Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DIPADU MEDIA

TORSO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA BIOLOGI KELAS VII

SMP NEGERI 2 BATUKELIANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

OLEH :

Irdina Martha
NIM.170.104.094

PRODI TADRIS PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN ( FTK )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) MATARAM

MATARAM

2021
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DIPADU

MEDIA TORSO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA BIOLOGI KELAS

VII SMP NEGERI 2 BATUKELIANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Proposal Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi

Persyaratan mencapai gelar Serjana Pendidikan

Disusun Oleh:

Irdina Martha
NIM. 170.104.094

PRODI TADRIS IPA BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARM

MATARAM

2021
1

A. Latar Belakang

Pendidikan termasuk kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia

masyarakat suatu bangsa, sebab itu pendidik harus mampu membentuk manusia

yang berkualitas dan mandiri, serta memberikan dukungan dan perubahan untuk

perkembangan masyarakat Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

yang sejak dini merupakan hal yang penting dan harus dipikirkan, dengan adanya

pendidikan dapat membentuk kepribadian manusia yang beradap dan beriman

serta dapat membentuk manusia berilmu.

Sesuai dengan tujuan pendidikan dalam Undang-undang tersebut sejalan

dengan tujuan pembelajaran biologi dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi

lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu memberikan hasil belajar

yang baik bagi peserta didik. Menurut Suastra potensi tersebut hanya akan

diperoleh jika seorang guru dapat menjadikan seorang siswa yang berhasil dalam

mencapai hasil belajar biologi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh

karena itu perlu transformasi sistem belajar biologi dari belajar secara dangkal ke

belajar secara mendalam atau kompleks, dan dari orientasi pada transfer

pengetahuan ke pengembangan kompetensi.1

Proses pembelajaran di kelas dapat dikatakan berhasil jika didukung dengan

penggunaan strategi pembelajaran yang baik seperti pemilihan metode

pembelajaran. Selain itu guru harus pula mengerti dan memahami karakteristik

1
UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 tahun 2003), Jakarta : Sinar grafika,
2008.h.3
2

dari pembelajaran yang akan diberikan dan karakter peserta didik sehingga proses

pembelajaran akan lebih variatif dan inovatif dalam merekonstruksi wawasan

pengetahuan serta implementasi sehingga akan meniggkatkan hasil belajar siswa.2

Bererdasarkan observasi awal yang telah peneliti lakukan melalui hasil

wawancara dengan guru biologi SMP Negeri 2 Batukeliang, kelas VII terdiri dari

empat kelas totalnya 88 tiap kelas terdiri dari 22 orang metode pembelajaran yang

digunakan yaitu ceramah, demostrasi dan diskusi. Metode dalam diskusi hasil

yang didapat kurang optimal, dikarenakan siswanya masih sulit untuk dikontrol

dalam pembelajrannya, serta belum terarah dengan baik, sehingga mengakibatkan

siswa masih banyak yang kurang aktif. Guru telah memberikan tugas kepada siswa

tetapi hasil yang diperoleh kurang optimal. Ketika diberikan pertanyaan atau pada

saat guru memberi tugas, siswa kebanyakan menjawab pertanyaan dengan tidak

menggunakan bahasa sendiri artinya siswa tersebut hanya berpatokan dengan apa

yang ada di buku atau refrensi sehingga siswa tersebut terlihat seperti menghafal

materi, tidak bisa mengembangkan ide-ide,tidak bisa memikirkan jawaban lebih

dari satu, siswa juga tidak memberikan banyak saran untuk melaksanakan berbagai

hal.3

Meriza Nanda Faradita,” Pengaruh Metode Pembelajaran Type Talking Stick Terhadap
2

Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar,” Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD),
Vol.2 No 1A April 2018,h.49
3
Huryani,SMP Negeri 2 Batukeliang, 20 februari 2021
3

Tabel 1.1

Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPA BIOLOGI Kelas VII SMP

Negeri 2 Batukeliang Tahun Pelajaran 2020/2021

No KKM Kelas Nilai < 62 Nilai > 62 Jumlah

Siswa
1 VII A 3 19 22

2 VII B 4 18 22

3 62 VII C 4 18 22

4 VII D 8 14 22

88

Maka diperlukan model pembelajaran yang variatif salah satu modelnya yaitu

model kooperatif tipenya Talking Stick talking stick yaitu model pembelajaran yang

mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Model ini diawalai dengan

penjelasan dari guru, dan siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari materi

tersebut. Kemudian guru meminta siswa untuk menutup bukunya. Guru mengambil

tongkat yang telah disiapkan sebelumya. Tongkat tersebut diberikan kepada siswa,

siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dari

guru demikian seterusnya.4 Kelebihan model talking stick yaitu

4
Agusti Purwaningsih, dkk “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking
Stick dan Team Games Tournament (TGT) Ditinjau dari Kemampuan Matematika Pada Materi Pokok
Hidrolisis Garam terhadap Prestasi Belajar siswa Kelas XI SMA N Kebakkramat Tahun Ajaran
2011/2014” Jurnal Pendidikan Kimia, (UNS Surakarta : Program Studi Pendidikan Kimia), Vol., h.128
4

menguji kesiapan siswa, melatih siswa memahami materi dengan cepat, agar

siswa lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum belajar dimulai).

