan penghasilannya besar” penyelesaian seperti apa yang dibutuhkan untuk
atau “saat kerja nanti kita ga kan pake integral”. cerita seperti itu.
Keadaan seperti itu merupakan tantangan besar Sebagai solusinya saya berkomunikasi dengan
bagi saya, saya harus mencari tahu implementasi guru bahasa Indonesia dan mulai berkoordinasi
dalam kehidupan sehari-hari dari setiap materi mengenai bagaimana cara mengajarkan membaca
yang saya ajarkan agar siswa menyadari pentingnya dan memahami apa yang dibaca agar siswa yang
mempelajari matematika, karena matematika bukan saya ajar bisa memahami soal dengan baik dan
hanya mengenai hitungan, matematika diperlukan benar serta mengatur waktu pemberian materi yang
untuk pembentukan pola pikir. Melalui matematika saling berkorelasi agar proses pembelajaran terasa
seseorang belajar mengenai tanggung jawab, lebih mudah dan dapat berhasil secara optimal.
disiplin, komitmen dengan aturan, dan belajar untuk
berani menentukan keputusan. Langkah selanjutnya yang saya lakukan setelah
berkomunikasi dan berkoordinasi dengan guru
Suatu waktu saya masuk ke kelas yang akan bahasa Indonesia adalah saya mengajak siswa untuk
saya ajar dan saya lihat di papan tulis masih ada belajar di luar kelas, ketika kami sedang membahas
catatan dari pelajaran sebelumnya, dan pelajaran trigonometri, siswa saya ajak ke lapangan olahraga
sebelumnya adalah Bahasa Indonesia. Yang menarik dan saya bagi menjadi beberapa kelompok
perhatian saya disitu adalah catatan mengenai yang akan melakukan kegiatan pengukuran yang
disjungsi, konjungsi, penarikan kesimpulan, dll yang berkaitan dengan trigonometri seperti mengukur
notabene juga dipelajari di matematika pada bab tinggi objek dengan memanfaatkan titik jatuh
Logika Matematika. Karena penasaran saya tanya bayangan atau menghitung pendugaan sudut
siswa di kelas itu, apa saja yang dibahas di bahasa dalam segitiga dengan menggunakan jarum
Indonesia yang terkait dengan materi logika pada jam, siswa sangat antusias melakukan kegiatan
pelajaran matematika, dan saya menemukan bahwa pembelajaran seperti itu dan sebagian besar merasa
X sedangkan di matematika vektor dipelajari di lebih mudah untuk memahami materi. Untuk bisa
semester ganjil kelas XI, berarti terjadi tumpang melakukan kegiatan tersebut siswa harus membaca
tindih materi karena pada saat mengajar fisika kelas teori mengenai sudut dan menerapkannya dalam
X guru fisika harus menjelaskan vektor dari awal dan suatu kegiatan nyata. Kegiatan sejenis juga saya
di kelas XI guru matematika harus mengulangnya terapkan untuk materi matematika yang lain dan
lagi secara lebih terperinci, demikian pula halnya hasilnya belajar matematika menjadi suatu kegiatan
yang terjadi antara materi di pelajaran bahasa yang menyenangkan dan tidak menakutkan bagi
Indonesia dan matematika. siswa.

Pendidikan matematika mampu meningkatkan


Maka yang saya lakukan berikutnya adalah kualitas SDM karena pendidikan matematika
mendatangi guru bahasa Indonesia dan mempunyai standar kemampuan yang akan
menanyakan materi logika yang diajarkan di bahasa membentuk pola pikir dan pribadi seseorang.
Indonesia yang ada korelasinya dengan logika Standar kemampuan dasar tersebut adalah :
matematika. Dan saya menyadari bahwa selama
ini saya salah memahami konsep Gerakan Literasi. 1. Pemecahan masalah (problem solving)
Konsep literasi bukan hanya penting untuk pelajaran 2. Penalaran dan bukti (reasoning and proof)
bahasa, tapi literasi penting untuk semua pelajaran, 3. Komunikasi (communication)
karena semua pelajaran diawali dengan membaca 4. Koneksi (connections)
dan memahami apa yang kita baca untuk kemudian 5. Representasi (representation)
diimplementasikan dalam bentuk penyelesaian
soal, dan salah satu tanggung jawab guru adalah Satu pengalaman berharga yang saya dapatkan
menciptakan proses belajar mengajar yang adalah “jangan pernah merasa nyaman menjadi
menyenangkan serta mudah dipahami. guru yang dianggap senior, karena belajar tidak
mengenal usia, dan setiap orang wajib belajar,
Saya mulai memahami kesulitan siswa saat perkembangan dalam bidang pendidikan tidak akan
mengerjakan soal-soal matematika, sebagian besar berhenti hanya karena kita tua, tapi yang tua harus
berawal dari masalah yang sama yaitu karena tidak bisa mengikuti perkembangan”.
terbiasa membaca dan memahami apa yang mereka
baca. Hal tersebut sangat terlihat setiap kali siswa
menemukan soal dalam bentuk soal cerita, mereka

Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


61
Guru Belajar Esensial
BUKU

DIFERENSIASI
MERDEKA BELAJAR MEMANUSIAKAN
Memahami Pelajar untuk Belajar
DI RUANG KELAS HUBUNGAN
Bermakna & Menyenangkan

KAUS

Dapatkan produk Guru Belajar di

Bit.ly/BeliProdukGuruBelajar

62 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat


EDISI BERIKUTNYA

SURAT KABAR GURU BELAJAR


EDISI 22

“Memberdayakan Konteks,
Membangun Budaya Literasi “

B
anyak pihak bingung sumber daya lingkungan sekitar? Anda punya pengalaman
untuk menyelenggarakan kegiatan mengintegrasikan pengajaran literasi dengan
literasi. Berbagai upaya dilakukan taman baca, perpustakaan dan museum yang
agar tersedia anggaran pemerintah, ada di daerah Anda? Anda punya pengalaman
anggaran sekolah maupun dukungan dana dari melibatkan tokoh masyarakat, pengrajin, dan
berbagai pihak. Padahal di sisi lain, kita pun ahli yang dihargai masyarakat lokal dalam
tengah bersusah payah mencari sumber daya kegiatan literasi? Anda punya pengalaman
untuk pendidikan pada umumnya. mendayagunakan sumber daya alam (kebun,
ladang, sawah, dll) untuk membangun budaya
Tantangan penyelenggaraan kegiatan literasi literasi?
sebenarnya adalah memperluas sudut
pandang kita. Sadar akan tujuan literasi, Kirim tulisan ke http://bit.ly/FormulirSKGB22
melihat ke lingkungan di sekeliling dan
menghubungkan tujuan tersebut dengan
potensi dan sumber daya di sekitar kita.
Pada titik ini, literasi tidak sebatas dipandang
sebagai pengajaran, tapi sebagai budaya,
kegiatan dan tradisi yang dijalankan oleh
masyarakat

Anda punya pengalaman menyelenggarakan


kegiatan yang melibatkan media (lagu,
film, permainan, ritual dll) yang ada di
Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat
63
TEMA

LITERASI UNTUK
MENGGERAKKAN
NEGERI
JAKARTA, 25-27 OKTOBER 2019

64 Surat Kabar Guru Belajar - Edisi III Tahun Keempat

Anda mungkin juga menyukai