Anda di halaman 1dari 40

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

SISWA PADA MATERI BILANGAN BERPANGKAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Gelar Sarjana
(S-1) Pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-Unsika

Oleh:

Halimatussadiyah Ummu Nabillah


1810631050163

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PADA MATERI


BILANGAN BERPANGKAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-Unsika

Oleh
Halimatussadiyah Ummu Nabillah
1810631050163

Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Attin Warmi, M.Pd. Dr. Kiki Nia Sania Effendi, S.Pd.,


NIDN. 0028068008 M.Pd.
NIDN. 009118801

Diketahui,
Koordinator Program Studi
Pendidikan Matematika

Dr. Dori Lukman Hakim, M.Pd.


NIDN. 0009018603

Disahkan
Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Singaperbangsa Karawang

Dr. H. Andrie Chaerul, M.Sc., Ph,D.


NIP. 195902281984031004
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Halimatussadiyah Ummu Nabillah


NPM : 1810631050163
Program Studi : Pendidikan Matematika

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi penelitian yang berjudul :

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Materi


Bilangan Berpangkat

Adalah hasil karya sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika dikemudian hari
terbukti bahwa skripsi saya merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia untuk
menerima sanksi yang diberikan.

Karawang, Mei 2022

Halimatussadiyah Ummu Nabillah


1810631050163
PERSEMBAHAN

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari keterlihatan dukungan, doa serta bantuan baik
moril maupun materil berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Yang Utama dari Segalanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berkat nikmat, hidayah,
serta kesehatan yang melimpah kepadaku sehingga dengan ilmu pengetahuan yang
telah Engkau anugerahkan kepadaku dan atas izin-Mu aku dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga atas kasih sayang, doa, dukungan dan motivasinya.
3. Ibu Attin Warmi, M.Pd. dan Ibu Dr. Kiki Nia Sania Effendi, S.Pd., M.Pd. selaku
dosen pembimbing, Terima kasih atas kesabaran, waktu, ilmu, pengarahan dan
motivasi yang telah diberikan selama penulisan dan penyusunan skripsi ini.
Penulis mohon maaf atas segala perbuatan maupun ucapan yang kurang
berkenan selama proses bimbingan.
4. Kepada Sahabat tercinta (Mutiara, Putri, Ila, Inge) terima kasih atas support dan
doanya.
5. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Universitas Singaperbangsa yang
tidak dapat di sebutkan satu persatu terima kasih atas support, semangat, doa
dan sarannya dalam penyusunan skripsi ini, begitu banyak kenangan yang telah
kalian berikan kepada saya selama duduk di bangku kuliah.
6. Semua pihak yang telah banyak mmbantu penulisan skripsi ini sampai selesai
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Halimatussadiyah Ummu Nabillah


NPM : 1810631050163
Tempat, tanggal lahir : Karawang, 06 Agustus 2000
Alamat Rumah : Kota Karawang, Dusun Sukamulya 1 RT 04/02 Desa
Pinayungan Kecamatan Teluk Jambe Timur
Alamat Email : halimatussadiyahun@gmail.com
No Telepon/HP : 089503350486
Jenis Kelamin : Perempuan
Riwayat Pendidikan
1. SDN Pinayungan 1
2. SMPN 1 Teluk Jambe Timur
3. SMAN 1 Teluk Jambe Timur
4. Universitas Singaperbangsa Karawang.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbal Alamin, Segala Puji dan syukur penulis panjatkan


kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan,
pengetahuan, keterampilan, dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul Kemampuan “Pemahaman Konsep Matematis Siswa Pada Materi
Bilangan Berpangkat” Dengan baik dan lancar sesuai dengan waktu yang ditetapkan
sebagai syarat akademik dalam program seminar proposal Pendidikan Matematika
Universitas Singaperbangsa Karawang.
Skripsi ini disusun sebagai bentuk pengajuan tertulis penulis untuk
merealisasikan perancangan alat dan melakukan penelitian skripsi. Skripsi ini diajukan
pada tanggal Mei 2022 sebagai syarat melakukan siding skripsi. Skripsi ini digunakan
untuk memberikan pehamahan konsep matematika yang didapatkan selama perkuliahan
agar berguna bagi diri sendiri, orang lain, bahkan masyarakat sesuai dengan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yakni:
1. Pendidikan dan Pengajaran ;
2. Penelitian dan Pengembangan ;
3. Pengabdian pada Masyarakat.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan,
dan pengarahan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Encum Mulyana dan Ibu Yayah Rokayah selaku kedua orang tua penulis,
yang selalu mendukung, memberikan semangat dan motivasi, baik secara moril
maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
2. Bapak Dr. Dori Lukman Hakim. M.Pd. Selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang.
3. Ibu Attin Warmi, M.Pd. dan Ibu Dr Kiki Nia Sania Effendi, S.Pd., M.Pd Selaku
dosen pembimbing akademik.
4. Kepada para staff dan para dosen Program Studi Pendidikan Matematik,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Singaperbangsa Karawang.
5. Kepada teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan motivasi untuk
terus bersemangat mengerjakan proposal penelitian.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat disetuju dan
direalisasikan guna melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir yang
akan di susun selanjutnya.
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pembangunan manusia di Indonesia. Pendidikan yang berkualitas dapat
meningkatkan kecerdasan suatu bangsa. Hal ini diatur dalam UU No. 20 Tahun
2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia pada bab II Pasal 3,
yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlaq mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan perlu
dikembangkan dalam berbagai ilmu pengetahuan.
Menurut Gurol (Assegaff & Sontani, 2016) menyatakan bahwa cara berpikir
siswa dalam pembelajaran melibatkan metakognisi, berpikir kritis, analitis dan
kreatif. Salah satu kemampuan berpikir yang dilibatkan yaitu kemampuan berpikir
analitis.
Berdasarkan Helmawati (2019) mengungkapkan pentingnya kemampuan
berpikir analitis diera revolusi industri 4.0 dikarenakan ketrampilan ini dinilai
mampu membantu siswa siap bersaing agar tidak tertinggal oleh kemajuan zaman
dengan percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga proses
pembelajaran hendaknya menyesuaikan. Pemahaman konsep dalam pelajaran
matematika juga merupakan dasar untuk melanjutkan ke materi yang selanjutnya.
Seorang siswa yang memahami konsep dasar dalam proses pembelajaran
matematika akan lebih mudah untuk tahap selanjutnya. Hal tersebut, disebabkan
karena matematika merupakan mata pelajaran yang saling terkait satu dengan yang
lainnya dan tidak dapat dipisah-pisahkan serta memiliki urutan tertentu. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa konsep yang satu berkaitan dengan konsep yang
lainnya.
Dalam mempelajari matematika, pemahaman konsep matematika sangat
penting untuk siswa, Karena konsep matematika yang satu dengan yang lain
berkaitan sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan berkeinambungan. Jika
siswa telah memahami konsep-konsep matematika sebelumnya maka akan
memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika berikutnya
yang lebih kompleks.
Menurut Permendikbud No.59 Tahun 2014, salah satu tujuan pembelajaran
matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik dapat memahami
konsep matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat,
efisieen, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Belajar matematika tidak berhasil
apabila siswa tidak memahami konsep dari awal.
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti Kuliah Kerja Nyata di kelas
XI SMP Negeri Kota Karawang pada semester ganjil tahun ajaran 2020-2021,
ditemui bahwa pemahaman konsep siswa masih rendah. Guru sudah berusaha
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun, pada saat proses pembelajaran
berlangsung siswa terlihat lebih sering mengobrol dengan teman sebangku atau
teman di sekitar bangkunya di luar materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran dan hanya menerima maeri yang
diberikan guru tanpa terlihat aktif dalam pembelajaran sehingga dalam
mengerjakan latihan banyak kesulitan yang dialami siswa. Tetapi siswa tidak
terlihat bertanya kepada guru melainkan lebih cenderung bertanya kepada
temannya mengenai ketidakpahaman tersebut. Ini menunjukkan siswa lebih senang
berdiskusi dalam kelompok.
Baik atau tidak baiknya pemahaman konsep siswa dapat dilihat dari terpenuhi
atau tidak terpenuhiya indikator pemahaman konsep siswa. Pengetahuan yang
dipelajari dengan pemahaman akan memberikan dasar dalam pembentukan
pengetahuan baru sehingga dapat digunakan dalam memecahkan masalah-masalah
baru, setelah terbentuknya pemahaman dari sebuah konsep, siswa diharuskan untuk
mengembangkan kebiasaannya dalam memberikan penjelasan dari setiap
penyelesaian yang dilakukannya, sehingga pemahaman konsep sangat dibutuhkan
dalam penyelesaian masalah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, agar penelitian ini lebih terarah maka perlu adanya
pembatasan masalah yaitu pemahaman konsep matematis siswa pada materi
Bilangan Berpangkat.
Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka diperoleh
rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu
Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematis pada materi bilangan
berpangkat.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
Untuk mendeskripsikan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di SMP
kelas IX pada materi Bilangan Berpangkat?

