Kontributor
Guru Belajar
Info Surat Kabar Guru Belajar
redaksi.
Desain Grafis
Dewan Redaksi
Najelaa Shihab
Bukik Setiawan
Rizqy Rahmat Hani
M. Abdurrahman B
Kampusguru@cikal.co.id
Kampus Guru Cikal
Kampusgurucikal
@Kampusgurucikal
Lukman Hakim Wilma A.I.S Kailola Sarah Aulia W.
KGB Pekalongan KGB Jakarta Pusat KGB Lamongan
SMA Islam Pekalongan Sekolah Kembang GLOBAL INBYRA SCHOOL
Alamat Kantor IG :@uklukhakim -Kemang IG :@aulia.sarah16
FB : Lukman Hakim IG :@wilmakailola FB : Auli Aulia Sarah
Jl. Ciater Rawa Mekar Jaya, FB : -
Serpong
Tangerang Selatan, 15310
Bukik Setiawan
dewan redaksi
Banyak guru, sekolah dan penggiat pendidikan kebijakan dan aturan yang ditetapkan oleh
mengadakan kegiatan literasi di berbagai pusat. Pengajaran literasi hendaknya menunjang
konteks. Pertanyaan reflektif di Surat Kabar tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran dan
Guru Belajar ini adalah buat apa literasi? pendidikan.
Dalam sebuah Temu Pendidik Mingguan, saya Pengajaran literasi akan membantu murid
terlibat percakapan dengan seorang guru dalam mencari, mendapatkan, mengolah dan
yang bingung merancang pengajaran literasi. menggunakan informasi untuk mencapai suatu
Selidik punya selidik, kebingungan tersebut tujuan atau untuk menyelesaikan masalah.
berakar pada asumsi kegiatan literasi diadakan Kompetensi literasi yang berkembang akan
sebatas pada 15 menit membaca sebelum membuat murid lebih lancar dalam mencapai
pelajaran dimulai. Asumsi yang memisahkan tujuan pengajaran. Lebih mudah memahami
antara pengajaran literasi dengan “pengajaran tujuan pengajaran, lebih mandiri dalam mencari
biasanya”. dan mengolah informasi, lebih tangguh dalam
menghadapi kesulitan dalam penggunaan
Pengajaran literasi dipisahkan dari pengajaran informasi dan tentu saja, lebih mudah
yang dilakukan setiap harinya. Bukan hanya melakukan refleksi proses dan hasil belajar pada
pemisahan cara pengajaran, pengajaran literasi suatu mata pelajaran. Lebih jauh lagi, murid
pun dipisahkan tujuannya. Pengajaran literasi dengan kemampuan literasi pun lebih mampu
mengejar suatu tujuan tertentu, pengajaran menghadapi tantangan dan menyelesaikan
biasa mengejar tujuan yang lain. Ketika tujuan persoalan hidupnya.
berbeda, penilaian keberhasilannya pun
berbeda. Pada ujungnya, pengajaran literasi Jadi buat apa pengajaran literasi? Untuk
justru menjadi beban bagi guru, tanpa paham membantu murid lebih merdeka belajar dan
sebenarnya pengajaran literasi untuk apa. menjalani hidup sebagai pelajar merdeka.
Pelajar sepanjang hayat.
Diskusi tersebut menarik perhatian tim
Surat Kabar Guru Belajar sehingga lahirlah Bila kita bersepakat bahwa tujuan pengajaran
usulan untuk memaparkan keterkaitan antara literasi menunjang tujuan pengajaran dan
pengajaran literasi dengan “pengajaran pendidikan secara menyeluruh, maka
biasanya”. Kami berharap paparan tersebut konsekuensinya semua pelajaran adalah
dapat menyebarkan pesan bahwa pengajaran pelajaran literasi, semua media belajar adalah
literasi adalah pondasi dari keseluruhan media literasi dan pada akhirnya, semua
pengajaran dan pendidikan yang kita lakukan. guru adalah guru literasi. Semua pihak di
Pengajaran literasi bukan sekedar mematuhi sekolah mempunyai tanggung jawab dalam
bukan sekedar
literasi bukan monopoli pengajaran bahasa, juga
pengajaran kewarganegaraan, pendidikan inklusi,
pengajaran matematika, pengajaran budaya dan
mematuhi kebijakan semua pengajaran yang lain.
dan aturan yang Inilah seruan yang diusung Komunitas Guru Belajar,
pahami esensinya, pahami tujuannya, sehingga kita
ditetapkan oleh bisa mendapatkan beragam cara yang mungkin
untuk mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan.
menunjang tujuan
Selamat melakukan pengajaran literasi dengan cara
berbeda!
Bukik Setiawan
L
iterasi berkait dengan kemampuan berpikir dilatih tahapan yang terstruktur tentang proses
tingkat tinggi. Karenanya, cara “termudah” membuat tulisan. Tak heran membaca dan
memastikan implementasinya di kelas menulis jadi membosankan dan melelahkan,
adalah berefleksi keterampilan dan sikap apa bagian dari pelajaran yang dilakukan tanpa
yang ditumbuhkan guru sepanjang hari. Murid, pendalaman. Tak aneh, dalam banyak asesmen
terlepas dari semuda apapun usianya, punya tentang membaca dan menulis lintas pelajaran,
kemampuan observasi yang tinggi tentang tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam
ekspektasi. Apa yang dilatihkan, ditanyakan, kemampuan anak di awal sekolah dasar
diujikan adalah tujuan pengajaran. Yang dibanding kemampuannya belasan tahun
terus menjadi tantangan - disaat kita punya kemudian di sekolah menengah sebagai lulusan.
