PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan
bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuaan dan teknologi yang sangat pesat dan
pendidikan untuk mencapai tujuan umum pendidikan dan tujuan sekolah itu
sistem pendidikan dilakukan tidak hanya untuk sarana fisik saja seperti
penambahan ruang kelas tetapi juga sarana non fisik seperti peningkatan
kualitas tenaga pendidik yaitu guru. Dalam hal ini, guru mempunyai peran
1
2
Mengingat begitu pentingnya peran guru bagi peserta didik, maka perlu
input, proses, dan output itu sendiri. Proses pembelajaran yang dirancang baik
dengan penerapan antar komponen yang ada di sekolah akan membuat siswa
mudah untuk memahami materi yang diajarkan oleh guru, sehingga dapat
(Suprijono, 2014: 5). Hasil belajar siswa tentunya tidak terlepas dari proses
Berdasarkan hasil ulangan harian pada materi pecahan yang disajikan dalam
75 – 79 3 10,71
70 – 74 1 3,58
65 – 69 0 0
60 – 64 2 7,14
55 – 59 3 10,71
50 – 54 7 25,00
45 – 49 0 0
40 – 44 12 42,86
Jumlah 28 100
Sumber data : Daftar nilai siswa/i semester genap kelas IV SDN 15 SP 3 Pandan
tahun pelajaran 2014/2015
Hasil pengamatan di atas diperoleh hasil, dari 28 anak, 4 siswa atau 14%
mencapai batas ketuntasan yaitu memperoleh nilai di atas 65, dan sebanyak 24
siswa atau 86% masih di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),
hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa kelas IV pada materi
ulangan harian kelas IV pada materi pecahan masih di bawah standar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), yang mana standar yang ditetapkan pada sekolah
tersebut adalah 65. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya
pembelajaran.
pengetahuan secara utuh dari guru kepada siswa. Meskipun terkesan baik
namun terkadang membuat siswa merasa bosan, tidak aktif dan kurang
4
kelas.
hanya memberitahu siswa apa yang dilakukan (Uno, 2012: 50). Oleh karena
alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar memiliki peran sangat
“Memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir
objek yang di tangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika pada
materi pecahan yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media,
peragaan, dan dengan pemodelan berupa contoh konkret dari seorang guru atau
5
dari siswa itu sendiri, sehingga akan lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh
siswa.
modeling the way pada materi pecahan. Metode modeling the way merupakan
cara belajar aktif yang diterapkan oleh guru dalam penyampaian materi dengan
pada akhirnya didemonstrasikan. Ada pun kelebihan dari metode modeling the
way yaitu 1) membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
melalui pengamatan dan contoh yang konkrit, 7) Memberi motivasi yang kuat
untuk siswa agar lebih giat belajar, dan 8) siswa dapat berpartisipasi aktif serta
Modeling The Way pada Materi Pecahan Kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 15
B. Fokus Penelitian
penelitian yang sedang dilakukan. Fokus dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Aktivitas belajar siswa dengan metode modeling the way pada materi
2015/2016
3. Respon siswa dengan metode modeling the way pada materi pecahan kelas
C. Pertanyaan Penelitian
3. Bagaimanakah respon siswa dengan metode modeling the way pada materi
2015/2016?
7
D. Tujuan Penelitian
umum dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dan kejelasan
metode modeling the way pada materi pecahan kelas VI di Sekolah Dasar
1. Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa dengan metode modeling the way
3. Untuk mengetahui respon siswa dengan metode modeling the way pada
Pelajaran 2015/2016.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
dengan ilmu yang penulis tekuni yaitu Pendidikan guru sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
ajarkan
berikut :
mengajar.
pembelajaran.
c. Bagi sekolah
d. Bagi peneliti
dilakukan.
meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode modeling the way pada
F. Definisi Istilah
sebagai berikut:
Hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil dari proses belajar
mengajar guru dan belajar siswa. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai
sudah diajarkan.
