Anda di halaman 1dari 166

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

MATERI POLA BILANGAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA


SISWA KELAS VIII MTs NEGERI 4 ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Matematika Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

DARNA
10536499715

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2019
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Darna
Nim : 10536 4997 15
Jurusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Materi Pola Bilangan Ditinjau dari Gaya Belajar Pada
Siswa Kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah asli hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuat oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyatan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2019


Yang membuat pernyataan

Darna
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : DARNA
Nim : 10536 4997 15
Jurusan : Pendidikan Matematika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2019


Yang Membuat Perjanjian

Darna
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Jangan berhenti berharap, karna keajaiban dapat terjadi

setiap hari dan Allah SWT akan memberikannya di saat

yang tak terduga.


(Darna, Agustus 2019)

Karya ini kuperuntukan kepada kedua orangtuaku tercinta; Ibuku yang selalu
melantunkan do’a-do’a untukku, Ayahku yang begitu ikhlas bekerja keras demi
cita-cita dan impianku, saudara-saudaraku serta keluarga yang selalu mengajakku
melompat sejenak dari kepenatan, sahabat-sahabatku dan orang-orang yang
teristimewa yang selalu menyemagati dan menasehatiku.
Semoda Allah ridha dengan apa yang telah kitaq perbuat.
ABSTRAK

Darna, 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Materi Pola


Bilangan Ditinjau Dari Gaya Belajar pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri 4
Enrekang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing Utama Dr. Awi
Dassa, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Andi Mulawakkan Firdaus, S.Pd.,
M.Pd.
Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII yang masih kurang
perlu ditinjau lebih lanjut berdasarkan gaya belajar siswa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ditinjau
dari gaya belajar materi pola bilangan kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang yaitu
gaya belajar converger, diverger, accommodator, dan assimilator. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
VIII MTs Negeri 4 Enrekang.
Pengumpulan data dilakukan melalui angket gaya belajar, tes kemampuan
pemecahan masalah, dan pedoman wawancara. Seluruh siswa kelas VIII MTs
Negeri 4 Enrekang diidentifikasi tipe gaya belajarnya dengan menggunakan
angket gaya belajar kolb. Data mengenai kemampuan pemecahan dianalisis dari
hasil tes kemampuan pemecahan masalah lalu dilakukan triangulasi dengan data
hasil wawancara. 4 siswa yang terdiri dari 1 siswa pada masing-masing tipe gaya
belajar dipilih untuk dilakukan wawancara kemampuan pemecahan masalahnya.
Selanjutnya analisis seluruh data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: tahap reduksi data, tahap penyajian data dan tahap penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) siswa diverger paling banyak
jumlahnya di kelas VIII. 2) siswa converger, diverger, accommodator, dan
assimilator memahami masalah dengan mengetahui apa yang diketahui dan
ditanyakan serta menjelaskan masalah dengan kalimat sendiri. Mereka membuat
rencana dengan menyederhanakan masalah, mencari subtujuan, membuat
eksperimen dan simulasi, serta mengurutkan informasi. Mereka melaksanakan
rencana dengan mengartikan masalah dalam bentuk matematika dan
melaksanakan strategi selama penghitungan berlangsung. Siswa converger dan
assimilator melihat kembali tanpa mengecek penghitungan yang terlibat, siswa
diverger tidak melihat alternatif penyelesaian yang lain dan tidak mengecek
penghitungan yang terlibat, siswa accommodator mempertimbangkan bahwa
solusi yang diperoleh logis, bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaan sudah
terjawab, mengecek penghitungan yang dilakukan, membaca kembali pertanyaan,
dan menggunakan alternatif penyelesaian yang lain.

Kata Kunci: Analisis, Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Gaya Belajar.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan

rahmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

“Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Materi Pola Bilangan

Ditinjau Dari Gaya Belajar pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang.”

Salawat serta salam juga semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam. kepada sahabat, keluarga, serta umat

yang istiqamah di jalannya.

Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagai

salah satu persyaratan guna menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan

tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapan terima kasih kepada kedua

orang tua Lawallu dan Biring yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,

membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam pencarian ilmu. Demikian

pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada saudaraku yang tiada hentinya

memberiku asupan motivasi untuk selalu bekerja keras, serta kepada teman-teman

seperjuagan yang telah memberiku canda.

Terima kasih penulis ucapkan dengan segala ketulusan dan kerendahan

hati kepada Dr. Awi Dassa, M.Si pembimbing I dan Andi Mulawakkan Firdaus,
S.Pd., M.Pd. pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta

motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesaianya skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H.

Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,

Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar, Mukhlis, S.Pd., M.Pd. Ketua Program

Studi Pendidikan Matematika serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam

lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan

yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, guru,

staf MTs Negeri 4 Enrekang, dan ibu Nur Fadilah, S.Pd. selaku guru matematika

di kelas VIII yang telah memberi izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat seperjuanganku yang aku

sayangi karena Allah Subhana Wata’ala yaitu Rina, Novianti kadyr dan fatmawati

yang telah banyak membantu dan mensuport, serta seluruh rekan mahasiswa

Jurusan Pendidika Matematika angkatan 2015 atas kebersamaan, motivasi, saran

dan batuannya kepada penulis yang telah memberi warna dalam hidupku.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa

skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat

menyempurnakan skripsi ini sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Amiin.
Makassar, Agustus 2019

Darna
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i


KARTU KONTROL II .....................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................iv
SURAT PERJANJIAN .....................................................................................v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................vi
ABSTRAK .........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................7
E. Fokus Penelitian ......................................................................................7
F. Penegasan Istilah .....................................................................................8
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
A. Landasan Teori ........................................................................................10
1. Analisis .............................................................................................10
2. Kemampuan Pemecahan Masalah.....................................................11
3. Pemecahan Masalah Matematika .....................................................12
4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ...............................13
5. Gaya Belajar Siswa ...........................................................................16
6. Hubungan Antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Dengan Gaya Belajar ........................................................................23
B. Materi Pola Bilangan...............................................................................24
C. Penelitian Yang Relevan .........................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................28
B. Tempat Penelitian....................................................................................29
C. Subjek penelitian dan Sumber Data ........................................................29
D. Instrument Penelitian ..............................................................................31
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................32
F. Teknik Analisis Data ...............................................................................33
G. Rencanan Pengujian Keabsahan Data .....................................................36
H. Prosedur Penelitian..................................................................................38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................40
B. Pembahasan .............................................................................................71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................84
B. Saran ........................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Angket Gaya Belajar Kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang ..................41
4.2 Hasil TKPM untuk Tiap Tipe Gaya Belaja ...................................................42
4.3 Hasil Wawancara KPM .................................................................................42
4.4 Simpulan Indikator Pemecahan Masalah Dengan Gaya Belajar Siswa ........70
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek CV ..............................43


4.2 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek CV .................................44
4.3 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek CV .........................45
4.4 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek CV ..............................47
4.5 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek CV .................................48
4.6 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek CV .........................48
4.7 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek DV ..............................50
4.8 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek DV .................................51
4.9 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek DV .........................52
4.10 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek DV ............................53
4.11 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek DV ...............................54
4.12 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek DV .......................55
4.13 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek AC ............................56
4.14 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek AC ...............................57
4.15 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek AC .......................58
4.16 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek AC ............................60
4.17 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek AC ...............................61
4.18 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek AC .......................62
4.19 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek AS .............................63
4.20 Hasil Tertulis Tahap Membuat rencana 1 Subjek AS .................................64
4.21 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek AS ........................65
4.22 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek AS .............................67
4.23 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek AS................................68
4.24 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek AS ........................69
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A
1. Instrumen Angket Gaya Belajar Siswa
2. Indikator Tahap Kemampuan Pemecahan Masalah
3. Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
4. Instrumen Tes 1 Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pola Bilangan
5. Instrumen Tes 2 Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pola Bilangan
6. Rubrik Penskoran Tes 1
7. Rubrik Penskoran Tes 2
8. Pedoman Wawancara Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran B
1. Hasil Angket Gaya Belajar Siswa
2. Hasil Perolehan Skor Pernyataan Angket Gaya Belajar Siswa Kelas VIII MTs
Negeri 4 Enrekang
3. Klasifikasi Tipe Gaya Belajar Siswa Kelas VIII Mts Negeri 4 Enrekang
4. Hasil Tes 1 Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pola Bilangan
5. Hasil Tes 2 Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Pola Bilangan
6. Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas VIII MTs Negeri 4
Enrekang
7. Hasil Wawancara Kemampuan Pemecahan Masalah Dengan Tipe Gaya
Belajar
8. Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Wawancara
9. Dokumentasi
Lampran C
1. Persuratan
2. Power Point
3. Riwayat Hidup
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang menjadi dasar

perkembangan pengetahuan. Kedudukannya sebagai ratu bagi ilmu

pengetahuan lain, sekaligus berfungsi melayani ilmu pengetahuan yang lain.

Matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu,

juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan

oprasionalnya. Sementara itu, matematika menurut Johnson dan Rising,

sebagaimana dikutip oleh Suherman, dkk (1999: 17), adalah pola berfikir, pola

mengorganisasikan, dan pembuktian yang logis.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, matematika merupakan suatu ilmu

tentang logika, objek-objek abstrak, konsep-konsep yang saling berhubungan

satu sama lain yang penalarannya secara deduktif. Sebagai ilmu pengetahuan,

ilmu matematika perlu diajarkan kepada manusia agar mempermudah dalam

melaksanakan setiap aktivitasnya. Selain itu juga sebagai langkah

mengembangkan matematika sebagai ilmu pengetahuan. Pengajaran ini

tentunya dilakukan melalui pendidikan formal yang dikaitkan dengan

kehidupan sehari-hari manusia. Kebutuhan akan pemahaman dan penggunaan

matematika dalam kehidupan setiap hari maupun di dunia kerja semakin besar

dan terus bertambah. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah

diharapkan dapat memberikan semua siswa kesempatan untuk memahami

matematika dan membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan


matematis yang mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah dan

mengeksplor ide-ide baru, di dalam dan di luar kelas. Pemecahan masalah

matematika memainkan peranan penting di sekolah, di mana kemampuan ini

merupakan kemampuan yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah

matematika secara cepat dan cermat.

Menurut Asikin (2012: 23), belajar matematika di sekolah memiliki

beberapa tujuan yaitu: (1) mengorganisasikan logika penalaran siswa dan

membangun kepribadiannya, dan (2) membuat siswa agar mampu

memecahkan masalah matematika dan mengaplikasikan matematika.

Sementara itu, National Council of Teachers of Mathematics sebagaimana

dikutip oleh Effendi (2012: 2), menetapkan lima standar kemampuan

matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan

masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan

penalaran, dan kemampuan representasi. Ollerton, sebagaimana dikutip oleh

Ellison (2009: 16), menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah

merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran mandiri dan

membantu berpindah dari pengajaran yang bersifat mendidik. Semakin banyak

siswa belajar secara mandiri, maka semakin efektif pula mereka menjadi

seorang pelajar.

Pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas untuk mencari

penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi dengan menggunakan

semua bekal pengetahuan matematika yang dimiliki. Pentingnya kemampuan

pemecahan masalah juga diungkapkan oleh Branca, sebagaimana dikutip oleh


Effendi (2012: 2), bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah jantungnya

matematika. Kemampuan pemecahan masalah siswa memiliki keterkaitan

dengan tahap menyelesaikan masalah matematika. Menurut Polya (1973: 6),

tahap pemecahan masalah matematika meliputi: (1) memahami masalah, (2)

membuat rencana penyelesaian, (3) melaksanakan rencana, dan (4) melihat

kembali.

Siswa yang belajar pemecahan masalah dapat membangun pemahaman

matematika mereka sendiri bukan hanya sekedar menghapal aturan tanpa

memahami. Menurut Aljaberi (2015: 153), memahami proses pemecahan

masalah individu merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam

belajar menyelesaikan masalah. Pemecahan masalah menjadi penting dalam

tujuan pendidikan matematika disebabkan karena dalam kehidupan sehari-hari

manusia memang tidak pernah lepas dari masalah. Aktivitas memecahkan

masalah dapat dianggap suatu aktivitas dasar manusia. Masalah harus dicari

jalan keluarnya oleh manusia itu sendiri, jika tidak mau dikalahkan oleh

kehidupan.

Berdasarkan hasil observasi di MTs Negeri 4 Enrekang pada bulan

Oktober 2018 serta wawancara terhadap guru matematika, diperoleh bahwa

kemampuan siswa masih kurang. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang

masih menggunakan rumus cepat dalam menyelesaikan masalah matematika.

Tidak hanya itu, beberapa siswa terlihat belum mampu memahami masalah

saat mengerjakan masalah matematika yang diberikan oleh guru. Sejalan

dengan pentingnya kemampuan pemecahan masalahan dalam matematika,


maka perlu adanya pengajaran matematika yang dikemas sedemikian rupa

sehingga dapat memberikan pengalaman bagi siswa untuk meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah mereka. Pendidik tentunya

juga harus mengusahakan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

berusaha mencari pemecahan masalah dan menghasilkan pengetahuan yang

benar-benar bermakna. Disamping itu, memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menerapkan ide-idenya dan belajar sesuai dengan gaya belajar mereka

sendiri untuk memecahkan masalah matematika yang dihadapi oleh siswa

tersebut.

Menurut Peker (2009: 335), berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa

banyak siswa memiliki kesulitan dalam belajar matematika serta lemah dalam

prestasi di bidang matematika seperti kemampuan pemecahan masalah. Ada

banyak faktor dan variabel yang mempengaruhi seperti gaya belajar,

kecemasan matematika, kurangnya rasa percaya diri, kepercayaan guru,

lingkungan, kurangnya perhatian orang tua, serta jenis kelamin.

Gaya belajar merupakan salah satu variabel yang penting dan menyangkut

dengan cara siswa memahami pelajaran di sekolah khususnya pelajaran

matematika. Gaya belajar tiap-tiap siswa tentunya berbeda satu sama lain.

Oleh karena gaya belajar siswa yang berbeda, maka sangat penting bagi guru

untuk menganalisis gaya belajar muridnya sehingga diperoleh informasi-

informasi yang dapat membantu guru untuk lebih peka dalam memahami

perbedaan di dalam kelas dan dapat melaksanakan pembelajaran yang

bermakna.
Gaya belajar siswa menurut Kolb sebagaimana dikutip oleh Ramadan, et

al., (2011) didasarkan pada 4 tahapan belajar. Kebanyakan orang melewati

tahap-tahap ini dalam urutan concrete experiences, reflective observation,

abstract conceptualization, dan active experimentation. Ini berarti bahwa

siswa memiliki pengalaman nyata, kemudian mengamati lalu

merefleksikannya dari berbagai sudut pandang, kemudian membentuk konsep

abstrak dan menggeneralisasikan ke dalam teori-teori dan akhirnya secara

aktif mengalami teori-teori tersebut dan menguji apa yang telah mereka

pelajari pada sistuasi yang kompleks.

Kolb menyakini bahwa pemecahan masalah dan pembelajaran yang paling

efektif terjadi ketika siswa menggunakan keterampilan dari empat tipe gaya

belajar, yaitu converger, diverger, accommodator, dan assimilator.

Identifikasi gaya belajar siswa oleh guru merupakan hal yang sangat penting.

Hal ini dikarenakan bahwa siswa yang mengetahui tipe gaya belajar mereka

akan menyesuaikan diri dengan pembelajaran di kelas agar sukses dalam

belajar.

Menurut Dahar (Sundayana R, 2016), mengemukakan bahwa pemecahan

masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-

konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya. Lebih lanjut lagi,

Ozgen, et al. (2011: 182) menyatakan bahwa gaya belajar sendiri merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana siswa belajar matematika.

Menurut Sumarmo Utari (20018: 43), pada dasarnya kemampuan pemecahan


masalah matematika merupakan salah satu kemampuan matematis yang

penting dan perlu dikuasai oleh siswa yang belajar matematika.

Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan pemecahan masalah yang

masih kurang perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana

kemampuan pemecahan masalah untuk tiap siswa dengan gaya belajar yang

berbeda-beda. Untuk itulah perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai

“Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Materi Pola

Bilangan Ditinjau Dari Gaya Belajar Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri

4 Enrekang.” Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian yang mendalam

mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa serta gaya belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana kemampuan

pemecahan masalah matematika materi pola bilangan ditinjau dari gaya

belajar pada siswa kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan pada penelitian ini adalah untuk

mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika materi pola bilangan

ditinjau dari gaya belajar pada siswa kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang?
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi

sumbangan pemikiran terhadap upaya peningkatan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika berdasarkan

gaya belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui gaya

belajar siswa sehingga guru diharapkan untuk memahami dan

mengarahkan siswanya dalam belajar matematika seperti menganalisis

soal, memonitor proses penyelesaian, dan mengevaluasi hasil.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menemukan

gaya belajar yang sesuai dengan dirinya agar lebih mudah dalam

menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika.

c. Bagi peneliti, dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat

menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gaya belajar dan

kemampuan pemecahan masalah siswa sehingga mampu memberikan

pembelajaran yang efektif dan berkualitas.

E. Fokus Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang.

Selanjutnya, penelitian terhadap gaya belajar siswa menggunakan Kolb


Learning Style Inventory, yaitu gaya belajar menurut Kolb yang terdiri dari

gaya belajar converger, diverger, accommodator, dan assimilator. Sedangkan

Tahap pemecahan masalah yang digunakan adalah tahap pemecahan masalah

Polya yaitu meliputi: (1) memahami masalah; (2) membuat rencana; (3)

melaksanakan rencana; dan (4) melihat kembali.

F. Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan salah penafsiran, berikut ini adalah beberapa

istilah khusus yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Analisis

Analisis adalah suatu kegiatan atau proses memahami informasi

dari suatu hasil pengamatan pada suatu permasalahan dilapangan dengan

menggunakan suatu metode tersendiri.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah pemahaman kognitif

mengurai dan menjelaskan segala ide, informasi dengan proses berfikir

yang dimiliki seseorang ketika menyelesaikan suatu masalah.

3. Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah matematika merupakan suatu aktivitas untuk

mencari penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi dengan

menggunakan semua bekal pengetahuan matematika yang dimiliki.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan pemecahan masalah dalam hal ini adalah

kesanggupan siswa dalam memecahkan masalah matematika.


5. Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan cara seseorang dalam mengumpulkan dan

menguasi informasi yang baru dan sulit selama proses belajar. Gaya

belajar converger menunjukkan bahwa orang tak berperasaan secara

relatif, lebih suka berurusan dengan benda-benda daripada manusia, gaya

belajar diverger menunjukkan bahwa orang tertarik pada manusia dan

cenderung berimajinasi dan emosional, gaya belajar assimilator adalah

bahwa sebuah teori menjadi logis dan tepat, dalam sebuah situasi dimana

sebuah teori atau rencana tidak sesuai dengan kenyataan, gaya belajar

Accommodator menunjukkan bahwa orang mengandalkan dengan sangat

kepada orang lain untuk memperoleh informasi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Analisis

Menurut Rangkuti F (2016: 30) analisis adalah kegiatan memahami

seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus untuk mengetahui

permasalahan apa yang sedang terjadi, lalu memutuskan tindakan apa yang

harus segera dilakukan untuk memperoleh penyelesaian atau pemecahan

masalah. Gorys keraf (2007) menyatakan analisis adalah sebuah proses

untuk memecahkan sesuatu kedalam bagian-bagian yang saling berkaitan

satu sama lain.

Menurut Komaruddin (2015: 53) menyatakan bahwa analisis

adalah suatu kegiatan berfikir untuk mengurangi suatu keseluruhan

menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda setiap

komponen. Kriyantono (2012: 251) menyatakan bahwa analisis adalah

suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi

yang terbuka dari komunikator yang dipilih.

Metode yang digunakan bertujuan untuk mempermudah peneliti

lapangan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk catatan-catatan

lapangan yang ditulis tangan, didekte, atau rekaman-rekaman audio

tentang peristiwa di lapangan. Para peneliti kualitatif biasanya akan

menyajikan hasil informasi dalam bentuk teks naratif berupa catatan

lapangan tertulis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis

adalah suatu kegiatan atau proses memahami informasi dari suatu hasil

pengamatan pada suatu permasalahan dilapangan dengan menggunakan

suatu metode tersendiri.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa,

sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan berarti kesanggupan,

kecakapan, kekuatan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1989: 552-553). Kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk

melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, (Stephen P. Robbins &

Timonthy A. Judge, 2009: 57). Menurut Dahar yang dikutip oleh

Sundayana R (2016), mengemukakan bahwa pemecahan masalah

merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep

dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya.

Menurut Conney yang dikutip oleh Risnawati (2008) mengajarkan

penyelesaian masalah kepada siswa, memungkinkan siswa itu lebih

analitik dalam mengambil keputusan dalam hidupnya. Untuk

menyelesaikan masalah seseorang harus menguasai hal-hal yang telah

dipelajari sebelumnya dan kemudian menggunakan dalam situasi baru.

Karena itu masalah yang disajikan kepada peserta didik harus sesuai

dengan kemampuan dan kesiapannya serta proses penyelesaiannya tidak

dapat dengan prosedur rutin.


Menurut Ollerton, sebagaimana dikutip oleh Ellison (2009: 16),

menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu

aspek penting dalam pembelajaran mandiri dan membantu berpindah dari

pengajaran yang bersifat mendidik. Menurut Kennedy yang dikutip

Mulyono Abdurrahman (2009) menyarankan “empat langkah proses

pemecahan masalah, yaitu: memahami masalah, merancang pemecahan

masalah, melaksanakan pemecahan masalah, dan memeriksa kembali”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah adalah pemahaman kognitif mengurai dan

menjelaskan segala ide, informasi dengan proses berfikir yang dimiliki

seseorang ketika menyelesaikan suatu masalah.

3. Pemecahan Masalah Matematika

Masalah bagi seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain.

Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan bahwa orang lain tersebut

pernah mendapati dan memecahkan masalah seperti seseorang tersebut.

Menurut Newell dan Simon, sebagaimana dikutip oleh Darminto (2010:

24), masalah adalah suatu situasi dimana individu ingin melakukan sesuatu

tetapi tidak tahu cara atau tindakan yang diperlukan untuk memperoleh

apa yang dia inginkan.

Polya (1973: 154-155) menjelaskan masalah matematika dalam dua

jenis, yaitu masalah mencari (problem to find) dan masalah membuktikan

(problem to prove). Masalah mencari yaitu masalah yang bertujuan untuk

mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai objek tertentu yang tidak


diketahui dalam soal dan memberi kondisi yang sesuai. Sedangkan

masalah membuktikan yaitu masalah dengan suatu prosedur untuk

menentukan suatu pernyataan benar atau tidak benar. Pemecahan masalah

adalah salah satu tugas hidup yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari dengan rentangan kesulitan mulai dari yang paling sederhana hingga

yang paling kompleks (Mohamad Surya 2016: 137).

Menurut Goldstein dan Levin sebagaimana dikutip oleh Rosdiana &

Misu (2013: 2), pemecahan masalah telah didefinisikan sebagai proses

kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan kontrol lebih dari

keterampilan rutin atau dasar. Siswa yang belajar pemecahan masalah

dapat membangun pemahaman matematika mereka sendiri bukan hanya

sekedar menghapal aturan tanpa memahami. Pada saat memecahkan

masalah matematika, siswa dihadapkan dengan beberapa tantagan seperti

kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan karena masalah yang

dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pemecahan masalah matematika adalah suatu aktivitas untuk mencari

penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi dengan

menggunakan semua bekal pengetahuan matematika yang dimiliki.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Menurut Yuwono, A (2010: 35), menyatakan bahwa sesuatu disebut

masalah bagi siswa jika pertanyaan yang dihadapkan kepada peserta didik
harus dapat dimengerti oleh peserta didik tersebut, namun pertanyaan itu

harus merupakan tantangan baginya untuk menjawab.

Menurut Saad & Ghani (2008: 119), masalah matematika didefinisikan

sebagai situasi yang memiliki tujuan yang jelas tetapi berhadapan dengan

halangan akibat kurangnya algoritma yang diketahui untuk

menguraikannya agar memperoleh sebuah solusi.Siswono (2008)

menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah usaha individu untuk

memberikan tanggapan serta memberikan solusi ketika dihadapkan pada

suatu persoalan yang belum jelas.

Berpikir mengenai pemecahan masalah dapat membantu dalam dua

alasan. Pertama, penekanan kesinambungan proses pemecahan masalah

dengan cara kita bergerak dari keadaan awal hingga keadaan akhir dapat

dirumuskan secara lebih jelas. Kedua, berpikir mengenai pemecahan

masalh merupakan suatu proses perubahan dari suatu keadaan pada

keadaan lain yang dapat membantu kita memahami bahwa setiap masalah

yang kita hadapi dapat dipecahkan dengan menggunakan strategi yang

bersifat umum. Meskipun hampir setiap orang dewasa memiliki beberapa

bentuk strategi pemecahan masalah, dalam kenyataannya tidak semua

pemecahan masalah memiliki kesamaan.

Menurut Sumarmo Utari (2018: 43), pada dasarnya kemampuan

pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kemampuan

matematis yang penting dan perlu dikuasai oleh siswa yang belajar

matematika. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa


ditekankan pada berfikir tentang cara memecahkan masalah dan

memproses informasi matematika. Kemampuan pemecahan masalah

matematis yang baik juga berpengaruh kepada hasil belajar matematika

untuk menjadi lebih baik dan juga merupakan tujuan umum pengajaran

matematika, karena kemampuan pemecahan masalah matematis dapat

membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain

maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa juga menyebabkan proses belajar mengajar

matematika itu tidak mencapai tujuan hasil belajar yang diharapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematika dalam hal ini adalah

kesanggupan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Selanjutnya

dalam penelitian ini akan digunakan pemecahan masalah menurut Polya

yang meliputi memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah,

melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil yang

diperoleh.

Menurut Polya empat langkah pemecahan masalah dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a. Memahami masalah (understand the problem)

Dalam tahap ini, permasalahan dibaca berulang-ulang untuk dapat

meyakini kebenaran masalah, sehingga dapat menemukan beberapa hal

yang diketahui atau tidak diketahui dan mengetahui hubungan kedua

hal tersebut.
b. Membuat rencana pemecahan masalah (make a plan)

Pemahaman masalah sangat berpengaruh dalam langkah membuat

rencana pemecahan masalah. Pemahaman tersebut digunakan untuk

menentukan aturan yang akan digunakan. Maka pada langkah ini, akan

diperoleh rumus dan unsur yang akan digunakan dalam pemecahan

masalah.

c. Melaksanakan rencana (carry out our plan)

Dalam tahap ini, pelaksanaan rencana pemecahan yang tertuang

pada tahap ke-dua, dengan menggunakan rumus dan unsur yang sudah

diperoleh. Hasil dari langkah ini adalah solusi masalah.

d. Memeriksa kembali jawaban (look back at the completed solution)

Setiap jawaban diperiksa kembali untuk memastikan kebenaran

jawaban dan meninjau ulang apakah solusi sesuai dengan

permasalahan.

5. Gaya Belajar Siswa

Gaya belajar dapat didefinisikan dalam berbagai cara, tergantung

pada perspektif tiap orang. Berikut ini adalah beberapa definisi dari gaya

belajar. Dunn dan Dunn, sebagaimana dikutip oleh Cavas (2010: 48),

mendefinisikan gaya belajar sebagai cara seseorang untuk berkonsentrasi,

memproses, dan menguasai informasi-informasi baru dan sulit pada saat

pembelajaran.

Menurut Felder sebagaimana dikutip oleh Sengul, et al. (2013: 1),

gaya belajar merupakan kecenderungan siswa dalam mengumpulkan dan


mengorganisasikan informasi. Honey dan Mumford sebagaimana dikutip

oleh Aljaberi (2015: 154), menyatakan bahwa gaya belajar merupakan

sesuatu yang mendeskripsikan sikap dan tingkah laku dalam belajar.

Menurut Ramadan, et al. (2011: 1), gaya belajar ini didasarkan

pada teori belajar experiential learning dimana belajar merupakan proses

terbentuknya pengetahuan melalui transformasi pengalaman siswa dalam

pembelajaran formal yang diperoleh di sekolah. Menurut Nasution

(Sundayana R, 2016), gaya belajar adalah cara yang konsisten yang

dilakukan oleh siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara

mengigat, berfikir, dan memecahkan soal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

gaya belajar merupakan cara seseorang dalam mengumpulkan dan

menguasi informasi yang baru dan sulit selama proses belajar. Ada

beberapa model gaya belajar yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi

tipe gaya belajar siswa. Menurut Montgomery & Groat (1998: 1-5), ada

tiga model gaya belajar yang lazim digunakan dalam penelitian terkait

gaya belajar. Tiga model gaya belajar tersebut adalah sebagai berikut.

a. Gaya Belajar Myers-Briggs

Model gaya belajar ini dikembangkan oleh Isubel Briggs Myers

dan Katherine Cooks Briggs. Profil kepribadian seseorang

diidentifikasi melalui 4 dimensi, yaitu orientasi hidup

(extroverted/introverted), persepsi (sensing/intuitive), pengambilan

keputusan (thinking/feeling), dan sikap (judgement/perception).


Seseorang dikatakan termasuk pada salah satu kategori dari 6 kategori

tersebut berdasarkan preferensi mereka untuk tiap-tiap dimensi

tersebut.

b. Gaya belajar Kolb

Model gaya belajar ini dikembangkan oleh Kolb dengan gaya

belajar siswa didasarkan pada 4 (empat) tahapan siklus/dimensi. Yaitu

dimensi concerete experience, reflective observation, abstract

conceptualization, dan active experimentation. Sedangkan gaya belajar

model Kolb yang merupakan kombinasi dari dua dimensi adalah:

converger (abstract conceptualization-active experimentation),

diverger (concrete experience-reflective observation), accommodator

(concerete experience-active experimentation), dan assimilator

(abstract conceptualization-reflective observation).

c. Gaya belajar Felder Silverman

Model gaya belajar ini dikembangkan oleh Richard Felder dan

Linda Silverman yang menggabungkan 5 dimensi, 2 diantaranya

merupakan replikasi dari model gaya belajar Kolb dan Myers-Briggs.

Lebih spesifiknya, dimensi persepsi (sensing/intuitive) dianalogikan

dengan persepsi pada Kolb dan Myers-Briggs. Dimensi proses

(active/reflective) juga ditemukan di Model Kolb. Felder-Silverman

memposisikan 3 dimensi tambahan, yaitu input (visual/verbal),

organisasi (inductive/deductive), dan pemahaman (sequential/global).


Sementara itu, penelitian ini menggunakan gaya belajar model

Kolb. Dengan demikian ada keterkaitan antara pengalaman belajar

dengan pembelajaran matematika di sekolah. Sehingga setelah siswa

diidentifikasi tipe gaya belajarnya menurut Kolb, siswa diharapkan

dapat menyesuaikan proses belajar sesuai dengan gaya belajar mereka

agar siswa menjadi lebih percaya diri, sukses, dan mudah dalam

belajar. Uraian lebih lanjut mengenai dimensi/tahap belajar pada gaya

belajar model Kolb menurut Kolb sebagaimana dikutip oleh

Montgomery & Groat (1998: 1-5) adalah sebagai berikut.

a. Concrete Experience (CE)

Tahap ini fokus pada keterlibatan siswa pada situasi sehari-hari,

pengalaman konkret, imajinatif, dan inovatif. Kemampuan untuk

menjadi open-minded dan fleksibel untuk melakukan perubahan sangat

penting ketika belajar. Pendeknya, concrete experience adalah tahap

dimana proses belajar didapat dengan menggunakan perasaan/feeling.

b. Reflective Observation (RO)

Pada tahap ini, siswa memahami ide-ide dan kondisi dari sudut

pandang yang berbeda. Siswa memiliki kecenderungan terhadap

kesabaran, keobyektifan, dan pertimbangan teliti tetapi mereka tidak

memilih untuk mengambil tindakan. Singkatnya, tahap ini adalah tahap

dimana proses belajar didapat melalui pengamatan atau dengan

menyimak suatu masalah (mengamati/watching).


c. Abstract Conceptualization (AC)

Belajar melibatkan penggunaan logika dan ide-ide daripada

sekedar perasaan ketika memahami situasi dan memecahkan masalah.

Perencanaan sistematis dan pengembangan teori serta ide-ide untuk

penyelesian masalah dipertimbangkan di tahap ini. Singkatnya, tahap

ini merupakan tahap dimana proses belajar didapat melalui proses

berpikir (thinking).

d. Active Experimentation (AE)

Siswa mulai menjadi aktif pada tahap ini. Ada sebuah pendekatan

praktis bahwa apa yang benar-benar dikerjakan adalah penting. Pada

intinya, tahap ini merupakan tahap dimana belajar didapat dengan

tindakan (doing).

Selanjutnya, Kolb menyatakan bahwa kebanyakan orang melewati

tahap-tahap ini dalam urutan concrete experiences (pengalaman nyata),

reflective observation, abstract conceptualization, dan active

experimentation. Ini berarti bahwa siswa memiliki pengalaman nyata,

kemudian mengamati lalu merefleksikannya dari berbagai sudut pandang,

kemudian membentuk konsep abstrak dan menggeneralisasikan ke dalam

teori-teori dan akhirnya secara aktif mengalami teori-teori tersebut dan

menguji apa yang telah mereka pelajari pada situasi yang kompleks.

Sedangkan empat tipe gaya belajar Kolb adalah sebagai berikut.


a. Converger

Golongan ini terdiri dari mereka-mereka yang memiliki skor

tertinggi dalam Abstract Conceptualization (AC) dan Active

Experimentation (AE). Kekuatan terbesar converger adalah aplikasi

praktis dari ide-ide. Mereka sangat bagus ketika ada solusi tunggal

yang benar dari sebuah masalah dan mereka dapat berpusat pada

masalah atau situasi tertentu. Penelitian pada gaya belajar ini

menunjukkan bahwa orang dengan tipe gaya belajar converger tak

berperasaan secara relatif, lebih suka berurusan dengan benda-benda

daripada manusia.

b. Diverger

Golongan ini terdiri dari mereka-merekayang memiliki skor

tertinggi dalam Concrete Experience (CE) dan Reflective Observation

(RO). Diverger memiliki karakter yang berlawanan dengan converger.

Kekuatan terbesar mereka terletak pada kemampuan berkreativitas dan

berimajinasi. Mereka mampu melihat situasi nyata dari banyak sudut

pandang dan memunculkan ide-ide. Penelitian menunjukkan bahwa

orang dengan gaya belajar diverger tertarik pada manusia dan

cenderung berimajinasi dan emosional.

c. Assimilator

Golongan ini terdiri dari mereka-merekayang memiliki skor

tertinggi dalam Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective

Observation (RO). Assimilator mampu dan memahami teori. Mereka


bagus dalam penalaran induktif dan menyatukan ide-ide yang

bervariasi dan pengamatan ke dalam kesatuan yang utuh. Seperti

converger, mereka kurang tertarik pada orang-orang dan lebih

memperhatikan konsep-konsep yang abstrak, tetapi kurang

memperhatikan praktik dari kegunaan teori-teori yang ada. Bagi

mereka yang lebih penting adalah bahwa sebuah teori menjadi logis

dan tepat, dalam sebuah situasi dimana sebuah teori atau rencana tidak

sesuai dengan kenyataan.

d. Accommodator

Golongan ini terdiri dari mereka-merekayang memiliki skor

tertinggi dalam Concrete Experience (CE) dan Active Experimentation

(AE). Accommodator bentuk yang berlawanan dengan assimilator.

Mereka bagus dalam melaksanakan rencana dan percobaan dan

melibatkan diri mereka pada pengalaman yang baru. Mereka

pengambil resiko dan unggul dalam situasi-situasi yang membutuhkan

keputusan dan adaptasi yang cepat. Mereka sering menyelesaikan

masalah dengan sebuah percobaan trial and eror, mengandalkan

dengan sangat kepada orang lain untuk memperoleh informasi.

Accommodator senang dengan orang-orang tetapi terlihat tidak sabar

dan ambisius.
6. Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dengan

Gaya Belajar

Perbedaan gaya belajar menyebabkan perbedaan kemampuan siswa

dalam mengolah dan memecahkan masalah. Hal inilah yang kurang

diperhatikan oleh guru, guru masih beranggapan bahwa siswa memiliki

kemampuan yang sama dalam menyerap materi pembelajaran dan

memecahkan masalah matematika.

Menurut Polya (1973: 3), mendefinisikan bahwa pemecahan masalah

sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan. Kennedy, et. al

(2008: 12), menyatakan bahwa pemecahan masalah sangat penting untuk

mengembangkan keterampilan proses dan pengetahuan lainnya. Menurut

Sumarmo Utari (2018: 43), pada dasarnya kemampuan pemecahan

masalah matematika merupakan salah satu kemampuan matematis yang

penting dan perlu dikuasai oleh siswa yang belajar matematika. Menurut

Nasution yang dikutip oleh Sundayana R (2016), gaya belajar adalah cara

yang konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam menangkap stimulus atau

informasi, cara mengigat, berfikir, dan memecahkan masalah matematika.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara kemampuan pemecahan masalah matematika dengan gaya belajar.