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan bagi peneliti lain dalam pembelajaran matematika khususnya dalam
hal kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk peserta didik, sebagai pengalaman baru dalam proses belajar dan mampu
memberikan peningkatan terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis
berdasarkan kemandirian belajar peserta didik.
b. Untuk guru, sebagai masukan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematis berdasarkan kemandirian belajar peserta didik.
c. Untuk sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam upaya memperbaiki
pemelajaran matematika guna meningkatkan mutu pendidikan.
d. Untuk peneliti, sebagai tambahan ilmu mengenai penulisan karya ilmiah dan
persiapan untuk menjadi guru yang profesional.
E. Definisi Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam
perumusan masalah pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan tentang definisi
istilah sebagai berikut :
1. Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
2. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan untuk mengerti dan
menguasai ide abstrak dan objek dasar yang dipelajari siswa serta mengaitkan notasi
dan symbol matematika yang relevan kemudian mengkombinasikannya kedalam
rangkaian penalaran yang logis.
3. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Kemampuan Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan
menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang
disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi, dan
mampu mengaplikasikannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemahaman Konsep Matematis pada Bilangan Berpangkat

1. Pengertian Pemahaman

Menurut Sumarno pemahaman diartikan dari kata understanding, Derajat pemahaman


ditentukan oleh tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta matematika
dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk jaringan dengan
keterkaitan yang tinggi. Suherman (dikutip dalam Fajar, 2018) menjelaskan bahwa
konsep merupakan ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek
ke dalam contoh dan non contoh. Pemahaman konsep sendiri menurut Rosmawati (2018)
adalah sesuatu yang berupa penguasaan sejulah materi pempelajaran, dimana siswa tidak
sekedar mengenal dan mengetahui, tetapi mampu mengungkapkan kembali konsep
dalam bentuk yang lebih mudah dimenerti serta mampu mengaplikasikannya.
Menurut Bloom (dkutip dalam Afni, 2017), pemahaman matematika dibagi menjadi
tiga indikator, yaitu:
a. Mengubah (translation),yaitu kemampuan dalam merubah suatu objek/ kalimat dalam
bentuk simbol dan sebaliknya. Mengubah dari konsepsi abstrak menjadi suatu model,
yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.
b. Memberi arti (interpretation), yaitu kemampuan dalam memahami suatu objek/simbol
yang telah diubah dalam bentuk lain. Kemampuan ini lebih luas daripada translation
karena untuk mengenal dan memahami ide suatu komunikasi.
c. Menafsirkan (ekstrapolation), yaitu kemampuan dalam menyimpulkan dari sesuatu yang
telah diketahui. Pemahaman tingkat ekstrapolation berarti seseorang mampu melihat
dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan
kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau syimbol, serta membuat kesimpulan yang
dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.
Indikator kemampuan konsep matematik dalam kurikulum 2013 adalah:
a. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.
b. Mengklasifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratakan yang
membentuk konsep tersebut.
c. Mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep.
d. Menerapkan konsep secara logis.
e. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis (table,
grafik, diagram, sketsa, model matematika lainnya).
f. Mengaitkan berbagai konsep dalam matematika maupun diluar matematika.
g. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
(Hedriana dkk, 2017, h, 8).
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat pendidika
jenjang SD, SMP, dan SMA. Pada pembelajaran matematika mempunyai tahapan-tahapan
aspek yang berurutan, meliputi: bilangan, geometri, dan pengukuran serta pengolahan
data. Salah satu aspek atau tahapan yang pertama dalam pembelajaran matematika adalah
bilangan. Operasi bilangan pada pembelajaran matematika meliputi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, operasi hitung campuran dan penarikan akar pangkat
(Ostyaningsih, 2017, h.2).
Oleh karena itu, Pemahaman konsep matematis menjadi modal utama dalam
menguasai pembelajaran matematika. Walaupun dalam matematika ada rumus yang
harus dihafal, namun inti dari pembelajaran matematika adalah pemahamannya.
Dengan memahami dasarnya maka siswa akan mampu menyelesaikan soal dengan baik.
konsep matematika sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan
memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran
diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar
yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi,
konenksi, dan pemecahan masalah matematika. Hal ini sesuai dengan taksonomi bloom,
karena kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan tingkatan yang paling
rendah dalam aspek kognitif yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti
tentang sesuatu. Dengan kata lain,kemampuan tersebut merupakan akar dari
kemampuan-kemampuan lainnya.
Pemahaman konsep matematika salah satu tujuan penting dalan pembelajaran
matematika. Dalam pemahaman konsep siswa tidak hanya dituntut tentang konsep yang
diberikan tetapi diharapkan dapat menggunakan konsep tersebut dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang ada. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan
berhasil jika siswa memahami konsep yang diberikan oleh guru. Dari uraian tersebut,
dapat dipahami bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika menginginkan
siswa mampu memanfaatkan atau mengaplikasikan apa yang telah dipahminya
kedalam kegiatan belajar. Jika siswa telah memiliki pemahaman yang baik, maka siswa
tersebut siap memberi jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan atas masalah-
masalah dalam belajar.
2. Indikator Pemahaman Konsep
Salah satu kemampuan dalam matematika yang penting dimiliki oleh siswa adalah
pemahaman konsep. Untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep diperlukan
alat ukur (indicator), hal ini sangat penting dan dapat dijadikan pedoman pengukuran
yang tepat. Indikator yang tepat dan sesuai adalah indicator dari berbagai sumber yang
jelas, diantranya yaitu:
Indikator pemahaman matematis menurut National Curcil of Teacher of
Mathematiics (NCTM) yaitu:
1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan.
2. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh
3. Menggunakan model, diagram dan symbol-simbol untuk mempresentasikan suatu
konsep.
4. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk reperentasi lainnya
5. Mengenal berbagai makna dan interpretasui konsep
6. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan
suatu konsep.
7. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep.
Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep matematika di antaranya yaitu:
1. Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari
2. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan konsep matematika
3. Menerapkan konsep secara algoritma
4. Menyajikan konsep dalam berbagai representasi
5. Memberikan contoh atau kontra contoh dari konsep yang dipelajari
6. Mengaitkan berbagai konsep matematika secara internal atau eksternal.
B. Teori Belajar yang Mendukung

