Anda di halaman 1dari 139

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

DALAM MENYELESAIKAN SOAL POLA BILANGAN PADA KELAS


VIII SMP GUPPI SAMATA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh
Alfian
105361120716

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Nama : Alfian
Nim : 105361120716
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan pada
Kelas VIII SMP Guppi Samata

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah asli hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Desember 2020


Yang Membuat Pernyataan

Alfian
NIM. 105361120716

iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Nama : Alfian
Nim : 105361121316
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan pada
Kelas VIII SMP Guppi Samata

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:


1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Desember 2020


Yang Membuat Perjanjian

Alfian
NIM. 105361120716

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Luangkan waktu, jangan tunggu waktu luang.

Kupersembahkan karya ini untuk :

Ibu dan almarhum ayah saya. Berkat doa-doa ibu, saya selalu
terjaga setiap harinya dan dapat melangkah sejauh ini. Skripsi ini
adalah persembahan kecil dan mungkin persembahan pertama untuk
kedua orangtua saya. Terima kasih atas kepercayaan yang telah
diberikan kepada saya dan saya akan selalu menjaga kepercayaan itu
serta selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik.

vi
ABSTRAK

Alfian, 2020. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam


Menyelesaikan Soal Pola Bilangan pada Kelas VIII SMP Guppi Samata.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I
Wahyuddin dan pembimbing II Erni Ekafitria Bahar.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Guppi Samata yang bertujuan untuk


mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal
pola bilangan pada kelas VIII SMP guppi samata yang difokuskan pada 3 kategori
yaitu siswa dengan kategori tinggi, siswa dengan kategori sedang dan siswa
dengan kategori rendah. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang dirancang untuk
mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa khususnya dalam pola bilangan.
Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir kreatif yang berjumlah
2 soal. Wawancara dilakukan untuk lebih menggali kemampuan berpikir kreatif
siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan. Subjek penelitian terdiri dari 3
siswa yaitu 1 siswa dari kategori tinggi, 1 siswa dari kategori sedang dan 1 siswa
dari kategori rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kemampuan
berpikir kreatif siswa dengan kategori tinggi adalah memenuhi 3 indikator
berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan, sehingga siswadengan
kategori tinggi dikatakan kreatif. (2) Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan
kategori sedang adalah memenuhi 2 indikator berpikir kreatif yaitu kefasihan dan
fleksibilitas, sehingga siswa dengan kategori sedang dikatakan tidak kreatif. (3)
Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan kategori rendah adalah memenuhi 1
indikator berpikir kreatif yaitu kefasihan dan siswa dengan kategori sedang
dikatakan siswa yang tidak kreatif.

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada

penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tak lupa

pula salam dan shalawat semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita

Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga,

sahabat, serta pengikut beliau. Nabi yang telah membawa kita dari lembah

kehinaan menuju puncak kemuliaan.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat agar

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar. Judul yang diajukan penulis adalah “Deskripsi Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan pada Kelas VIII SMP

Guppi Samata”.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, tidak sedikit kendala,

hambatan dan kesulitan yang dialami penulis. Namun, semua itu dapat dilalui oleh

penulis berkat bantuan-Nya dan dorongan dari berbagai pihak sehingga penulis

mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, melalui tulisan ini

penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT

yang telah memudahkan jalan penulis, kepada almarhum ayahanda Muslimin

yang selama hidupnya selalu memberikan motivasi dan membimbing penulis,

viii
kepada ibunda Hamirah Harna yang telah merawat dan selalu memperhatikan

penulis hingga sekarang, serta kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan.

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh

karena itu, penulis hanturkan penghormatan dan penghargaan setinggi tingginya

serta ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Ambo Asse, M.Pd. selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. Erwin Akib, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ma’rup, S.Pd., M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeristas

Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Andi Mulawakkan Firdaus, S.Pd., M.Pd., selaku Penasehat Akademik

yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama

menempuh perkuliahan.

6. Bapak Wahyuddin, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Erni

Ekafitria Bahar, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dan menyalurkan ilmunya serta arahannya guna

penyempurnaan dalam penulisan skripsi ini.

ix
7. Bapak Andi Alim Syahri, S.Pd.,M.Pd. dan Bapak Ahmad Syamsuadi,

S.Pd.,M.Pd selaku tim validator yang telah meluangkan waktunya dan

memberikan masukannya pada saat penyusunan instrumen penelitian.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah

mendidik dan membagikan ilmunya kepada penulis.

9. Para staf Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah melayani

dengan penuh sabar demi kelancaran proses perkuliahan.

10. Bapak Amri, S.Pd., M.M. selaku Kepala SMP Guppi Samata, Bapak/Ibu

guru, seluruh staf yang ada di sekolah, serta siswa(i) yang telah ikut serta

dalam penelitian ini.

11. Teman seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2016, atas

kebersamaan, dukungan, motivasi, teguran, saran serta nasehat yang

diberikan kepada penulis selama ini.

12. Serta semua pihak yang telah ikut serta memberikan bantuannya dalam

penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

x
Semoga Allah SWT membalas semua yang telah Bapak/Ibu dan

Saudara(i) berikan. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kirtik dan saran yang

membangun dari para pembaca untuk kemudian menjadi perbaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dunia

pendidikan.

Makassar, Desember 2020

Alfian

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL................................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11

E. Batasan Istilah ............................................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 14

A. Kajian Pustaka ............................................................................... 14

B. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan .................................. 25

C. Tinjauan Materi ............................................................................. 30

D. Kerangka Konseptual .................................................................... 33

xii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 35

B. Lokasi ............................................................................................ 35

C. Subjek Penelitian ........................................................................... 36

D. Fokus Penelitian ............................................................................ 37

E. Prosedur Penelitian ........................................................................ 37

F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 39

G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 40

H. Hasil Analisis Data ........................................................................ 42

I. Pengujian Keabsahan Data ............................................................ 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 45

A. Hasil Penelitian ............................................................................. 46

B. Paparan Data ................................................................................. 48

C. Pembahasan ................................................................................... 68

D. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 80

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 81

A. Kesimpulan ................................................................................... 81

B. Saran .............................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Indikator Berpikir Kreatif .................................................................. 22

Tabel 2.2 : Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 29

Tabel 4.1 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa .................................. 46

Tabel 4.2 : Subjek Penelitian................................................................................ 47

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 4.1 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ST1 ........................... 49

GAMBAR 4.2 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ST2 ............................ 52

GAMBAR 4.3 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ST2 ............................ 55

GAMBAR 4.4 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SS1 ........................... 57

GAMBAR 4.5 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SS2 ............................ 59

GAMBAR 4.6 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SS2 ............................ 61

GAMBAR 4.7 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SR1 ............................ 63

GAMBAR 4.8 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SR2 ............................ 65

GAMBAR 4.9 : Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SR2 ............................ 67

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatkan sumber daya manusia merupakan tujuan bagi setiap bangsa.

Tujuan tersebut dapat dicapai di antaranya melalui pendidikan. Pendidikan

merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan.

Pendidikan dikembangkan terus-menerus seiring dengan perkembangan

peradaban, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pada saat ini perkembangan

zaman serta kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) begitu cepat,

hingga cenderung tak terkendali. Perkembangan itu pula tidak mampu dielakkan

pada dunia pendidikn, karena pendidikan adalah sesuatu yang terpenting bagi

setiap negara untuk dapat berkembang pesat. Perkembangan pendidikan adalah

hal yang sangat di butuhkan disetiap jenjang pendidikan, dimulai dari pendidikan

dasar hingga perguruan tinggi.

Dalam bidang pendidikan, Republik Indonesia mempunyai tujuan nasional

yang merupakan mencerdaskan kehidupan bangsa yang tercantum pada

pembukaan UUD 1945. Didalam UU No. 20 Pasal 3 sisdiknas Tahun 2003

mengenai tujuan pendidikan nasional menyebutkan bahwa tujuan pendidikan

nasional yaitu berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu, sehat, berakhlak mulia,

kreatif, mandiri, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab. Pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diamanahkan

dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

1
2

diharapkan mampu mewujudkan proses berkembangnya mutu pribadi siswa

sebagai generasi penerus bangsa dimasa depan, yang di yakini akan menjadi

faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa serta negara Indonesia

sepanjang zaman. Melalui pendidikn inilah, sangat diharapkan kehidupan

masyarakat Indonesia akan berubah menjadi lebih baik dan berkembang.

Salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia kreatif yang tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 20 Pasal 3 Sisdiknas Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan

nasional. Hal tersebut dapat dicapai dengan beberapa upaya, diantaranya melalui

pendidikan matematika. Pendidikan matematika merupakan suatu ilmu yang

sangat penting dalam kehidupan. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai

dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bagi peserta didik,

selain untuk menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu lainnya, matematika juga

penting sebagai bekal untuk terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan

bermasyarakat.

Pentingnya penguasaan matematika terlihat pada Undang-Undang RI

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 37 ditegaskan bahwa mata

pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Soejadi (Rahmawati, 2013: 225)

berpendapat bahwa wujud dari pembelajaran matematika dipendidikan dasar serta

menengah yaitu matematika sekolah. Matematika sekolah merupakan unsur atau

bagian dari matematika yang ditentukan berdasarkan kepentingan pendidikan

untuk menguasai teknologi di masa depan (Rahmawati, 2013: 225). Oleh sebab

itu, pembelajaran matematika yang di berikn dipendidikan dasar serta menengah


3

juga dimaksudkan agar dapat membekali peserta didik dengan kemampuan

berfikir analitis, logis, kritis, sistematis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kemampuan tersebut adalah kompetensi yang dibutuhkan bagi peserta didik

untuk memiliki kemampuan mengelola, memanfaatkan, dan memperoleh

informasi agar bersaing dikeadaan yang selalu berubh, kompetitif serta tidak pasti.

Matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peranan besar bagi

perkembangn IPTEK serta informasi. Pembelajaran matematika diberikan pada

semua jenjang pendidikan diIndonesia yang bertujuan untuk menumbuhkan serta

mengembangkan kemampuan berfikir analitis, logis, kritis, kreatif, sistematis, dan

kemampuan bekerja sama siswa. Hingga dengan penguasaan matematika yang

baik maka diharapkan dapat menjadi dasar bagi pesatnya pengembangan ilmu

pengetahuan dimasa yang akan datang dibidang ilmu pengetahuan, informasi,

teknologi serta bidang lainnya.

Dalam meningkatkan kemampuan matematika, maka harus ada upaya

yang dilakukan untuk meningkatan kualitas pembelajaran matematika, sebab ada

banyak faktor yang menentukan kualitas hasil pembelajaran matematika,

mengingat bahwa matematika adalah bidang studi yang kurang diminati peserta

didik. Salah satu faktor penting yang dapat mempngaruhi hal tersebut yaitu

metode pemberian materi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Darhim

(Rahmawati, 2013: 226) yang berpendapat bahwa pemberian materi yang

menyenangkan, menarik, mudah dipahami, sederhana, serta sama seperti keadaan

peserta didik, adalah modal utama untuk memberi rasa senang untuk

pembelajaran matematika.
4

Salah satu tujuan mata pelajaran Matematika adalah peserta didik

diharapkan menjadi manusia yang kreatif. Adapun salah satu usaha meningkatkan

kreatifitas peserta didik sebagai bekal hidup menghadapi berbagai perubahan,

tantangan, tuntutan, serta perkembangan zaman yaitu melalui pendidikan yang

bermutu, tanpa terkecuali bagi pendidikan matematika. Pelajaran matematika

bertujuan peserta didik mampu memahmi konsep matematika, menjelaskan kaitan

antara konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, efisien, akurat, serta

tepat dalam pemecahn masalah. Menurut Sugilar (2013: 157) tujuan pembelajaran

akan tercapai apabila perencanaan dan metode yang digunakan dapat

mempengaruhi potensi dan kemampuan yang dimiliki peserta didik dan

keberhasilan tersebut akan tercapai apabila peserta didik dilibatkan dalam proses

berpikirnya.

Peserta didik diharuskan memiliki kemampuan yang termuat dalam tujuan

pembelajaran matematika, salah satu diantaranya yaitu kemampuan berpikir

kreatif. Hal ini sejalan dengan Sa'dijah (Handayani, 2018: 144) bahwa

pembelajaran matematika di sekolah berperan penting dalam menumbuhkan serta

mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kreatif siswa. Maka dari itu peran

guru dinilai sangat penting dalam mengembangkan/meningkatkan kreativitas

peserta didik dalam pembelajaran matematika.

Berpikir kreatif adalah suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir

divergen, yang mencakup aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan

keterincian. Menurut Yusmanida (Mulyaningsih, 2018: 34) berpikir kreatif

merupakan kemampuan untuk meliht berbagai macam penyelesaian terhadap 1

pertanyaan. Berdasarkan teori di atas, dapat kita ketahui bahwa makin banyak cara
5

penyelesaian dari suatu permasalahan maka makin kreatif orang itu, akan tetapi

penyelesaian yang di hasilkan masih sama dengan pertanyaan yang diberikan.

Sehingga jumlah jawaban serta mutu proses penyelesaian, yang akan menentukan

seorang dapat di katakan kreatif.

Kemampuan berfikir kreatif adalah satu hal yang sangat penting bagi

siswa, apalagi dalam proses belajar mengajr matematika karena dapat

memudahkan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahn matematika. Selain

dari pada itu, kemampuan berfikir kreatif dalam pembelajaran matematika dapat

membantu peserta didik untuk mengemukakan jawaban atau pendapat yang

dihasilkan dari persoalan dengan bermacam-macam solusi penyelesaian.

Kemampuan berpikir kreatif tidak hanya dibutuhkan dalam dunia pendidikan,

namun juga sangat berfungsi dalam menghadapi masa yang depan. Sejalan

dengan pernyataan Noer (Muthahara, dkk. 2018: 64) berpendapat bahwa

kemampuan berfikir kreatif sangat di perlukan baik untuk masa ini ataupun

dimasa yang akan dating, terutama untuk menghadapi keadaan dunia yang selalu

berubah-ubah.

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir

kreatif yaitu faktor dorongan dari dalam diri individu (internal) dan faktor

dorongan dari lingkungan atau luar diri individu (eksternal). Pelajaran matematika

yang dilakukan pendidik di sekolh, masih didominasi oleh aktifitas yang bersifat

konvergen yang pada umumnya berbentuk latihan-latihan matematika rutin,

sedangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik,

diperlukan aktivitas bersifat divergen.


6

Kemampuan berfikir kreatif dapat dilihat dari cara penyelesaian masalah

yang bermacam-macam. Kemampuan berfikir kreatif dapat di kembangkan

melalui berlatih yang mengacu pada perkembangn berfikir kreatif peserta didik.

Melalui kemampuan berfikir kreatif peserta didik di tuntut untuk bisa menguasai,

memahami, serta memecahkan permasalahan yang sementara di hadapinya.

Dengan adanya kreatifitas dalam pelajaran matematika diharapkn siswa berani

menyelesaikan masalah matematika dengan memakai caranya sendiri. Dalam

pelajaran matematika, berfikir kreatif sangat dibutuhkan agar dapat menyelesaikan

pertanyaan rumit tersebut.

Dalam pelajaran matematika sering kali peserta didik menghadapi

kesulitan dalam menyelesaikan pertanyaan rumit atau permasalahan yang tidak

rutin, hal tersebut dikarenakan rendahnya tingkat kemampuan berpikir kreatif

peserta didik. Sedikitnya pengalaman belajar yang di miliki oleh peserta didik,

sehingga kemampuan berfikir kreatifnya kurang.

Saat ini kemampuan berfikir kreatif tidak terlalu di perhatikan dalam

pelajaran matematika. Pelajaran matematika di sekolah lebih mengarah pada

memberikan soal rutin pada buku teks yang hanya mempunyai 1 penyelesaian

yang sesuai atau biasa disebut pertanyaan tertutup. Sejalan dengan apa yang

katakan oleh Sasmita (Muthahara, dkk. 2018: 64) bahwa dalam pelajaran

matematika, pendidik memberi soal rutin yang hanya mempunyai 1 penyelesaian

yang sesuai dalam buku. Selain itu, pembelajaran matematika di sekolah lebih

mengarahkan pada pemberian serta penggunaan formula yang langsung dalam

menyelesaikan pertanyaan. Inilah yang membuat peserta didik cenderung

menghapal solusi permasalahan atau rumus jadi seperti yang dicontohkan oleh
7

pendidik. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh guru matematika

kelas VIII SMP Guppi Samata saat wawancara dengan peneliti pada tanggal 8

oktober 2019, dimana peserta didik terlalu terpaku pada contoh soal yang telah

diajarkan, sehingga pada saat diperhadapkan pada permasalahan yang berbeda,

peserta didik tidak mampu menyelesaikan permasalahan tersebut, khususnya pada

materi pola bilangan. Selain itu, berdasarkan pengamatan guru matematika SMP

Guppi Samata menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta didik

masih rendah dalam memecahkan masalah matematika. Ketika guru memberikan

latihan soal, hanya beberapa peserta didik yang bisa menyelesaikn pertanyaan

dengan benar, akan tetapi peserta didik lainnya masih banyak yang mendapatkan

kesulitn dalam menyelesaikan soal itu. Beberapa peserta didik nampak tidak

tertarik untuk mencoba menyelesaikn pertanyaan yang mereka kira sulit serta

hanya mengandalkan penyelesaian peserta didik lainnya atau menunggu

penjelasan dari pendidik tanpa ada usaha untuk mendapatkan sendiri solusi dari

permasalahn yang dihadapi. Hal tersebut di buktikan ketika guru matematika

kelas VIII SMP Guppi Samata memberikan soal materi pola bilangan berikut ini

di kelas VIII.

Untuk memberikan kesempatan pada peserta didik untuk membangun

kemampuan berpikir kreatifnya melalui pengembangan berbagai alternatif solusi,

dan mengemukakan argumentasi-argumenasi atas pilihannya, maka diperlukan

pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah open-ended. Menurut

Mahmudi (Sariningsih, 2017: 241) bahwa soal terbuka (open-ended problem)

adalah soal yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. Hal ini

sesuai dengan pendapat Suherman (Sariningsih, 2017: 241) yang menyatakan


8

bahwa problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut

problem tak lengkap atau disebut juga problem open-ended atau masalah terbuka.

