Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KAJIAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika
SD dengan Dosen Pengampu Ibu Prof Dr. Isti Hidayah,M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 1

Ririn Ismaya (0103522021)


Yulia Hendarsah (0103522042)
Ainin Trifila Muchoiriyah (0103522062)
Yeti Tiara (0103522064)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA S2 PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Kajian Inovasi Pembelajaran Matematika SD”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran
Matematika SD.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dosen Prof Dr. Isti Hidayah,M.Pd selaku
pengampu mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika SD yang telah membimbing
dalam mata kuliah ini. Terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada pihak yang
turut membantu dan memberi dukungan hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Besar harapan penulis, makalah ini dapat memberi kontribusi untuk semua pihak,
terutama kepada para pembaca sehingga dapat memberikan manfaat dalam aplikasi di
lapangan. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat banyak
kekurangan. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak atau pembaca yang budiman untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

Cirebon 2 September 2022

Penyusun
(Kelompok 1)

Page | ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Belajar dan Pembelajaran..............................................................................................3
B. Belajar Matematika........................................................................................................4
C. Teori Pendidikan Matematika........................................................................................5
D. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Matematika.................................................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

Page | iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Matematika di Sekolah Dasar merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit
oleh para siswa, akan tetapi matematika merupakan bagian dari kehidupan manusia,
karena belajar matematika pada dasarnya belajar berbuat dan berfikir. Ini sesuai dengan
hakikat matematika dari segi ilmu yaitu matematika merupakan suatu cara berfikir. Oleh
karena itu matematika merupakan studi yang dipelajari oleh semua siswa disetiap jenjang
pendidikan, mulai dari pendidikan SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi.
Matematika adalah pelajaran yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
pelajaran lainnya. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang
bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam
belajar matematika sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan.
Nilai matematika yang diperoleh anak tergolong rendah. Hal ini disebabkan pada
materi tertentu guru kurang menguasai konsep materi. Ini dapat dilihat ketika guru
mengajar atau menerangkan di kelas, guru tidak bisa mengembangkan materi yang ada,
melainkan guru hanya menyampaikan materi pelajaran yang ada dalam buku pegangan
saja tanpa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Dalam pembelajaran, guru juga jarang menggunakan alat peraga. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga yang banyak
membutuhkan waktu dan dana dalam menyiapkannya serta keterbatasan penyediaan alat
peraga di sekolah. Padahal guru tersebut menyadari bahwa alat peraga akan sangat
membantu dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan bahkan mengasyikkan yang pada akhirnya tujuan pengajaran dapat
tercapai. Selanjutnya sistem pengajaran masih cenderung bersifat konvensional,
dimana dominasi guru sebagai pemberi pelajaran lebih banyak sehingga menciptakan
situasi dan kondisi komunikasi yang searah. Ini berarti bahwa guru hanya sekedar
memindahkan ilmu pengetahuan kepada anak didik saja tanpa melibatkan siswa untuk
aktif dalam belajar, serta kurang memperhatikan pentingnya pemahaman konsep materi
dalam proses belajar
mengajar.

Page | 1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran?

2. Apa yang dimaksud dengan belajar matematika?

3. Teori-teori apa saja yang ada dalam pendidikan matematika dan bentuk
penerapannya dalam pembelajaran matematika?

4. Apakah fungsi dan tujuan pendidikan matematika?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca

2. Mengetahui makna dari belajar dan pembelajaran

3. Mengetahui makna belajar matematika

4. Mengetahui teori-teori pendidikan matematika dan penerapannya dalam


pembelajaran matematika

5. Mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan matematika

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah
atau keluarganya sendiri. Belajar : berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (kamus besar
bahasa Indonesia- Depdikbud).
Pembelajaran adalah
 Upaya orang yang tujuannya membantu orang belajar (Gagne & Briggs)
 Seperangkat acara eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya
beberapa proses belajar yang bersifat internal (Gagne)
 Suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu (Corey)
 Proses/cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (kamus besar bahasa
Indonesia)

Kata pembelajaran bisa dikatakan diambil dari kata instruction yang berarti
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa. Dalam pembelajaran segala kegiatan berpengaruh langsung terhadap proses belajar
siswa, ada interaksi siswa yang tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik lahiriah,
akan tetapi siswa dapat berinteraksi dan belajar melalui media cetak, elektronik, media
kaca dan televisi, serta radio. Dalam suatu definisi pembelajaran dikatakan upaya untuk
siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode dan
strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.Pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar
yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar
subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien.