1. Teori Belajar Kontruktivisme


Menurut teori belajar kontruktivisme, menyatakan bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi juga harus membangun sendiri
pengetahuan dengan memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan
atau menemukan ide-ide sendiri atau dapat dikatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru
dengan aturan-aturan lama dan merivisi aturan-aturan itu apabila tidak lagi sesuai
(Suprihatinngrum, 2014).

2. Teori Belajar Bruner

Menurut teori belajar Bruner (Suprihatiningrum, 2013) menyatakan bahwa manusia


harus aktif dalam mencari pengetahuan mereka sendiri agar apa yang dicarinya lebih
bermakna, termasuk memecahkan masalah melalui pengetahuan yang dimilikinya
sehingga pengetahuan yang digunakannya benar-benar bermakna.
Keterkaitan antara teori belajar bruner dan strategi pembelajaran kontruktivisme
yaitu bagaimana langkah-langkah pada strategi ini menjadikan pembelajaran
matematika yang aktif dimana siswa belajar sendiri dengan mengkontruksi
pengetahuan sendiri melalui berbagai macam pengalaman.

C. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh M. Afrilianto (2012) bertujuan untuk menelaah


peningkatan pemahaman konsep matematika dan kompetensi strategis matematis
antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan biasa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman
konsep dan kompetensi strategis matematis antara siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa; (2) Siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran
dengan pendekatan dengan pendekatan metaphorical thinking.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Fadila, Purwadari, & Sasono (2017)
yang mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir analisis baik
atau dalam kategori tinggi mampu menjawab setiap soal dengan langkah-langkah
yang jelas dengan pengerjaan yang tepat, mendefinisikan masalah yang sebenarnya,
memiliki banyak gagasan, mampu menyingkirkan alternatif yang kurang efisien, dan
mampu menentukan pilihan solusi terbaik. Sedangkan siswa dengan kategori rendah
mengalami hambatan dan kesalahan yang disebabkan
kelemahan dalam ketidakcermatan dalam membaca, ketidak cermatan dalam berpikir,
kelemahman dalam analisis masalah.
Pemahaman konsep dalam matematika merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam pembelajaran. Sedangkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep materi
matematika saat ini masih lemah bahkan terdapat konsep materi yang dipahami
dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ruseffendi (2006, hlm. 156)
bahwa “terdapat banyak siswa yang setelah belajar matematika, tidak mampu
memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsepnya
dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet,
dan sulit”. Oleh karena itu, dibutuhkan peran seorang guru untuk membantu siswa
mengembangkan pola piker dan mengaitkan konsep-konsep dalam matematika.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah suatu
kemampuan menafsirkan, memperkirakan, mengerti dan memahami untuk konsep-
konsep materi setelh dipelajari, serta mampu menangkap dan memahami suatu
konsep-konsep materi setalah dipelajar, serta mampu menangkap makna tentang
materi yang telah dipelajari itu. Dengan demikian siswa memiliki kemampuan untuk
menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika
berdasarkan pmbentukan pengetahuannya sendiri bukan hasil dari menghafal.
Suatu konsep yang dikuasai sisw semakin baik apabila disertai dengan
pengaplikasian. Effendi (2007, hlm. 67) menyatakan thap “pemahaman suatu konsep
matematika yang abstrak akan dapat ditingkatkan dengan mewujudkan konsep
tersebut dalam amalan pengajaran”.Siswa dikatakan telah memahami konsep apabila
telah mampu mengabstrakan sifat yang sama, yang merupakan ciri khas dari konsep
yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep tersebut.
Kemudian, Menurtut Karunia (2015) mengatakan pemahaman konsep matematika
merupakan kemampuan yang berkenaan dengan memahmi ide-ide matematika yang
menyeluruh dan fungsiona. Pemahaman konsep lebih penting dari pada sekedar
menghafal. Oleh karena itu, jangan salah dalam memberikan arahan kepada siswa.
Krena salah sedikit memberikan arahan kepada siswa pasti konsep yang akan
dipahami siswa tidak bisa dipahami oleh siswa.
D. Kerangka Berpikir

Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam


memahami materi-materi pelajaran matematika, sehingga siswa mampu
mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dipahami dan mampu
mengaplikasikan konsep tersebut dalam pemecahan masalah. Namun pada
kenyataannnya , pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika masih
rendah, sedangkan kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan
kemampuan yang dasar untuk dimiliki siswa sebelum ketahap kemampuan yang lebih
tinggi lagi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa saat menemukan soal-soal yang
sulit atau jarang mereka temui terjadi karena pemahaman terhadap konsep yang masih
kurang, sehingga mereka mampu mengaplkasikan konsep tersebut dalam pemecahan
masalah. Menyadari pentingnya suatu pmahaman konsep dasar dalam pembelajaran
matematika, sudah sepantasnya kemampuan pemahaman konsep matematika
dianalisis. Agar siswa lebih memahami konsep dengan baik dan benar, para guru
matematika harus berusaha untuk mewujudkan keabstrakan konsep menjadi lebih
konkret.

Upaya identifikasi ini dilakukan dengan cara menganalisis jawaban siswa dalam
menyelesaikan soal kemampuan pemahaman konsep matematis. Selanjutnya
dilakukan wawancara kepada siswa untuk mengetahui lebih jelas. Jadi, penelitian ini
mampu memberikan informasi terkait kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa SMP pada materi Bilangan Berpangkat.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor


menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan metodologi penelitian dimana
prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif atau kata-kata tertulis atau lisan
orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2014). Adapun metode penelitian
menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu peneliti mendeskripsikan dan menganalisis
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP pada materi Bilangan
Berpangkat.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes diagnostik berupa
soal uraian yang mencakup indikator kemampuan pemahaman konsep (membedakan,
mengorganisir, dan mengatribusi), wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini
difokuskan pada kegiatan menganalisis cara siswa dalam memahami konsep terhadap
bilangan berpangkat. Adapun metode penelitian yang dilakukan meliputi: (1) jenis dan
pendekatan penelitian, (2) tempat dan pelaksanaan penelitian, (3) prosedur penelitian,
(4) subjek penelitian, (5) teknik pengumpulan data (6) instrumen penelitian, dan (7)
teknik analisis data.
B. Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian berdasarkan teknik pengambilan puposive sampling.


Menurut Arikunto (2014), purposive sampling merupakan cara pengambilan subjek
atau sampel berdasarkan adanya tujuan tertentu. Pertimbangan pada penelitian in
adalah siswa berkemampuan tinggi (pandai), siswa berkemampuan sedang dan siswa
berkemampuan rendah (kurang pandai). Banyaknya subjek penelitian berdasarkan
Maolani & Cahyana (2016) yang menyatakan bahwa subjek dipilih sekitar 10% - 20%
dari siswa yang ada. Dengan demikian, subjek pada penelitian ini sebanyak 31 siswa.
Dengan diawali memberikan soal tes kemampuan pemahaman konsep, kemudian
dipilih 6 jawaban siswa sesuai dengan kategori kemampuan untuk diwawancarai
terkait hasil pengerjaannya.

