Anda di halaman 1dari 33

Usulan Penelitian Skripsi

IMPLEMENTASI PENILAIAN UNJUK KERJA PADA PEMBELAJARAN


MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISWA
KELAS VIII SMP MUMAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN
2016/2017

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh:

IWAN JADI SUIGIARTO

A410130067

Kepada:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FEBRUARI, 2017
IMPLEMENTASI PENILAIAN UNJUK KERJA PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISWA
KELAS VIII SMP MUMAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN
2016/2017

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh:

IWAN JADI SUGIATO

A410130067

Kepada:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FEBRUARI, 2017
PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini,

Nama : Iwan Jadi Sugiarto

NIM : A410130067

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Proposal Skripsi : Implementasi Penilaian Unjuk Kerja pada


Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan
Bangun Ruang Siswa Kelas VIII Smp
Mumammadiyah 1 Kartasura Tahun Ajaran 2016/2017

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini benar-benar
hasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu/dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti skripsi ini hasil plagiat, saya bertanggung jawab
sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surakarta, Februari 2017

Yang membuat pernyataan,

Iwan Jadi Sugiarto

A410130067
Proposal Skripsi

DUKUNGAN KETERAMPILAN GURU, PEMANFAATAN MEDIA DAN


KONDISI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA DAMPAKNYA PADA KEPUASAN SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 1 SALATIGA

Diajukan Oleh:

Iwan Jadi Sugiarto

A410130067

Proposal skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk dilanjutkan menjadi skripsi.

Surakarta, Februari 2017

Dr. Sumadi, M. Si.

NIDN. 0008035301
PROPOSAL SKRIPSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

A. JUDUL SKRIPSI
Implementasi Penilaian Unjuk Kerja pada Pembelajaran Matematika pada
Pokok Bahasan Bangun Ruang Siswa Kelas VIII Smp Mumammadiyah 1
Kartasura Tahun Ajaran 2016/2017
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal mutlak yang harus dimiliki suatu
warga negara. Negara dengan tingkat pendidikan tinggi, akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam
menghadapi persainan global. Di Indonesia pendidikan sudah tertanam
dalam setiap warga negara karena pendidikan merupakan kewajiban dan
salah satu cita-cita Bangsa Indonesia merdeka yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia
IV. Tahun 2015 peringkat pendidikan dunia atau World Education
Ranking yang diterbitkan Organisation for Economic Co-operatioan and
Development (OECD) pada tanggal 28 April 2016 menentukan Indonesia
menempati urtan ke 57 dari total 65 negara, di tinjau dari segi membaca,
matematika dan ilmu pengetahuan.
Di Indonesia pendidikan sangat diperhatikan oleh pemerintah.
Pemerintah memberikan anggaran pendidikan 20% dari total anggara
belanja negara (APBN). Pemerintah tidak main main dalam
menganggarkan dana untuk teselanggaranya pendidikan serta berusaha
menaikan mutu dan kualitas penndidikan di Indonsia. Perkembangan
pendidikan di Indonesa selalu di pantau oleh pemerintah demi
mempermudah tercapainya pendidikan di Indoesia. Tercapainya tujuan
pendidikan merupakan dasar pembangunan bangsa Indonesia untuk
mempersiapkan generasi penerus bangsa yang mempunyai kualitas dan
kuantitas sumber daya manusianya di masa mendatang.
Perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat
dilihat dari hasil akhir dari proses pembelajaran tersebut. Hasil akhir
tersebut dapat kita sebut juga dengan hasil belajar, hasil belajar dalam
bentuk nilai akan baik atau buruk sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki siswa. Namun untuk meperoleh nilai yang baik juga harus ada
proses yang di nilai. Proses yang dinilai juga akan mengambarkan tingkat
pemahaman peserta didik dalam menguasai materi. Hal ini merupakan
konsekuensi belajar karena hasil belajar sangat tergantung dengan proses
belajar yang terdiri dari kesiapan siswa, pemahaman materi, bahan atau
media dan sebagainya. Dengan demikian akan terlihat hasil belajar ssuai
dengan tingkat pemahaman sisiwa dan bisa dijadikan bahan evaluasi
dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan hal itu (Suprijono, 2012: 5)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pla perbuatan, nilai-nilai,
penertian-penertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan.
Berdasarkan data dari website news.detik.com yang diterbitkan 10
Juni 2016 Mendikbud Anies Baswedan memaparkan hasil UN SMP tahun
2016. Hasilnya rata-rata nilai UN SMP tahun ini menurun 3 poin dari
tahun lalu. Mendikbud menjelaskan penurunan ini karena Indeks
Integritas UN meningkat. Tahun ini UN diikuti oleh 4,3 juta siswa di 60
ribu SMP sederajat. Ada 4,2 juta siswa yang mengikuti UN berbasis
kertas dan pensil dan 156 ribu siswa yang menggunakan UN berbasis
komputer (UNBK). Berdasarkan data Kemendikbud, pada tahun 2015
nilai rata-rata siswa SMP sebesar 62,18 persen, sedangkan pada tahun
2016 nilai rata-rata UN SMP senilai 58,57 persen atau turun 3,6 poin dari
tahun lalu. Angka yang menurun tersebut menurut Anies karena ada
sekolah yang mengalami peningkatan nilai Indeks Integritas UN (IIUN)
sebanyak 72 persen. Rinciannya sebanyak 21,16 persen sekolah yang
memiliki nilai IIUN yang naik yang diikuti nilai UN yang meningkat.
Serta sebanyak 50,96 persen sekolah yang memiliki IIUN (tingkat
kejujurannya) naik tetapi nilai UN-nya turun. Kemudian ada 13,61 persen
sekolah yang menggunakan kecurangan secara masif dan terstuktur dan
14,27 persen sekolah yang siswanya melakukan kecurangan secara
individu.
Berdasarkan data dari website republika.co.id. Nilai Mata
Pelajaran (Mapel) Matematika mengalami penurunan terbesar pada
pelaksanaan Ujian Nasional (UN) SMP/sederajat pada 2016.
Perubahannya dari 56,28 pada 2015 menjadi 50,24 di 2016. “Yang
terkoreksi paling besar adalah Matematika dengan penurunan sebesar
6,04 poin,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies
Baswedan dalam Konferensi Pers (Konpers) Hasil UN dan Indeks
Integritas UN (IIUN) SMP/sederajat 2016 di Gedung A, Kantor
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Senayan,
Jakarta, Jumat (10/6).
Dari data tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa hasil belajar
matematika di Indonesia masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa
tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor ekstern atau intern. Faktor ekstern
yang mempengaruhi hasil belajar antara lain metode mengajar,
kurikulum, hubungan antara guru dan siswa, serta sarana prasarana.
Dalam faktor kurikulum salah satunya yang paling berpengaruh adalah
faktor penilaian. Proses penilaian yang dilakukan selama ini semata-mata
hanya menekankan pada penguasaan konsep (kognitif) yang dijaring
dengan tes tulis obyektif dan subyektif sebagai alat ukurnya. Sehingga
kondisi seperti ini menyebabkan guru kurang fokus pada pengembangan
keterampilan proses anak dalam proses pembelajaran. Realitas ini
mendorong siswa untuk menghapal pada setiap kali akan diadakan tes
harian atau tes hasil belajar.
Sistem penilaian yang benar tentunya harus selaras dengan tujuan
dan proses pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan penilaian yang tidak
hanya menekankan tetapi juga bisa untuk mengukur tingkat pemahaman
siswa dan proses kerja sisiwa. Sekarang mulai dikenal adanya penilaian
unjuk kerja. Unjuk Kerja dapat diartikan sebagai suatu wujud apresiasi
hasil kerja siswa sekaligus untuk mengetahui proses siswa dalam
menyelesaikan persoalan. Unjuk Kerja adalah penilaian yang
menungkapkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep, pemecahan
masalah dan komunkasi. Bentuk peilaian unukn kerja yang paling
sederhana dapat saja berupa soal tes konvensional tetapi ditambah dengan
pertanyan yang meminta siswa untuk menjelaskan alasan mengapa
mereka memilih strategi dan pendekatan yang di lakukan. Jawaban yang
diberikan akan menunjukan pemahaman sswa tentang konsep,
kemampuan untuk memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide-
ide matematika. Penilaian unjuk kerja telah direkomendasika oleh ahli
pendidik, sebagai bentuk penilaian outentik yang mampu menilai
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep pada situasi nyata (otentik)
(Wulan, 2008:102).
Berbagai alasan yang melatarbelakangi dilaksanakan penelitian
ini, karena hal tersebut merupakan masalah yang menarik untuk dikaji.
Berdasarkan dari hasil pra observasi di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura,
hal itulah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang
menyangkut Implementasi Penilaian Unjuk Kerja Dalam Pembelajaran
Matematika Pokok Bahasan Bangun Ruang Siswa Kelas VIII SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan lataar belakang tersebut dapat didentifikasi masalah
sebagai berikut:
a. Dari data Peringkat pendidikan dunia atau World Education Ranking
yang diterbitkan Organisation for Economic Co-operatioan and
Development (OECD) pada tanggal 28 April 2016 menentukan
Indonesia menempati urtan ke 57 dari total 65 negara.
b. Penilaian yang digunkan dalam proses pembelajaran hanya menekankan
pada nilai akhir
c. Proses pembelajaran hanya menggunakan metode konvensional.
d. Di lapangan banyak guru yang belum menguasai kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaianya.
e. Di lapangan banyak guru yang hanya melakukan penilaian formatif.