Hal ini dilihat dari gaya belajar memiliki peran penting dalam proses

pemecahan masalah. Selain itu juga dengan mengenali gaya belajar

mereka sendiri, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menghadapi


dan menyelesaikan berbagai permasalahan, baik dalam permasalahan

matematika maupun permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Materi Pola Bilangan

1. Pengertian Pola Bilangan

Pola bilangan adalah susunan dari beberapa angka yang dapat

membentuk pola yang tertentu.

2. Jenis-Jenis Pola Bilangan

a. Pola bilangan genap

Bilangan 2, 4, 6, 8,….. dapat membentuk suatu pola bilangan yang

disebut dengan pola bilangan genap. Pola bilangan ini dimulai dari

angka 2 dan selanjutnya didapat dengan menambahkan 2 dalam

bilangan sebelumnya.

b. Pola bilangan ganjil

Bilangan 1, 3, 5, 7,…..dapat membentuk suatu pola bilangan ganjil

yang dimulai dari angka 1 dan selanjutnya tinggal menambahkan 2

dalam bilangan sebelumnya.

c. Pola bilangan garis lurus

Penulisan bilangan yang mengikuti pola garis lurus merupakan

pola bilangan yang paling sederhana. Suatu bilangan hanya

digambarkan dengan niktah yang mengikuti pola garis lurus.

3. Barisan aritmetika (Un)

Barisan aritmetika sering juga disebut barisan hitung adalah

barisan bilangan yang setiap sukunya diperoleh dari suku sebelumnya


dengan menambah atau mengurangi dengan suatu bilangan tetap. Bilangan

tetap tersebut dinamakan pembeda, (biasanya disimbolkan dengan b). Jadi

pembeda merupakan selisih antara dua suku yang berturutan. Suku

pertama barisan aritmetika ditulis u1 , sedangkan suku ke-n dari suatu

barisan bilangan aritmetika dituliskan sebagai un.

Contoh:

1) Barisan aritmetika : 3, 7, 11, 15,...

Suku pertamanya u1 = 3. Selisih antara dua suku yang berturutan

adalah 7 -3 = 11-7 = 15-11 = 4. Jadi pembedanya adalah 4.

2) Barisan bilangan: 26, 23, 19, 16,...

Suku pertamanya u1 = 26. Selisih antara dua suku yang berturutan

adalah 23 -26 = 19-23 = 16-19 = -3. Jadi pembedanya adalah -3.

Rumus suku ke-n dari barisan aritmetika

Untuk menentukan suku ke-n suatu barisan bilangan aritmetika

dimana n relative besar tentunya akan sulit jika kita harus menuliskan

seluruh anggota barisan bilangan tersebut. Untuk itu diperlukan cara

untuk menentukan suku ke-n dari suatu barisan bilangan aritmetika

dengan n sembarang bilangan asli. Misal suku pertama suatu barisan

aritmetika adalah a dengan pembeda b, maka barisan aritmetika

tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

a, a + b, a + b + b, a + b + b + b, ….

atau dapat dituliskan

a, a + b, a + 2b , a + 3b, …
Dari barisan di atas, jika suku-1 ditulis u1, suku ke-2 ditulis u2,….dst

maka diperoleh barisan u1,u2 ,u3...

Selisih antara dua suku yang berturutan u2 − u1 = u3 − u2 = .... = b

C. Penelitian yang Relevan

1. Herlambang (2013) dengan penelitian tentang “Analisis Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa KelasVII-A SMP Negeri 1

Kepahiang Tentang Bangun Datar Siswa dengan Teori Van Hielle”

diperoleh bahwa distribusi kemampuan pemecahan masalah siswa kelas

VII-A merata mulai dari tingkat I, tingkat II, tingkat III, dan tingkat IV.

Tingkat I berarti siswa belum dapat memahami masalah, menyusun

rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa

kembali hasil. Tingkat II berarti siswa sudah mampu memahami masalah

akan tetapi belum mampu menyusun rencana penyelesaian , melaksanakan

rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil. Tingkat III berarti

siswa sudah mampu memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian,

melaksanakan rencana penyelesaian tetapi belum memeriksa kembali hasil

yang diperoleh. Tingkat IV berarti siswa sudah mampu memahami

masalah, menyusun rencana penyelesaian masalah, melaksanakan rencana

penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

2. Ramadan, et al. (2011) dengan penelitian yang berjudul “An Investigation

of The Learning Style of Prospective Educators” diperoleh bahwa gaya

belajar mahasiswa yang belajar di jurusan yang berbeda sangatlah

bervariasi. Untuk beberapa jurusan, gaya belajar converger sangat


dominan. Selain itu diperoleh kesimpulan bahwa mahasiswa yang berasal

dari jurusan yang sama memiliki gaya belajar yang dominan sama.

3. Peker, Murat (2009) dengan penelitian yang berjudul “Pre-Service

Teachers’ Teaching Anxiety about Mathematics and Their Learning Style”

diperoleh bahwa presentase jumlah mahasiswa dengan gaya belajar

converger dan assimilator lebih dari 70 persen. Gaya belajar para calon

guru ini baik pada tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

mencakup semua tipe gaya belajar.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti ingin

menganalisis kemampuan pemecahan masalah kelas VIII siswa dengan

gaya belajar siswa.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif, menggambarkan

atau mendeskripsikan kejadian-kejadian yang menjadi pusat perhatian

(kemampuan pemecahan masalah, gaya belajar siswa) secara kualitatif dan

berdasar data kualitatif. Data yang dihasilkan nantinya berupa kata-kata atau

ucapan-ucapan yang diperoleh dari hasil wawancara dan tulisan atau bilangan

yang diperoleh dari hasil wawancara.

Pendekatan deskriptif tujuannya yaitu untuk mengeksplorasi dan atau

memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan

mendalam. Berdasarkan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, semua

fakta baik tulisan maupun lisan dari sumber data manusia yang telah diamati

dan dokumen terkait lainnya yang diuraikan apa adanya kemudian dikaji

seringkas mungkin untuk menjawab permasalahan dari hasil pekerjaan siswa

dan wawancara. Sedangkan metode penelitian kualitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya

adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan

sampel sumber data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi waktu, analisis data bersifat kualitatif, dan hasil

penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.


B. Tempat Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Negeri 4 Enrekang

Kabupaten Enrekang, di desa Buttu Batu Kecamatan Enrekang. Pemilihan

lokasi dikarenakan sekolah tersebut masih jarang digunakan sebagai tempat

untuk penelitian. Selain itu, jarak dari rumah peneliti ke sekolah tidaklah jauh

sehingga tidak memakan waktu yang lama untuk menuju lokasi penelitian.

C. Subjek penelitian dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Negeri 4

Enrekang tahun ajaran 2018/2019. Keseluruhan siswa tersebut merupakan

subjek angket gaya belajar serta subjek tes kemampuan pemecahan masalah.

Tetapi, hanya 4 siswa yang merupakan subjek wawancara kemampuan

pemecahan masalah. Subjek penelitian merupakan informan untuk

mendapatkan tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika

berdasarkan gaya belajar siswa. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada satu

kelas yaitu kelas VIII. Di setiap pertemuan, siswa diberikan tes kemampuan

pemecahan masalah yang berbentuk uraian dimana tes pada dua pertemuan,

pertama merupakan tes pembiasaan terhadap pemecahan masalah dan tes pada

pertemuan terakhir akan digunakan sebagai bahan untuk wawancara

kemampuan pemecahan masalah siswa.

Untuk mengetahui gaya belajar siswa, maka semua siswa kelas VIII

diberikan angket gaya belajar. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan

pemecahan masalah, maka dalam penelitian ini digunakan tes kemampuan

pemecahan masalah. Agar kemampuan pemecahan masalah diketahui dengan


berdasarkan tipe gaya belajar siswa, maka dilakukan wawancara. Teknik

pemilihan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan

menggunakan kelengkapan hasil pekerjaan dan hasil wawancara. Menurut

Sugiyono (2018: 300), teknik sampling yang sering digunakan pada penelitian

kualitatif adalah:

... purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang

tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau

mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti

menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Pada penelitian ini, pertimbangan pengambilan subjek/siswa didasarkan

hasil pengamatan peneliti mengenai gaya belajar siswa selama mengikuti

pelajaran juga atas saran dari guru pengampu. Selain itu juga berdasarkan

keaktifan siswa selama pembelajaran, hasil jawaban siswa pada tes

kemampuan pemecahan masalah, dan siswa yang dipilih merupakan siswa

yang dapat menyampaikan jalan pikirannya secara lisan maupun tulisan.

Subjek wawancara dipilih satu siswa untuk tiap gaya belajar. Sehingga total

keseluruhan subjek wawancara kemampuan pemecahan masalah adalah 4

orang siswa.

Pada akhirnya setiap siswa diklasifikasikan pada tipe gaya belajar tertentu

dipilih satu subjek yang memiliki karakteristik mudah dalam

mengkomunikasikan ide secara jelas dan memiliki keunikan jawaban tes

tertulis. Tetapi dapat pula tidak ada siswa yang menempati tipe gaya belajar
tertentu. Setelah dilakukan pengecekan ulang terhadap gaya belajar setiap

siswa dan ternyata tidak ditemukan siswa yang mengisi tipe gaya belajar

tertentu maka tidak lagi dilakukan pengecekan.

Untuk penelitian ini, hanya digunakan satu kelas. Apabila ingin setiap

gaya belajar terisi maka penelitian harus dilakukan terhadap kelas yang lain

sehingga akan melebihi waktu penelitian yang ditetapkan dan dimungkinkan

akan timbul ketidak akuratan data. Oleh karena itu, penelitian ini hanya

terbatas pada satu kelas saja. Jika proses tersebut telah dilakukan dan

diperoleh kenyataan bahwa ada tipe gaya belajar siswa yang tidak terisi subjek

maka dapat disimpulkan bahwa tipe gaya belajar tersebut tidak ada disertai

penjelasan terhadap hasil pertemuan yang ada.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantun yang dipilih peneliti dalam

kegiatan mengumpulkan data agar kegiatannya menjadi sistematis dan lebih

mudah.

1. Tes kemampuan pemecahan masalah matematika

Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk

mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau

secara lisan atau secara perbuatan. Dalam penelitian ini tes digunakan

untuk mengetahui tingkat yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tes

kemampuan pemecahan masalah matematika, materi pola bilangan dengan

menggunakan langkah-lanhkah polya yaitu memahami masalah, membuat


rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana, memeriksa kembali

jawaban untuk mengincar prestasi hasil penelitian. (Soal tes terlampirkan)

2. Pedoman wawancara

Untuk memperoleh data kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal tentang pola bilangan, mengacu pada indikator kemampuan

pemecahan masalah matematika.

Pedoman wawancara berisi acuan pertanyaan-pertanyaan yang

akan ditanyakan kepada siswa untuk menguatkan hasil tes tertulis siswa

secara lisan. Pertanyaan yang diajukan kepada setiap siswa akan berbeda

satu sama lain tergantung dari jawaban masing-masing siswa. Sebelum

melakukan wawancara siswa di informasikan bahwa hasil wawancara

tidak akan mempegaruhi nilai mereka sehingga siswa tidak berada dalam

tekanan dan diharapkan akan menjawab pertanyaan sesuai dengan apa

yang mereka ketahui. (Pedoman wawancara terlampirkan)

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang akan digunakan

pada penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Dokumentasi, dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan studi

dokumen untuk mengumpulkan data sekunder berupa daftar siswa kelas

VIII yang akan di teliti, profil sekolah, dan foto-foto penelitian. Kemudian

dokumen tersebut akan dijadikan sebagai pelengkap data.


2. Angket, pada penelitian ini gaya belajar siswa akan diukur dengan

instrumen berupa angket. Angket ini di isi daftar pernyataan yang terdiri

dari 4 kolom yang masing-masing kolom dihitung skornya dan kolom

tersebut akan di isi oleh siswa sesuai dengan karakter diri siswa ketika

belajar.

3. Tes, tes merupakan alat ukur sehingga dapat menunjukkan kondisi subjek.

Metode tes yang akan di gunakan berupa soal yang mencakup indikator-

indikator proses pemecahan masalah ditinjau dari gaya belajar siswa. Hasil

jawaban siswa akan dianalisis untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

setiap langkah pemecahan masalah ditinjau dari gaya belajar siswa.

4. Wawancara, wawancara akan dilakukan terhadap siswa sebagai subjek.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung mengenai

pemecahan masalah ditinjau dari gaya belajar siswa. Wawancara akan

dilakukan dengan bantuan alat rekam pada handphone. Hasil wawancara

ini dapat membantu menunjukkan keabsahan dan dapat dijadikan bahan

untuk analisis.

F. Teknik Analisis Data

Setelah siswa mengisi angket gaya belajar, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisis data angket gaya belajar untuk mengidentifikasi serta

mengklasifikasikan tipe gaya belajar siswa. Langkah ini dilaksanakan dengan

berpedoman ada Kolb Learning Style Inventory.

Skor CE diperoleh dari penjumlahan semua skor pernyataan pada kolom

pertama, skor RO diperoleh dari penjumlahan semua skor pernyataan pada


kolom kedua, skor AC diperoleh dari penjumlahan semua skor pernyataan

pada kolom ketiga, dan skor AE diperoleh dari penjumlahan semua skor

pernyataan pada kolom keempat.

Gaya belajar seseorang diketahui dengan cara mencari skor kombinasi,

yaitu dengan menghitung skor AE dikurangi dengan skor CE serta skor AC

dikurangi skor CE. Untuk mengetahui skor CE berada di nomor 1, 5, 9, 13, 17,

21, 25, selanjutnya skor AE berada di nomor 2, 6, 10, 14, 18, 22, 26,

selanjutnya skor AC berada di nomor 3, 7, 11, 15, 19, 23, 27, selanjutnya skor

RO berada di nomor 4, 8, 12, 16, 20, 24, 27. Menurut Kolb sebagaimana

dikutip oleh Cavas (2010: 48) gaya belajar yang bersesuai dengan seseorang

dapat ditunjukkan dengan memplotkan skor kombinasi yaitu:

1. Jika hasil dari skor untuk AC dikurangi skor untuk CE bertanda positif dan

skor AE dikurangi skor RO bertanda positif, maka gaya belajar yang

bersesuaian adalah gaya belajar Accommodator.

2. Jika hasil dari skor untuk AC dikurangi skor CE bertanda positif dan skor

AE dikurangi skor RO bertanda negatif, maka gaya belajar yang

bersesuaian adalah gaya belajar Diverger.

3. Jika hasil dari skor untuk AC dikurangi skor CE bertanda negatif dan skor

AE dikurangi skor RO bertanda negatif, maka gaya belajar yang

bersesuaian adalah gaya belajar Assimilator.

4. Jika hasil dari skor untuk AC dikurangi skor CE bertanda negatifdan skor

AE dikurangi skor RO bertanda positif, maka gaya belajar yang

bersesuaian adalah gaya belajar Converger.


Setelah mengetahui tipe gaya belajar masing-masing siswa, maka langkah

selanjutnya adalah mengklasifikasikan siswa yang memiliki tipe gaya belajar

yang sama. Hal ini akan digunakan untuk membantu mendeskripsikan

kemampuan pemecahan masalah siswa siswa dengan masing-masing tipe gaya

belajar.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan

tertentu atau menjadi hipotesis Sugiyono (2018). Proses analisis data yang

akan digunakan yaitu model. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2018:

337) yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data yaitu kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan

dan pengidentifikasian data yang memiliki makna dengan masalah

penelitian, membuat kategori data kemudian membuang data yang tidak

dipakai.

2. Penyajian data

Penyajian data yaitu menuliskan kumpulan data yang terorganisir

dan terkategori sehingga dapat menarik kesimpulan dari data tersebut.

Data yang diperoleh nantinya akan disajikan dalam bentuk deskriptif yang

berisi uraian pemecahan masalah ditinjau dari gaya belajar siswa.

Sehingga diharapkan penyajian data hasil penelitian ini akan

mempermudah peneliti dalam mengambil kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu suatu tahap lanjutan

dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data.

Temuan data diperoleh yaitu dengan pemecahan masalah ditinjau dari

gaya belajar siswa. Dengan demikian, hasil analisis wawancara siswa

kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang akan digunakan sebagai triangulasi

terhadap hasil analisis tes dan digunakan untuk mendeskripsikan

kemampuan pemecahan masalah siswa dengan masing-masing tipe gaya

belajarnya.

G. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi syarat kredibilitas,

transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Kredibilitas mengacu

pada pertanyaan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada

dalam realitas (kenyataan di lapangan). Istilah ini dapat disamakan dengan

istilah validitas internal yang sering digunakan pada penelitian kuantitatif.

Pada penelitian ini, untuk memenuhi kredibilitas data dilakukan dengan

observasi terus menerus (persistant observation), yaitu peneliti mewawancarai

subjek dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan dan mengadakan

pengulangan pertanyaan pada waktu berbeda terhadap informasi yang tidak

jelas atau berbeda. Peneliti juga mengadakan triangulasi untuk memvalidasi

data. Miles, et al. (2014: 299) menyatakan bahwa triangulasi adalah suatu

teknik untuk memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data.

Triangulasi dalam penelitian ini adalah membandingkan data hasil pekerjaan


siswa dengan data hasil wawancara dan membandingkan serta memeriksa data

wawancara dari subjek yang berbeda dalam satu tipe gaya belajar yang sama.

Jadi teknik triangulasi yang dimaksud yaitu teknik triangulasi dengan waktu.

Selain itu dilakukan validasi terhadap tes kemampuan pemecahan masalah

matematika apakah dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan

pemecahan masalah siswa oleh validator. Kegiatan lain, peneliti mengadakan

diskusi dengan dosen pembimbing.

Transferabilitas (keteralihan) adalah upaya membangun generalisasi

seperti dalam penelitian kuantitatif. Tetapi dalam penelitian kualitatif hanya

menyajikan hipotesis kerja disertai deskripsi yang terkait dengan waktu dan

konteks, tidak menggeneralisasi suatu penemuan yang dapat berlaku atau

diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama. Transferabilitas

dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang

kesamaan konteks serta menguraikannya secara rinci. Pada penelitian ini yang

dilakukan adalah menguraikan secara rinci tingkat kemampuan pemecahan

masalah pada masing-masing gaya belajar siswa.