kesepakatan menjadikan literasi sebagai
tujuan, kegiatan harian yang kita lakukan Satu ilustrasi yang seringkali saya sampaikan
tidak mengarah pada apa yang dicanangkan. pada guru berbagai jenjang dan mata pelajaran
Yang juga menjadi hambatan, ketika kita tahu pada saat menjelaskan tentang perkembangan
bahwa literasi butuh banyak waktu untuk anak dalam literasi, adalah betapa minimnya
jadi kompetensi yang melekat dalam diri, literasi anak tentang proses belajar dirinya
kita hanya menggunakan satu bidang studi - sendiri. Dalam setiap kesempatan kunjungan
biasanya pelajaran bahasa - untuk menguatkan kelas - di sekolah di pusat kota, ataupun di
keterampilan ini. pelosok nusantara, sedikit sekali murid-murid
kita yang mengorganisasi, menganalisa dan
Semua guru - apapun mata pelajarannya mengaplikasi proses belajarnya. Sebelum kita
- adalah fasilitator sekaligus pelatih untuk sibuk dengan literasi berkait berbagai materi,
berbagai cita, cara dan cakupan literasi. Dalam mari mulai sejak dini untuk membuat anak
kenyataannya, modal utama literasi pada anak mengetahui mengapa ia mesti belajar topik
adalah keingintahuan - tetapi banyak anak tertentu hari ini, mengajaknya melihat koneksi
yang dipaksa belajar tanpa rasa penasaran. antara soal yang dibahas di kelas matematika
Berpikir mestinya menyenangkan, bila guru sehari sebelumnya dengan deretan lembar
memberikan pertanyaan yang menantang dan kerja yang mesti selesai sebagai pekerjaan
relevan dengan apa yang terjadi di kehidupan, rumah, atau mempraktikkan antara apa yang
bukan mementingkan jawaban yang dengan didiskusikan di kelas bahasa saat membaca atau
mudah ditemukan dengan mesin pencarian menulis laporan di kelas IPA. Saat anak mampu
digital . Membaca mestinya bermakna, bila menavigasi proses belajarnya secara mandiri,
anak punya latar belakang pengetahuan yang saat itulah sebenarnya guru sedang menguatkan
membantu pemahamannya. Menulis mestinya kemampuan literasi lintas bidang studi dan akan
membuat anak merasa berdaya, bila anak punya berguna untuk berbagai profesi di masa depan
gagasan yang ingin diekspresikan. Tetapi di nanti.
banyak kelas bahasa maupun pelajaran lainnya,
anak dibiarkan tenggelam dengan tugas berkait Literasi membutuhkan kesempatan aplikasi.
teks maupun informasi visual, tanpa cukup Alih-alih melatih membaca untuk belajar,
waktu dan latihan untuk mengkaitkan konteks banyak guru dan orangtua hanya sibuk dengan
bacaan dengan konteks lingkungan, tanpa proses belajar untuk membaca. Literasi
Bereksplorasi
L
iterasi. Ketika kita menyebutkan kata tersebut,
secara umum banyak yang akan langsung
Kartesius:
memang mengacu pada kemampuan seseorang untuk
menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah
dan memahami informasi saat melakukan aktivitas
S
udah jamak kalau Pendidikan
Kewarganegaraan dianggap sebagai pelajaran
yang membosankan. Sejak dulu bernama PMP,
sudah begitu kesannya.
Pemilu
dan memang kesan membosankan susah sekali
dihilangkan dari mata pelajaran ini. Begitu melihat
Kaya
materi yang harus diajarkan, kening saya langsung
berkerut-kerut. Masa iya anak SD harus belajar
tentang sistem pemerintahan, lembaga-lembaga
Literasi
negara, proses pembuatan undang-undang, dan
sebagainya.
Penulis Pada titik ini saya merasa perlu jeda sejenak. Saya
berpikir untuk tidak mencari metode apa yang akan
saya pakai dalam pembelajaran. Saya justru bertanya
mengapa memberikan materi tersebut? Apa tujuan
yang saya ingin capai?
belajar yang
yang nampak jelas adalah saat penghitungan suara.
Bukan sekadar menghitung jumlah suara masing-
masing paslon dan suara yang rusak, tetapi juga
menyenangkan dan mencocokkannya dengan jumlah pemilih.
kelas pelaksananya,
akan terekam dalam memori mereka.
warga sekolah.
warga sekolah.
MENGENAL
Sesuai dengan standar tingkat pencapaian
perkembangan anak kelompok bermain hanya ada
pengenalan tentang keaksaraan awal sehingga
LITERASI
tidak ada kegiatan membaca dalam kelas. Meskipun
demikian, anak-anak usia 3-4 tahun adalah anak
DENGAN
yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sering
kali mereka berpura-pura membaca dengan bahasa
mereka sendiri sesuai dengan imajinasinya.
BERMAIN
Hal ini sesungguhnya sesuai dengan standar tingkat
pencapaian perkembangan anak kelompok bermain
pada lingkup perkembangan bahasa. Namun
karena masing-masing ingin berusaha menunjukkan
kemampuan berimajinasinya, akibatnya kelas menjadi
Penulis
sangat riuh dengan suara anak-anak yang tidak mau
mengalah.
bermain. Literasi
lain dan Seni berupa mengenal karya seni sederhana
berbentuk rumah, drama atau main peran.
semata, namun
rasa sayang kepada teman dan bahkan kognitifnya
mereka dapat. Satu kegiatan berliterasi sederhana ini
literasi mampu
mampu digunakan untuk mengoptimalkan 6 aspek
perkembangan yang hendak dicapai oleh setiap peserta
didik.
membangkitkan
daya imajinasi
anak, membangun
kerjasama,
mengembangkan
rasa sayang kepada
teman dan bahkan
kognitifnya mereka
dapat.
Kristijorini
Penulis
Dengan guru
• Cari referensi film di www.sinedu.id atau website lain.
• Pilih film sesuai dengan rating usia dan genre yang tepat.