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah
Page | 3
laku

Page | 4
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.Jadi pembelajaran adalah proses yang
disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

B. Belajar Matematika
Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang belajar matematika. Berikut
merupakan definisi belajar matematika menurut beberapa ahli.
a. J. Bruner
Belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika
yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-
konsep dan struktur-struktur matematika.
b. Robert Gane
Belajar matematika harus didasarkan kepada pandangan bahwa tahap belajar
yang lebih tinggi berdasarkan atas tahap belajar yang lebih rendah.
c. Goldin (1992)
Matematika ditemukan dan dibangun oleh manusia sehingga dalam pembelajaran
matematika harus lebih dibangun oleh siswa daripada ditanamkan oleh
guru.Pembelajaran matematika menjadi lebh aktif bila guru membantu siswa
menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapkan pembelajaran bermakna.
d. Kolb (1949)
Mendefinisikan belajar matematika sebagai proses memperoleh pengetahuan
yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui transformasi
pengalaman individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya menekankan bahwa dalam
belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya mengkontruksi sendiri
pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus didorong untuk aktif berinteraksi dengan
lingkungan belajarnya sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari
sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika


adalah belajar tentang rangkaian-rangkaian pengertian (konsep) dan rangkaian pertanyaan-
pertanyaan (sifat, teorema, dalili, prinsip).Untuk mengungkapkan tentang pengertian dan
pernyataan diciptakan lambang-lambang, nama-nama, istilah dan perjanjian-perjanjian
(fakta). Konsep yaitu pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang dapat
membedakan suatu obyek dengan yang lain.

Page | 5
Inovasi Pembelajaran Matematika Adalah proses yang sengaja dirancang dengan
tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (sipelajar)
melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan
peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang


mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan bersebut adalah belajar
dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan
pada saat terjadi interaksi antasa siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara
siswa dengan lingkungan disaat pembelajaran matematika sedang berlangsung. Dalam
proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku
terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan mencapai hasil yang
maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran
dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil.

C. Teori-teori Pendidikan Matematika


1. Teori Belajar Bruner
Jerome Seymor Bruner yang selanjutnya lebih dikenal dengan Bruner lahir di
Amerika tahun 1915 adalah seorang ahli psikologi dari Universitas Harvard. Bruner
menyampaikan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada
dirinya. Bruner dalam teorinya, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak
sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang
dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu
konsep matematika. Dengan melihat alat peraga seperti ini, anak akan dapat melihat
secara langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat pada benda.
Dengan intuitif yang telah melekat pada diri anak, akan dia hubungkan dengan
keteraturan tersebut.
Bruner mengemukakan bahwa anak-anak berkembang melalui tiga tahap
perkembangan mental, yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, tahap simbolis.
 Tahap Enaktif
Tahap enaktif yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkrit
atau menggunakan situasi yang nyata. Kegiatan dalam tahap ini dilakukan dengan

Page | 6
siswa terlibat dengan mengotak-atik objek secara langsung. Pada penyajian ini
anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata. Ia akan memahami sesuatu
dari berbuat atau melakukan sesuatu. Misalnya anak akan mengerti nama suatu
binatang apabila ditunjukan bentuk dan disebutkan namanya.
 Tahap Ikonik
Tahap ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkrit
atau situasi konkrit yang terdapat pada tahap enaktif tersebut diatas. Di sinilah
informasi disimpan secara visual dalam bentuk gambar. Anak-anak sudah dapat
menggunakan imajinasi, gambar, atau ikon untuk memahami dunia dan
menggunakannya untuk membantu mereka berpikir.
 Tahap Simbolis
Tahap simbolik suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk symbol-simbol abstrak (abstract symbols, yaitu
suatu simbul-simbul arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang
dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-
huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun
lambang- lambang abstrak yang lain.

Contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika di sekolah


dasar sebagai berikut. Untuk mengajarkan konsep ukuran berat menggunakan tahapan
teori bruner

 Tahap Enaktif

Siswa memanipulasi atau memperagakan dengan menggunakan timbangan untuk


satuan berat benda. Adapun benda yang dimanupulasi siswa terdiri dari : 1 benda
dengan berat 1 kilogram (kg); 10 benda dengan berat masing-masing 1 hektogram (hg),
10 benda dengan berat masing-masing 1 dekagram (dg), 10 benda dengan berat masing-
masing 1 gram, dan 100 benda dengan berat masing-masing 1 dekagram dan gram.

