Anda di halaman 1dari 125

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANGKALA BARAT DALAM


MENYELESAIKAN SOAL CERITA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh
AHMAD SYAFII
NIM 10536 11195 16

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Nama : AHMAD SYAFII

NIM : 105361119516

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1

Bangkala Barat dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah asli hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan atau dibuatkan oleh
siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2020


Yang Membuat Pernyataan

Ahmad Syafii
NIM. 105361119516

iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Nama : AHMAD SYAFII

NIM : 105361119516

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Bangkala Barat dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:


1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober 2020


Yang Membuat Perjanjian

Ahmad Syafii
NIM. 105361119516

v
MOTO DAN PERSEMBAHAN

The Most Importent Thing in Life is

Bersabar dan Bersyukur.

Kubersembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa setulus hati


kepadaku dan memberi semangat di setiap langkahku. Lalu kepada
saudara saudariku yang saya sayangi dengan penuh perhatiannya
kepadaku. Karya ini juga kupersembahkan untuk sahabat-sahabat
seperjuanganku yang tak lekang oleh waktu memberikan semangat
dan dukungan sosial yang tak akan pernah kulupakan, serta kampus
tercinta Universitas Muhammadiyah Makassar dan tanah air ku
Indonesia.

vi
ABSTRAK

Ahmad Syafii, 2020. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bangkala Barat dalam Menyelesaikan Soal
Cerita. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I
Prof. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. dan pembimbing II Ilhamsyah, S.Pd., M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan


pemecahan masalah siswa kelas VIII.B SMP Negeri 1 Bangkala Barat dalam
menyelesaikan soal cerita pola bilangan. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang dirancang untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dalam pokok bahasan pola bilangan. Teknik pengumplan data
berupa tes dan wawancara. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan
pemecahan masalah yang berjumlah 3 soal. Wawancara dilakukan untuk lebih
menggali kemampuan pemecahan masalah siswa. Subjek penelitian terdiri dari 1
siswa kategori tinggi, 1 siswa kategori sedang dan 1 siswa kategori rendah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Siswa pada kategori tinggi dalam mengerjakan
soal cerita pola bilangan mampu memahami masalah dengan baik, mampu
menyusun rencana penyelesaian dan melaksanakan dengan langkah-langkah
penyelesaian yang tepat, serta mengevaluasi atau memeriksa kembali jawaban
sebelum membuat kesimpulan atau interpretasi. (2) Siswa pada kategori sedang
mampu memahami soal dengan cukup baik, namun tidak menuliskan informasi
yang diketahui dan hal apa yang ditanyakan ketika menjawab soal cerita pola
bilangan, mampu menyusun rencana dan melaksanakan rencana penyelesaian
sesuai dengan langkah penyelesaian dan aturan operasi hitung campuran dengan
tepat. (3) Siswa pada kategori rendah tidak mampu memahami soal cerita pola
bilangan, tidak mampu merencanakan dan melaksanakan penyelesaian, serta tidak
mampu mengevaluasi dan menginterpretasi jawaban yang diperoleh.

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Soal Cerita.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita curahkan kepada Allah SWT atas segala

karunia, nikmat yang berlimpah sehingga kita senantiasa dalam lindungan rahmat

dan hidayahnya. Salam berserta shalawat senantiasa kita haturkan kepada baginda

Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh ummat di muka

bumi ini.

Alhamdulillah atas karunia yang telah diberikan penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bangkala Barat dalam

Menyelesaikan Soal Cerita”

Skripsi ini selesai tentunya berkat beberapa partisipasi, dukungan dan

bimbingan dari sekitar, olehnya itu izinkan penulis menyampaikan banyak

terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua beserta keluarga yang senantiasa memberikan kasih dan

sayangnya dalam menyelesiakan pendidikan.

2. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Ayahanda Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ayahanda Mukhlis, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

viii
5. Ayahanda Ma’rup, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

6. Ayahanda Prof. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., dan Ayahanda Ilhamsyah, S.Pd.,

M.Pd., selaku dosen pembimbing telah membimbing, mengarahkan dan

memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

7. Ayahanda Amri, S.Pd., MM., dan Ayahanda Wahyuddin, S.Pd., M.Pd.,

selaku validator yang telah memberikan arahan dan petunjuk terhadap

instrumen penelitian.

8. Para Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah bersedia

memberikan ilmunya dalam proses studi.

9. Para staf Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang memberikan arahan

dalam proses perkuliahan dan akademik.

10. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bangkala Barat yang telah membantu

penelitian dalam hal pemberi izin penelitian.

11. Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 1 Bangkala Barat yang telah

membantu peneliti selama proses penelitian.

12. Siswa-siswi kelas VIII.B SMP Negeri Bangkala Barat yang telah bekerja

sama dalam terlaksananya penelitian ini.

13. Teman-teman pengurus HMJ Pendidikan Matematika yang senantiasa

memberikan support, memberikan ide maupun motivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

ix
14. Teman-teman angkatan 2016 Pendidikan Matematika khususnya 2016 F, dan

Pa’bentengan Squad yang senantiasa bersedia menemani peneliti selama

proses penelitian, untuk bantuannnya dalam memberikan ide dan motivasi

selama penyusunan skripsi ini.

15. Seluruh pihak yang telah memberikan masukan, saran, motivasi dan

supportnya dalam menyelesaikan tulisan ini yang peneliti tidak sempat

tuangkan satu persatu dalam tulisan ini.

Akhirnya penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-

rekan mahasiswa dan para pembaca. Semoga segala bentuk kebaikan senantiasa

bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Makassar, Oktober 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN ........................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
DAFTAR TABEL.................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang .............................................................................. 1

2. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

5. Batasan Istilah ............................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Matematika ...................................................................... 6

2. Pemecahan Masalah Matematis .................................................... 7

xi
xii

3. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis................. 9

4. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Matematis ....................... 10

xii
5. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ............... 11

6. Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika ............................... 13

7. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian .............................................................................. 17

2. Subjek Penelitian........................................................................... 17

3. Sumber Data .................................................................................. 18

4. Prosedur Penelitian........................................................................ 18

5. Instrumen Penelitian...................................................................... 19

6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 20

7. Teknik Analisis Data ..................................................................... 21

8. Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Tes Pemilihan Subjek .......................................................... 25

2. Pengkodean Subjek Penelitian ...................................................... 26

3. Paparan Data ................................................................................. 27

4. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


xiii
xiv

1. Kesimpulan ................................................................................... 51

2. Saran.............................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 53

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Indikator Pemecahan Masalah Matematika .......................................... 12

3.1 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematis Siswa ............... 21

3.2 Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ......... 22

4.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik.. 25

4.2 Pengkodean Subjek Penelitian ............................................................. 27

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar

1.1 Hasil Observasi Siswa ........................................................................... 3

4.1.1 Jawaban tes untuk soal nomor 1 subjek KT ....................................... 28

4.1.2 Jawaban tes untuk soal nomor 2 subjek KT ....................................... 30

4.1.3 Jawaban tes untuk soal nomor 3 subjek KT ....................................... 32

4.2.1 Jawaban tes untuk soal nomor 1 subjek KS ....................................... 34

4.2.2 Jawaban tes untuk soal nomor 2 subjek KS ....................................... 36

4.2.3 Jawaban tes untuk soal nomor 3 subjek KS ....................................... 38

4.3.1 Jawaban tes untuk soal nomor 1 subjek KR....................................... 41

4.3.2 Jawaban tes untuk soal nomor 2 subjek KR........................................ 43

4.3.3 Jawaban tes untuk soal nomor 3 subjek KR........................................ 44

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada masa perubahan, kita dapat melihat beberapa perkembangan yang

sangat pesat diantaranya adalah, ilmu pengetahuan, teknologi dan sumber daya

yang mampu bersaing yang mampu memiliki kualitas yang tinggi. Upaya yang

mampu mendukung hal tersebut adalah dengan adanya sarana pendidikan.

Pendidikan adalah sarana dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga

mampu membentuk pribadi yang lebih baik yang harus diiringi dengan usaha

yang giat. Dengan penguasaan ilmu pengetahuan serta keterampilan, maka

seseorang akan mampu menjadikan bekal dalam mengatasi masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

Matematika adalah pembelajaran yang terdapat dalam komponen

kurikulum di sekolah yang sebagai ilmu dasar dalam pembelajaran yang mampu

memberikan efek yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Hudojo dalam

Wahyuddin, (2013: 1) mengemukakan bahwa “Dalam perkembangan modern,

matematika memegang peranan penting karena dengan matematika semua ilmu

pengetahuan sempurna”. Proses belajar di sekolah adalah suatu upaya yang

mampu melatih tingkat berpikir siswa (kreatif, kritis, logis, sistematis dan lainnya)

sehingga mampu dijadikan penunjang dalam pemecahan masalah dalam

kehidupan sehari-hari dan mengembangkan kratifitas. Itulah yang menjadi salah

1
2

satu penyebab bahwa pentingnya pelajaran matematika di semua jenjang

pendidikan.

2
3

Penguasaan terhadap teknologi, keterampilan teknis dan ilmu pengetahuan

yang memiliki hubungan di aspek ilmu adalah hard skill. Hard skill matematik

pada peserta didik dimulai dari kompetensi inti hingga kompetensi dasar pada

tingkatan kelas. Dalam Hendriana dkk. (2017: 1) mengungkapkan bahwa terdapat

8 jenis hard skill matematis diantaranya adalah kemamampuan memecahkan

masalah, koneksi, berpikir kritis, berpikir logis, berpikir kreatif, pemahaman,

komunikasi dan bernalar. Menurut kementrian pendidikan dan kebudayaan (2017:

10) bahwa “Pemecahan masalah adalah kemampuan yang memiliki korelasi

dengan tujuan dalam pembelajaran khusunya matematika. Sedangkan Branca

(Sumarno, 2010) mengungkapkan bahwa “Pemecahan masalah matematika

meliputi beberapa aspek yaitu prosedur, strategi dan metode sebagai hal yang

penting sekaligus utama pada pembelajaran matematika. Pemecahan masalah juga

berkaitan dengan penalaran, proses berpikir dan penerapan pengetahuan.

Pemecahan masalah merupakan usaha dalam mencapai solusi dari suatu

masalah sehingga kemampuan pemecahan masalah sangat dibutuhkan siswa

dalam pembelajaran matematika karena memiliki korelasi dengan kehidupan

sehari-hari, kemampuan tersebut dapat terlihat melalui pemahaman siswa baik

dalam memilih prosedur strategi dan penerapannya (Hendriana dkk, 2017: 44).

Soal cerita matematika adalah soal berbentuk uraian bukan soal hitungan

biasa yang digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam

memecahkan masalah sehari-hari Haji (Mahmudah, 2015:167).


4

Berdasarkan hasil data yang diperoleh peneliti dengan guru mata pelajaran

matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Bangkala Barat pada tanggal 03 Desember

2019, bahwa siswa memiliki beberapa masalah yang dihadapi diantaranya adalah

siswa diperhadapkan pada suatu masalah ataupun siswa tidak mampu menemukan

solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi. Adapun tes awal pada saat

observasi yang diberikan kepada siswa di materi barisan dan deret, dengan soal

sebagai berikut: “Rahma menabung di bank BRI pada bulan Februari. Jika

uangnya menjadi Rp. 1.200.000,- pada bulan April dan menjadi Rp. 1.700.000,-

pada bulan September. Maka berapakah besar tabungan Rahma pada saat

pertama kali menabung di bank BRI?”

Gambar 1.1 Hasil Observasi Siswa

Dari hasil observasi awal peneliti di sekolah, siswa kurang memahami

masalah, sehingga apa yang ditanyakan pada soal tersebut tidak dapat diselesaikan

dengan baik. Dalam menjalankan strategi siswa hanya bisa menjalankan apa yang

dia ketahui dalam menyelesaikan soal, sehingga siswa tidak mampu memberikan

kesimpulan pada soal.

Dalam pembelajaran matematika tentunya siswa harus mampu

menggunakan prinsip ataupun prosedur dengan benar dan pemilihan yang tepat
5

dalam menyelesaikan masalah matematika khususnya pada masalah sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa siswa

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal khususnya pada soal cerita, siswa

tidak mampu menuliskan informasi yang tertera pada soal, tidak mampu

merencanakan langkah selanjutnya dan tidak mampu menggunakan prosedur

secara tepat sehingga tidak sesuai dengan hasil jawaban yang diinginkan.

Dari penjelasan tersebut, dapat diuraikan bahwa kemampuan pemecahan

masalah dalam menyelesaikan soal cerita adalah kemampuan yang sangat penting

sehingga dengan kemampuan tersebut siswa mampu mengupayakan mencari

solusi terhadap masalah yang dihadapi. Hal tersebut menjadi suatu acuan sehingga

peneliti mengangkat judul tentang “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bangkala Barat dalam

Menyelesaikan Soal Cerita”.

2. Rumusan Masalah

Dari paparan di atas, penulis merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Bangkala Barat dalam menyelesaikan soal cerita?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bangkala Barat dalam menyelesaikan soal cerita.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian dibagi menjadi 2 yaitu:


6

1. Manfaat Teoritis

Mampu memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, pemikiran dan wawasan dalam meningkatkan kualitas

pendidikan khusnya dalam pemecahan masalah matematika.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi pendidik dan sekolah, sebagai bahan pertimbangan dan acuan

untuk menyusun proses belajar mengajar dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.

2. Bagi siswa, sebagai referensi dalam menambah wawasan tentang

bagaimana memecahkan masalah pada soal cerita pola bilangan.

3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi bagi calon peneliti yang memiliki

kajian serupa atau relevan dengan penelitian ini.

3. Batasan Istilah

Adapun batasan istilah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud adalah tahap dalam

menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan tahapan Polya

meliputi: (1) memahami masalah, (2) membuat rencana penyelesaian, (3)

melaksanakan rencana, dan (4) memeriksa kembali jawaban.

2. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah mendeskripsikan

kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk soal cerita.

3. Soal cerita yang dimaksud pada penelitian ini adalah soal pola bilangan

yang disajikan dalam bentuk cerita pendek berupa masalah kehidupan

sehari-hari.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) matematika adalah ilmu

tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasi yang digunakan

dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Istilah matematika berasal dari

kata Yunani Latin mathematika yang mulanya berawal dari perkataan Yunani

mathematike artinya mempelajari. Kata tersebut berasal dari kata mathema,

artinya ilmu atau pengetahuan (knowledge, science). Kata lain yang berhubungan

dengan mathematike, yaitu mathei atau mathenein berarti belajar (berpikir). Dari

asal kata, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang

diperoleh dari bepikir (bernalar). Berikut pengertian matematika menurut

beberapa ahli:

1. Revyareza (2013)

Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan

menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk

karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan

penalaran.

2. Hamzah, dkk (2014)

7
8

Matematika memiliki aspek teori dan aspek terapan atau praktis dan

penggolongannya atas matematika murni, matematika terapan dan

matematika sekolah.
9

3. Johnson, dkk (dalam Abdullah, 2016)

Matematika merupakan pembelajaran yang mampu melatih tingkat berpikir,

mampu memberikan pembuktian secara logis yang terorganisir mulai dari

sifat, teori, aksioma yang sebelumnya telah disepakati dan telah terbukti

kebenarannya.

Berdasarkan paparan beberapa ahli di atas, peneliti mengartikan bahwa

matematika adalah pengetahuan tentang pola, sifat, dan konsep terstruktur yang

saling berhubungan untuk mendefinisikan kebenaran secara cermat, jelas, dan

akurat serta melatih berpikir tentang logika dan penalaran.

4. Pemecahan Masalah Matematis

Menurut Roebyanto, dkk (2017: 2) bahwa sesuatu dianggap masalah jika

hal tersebut memiliki tantangan dan tidak mampu diselesaikan secara terstruktur

dan benar oleh seseorang.

Masalah matematika dapat dibedakan berdasarkan (1) tujuan dari masalah

dan (2) banyaknya jawaban. Berdasarkan tujuannya, masalah dibagi atas dua yaitu

masalah menemukan (problem to find), dan masalah membuktikan (problem to

prove) (Polya, 1981). Masalah menemukan bertujuan untuk menemukan

(menghasilkan, membentuk, mengidentifikasi, atau mendapatkan) suatu objek

tertentu yang merupakan bagian yang tidak diketahui dari masalah. Sedangkan

masalah membuktikan bertujuan untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan

tersebut benar atau salah tetapi tidak keduanya. Berdasarkan banyaknya jawaban,

masalah dibagi atas dua yaitu masalah tertutup (close problem) dan masalah
10

berakhir terbuka (open-ended problem) (Bush & Greer, 1999). Masalah tertutup

hanya mempunyai satu jawaban, sedangkan masalah terbuka mempunyai jawaban

lebih dari satu.

Dalam proses pembelajaran matematika terdapat proses pemecahan

masalah yang sangat penting dan tak terpisahkan. Dalam kehidupan sehari-hari

juga, kemampuan pemecahan masalah amat dibutuhkan, karena di setiap profesi

juga dibutuhkan keterampilan pemecahan masalah.

Terdapat beberapa pakar yang mengemukakan dengan cara berbeda istilah

dari pemecahan masalah tetapi terkandung makna yang sama. Larson dalam

Agustan (2017:53) menjadikan pemecahan masalah (problem solving) sebagai

keterampilan kecerdasan paling utama pada jenjang keterampilan kecerdasan.

Polya dalam Roebyanto dan Sri Harmini (2017: 14) mendefinisikan

pemecahan masalah untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai

dengan usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan.

Menurut Mairing (2017: 35) pemecahan masalah mengarahkan pikiran

pada masalah guna memperoleh jawaban. Pemecahan masalah dapat dipandang

sebagai suatu proses berpikir. Sebagai itu dalam pemecahan masalah lebih

memperhatikan proses peserta didik dalam memperoleh jawaban, ketimbang

dengan jawabannya.

Menurut penjelasan di atas tentang pemecahan masalah matematis, maka

pada penelitian ini pemecahan masalah matematik ialah cara yang dipakai untuk

memahami, meyusun dan melaksanakan penyelesaian masalah pada model yang


11

ditentukan. Pemecahan masalah juga dapat dikembangkan oleh peserta didik

dengan bantuan dari tenaga pengajar atau dengan memberi latihan soal-soal guna

melatih peserta didik dalam memecahkan masalah. Hal yang penting untuk

dimiliki oleh peserta didik yaitu cara pemecahan masalah, karena dalam

memecahkan masalah juga ada pada kehidupan sehari-hari dan bisa digunakan

untuk waktu mendatang.

5. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), analisis ialah penguraian suatu

pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan

antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti

keseluruhan. Herman dalam Qausar (2013: 132) analisis ialah pencapaian tujuan

dengan menyelidiki masalah kemudian dipecahkan sehingga menemukan jawaban

dari permasalahan tersebut.

Menurut penjelasan di atas maka analisis yang dimaksud pada penelitian

ini ialah usaha yang dilaksanakan dalam mendeskripsikan kemampuan yang ada

pada peserta didik berdasarkan pada pemahaman yang dimilikinya untuk

menyelesaikan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan awal yang patut

diketahui setiap peserta didik. Kemampuan pemecahan masalah yaitu sesuatu

yang penting dalam kurikulum matematik atau bisa dinyatakan juga kemampuan

dalam pemecahan masalah dari suatu proses pembelajaran merupakan hasil yang

utama.
12

Menurut Ruseffendi dalam Effendi (2012: 3) kemampuan pemecahan

masalah sangat penting dalam matematik, bukan hanya untuk orang yang nantinya

akan mempelajari atau mendalami matematik, tetapi juga untuk orang yang akan

merealisasikan pada bidang studi yang lain serta pada kehidupan sehari-hari.

Kemampuan pemecahan masalah matematis pada dasarnya merupakan

suatu yang penting dalam kemampuan matematik dan patut dimiliki oleh peserta

didik dalam pembelajaran matematika. Berikut ini menurut pertimbangan yang

logis dari pernyataan di atas ialah:

1. Hendriana, dkk. (2017: 43) mendefinisikan pemecahan masalah matematika

merupakan kemampuan yang tercantum dalam kurikulum dan tujuan

pembelajaran matematika.

2. Pemecahan masalah matematis meliputi metode, prosedur dan strategi yang

merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika atau

pembelajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika. Selain itu

pemecahan masalah merupakan satu kemampuan dasar dalam pembelajaran

matematika (Branca dalam Hendriana, dkk, 2017: 44).

3. Pada hakikatnya belajar pemecahan masalah matematik ialah belajar menalar

dan merealisaikan pengetahuan yang dimiliki.

Dari penjelasan di atas kemampuan pemecahan masalah dalam memilih

cara yang dipakai untuk memahami dan menyelesaikan masalah adalah

kesanggupan seseorang yang akan dihadapi sehingga mendapatkan alternatif

untuk mencapai tujuan.


13

4. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Matematis

Berikut langkah-langkah pemecahan masalah matematis menurut Polya

dalam Roebyanto, dkk (2017: 38).

1. Memahami Masalah

Tahap pertama dalam memahami masalah adalah peserta didik harus

mengetahui dengan tepat apa yang menjadi permasalahan sehingga dapat

menentukan hal yang diketahui dan ditanyakan oleh suatu permasalahan, serta

dapat mengetahui tujuan dalam memecahkan soal.

2. Menyusun Rencana

Pada tahap menyusun rencana peserta didik diharapkan menggunakan

strategi dalam penyusunan rencana yang menghubungkan unsur apa saja yang

diketahui dan ditanyakan sehingga dapat merumuskan ke dalam model

matematika.

3. Melaksanakan Rencana

Peserta didik dalam melaksanakan rencana harus memutuskan rencana

yang tepat untuk memecahkan masalah, kemudian peserta didik mendapatkan

solusi setelah melakukan proses pengerjaannya. Tahapan ini terlaksana apabila

sudah benar pada tahap kedua.


14

4. Mengevaluasi Kembali

Tahap akhir ialah mengevaluasi atau peserta didik memeriksa kembali

hasil pekerjaannya dan memperhatikan apakah pertanyaan sesusai dengan

jawaban yang telah dikerjakan.

5. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Peserta didik dalam melakukan pemecahan masalah akan memperoleh

pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah. Dari hal tersebut, maka

dibutuhkan indikator-indikator pemecahan masalah sebagai referensi untuk

menilai kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Berikut indikator-

indikator yang digunakan untuk memecahkan masalah.

1. Memahami Masalah

2. Menyusun Rencana

3. Melaksanakan Rencana

4. Mengevaluasi Kembali

Berikut indikator yang dipakai dalam pemecahan masalah yang disajikan

pada Tabel2.1 sesuai dengan langkah-langkah Polya.

Tabel 2.1 Indikator pemecahan masalah matematika


Pemecahan
Langkah Indikator tahapan pemecahan masalah
Masalah

1. Memberika perhatian pada informasi yang


Memahami relevan dengan mengabaikan informasi yang
1
masalah tidak relevan.
2. Menentukan bagaimana merepresentasikan
15

masalah.

1. Peserta didik mampu menemukan hal lain seperti


Menyusun
rumus/persamaan yang tidak diketahui dari soal.
2 rencana
2. Peserta didik mampu menyusun rencana
penyelesaian
prosedur dalam menyelesaikan soal.

1. Selesaikan masalah menggunakan rencana yang


telah dibuat.
2. Periksa setiap baris penyelesaian sebelum
Melaksanakan
3 menulis baris selanjutnya
rencana
3. Jika rencana yang dilaksanakan belum berhasil
setelah menulis beberapa baris, buat rencana
lainnya dan laksanakan.
1. Peserta didik mampu memeriksa jawabannya
kembali yang sudah dikerjakan sesuai langkah
Mengevaluasi
4 atau cara yang tepat.
kembali
2. Peserta didik yakin bahwa jawaban yang ia
peroleh sudah benar.
Sumber: Mairing (2018)

Berikut indikator menurut Polya yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Secara khusus tahapan yang diterapkan oleh Polya dipakai dalam pemecahan

masalah matematis.

2. Di setiap tahap Polya tegas menandakan perbedaan aktifitas baik fisik maupun

mental, seperti “apa yang dipikirkan dan dilakukan peserta didik saat

memahami masalah mampu dibandingkan ketika menyusun perencanaan.

3. Tahapan lain yang dijelaskan sedikit berbeda dengan apa yang dikemukakan

oleh Polya.

4. Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika


16

Rahardjo, dkk (2011) menyatakan bahwa soal cerita matematika merupakan

persoalan-persoalan yang terkait dengan permasalahan-permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari yang dapat dicari penyelesaiannya dengan menggunakan

kalimat matematika. Kalimat matematika yang dimaksud dalam pernyataan

tersebut adalah kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung, dan

relasi. Jonassen (2004:8) berpendapat bahwa soal cerita matematika adalah

persoalan yang berkaitan dengan bilangan yang harus dipecahkan menurut

prosedur operasional. Hal senada juga diungkapkan Haji (Mahmudah, 2015:167)

bahwa soal cerita matematika adalah soal berbentuk uraian bukan soal hitungan

biasa yang digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam

memecahkan masalah sehari-hari. Dari pendapat-pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa soal cerita matematika adalah persoalan-persoalan yang

terkait dengan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang

penyelesaiannya harus menggunakan kalimat dan prosedur matematika. Bertolak

dari pengertian soal cerita yang sudah dipaparkan sebelumnya mengandung arti

soal cerita pada pembelajaran matematika memiliki tujuan, yaitu mengenalkan

manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik. Peserta

didik yang mempelajari soal cerita, kemampuannya terlatih dalam menyelesaikan

persoalan atau permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal

tersebut dapat menimbulkan kesadaran peserta didik mengenai pentingnya belajar

matematika. Dengan kata lain, dalam pembelajaran peserta didik diharapkan tidak

sekadar belajar sesusai prosedur namun yang terpenting ialah mempelajari

konsep. Jadi berdasarkan uraian diatas dapat ditarik bahwa soal cerita dalam
17

pembelajaran matematika tidak hanya memberi kesadaran terhadap peserta didik

mengenai petingnya belajar matematik namun mampu melatih kemampuan

peserta didik untuk mempraktikkan pengetahuan yang dimiliki secara logis dan

benar dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut contoh soal cerita dalam kehidupan sehari-hari yang tahapan

penyelesaiannya sesuai dengan langkah-langkah Polya.

“Arqam diberi tugas oleh pak Marno untuk meletakkan buku di rak perpustakaan.

Di rak pertama ia harus meletakkan 6 buah buku, di rak kedua 11 buah buku, di

rak ketiga 16 buah buku, di rak keempat 21 buah buku. Jika banyaknya rak di

perpustakaan adalah 10, tentukan banyaknya buku yang harus disusun Arqam di

rak terakhir!”

Jawaban :

Dik : rak I (a) = 6, rak II = 11, rak III = 16, rak IV = 21, dan selisih buku di

setiap

rak (b) = 5

Dit : Banyaknya buku pada rak terakhir (U10) . . . ?


18

Menggunakan rumus mencari suku ke-n barisan bilangan

𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏

Subtitusikan data-data ke dalam rumus:

𝑈10 = 6 + (10 − 1) 5

𝑈10 = 6 + (9 × 5)

𝑈10 = 6 + 45

𝑈10 = 51

Jadi, banyaknya buku di rak terakhir (U10) adalah 51 buah buku.

5. Penelitian Yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang akan

dipaparkan sebagai berikut.

1. Amam (2017) menyimpulkan bahwa pembuatan soal kemampuan pemecahan

masalah dapat dilakukan dengan cara satu soal memuat semua karakteristik

pemecahan masalah atau tiap item indikator dibuat dalam satu soal terpisah,

sedang pada penelitian ini peneliti membuat tiga butir soal yang masing-

masing memiliki indikator pemecahan masalah.

2. Bernard, dkk (2018: 81) menyimpulkan bahwa dengan persentase 53%

langkah yang telah dikerjakan tergolong kurang dalam kemampuan

pemecahan masalah matematika yaitu memahami masalah, perencanaan

penyelesaian dan pemeriksaan kembali pada semua tahap yang sudah

dikerjakan. Ini dikarenakan (1) peserta didik dalam mengerjakan operasi


19

bilangan masih tertukar dimana yang mesti dikerjakan terlebih dahulu antara

perkalian atau penjumlahan, (2) peserta didik dalam memahami konsep dasar

dimaksudkan kurang mampu memecahkan atau mengerjakan masalah secara

menyeluruh, (3) peserta didik kurang mampu dalam melakukan langkah-

langkah pemecahaan masalah dan (4) materi dengan bentuk lain membuat

peserta didik kurang mampu menerapkan ke dalam wujud nyata.

3. Wiwin, dkk (2016: 234) menyimpulkan bahwa peserta didik dalam

menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah dengan rata-rata hitung

termasuk baik. Ini menunjukkan bahwa terdapat 16 orang dari 24 peserta

didik mampu menyelesaikan soal dengan baik. Peserta didik dapat (1)

menentukan unsur yang diketahui, ditanyakan, dan unsur yang dibutuhkan

tercukupi, (2) merumuskan persoalan matematika atau menyusun model

matematik, (3) mengenakan cara untuk menyelesaikan masalah, serta (4)

memaparkan atau memberikan pendapat tentang hasil dalam menyelesaiakan

masalah.
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang dipakai yaitu kualitatif, yang berupaya untuk mengetahui

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VIII SMPN 1 Bangkala

Barat dalam menyelesaikan soal cerita.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive

sampling merupakan cara yang digunakan untuk menentukan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu dengan tujuan data selanjutnya dapat lebih representative

(Sugiyono, 2018: 220). Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 3 siswa yang

masing-masing memiliki kemampuan pemecahan masalah berdasarkan kategori

tinggi, sedang, dan rendah.

Dalam menentukan subjek, peneliti menggunakan tes dan wawancara. Tes

kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari 3 nomor soal essay materi pola

bilangan. Langkah – langkah pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan tes kemampuan pemecahan masalah di kelas VIII.B SMPN 1

Bangkala Barat

2. Siswa yang menjawab dengan skor “26” sampai dengan “30” dan mampu

menjelaskan cara memecahkan soal, siswa tersebut dikatakan kategori tinggi.

Siswa yang menjawab dengan skor “20” sampai dengan “25” dan mampu
17
18

menjelaskan cara memecahkan soal, siswa tersebut dikatakan kategori

sedang. Dan siswa yang menjawab dengan skor kurang dari “20” dan mampu

menjelaskan cara memecahkan soal, maka siswa tersebut dikatakan kategori

rendah.

3. Sumber Data

Adapun data pada penelitian ini yaitu data kualitatif, yang berupa

ungkapan dan gerakan subjek, selain hal itu adapun dokumen dan lain-lain.

Untuk sumber data yang digunakan pada penelitian ini yakni siswa-siswi

kelas VIII.B SMPN 1 Bangkala Barat.

4. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

1. Menyusun instrumen penelitian yang terdiri atas tes kemampuan

pemecahan masalah dan pedoman wawancara.

2. Melakukan validasi pada instrumen penelitian.

3. Membuat surat izin penelitian.

4. Meminta izin kepada Kepala SMPN 1 Bangkala Barat untuk melakukan

penelitian.

5. Membuat kesepakatan dengan guru bidang studi matematika SMPN 1

Bangkala Barat mengenai waktu dan kelas yang akan digunakan untuk

penelitian.

6. Tahap Pelaksanaan
19

1. Memberikan tes kemampuan pemecahan masalah pada kelas VIII.B

SMPN 1 Bangkala Barat

2. Menganalisis hasil pengerjaan siswa melalui tes kemampuan pemecahan

masalah

3. Mengelompokkan siswa dalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

4. Melakukan wawancara kepada subjek penelitian

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat yang terdiri instumen utama dan

instrumen pedukung. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti

sendiri atau peneliti sebagai instrumen kunci karena ikut secara aktif dalam

penelitian termasuk dalam penentuan subjek, pengumpulan data,

menganalisis, dan memberikan interpretasi dari hasil penelitian. Sedangkan

instrumen pendukung pada penelitian ini, yaitu:

1. Tes Essay

Lembar tes kemampuan pemecahan masalah digunakan adalah berupa soal

uraian materi pola bilangan. Tes tersebut diberikan kepada subjek penelitian untuk

mengetahui siswa dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan tahapan

Polya. Tes kemampuan pemecahan masalah dibuat langsung oleh peneliti dengan

memperhatikan siswa dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan tahapan

Polya dan melakukan validasi terkait kelayakan instrumen dalam penelitian

sehingga mengarah pada ketercapaian tujuan yang diinginkan oleh peneliti. Untuk
20

menguatkan keabsahan instrumen pendukung tersebut, instrumen penelitian

tersebut akan divalidasi oleh validator.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang disusun berdasarkan dengan indikator

kemampuan pemecahan masalah. Peneliti memilih 3 orang untuk diwawancarai

berdasarkan hasil pengerjaan siswa, dalam menyusun pedoman wawancara, akan

dikonsultasikan dengan tim validasi dan dosen pembimbing. Setelah peneliti

melakukan validitas, maka dapat disimpulkan bahwa pedoman wawancara

tersebut telah memenuhi validitas item karena kejelasan jenis wawancara dan item

pertanyaan sesuai dengan jenis wawancara yang dilakukan, dan juga bahasa yang

digunakan menggunakan kalimat yang mudah dipahami.

3. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai proses

tentang kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII.B

SMPN 1 Bangkala Barat

2. Metode tes digunakan pada penelitian ini adalah tes essay dengan materi pola

bilangan kelas VIII.B SMPN 1 Bangkala Barat. Tes uraian (essay) hasil
21

pekerjaan subjek digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan

masalah.

3. Pemilihan subjek untuk dilakukan wawancara berdasarkan nilai tes tertulis

dan kesediaan untuk diwawancarai selama penelitian. Wawancara dilakukan

secara mendalam (In-depth Interview) terhadap beberapa subjek yang dipilih

berdasarkan nilai tinggi, sedang, rendah uraian jawaban subjek.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah model Miles and Hubberman

(Sugiyono, 2018), dalam tahap analisis data ini terdiri atas pengumpulan data,

mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Pengumpulan Data

Pada penlitian ini pengumpulan data melalui tes dan wawancara. Tes ini

berguna untuk menentukan tingkat kemampuan pemecahan masalah matematik

peserta didik, sedangkan wawancara digunakan untuk memastikan dan

mengetahui lebih lanjut terkait hasil pengerjaan siswa. Adapun penskoran yang

digunakan dalam menentukan nilai tes, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematis Siswa


Aspek yang
Skor Keterangan
dinilai
Terjadi kesalahan pemahaman yang lengkap terhadap
0
Memahami masalah.
masalah Terjadi beberapa kesalahan pemahaman, atau kesalahan
1
interprestasi terhadap beberapa bagian dari masalah
22

Aspek yang
Skor Keterangan
dinilai
Menulis hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan
2
namun kurang tepat.
Menulis hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan
3
secara tepat.
0 Tidak ada usaha, atau rencana yang dibuat tidak sesuai
Sebagian rencana benar yang didasarkan pada sebagaian
Menyusun
1 dari masalah yang dipahami atau diinterprestasi dengan
rencana
benar.
penyelesaian
Rencana yang dibuat membawa kepada jawaban benar
2
jika diimplementasikan dengan baik.
Tidak ada jawaban sama sekali atau jawaban salah
0
karena rencana yang tidak sesuai.
Salah menulis, salah perhitungan, atau hanya sebagian
1
Melaksanakan jawaban jika masalah terdiri dari beberapa jawaban.
rencana Melakukan rencana dengan menuliskan jawaban
2
setengah atau sebagaian besar jawaban benar.
Melakukan perencanaan dengan menulis jawaban yang
3
lengkap dan benar.
0 Tidak menulis simpulan
Menginterpreatasikan hasil yang didapatkan dengan
Mengevaluasi 1
membuat simpulan tapi kurang tepat
kembali
Manginterpretasikan hasil yang didapatkan dengan
2
membuat simpulan dengantepat.
Sumber: Polya dalam Mairing (2018)
Nilai kemampuan pemecahan masalah yang didapatkan dari perhitungan,

selanjutnya akan dikualifikasikan berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3.2 Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Rendah Sedang Tinggi


Siswa menyelesaikan Siswa menerapkan strategi Siswa menggunakan
masalah dengan menyalin secara matematis strateginya sendiri
strategi seperti manipulasi
bilangan
Penyelesainnya berdasar Siswa tidak mengadaptasi Siswa menggunakan
pada satu atau dua strategi atau mengubah strategi beragam strategi atau
jika strateginya berhasil kombinasi strategi-strategi
Berpikir metakognitif Berpikir metakognitif Berpikir metakognitif
tidak tampak dalam tampak dalam komunikasi tampak dalam komunikasi
komunikasi verbal atau verbal verbal atau tertulis
tertulis
23

Kesalahan terjadi beberapa Tidak ada usaha untuk Memperoleh skor tinggi
atau semua tahap memeriksa penyelesainnya untuk setiap tahap
pemecahan masalah pemecahan masalah dan
memeriksa kembali
penyelesaiannya
Siswa tidak dapat Siswa dapat Siswa dapat
mengidentifikasi masalah mengidentifikasi masalah mengidentifikasi masalah
serupa yang diselesaikan serupa, tetapi tidak yang serupa berdasarkan
sebelumnya berdasarkan struktur struktur matematisnya
matematisnya
Komunikasi tertulisnya Komunikasi verbal Siswa memperoleh skor
tidak memadai maupun tertulisnya tinggi pada komunikasi
biasanya jelas verbal maupun tertulis
Siswa sering Siswa fokus pada satu cara Siswa dapat
menggunakan metode untuk memecahkan mengembangkan cara
yang sama untuk semua masalah alternatif dalam
masalah menyelesaikan masalah
Siswa cukup percaya diri Siswa terkadang Siswa menunjukkan
ketika menghasilkan menunjukkan kurang percaya diri terhadap
secara cepat percaya diri terhadap kemampuannya dalam
kemampuannya dalam memecahkan masalah.
memecahakan masalah.
Sumber: Polya dalam Mairing (2018)
Dalam kualifikasi kemampuan pemecahan masalah dari Polya dalam

Mairing (2018) peneliti mengkualifikasikan bahwa kurang berpengalaman itu

berkemampuan rendah, rutin itu berkemampuan sedang, dan baik itu

berkemampuan tinggi.

2. Mereduksi Data

Mereduksi diartikan merangkum, memilah sesuatu yang pokok. Data yang

direduksi menunjukkan deskripsi yang jelas dan memudahkan peneliti untuk

mengumpulkan data selanjutnya, kemudian mencari bila dibutuhkan. Data yang

direduksi berupa hasil tes dan wawancara kemampuan pemecahan masalah

matematik.

3. Penyajian Data
24

Dalam menyajikan digunakan dengan memilih dan memperlihatkan

informasi yang sudah tersusun dan terpisah-pisah sesuai kategorinya, sehingga

mempermudah dalam menarik kesimpulan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan

sebagai berikut: menampilkan hasil yang telah dibuat oleh subjek, yang nantinya

akan digunakan untuk bahan wawancara, dan menampilkan hasil dialog

wawancara.

4. Verifikasi Data dan Penerikan Kesimpulan

Verifikasi digunakan untuk membandingkan hasil penyelesaian subjek dan

hasil dialog wawancara. Sehingga hal ini dapat ditarik menjadi kesimpulan.

5. Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data yakni dengan mengunakan triangulasi metode ialah

pengecekan untuk mengetahui data kepada subjek yang sama dengan teknik yang

berbeda yaitu melakukan tes kemampuan pemecahan masalah, dan wawancara.

Jika terdapat hasil yang tidak sama maka peneliti harus mengkonfirmasi kepada

sumber data guna memperoleh data lebih meyakinkan. Teknik ini diperoleh

dengan melakukan tes kemampun pemecahan.masalah. dan.pedoman wawancara.


25
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Tes Pemilihan Subjek

Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan, yaitu memaparkan tingkat

kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas 8.B SMPN 1 Bangkala Barat

dalam menyelesaikan soal cerita pola bilangan. Tahapan kualitatif yang

dipaparkan dalam bab sebelumnya bertujuan untuk mencapai data hasil penelitian

yang diperoleh dari peserta didik. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah

peserta didik dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman, meliputi:

pengumpulan data; reduksi data; penyajian data; verifikasi data dan penarikan

kesimpulan. Pada tanggal 04 November 2020 peneliti melakukan uji kemampuan

pemecahan masalah pada kelas 8.B. Adapun data tes kemampuan pemecahan

masalah pada masing-masing kategori subjek yang terpilih dalam penelitian ini.

Tabel. 4.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik

No. Nama Skor Kategori Subjek

1. RA 30 Tinggi

2. RT 25 Sedang

3. RD 13 Rendah

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan lewat tes kemampuan

pemecahan masalah soal cerita pola bilangan, ditemukan data bahwa di kelas 8.B

SMPN 1 Bangkala Barat ada 3 kategori kemampuan pemecahan masalah, yaitu

25
26

peserta didik kategori tinggi, kategori sedang, dan kategori rendah. Hasil tes

kemampuan pemecahan masalah matematis ditemukan data bahwa peserta didik

kelas 8.B SMPN 1 Bangkala Barat dalam menyelesaikan soal cerita pola bilangan,

ada peserta didik yang menguraikan jawaban sejalan dengan prosedur pemecahan

masalah menurut Polya dan ada pula peserta didik yang menguraikan jawaban

tidak sejalan dengan prosedur pemecahan masalah menurut Polya. Wawancara

yang dilakukan kepada tiga orang peserta didik yang dipilih sebagai subjek

penelitian, bertujuan untuk menemukan data yang intensif berdasarkan

kemampuan pemecahan masalah. Untuk kelancaran proses wawancara, peneliti

memilih peserta didik yang mudah berkomunikasi. Peneliti diberi rekomendasi

dari guru mata pelajaran matematika dan ditetapkan 3 org peserta didik sebagai

subjek penelitian adalah subjek kategori tinggi, subjek kategori sedang, dan

subjek kategori rendah.

Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis peserta

didik kelas 8.B SMPN 1 Bangkala Barat maka proses wawancara dilaksanakan

sesuai urutan. Berawal dari subjek kategori tinggi, selanjutnya subjek kategori

sedang, dan yang terakhir yaitu subjek kategori rendah. Berikut dipaparkan data

dari hasil tersebut.

2. Pengkodean Subjek Penelitian

Subjek Penelitian dipilih sesuai hasil uji kemampuan pemecahan masalah

yang masing – masing berkategori tinggi, sedang dan rendah. Adapun pengkodean

subjek penelitian sebagai berikut.


27

Tabel 4.2 Pengkodean Subjek Penelitian

No. Tipe Kategori Kode Subjek


1. Kategori Tinggi KT
2. Kategori Sedang KS
3. Kategori Rendah KR

Untuk memudahkan dalam menganalisis data pada bagian ini, maka setiap

petikan dialog diberikan kode tertentu. Untuk petikan dialog pewawancara diberi

kode “P” dan untuk petikan subjek kategori tinggi diberi kode “KT”, untuk subjek

kategori sedang diberi kode “KS” dan untuk subjek kategori rendah diberi kode

“KR”.

3. Paparan Data

Pemaparan data hasil penelitian kemampuan pemecahan masalah

matematis berdasarkan indikator Polya.

1. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Kategori Tinggi

(KT) dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pola Bilangan

Dibawah ini, peneliti akan memaparkan informasi dari hasil tes

tertulis dan wawancara peserta didik dengan kategori tinggi untuk 3 soal.

Setelah peserta didik kategori tinggi mengerjakan soal, ditemukan hasil tes

tertulis kemampuan pemecahan masalah. Dibawah ini terdapat analisis hasil


28

tes tertulis dan wawancara kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan

kepada peserta didik subjek kategori tinggi.

Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 1

Gambar 4.1.1 Jawaban tes untuk soal nomor 1 subjek KT

Tahapan pertama dalam memahami masalah, pengungkapan

kemampuan pemecahan masalah peserta didik ditentukan dari hal yang

diketahui dari soal, dan peserta didik mampu mengetahui hal yang

ditanyakan oleh soal. Dilihat pada gambar 4.1.1 peserta didik dapat

menuliskan informasi secara tepat berupa hal yang diketahui dan

ditanyakan oleh soal nomor 1. Pertama-tama subjek KT menuliskan yang

diketahui, yaitu “a = 48; rasio = ½; dan uang yang dibagikan Rp. 2.000,

Ripat = 48 lembar, Ahmad = 24 lembar, Jamal = 12 lembar, Cikal = 6

lembar, Pandi = 3 lembar”, selanjutnya menuliskan apa yang ditanyakan,


29

yaitu “berapa jumlah uang yang dibagikan oleh pak Aspar?”. Berdasarkan

jawaban yang dituliskan, dapat diketahui bahwa peserta didik mampu

memahami dengan baik soal nomor 1. Poin selanjutnya yang terlihat pada

gambar 4.1.1, subjek KT menuliskan penyelesaian untuk mendapatkan

jumlah lembaran uang yang dibagikan oleh pak Aspar. Selanjutnya, subjek

KT menulis hasil operasi bilangan yang benar berdasarkan jumlah

lembaran dan nominal uang. Berdasarkan cara operasi hitung campuran

subjek KT menentukan jumlah “(93 × 2.000)”, dan terakhir subjek KT

menemukan hasil akhir dengan menuliskan “Rp. 186.000” Secara tepat.

Terlihat pada gambar 4.1.1, subjek KT menulis ulang hasil akhir yang

ditemukan dalam bentuk simpulan. Berdasarkan hasil yang ditemukan

dalam termin melaksanakan rencana, subjek KT yakin bahwa jawaban

yang dikerjakan sudah benar.

Wawancara dilakukan untuk memahami lebih dalam kemampuan

pemecahan masalah peserta didik subjek KT. Berikut adalah petikan

wawancara subjek KT pada soal nomor 1.

P : kita mulai dari soal nomor 1. Coba dibaca kembali soalnya!


KT : (membaca soal)
P : Bagaimana? Mengertiki dengan soalnya?
KT : mengerti
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KT :2x
P : Jawabannya, disini ditulis diketahui a = 48; rasio = ½; kemudian uang
yang dibagikan Rp. 2.000, Ripat = 48 lembar, Ahmad = 24 lembar, Jamal
= 12 lembar, Cikal = 6 lembar, Pandi = 3 lembar dan ditanyakan jumlah
uang yang dibagikan oleh pak Aspar, boleh dijelaskan maksudnya dek?
KT : Suku pertama itu a, rasio ini setengah dari uang yang nabagikan, kalau
selanjutnya itu uang yang nabagikan pak Aspar
P : Apakah setiap mengerjakan soal, memang harus dituliskan itu?
30

KT : iye karna untuk menjawab jawban dari ini itu, harus dituliskan yang
diketahui, ditanyakan dan penyelesaiannya.
P : Dan selanjutnya ditulis penyelesaiannya. Boleh dijelaskan ini?
KT : kujumlah dulu semua berapa lembar uang yang dibagikan, baru
kukalikan 2.000 dari hasilnya.
P : itu digunakan untuk mecari apa ?
KT : digunakan untuk tentukanki jumlah lembaran uang, sama hasil
keseluruhan uang yang dibagikan.
P : Akhir dari jawabanta itu dituliskan “jadi, ,,,”. Apakah perlu dituliskan
atau tidak?
KT : Iye ditulis itu kak untuk kesimpulan jawaban akhirnya
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KT : Iye, karna kubaca ulang kembali soalnya dan kupastikan mi benar kak.

Dari petikan wawancara soal nomor 1, subjek KT membaca soal berulang

kali dahulu. Terlebih saat terdapat kalimat membingungkan. Peserta didik mampu

mengutarakan maksud yang diketahui dari soal, selanjutnya peserta didik mampu

mengutarakan apa yang ditanyakan dari soal sesuai bahasanya. Ini menunjukkan

bahwa sebelum melakukan perencanaan, peserta didik paham terhadap soal

terlebih dahulu. Selanjutnya peserta didik membuat penyelesaian untuk

memecahkan soal. Subjek KT dapat memaparkan prosedur penyelesaian hingga

mendapatkan hasil akhir. Setelah membaca kembali jawaban yang telah dituliskan

peserta didik yakin bahwa hasil yang ditemukan sudah benar.

Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 2


31

Gambar 4.1.2 Jawaban tes untuk soal nomor 2 subjek KT

Dilihat dari gambar 4.1.2 peserta didik dapat menuliskan informasi berupa

hal yang diketahui pada soal, yaitu “U1 = a = 90 dan b = 96 – 90 = 6”. Selanjutnya

menuliskan hal yang ditanyakan dari soal, yaitu “tinggi tumpuk 10 kursi (U10)?’.

Berdasarkan jawaban yang dituliskan, dapat diketahui bahwa peserta didik subjek

KT mampu memahami soal dengan baik. Poin selanjutnya subjek KT dapat

menggunakan rumus untuk menyelesaikan soal dengan benar. Pada gambar 4.1.2

mununjukkan bahwa peserta didik melakukan perencanaan dengan cara

mensubstitusi nilai a, b dan n ke dalam rumus/persamaan. Selanjutnya subjek KT

menuliskan operasi hitung campuran yang terstruktur. Pertama-tama peserta didik

mengerjakan operasi di dalam tanda kurung, selanjutnya operasi perkalian dan

penjumlahan. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa subjek KT dapat

melakukan perencanaan dengan baik. Tahap akhir peserta didik menulis kembali

jawaban yang ditemukan dalam bentuk kesimpulan.


32

Berikut adalah petikan wawancara subjek KT pada soal nomor 2:

P : Selanjutnya soal nomor 2. Coba dibaca kembali soalnya!


KT : (membaca soal)
P : Bagaimana? Mengertiki dengan soalnya?
KT : mengerti ji kak
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KT : 2 sampai 3 kali
P : Jawabannya, disini ditulis diketahui U1 = a = 90 dan b = 96 – 90 = 6
dan ditanyakan tinggi tumpuk 10 kursi (U10), boleh dijelaskan maksudnya
dek?
KT : Ini suku pertamanya atau a 90 kursi, beda nya atau b dari suku pertama
ke suku seterusnya adalah 6. Kalau ini N berapa tinggi tumpukan 10 kursi.
P : Selanjutnya tahap penyelesaian, disini ada rumus yang dituliskan. Boleh
dijelaskan ini rumusnya?
KT : un = a + (n - 1) b.
P : Dengan ini rumus, dipakai untuk cari apa?
KT : digunakan untuk mencari tinggi tumpukan kursi.
P : tumpukan kursi berapa dicari disini ?
KT : ke 10.
P : Dari mana didapatkan ini 9 dengan 54?
KT : hasilnya 10 - 1. 54 nya dapat dari 9 × 6.
P : Disini 90 memang tidak ditambah dulu sama 9? Kenapa 9 dulu dikali
sama 6?
KT : Perkalian yang didahulukan dulu kak
P : Untuk mengerjakan soal ini, apa ada cara lain yang bisa digunakan?
KT : Ini yang saya tau kak
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KT : Iye, sudah berapa kali juga saya baca soalnya.
P : Setiap selesai mengerjakan soal, jawabannya diperiksa kembali?
KT : Iye supaya bisa dpastikan jawabannya sudah benar kak.
Dari petikan wawancara soal nomor 2, subjek KT membaca soal 2 sampai

3 kali dahulu. Peserta didik mampu mengutarakan maksud yang diketahui dari

soal, selanjutnya peserta didik mampu mengutarakan apa yang ditanyakan dari

soal sesuai bahasanya. Ini menunjukkan bahwa sebelum melakukan perencanaan,

peserta didik paham terhadap soal terlebih dahulu. Subjek KT dapat memaparkan

maksud dari rumus yang ia gunakan. Pada tahap berikutnya, peserta didik

membuat penyelesaian untuk memecahkan soal. Setelah membaca kembali


33

jawaban yang telah dituliskan, peserta didik yakin bahwa hasil yang ditemukan

sudah benar.

Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 3

Gambar 4.1.3 Jawaban tes untuk soal nomor 3 subjek KT

Dilihat dari gambar 4.1.3 peserta didik dapat menuliskan informasi berupa

hal yang diketahui serta yang ditanyakan pada soal dengan benar. Berdasarkan

jawaban yang dituliskan, dapat diketahui bahwa peserta didik subjek KT mampu

memahami soal dengan baik. Poin selanjutnya subjek KT dapat menggunakan

rumus untuk menyelesaikan soal dengan benar. Pada gambar 4.1.3 mununjukkan

bahwa peserta didik melakukan perencanaan secara tepat dan menuliskan operasi

hitung campuran yang terstruktur. Pertama-tama peserta didik mengerjakan

operasi bilangan yaitu operasi perkalian dan penjumlahan dan mendapatkan

jawaban yang benar. Tahap akhir peserta didik menulis kembali jawaban yang

ditemukan dalam bentuk kesimpulan.


34

Berikut adalah petikan wawancara subjek KT pada soal nomor 3:

P : Masih kita ingat yang soal nomor 3 ini? Cobaki baca kembali!
KT : iye
P : Apakah ini soal, sulit menurutmu dek?
KT :Lumayan sulit kak, karna beberapa kali kubaca supaya paham.
P : Dari mana didapatkan n itu 6?
KT : Karena dari bulan januari sampai bulan juni itu 6 bulan. Dan yang
ditanyakan jumlah pengunjung hingga bulan juni jadi n nya itu 6 kak
P : Kemudian untuk menentukan rumusnya itu bagaimana?
KT : Yang ditanyakan oleh soal yaitu berapa jumlah pengunjung kak
P : Untuk mengerjakan soal ini, apa ada cara lain yang bisa digunakan?
KT : Ini yang saya tau kalau soal begini kak
P : Bisa jelaskan cara kerjanya sampai didapat hasil akhirnya?
KT : Nilainya yang diketahui itu dimasukkan ke dalam rumus kak. Terus ini
yang 1/5 pangkat 6 jadi 15.625, kemudian yang di dalam kurung dikurang
1 dulu baru dibagi 15.625. Nah hasilnyami ini dikali 12.000, baru dibagi
lagi dengan 4/5. Terus didapatmi ini hasilnya 14.999 kak.
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya?
KT : Iye insyaAllah kak.

Dari petikan wawancara soal nomor 3, subjek KT membaca soal berulang

kali karena mengalami kesulitan hingga bisa paham. Peserta didik mampu

mengutarakan maksud yang diketahui dari soal dan mampu memaparkan

perbedaan cara menyelesaikan soal. Subjek KT dapat memaparkan maksud dari

rumus yang ia gunakan, dan untuk menyelesaikan soal seperti ini yang ia ketahui

hanya rumus itu yang digunakan. Pada tahap berikutnya, peserta didik dapat

memaparkan secara terstruktur penyelesaian soal dengan baik. Dari petikan

wawancara mununjukkan bahwa peserta didik dapat melakukan perencanaan

secara tepat. Setelah membaca kembali jawaban yang telah dituliskan, peserta

didik yakin bahwa hasil yang ditemukan sudah benar.

2. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Kategori Sedang (KS)

dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pola Bilangan

Dibawah ini, peneliti memaparkan informasi dari hasil tes tertulis dan

wawancara peserta didik dengan kategori sedang untuk 3 soal. Setelah peserta
35

didik kategori sedang mengerjakan soal, ditemukan hasil tes tertulis

kemampuan pemecahan masalah. Dibawah ini terdapat analisis hasil tes tertulis

dan wawancara kemampuan pemecahan masalah yang sudah dikerjakan oleh

peserta didik subjek kategori sedang.

Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 1

Gambar 4.2.1 Jawaban tes untuk soal nomor 1 subjek KS


Tahapan pertama dalam memahami masalah, pengungkapan kemampuan

pemecahan masalah peserta didik ditentukan dari hal yang diketahui dari soal, dan

peserta didik mampu mengetahui hal yang ditanyakan oleh soal. Dilihat pada

gambar 4.2.1 peserta didik dapat menuliskan informasi secara tepat berupa hal

yang diketahui dan ditanyakan oleh soal nomor 1. Pertama-tama subjek KS

menuliskan yang diketahui, yaitu “a = 48; rasio = ½; dan uang yang dibagikan Rp.

2.000, Ripat = 48 lembar, Ahmad = 24 lembar, Jamal = 12 lembar, Cikal = 6

lembar, Pandi = 3 lembar”, selanjutnya menuliskan apa yang ditanyakan, yaitu

“berapa jumlah uang yang dibagikan oleh pak Aspar?”. Berdasarkan jawaban
36

yang dituliskan, dapat diketahui bahwa peserta didik mampu memahami dengan

baik soal nomor 1. Poin selanjutnya yang terlihat pada gambar 4.2.1, subjek KS

menuliskan penyelesaian untuk mendapatkan jumlah lembaran uang yang

dibagikan oleh pak Aspar. Selanjutnya, subjek KT menulis hasil operasi bilangan

yang benar berdasarkan jumlah lembaran dan nominal uang. Berdasarkan cara

operasi hitung campuran subjek KT menentukan jumlah “(93 × 2.000)”, dan

terakhir subjek KT menemukan hasil akhir dengan menuliskan “Rp. 186.000”

Secara tepat. Terlihat pada gambar 4.2.1, subjek KS menulis kembali hasil akhir

yang ditemukan dalam bentuk kesimpulan, yaitu “Rp. 186” yang seharusnya

dituliskan “Rp. 186.000”. Hal ini menerangkan bahwa subjek KS sudah yakin

dengan jawaban berdasarkan hasil yang ditemukan dalam termin melaksanakan

rencana akan tetapi keliru dalam menuliskan tahap evaluasi kembali.

Wawancara dilakukan untuk memahami lebih dalam kemampuan

pemecahan masalah peserta didik subjek KS. Berikut adalah petikan wawancara

subjek KS pada soal nomor 1.

P : Kita mulai dari soal nomor 1. Coba dibaca kembali soalnya!


KS : (membaca soal)
P : Bagaimana? Mengertiki dengan soalnya?
KS : Iye
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KS : 3 kali
P : Yang diketahui ini a = 48; rasio = ½; dan uang yang dibagikan Rp.
2.000, Ripat = 48 lembar, Ahmad = 24 lembar, Jamal = 12 lembar, Cikal
= 6 lembar, Pandi = 3 lembar dan ditanyakan jumlah uang yang
dibagikan oleh pak Aspar, boleh dijelaskan maksud dari ini?
KS : Suku pertama a, rasio ini setengahnya uang yang nabagikan, kalau
selanjutnya itu uang yang nabagikan pak Aspar
P : Apakah setiap mengerjakan soal, memang harus dituliskan itu?
KS : Iye karna untuk menjawab jawaban dari ini itu, harus dituliskan yang
diketahui, ditanyakan dan penyelesaiannya.
P : Dan selanjutnya ditulis penyelesaiannya. Boleh dijelaskan ini?
37

KS : Kujumlah dulu semua berapa lembar uang yang dibagikan, baru


kukalikan 2.000 dari hasilnya.
P : Itu digunakan untuk mecari apa ?
KS : Digunakan untuk tentukanki jumlah lembaran uang, sama hasil
keseluruhan uang yang dibagikan.
P : Akhir dari jawabanta itu dituliskan “jadi, ,,,”. Apakah perlu dituliskan
atau tidak?
KS : Iye ditulis kak sebagai kejelasan jawaban
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KS : Iye, karna tiga kal soalnya kubaca.

Dari petikan wawancara soal nomor 1, subjek KS membaca soal berulang

kali dahulu. Terlebih saat terdapat kalimat membingungkan. Peserta didik mampu

mengutarakan maksud yang diketahui dari soal, selanjutnya peserta didik mampu

mengutarakan apa yang ditanyakan dari soal sesuai bahasanya. Ini menunjukkan

bahwa sebelum melakukan perencanaan, peserta didik paham terhadap soal

terlebih dahulu. Selanjutnya peserta didik membuat penyelesaian untuk

memecahkan soal. Subjek KS dapat memaparkan prosedur penyelesaian hingga

mendapatkan hasil akhir. Setelah membaca kembali jawaban yang telah dituliskan

peserta didik yakin bahwa hasil yang ditemukan sudah benar.

Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 2


38

Gambar 4.2.2 Jawaban tes untuk soal nomor 2 subjek KS

Dilihat dari gambar 4.2.2 peserta didik dapat menuliskan informasi berupa

hal yang yg di ketahui pada soal, yaitu “U1 = a = 90 dan b = 96 – 90 = 6”.

Selanjutnya menuliskan hal yang ditanyakan dari soal, yaitu “tinggi tumpuk 10

kursi (U10)”?. Berdasarkan jawaban yang dituliskan, dapat diketahui bahwa

peserta didik subjek KS mampu memahami soal dengan baik. Point selanjutnya

subjek KS tampak keliru dalam menuliskan persamaan/rumus yang akan dipakai

untuk menyelesaikan soal. Pada gambar 4.2.2 mununjukkan bahwa peserta didik

melakukan perencanaan dengan cara mensubstitusikan nilai a, b dan n ke dalam

persamaan/rumus. Selanjutnya subjek KS menuliskan operasi hitung campuran

yang terstruktur. Pertama-tama peserta didik mengerjakan operasi di dalam tanda

kurung, selanjutnya operasi perkalian dan penjumlahan. Dari hal tersebut dapat

diketahui bahwa subjek KS dapat melakukan perencanaan dengan baik. Tahap

akhir peserta didik menulis kembali jawaban yang ditemukan dalam bentuk

kesimpulan.
39

Berikut adalah petikan wawancara subjek KS pada soal nomor 2:

P : Selanjutnya soal nomor 2. Coba dibaca kembali soalnya!


KS : (Membaca soal)
P : Apakah mengerti dengan soal ini?
KS : Agak kumengerti ji kak
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KS : 6 kali
P : Boleh dijelaskan maksudnya dek ini yang diketahui U1 = a = 90 dan b =
96 – 90 = 6?
KS : Dari soal
P : Bisa jelaskan apa yang ditanyakan ?
KS : Tinggi tumpukan kursi atau U10
P : Kenapa rumus yang dipakai tidak sama dengan cara kerjanya?
KS : Karena begitu ji yang kutau kak
P : Untuk mengerjakan soal ini, apa ada cara lain yang bisa digunakan?.
KS : Hanya ini yang saya tau kak
P : Ini 10 – 1 darimana didapatkan?
KS : Dari nilai n nya kak.
P : Disini 90 dan 9 kenapa tidak ditambah dulu? Tapi 9 dan 6 yang dikali
terlebih dahulu?
KS : Karna perkalian yang tinggi kak dari penjumlahan
P : Apakah sering mengerjakan soal-soal seperti ini?
KS : Iye sering
P : Apakah ini soal, sulit menurutmu dek?
KS : Lumayan sulit iya kak
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KS : iye kak
Dari petikan wawancara soal tersebut, pertama-tama subjek KS membaca

soal beberapa kali untuk memahami soal tersebut. Hal ini tampak peserta didik

dalam menyusun rencana mengalami kesulitan. Rumus yang digunakan berbeda

dengan rencana penyelesaiannya. Dari petikan wawancara, subjek KS dalam

menyelesaikan soal seperti ini yang ia ketahui hanya rumus itu yang digunakan.

Pada tahap berikutnya, peserta didik dapat melakukan perencanaan dalam

menyelesaikan soal. Dalam aturan operasi campuran bilangan bulat subjek KS

memahami dengan melakukan perkalian terlebih dahulu kemudian penjumlahan.


40

Pada petikan wawancara di atas, peserta didik juga mengatakan sering

mengerjakan soal seperti ini

Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 3

Gambar 4.2.3 Jawaban tes untuk soal nomor 3 subjek KS

Dilihat dari gambar 4.2.3 peserta didik dapat menuliskan hal yang

ditanyakan, namun lupa menuliskan salah satu apa yang harus diketahui terlebih

dahulu dari soal tersebut. Subjek KS tampak kurang paham dengan masalah yang

ada pada soal. Pada gambar 4.2.3 peserta didik tidak memasukkan salah satu dari

soal yang diketahui, yaitu rasio (r). Pada gambar 4.2.3 mununjukkan bahwa

peserta didik tepat dalam melakukan perencanaan dengan cara mensubstitusikan

nilai a, r, dan n. Selanjutnya subjek KS menuliskan operasi hitung campuran

dengan mengerjakan terlebih dahulu operasi yang ada di dalam tanda kurung,

setelah itu mengerjakan operasi perkalian dan penjumlahan sehingga memperoleh

hasil yang tepat. Tahap akhir subjek KS menulis kembali jawaban yang

ditemukan dalam bentuk kesimpulan.


41

Berikut adalah petikan wawancara subjek KS pada soal nomor 3:

P : Masih kita ingat yang soal nomor 3 ini? Cobaki baca kembali!
KS : (membaca soal)
P : Apakah ini soal, sulit menurutmu dek?
KS : Sulit kak, saya kurang mengerti soal begini kak
P : Cara kerja dari soal ini apakah sama dengan nomor 2?
KS : Disini pakai rumus sn, jadi beda kak
P : Ini r yang nilainya 1/5 didapatkan dari mana?
KS : Dari soal kak
P : Kenapa tidak dituliskan r = 1/5 yang diketahui?
KS : Kulupai kak
P : Kemudian untuk mengetahui rumus yang dipakai itu dari mana?
KS : Guru pernah menjelaskan rumus ini kak
P : Untuk mengerjakan soal ini, apakah ada cara lain yang bisa digunakan?
KS : Mungkin masih ada kak, tapi hanya ini yang saya tau
P : Bisa jelaskan bagaimana caranya didapat jawabannya!
KS : S6 sama dengan 12.000, buka kurung, satu kurang 1/5 pangkat 6 balas
kurung per satu dikurang 1/5. Baru satu kurang 1/15.625 per 4/5, jadi
12.000, buka kurung 15.625 dikurang satu per 15.625 balas kurung, itu
dibagi lagi 4/5, nah hasilnya itu 14.999 kak.
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KS : Iye kak yakin, karna kubaca ulang pekerjaanku sebelum kukumpul

Dari petikan wawancara soal nomor 3, tampak bahwa subjek KS kurang

paham dengan masalah yang ada pada soal tersebut. Ini terlihat dari cara

menuliskan informasi yang diketahui pada soal tersebut. Subjek KS menyatakan

lupa menuliskan salah satu apa yang harus diketahui terlebih dahulu dari soal.

Data yang diperoleh dari petikan wawancara tersebut, peserta didik menyatakan

bahwa rumus yang digunakan adalah rumus yang pernah dijelaskan oleh gurunya.

Subjek KS menyatakan juga dalam menyelesaiakan soal ini kemungkinan terdapat

cara lain, akan tetapi cara yang dimaksudkan tidak dapat diterapkan. Pada tahap

berikutnya, peserta didik dapat memaparkan secara terstruktur penyelesaian soal


42

dengan baik. Setelah membaca kembali jawaban yang telah dituliskan, peserta

didik yakin bahwa hasil yang ditemukan sudah benar.

3. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Kategori Rendah

(KR) dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pola Bilangan

Dibawah ini, peneliti memaparkan informasi dari hasil tes tertulis dan

wawancara peserta didik dengan kategori rendah untuk 3 soal. Setelah peserta

didik kategori rendah mengerjakan soal, ditemukan hasil yang kurang baik

pada tes tertulis kemampuan pemecahan masalah. Dibawah ini terdapat analisis

hasil tes tertulis dan wawancara kemampuan pemecahan masalah yang

dilakukan kepada peserta didik subjek kategori sedang.

Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 1

Gambar 4.3.1 Jawaban tes untuk soal nomor 1 subjek KR


43

Tahapan pertama dalam memahami masalah, pengungkapan kemampuan

pemecahan masalah peserta didik ditentukan dari hal yang diketahui dari soal, dan

peserta didik mampu mengetahui hal yang ditanyakan oleh soal. Dilihat pada

gambar 4.3.1 subjek KR dapat menuliskan informasi secara tepat berupa hal yang

diketahui dan ditanyakan oleh soal nomor 1. Pertama-tama peserta didik

menuliskan yang diketahui, yaitu “a = 48; rasio = ½; dan uang yang dibagikan Rp.

2.000, Ripat = 48 lembar, Ahmad = 24 lembar, Jamal = 12 lembar, Cikal = 6

lembar, Pandi = 3 lembar”, selanjutnya menuliskan apa yang ditanyakan, yaitu

“berapa jumlah uang yang dibagikan oleh pak Aspar?”. Berdasarkan jawaban

yang dituliskan, dapat diketahui bahwa subjek KR mampu memahami dengan

baik soal nomor 1. Poin selanjutnya yang terlihat pada gambar 4.3.1, peserta didik

menuliskan penyelesaian untuk mendapatkan jumlah lembaran uang yang

dibagikan oleh pak Aspar. Selanjutnya, subjek KR menulis hasil operasi bilangan

yang benar berdasarkan jumlah lembaran dan nominal uang. Berdasarkan cara

operasi hitung campuran peserta didik menentukan jumlah “(93 × 2.000)”, dan

terakhir subjek KR menemukan hasil akhir dengan menuliskan “Rp. 186.000”

Secara tepat. Terlihat pada gambar 4.3.1, peserta didik menulis kembali hasil

akhir yang ditemukan dalam bentuk kesimpulan.

Wawancara dilakukan untuk memahami lebih dalam kemampuan

pemecahan masalah peserta didik subjek KR. Berikut adalah petikan wawancara

subjek KR pada soal nomor 1:

P : Mulai dari soal nomor 1. Coba dibaca kembali soalnya!


KS : (membaca soal)
P : Bagaimana? Mengerti dengan soalnya?
KS : iye
44

P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?


KS : 10 kali
P : Yang diketahui ini a = 48; rasio = ½; dan uang yang dibagikan Rp.
2.000, Ripat = 48 lembar, Ahmad = 24 lembar, Jamal = 12 lembar, Cikal
= 6 lembar, Pandi = 3 lembar dan ditanyakan jumlah uang yang
dibagikan oleh pak Aspar, bisa kita jelaskan apa maksudnya itu?
KS : Itu yang diketahui dari soal kak
P : Apakah setiap mengerjakan soal, memang harus dituliskan itu?
KS : Iye kayaknya
P : Selanjutnya pada bagian penyelesaiannya. Boleh dijelaskan ini ?
KS : 48 + 24 + 12 + 6 + 3 = 93 lembar kak
P : Itu digunakan untuk mecari apa ?
KS : Digunakan untuk dikali dengan 2.000 dan dapatmi 186.000 kak
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KS : yah yakin saja karena kuulang-ulang kubaca kak.