Dependabilitas merupakan istilah yang disamakan dengan reliabilitas pada

penelitian kuantitatif, yaitu dapat tidak dibuat replikasi atau uji ulang hasil

penelitian. Pada penelitian kualitatif memandang realitas itu terkait langsung

dengan konteks dan waktu, sehingga kecil kemungkinan mengadakan

replikasi hasil studi. Pada penelitian ini untuk menjaga dependabilitas dengan

teknik-teknik seperti yang dijelaskan untuk menjaga kredibilitas dan teknik

audit yang menjaga kejujuran dan ketepatan sudut pandang peneliti. Teknik
audit dapat dilakukan dengan cara pembimbing mengaudit keseluruhan

aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Konfirmabilitas (kepastian) menggantikan istilah objektivitas pada

penelitin kuantitatif. Penelitian kualitatif memandang realitas itu, terkait

dengan konteks dan waktu. Objektivitas tidak berdasar kesepakatan atau

persetujuan oleh beberapa atau banyak orang, tetapi berdasar pada data. Pada

penelitian ini, kepastian dipenuhi karena berdasarkan data yang digali dengan

sebenarnya.

H. Prosedur Penelitian

Secara umum tahapan-tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini

yaitu:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

persiapan sebagai berikut:

a. Meminta izin kepada kepala sekolah MTs Negeri 4 Enrekang

b. Melakukan observasi awal

c. Menyusun dan menyiapkan tes kemampuan pemecahan masalah dan

pedoman wawancara. (Terlampirkan)

d. Melakukan validasi instrumen penelitian. (Tanggal 22 juli 2019)

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan penelitian dengan

memberikan angket gaya belajar, tes pemecahan masalah, dan melakukan


wawancara tentang pemecahan masalah matematika pada materi pola

bilangan. (Waktu pelaksanaan dimulai dari tanggal 02 agustus 2019)

3. Tahap Akhir

Setelah melakukan penelitian, selanjutnya yang akan dilakukan

adalah mendeskripsikan hasil penelitian kemudia membuat kesimpulan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini, hasil penelitian meliputi hasil validasi serta hasil

pelaksanaan untuk tiap-tiap instrumen yang digunakan. Ada tiga instrument

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: (1) instrument angket gaya belajar,

(2) instrument tes kemampuan pemecahan masalah, dan (3) instrument

pedoman wawancara.

Sebagai tolak ukur untuk mengetahui tipe gaya belajar siswa,

digunakanlah instrument angket gaya belajar menurut Kolb yang disadur dari

halaman website Universitas Miami. Angket gaya belajar ini kemudian

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kegiatan penelitian dimaksudkan

untuk mengetahui ada tidaknya subjek untuk tiap tipe gaya belajar. Dari

kegiatan penelitian diperoleh bahwa terdapat 3 siswa tipe gaya converger, 8

siswa tipe gaya diverger, 2 siswa tipe gaya accommodator, dan 7 siswa tipe

gaya assimilator. Dengan demikian, instrument angket gaya belajar yang

dibuat sudah teruji validitas empiriknya.

Sebagai instrument untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah

siswa, maka digunakanlah tes kemampuan pemecahan masalah dengan materi

pola bilangan. Sementara itu, untuk mengetahui apakah kemampuan

pemecahan masalah siswa yang diperoleh dari hasil tes tertulis sesuai dengan

keadaan siswa sebenarnya, maka dilakukanlah wawancara. Wawancara yang

dilaksanakan berpedoman dengan pedoman wawancara yang sudah dibuat.


Pedoman wawancara juga mengacu pada tahap kemampuan pemecahan

masalah Polya.

Setelah dilaksanakan pengisian angket gaya belajar siswa di kelas VIII

MTs Negeri 4 Enrekang, maka hasil pelaksanaan pengisian angket dapat

dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 4.1 Hasil Angket Gaya Belajar Kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang
Tipe Gaya Belajar Jumlah Siswa
Converger 3
Diverger 8
Accommodator 2
Assimilator 7
Total 20

Tes kemampuan pemecahan masalah dilaksanakan dua kali dengan hari

dan waktu yang berbeda, di kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang. Tes

dilaksanakan selama 30 menit dan diikuti oleh 20 siswa. Sebelum

mengerjakan tes, peneliti memberi instruksi dan petunjuk pengerjaan tes

kepada siswa. Setelah selesai diberikan informasi, siswa dipersilakan

mengerjakan tes yang diberikan. Setelah waktu habis, siswa diminta untuk

mengumpulkan hasiil kerjanya kepada peneliti.

Penskoran tes kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada

lampiran. Berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah, siswa dapat

dikelompokkan menjadi siswa yang memiliki kemampuan pemecahan

masalah tipe gaya belajar converger, diverger, accommodator, dan

assimilator.
Sementara itu, hasil tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM) kelas

VIII MTs Negeri 4 Enrekang untuk tiap tipe gaya belajar dapat dilihat pada

Tabel 2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil TKPM untuk Tiap Tipe Gaya Belaja


Gaya Belajar Skor Rata-Rata TKMP
Converger 83,2
Diverger 86,6
Accommodator 81,6
Assimilator 83,7

` Berdasarkan tabel diatas skor rata-rata tes kemampuan pemecahan

masalah untuk tipe gaya belajar converger yaitu 83,2, tipe gaya belajar

diverger 86,6, tipe gaya belajar accommodator 81,6, tipe gaya belajar

assimilator 83,7.

Sedangkan wawancara dilakukan setelah mengetahui tipe gaya belajar dan

kemampuan pemecahan masalah masing-masing siswa. Masing-masing

kategori kemampuan pemecahan masalah siswa per gaya belajar diambil 1

siswa yang memiliki hasil jawaban yang benar pada tes kemampuan

pemecahan masalah.

Hasil dan pelaksanaan jadwal wawancara pada empat subjek dengan satu

subjek untuk tiap tipe gaya belajar diperoleh skor kemampuan pemecahan

masalah (KPM) sebagai berikut.

Tabel 4.3 Hasil Wawancara KPM


Tipe Gaya Subjek Pelaksanaan Nilai Tes Rata-
Belajar Wawancara Wawancara KPM Rata
Converger CV1 Senin, 12 Agustus 2019 90 90
Diverger DV2 Senin, 12 Agustus 2019 85 85
Accommodator AC3 Selasa, 13 Agustus 2019 82,5 82,5
Assimilator AS4 Selasa, 13 Agustus 2019 90 90
Bagian ini akan menunjukkan proses analisis kemampuan pemecahan

masalah. Analisis dilakukan untuk masing-masing subjek tiap tipe gaya

belajar. Untuk hasil wawancara, pengkodean mengacu pada kode subjek

masing-masing berdasarkan gaya belajar. Kode pewawancara terdiri dari 4

(empat) digit. Dua digit pertama menyatakan urutan subjek yang

diwawancarai seperti P1, P2, P3 dan P4. Diikuti dengan dua digit yang

menyatakan urutan soal yang diberikan. Contoh P1.01 artinya peneliti untuk

subjek pertama dan urutan soal pertama.

Sedangkan untuk subjek terdiri dari 6 (enam) digit. Empat digit pertama

menyatakan subjek yang diwawancarai seperti CV1, DV2, AC3 dan AS4.

Diikuti dengan dua digit yang menyatakan urutan soal yang dijawab. Contoh

CV1.01 artinya subjek dengan gaya belajar pertama dan jawaban soal

pertama.

1. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Tipe Gaya Belajar


Converger (CV1)
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1

a. Tahap Memahami Masalah

Gambar 4.1 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek CV1

P1.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?


CV1.01 : Yang saya ketahui U1= 6, U2= 11, U3=16

P1.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?


CV1.02 : Banyaknya kursi pada bari ke-10 (U10)
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek converger di atas,

terlihat bahwa CV1 mampu memahami masalah 1. Hal ini dapat dilihat

CV1 menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1

dengan lengkap. CV1 menuliskan U1, U2, U3. Selain itu CV1 mampu

menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu U10.

CV1 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan

menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat

yang digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun

CV1 tidak menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang

diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, mampu memahami

masalah dengan menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan

dengan benar dan dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat

dan bahasa sendiri.

b. Tahap Membuat Rencana

Gambar 4.2 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek CV1

P1.03 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah


tersebut?
CV1.03 : Yang saya lakukan adalah mencari beda dengan
mengurangkan U2 - U1

P1.04 : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?


Jelaskan!
CV1.04 : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya
menulis rumus yaitu a + (n – 1) b

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek converger diatas,

terlihat bahwa CV1 mampu membuat rencana penyelesaian masalah 1.

Hal ini dapat dilihat CV1 menuliskan rencananya secara rinci dan urut.

Dalam rencananya, CV1 mampu menentukan beda dan rumus yang

digunakan dengan benar. Selain itu, CV1 juga mampu

mengidentifikasi sub tujuan yang harus dicari sebelum menentukan

banyaknya kursi pada barisan berikutnya serta mampu mengurutkan

informasi yang ada untuk menjawab soal.

c. Tahap Melaksanakan Rencana

Gambar 4.3 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek

CV1

P1.05 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?


Jelaskan!
CV1.05 : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam
rumus yaitu nilai a, b dan n

P1.06 : Rumus apa yang anda gunakan?


CV1.06 : Un = a + (n-1) b
P1.07 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
CV1.07 : Hasilnya yaitu 51
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek converger diatas,

terlihat bahwa CV1 mampu melaksanakan rencana penyelesaian

masalah 1. Hal ini dapat dilihat CV1 mampu melaksanakan strategi

selama proses dan perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus

dan memasukkan nilai a dan b serta nilai n yang dibuat, CV1 juga

menentukan banyaknya kursi pada barisan ke-10 dengan benar dan

mendapatkan hasil akhir yang tepat yaitu 51.

Berdasarkan analisis hasi dari siswa di atas, CV1 mampu

melaksanakan semua rencana yang telah dibuat dengan benar serta

mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan

yang berlangsung.

d. Tahap Melihat Kembali

P1.08 : Apakah perhitugannya di cek?


CV1.08 : Iya, saya menghitung kembali
P1.09 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
CV1.09 : Tidak tau, sepertinya ada tapi bingung
P1.010 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
CV1.010 : Cuma sekilas aja sudah dikerjakan semua atau belum

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek converger terlihat

bahwa CV1 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab

masalah 1. CV1 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 1. CV1

melihat kembali dengan cara mengecek informasi penting yang sudah

teridentifikasi secara sekilas saja. Namun CV1 tidak mengecek


perhitungan yang terlibat karena sudah yakin jawaban yang diperoleh

benar.

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 2

a. Tahap Memahami Masalah

Gambar 4.4 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek CV1

P1.011 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?


CV1.011 : Yang saya ketahui U1= 52, U2= 65, U3= 78

P1.012 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?


CV1.012 : Banyaknya buah pada hari ke-7 (U7)

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek converger di atas,

terlihat bahwa CV1 mampu memahami masalah 2. Hal ini dapat dilihat

CV1 menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 2

dengan lengkap. CV1 menuliskan U1, U2, U3. Selain itu CV1 mampu

menuliskan yang ditanyakan dari masalah 2 dengan tepat yaitu U7.

CV1 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan

menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat

yang digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun

CV1 tidak menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang

diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, CV1 mampu

memahami masalah dengan menentukan apa yang diketahui dan


ditanyakan dengan benar dan dapat menjelaskan masalah

menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

b. Tahap Membuat Rencana

Gambar 4.5 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek CV1

P1.013 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah


tersebut?
CV1.013 : Yang saya lakukan adalah mencari bedanya
P1.014 : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?
Jelaskan!
CV1.014 : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya
menulis rumus yaitu a + (n – 1) b

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek converger diatas,

terlihat bahwa CV1 mampu membuat rencana penyelesaian masalah 2.

Hal ini dapat dilihat CV1 menuliskan rencananya secara rinci dan urut.

Dalam rencananya, CV1 mampu menentukan beda dan rumus yang

digunakan dengan benar meski dia tidak menuliskan cara mencari

beda. Selain itu, CV1 juga mampu mengidentifikasi sub tujuan yang

harus dicari sebelum menentukan banyaknya buah pada hari

berikutnya serta mampu mengurutkan informasi yang ada untuk

menjawab soal.

c. Tahap Melaksanakan Rencana

Gambar 4.6 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek

CV1

P1.015 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?


Jelaskan!
CV1.015 : Dengan memasukkan nilai a, b dan n kedalam rumus

P1.016 : Rumus apa yang anda gunakan?


CV1.016 : Un = a + (n-1) b
P1.017 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
CV1.017 : Hasilnya yaitu 140

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek converger diatas,

terlihat bahwa CV1 mampu melaksanakan rencana penyelesaian

masalah 2. Hal ini dapat dilihat CV1 mampu melaksanakan strategi

selama proses dan perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus

dan memasukkan nilai a dan b serta nilai n yang dibuat, CV1 juga

menentukan banyaknya buah pada hari ke-7 dengan benar, akan tetapi

dia mendapatkan hasil akhir yang kurang tepat yaitu 140.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, CV1 mampu

melaksanakan semua rencana yang telah dibuat dengan benar serta

mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan

yang berlangsung.

d. Tahap Melihat Kembali

P1.018 : Apakah perhitugannya di cek?


CV1.018 : Iya, saya menghitung kembali
P1.019 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
CV1.019 : Tidak tau, sepertinya ada tapi bingung
P1.020 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
CV1.020 : Saya tidak mengecek kembali, karna buru-buru

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek converger terlihat

bahwa CV1 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab

masalah 2. CV1 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 2.

Namun CV1 tidak mengecek perhitungan yang terlibat karena buru-

buru dan sudah yakin jawaban yang diperoleh benar.

2. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Tipe Gaya Belajar


Diverger (DV2)
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1

a. Tahap Memahami Masalah

Gambar 4.7 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek DV2

P2.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?


DV2.01 : Saya ketahui U1= 6, U2= 11, U3=16

P2.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?


DV2.02 : Banyaknya kursi pada bari ke-10 (U10)

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek diverger di atas, terlihat

bahwa DV2 mampu memahami masalah 1. Hal ini dapat dilihat DV2

menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1 dengan

lengkap. DV2 menuliskan U1, U2, U3. Selain itu DV2 mampu

menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu U10.

DV2 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan


menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat

yang digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun

DV2 tidak menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang

diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, DV2 mampu

memahami masalah dengan menentukan apa yang diketahui dan

ditanyakan dengan benar dan dapat menjelaskan masalah

menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

b. Tahap Membuat Rencana

Gambar 4.8 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek DV2

P2.03 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah


tersebut?
DV2.03 : Mencari beda dengan mengurangkan U2 - U1

P2.04 : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?


Jelaskan!
DV2.04 : Dengan menggunakan rumus a + (n – 1) b

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek diverger diatas, terlihat

bahwa DV2 mampu membuat rencana penyelesaian masalah 1. Hal ini

dapat dilihat DV2 menuliskan rencananya secara rinci dan urut. Dalam

rencananya, DV2 mampu menentukan beda dan rumus yang

digunakan dengan benar. Selain itu, DV2 juga mampu

mengidentifikasi sub tujuan yang harus dicari sebelum menentukan


banyaknya kursi pada barisan berikutnya serta mampu mengurutkan

informasi yang ada untuk menjawab soal.

c. Tahap Melaksanakan Rencana

Gambar 4.9 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek

DV2

P2.05 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?


Jelaskan!
DV2.05 : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam
rumus

P2.06 : Rumus apa yang anda gunakan?


DV2.06 : Un = a + (n-1) b
P2.07 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
DV2.07 : Hasilnya yaitu 51

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek diverger diatas, terlihat

bahwa DV2 mampu melaksanakan rencana penyelesaian masalah 1.

Hal ini dapat dilihat DV2 mampu melaksanakan strategi selama proses

dan perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus dan

memasukkan nilai a dan b serta nilai n yang dibuat, DV2 juga

menentukan banyaknya kursi pada barisan ke-10 dengan benar dan

mendapatkan hasil akhir yang tepat yaitu 51.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, DV2 mampu

melaksanakan semua rencana yang telah dibuat dengan benar serta


mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan

yang berlangsung.

d. Tahap Melihat Kembali

P2.08 : Apakah perhitugannya di cek?


DV2.08 : Iya, saya menghitung kembali
P2.09 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
DV2.09 : Sepertinya tidak ada
P2.010 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
DV2.010 : Cuma sekilas saja sudah dijawab atau tidak

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek diverger terlihat bahwa

DV2 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab

masalah 1. DV2 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 1.

DV2 melihat kembali dengan cara mengecek informasi penting yang

sudah teridentifikasi secara sekilas saja.

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 2

a. Tahap Memahami Masalah

Gambar 4.10 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek DV2

P2.011 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?


DV2.011 : Yang saya ketahui U1= 52, U2= 65, U3= 78

P2.012 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?


DV2.012 : Banyaknya buah pada hari ke-7 (U7)

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek diverger di atas, terlihat

bahwa DV2 sedikit mampu memahami masalah 2. Hal ini dapat dilihat

DV2 menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 2


dengan lengkap. DV2 menuliskan U1, U2, U3. Selain itu, DV2 tidak

mampu menuliskan yang ditanyakan dari masalah 2 dengan tepat. DV2

juga menuliskan apa yang diketahui dengan menggunakan bahasa dan

kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat yang digunakan, walaupun

tidak jauh berbeda dengan soal, namun DV2 tidak menuliskan soal

kembali namun menuliskan yang diketahui menggunakan bahasanya

sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, DV2 mampu

memahami masalah dengan menentukan apa yang diketahui dengan

benar dan dapat menjelaskan masalah menggunakan kalimat dan

bahasa sendiri.

b. Tahap Membuat Rencana

Gambar 4.11 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek DV2

P2.013 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah


tersebut?
DV2.013 : Yang saya lakukan adalah mencari bedanya

P2.014 ` : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?


Jelaskan!
DV2.014 ` : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya
menulis rumus yaitu a + (n – 1) b

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek diverger diatas, terlihat

bahwa DV2 mampu membuat rencana penyelesaian masalah 2. Hal ini


dapat dilihat DV2 menuliskan rencananya secara rinci dan urut. Dalam

rencananya, DV2 mampu menentukan beda dan rumus yang

digunakan dengan benar. Selain itu, DV2 juga mampu

mengidentifikasi sub tujuan yang harus dicari sebelum menentukan

banyaknya buah pada hari berikutnya serta mampu mengurutkan

informasi yang ada untuk menjawab soal.

c. Tahap Melaksanakan Rencana

Gambar 4.12 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek

DV2

P2.015 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?


Jelaskan!
DV2.015 : Dengan memasukkan nilai a, b dan n yang diketahui

P2.016 : Rumus apa yang anda gunakan?


DV2.016 : Un = a + (n-1) b
P2.017 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
DV2.017 : Hasilnya yaitu 130

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek diverger diatas, terlihat

bahwa DV2 mampu melaksanakan rencana penyelesaian masalah 2.