 Tahap Ikonik

Anak diperlihatkan gambar yang sesuai dengan peragaan nyata yang dilakukan
pada tahap enaktif tadi. Misalkan :

Page | 7
 Tahap simbolik

Untuk tahap simbolik, siswa langsung diajarkan merubah satuan berat


menggunakan simbol matematika. Misalkan :

1 kg = 1 x 10 hg = 10 hg

4 hg = 4 x 100 gram = 400 gram

20 cg = 20 : 10 dg = 2 dg

Bruner juga mengemukakan beberapa dalil atau teorema yang berkenaan dengan
belajar anak dalam matematika. Teorema-teorema tersebut adalah

1. Teorema Penyusunan (Contruction Theorem)


Teorema atau dalil konstruksi (Contruction Theorem) menyatakan bahwa
anak dalam belajar lebih mudah memahami ide-ide yang abstrak dengan
menggunakan peragaan kongkret (tahap enaktif) dilanjutkan ke tahap semi
kongkret (tahap ikonik) dan diakhiri dengan tahap abstrak (tahap simbolis).
Menggunakan tiga tahap tersebut, anak dalam belajar dapat mengkonstruksi suatu
pemahamnnya dari konsep yang sederhana pada konsep yang abstrak.
Contoh: dalam belajar pemahaman konsep penjumlahan misalnya 6 + 2 = 8,
peserta didik dapat menggunakan benda konkrit misalnya buah apel, disini siswa
disuruh menggabungkan 6 apel dalam satu kranjang digabungkan dengan 2 apel
yang berada pada kranjang lain, dari kegiatan ini anak bisa mengambil kesimpulan
bahwa hasilnya penggabungan tersebuat ada 8 buah apel.
2. Teorema Notasi (Notation Theorem)
Di dalam teorema ini dikatakan bahwa peserta didik akan lebih mudah
memahami sesuatu materi matematika jika peserta didik diberikan contoh
penggunaan notasi sebagai perwujudan atau representasi materi tersebut sesuai

Page | 8
dengan tingkat perkembangan kognitif mereka. Pada tahap operasi kongkret, anak
diberikan contoh penerapan penggunaan notasi.
Misalnya: guru memberikan contoh soal secara lesan; ”Tentukanlah sebuah
bilangan jika ditambah 2 akan menjadi 6”, Soal ini akan lebih mudah dipahami
anak jika direpresentasikan dalam bentuk ... + 2 = 6 atau +2 =6 atau x +2 = 6.
3. Teorema Pengontrasan dan Variasi (Contrast and Variation Theorem)
Dalam teori ini dapat dikatakan bahwa dengan cara dikontraskan maupun
divariasikan antara konsep satu dengan yang lainnya maka konsep matematika
akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Hal ini akan menjadikan perbedaan
yang sangat jelas antara satu dengan konsep yang lainnya. Contoh, pemahaman
peserta didik tentang bilangan genap akan menjadi lebih baik jika dikontraskan
dengan bilangan yang ganjil. Dengan cara seperti ini jelas terlihat hasil
perbandingan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya.
Selain teorema kekontrasan didalam teori ini juga disampaikan adanya
teorema variasi. Artinya didalam proses pembelajaran matematika, antara konsep
satu dengan yang lain akan terpahami secara baik manakala diberikan contoh yang
variasi juga. Misalnya, mengajar tentang segitiga, maka disitu guru dapat
menampilkan berbagai contoh ada segitiga siku-siku, segitiga sama kaki, segitiga
sembarang, dengan berbagai ukuran ada yang segitiga ukurannya hampi sama
disetiap sisinya, ada yang ukurannya kecil, sedang dan besar.
4. Teorema Konektivitas atau Pengaitan (Connectivity Theorem)
Teorema atau dalil konektivitas menyatakan bahwa setiap konsep, setiap
prinsip, dan setiap keterampilan dalam matematika berhubungan dnegan konsep,
prinsip, dan keterampilan yang lain. Sebagai contoh: Konsep bilangan prima dan
faktor prima digunakan untuk menyelesaikan FPB dan KPK. Penarikan akar
pangkat dua dikaitkan dengan menentukan panjang sisi suatu persegi jika luasnya
diketahui.
2. Teori Belajar Dienes
Dienes berpendapat bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat
dimengerti secara sempurna jika pertama disajikan dalam bentuk-bentuk konkrit. Teori
Dienes lebih memberikan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman siswa
tentang konsep matematika melalui manipulasi benda atau penggunaan alat peraga.
Teori belajar Dienes erat kaitannya dengan bagaimana anak-anak belajar melalui
permainan. Permainan adalah sesuatu yang tidak bisa hilang dari dunia anak-anak.