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian.

1. Instrumen Penelitian
Lestari dan Yudhanegara (2015) mengungkapkan bahwa instrumen penelitian
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu
penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Menurut moleong (2014)
mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan perencara,
pelaksanaan pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan akhirnya memberi
kesimpulan hasil penelitiannya. Instrumen pendukung lainnya yaitu tes kemampuan
berpikir analitis dalam menyelesaikan soal cerita bilangan berpangkat yang berupa
soal uraian sebanyak 4 (empat) butir soal, dan lembar wawancara.

2. Teknik Pengumpulan Data


Pengertian teknik pengumpulan data menurut Arikunto (2002) adalah suatu cara
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, di mana cara tersebut
menunjukan pada suatu yang abstrak dan tidak dapat di wujudkan dalam benda yang
kasat mata, tetapi dapat dilihat dalam penggunaannya. Dalam hal pengumpulan data
ini, penulis terjun langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data yang valid,
maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
a. Metode Observasi

Observasi merupakan proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis


mengenai gejala-gejala yang diteliti. Pada penelitian ini observasi dilakukan saat
pembelajaran berlangsung. Observasi ini untuk mengamati aktivitas guru dan siswa
menggunakan model pembelajaran Kooperatif.

b. Metode Tes

Tes adalah serangkaian yang digunakan untuk mengukur keterampilan,


pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok
(Riduwan 2006). Tes yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 tes yaitu tes pada saat
mengerjakan lembar kerja dan tes pada saat game. untuk memahamkan konsep
matematis siswa secara individu. Alat evaluasi yang baik kualitasnya perlu
diperhatikan beberapa kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya:

1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Validitas instrumen yang dianalisis pada penelitian ini
merupakan validitas empiris, yaitu validitas yang ditinjau dengan adanya kriteria
tertentu (Arikunto, 2014).
Dalam menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas instrumen dilakukan perhitungan
Kolerasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:

Keterangan :

= koefisien kolerasi antara variabel X dan Y

= Skor butir soal

= Skor total

XY = Jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor asli dari X dan Y

N = Banyaknya data
Kriteria dalam menentukan tingkat derajat validitas instrumen digunakan
interprestasi berdasarkan Guiforf (Lestari & Yudhanegara, 2015), yaitu:

Tabel 1.1
Klarifikasi Koefiesen Validitas Instrumen

Koefien Validitas Interpretasi


Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

Tabel 1.2

Hasil Uji Validitas Instrumen

Butir Soal Koefisien Kolerasi Interpretasi

1 0,94 Sangat Tinggi

2 0,82 Tinggi

3 0,81 Tinggi

4 0,85 Tinggi

2. Uji Reliabilitas

Suatu tes atau alat evaluasi dapat dipercaya jika sudah reliabel, yaitu
digunakan berapa kali diambil, tetap akan sama. Reabilitas dihitung dengan
menggunakan rumus Alpha, sebagai berikut:

Keterangan :
= Reliabilitas Instrumen
= Banyak butir soal

= Jumlah varian butir soal

= Varian total

Adapun kriteria dalam menentukan tingkat reabilitas instrumen digunakan interpretasi


berdasarkan Guilford (Lestari & Yudhanegara, 2015), yaitu:
Tabel 1.3
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Nilai Interpretasi

Derajat reliabilitas sangat rendah

Derajat reliabilitas rendah

Derajat reliabilitas sedang

Derajat reliabilitas tinggi

Derajat reliabilitas tinggi

Tabel 1.4
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Butir Soal Koefisien Reliabilitas Interpretasi

1 s/d 4 0,87 Tinggi

3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa
yang memiliki kemampuan tinggi atau pandai dengan siswa berkemampuan rendah.
Seluruh siswa yang mengerjakan soal tes dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok
atas dan kelompok bawah. Menurut Arikunto (Supriadi, Rahim & Zamsir, 2018),
menyatakan bahwa dalam menentukan daya pembeda seluruh siswa yang mengikuti tes
diurutkan dari perolehan skor teratas sampai terbawah, kemudian mengambil 27% skor
teratas sebagai kelompok atas ( dan 27% skor terbawah, kemudian mengambil 27%
skor teratas sebagai kelompok bawah ( . Dalam menentukan koefisien daya pembeda

setiap butir soal menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
= Daya Pembeda

= Jumlah skor siswa dari kelompok atas

=Jumlah skor siswa dari kelompok bawah

= Jumlah siswa dari kelompok atas

Adapun kriteria untuk menginterpretasikan daya pembeda pada tabel berikut:


Tabel 1.5
Kategori Daya Pembeda (DP)

Nilai DP Keterangan

DP Soal sangat buruk

0,00 DP Soal buruk

0,20 DP Soal cukup

0,40 DP Soal baik

0,70 DP Soal sangat baik

Sumber: (Lestari & Yudhanegara, 2015)

Tabel 1.6
Hasil Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,54 Baik

2 0,55 Baik

3 0,4 Cukup

4 0,44 Baik
4. Indeks Kesukaran
Menurut Sudijono (Supriadi, Rahim, & Zamsir, 2018) mengemukakan bahwa butir
soal tes dapat dikatakan baik apabila butir-butir soal memiliki derajat keukaran cukup
artinya tidak terlalu sukar maupun terlalu mudah. Tingkat kesukaran untuk tiap butir soal
bentuk uraian dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran
X = Rata-rata jumlah skor tiap butir soal
SMI = Skor Maksimum Ideal
Adapun kriteria interpretasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut:

Tabel 1.7
Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria


Soal terlalu sukar
Soal Sukar
Soal Sedang
Soal mudah
Soal terlalu mudah

Tabel 1.8
Hasil Uji Instrumen Indeks Kesukaran (IK)

Butir Soal Korelasi Interpretasi


1 0,55 Sedang
2 0,29 Sukar
3 0,77 Mudah
4 0,71 Mudah
5. Metode Wawancana
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi/data pendukung yang tidak dapat
diperoleh melalui tes tulus. Wawancara ini dilakukan pada peserta didik yang
memiliki skor pemahaman konsep tinggi dan skor pemahaman konsep rendah. Setiap
peserta didik diwawancarai diberi pertanyaan yang sama kemudian peneliti mencatat
atau merekamnya. Hasil wawancara digunakan sebagai data tambahan untuk
melengkapi data tes pemahaman konsep peserta didik. Wawancara pada penelitian ini
menggunakan wawancara terbuka. Wawancara terbuka merupakan suatu jenis
wawancara yang para subyeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan
mengetahui tujuan wawancara dilakukan (Moleong, 2014: 189). Wawancara ini setiap
responsen diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatat atau merekamnya. Pada
saat wawancara dilakukan, peneliti mengambil data dibantu dengan menggunakan alat
yaitu:
a. Pedoman Wawancara
Sebelum wawancara dilakukan peneliti menyiapkan pedoman wawancara
pemahaman konsep terlebih dahulu.
b. Alat Perekam Suara
Pada saat wawancara dilakukan, peneliti menyiapkan alat perekam suara agar
mempermudah dan memperjelas dalam pencatatan wawancara.
D. Tahap-tahap penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, meliputi:
1. Tahap Awal
Pada tahap kegiatan yang dilakukan, meliputi:
a. Permohonan izin ke sekolah.
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin kesekolah.
b. Penyuunan instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal uraian dan
pedoman wawancara.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tes tertulis
Tes tertulis diberikan kepada siswa berbentuk soal uraian. Setelah tes
dilaksanakan langkah selanjutnya memeriksa hasil tes untuk
mengkategorikan kemampuan berpikir analitis dan dugaan kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal bilangan berpangkat.
b. Wawancara
Wawancara terdiri dari dua tahap, yaitu:
1) Penentuan Subjek Wawancara
Subjek wawancara ditentukan berdasarkan pengkategorian kemampuan
berpikir analitis. Wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa yang
mengikuti tes tertuli tetapi beberapa subjek dipilih berdasarkan kategori
kemampuan yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
2) Pelaksanaan wawancara
Wawancara dilakukan untuk memastikan kesulitan menyelesaikan
permasalahan matematika dan mengetahui penyebab kesulitan dalam
mengerjakan soal bilangan berpangkat.
3. Tahap Akhir
Tahapan Akhir dalam penelitian ini yaitu:
a. Validasi data
Validasi data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu
memandingkan data tes dan wawancara.
b. Analisis data
Analisi data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan.
c. Penyusunan laporan penelitian
E. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut Moleong (2017:280-281)
analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data.
Ketepatan dan keakuratan data yang terkumpul sangat diperlukan, namun tidak
dapat pula dipungkiri bahwa sumber informasi yang berbeda akan memberikan
informasi yang berbeda pula. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha
pemutasan perhatian dan pengerahan tenaga fisik dan pikiran sendiri. Selain
menganalisis data, peneliti juga perlu mendalami kepustakaan guna mengonfirmasi
teori.
Data penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi)
dan dilakukan secara terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi
sekali
Teknik analisis data yang digunakan oleh penelitian menggunakan model Miles and
Huberman. Menurut Miles and Huberman dalam buku Sugiyono (2018:246) analisis
data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu.
1. Reduksi Data
Menurut Sugiyono (2018:247-249) Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting sesuai dengan topik
penelitian, mencari tema dan polanya, pada akhirnya memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Dalam reduksi data akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai dan telah ditentukan
sebelumnya. Reduksi data juga merupakan suatu proses berfikir kritis yang
memerlukan kecerdasan dan kedalaman wawasan tinggi.
2. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data, dalam
penelitian kualitatif, pnyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik,
flowchart pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka dapat
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami.
Selain itu dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart, dan sejenisnya namun
yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka dapa
terorganisikan, dan tersusun sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono,
2018:249).
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir dalam menganilis penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan.
Menurut Sugiyono (2018:252-353) kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan perumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian
berada dilapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
SOAL TES BILANGAN BERPANGKAT

