Anda di halaman 1dari 55

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN

TEMA 7 SUBTEMA 2 MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE


PADA SISWA KELAS II SDN 024 SAMARINDA UTARA TAHUN
PEMBELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mulawarman

OLEH:

YUNITA SARI HASIBUAN


NIM. 1605115042

UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SAMARINDA
2022
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN
TEMA 7 SUBTEMA 2 MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE
PADA SISWA KELAS II SDN 024 SAMARINDA UTARA TAHUN
PEMBELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu
Pendidikan
Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mulawarman

Oleh:
YUNITA SARI HASIBUAN
NIM. 1605115042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2022
ABSTRAK

Yunita Sari Hasibuan, 2022, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi


Pecahan Tema 7 Subtema 2 melalui Model Picture and Picture pada Siswa
Kelas II SDN 024 Samarinda Utara Tahun Pembelajaran 2021/2022.
Pembimbing I Dr. Mohammad Ilyas, M.Pd dan Pembimbing II Drs. H. La
Djangka, M.Pd

Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Tema 7 Kebersamaan, Model Picture


and Picture

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah rendahnya hasil belajar


Matematika Tema 7 Kebersamaan tentang pecahan pada siswa kelas II SDN 024
Samarinda Utara tahun pembelajaran 2021/2022. Rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika materi
pecahan Tema 7 melalui model picture and picture pada siswa kelas II di SDN
024 Samarinda Utara”?. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar
matematika materi pecahan Tema 7 kebersamaan melalui model pembelajaran
picture and picture pada siswa kelas II SDN 024 Samarinda Utara.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan dua siklus dan masing-masing
siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Prosedur penelitian ini terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas II-B SDN 024 Samarinda Utara yang berjumlah 27 siswa dan
objek penelitian ini adalah hasil belajar matematika tentang pecahan dengan
menggunakan model picture and picture. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan observasi, tes dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rata-rata,
persentase dan grafik.
Data hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar matematika Tema 7
materi pecahan dengan model pembelajaran picture and picture pada siswa kelas
II SDN 024 Samarinda Utara tahun pembelajaran 2021/2022 meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar Matematika Tema 7 materi pecahan kondisi awal nilai rata-rata kelas
adalah 47,18 (sangat kurang) dan persentase ketuntasan 14,81%. Besar
peningkatan hasil belajar siswa dari nilai dasar pra siklus ke siklus I sebesar
38,42% dengan nilai rata-rata kelas 65,31 dan persentase ketuntasan sebesar
40,74%. Besar peningkatan dari nilai dasar pra siklus siklus II sebesar 73,25%
dengan nilai rata-rata kelas 81,74 (Baik) dan persentase ketuntasan sebesar
81,48%.

III
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan

kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Peningkatan hasil belajar

matematika materi pecahan Tema 7 Subtema 2 melalui model Picture And Picture

pada siswa kelas II SDN 024 Samarinda Utara Tahun Pembelajaran 2021/2022”.

Adapun tujuan proposal skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu

Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas

Mulawarman.

Berhasilnya penulisan proposal skripsi ini berkat dan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan dan ketulusan hati, pada kesempatan ini

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Masjaya M.Si selaku Rektor Universitas Mulawarman yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di

Universitas Mulawarman Samarinda.

2. Prof Dr. H. Muh. Amir M, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Mulawarman yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Mulawarman.

VI
3. Muh. Ramli Buhari, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman Samarinda

yang telah memberikan motivasi dan kemudahan administrasi selama penulis

kuliah di FKIP UNMUL.

4. Dr. Muhammad Ilyas, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di

program studi pendidikan guru sekolah dasar dan melanjutkan tugas akhir

perkuliahan.

5. Dr. Muhammad Ilyas, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah

membantu memudahkan penulis menyelesaikan skripsi ini, memberikan

sebagian waktu dalam memberikan bimbingan, motivasi dan arahan kepada

penulis selama proses penyusunan skripsi.

6. Drs. H. La Djangka, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membantu

memudahkan penulis menyelesaikan skripsi ini, memberikan sebagian waktu

dalam memberikan bimbingan, motivasi dan arahan kepada penulis selama

proses penyusunan skripsi.

7. Drs. H. Kusdar, M.Ag, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan banyak

masukan, saran dan nasehat untuk perbaikan skripsi ini.

8. Drs. H. Yudo Dwiyono, M.Si., selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan banyak masukan, saran dan nasehat untuk perbaikan skripsi ini.

9. Sukriadi, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan

banyak masukan, saran dan nasehat untuk perbaikan skripsi ini.

VII
10. Bapak dan Ibu Dosen pengajar Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar

(PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mulawarman atas bekal Ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat

bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.

11. Staf Tenaga Kependidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman yang telah

membantu dalam hal administrasi.

12. Ibu Liung, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN 024 Samarinda Utara beserta

staff dewan guru yang telah memberikan izin dan membimbing selama

penelitian.

13. Sylviana, S.Pd., selaku wali kelas II-B yang telah memberikan arahan serta

motivasi kepada penulis pada saat penelitian di SDN 024 Samarinda Utara.

14. Siswa-siswi kelas II-B SDN 024 Samarinda Utara yang telah berperan penting

sebagai subjek penelitian.

15. Keluarga tercinta terutama Ayahanda Borohim Hasibuan dan Ibunda Siti

Rahmah selaku kedua orangtua, serta saudara yang tidak henti-hentinya

memberikan bantuan baik dan doa selama melakukan penelitian dan penulisan

proposal skripsi.

16. Teman-teman di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

angkatan 2016 khususnya kelas PGSD A 2016 yang telah memberikan doa,

dukungan dan saran-saran selama penulis mengikuti studi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

VIII
diharapkan sebagai masukan bagi penulis untuk kesempurnaan proposal ini.

Semoga proposal ini bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, Mei 2022

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting guna membangun

manusia yang berpengetahuan, bermoral, dan bermartabat. Tanpa pendidikan,

manusia menjadi terbelakang dan sulit berkembang maka dari itu pendidikan

merupakan sarana penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan suatu negara. Menurut UU

No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanan belajar dan proses

pembelajaran agar perserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri,

kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Sobry Suntikno, 2014:

3).

Sekolah sebagai salah satu bentuk pendidikan formal harus dapat

bertindak sebagai lingkungan yang dapat memberikan dan menambahkan

pengalaman sosial. Pengalaman mental memungkinkan otak bekerja

IX
mengembangkan persepsi dan kemampuan untuk memecahkan masalah di

dalam kehidupan. Pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai

pendidik dan siswa sebagai perserta didik diwujudkan dengan adanya

interaksi antara perserta didik dan guru, sehingga apa yang disampaikan guru

dapat diterima oleh perserta didik untuk dijadikan pengalaman hidup bagi

masa depannya.