Talking Stick dapat dipadu dengan media torso, media torso merupakan alat

peraga yang digunakan atau instrumen berbentuk organ tubuh manusia yang biasa

digunakan guru dalam menjelaskan pelajaran kepada siswa, sehingga

pembelajaran akan lebih mudah dimengerti tentang materi pelajaran yang

diajarkan guru dalam menjelaskan pelajaran kepada siswa. Kelebihan media torso

yaitu dapat memberi kesempatan siswa untuk melatih secara langsung objek dan

memperlihatkan respon yang relevan, dapat memperbesar motivasi dan minat

belajar siswa karena torso sudah dirangkai sedemikian rupa dan warna yang sangat

menarik, dapat memberikan pengamatan terbaik kepada siswa letak serta ukuran

dari organ tubuh yang sebenarnya. Dengan media ini siswa akan lebih mudah

mengerti tentang materi yang diajarkan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sono Rizkiya penerapan model

pembelajaran Talking Stick berbantuan media torso dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Model pembelajaran Talking Stick akan membantu peserta didik

untuk bisa berfikir dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat oleh

guru serta peserta diharapkan dapat memahami materi yang telah diajarkan.

Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Dipadu Media Torso
5

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Batukeliang Kabupaten

Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick

Dipadu Dengan Media Torso Terhadap Hasil Belajar Siswa Biologi Kelas VII

SMP Negeri 2 Batukeliang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran

2020/2021?”

2. Batasan Masalah

Memperhatikan luasnya cakupan masalah yang terdapat dalam penelitian

ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini perlu adanya batasan

masalah. Pada penelitian ini masalah yang akan dikaji terbatas pada:

a. Objek pada penelitian ini yaitu pembelajaran model Talking Stick media

torso, serta hasil belajar siswa.

b. Subjek penilaian yaitu peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Batukeliang

Tahun Pelajran 2020/2021.

c. Materi yang dibahas pada penelitian ini yaitu sistem organ.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan
6

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh model Talking Stick dipadu

dengan media torso terhadap hasil belajar siswa biologi kelas VII SMP Negeri 2

Batukeliang kabupaten Lombok tengah Tahun Pelajaran 2020/2021.

2. Manfaat

Penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat baik secara teoritis maupun

praktis dalam meningkatakan kualitas pendidikan. Kegunaan dari penelitian ini

adalah:

a. Teoritis

Secara umum temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

dukungan secara teoritis terhadap hasil penelitian sejenis tentang pengaruh

model pembelajaran Talking Stick di padu dengan media torso terhadap hasil

belajar siswa.

b. Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi dukungan secara praktis dan

bermanfaat bagi banyak pihak, terutama:

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan motivasi belajar serta keterampilan media pembelajaran

siswa dalam pembelajaran biologi sehingga bisa memahami konsep

biologi dengan baik.

b. Memperoleh pengalaman belajar yang baru serta melatih kemampuan

belajar dengan media torso


7

c. Melatih siswa dalam merencanakan serta mengorganisir waktu dalam

pelaksanaan suatu proyek tertentu.

2. Bagi guru

a. Memberikan masukan bagi setiap guru biologi bahwa pemilihan model

pembelajaran mengajar yang tepat dalam peroses belajar mengajar sangat

penting untuk menumbuh kembangkan keterampilan media torso serta

tujuan pembelajaran.

b. Memberi informasi kepada guru mengenai manfaat model pembelajaran

berbasis Talking Stick sebagai salah satu model pembelajaran.

c. Memberi motivasi kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran

yang bervariasi, sehingga materi pembelajaran bisa lebih menarik.

3. Bagi Peneliti

a. Memperoleh gambaran mengenai penerapan model pembelajarn berbasis

Talking Stick terhadap penguasaan konsep dan materi.

b. Memperoleh pengalaman dalam menguji coba suatu model pembelajaran

di sekolah.

c. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh

dibangku kuliah.

d. Sebagai suatu keahlian ilmu yang bisa menambahkan khasanah ilmu

pengetahuan serta penelitian lain untuk bisa mengembangkan penelitian

lebih lanjut.

D. Definisi Operasional
8

Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas

tentang:

1. Model Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode pembelajaran

talking stick dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang

tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa dapat bekerja

sama dengan teman-temannya agar dapat mengerti dan siap untuk menjawab

pertanyaan dari guru.

Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran Talking Stick

Adalah sebagai berikut:

a). Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya kira-kira 20 cm.

b). Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempeajari

materi pelajaran.

c). Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat didalam wacana

Mambaca materi pelajaran dan memahami isinya,guru mempersilahkan

siswa, unuk menutup isi bacaan.

d). Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu siswa,

setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa memegang tongkat tersebut

harus menjawabannya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa

mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru.

e). Guru memberi kesimpulan


9

f). Guru memberikan evaluasi/penilaian

Diukur menggunakan instrument tes

Lembar Obsevasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara sistematis

melalui pengeamatan serta pencatatan terhadap gejala yang muncul pada

objek penelitian. Lembar observasi dalam hal ini berupa daftar cek yakni

penataan data dikerjakan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat

nama observasi segala yang akan diteliti.5

Sedangkan dalam bentuk non tes seperti lembar observasi kegiatan

guru, lembar observasi bagi siswa. Teknik ini dilaksanakan selama proses

pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol

2. Media Torso

Torso merupakn model susun (build-up model) yaitu model susunan

dari beberapa objek yang lengkap, atau sedikitnya suatu bagian yang penting

dari objek itu. Lebih lanjut diungkapkan bahwa model susun dari tubuh

manusia (torso) memberi pengamatan terbaik kepada para siswa mengenai

letak serta ukuran dari organ tubuh yang sebenarnya.6

3. Hasil Belajar

5
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka, 2009),h. 158.
6
Nana Sudjana, Penilaian hasil Proses belajar mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), h.35
10

Hasil belajar merupakankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerimapengalaman belajarnya. Belajar itu sendiri merupakansuatu proses

dari usaha seseorangyang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk

perubahan perilaku yang relative meningkat.7

Aspek Kongnitif

Sehingga Taksonomi Bloom ranah kongnitif yang telah direvisi

Anderson dan Kratwhol (2001:66-88) yakni: mengingat (remember),

memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis

(analyze), mengevaluasi (evaluate)dan menciptakan (kreate).