Tujuan utama pemberian soal terbuka (open-ended problem) pada peserta didik

yaitu bukan sekedar untuk mendapatkan jawaban dari suatu soal, tetapi lebih

menekankan pada bagaimana cara peserta didik bisa sampai pada jawaban dari

soal tersebut. Jadi, melalui pemberian soal terbuka, peserta didik diharapkan

mempunyai lebih dari satu pendekatan atau metode dalam memperoleh jawaban.

Hal yang dapat di lakukan dalam membantu mengembangkn kemampuan

berfikir peserta didik yaitu menyusun bahan ajar yang sama dengan tahap kognitif

peserta didik. Putra, dkk. (Putra, 2018: 48) mengemukakan bahwa bahan ajar

yang telah di rancang sama dengan pengalaman belajar peserta didik bisa

meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dengan kategori sedang.

Apabilah bahan ajar ini di gunakan secara terus-menerus mampu meningkatkan

kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik dengan kriteriatinggi. Untuk

melatih kemampuan berfikir peserta didik perlu dirancang instrumen valid.

Instrumen tersebut meliputi soal non-rutin yang dapat melatih kemampuan

berfikir tingkat tinggi peserta didik. Seringnya melatih kemampuan bepikir

peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tingginya. Dengan

mengembangkan kemampuan peserta didik pada aspek berpikir kreatif dan

melalui kemampuan berfikir kreatif pada pelajaran matematika dapat membantu

dan memudahkn peserta didik dalam menyelesaikan masalh matematika.

Berpikir kreatif memiliki keterkaitan dengan pemecahan masalah. Sebagai

mana yang dikatakan oleh Silver (Mulyaningsih, 2018: 34) berpendapat bahwa

hubungan antara kreatifitas dengan pengajuan masalah serta pemecahan masalah


9

yang umumnya memakai tiga komponen utama dalam “The Torrance Test of

Creative Thinking (TTCT)” yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Ketiga

komponen kunci ini juga dapat digunakan dalam menilai tingkat kreativitas

peserta didik: kefasihan adalah peserta didik mampu dalam menyelesaikn masalah

dengan memberikan berbagai macam jawaban, fleksibilitas adalah peserta didik

mampu dalam menyelesaikn masalah tidak hanya dengan 1 penyelesain akan

tetapi mampu memberikan penyelesaian lainnya, serta kebaharuan adalah peserta

didik mampu menyelesikn suatu masalah dengan jawaban yang beda dari siswa

lainnya.

Tujuan dalam memecahkan masalh matematika bukan semata - mata

hanya untuk mendapatkan 1 penyelesaian yang benar, tapi bagaimana semua

kemungkinan penyelsaian yang benar bisa di lakukan, serta segala kemungkinan

proses/langkah-langkah dan argumentasinya, mengapa penyelesaian tersebut

masuk akal. Kemampuan matematis seperti ini sangat relevn, mengingat

permasalahan didunia nyata pada umumnya tidak konvergen serta sederhana, tapi

divergen serta kompleks bahkan seringkali tidak terduga. Pemecahan masalh

matematika terbuka akan memberikan peserta didik kesempatan untuk melakukn

investigasi masalh matematika secara dalam, hingga bisa mengonstruksi semua

kemungkinan pemecahan masalah secara kreatif serta kritis.

Dalam matematika masalah biasanya berbentuk soal matematika, tetapi

tidak semua soal matematika merupakan masalah. Suatu pertanyaan atau soal

dianggap masalah apabilah pertanyaan atau soal tersebut menantang untuk

dijawab atau diselesaikan serta proses untuk menyelesaikan masalah itu atau

menjawabannya tidak bisa dilakukan dengan cara rutin. Dalam pembelajaran


10

matematika pemecahn masalah merupakan aktivitas sangat penting. Sesuai yang

dikatakan Hudoyono (Widjajanti, 2009: 4) pemecahan masalah penting sebab

dalam menyelesaikn masalah bagi peserta didik merupakan makna proses dalam

menerima tantangn. Karena dalam pemecahan masalah matematika memerlukan

pengetahuan materi matematika, pengetahuan tentang strategi pemecahan

masalah, pemantauan diri yang efektif, dan suatu sikap produktif untuk menyikapi

dan menyelesaikan masalah. Adapun langkah pemecahan masalah matematika

yang terkenal yaitu dikemukakan oleh G. Polya, dalam bukunya ”How to Solve

It”, dimana ada empat langkah dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas mengenai pentingnya setiap peserta didik untuk

memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Deskripsi

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pola

Bilangan pada Kelas VIII SMP Guppi Samata”. Dengan mengetahui

kemampuan berpikir kreatif peserta didik, guru dapat mencari cara atau

menerapkan metode dan pendekatan yang dapat menumbuh kembangkan

kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa dalam

menyelesaikan soal pola bilangan pada kelas VIII SMP Guppi Samata yang

ditinjau dari:
11

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola

bilangan yang berkemampuan tinggi?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola

bilangan yang berkemampuan sedang?

3. Bagaimana kemampuan berfikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola

bilangan yang berkemampuan rendah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam

menyelesaikan soal pola bilangan yang berkemampuan tinggi.

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam

menyelesaikan soal pola bilangan yang berkemampuan sedang.

3. Untuk mendeskripsikan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam

menyelesaikan soal pola bilangan yang berkemampuan rendah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan dan

ilmu pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat

dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu diharapkan mampu

melengkapi teori-teori pembelajaran matematika.


12

2. Secara Praktis

a) Bagi Peneliti

Sebagai sarana pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengalaman

peneliti dalam melakukan penelitian khususnya di bidang pendidikan.

b) Bagi Guru

Memberikan informasi kepada guru mengenai kemampuan berfikir kreatif

peserta didik dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

c) Bagi Siswa

Menambah pengalaman siswa untuk berpikir kreatif dalam menyelesaikan

soal pola bilangan.

d) Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan

bimbingan yang terkait dengan siswa terutama dalam pembelajaran matematika

sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian ataupun perbedaan

penafsiran dalam pembahasan ini, maka peneliti menganggap perlu untuk

memberikan penjelasan secara garis besar pengertian dari judul yang telah dipilih

yaitu Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal

Pola Bilangan pada Kelas VIII SMP Guppi Samata.

Berpikir Kreatif yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini yaitu

kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal pola bilangan atau

menyelesaikan soal Open-Ended dengan lebih dari satu alternatif jawaban.


13

Indikator berpikir kreatif yang digunakan peneliti yaitu menurut silver

(Mulyaningsih, 2018: 34), seperti kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan.

a) Kefasihan

Kefasihan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dimana peserta didik

mampu menyelesaikan soal dengan memberikan berbagai macam jawaban atau

penyelesaian.

b) Fleksibilitas

Fleksibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dimana peserta didik

mampu menyelesaikan soal tidak hanya dengan satu cara penyelesaian akan tetapi

bisa memberikan cara penyelesaian lain.

c) Kebaruan

Kebaruan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dimana peserta didik

mampu menyelesikan soal dengan jawaban atau penyelesaian yang berbeda atau

tidak biasa dilakukan oleh siswa yang lain.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Hakekat Matematika

Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dalam

dunia pendidikan bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata matematika berasal

dari bahasa Latin “mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani

“mathematike” yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya

“mathema” yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata

“mathematike” berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu

“mathein” atau “mathenein” yang artinya belajar (berpikir). Jadi, matematika

berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

Lunchins (Ramdani, 2006: 3-4) menyatakan “In short, the question what

is mathematics? May be answered difficulty depending on when the question is

answered, where it is answered, who answer it, and what is regarded as being

included in mathematics”. Artinya seperti matematika itu? Pertanyaan ini

memiliki jawaban berbeda – beda tergantung pada pertanyaan itu dijawab,

dijawab dimana, dijawab siapa, dan siapa sajakah yang di pandang termasuk

dalam matematika itu”. Berdasarkan pendapat tersebut maka untuk menjawab

pertanyan “Apakah matematika itu?” tidak mudah di jawab dengan hanya 1 atau 2

kalimat saja. Sekarang ini banyak pendapat yang muncul mengenai penjeleasan

dari matematika itu sendiri, seperti yang berpendapat kalau matematika itu bahasa

symbol ; matematika yaitu bahasa numerik; matematika merupakan bahasa yang

14
15

bisa menghilangkn sikap kabur, majemuk, dan emosional; matematika merupakan

metode berpikir logis ; matematika merupakan sarana berpikir; matematika

merupakan aktivitas manusia; matematika merupakan ratu serta pelayan ilmu;

matematika merupakan ilmu abstrak serta deduktif. Semua pendapat di atas

mengenai matematika dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-

masing yang berbeda, sehingga pengertian matematika menurut mereka masing-

masing berbeda.

Menurut Ruseffendi (Ramdani, 2006: 4) bahwa matematika terbentuk

sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan

penalaran. Adapun menurut James dan James (Ramdani, 2006: 4) yang berkata

bahwa matematika merupakan ilmu tentang logika tentang bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan antara satu dan lainnya dengan

jumlah banyak yang terbagi menjadi 3 bidang seperti analisis, aljabar, serta

geometri.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memiliki gambaran mengenai apa

matematika itu, dengan menyatukan beberapa pendapat tentang matematika dari

beberapa ahli. Semua pengertian tentang apa matematika itu bisa di terima, karena

matematika dapat di tinjau dari berbagai aspek/sudut pandang, serta matematika

itu sendiri dapat masuk ke seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari yang

paling sederhana hingga ke paling kompleks.


16

2. Berpikir

Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila

mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan.

Terdapat bermacam-macam cara berpikir, antara lain: berpikir vertikal, lateral,

kritis, analitis, kreatif dan strategis. Pada penelitian ini akan difokuskan pada

berpikir kreatif.

Ada banyak ahli yang mendefinisikan tentang pengertian berpikir. Adapun

pendapat beberapa ahli tentang apa itu berpikir, Santrock (Mursidik, 2015: 25),

mengemukakan bahwa berfikir merupakan kegiatan memanipulasi serta

menstranformasi informasi dalam memori agar membentuk sebuah konsep,

berpikir secara kritis, menalar, berpikir secara kreatif, memecahkan masalah dan

membuat keputusan. Menurut Baharuddin (Mursidik, 2015: 25), berfikir

merupakan kemampuan jiwa tingkat tinggi yang hanya mampu dicapai serta

dimiliki bagi individu manusia. Menurut Suharnan (Mursidik, 2015: 25)

mendefinisikan bahwa berfikir merupakan proses menghasilkan representasi

mental baru melalui transformasi, melibatkan interaksi secara komplek antara

atribut-atribut mental seperti penalaran, penilaian, pemecahan masalah, abstraksi,

dan imajinasi. Menurut John Dewey (Sudarma, 2013: 38) pertama, berpikir adalah

“stream of consciousness”, arus kesadaran ini muncul dan hadir setiap hari,

mengalir tanpa terkontrol, termasuk di dalamnya yaitu mimpi atau impian dan

lamunan. Kedua, berpikir adalah imajinasi atau kesadaran. Pada umumnya,

imajinasi ini muncul secara tidak langsung atau tidak bersentuhan langsung

dengan sesuatu yang sedang garut. Ketiga, berpikir semakna dengan keyakinan
17

(believing). Hal itu bisa tampak dalam ekspresinya. Terakhir, berfikir reflektif

merupakan susunan pemikiran yang di anggap terbaik.

Berdsarkan pendapat beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa berpikir

adalah suatu proses untuk menghasilkan perilaku dalam pemecahkan masalah atau

mengarahkan pada solusi. Keterampilan berfikir bukan saja penting dalam dunia

kerja, dunia pendidikan dan pelatihan atau riset. Keterampilan berpikir ini penting

dimiliki oleh setiap individu untuk semua aspek kehidupan.

Dengan dimilikinya keterampilan berpikir yang baik, seseorang akan

memeliki modal dalam memecahkan masalah dikehidupan sehari-harinya.

Seseorang yang memiliki keterampilan berpikir, akan dapat memecahkan masalah

kelompoknya baik itu ditempat kerja maupun dilingkungan sekitarnya. Memiliki

keterampilan berpikir, bisa membangun pribadi individu yang demokratis. Orang-

orang yang tidak terlatih dengan kemampuan berpikir yang baik, akan

memosisikan dirinya sebagai pemilik pemikiran yang paling baik, dan

menganggap orang lain pemilik kemampuan berpikir yang kurang baik atau

bahkan buruk.

Berpikir dapat dibedakan dalam beberapa macam. Adapun macam-macam

berpikir yaitu:

a) Berfikir Induktif yaitu suatu proses dalam berfikir yang berjalan dari yang

khusus ke yang umum.

b) Berfikir deduktif yaitu suatu proses didalam berfikir yang berjalan dari yang

umum ke yang khusus.

c) Berfikir analogis yaitu suatu proses berfikir dengan proses menyamakan atau

membandingkan fenomena biasa atau yang pernah dialami.


18

Selain dapat dibedakan dari macamnya, berpikir juga dibedakan menjadi

beberapa jenis antara lain seperti berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan

kreatif. Adapun jenis berpikir yang akan didalam atau yang menjadi fokus pada

penelitian ini yaitu berpikir kreatif.

3. Berpikir Kreatif

Setiap tantangan ataupun masalah yang sulit untuk diselesaikan

/dipecahkan pasti masih mempunyai solusi, tetapi solusi tersebut belum

dipikirkan. Namun dengan kreativitas akan membentuk ide-ide baru untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang ada, sehingga masalah ataupun tantangan

yang dianggap sulit bisa dipecahkan, tidak hanya dengan sebuah solusi namun

dengan menggunakan beberapa solusi. Kreativitas sangat dibutuhkan bagi setiap

individu dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Kreativitas itu dapat lahir atau tercipta dalam beberapa bentuk. Hal ini

sesuai pendapat Sudarma, 2013: 25-27, yang mengatakan bahwa pada umumnya,

kreativitas lahir dalam tiga bentuk:

a) Kreativitas lahir dalam bentuk kombinasi.

Orang kreatif adalah mengombinasikan bahan-bahan dasar yang sudah ada,

baik itu ide, gagasan atau produk, sehingga kemudian melahirkan sesuatu hal

yang baru.

b) Kreativitas lahir dalam bentuk eksplorasi.

Bentuk ini berupaya melahirkan sesuatu yang baru, dari sesuatu yang belum

tampak sebelumnya.

c) Kreativitas lahir dalam bentuk transformasional


19

Yaitu mengubah dari gagasan kepada sebuah tindakan praktis, atau dari kultur

pada struktur, dari struktur pada kultur, dari satu fase pada fase lainnya.

Beberapa ahli berpendapat tentang apa itu berpikir kreatif, seperti menurut

Ismienar (Mulyaningsih, 2018: 34) menyatakan bahwa berfikir kreatif adalah

berfikir yang memberikan perspektif yang baru atau menangkap peluang yang

baru hingga menghasilkan ide-ide yang baru dan belum pernah ada. Menurut

Evans (Rahmawati Irna, 2016: 14) yang menjelaskan bahwa berpikir kreatif

adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (connections)

yang terus-menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau

sampai seseorang itu menyerah. Menurut Santrock (Mursidik, 2015: 26)

kreativitas yaitu kemampuan berfikir mengenai sesuatu menggunakan cara baru

atau berbeda serta menghasilkan solusi unik mengenai masalah itu. Menurut

Suharnan (Mursidik, 2015: 26) berpendapat bahwa kreativitas biasa juga disebut

berfikir kreatif (creative thinking), yaitu proses berpikir atau aktivitas kognitif

untuk membentuk gagasan baru dan yang berguna atau new ideas and useful.

Dari berbagai pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

berfikir kreatif/kreativitas yaitu kemampuan seseorang untuk membentuk gagasan

baru dan yang berguna, serta berupa suatu kombinasi dari berbagai unsur yang

ada sebelumnya untuk memechkan masalah yang dihadapi.


20

4. Kemampuan Berpikir kreatif

Kemampuan berpikir kreatif mempunyai beberapa definisi menurut

beberapa ahli, seperti menurut Salim (Mursidik, 2015: 26) menyatakan bahwa

kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan mencipta, sedangkan kreativitas

menurut Campbell adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang bersifat inovatif,

berdaya guna (useful), dan dapat dimengerti (understandable). Untuk memperoleh

kemampuan berpikir kreatif yang tinggi, seseorang harus lebih banyak bertanya,

lebih banyak belajar, dan berdedikasi tinggi. Menurut Andangsari (Mursidik,

2015: 26) kemampuan berfikir kreatif bisa dimaknai sebagai suatu kemampuan

menempatkan sejumlah objek yang ada serta mengkombinasikannya menjadi

bentuk berbeda untuk tujuan-tujuan baru. Mencari berbagai macam informasi

yang bisa mendukung kemudahan untuk memahami ilmu pengetahuan akn dapat

meningkatkan kemampuan berfikir kreatif. Menurut Munandar (Putra 2018: 48)

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dapat berpikir lancar (fluency)

yaitu memunculkan banyak ide dan jawaban dalam menyelesaikan masalah;

berpikir luwes (flexibility) yaitu meliputi menghasilkan jawaban yang bervariasi;

berpikir orisinal (originality) yaitu mampu melahirkan jawaban yang unik serta

dapat memikirkan cara yang tak lazim; berpikir elaborasi (elaboration) yaitu

mengembangkan suatu gagasan dengan menambah atau merinci suatu gagasan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu

yang baru dari suatu permasalahan untuk menghasilkan hal-hal yang baru atau

menghasilkan beberapa solusi dari permasalahan tersebut.