X
11

Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan selama enam tahun.

Pendidikan sekolah dasar adalah pendidikan anak usia antara tujuh sampai

tiga belas tahun. Tujuan pendidikan adalah mengarah kembangkan potensi

perserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta memiliki tanggung

jawab.

Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2013 kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan nasional.

Pembelajaran merupakan antara pengajaran yang dilakukan guru dan

kegiatan belajar yang dilakukan perserta didik, kegiatan pembelajaran

tersebut, terjadi interaksi antara perserta didik. Adanya interaksi tersebut,

diharapkan membangun pengtahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung

secara interaktif, menyenangkan, serta dapat memotivasi perserta didik

sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan.

Pembelajaran adalah proses yang komples, tidak hanya sekedar

menyampaikan informasi dari guru pada perserta didik. Banyak kegiatan

maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang

lebih baik pada seluruh perserta didik.

Tematik diajarkan di sekolah dasar yaitu agar perserta didik sejak dini

dapat belajar berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya,


12

menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. Tematik dapat

memberikan pengalaman langsung pada anak.

Berdasarkan data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa kelas II SDN

024 Samarinda Utara yang berjumlah 33 sebanyak 4 siswa atau 14,81% yang

mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Dengan demikian

masih terdapat 23 siswa atau 85,18% yang belum mencapai KKM yang

seharusnya minimal 70 dengan keriteria baik yang telah ditetapkan guru

dalam pembelajaran. Beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya hasil

belajar dalam pembelajaran Matematika materi pecahan uang siswa yaitu 1)

rendahnya minat perserta didik dalam mengikuti pembelajaran, 2) pada proses

pembelajaran ada siswa hanya mencatat tanpa memahami apa yang

dijelaskan, 3) rendahnya minat perserta didik mengajukan pertanyaan atau

mengutarakan pendapat apabila belum paham 4) selain itu pada proses

pembelajaran guru belum menggunakan metode pembelajaran yang

bervariasi. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan kurang

menekankan pada aktivitas perserta didik sehingga tidak merangsang otak

perserta didik, kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran dan berakibat

pada rendahnya hasil belajar perseta didik.

Berdasarkan masalah diatas maka dibutuhkan perbaikan dalam

pembelajaran Tematik khususnya materi pecahan. Dalam upaya

meningkatkan pembelajaran matematika materi pecahan melalui model

Picture and Picture. Selain itu, media gambar dapat merangsang perserta

didik agar lebih termotivasi dan tertarik dalam pembelajaran. Pengetahuan


13

dan pemahaman perserta didik menjadi lebih luas, jelas, dan tidak mudah

dilupakan karena model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang

menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Peneliti memilih model

pembelajaran picture and picture karena model ini memudahkan perserta

didik untuk memahami apa yang dimaksud oleh guru ketika menyampaikan

materi pembelajaran. Perserta didik cepat tanggap atas materi yang

disampaikan karena diiringi gambar-gambar. Perserta didik lebih kuat

mengingat konsep-konsep atau bacaan yang ada pada gambar.

Menurut Suprijono (2009), Picture and Picture merupakan strategi

pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.

Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran.

Untuk itulah, sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru sudah

menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau

dalam bentuk carta berukuran besar. Gambar-gambar tersebut juga bisa di

tampilkan melalui bantuan Power Point atau software-software lain.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan hasil belajar

matematika materi pecahan Tema 7 kebersamaan Melalui Model Picture and

Picture pada siswa kelas II SDN 024 Samarinda Utara tahun pembelajaran

2021/2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: Bagaimana meningkatan hasil belajar matematika


14

materi pecahan Tema 7 kebersamaan Melalui Model Picture and Picture pada

siswa kelas II SDN 024 Samarinda Utara tahun pembelajaran 2021/2022?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan Tema 7

kebersamaan Melalui Model Picture and Picture pada siswa kelas II SDN

024 Samarinda Utara tahun pembelajaran 2021/2022

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

perserta didik melalui model Picture and Picture

2. Bagi Guru

Penelitian ini akan memacu semangat dan kreativitas guru untuk

menetukan hal-hal baru untuk membantu siswa dalam meningkatkan

pembelajaran, selain itu sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan

model pembelajaran yang variasi sehingga belajar lebih optimal.

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi bahan masukan untuk memberikan kebijakan dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan serta meningkatkan kualitas

pembelajaran khususnya dalam penggunaan model-model pembelajaran.


15

4. Bagi Peneliti Lain

Menambah referensi dan wawasan dalam pembuatan tugas akhir bagi

peneliti lain di waktu yang akan datang.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Suyono (2014: 9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

Witherington dalam Suyono dan Hariyanto (2011:11) menyatakan

bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

Menurut susanto (2013: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

proses dimana suatu organsime berubah prilakunya sebagai akibat

pengalaman.

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk

memperoleh tujuan tertentu (Aunurrahman, 2014: 35).

Skinner dalam buku Dimyati & Mujiono (2013: 9), berpendapat

bahwa belajar adalah suatu prilaku pada saat belajar, maka responnya

menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

menurun.

7
8

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia

sebagai hasil dari pengalaman atau intraksi antara individu dengan

lingkungan.

2. Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukan

bahwa perserta didik telah melakukan perbuatan belajar yang umumnya

meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang diharapkan tercapai

oleh perserta didik. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai yang

diharapkan tercapai oleh perserta didik setelah berlangsungnya proses

belajar (Hamalik, 2010:73).

Menurut Suprijono dalam Thobroni dan Mustofa (2013:22)

menyatakan bahwa tujuan belajar diusahakan untuk dicapai tindakan

instruksional yang bentuknya berupa pengetahuan kemampuan berpikir

kritis, kreatif dan keterampilan, sikap terbuka dan demokratis. Tujuan ini

merupakan konsekuensi logis dari perserta didik menghidupi (live in)

suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan

bahwa perserta didik telah melakukan tugas belajar. Yang umumnya

meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang

diharapkan tercapai oleh perserta didik.

Diantara beberapa tujuan belajar adalah sebagai berikut (Isriani

Hardiani dan Dewi Puspita, 2012:4):


90

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini dengan ditandai dengan kemampuan berfikir

pemilihan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang

tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat

mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan

sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan.