10
Metode modeling the way adalah cara yang diterapkan guru dalam
c. Bilangan pecahan
penyebut. Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.
penyebut.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
akan tetapi antara keduanya terdapat hubungan yang erat sekali. Belajar
(dalam Sagala 2008: 13) belajar adalah “Suatu proses dimana suatu
dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
maka belajar seperti ini disebut ‘rote learning’. Kemudian jika yang telah
12
mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedang dalam
Haris, 2013: 14) hasil belajar adalah “Kemampuan yang diperoleh anak
waktu tertentu (Sudjana dalam Jihad dan Haris, 2013: 15). Sejalan
dengan hal tersebut menurut Hamalik (2010: 27) “Hasil belajar bukan
1. Pengetahuan/ingatan (Knowledge)
2. Pamahaman (Comprehension)
sendiri.
3. Penerapan/aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
hubungan antara yang satu dengan yang lain, sehingga struktur dan
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
tertentu.
tersebut adalah:
kelas?
dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan
pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa:
menyeluruh?
prilaku dirinya?
yang membahas tentang perilaku dan proses mental. Teori belajar dapat
belajar mengajar (Sani, 2015: 2). Teori belajar bertitik tolak pada suatu
belajar adalah:
melingkupinya
20
pembelajaran
Sejalan dengan hal tersebut menurut Sagala (2008: 42) “Rumpun teori
1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat
secara aktif
21
tertentu
atau tidak
menuju kompleks
tampak
atau diukur.
a. Pengertian Metode
tahapan tertentu”.
23
memberi model tentang cara belajar. Guru memberi contoh tentang cara
maupun yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan dengan cara untuk
dilakukan oleh guru atau peserta didik itu sendiri (Hanafiah dan Suhana,
2010: 74).
gaya mengajar dimana guru terlihat aktif dalam mengusung isi pelajaran
(Silberman dalam Palowa, 2014: 5). Modeling the Way merupakan model
24
baru di terangkan.
kerja masing-masing
25
kalimat),
7. Memberi motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar,
tidak efektif,
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu
siswa,
4. Materi Pecahan
banyaknya bagian dari suatu benda utuh yang dibagi menjadi bagian-
Contoh:
Sebuah kertas origami dibagi sama besar untuk dua anak. Masing-
1 1
masing anak mendapat bagian. Pada bilangan pecahan angka 1
2 2
a b c d
1 1 5 4
4 3 8 6
1
pecahannya adalah
4
1
adalah
3
5
adalah
8
4
adalah
6
1 1 1
3 3 3
29
1
Maka tiap potong besarnya
3
1.
1 2
3 3
1 2 1 2
< dibaca kurang dari
3 3 3 3
2.
3 5
6 6
3 5 3 5
< dibaca kurang dari
6 6 6 6
Contoh
1 3
a. ... perhatikan kedua pembilangnya, 1 kurang dari 3
7 7
30
1 3
Jadi <
7 7
5 2
b. ... perhatikan kedua pembilangnya, 5 kurang dari 2
8 8
5 2
Jadi <
8 8
Contoh:
3 5 1 4 6 2
, , , , ,
6 6 6 6 6 6
1 2 3 4 5 6
, , , , ,
6 6 6 6 6 6
6 5 4 3 2 1
, , , , ,
6 6 6 6 6 6
Contoh
31
5 3 2 1 6 4
Letakkan pecahan , , , , , dan pada garis bilangan!
6 6 6 6 6 6
1 2 3 4 5
Urutkan pecahan dari yang terkecil ke terbesar yaitu , , , ,
6 6 6 6 6
6
dan
6
Letak pecahan yang telah diurutkan pada garis bilangan mulai dari
sebelah kiri.
1 2 3 4 5 6
0
6 6 6 6 6 6
1
0 1
2
1 2 3 4
0
4 4 4 4
1 2 3
0
3 3 3
1 2 3 4
pecahan yang sama besar, yaitu = dan =
2 4 3 4
X 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
2 2 4 6 8 10
3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25
Contoh
Dari tabel perkalian dapat ditentukan pecahan senilai berikut ini:
2 4 6
= =
3 6 9
1 … … …
1. = = =
2 … … …
Jawab:
1x 2 2 1x 3 3 1x 4 4
= atau = atau =
2x 2 4 2x 3 6 2x 4 8
1 3 4
Jadi, = = dan seterusnya
2 6 8
2 … … …
2. = = =
3 … … ….