21

Kemampuan berpikir kreatif dapat diamati, karena kemampuan tersebut

memiliki beberapa ciri-ciri. Adapun ciri - ciri kemampuan berfikir kreatif yaitu:

a) Keterampilan berfikir lancar (fluency)

1) Menghasilkan banyak gagasan yang relevan

2) Menghasilkan semangat belajar

3) Arus pemikirn lancar

b) Keterampilan berfikir lentur (flexibility)

1) Menghasilkan gagasan yang sama

2) Mampu mengubah cara

3) Arah pemikirn berbeda

c) Keterampilan berfikir original (originality)

1) Menghasilkan gagasan yang tidak lazim

2) Menghasilkan gagasan lain daripada yang lainnya

3) Menghasilkan gagasan yang jarang diberikan kebanyakan orang

d) Keterampilan berfikir keterperincian (elaboration)

1) Mengembangkan, menambah, memperkaya gagasan

2) Merinci secara detail

3) Memperluas suatu gagasan

Selain itu, berpikir kreatif memiliki keterkaitan dengan pemecahan

masalah. Silver (Mulyaningsih, 2018: 34) berpendapat bahwa hubungan antara

kreativitas dengan pemecahn masalah serta pengajuan masalah yang umumnya

menggunakan tiga komponen utama didalam “The Torrance Test of Creative

Thinking (TTCT)” yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Adapun 3 indikator


22

berpikir kreatif menurut Silver (Mulyaningsih, 2018: 34) dapat dilihat pada tabel

berikut:

INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF


Kemampuan Siswa Komponen Berpikir Kreatif

Siswa mampu dalam

menyelesaikan masalah dengan


Kefasihan
memberikan bermacam-macam

jawaban.

Siswa mampu menyelesaikan

masalah dengan berbagai cara Fleksibilitas

atau lebih dari satu.

Siswa mampu menyelesikan

suatu masalah dengan jawaban


Kebaruan.
yang tidak biasa dilakukan oleh

siswa lainnya.

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kreatif

Selain itu, Torrance (Suparman, 2017: 34) juga berpendapat bahwa

indikator kemampuan berfikir kreatif yaitu:

a) Kelancaran (fluency), yaitu mempunyai banyak ide/gagasan dalam .berbagai

kategori.

b) Keluwesan (flexibility), mempunyai ide/gagasan yang beragam.

c) Keaslian (originality), yaitu mempunyai ide/gagasan baru untuk

menyelesaikan persoala.
23

d) Elaborasi (elaboration), yaitu mengembangkan ide/gagasan untuk

menyelesaikan masalah secara rinci.

Adapun indikator berpikir kreatif menurut Munandar (Novita Eva, 2017:

15) ada empat, yaitu:

a) Aspek kelancaran (fluency) meliputi kemampuan:

I. Mampu menyelesaikan serta memberikan berbagai jawaban dalam suatu

masalah;

II. Memberikan beberapa pernyataan atau contoh mengenai situasi atau

konsep yang telah ditentukan.

b) Aspek keluwesan (flexibility) meliputi kemampuan:

I. Menggunakan berbagai macam strategi untuk menyelesaikan masalah

II. Menyajikan berbagai macam contoh atau pernyataan yang terkait konsep

atau situasi matematis tertentu.

c) Aspek kebaruan (Originality) meliputi kemampuan:

I. Menggunakan cara yang bersifat baru, tidak biasa, atau unik dalam

menyelesaikan masalah

II. Menyajikan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, tidak biasa, atau

unik.

d) Aspek keterincian (Elaboration) meliputi kemampuan: Mendeskripsikan

secara runtut, koheren, dan terperinci mengenai prosedur matematis, hasil,

atau situasi matemats tertentu.

Menurut Siswono (Satya Wadya, 2014: 84) berpendapat bahwa terdapat

lima tingkat dari kemampuan berfikir kreatif. Mulai dari tingkat empat paling
24

tertinggi sampai tingkatan nol yang paling rendah. Setiap tingkatan kemampuan

berfikir kreatif ini memiliki beberapa ciri-ciri seperti berikut:

a) TKBK 4 (Sangat Kreatif)

Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu alternatif

jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda-beda

dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat

dinamakan sebagai siswa sangat kreatif.

b) TKBK 3 (Kreatif)

Siswa mampu menunjukkan suatu jawaban yang baru dengan cara

penyelesaian yang berbeda (fleksibel) meskipun tidak fasih atau membuat

berbagai jawaban yang baru meskipun tidak dengan cara yang berbeda (tidak

fleksibel). Selain itu, siswa dapat membuat masalah yang berbeda dengan

lancar (fasih) meskipun jawaban masalah tunggal atau membuat masalah yang

baru dengan jawaban divergen. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat

dinamakan sebagai siswa kreatif.

c) TKBK 2 (Cukup Kreatif)

Siswa mampu membuat satu jawaban atau masalah yang berbeda dari

kebiasaan umum meskipun tidak dengan fleksibel atau fasih, atau mampu

menunjukkan berbagai cara penyelsaian yang berbeda dengan fasih meskipun

jawaban yang dihasilkan tidak baru. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat

dinamakan sebagai siswa cukup kreatif.


25

d) TKBK 1 (Kurang Kreatif)

Peserta didik tidak mampu membuat 1 jawaban dan atau membuat masalh

yang baru, meskipun memenuhi salah satu kondisi, yaitu penyelesaian yang

dibuat fleksibel atau jawaban yang di buat beragam (fasih). Siswa yang

mencapai tingkt ini dinamakan sebagai siswa kurang kreatif.

e) TKBK 0 (Tidak Kreatif)

Peserta didik tidak mampu membuat alternatif jawaban ataupun penyelesaian

yang baru dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Siswa pada tingkat ini dikatakan

siswa tidak kreatif.

Di samping itu, masih ada beberapa ahli yang mempunyai indikator

tentang berpikir kreatif dan begitupun tingkatan dari berpikir kreatif. Namun

dalam penelitian ini, indikator berpikir kreatif yang digunakan yaitu menurut

Silver dimana ada tiga indikator berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibilitas dan

kebaruan.

B. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang sudah teruji

kebenarannya yang dalam penelitian ini digunakan sebagai pembanding oleh

peneliti. Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti adalah

sebagai berikut.

1. Wadya (2014) dengan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kelima

subjek yang mewakili tiap tingkat kemampuan berpikir kreatif memiliki

karakter yang berbeda-beda dalam memperlihatkan indikator kemampuan


26

berpikir kreatif. Subjek yang mewakili tingkat kemampuan berpikir kreatif 4

mampu memunculkan semua indikator kemampuan berpikir kreatif secara

baik, yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dalam menyelesaikan soal.

Subjek yang mewakili tingkat kemampuan berpikir kreatif 3 mampu

memunculkan dua dari tiga indikator kemampuan berpikir kreatif, dalam hal

ini yang dimunculkan oleh subjek adalah kefasihan dan fleksiblitas yang baik

ketika menyelesaikan soal. Subjek yang mewakili tingkat kemampuan

berpikir kreatif 2 mampu memunculkan satu indikator kemampuan berpikir

kreatif yaitu fleksibilitas, subjek mampu memberikan lebih dari satu alternatif

jawaban secara baik. Subjek yang mewakili tingkat kemampuan berpikir

kreatif 1 mampu memunculkan indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu

kefasihan, subjek dengan Fasih dapat menyelesaikan soal dengan bervariasi

jawaban. Subjek yang mewakili tingkat kemampuan berpikir kreatif 0 tidak

mampu memunculkan ketiga indikator kemampuan berpikir kreatif dengan

baik; kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan belum mampu terlihat dari

jawaban yang diberikan oleh subjek.

2. Mulyaningsih (2018) dengan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ketiga

subjek mampu memperlihatkan kemampuan berpikir kreatif dan mewakili

tingkat kemampuan berpikir kreatif yang berbeda-beda dalam memperlihatkan

indikator kemampuan berpikir kreatif. Deskripsi tingkat kemampuan berpikir

kreatif pada materi pola barisan bilangan yaitu pertama, pada tingkat

kemampuan berpikir kreatif 4 atau sangat kreatif. Subjek mampu

memunculkan semua indikator kemampuan berpikir kreatif secara baik, yaitu

kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan suatu masalah.


27

Kedua, subjek pada tingkat kemampuan berpikir kreatif 3 atau kreatif mampu

memunculkan dua dari tiga indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu

kefasihan dan fleksibilitas yang baik ketika memecahkan suatu masalah.

Ketiga, subjek pada tingkat kemampuan berpikir kreatif 1 atau kurang kreatif

mampu memunculkan indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu kefasihan.

3. Mursidik (2015) dengan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa:

a). Kemampuan berpikir kreatif siswa untuk kategori tinggi pada aspek

berpikir lancar sangat baik karena siswa kategori tinggi mampu memunculkan

lebih dari satu ide dalam menyelesaikan masalah matematika open-ended

sehingga pada aspek berpikir lancar untuk siswa kategori tinggi tidak

mengalami kesulitan. Untuk aspek berpikir luwes, siswa pada kategori tinggi

berada pada kriteria baik artinya pada umumnya mampu menentukan satu cara

dalam menyelesaikan masalah matematika open-ended. Siswa pada kategori

tinggi untuk aspek keaslian juga berada pada kriteria baik dengan perkataan

lain meskipun cara yang digunakan dalam menyelesaikan masalah dengan

cara yang umum tetapi mengarah pada penyelesaian. Kemampuan pada aspek

berpikir elaboratif pada siswa kategori tinggi sangat baik, artinya siswa dapat

memperjelas penyelesaian dengan rinci dan tepat sehingga pada aspek ini

secara umum tidak mengalami kesulitan.

b). Kemampuan berpikir kreatif siswa untuk kategori sedang pada aspek

berpikir lancar baik karena siswa kategori sedang mampu memunculkan satu

ide dalam menyelesaikan masalah matematika open-ended sehingga pada

aspek berpikir lancar untuk siswa kategori sedang tidak mengalami kesulitan.

Untuk aspek berpikir luwes, siswa pada kategori sedang juga berada pada
28

kriteria baik artinya pada umumnya mampu menentukan satu cara dalam

menyelesaikan masalah matematika open-ended. Siswa pada kategori sedang

untuk aspek keaslian pada umumnya berada pada kriteria baik artinya siswa

dalam menggunakan cara dalam menyelesaikan masalah minimal

menggunakan cara yang umum dan mengarah pada penyelesaian. Kemampuan

pada aspek berpikir elaboratif pada siswa kategori sedang sama seperti

kategori tinggi yaitu berada pada kriteria sangat baik, artinya siswa dapat

memperinci penjelasan dengan tepat.

c). Kemampuan berpikir kreatif siswa untuk kategori rendah secara

keseluruhan berada pada kriteria kurang baik. Pada aspek berpikir lancar hasil

analisis pada siswa kategori rendah maksimal hanya mampu memunculkan

satu ide dalam menyelesaikan masalah matematika open-ended sehingga pada

aspek berpikir lancar untuk siswa kategori rendah mengalami kesulitan. Untuk

aspek berpikir luwes, siswa pada kategori rendah pada umumnya hanya

mampu menentukan satu cara dalam menyelesaikan masalah matematika

open-ended. Untuk aspek keaslian siswa dalam menggunakan cara dalam

menyelesaikan masalah pada umumnya menggunakan cara yang biasa

digunakan dan tidak mengarah mengarah pada penyelesaian. Kemampuan

pada aspek berpikir elaboratif pada siswa kategori rendah maksimal hanya

dapat memperinci dengan penjelasan yang dapat dipahami tetapi kurang tepat.

Secara keseluruhan untuk siswa kemampuan rendah masih perlu pembinaan.


29

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu


Identitas
No. Judul Persamaan Perbedaan
Peneliti
Deskripsi Tingkat
Kemampuan Berpikir 1.Materi segi empat
Kreatif (Tkbk) pada 2.Lokasi penelitian
Berpikir
1. Satya Wadya Materi Segiempat di SMPN 1 Pabelan
Kreatif
Siswa Kelas VII SMP 3.Jumlah subjek
Negeri 1 Pabelan penelitian
Kabupaten Semarang
Analisis Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa
Tri SMP Dalam
Berpikir Jumlah subjek
2. Mulyaningsih, Memecahkan Masalah
Kreatif penelitian
Novisita Ratu Matematika Pada
Materi Pola Barisan
Bilangan
Kemampuan Berpikir
Kreatif dalam
1.Subjek penelitian
Memecahkan Masalah
yaitu siswa Sekolah
Matematika Open- Berpikir
3 Mursidik Dasar
Ended Ditinjau dari Kreatif
2.Jumlah subjek
Tingkat Kemampuan
penelitian
Matematika pada
Siswa Sekolah Dasar
Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
30

C. Tinjauan Materi

Saat ini sangat banyak cabang matematika yang telah diketahui seperti

geometri, aljabar dan masih banyak lagi. Materi ataupun bahan ajar disetiap

cabangnya berbeda-beda pula. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengukur atau

mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pola bilangan.

Pola bilangan sendiri memiliki arti yaitu suatu susunan bilangan yang

memiliki bentuk teratur atau suatu bilangan yang tersusun dari beberapa bilangan

lain yang membentuk suatu pola. Dan pola bilangan juga memiliki banyak jenis

atau macamnya. Adapun jenis-jenis atau macam-macam pola bilangan sebagai

berikut:

1. Pola Bilangan Ganjil

Poal bilangan ganjil yaitu suatu pola bilangan yang terbentuk dari

bilangan-bilangan ganjil. Sedangkan bilangan ganjil sendiri adalah bilangan asli

yang tidak habis dibagi dua ataupun kelipatannya.

a) Contoh Pola Bilangan Ganjil

1, 3, 5, 7, 9, …, …, n

b) Rumus

Un = 2n – 1

2. Pola Bilangan Genap

Pola bilangan genap yaitu suatu pola bilangan yang terbentuk dari

bilangan-bilangan genap. Bilangan genap yaitu bilangan asli yang habis dibagi

dua atau kelipatannya.


31

a) Contoh Pola Bilangan Genap

2, 4, 6, 8, …, …, n

b) Rumus

Un = 2n

3. Pola Bilangan Persegi

Pola bilangan persegi merupakan suatu pola bilangan yang membentuk

suatu pola persegi.

a) Contoh pola bilangan persegi

1, 4, 9, 16, 25, …, …, n

b) Rumus

Un = n2

4. Pola Bilangan Persegi Panjang

Pola bilangan persegi panjang merupakan suatu pola bilangan yang

membentuk pola persegi panjang.


32

a) Contoh pola bilangan persegi panjang

2, 6, 12, 20, 30, …, ..., n

b) Rumus

Un = n . n + 1

5. Pola Bilangan Segitiga

Pola bilangan segitiga merupakan suatu pola bilangan yang membentuk

sebuah pola bilangan segitiga.

a) Contoh pola bilangan segitiga

1, 3, 6, 10, 15, …, …, n

b) Rumus

Un = 1 / 2 n (n + 1)

Berikut contoh soal materi pola bilangan yang termasuk kategori soal Open-

ended :

Dian mempunyai satu dus batang korek api. Batang korek api tersebut dapat

disusun dengan bermacam-macam pola, seperti pada contoh berikut ini!


33

Suku 1 Suku 2 Suku 3 Suku 4

i ii iii iiii

ii iiii iiiiii iiiiiiii

Buatlah sebanyak mungkin pola - pola yang dapat disusun dari batang korek

api tersebut !. (Sumber: Mulyaningsih: 2018)

D. Kerangka Konseptual

Ada beberapa tujuan pembelajaran matematika, dimana salah satu

tujuannya yaitu peserta didik diharapkan menjadi manusia yang kreatif. Adapun

salah satu upaya meningkatkan kreativitas peserta didik sebagai bekal hidup

menghadapi berbagai tantangan, tuntutan, perubahan, dan perkembangan zaman

adalah melalui pendidikan yang berkualitas, tanpa terkecuali dengan pendidikan

matematika. Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa dapat memahami

konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep/algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan

masalah.

Berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu yang baru dari

suatu permasalahan untuk menghasilkan hal-hal yang baru atau menghasilkan

beberapa solusi dari permasalahan tersebut. Berpikir kreatif mempunyai tiga

indikator, yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

Untuk mengetahui tingkat berpikir kreatif siswa, perlu dilakukan

penulusuran terkait tingkat berpikir kreatif, dimana Siswono (Satya Wadya, 2014:

84) berpendapat bahwa terdapat lima tingkat kemampuan berfikir kreatif. Mulai
34

dari tingkat 4 untuk paling tinggi hingga tingkat 0 untuk paling rendah. Setiap

tingkatan kemampuan berfikir kreatif tersebut mempunyai beberapa ciri-ciri yang

berbeda-beda.

Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII


SMP GUPPI SAMATA

Siswa kurang mampu memecahkan masalah


matematika materi pola bilangan bercirikan
open-ended

Memecahkan masalah matematika


atau soal open-ended materi pola
bilangan

Indikator Kemampuan
Dibutuhkan kemampuan Berpikir Kreatif:
berpikir kreatif Kefasihan, Fleksibilitas, dan
kebaruan

Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam


menyelesaikan soal pola bilangan pada Kelas VIII SMP
GUPPI SAMATA

Bagan Kerangka Konseptual


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian pada penelitian ini yaitu penelitian deskriptif

dengan menggunakn metode penelitian kualitatif deskriptf. Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang diarahkn agar memberikan fakta-fakta, kejadian-

kejadian atau gejala-gejala secara sistemats serta akurat, mengenai daerah atau

sifat populasi tertentu. Metode penelitian kualitatif yaitu metode yang berlandaskn

pada filsafat postpositivisme, di gunakan untuk meneliti pada keadaan objek yang

alami, (sebagai lawannya yaitu eksperimen) dimana peneliti bertindak sebagai

instrumen kunci, penentuan sampel sumber data di lakukan secara purposive dan

snowball, tekhnik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat kualitatif

atau induktif, serta hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada

generalisasi (Sugiyono, 2018: 9).

Penelitian ini bertujuan agar peneliti mengetahui kemampuan berpikir

kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan pada kelas VIII SMP Guppi

Samata. Adapun variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kemampuan berpikir kreatif.

B. Lokasi

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Guppi Samata. Tempat ini

dijadikan sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan yaitu sebagai berikut:

35
36

1. Kepala SMP Guppi Samata serta tenaga pendidik lumayan terbuka dalam

menerima pembaruan terutama yang berkaitan dengan proses belajar

mengajar.