Indikator Hasil Belajar

a. Mengingat (remember)

Mengingat yaitu usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari

memori atau ingatan yang tealah lampau, baik yang baru saja didaptkan

maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang

berperan penting dalam peroses pembelajaran yang bermakna (meaningful

learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini

dimanfaatkan untuk menyelesaikan sebagai yang jauh lebih kompleks.

Mengingat meliputi mengenali (recongnition) dan mengambil kembali

(recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa


7
Nana sudjana, Penelitian Hasil Belajar mengajar, (Bandung:PT Raja Rosdakarya,2005),
h.25
11

lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, minsalnay tanggal lahir,

alamat rumah,dan usia, sedangkan memanggil kembali ( recalling) adalah

proses kongnitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat

dan tepat.

b. Memahami/mengerti (Understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan, bacaan dan komunikasi.

Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan akan

muncul ketika seorang siswa berusaha mengenalai pengetahuan yang

merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang

spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.

Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari

dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.

Membandingkan berkaitan dengan proses kongnitif menemukan satu persatu

ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

c. Menerapkan (Aplly)

Menerapkan menunjuk pada proseskongnitif memanfaatkan atau

mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi


12

pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi

kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan

(implementing).

Menjalankan prosedur merupakan proses kongnitif siswa dalam

menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan dimana siswa sudah

mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti

prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui

prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan permasalahan maka

siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah

ditetapkan.

Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan

menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing

dengan hal ini maka siswaa perlu mengenali dan memahami permasalahan

terlebih dahulu kemudian baru mentapkan prosedur yang tepat untuk

menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan

dimensi proses kongnitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.

Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa

menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar

yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-

benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut


13

pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa,

sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut

dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

d. Menganalisis ( Analyze)

Menganalisis yaitu memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan

tiap-tiap bagian dan permasalahan dan mencari keterkaitan dan tiap-tiap

bagian tersebut dan mencari tahu bagimana keterkaitan tersebut dapat

menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis

kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-

sekolah, Berbagai mata pelajran menutut siswa untuk memiliki kemampuan

menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memilki

kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting dari pada

dimensi proses kongnitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptkan.

Kegiatan pembelajaran sebagain besar mengarahkan siswa untuk mampu

membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu

informasi pendukung.

Menganalisis berkaitan dengan proses kongnitif memberi atribut

(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan

muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan

kegiatan membangun hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan


14

mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal

ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi

unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali

bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik.

Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang

sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan.

Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur

yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian

melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang

telah diberikan.

e. Mengevaluasi ( Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kongnitif memberikan penilaian

berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efesinsi, dan konsistensi. Kriteria atau

standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa

kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu

diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi

mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kongnitif memerlukan

penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian

yang merupakan evaluasi adalah pada standard an kriteria yang dibuat oleh

siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil
15

yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan hasil

yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur

yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan

evaluasi.

Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing).

Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten

atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan prosese

berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan

mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik.

Mengkritis berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilain

dengan melihat sisi negative dan positif dari sautu hal, kemudian melakukan

penilaian menggunakan standar ini.

f. Menciptakan (create)

Menciptakan mengarah pada proses kongnitif meletakkan unsur-unsur

secara bersama-sama untuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa

untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa

unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan

sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan

sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif,

namun tidak secara total berpengarah pada kemampuan siswa untuk


16

menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat

melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.

Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kongnitif lainnya adalah

pada dimensi yang lain seperti mengerti,menerapkan, dan menganalisis

siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan

pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Menciptakan meliputi menggeneralisaikan (generating) dan memproduksi

(producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan mereprentasikan

permasalahan dan penemuan alternative hipotesis yang diperlukan.

Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir devergen yang

merupakan inti dari berpikir kratif. Memproduksi mengarah pada

perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu

pengetahuan factual,pengetahuan factual, pengetahuan

konseptual,pengetahuan procedural, dan pengetahuan metakongnisi.

Di ukur menggunakan tes

E. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

1. Kajian Pustaka

a. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif


17

Model pembelajaran adalah salah satu komponen utama dalam

menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.

Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat

maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti peroses belajar mengajar

dikelas. Model pembelajran menurut Joyce dan Weil merupakan suatu rencana

atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan

membimbimbing pelajaran dikelas atau yang lain.8

Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang

tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajran, guru

harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta

sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat

diterapkan secara afektif dan menunjang keberhasilan siswa. Seorang guru

diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam peroses

pembelajaran yang dijalaninya.

Menurut Sadirman A.M guru yang kompeten adalah guru yang mampu

mengolah program belajar mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas

yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan

dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan,

menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga

8
Rusman, 2017. Model-Model Pembelajaran. Cet. IV. Jakarta:Grafindo Persada,h. 132.
18

bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan

meleksanakan pembelajaran yang kondusif.9

2. Menentukan Model Pembelajaran

Sebelum menentukan model pemebelajaran yang akan diguanakan

dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus di pertimbangkan

guru dalam memilihnya, yaitu:

a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, pertanyaan yang dapat

dilakukan adalah:

1). Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Berkenan dengan

kompetensi akademik, kepribadian, social dan kompetensi vokasional atau

yang dulu diistilahkan denagn domain kongnitif, afektif ataupsikomotorik?

2). Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?

3). Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?

b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:

1). Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, kosep, hukum atau teori

tertentu?

2). Apakah untuk mempelajari pembelajran itu memerlukan perasyarat atau

tidak?

3). Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk

mempelajari materi itu?

9
SardimanA, M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers, h.
165
19

c. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa

1). Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta

didik

2). Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi

peserta didik?

3). Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?

d. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis

1). Apakah untuk mencapai tujuannya hanya cukup dengan satu model saja?

2). Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya

model yang dapat digunakan?

3). Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau

efisiensi?10

Maka dari itu, model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang

membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:

a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembanganya

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

c. Tingkah laku pembelajran yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai.11

10
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru, h.
134.
11
Hamruni. 2012 Strategi Pembelajaran. Yogjakarta: Insan Madani. H. 6.
20

B. Model Pembelajarn Kooperatif Tipe Talking Stick

1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah model yang pada mulanya

digunnakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang

berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar

suku). Talking Stick (tongkat berbicara) telah digunakan selama beradab-adab

oleh suku-suku indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak.

Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk

memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat

mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat. Tongkat

akan pindah keorang lain apabila ia ingin berbicara dan menaggapinya. Dengan

cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari suatu orang ke orang lain jika

orang tersebut ingin mengemukakan pendaptnya. Apabila semua orang

mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi

ketua/pimpinan rapat.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick

digunakan sebagi tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang

diberikan secara bergiliran/bergantian. Model pembelajaran Talking Stick

termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran ini

dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat, siapa yang

memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik

mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok


21

diterapkan bagi peserta didik SD, SMP, SMA/SMK. Selain itu melihat melatih

berbicara, karena pembelajran ini akan menciptakan suasana yang

menyenangkan dan membuat peserta didik aktif.12

Kini metode itu sudah digunakan sebagi metode pembelajaran ruang

kelas. Sebagai mana namanya, Talking Stick merupakan metode pembelajaran

kelompok dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih

dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari

materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus menerus sampai semua kelompok

mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Dalam penerapan model Talking Stick ini, guru membagi siswa

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen,

kecerdasan, persahabatan atau minat yang berbeda. Model ini cocok digunakan

untuk semua kelas dan semua tingkatan umur.13

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Talking Stick

Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran Talking Stick

Adalah sebagai berikut:

a). Guru menyiapkan sebuah tongkat yang yang panjangnya kira-kira 20 cm.

b). Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari

materi pelajaran.

12
Effi Aswita Lubis. 2015. Stategi Belajar Mengajar. H.198.
13
Miftahul Huda. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan
paradigmatic. Yogyakarta: Pustaka Belajar, h. 225.
22

c). Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat didalam wacana.

d). Setelah siswa selesai mebaca materi pelajaran dan memahami isinya,guru

mempersilahkan siswa, untuk menutup isi bacaan.

e). Guru mengambil tongkat dan memeberikannya kepada salah satu siswa,

setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa memegang tongkat tersebut

harus menjawabnaya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa

mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

f). Guru memberi kesimpulan

g). Guru melakuakan evaluasi/penilaian.

h). Guru mentup pelajaran.14

Metode ini bermanfaat karena ia mampu mampu kesiapan siswa, melatih

keterampilan mereka dalam membaca dan memahami materi pelajran

dengan cepat dan mengajak mereka untuk terus siap dalam situasi apapun,

yang secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara dihadapan guru,

model ini kurang sesuai.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Talking Stick

1). Siswa tidak akan bosan dalam belajar sebab model pembelajran ini

menguji kesiapan siswa dalam menjawab, serta tongkat sebagai daya

pikatnya.

14
Istarani. 2014.58 Model Pembelajaran Inovatif. cet. III. Medan: Media Persada, h. 90
23

2). Siswa lebih paham materi yang diajarkan, sebab siswa mendengarkan

dulu penjelasan guru, kemudian diajukan pertanyaan lagi oleh guru

apabila mendapatkan tongkat.

3). Pelajaran yang akan diajarkan guru tuntas, sebab guru memberikan

penjelasan di akhir pembelajaran.

d. Kelemahan Model Pembeljaran Talking Stick

1). Siswa akan merasakan senam jantung, sebab tidak dapat memprediksi

giliran menjawab pertanyaan guru, keadaan ini akan lebih menegangkan

apabila siswa kurang persiapan dan ragu-ragu memberikan jawaban.

2). Kurang tercipta interaksi antar siswa, sebab masing-masing siswa sibuk

sendiri untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

3). Banyak menghabiskan waktu dan kemungkinan sebagian siswa tidak

mendapat giliran untuk ditanya guru dan menjawab pertanyaan yang

diajukan.15

e. Manfaat Model Pembelajaran Talking Stick

1). Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.

2). Pembelajaran menarik mendorong untuk dapat terjun kedalamnya.

3). Melatih kerja sama

4). Menguji kesiapan siswa.

5). Melatih, membaca dan memahami dengan cepat.

15
Agus Suprijono, 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, h. 68.
24

6). Agar lebih giat belajar.16

C. Media Torso

1. Pengertian Media torso

Pengertian media torso adalah alat bantu guru yang tepat dalam

menjelaskan materi-materi Biologi sehingga kehadiran media tersebut dalam

pembelajaran biologi sangat mendukung peroses penyampaian berbagi

informasi dari guru ke siswa. Peroses-peroses Biologi yang kompleks dapat

dengan mudah dijelaskan kepada siswa.

2. Jenis Media Torso

Seperti media tiga dimensi dari torso yaitu model penampang (cutaway

model). Model penampang memperlihatkan bagaimana sebuah objek untuk

mengetahui susunan bagian dalamnya. Kadang model ini dinamakan model

X-Ray atau model Crossection yaitu model penampang memotong. model

irisan bagian dalam bumi,model penampang batang, model torso tubuh

manusia yang dapat dilepas dan dipasang kembali.

3. Manfaat Media Torso

Menurut Nana Sudjana Manfaat media torso ada dua yaitu:

a. Pendidk memperagakan untuk menunjukkan posisi setiap organ tubuh pada

waktu pembelajaran. Lalu peserta didik mengulang kembali mengenal apa

Annisa Rahm, Penggabungan 2 Model Pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick.
16

Dalam www. Sannisabrina.com, pada 13 Januari 2018.