Tujuan ialah yang memiliki kecendrungan lebih besar

perkembanganya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran

guru sebagai pengajar lebih menonjol.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga

memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang

dapat di didik yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

c. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental prilaku dan anak didik,

guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk

ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir

dengan tidak menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai

contoh.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

belajar merupakan sejumlah hasil belajar yang menunjuk bahwa perserta

didik telah melakukan kegiatan belajar yang meliputi pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Adanya perubahan tingkah laku dan perubahan.


100

Perubahan itu dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan,

kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan

penghargaan.

3. Teori-teori Belajar

(Asri Budinigsih, 2005: 20) berbagai teori belajar dan pembelajaran

seperti behavioristik, kognitif, kontructivisme, dan humanistik penting

untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks

pembelajaran yang dihadapi.

a. Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal

kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru

sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang

dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan

tingkah lakunya. Anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun

ia sudah giat, dan gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun,

namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan

perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat

menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Teori ini mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa

stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Dalam

contoh diatas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
110

siswa misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau

cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon

adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan

oleh guru tersebut. Apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa

saja yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati

dan dapat diukur. Aplikasi teori ini dalam pembelajaran adalah

bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas yang menuntut

siswa untuk menungkapkan kembali pengetahuan yang sudah

dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-

bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan hasil

dan evaluasi menurut satu jawaban benar, jawaban benar

menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

Jawaban salah menunjukkan bahwa siswa belum menyelesaikan

tugas belajarnya dengan baik.

b. Teori Belajar Kognitif

Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil

belajarnya. Model pembelajaran kognitif merupakan suatu bentuk

teori belajar yang sering disebut sebagai model preseptual. Model

belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang

ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang

berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan

perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat

sebagai tingkah laku yang nampak.


120

Aplikasi teori ini menggunakan keterlibatan siswa secara aktif.

Upaya untuk menarik minat dan retensi belajar perlu mengaitkan

pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki

perserta didik. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola

atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks. Perbedaan

individual pada perserta didik perlu diperhatikan, karena faktor ini

sangat mempengaruhi keberhasilan belajar perserta didik.

c. Teori Belajar Konstruktivistik

Proses belajar konstruktivistik secara konseptual adalah proses

pemberian makna oleh perserta didik kepada pengalamannya melalui

proses asimilasi dan akomodasi yang bermuatan pada pembentukan

struktur kognitifnya. Pemberian makna terhadap objek dan

pengalamannya oleh individual tersebut tidak dilakukan secara

sendiri-sendiri oleh perserta didik melalui interaksi dalam jaringan

social yang unik yang terbentuk, baik dalam kelas maupun luar

kelas.

Peran perserta didik menurut pandangan konstruktivstik yaitu

perserta didik harus melakukan kegiatan aktif berfikir dan member

makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Peran guru dalam

belajar kontructivisme yaitu membantu proses pengkontriksian

pengetahuan perserta didik dalam belajar agar berjalan dengan

lancer. Guru tidak mentransfer pengetahuannya yang telah dimiliki


130

melainkan perserta didik membentuk pengetahuannya dengan

sendiri.

d. Teori Humanistik

Asri Budiningsih (2012: 68) menurut teori humanistik, proses

belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan

memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik sifatnya lebih

abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian,

dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar lebih

sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu

sendiri.

Dalam pelaksanaanya, teori humanistik ini anatara lain tampak

juga dalalm pendekatan belajar yang dikemukan oleh Ausubel.

Tentang pandangannya tentang belajar bermakna mengatakan bahwa

belajar merupakan asimilasi bermakana, materi yang dipelajari

diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah

dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional

sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan

keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi

pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya.

Teori humanistik berendapat bahwa teori belajar apapun dapat

dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu

mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang

yang belajar, secara optimal.


140

Aplikasi teori ini dalam kegiatan pembelajaran, menurut teori

ini, agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisatif dan

keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami

belajar eksperiensial (experiential learning). Dalam prakteknya teori

humanistik ini cendrung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif,

mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa

secara aktif dalam proses belajar.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran

dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki sesorang (Karwati

dan Priansa. 2014: 214).

Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran

tertentu. (susanto. 2013: 5).

Dimyati (2010: 9) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

belajar dan kegiatan mengajar. Dari sisi guru, tindak diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar.

Hasil belajar pada hakekatnya merupakan tingkatan penguasaan

yang dicapai oleh perserta didik mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik setelah melampaui proses belajar mengajar (Sudjana,

2005).
150

Menurut Asmara (2015) Hasil belajar merupakan ukuran

kemampuan siswa dalam menerima informasi pembelajaran yang diukur

dari tiga sudut panadang, kognitif; afektif; dan psikomotorik. Hasil

belajar juga bisa dipandang sebagai tingkat keberhasilan pembelajaran

yang dinamakan nilai.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

untuk memperoleh bentuk perubahan prilaku yang relative menetap.

Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan ysng dimiliki perserta didik setelah ia

menerima pengalaman belajar, individu yang belajar akan memperoleh

hasil apa yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Untuk

memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi dan penilaian yang

merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkah penguasan

perserta didik. Kemajuan prestasi belajar perserta didik tidak saja diukur

dari tingkah penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan

keterampilan. Dengan penilaian hasil belajar perserta didik mencakup

segala hal yang di pelajari di sekloah, baik itu menyangkut pengetahuan,

sikap dan keterampilan.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (kognitif), keterampilan proses

(aspek psikomotorik), dan sikap perserta didik (aspek afektif)


160

1) Pemahaman Konsep (Aspek Kognitif)

Pemahaman menurut Bloom (dalam Ahmad Susanto, 2013: 6-10)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk ranah

kognitif.

Tujuan aspek kognitif berorentasi pada kemampuan berfikir yang

mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat,

sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut perserta

didik untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,

metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah

tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang

mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat

pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

Pemahaman menurut Bloom dalam susanto (2013) diartikan sebagai

kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.

Pemahaman memurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu

menerima, menyerap, dan memahami serta mengerti apa yang ia baca,

yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian

atau observasi yang ia lakukan.

2) Keterampilan Proses (Aspek Psikomotorik)

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) tahu kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini


170

sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami

sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk

kecendrungan-kecenderungan berprilaku). Ranah psikomotor adalah

berhubugan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,

menari, memukul dan sebagainya. Hasil belajar keterampilan

(psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pegamatan langgsung dan

penilaian tingkah laku perserta didik selama proses pembelajaran praktik

berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan

memberikan tes kepada perserta didik untuk mengukur pengetahuan,

keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran

selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Usman dan Setiawati dalam Susanto (2013) mengemukakan bahwa

keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada

pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar

sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam individu siswa.

Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan

perbuatan secara efektif dan efisen untuk mencapai suatu hasil tertentu,

termasuk kreativitas.

3) Sikap Siswa (Asepek Afektif)

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif mencak up watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap,

emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang

dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan


180

kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada

perserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Menurut Lange dalam Susanto (2013), sikap tidak hanya merupakan

aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Jadi,

sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak.

Jika mental saja yang dimunculkan maka belum tampak secara jelas

sikap seseorang yang ditunjukan.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Wasliman dalam Susanto (2013: 12) hasil belajar yang di capai oleh

perserta didik merupakan hasil interaksi antara merupakan hasil interaksi

antara berbagai faktor yang mempengaruh, baik faktor internal maupun

eksternal, secara rinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai

berikut :

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam dari

diri perserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor

internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri perserta

didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, suasana

pengajaran dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa. Keluarga yang berantakan ekonominya, perhatian


190

orangtua yang kurang anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berprilaku

kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh

dalam hasil belajar perserta didik.

Faktor lainnya yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam

belajar adalah suasana pengajaran. Suasana pengajaran yang tenang,

terjadinya dialog antara siswa dan guru, dan menumbuhkan suasana yang

aktif diantara siswa dengan guru.

6. Cara Meningkatkan Hasil Belajar

Daylono (2010:55) menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar adalah

suatu usaha, perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan

sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental

serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek

kejiwaan seperti intelenjensi, bakal, motivasi, minat, dan sebagainya.

Peningkatan hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

faktor eksternal dan internal. Sehingga untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dapat dilakukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran dengan

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut.

Faktor eksternal dalam penelitian ini berasal dari guru sedangkan faktor

internal dilihat dari diri siswa itu sendiri. Perbaikan dari proses pembelajaran

dengan memperhatikan aktivitas guru dan aktivitas siswa dapat diamati atau

di observasi. Berikut ini penjelasan tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa.
200

a. Aktivitas Guru

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah khususnya di dalam kelas

tidak terlepas dari peran seorang guru.

Usman (2010:10) mengatakan bahwa guru merupakan salah satu

komponen dalam proses belajar mengajar yang mana dalam proses tersebut

ikut berperan aktif dalam usaha peningkatan hasil belajar. Agar dapat

terwujud peningkatan hasil belajar maka perlu adanya pola mengajar guru

yang baik dan efektif dalam proses belajar mengajar di kelas.

Sudjana (2008:29) menyatakan bahwa “pola mengajar adalah tugas yang

diberikan kepada guru atau tenaga pengajar kepada siswa dengan cara

mewajibkan siswa mengikuti pelajaran, belajar mandiri di rumah, belajar

kelompok, atau dengan mempelajari buku pelajaran”. dari pernyataan tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa pola mengajar guru adalah bentuk

pengkondisian kebiasaan untuk memberikan ilmu atau merubah tingkah laku

kearah yang lebih baik dengan cara tertentu yang dilakukan oleh guru untuk

siswanya di sekolah. Mengingat pentingnya komponen guru dalam proses

belajar mmengajar, salah satu unsur penting yang harus dimiliki guru adalah

perbaikan dan peningkatan pada pola mengajar yang dilakukan oleh guru

terhadap siswanya di dalam kelas. Pemberian pelajaran dengan cara yang

variatif, dapat menciptakan suasana belajar yang tidak menoton dan

membosankan bagi siswa, sehingga materi yang diberikan dapat direspon dan

dipahami dengan baik oleh siswa.


210

Usman (2010:74) mengemukakan bahwa guru dikatakan mengajar

dengan baik apabila ia menguasai delapan keterampilan mengajar. Lebih

lanjut Turney, (1973:67) menyatakan Delapan keterampilan mengajar

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan Bertanya

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan

penting sebab bertanya dapat menjadi stimulus yang efektif untuk

mendorong kemampuan berpikir siswa. Untuk meningkatkan partisipasi

siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap

yang baik ketika mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban

siswa. Kegiatan bertanya dalam KBM ini akan lebih efektif bila

pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau

relevan dengan topic yang dibicarakan.

2) Keterampilan memberikan penguatan

Penguatan (teinforcement) adalah segala bentuk respons, baik

bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dari

modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, bertujuan

memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima

(siswa), atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Teknik

pemberian penguatan dalam KBM yang bersifat verbal dapat dinyatakan

melalui pujian, penghargaan atau pun persetujuan, sedangkan penguatan

non verbal dapat dinyatakan melalui gesture, mimic muka (ekspresi),


220

penguatan dengan cara medekati, penguatan dengan sentuhan (contact),

penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dll.

3) Keterampilan mengadakan variasi

Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai

perubahan dalam proses interaksi belajar mengajar. Dalam konteks ini,

variasi menunjuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja

ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan dan

mengikat perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Tujuan

utama dari variasi dalam kegiatan pembelajaran ini adalah untuk

mengurangi rasa bosan yang membuat siswa tidak lagi fokus pada proses

KBM yang sedang berlangsung.

4) Keterampilan menjelaskan

Ada dua komponen dalam keterampilan menjelaskan, yaitu:

Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara

keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur

yang dikaitkan dengan penggunaan hokum atau rumus-rumus yang sesuai

dengan hubungan yang telah ditentukan dan penyajian, merupakan suatu

penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal senagai berikut: kejelasan,

penggunaan contoh dan ilustri, pemberian tekanan, dan penggunaan

balikan/feedback. Kegiatan menjelaskan dalam proses KBM bertujuan

untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hokum, prosedur,

dll, secara obyektif, membimbing siswa memahami pertanyaan;

meningkatkan keterlibatan siswa; memberi kesempatan pada siswa untuk


230

menghayati proses penalaran serta memperoleh feedback tentang

pemahaman siswa. Apabila seorang guru menguasai keterampilan

menjelaskan maka guru akan lebih mudah mengelola waktu dalam

menyajikan materi, sehingga menjadi lebih efektif mengelola waktu.