2. Penelitian terkait berpikir kreatif ini diperlukan dalam belajar matematika

khususnya dalam penyelesaian masalah pada materi pola bilangan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

3. Belum pernah diadakan penelitian tentang proses berpikir kreatif siswa dalam

menyelsaikan soal open ended materi pola bilangan di sekolah ini.

C. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VIII SMP Guppi Samata yang tersebar dalam 2 kelas. Langkah-

langkah penentuan subjek pada penelitian ini yaitu:

1. Peneliti mengambil atau memilih satu kelas dari dua kelas VIII SMP Guppi

Samata untuk dijadikan sebagai subjek penelitian yang akan diberikan tes

kemampuan berpikir kreatif. Pemilihan kelas ini berdasarkan pertimbangan

dari guru matematika yaitu kelas yang mempunyai kemampuan matematika

yang baik.

2. Pemberian tes soal cerita pada kelas yang terpilih.

3. Peneliti membagi siswa kedalam 3 kelompok bagian berdasarkan perolehan

nilai atau hasil tes, yaitu siswa dengan nilai 86-100 di tempatkan pada

kelompok tinggi, siswa dengan nilai 71-85 di tempatkan pada kelompok

sedang dan siswa dengan nilai kurang dari 71 ditempatkan pada kelompok
37

rendah. Adapun pengkategorian nilainya untuk KKM 70 yaitu (100 – KKM) :

2 = (100 – 70) : 2 = 15 (Tim Direktorat Pembinaan SMP).

4. Dari pengelompokan siswa tersebut dipilih 3 subjek, 1 orang siswa dengan

kategori tinggi, 1 orang siswa dengan kategori sedang dan 1 orang siswa

dengan kategori rendah dengan pertimbangan dari guru bidang studi

matematika, yaitu siswa yang mudah diajak berkomunikasi dan bekerja sama,

agar data yang diperoleh lebih tepat sesuai dengan tujuan yang dikehendaki

peneliti.

5. Siswa yang terpilih akan dijadikan sebagai subjek wawancara.

6. Apabila subjek yang telah dipilih belum mampu atau belum bisa memberikan

data yang diinginkan maka peneliti mengganti subjek sesuai dengan kriteria

yang dibutuhkan peneliti.

D. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian yang ditentukan peneliti pada penelitian ini yaitu

kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan materi

pola bilangan.

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a) Mengadakan observasi di sekolah yang akan diteliti yaitu di SMP Guppi

Samata.

b) Membuat proposal penelitian dan menyempurnakannya sesuai dengan

masukan dari dosen pembimbing.


38

c) Membuat instrumen penelitian yang disertai dengan proses bimbingan dengan

dosen pembimbing.

d) Validasi instrumen kepada tim validator.

e) Meminta surat permohonan izin penelitian kepada dekan FKIP Unismuh

Makassar, sekaligus menyampaikan surat izin pelaksanaan penelitian di SMP

Guppi Samata.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Menetapkan kelas yang menjadi subjek penelitian dan menentukan jadwal

penelitian.

b) Memberikan tes tertulis berupa soal Open ended materi pola bilangan kepada

siswa yang menjadi subjek penelitian. Peneliti menjelaskan petunjuk

pengerjaan soal dan pada saat siswa mengerjakan soal, peneliti bertugas

sebagai pengawas.

c) Mengklasifikasikan jawaban tertulis siswa sesuai dengan kriteria soal Open

Ended.

d) Melakukan wawancara kepada subjek yang tepilih untuk diwawancarai.

e) Mengumpulkan seluruh data dari lapangan berupa hasil tes tertulis, dokumen

maupun pengamatan langsung pada waktu penelitian berlangsung.

f) Melakukan analisis terhadap seluruh data yang berhasil dikumpulkan.

g) Menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan menuliskan laporannya.

h) Meminta surat bukti telah melakukan penelitian dari kepala SMP Guppi

Samata.

i) Penyusunan laporan.
39

F. Instrumen Penelitian

Instrumen–instrumen pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Instrumen Utama

Pada penelitian ini instrumen utamanya yaitu peneliti itu sendiri

dengan tujuan mencari serta mengumpulkan data secara langsung dari sumber

data atau subjek. Peneliti yang bertindak sebagai instrumen utama mesti

mampu menyesuaikan diri serta berinterksi secara langsung serta tuntas pada

keadaan atau situasi yang sementara dipelajari.

2. Instrumen Pendukung

Adapun instrumen pendukung pada penelitian ini yaitu lembar soal tes

kemampuan berpikir kreatif serta lembar wawancara. Instrumen tes yang dipakai,

di buat dengan mengacu pada indicator kemampuan berfikir kreatif dari Silver.

a) Lembar Soal Tes

Tes yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang

meliputi tiga indikator yaitu kemampuan kefasihan, fleksibilitas, dan

kebaruan. Bentuk tes dalam penelitian ini berbentuk soal uraian open ended

materi pola bilangan. Tes uraian ini diberikan untuk mempermudah peneliti

melihat proses penyelesaian yang dilakukan oleh siswa pada maslaah yang

berkaitan dengan pola bilangan.

Pembuatan instrumen tes ini melalui tahap penyusunan tes kemampuan

berpikir kreatif yang berbentuk soal Open-Ended materi pola bilangan.

Sebelum tes ini diujikan, terlebih dahulu dikonsultasikan kepada tim validasi

untuk mengetahui validitas butir soal. Validasi item berkenaan dengan


40

kesanggupan alat penelitian dalam mengukur butir soal, artinya tes tersebut

harus mampu mengungkapkan kemampuan berpikir kreatif berdasarkan

indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Suatu instrumen dikatakan

valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.

b) Lembar Wawancara

Pedoman wawancara adalah instrumen non tes yang merupakan

serangkaian pertanyaan yang dipakai sebagai acuan untuk mendapatkan

data/informasi tertentu tentang keadaan responden dengan cara tanya-jawab

Yudhanegara (Ramlan, 2019: 28). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan

untuk memverifikasi dan mengkaji lebih dalam mengenai hasil tes

kemampuan berpikir kreatif pada subjek. Wawancara yang dilakukan terkait

dengan alasan siswa memilih strategi penyelesaian dan kesulitan-kesulitan

dalam menyelesaikan soal yang diberikan sewaktu tes.

Adapun lembar wawancara yang digunakan peneliti pada penelitian ini

adalah lembar wawancara semi terstruktur, dimana peneliti sudah menyusun

beberapa pertanyaan yang akan diajukan pada saat wawancara. Sebagian atau

beberapa pertanyaan dapat dikurangi atau dikembangkan sesuai dengan situasi

atau kemampuan responden.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan pada penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data observasi, tes, dan wawancara. Teknik

pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif

siswa dalam memecahkan masalah matematika.


41

1. Teknik Observasi

Hadi (Sugiyono, 2018: 145) mengemukakan bahwa, observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psikologis. Observasi dilakukan peneliti di awal penelitian, untuk

mengetahui data awal. Adapun jenis observasi yang akan digunakan oleh peneliti

yaitu obsrvasi tidak terstruktur, dimana obsrvasi tidak terstruktur yang dimaksud

yaitu observasi yang tidak dipersiapkan peneliti secara sistematis tntang yang

akan diobservasi.

2. Teknik Tes

Pada penelitian ini data dikumpulkan dengan tekhnik tes yang di lakukan

dengan memberikan instrumn tes yang merupakan seperangkat soal atau

pertanyan dengan tujuan memperoleh data tentang kemampuan peserta didik

terutama pada aspek kognitf, Yudhanegara (Ramlan, 2019:28). Teknik tes pada

penelitian ini merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara

memberikan serangkaian tugas berupa tes tertulis berbentuk soal uraian yang

diberikan kepada subjek yang diteliti agar mendapatkan suatu nilai yang akan

digunakan untuk menentukan subjek yang akan diwawancarai nantinya. Pada

tahap pelaksanaan tes, siswa diberikan waktu untuk mengerjakan soal tersebut

tanpa membuka buku dan tanpa melihat jawaban dari siswa yang lainnya.

3. Teknik Wawancara

Wawancara yaitu pertemuan 2 orang atau lebih untuk bertukar ide dan

informasi melalui tanyajawab, hingga dapat di kontruksikan makna pada suatu


42

topik tertentu (Saffawati, 2019: 54-55). Wawancara dilakukan melalui tanya

jawab dan/atau percakapan baik yang secara langsung maupun yang tidak

langsung. Adapun pengertian wawancara langsung yaitu wawancara dilakukan

yang secara langsung antar sipewawancara dengan yang di wawancarai tanpa

melalui/menggunakan perantara, sedangkan wawancara tidk langsung yaitu

wawancara dilakukan dimana pewawancara akan menanyakan suatu hal dengan

melalui perantara orang lain atau media.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan peneliti setelah tes terhadap

siswa selesai, yang kemudian dipilih agar peneliti mengetahui bagaimana

kemampuan berfikir kreatif siswa tersebut. Pemilihan siswa tersebut berdasarkan

dengan perolehan nilai dari tes yang telah diberikan dan juga berdasarkan

pertimbangan guru matematika yaitu siswa yang memiliki kemampuan

berkomunikasi dan dapat bekerjasama dengan baik.

H. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini analisis data merupakan keadaan peneliti mencari,

menumpulkan serta menyusn data secara terstruktur, yang di peroleh peneliti dari

hasl wawancara, catatan pada saat dilapangan, dan dokumentasi, dengan

mengelompokkan data ke dalam suatu kategori, menjabrkan ke dalam unit - unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih data yang penting serta

data yang akan di pelajari, kemudian menarik kesimpulan hingga dengan mudah

di pahami bagi diri sendiri ataupun orang lain (Sugiyono, 2018: 244).

Miles (Sugiyono, 2018: 246) menjelaskan bahwa aktivitas dalam

menganalisis data kualitatif di lakukan secara interaktif serta berlangsung secara


43

terus-menerus hingga tuntas serta datanya menjadi jenuh. Adapun teknik analsis

data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Deskripsi Hasil Tes

Setelah pemberian soal tes kepada siswa, hasil dari tes tersebut kemudian

diperiksa oleh peneliti. Setelah itu siswa dibagi menjadi tiga kelompok bagian

berdasarkan nilai yang diperoleh dari tes. Adapun pengkategorian nilainya untuk

KKM 70 yaitu (100 – KKM) : 2 = (100 – 70) : 2 = 15. Jadi rentang nilai 86-100

untuk kategori tinggi, rentang nilai 71-85 untuk kategori sedang, dan rentang nilai

<71 untuk kategori rendah (Tim Direktorat Pembinaan SMP).

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data yang akan dilakukan peneliti pada penelitian ini adalah

mengklasifikasikan serta memilih data yang sejenis, adapun tahapnya yaitu 1)

memilih data yang penting, 2) membentuk kelompok data, serta 3) data

dikelompokkan pada semua kategori. Sehingga, data yang telah direduksi

akan menggambarkan secara spesifik serta lebih memudahkan untuk dilakukan

pengumpulan data yang selanjutnya, kemudian mencari dan mengumpulkan data

tambahan yang masih dibutuhkan. Adapun data yang akan direduksi yaitu

data yang diperoleh dari lapangan tentang kemampuan berpikir kreatif siswa

dalam memecahkan masalah matematika yang diberikan kepada subjek.

3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data termasuk kegiatan mengklasifikasi serta mengidentfikasi

data agar mendapat kesimpulan. Pada penelitian ini penyajian data yaitu
44

mengklasifikasikan serta mendskripsikan data dengan berlandaskan 3 indikator

berfikir kreatif yaitu kefasihn, fleksibilitas serta kebaharuan menurut Silver

(Mulyaningsih, 2018: 34).

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verivication)

Pada saat menganalisis data yang dilakukan secara terus-menerus telah

selesai di kerjakan, baik pada saat dilapangan ataupun setelah dilapangan, maka

kemudian yaitu dengan melakukan penarikan kesimpulan. Agar mengarah pada

kesimpulan ini, maka berlandaskan pada hasil dari menganalisis data, yang

berasl dari soal tes serta wawancara.

I. Pengujian Keabsahan Data

Keabsahan data yaitu konsep yang penting pada penelitian kualitatif.

Dengan pengujian keabsahan data, peneliti akan lebih yakin bahwa data yang

diperoleh benar-benar valid. Pengujian keabsahan data pada penelitian kualitatf

ada bermacam-macam, namun pada penelitian ini menggunakan teknik

triangulasi. Menurut (Sugiyono, 2018: 273) Triangulasi diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Triangulasi pada penelitian ini menggunakan triangulasi teknik/metode yaitu

dilakukan dengan cara membandingkan hasil tes dan hasil wawancara yang telah

dikerjakan oleh subjek untuk mengecek keabsahan data.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan data hasil penelitian dan pembahasan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini berjudul “Deskripsi

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan

pada Siswa Kelas VIII SMP Guppi Samata”. Data penelitian diungkap melalui

hasil tes dan wawancara terhadap subjek penelitian. Sebelum melakukan

penelitian, terlebih dahulu peneliti menyusun instrumen penelitian berupa tes

kemampuan berfikir kreatif serta pedoman wawancara. Instrumen penelitian yang

disusun peneliti dibuat sedemikian rupa agar data yang diperoleh sesuai dengan

apa yang diinginkan peneliti mengingat pembelajaran daring yang dilakukan di

rumah sehingga siswa hanya bisa mengerjakan tes di rumah masing-masing.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Guppi Samata yang

ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan guru bidang studi matematika

yaitu kelas yang mempunyai kemampuan matematika yang baik.

Berdasarkan metode penelitian yang dijelaskan pada BAB III, kelas yang

terpilih sebagai subjek penelitian kemudian diberikan tes kemampuan berpikir

kreatif. Setelah itu peneliti membagi siswa berdasarkan perolehan nilai dan dipilih

tiga siswa yang masing-masing mewakili perolehan nilai skor tinggi, sedang dan

rendah untuk dilakukan wawancara. Subjek yang dipilih cukup memiliki

kemampuan mengkomunikasikan atau mengekspresikan apa yang ada

dipikirannya agar selama proses pengumpulan data, peneliti cukup mudah

memahami bagaimana proses berpikir subjek penelitian. Selain itu, ketiga subjek

45
46

telah bersedia untuk mengikuti seluruh proses pengumpulan data yang akan

dilakukan peneliti pada penelitian ini.

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII A SMP Guppi Samata Kab.

Gowa tahun ajaran 2020/2021 yang dilakukan sebanyak 2 kali secara virtual, yaitu

memberikan tes kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan materi pola

bilangan yang dilakukan pada hari Sabtu, 19 September 2020 dengan jumlah

siswa sebanyak 13 orang dengan rincian 5 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Adapun dari hasil pekerjaan siswa diperoleh data tentang kemampuan berfikir

kreatif siswa dalam memechkan masalah matematika khususnya pada materi pola

bilangan yang disajikan pada tabel 4.1 yaitu:

No. Soal
No. Nama Jumlah Skor Kategori
1 2
1. AS 30 0 30 R
2. DA 30 30 60
R
3. DAN 10 30 40
R
4. F 50 30 80
S
5. H 20 30 50
R
6. MG 50 40 90
T
7. MAS 40 30 70
S
8. MS 0 10 10
R
9. NF 0 0 0
R
47

10. NFL 50 40 90
T
11. PN 40 40 80
S
12. NAR 20 10 30
R
13. AS 0 0 0 R
Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Keterangan :

 T = Tinggi (86-100)

 S = Sedang (71-85) Tim Direktorat Pembinaan SMP

 R = Rendah (0-70)

Berdasarkan tabel 4.1 mengenai hasil tes kemampuan berpikir kreatif

siswa di atas, selanjutnya dipilih 3 siswa sebagai subjek penelitian yaitu 1 siswa

dari kategori tinggi, 1 siswa dari kategori sedang dan 1 siswa dari kategori rendah

untuk diwawancarai yang dilakukan pada hari Ahad, 20 September 2020.

Pemilihan subjek penelitian ini tidak terlepas dari pertimbangan guru bidang studi

yaitu siswa yang mampu/bisa berkomunikasi atau mampu mengemukakan

pendapat atau idenya secara lisan maupun tertulis dengan baik dan bersedia untuk

mengikuti pengumpulan data pada penelitian ini. Berikut ini subjek penelitian

yang terpilih dan disajikan dalam tabel 4.2.

No. Nama Kategori

1. NFL T

2. PN S

3. DA R
Tabel 4.2 Subjek Penelitian
48

Untuk memudahkan peneliti dalam kegiatan menganalisis data, maka

setiap petikan jawaban dan dialog pada saat wawancara diberi kode tertentu.

Untuk petikan wawancara peneliti diberi kode “P”, pada digit kedua menyatakan

nomor soal dan digit ketiga yang menyatakan jenis pengumpulan data yaitu “W”

artinya wawancara. Kemudian digit keempat dan kelima menyatakan urutan

petikan pertanyaan peneliti, sebagai contoh “P1-W03” artinya petikan wawancara

peneliti untuk soal nomor 1 urutan wawancara ke-3. Sedangkan petikan

wawancara subjek diberi kode “S”, kemudian kode “T”, “S” dan “R” sebagai

kode dari subjek dengan kategori tinggi, sedang dan rendah. Kemudian digit

ketiga diberi kode “W” yang menyatakan wawancara dan 2 digit terakhir

merupakan kode urutan jawaban. Adapun contoh pengkodean untuk subjek yaitu

ST1-W03 artinya petikan wawancara subjek dengan kategori tinggi untuk soal

nomor 1 urutan jawaban ke-3.

Berdasarkan data hasil tes tertulis dan wawancara, selanjutnya akan

dideskripsikan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam memechkan masalah

matematika khususnya pada materi pola bilangan yang didasarkan pada

komponen berpikir kreatif.

B. Paparan Data

Berikut ini paparan data dari 3 subjek yang telah mengerjakan tes

kemampuan berpikir kreatif dan telah diwawancarai, serta disajikan kembali soal

tes kemampuan berpikir kreatif untuk memperjelas analisis data hasil pekerjaan

subjek.