• Tonton film dan buat catatan hal-hal menarik sepanjang film.
yang melek Menurut beberapa peserta mengaku bahwa sering kali film yang
dipakai tidak ditonton dulu atau terkadang asal pilih karena piihan
film, guru
terbatas.
menjadi pemikir Dengan guru yang melek film, guru menjadi pemikir yang kritis.
Guru memiliki kemampuan evaluasi dan memahami.
yang kritis. Di akhir sesi, peserta diajak menonton film yang ada dalam
daftar website Sinedu. Setelah itu, peserta secara berkelompok
Guru memiliki
membuat pembelajaran dengan menjadikan film sebagai media
pembelajaran. Salah satu peserta melakukan simulasi pengajaran,
setelah menonton film murid-murid diajak untuk melakukan
kemampuan
aktivitas yang sama seperti yang ada di film. Menurut salah satu
peserta mengaku bahwa sekarang menjadi lebih terbuka tentang
pemanfaatan film sebagai media pembelajaran. Tidak hanya
evaluasi dan
menonton lalu tanya jawab seputar film, tetapi bisa dihubungkan
dengan pembelajaran lain, Misal olahraga atau bermain drama.
Selain itu juga bisa dengan media atraktif seperti bermain dadu.
memahami.
Salah satu peserta dari KGB Pekalongan Pak Wahyu berinisiatif
untuk membuat boardgames film.
Masih belum melek film? Yuk ikutan Guru Melek Film yang akan
diadakan di kota-kota lain. Tunggu pengumuman di Instagram
Kampus Guru Cikal @KampusGuruCikal
Penulis
Belajar Memahami
Situasi Sosial
dengan
S
aya Mega, guru anak berkebutuhan khusus
yang tahun ini mendapat kesempatan untuk
Literasi
sebelumnya saya bekerja untuk menangani anak-anak
berkebutuhan khusus dengan rentang usia 2 sampai
10 tahun, di Klinik terapi tumbuh kembang daerah
Jakarta Timur.
Dalam hal ini, saya mencoba berbagai cara agar Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, murid
murid saya dapat memahami situasi-situasi sosial saya dapat mengemukakan pendapatnya tentang
dengan merasa nyaman. Pertama adalah dengan video tersebut. Tidak hanya itu, ia juga dapat
mengajak murid saya menyaksikan tayangan video mengungkapkan apa tindakan yang seharusnya
tentang perilaku sosial. Tujuan saya menggunakan dilakukan apabila ia berada pada posisi tokoh
video perilaku sosial karena murid saya lebih dalam video tersebut.
menyukai kegiatan menonton video. Oleh karena
itu, saya ingin menciptakan suasana belajar yang Selain itu, cara lain yang saya gunakan pada
mana murid merasa nyaman sehingga sangat kesempatan yang berbeda adalah dimana saya
mudah untuk diajak bekerja sama. Murid diharapkan memberikan kata-kata yang saya masukan ke
untuk dapat mengolah video yang ditontonnya dalam sebuah amplop warna-warni yang terbuat
dengan cara memberikan tanggapan tentang dari origami. Tujuannya adalah agar murid saya
karakter tokoh dalam video tersebut. Selain itu, dapat memberikan tanggapan terhadap sebuah
murid juga diharapkan untuk dapat mengemukakan perilaku yang bisa dijadikan refleksi terhadap dirinya
pendapatnya tentang apa tindakan yang harus sendiri. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk sebuah
dilakukan oleh tokoh yang tidak sesuai dengan permainan undian, yang mana ia harus memilih
norma sosial. Dalam kegiatan ini, murid saya satu amplop. Kemudian ia memberikan tanggapan
mengidentifikasi video tentang perilaku sosial dan dari isi amplop yang sudah diambilnya. Ia juga
memberikan pendapatnya tentang karakter pada diminta untuk mengemukakan pendapat tentang
tokoh tersebut. Saya mengajukan pertanyaan strategi yang perlu dilakukan terkait kata yang
sebagai berikut: didapatkannya. Pada kegiatan ini, kata pertama
yang terpilih adalah “Tawuran”. Murid saya terlihat
“Menurut kamu video ini menceritakan tentang antusias sekali dalam memberikan tanggapannya
apa?” tentang tawuran. Ia mengungkapkan bahwa tawuran
“Bagaimana pendapatmu tentang karakter tokoh itu tidak baik dan merupakan perilaku yang tidak
dalam video itu?” pantas untuk dicontoh. Beberapa waktu kemudian,
MEMILIH
BACAAN SENDIRI
Penulis
A
walnya, berbicara tentang literasi dan
bagaimana mengintegrasikannya dengan
kegiatan di kelas, adalah hal yang rumit
untuk saya. Karena dalam pikiran saya saat
itu, literasi hanyalah soal buku dan membaca. Soal
membangun minat membaca anak. Ternyata tidak
Wilma Ayu Indira Sari Kailola sekedar itu saja, literasi sangat luas maknanya. Literasi
bahkan menyentuh area memahami, keinginan
Sekolah Kembang
mencari dan menggali informasi lebih dalam, hingga
wilmakailola@gmail.com
kemampuan melakukan refleksi atas informasi yang
didapat. Semua hal yang saya sendiri tidak yakin bisa
dilakukan anak usia taman kanak-kanak.