5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

a) Membuka Pelajaran

Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan

yang dilakukan oleh guru dalam proses KBM untuk menciptakan

prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada

apa yang akan dipelajari, dan usaha tersebut diharapkan akan

memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar. Komponen

keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa,

menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan

membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan

dipelajari.

b) Menutup Pelajaran

Menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh

guru untuk mengakhiri proses KBM. Jangan akhiri pelajaran dengan

tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin

agar sesuai. Guru perlu merencanakan closing yang baik dan tidak

tergesa-gesa. Jangan lupa sertakan pula doa. Komponen-komponen

dan prinsip-prinsip dalam menutup pelajaran: merangkum pelajaran.

sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari


240

pelajaran yang sudah disampaikan. Dengan cara yang sama, guru

dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang “berklimaks”

sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan tidak

sabar. Memberikan tugas. Tugas-tugas harus direncanakan dengan

saksama. Perlu diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam

memberikan tugas akan mempengaruhi minat dan semangat para

anggota kelas”.(Benson,2010:80-85).

6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok merupakan salah satu variasi kegiatan

pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses KBM. Dalam diskusi

kelompok, siswa dalam tiap kelompok kecil dapat bertukar informasi dan

pengalaman, melakukan pengambilan keputusan bersama, serta belajar

melakukan pemecahan masalah (problem solving). Diskusi kelompok

merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep

atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi

kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap

positif.

7) Keterampilan mengelola kelas

Suasana belajar mengajar yang baik sangat menunjang efektifitas

pencapaian tujuan pembelajaran. Seorang guru harus mampu menjadi

manager yang baik dalam sebuah proses KBM. Dalam melaksanakan

keterampilan mengelola kelas, guru perlu memperhatikan komponen

keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan


250

kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentif seperti: kemampuan guru

dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran) dan

keterampilan yang bersifat represif, yaitu keterampilan yang berkaitan

dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan

dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk

mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

8) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

Jumlah siswa dalam bentuk pengajaran seperti ini berkisar 3 sampai

8 orang untuk setiap kelompok kecil, dan 1 orang untuk perseorangan.

Terbatasnya jumlah siswa dalam pengajaran bentuk ini memungkinkan

guru memberikan perhatian secara optimal terhadap setiap siswa.

Hubungan antara guru dan siswa pun menjadi lebih akrab, demikian pula

hubungan antar siswa. Format mengajar seperti ini dapat dikatakan

bahwa adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara

guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai

dengan kemajuan, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa

dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi

guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan delapan keterampilan dasar yang telah diuraikan di atas,

yang paling penting bagi seorang guru adalah bagaimana guru menerapkan

keterampilan tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan baik.

Adalah sebuah kebanggaan dan kepuasan batin tersendiri bagi seorang guru,

bila siswa didiknya mampu memahami berbagai konsep yang disampaikan


260

untuk kemudian mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun demikian perlu diingat oleh para guru, bahwa karena proses

pembelajaran yang dilakukan tidak semata-mata merupakan kegiatan transfer

of knowledge namun juga transfer of moral vahue, maka setiap guru wajib

kiranya menyisipkan pesan moral dalam setiap event tatap muka dengan

siswa didiknya selama proses KBM.

b. Aktivitas Siswa

Terdapat beberapa aktivitas siswa yang dapat mendukung suatu proses

pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Susanto

(2013:11) menyatakan bahwa peserta (siswa) dikatakan berhasil dalam belajar

apabila siswa mencapai tujuan pelajaran. Keaktifan belajar siswa adalah

segala sesuatu yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam

rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksud disini

penekanannya adalah pada siswa, karena dengan adanya aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran terciptanya situasi belajar aktif. Natawijaya

(2009:31) menyatakan bahwa belajar aktif adalah suatu belajar yang

menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual, dan emosi guna

memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan salah

satu indicator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa

dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:

1. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain

2. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru


270

3. Mampu menjawab pertanyaan

4. Senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Aktivitas siswa tidak cukup hanya medengar dan mecatat. Diedrich

(2011:110) menggolongkan jenis-jenis aktivitas belajar siswa sebagai berikut:

a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,

memperhatikan, percobaan, pekerjaan orang lain.

b) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi, interupsi.

c) Listening acitivities, sebagai contoh mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi, music, pidato.

d) Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angkat, menyalin

e) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,

diagram

f) Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat

kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

g) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.


280

Akan tetapi aktivitas siswa yang diambil dalam penelitian ini adalah

visual activities, oral activities, mental activites, writing activities, dan

emotional activities. Adapun penjelasannya sebagai berikut

a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,

memperhatikan, percobaan, pekerjaan orang lain.

Memperhatikan termasuk dalam visual activities. Aktivitas

memperhatikan membutuhkan adanya perhatian. Suryabrata (2012:14)

menyebutkan terdapat dua pengertian mengenai perhatian. Pertama,

perhatian merupakan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai

sesuatu aktivitas yang dilakukan. Slameto (2010:105) menyatakan bahwa

perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya

dengan pemilihan rangsangan yang dating dari lingkungannya.

Sedangkan Ahmad (2010:145) menyatakan bahwa perhatian

berhubungan erat dengan kesadaran jiwa yang diarahkan kepada sesuatu

objek, baik di dalam maupun di luar dirinya. Berdasarkan uraian tersebut

dapat dimaknai bahwa memperhatikan termasuk dalam aktivitas visual

yang terjadi adanya perhatian yang dilakukan seseorang tertuju pada

suatu objek. Kegiatan memperhatikan dalam pembelajaran dilakukan di

dalam kelas yang tertuju pada pembelajaran yang sedang berlangsung.

b) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi. Aktivitas-aktivitas belajar saling mempengaruhi satu sama lain.

Hamalik (2012:175) menyatakan bahwa aktivitas pembelajaran yang


290

mengacu pada kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan yaitu

oral activities seperti bertanya didukung oleh aktivitas-aktivitas lainnya

seperti aktivitas mendengar, aktivitas mental dan aktivitas emosional

sehingga dapat saling melengkapi bagi siswa untuk berani

mengungkapkan pertanyaan kepada guru.

c) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

Aktivitas menulis atau mencatat bukanlah sekedar hanya menyalin kata-

kata dan kalimat-kalimat, melainkan menuangkan dan mengembangkan

pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis,

sistematis. Cristial, dkk (2013:83) menyatakan bahwa mencatat adalah

salah satu keterampilan yang dapat menunjang siswa dalam belajar,

mencatat menjadi aspek yang paling penting dalam proses belajar karena

apabila siswa memiliki catatan yang baik maka siswa tersebut akan

terbantu dalam mengulang pelajaran, mengerjakan latihan ataupun

pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru di sekolah.

Purwani (Dalam Dewi dan Indrawati, 2014:242) menyatakan bahwa

mencatat adalah melakukan suatu kegiatan atau mendengarkan informasi

atau merekam data melalui daya tangkap, lalu kemudian dicatat.