Jawab
2x 2 4 2x 3 6 2x 4 8
= atau = atau =
3x 2 6 3x 3 9 3 x 4 12
terdapat jurnal yang membahas tentang hasil belajar siswa dan model modeling the
33
melalui penggunaan model pembelajaran aktif tipe modeling the way dapat
pembelajaran aktif tipe modeling the way persentase keaktifan metrik siswa
way pada siklus I meningkat menjadi 44,06% dan pada siklus II meningkat
menjadi 74,68%. Sehingga model pembelajaran aktif tipe modeling the way
dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu dalam proses pembelajaran guna
pada siklus I 78,01% dan samapai siklus II meningkat menjadi 88,97%. Hal
way mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor belajar siswa
34
pada pada mata pelajaran IPS tema cita-citaku di SDN No.80 Kota Tengah. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil observasi awal rata-rata siswa yang tuntas hanya
sebesar 42% meningkat pada siklus I menjadi 45,45%, namun belum mencapai
afektif dan psikomotor belajar yaitu sebesar 90,91% dengan daya serap seluruh
cocok untuk pemeranan lakon, karena cara ini tidak begitu mengancam atau
membuat siswa grogi. Siswa diberi banyak waktu untuk membuat skenario
yang mereka miliki. Strategi pembelajaran akan memberikan hasil yang lebih
baik jika didukung dengan model pembelajaran yang lebih spesifik sesuai
banyak dikaji, namun dalam penelitian kali ini penulis melanjutkan dari
35
penelitian yang sudah ada dari penerapan metode modeling the way untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, dengan rancangan yang siswa buat sendiri
dimilikinya.
C. Kerangka Berfikir
belajar siswa khususnya pada materi pecahan kurang memuaskan dan metode
pengetahuan secara utuh dari guru kepada siswa. Meskipun terkesan baik
(tanpa memikirkan) dengan kecepatan 400 hingga 500 kata per menit”. Siswa
Tahap perkembangan anak pada usia 7-11 tahun menurut Piaget (dalam
Sutirna, 2013: 29) “Proses berfikir anak harus konkret dan belum bisa berfikir
metode yang cocok dalam pembelajaran di kelas. Pemilihan metode yang tepat
disertai dengan penggunaan media yang efektif akan membuat siswa memiliki
Metode modeling the way merupakan cara yang diterapkan oleh seorang
keterampilan yang siswa miliki melalui pemodelan yang dilakukan dengan cara
demonstrasi.
Hasil belajar siswa akan meningkat apabila aktifitas belajar siswa terlibat
secara aktif sehingga akan membuat siswa berkesan dan menumbuhkan respon
siswa yang sangat baik. Maka diterapkannya metode modeling the way supaya
konkret karena siswa terlibat langsung dalam kegiatan, selain itu juga siswa
D. Hipotesis Tindakan
penelitian ini yaitu dengan penerapan metode modeling the way pada materi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
data statistik (Sugiyono, 2013: 13). Hal ini dikarenakan data hasil penelitian
statistik.
1. Metode Penelitian
40
dan fakta yang terdapat dalam kehidupan sosial secara mendalam (Saebani,
2008: 89).
2015/2016.
2. Bentuk Penelitian
di sekolah.
terus menerus.
pandang dilihat dari segi problema yang harus dipecahkan dan dilihat
dari bentuk penelitian itu sendiri (Arikunto dkk, 2014: 108). Uraiannya
sebagai berikut:
tindakan.
berikut:
berkelanjutan.
kaidah ilmiah.
rill
hasil pembelajaran
pembelajaran
tindakan kelas. Manfaat itu antara lain dilihat dan dikaji dalam beberapa
1) Inovasi pembelajaran
adalah bahwa dalam tahap ke dua ini pelaksanaan guru harus ingat
kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah "refleksi" dari kata bahasa
hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang
belum.
dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain
kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Hal
berikut:
Perencanaan
Pengamatan
perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
48
SIKLUS II
bahwa setiap siklusnya dapat diamati lebih spesifik hasil yang diperoleh
1. Tahap Siklus I
a. Tahap Perencanaan
b. Tahap Pelaksanaan
sebagai berikut:
siswa.
dipelajari
c. Tahap Pengamatan
d. Tahap Refleksi
2. Siklus II
51
a. Perencanaan tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
yang telah disusun. Pada tahap pelaksanaan siklus ini dapat diuraikan
berikut :
oprasi perkalian.
pemodelan
siswa.
dibuat.
d. Tahap Refleksi
sebagai bahan refleksi. Tahap refleksi pada siklus ini bertujuan untuk
C. Latar Penelitian
2016 bahwa terdapat masalah terhadap hasil belajar siswa kelas IV pada materi
Menurut Arikunto (2013: 161) data adalah “Hasil pencatatan baik berupa
fakta maupun angka”. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-
kata yang diucapkan secara lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan
oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian yang
berkenaan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data-data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat dan lain
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer berupa ungkapan wali kelas IV ketika proses belajar
dibawah KKM. Hal tersebut dibuktikan dengan data sekunder berupa dokumen
grafis yang berbentuk tabel berisi hasil belajar siswa kelas IV diambil dari
a. Teknik Observasi
observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi,
sehingga observer tinggal memberi tanda ada atau tidak dengan tanda cek
b. Pengukuran
soal.
menjawab maka jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
daftar cocok (check list). Daftar cocok (check list) adalah deretan
56
tempat yang telah disediakan (Arikunto, 2009: 29). Angket yang telah
b. Lembar Observasi
memberi tanda check list ( √ ) pada kolom yang disediakan. Check List
adalah pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang
Tidak dengan tanda cek (√ ) tentang aspek yang dinilai (Sanjaya, 2006:
191).
c. Soal Tes
informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat yang lain, tes ini bersifat
sebagai pengumpul data adalah soal tes dengan bentuk pilihan ganda
selanjutnya.
d. Angket
yaitu menggunakan skala likert berupa Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Berpendapat (TB), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju
(STS).
F. Keabsahan Data
58
cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok.
pemberi data. Dalam diskusi kelompok tersebut, mungkin ada data yang
lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan
memberchek.
1. Lembar observasi
observasi tersebut.
2. Soal tes
59
meminta pendapat dari ahli (judgement expert). Dalam hal ini setelah
3. Angket
Setelah proses pengumpulan data tahap selanjutnya adalah tahap analisis data.
n
Np = x 100%
N
Keterangan:
Np = nilai presentase
n = skor yang diperoleh
N = jumlah seluruh skor
adalah 65. Ketuntasan belajar siswa secara individu dicapai bila siswa telah
ketuntasan klasikal mencapai ≥ 85% dari jumlah seluruh siswa” (Ansori dan
Nilai siswa
B
S = N x 100
Keterangan :
S = nilai siswa
B = jumlah jawaban benar
N = jumlah soal
(Arifin, 2012: 229)
berikut
f
P=
n
X 100%
62
Keterangan:
P = Presentase
f = frekuensi
n = number of Cases (banyaknya individu)
ini:
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN
orang yang terdiri dari 4 orang perempuan dan 4 orang laki-laki dengan
B. Persiapan Penelitian
1. Menyusun RPP
divalidasi agar tujuan pengajaran sesuai dengan indikator materi yang akan
disampaikan.
mengambil daftar nilai peserta didik yang berupa soal tugas yang disusun
berdasaran kisi-kisi dengan tingkatan taksonomi Bloom C1, C2, dan C3.
Soal tes terlebih dahulu divalidasi agar soal tes yang dibuat valid sehingga
Pada saat kegiatan penelitian yang bertindak sebagai guru adalah peneliti
dan yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas. Penelitian ini dilakukan
dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan pembagian jadwal sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Jadwal Penelitian
No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
6 Rabu, 25 Mei 2016 09.00 – 10.10 Memberikan soal tes siklus II dan
angket respon siswa
65
C. Hasil Penelitian
Hasil penelitian terdiri atas 2 tahapan yaitu, pelaksanaan penelitian dan hasil
1. Pelakasanaan Penelitian
a. Siklus I
hari Rabu pukul 09.00 - 10.10 dan pertemuan kedua yaitu hari Kamis
siswa
66
1
selanjutnya guru menunjukkan pecahan . Guru membagi 1 kertas
4
1 2 3
pecahan , , dan menggunakan kertas origami. Tahap selanjutnya
2 4 6
warna kertas origami yaitu merah, biru, hijau, hitam, dan kuning.