Dari petikan wawancara soal nomor 1, subjek KR membaca soal berulang

kali dahulu. Terlebih saat terdapat kalimat membingungkan. Peserta didik mampu

mengutarakan maksud yang diketahui dari soal, selanjutnya peserta didik mampu

mengutarakan apa yang ditanyakan dari soal sesuai bahasanya. Ini menunjukkan

bahwa sebelum melakukan perencanaan, peserta didik paham terhadap soal

terlebih dahulu. Selanjutnya peserta didik membuat penyelesaian untuk

memecahkan soal. Subjek KR dapat memaparkan prosedur penyelesaian hingga

mendapatkan hasil akhir. Setelah membaca kembali jawaban yang telah dituliskan

peserta didik yakin bahwa hasil yang ditemukan sudah benar.

Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 2


45

Gambar 4.3.2 Jawaban tes untuk soal nomor 2 subjek KR

Tampak pada gambar 4.3.2 peserta didik dapat menuliskan informasi

berupa hal yang yg di ketahui pada soal, yaitu “U1 = a = 90 dan b = 96 – 90 = 6”.

Selanjutnya menuliskan hal yang ditanyakan dari soal, yaitu “tinggi tumpuk 10

kursi (U10)?. Pada gambar 4.3.2 subjek KR terlihat bahwa tidak membuat

perencanaan dalam menyelesaikan soal. Ini seperti pada penjelasan sebelumnya

dalam perencanaan menyelesaikan soal, subjek harus memahami terlebih dahulu

soal dengan baik. Seperti pada gambar 4.3.2 subjek KR tampak tidak dapat

menjalankan rencana atau menyelesaikan soal.

Berikut adalah petikan wawancara subjek KR pada soal nomor 2:

P : Bisa jelaskan maksud dari soal ini?


KR : Soalnya ini yang mau dicari tinggi tumpuk 10 kursi kak
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KR :2 kali
P : Di sini kan ditulis cuma yang diketahui dan ditanyakan
KR : Iye kak
P : Apa yang menjadi kendala sehingga tidak diselesaikan sampai dapat
jawabannya?
46

KR : Tidak kutau rumusnya kak


P : Jadi sampai ini saja yang kita tau kerja?
KR : Iye kak, karna ituji yang kutau kak

Dari petikan wawancara di atas, terlihat subjek KR hanya memahami hal

yang diketahui dan ditanyakan pada soal. Subjek KR menyatakan bahwa maksud

dari soal tersebut untuk mencari tinggi tumpuk 10 kursi. Dari petikan wawancara

menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kendala dalam mengerjakan soal,

dikarenakan tidak mengetahui rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan

soal tersebut.

Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 3

Gambar 4.3.3 Jawaban tes untuk soal nomor 3 subjek KR

Pada gambar 4.3.3 di atas terlihat bahwa subjek KR tidak menulis

informasi apapun terkait dengan soal tersebut. Dilihat dari gambar 4.3.3 tampak

bahwa peserta didik hanya menulis nomor “3” dan tidak membuat rencana dalam

menyelesaikan masalah.

Berikut adalah petikan wawancara subjek KR pada soal nomor 3:

P : Coba diperhatikan soal nomor 3, berapa kali dibaca soalnya?


47

KR : 1 kali ji kak.
P : Apakah ini soal, sulit menurutmu dek?
KR : Iye kak
P : Kenapa tidak ada sekalipun ditulis jawabannya?
KR :Tidak kutau dan kehabisan waktu juga kak
P : Kalau misalnya diberikan lagi soal-soal cerita seperti ini, dan waktu
untuk dikerjakan itu cukup, bisa dikerja?
KR : Mudah-mudahan bisa mi kak

Dari petikan wawancara tersebut, subjek KR tampak tidak memahami apa

yang terkait pada soal, dan subjek KR tidak mengertahui informasi awal pada

soal. Dari petikan wawancara menunjukkan bahwa peserta didik mengalami

kesulitan dalam mengerjakan soal, dan kehabisan waktu sehingga tidak

menuliskan apapun rencana penyelesaian pada soal tersebut.

4. Pembahasan Hasil Penelitian

Berikut ini pembahasan tentang hasil penelitian sesuai dengan rumusan

masalah pada Bab I, yaitu “Bagaimana Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Bangkala Barat Dalam

Menyelesaikan Soal Cerita?”

Data dikumpulkan dengan cara memberi tes kemampuan pemecahan

masalah peserta didik di kelas 8.B untuk mendapatkan gambaran tentang

kemampuan pemecahan masalah. Selanjutnya menentukan subjek penelitian yang

masing-masing mewakili kategori tingkat kemampuan pemecahan masalah dilihat

dari hasil tes tersebut, yaitu Kategori Tinggi (KT), Kategori Sedang (KS) dan

Kategori Rendah (KR). Dari setiap subjek peneitian akan diuraikan pembahasan

dari data hasil tes kemampuan pemecahan masalah berikut ini.


48

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Subjek Kategori Tinggi (KT)

Berikut adalah gambaran dari analisis data hasil tes kemampuan

pemecahan masalah, dengan membaca soal sebanyak dua sampai tiga kali,

subjek KT dapat mengetahui informasi awal dan hal yang ditanyakan pada

soal. Berdasarkan hal ini subjek dapat memahami masalah secara tepat. Poin

selanjutnya, subjek dapat menuliskan model matematika dengan menyusun

perencanaan yang menghubungkan hal apa saja yang diketahui dan

ditanyakan. Dari jawaban tes tertulis dan hasil wawancara, subjek dapat

memaparkan rumus/persamaan yang dipakai untuk mengerjakan ketiga soal

tersebut. Dalam perencanaan penyelesaian soal, subjek KT mampu

mengerjakan dengan prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan soal

dengan benar. Akan tetapi untuk tiga soal yang diberikan, subjek tidak

mempunyai cara lain untuk menyelesaikan soal. Tahap akhir, subjek

membuat simpulan dari hasil akhir yang didapatkan dalam bentuk

representasi berdasarkan pertanyaan pada soal cerita, kemudian membaca

berulang untuk memastikan kebenaran jawaban yang didapatkan.

Berdasarkan hal tersebut, peserta didik kelas 8.B SMP Negeri 1 Bangkala

Barat dengan kemampuan pemecahan masalah ada pada kategori tinggi,

menyelesaikan soal berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah

menurut Polya. Seperti yang dipaparkan oleh Roebyanto, dkk (2017: 38)

langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya, yaitu: memahami

masalah (peserta didik dapat menentukan hal yang telah diketahui dan hal

yang belum diketahui); menyusun perencanaan (peserta didik


49

menghubungkan hal yang diketahui dan ditanyakan kemudian merumuskan

ke dalam model matematik); melaksanakan perencanaan (peserta didik

menjalankan rencana yang disusun untuk mendapat penyelesaian); dan

mengevaluasi kembali (peserta didik memeriksa kembali jawaban yang telah

dikerjakan). Setelah wawancara ditemukan informasi bahwa subjek KT

gemar belajar matematik, melihat matematik sangat bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari serta terbiasa menyelesaikan soal cerita. Hal tersebut

sesuai faktor yang berpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah seperti

penjelasan pada BAB II kajian teori, yaitu sikap peserta didik dalam keahlian

memecahkan masalah. Peserta didik yang mempunyai keahlian dalam

mengerjakan soal pemecahan masalah dapat menyelesaikan masalah

dibanding peserta didik yang tidak memiliki keahlian dalam mengerjakan

soal pemecahan masalah. Pemahaman subjek kategori tinggi bahwa

matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari menjadi motivasi

bagi peserta didik dan salah satu faktor yang berpengaruh positif terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis siwa.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Subjek Kategori Sedang (KS)

Berikut adalah deskripsi dari analisis data hasil tes, subjek KS tidak

menulis informasi secara sempurna hal yang diketahui dan yang ditanyakan

dari soal. Setelah wawancara, peneliti mengonfirmasi kembali subjek KS

dapat memaparkan model matematika yang di dalamnya terdapat beberapa

variabel. Ini mengartikan bahwa subjek KS paham terhadap masalah dari soal

cerita, akan tetapi tidak menuliskan dengan lengkap pada kertas jawaban
50

dikarenakan kurang terbiasa. Berdasarkan uraian di BAB II, salah satu hal

yang berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah adalah

keseringan latihan mengerjakan soal pemecahan masalah. Polya dalam

Mairing, (2017: 131) berpendapat bahwa kemampuan pemecahan masalah

diperoleh dari rangkaian berlatih dan meniru (practice and imitate).

Selanjutnya dipaparkan pula bahwa peserta didik KS dapat menyusun dan

menjalankan perencanaan. Pada wawancara sebelumnya tampak bahwa

subjek KS tidak mempunyai cara lain dalam menyelesaikan soal. Hal tersebut

tampak bahwa dalam menyelesaikan soal cerita pola bilangan, subjek KS

hanya mampu menggunakan caranya sendiri.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Subjek Kategori Rendah (KR)

Berikut adalah gambaran dari analisis data hasil tes, subjek kategori

rendah tidak dapat menuliskan jawaban berdasarkan indikator pada masing-

masing tahap pemecahan masalah. Subjek KR tidak memahami soal yang

diberikan secara baik, dan tidak dapat membuat perencanaan penyelesaian.

Hasil wawancara yang didapatkan berupa data yang sesuai hasil tes. Subjek

menyatakan bahwa ia tidak dapat memahami soal yang diberikan secara baik.

Pada tahap wawancara didapatkan keterangan bahwa dalam mengerjakan soal

cerita subjek (KR) kurang berlatih dengan soal seperti itu, terlebih pada soal

pola bilangan. Berdasarkan hal tersebut pada soal pemecahan masalah, subjek

(KR) termasuk pada kemampuan yang rendah dalam berlatih mengerjakan

soal. Seperti penjelasan pada kajian teori (BAB II) bahwa proses latihan akan

memperoleh kemampuan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.


51

Berdasarkan hasil wawancara, subjek (KR) juga mengatakan tidak

mengetahui rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Dan

faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah adalah

kurang percaya diri. Pada hal tersebut apabila subjek (KR) diberikan soal-soal

cerita seperti yang sudah diujikan, tampak kurang yakin dalam menyelesaikan

soal dengan tepat.

Terdapat beberapa penelitian relevan yang menelaah kemampuan

pemecahan masalah matematis peserta didik yang memberi informasi sebagai

bahan untuk menliti lebih dalam lagi. Berdasarkan penelitian yang telah uraikan

oleh Bernard, dkk. (2018:81), mengemukakan bahwa dengan persentase 53%

langkah yang telah dikerjakan tergolong kurang dalam kemampuan pemecahan

masalah matematika yaitu memahami masalah, perencanaan penyelesaian dan

pemeriksaan kembali pada semua tahap yang sudah dilaksanakan. Ini dikarenakan

(1) peserta didik dalam mengerjakan operasi bilangan masih tertukar dimana yang

mesti dikerjakan terlebih dahulu antara perkalian atau penjumlahan, (2) peserta

didik dalam memahami konsep dasar dimaksudkan kurang mampu memecahkan

atau mengerjakan masalah secara menyeluruh, (3) peserta didik kurang mampu

dalam melakukan langkah-langkah pemecahaan masalah dan (4) materi dengan

bentuk lain membuat peserta didik kurang mampu menerapkan ke dalam wujud

nyata.

Setelah itu penelitian yang telah uraikan oleh Amam (2017) dengan judul

Penilaian Kemampuan pemecahan Masalah Matematis Siswa menyimpulkan

pembuatan soal kemampuan pemecahan masalah dapat dilakukan dengan cara


52

satu soal memuat semua karakteristik pemecahan masalah atau tiap item indikator

dibuat dalam satu soal terpisah, sedang pada penelitian ini peneliti membuat tiga

butir soal yang masing-masing memiliki indikator pemecahan masalah. Perbedaan

selanjutnya terdapat pada rubrik skor soal pemecahan masalah. Pedoman

penskoran pada Peneliti sebelumnya masing-masing mempunyai jumlah skor

terhadap aspek yang dinilai, seperti pada rubrik skor soal pemecahan masalah

yaitu (1) memahami masalah bernilai “2” skor, (2) menyusun rencana

penyelesaian bernilai “4” skor, (3) melaksanakan rencana bernilai “2” skor dan

(4) mengevaluasi kembali bernilai “2” skor. Sedangkan pada peneliti ini,

pedoman penskoran pemecahan masalah yaitu (1) memahami masalah bernilai

“3” skor, (2) menyusun rencana penyelesaian bernilai “2” skor, (3) melaksanakan

rencana bernilai “3” skor dan (4) mengevaluasi kembali bernilai “2” skor.

Berdasarkan hasil penelitian relevan dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada penyelesaian soal matematik

dapat dibagi dalam berapa kategori, dan kebanyakan tergolong pada kategori

rendah ke bawah. Dalam memperhatikan pembuatan soal, maka aspek yang akan

dinilai dalam pengerjaan soal lebih efesien untuk mengetahui kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

yang sudah dijelaskan dengan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah

matematik peserta didik kelas 8.B SMP Negeri 1 Bangkala Barat yang mencakup

kemampuan pemecahan masalah yaitu subjek KT, subjek KS, dan subjek KR.

Sesuai dengan penjelasan data hasil penelitian dan hubungannya terhadap

langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya pada kajian pustaka yang


53

telah disimpulkan, dikatakan bahwa peserta didik kelas 8.B SMP Negeri 1

Bangkala Barat dengan kategori tinggi dapat menjalankan tahap pemecahan

masalah menurut Polya dan mampu menjelaskan proses penyelesaian soal cerita

pola bilangan. Untuk peserta didik dengan kategori sedang mampu menjelaskan

proses penyelesaian soal, akan tetapi masih kurang dalam menjalankan tahap

pemecahan masalah menurut Polya. Sedangkan peserta didik dengan kategori

rendah tidak dapat menjalankan langkah-langkah pemecahan masalah menurut

Polya dalam menyelesaikan soal cerita pola bilangan.


BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dibawah ini terdapat kesimpulan hasil data yang telah dianalisis dan

dideskripsikan pada BAB IV:

1. Subjek Kategori Tinggi (KT)

Untuk peserta didik dengan kategori tinggi dapat memahami

masalah secara tepat dalam mengerjakan soal cerita pola bilangan, dapat

membuat perencanaan penyelesaian dan mampu menjalankan sesuai

tahap pemecahan masalah secara tepat juga dapat membuat kesimpulan

dari jawaban yang didapatkan dalam bentuk representasi dan memeriksa

kembali untuk memastikan kebenaran jawabannya.

2. Subjek Kategori Sedang (KS)

Untuk peserta didik dengan kategori sedang cukup baik dalam

memahami soal, akan tetapi kadang lupa menuliskan salah satu hal yang

diketahui atau yang ditanyakan pada soal cerita pola bilangan yang

dikerjakan, dalam membuat rencana penyelesaian biasanya

rumus/persamaan yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang

dikerjakan pada proses menjalankan rencana. Peserta didik kategori

sedang juga dapat membuat kesimpulan dari jawaban yang didapatkan.

3. Subjek Kategori Rendah (KR)

51
52

Untuk peserta didik yang berkategori rendah tidak dapat

menjalankan langkah-langkah pemecahan masalah seperti memahami

masalah, menyusun perencanaan penyelesaian, melaksanakan perencanan

penyelesaian serta membuat simpulan pada penyelesaian soal cerita pola

bilangan.

4. Saran

1. Tenaga pengajar SMP Negeri 1 Bangkala Barat terkhusus tenaga pengajar

matematika agar tetap semangat dalam mengajar, sebaiknya mengajarkan

soal dalam memecahkan masalah yang memiliki jawaban lebih dari satu

sehingga peserta didik akan mudah terlatih dalam mengerjakan soal-soal

pemecahan masalah.

2. Peserta didik kelas 8.B SMPN 1 Bangkala Barat agar lebih giat belajar

memecahkan soal-soal sehingga lebih mudah menyelesaikan soal dengan

baik dan tepat, serta bisa menjelaskan apa yang ditulis saat

menyelesaikan soal.

3. Untuk peneliti lain, peneliti memberikan saran untuk melakukan penelitian

yang serupa dengan penelitian ini kedepan agar bahan yang akan menjadi

referensi keilmuaan terkait kemampuan pemecahan masalah dalam

menyelesaikan soal cerita lebih banyak lagi yang hendak meneiti dengan

masalah yang relevan dengan penelitian ini, agar dijadikan pedoman

untuk mengembangkan penelitian yang akan dilakukan nantinya. Dan


53

alangkah hebatnya jika peneliti berikutnya mengangkat materi tes yang

lebih baik untuk soal-soal cerita pada materi lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F. Y.2016. Hakikat Matematika, Pembelajaran Matematika dan Teori


Belajar. (Online). (https://yuriniky.wordpress.com/2016/03/21/hakikat-
matematika-pembelajaran-matematika-dan-teori-belajar/, diakses 21 Maret
2020). Diakses 21 Juni 2020.
Agustan, S. 2017. Proses Berpikir Reflektif Mahasiswa Calon Guru dalam
Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif dan Gender.
Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Amam. 2017. Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.
(Online). Vol. 2, No. 1
(file:///E:/JURNAL/PENILAIAN%20KEMAMPUAN%20MATEMATIS
pdf).
Bernard, dkk. 2018. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMP Kelas IX Pada Materi Bangun Datar. SJME. (Online). Vol. 2, No. 2
(file:///D:/JURNAL/1317-4151-1-PB.pdf) Diakses 21 Juni 2020.
Bush, W.S., & Greer, A.S. 1999. Mathematic assessment. A practical handbook
for grade 9-12. Reston, VA: The National Council Of Teachers of
Mathematics Inc.
Effendi. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing
untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan. 13 (2): 3,
(file:///D:/JURNAL/Leo_Adhar.pdf) Diakses 21 Juni 2020.
Hamzah, dkk. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Rajawali Pers.
Hendriana, dkk. 2017. Hard Skills dan Soft Skills Matematik Siswa. Bandung:
Refika Aditama.
Jonassen, D.H. 2004. Learning to Solve Problem: an Instructional Design Guide.
San Fransisco: Job Willey& Sons.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Guru Matematika:
SMP/MTs Kelas VIII.B. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
Mahmudah, Siti. 2015. Peningkatan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Menggunakan Media Kartu Kerja pada Siswa Kelas II SDN
Purworejo Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. Jurnal Pinus 1 (2).
Diakses pada 15 Agustus 2020 (http://ojs.unpkediri.ac.id) Diakses 21 Juni
2020.

53
54

Mairing. 2017. Kemampuan Siswa SMA dalam Menyelesaikan Masalah Sistem


Persamaan Linear Tiga Variabel. Jurnal Aksioma. Vol.6 No.1.
(Http://Google.Schoolar.com) Diakses 21 Juni 2020.
Mairing. 2018. Pemecahan Maasalah Matematika. Bandung: Alfabeta.
Polya, G. 1981. Mathematical discovery: On understanding, learning and
teaching problem solving. New York, NY: John Wiley & Sons, Inc.
Qausar. 2013. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Pendidikan Matematika SIGMA. 2
(5): 129-139.
Rahardjo, M, dkk. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campuran di
Sekolah Dasar. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Revyareza. 2013. Hakikat Matematika. (Online).
(http://revyreza.wordpress.com/2013/10/31/hakikat-matematika/, diakses
31 Oktober 2020).
Roebyanto, dkk. 2017. Pemecahan Masalah Matematika untuk PGSD. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:
Alfabeta.
Sumarno. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan Bagaimana
Dikembangkan pada Peserta Didik. (Online).
(https://www.academia.edu/10346582/BERFIKIR_DAN_DISPOSISI_MA
TEMATIK_APA_MENGAPA_DAN_BAGAIMANA_DIKEMBANGKA
N_PADA_PESERTA_DIDIK, Diakses 06 Juni 2020).
Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar: Panrita Press.
Tim Penyusun, K. B. B. I. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Wahyuddin. 2013. Pengaruh Kemampuan Berpikir Logis dan Kemampuan Verbal
Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika melalui
Kemampuan Penalaran dan Komunikasi pada Siswa Kelas VII SMP
Muhammadiyah Se-Kota Makassar. Tesis. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.
Wiwin, dkk. 2016. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
dalam Menyelesaikan Soal Rata-Rata Hitung. Prosiding Seminar Nasional
Reforming Pedagogy. (Online). (file:///D:/JURNAL/SNRP36.pdf, Diakses
13 Juni 2020).
LAMPIRAN
LAMPIRAN A

A.1: LEMBAR SOAL


A.2: KUNCI JAWABAN
A.1. LEMBAR SOAL

LEMBAR SOAL TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATERI POLA BILANGAN

Sekolah : SMP Negeri 1 Bangkala Barat


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII.B/Ganjil
Waktu : 90 menit
Petunjuk Pengerjaan Soal:
1. Tulislah Nama, Nis dan Kelas
2. Bacalah soal dibawah ini dengan cermat dan teliti.
3. Kerjakan secara individu dan tanyakan apabila terdapat soal yang kurang
jelas.
4. Periksalah pekerjaan Anda sebelum dikumpul.

Kerjakan Soal Berikut!

1. Setiap awal bulan Pak Aspar membagikan sejumlah uang kepada 5 anaknya

yaitu Ripat, Ahmad, Jamal, Cikal, dan Pandi. Uang yang akan dibagikan terdiri

atas lembaran Rp.2.000,-. Jika Ripat memperoleh 48 lembar dan Ahmad

mendapatkan setengah dari yang didapat oleh Ripat, Jamal memperoleh

setengah dari yang didapat Ahmad, Cikal memperoleh setengah dari yang

didapat Jamal, dan Pandi memperoleh setengah dari yang didapat Cikal. Maka

berapakah jumlah uang yang dibagikan Pak Aspar?


2. Faqih sedang menumpuk kursi yang tingginya masing-masing 90 cm. Tinggi

tumpukan 2 kursi, dan tinggi tumpukan 3 kursi 102 cm. Berapakah tinggi

tumpukan 10 kursi?

3. Sejak bulan Januari terjadi penurunan jumlah pengunjung di Trans Studio Mall
1
Makassar. Pengunjung yang berkurang setiap bulannya sebesar dari bulan
5

sebelumnya. Apabila pada bulan Januari masih terdapat pengunjung sebanyak

12.000 orang, maka berapa banyak pengunjung hingga bulan Juni?


A.2. KUNCI JAWABAN

No. Penyelesaian Indikator Skor

1. Diketahui: Memahami 3
masalah
Suku awal 𝑎 = 48
1
Rasio = 2

Uang yang dibagikan Rp. 2.000,-

Ripat = 48 lembar
Ahmad = 24 lembar
Jamal = 12 lembar

Cikal = 6 lembar
Pandi = 3 lembar
Ditanyakan:

Jumlah uang yang dibagikan oleh Pak Aspar?


Penyelesaian: Menyusun 2
strategi
Permasalahan barisan geometri
Jumlah lembaran uang yang dibagikan adalah 48 +
24 + 12 + 6 + 3 = 93 lembar

Jumlah uang yang dibagikan Menjalankan 3


strategi
= 93 × 2.000

= 𝑅𝑝. 186.000,-
No. Penyelesaian Indikator Skor
Jadi, jumlah uang yang dibagikan kepada Pak Aspar Mengevaluasi 2
adalah Rp. 186.000,- kembali
2. Diketahui: Memahami 3
masalah
𝑈1 = 𝑎 = 90
𝑏 = 96 − 90 = 6

Ditanyakan:

Tinggi tumpukan 10 kursi atau 𝑈10 ?

Menggunakan rumus mencari suku ke-n barisan Menyusun 2


bilangan strategi

𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏

Subtitusikan data-data ke dalam rumus: Menjalankan 3


strategi
𝑈10 = 90 + (10 − 1)6
𝑈10 = 90 + (9 × 6)
𝑈10 = 90 + 54
𝑈10 = 144

Jadi, tinggi tumpukan sebanyak 10 kursi diperoleh Mengevaluasi 2


sebesar 144 cm kembali
3. Diketahui: Memahami 3
1 masalah
Penurunan jumlah pengunjung (𝑟) = 5

Bulan Januari (𝑎) = 12.000

Bulan Juni = 6

Ditanyakan:
Banyaknya jumlah pengunjung hingga bulan Juni?
Penyelesaian: Menyusun 2
strategi
𝑎(1 − 𝑟 6 )
𝑆𝑛 =
1−𝑟
No. Penyelesaian Indikator Skor
1 Menjalankan 3
12.000 (1 − ( )6 )
𝑆6 = 5 strategi
1
1−5

1
12.000 (1 − )
𝑆6 = 15625
4
5
15625 − 1
12.000 ( )
𝑆6 = 15625
4
5
𝑆6 = 14.999

Jadi, banyaknya pengunjung hingga bulan Juni Mengevaluasi 2


adalah 14.999 orang kembali
LAMPIRAN B

B.1: PEDOMAN WAWANCARA

B.1 PEDOMAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

1. Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII


SMP Negeri 1 Bangkala Barat dalam menyelesaikan soal cerita.
1. Metode: Wawancara semi terstruktur

2. Langkah Pelaksanaan

1. Wawancara dilakukan secara face to face, yakni terjadi kontak langsung


antara peneliti dan informan. (disesuaikan dengan kondisi saat ini).
2. Wawancara dilakukan setelah terjadi kesepakatan waktu dan tempat
pelaksanaan wawancara antara peneliti dan informan.
3. Pertanyaan yang diberikan tidak harus sama, tetapi memuat pokok
permasalahan yang sama.
4. Apabila siswa mengalami kesulitan dengan pertanyaan tertentu, siswa
akan diberikan pertanyaan yang lebih sederhana tanpa menghilangkan inti
permasalahan.
1. Petunjuk Wawancara:
1. Wawancara dilakukan setelah dilakukan pengerjaan soal
2. Narasumber yang diwawancarai adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Bangkala Barat
3. Proses wawancara didokumentasikan dengan menggunakan media
audio/dicatat
4. Indikator:
langkah-langkah pemecahan masalah matematis terdiri atas 4 langkah

yaitu:

5. Memahami masalah

Dalam memahami masalah siswa harus tahu secara pasti apa

masalahnya jika ingin memecahkan masalah dengan cara mengindetifikasi

mana yang sudah diketahui dan mana yang belum diketahui dari suatu

masalah sehingga memahami masalah termasuk juga memahami tujuan

pemecahan soal.
6. Membuat rencana

Dalam tahap membuat rencana, siswa diperkenankan menggunakan

kecerdikan untuk mengembangkan sendiri rencana dan solusinya dengan

mengaitkan unsur yang diketahui dan ditanyakan kemudian

merumuskannya dalam bentuk model matematika.

7. Melaksanakan rencana

Setelah siswa telah memutuskan pada suatu rencana yang akan

digunakan untuk memecahkan masalah, selanjutnya mereka akan

memprosesnya untuk memperoleh solusi. Tahap ini dapat direalisasikan

jika rencana pada tahap kedua benar.

8. Mengevaluasi kembali

Pada tahap ini, siswa akan melihat kembali hasil pekerjaan yang

telah dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian jawaban dengan

pertanyaan, kesesuaian jawaban dengan kaidah matematika dan apakah

jawaban yang diperoleh rasional.

9. Pertanyaan Pokok
1. Apa kamu bisa menceritakan maksud dari tes yang telah diberikan? Coba
ceritakan dengan bahasa kamu sendiri!
2. Apa yang kamu ketahui dari soal tersebut?
3. Apa yang ditanyakan dari soal tersebut?
4. Bagaimana kamu menyelesaikan masalah tersebut?
5. Langkah apa yang kamu ambil dalam menyelesaikan soal tersebut?
6. Coba jelaskan makna dari rencana yang kau buat!
7. Dapatkah kamu menjelaskan bagaimana alur dan cara mengoperasikan
rencana/strategi yang kamu buat?
8. Apa kamu yakin jawaban kamu benar?
9. Bagaimana cara kamu memeriksa jawabanmu?
LAMPIRAN C

C.1: HASIL TES KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH SISWA

KELAS VIII.B

C.2: LEMBAR JAWABAN SUBJEK KT,

KS, DAN KR

C.3: TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

SUBJEK KT, KS, DAN KR


C.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas

VIII.B

No. Nama Skor Kategori Subjek

1. RA 30 Tinggi

2. RT 25 Sedang

3. RD 13 Rendah

4. AR 8 Rendah

5. MR 8 Rendah

6. AG 7 Rendah

7. IP 7 Rendah

8. MF 5 Rendah

9. ST 4 Rendah

10. PU 3 Rendah

11. RA 3 Rendah

12. MN 3 Rendah

13. RV 3 Rendah

14. SN 3 Rendah

15. AA 2 Rendah
16. MA 2 Rendah

C.2 LEMBAR JAWABAN SUBJEK

1. Subjek Kategori Tinggi


2. Subjek Kategori Sedang
3. Subjek Kategori Rendah
C.3 TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

1. Subjek Kategori Tinggi

4. Nomor 1

P : kita mulai dari soal nomor 1. Coba dibaca kembali soalnya!


KT : (membaca soal)
P : Bagaimana? Mengertiki dengan soalnya?
KT : mengerti
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KT :2x
P : Jawabannya, disini ditulis diketahui a = 48; rasio = ½; kemudian uang
yang dibagikan Rp. 2.000, Ripat = 48 lembar, Ahmad = 24 lembar, Jamal
= 12 lembar, Cikal = 6 lembar, Pandi = 3 lembar dan ditanyakan jumlah
uang yang dibagikan oleh pak Aspar, boleh dijelaskan maksudnya dek?
KT : Suku pertama itu a, rasio ini setengah dari uang yang nabagikan, kalau
selanjutnya itu uang yang nabagikan pak Aspar
P : Apakah setiap mengerjakan soal, memang harus dituliskan itu?
KT : iye karna untuk menjawab jawban dari ini itu, harus dituliskan yang
diketahui, ditanyakan dan penyelesaiannya.
P : Dan selanjutnya ditulis penyelesaiannya. Boleh dijelaskan ini?
KT : kujumlah dulu semua berapa lembar uang yang dibagikan, baru
kukalikan 2.000 dari hasilnya.
P : itu digunakan untuk mecari apa ?
KT : digunakan untuk tentukanki jumlah lembaran uang, sama hasil
keseluruhan uang yang dibagikan.
P : Akhir dari jawabanta itu dituliskan “jadi, ,,,”. Apakah perlu dituliskan
atau tidak?
KT : Iye ditulis itu kak untuk kesimpulan jawaban akhirnya
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KT : Iye, karna kubaca ulang kembali soalnya dan kupastikan mi benar kak.

5. Nomor 2

P : Selanjutnya soal nomor 2. Coba dibaca kembali soalnya!


KT : (membaca soal)
P : Bagaimana? Mengertiki dengan soalnya?
KT : mengerti ji kak
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KT : 2 sampai 3 kali
P : Jawabannya, disini ditulis diketahui U1 = a = 90 dan b = 96 – 90 = 6
dan ditanyakan tinggi tumpuk 10 kursi (U10), boleh dijelaskan maksudnya
dek?
KT : Ini suku pertamanya atau a 90 kursi, beda nya atau b dari suku pertama
ke suku seterusnya adalah 6. Kalau ini N berapa tinggi tumpukan 10 kursi.
P : Selanjutnya tahap penyelesaian, disini ada rumus yang dituliskan. Boleh
dijelaskan ini rumusnya?
KT : un = a + (n - 1) b.
P : Dengan ini rumus, dipakai untuk cari apa?
KT : digunakan untuk mencari tinggi tumpukan kursi.
P : tumpukan kursi berapa dicari disini ?
KT : ke 10.
P : Dari mana didapatkan ini 9 dengan 54?
KT : hasilnya 10 - 1. 54 nya dapat dari 9 × 6.
P : Disini 90 memang tidak ditambah dulu sama 9? Kenapa 9 dulu dikali
sama 6?
KT : Perkalian yang didahulukan dulu kak
P : Untuk mengerjakan soal ini, apa ada cara lain yang bisa digunakan?
KT : Ini yang saya tau kak
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KT : Iye, sudah berapa kali juga saya baca soalnya.
P : Setiap selesai mengerjakan soal, jawabannya diperiksa kembali?
KT : Iye supaya bisa dpastikan jawabannya sudah benar kak.

6. Nomor 3

P : Masih kita ingat yang soal nomor 3 ini? Cobaki baca kembali!
KT : iye
P : Apakah ini soal, sulit menurutmu dek?
KT :Lumayan sulit kak, karna beberapa kali kubaca supaya paham.
P : Dari mana didapatkan n itu 6?
KT : Karena dari bulan januari sampai bulan juni itu 6 bulan. Dan yang
ditanyakan jumlah pengunjung hingga bulan juni jadi n nya itu 6 kak
P : Kemudian untuk menentukan rumusnya itu bagaimana?
KT : Yang ditanyakan oleh soal yaitu berapa jumlah pengunjung kak
P : Untuk mengerjakan soal ini, apa ada cara lain yang bisa digunakan?
KT : Ini yang saya tau kalau soal begini kak
P : Bisa jelaskan cara kerjanya sampai didapat hasil akhirnya?
KT : Nilainya yang diketahui itu dimasukkan ke dalam rumus kak. Terus ini
yang 1/5 pangkat 6 jadi 15.625, kemudian yang di dalam kurung dikurang
1 dulu baru dibagi 15.625. Nah hasilnyami ini dikali 12.000, baru dibagi
lagi dengan 4/5. Terus didapatmi ini hasilnya 14.999 kak.
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya?
KT : Iye insyaAllah kak.

2. Subjek Kategori Sedang

7. Nomor 1

P : Kita mulai dari soal nomor 1. Coba dibaca kembali soalnya!


KS : (membaca soal)
P : Bagaimana? Mengertiki dengan soalnya?
KS : Iye
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KS : 3 kali
P : Yang diketahui ini a = 48; rasio = ½; dan uang yang dibagikan Rp.
2.000, Ripat = 48 lembar, Ahmad = 24 lembar, Jamal = 12 lembar, Cikal
= 6 lembar, Pandi = 3 lembar dan ditanyakan jumlah uang yang
dibagikan oleh pak Aspar, boleh dijelaskan maksud dari ini?
KS : Suku pertama a, rasio ini setengahnya uang yang nabagikan, kalau
selanjutnya itu uang yang nabagikan pak Aspar
P : Apakah setiap mengerjakan soal, memang harus dituliskan itu?
KS : Iye karna untuk menjawab jawaban dari ini itu, harus dituliskan yang
diketahui, ditanyakan dan penyelesaiannya.
P : Dan selanjutnya ditulis penyelesaiannya. Boleh dijelaskan ini?
KS : Kujumlah dulu semua berapa lembar uang yang dibagikan, baru
kukalikan 2.000 dari hasilnya.
P : Itu digunakan untuk mecari apa ?
KS : Digunakan untuk tentukanki jumlah lembaran uang, sama hasil
keseluruhan uang yang dibagikan.
P : Akhir dari jawabanta itu dituliskan “jadi, ,,,”. Apakah perlu dituliskan
atau tidak?
KS : Iye ditulis kak sebagai kejelasan jawaban
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KS : Iye, karna tiga kal soalnya kubaca.

8. Nomor 2

P : Selanjutnya soal nomor 2. Coba dibaca kembali soalnya!


KS : (Membaca soal)
P : Apakah mengerti dengan soal ini?
KS : Agak kumengerti ji kak
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KS : 6 kali
P : Boleh dijelaskan maksudnya dek ini yang diketahui U1 = a = 90 dan b =
96 – 90 = 6?
KS : Dari soal
P : Bisa jelaskan apa yang ditanyakan ?
KS : Tinggi tumpukan kursi atau U10
P : Kenapa rumus yang dipakai tidak sama dengan cara kerjanya?
KS : Karena begitu ji yang kutau kak
P : Untuk mengerjakan soal ini, apa ada cara lain yang bisa digunakan?.
KS : Hanya ini yang saya tau kak
P : Ini 10 – 1 darimana didapatkan?
KS : Dari nilai n nya kak.
P : Disini 90 dan 9 kenapa tidak ditambah dulu? Tapi 9 dan 6 yang dikali
terlebih dahulu?
KS : Karna perkalian yang tinggi kak dari penjumlahan
P : Apakah sering mengerjakan soal-soal seperti ini?
KS : Iye sering
P : Apakah ini soal, sulit menurutmu dek?
KS : Lumayan sulit iya kak
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KS : iye kak

9. Nomor 3

P : Masih kita ingat yang soal nomor 3 ini? Cobaki baca kembali!
KS : (membaca soal)
P : Apakah ini soal, sulit menurutmu dek?
KS : Sulit kak, saya kurang mengerti soal begini kak
P : Cara kerja dari soal ini apakah sama dengan nomor 2?
KS : Disini pakai rumus sn, jadi beda kak
P : Ini r yang nilainya 1/5 didapatkan dari mana?
KS : Dari soal kak
P : Kenapa tidak dituliskan r = 1/5 yang diketahui?
KS : Kulupai kak
P : Kemudian untuk mengetahui rumus yang dipakai itu dari mana?
KS : Guru pernah menjelaskan rumus ini kak
P : Untuk mengerjakan soal ini, apakah ada cara lain yang bisa digunakan?
KS : Mungkin masih ada kak, tapi hanya ini yang saya tau
P : Bisa jelaskan bagaimana caranya didapat jawabannya!
KS : S6 sama dengan 12.000, buka kurung, satu kurang 1/5 pangkat 6 balas
kurung per satu dikurang 1/5. Baru satu kurang 1/15.625 per 4/5, jadi
12.000, buka kurung 15.625 dikurang satu per 15.625 balas kurung, itu
dibagi lagi 4/5, nah hasilnya itu 14.999 kak.
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KS : Iye kak yakin, karna kubaca ulang pekerjaanku sebelum kukumpul.

3. Subjek Kategori Rendah

10. Nomor 1

P : Mulai dari soal nomor 1. Coba dibaca kembali soalnya!


KS : (membaca soal)
P : Bagaimana? Mengerti dengan soalnya?
KS : iye
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KS : 10 kali
P : Yang diketahui ini a = 48; rasio = ½; dan uang yang dibagikan Rp.
2.000, Ripat = 48 lembar, Ahmad = 24 lembar, Jamal = 12 lembar, Cikal
= 6 lembar, Pandi = 3 lembar dan ditanyakan jumlah uang yang
dibagikan oleh pak Aspar, bisa kita jelaskan apa maksudnya itu?
KS : Itu yang diketahui dari soal kak
P : Apakah setiap mengerjakan soal, memang harus dituliskan itu?
KS : Iye kayaknya
P : Selanjutnya pada bagian penyelesaiannya. Boleh dijelaskan ini ?
KS : 48 + 24 + 12 + 6 + 3 = 93 lembar kak
P : Itu digunakan untuk mecari apa ?
KS : Digunakan untuk dikali dengan 2.000 dan dapatmi 186.000 kak
P : Apakah sudah yakin dengan jawabannya? Cara dipastikan benar ini
bagaimana dek?
KS : yah yakin saja karena kuulang-ulang kubaca kak.

11. Nomor 2

P : Bisa jelaskan maksud dari soal ini?


KR : Soalnya ini yang mau dicari tinggi tumpuk 10 kursi kak
P : Sebelum dijawab ini soal, dibaca sampai berapa kali?
KR :2 kali
P : Di sini kan ditulis cuma yang diketahui dan ditanyakan
KR : Iye kak
P : Apa yang menjadi kendala sehingga tidak diselesaikan sampai dapat
jawabannya?
KR : Tidak kutau rumusnya kak
P : Jadi sampai ini saja yang kita tau kerja?
KR : Iye kak, karna ituji yang kutau kak

12. Nomor 3

P : Coba diperhatikan soal nomor 3, berapa kali dibaca soalnya?


KR : 1 kali ji kak.
P : Apakah ini soal, sulit menurutmu dek?
KR : Iye kak
P : Kenapa tidak ada sekalipun ditulis jawabannya?
KR :Tidak kutau dan kehabisan waktu juga kak
P : Kalau misalnya diberikan lagi soal-soal cerita seperti ini, dan waktu
untuk dikerjakan itu cukup, bisa dikerja?
KR : Mudah-mudahan bisa mi kak
LAMPIRAN D

D.1: ADMINISTRASI
LAMPIRAN E

E.1: Dokumentasi
LAMPIRAN F

F.1: Kartu Kontrol


LAMPIRAN G

G.1: POWER POINT


RIWAYAT HIDUP

AHMAD SYAFII. Lahir di Jeneponto, Sulawesi

Selatan pada tanggal 24 Februari 1999. Ia anak ketiga

dari enam bersaudara dari pasangan bapak Syafii

Sofyan dan Ibu Nuraeni, S.Pd. Menyelesaikan

pendidikan sekolah dasar di SD INP 137

BONTOMANAI pada tahun 2010. Ia lulus dari

sekolah menengah pertama pada tahun 2013 di SMP

Negeri 1 Bangkala Barat dan lulus dari sekolah menengah atas di SMA Negeri 3

Takalar pada tahun 2016.

Pada tahun yang sama, ia melanjutkan kuliah di Universitas

Muhammadiyah Makassar mengambil Program Studi S1 Pendidikan Matematika

dan lulus pada tahun 2021. Semasa aktif kuliah, ia aktif di HMJ Pendidikan

Matematika periode 2018-2019 sebagai Sekretaris Bidang Minat dan Bakat.

Berkat karunia Allah SWT. Penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas

Muhammadiyah Makassar dengan tersusunnya skripsi dengan judul “Analisis

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri

1 Bangkala Barat dalam Menyelesaikan Soal Cerita”

Anda mungkin juga menyukai