3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diperoleh pembatasan masalah :
a. Strategi yang digunakan pada penelitian ini adalah Penilaian Unjuk
Kerja dan Penilaian Formatif.
b. Proses penilaian unjuk kerja pada pembelajaran matematika.
c. Hasil belajar dibatasi pada hasil belajar matematika

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan masalah, permasalahan ini dapat dirumuskan
menjadi tiga.
a. Bagaimana persiapan penilaian unjuk kerja pada pembelajaran
matematika sudah di implementasikan di SMP Muhammadiyah 1
Kartasura tahun 2016/2017?
b. Bagaimana proses penilaian unjuk kerja pada pembelajaran
matematika di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura?
c. Kendala apa saja yang terdapat dalam proses penilaian unjuk kerja
pada pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura?

5. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan penilaian unjuk kerja pada pembelajaran
matematika di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
b. Tujuan Khusus
1) Mendeskripsikan persiapan Penilaian Unjuk Kerja pada pembelajaran
matematika di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
2) Mendeskripsikan pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja pada
pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
3) Mendeskripsikan kendala dalam proses Penilaian Unjuk Kerja pada
pembelajaran matematika di SMP Muhammadiyah 1 Katasura.
6. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pembelajaran
matematika terutama dalam meningkatkan kemampuan matematika siswa
menggunakan Penilaian Unjuk Kerja dan Penilaian Formatif.
b. Manfaat praktis
1) Bagi Guru
Memberi masukkan bagi guru matematika dalam upaya
meningkatkan kwalitas pembelajara matematika melalui strategi
Penilaian Unjuk kerja dan penilaian Formatif.
2) Bagi Siswa
Memberi masukan bagi siswa dengan menggunakan strategi
Penilaian Unjuk Kerja dan Penilaian Formatif yang mampu
meningkatkan kemamupan matematika siswa.
3) Bagi Sekolah
Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat meberi informasi
dan masukkan dalam menggunakan strategi Penilaian Unjuk Kerja
dan Penilaian Formatif dapat meningkatkan kwalitas pembelajaran
matematika di sekolah.