25

yang mereka ketahui tentang penempatan dan fungsi dari organ tubuh

manusia utamanya.

b. Untuk menunjukkan hal tersebut mereka menebarkan masing-masing

bagian torso dan setiap peserta didik menyebutkan bagian torso dan

meletakkan kembali pada bagian yang sebenarnya.17

D. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil belajar

Menurut Hamalik hasil belajar merupakan sebagai terjadinya perubahan

tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan

sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari

sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar dapat diartikan

sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh seseorang siswa setelah

mengambil proses belajar mengajar dalam materi pelajaran tertentu. Hasil

belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat perubahan, penalaran,

kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan

positif.18

Pengertian hasil belajar adalah suatu proses untuk menentukan belajar

siswa melalui kegiatan penilian atau pengukuran hasil belajar dapat menerangi

tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tinggkat keberhasilan yang dicapai

17
Nana Sudjana, Media Pengajaran, (Cet ke 9; Bandung: Sinar BARU Algesindo,2010,
h.164
18
Omear Hamalik, Proses belajar mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.30
26

oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat

keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau

kata atau symbol.19

Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah

mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat

dikatakan dewasa atau mengelami pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya

hasil belajar siswa,orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat

menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu

pendidik dapat menentukan strategu belajar mengajar yang lebih baik. Hasil

belajar ini pada ahirnya difungsikan dan ditunjukkan untuk keperluan berikut

ini.

a. Untuk seleksi, hasil belajar sering kali digunakan sebagai dasar untuk

menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau

jenis pendidikan tertentu.

b. Untuk kenaikan kelas, untuk menentukan apakah seseorang siswa dapat

dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi

yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru.

c. Untuk penempatan, agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat

kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan

ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.20

19
Dimyati Dan Mudijono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka cipta Tahun2009),
h.200
20
Ibid, h.201
27

Hasil belajar mencangkup tiga ranah

1). Ranah kongnitif

Adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental (otak). Segala

upaya yang mencangkup aktivitas otak adalah termasuk ranah kongnitif.

Menurut Bloom, ranah kongnitif itu terdapat enam jenjang proses

berfikir yaitu; knowledge (pengetahuan/hafalan/ingatan), compherehensi

on (pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis), synthesis

(sintesis), evaluation (penilaian).21

2). Ranah afektif

Taksonomi untuk daerah afektif dikelurkan mula-mula oleh

David R.Krathwohl dan kawan-kawan dalam buku yang diberi judul

taxsonomy of educational objective: affective domain. Ranah afektif

adalah ranah yang berkenan dengan sikap seseorang dapat diramalkan

perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kongnitif

tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif akan Nampak pada murid dalam

berbagai tingkah laku seperti: perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar

dan hubungan sosial.22

3). Ranah psikomotorik

21
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama Di
Sekolah, UIN-Maliki press, Tahun 2010.h.3
22
Ibid,h.5
28

Hasil belajar psikomotor dikemukakan oleh simpson. Hasil belajar

ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak

individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: gerakan reflek

(keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan pada gerak-

gerak sadar kemampuan perceptual, termasuk didalamnya membedakan

visual, membedakan, auditif, motoric dan lain-lain, kemampuan di

bidang fisik, minsalnya kekuatan, keharmonisan dan ketetapan, gerak-

gerakan skill, mulai keterampilan sederhana sampai pada keterampilan

yang komplek, kemampuan yang berkenan dengan komunikasi

nondecursive, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.23

3. Indikator Hasil Belajar

Taksonomi bloom ranah kongnitif yang telah direvisi Anderson dan

Krathwhol (2001:66-88) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti

(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi

(evaluate)dan menciptakan (kreate).

a. Mengingat (remember)

Mengingat yaitu usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari

memori atau ingatan yang tealah lampau, baik yang baru saja didaptkan

maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang

berperan penting dalam peroses pembelajaran yang bermakna (meaningful


23
Ibid,h.9
29

learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini

dimanfaatkan untuk menyelesaikan sebagai yang jauh lebih kompleks.

Mengingat meliputi mengenali (recongnition) dan mengambil kembali

(recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa

lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, minsalnay tanggal lahir,

alamat rumah,dan usia, sedangkan memanggil kembali ( recalling) adalah

proses kongnitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat

dan tepat.

b. Memahami/mengerti (Understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan, bacaan dan komunikasi.

Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan akan

muncul ketika seorang siswa berusaha mengenalai pengetahuan yang

merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang

spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.

Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari

dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.

Membandingkan berkaitan dengan proses kongnitif menemukan satu persatu

ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

c. Menerapkan (Aplly)
30

Menerapkan menunjuk pada proseskongnitif memanfaatkan atau

mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau

menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi

pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi

kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan

(implementing).

Menjalankan prosedur merupakan proses kongnitif siswa dalam

menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan dimana siswa sudah

mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti

prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui

prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan permasalahan maka

siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah

ditetapkan.

Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan

menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing

dengan hal ini maka siswaa perlu mengenali dan memahami permasalahan

terlebih dahulu kemudian baru mentapkan prosedur yang tepat untuk

menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan

dimensi proses kongnitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.


31

Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa

menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar

yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-

benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut

pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa,

sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut

dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

d. Menganalisis ( Analyze)

Menganalisis yaitu memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan

tiap-tiap bagian dan permasalahan dan mencari keterkaitan dan tiap-tiap

bagian tersebut dan mencari tahu bagimana keterkaitan tersebut dapat

menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis

kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-

sekolah, Berbagai mata pelajran menutut siswa untuk memiliki kemampuan

menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memilki

kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting dari pada

dimensi proses kongnitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptkan.

Kegiatan pembelajaran sebagain besar mengarahkan siswa untuk mampu

membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu

informasi pendukung.
32

Menganalisis berkaitan dengan proses kongnitif memberi atribut

(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan

muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan

kegiatan membangun hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan

mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal

ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi

unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali

bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik.

Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang

sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan.

Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur

yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian

melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang

telah diberikan.

e. Mengevaluasi ( Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kongnitif memberikan penilaian

berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efesinsi, dan konsistensi. Kriteria atau

standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa

kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu

diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi


33

mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kongnitif memerlukan

penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian

yang merupakan evaluasi adalah pada standard an kriteria yang dibuat oleh

siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil

yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan hasil

yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur

yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan

evaluasi.

Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing).

Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten

atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan prosese

berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan

mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik.

Mengkritis berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilain

dengan melihat sisi negative dan positif dari sautu hal, kemudian melakukan

penilaian menggunakan standar ini.

f. Menciptakan (create)

Menciptakan mengarah pada proses kongnitif meletakkan unsur-unsur

secara bersama-sama untuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa

untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa


34

unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan

sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan

sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif,

namun tidak secara total berpengarah pada kemampuan siswa untuk

menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat

melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.

Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kongnitif lainnya adalah

pada dimensi yang lain seperti mengerti,menerapkan, dan menganalisis

siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan

pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Menciptakan meliputi menggeneralisaikan (generating) dan memproduksi

(producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan mereprentasikan

permasalahan dan penemuan alternative hipotesis yang diperlukan.

Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir devergen yang

merupakan inti dari berpikir kratif. Memproduksi mengarah pada

perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu

pengetahuan factual,pengetahuan factual, pengetahuan

konseptual,pengetahuan procedural, dan pengetahuan metakongnisi.

2. Kerangka berfikir
35

Pada proses pembelajaran biologi, terkadang siswa merasa jenuh

dengan model ceramah, Ditambah lagi jika siswa menerima mata pelajaran

yang sulit siswa biasanya menjadi tidak bersemangat yang akhirnya berdampak

pada aktivitas belajar yang menjadi rendah. Oleh karena itu, guru harus mencari

model terbaru dalam proses pembelajaran untuk mengatasi masalah dalam

pembelajaran. Selain itu materi sistem organ pada manusia yang dianggap

cukup sulit sehingga siswa kesulitan dalam memahaminya.

Aktivitas siswa dapat mempengaruhi hasil belajarnya, baik dalam

ranah kongnitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Ketiga ranah tersebut

berperan dalam melihat aktivitas siswa. Ranah kongnitif berkaitan dengan

pengetahuan, ranah afektif berkaitan dengan keaktifan , ranah psikomotorik

berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah

seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Dengan penggunaan model

Talking Stick dalam pembelajaran biologi, dimana pada model ini kegiatan

pembelajaran diarahkan pada siswa sehingga siswa yang bertindak secara aktif

dalam memecahkan suatu permasalahan. Dengan ini siswa akan terdorong

untuk lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat menuangkan ide-

ide yang mereka miliki dalam mencari solusi untuk pemecahan suatu masalah.

Pembelajaran Biologi, ilmu


yang mempelajari objek dan
persoalan gejala alam, serta
peroses kehidupan nyata
36

Masih banyak siswa yang


tidak aktif dikarenakan
pembelajaran yang monoton

Model pembelajaran Talking


Media torso, sebuah objek
Stick dapat membantu kesiapan
untuk mengetahui susunan
siswa,melatih siswa memahami
bagimana susunan bagian
materi dengan cepat agar siswa
dalamnya.
lebih giat belajar.

Penelitian terdahulu (oleh Sono Rizkiya


penerapan model pembelajaran talking stick
berbantu media torso dapat meningkatkan
hasil belajar siswa

Diterapkan model talking stick media


torso dapat meningkatkan hasil belajar
siswa

Gambar 1.1 Kerangka Teori peneliatian

3. Hipotesis Penelitian
37

Apabila ditinjau dari segi etimologi, hipotesis merupakan perpaduan dua

kata, hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dari; thesis berarti pendapat atau tesis.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis belum merupakan

jawaban yang empiris24.

Oleh karena itu, penulis mengajukan hipotesis diantaranya yaitu:

H0 = Tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran talking stick

dengan media torso terhadap hasil belajar siswa biologi kelas VII SMP

Negeri 2 Batukeliang Kabupaten Lombok Tengah tahun pelajarn 2020/2021.

Ha = Terdapat pengaruh model pembelajaran talking stick dipadu dengan media

torso terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Batukeliang

Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2020/2021.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan yaitu jenis penelitian

eksperimen dengan pendekatankuantitatif. Penelitian eksperimen

merupakan suatu jenis penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu

seabab dan akibat pada penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya

suatu sebab dan akibat pada suatu objek yang akan diteliti. Pada penelitian

ini menggunakan pendekatan kuntitatif karena pendekatan kuantitatif

24
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
Edisi Pertama, (Jakarta : Prenanamedia Group, 2014), h. 130
38

merupakan suatu metode penelitian yang menggunakan metode analisis

data statistic yang lebih focus pada suatu objek.

2. Populasi dan Sampel

a). Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari serta kemudian ditarik

kesimpulannya.25 Populasi target dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa

SMP Negeri 2 Batukeliang. Sedangkan populasi terjangkaunya yaitu seluruh

siswa kelas VII A, VII B, VII C, VII D Negeri 2 Batukeliang.

b). Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.26 Sampel dalam penelitian ini yaitu total seluruh

siswa 88 sebagai anggota populasi terjangkau yang diambil dengan memakai

cluster random sampling, atau bisa juga disebut sample kelompok.

Pengambilan sampel dilaksanakan dengan mengambil seluruh siswa di kelas

tertentu sebagai sampel penelitian.27 Dengan cara pengundian sebanyak 4

kelas, diperoleh satu kelas eksperimen di kelas VII A dan satu kelas control

25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RAD, (Bandung, Alfabet,2012), Cet. 7 ,
h.80.
Ibid, h.81.
26

Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Syanif
27

Hidayatullah, 2008), h. 26.