NO SOAL
1. Nyatakan bilangan-bilangan berikut dalam bentuk bilangan berpangkat

a.

b.

c.
2.
Jika a sebarang bilangan tidak nol dan n bilangan bulat, nyatakan

dalam bentuk pangkat.


3. Bagaimana jika a = 0 pada ?
4. Lengkapilah
a. =

b.

c. =

d. =
LEMBAR WAWANCARA SISWA

Nama :
NIS :

1. Ketika mengerjakan soal bilangan berpangkat, apakah anda merasa kesulitan?

2. Kesulitan apa yang anda hadapi dikelas dalam pembelajaran matematika pada materi

bilangan berpangkat?

3. Apakah anda pahami sifat-sifat yang berlaku pada bilangan berpangkat?

4. Biasanya syarat dan rumus yang berlaku pada konsep matematika selalu dihafal atau

berusaha dipahami?

5. Bagaimana perasaan anda ketika mengikuti pembelajaran matematika dikelas?

6. Menurut anda, materi bilangan berpangkat ini sulit atau tidak? Jika sulit, bagaimana yang

menurut anda sulit?

7. Apakah anda menyukai pelajaran matematika materi bilangan berpangkat?

8. Apakah anda mempelajari matematika diluar jam pelajaran?

9. Seberapa sering anda meluangkan waktu untuk belajar?


Daftar Pustaka

Diana, P., Marethi, I., & Pamungkas, A. S. (2020). Kemampuan


Pemahaman Konsep Matematis Siswa: Ditinjau dari Kategori Kecemasan
Matematik. SJME (Supremum Journal of Mathematics Education), 4(1), 24.
https://doi.org/10.35706/sjme.v4i1.2033

Febriani, P., Widada, W., & Herawaty, D. (2019). Pengaruh Pembelajaran


Matematika Realistik Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMA Kota Bengkulu. Jurnal
Pendidikan Matematika Raflesia, 04(02), 120–135.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr/article/view/9761/4795
Kartika, Y. (2018). Analisis kemampuan pemahaman konsep matematis
peserta didik kelas vii SMP pada materi bentuk aljabar. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 2(4), 777–785.

Zulkarnain, I., & Djamilah, S. (2016). Penerapan Model Pembelajaran


Think Pair and Share terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Sekolah Menengah Pertama. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika,
3(1). https://doi.org/10.20527/edumat.v3i1.635

Kusumawati, N. (2008). Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran


Matematika. Diakses dari halaman web tanggal 27 Februari 2016 dari:
http://core.ac.uk/download/files/335/11064532.pdf
Mawaddah Siti, dan Ratih Maryanti. “Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa SMP Dalam Pembelajaran Menggunakan Model
Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)”. Edu-Mat Jurnal Pendidikan
Matematika 4, No. 1, 2016.

M Putri, Padma Mike, et al.eds. “Pemahaman Konsep Matematika Pada


Materi Turunan Melalui Pembelajaran Teknik Probing”. Jurnal Pendidikan
Matematika 1, No. 1, 2011.
Afrilianto. “Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Kompetensi Strategis
Matematis Siswa Smp Dengan Pendekatan Metaphorical Thinking”. Jurnal
Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi, Vol. 1, No. 2.
Bandung, 2012.
Angga, Yarman, Yerizon. “Pemahaman Konsep Matematis Dan Model
Pembelajarn Quantum Teaching”. Jurnal Vol. 1 No. 1, 2012.

Anda mungkin juga menyukai