1. Buatlah minimal empat pola bilangan yang suku terakhirnya 25!


49

2. Panitia pelaksana lomba matematika tingkat nasional (Prisma)


mengusung denah ruangan lomba berbentuk piramida yang memiliki 10
baris. Jumlah kursi pada baris ke-10 sebanyak 40 buah, sedangkan pada
baris ke-8 dan ke-9 berturut-turut sebanyak 32 buah dan 36 buah.
Tentukan jumlah kursi yang harus disiapkan oleh panitia lomba pada
baris pertamanya?

1. Subjek Dengan Kategori Tinggi.

Pada bagian ini akan dideskripsikan data hasil tes tertulis kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan dan hasil

wawancara subjek dengan kategori tinggi dari 2 nomor soal berdasarkan indikator

berpikir kreatif.

a. Paparan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Wawancara Subjek Dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Untuk

Indikator Kefasihan

1) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berikut ini adalah hasil dari tes kemampuan berfikir kreatif ST1

untuk indikator kefasihan yang dapat kita lihat pada gambar4.1.

Gambar 4.1 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ST1


50

Berdasrkan Gambar 4.1 jawaban ST pada tes kemampuan berfikir

kreatif soal nomor 1, subjek menyelesaikan soal dengan benar. Subjek

dapat memberikan banyak jawaban dan dapat membuat berbagai jenis pola

bilangan sesuai dengan apa yang diminta pada soal tes.

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mendalami kemampuan

berpikir kreatif ST dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

2) Hasil Wawancara

Berikut ini adalah kutipan wawancara ST pada nomor 1 untuk

indikator kefasihan:

P1-W04 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
ST1-W04 : Yang diketahui disoal ini kak yaitu suku terakhirnya atau
𝑈𝑛 nya itu 25 dan disoal ini diminta buat berbagai macam
pola bilangan yang suku terakhirnya 25. Disoal soal ini
juga tidak membatasi jenis pola bilangannya kak, jadi
banyak jenis pola bilangan yang bisa saya buat.
P1-W05 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
ST1-W05 : Pertama itu kak, ku tentukan suku pertamanya, terus ku
tentukan selisihnya antara setiap suku, baru ku jumlah suku
pertamanya sama selisihnya untuk na dapat suku kedua,
nah begitu selanjutnya sampai ku dapat suku terakhirnya
25 kak.
P1-W06 : Dari ke-7 pola bilangan, apakah cara yang adik gunakan
sama?
ST1-W06 : Tidak kak, hanya pola bilangan pertama dan pola
bilangan ke-7.
P1-W07 : Kalau begitu bagaimana cara adik membuat pola
bilangan ke-2 sampai pola bilangan ke-6?
ST1-W07 : Pola bilangan pertama itu kak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
dari situ ku liat yang mana bisa ku jadikan pola bilangan
kak. Caranya itu langsung ku tentukan selisihnya, seperti
pola bilangan ke-2 itu selisihnya 2, pola bilangan ke-3 itu
selisihnya 3, pola bilangan ke-4 itu selisihnya 5, pola
51

bilangan ke-5 itu selisihnya 4, pola bilangan ke-6 itu


selisihnya 6.
P1-W08 : Apakah hanya 4 pola bilangan yang bisa adik buat dari
pola bilangan pertama?
ST1-W08 : Iya kak, karna kalau selisih 7 itu tidak na dapat suku
terakhirnya 25.
P1-W09 : Bagaimana adik membuat pola bilangan ke-7?
ST1-W09 : Sama dengan pola bilangan yang pertama kak.
P1-W10 : Bagaimana bisa adik yakin akan mendapat suku terakhir
25?
ST1-W10 : Banyak angka yang ku coba kak sampai ku dapat pola ke-
7
P1-W11 : Apa ada kendala atau kesulitan yang adik dapatkan
dalam menyelesaikan soal ini?
ST1-W11 : Tidak ada kak.

Berdasarkan hasil wawancara ST untuk soal nomor 1 seperti pada kutipan

di atas, ST mampu memahami informasi yang terdapat dalam soal, terlihat pada

kutipan (ST1-W04) bahwa subjek mampu menjelaskan maksud dari soal nomor 1.

ST pada kutipan (ST1-W05, ST1-W07) dapat menjelaskan dengan baik

menggunakan bahasanya sendiri bagaimana ia mampu menyelesaikan soal nomor

1.

b. Paparan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Wawancara Subjek Dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Untuk

Indikator Fleksibilitas

1) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berikut ini adalah hasil pekerjaan ST untuk indikator fleksibilitas

yang dapat di lihat pada gambar4.2.


52

Gambar 4.2 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ST2

Berdasrkan Gambar 4.2 jawaban ST pada soal tes kemampuan

berpikir kreatif untuk nomor 2, subjek menyelesaikan soal dengan benar.

Subjek dapat menyelesaikan soal nomor 2 dengan lebih dari satu cara

penyelesaian. Terlihat pada gambar bahwa subjek mampu menganalisa

soal dengan baik, sehingga mampu menyelesaikan soal menggunakan 3

cara yang berbeda dengan hasil akhir yang benar.


53

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mendalami kemampuan

berpikir kreatif ST dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

2) Hasil Wawancara

Berikut ini adalah kutipan wawancara ST untuk soal nomor 2 pada

indikator fleksibilitas:

P2-W03 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
ST2-W03 : Yang ku ketahui disoal ini kak, mau disusun kursi bentuk
piramida sebanyak 10 baris, kursi dibaris ke-10 sebanyak
40, dibaris ke-9 ada 36, dibaris ke-8 ada 32 jadi suku ke-10
= 40, suku ke-9 = 36 sama suku ke-8 = 32. Yang
ditanyakan kursi dibaris pertamanya atau suku
pertamanya.
P2-W04 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
ST2-W04 : Ku tuliskan dulu diketahui sama ditanyakannya kak, terus
ku kurangi suku ke-10 sama suku ke-9 untuk tahu
selisihnya. Nah cara pertama ku itu kak, gambar ka titik
bentuk piramida sesuai soal mulai dari baris paling
terakhir. Buat ka 40 titik-titik dibaris ke-10, 36 dibaris ke-
9, 32 dibaris ke-8 sampai dibaris pertama sisah 4 titik.
Cara kedua ku kak, buat ka pola bilangan mulai 𝑈10 , 𝑈9
sampai 𝑈1 , baru ku ganti mi 𝑈10 = 40, 𝑈9 = 36, 𝑈8 = 32,
karena ku tahu mi selisihnya itu 4, jadi untuk cari 𝑈7 nya,
sisa ku kurangi 4 𝑈8 nya ka, jadi 𝑈7 nya itu 28, begitu cara
ku kak sampai dapat 𝑈1 = 4 kak. Cara ketiga pake ka rumus
𝑈𝑛 = a + (n -1)b kak, terus ku ubah modelnya jadi a = 𝑈𝑛 -
(n -1)b, karena yang ditanyakan itu suku pertamanya atau
a kak, terus yang lain diketahui mi.
P2-W05 : Saya liat disini (Sambil melihat soal) adik menyelesaikan
soal ini menggunakan tiga cara penyelesaian. Dari mana
adik mengetahui cara ini (Memperlihatkan lembar
jawaban)?
ST2-W05 : Iya kak, cara pertama sama cara kedua biasa saya pakai
supaya cepat kak, tidak perlu juga saya cakar (kerja
dikertas buram). Cara pertama saya pikir sendiri kak,
kalau cara kedua sama cara ketiga biasa diajarkan sama
guru.
54

P2-W06 : Apakah masih ada cara penyelesaian yang adik ketahui


selain ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
ST2-W06 : Tidak ada kak.

Berdasarkan hasil wawancara ST untuk soal nomor 2 seperti pada kutipan

di atas, subjek mampu memahami informasi yang terdapat dalam soal, terlihat

bahwa subjek mampu menjelaskan maksud dari soal nomor 2. Pada kutipan

wawancara (ST2-W04) subjek dapat menjelaskan dengan baik menggunakan

bahasanya sendiri bagaimana ia mampu menyelesaikan soal nomor 2

menggunakan 3 cara yang dia ketahui.

Selanjutnya peneliti akan mencari tahu apakah ST memenuhi indikator

berpikir kreatif yang terakhir yaitu kebaruan atau tidak. Subjek dinilai memenuhi

Indikator kebaruan apabila mampu menyelesaikan soal nomor 2 dengan cara baru

selain yang telah ia pelajari selama ini untuk menyelesaikan soal tersebut.

c. Paparan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Wawancara Subjek Dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Untuk

Indikator Fleksibilitas Kebaruan

1) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berikut ini adalah hasil pekerjaan subjek dengan inisial NFL untuk

indikator kebaruan yang dapat di lihat pada gambar4.3.


55

Gambar 4.3 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ST2

Berdasrkan Gambar 4.3 jawaban ST pada soal tes kemampuan

berpikir kreatif untuk nomor 2, subjek menyelesaikan soal dengan benar.

Subjek dapat menyelesaikan soal nomor 2 dengan menggunakan cara baru

dan berbeda dari siswa lainnya.

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mendalami kemampuan

berpikir kreatif ST dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

2) Hasil Wawancara

Berikut ini adalah kutipan wawancara ST untuk soal nomor 2 pada

indikator kebaruan:

P2-W03 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
ST2-W03 : Yang ku ketahui disoal ini kak, mau disusun kursi bentuk
piramida sebanyak 10 baris, kursi dibaris ke-10 sebanyak
40, dibaris ke-9 ada 36, dibaris ke-8 ada 32 jadi suku ke-10
= 40, suku ke-9 = 36 sama suku ke-8 = 32. Yang
ditanyakan kursi dibaris pertamanya atau suku
pertamanya.
56

P2-W04 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?

ST2-W04 : Ku tuliskan dulu diketahui sama ditanyakannya kak, terus

ku kurangi suku ke-10 sama suku ke-9 untuk tahu

selisihnya. Nah cara ku itu kak, gambar ka titik bentuk

piramida sesuai soal mulai dari baris paling terakhir. Buat

ka 40 titik-titik dibaris ke-10, 36 dibaris ke-9, 32 dibaris ke-

8 sampai dibaris pertama sisah 4 titik.

P2-W05 : Dari mana adik mengetahui cara ini (Memperlihatkan

lembar jawaban)?

ST2-W05 : Cara ku sendiri kak, yang biasa saya pakai juga

P2-W06 : Apakah masih ada cara penyelesaian yang adik ketahui


selain ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
ST2-W06 : Tidak ada kak.

Berdasarkan hasil wawancara ST untuk soal nomor 2 seperti pada

kutipan di atas, subjek mampu memahami informasi yang terdapat dalam

soal, terlihat bahwa subjek mampu menjelaskan maksud dari soal nomor 2.

Subjek dapat menjelaskan dengan baik menggunakan bahasanya sendiri

bagaimana ia mampu menyelesaikan soal nomor 2 menggunakan cara baru

yang berbeda dari siswa lainnya dan tidak didapatkan pada saat

pembelajaran matematika.

2. Subjek dengan Kategori Sedang.

Pada bagian ini akan dideskripsikan data hasil tes tertulis kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan dan hasil
57

wawancara subjek dengan kategori sedang dari 2 nomor soal berdasarkan

indikator berpikir kreatif.

a. Paparan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Wawancara Subjek Dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Untuk

Indikator Kefasihan

1) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berikut ini adalah hasil pekerjaan SS1 untuk indikator kefasihan

yang dapat di lihat pada gambar4.4.

Gambar 4.4 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SS1

Berdasrkan Gambar 4.4 jawaban SS pada tes kemampuan berfikir

kreatif soal nomor 1, subjek menyelesaikan soal dengan benar. Subjek

dapat memberikan banyak jawaban dan dapat membuat 5 pola bilangan

yang berbeda sesuai dengan apa yang diminta pada soal tes.

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mendalami kemampuan

berpikir kreatif SS dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

2) Hasil Wawancara

Berikut ini adalah kutipan wawancara SS untuk soal nomor 1 pada

indikator kefasihan:

P1-W04 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
58

SS1-W04 : Yang diketahui suku terakhirnya kak, kemudian yang


ditanyakan atau disuruh buat pola bilangan.
P1-W05 : Bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SS1-W05 : Ku tentukan dulu suku pertamanya sama keduanya kak,
nah dari situ bisa ku tau selisihnya kak. Jadi untuk cari
suku ketiganya ku jumlah suku keduanya dengan selisihnya,
begitu lagi cara ku sampai dapat suku terakhirnya 25 kak.
P1-W06 : Dari 5 pola bilangan yang adik buat, apakah cara untuk
membuatnya sama?
SS1-W06 : Iya kak.
P1-W07 : Apakah hanya 5 pola bilangan ini yang bisa adik buat?
SS1-W07 : Iya kak.

Berdasarkan hasil wawancara SS untuk soal nomor 1 seperti pada kutipan

di atas, SS mampu mengetahui apa yang diketahui dan apa ditanyakan pada soal.

Pada kutipan (SS1-W05) subjek dapat menjelaskan dengan baik cara yang

digunakan untuk menyelesaikan soal nomor 1.

b. Paparan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Wawancara Subjek Dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Untuk

Indikator Fleksibilitas

1) Hasil Tes Kemampuan Berpikir kreatif

Berikut ini adalah hasil pekerjaan SS2 untuk indikator fleksibilitas

yang dapat di lihat pada gambar4.5.


59

Gambar 4.5 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SS2

Berdasrkan Gambar 4.5 jawaban SS pada soal tes kemampuan berpikir

kreatif untuk nomor 2, subjek menyelesaikan soal dengan benar. Subjek dapat

menyelesaikan soal nomor 2 dengan mengunakan 2 cara penyelesaian yang

berbeda. Terlihat pada gambar bahwa subjek mampu menganalisa soal dengan

baik, sehingga mampu menyelesaikan soal menggunakan rumus yang diketahui.

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mendalami kemampuan berpikir

kreatif subjek SS dalam menyelesaikan soal pola bilangan.


60

2) Hasil Wawancara

Berikut ini adalah kutipan wawancara SS untuk soal nomor 2 pada

indikator fleksibilitas:

P2-W03 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
SS2-W03 : Yang diketahui itu kak baris ke-10, baris ke-9 sama baris
ke-8. Yang ditanyakan baris pertamanya kak atau 𝑈1 nya.
P2-W04 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SS2-W04 : Pertama ku tulis diketahui dan ditanyakannya kak,
kemudian saya masukkan mi yang diketahuinya dirumus
𝑈𝑛 = a + (n -1)b kak sampai ku dapat 𝑈1 atau a = 4. Kedua
itu kak pake ka rumus mencari selisih b = 𝑈10 - 𝑈9 = 4,
terus untuk cari 𝑈7 , ku ubah rumus mencari selisih jadi
𝑈7 = 𝑈8 – b, sampai 𝑈1 = 𝑈2 - 4
P2-W05 : Disini (Sambil melihat soal) adik menyelesaikan soal
menggunakan dua cara penyelesaian. Dari mana adik
mengetahui cara ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
SS2-W05 :Dari guru kak, waktu pelajaran ini.
P2-W06 : Apakah masih ada cara penyelesaian yang adik ketahui
selain ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
SS2-W06 : Tidak ada kak.

Berdasarkan hasil wawancara SS untuk soal nomor 2 seperti pada kutipan

di atas, subjek mampu memahami informasi yang terdapat dalam soal, terlihat

pada kutipan (SS2-W03) subjek mampu menyebutkan apa yang diketahui dan apa

yang ditanyakan. Pada kutipan wawancara (SS2-W04) subjek dapat menjelaskan

secara singkat 2 cara yang digunakan untuk menyelesaikan soal nomor 2.

Selanjutnya peneliti akan mencari tahu apakah SS memenuhi indikator

berpikir kreatif yang terakhir yaitu kebaruan atau tidak. Subjek dinilai memenuhi

Indikator kebaruan apabila mampu menyelesaikan soal nomor 2 dengan cara baru

selain yang telah ia pelajari selama ini untuk menyelesaikan soal tersebut.
61

c. Paparan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Wawancara Subjek Dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Untuk

Indikator Kebaruan

1) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berikut ini adalah hasil pekerjaan SS2 untuk indikator kebaruan

yang dapat di lihat pada gambar4 .6.

Gambar 4.6 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SS2

Berdasrkan Gambar 4.6 jawaban SS pada soal tes kemampuan

berpikir kreatif untuk nomor 2, subjek menyelesaikan soal dengan benar.

Namun, dari 2 cara penyelesaian yang digunakan SS belum mampu/bisa


62

menggunakan cara baru atau cara penyelesaian yang beda dari siswa

lainnya untk menyelesaikan soal ini.

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mendalami kemampuan

berpikir kreatif SS dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

2) Hasil Wawancara

Berikut ini adalah kutipan wawancara SS untuk soal nomor 2 pada

indikator kebaruan:

P2-W03 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
SS2-W03 : Yang diketahui itu kak baris ke-10, baris ke-9 sama baris
ke-8. Yang ditanyakan baris pertamanya kak atau 𝑈1 nya.
P2-W04 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SS2-W04 : Pertama ku tulis diketahui dan ditanyakannya kak,
kemudian saya masukkan mi yang diketahuinya dirumus
𝑈𝑛 = a + (n -1)b kak sampai ku dapat 𝑈1 atau a = 4. Kedua
itu kak pake ka rumus mencari selisih b = 𝑈10 - 𝑈9 = 4,
terus untuk cari 𝑈7 , ku ubah rumus mencari selisih jadi
𝑈7 = 𝑈8 – b, sampai 𝑈1 = 𝑈2 - 4
P2-W05 : Disini (Sambil melihat soal) adik menyelesaikan soal
menggunakan dua cara penyelesaian. Dari mana adik
mengetahui cara ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
SS2-W05 :Dari guru kak, waktu pelajaran ini.
P2-W06 : Apakah masih ada cara penyelesaian yang adik ketahui
selain ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
SS2-W06 : Tidak ada kak.