Beberapa kegiatan
kami membawa buku pilihan bersama ke kelas.
misalnya kegiatan
anak di kelas, pasti akan ada anak yang mengobati
rasa ingin tahunya dengan mencari jawaban dari
buku yang sudah mereka pilih. Jika satu anak
prabaca tulis yang melakukan hal yang sama, maka anak lain akan
mengikutinya. Dan tentunya buku yang sudah dipilih
Atau kegiatan
membaca gambar, diskusi bersama teman, atau
bertanya pada guru. Saya beberapa kali mendengar
diskusi anak untuk menyamakan informasi dari guru
sains yang hanya dengan bacaan yang sedang mereka baca. Tak
hanya menyamakan informasi dari guru, mereka
sekedar melakukan
bahkan mendiskusikan isi buku yang satu dengan
buku lain dan mengaitkannya dengan informasi dari
percobaan sederhana
guru. Hasil akhirnya menarik, minat mereka mencari
tahu semakin berkembang, tidak hanya sebatas
topik dalam tematik, anak-anak bahkan memperluas
saja, dan sebagainya. minatnya ke bidang lain yang masih memiliki benang
merah dengan tema yang dibahas. Hal ini bisa
terjadi tentunya dengan sedikit sentuhan pertanyaan
Wilma A.I.S Kailola dari guru. Pertanyaan yang dapat membangkitkan
rasa ingin tahu anak, dan menggugah keinginan
mereka untuk mencari dan menggali lebih dalam
dan lebih luas. Jika ini sudah terjadi, tentunya
pemahaman dan wawasan anak akan semakin kaya
dan dalam. Bukankah ini yang kita harapkan dari
anak?
UNDANG
Mungkin warganet akan berkomentar,
“Lah, kan semua pembelajaran harus siap sebelum awal
semester dimulai?”
PRAKTISI UNTUK
“Kan semua rencana harus fix and clear ketika membuat
RPS (Rencana Pembelajaran Semester) atau SAP (Satuan
Acara Perkuliahan)?”
KOLABORASI DAN
“Kok masih bingung materinya gimana? Kan dulu juga S1
sudah pernah diajar materi serupa.”
MENINGKATKAN
Nyatanya memang tidak semudah itu. Saya sangat percaya
bahwa situasi kelas berubah dari hari ke hari. Bahkan
jam kuliah pagi dan siang juga akan beda semangat
LITERASI
mahasiswanya. Dunia terus berubah. Tren berganti.
Kebutuhan di dunia kerja berbeda. Itu yang menyebabkan
saya tertantang untuk terus belajar soal mengajar.
Yang akan saya ulas kali ini adalah di mata kuliah Psikologi
Industri dan Organisasi (PIO), semester 3. Inti materinya
adalah memelajari pikiran, perasaan, perilaku manusia, dan
proses mental yang melatarbelakanginya dalam setting
Penulis dunia kerja. Baik itu industri maupun organisasi.
TANTANGAN
Saya mereka-reka. Apa yang perlu saya lakukan di mata
kuliah itu. Saya kira, salah satu tantangan dosen secara
umum adalah menggali kebutuhan mahasiswa dan
menyesuaikannya dengan pembelajaran. Nyatanya, RPS
atau SAP seringkali dibuat tanpa persetujuan mahasiswa.
Minim dialog dosen-mahasiswa, ditentukan sepihak oleh
dosen, mencontoh pembelajaran kampus lain yang belum
tentu cocok diterapkan, hingga capaiannya merupakan
Fatma Puri Sayekti cita-cita dosen yang bisa jadi utopis beserta standar
kompetensi lulusan yang tidak jelas. Butuh waktu, tenaga,
KGB Kediri
pikiran, untuk menyelaraskan mulai visi dan misi program
IAIN Kediri studi, kurikulum, kearifan lokal kampus yang menjadi ciri
fatmapuri@gmail.com pembeda dengan kampus lain, menerapkannya dalam aksi
nyata di perkuliahan, hingga sistem evaluasi yang handal
dan terukur.
AKSI
Kisah ini akan saya mulai dari penentuan tujuan belajar,
Desainer penggalian kebutuhan belajar, pemilihan strategi belajar,
hingga pelaksanaan proses pengajaran. Dan seluruh
proses ini saya rangkum menjadi sebuah kata: LITERASI.
Idham Sumirat Saat kontrak perkuliahan di pertemuan pertama semester,
KGB Wonosobo saya menggali kebutuhan mahasiswa. Tidak saya buka
dulu isi SAP yang telah saya buat. Ingin tahu apa yang
diharapkan mereka dalam mata kuliah ini – dengan
menelisik judul mata kuliahnya, yang mungkin masih asing
atau belum terbayang.
Selanjutnya, saya membahas satu per satu, setiap Latar belakang mengundang praktisi adalah, saya
kelas (saya mengajar empat kelas), tentang harapan- tidak mungkin bisa paham 100% dunia PIO karena
harapan itu. Lalu menunjukkan padanan temanya dalam dulu hanya 8 bulanan kerja di konsultan SDM selepas
bahasa Psikologi. Dan di akhir, baru membuka SAP lulus S1. Sekarang pun lebih banyak beraktivitas di
yang telah saya susun. Kaget ke dua adalah, ternyata dunia akademis. Sebanyak apapun saya membaca
mahasiswa cukup mampu memfokuskan pikirannya soal ruang lingkup pekerjaan HRD, akan lebih mantab
tentang gambaran umum mata kuliah ini. Sehingga dan meyakinkan jika dijelaskan langsung oleh ahlinya.
sebagian besar harapan mereka sudah tertulis di Praktisi yang memang sehari-hari, selama bertahun-
SAP yang saya susun. Misalnya pertanyaan soal cara tahun, bekerja di perusahaan. Alasan lain adalah,
merekrut dan menyeleksi calon karyawan, ada di tema mahasiswa butuh sosok nyata yang dapat menginspirasi
rekrutmen dan seleksi tenaga kerja. Tentang cara soal ragam bidang kerja setelah lulus S1. Mahasiswa
mengembangkan karyawan, ada di bahasan pelatihan juga butuh motivasi kuat untuk belajar dan berusaha
dan pengembangan SDM. Tentang semangat kerja, meraih mimpinya. Di titik ini, saya menyadari bahwa
ada di topik motivasi dan stres kerja. Pertanyaan soal kolaborasi adalah pilihan paling tepat. Saya perlu
dunia kerja PIO di perusahaan, dapat kami bahas di mengundang praktisi untuk berbagi pengalamannya di
bab sejarah dan ruang lingkup pekerjaan PIO. Dan dunia kerja kepada mahasiswa.