Mencatat adalah merekam data informasi yang senyatanya dilihat dan

dipahami pada saat pelajaran berlangsung. Selanjutnya disebutkan bahwa

berdasarkan penelitian tentang perilaku mencatat.


300

d) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental yang tidak dapat

dpisahkan dari kehidupan manusia. Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas

mental manusia berfungsi untuk memformulasikan atau menyelesaikan

masalah, membuat keputusan, serta mencari alasan. Pemecahan masalah

merupakan aktivitas yang sangat penting dalam pembelajaran contohnya

dalam sebuah diskusi kelompok. Suherman (2011:92) menyatakan bawa

suatu masalah biasanya memuat situasi yang dapat mendorong seseorang

untuk menyelesaikannya. Jacob (2010) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemecahan masalah dalam pembelejaran yaitu: (1) latar

belakang pembelajaran matematika, (2) kemampuan siswa dalam

membaca, (3) ketekukan dan ketelitian siswa dalam mengerjakan soal,

(4) kemampuan ruang dan faktor umur.

e) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Aktivitas emosional siswa dalam belajar berkaitan dengan perasaan

bosan, gembira, semangat, maupun tenang dalam mengikuti

pembelajaran. emosional dalam individu berpengaruh dalam membantu

proses pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi

siswa. Safari (2009:1) menyatakan bahwa “setiap anak secara utuh pasti

mempunyai sisi emosional. Sumbernya adalah otak kanan yang bekerja

dengan emosi. Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang


310

mmeperhatikan keseimbangan penggunaan antara otak kanan dan otak

kiri. Menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri dalam pembelajaran

menjadikan murid menggunakan otaknya secara menyeluruh. Eksplorasi

otak anan sangat bermanfaat karena menumbuhkan gairah, semangat,

kegembiraan, dan yang lebih penting adalah munculnya emosi positif

pada diri murid.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa cara

meningkatkan hasil belajar Tematik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

eksternal dan internal. Faktor eksternal berasal dari guru, yaitu dengan

memperbaiki proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat. Hal tersebut dapat dilihat melalui bagaimana guru mengajar

dengan baik. Guru dikatakan mengajar dengan baik apabila ia menguasai

delapan keterampilan mengajar dengan baik dalam proses pembelajaran di

kelas. Dalam penelitian ini hal tersebut akan dilihat melalui lembar observasi

aktivitas guru yang dilakukan disetiap pertemuan. Sedangkan faktor internal

berasal dari dalam diri siswa, yaitu dengan memperbaiki aktivitas belajar

siswa sehingga siswa dapat menerima pelajaran itu dengan baik. Aktivitas

belajar siswa dapat dilihat melalui lembar observasi aktivitas siswa yang

dilakukan disetiap pertemuan. Pemahaman siswa diterima dari guru, apabila

guru mengajar dengan baik maka siswa akan memahami pelajaran dengan

baik pula, sebaliknya apabila guru mengajar dengan tidak baik, maka

pemahaman siswa akan kurang.


320

B. Model Pembelajaran Picture and Picture

1. Pengertian Picture and Picture

Menurut Suprijono (2009), (dalam Huda 2004: 236) Picture and

Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar

sebagai media pembelajaran. Strategi ini mirip dengan Example dan

Non-Example, di mana gambar yang diberikan pada siswa harus

dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-gambar ini menjadi

perangkat utma dalam proses pembelajaran. Untuk itulah, sebelum proses

pembelajaran berlangsung, guru sudah menyiapkan gambar yang akan

ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta berukuran

besar. Gambar- gambar tersebut juga bisa di tampilkan melalui bantuan

Power Point atau software-software lain.

Sementara itu, Shoimin (2014: 122) menyatakan bahwa picture and

picture adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan

dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini

mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses

pembelajaran.

Gambar sangat penting di gunakan untuk memperjelas pengertian.

Melalui gambar, siswa mengetahui hal-hal yang belum pernah di

lihatnya. Gambar dapat membantu guru untuk mencapai tujuan

instruksional karena selain merupakan media yang mudah dan mudah di

peroleh, juga dapat meningkatkan kreatifitas siswa. Selain itu


330

pengetahuan dan pengalaman siswa menjadi lebih luas, jelas dan tidak

mudah di lupakan.

Model apapun yang digunakan selalu menekankan keaktifan perserta

didik dalam setiap proses pembelajaran. Cirinya adalah inovatif dan

kreatif. Inovatif artinya setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu

yang baru, berbeda dan menarik minat perserta didik. Sementara kreatif

artinya setiap pembelajaran harus menimbulkan minat kepada perserta

didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu

masalah dengan menggunakan metode, teknik, atau cara yang di kuasai

oleh mereka yang di peroleh dari proses pembelajaran.

2. Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture

Shoimin (2014: 123-125) menyatakan bahwa langkah-langkah model

picture and picture, yaitu:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b. Menyajikan materi sebagai pengantar.

c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan

yang berkaitan dengan materi.

d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang

atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

e. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar

tersebut.

f. Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan

konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.


340

g. Kesimpulan dan rangkuman.

3. Kelebihan dan kekurangan model picture and picture

Shoimin (2014: 125) menyatakan bahwa kelebihan dan kekurangan

model picture and picture, antara lain sebagai berikut.

a. Memudahkan siswa untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh

guru ketika menyampaikan materi pembelajaran.

b. Siswa cepat tanggap atas materi yang disampaikan karena diiringi

gambar-gambar.

c. Siswa dapat membaca satu persatu sesuai dengan petunjuk yang ada

pada gambar-gambar yang diberikan.

d. Siswa lebih berkonsentrasi dan merasa asyik karena tugas yang

diberikan oleh guru berkaitan dengan permainan mereka sehari-hari,

yakni bermain gambar.

e. Adanya saling kompetensi antar kelompok dalam penyusunan

gambar yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga suasana kelas

terasa hidup.

f. Siswa lebih kuat mengingat konsep-konsep atau bacaan yang ada

pada gambar.

g. Menarik bagi siswa dikarenakan melalui audio visual dalam bentuk

gambar-gambar.

Kekurangan model picture and picture, antara lain sebagai berikut.

a. Memakan banyak waktu


350

b. Membuat sebagian siswa pasif.

c. Harus mempersiapkan banyak alat dan bahan yang berhubungan

dengan mater yang diajarkan dengan model tersebut.

d. Guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas.

e. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit

C. Pembelajaran Matematika di SD

1. Pengertian Matematika

Pembelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

ada di sekolah dasar.