Berdasarkan hasil wawancara SS untuk soal nomor 2 seperti pada

kutipan di atas, subjek mampu memahami informasi yang terdapat dalam

soal, terlihat pada kutipan (SS2-W03) subjek mampu menyebutkan apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Pada kutipan wawancara (SS2-

W05) subjek menjelaskan bahwa 2 cara yang digunakan diperoleh dari


63

guru bidang studi matematika atau pada saat pembelajaran yang berarti SS

belum mampu memunculkan cara baru untuk menyelesaikan soal nomor 2.

3. Subjek dengan Kategori Rendah.

Pada bagian ini akan dideskripsikan data hasil tes tertulis kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan dan hasil

wawancara subjek dengan kategori rendah dari 2 nomor soal berdasarkan

indikator berpikir kreatif.

a. Paparan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Wawancara Subjek Dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Untuk

Indikator Kefasihan

1) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berikut ini adalah hasil pekerjaan SR1 untuk indikator kefasihan

yang dapat dilihat pada gambr 4.7.

Gambar 4.7 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SR1

Berdasrkan Gambar 4.7 jawaban SR pada tes kemampuan berfikir

kreatif soal nomor 1, subjek menyelesaikan soal dengan benar. Subjek

dapat membuat 4 pola bilangan yang berbeda meskipun semua suku

pertama dari ke 4 pola bilangan menggunakan angka yang sama.


64

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mendalami kemampuan

berpikir kreatif SR dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

2) Hasil Wawancara

Berikut ini adalah kutipan wawancara SR untuk soal nomor 1 pada

indikator kefasihan:

P1-W04 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
SR1-W04 : Disuruh buat pola bilangan yang suku terakhirnya 25 kak.
P1-W05 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SR1-W05 : Buat mka 4 pola bilangan yang suku pertamanya 1 kak,
baru selisihnya ku tentukan, baru ku jumlah selisih sama
suku pertama sampai ku dapat 25.
P1-W06 : Apa masih ada pola bilangan yang bisa adik buat selain 4
ini?
SR1-W06 : Tidak ada kak.

Berdasarkan hasil wawancara SR untuk soal nomor 1 seperti pada

kutipan di atas, kurang memahami informasi yang terdapat dalam soal,

terlihat pada kutipan (SR1-W04) bahwa subjek hanya membacakan

kembali soal nomor 1 meskipun tidak lengkap. Pada kutipan (SR1-W05)

subjek dapat menjelaskan cara yang digunakan untuk membuat pola

bilangan, meskipun SR terlalu monoton pada angka 1 sebagai suku

pertama.
65

b. Paparan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Wawancara Subjek Dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Untuk

Indikator Fleksibilitas

1) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berikut ini adalah hasil pekerjaan SR2 untuk indikator fleksibilitas

yang dapat dilihat padagambar 4.8.

Gambar 4.8 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif SR2

Berdasrkan Gambar 4.8 jawaban SR pada soal tes kemampuan

berpikir kreatif untuk nomor 2, subjek menyelesaikan soal dengan benar.

Subjek dapat menyelesaikan soal nomor 2 dengan baik meskipun hanya

menggunakan 1 cara saja.

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mendalami kemampuan

berpikir kreatif subjek SS dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

2) Hasil Wawancara

Berikut ini adalah kutipan wawancara subjek DA untuk soal nomor

2 pada indikator berpikir kreatif selanjutnya (fleksibilitas):


66

P2-W03 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
SR2-W03 : Yang diketahui baris 10, baris 9, baris 8 kak sama
ditanyakan baris pertama kak.
P2-W04 : Kalau begitu kenapa adik tidak menuliskan yang
diketahui dan yang ditanyakan?
SR2-W04 : (Diam)
P2-W05 : Ok lanjut. Bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SR2-W05 : Pake rumus 𝑈𝑛 = a + (n -1)b kak.
P2-W06 : Dari mana adik mengetahui cara ini (Memperlihatkan
lembar jawaban)?
SR2-W06 : Dari guru kak.
P2-W07 : Apakah masih ada cara penyelesaian yang adik ketahui
selain ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
SR2-W07 : Tidak ada kak.

Berdasarkan hasil wawancara SR untuk soal nomor 2 seperti pada

kutipan di atas, subjek mampu memahami informasi yang terdapat dalam

soal, terlihat pada kutipan (SR2-W03) subjek mampu menyebutkan apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan, akan tetapi pada saat tes SR tidak

menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan. Pada kutipan wawancara

(SR2-W05) subjek hanya menyebutkan rumus yang digunakan untuk

menyelesaikan soal nomor 2 tanpa menjelaskan langkah-langkahnya.

Selanjutnya peneliti akan mencari tahu apakah SR memenuhi

indikator berpikir kreatif yang terakhir yaitu kebaruan atau tidak. Subjek

dinilai memenuhi Indikator kebaruan apabila mampu menyelesaikan soal

nomor 2 dengan cara baru selain yang telah ia pelajari selama ini untuk

menyelesaikan soal tersebut.


67

c. Paparan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil

Wawancara Subjek Dalam Menyelesaikan Soal Pola Bilangan Untuk

Indikator Kebaruan

1) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berikut ini adalah hasil pekerjaan SR2 pada indicator kebaruan

yang dapat di lihat pada gambar4.9.

Gambar 4.9 Jawaban Soal Nomor 2 Subjek DA

Berdasarkan Gambar 4.9 jawaban SR pada soal tes kemampuan

berpikir kreatif untuk nomor 2, subjek hanya mampu menyelesaikan soal

tes kemampuan berpikir kreatif dengan 1 cara penyelesaian saja. Dapat

dilihat dari gambar 4.9, subjek tidak memunculkan cara baru dan

menyelesaikan soal sama seperti siswa lainnya.

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk mendalami kemampuan

berpikir kreatif subjek DA dalam menyelesaikan soal pola bilangan.

2) Hasil Wawancara

Berikut ini adalah kutipan wawancara SR untuk soal nomor 2 pada

indikator kebaruan:
68

P2-W03 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
SR2-W03 : Yang diketahui baris 10, baris 9, baris 8 kak sama
ditanyakan baris pertama kak.
P2-W05 : Ok lanjut. Bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SR2-W05 : Pake rumus 𝑈𝑛 = a + (n -1)b kak.
P2-W06 : Dari mana adik mengetahui cara ini (Memperlihatkan
lembar jawaban)?
SR2-W06 : Dari guru kak.
P2-W07 : Apakah masih ada cara penyelesaian yang adik ketahui
selain ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
SR2-W07 : Tidak ada kak.

Berdasarkan hasil wawancara SR untuk soal nomor 2 seperti pada

kutipan di atas, subjek hanya mampu menyelesaikan soal tes

menggunakan 1 cara penyelesaian saja. Pada kutipan wawancara (SR2-

W07) subjek tidak mempunyai cara lain lagi untuk menyelesaikan soal tes

kemampuan berpikir kreatif nomor 2.

C. Pembahasan

Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dari tes kemampuan berfikir

kreatif dan hasil wawancara atau hasil triangulasi dari setiap subjek, pada bagian

ini akan dibahas lebih lanjut mengenai bagaimana kemampuan berfikir kreatif

siswa dalam memechkan masalah yang dicapai oleh ketiga subjek dalam

menyelesaikan soal pola bilangan. Selain dari itu, peneliti telah mengetahui

jawaban dari rumusan masalh yang dibuat peneliti padaBab I.

Dari tes dan wawancara dengan subjek, peneliti mendapatkan hasil bahwa

tidak semua subjek memenuhi indikator berpikir kreatif, hanya 1 dari 3 subjek

yang dapat memenuhi indikator berpikir kreatif. Hanya 1 subjek yang dapat
69

dikategorikan kreatif karena memenuhi semua indikator berpikir kreatif,

sedangkan 2 subjek lainnya dikategorikan tidak kreatif.

Selanjutnya akan dibahas data yang telah diperoleh peneliti yang mengacu

pada fokus penelitian yang telah ditetapkan peneliti pada bab III yaitu

kemampuan berfikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal khususnya pada

materi pola bilangan. Berikut ini pembahasan dari masing-masing subjek

penelitian.

1. Subjek Dengan Kategori Tinggi

Adapun hasil dari analisis jawaban tes kemampuan berfikir kreatif dan

hasil wawancara subjek dengan kategori tinggi yang berinisial NFL akan

dipaparkan pada pembahasan sebagai berikut:

a. Indikator Kefasihan

Berdasarkan dari hasil tes kemapuan berfikir kreatif nomor 1 dan hasil

dari wawancara menunjukkan, subjek memahami apa yang diminta pada soal

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan subjek yang mampu

menyelesaikan soal tes kemampuan berpikir kreatif nomor 1 dengan berbagai

macam pola bilangan. Subjek mampu membuat 7 pola bilangan yang berbeda

sehingga subjek dengan inisial NFL mendapat skor maksimal untuk soal tes

kemampuan berpikir kreatif nomor 1. Setelah dilakukan proses wawancara

dengan subjek, subjek mampu menjelaskan/mengungkapkan dengan baik apa

yang dipahami dari soal nomor 1 menggunakan bahasanya sendiri meskipun

pada saat tes, subjek tidak menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan.
70

Pada saat wawancara, subjek dapat menjelaskan dengan baik dan lancar

bagaimana dia mampu menyelesaikan soal nomor 1. Dapat dilihat dari hasil

wawancara, subjek mampu menjelaskan secara rinci cara yang digunakan

untuk membuat ke-7 pola bilangan tersebut. Adapun cara yang digunakan

subjek untuk membuat pola bilangan pertama dan pola bilangan ke-7 yaitu

mula-mula subjek menentukan suku pertama dan selisihnya, kemudian untuk

mencari 𝑈2 subjek menggunakan cara 𝑈1 + b, setelah itu subjek mencari

𝑈3 menggunakan cara yang sama dan seterusnya hingga menemukan 𝑈𝑛 = 25.

Sedangkan cara yang digunakan subjek untuk mencari pola bilangan ke-2

sampai pola bilangan ke-6 yaitu dengan berlandaskan pada pola bilangan

pertama (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,

22, 23, 24, 25), kemudian subjek menentukan selisihnya seperti selisih 2,

selanjutnya subjek melihat pola bilangan pertama apakah ada pola bilangan

yang dapat dihasilkan dengan menggunakan selisih 2, begitu pula dengan pola

bilangan ke-3 yang menggunakan selisih 3, pola bilangan ke-4 yang

menggunakan selisih 5, pola bilangan ke-5 menggunakan selisih 4 dan pola

bilangan ke-6 menggunakan selisih 6. Dari pekerjaan tes kemampuan berfikir

kreatif dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa subjek memenuhi indikator

kefasihan, serta dikategorikan fasih karena mampu memberikan jawaban yang

benar dan mampu memberikan alasan yang lengkap pada saat wawancara.
71

b. Indikator Fleksibilitas

Berdasarkan hasil dari tes kemapuan berfikir kreatif nomor 2 dan

wawancara menunjukkan bahwa subjek memahami apa maksud pada soal

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif nomor

2, subjek dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Dari

soal tes kemampuan berpikir kreatif nomor 2, subjek mampu menyelesaikan

soal tersebut menggunakan 3 cara penyelesaian yang berbeda dengan hasil

akhir yang benar. Hal ini sesuai dengan pendapat Vivin Septiana Riyadi Putri

& Pradnyo Wijayanti (dalam Saffawati, 2019:98), siswa berkemampuan

matematika tinggi mampu menyelesaikan soal open ended dengan cara lain,

selain itu siswa juga menemukan cara yang tidak biasa. Cara pertama, subjek

mencari selisih antara setiap suku menggunakan rumus b = 𝑈10 − 𝑈9 , setelah

menemukan selisihnya subjek menyusun titik-titik berbentuk piramida seperti

pada soal, pada baris paling bawah ada 40 titik, baris selanjutnya 36 titik, baris

selanjutnya 32 titik, baris selanjutnya 28 titik sampai pada baris pertama

tersisa 4 titik. Dapat dilihat bahwa untuk mencari baris selanjutnya subjek

mengurangi baris paling bawah dengan selisih atau untuk mencari 𝑈7 , subjek

menggunakan cara 𝑈8 − 𝑏. Cara kedua, subjek membuat pola 40, 36, 32, 𝑈7 ,

𝑈6 , 𝑈5 , 𝑈4 , 𝑈3 , 𝑈2 , 𝑈1 kemudian untuk mencari 𝑈7 subjek menggunakan cara

yang sama seperti cara pertama. Cara ketiga, subjek menggunakan rumus 𝑈𝑛 =

a + ( n – 1 ) b, untuk mencari a atau suku pertamanya subjek mengubah rumus

tersebut menjadi a = 𝑈𝑛 – ( n – 1) b. Setelah melalui proses wawancara

dengan subjek, subjek mampu menjelskan dengan baik apa yang dipahami

dari soal tersebut. Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa subjek dapat
72

menjelaskan kembali cara yang digunakan untuk menyelesaikan soal tes

nomor 2. Dari ke-3 cara yang digunakan, subjek mampu menjelaskan secara

terstruktur meskipun tidak lengkap bagaimana dia mampu menyelesaikan soal

tersebut. Hasil pekerjaan tes kemampuan berfikir kreatif serta wawancara,

dapat disimpulkan bahwa subjek memenuhi indikator fleksibilitas, serta

subjek dikategorikan fleksibel karena mampu menyelesaikan soal

menggunakan 3 cara penyelesaian dan mampu menjelaskan cara

penyelesaiannya pada saat proses wawancara.

c. Indikator Kebaruan

Berdasarkan hasil dari tes kemapuan berfikir kreatif nomor 2 dan

wawancara menunjukkan bahwa subjek memahami apa maksud pada soal

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif nomor

2, subjek dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Dapat dilihat bahwa subjek mampu menyelesaikan soal tes kemampuan

berpikir kreatif nomor 2 dengan menggunakan cara baru atau berbeda dengan

siswa lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Erry Hidayanto & Mirza

Amelia Oktaviani (dalam Saffawati, 2019:99) siswa berkemampuan

matematika tinggi memenuhi kriteria kebaruan karena siswa dapat menjawab

soal dengan cara yang tidak biasa atau jarang ditemukan siswa seusinya. Cara

baru yang digunakan subjek untuk menyelesaikan soal tes nomor 2 yaitu

dengan menggambar titik-titik berbentuk piramida sesuai soal, kemudian

mencari baris yang belum diketahui dengan cara baris sebelumnya dikurangi

selisih, hingga menemukan baris pertama berjumlah 4 atau 𝑈1 = 4. Setelah


73

melalui proses wawancara dengan subjek, subjek mampu

menjelaskan/mengkomunikasikan secara lancar cara baru yang digunakan.

Dari hasil wawancara, subjek sudah sering menggunakan cara tersebut untuk

mengerjakan soal sejenis dan cara penyelesaian tersebut diperoleh dari

pemikiran subjek sendiri. Meskipun sudah biasa mengerjakan soal sejenis ini,

subjek hanya mampu menggunakan 1 cara baru dalam pengerjaannya. Hasil

pekerjaan tes kemampuan berfikir kreatif serta wawancara, dapat disimpulkan

bahwa subjek memenuhi indikator kebaruan dan dikategorikan baru karena

mampu menyelesaikan soal dengan cara penyelesaian yang berbeda dari siswa

lainnya serta mampu menjelaskan dengan baik pada saat wawancara.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan

kategori tinggi memenuhi semua indikator berpikir kreatif yaitu kefasihan,

fleksibilitas dan kebaruan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dengan

kategori tinggi merupakan siswa yang kreatif.

2. Subjek dengan Kategori Sedang

Adapun hasil dari analisis jawaban tes kemampuan berfikir kreatif serta

wawancara subjek dengan kategori sedang yang berinisial PN akan dipaparkan

pada pembahasan sebagai berikut:

a. Indikator Kefasihan

Berdasarkan hasil dari tes kemampuan berfikir kreatif nomor 1 dan

wawancara menunjukkan bahwa subjek memahami apa maksud pada soal


74

tersebut. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.4 subjek dapat menyelesaikan

soal dengan baik. Akan tetapi subjek dengan inisial PN hanya dapat membuat

5 pola bilangan yang berbeda sehingga subjek dengan inisial PN tidak

mendapat skor maksimal untuk soal tes kemampuan berpikir kreatif nomor 1.