seterusnya. Nah, misalnya ada hal-hal yang belum
bisa saya jelaskan dan bahas di perkuliahan –karena Saya mulai mencari siapa praktisi yang bersedia
memang bukan capaian kompetensi pembelajaran mata diundang. Saya serta mahasiswa mulai diskusi dan
kuliah itu-, maka saya terangkan bahwa memang tidak rapat kecil tentang teknis pelaksanaan. Misalnya
masuk dalam kurikulum. Misalnya pertanyaan mereka lokasi di mana, kapan, jam berapa, perlu dana berapa,
soal bagaimana proses mendirikan sebuah perusahaan konsumsi yang disediakan apa, dan tanda terima kasih
mulai awal hingga bisa besar. berupa apa yang pantas diberikan. Saya menekankan
kepada mereka bahwa kegiatan ini akan dilakukan
Setelah menentukan tujuan belajar, kami membahas secara mandiri mulai awal sampai akhir. Koordinator,
soal strategi belajar. Pertanyaan saya sederhana, “Jika bendahara, sie konsumsi, sie dokumentasi, semua
kalian diberi kebebasan memilih, cara belajar seperti diurusi mereka. Sangat penting mengulang penjelasan
apa yang paling membuat kalian bisa paham materi dan soal urgensi acara di beberapa pertemuan sebelumnya,
senang, selama satu semester ke depan?” Saya percaya, hingga mahasiswa paham betul apa tujuan dan
jawaban menarik harus dimulai dengan pertanyaan konsekuensi yang harus ditanggung. Acara dibagi
menarik pula. menjadi tiga jadwal dengan pembicara, materi, dan
peserta yang berbeda-beda. Dan, siapa sajakah yang
Berbagai jawaban muncul. Mahasiswa ada yang ingin kami undang?
diputarkan film/ video, diskusi kelompok, permainan,
kunjungan ke perusahaan, memperbanyak praktik • Andhika Putra Kresnandito, S.Psi. Adik kelas S1 di
seperti observasi dan wawancara, mengundang tamu Universitas Airlangga sekaligus Asisten Manajer
ahli, juga dolan. Menariknya lagi, setelah saya lontarkan SDM PT. Perkebunan Nusantara X, Pabrik Gula
pertanyaan yang sama di empat kelas plus satu kelas di Ngadirejo Kediri ini, terhubung dengan saya secara
mata kuliah lain, tidak ada satupun yang mengharapkan tidak langsung, melalui temannya teman saya.
cara belajarnya dengan dosennya ceramah materi Beliau mengisi materi dengan judul “Yakin, Lulus S1
mulai awal hingga akhir. Haha... Tentu saya bersyukur, Psikologi Mau Kerja jadi HRD?” Ini seolah menjadi
karena tidak harus capek menjelaskan seluruh bab antitesis dari anggapan selama ini bahwa semua
selama sesemester, dimana saya aktif dan mereka mahasiswa yang mengambil penjurusan PIO harus
pasif mendengarkan. Jadi untuk metode ceramah menjadi HRD di perusahaan.
membosankan, saya coret dari daftar strategi belajar. • Arsa Kharismawan, S.Psi. Kakak kelas di Unair
yang sekarang berkarir sebagai Head of HRD &
PERUBAHAN/ PEMBELAJARAN
Sesaat setelah acara, saya meminta mahasiswa
menuliskan refleksi hasil belajarnya dengan para praktisi
itu. Ada yang menyebutkan bahwa pembelajaran yang
variatif seperti itu bermanfaat dan menyenangkan. Ada
yang ingin jamnya ditambah (kemarin hanya dua jam).
Ada yang meminta lain kali diadakan lagi acara serupa.
Ada yang mengatakan terinspirasi dengan sosok yang
dihadirkan. Juga mereka menjadi lebih tergambar
tentang ragam dunia kerja setelah lulus S1.
Memotivasi
di awal proses menulis juga merupakan hal yang
sering dikeluhkan siswa bahkan guru. Tetapi apakah
Semangat
memang tidak semua orang bisa menulis.
Literasi
(Fatma Puri, KGB Kediri)
Motivasi
dengan Guru Fatma Puri bahwa literasi adalah soal
bagaimana kita mendayagunakan pikiran kita minimal
untuk menjawab persoalan yang terjadi pada diri kita
sendiri. Bukan sekedar banyaknya buku yang dibaca.
Berbicara mengenai literasi, saya memiliki
pengalaman saat menyampaikan materi mengenai
motivasi belajar pada kelas 9. Tidak seperti
bimbingan pada umumnya saya membiarkan anak
mencari objek yang harus diamati dan dari objek
tersebutlah mereka belajar. Objek yang saya pilih
adalah lingkungan sekitar mereka tinggal agar mudah
dijangkau. Dari sana, mereka belajar merefleksikan
apa yang dialami oleh orang lain dan diri mereka
sendiri.
Penulis
***
Harapan Baru
Guru Kota Batu
“Mbak yang tepuk semangat versi koboi itu kan? berjumlah 4 orang, Bukik Setiawan, Chusnul
Sampai berjumpa di Kota Batu ya Mbak Mahayu.” Chotimah, Elisabeth Susan dan saya, Mahayu.
Persiapan terus dilakukan dengan koordinasi
Begitulah pesan singkat yang saya terima dari Korda Batu, Lany dan sesampainya di Batu, kami
salah satu guru peserta ketika mengirimkan uca- langsung meninjau lokasi serta menyiapkan
pan selamat bergabung dan menginformasikan ruangan serta kebutuhan untuk pelatihan.
terkait Program Pelatihan kepada guru peserta Cuacanya sejuk, karena lokasi kegiatan berada
dari SD Terpilih, yang akan dilaksanakan tanggal di atas dan dekat dengan Gunung Panderman.
13-15 Februari 2019 di Kota Batu oleh Kolaborasi Harapannya, besok pun sejuk sepanjang kegiatan.
Literasi Bermakna – Program Kemitraan INOVASI. Setelah pulang ke penginapan, kami melakukan
Banyak respon yang masuk tapi yang paling berke- briefing terakhir.
san adalah balasan dari bu Lusi yang mengingat
tepukan yang kita lakukan saat tahapan rekrutmen Hari Pertama
guru di Batu, 31 Januari 2019. Peserta sudah berdatangan dan saling menyapa
satu dan lainnya. Pelatihan pun dibuka dengan
Pelatihan Kelas Penggerak Guru Merdeka Belajar berdoa dan menyanyikan lagu Indonesia Raya
di hadiri dari 19 Sekolah Dasar, 18 negeri dan 1 dengan tiga stanza, lagu itu memiliki kekuatan
swasta dengan total 58 peserta yang mengajar makna, sambil beberapa kali saya melihat ekspresi
di kelas 1-3. Saat Koordinator Daerah Batu, Lany wajah peserta, begitu mendalami. Semoga semua
mencari tempat untuk melaksanakan pelatihan kegiatan yang akan dilakukan pun dapat ber-
muncul beberapa tawaran dan pilihan, yang salah makna. Tak kenal maka tak sayang, setelah pelatih
satunya muncul dari Sri Winarni Kepala Sekolah memperkenalkan diri ala bernyanyi, peserta pun
yang sekolahnya terpilih untuk mengikuti Program diminta berkenalan dengan permainan 3 Benar 1
Kolaborasi Literasi Bermakna. Kami pun memu- Salah yang terbagi menjadi 9 kelompok.
tuskan Aula SDN Sumbergondo 02 yang menjadi
tempat pelaksanaan. Sesi pelatihan dimulai ketika seluruh peserta sudah
Kali ini yang bertugas dari Kampus Guru Cikal selesai mengisi form asesmen pra pelatihan via
Peserta diminta membuat dan merumuskan indika- Sesi hari pertama selesai, diakhiri dengan refleksi
tor dari merdeka belajar dari hasil diskusi. Merdeka dan salam sampai jumpa esok hari.
belajar terdiri dari 3 elemen yang membentu suatu
siklus yaitu komitmen terhadap tujuan belajar, man- Hari Kedua
diri menentukan cara belajar dan melakukan refleksi
belajar. Peserta datang lebih awal dari biasanya, mereka
terlihat bercerita dan berbaur satu sama lainnya.
Lanjut ke sesi berikutnya, refleksi pengalaman suka Sesi pun dimulai, pembagian kelompok yang
duka selama menjadi guru dengan berpasangan dilakukan pun mengundang murid-murid yang
Hari Ketiga
Ketika guru sudah Sesi pelatihan Kelas Guru Penggerak Merdeka Bela-
jar selesai, tentu dengan banyak dinamika yang terjadi
tahu tujuannya, termasuk saat pelatih memandu membagi kelompok
dengan berbagai metode atau saat melakukan ice break-
sudah tahu ing. Kalau untuk makanan, setiap harinya kami makan
bersama dengan prasmanan dan peserta pun membawa
botol minum, karena pelatihan pun tetap harus bermakna
kebutuhannya dan meminimalisir dampak sampah terhadap lingkun-
gan. Beberapa guru pun terkadang membawa bekal dari
dan mencari atau rumah untuk dibagikan ke teman guru lainnya.
belajar, ini adalah ciri sadar bahwa yang bertanggung jawab terhadap karier
guru adalah guru itu sendiri.
dari Guru Merdeka Rasanya badan mau remuk, tapi lebih remuk lagi kalau
masih ada kejadian di masa lalu yang saya alami saat
Belajar. menjadi murid masih juga terjadi dan dialami murid saat
ini. Bingung, adalah salah satu perasaan yang membawa
pada pilihan agar mencapai tujuan atau malah memati-
kan tujuan. Ketika guru sudah tahu tujuannya, sudah tahu
Mahayu Ismaniar kebutuhannya dan mencari atau mendapatkan kesem-
patan untuk belajar, ini adalah ciri dari Guru Merdeka
Belajar.
Penulis
Mahayu Ismaniar
KGB Bandar Lampung
Kampus Guru Cikal
mahayu.ismaniar@cikal.co.id
Inovasi Pembelajaran
dengan Berempati
kepada Murid
S
uatu hari di pertengahan tahun 2013 saat tertarik dengan pembelajaran yang kekinian.”
menjadi guru di sebuah sekolah menengah
negeri di Pekalongan saya mendapatan ide Apa yang salah?
untuk saya sampaikan di dalam kelas.
Mungkin bukan saya saja yang pernah mengalami
“Pasti ide ini berhasil.” batinku masalah di atas. Merencanakan sesuatu untuk
murid di kelas namun tidak melibatkan murid.
Seminggu setelahnya saya putarkan video yang Bukan sesuatu yang murid butuh, tapi sesuatu
saya buat. Video yang berisi cerita biografi orang- yang guru ingin.
orang sukses seperti Bill Gates, Mark Zuckenberg
dan saya kemas secara menarik. Namun entah
kenapa murid biasa saja, seakan media yang saya Salah satu kutipan di produk Kaus Guru Belajar
buat sekadar menjadi media hiburan. Saat sesi adalah “Apakah murid Anda merasa dipahami?”.
membedah biografi tokoh, tidak ada ketertarikan. Kutipan tersebut mengingatkan guru untuk terus
Murid malah mengobrol sendiri, bemain gawai, melibatkan murid, menjadikan murid subjek
beberapa memperhatikan namun terlihat tidak pembelajaran.
antusias.