C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Teori
a. Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono, 2012:5).
Sejalan dengan (Supraktinya, 2012:5) mengemukakan hasil belajar yang
mejadi objek penilaian kelas berupa kemampuam-kemampuan baru yang
diperoleh siswa setelah mereka mengikutiproses belajar-mengajar
tentang mata pelajaran tertentu. Dari pendapat diatas menunjukan bahwa
hasil belajar merupakan penilaian pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan yang
berupa kemampuan.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Hasil belajar matematika adalah
puncak dari kegiatan belajar yang berupa perubahan dalam bentuk
kognitif, afektif, dan psikomotor dalam hal kemampuan tentang bilangan,
bangun, hubungan-hubungan konsep dan logika yang berkesinambungan
serta dapat diukur atau diamati (Suhendri, 2011: 32). Dari pendapat
diatas menunjukan hasil belajar matematika adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku siswa setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai tujuan
pembelajaran yang berupa perubahan kemampuan.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, hasil belajar adalah suatu
proses perubahan untuk memperoleh hasil penilaian dengan dasar pola-
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
dan ketrampilan kepada peseta didik selama proses belajar mengajar
yang beupa kemampuan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Pembelajaran matematika
Masykur (2007: 44) menyatakan bahwa matematika memliki
bahasa sendiri yaitu bahasa yang terdiri atas simbol simbol dan angka.
Sehingga matematika merupakan ilmu yang mempunyai simbol dan angka
yang merupakan dasar ilmu hitung yang lain. Simbol dan angka
merupakan kesepakatan yang digunakan untk mepermudah dalam
mengingat dan menghitung. Suherman (2001: 16) menyatakan bahwa
matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran dan konsep konsep yang berhubungan satu dengan yang lainya
dengan jumlah yang banyak yang terjadi kedalam tiga bidang yaitu:
aljabar, analisis, dan geometri. Sehingga matematika merupakan suatu
ilmu yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain.

Sementara itu pembelajaran adalah upaya dari guru dan dosen


untuk siswa/mahasiswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan (Ali & Muhlisrarini 2014: 58). Pembelajaran
dikaitkan dengan mata pelajaran yang akan dibahas dalam hal ini adalah
matematika.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa


pembelajaran matematika adalah upaya dari guru dan dosen untuk
siswa/mahasiswa dalam mempelajari ilmu yang mempunyai simbol dan
angka yang merupakan dasar ilmu hitung serta pembahasan masalah
perhitungan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain.

c. Pembelajara STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert


Slavin dkk di Universitas John Hopkin, dan merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling sederahana.Guru yang menggunakan STAD, juga
mengacu kepada belajar kelompok. Guru membagi siswa menjadi kelompok-
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang terdiri laki-laki dan
perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi,
sedang, rendah (Setianingsih, 2007:39). Menurut Slavin (Usman H.B
2004:121) bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 5
komponen utama, yaitu (1) Penyajian kelas, (2) Belajar kelompok, (3) Tes,
(4) Skor peningkatan individual, (5) Penghargaan kelompok. Berikut uraian
setiap komponen pembelajaran kooperatif tipe STAD
a) Penyajian Kelas
Penyajian kelas yang dimaksud adalah pemberian informasi
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan siswa dalam
mengembangkan konsep materi yang dipelajari pada kegiatan
aktivitas kelompok.
b) Belajar Kelompok
Agar implementasi pembelajaran model kooperatif
berlangsung efektif, maka tim atau kelompok harus dibentuk lebih
awal. Anggota tim terdiri dari empat atau lima orang siswa yang
heterogen dari kemampuan akademik, sosial, agama dan etnis yang
beragam.
c) Tes
Tes dilaksanakan setelah siswa bekerja dan berlatih dalam
kelompok. Tes yang diberikan adalah tes perorangan, masing-masing
siswa berusaha dan bertanggung jawab secara individual untuk
melaksanakan yang terbaik sebagai hasil kerja kelompok. Dalam hal
ini guru menjelaskan pada siswa bahwa usaha dan keberhasilan rekan
nantinya akan memberii sumbangan yang sangat berharga bagi
kesuksesan kelompok dan juga menjadi indikator perkembangan
individual.
d) Skor Peningkatan Individual
Ide poin peningkatan individual adalah memberi kesempatan
bagi setiap siswa untuk meraih prestasi maksimal dan melakukan yang
terbaik untuk diri dan kelompoknya. Setiap siswa diberikan poin
perkembangan yang ditentukan berdasarkan selisih perolehan skor
terdahulu (skor dasar) dengan skor tes akhir. Pada penelitian ini skor
dasar diambil dari hasil tes awal yang dilakukan sebelum tindakan.
Dengan cara ini setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
menyumbangkan skor maksimal bagi kelompoknya.
e) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin
perkembangan kelompok yang diperoleh. Poin pencapaian kelompok
diperoleh dengan cara membagi jumlah total perkembangan anggota
dengan banyaknya anggota kelompok yang ada. Penghargaan
kelompok pada penelitian ini diberikan setelah guru memeriksa hasil
tes akhir siswa.