Menurut pendapat Ruseffendi matematika adalah bahasa simbol;

ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara indukti; ilmu

tentang pola keteraturan, dan stuktur yang terorganisasi, mulai dari unsur

yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

postulat, dan akhirnya ke dalil. Dimana matematika memuat simbol-

simbol tertentu yang mempunyai arti atau makna dalam pemeblajaran

secara kongkret dalam kehidupan sehari-hari.(Heruman, 2013:12)

Menurut Kurikulum 2006, Matematika adalah ilmu universal yang

mendasari dari perkembangan teknologi modern saat ini, memiliki peran

yang penting dalam berbagai disiplin serta untuk memajukan daya pikir

manusia. Perkembangan pesat pada bidang teknologi informasi serta

komunikasi saat ini dilandasi karena perkembangan matematika pada

bidang teori peluang, aljabar, serta diskrit agar dapat menguasai serta
360

untuk menciptakan teknologi pada masa yang akan datang, maka

diperlukan penguasaan dibidang matematika yang kuat sejak dini.

2. Tujuan Hasil Belajar Matematika di SD

Tujuan pembelajaran matematika tingkat SD/MI adalah agar siswa

mengenal angka-angka sederhana, operasi hitung sederhana, pengukuran,

dan bidang. Tujuan pembelajaran matematika menurut Kemendikbud

2013 yaitu:

a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan

tingkat tinggi siswa.

b. Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah

secara sistematik.

c. Memperoleh hasil belajar yang tinggi.

d. Melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide.

e. Mengembangkan karakter siswa.

3. Manfaat Pembelajaran Matematika di SD

Manfaat pembelajaran mateatika di Sekolah Dasar sangat penting

karena matematika merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan

(mother of science). Manfaat hasil belajar matematika di SD yaitu:

a. Matematika memupuk keberanian dalam menyelesaikan masalah.

b. Anak menjadi cerdas, kreatif, dan inofatif.

c. Matematika melatih kesabaran anak.

d. Matematika menajamkan penalaran anak.

e. Matematika menumbuhan sikap jujur dan disiplin.


370

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Andi Nur Jannah, Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi

dengan Model Picture and Picture pada Siswa Kelas V SDN 005 Loa Janan

Tahun Pembelajaran 2018/2019, dalam model Picture and Picture

menunjukkan hasil penelitian terbukti menunjukkan adanya peningkatan

aktivitas siswa. Peningkatan ini dapat diperoleh dari Siklus I dan Siklus II.

Peningkatan ini terbukti dari Pra Siklus sebesar 52,86 persentase siswa yang

tuntas 27,78% pada siklus I dengan persentase peningkatan hasil menulis

karangan deskripsi sebesar 16,08%. Pada siklus II meningkat dengan

persentase 77,78 dan persentase peningkatan dari data pra sklus ke siklus II

sebesar 32,99%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan dalam

penggunaan model Picture and Picture.

Tiara Taradipa, Peningkatan Hasil Belajar IPA ke-SD-an Materi Gaya

melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Siswa Kelas V SDN

017 Sungai Pinang Tahun Pembelajaran 2018/2019, dalam model Picture and

Picture menunjukkan hasil penelitian ini terbukti menunjukkan adanya

peningkatan pada hasil belajar siswa dengan persentase ketuntasan pada

siklus I 41,67% dan pada siklus II 77,78% kemudian meningkat pada siklus

III meningkat menjadi 83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

peningkatan dalam penggunaan model Picture and Picture.

Jumiyanti, Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Sejarah Uang Melalui

Model Picture and Picture Pada Siswa Kelas III SDN 020 Samarinda Ulu

Tahun Pembelajaran 2018/2019, dalam model Picture and Picture


380

menunjukan hasil penelitian ini terbukti menunjukkan adanya peningkatan

pada hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai dasar ke siklus I mengalami

pengingkatan dari 64.06 menjadi 66.98, dan dari siklus I ke siklus II juga

mengalami peningkatan dari 66.98 menjadi 76.34. Dengan persentase

ketuntasan siswa yaitu pra siklus 40%, siklus I 53.33% dan siklus II 93.33%.

Hal ini menunjukan bahwa adanya peningkatan pada penggunaan model

Picture and Picture.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yaitu satu tindakan penelitian dengan mencermati sebuah

kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan

dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan

mutu pembelajaran di kelas.

Mulyasa (2016:34) menyatakan bahwa PTK dapat diartikan sebagai upaya

yang ditunjukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan

masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Zainal Aqib (2014) mengatakan penlitian tindakan kelas (PTK) adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri

dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan suatu kegiatan ilmiah yang

dilakukan oleh dikelasnya sendiri dengan merancang, melaksanakan, mengamati,

dan merefleksikan tindakkan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan

partisipasif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses

pembelajaran dikelasnya (Kunandar, 2013: 46).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan

kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya

sendiri untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar dan melalui

refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa

meningkat.

39
40

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN 024 Samarinda

Utara yang berjumlah 29 orang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 12 siswa

laki-laki.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Picture and

Picture untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan di Semester Genap Tahun

Pembelajaran 2021/2022.

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SDN 024

Samarinda Utara Tahun Pembelajaran 2021/2022.

D. Rancangan dan Prosedur Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan

dua kali pertemuan. Jika siklus pertama atau kedua telah tuntas atau

meningkat, maka penelitian ini dihentikan. Setiap siklus dilaksanakan

melalui 4 tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Keempat tahapan tersebut saling berkaitan dan

dilaksanakan secara berkesinambungan sebagai sebuah siklus.


41

Gambar 3.1 Alur Siklus PTK Model Arikunto, dkk (2010: 137)

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan
Refleksi SIKLUS III

Pengamatan

?
Arikunto, dkk (2010: 137)

2. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam tiga siklus, setiap siklus

terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan

sebagai berikut :

1) Menetapkan kelas yang digunakan sebagai subjek penelitian.


42

2) Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan

materi yang disampaikan dengan menggunakan model Picture and

Picture

3) Membuat lembar observasi untuk guru dan siswa yang digunakan

dalam penelitian pembelajaran.

4) Menyiapkan media pembelajaran

5) Menyiapkan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini merupakan pelaksanaan semua rencana

pembelajaran yang telah disusun. Peneliti bertindak sebagai guru dan

yang betindak sebagai obsever adalah guru kelas.