Hal ini dapat dilihat DV2 mampu melaksanakan strategi selama proses

dan perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus dan

memasukkan nilai a dan b serta nilai n yang dibuat, DV2 juga


menentukan banyaknya buah pada hari ke-7 dengan benar, dan

mendapatkan hasil akhir yaitu 130.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, DV2 mampu

melaksanakan semua rencana yang telah dibuat dengan benar serta

mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan

yang berlangsung.

d. Tahap Melihat Kembali

P2.018 : Apakah perhitugannya di cek?


DV2.018 : Tidak karna saya sudah yakin
P2.019 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
DV2.019 : Tidak tau
P2.020 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
DV2.020 : Saya tidak mengecek kembali, karna waktunya mepet

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek diverger terlihat bahwa

DV2 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab

masalah 2. DV2 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 2.

DV2 tidak mengecek perhitungan yang terlibat karena waktunya mepet

dan sudah yakin jawaban yang diperoleh benar.

3. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Tipe Gaya Belajar


Accommodator (AC3)
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1

a. Tahap Memahami Masalah

Gambar 4.13 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek AC3

P3.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?


AC3.01 : Yang saya ketahui U1= 6, U2= 11, U3=16
P3.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
AC3.02 : Banyaknya kursi pada bari ke-10 (U10)

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek accommodator di atas,

terlihat bahwa AC3 mampu memahami masalah 1. Hal ini dapat dilihat

AC3 menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1

dengan lengkap. AC3 menuliskan U1, U2, U3. Selain itu AC3 mampu

menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu U10.

AC3 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan

menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat

yang digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun

AC3 tidak menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang

diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AC3 mampu

memahami masalah dengan menentukan apa yang diketahui dan

ditanyakan dengan benar dan dapat menjelaskan masalah

menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

b. Tahap Membuat Rencana

Gambar 4.14 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 1 Subjek AC3

P3.03 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah


tersebut?
AC3.03 : Mengurangkan U2 - U1 untuk mengetahui bedanya
P3.04 : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?
Jelaskan!
AC3.04 : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya
menulis rumus yaitu a + (n – 1) b

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek accommodator diatas,

terlihat bahwa AC3 mampu membuat rencana penyelesaian masalah 1.

Hal ini dapat dilihat AC3 menuliskan rencananya secara rinci dan urut.

Dalam rencananya, AC3 mampu menentukan beda dan rumus yang

digunakan dengan benar. Selain itu, AC3 juga mampu

mengidentifikasi sub-tujuan yang harus dicari sebelum menentukan

banyaknya kursi pada barisan berikutnya serta mampu mengurutkan

informasi yang ada untuk menjawab soal.

c. Tahap Melaksanakan Rencana

Gambar 4.15 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek

AC3

P3.05 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?


Jelaskan!
AC3.05 : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam
rumus yaitu nilai a, b dan n

P3.06 : Rumus apa yang anda gunakan?


AC3.06 : Un = a + (n-1) b
P3.07 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
AC3.07 : Hasilnya yaitu 51
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek accommodator diatas,

terlihat bahwa AC3 mampu melaksanakan rencana penyelesaian

masalah 1. Hal ini dapat dilihat AC3 mampu melaksanakan strategi

selama proses dan perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus

dan memasukkan nilai a dan b serta nilai n yang dibuat, AC3 juga

menentukan banyaknya kursi pada barisan ke-10 dengan benar dan

mendapatkan hasil akhir yang tepat yaitu 51 meskipun pada saat

memasukkan nilai tidak menggunakan tanda kurung.

Berdasarkan analisis tes tertulis di atas, AC3 mampu melaksanakan

semua rencana yang telah dibuat dengan benar serta mampu

mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan yang

berlangsung.

d. Tahap Melihat Kembali

P3.08 : Apakah perhitugannya di cek?


AC3.08 : Iya, saya menghitung kembali
P3.09 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
AC3.09 : Tidak ada
P3.010 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
AC3.010 : Cuma mengecek sekilas saja

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek accommodator terlihat

bahwa AC3 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab

masalah 1. AC3 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 1. AC3

melihat kembali dengan cara mengecek informasi penting yang sudah


teridentifikasi secara sekilas saja dan membaca pertanyaan berkali-

kali. Namun AC3 tidak mengecek perhitungan yang terlibat karena

sudah yakin jawaban yang diperoleh benar.

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 2

a. Tahap Memahami Masalah

Gambar 4.16 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek AC3

P3.011 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?


AC3.011 : Yang saya ketahui U1= 52, U2= 65, U3= 78

P3.012 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?


AC3.012 : Banyaknya buah pada hari ke-7 (U7)

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek accommodator di atas,

terlihat bahwa AC3 mampu memahami masalah 2. Hal ini dapat dilihat

AC3 menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1

dengan lengkap. AC3 menuliskan U1, U2, U3. Selain itu, AC3 mampu

menuliskan yang ditanyakan dari masalah 2 dengan tepat yaitu U7.

AC3 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan

menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat

yang digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun

AC3 tidak menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang

diketahui dan ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.


Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AC3 mampu

memahami masalah dengan menentukan apa yang diketahui dan

ditanyakan dengan benar dan dapat menjelaskan masalah

menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

b. Tahap Membuat Rencana

Gambar 4.17 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek AC3

P3.013 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah


tersebut?
AC3.013 : Mencari bedanya yaitu 13
P3.014 : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?
Jelaskan!
AC3.014 : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya
menulis rumus yaitu a + (n – 1) b

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek accommodator diatas,

terlihat bahwa AC3 mampu membuat rencana penyelesaian masalah 2.

Hal ini dapat dilihat AC3 menuliskan rencananya secara rinci. Dalam

rencananya, AC3 mampu menentukan beda dan rumus yang digunakan

dengan benar meski dia tidak menuliskan cara mencari beda. Selain

itu, AC3 juga mampu mengidentifikasi sub-tujuan yang harus dicari

sebelum menentukan banyaknya buah pada hari berikutnya serta

mampu mengurutkan informasi yang ada untuk menjawab soal.


c. Tahap Melaksanakan Rencana

Gambar 4.18 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek

AC3

P3.015 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?


Jelaskan!
AC3.015 : Dengan memasukkan nilai a, b dan n kedalam rumus

P3.016 : Rumus apa yang anda gunakan?


AC3.016 : Un = a + (n-1) b
P3.017 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
AC3.017 : Hasilnya yaitu 130

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek accommodator diatas,

terlihat bahwa AC3 mampu melaksanakan rencana penyelesaian

masalah 2. Hal ini dapat dilihat AC3 mampu melaksanakan strategi

selama proses dan perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus

dan memasukkan nilai a dan b serta nilai n yang dibuat, AC3 juga

menentukan banyaknya buah pada hari ke-7 dengan benar dengan hasil

akhir yaitu 130

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AC3 mampu

melaksanakan semua rencana yang telah dibuat dengan benar serta

mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan

yang berlangsung.
d. Tahap Melihat Kembali

P3.018 : Apakah perhitugannya di cek?


AC3.018 : Iya, saya menghitung ulang hasilnya
P3.019 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
AC3.019 : Sepertinya ada
P3.020 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
AC3.020 : Saya tidak mengecek kembali karna waktunya habis

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek accommodator terlihat

bahwa AC3 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab

masalah 2. AC3 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 2.

Namun AC3 tidak mengecek perhitungan yang terlibat karena buru-

buru dan sudah yakin jawaban yang diperoleh benar.

4. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Tipe Gaya Belajar


Assimilator (AS4)
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 1

a. Tahap Memahami Masalah

Gambar 4.19 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 1 Subjek AS4

P4.01 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?


AS4.01 : Yang saya ketahui U1= 6, U2= 11, U3=16

P4.02 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?


AS4.02 : Banyaknya kursi pada bari ke-10 (U10)

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek assimilator di atas,

terlihat bahwa AS4 mampu memahami masalah 1. Hal ini dapat dilihat
AS4 menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 1

dengan lengkap. AS4 menuliskan U1, U2, U3. Selain itu, AS4 mampu

menuliskan yang ditanyakan dari masalah 1 dengan tepat yaitu U10.

AS4 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan

menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat

yang digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun

AS4 tidak menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang diketahui

dan ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AS4 mampu

memahami masalah dengan menentukan apa yang diketahui dan

ditanyakan dengan benar dan dapat menjelaskan masalah

menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

b. Tahap Membuat Rencana

Gambar 4.20 Hasil Tertulis Tahap Membuat rencana 1 Subjek AS4

P4.03 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah


tersebut?
AS4.03 : Yang saya lakukan adalah mencari beda dengan
mengurangkan U2 - U1

P4.04 : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?


Jelaskan!
AS4.04 : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya
menulis rumus yaitu a + (n – 1) b
Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek assimilator diatas,

terlihat bahwa AS4 mampu membuat rencana penyelesaian masalah 1.

Hal ini dapat dilihat AS4 menuliskan rencananya secara rinci dan urut.

Dalam rencananya, AS4 mampu menentukan beda dan rumus yang

digunakan dengan benar. Selain itu, AS4 juga mampu mengidentifikasi

sub-tujuan yang harus dicari sebelum menentukan banyaknya kursi

pada barisan berikutnya serta mampu mengurutkan informasi yang ada

untuk menjawab soal.

c. Tahap Melaksanakan Rencana

Gambar 4.21 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 1 Subjek

AS4

P4.05 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?


Jelaskan!
AS4.05 : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam
rumus yaitu nilai a, b dan n

P4.06 : Rumus apa yang anda gunakan?


AS4.06 : Un = a + (n-1) b
P4.07 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
AS4.07 : Hasilnya yaitu 51

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek assimilator diatas,

terlihat bahwa AS4 mampu melaksanakan rencana penyelesaian

masalah 1. Hal ini dapat dilihat AS4 mampu melaksanakan strategi


selama proses dan perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus

dan memasukkan nilai a dan b serta nilai n yang dibuat, AS4 juga

menentukan banyaknya kursi pada barisan ke-10 dengan benar dan

mendapatkan hasil akhir yang tepat yaitu 51.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AS4 mampu

melaksanakan semua rencana yang telah dibuat dengan benar serta

mampu mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan

yang berlangsung.

d. Tahap Melihat Kembali

P4.08 : Apakah perhitugannya di cek?


AS4.08 : Iya, saya menghitung kembali
P4.09 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
AS4.09 : Sepertinya ada tapi bingung
P4.010 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
AS4.010 : Cuma sekilas aja sudah dikerjakan semua atau belum

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek assimilator terlihat

bahwa AS4 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab

masalah 1. AS4 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 1. AS4

melihat kembali dengan cara mengecek informasi penting yang sudah

teridentifikasi secara sekilas aja sudah dikerjakan semua atau belum.

Namun AS4 tidak mengecek perhitungan yang terlibat karena sudah

yakin jawaban yang diperoleh benar.


Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah 2

a. Tahap Memahami Masalah

Gambar 4.22 Hasil Tertulis Tahap Memahami Masalah 2 Subjek AS4

P4.011 : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?


AS4.011 : Yang saya ketahui U1= 52, U2= 65, U3= 78

P4.012 : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?


AS4.012 : Banyaknya buah pada hari ke-7 (U7)

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek assimilator di atas,

terlihat bahwa AS4 mampu memahami masalah 2. Hal ini dapat dilihat

AS4 menuliskan semua informasi yang diketahui pada masalah 2

dengan lengkap. AS4 menuliskan U1, U2, U3. Selain itu, AS4 mampu

menuliskan yang ditanyakan dari masalah 2 dengan tepat yaitu U7.

AS4 juga menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan

menggunakan bahasa dan kalimat sendiri. Hal ini terlihat dari kalimat

yang digunakan, walaupun tidak jauh berbeda dengan soal, namun

AS4 tidak menuliskan soal kembali, namun menuliskan yang diketahui

dan ditanyakan menggunakan bahasanya sendiri.

Berdasarkan analisis hasil dari siswa di atas, AS4 mampu

memahami masalah dengan menentukan apa yang diketahui dan


ditanyakan dengan benar dan dapat menjelaskan masalah

menggunakan kalimat dan bahasa sendiri.

b. Tahap Membuat Rencana

Gambar 4.23 Hasil Tertulis Tahap Membuat Rencana 2 Subjek AS4

P4.013 : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah


tersebut?
AS4.013 : Yang saya lakukan adalah mencari bedanya dengan
mengurangkan U2 - U1

P4.014 : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya?


Jelaskan!
AS4.014 : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya
menulis rumus yaitu a + (n – 1) b

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek assimilator diatas,

terlihat bahwa AS4 mampu membuat rencana penyelesaian masalah 2.

Hal ini dapat dilihat AS4 menuliskan rencananya secara rinci dan urut.

Dalam rencananya, AS4 mampu menentukan beda dan rumus yang

digunakan dengan benar. Selain itu, AS4 juga mampu mengidentifikasi

sub tujuan yang harus dicari sebelum menentukan banyaknya buah

pada hari berikutnya serta mampu mengurutkan informasi yang ada

untuk menjawab soal.


c. Tahap Melaksanakan Rencana

Gambar 4.24 Hasil Tertulis Tahap Melaksanakan Rencana 2 Subjek

AS4

P4.015 : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?


Jelaskan!
AS4.015 : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam
rumus yaitu nilai a, b dan n

P4.016 : Rumus apa yang anda gunakan?


AS4.016 : Un = a + (n-1) b
P4.017 : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
AS4.017 : Hasilnya yaitu 150

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek assimilator diatas,

terlihat bahwa AS4 mampu melaksanakan rencana penyelesaian

masalah 2. Hal ini dapat dilihat AS4 mampu melaksanakan strategi

selama proses dan perhitungan yang berlangsung. Berdasarkan rumus

dan memasukkan nilai a dan b serta nilai n yang dibuat, AS4 juga

menentukan banyaknya buah pada hari ke-7 dengan benar, akan tetapi

dia mendapatkan hasil akhir yang kurang tepat yaitu 150.

Berdasarkan analisis dari siswa di atas, AS4 mampu melaksanakan

semua rencana yang telah dibuat dengan benar serta mampu

mengerjakan semua strategi selama proses dan perhitungan yang

berlangsung.
d. Tahap Melihat Kembali

P4.018 : Apakah perhitugannya di cek?


AS4.018 : Tidak karna saya sudah yakin perhitugannya sudah benar
P4.019 : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
AS4.019 : Sepertinya ada tapi bingung
P4.020 : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban
jawaban yang anda temukan?
AS4.020 : Saya tidak mengecek kembali

Berdasarkan hasil wawancara siswa subjek assimilator terlihat

bahwa AS4 menuliskan hal-hal yang sudah dilakukan untuk menjawab

masalah 2. AS4 mampu melihat kembali penyelesaian masalah 2.

Namun AS4 tidak mengecek perhitungan yang terlibat karena buru-

buru dan sudah yakin jawaban yang diperoleh benar.

Table 4.4 Simpulan Indikator Pemecahan Masalah Dengan Gaya


Belajar Siswa
Gaya Belajar
dan
Pemecahan Converger Diverger Accommodator Assimilator
Masalah
Memahami Mengetahui Mengetahui Mengetahui apa Mengetahui
Masalah apa yang apa yang yang diketahui apa yang
diketahui diketahui dan dan ditanyakan diketahui dan
dan ditanyakan serta ditanyakan
ditanyaka serta menjelaskan serta
serta menjelaskan kalimat menjelaskan
menjelaskan kalimat menggunakan kalimat
kalimat menggunaka kalimat dan menggunaka
menggunak n kalimat dan bahasa sendir. n kalimat dan
an kalimat bahasa bahasa
dan bahasa sendir. sendir.
sendir.
Membuat Menuliskan Menuliskan Menuliskan Menuliskan
Rencana langka langka langka mencari langka
mencari mencari nilai nilai b dan mencari nilai
nilai b dan b dan rumus rumus yang b dan rumus
rumus yang yang digunakan yang
digunakan digunakan digunakan
Melaksanaka Melaksanak Melaksanaka Melaksanakan Melaksanaka
n Rencana an semua n semua semua strategin semua
strategi strategi selama proses strategi
selama selama dan perhitungan
selama
proses dan proses dan berlangsung proses dan
perhitungan perhitungan perhitungan
berlangsung berlangsung berlangsung
Melihat Mengecek Mengecek Mengecek Mengecek
Kembali perhitungan perhitungan perhitungan perhitungan
kembali kembali kembali kembali
meskipun meskipun meskipun cuma meskipun
cuma cuma sekilas sekilas saja. cuma sekilas
sekilas saja. saja. saja.

B. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari 20 siswa kelas VIII MTs Negeri

4 Enrekang, 3 siswa memiliki gaya belajar converger, 8 siswa memiliki gaya

belajar diverger, 2 siswa memiliki gaya belajar accommodator, dan 7 siswa

memiliki gaya belajar assimilator. Presentase keberadaan tipe gaya belajar

converger, diverger, accommodator, dan assimilator berturut-turut adalah

15%, 40%, 10%, dan 35%. Ini berarti pada kelas VIII MTs Negeri 4

Enrekang, jumlah siswa yang memiliki tipe gaya belajar diverger lebih banyak

dari pada siswa tipe gaya belajar yang lain.

Hal yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian Peker &

Mirasyedioglu (2008) bahwa banyaknya siswa tipe gaya belajar diverger dan

accommodator lebih sedikit dari pada banyaknya siswa tipe converger dan

assimilator. Peker (2005) menemukan bahwa 65,8% siswa memiliki gaya

belajar assimilator, 25,8% siswa memiliki gaya belajar converger, 5,2% siswa

memiliki gaya belajar diverger, dan 3,2% siswa memiliki gaya belajar

accommodator.
Selain itu, Ozgen, et al. (2011) juga menemukan bahwa tipe gaya belajar

accommodator merupakan tipe gaya belajar yang jarang ditemui. Pada

penelitian ini, kelas penelitian adalah kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang.

Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII MTs

Negeri 4 Enrekang yang memiliki gaya belajar diverger dan assimilator lebih

banyak dari pada gaya belajar yang lain. Hal ini relevan dengan pendapat dari

Kolb sebagaimana dikutip oleh Litzinger & Osif (1992) dan berdasarkan

penelitian oleh Orhun (2007).

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk Tipe Converger

Richmond & Cummings (2005) menyatakan bahwa siswa tipe

converger belajar melalui abstract conceptualization dan active

experimentation. Dengan belajar melalui tahap abstract conceptualization,

siswa tipe converger mampu memiliki fokus terhadap logika, ide, dan

konsep yang dari masalah yang diberikan. Hal ini memungkinkan tipe

converger memahami konsep dari masalah yang diberikan, termasuk

konsep dari apa yang diketahui dan yang ditanyakan, serta konsep masalah

tersebut. Pada penelitian ini, diperoleh bahwa siswa tipe gaya belajar

converger (CV1) mampu memahami masalah dengan memahami apa yang

diketahui dan yang ditanyakan pada masalah serta menjelaskan masalah

dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan belajar melalui tahap

abstract conceptualization, siswa tipe converger akan menggunakan

perencanaan yang sistematis (Richmond & Cummings, 2005).