3
Siswa bekerja dalam kelompok membuat sekenario pecahan yang
4
diberi waktu 5-7 menit untuk berlatih menerapkan skenario yang telah
1 2
beberapa bagian membentuk pecahan dan selanjutnya guru
3 3
3 1
origami membentuk pecahan , dan . Tahap selanjutnya siswa
4 4
2 3
kelompok membuat skenario membandingkan pecahan dan
4 4
68
4 2 3 1
, , , dan . Siswa diberi waktu 5-7 menit untuk berlatih
4 4 4 4
3) Pengamatan (Observation)
I yaitu:
a. Hasil observasi
modeling the way dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2
Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola
69
Pembelajaran Siklus I
No Pertemuan
Kategori Penilaian I II
(%) (%)
1 Pendahuluan 100 100
Kegiatan inti (keterlaksanaan
2 50 70
metode modeling the way)
3 Penutup 66,66 66,66
Rerata % pertemuan 72,22 78,88
Rerata % siklus 75,55
n
Jumlah hasil observasi = x 100%
N
Tabel 4.2 menunjukkan siklus I pertemuan pertama pada
bawah ini:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pertemuan
Hasil pengamatan
I II
Total skor 213 246
Persentase 65,54% 75,69%
Rata-rata 70,62%
nilai hasil belajar siswa pada siklus I seperti pada Tabel 4.4 berikut
ini.
1 Nilai Tertinggi 85
2 Nilai Terendah 55
3 Rata-rata 67,8
4 Nilai Klasikal 84%
(21 siswa)
Kategori Baik
Dengan memperhatikan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa
4) Refleksi
72
di kelas
menjadi formasi U
diskusi
b. Siklus II
klasikal hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 84% sedangkan target
berikut
materi, serta sumber belajar, dan media berupa kartu pecahan, garis
jawaban.
meletakkan kartu pecahan pada garis bilangan sesuai dari urutan yang
kelompoknya.
belajar di rumah.
respon siswa.
3) Pengamatan (Observation)
II yaitu:
76
a. Hasil observasi
Tabel 4.5
Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengelola
Pembelajaran Siklus II
No Pertemuan
Kategori Penilaian I II
(%) (%)
1 Pendahuluan 100 100
Kegiatan inti (keterlaksanaan
2 90 100
metode modeling the way)
3 Penutup 100 100
Rerata % pertemuan 96,66 100
Rerata % siklus 98,33
n
Jumlah hasil observasi = x 100%
N
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Pertemuan
Hasil Pengamatan
I II
Total skor 279 307
Persentase 85,85% 94,46%
Rata-rata 90,15%
selanjutnya.