Langkah pelaksanaan dalam pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut. 1) Guru

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) menyajikan materi

sebagai pengantar; 3) guru menunjukkan memperlihatkan gambar-

gambar kegiatan berkaitan dengan materi, 4) guru menunjuk atau

memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan

gambar-gambar menjadi urutan yang logis, 5) guru menanyakan alasan

atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut; 6) dari alasan urutan

gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai

dengan kompetensi yang ingin dicapai; 7) kesimpulan dan rangkuman.

c. Pengamatan (Observasi)

Pada tahap pengamatan ini, guru sekaligus bertindak sebagai peneliti

dan yang mengamati tindakan guru kelas dalam proses pembelajaran

yang sedang dilakukan adalah observer (guru kelas). Observer mencatat


43

segala aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan. Observasi ini menggunakan lembar observasi yang telah

disiapkan oleh peneliti berupa lembar obsevasi aktivitas guru dan

aktivitas siswa di dalam kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi adalah upaya merenungkan dan memikirkan: (i) apakah

perencanaan tindakan sudah dilaksanakan dengan baik atau belum? (ii)

apakah pelaksanaan tindakan sudah dilaksanakan dengan baik atau

belum? (iii) apakah pengamatan sudah dilaksanakan dengan baik atau

belum? Jika sudah dilaksanakan dengan baik, perlu dipertahankan atau

ditingkatkan. Jika belum perlu diperbaiki.

E. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis penelitian, penelitian ini yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas dengan teknik sebagai berikut:

1. Obeservasi

Kegiatan observasi dilakukan pada saat pelaksanan pembelajaran

berlangsung. Observer terdiri dari guru kelas II SDN 012 Samarinda Utara

dan peneliti yang mengamati proses-proses pembelajaran. Hal-hal yang

diobservasi dalam penelitian ini meliputi aktivitas guru dalam kegiatan

pembelajaran dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang digunakan adalah untuk memperkuat data

yang diperoleh dalam observasi. Dokumentasi yang digunakan berupa daftar

nilai siswa dan foto-foto yang terkait dengan penelitian yang

menggambarkan kondisi siswa maupun guru saat pembelajaran berlangsung.


44

Foto yang diambil saat penelitian dibantu oleh teman sejawat yang

digunakan sebagai bukti pembelajaran yang didapatkan dari alat

dokumentasi berupa kamera telepon genggam.

3. Tes

Peneliti melakukan tes kepada siswa kelas II SDN 024 Samarinda Utara

Tahun Pembelajaran 2021/2022. Tes dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan yang

berupa tes terulis.

F. Instrumen Penelitian

Instrument penilaian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut.

1. Lembar Pengamatan/Obsevasi Guru

Lembar observasi guru digunakan untuk mengamati kegiatan guru dalam

melaksanakan pembelajaran sehingga dapat mengetahui tingkat kemampuan

guru dalam menyampaikan materi melalui model Picture and Picture

didalam kelas. Lembar observasi ini menggunakan tabel obeservasi untuk

mengetahui tingkat aktivitas guru.

2. Lembar Pengamatan/Observasi Siswa

Lembar obsevasi siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa

aspek-aspek yang diamati berupa memperhatikan penjelasan guru, berpera

aktif dalam model pembelajaran Picture and Picture, kerja sama dalam

diskusi kelompok, dan menjawab pertanyaan guru.

3. Tes

Tes hasil belajar adalah instrument untuk pengumpulan data hasil belajar

siswa baik melalui tes tertulis. Penelitian ini diberikan pada siswa untuk
45

mengetahui kemampuan berfikir dan daya serap siswa pada proses

pembelajaran. Tes yang diberikan adalah bentuk isian, pilihan ganda dan

essay soal yang terdiri dari ranah kognitif yaitu C1 sesuai indikator

pembelajaran dan sesuai dengan materi yang diajarkan.

Contoh Tes

Tema 7 : Kebersamaan Subtema 1 : Kebersamaan di Sekolah


46

G. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang

dilihat dari nilai hasil belajar setiap siklus. Rumus yang digunakan dalam

menganalisis data penelitian ini yaitu:

1. Aktivitas Guru dan Siswa

Aktivitas guru dan siswa diukur dari lembar observasi guru dan siswa

kemudian diolah menggunakan rumus:

Total Skor Perolehan


Konversi Nilai ¿ X 100 %
Skor Maksimal

(Asep Jihad, 2013 : 130)

Tabel 3.2 Interval dan Kriteria Aktivitas Guru dan Siswa

No Nilai Angka Predikat


1 86% - 100% Sangat Baik
2 71% - 85% Baik
3 56% -70% Cukup
4 41% - 55% Kurang
5 ˂ 40% Sangat Kurang

Sumber : (Aqib, Zainal dkk, 2014)


47

2. Rata-rata ( mean)

Rumus rata-rata yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa dengan membandingkan rata-rata skor hasil belajar masing-

masing siklus.

Sudjana (2012:109) rata-rata suatu data diperoleh dengan menjumlahkan

seluruh skor dibagi dengan banyaknya subjek.

Secara sederhana rumusnya adalah: X =


∑X
∑N
Keterangan : X = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa

3. Persentase (%) Ketuntasan

Persentase ketuntasan digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

dalam suatu kelas dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar masing-

masing siklus. Daryanto (2011:192) menghitung persentase suatu data dalam

setiap siklus dapat digunakan rumus sebagai berikut:

P=
∑ Siswa yang tuntas belajar Х 100 %
∑ Siswa
Keterangan : P = Persentase Ketuntasan

4. Peningkatan Hasil Belajar Setiap Siklus

Zainal, Siti, Eko, dkk (2011;53) menyatakan bahwa untuk mengetahu

penigkatan hasil belajar digunakan analisis kuantitatif dengan rumus berikut:

Postare−Bastare
P= x 100 %
Bastare

Keterangan: P = Persentase peningkatan


48

Postare = Nilai sesudah diberikan tindakan

Baserate = Nilai sebelum diberi tindakan

H. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini diketahui apabila hasil belajar

siswa setelah proses pemebelajaran berlanggsung mencapai:

1. Setiap individu dinyatakan berhasil apabila hasil belajar siswa minimal

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70.

2. Secara kelompok dinyatakan berhasil apabila hasil belajar minimal ≥75%

dari jumlah siswa yang mencapai KKM. (Mulyasa, 2013:113).

Tabel 3.3 Kriteria Hasil Belajar Siswa

No Rata-rata Nilai Nilai Huruf Predikat


1 90-100 A Sangat Baik
2 80-89 B Baik
3 70-79 C Cukup
4 60-69 D Kurang
5 ≤ 59 E Sangat Kurang
( Sumber: Arifin, 2016: 236)

Anda mungkin juga menyukai