d. Penilaian Unjuk Kerja


Menurut Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum
2013 Lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran menjelaskan definisi
tentang penilaian Unjuk Kerja bahwa penilaian ini merupakan penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kgiat peserta didik melakukan sesuatu. Peilaian
in digunakan untuk menilai keterapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik
sholat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat music, bernyanyi,
membaca puisi dll. Menurut I Ketut Susila (2012) Asesmen kinerja adalah
suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk
memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dipelajari
siswa. Asesmen kinerja mensyaratkan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
kinerjanya menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya yang diwujudkan
dalam bentuk perbuatan, tindakan atau unjuk kerja. Tes Unjuk Kerja meminta
siswa mewujudkan tugas sebenarnya yang mewakili keseluruhan kinerja yang
akan dinilai, seperti mempersiapkan alat, menggunakan alat/merangkai alat,
menuliskan data, menganalisis data, menyimpulkan, menyusun laporan dan
sebagainya. Secara khusus penilaian kinerja menjelaskan kemampuan-
kemampuan siswa, pemahaman konseptual, kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan, kemampuan melaksanakan kinerja dan
kemampuan melakukan suatu proses.
Dengan demikian, Penilaian unjuk kerja adalah suatu prosedur
penugasan kepada siswa yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
tentang sejauh mana siswa telah belajar. Berbeda dengan bentuk tes klasik,
instrumen penilaian unjuk kerja menghendaki siswa untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan mereka dalam beberapa bidang guna
mendemonstrasikan penguasaan mereka terhadap tujuan belajar. Penilaian
unjuk kerja menghendaki siswa untuk mengerjakan atau memberi tanggapan
terhadap suatu tugas tertentu misalnya penilaian unjuk kerja dalam menulis
menghendaki siswa untuk menulis secara benar. Tugas yang harus dilengkapi
siswa dapat berupa penilaian proses, penilaian produk, penilaian hasil kerja,
dan/atau pertanyaan yang meminta siswa untuk menuliskan jawaban dengan
menerapkan keterampilan berfikir kritis.
Indikator penilaian Unjuk Kerja meliputi :
a) Tes
Ulangan biasanya dilakukan untuk mengatahui pencapaian kognitif
seorang siswa. Dalam keperluan penilaian unjuk kerja, nilai nilai
tersebut harus berasal dari proses jawaban siswa dan langkah langkah
siswa dala menyeleaikan soal.
b) Tugas tugas terstruktur
Tugas terstruktur adalah tugas yang harus dikerjakan para siswa untuk
mendalami atau memperluas penguasaan materi pelajaran. Tugas
tersebut diberikan secara berkala setiap satu satuan pelajaran.
Bentuknya berupa LKS, makalah, dll.
c) Catatan perilaku harian
Perilaku harian ini dapat bersifat positif atau negative. Tujuannya
untuk memperoleh bukti secara tertulis untuk mengamati
perkembangan siswa.
d) Tangapan terhadap tugas
Sebuah tangapan dapat berbentuk jawaban numeric atau tertulis yan
menjelakan suatu pemecahan masalah untuk mengetahui pengeahuan
matematika siswa secara luas.
e) Laporan aktivitas di luar sekolah
Belajar tidak dibatasi sekolah oleh karena itu diluar kelas bahkan
diluar sekolah para siswa pun tetap balajar untuk itu masyarakat dan
lingkungan sekitar dijadikan laboratorium untuk belajar
(Budimansyah 2003 : 117).
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian unjuk kerja tidak hanya
menekankan pada aspek kognitif , afektif dan psikomotorik tetapi juga proses
dan hasil kerja siswa juga sangat berperan dalam mentukan keberhasilan
pembelajaran.

Menurut Dra. Puji Iryanti (2004) Membuat Insrumen Penilaian Unjuk


Kerja harus memperhatikan beberapa fakor :

a) Ukuran Instrumen
Ukuran instrumen ada 2 yaitu ukuran istrumen besar dan ukuran
instrumen kecil. Ukuran instrument besar apat mengukur lebih dari
satu kompetnsi dasar dan pada umumnya membutuhkan waktu yang
cukup banyak unuk membuatnya dan bagi sisw juga butuh waktu
banyak untuk menganalisa. Sedangkan ukuraninstrumen kecil berupa
pertanyaan erbuka dengan memberi solusi suatu sal dan menejelaskan
pealarn mereka. Untuk menetkan ukuran instrument yang akan
digunakan tergantung tujuan penlaian yang dinginkan guru.
b) Ketrampilan dalam memuali
Pada waktu memulai menggunakan penilaian unjuk kerja, guru belum
begitu yakin dan nyaman dengan apa ang mereka kerjakan. Bagi
pmula disaranan unuk mggunakan instrument kecil.

Menurut Dra. Puji Iryanti (2004) Kriterian Instrumen Penilaian Unjuk


Kerja yang baik :

a) Autentik dan Menarik


Hal ini penting karena melibatkan siswa dalam situasi yang akrab
dengan kehidupan sehari-hari mereka sehingga siswa berusaha untuk
menyelesaikan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Tugas ini akan
membuat siswa mengunakan pengetahuan dan ketrampilan yang
dimilikinya untuk menelesaikan tugas tersebut.
b) Memungkinkan Penilaian Individual
Banyak instrumen unjuk kerja ang dimaksudkan untuk dikejakan
kelompok. Namun perlu diingat penilaian ini lebih menitik beratkan
penilaian individu maka dari itu desain penilaian unjuk kerja bisa
ditujukan untuk kelompok dan individu.
c) Membuat Petunjuk yang Jelas
Instrumen ujuk harus memuat petunjuk yang jelas lengkap, tidak
ambigu dan tidak membingungkan.
2. Penelitian Terdahulu
Penelitian penilaian unjuk kerja dilakukan dengan mempertimbangkan
berbagai hal dan melihat dari beberapa penilitian terdahulu. Hasil dari
penelitian ini diharapkan mampu menyempurnakan penelitian penelitian
terdahulu, data yang relevan tersebut antara lain, sebagai berikut.
Penelitian Dian Septi Nur Afifah (2012) berkaitan dengan penggunakan
pembelajaran tipe STAD sebagai metode pembelajaran di dalam kelas,
penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif yang digunakan untuk mencari lebih dalam
pemahaman dari orang yang diteliti. Berdasarkan tujuan penelitian, hasil
analisis data dan pembahasan hasil penelitian interaksi belajar matematika
siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat disimpulkan bahwa
interaksi belajar matematika siswa dalam pembelajaran kooperatif yang
terjadi dalam menyampaikan ide atau pendapat yaitu sebesar 34,4% untuk
kelompok 1 dan 32,3% untuk kelompok 2, memberi bantuan yang disertai
dengan penjelasan sebesar 15,6% untuk kelompok 1 dan 20,6% untuk
kelompok 2, memberi bantuan tanpa disertai dengan penjelasan sebesar
25,0% untuk kelompok 1 dan 20,6% untuk kelompok 2 dan interaksi belajar
matematika siswa dalam meminta bantuan sebesar 25,0% untuk kelompok 1
dan 26,5% untuk kelompok 2.
Sejalan dengan hal itu Ni Made Sunilawati, Nyoman Dantes, I Made
Candiasa (2013) dalam penelitiannya menyatakan pertama, terdapat
perbedaan kemandirian belajar secara signifikan antara siswa yang
mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional diperoleh nilai F sebesar 43,12;
sedangkan nilai FA(Hitung) Tabel pada dk A =1, db =64, =0.05 sebesar
3.99, ini berarti F D > F Tabel (dkA=1,dkD=92, ά=0.05) Hitung, tolak Ho,
terima H Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional, kedua, terdapat perbedaan
hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran dengan kemampuan numerik siswa terhadap hasil belajar
matematika. Hasil perhitungan dengan analisis varians (Anava) dua jalur
diperoleh nilai F sebesar 114,65, sedangkan nilai F pada dk A =1, dk =64,
ά=0.05 sebesar 3,99, ini berarti F dal > F table (dkA=1,dkdal=64, ά=0.05)
ABHitung. Kesimpulannya tolak Ho, terima H Rata-rata model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat merangsang kemampuan
numeric siswa maka akan menghasilkan hasil belajar yang optimal, demikian
pula sebaliknya, apabila model pembelajaran tidak dapat meningkatkan
kemampuan numerik siswa mungkin akan menghasilkan hasil belajar yang
rendah. ketiga, terdapat perbedaan perbedaan hasil belajar matematika pada
siswa yang Memiliki Kemampuan Numerik Tinggi yang Mengikuti Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan yang Mengikuti Model
Pembelajaran Konvensional. Hasil perhitungan dengan analisis varians
(ANAVA) dua jalur diperoleh nilai didapat Q 1. Sebesar 17,275 dan Q table
hitung AB. Hitung dengan dk = 4/17 pada taraf signifikan 5% sebesar 4,02.
Hal ini berarti Q hitung > Q, Rata-rata menunjukkan hasil belajar
matematika siswa yang memiliki kemampuan numeric tinggi yang mengikuti
model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan numerik tinggi
yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Bagi siswa yang
memiliki kemampuan numerik tinggi juga memiliki table hasil belajar
matematika tinggi, keempat, terdapat perbedaan hasil belajar matematika
pada siswa yang Memiliki Kemampuan Numerik Rendah yang Mengikuti
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan yang Mengikuti Model
Pembelajaran Konvensional. Diperoleh nilai didapat Q hitung sebesar 4,14
dan Q dengan dk = 4/17 pada taraf signifikan 5% sebesar 4,02. Hal ini
berarti Q tabel > Q table, dengan demikian H ditolak dan H10 diterima. Ini
dapat disimpulkan hasil belajar matematika siswa yang memiliki
kemampuan numerik rendah yang mengikuti model pembelajaran
konvensional lebih baik dari siswa yang mengikuti model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Penelitian Rivo Panji Yudha, M.Pd (2016). Berdasarkan hasil
penelitian pengembangan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: (1) asesmen unjuk kerja yang selama ini ada adalah guru
sekolah dasar dikota Cirebon masih memakai tes tulis uraian dan lembar
tugas (2) Validasi instrumen penilaian dilakukan melalui uji ahli dan
validitas empiris. Hasil penilaian yang diperoleh dari validasi ahli
menyatakan bahwa penilaian unjuk kerja ini layak digunakan sebagai bentuk
penilaian. Secara keseluruhan hasil dari pengujian indeks korelasi skor butir
dengan skor total dan hasil uji reliabilitas dinyatakan dalam rincian sebagai
berikut: (2.1) Pengujian di skala kecil soal no satu sampai dengan empat
masing-masing dikategorikan valid serta memiliki nilai koefisien GENOVA
sebesar 0.89; 0.90; 0.82; dan 0.78 yang dikategorikan Valid dan Realiabel;
(2.2) Pengujian di Skala besar pada tahap 2 menggunakan Intraclass
Correlation Coefficients diadapat nilai ICC hasil analisis menunjukkan rata-
rata kesepakatan antar rater sebesar 0,935 sedangkan untuk orang rater
konsistensinya adalah 0.940 yang artinya instrumen mempunyai kualitas
stabilitas yang Cukup tinggi; (3) Kualitas penilaian unjuk kerja yang telah
dikembangkan menurut para ahli masing-masing memiliki kategori sangat
baik (SB) dengan persentase keidealan sebesar 91% dan menurut guru
Matematika SD masing-masing memiliki kualitas sangat baik (SB) dengan
persentase keidealan sebesar 90,51 %. Dan bisa diartikan bahwa instrumen
unjuk kerja praktis. Berarti instrumen asesmen otentik unjuk kerja pada
pembelajaran Matematika yang dikembangkan telah memenuhi syarat
validitas, reliabilitas dan kepraktisan, sebagai alat evaluasi yang dapat
digunakan lebih lanjut oleh para guru Matematika di sekolah dasar Kota
Cirebon.
Penelitian yang dilakukan oleh Nuril Munfaridah, Putri Rizky
Hardita, Sentot Kusairi (2016). Berdasarkan hasil penelitian dan
pengembangan yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan bahwa
performance assessment yang dikembangkan telah memenuhi kriteria layak.
Selain itu, performance assessment efektif mengukur kemampuan kinerja
peserta didik serta mampu memberikan balikan kepada peserta didik dengan
baik. Saran yang berkaitan dengan pengembangan performance assessment
berbantuan komputer ini antara lain perlunya dilakukan uji coba instrumen
ini pada pesserta didik yang lebih banyak agar diketahui variasi peningkatan
prestasi belajar peserta didik. Diharapkan pula adanya penelitian lebih lanjut
tentang pengembangan instrumen performance assessment pada pokok
bahasan/materi fisika yang lain.
Penelitian Dewi Purwaningrum, dan Sumardi (2016) Strategi
pembelajaran STAD dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran,
mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi
tentang materi yang akan diajarkan siswa. Selanjutnya guru menyajikan
sedikit materi yang akan dipelajari dan membentuk kelompok heterogen
beranggotakan 4 siswa berdasarkan kemampuan awal matematika. Siswa
saling bekerja sama dan berinteraksi memberikan tanggapan terhadap materi
maupun tugas yang diberikan guru. Kemudian kelompok mengemukakan
hasil diskusi di depan kelas agar terjadi pertukaran pendapat yang lebih luas
dan interaksi antar kelas. Selanjutnya guru memberikan kuis untuk
mengetahui apakah siswa telah menguasai materi yang sedang dipelajari
yaitu tentang Turunan Fungsi dan dikerjakan secara individu. Skor siswa saat
mengerjakan kuis dijumlahkan dengan skor teman dalam kelompoknya.
Kelompok yang memiliki skor tertinggi mendapatkan penghargaan dari guru.
Penelitian Romee Nicker A. Capate and Minie Rose C. Lapinid, PhD
(2015) menggunakan desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk
menentukan kinerja matematika dari Siswa kelas 8. Desain ini adalah yang
paling tepat karena penelitian ini berkaitan dengan pencatatan dan tabulasi
data datang dengan hasil faktual menyatakan 1. Hasil tes formatif dan
Prestasi Matematika Test (MAT) menunjukkan bahwa prestasi siswa di
Awal dan di tingkat Mengembangkan untuk tiga bidang isi dari kelas 8
Matematika kurikulum.. 2. Isi Sebagian besar paling-menguasai dari Prestasi
Matematika Uji adalah karena non-alignment antara Tujuan dan Instruksi.
Ada ketidakseimbangan dalam sistem yang menyebabkan pembelajaran
permukaan miskin. Itu non-alignment ditandai inkonsistensi, belum
terpenuhi harapan, dan praktik yang bertentangan apa yang diberitakan. 3.
Dalam hal sifat penilaian, uji distraktor item yang menjawab lebih dari
jawaban yang benar hanya menunjukkan bahwa adalah distractors baik ini
mencerminkan bahwa mereka tidak masalah kritis pemecah untuk dapat
membedakan jawaban yang benar. Selanjutnya, akar penyebab
kesalahpahaman adalah retensi keterampilan yang dipelajari selama
instruksi.
Penelitian Abedi, J. (2010) menyatakan bahwa penilaian kinerja
adalah alternatif yang kuat untuk standar tradisional tes prestasi. Mereka
dapat melibatkan siswa ELL dalam tugas-tugas penilaian dan lebih
komprehensif menunjukkan pengetahuan mereka di daerah berbasis konten.
Penilaian ini juga menyediakan informasi yang lebih mendalam mengenai
kebutuhan akademik dan menciptakan lingkungan bagi siswa untuk terlibat
dalam lebih kognitif kegiatan merangsang. Selain itu, hasil dari penilaian
kinerja membantu kita memahami sifat kesenjangan kinerja antara ELL dan
siswa non-ELL untuk melihat apakah kontras seperti itu karena kurangnya
pengetahuan konten atau ketidakmampuan dalam bahasa Inggris penilaian
kinerja kemahiran sering dianggap lebih menarik bagi siswa dan untuk lebih
mencerminkan kegiatan di dalam kelas. Akibatnya, mereka meningkatkan
tingkat motivasi dan usaha untuk semua siswa, terutama untuk ELLs, yang
secara tradisional menghadapi situasi yang menantang dalam mengambil tes
prestasi standar dan membutuhkan lebih banyak dorongan dan dukungan
dalam usaha akademis mereka. penilaian kinerja membutuhkan siswa untuk
mengevaluasi dan memecahkan masalah yang kompleks, melakukan
penelitian, menulis secara ekstensif, dan menunjukkan belajar di proyek
yang memotivasi bagi siswa dalam mencapai tingkat tinggi belajar. penilaian
kinerja juga dapat menghasilkan informasi untuk tujuan diagnostik untuk
menilai apa yang tahu siswa. Siswa ELL sering menunjukkan minat yang
lebih besar dalam kelas dan belajar lebih banyak bila diperlukan untuk
mengatur fakta-fakta di sekitar konsep utama dan secara aktif membangun
pemahaman mereka sendiri dari konsep dalam beragam konteks. penilaian
kinerja dapat berkontribusi pada karir akademik siswa, terutama mereka
dengan kehidupan akademik yang menantang, dengan menginformasikan
instruksi dan mendukung pengajaran higherquality dan belajar. tugas-tugas
seperti juga instruksional, memungkinkan siswa untuk secara aktif terlibat
dalam kegiatan pembelajaran yang bermanfaat di dalam kelas. Dalam
pengaturan penilaian kinerja, siswa dapat didorong untuk mencari informasi
tambahan atau mencoba berbagai pendekatan, dan dalam beberapa situasi
untuk bekerja dalam tim. strategi penilaian ini menguntungkan siswa ELL
karena banyak variabel yang mempengaruhi negara dan nasional penilaian
skala besar memiliki sedikit dampak terhadap lingkungan belajar kelas.
Penelitian Dr.Vichian Puncreobutr ( 2016 ) menyatakan bahwa model
STAD pembelajaran kooperatif berguna dalam meningkatkan siswa
'matematika prestasi dan kemampuan pemecahan masalah belajar. Selain itu,
jelas bahwa ada perbedaan dalam skor bila dibandingkan dengan sebelum
dan setelah perawatan (mengajar Model STAD methods- koperasi belajar
dan pembelajaran berbasis masalah. Dan khususnya, antara kelompok
eksperimen dan kontrol, kelompok eksperimen dijamin skor tinggi dalam
belajar matematika prestasi dan kemampuan pemecahan masalah. Karenanya
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memainkan peran penting
dalam perkembangan siswa.
3. Tabel 2.1 Perbedaan Variabel Variabel Penelitian

No Nama X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
1 Dian Septi Nur Afifah (2012) x x
2 Ni Made Sunilawati, Nyoman x x x
Dantes, I Made Candiasa (2013)
3 Rivo Panji Yudha, M.Pd x x
(2016).
4 Nuril Munfaridah, Putri Rizky x x x
Hardita, Sentot Kusairi (2016)
5 Dewi Purwaningrum, dan x x x x
Sumardi (2016)
6 Romee Nicker A. Capate and x x x
Minie Rose C. Lapinid, PhD
(2015)
7 Abedi, J. (2010)) x x
8 Dr.Vichian Puncreobutr (2016 ) x x x
9 Peneliti x x x

Keterangan :
X1 = Penilaian Unjuk Kerja
X2 = Pembelajaran Matematika
X3 = Hasil belajar
X4 = Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
X5 = Pembelajaran Konvensional
X6 = Pembelajaran Berbasis Masalah
X7 = Kemampuan Awal
X8 = Motivasi
X9 = Pembelajaran Fisika
D. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan hasil yang optimal harus
menggunakan metode penelitian yang tepat. Ditinjau dari permasalahan
penelitian ini, yaitu tentang implementasi penilaian unjuk dan kendala-
kendala dalam pelaksanaan penilaian unjuk kerja, Maka jenis penelitian ini
bersifat kualitatif. Kajian kualitatif merupakan penelitian yang lebih
menekankan pada upaya investigator bentuk yang mengkaji secara natural
fenomena yang terjadi dalam keseluruhan kompleksitasnya (Sutama 2015:
61). Desain penelitiannya deskriptif. Menurut (Mahmud 2011: 100)
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mengamati permasalahan
secara sistematis dan akurat terhadap suatu fakta dan sifat objek tertentu.
Konsep istilah deskriptif bukan sekadar pengumbulan data, tabulasi dan
penuturan data. Sebenarnya sebagai metode penelitian deskriptif memiliki
pengertian yang lebih luas dan ciri khas yakni memusatkan diri pada masalah
masa sekarang dan aktual dan data yang diperoleh disusun, dijelaskan dan
dianalisis ini disebut metode analitik.
2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dijadikan untuk melakukan penelitian yaitu


SMP Muhammadiyah 1 Kartasura. Jl.Jendral Ahmad Yani, No. 221 RT.
001 RW. 09, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Waktu penelitian yang dilakukan di SMP N 1 Kartasura berlangsung


selama 5 bulan yang terhitung dari bulan Februari sampai bulan Juni 2017.
Dimulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyusunan
laporan :
1) Tahap perencanaan meliputi pengajuan judul, permihonan ijin riset,
pembuatan pedoman.
2) Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan selama pengumpulan data
berlangsung.
3) Tahap analisis data meliputi proses penyusunan data yang telah didapat
selama penelitian.
4) Tahap penyusunan laporan meliputi kegiatan menyusun laporaan datadata
yang telah di analisis.
N Kegiatan Februari Maret April Mei Juni
o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan
a. Penyusunan x x x x
proposal

b. Pembuatan x x
instrumen

2 Pelaksanaan x x X x x

3 Analiysis data X x x

4 Penyusunan laporan x x x

3. Data, Sumber Data, dan Narasumber


a. Data
Data merupakan informasi yang diperoleh berasal dari sumber data
dan berkaitan dengan penilaian unjuk kerja dalam pembelajaran
matematika. Jenis data ada dua yaitu data primer dan data sekunder.
a) data primer adalah data yang dikumpulkan dan diperoleh langsung
dari lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau orang yang
bersangkutan. Informan lapangan meliputi guru dan siswa.
b) Data sekunder adalah data tentang pelaksanaan penilaian unjuk kerja
SMP Muhammadiyah 1 Kartasura yang diperoleh secara tidak
langsung dari sumbernya, yaitu berupa buku-buku, makalah-
makalah, arsip, atau dokumen lain yang relevan (Prastowo, 2011:
211).
Objek penelitian ini, yaitu penilaian unjuk kerja pada pembelajaran
matematika. Indikator penilaian unjuk kerja pada pembelajaran
matematika 1) Siswa diberikan tugas-tugas terstruktur oleh guru, 2) Siswa
melaksanakan tes sesuai jadwal yang disepakati, 3) Guru melakukan
catatan perilaku harian pada siswa.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diambil (1) informan, yaitu siswa
dan guru, (2) tempat dan peristiwa dalam lingkungan SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura (3) arsip/dokumen yang berhubungan
dengan penelitian.
c. Narasumber
Narasumber penelitian ini adalah siswa dan guru SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura. Siswa yang menjadi subyek penerima
implementasi penilaian portofolio dalam pembelajaran matematika, yaitu
siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
4. Kehadiran Peneliti
Peneliti mengamati dan menganalisis penilaian unjuk kerja dalam
pembelajaran matematika dalam kelas secara bertahap. Selama penerapan
fokus penelitian berlangsung, peneliti hadir sebagai perencana, pengamat,
pengumpul dan penganalisis data sekaligus pelapor dari hasil penelitian.
Tujuan penelitian ini dapat tercapai dengan adanya keseimbangan antara
komponen penelitian meliputi siswa, guru, lingkungan, serta faktor lain
terkait fikus penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu cara mendapatkan suatu data yang akan
diolah dan diteliti untuk diambil kesimpulan. Pengumpulan data
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
yang memberi informasi langsung kepada pengumpul data, sedangkan
sumber sekunder adalah yang tidak bisa memberi informasi langsung
langsung kepada pengumpul data seperti lewat dokumen, orang lain, dan
sebagainya (Prastowo, 2011: 211). Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan lapangan,
dokumentasi, dan penugasan.
a) Observasi
Menurut Sutama (2015: 92) observasi adalah menghimpun data
dan informasi melaui pengamatan yang dilakukan dengan memperhatikan/
melihat dan/atau mendengarkan orang atau peristiwa. Teknik observasi
digunakan untuk mendapatkan data awal, yakni untuk mengetahui
keadaan sekolah maupun pembelajaran dikelas sebelum diadakan
penelitian. Teknik Observasi dalam penelitian ini adalah teknik dengan
menerapkan pencatatan berkala atau incidental record, dimana pencatatan
dilakukan menurut urutan kejadian dan urutan waktu yang tidak dilakukan
terus menerus melainkan pada waktu tertentu dan terbatas pada jangka
waktu yang ditetapkan untuk tiap tiap kali pengamatan.
Berkaitan dengan jenis observasi yang digunakan, peneliti
menggunakan metode observasi langsung di SMP Muhammadiyah 1
Kartasura. Pengamatan dilakukan secara lagsung di SMP Muhammadiyah
1 kartasura dimana obyek penelitianya pelaksanaan penilaian unjuk kerja
pada mata pelajaran matematika kelas VIII A SMP Muhammadiyah 1
Kartasura.
b) Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk menghimpun data mengenai
fokus yang diteliti dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung
yang disusun secara sistematis. Menurut (Nurgiantoro, 2012: 96)
wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuka
mendapatkan informasi dari responden (peserta didik dan guru) dengan
melakukan tanya jawab sepihak. Teknik wawancara juga berfungsi untuk
mengetahui dan memvalidasi data yang diperoleh dari responden.
Wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang
pelaksanaan unjuk kerja. Dalam peneilitian ini peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa petanyaan pertanyaan yang ditujukan kepada
guru matematika SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.
Peneliti akan mengadakan wawancara secara terbuka dengan
informan guru matematika kelas VIII A SMP Muhammadiyah 1
Kartasura, yang mana wawancara terbuka adalah wawancara dimana para
subyek tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui maksud
dari wawancara tersebut.
c) Arsip/dokumen
Arsip/dokumentasi merupakan informasi tertulis yang dapat
menjadi bukti dan membantu peneliti untuk mengklarifikasi kebenaran
data yang diperoleh dengan teknik lainnya misal wawancara, observasi,
penugasan dan sebagainya. Menurut Sutama (2015: 169) metode
dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memanfaatkan dokumentasi atau arsip-arsip atau catatan-
catatan sebagai sumber data.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber adalah nilai dari siswa
meliputi nilai tugas-tugas terstruktur, nilai tes, dan nilai catatan perilaku
harian siswa.
6. Keabsahan Data

Menurut Sutama (2015: 87) validitas merupakan kebenaran dan kejujuran


suatu gambaran, penjelasan, interpretasi, dan kesimpulan yang diperoleh dari
suatu laporan penelitian.Validitas itu sebaiknya di evaluasi dalam
hubungannya dengan tujuan, latar dan lingkungan penelitia, bukan hanya
berkaitan dengan metode yang bebas kontekstual. Oleh karena itu validitas ini
tidak absolut tetapi relatif. Dalam penelitian ini data data yang terkumpul
akan diperiksa dengan menggunkan teknik triangulasi data untuk mengecek
keabsahan data. Triangulasi menurut Moelong (2010: 330) adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi ini dilakukan
untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan
data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan
metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang
diberikan ketika di-interview.

7. Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan secara induktif, dimana penelitian tidak dimulai
dari teori, melainkan fakta empirik dilapangan. Peneliti terjun langsung ke
lapangan, mempelajari, menganalisa, dan menarik kesimpulan terhadap apa
yang terjadi di lapangan. Analisis data dilakukan dari awal sampai akhir
penelitian sesuai dengan waktu yang direncanakan. Data yang digunakan
bersumber dari siswa, guru, dan arsip/dokumen lain yang berhubungan
dengan fokus penelitian. Seluruh data tersebut dikaji kemudian dibuat
rangkuman. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif, interaktif dengan
bahasa komunikatif dan disertai bukti – bukti yang relevan sebagai
pendukung fakta yang disampaikan. Tekik analisis data meliputi :
a) Reduksi data
Reduksi data adalah kegiatan memilah data, dimana data yang
kurang penting akan dihilangkan, sehingga memudahkan peneliti untuk
melaksanakan penelitian.
b) Penyajian data
Dalam tahap ini data disajikan dalam bentuk kata kata, angka,
tabel sebagai suatu ilustrasi terhadap apa yang telah diteliti.
c) Penarikan kesimpulan
Kesimpulan didapat dari berbagai data yang telah diperoleh,
kesimpulan harus berhubungan dengan tujuan penelitian.

Tabel metode penelitian


Daftar Pustaka

Afifah, i. S. (2012). Interaksi belajar matematika siswa dalam pembelajaran


kooperatif tipe STAD. PEDAGOGA, 145-151.

Budimansyah, D. (2003). Model Pembelaaran Berbasis Portofolio. Bandung:


Genesindo

Budimansyah, D. (2012). Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Potofolio.


Bandung: Genesindo.

Hamzah, M. d. (2014). Perencanaan dan Strategi pembelajaran matematika. jakarta:


Raja Grafindo.

Iriyanti, P. (2004). Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta: Depdiknas.

J, Abadi. (2010). Performance Assasment for English Language Learner. SCOPE, 1-


5.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Maskur, M. (2007). Matematicall intelegency. Yogyakarta: Ar.Ruzz Media.

Moelong, Lexy J. 2010 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdyakarya.

Munfida, N. (2016). Pengembangan Performance Assesment berbantuan komputer


pada materi Optik, Kalor dan Listrik. Edu-Sains, 1.
Nicker, R. (2015). Assesing the mathematics performance of grade 8 students as
basing Enhacing Instruction and Aligning with K to 12 Curriculum. Dalsu
Researh Congresh, 2-4.

Nurgiantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.


Yogyakarta : BPFE.

Puncreobutr, V. (2016). Assesing the Effectiveness of STAD model and problem


bassed learning Achievent and Problem Solving Ability. Education and
Practice, 2.

Purwaningrum, D. (2016). Efek Strategi Pembelajaran ditinjau dari kemampuan awal


matematika terhadap hasil belajar matematika kelas XI IPS . ISSN, 1907-
4034.

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia

Setianingsih, hesti. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


pada pembelajaran matematika (online)http://p4t matematika.org/fasilitasi/
21-
pendekatan kooperatif STAD.pdf.Diakes Juni 2012.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineha


Cipta.

Suherman, E. (2001). Strategi Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Sunilawati, N. (2013). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap


hasil belajar matematika ditinjau dari kemampuan numerik siswa kelas IV SD
. e-Jurnal, 3.

Supratiknya, A. (2012). Penilaian Hasil Belajar Non Tes. Yogyakarta: Universitas


Sanata Darma.

Suprijono, A. (2012). Cooperatif Learning & Aplikasi PAIKEM . Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Sutama. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D).
Surakarta : Fairuz Media.

Usman H. B. 2004. Strategi Pembelajaran Kontenmporer Suatu Pendekatan Model.


Cisarua:Tadulako University Press

Wulan, A. R. (2008). Permasalahan yang dihadapi oleh guru sains dalam


melaksanakan assasment kerja di SMP. Bandung.

Yudha, R. P. (2016). Pengembangan Assesmen otentik unjuk kerja materi bangun


ruang di sekolah dasar kota Cirebon. ISSN, 20

Anda mungkin juga menyukai