Pertanyaanya selanjutnya adalah bagaimana cara
“Video yang saya buat sudah bagus, sudah melibatkan murid?
memakai beberapa animasi yang saya buat sendiri.
Lalu apa yang salah. Mengapa murid saya tidak Oleh karena itulah dalam Wardah Inspiring
Melibatkan Murid
Pelatihan dua hari (13-14 April) yang diadakan di
Hotel Ibis Style Jemursari, Surabaya ini diikuti kurang
lebih 51 guru dari berbagai daerah di Jawa Timur
dan Jawa Tengah dalam rangka Wardah Inspiring
Teacher 2019. Di awal sebelum pelatihan dimulai,
ada asesmen awal yang perlu diisi oleh guru. Dari
data pra pelatihan, banyak guru yang masih belum
melibatkan murid sebelum mendesain sesuatu
untuk murid, baik media maupun metode belajar.
Oleh karena itu kami melihat bahwa pelatihan ini
diperlukan oleh guru.
G
PENGAJARAN uru adalah pondasi dari pendidikan
generasi masa depan Indonesia. Guru
mungkin memang tidak bisa membuat
Media
mobil atau alat transportasi lain. Guru
juga mungkin bukan ahli kesehatan yang mampu
menciptakan serum baru. Atau, guru juga tidak bisa
Fun Character
serum, dan orang yang ahli dalam bidang robotik,
pasti berawal dari seorang guru yang mendidik
Building Puzco
mereka.
(Puzzle Comic) Seperti yang kita ketahui bahwa literasi bukan hanya
kemampuan dasar berupa kemampuan baca-tulis-
Berbasis Literasi
hitung (calistung) saja. Literasi lebih jauh tentang
kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah
melalui tahapan-tahapan berpikir. Orang yang
memiliki kemampuan literasi akan literat. Orang
yang sudah menjadi literat akan terbiasa untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan
Penulis konsep-konsep pengetahuan yang diperolehnya.
M
enjadi Guru pada sebuah SMP yang baru
PENGAJARAN memasuki tahun pertamanya adalah pengalaman
baru bagi saya waktu itu. Meski sebagai lulusan
Teknologi Pendidikan diberi amanat untuk mengampu
beberapa mata pelajaran, di antaranya TIK dan Bahasa
Indonesia. Dari tanggung jawab ini, saya mempelajari
kompetensi yang ditargetkan bagi murid kelas 7. Sekolah
yang merupakan Boarding School, memiliki murid dari
Pemanfaatan
beragam daerah baik dari kota besar maupun daerah,
dari sekolah “favorit” hingga yang belajar di sekolah satu
atap, dan tentunya mereka melalui proses belajar yang
Media Sosial
berbeda pula selama menempuh pendidikan sekolah
dasar. Berdasar hasil pretest pendaftaran masuk murid,
Sebagai Bekal
perbendaharaan kata lebih banyak, sedangkan beberapa
murid yang lain perlu perbendaharaan kata yang lebih.
Keadaan ini menjadi pertimbangan bagi saya untuk
Mengkreasikan
menyusun aktivitas belajar yang dapat mengakomodir
murid, sesuai kebutuhan murid, dan tetap menantang
bagi semua. Pada awalnya saya hanya berpikir bahwa
Fabel
menyajikan berbagai kata dalam bentuk kartu untuk
anak-anak kategorikan akan membantu mereka
memperoleh kata yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi dan menyusun teks, namun tetap saja saya
seperti belum membantu mereka menggunakan
Penulis kata-kata yang diperoleh dengan baik. Kosakata
yang murid gunakan masih cenderung berulang dan
terbatas sehingga dalam pembelajaran teks deskriptif
sebenernya masih ada ruang eksplorasi bagi murid untuk
menggambarkan apa yang mereka lihat dengan kata-
kata yang lebih beragam.
MEMBACA YANG
SESUNGGUHNYA
Penulis
D
i Sekolah Kembang, buku dan kegiatan
membaca merupakan perangkat yang
esensial dalam kegiatan sehari-hari di kelas.
Setiap hari, kami menyediakan jadwal khusus
untuk membaca di tiap kelompok kelas. Di kelompok
Sekolah Dasar (SD), mulai kelas 3, para murid
Sekar Ayu Adhaningrum diwajibkan untuk membaca satu buku setiap kuartal.
Dengan demikian, jika mereka lulus SD nanti, minimal
Sekolah Kembang
mereka telah membaca 16 buku sepanjang hidupnya.
sekarayu.adhaningrum@kembang.sch.id
Sebagai Kepala Bidang Literasi dan juga salah satu
guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah, saya bertanggung jawab untuk menentukan
buku yang akan dibaca di kelas pada tiap kuartal
serta merancang kegiatan berdasarkan buku tersebut.
Desainer Metode pengajaran tematik yang diterapkan Sekolah
Kembang memudahkan saya dan para guru untuk
memilah dan menentukan jenis buku yang tepat
untuk digunakan di kelas. Tema-tema yang dipelajari
M. Abdurrhaman di tiap kuartal berfungsi sebagai panduan kami dalam
KGB Pekalongan memilih buku.
Kampus Guru Cikal
Setelah kurang lebih enam tahun melaksanakan
program ini, banyak manfaat yang kami rasakan. Dari
proses evaluasi yang rutin tiap tahun kami lakukan,
ternyata program ini tidak hanya berdampak baik
bagi para murid saja, melainkan juga untuk para
guru. Kami ditantang untuk terus selalu berpikir,
baik dalam mencari strategi mengajar baru, maupun
memodifikasi strategi yang sudah ada sebelumnya.
Bagi saya pribadi, tantangan terbesar adalah
menentukan pertanyaan diskusi yang tepat sebelum
membaca, saat membaca, dan sesudah membaca.