Page | 9
Permainan merupakan sarana yang membantu meningkatkan perkembangan anak-anak

Page | 10
dari aspek kognitif. Melalui permainan anak-anak dapat mempraktekkan kompetensi
maupun keterampilan yang diperlukan atau dikuasai dengan cara yang tidak kaku,
beragam, dan menyenangkan.
Menurut Dienes tahap-tahap belajar matematika ada enam,
yaitu: Permainan Bebas (Free Play)
Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak
berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur
benda. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap
dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari.
Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
Pada tahapan ini siswa memanipulasi sesuai dengan aturan yang ada.
Tahapan ini sudah masuk pada permainan terstruktur. Dalam permainan yang
disertai aturan ini, siswa melakukan permainan yang memiliki beberapa aturan,
yang perlu diperhatikan. Permainan yang dilakukan memungkinkan siswa untuk
bereksperimen berdasarkan aturan dalam konsep, untuk mulai menganalisis
struktur matematika.
Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Setelah anak bermain dalam aturan, selanjutnya anak melakukan permainan
kesamaan sifat dengan menggunakan representasi fisik yang berbeda dari konsep
tersebut pada saat melakukan games, dengan beberapa memiliki struktur yang
sama. Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dan menyadari
struktur dari permainan yang telah dilakukan tadi, siswa belajar menemukan sifat-
sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti.
Permainan Representasi (Representation)
Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang
sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu.
Representasi konsep biasanya lebih abstrak daripada contoh dan akan membawa
siswa lebih dekat untuk memahami struktur matematika abstrak yang mendasari
konsep tersebut.
Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
Pada tahap ini, siswa menggambarkan representasi konsepnya dengan
menggunakan sistem simbol verbal dan matematis yang sesuai. Penting bagi
setiap anak untuk menciptakan representasi simbolis individu dari masing-masing
konsep; Namun, guru harus siswa membimbing dalam pemilihan sistem simbol.

Page | 11
Cara yang bisa dilakukan adalah membiarkan siswa untuk terlebih dahulu
membuat representasi simbolis mereka sendiri, dan meminta mereka
membandingkan simbolisasi mereka dengan yang ada dalam buku teks.
Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap ini
siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian
merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut
Contoh permainan yang bisa digunakan guru dalam pembelajaran matematika di
sekolah dasar:
 Permainan kartu bilangan
Untuk mengajar materi tentang penjumlahan dan pengurangan pada bilangan
bulat dapat menggunakan alat peraga manik-manik bilangan atau yang lebih
sederhana gampang diperoleh/dibuat yaitu menggunakan kertaskertas kecil
berwarna yang telah dipotong ukuran 2 x 2 cm atau bentuk apa saja yang menarik.
Dimana pada potongan kertas tersebut ditulis tanda “+ dan –“. Contoh :

3. Teori Belajar Piaget


Teori perkembangan intelektual dari Jean Piaget menyatakan bahwa kemampuan
intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap, yaitu (a) sensori motor
(0- 2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), (c) operasional konkret (7-11 tahun), dan (d)
operasional > 11 tahun). Teori ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan

Page | 12
perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan,
terutama untuk menyesuaikan "keabstrakan" bahan matematika dengan kemampuan
berpikir abstrak anak pada saat itu.
Teori Piaget juga menyatakan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi sekitar atau lingkungan. Teori
perkembangan Piaget ini digolongkan ke dalam aliran konstruktivisme. Penerapan dari
teori Piaget dalam pembelajaran matematika adalah perlunya keterkaitan materi baru
pelajaran matematika dengan bahan pelajaran matematika yang telah diberikan,
sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memahami materi baru. Ini berarti
bahwa pengetahuan prasyarat dan pengetahuan baru perlu dirancang berurutan
sebelum pembelajaran matematika dilaksanakan.
4. Teori Thorndike
Teori Thorndike disebut teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta
didik selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan
secara pasif. Pada prinsipnya teori Thorndike menekankan banyak memberi praktik
dan latihan (drill & practice) kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat
mereka kuasai dengan baik.
5. Teori Belajar Van Hiele
Menurut Van Hiele dalam pengajaran geometri ada tiga unsur utama yang perlu
diperhatikan, yaitu waktu, materi, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika tiga
unsur tersebut ditata secara terpadu maka dapat meningkatkan kemampuan berfikir
anak kepada tingkatan berfikir yang lebih tinggi.
Teori belajar Van Hiele khusus diterapkan pada pembelajaran geometri saja.
Menurut Van Hiele, agar anak dapat memahami geometri dengan baik maka
pembelajaran geometri harus disesuaikan dengan tahap berpikir anak.
Contoh Penerapan teori belajar Van Hiele pada pelajaran matematika dengan
materi tentang jaring-jaring bangun ruang.
1. Tahap Inkuiri (inquiry/nformation)
- Siswa diperlihatkan berbagai macam benda yang berbentuk bangun ruang, dan
meminta siswa memberikan nama pada masing-masing benda tersebut.
- Guru memperkenalkan istilah sisi dan jaring-jaring
- Melalui Tanya jawab, guru menggali pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat
bangun ruang.