Siswa tipe converger akan membuat rencana secara sistematis,

urut, dan terkonsep. Sementara itu, dengan belajar melalui tahap active

experimentation, siswa tipe converger akan mencoba mempraktikan dan

membuat simulasi terkait dengan rencana penyelesaian masalah. Pada

penelitian ini, siswa tipe gaya belajar converger (CV1) membuat rencana

penyelesaian dengan menyederhanakan masalah, membuat eksperimen

dan simulasi, mencari subtujuan (hal-hal yang perlu dicari sebelum

menyelesaikan masalah), dan mengurutkan informasi. Dengan belajar

melalui tahap abstract conceptualization, siswa tipe converger dapat

menggunakan simbol-simbol abstrak (Ramadan, et al., 2011). Dalam hal

ini yaitu simbol atau kalimat bentuk matematika. Sehingga, pada tahap

melaksanakan rencana dalam penelitian ini, siswa tipe converger (CV1)

mampu melaksanakan rencana dengan mengartikan masalah yang

diberikan dalam bentuk kalimat matematika. Setelah mampu melewati dua

tahap pemecahan masalah sebelumnya, maka siswa tipe converger akan

mampu melaksanakan strategi selama proses dan penghitungan

berlangsung.

Pada kasus tertentu, siswa tipe converger belum mampu

melaksanakan strategi selama proses dan penghitungan berlangsung. Hal

ini karena ada faktor lain yang menyebabkan hal ini terjadi. Misalnya

karena faktor manajemen waktu yang belum baik. Hal ini seperti yang

dialami oleh CV1 pada saat mengerjakan masalah 2. Seseorang yang

memiliki tipe belajar converger akan memberikan penekanan dalam hal


pengambilan keputusan (Cavas, 2010). Hal ini diketahui dari cara belajar

siswa tipe converger yang melalui tahap abstract conceptualization.

Seorang yang converger akan mengambil keputusan yang lain

untuk menyelesaikan masalah matematika, misalnya mengambil

keputusan untuk menggunakan cara lain dalam menyelesaikan masalah

matematika. Sehingga pada penelitian ini ditemukan bahwa siswa tipe

converger (CV1) menggunakan strategi atau cara penyelesaian yang lain

ketika mereka tidak bisa menggunakan strategi yang sebelumnya dipakai.

Pada tahap melihat kembali, siswa tipe converger mampu melihat

kembali masalah dan penyelesaiannya dengan mempertimbangkan bahwa

solusi yang diperoleh logis, menggunakan alternative penyelesaian yang

lain, bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaan sudah terjawab, dan

membaca kembali pertanyaan. Indikator-indikator pemecahan masalah ini

merupakan aktualisasi dari cara belajar siswa tipe converger yang belajar

melalui abstract conceptualization yang lebih menekankan pada

pengambilan keputusan (Cavas, 2010).

Siswa tipe converger akan mempertimbangkan segala sesuatu yang

ia putuskan dalam menyelesaikan masalah. Tetapi, pada kasus dimana

siswa tipe converger tidak meneliti atau mengecek kembali pekerjaan

yang dia lakukan, maka siswa tipe converger juga tidak akan bisa

melaksanakan dengan benar strategi yang telah dipilihnya dalam

memecahkan suatu masalah. Siswa tipe converger, memang tidak

cenderung sabar dan tidak merefleksikan segala sesuatu yang ia telah


kerjakan (Richmond & Cummings, 2005). Dari sinilah, peran guru

dibutuhkan. Guru perlu mengajak siswa untuk berlatih bersabar dan

terbiasa melakukan refleksi atas sesuatu yang telah dilaksanakan. Dengan

demikian akan dapat tercipta kemampuan pemecahan masalah yang lebih

baik dalam matematika.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk Tipe Diverger

Richmond & Cummings (2005) menyatakan bahwa siswa dengan

tipe gaya belajar diverger belajar melalui tahap concrete experience dan

reflective observation. Concrete experience berarti tahap dimana siswa

belajar melalui keterlibatan diri pada pengalaman belajar matematika,

reflective observation berarti tahap dimana siswa belajar melalui

pengamatan dalam pembelajaran matematika.

Siswa yang belajar melalui concrete experience, belajar melalui

apa yang sudah pernah dia alami saat pembelajaran berlangsung

(Ramadan, et al., 2011). Karena pada saat pembelajaran matematika, siswa

diminta untuk dapat memahami masalah dengan mengetahui apa yang ada

dan apa yang dicari dari masalah yang diberikan, maka pada penelitian ini,

siswa tipe diverger (DV2) mampu memahami masalah dengan mengetahui

apa saja yang diketahui dan ditanyakan pada masalah dan menjelaskan

masalah sesuai dengan kalimat sendiri.

Dengan belajar melalui tahap concrete experiencepula, siswa tipe

diverger mampu membuat rencana dengan menyederhanakan masalah,

membuat eksperimen dan simulasi, mencari subtujuan, dan mengurutkan


informasi. Hal ini karena pada saat proses pembelajaran siswa sudah

pernah diajarkan oleh guru.

Dengan belajar melalui tahap reflective observation, siswa tipe

diverger memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi contoh dari sebuah

konsep sehingga memungkinkan mereka mampu mengartikan masalah ke

dalam bentuk matematika. Siswa tipe diverger selanjutnya akan mampu

melaksanakan strategi selama proses dan penghitungan berlangsung jika

dua tahap sebelumnya berjalan dengan lancar. Pada penelitian ini, siswa

tipe diverger (DV2) mampu melaksanakan rencana dengan mengartikan

masalah ke dalam bentuk kalimat matematika dan melaksanakan strategi

selama proses dan penghitungan berlangsung.

Pada kasus tertentu, siswa tipe diverger yang belum mampu

melaksanakan strategi selama proses dan penghitungan berlangsung. Hal

ini karena pada tahap sebelumnya (mencari subtujuan pada saat tahap

membuat rencana) siswa mengalami kesulitan, sehingga belum mampu

melaksanakan tahap selanjutnya secara maksimal.

Dengan belajar melalui tahap reflective observation, siswa tipe

diverger mampu merefleksikan apa-apa yang sudah dia kerjakan (Kolb &

Kolb, 2005). Sehingga, pada penelitian ini siswa tipe diverger (DV2)

mampu melihat kembali masalah dan penyelesaiannya dengan

mempertimbangkan bahwa solusi yang diperoleh logis, bertanya kepada

diri sendiri apakah pertanyaan sudah terjawab, dan membaca kembali


pertanyaan. Sebaliknya, ada pula siswa tipe diverger yang tidak

mempertimbangkan bahwa solusi yang diperoleh logis

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk Tipe Accommodator

Richmond & Cummings (2005) menyatakan bahwa siswa dengan

tipe gaya belajar accommodator, belajar melalui tahap concrete experience

dan active experimentation. Concrete experience merupakan tahap dimana

siswa belajar melalui pengalaman nyata. Active experimentation

merupakan tahap dimana siswa belajar melalui eksperimen dan tindakan.

Siswa yang belajar melalui concrete experience, belajar melalui

apa yang sudah pernah dia alami saat pembelajaran berlangsung

(Ramadan, et al., 2011). Karena pada saat pembelajaran matematika, siswa

diminta untuk dapat memahami masalah dengan mengetahui apa yang ada

dan apa yang dicari dari masalah yang diberikan. Sehingga pada penelitian

ini, siswa tipe accommodator mampu memahami masalah dengan

mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dari masalah serta mampu

menjelaskan masalah dalam kalimat sendiri.

Siswa tipe accommodator belajar melalui tahap active

experimentation sehingga memungkinkan mereka mampu dalam membuat

eksperimen dan simulasi. Indikator seperti mampu menyederhanakan

masalah, mencari subtujuan, dan mengurutkan informasi diperoleh melalui

pengalaman saat mengikuti pembelajaran matematika di kelas. Sehingga,

pada penelitian ini, siswa tipe gaya belajar accommodator mampu


membuat rencana dengan menyederhanakan masalah, membuat

eksperimen dan simulasi, mencari subtujuan, dan mengurutkan informasi.

Dengan belajar melalui tahap concrete experience, siswa pernah

memperoleh pengalaman belajar sehingga dapat memahami arti dari ide-

ide matematika, sehingga memungkinkan dapat mengartikan masalah

kedalam bentuk matematika. Pada penelitian ini, siswa tipe gaya belajar

accomodator, mampu melaksanakan rencana dengan mengartikan masalah

kedalam bentuk matematika dan melaksanakan strategi selama

penghitungan berlangsung.

Pada kasus tertentu, siswa tipe accommodator belum mampu

melaksanakan strategi selama proses dan penghitungan berlangsung. Hal

ini ada keterkaitannya dengan indikator mencari subtujuan pada tahap

membuat rencana. Ketika siswa melakukan kesalahan dalam mencari

subtujuan, maka ada kemungkinan siswa juga melakukan kesalahan pada

saat melaksanakan strategi. Terlebih jika pada tahap melihat kembali siswa

tidak mengecek kembali. Hal ini seperti yang dialami oleh AC3, pada saat

mencari subtujuan tidak teliti sehingga ada kesalahan dalam proses

penghitungan yang berlangsung.

Siswa tipe accommodator belajar melalui tahap concrete

experience, sehingga memungkinkan mereka untuk merefleksikan kembali

apa yang sudah mereka lakukan sesuai yang pernah disarankan oleh guru.

Hal ini memungkinkan siswa tipe accommodator untuk melihat kembali

penyelesaian yang sudah dilaksanakan dengan mempertimbangkan bahwa


solusi yang diperoleh logis, bertanya kepada diri sendiri apakah

pertanyaan sudah terjawab, membaca kembali pertanyaan, dan mengecek

kembali penghitungan yang dilakukan, dan menggunakan alternative

penyelesaian yang lain. Siswa tipe accommodator akan menggunakan

alternative penyelesaian yang lain saat tidak mampu mengerjakan strategi

yang sebelumnya dikerjakan untuk menyelesaikan masalah.

Sementara itu, ada siswa tipe accommodator yang tidak

mempertimbangkan bahwa solusi yang diperoleh sudah cocok atau logis,

ini terjadi ketika mereka belum menemukan solusi untuk masalah yang

diberikan. Mempertimbangkan solusi yang diperoleh benar atau tidak

dapat dilakukan ketika solusi sudah ditemukan oleh siswa.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk Tipe Assimilator

Richmond & Cummings (2005) menyatakan bahwa siswa dengan

tipe gaya belajar assimilator belajar dengan melalui tahap abstract

conceptualization dan reflective observation. Dengan belajar melalui tahap

abstract conceptualization, memungkinkan siswa tipe converger untuk

fokus pada logika, ide, dan konsep. Termasuk konsep dari suatu masalah

yang diberikan. Konsep bagaimana masalah itu dibangun dengan ide-ide

matematika. Termasuk konsep masalah mulai dari apa yang diketahui dan

ditanyakan dari masalah tersebut. Sehingga, pada penelitian ini, siswa

dengan tipe gaya belajar assimilator dengan memahami masalah dengan

mengetahui apa yang diketahui dan ditanya dari masalah serta

menjelaskan masalah dengan kalimat sendiri. Selain itu, dengan belajar


melalui reflective observation memungkinkan siswa tipe gaya belajar

assimilator untuk fokus terhadap pemahaman makna dari ide-ide

matematika, termasuk pemahaman makna dari masalah yang diberikan.

Siswa yang memiliki gaya belajar assimilator biasanya menjaga

informasi menjadi terorganisir, sehingga kemampuan ini memungkinkan

siswa tipe assimilator untuk mengurutkan informasi yang ada dari

masalah. Pada penelitian ini, siswa dengan tipe gaya belajar assimilator

mampu membuat rencana dengan menyederhanakan masalah, membuat

eksperimen dan simulasi, mencari subtujuan, dan mengurutkan informasi.

Meskipun siswa tipe assimilator lebih suka berpikir dari pada

bertindak, tetapi siswa tipe assimilator mampu untuk melakukan

eskperimen dan simulasi ketika menyelesaikan masalah matematika yang

diberikan. Demikian pula menyederhanakan masalah dan mencari

subtujuan yang perlu ditemukan terlebih dahulu. Karena pada dasarnya

siswa tipe assimilator belajar dengan melalui abstract conceptualization

yang lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat konsep abstrak seperti yang

ada dalam matematika.

Pada kasus tertentu, ada pula siswa dengan tipe gaya belajar

assimilator yang pada tahap membuat rencana belum mampu mencari

subtujuan. Hal ini dikarenakan siswa masih bingung dengan pekerjaan

yang dia kerjakan. Inilah yang kemudian menjadi sebuah masalah saat

memecahkan masalah matematika. Seperti yang terjadi pada AS4 saat

memecahkan masalah 2, AS4 merasa bingung saat mengerjakan masalah.


Dengan belajar melalui tahap abstract conceptualization, siswa

tipe assimilator mampu memanipulasi simbol abstrak, sehingga

memungkinkan siswa tipe assimilator untuk mengartikan masalah dalam

bentuk matematika. Melalui abstract conceptualization juga

memungkinkan siswa tipe assimilator untuk menganalisis ide dengan hati-

hati sehingga mampu melaksanakan strategi selama proses penghitungan

berlangsung.

Pada penelitian ini, siswa dengan tipe gaya belajar assimilator

mampu melaksanakan rencana dengan mengartikan masalah ke dalam

bentuk matematika dan melaksanakan strategi untuk menyelesaikan

masalah. Pada kasus tertentu, siswa dengan tipe gaya belajar assimilator

belum mampu melaksanakan strategi untuk menyelesaikan masalah. Hal

ini dikarenakan, sebagaimana sudah dibahas sebelumnya, ada kesulitan

dari siswa saat memecahkan masalah yang diberikan. Siswa melupakan

hal sederhana yang telah dijelaskan oleh guru pada saat pembelajaran

berlangsung.

Dengan belajar melalui reflective observation, memungkinkan

siswa tipe assimilator untuk merefleksikan kembali apa yang sudah

dikerjakan selama proses pemecahan masalah misalnya dengan melakukan

beberapa indikator pada tahap melihat kembali. Sehingga pada penelitian

ini, siswa dengan tipe gaya belajar assimilator mampu melihat kembali

masalah dan penyelesaian yang diperoleh dengan mempertimbangkan


bahwa solusi yang diperoleh logis, membaca pertanyaan kembali, dan

bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaan sudah terjawab.

Pada kasus tertentu, siswa tipe assimilator tidak mengecek kembali

penghitungan yang sudah dilakukan. Hal ini bukan berarti siswa tipe

assimilator tidak merefleksikan pekerjaannya sebagaimana dia belajar

melalui reflective observation, tetapi karena siswa tipe assimilator merasa

bahwa pekerjaannya sudah dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak

perlu pengecekan ulang. Kondisi lain selain itu adalah adanya kesulitan

saat mengerjakan masalah yang diberikan. Seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya, ada siswa tipe assimilator yang tidak mengingat hal yang

sederhana yang sudah dijelaskan oleh guru pada saat pembelajaran.

Siswa tipe assimilator yang belajar melalui reflective observation

memiliki kemampuan untuk pertimbangan yang bijaksana, sehingga apa

bila belum bisa menggunakan cara penyelesaian yang sebelumnya

digunakan, maka akan mencari cara penyelesaian lain yang mungkin bisa

digunakan.

Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa tipe

converger, diverger, accommodator, dan assimilator mampu memecahkan

masalah dengan melalui tahap memahami masalah dengan mengetahui apa

yang diketahui dan ditanyakan pada masalah serta menjelaskan masalah

dengan kalimat sendiri dan tahap membuat rencana dengan menyederhanakan

masalah, mecari subtujuan, membuat eksperimen dan simulasi, serta

mengurutkan informasi dan melalui tahap melaksanakan rencana dengan


mengartikan masalah dalam bentuk matematika dan melaksanakan strategi

selama proses dan penghitungan berlangsung.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Siswa tipe converger, diverger, accommodator, dan assimilator mampu

memecahkan masalah dengan melalui tahap memahami masalah dengan

mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah serta

menjelaskan masalah dengan kalimat sendiri.

2. Siswa tipe converger, diverger, accommodator, dan assimilator mampu

memecahkan masalah dengan melalui tahap membuat rencana dengan

menyederhanakan masalah, mecari subtujuan, membuat eksperimen dan

simulasi, serta mengurutkan informasi.

3. Siswa tipe converger, diverger, accommodator, dan assimilator mampu

memecahkan masalah dengan melalui tahap melaksanakan rencana dengan

mengartikan masalah dalam bentuk matematika dan melaksanakan strategi

selama proses dan penghitungan berlangsung.

a. Siswa tipe converger mampu melaksanakan tahap melihat kembali

dengan mempertimbangkan bahwa solusi yang diperoleh logis,

bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaan sudah terjawab,

membaca kembali pertanyaan, dan menggunakan alternatif

penyelesaian yang lain.

b. Siswa tipe diverger mampu melaksanakan tahap melihat kembali

dengan mempertimbangkan bahwa solusi yang diperoleh logis,


bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaan sudah terjawab, dan

membaca kembali pertanyaan.

c. Siswa tipe accommodator mampu melaksanakan tahap melihat

kembali dengan mempertimbangkan bahwa solusi yang diperoleh

logis, bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaan sudah terjawab,

mengecek kembali penghitungan yang sudah dilakukan, membaca

kembali pertanyaan, dan menggunakan alternatif penyelesaian yang

lain.

d. Siswa tipe assimilator mampu melaksanakan tahap melihat kembali

dengan mempertimbangkan bahwa solusi yang diperoleh logis,

bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaan sudah terjawab,

membaca kembali pertanyaan, dan menggunakan alternatif

penyelesaian yang lain.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas dapat diberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Perlu dibudayakan pengajaran mengenai pemecahan masalah matematika

kepada siswa sejak pendidikan dasar.

2. Guru perlu memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa

agar mampu mengingatkan siswa untuk tidak melakukan kesalahan yang

sama saat memecahkan masalah.

3. Guru perlu mengajarkan pemecahan masalah matematika sesuai dengan

tipe gaya belajar masing-masing siswa.


4. Guru perlu memperhatika setiap siswa bentuk gaya belajarnya pada saat

pembelajaran berlangsung.

5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan sebagai upaya untuk memperbaiki

kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memecahkan masalah

matematika.

6. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk menganalisis kemampuan

pemecahan masalah siswa berdasarkan gaya belajar siswa dengan

menggunakan masalah-masalah matematika yang melibatkan semua

indikator dari tahap kemampuan pemecahan masalah matematika menurut

Polya.

7. Perlu digunakannya alat ukur/instrument selain angket untuk

mengidentifikasi gaya belajar siswa menurut Kolb.