39

dikels VII B SMP Negeri 2 Batukeliang Kabupaten Lombok Tengah tahun

pelajaran 2020/2021

3. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2021.

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yaitu di SMP Negeri 2 Batukeliang Kabupaten

Lombok Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2020/2021

4. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas yaitu variabel yang memengaruhi atau menerangkan

variabel yang lain. Variabel ini menyebabkan perubahan padavariabel terikat.

Sedangkan variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu:

a. Variabel bebas ( variabel X ) yaitu pembelajaran dengan sub variabel (Xi)

pembelajaran menggunakan model pembelajaran talking stick dan

subvariabel (X2) pembelajaran menggunakan metode pembelajaan media

torso

b. Variabel terikat ( variabel Y) yaitu hasil belajar siswa.

5. Desain Penelitian
40

Desain penelitian yang diguakan dalam penelitian ini yaitu Non Equipalent

Control Grup, desain ini melibatkan dua kelas, yakni kelas eksperimen yang

memperoleh perlakuan pemberian model talking stick dan kelas control

memperoleh pembelajaran biologi dengan menggunakan pembelajaran

konvensional.

Jenis eksperimen yang peneliti gunakan adalah Nonequivalent Control

Group Design, pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok control

tidak dipilih secara random.28 Pada kelas yang akan diteliti hanya terdapat

empat kelas VII A, VII B, VII C, dan VII D sehingga peneliti menggunakan

kedua kelas tersebut sebagai subjek penelitian, selanjutnya kedua kelas tersebut

diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal perbedaan nilai antra empat kelas

tersebut.

Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran talking stick sedangkan kelompok kontrol yang tidak diberi

perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu model

pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajar pada SMP

tersebut. Setelah diberi perlakuan, dilakukan evaluasi pada akhir pemebelajaran

posttest untuk mengetahui perbedaan nilai kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Apabila hasil evaluasi dari kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol berbeda, maka hal ini menunjukkan ada pengaruh keefektifan

pemberian perlakuan. Hal ini dapat digambarkan dalam desain sebagai berikut:
28
Ibid., h.79
41

Gambar Nonequivalent Control Group Design

O1 X O2

..........................

O3 - O4

Keterangan :

O1 = Pengukuran keadaan awal pada kelompok eksperimen

O2 = Pengukuran hasil belajar akhir pada kelompok eksperimen

O3 = Pengukuran keadaan awal pada kelompok kontrol

O4 = Pengukuran hasil belajar akhir pada kelompok control

X = Pembelajran dengan model talking stick

- = Pembelajaran dengan model konpensional.

6. Instrumen Penelitian

2. Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif

(angka) berupa nilai hasil belajar peserta didik untuk mengetahui sejauh

mana tingkat pengetahuan peserta didik untuk mengetahui sejauh mana

tingkat pengetahuan peserta didik pada mata pembelajaran biologi. Tes

dilaksanakan pada awal pembelajaran sebelum peserta didik mendapatkan

materi (pretest) dan diakhir pembelajaran setelah peserta didik mendapatkan

mataeri (posttest). Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu tes tulis
42

dalam bentuk pilihan ganda dan setiap soal terdiri dari empat alternative

pilihan yaitu a, b, c, d.

Rancangan / Kisi-kisi Instrumen

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

alat gerak.29

Instrumen penelitian digunakan oleh penelitian untuk mengumpulkan

data agar dapat mempermudah jalannya penelitian dan hasilnya juga menjadi

lebih baik. Instrumen penelitian ini berguna sebagai alat bantu dalam

menggunakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumrn

ini disusun sesuai dengan indicator yang telah ditetapkan sehingga dapat

disajikan dalam kisi-kisi pengembangan instrument. Kisi-kisi adalah sebuah

tabel yang menunjukkan hubungn antara hal-hal yang disebutkan dalam

kolom.30

1. Lembar Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara sistematis

melalui pengamatan serta pencatatan terhadap gejala yang muncul pada

objek penelitian. Lembar observasi dalam hal ini berupa daftar cek yakni

penataan data dikerjakan dengan menggunkan sebuah daftar yang memuat

nama observasi segala yang akan diteliti.31

29
Sugiyono, Metode Penelitian., h. 102.
30
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h.138.
31
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 158.
43

Observasi dalam penelitian ini yaitu instrument pendukung untuk

instrument inti. Sehingga data-data yang diperoleh melalui lembar observasi

adalah data pendukung yang digunakan untuk memperkuat data-data yang

diperoleh melalui lembar observasi adalah data pendukung yang digunakan

untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari instrument utama yaitu

lembar tes. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati

aktivitas siswa serta guru selama peroses pembelajaran berlangsung.

7. Teknik Pengumpulan Data

a). Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan yaitu

menggunakan:

1). Tes

Tes yang diberikan kepada siswa yaitu dalam bentuk essay. Tes ini

digunakan fungsinya untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa.

Memberikan pretest dan posttest dan posttest kepada masing-masing siswa

baik siswa kelas eksperimen maupun siswa kelas control.

2). Lembar Observasi

Sedangkan dalam bentuk non tes seperti lembar observasi kegiatan

guru, lembar observasi bagi siswa. Teknik ini dilaksanakan selama peroses

pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas control.

3). Interview (Wawancara)


44

Wawancara dipakai seabagi teknik pengumpulan data jika penelitian

ingin mengetahui hal-hal yang terkait responden sedangkan yang menjadi

informasi atau narasumber untuk diwawancara yaitu guru dalam bidang

studi IPA Biologi. Teknik ini digunakan oleh peneliti untuk mewawancarai

salah satu guru mata pelajaran IPA Biologi kelas VII SMP Negeri 2

Batukeliang yaitu Ibu Huryani bahwa peroses pembelajaran di sekolah ini

menguanakan strategi pembelajaran konvensional. Teknik ini dilakanakan

pada saat memulai penelitian.

b. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan/Persiapan

a. Studi pendahuluan berupa pengamatan ke sekolah terkait SMP Negeri

2 Batukeliang dan telaah pustaka untuk menyusun rencana

pembelajaran pada materi Organisasi kehidupan mahluk hidup

b. Menyelesaikan surat izin penelitian

c. Merancang rencana pembelajaran (RPP)

d. Menghubungi guru biologi sekolah terkait yang bersangkutan untuk

menentukan kapan waktu penelitian serta mendiskusikan prosedur

jalannya penelitian, mengambil kesempatan antara penelitian dengan

guru biologi disekolah yang bersangkutan.

e. Menyusun instrument penelitian (alat pengumpulan data) berupa tes

essay dan lembar observasi

f. Melakukan uji instrument


45

g. Mengolah data hasil uji coba instrument selanjutnya menentukan soal

yang valid.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan terdiri dari:

a. Memberikan pengertian awal mengenai proses berlangsungnya

model Talking Stick serta memberikan informasi kepada siswa

konsep yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut yaitu materi

organisai mahluk hidup.

b. Memberikan petest kepada seluruh subjek penelitian yaitu kepada

kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan

instrument essay.

c. Menganalisis hasil penelitian yang tercantum dalam pembahasan

d. Menarik kesimpulan.

8. Teknik Analisis Data

Penelitian dilkukan setelah melakukan uji coba instrument. Data yang

diperoleh melalui instrument penelitian selanjutnya diolah serta dianalisis

dengan maksud supaya hasil yang diperoleh bisa menjawab pertanyaan

penelitian serta menguji hipotesis. Pengolahan dan penganaisisan data tersebut

dapat digunakan uji statistik. Data tersebut dibagi menjadi dua kelompok

meliputi data kualitatif (lembar observasi) dan data kuantitatif (berupa tes).

Teknik analisis data yaitu data yang dihasilkan dari instrument tes berupa

tes keterampilan media torso serta data yang dihasilkan dari instrument non
46

tes berupa lembar observasi siswa untuk mengukur hasil belajar siswa dalam

pembelajaran berbasis talking stick. Adapun analisis data yang dimaksud

yaitu:

a. Data Kuantitatif

Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data kuantitatif

yang diperoleh dari hasil belajar siswa dan menentukan persentase ketuntasan

belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Menentukan daya serap individu dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus:

daya serap individual = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 ×100%

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑜𝑎𝑙

Peresentase ketuntasan belajar secara individu dikatakan tuntas apabila daya

serap individu dikatakan tuntas apabila daya serap individu sekurang-

kurangnya 65%.

Menentukan ketuntasan belajar klasikal dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus:

Ketuntasan belajar klasikl

𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖s𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 ×100%

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦a

Suatu kelas dikatakan tuntas jika persentase klasikal yang dicapai minimal

80%.
47

1). Uji prasyarat Analisis Data

Penelitian ini memakai uji statistic,dimana uji statistic yang dipakai

yaitu uji-t untuk menguji sebuah hipotesis. Uji prasyarat yang penting

dilaksanakan yaitu uji normalitas serta uji homogenitas dengan tujuan

memeriksa keabasahan sampel sebahgai prasyarat bisa dilaksanakannya

analisis data.

a). Uji Normalitas

Uji normalitas data tujuannya untuk mengetahui apakah sampel yang

diteliti terdistribusi normal atau sebaliknya. Adapaun uji kenormalan yang

dipakai yaitu Liliefors.Dengan rumus yaitu:

Lo = F (Zi) – S (Si)

Keterangan

Lo =Harga mutlak terbesar

F (Zi) =Peluang angka baku

S (Zi) =Proporsi angka baku

Kriteria Penguji

b). Uji Homogenitas (Uji-F)

Uji homogenitas data ini yaitu untuk mengetahui kesamaan anatara

dua keadaan atau populasi. Homogenitas dilaksanakan dengan melihat

keadaan. Kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang dipakai adalah uji

fisher.32adengan rumus:
32
Sudjana, op. cit, h.249.
48

S 12 2 2
F= 2
dimana s N ∑ X −¿ ¿
S2

Keterangn:

F = Uji fishes

S12 = Variansi Terbesar

S22 = Variansi terkecil

Teruntuk kriteria penguji

1. Jika F hitung < F tabel Ho diterima,berarti variansi kedua populasi

homogeny

2. Jika F hitung < F tabel maka Ho ditolak,berarti varians kedua

populasi tidak homogeny

d). Uji Hipotesis (Uji-t)

Uji hipotesis dipakai untuk mengetahui terdapatnya pengaruh model

pembeljaran talking stick dengan media torso terhadap hasil belajar

siswa. Uji hipotesis dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan hasil tes

siswa dari kelompok kelas eksperimen dan kelas control. Uji hipotesis

yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji statistic (Uji-t)

Jika nilai thitung disbanding dengan nilai tabel pada taraf

signifikansi 5% (a = 0,05), dengan derajat kebebasan n1 + n2-2. Apabila


49

harga thasil < ttabel, maka H0 diterima, namun jika sebaliknya jika

thasil > ttabel, maka H0 ditolak .33

G. Rencan Jadwal Kegiatan Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas, target penelitian melakukan penelitian

yaitu pada bulan April tahun 2021 smester genap tahun pelajaran 2020/2021,

dengan tahapan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan/persiapan, terdiri dari,

a. Melakukan pengamatan kesekolah yang terkait

b. Menyelesaikan surat izin penelitian,

c. Merancang rencana pembelajaran (RPP)

d. Menyusun instrument penelitian,

33
Lismawati Salman, dkk,. “ Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning
50

Anda mungkin juga menyukai