Page | 13
2. Tahap Orientasi (directed orientation)
- Membongkar bangun ruang yang terbuat dari karton dan menyelidiki serta
mengidentifikasi jumlah sisi pada masing-masing bangun ruang.
- Merangkai kembali bangun ruang yang telah dibongkar tadi seperti semula.
- Menandai sisi yang merupakan alas dan penutup.
- Mencari bentuk lain dari jaring-jaring bangun ruang dengan menyusun pola baru
dari sisi-sisi bangun ruang.
3. Tahap Penjelasan (explication)
Siswa menjelaskan dengan cara menggambar jaring-jaring bangun ruang yang
telah mereka temukan tadi.
4. Tahap Orientasi Bebas (free orientation)
Dengan diberikan berbagai jenis bangun datar yang terdiri dari segi tiga,
persegi, lingkaran, dan persegi panjang. Siswa diminta membuat jaring-jaring dan
membentuk berbagai bangun ruang serta memberi nama bangun tersebut
5. Tahap Integrasi (integration)
Siswa dibimbing menyimpulkan jumlah jaring-jaring dari bangun ruang :
a. Kubus memiliki......jaring-jaring
b. Balok memiliki......jaring-jaring
c. Tabung memiliki......jaring-jaring
d. Kerucut memiliki.....jaring-jaring
D. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Matematika
Berdasarkan kurikulum matematika fungsi matematika ialah sebagai alat
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol
(Asep, 2008:153). Mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan siswa mempelajari matematika yakni memiliki kemampuan dalam
menggunakan alogaritma (prosedur pekerjaan), melakukan manipulasi secara matematika,
mengorganisasi data, memanfaatkan simbol, tabel, diagram dan grafik, mengenal dan
menemukan pola, menarik kesimpulan, membuat kalimat atau model matematika,
membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang, serta memahami pengukuran dan
satuan- satuannya, dan menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika.

Page | 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
pengalaman dan pembelajaran adalah proses yang menyebabkan siswa belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu
Belajar matematika adalah belajar tentang rangkaian-rangkaian pengertian (konsep)
dan rangkaian pertanyaan-pertanyaan(sifat, teorema, dalil,prinsip).
Teori yang ada dalam Pendidikan matematika yang pertama adalah teori belajar
Bruner yang menyatakan bahwa anak-anak berkembang melalui tiga tahap yaitu enaktif,
ikonik dan simbolis. Kedua, teori belajar Dienes yang menyatakan bahwa setiap konsep
atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna jika pertama disajikan dalam
bentuk konkrit dan bagaimana anak-anak belajar melalui permainan. Ketiga, Teori Belajar
Piaget yang menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat
atau bertahap, yaitu sensori motorik (0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional
konkrik (7-11 tahun) dan operasional ( > 11 tahun). Keempat, Teori Thordike yang
memandang peserta didik adalah selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap
menerima pengetahuan secara pasif. Kelima Teori Belajar Van Hiele yang diterapkan pada
pembelajaran geometri. Menurut Van Hiele, pembelajaran geometri ada tiga unsur utama
yang perlu diperhatikan yaitu waktu, materi dan metode yang diterapkan.
Fungsi dan tujuan Pendidikan matematika adalah untuk mengembangkan ketajaman
penalaran yang dapat memperjelas dan memnyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari.

B. Saran
Kami mengajukan saran yaitu agar teori belajar matematika ini perlu untuk dipahami
terkait inovasi, konsep-konsep dan proseduralnya agar tercipta pembelajaran yang menarik
dan dapat dipahami oleh peserta didik, sehingga Pembelajaran Matematika SD menjadi
salah satu pelajaran yang menyenangkan.

Page | 15
DAFTAR PUSTAKA
Yayuk, Erna, dkk. 2018. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Atiaturrahmaniah, dkk. 2017. Pengembangan Pendidikan Matematika SD. Lombok:
Universitas Hamzanwadi Press.

Page | 16

Anda mungkin juga menyukai