DAFTAR PUSTAKA

Aljaberi, N. M. 2015. University Students’ Learning Styles and Their Ability to


Solve Mathematical Problems. International Journal of
Business and Social Science, Vol 6, No. 4 (1), 152-165.
Asikin, M. 2012. Daspros Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Cavas, B. 2010. A Study on Pre-service Science, Class, and Mathematics
Teachers’s Learning in Turkey. Science Education International
Journal. 21 (1), 47-61.
Darminto, B. P. 2010. Peningkatan Kreativitas Dan Pemecahan Masalah Bagi
Calon Guru Matematika Melalui Pembelajaran Model
Treffinger. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta, 27
November 2010.
Effendi, L. A. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan
Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 13 (2), 1-6.
Ellison, G. J. 2009. Increasing Problem Solving Skills in Fifth Grade Advanced
Mathematics Students. Journal of Curriculum and Instruction, 3
(1), 15-31.
Hartati, Leny. Pengaruh Gaya Belajar dan Sikap Siswa Pada Pelajaran
Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal
Formatif 3 (3): 224-235 ISSN: 2088-351 X.
Herlambang, 2013. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VII-A SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bangun Datar
Ditinjau Dari Teori Van Hielle. Tesis. Bengkulu: PPS
Universitas Bengkulu.
Ika Puspita Sari dan Sufri. 2014. “Analisis Penalaran Proporsional Siswa dengan
Gaya Belajar Auditori dalam Menyelesaikan Soal Perbandingan
Pada Siswa SMP Kelas VII.” Edumatica, vol. 04. No. 02.
Kennedy, et. al. 2008. Guiding Children’s Learning of Mathematics Eleventh
Edition. Thomson Wadsworh.
Kolb, Y. A. & Kolb A. D. 2005. The Kolb Learning Style Inventory-Version 3.1.
Ohio: Hay Group.
Komaruddin. 2015. Analysis Ensiklopedia Manajemen. Jakarta.
Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Litzinger & Osif. 1992. Accommadating Diverse Learning Styles: Designing
Instruction For Electronic Information Sources. MI : Pierian
Press.
Miami University. The Learning Style Inventory. Tersedia di http://miamioh.edu/
[diakses pada 2-2-2014].
Miles, et. al. 2014. Qualitative Data Analysis. California: SAGE Publications Ltd.
Montgomery, S. M. & Groat, L. N. 1998. Student Learning Styles and Their
Implications for Teaching. Ann Arbor: The Center for Research
on Learning and Teaching at the University of Michigan.
Mulyono Abdurrahman. 2009. Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar,
Jakarta:Rineka Cipta.
Orhun, N. 2007. An Investigation into The Mathematics Achievement and
Attitude towards Mathematics with respect to Learning Style
According to Gender. International Journal of Mathematical
Education in Science and Technology, 38 (3), 321-333
Ozgen K., et. al. 2011. An Examination of Multiple Intelligence Domains and
Learning Styles of Pre-Service Mathematics Teachers: Their
Reflections on Mathematics Education. Educational Research
and Reviews Journal, 6 (2), 168-181.
Peker, M. 2009. Pre-Service Teachers’ Teaching Anxiety about Mathematics and
Their Learning Styles. Eurasia Journal of Mathematics, Science
and Technology Education, 5 (4), 335-345.
Peker, M. & Mirasyedioglu, S. 2008. Pre-Service Elementary School
Teachers’Learning Styles and Attitudes towards Mathematics.
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education, 4 (1), 21-26.
Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton University Press.
Pustaka, Balai. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rabithah Hasibuan, Bornok Sinaga. 2017. “Perbedaan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Menggunakan Model Pembelajaran
Problem Based Learning dan Discovery Learning di Kelas VIII
SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan”. Inspiratif, Vol. 3. No. 1.
Ramadan, et. al. 2011. An Investigation of The Learning Style of Prospective
Educators. The Online Journal of New Horizons in Education, 1,
1-6.
Rangkuti F. 2016. Analisis Swot Teknik Membeda Kasus Bisnis. Jakarta.
Risnawati. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika, Pekanbaru: Suska Press.
Rosdiana & Misu, L. 2013. Pengembangan teori pembelajaran perilaku dalam
Kaitannya dengan kemampuan pemecahan masalah Matematika
siswa di SMA. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Kolb, Y. A. & Kolb A. D. 2005. The Kolb Learning Style Inventory-Version 3.1.
Ohio: Hay Group.
Polya, G. 1973. How to Solve it. New Jersey: Princeton University Press.
Ramadan, et. al. 2011. An Investigation of The Learning Style of Prospective
Educators. The Online Journal of New Horizons in Education, 1,
1-6.
Saad, N.S. & Ghani, A. S. 2008. Teaching Mathematics in Secondary School:
Theories and Practices. Perak: Universiti Pendidikan Sultan
Idris.
Sengul, et. al. 2013. Learning Styles of Prospective Teachers: Kocaeli University
Case. Journal of Educational and Instructural Studies, 3 (2), 1-
12.
Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge. tanpa tahun. Perilaku Organisasi.
Terjemahan oleh Diana Angelica. 2009. Jakarta: Salemba
Empat.
Suherman, dkk. 1999. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono, Prof. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta.
Sumarmo, U. 2018. Hard Skills dan Soft Skills Matematika Siswa. Bandung:
Aditama.
Sumarmo, U. 1994. Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Guru dan
Siswa SMP. Laporan Penelitian FPMIPA: Tidak diterbitkan.
Sundayana R. 2016. Kaitan Antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP dalam Pelajaran
Matematika. Jurnal Mosharafa, Vol 5.
Sulis Prianto. 2013. Pengaruh Kemandirian dan Gaya Belajar Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Matematika, Surakarta: Skripsi.
Surya, Mohamad. 2016. Strategi Kognitif dalam Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
S. Wassahua. 2016. “Analisis Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar
Matematika Pada Materi Himpunan Siswa Kelas VII SMP
Negeri Karang Jaya Kecamatan Namlea Kabupaten Buru.”
Matematika dan Pembelajarannya, Vol. 2. No. 1.
Yuwono, A. 2010. Profil Siswa SMA Dalam Memecahkan Masalah Matematika
Ditinjau dari Tipe Kepribadian. Tesis. Surakarta: PPS
Universitas Sebelas Maret.
Z Rofiqoh, Rochmad, A W Kurniasih. 2015. “Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas X Dalam Pembelajaran
Discovery Learning Berdasarkan Gaya Belajar Siswa.” Unnes
Journal of Mathematics Education (UJME). 8. 3.
L
A
M
P
I
R
A
N

A
Nama :
Kelas :
No. Absen :

ANGKET GAYA BELAJAR SISWA


Waktu 20 menit
Petunjuk Pengisian
1. Isilah identitasmu secara lengkap.
2. Jawablah dengan jujur, sebab tidak ada jawaban salah dan benar.
3. Pengisian angket ini tidak akan mempegaruhi nilai matematika anda.
4. Bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan baik dan seksama.
5. Berikan tanda cek () pada kolom skor yang sesuai dengan dirimu. Kriterian
penskoran adalah sebagai berikut:
a. Skor 4 jika pertanyaan yang sangat sesuai dengan dirimu.
b. Skor 3 jika pertanyaan yang sesuai dengan dirimu.
c. Skor 2 jika pertanyaan yang agak sesuai dengan dirimu.
d. Skor 1 jika pertanyaan yang tidak sesuai dengan dirimu.

SKOR
NO PERNYATAAN Sangat Sesuai Agak Tidak
Sesuai Sesuai Sesuai
1 Saya belajar matematika paling baik
ketika saya mempercayai
firasat/dugaan saya saat
menyelesaikan masalah matematika.
2 Saya belajar matematika paling baik
ketika saya bekerja keras untuk
menyelesaikan masalah/soal
matematika.
3 Saya belajar matematika paling baik
ketika saya mengandalkan
pemikiran logis saya.
4 Saya belajar matematika paling baik
ketika saya mendegarkan dan
memperhatikan dengan hati-hati.
5 Ketika saya sedang belajar
matematika saya mempunyai
reaksi/tanggap yang cepat.
6 Ketika saya sedang belajar
matematika saya bertanggung jawab
terhadap hal yang saya pelajari.
7 Ketika saya sedang belajar
matematika saya cenderung menalar
hal/materi yang saya pelajari.
8 Ketika saya sedang belajar
matematika saya tenang dan
bersikap hati-hati.
9 Ketika saya belajar matematika saya
terbuka terhadap pengalaman baru.
10 Ketika saya belajar matematika saya
suka mencoba mengerjakan soal
dalam matematika.
11 Ketika saya belajar matematika saya
suka menganalisis hal-hal tertentu
dan membaginya ke dalam beberapa
bagian.
12 Ketika saya belajar matematika saya
suka melihat berbagai masalah
matematika dari semua sisi.
13 Saya belajar matematika paling baik
dari hubungan pribadi dengan
seseorang.
14 Saya belajar matematika paling baik
melalui kesempatan untuk mencoba
dan praktik.
15 Saya belajar matematika paling baik
melalui pemahaman terhadap teori-
teori dalam matematika.
16 Saya belajar matematika paling baik
melalui pengamatan (pengamatan
terhadap penjelasan guru maupun
teman).
17 Ketika saya belajar matematika saya
merasa terlibat secara pribadi pada
pembelajaran matematika.
18 Ketika saya belajar matematika saya
suka mereview hasil pekerjaan
matematika saya.
19 Ketika saya belajar matematika saya
menyukai ide-ide dan teori pada
matematika
20 Ketika saya belajar matematika saya
membutuhkan waktu sebelum
bertindak dalam belajar matematika.
21 Ketika saya belajar matematika saya
seorang yang menerima
pendapat/masukan orang lain.
22 Ketika saya belajar matematika saya
seorang yang bertanggung jawab.
23 Ketika saya belajar matematika saya
suka mengevaluasi hal-hal/materi
dalam matematika.
24 Ketika saya belajar matematika saya
seorang yang berani menanggung
segalah kemungkinan resiko yang
terjadi.
25 Saya belajar matematika paling baik
ketika saya menerima dan
berpandangan terbuka.
26 Saya belajar matematika paling baik
ketika saya praktis (suka mencoba
suatu hal dalam matematika).
27 Saya belajar matematika paling baik
ketika saya menganalisis ide-ide
atau teori-teori.
28 Saya belajar matematika paling baik
ketika saya berhati-hati dalam
mengerjakan masalah/soal
matematika.
INDIKATOR TAHAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

TAHAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA


Memahami Membuat Melaksanakan Memeriksa
Masalah Rencana Rencana Kembali
Indikator : Indikator: Indikator: Indikator:
(1) mengetahui apa (1) menebak, (2) (1) mengartikan (1) mengecek
yang diketahui dan mengembangkan informasi yang kembali semua
dicari, (2) sebuah model, (3) diberikan ke informasi yang
menjelaskan menyederhanakan dalam bentuk penting yang
masalah sesuai masalah, (4) matematika; (2) telah
dengan kalimat mengidentifikasi melaksanakan teridentifikasi;
sendiri, (3) pola, (5) heuristik/strategi (2) mengecek
menghubungkannya eksperimen dan selama proses dan semua
dengan masalah simulasi, (6) perhitungan yang perhitungan
lain yang serupa, bekerja terbalik, berlangsung; dan yang sudah
(4) fokus pada (7) menguji semua (3) mengecek terlibat; (3)
bagian yang penting kemungkinan, (8) kembali setiap menggunakan
dari masalah mengidentifikasi langkah dari alternatif
tersebut, (5) sub-tujuan, (9) heuristik atau penyelesaian
mengembangkan membuat analogi, strategi yang yang lain untuk
model. dan (10) digunakan. mengecek
mengurutkan jawaban.
data/informasi.
KISI-KISI TES
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Status Pendidikan : MTs Negeri 4 Enrekang Jumlah Soal : 2 Butir


Mata Pelajaran : Matematika Bentuk Soal : Uraian
Kelas/Semester : VIII (delapan)/ 1 (satu) Alokasi Waktu : 30 Menit

Kompetensi Inti
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yabg dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3 : Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan prosedur) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan rana abstrak ( menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Materi Kompetensi Indikator Indikator Soal Bentuk Soal Nomor


Dasar Pencapaian Kemampuan Soal
Kompetensi Pemecahan
Masalah
Pola 1. Membuat 1. Siswa dapat 1. Memahami 1. Siswa dapat Uraian 1a
Bilangan generalisasi menemukan masalah. menentukan
pada barisan keterkaitan banyaknya
bilangan dan antara suku pola 2. Membuat kursi pada
barisan bilangan atau rencana. barisan ke-10
konfigurasi bentuk-bentuk 2. Siswa dapat
objek. pada konfigurasi menentukan
2. Menyelesaikan objek. 3. Melaksanakan banyaknya
masalah yang 2. Menentukan rencana. buah yang Uraian 1b
berkaitan suku ke-n suatu dipetik pada
dengan barisan barisan 4. Melihat hari ke-7
bilangan dan aritmetika. kembali
barisan
konfigurasi
objek.
TES PEMECAHAN MASALAH MATERI POLA BILANGAN
MTs NEGERI 4 ENREKANG

Kelas : VIII Hari, tanggal :


Waktu : 30 Menit Guru Pengampu :

Petunjuk Pengerjaan:
a. Berdoalah sebelum mengerjakan soal.
b. Tulislah nama pada lembar jawaban anda.
c. Tidak diperkenangkan membuka buku.
d. Tidak diperkenankan menggunakan kalkulator.

SOAL TES
1. Seorang anak menyusun kursi dalam gedung pertunjukkan dengan baris paling
depan terdiri 6 buah, baris kedua terdiri 11 buah, baris ketiga terdiri 16 buah
dan seterusnya selalu bertambah 5. Banyaknya kursi pada barisan ke- 10
adalah…
TES PEMECAHAN MASALAH MATERI POLA BILANGAN
MTs NEGERI 4 ENREKANG

Kelas : VIII Hari, tanggal :


Waktu : 30 Menit Guru Pengampu :

Petunjuk Pengerjaan:
e. Berdoalah sebelum mengerjakan soal.
f. Tulislah nama pada lembar jawaban anda.
g. Tidak diperkenangkan membuka buku.
h. Tidak diperkenankan menggunakan kalkulator.

SOAL TES
2. Seorang pemetik kebun memetik jeruknya setiap hari, dan mencatat
banyaknya jeruk yang dipetik. Pada hari pertama dipetik sebanyak 52 buah,
pada hari kedua dipetik sebanyak 65 buah, pada hari ketiga dipetik sebanyak
78 buah dan seterusnya selalu bertambah 13 buah. Banyaknya buah yang
dipetik pada hari ke-7 adalah…
RUBRIK PENSKORAN TES 1
Penyelesaian
Soal Indikator dan Jawaban Penskor
3. Seorang anak Memahami Masalah:
menyusun kursi dalam Diketahui:
gedung pertunjukkan Banyaknya kursi barisan pertama (U1) = 6 3
dengan baris paling Banyaknya kursi barisan kedua (U2) = 11
depan terdiri 6 buah, Banyaknya kursi barisan ketiga (U3) = 16
baris kedua terdiri 11 Ditanyakan:
buah, baris ketiga Banyaknya kursi pada baris ke-10 (U10) 2
terdiri 16 buah dan Membuat Rencana:
U1 (a) = 6 3
seterusnya selalu
Beda (b) = U2 - U1
bertambah 5.
= 11 - 6 = 5
Banyaknya kursi pada
2
Un = a + (n - 1). B
barisan ke- 10
adalah… Melaksanakan Rencana:
U10 = 6 + (10 - 1). 5 3
U10 = 6 + (9). 5
U10 = 6 + 45 2
U10 = 51
Memeriksa Kembali:
Menggunakan kata dik, dit 3
Menggunakan rumus
Hasil perkaliannya sdah sesuai
2
Jadi, banyaknya kursi pada barisan ke-10
adalah 51 buah.

Jumlah 20
RUBRIK PENSKORAN TES 2
Penyelesaian
Soal Indikator dan Jawaban Penskor
4. Seorang pemetik Memahami Masalah:
kebun memetik Diketahui:
jeruknya setiap hari, Banyaknya buah hari pertama (U1) = 52 3
dan mencatat Banyaknya buah hari kedua (U2) = 65
banyaknya jeruk yang Banyaknya buah hari ketiga (U3) = 78
dipetik. Pada hari Ditanyakan:
pertama dipetik Banyaknya buah pada hari ke-7 (U7) 2
sebanyak 52 buah, Membuat Rencana:
U1 (a) = 52 3
pada hari kedua
Beda (b) = U2 - U1
dipetik sebanyak 65
= 65 - 52 = 13
buah, pada hari ketiga
2
Un = a + (n - 1). B
dipetik sebanyak 78
buah dan seterusnya Melaksanakan Rencana:
U7 = 52 + (7 - 1). 13 3
selalu bertambah 13
U7 = 52 + (6). 13
buah. Banyaknya buah
U7 = 52 + 78 2
yang dipetik pada hari
U7 = 130
ke-7 adalah…
Memeriksa Kembali:
Menggunakan kata dik, dit 3
Menggunakan rumus
Hasil perkaliannya sdah sesuai
2
Jadi, banyaknya buah pada hari ke-7
adalah 130 buah.