1 Nilai Tertinggi 85
2 Nilai Terendah 60
3 Rata rata 73,2
96%
4 Nilai Klasikal
(24 siswa)
Kategori Baik
4) Refleksi
pelajaran
saat diskusi
peningkatan hasil belajar antara siklus I dan siklus II. Pada siklus I
tes, 24 siswa sudah mencapai nilai KKM atau 96% ketuntasan klasikal
D. Pembahasan
0.966600000000
006 1 0.9833
100.00%
90.00%
80.00% 0.7888 0.7555
70.00% 0.7222
60.00%
50.00% Siklus I
40.00% siklus II
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pertemuan 1 pertemuan 2 rerata
(kategori baik) dan siklus II sebesar 98,33% (kategori sangat baik), sehingga
dengan maksimal kepada siswa saat diskusi. Menurut Sani (2015: 8-9) peran
pertama dan kedua) dan siklus II (pertemuan pertama dan kedua) ada tiga
belas aspek yang diobservasi, kemudian pada setiap siklus I dan siklus II
halaman 152. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
0.9446000000
100.00% 00007
90.00% 0.8585 0.9015
0.7569000000
80.00% 00008
0.655400000000001
70.00% 0.7062
60.00%
pertemuan 1
50.00%
pertemuan 2
40.00%
rata-rata
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Siklus I Siklus II
baik) terjadi peningkatan sebesar 19,53%. Siswa telah aktif, fokus dan
memiliki rasa percaya diri, hal tersebut terlihat ketika melakukan presentasi
Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa antara siklus I dan siklus II,
74
73 73.2
72
71
70
69 rata-rata
67.8
68
67
66
65
siklus 1 siklus 2
gambar maka dapat dilihat peningkatan yang diperoleh antara siklus I dan II
sebagai berikut:
84
siswa pada siklus I yaitu sebesar 84% (kategori baik) dengan rata-rata
mencapai 67,8 dan hasil belajar pada siklus II yaitu sebesar 96% (kategori
baik) dengan rata-rata mencapai 73,2. Hasil belajar siswa siklus II ini
belum dipahami, dan siswa telah memiliki rasa percaya diri. Sehingga
suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
pembelajaran atau tujuan instruksional (dalam Jihad dan Haris, 2013: 14).
85
dilakukan.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil
belajar siswa adalah berbentuk soal tes. Tes ini dilakukan setiap akhir siklus
yaitu pada akhir siklus I dan siklus II. Hal ini sesuai dengan pendapat
Arikunto (2009: 33) Tes merupakan “Suatu alat pengumpul informasi tetapi
jika dibandingkan dengan alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena
komponen penting dalam tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk
pembelajaran.
metode modeling the way, dengan kriteria sangat setuju skor 5, setuju skor
4, tidak berpendapat skor 3, tidak setuju skor 2, dan sangat tidak setuju skor
42 4
2
260 sangat setuju
setuju
tidak berpendapat
tidak setuju
Hasil angket siswa pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa skor total
siswa yang menjawab sangat setuju (SS) sebanyak 835, setuju (S) 260, tidak
berpendapat (TB) 42, tidak setuju (TS) 4, dan sangat tidak setuju (STS) 2,
maka jumlah skor total semua item adalah 1143. Sedangkan jumlah skor
maksimal semua item adalah 1250. Adapun presentase skor total respon
1143
x 100 %=91,44 %
1250
ini siswa tampak aktif, mampu bekerja sama, lebih bertanggung jawab, dan
pembelajaran dengan metode modeling the way hal tersebut terlihat pada
87
respon siswa sebesar 91,44% dengan kategori sangat kuat. Analisis hasil
way merupakan metode yang baru pertama kali diterapkan di kelas saya”.
tidak setuju 1, dan sangat tidak setuju 1, sehingga presentase skor yang
way”. Siswa yang menjawab sangat setuju 14, setuju 8, dan tidak
modeling the way”. Siswa yang menjawab sangat setuju 16 dan setuju 9,
way”. Siswa yang menjawab sangat setuju 15, setuju 9, dan tidak
10. Analisis item angket nomor 10 dengan pernyataan ‘Saya merasa lebih
terendah pada item nomor 5 yaitu sebesar 88% dengan pernyataan “Saya
berdasarkan hasil tersebut dikarenakan ada siswa yang belum memiliki rasa
kuat proses belajar dengan menggunakan metode modeling the way yang
terlihat pada skor total setiap item pada angket. Adapun perhitungan
presentase skor tiap item dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 164.
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
90
15 SP 3 Pandan, dengan melihat hasil analisis data yang disajikan pada BAB
pada hasil pengamatan siswa, pada siklus I dengan rerata 70,62% (kategori
2. Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus I yaitu sebesar 84%
(kategori baik) dan hasil belajar pada siklus II yaitu sebesar 96% (kategori
B. Saran
2. Bagi wali kelas IV diharapkan dapat menerapkan metode modeling the way
3. Bagi sekolah diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah dan
pada sekolah yang berbeda untuk memperkuat hasil penelitian ini dan
sebagai pembanding
lanjutan dengan metode modeling the way tetapi pada materi yang lain
DAFTAR PUSTAKA
92