KERETA
APIKU
Penulis
P
agi itu, saya dengan beberapa teman yang
ditugaskan Kuliah Kerja Nyata di daerah
Limbangan, kecamatan Karanganyar,
Pekalongan, bertugas mengajar di sebuah
sekolah SD Negeri desa Gutomo yang letaknya
terpencil di atas perbukitan wilayah PTPN IX
Tuti Noor E Pekalongan.
Kampus Guru Cikal
Kira-kira harus sejauh 7 km kami menuju ke sekolah
tuti.ermayanti@cikal.co.id
tersebut dari tempat tinggal kami di rumah pak
lurah desa Limbangan, kecamatan Karanganyar,
Pekalongan. Masih segar di ingatan saya menaiki
truk dari perkebunan PTPN IX yang berbau karet
menyengat bersama beberapa penumpang dari desa
yang akan menuju ke desa Gutomo.
Desainer
Selamat pagi desaku yang indah, sejuk dan segar,
sembari kututup mata menikmati kenyamanan dan
ketentraman hati hingga tak terasa kami tiba di lokasi
M. Abdurrhaman kira-kira 30 menit kemudian.
KGB Pekalongan
Kampus Guru Cikal Perjalanan yang cukup jauh, membuat saya berpikir
keras, kira-kira apa ya materi yang akan saya ajarkan
nanti. Sembari melihat sepanjang perjalanan,
kesibukan pagi di desa yang sangat saya rindukan,
menyejukkan mata dan memberikan percikan
api semangat dalam hati dan jiwa saya untuk
memberikan yang terbaik.
Langkah kedua, siapa yang bisa menggambar Setelah terkumpul dan cukup, kami membuat
kereta api? Lalu, siapa yang bisa menggambar lingkaran luar dan lingkaran dalam dan di antara
rel kereta api, lalu siapa yang bisa menunjukkan keduanya diletakkan ranting yang berfungsi
kota-kota tujuan kereta api. Beberapa anak, aktif sebagai rel kereta, sehingga tersusun sama
dan teratur tetapi tetap berebut untuk maju panjang jarang antara satu ranting ke ranting
ke depan kelas, menulis di papan tulis kapur, berikutnya (gambar 2).
menggambarkan imajinasinya tentang kereta dan
seputar kereta yang mereka ketahui. Lalu kami hitung berapa banyaknya ranting yang
Selanjutnya, setelah papan tulis penuh dengan kami butuhkan untuk membuat masing-masing
tulisan mereka, saya mulai meredakan suasana lingkaran luar dan lingkaran dalam. Nah, disini
kelas dengan bercerita. “Anak-anak, mengapa ada kita belajar menghitung keliling lingkaran. Jika
kereta api? Sejarah mengenai kereta api pun mulai tiap ranting panjangnya 15cm dan dibutuhkan
bergulir di mulut saya, bercerita dengan sesekali 14 ranting untuk lingkaran luar dan dibutuhkan
berseru “Tuuutt tuuuttt tuuuttt…” 8 ranting untuk lingkaran dalam, maka keliling
masing-masing lingkaran adalah:
Lalu pertanyaan berikutnya, “Mengapa kereta api
memiliki kecepatan yang tinggi?”. Dan saya mulai Lingkaran luar 15cm x 14 ranting = 210cm atau
mengajak mereka berhitung sederhana mengenai 2.1m
jarak kota satu dengan kota lain dibandingkan Lingkaran dalam 15cm x 8 ranting = 120cm atau
dengan waktu kecepatan kereta api. “Kalau kita 1.2m
S
eseorang yang melek matematika tidak hanya
paham tentang matematika akan tetapi juga
mampu menggunakannya dalam pemecahan
masalah sehari-hari. Kemampuan koneksi matematika
LITERASI
dan pemecahan masalah memiliki kaitan erat dengan
kemampuan literasi matematika dan kemampuan
MATEMATIKA
literasi yang baik tentunya akan membantu seseorang
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
DIFERENSIASI
MERDEKA BELAJAR MEMANUSIAKAN
Memahami Pelajar untuk Belajar
DI RUANG KELAS HUBUNGAN
Bermakna & Menyenangkan
KAUS
Bit.ly/BeliProdukGuruBelajar
“Memberdayakan Konteks,
Membangun Budaya Literasi “
B
anyak pihak bingung sumber daya lingkungan sekitar? Anda punya pengalaman
untuk menyelenggarakan kegiatan mengintegrasikan pengajaran literasi dengan
literasi. Berbagai upaya dilakukan taman baca, perpustakaan dan museum yang
agar tersedia anggaran pemerintah, ada di daerah Anda? Anda punya pengalaman
anggaran sekolah maupun dukungan dana dari melibatkan tokoh masyarakat, pengrajin, dan
berbagai pihak. Padahal di sisi lain, kita pun ahli yang dihargai masyarakat lokal dalam
tengah bersusah payah mencari sumber daya kegiatan literasi? Anda punya pengalaman
untuk pendidikan pada umumnya. mendayagunakan sumber daya alam (kebun,
ladang, sawah, dll) untuk membangun budaya
Tantangan penyelenggaraan kegiatan literasi literasi?
sebenarnya adalah memperluas sudut
pandang kita. Sadar akan tujuan literasi, Kirim tulisan ke http://bit.ly/FormulirSKGB22
melihat ke lingkungan di sekeliling dan
menghubungkan tujuan tersebut dengan
potensi dan sumber daya di sekitar kita.
Pada titik ini, literasi tidak sebatas dipandang
sebagai pengajaran, tapi sebagai budaya,
kegiatan dan tradisi yang dijalankan oleh
masyarakat
LITERASI UNTUK
MENGGERAKKAN
NEGERI
JAKARTA, 25-27 OKTOBER 2019