Jumlah 20
PEDOMAN WAWANCARA

A. Tujuan Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.
B. Jenis Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara klinis tidak
terstruktur. Yakni wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara dilakukan
sebagai berikut.
1. Wawancara dilakukan secara face to face, yakni terjadi kontak langsung
antara peneliti dan informan.
2. Wawancara dilakukan setelah terjadi kesepakatan waktu dan tempat
pelaksanaan wawancara antara peneliti dan informan.
3. Pertanyaan yang diberikan tidak harus sama, tetapi memuat pokok
permasalahan yang sama.
C. Pelaksanaan
Siswa mendapatkan pengalaman belajar dalam pemecahan masalah
matematika. Di akhir pembelajaran diberikan masalah untuk dikerjakan
mandiri. Masalah diberikan dalam waktu yang ditentukan. Sesuai waktu yang
disepakati, sejumlah siswa di wawancara berkaitan dengan pengerjaan
masalah tersebut dengan pertanyaan sebagai berikut.
1. Pada awalnya, siswa diminta untuk menjelaskan proses pengerjaan yang
dilakukan.
2. Untuk mengetahui tahap memahami masalah dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
a. Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
b. Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
c. Coba anda jelaskan masalah tersebut!
3. Untuk mengetahui tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
a. Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah tersebut?
b. Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya? Jelaskan!
4. Untuk mengetahui tahap melaksanakan rencana dalam pemecahan
masalah.
Pertayaan:
a. Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan!
b. Rumus apa yang anda gunakan?
c. Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
5. Untuk mengetahui tahap melihat kembali dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
a. Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
b. Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
c. Apakah perhitugannya di cek?
d. Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
e. Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban-jawaban yang anda
temukan?
L
A
M
P
I
R
A
N

B
HASIL PEROLEHAN SKOR PERNYATAAN ANGKET GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs NEGERI 4 ENREKANG
No S SKOR PERNYATAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 Aldo A 2 2 3 3 2 2 4 4 2 4 1 2 1 3 2 4 3 4 2 3 1 3 2 4 3 3 2 2
2 Alfia 2 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 2 3 4 4 1 2 2 1 2 3 3 4
3 Andi AR 3 2 3 4 2 4 1 3 2 3 2 2 4 2 3 1 4 3 2 1 1 3 4 3 2 1 2 4
4 Andika 1 2 1 4 2 4 3 2 3 2 1 1 1 2 2 2 1 3 1 3 4 1 3 3 1 2 1 4
5 Aqil 3 4 2 3 2 3 4 2 1 1 2 1 1 2 4 4 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 1 1
6 Indriani 2 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 2 3 4 4 1 3 2 2 2 3 2 2
7 Indy A 2 2 3 4 1 3 2 3 2 2 2 3 4 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 2 4 2 2 4
8 M.Dapid 1 3 1 4 2 4 3 4 2 1 3 1 2 4 3 2 4 1 3 2 4 1 2 4 3 1 2 4
9 M.Fahril 2 3 2 3 1 2 2 3 4 4 2 3 2 3 1 2 3 2 3 4 2 3 2 3 2 2 3 4
10 M.Din N 3 4 2 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 2 3
11 M.Egi A 1 2 1 4 2 3 1 2 3 1 3 1 1 2 2 2 3 3 2 1 4 1 3 3 2 1 4 1
12 M.Hafis 3 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 3 1 1 4 1 2 2 2
13 Hikmal 3 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 3 1 1 2 1 1 1 2
14 Nurfadya 3 2 3 4 2 3 4 3 3 4 2 1 1 2 3 4 3 3 4 4 2 2 2 3 2 4 3 4
15 Nur 3 4 2 3 2 4 4 2 1 1 2 1 1 2 4 4 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 1 1
16 Rino AS 1 2 2 3 2 3 2 3 3 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 1 2 2
17 Risna B 2 3 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 2 1 3 3 2 4 2 3 4 3 3 4 1 1 1 3
18 Teguh F 2 3 1 4 2 2 4 2 3 4 2 4 1 3 3 4 4 2 4 3 3 3 2 4 3 2 3 2
19 Vaiza N 3 2 3 4 2 3 4 3 3 4 2 1 1 2 3 2 2 1 2 4 3 2 2 2 3 4 3 4
20 Zasky S 2 3 2 3 2 3 4 3 4 3 4 2 2 4 2 2 4 3 2 4 4 2 3 4 4 4 3 2
Keterangan:
S : Subjek
KLASIFIKASI TIPE GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs NEGERI 4 ENREKANG
NO S CE AE AC RO AC - CE AE - RO TIPE
1 Aldo A 14 21 16 22 2 -1 Diverger
2 Alfia 16 17 19 20 3 -3 Diverger
3 Andi AR 18 18 17 18 -1 0 Converger
4 Andika 13 16 12 19 -1 -3 Assimilator
5 Aqil 10 17 17 13 7 4 Accommodator
6 Indriani 15 18 18 19 3 -1 Diverger
7 Indy A 18 15 16 22 -2 -7 Assimilator
8 M.Dapid 18 15 17 21 -1 -6 Assimilator
9 M.Fahril 16 19 15 22 -1 -3 Assimilator
10 M.Din N 23 28 19 22 -4 4 Converger
11 M.Egi A 16 13 15 14 -1 -1 Assimilator
12 M.Hafis 11 8 10 14 -1 -6 Assimilator
13 Hikmal 11 7 9 13 -2 -6 Assimilator
14 Nurfadya 16 20 21 23 5 -3 Diverger
15 Nur 10 18 17 13 7 5 Accommodator
16 Rino AS 13 11 13 16 0 -5 Diverger
17 Risna B 16 19 17 23 1 -4 Diverger
18 Teguh F 18 19 19 23 1 -4 Diverger
19 Vaiza N 17 18 19 20 2 -2 Diverger
20 Zasky S 22 22 21 21 -1 1 Converger

Keterangan:
S: Subjek , CE : Skor baris CE, AC : Skor baris AC, RO : Skor baris RO, AE : Skor baris AE, AC-CE : Skor baris AC dikurangi skor baris CE,
AE-RO: Skor baris AC dikurangi baris RO.
DAFTAR NILAI TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KELAS VIII
MTs NEGERI 4 ENREKANG
NO S Soal 1 Soal 2 T N GB Rata-Rata
M1 M2 M3 M1 M2 M3
1 Aldo A 5 4 5 5 4 5 28 93,3 DV 86,6
2 Alfia 5 1 5 5 4 3 23 76,6 DV
6 Indriani 5 2 5 5 4 5 26 86,6 DV
14 Nurfadya 5 3 5 5 4 5 27 89,9 DV
16 Rino AS 5 2 3 5 5 2 22 73,3 DV
17 Risna B 5 3 5 5 5 5 28 93,3 DV
18 Teguh F 5 3 5 5 4 5 27 89,9 DV
19 Vaiza N 5 3 5 5 4 5 27 89,9 DV
3 Andi AR 5 2 5 5 5 2 24 79,9 CV 83,2
10 M.Din N 5 2 5 5 4 5 26 86,6 CV
20 Zasky S 5 4 2 5 4 5 25 83,3 CV
5 Aqil 5 3 5 5 4 2 24 79,9 AC 81,6
15 Nur 5 2 5 5 4 4 25 83,3 AC
4 Andika 5 2 5 5 4 5 26 86,6 AS 83,7
7 Indy A 5 2 5 5 4 2 23 76,6 AS
8 M.Dapid 5 2 5 5 2 5 24 79,9 AS
9 M.Fahril 5 4 5 5 4 5 28 93,3 AS
11 M.Egi A 5 2 5 5 4 5 26 86,6 AS
12 M.Hafis 5 4 3 5 4 2 23 76,6 AS
13 Hikmal 5 2 5 5 4 5 26 86,6 AS

Keterangan:
M1 : Tahap Memahami masalah T : Total skor N : Nilai
M2 : Tahap Membuat rencana GB : Gaya Belajar S : Subjek
M3 : Tahap Melaksanakan rencana CV : Converger DV : Diverger
Subjek wawancara AC: Accommodator AS: Assimilator
WAWANCARA SISWA TIPE GAYA BELAJAR CONVERGER

A. Tes pertama
6. Untuk mengetahui tahap memahami masalah dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
S : Yang saya ketahui U1= 6, U2= 11, U3=16
P : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
S : Banyaknya kursi pada bari ke-10 (U10)
P : Coba anda jelaskan masalah tersebut!
S : Masalanya mencari banyaknya suku ke-10
7. Untuk mengetahui tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah tersebut?
S : Yany saya lakukan adalah mencari beda dengan mengurangkan U2 - U1
P : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya? Jelaskan!
S : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya menulis rumus yaitu a + (n – 1)
b
8. Untuk mengetahui tahap melaksanakan rencana dalam pemecahan masalah.
Pertayaan:
P : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan!
S : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam rumus yaitu nilai a, b dan n
P : Rumus apa yang anda gunakan?
S : Un = a + (n-1) b
P : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
S : Hasilnya yaitu 51

9. Untuk mengetahui tahap melihat kembali dalam pemecahan masalah.


Pertanyaan:
P : Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
S : Iya, saya yakin
P : Apakah perhitugannya di cek?
S : Iya, saya menghitung kembali
P : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
S : Tidak tau, sepertinya ada tapi bingung
P : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban-jawaban yang anda temukan?
S : Cuma sekilas aja sudah dikerjakan semua atau belum
B. Tes Kedua
1. Untuk mengetahui tahap memahami masalah dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
S : Yang saya ketahui U1= 52, U2= 65, U3= 78
P : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
S : Banyaknya buah pada hari ke-7 (U7)
P : Coba anda jelaskan masalah tersebut!
S : Masalanya mencari banyaknya suku ke-7
2. Untuk mengetahui tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah tersebut?
S : Yang saya lakukan adalah mencari bedanya
P : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya? Jelaskan!
S : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya menulis rumus yaitu a + (n – 1)
b

3. Untuk mengetahui tahap melaksanakan rencana dalam pemecahan masalah.


Pertayaan:
P : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan!
S : Dengan memasukkan nilai a, b dan n kedalam rumus
P : Rumus apa yang anda gunakan?
S : Un = a + (n-1) b
P : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
S : Hasilnya yaitu 140
4. Untuk mengetahui tahap melihat kembali dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
S : Iya, saya yakin
P : Apakah perhitugannya di cek?
S : Iya, saya menghitung kembali
P : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
S : Tidak tau, sepertinya ada tapi bingung
P : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban-jawaban yang anda temukan?
S : Saya tidak mengecek kembali, karna buru-buru

WAWANCARA SISWA TIPE GAYA BELAJAR DIVERGER

A. Tes pertama
1. Untuk mengetahui tahap memahami masalah dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
S : Saya ketahui U1= 6, U2= 11, U3=16
P : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
S : Banyaknya kursi pada bari ke-10 (U10)
P : Coba anda jelaskan masalah tersebut!
S : Masalanya mencari banyaknya suku ke-10
2. Untuk mengetahui tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah tersebut?
S : Mencari beda dengan mengurangkan U2 - U1
P : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya? Jelaskan!
S : Dengan menggunakan rumus a + (n – 1) b
3. Untuk mengetahui tahap melaksanakan rencana dalam pemecahan masalah.
Pertayaan:
P : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan!
S : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam rumus
P : Rumus apa yang anda gunakan?
S : Un = a + (n-1) b
P : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
S : Hasilnya yaitu 51
4. Untuk mengetahui tahap melihat kembali dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
S : Iya, saya yakin
P : Apakah perhitugannya di cek?
S : Iya, saya menghitung kembali
P : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
S : Sepertinya tidak ada
P : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban-jawaban yang anda temukan?
S : Cuma sekilas saja sudah dijawab atau tidak
B. Tes Kedua
1. Untuk mengetahui tahap memahami masalah dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
S : Yang saya ketahui U1= 52, U2= 65, U3= 78
P : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
S : Banyaknya buah pada hari ke-7 (U7)
P : Coba anda jelaskan masalah tersebut!
S : Masalanya mencari banyaknya suku ke-7
2. Untuk mengetahui tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah tersebut?
S : Yang saya lakukan adalah mencari bedanya
P : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya? Jelaskan!
S : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya menulis rumus yaitu a + (n – 1)
b
3. Untuk mengetahui tahap melaksanakan rencana dalam pemecahan masalah.
Pertayaan:
P : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan!
S : Dengan memasukkan nilai a, b dan n kedalam rumus
P : Rumus apa yang anda gunakan?
S : Un = a + (n-1) b
P : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
S : Hasilnya yaitu 130
4. Untuk mengetahui tahap melihat kembali dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
S : Iya, saya yakin
P : Apakah perhitugannya di cek?
S : Tidak karna saya sudah yakin
P : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
S : Tidak tau
P : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban-jawaban yang anda temukan?
S : Saya tidak mengecek kembali, karna Waktunya mepet

WAWANCARA SISWA TIPE GAYA BELAJAR ACCOMMODATOR

A. Tes pertama
1. Untuk mengetahui tahap memahami masalah dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
S : Yang saya ketahui U1= 6, U2= 11, U3=16
P : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
S : Banyaknya kursi pada bari ke-10 (U10)
P : Coba anda jelaskan masalah tersebut!
S : Masalanya mencari banyaknya suku ke-10
2. Untuk mengetahui tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah tersebut?
S : Mengurangkan U2 - U1 untuk mengetahui bedanya
P : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya? Jelaskan!
S : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya menulis rumus yaitu a + (n – 1)
b
3. Untuk mengetahui tahap melaksanakan rencana dalam pemecahan masalah.
Pertayaan:
P : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan!
S : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam rumus yaitu nilai a, b dan n
P : Rumus apa yang anda gunakan?
S : Un = a + (n-1) b
P : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
S : Hasilnya yaitu 51

4. Untuk mengetahui tahap melihat kembali dalam pemecahan masalah.


Pertanyaan:
P : Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
S : Iya, saya yakin
P : Apakah perhitugannya di cek?
S : Iya, saya menghitung kembali
P : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
S : Tidak ada
P : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban-jawaban yang anda temukan?
S : Cuma mengecek sekilas saja
B. Tes Kedua
1. Untuk mengetahui tahap memahami masalah dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
S : Yang saya ketahui U1= 52, U2= 65, U3= 78
P : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
S : Banyaknya buah pada hari ke-7 (U7)
P : Coba anda jelaskan masalah tersebut!
S : Masalanya mencari banyaknya suku ke-7
2. Untuk mengetahui tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah tersebut?
S : Mencari bedanya yaitu 13
P : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya? Jelaskan!
S : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya menulis rumus yaitu a + (n – 1)
b
3. Untuk mengetahui tahap melaksanakan rencana dalam pemecahan masalah.
Pertayaan:
P : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan!
S : Dengan memasukkan nilai a, b dan n kedalam rumus
P : Rumus apa yang anda gunakan?
S : Un = a + (n-1) b
P : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
S : Hasilnya yaitu 130
4. Untuk mengetahui tahap melihat kembali dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
S : Saya kurang yakin
P : Apakah perhitugannya di cek?
S : Iya, saya menghitung ulang hasilnya
P : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
S : Sepertinya ada
P : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban-jawaban yang anda temukan?
S : Saya tidak mengecek kembali karna waktunya habis
WAWANCARA SISWA TIPE GAYA BELAJAR ASSIMILATOR

A. Tes pertama
1. Untuk mengetahui tahap memahami masalah dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
S : Yang saya ketahui U1= 6, U2= 11, U3=16
P : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
S : Banyaknya kursi pada bari ke-10 (U10)
P : Coba anda jelaskan masalah tersebut!
S : Masalanya mencari banyaknya suku ke-10
2. Untuk mengetahui tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah tersebut?
S : Yang saya lakukan adalah mencari beda dengan mengurangkan U2 - U1
P : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya? Jelaskan!
S : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya menulis rumus yaitu a + (n – 1)
b
3. Untuk mengetahui tahap melaksanakan rencana dalam pemecahan masalah.
Pertayaan:
P : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan!
S : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam rumus yaitu nilai a, b dan n
P : Rumus apa yang anda gunakan?
S : Un = a + (n-1) b
P : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
S : Hasilnya yaitu 51
4. Untuk mengetahui tahap melihat kembali dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
S : Iya, saya yakin
P : Apakah perhitugannya di cek?
S : Iya, saya menghitung kembali
P : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
S : Sepertinya ada tapi bingung
P : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban-jawaban yang anda temukan?
S : Cuma sekilas aja sudah dikerjakan semua atau belum
B. Tes Kedua
1. Untuk mengetahui tahap memahami masalah dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ketahui dari masalah diatas?
S : Yang saya ketahui U1= 52, U2= 65, U3= 78
P : Apa yang anda akan cari dari masalah tersebut?
S : Banyaknya buah pada hari ke-7 (U7)
P : Coba anda jelaskan masalah tersebut!
S : Masalanya mencari banyaknya suku ke-7
2. Untuk mengetahui tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apa yang anda ingin lakukan setelah mengetahui masalah tersebut?
S : Yang saya lakukan adalah mencari bedanya dengan mengurangkan U2 - U1
P : Bagaimana anda bisa menghitung pola berikutnya? Jelaskan!
S : Setelah saya mengetahui U1 dan bedanya, kemudian saya menulis rumus yaitu a + (n – 1)
b
3. Untuk mengetahui tahap melaksanakan rencana dalam pemecahan masalah.
Pertayaan:
P : Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut? Jelaskan!
S : Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui kedalam rumus yaitu nilai a, b dan n
P : Rumus apa yang anda gunakan?
S : Un = a + (n-1) b
P : Berapa hasil akhir yang anda peroleh?
S : Hasilnya yaitu 150
4. Untuk mengetahui tahap melihat kembali dalam pemecahan masalah.
Pertanyaan:
P : Apakah anda yakin dengan jawaban yang anda temukan? jelaskan!
S : Iya, saya yakin
P : Apakah perhitugannya di cek?
S : Tidak karna saya sudah yakin perhitugannya sudah benar
P : Menurut anda ada cara lain untuk menjawab soal ini?
S : Sepertinya ada tapi bingung
P : Bagaimana cara anda mengecek kembali jawaban-jawaban yang anda temukan?
S : Saya tidak mengecek kembali
DAFTAR NILAI TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
SUBJEK WAWANCARA

NO S Soal 1 Soal 2 T N M GB
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
1 Risna B 5 3 5 4 5 5 5 4 36 90 90 DV
2 M.Din N 5 2 5 4 5 4 5 4 34 85 85 CV
3 Nur 5 2 5 4 5 4 4 4 33 82,5 82,5 AC
4 M.Fahril 5 4 5 4 5 4 5 4 36 90 90 AS

Keterangan:
S: Subjek M1: Tahap Memahami Masalah M2: Tahap Membuat Rencana
M3: Tahap Melaksanakan Rencana M4: Tahap Melihat Kembali
T: Total Skor Tahap Kemampuan Pemecahan Masalah N: Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
M: Mean (Rata-Rata) GB: Gaya belajar CV: Converger
AC: Accommodator AS: Assimilator DV: Diverge
Pelaksanaan Pengisian Angket Gaya Belajar Di Kelas VIII MTs Negeri 4 Enrekang

Pelaksanaan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Proses Pembelajaran Dikelas


Kegiatan Wawancara Dengan Siswa Terkait Pemecahan Masalah
L
A
M
P
I
R
A
N

C
RIWAYAT HIDUP

DARNA, Dilahirkan di Kabupaten Enrekang tepatnya di Dusun


Batu-Batu Desa Tallu Bamba Kecamatan Enrekang pada hari selasa,
tanggal 19 agustus 1997. Anak kesembilan dari sepuluh bersaudara,
pasangan dari Lawallu dan Biring. Peneliti menyelesaikan
pendidikan sekolah Dasar di SD Negeri 124 Jalikko di Kecamatan
Enrekang Kabupaten Enrekang pada tahun 2009. Pada tahun itu juga
peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Enrekang
Kecamatan Enrekang dan tamat pada tahun 2012 kemudian melanjutkan Sekolah Menegah Atas di
SMA Negeri 1 Enrekang pada tahun 2012 dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun 2015 peneliti
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas Muhammadiyah
Makassar (UNISMUH) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika. Peneliti menyelesaikan kuliah strata satu (S1) pada tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai