Abstract
The purpose of this research is to examines the effectiveness of quantum teaching learning by
comparing the final results between students who use quantum teaching learning and without use
quantum teaching learning at elementary school level learning. This research use a quasi-
experimental research with a quantitative approach. The research design was Posttest Only Control
Group Design by using quantum teaching learning in the experimental group discussion and lecture
method in the control group. The population was all students in six grade of SDN Pojoksari
academic year 2015/2016. The sampling technique used was cluster random sampling. Data
collection methods used in this research is documentation and testing. Analysis data techniques in
this research using t-test significance level of 5%. The result of this research is quantum teaching
learning effective applied to elementary school mathematics courses.
upaya yang dilakukan secara sadar untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti
meningkatkan sumber daya manusia. pelajaran. Pembelajaran yang digunakan guru
Pendidikan dalam ranah pendidikan dasar hanya bersifat klasikal dengan metode
baik SD/Madrasah Ibtidaiyah, dilakukan ceramah. Siswa hanya bisa mendengarkan dan
untuk memberikan bekal berupa ilmu mencatat materi yang disampaikan oleh guru
pengetahuan dan keterampilan untuk tanpa melibatkan siswa secara langsung,
mengembangkan cara berpikir (Dirman, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan dalam
2015: 47). Salah satu alat untuk mengikuti pembelajaran. Hal tersebut akan
mengembangkan cara berpikir siswa adalah mengurangi tingkat pemahaman siswa
melalui pelajaran matematika. Karena dalam terhadap materi yang diajarkan, sehingga
pembelajaran matematika siswa dituntut berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
untuk mengembangkan potensi berpikir Salah satu penyebab dari berbagai
secara logis. Oleh karena itu, matematika masalah tersebut adalah ketidaktepatan model
sangat diperlukan baik dalam kehidupan pembelajaran yang digunakan pada saat
sehari-hari maupun dalam menghadapi pembelajaran matematika. Model
kemajuan jaman. Sehingga matematika perlu pembelajaran yang digunakan guru sangat
dibekalkan kepada peserta didik sejak SD, penting dalam meningkatkan prestasi belajar
bahkan sejak TK (Solikhah, 2014: 737) siswa (Kosasih, 2013). Dalam hal ini
Pada kenyataannya prestasi belajar kehadiran guru dalam kegiatan pembelajaran
matematika di Indonesia masih rendah. Hal memegang peranan penting. Guru harus
ini dapat dilihat pada survei melalui mampu mengembangkan pengetahuan,
programme For International Student pemahaman, dan keterampilan siswa untuk
Assessment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dijadikan bekal dalam menghadapi segala
dari 41 negara yang disurvei untuk bidang ketimpangan yang terjadi di masyarakat.
matematika Indonesia menempati peringkat Selain itu, guru harus mampu memilih
39. model pembelajaran yang menyenangkan
Rendahnya prestasi belajar matematika di dalam proses pembelajaran, karena model
Indonesia juga dialami siswa SD Negeri yang pembelajaran yang tepat dan menarik
ada di Kabupaten Magetan. Hal ini dapat membuat suasana belajar mengajar menjadi
dilihat dari hasil wawancara dengan salah satu nyaman, sehingga memungkinkan setiap
kepala sekolah di SDN Pojoksari Kabupten siswa untuk mudah dalam menerima dan
Magetan yang menunjukkan bahwa selama menyerap materi pelajaran dengan benar
proses pembelajaran matematika siswa Deporter (2010). Model pembelajaran yang
cenderung ramai sendiri, tidak dipilih diharapkan mampu mengembangkan
memperhatikan guru di depan, sampai dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Ada
keefektifan tidak nampak pada proses beberapa model pembelajaran yang bisa
pembelajaran. Selain permasalahan yang digunakan untuk meningkatkan prestasi
berasal dari siswa ternyata juga ada belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
permasalahan dari tenaga pendidiknya, hal ini Model pembelajaran tersebut diantaranya
terlihat bahwa pada saat proses pembelajaran adalah Quantum Teaching Learning.
guru kurang efektif dalam menggunakan Quantum Teaching Learning adalah
model pembelajaran, sehingga kurang model pembelajaran yang menyenangkan
132 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 2, Desember 2017: 131 - 135
e-ISSN: 2503-3530 p-ISSN: 2406-8012
experts dan validitas butir soal korelasi Tabel 3. Rangkuman Uji Prasyarat
Uji Jenis Uji Hasil Keputusan Kesimpulan
product moment dari Karl Pearson. Uji
Normalitas H0
reliabilitas menggunakan rumus Alfa Lilliefors 0,156 Data normal
Kontrol diterima
Cronbach, uji normalitas menggunakan Normalitas
Lilliefors 0,136
H0
Data normal
Kolmogorov-Smirno, uji homogenitas Eksperimen diterima
H0 Data
menggunakan Levene’s, uji hipotesis Homogenitas Barlett 1.31
diterima Homogen
menggunakan Uji-t dengan taraf signifikansi
5%. Hipotesis uji-t sebagai berikut:
H0: 1 2 (prestasi belajar matematika
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan model Quantum
Penelitian dilakukan dengan terlebih
Teaching Learning tidak lebih baik dari
dahulu menguji keseimbangan rata-rata antara
pada yang tidak menggunakan Quantum
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Teaching Learning)
Uji keseimbangan yang dilakukan
menggunakan uji-t. Uji prasyarat untuk uji-t H1: 1 2 (prestasi belajar matematika
yang dilakukan menunjukkan bahwa masing- menggunakan model Quantum
masing kelompok perlakuan berasal dari Teaching Learning lebih baik dari pada
populasi yang berdistribusi normal dan yang tidak menggunakan Quantum
memiliki variansi yang sama, Teaching Learning)
Sedangkan uji-t yang dilakukan
menunjukkan bahwa rerata kemampuan awal Uji hipotesis diperoleh hasil t obs 2,799
dari kedua kelompok perlakuan adalah sama dan t tabel 1,960 . Ini berarti H0 ditolak,
(seimbang). Dengan demikian dapat sehingga disimpulkan bahwa prestasi belajar
disimpulkan bahwa masing-masing kelompok matematika menggunakan model Quantum
perlakuan layak untuk diberikan perlakuan. Teaching Learning lebih baik dari pada yang
tidak menggunakan model Quantum Teaching
Tabel 2. Rangkuman Rata-Rata Prestasi Belajar
Matematika Learning. Hal ini sesuai dengan hipotesis
Nilai yang disusun.
Model Jumlah
Pemb siswa Terendah Tertinggi
Rata- Siswa yang diberikan model
rata
pembelajaran Quantum Teaching Learning
Kontrol 15 52.00 76.00 65,38
dan tidak diberikan model pembelajaran
Eksperimen 17 52.00 80.00 70,00
Quantum Teaching Learning memiliki
prestasi belajar yang berbeda. Hal ini dapat
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian
dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh
menggunakan uji-t yang sebelumnya ada uji
siswa. Siswa yang diberikan model
prasyarat yang menunjukkan bahwa sampel
pembelajaran Quantum Teaching Learning
berasal dari populasi berdistribusi normal dan
memiliki rata-rata 84,75 dan yang tidak
memiliki variansi yang sama yang
diberikan Quantum Teaching Learning
ditunjukkan pada Tabel 3.
memiliki rata-rata 76,56. Dari nilai rata-rata
yang diperoleh dapat diketahui bahwa prestasi
belajar siswa yang diberikan pembelajaran
dengan model pembelajaran Quantum
134 Profesi Pendidikan Dasar, Vol. 4, No. 2, Desember 2017: 131 - 135
e-ISSN: 2503-3530 p-ISSN: 2406-8012
DAFTAR PUSTAKA
Deporter Bobbi, Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie. 2010. Quantum Teaching. Bandung:
Kaifa 34.
Deporter Bobbi dan Mike Hernacki. 2015. Quantum Learning. Bandung: Mizan Pustaka.
Dirman dan Cicih Juarsih. 2014. Pengembangan Potensi Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Kosasih, Nandang dan Dede Sumarna. 2013. Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi
Kecerdasan. Bandung: Alfabeta.
Permana, dkk. 2016. Keefektifan Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Kreatifitas dan
Hasil Belajar Matematika Kelas III SDN Peterongan Semarang. Jurnal Profesi
Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 2, 2016, p. 154.
http://journals.ums.ac.id/index.php/ppd/article/view/3968/3515
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Trisnawati dan Dhoriva Urwatul Wutsqa. 2015. Perbandingan Keefektifan Quantum Teaching
dan TGT pada Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Prestasi dan Motivasi. 2 (2): 305.