Setelah melalui proses wawancara dengan subjek, subjek mampu menjelaskan

dengan baik hasil pekerjaannya. Subjek dapat menjelaskan kembali cara yang

digunakan untuk membuat 5 pola bilangan tersebut. Adapun cara yang

digunakan subjek untuk membuat 5 pola bilangan yaitu menentukan suku

pertama dan suku kedua, setelah itu mencari selisih dengan mengurang antara

suku pertama dan kedua, selanjutnya untuk mencari suku ketiga subjek

menggunakan rumus 𝑈3 = 𝑈2 + b, hingga menemukan suku terakhirnya sama

dengan 25. Setelah ditelusuri lebih dalam, subjek belum mampu membuat

pola bilang selain dari hasil tes. Hasil pekerjaan tes kemampuan berfikir

kreatif serta wawancara, dapat disimpulkan bahwa subjek memenuhi indikator

kefasihan, meskipun tidak mendapat skor maksimal pada soal tes kemampuan

berpikir kreatif nomor 1, serta subjek dikategorikan fasih karena mampu

membuat 5 pola bilangan dan mampu menjelaskan cara yang digunakan pada

saat wawancara.

b. Indikator Fleksibilitas

Berdasarkan hasil dari tes kemapuan berfikir kreatif nomor 2 dan

wawancara menunjukkan bahwa subjek memahami apa maksud pada soal

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif nomor

2, subjek dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Dari
75

soal tes kemampuan berpikir kreatif nomor 2, subjek mampu menyelesaikan

soal tersebut menggunakan 2 cara penyelesaian yang berbeda dengan hasil

akhir yang sama. Cara pertama, subjek menggunakan rumus 𝑈𝑛 = a + ( n – 1 )

b, hingga subjek menemukan suku pertamanya yaitu 4. Cara kedua, subjek

terlebih dahulu subjek mencari selisihnya menggunakan rumus b = 𝑈10 - 𝑈9 ,

setelah menemukan selisihnya subjek dengan inisial PN mencari 𝑈7 hingga 𝑈1

dengan mengubah rumus mencari selisih yaitu 𝑈7 = 𝑈8 – b. Setelah melalui

proses wawancara dengan subjek, subjek mampu mengkomunikasikan dengan

baik apa yang dipahami dari soal tersebut. Dari hasil wawancara dapat dilihat

subjek mampu menjelaskan kembali 2 cara penyelesaian yang digunakan

untuk menyelesaikan soal tes kemampuan berpikir kreatif nomor 2 meskipun

kurang lengkap. Hasil pekerjaan tes kemampuan berfikir kreatif serta

wawancara, dapat disimpulkan bahwa subjek memenuhi indikator

fleksibilitas, serta subjek dikategorikan fleksibel karena mampu menggunakan

2 cara penyelesaian dan mampu menjelaskan kembali cara penyelesaian yang

digunakan pada saat wawancara.

c. Indikator Kebaruan

Berdasarkan hasil dari tes kemapuan berfikir kreatif nomor 2 dan

wawancara menunjukkan bahwa subjek memahami apa maksud pada soal

tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif nomor

2, subjek dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

Dapat dilihat bahwa subjek mampu menyelesaikan soal tes kemampuan

berpikir kreatif nomor 2 menggunakan 2 cara penyelesaian yang berbeda


76

namun belum mampu menggunakan cara baru atau berbeda dengan siswa

lainnya. Hal ini sesuai pendapat Tatag Yuli Eko Siswono (dalam Saffawati,

2019:101) siswa berkemampuan sedang tidak memenuhi kriteria kebaruan

karena siswa tidak bisa menjawab soal dengan cara yang tidak biasa atau

jarang ditemukan siswa seusianya. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara,

subjek sudah pernah mengerjakan soal yang sejenis namun untuk

penyelesaiannya belum mampu menggunakan cara baru atau berbeda dari

siswa lainnya. Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa cara penyelesaian

yang digunakan subjek diperoleh dari guru bidang studi matematika. Dari

hasil pekerjaan tes kemampuan berpikir kreatif dan wawancara, peneliti

menyimpulkan bahwa subjek tidak memenuhi indicator kebaruan dan subjek

dikategorikan tidak baru karena tidak dapat memunculkan cara penyelesaian

berbeda untuk menyelesaikan soal tes.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan

kategori sedang hanya mampu memenuhi 2 indikator berpikir kreatif yaitu

kefasihan dan fleksibilitas, serta belum mampu memenuhi indicator kebaruan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dengan kategori sedang merupakan

siswa yang tidak kreatif karena belum mampu memunculkan semua indikator

berpikir kreatif.
77

3. Subjek dengan Kategori Rendah

Adapun hasil dari analisis jawaban tes kemampuan berpikir kreatif dan

wawancara dengan subjek kategori rendah yang berinisial DA akan dipaparkan

pada pembahasan sebagai berikut:

a. Indikator Kefasihan

Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan hasil wawancara

menunjukkan bahwa subjek kurang memahami soal nomor 1. Akan tetapi

subjek mampu menyelesaikan soal tes kemampuan berpikir kreatif nomor 1

dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.7 subjek dapat

membuat 4 pola bilangan yang berbeda meskipun hanya menggunakan angka

1 sebagai suku pertama. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara, subjek

menjelaskan cukup baik hasil pekerjaannya. Dari hasil wawancara, diperoleh

bahwa subjek menggunakan cara yang sama untuk membuat 4 pola bilangan

dan belum mampu membuat pola bilangan selain itu. Adapun cara yang

digunakan subjek yaitu menentukan angka 1 sebagai suku pertama dari ke-4

pola bilangan yang akan dibuat, kemudian subjek menentukan selisihnya,

selanjutnya untuk mencari suku kedua subjek menggunakan cara 𝑈2 = 𝑈1 + b,

hingga menemukan 𝑈𝑛 = 25. Dari hasil pekerjaan tes kemampuan berpikir

kreatif dan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa subjek memenuhi

indikator kefasihan, meskipun hanya mampu membuat 4 pola bilangan pada

soal tes kemampuan berpikir kreatif nomor 1, serta serta subjek dikategorikan

fasih karena mampu membuat 4 pola bilangan dan mampu menjelaskan cara

yang digunakan pada saat wawancara.


78

b. Indikator Fleksibilitas

Berdasarkan hasil tes kemapuan berpikir kreatif nomor 2 dan hasil

wawancara menunjukkan bahwa subjek memahami apa yang dimaksud pada

soal tersebut. Terbukti dari soal tes kemampuan berpikir kreatif nomor 2,

subjek mampu menyelesaikan soal tersebut dengan cukup baik meskipun tidak

menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Siswono (dalam Defitriani, 2014:73) Siswono (2004) menyatakan

bahwa siswa yang berada pada tingkat kurang kreatif adalah siswa yang

mampu menunjukkan pemahaman terhadap tugas yang diberikan tetapi hasil

tugas siswa tidak memenuhi semua kriteria produk kreativitas. Terlihat subjek

hanya mampu menyelesaikan soal tes kemampuan berpikir kreatif dengan 1

cara penyelesaian saja. Adapun cara penyelesaian yang digunakan subjek

yaitu rumus 𝑈𝑛 = a + ( n – 1 ) b. Setelah dikonfirmasi melalui wawancara,

subjek mampu menjelaskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Hal

ini menandakan subjek tidak rinci dalam menyelesaikan soal tes karena subjek

tidak menuliskan yang diketahui dan ditanyakan. Dari hasil wawancara dapat

dilihat subjek hanya menyebutkan rumus yang digunakan dan tidak

menjelaskan langkah-langkah penggunaan rumusnya. Dari hasil pekerjaan tes

kemampuan berpikir kreatif dan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa

subjek tidak memenuhi indikator fleksibilitas dan dikategorikan tidak fleksibel

karena hanya mampu menggunakan 1 cara penyelesaian untuk menyelesaikan

soal tes.
79

c. Indikator Kebaruan

Berdasarkan hasil tes kemapuan berpikir kreatif nomor 2 dan hasil

wawancara menunjukkan bahwa subjek memahami apa yang dimaksud pada

soal tersebut. Dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif nomor 2, subjek

hanya mampu menggunakan 1 cara penyelesaian saja dan belum mampu

menggunakan cara penyelesaian baru atau berbeda dari siswa lainnya. Setelah

dikonfirmasi melalui wawancara, subjek sudah pernah mengerjakan soal yang

sejenis. Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa cara penyelesaian yang

digunakan oleh subjek diperoleh dari guru bidang studi matematika dan tidak

mempunyai cara penyelesaian yang lain atau cara penyelesaian yang baru

untuk menyelesaiakan soal tersebut. Dari hasil pekerjaan tes kemampuan

berpikir kreatif dan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa subjek tidak

memenuhi indikator kebaruan dan dikategorikan tidak baru karena subjek

belum mampu menggunakan cara penyelesaian yang baru untuk

menyelesaikan soal tes.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dilihat bahwa subjek dengan

kategori rendah hanya mampu memenuhi 1 indikator berpikir kreatif yaitu

kefasihan, serta belum mampu memenuhi indikator fleksibilitas dan indikator

kebaruan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dengan kategori rendah

merupakan siswa yang tidak kreatif karena hanya mampu memunculkan satu

indikator berpikir kreatif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mulyaningsih (2018) dengan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa semua


80

subjek mampu memperlihatkan kemampuan berfikir kreatif dan mewakili tingkat

kemampuan berfikir kreatif yang berbeda-beda dalam memperlihatkan indicator

kemampuan berfikir kreatif. Pada TKBK 4 (tingkat kemampuan berfikir kreatif 4)

atau dikatakan sangat kreatif. Subjek mampu memunculkan semua indikator

kemampuan berfikir kreatif dengan baik, yaitu kefasihan, fleksibilitas dan

kebaruan dalam memechkan suatu masalah. Kedua, subjek pada TKBK 3 (tingkat

kemampuan berpikir kreatif 3) atau dikatakan kreatif mampu memunculkan dua

dari tiga indicator kemampuan berfikir kreatif yaitu kefasihan dan fleksibilitas

yang baik ketika memecahkan suatu masalah. Ketiga, subjek pada TKBK 1

(tingkat kemampuan berpikir kreatif 1) atau kurang kreatif mampu memunculkan

indicator kemampuan berfikir kreatif yaitu kefasihan.

D. Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Hal ini dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang membuat

pengumpulan data pada penelitian ini tidak sesuai dengan yang telah direncanakan

peneliti. Adapun keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif kepada siswa yang dilakukan

secara daring. Hal ini dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang

membuat tenaga pendidik dan peserta didik melakukan pembelajaran

secara daring.

2. Pada saat dilakukan wawancara dengan subjek penelitian ini, peneliti tidak

mendapat izin dari orang tua subjek untuk bertemu langsung, dikarenakan

ketakutan orang tua subjek ditengah pandemi COVID-19.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti serta pada pembahasan

mengenai kemampuan berfikir kreatf peserta didik dalam memechkan masalah

matematika serta memperhatikan rumusan masalah pada bab I, maka peneliti

menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa untuk setiap kategori

adalah:

1. Subjek Dengan Kategori Tinggi

Subjek dengan kategori tinggi dikatakan kreatif karena memenuhi seluruh

indikator berfikir kreatif meliputi (a) kefasihn, karena subjek mampu membuat 7

pola bilangan yang berbeda dan mampu menjelaskan dengan baik pada saat

wawancara, (b) fleksibilitas, karena subjek mampu menyelesaikan soal tes

kemampuan berpikir kreatif menggunakan 3 cara penyelesaian dengan hasil akhir

yang benar dan mampu menjelaskan dengan baik cara yang digunakan, (c)

kebaruan, karena subjek mampu menyelesaikan soal tes kemampuan berfikir

kreatif dengan menggunakan cara penyelesaian yang berbeda dari siswa lainnya

serta mampu menjelaskan kembali cara baru yang digunakan.

2. Subjek Dengan Kategori Sedang

Subjek dengan kategori sedang dikatakan tidak kreatif karena hanya

memenuhi 2 indikator berfikir kreatif meliputi (a) kefasihan, karena subjek

mampu membuat 5 pola bilangan yang berbeda dan mampu menjelaskan dengan

baik pada saat wawancara, (b) fleksibilitas, karena subjek mampu menyelesaikan

81
82

soal tes kemampuan berpikir kretif menggunakan 2 cara penyelesaian dengan

hasil akhir yang benar dan mampu menjelaskan kembali cara yang digunakan, dan

belum memenuhi indikator berpikir kreatif yang terakhir yaitu kebaruan, karena

subjek belum mampu memunculkan cara baru atau belum mampu menyelesaikan

soal tes pada penelitian ini dengan menggunakan cara penyelesaian yang beda dari

siswa lainnya.

3. Subjek Dengan Kategori Rendah

Subjek dengan kategori rendah dikatakan tidak kreatif karena hanya dapat

memenuhi 1 indikator berfikir kreatif yaitu kefasihan, karena subjek mampu

membuat 4 pola bilangan yang berbeda dan mampu menjelaskan kembali cara

yang digunakan pada saat wawancara, sedangkan 2 indikator berpikir kreatif

lainnya belum terpenuhi yaitu (a) fleksibilitas, karena subjek hanya mampu

menyelesaikan soal tes kemampuan berpikir kretif menggunakan 1 cara

penyelesaian, (c) kebaruan, karena subjek belum mampu memunculkan cara baru

atau belum mampu menyelesaikan soal tes kemampuan berpikir kreatif dengan

menggunakan cara penyelesaian yang berbeda dari siswa lainnya.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dan penarikan kesimpulan yang

diperoleh peneliti, maka dari itu peneliti menyarankan:

1. Pengajar atau pendidik, dari hasil penelitian yang telah di lakukan peneliti,

tidak semua siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif. Maka dari itu dalam

proses pembelajaran, pengajar atau guru sebaiknya melatih kemampuan

berpikir kreatif siswa dengan memberikan soal open ended yang memiliki
83

banyak penyelesaian, tidak seperti soal-soal dari buku pembelajaran yang

hanya memiliki 1 cara penyelesaian saja.

2. Pengajar atau guru, dalam proses pembelajaran pada materi pola bilangan,

hendaknya menjelaskan dengan baik semua unsur dari materi ini sehingga

pada saat diperhadapkan pada soal-soal pola bilangan, siswa mampu

menyelesaikan soal dengan baik.

3. Pengajar atau guru, hendaknya selalu mengarahkan siswa untuk mengulangi

pembelajaran di rumah dan mengarahkan siswa untuk berlatih menyelesaikan

soal dengan berbagai cara penyelesaian dari berbagai macam sumber agar

kemampuan berpikir kreatif siswa dapat meningkat.

Mengingat penelitian ini masih terbatas pada mendeskripiskan kemampuan

berfikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan, maka diharapkan

untuk peneliti selanjutnya mampu melakukan penelitian lebh lanjut mengenai

beberapa hal yang terkait dengan masalah tersebut guna memperluas hasil

penelitian yang didapatkan.


DAFTAR PUSTAKA

Anggo mustamin. 2011. Pelibatan Metakognisi Dalam Pemecahan Masalah


Matematika. (Online). Vol. 01, No. 01, April 2011: 25-32
Defitriani Eni, 2014. Profil Berpikir Kreatif Siswa Kelas Akselerasi Dalam
Memecahkan Masalah Matematika Terbuka. (Online). Vol. 6, No. 2,
Desember 2014: 65-76
Direktorat Pembinaan SMP. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Handayani, dkk. 2018. “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
SMP Dalam Menyelesaikan Soal Adopsi PISA”. Jurnal Math Educator
Nusantara, (Online), Vol. 4 No .2, Nopember 2018: 143-156
Hodiyanto. 2014. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui
Pembelajaran Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Gender Pada Materi
Himpunan. Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, (Online) Vol. 3, No.
1, 27-41.
Mulyaningsih & Novisita Ratu. 2018. Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa
SMP dalam memecahkan masalah matematika pada materi pola barisan
bilangan. Jurnal Pendidikan Berkarakter. 1(1):34.
Mursidik, dkk. 2015. Kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah
matematika open-ended di tinjau dari tingkat kemampuan matematika pada
siswa sekolah dasar. Jurnal Pedagogia. 4(1):26.
Muthaharah, dkk. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Smp Dalam Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Mitra
pendidikan, (Online). Vol. 2, No. 1. 63:75
Novita Eva. 2017. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Emotional
Quotient Dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Teori Wallas
Di Kelas VIII SMP Negeri 17 Kota Jambi. Skripsi online. Jambi:
Universitas Jambi
Putra, dkk. 2018. Kemampuan berpikir kreatif matematik siswa SMP di Cimahi.
Jurnal Matematika kreatif-inovatif. 9(1):48.
Rahmawati, Fitriana. 2013. Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik
Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar. Makalah disajikan dalam Seminar Semirata,
Universitas Lampung, Lampung, 2013.
Rahmawati Irna. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
SMP. Skripsi online. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Ramdani Yani. 2006. “Kajian Pemahaman Matematika Melalui Etika Pemodelan
Matematika”. (Online). Vol. XXII No. 1 Januari – Maret 2006: 01 – 14
Ramlan Helmyaty. 2019. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal-Soal Logaritma Pada Kelas X Mia SMA Negeri 9
Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Unismuh Makassar.
Saffawati Diyana. 2019. Proses Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Open-Ended Pada Materi Kubus dan Balok Kelas VIII di MTs AL
Ma’rif Tulungagung Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi online. Tulungagung:
IAIN Tulungagung.
Sariningsih Ratna dan Indri Herdiman. 2017. “Mengembangkan Kemampuan
Penalaran Statistik dan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa Melalui
Pendekatan Open-ended”. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, (Online),
Vol. 4, No. 2, 2017, 239-246
Shadiq, Fadjar. 2014. Belajar Memecahkan Masalah Matematika. Yogyakarta:
GRAHA ILMU
Sudarma, Momon. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
ALFABETA, cv
Suparman. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Matematika
Realistik Indonesia Dalam Memfasilitasi Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa
pada Pokok Bahasan Bentuk-bentuk Aljabar Kelas VII MTs Madani Paopao
Kabupaten Gowa. Skripsi online. Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Widjajanti. 2009. Kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa calon
guru matematika: APA dan BAGAIMANA MENGEMBANGKANNYA.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional FMIPA UNY. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Widya, S. 2014. Deskripsi tingkat kemampuan berpikir kreatif (TKBK) pada
materi segiempat siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pabelan. Jurnal Pendidikan
matematika. 30(2): 84
LAMPIRAN 1

Instrumen Penelitian
LEMBAR SOAL TES

Sekolah : SMP GUPPI Samata


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Waktu : 60 menit
Petunjuk Pengerjaan Soal:
1. Tulislah Nama, Nis dan Kelas pada lembar jawaban yang telah disediakan!
2. Bacalah soal dibawah ini dengan cermat dan teliti!
3. Kerjakan secara individu dan tanyakan pada guru apabila terdapat soal yang
kurang jelas!
4. Gunakan berbagai strategi atau cara untuk menjawab soal!
5. Periksalah pekerjaan anda sebelum dikumpul!

Kerjakan Soal Berikut!


1. Buatlah minimal empat pola bilangan yang suku terakhirnya 25!
2. Panitia pelaksana lomba matematika tingkat nasional (Prisma) mengusung
denah ruangan lomba berbentuk piramida yang memiliki 10 baris. Jumlah kursi
pada baris ke-10 sebanyak 40 buah, sedangkan pada baris ke-8 dan ke-9
berturut-turut sebanyak 32 buah dan 36 buah. Tentukan jumlah kursi yang
harus disiapkan oleh panitia lomba pada baris pertamanya?
KISI-KISI TES SOAL KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

No.
Penyelesaian
Soal

1. Buatlah minimal empat pola bilangan yang suku terakhirnya 25!

Jawaban :

1. 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25
2. 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19,21,23,25
3. 1,4,7,10,13,16,19,22,25
4. 1,5,9,13,17,21,25
5. 1,7,13,19,25
6. 1,9,17,25
7. 1,13,25
8. 5,10,15,20,25
9. 1600,800,400,200,100,50,25
2. Panitia pelaksana lomba matematika tingkat nasional (Prisma) mengusung
denah ruangan lomba berbentuk piramida yang memiliki 10 baris. Jumlah
kursi pada baris ke-10 sebanyak 40 buah, sedangkan pada baris ke-8 dan ke-9
berturut-turut sebanyak 32 buah dan 36 buah. Tentukan jumlah kursi yang
harus disiapkan oleh panitia lomba pada baris pertamanya?

Penyelesaian:

Dik : 𝑈10 = 40
𝑈9 = 36
𝑈8 = 32

Dit : 𝑈1 = …?

Alternatif 1 (Menggunakan rumus baris dan deret aritmetika)

b = 𝑈10 - 𝑈9

b = 40 – 36 = 4

𝑈𝑛 = a + (n -1)b

𝑈10 = a + (10 -1)4


40 = a + (9)4

40 = a + 36

a = 40 – 36

a=4

Alternatif 2 (Menggunakan pola berdasarkan beda/selisih)

b = 𝑈10 - 𝑈9

b = 40 – 36 = 4

𝑈1 𝑈2 𝑈3 𝑈4 𝑈5 𝑈6 𝑈7 32 36 40

+4 +4 +4 +4 +4 +4 +4 +4 +4

Jadi, 𝑈7 + 4 = 32
𝑈7 = 32 – 4 = 28

𝑈6 + 4 = 28
𝑈6 = 28 – 4 = 24

𝑈5 + 4 = 24
𝑈5 = 24 – 4 = 20

𝑈4 + 4 = 20
𝑈4 = 20 – 4 = 16

𝑈3 + 4 = 16
𝑈3 = 16 – 4 = 12

𝑈2 + 4 = 12
𝑈2 = 12 – 4 = 8

𝑈1 + 4 = 8
𝑈1 = 8 + 4 = 4

Alternatif 3 (Menggunakan pola berdasarkan beda/selisih

40 36 32 28 24 20 16 12 8 4

-4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4 -4
PENSKORAN

No. Soal Skor Keterangan

50 Lebih dari tujuh jawaban

40 Lima atau tujuh jawaban


1
30 Empat jawaban

0 Tidak menjawab

50 Lebih dari tiga cara penyelesaian

40 Dua atau tiga cara penyelesaian


2
30 Hanya satu cara penyelesaian

0 Tidak menjawab

PEDOMAN WAWANCARA

 Tujuan : Mengetahui dan menguatkan kemampuan berpikir kreatif siswa


berdasarkan 3 indikator berpikir kreatif.
 Metode : Wawancara tidak terstruktur
 Langkah Pelaksanaan
1. Wawancara dilakukan secara face to face, yakni terjadi kontak langsung
antara peneliti dan informan. (disesuaikan dengan kondisi saat ini).
2. Wawancara dilakukan setelah terjadi kesepakatan waktu dan tempat
pelaksanaan wawancara antara peneliti dan informan.
3. Pertanyaan yang diberikan tidak harus sama, tetapi memuat pokok
permasalahan yang sama.
4. Apabila siswa mengalami kesulitan dengan pertanyaan tertentu, siswa
akan diberikan pertanyaan yang lebih sederhana tanpa menghilangkan inti
permasalahan.
 Petunjuk Wawancara :
1. Wawancara dilakukan setelah dilakukan pengerjaan soal tes kemampuan
berpikir kreatif.
2. Narasumber yang diwawancarai adalah siswa kelas VIII SMP GUPPI
Samata.
3. Proses wawancara didokumentasikan dengan menggunakan media
audio/dicatat
 Indikator :
Kemampuan Berpikir Kreatif
1. Kefasihan
Siswa dikatakan fasih ketika dapat menyelesaikan soal dengan bermacam-
macam jawaban.
2. Fleksibelitas
Siswa dikatakan fleksibel ketika dapat menyelesaikan soal tidak dengan
satu cara tetapi bisa memberikan cara lain.
3. Kebaruan
Siswa dikatakan mampu ketika dapat menyelesaikan soal dengan cara lain
yang baru dan tidak biasa digunakan.
 Pertanyaan Pokok
1. Apa yang anda pahami dari soal tersebut?
2. Bagaimana ide awal anda untuk menyelesaikan soal tersebut?
3. Apa pendapat anda tentang soal tersebut?
4. Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk menyelesaikan soal
tersebut?
5. Apakah anda memiliki cara lain untuk menyelesaikan soal tersebut? Jika
ada, dari mana anda mengetahui cara tersebut?
Kategori Penilaian Indiktor Kemampuan Berpikir Kreatif

Indikator Penilaian Kategori

Kefasihan Jawaban benar, sesuai prosedur matematis yang Fasih


sesuai dan memberikan alasan yang lengkap.
Jawaban benar, tidak sesuai dengan prosedur
matematis dan tidak memberikan alasan yang Kurang Fasih
lengkap.

Jawaban salah/Tidak ada jawaban Tidak Fasih

Fleksibelitas Menemukan lebih dari satu cara dalam menyelesaikan


masalah dan menggunakan prosedur matematis yang Fleksibel

sesuai, serta dengan alasan lengkap.


Menemukan lebih dari satu cara dalam menyelesaikan Kurang
masalah, namun menggunakan prosedur matematis Fleksibel
yang sesuai dan tidak disertai dengan alasan lengkap.
Jawaban salah/Tidak ada jawaban. Tidak Fleksibel

Kebaruan Menggambarkan penyelesaian masalah yang


diberikan dengan cara yang berbeda dari orang lain Baru
serta sesuai dengan konsep yang dimaksud secara
lengkap dan tepat, lalu disertai alasan.
Menggambarkan penyelesaian dari masalah yang
diberikan dengan cara yang berbeda dengan orang Kurang Baru

lain tanpa disertai alasan.


Jawaban salah/Tidak ada jawaban. Tidak Baru
LAMPIRAN 2

Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif


LAMPIRAN 3

Transkip Hasil Wawancara


1. Subjek Tinggi

a. Nomor 1

P1-W01 : Coba adik bacakan soal nomor 1!


ST1-W01 : (Membaca soal)
P1-W02 : Apakah adik pernah mengerjakan soal seperti ini?
ST1-W02 : Tidak kak
P1-W03 : Apakah adik paham soal ini?
ST1-W03 : Iye kak
P1-W04 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
ST1-W04 : Yang diketahui disoal ini kak yaitu suku terakhirnya atau
𝑈𝑛 nya itu 25 dan disoal ini diminta buat berbagai macam
pola bilangan yang suku terakhirnya 25. Disoal soal ini
juga tidak membatasi jenis pola bilangannya kak, jadi
banyak jenis pola bilangan yang bisa saya buat.
P1-W05 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
ST1-W05 : Pertama itu kak, ku tentukan suku pertamanya, terus ku
tentukan selisihnya antara setiap suku, baru ku jumlah suku
pertamanya sama selisihnya untuk na dapat suku kedua,
nah begitu selanjutnya sampai ku dapat suku terakhirnya
25 kak.
P1-W06 : Dari ke-7 pola bilangan, apakah cara yang adik gunakan
sama?
ST1-W06 : Tidak kak, hanya pola bilangan pertama dan pola
bilangan ke-7.
P1-W07 : Kalau begitu bagaimana cara adik membuat pola
bilangan ke-2 sampai pola bilangan ke-6?
ST1-W07 : Pola bilangan pertama itu kak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
dari situ ku liat yang mana bisa ku jadikan pola bilangan
kak. Caranya itu langsung ku tentukan selisihnya, seperti
pola bilangan ke-2 itu selisihnya 2, pola bilangan ke-3 itu
selisihnya 3, pola bilangan ke-4 itu selisihnya 5, pola
bilangan ke-5 itu selisihnya 4, pola bilangan ke-6 itu
selisihnya 6.
P1-W08 : Apakah hanya 4 pola bilangan yang bisa adik buat dari
pola bilangan pertama?
ST1-W08 : Iya kak, karna kalau selisih 7 itu tidak na dapat suku
terakhirnya 25.
P1-W09 : Bagaimana adik membuat pola bilangan ke-7?
ST1-W09 : Sama dengan pola bilangan yang pertama kak.
P1-W10 : Bagaimana bisa adik yakin akan mendapat suku terakhir
25?
ST1-W10 : Banyak angka yang ku coba kak sampai ku dapat pola ke-
7
P1-W11 : Apa ada kendala atau kesulitan yang adik dapatkan
dalam menyelesaikan soal ini?
ST1-W11 : Tidak ada kak.
P1-W12 : Apakah waktu yang diberikan cukup untuk mengerjakan
soal ini?
ST1-W12 : Iya kak

b. Nomor 2

P2-W01 : Lanjut ke soal nomor 2. Coba adik bacakan soal nomor 2!


ST2-W01 : (Membaca soal)
P2-W02 : Apakah adik pernah mengerjakan soal seperti ini?
ST2-W02 : Iya kak
P2-W03 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
ST2-W03 : Yang ku ketahui disoal ini kak, mau disusun kursi bentuk
piramida sebanyak 10 baris, kursi dibaris ke-10 sebanyak
40, dibaris ke-9 ada 36, dibaris ke-8 ada 32 jadi suku ke-10
= 40, suku ke-9 = 36 sama suku ke-8 = 32. Yang
ditanyakan kursi dibaris pertamanya atau suku
pertamanya.
P2-W04 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
ST2-W04 : Ku tuliskan dulu diketahui sama ditanyakannya kak, terus
ku kurangi suku ke-10 sama suku ke-9 untuk tahu
selisihnya. Nah cara pertama ku itu kak, gambar ka titik
bentuk piramida sesuai soal mulai dari baris paling
terakhir. Buat ka 40 titik-titik dibaris ke-10, 36 dibaris ke-
9, 32 dibaris ke-8 sampai dibaris pertama sisah 4 titik.
Cara kedua ku kak, buat ka pola bilangan mulai 𝑈10 , 𝑈9
sampai 𝑈1 , baru ku ganti mi 𝑈10 = 40, 𝑈9 = 36, 𝑈8 = 32,
karena ku tahu mi selisihnya itu 4, jadi untuk cari 𝑈7 nya,
sisa ku kurangi 4 𝑈8 nya ka, jadi 𝑈7 nya itu 28, begitu cara
ku kak sampai dapat 𝑈1 = 4 kak. Cara ketiga pake ka rumus
𝑈𝑛 = a + (n -1)b kak, terus ku ubah modelnya jadi a = 𝑈𝑛 -
(n -1)b, karena yang ditanyakan itu suku pertamanya atau
a kak, terus yang lain diketahui mi.
P2-W05 : Saya liat disini (Sambil melihat soal) adik menyelesaikan
soal ini menggunakan tiga cara penyelesaian. Dari mana
adik mengetahui cara ini (Memperlihatkan lembar
jawaban)?
ST2-W05 : Iya kak, cara pertama sama cara kedua biasa saya pakai
supaya cepat kak, tidak perlu juga saya cakar (kerja
dikertas buram). Cara pertama saya pikir sendiri kak,
kalau cara kedua sama cara ketiga biasa diajarkan sama
guru.
P2-W06 : Apakah masih ada cara penyelesaian yang adik ketahui
selain ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
ST2-W06 : Tidak ada kak.
P2-W07 : Cukup ji waktu yang diberikan untuk kerja ini soal?
ST2-W06 : Iye kak

2. Subjek Sedang

a. Nomor 1

P1-W01 : Coba adik bacakan soal nomor 1?


SS1-W01 : (Membaca soal)
P1-W02 : Apakah adik pernah mengerjakan soal seperti ini?
SS1-W02 : Tidak kak, cuman biasa saya liat dibuku kak tapi bukan
soal kak
P1-W03 : Apakah adik paham soal ini?
SS1-W03 : Iya kak
P1-W04 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
SS1-W04 : Yang diketahui suku terakhirnya kak, kemudian yang
ditanyakan atau disuruh buat pola bilangan.
P1-W05 : Bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SS1-W05 : Ku tentukan dulu suku pertamanya sama keduanya kak,
nah dari situ bisa ku tau selisihnya kak. Jadi untuk cari
suku ketiganya ku jumlah suku keduanya dengan selisihnya,
begitu lagi cara ku sampai dapat suku terakhirnya 25 kak.
P1-W06 : Dari 5 pola bilangan yang adik buat, apakah cara untuk
membuatnya sama?
SS1-W06 : Iya kak.
P1-W07 : Apakah hanya 5 pola bilangan ini yang bisa adik buat?
SS1-W07 : Iya kak.
P1-W08 : Yakin jki dengan ini cara ta?
SS1-W08 : Iya kak, karena dapat ji suku terakhirnya 25 meskipun
lama baru ku dapat.
P1-W09 : Ada kendala atau kesulitan ta selesaikan ini soal?
SS1-W09 : Tidak ada kak.
P1-W10 : Apakah waktu yang diberikan cukup untuk mengerjakan
soal ini?
SS1-W10 : Iya kak

b. Nomor 2

P2-W01 : Lanjut ke soal nomor 2. Coba adik bacakan soal nomor 2!


SS2-W01 : (Membaca soal)
P2-W02 : Apakah adik pernah mengerjakan soal seperti ini?
SS2-W02 : Pernah kak
P2-W03 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
SS2-W03 : Yang diketahui itu kak baris ke-10, baris ke-9 sama baris
ke-8. Yang ditanyakan baris pertamanya kak atau 𝑈1 nya.
P2-W04 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SS2-W04 : Pertama ku tulis diketahui dan ditanyakannya kak,
kemudian saya masukkan mi yang diketahuinya dirumus
𝑈𝑛 = a + (n -1)b kak sampai ku dapat 𝑈1 atau a = 4. Kedua
itu kak pake ka rumus mencari selisih b = 𝑈10 - 𝑈9 = 4,
terus untuk cari 𝑈7 , ku ubah rumus mencari selisih jadi
𝑈7 = 𝑈8 – b, sampai 𝑈1 = 𝑈2 - 4
P2-W05 : Disini (Sambil melihat soal) adik menyelesaikan soal
menggunakan dua cara penyelesaian. Dari mana adik
mengetahui cara ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
SS2-W05 : Dari guru kak, waktu pelajaran ini.
P2-W06 : Apakah masih ada cara penyelesaian yang adik ketahui
selain ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
SS2-W06 : Tidak ada kak.
P2-W07 : Apakah waktu yang diberikan cukup untuk menyelesaikan
soal ini?
SS2-W07 : Iya kak

3. Subjek Rendah

a. Nomor 1

P1-W01 : Coba adik bacakan soal nomor 1!


SR1-W01 : (Membaca soal)
P1-W02 : Apakah adik pernah mengerjakan soal seperti ini?
SR1-W02 : Belum pernah kak.
P1-W03 : Apakah adik paham soal ini?
SR1-W03 : Iya kak
P1-W04 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
SR1-W04 : Disuruh buat pola bilangan yang suku terakhirnya 25 kak.
P1-W05 : Nah, bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SR1-W05 : Buat mka 4 pola bilangan yang suku pertamanya 1 kak,
baru selisihnya ku tentukan, baru ku jumlah selisih sama
suku pertama sampai ku dapat 25.
P1-W06 : Apa masih ada pola bilangan yang bisa adik buat selain 4
ini?
SR1-W06 : Tidak ada kak
P1-W07 : Ada kendala atau kesulitan yang adik dapat untuk
menyelesaikan soal ini?
SR1-W07 : Tidak ada kak.
P1-W08 : Apakah waktu yang diberikan cukup untuk mengerjakan
soal ini?
SR1-W08 : Iya kak.

b. Nomor 2

P2-W01 : Lanjut ke soal nomor 2. Coba adik bacakan soal nomor 2!


SR2-W01 : (Membaca soal)
P2-W02 : Apakah adik pernah mengerjakan soal seperti ini?
SR2-W02 : Pernah kak
P2-W03 : Informasi apa yang adik dapatkan dari soal ini (Sambil
menunjuk soal)?
SR2-W03 : Yang diketahui baris 10, baris 9, baris 8 kak sama
ditanyakan baris pertama kak.
P2-W04 : Kalau begitu kenapa adik tidak menuliskan yang
diketahui dan yang ditanyakan?
SR2-W04 : (Diam)
P2-W05 : Ok lanjut. Bagaimana cara adik menyelesaikan soal ini?
SR2-W05 : Pake rumus 𝑈𝑛 = a + (n -1)b kak.
P2-W06 : Dari mana adik mengetahui cara ini (Memperlihatkan
lembar jawaban)?
SR2-W06 : Dari guru kak.
P2-W07 : Apakah masih ada cara penyelesaian yang adik ketahui
selain ini (Memperlihatkan lembar jawaban)?
SR2-W07 : Tidak ada kak.
P2-W08 : Apakah waktu yang diberikan cukup untuk mengerjakan
soal ini?
SR2-W08 : Iya kak.
LAMPIRAN 4

Administrasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ALFIAN. Lahir di Siwa Kabupaten Wajo, Sulawesi

Selatan pada tanggal 19 Januari 1997. Ia anak ketiga

dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Drs.

Muslimin (Alm.) dan Ibu Hamirah Harna, S.E.

Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2003 di

SDN 399 Siwa dan tamat pada tahun 2009. Ia lulus

dari sekolah menengah pertama pada tahun 2012 di

SMP Negeri 1 Pitumpanua dan lulus dari sekolah menengah atas pada tahun 2015

di SMA Negeri 1 Pitumpanua.

Pada tahun 2016 ia melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah

Makassar mengambil Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Semasa aktif

kuliah, ia aktif di HMJ Pendidikan Matematika periode 2018-2019 sebagai

anggota bidang Pengembangan Organisasi dan periode 2019-2020 sebagai Ketua

Bidang Pengembangan Organisasi.

Berkat karunia Allah SWT. penulis dapat menyelesaikan studi di

Universitas Muhammadiyah Makassar dengan tersusunnya skripsi dengan judul

“Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Pola Bilangan pada Kelas VIII SMP Guppi Samata”

Anda mungkin juga menyukai