Anda di halaman 1dari 100

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERNUANSA


ETNOMATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan

Ikke Fatma
NIM 4191111030
Program Studi Pendidikan Matematika

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MEDAN
2023
SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERNUANSA


ETNOMATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Nama : Ikke Fatma


NIM : 4191111030
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika

Menyetujui:
Dosen Pembimbing Skripsi

Dra.Katrina Samosir,M.Pd
NIP. 196308281989032003

Mengetahui :

Fakultas Mipa Unimed Jurusan Matematika


Dekan, Ketua,

Dr. Pardomuan Sitompul,M.Si Dr.Pardomuan Sitompul, S.Si.,M.Si


NIP.19691126 199702 1 001 NIP.19831111 200812 2 001

Tanggal Ujian :

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyataka dengan sebenarnya bahwa naskah skripsi ini adalah hasil karya
saya sendiri, dan semua sumber, baik yang dikutip maupun dirujuk dalam naskah
telah saya nyatakan dengan benar dalam sumber kutipan dan daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari diketahui dan dapat dibuktkan bahwa ternyata di dalam
naskah skripsi ini terdapat unsur-unsur jiplakan atau plagiasi maka saya bersedia
jika skirpsi ini dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UU NO.20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Medan, September 2023


Yang Menyatakan,

Ikke Fatma
NIM.4191111030

ii
RIWAYAT HIDUP

Ikke Fatma, penulis skripsi berjudul pengembangan bahan ajar


matematika bernuansa etnomatematika untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah masalah matematis siswa,
dilahirkan di Namu Terasi pada tanggal 19 Oktober 2001.
Penulis adalah anak pertama (dari dua bersaudara) dari
pasangan Edi Siswanto (Ayah) dan Rusmiati (Ibu). Penulis
memulai Pendidikan di SD Negeri 058086 Namu Terasi pada tahun 2007dan lulus
pada tahun 2013. Selepas SD, Penulis melanjutkan studi MTs Swasta Al-
Ishlahiyah Binjai dan tamat pada tahun 2016. Pendidikan MA, Jurusan IPA,
ditempuh selama 3 tahun mulai tahun 2016 dampai tahun 2019 di MA AL-
Ishlahiyah Binjai. Pada tahun 2019,melalui jalur SNMPTN,penulis diterima
menjadi salah satu mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Ngeri Medan. Selama
menempuh kuliah di Unimed, penulis pernah gabung di Organisasi Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

iii
ABSTRAK

Ikke Fatma, NIM 4191111030 (2023) Pengembangan Bahan Ajar


Matematika Bernuansa Etnomatematika untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kevalidan bahan ajar matematika


bernuansa etnomatematika yang dikembangkan , Kepraktisan bahan ajar
matematika bernuansa etnomatematika yang dikembangkan, dan Keefektifan
bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika yang dikembangkan. Metode
penelitian ini adalah Research and Development (R&D) menggunakan model
ADDIE. Hasil Validasi oleh ahli materi diperoleh rata-rata sebesar 89,40%
dengan kriteria “sangat valid” sehingga tidak ada revisi ulang terhadap bahan ajar.
Pada hasil validasi oleh ahli media diperoleh rata-rata sebesar 94,47% dengan
kriteria “sangat valid” sehingga bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika
dikatakan valid dan siap digunakan untuk diuji coba lapangan. Berdasarkan hasil
penelitian respon guru terhadap bahan ajar diperoleh rata-rata sebesar 84,72%
dengan kriteria “sangat praktis”. Pada hasil respon siswa terhadap bahan ajar
diperoleh rata-rata 84,3% dengan kriteria “sangat praktis”. Pada hasil Keefektifan
berdasarkan hasil yang diperoleh, menghasilkan persentase yaitu 85% dan
dinyatakan sangat efektif. Berdasarkan uji pretest-posttest untuk mengetahui hasil
analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, Hasil yang diperoleh
melalui tes kemampuan pemecahan masalah dinyatakan dengan kategori tinggi
dengan persentase yaitu 70%. sehingga bahan ajar matematika bernuansa
etnomatematika layak dan siap digunakan sebagai bahan ajar.

Kata Kunci : Pengembangan Bahan ajar, Etnomatematika, ADDIE.

iv
ABSTRACT

Ikke Fatma, NIM 4191111030 (2023) Development of Mathematics Teaching


Materials with Ethnomatematics Nuances to Improve Students'
Mathematical Problem Solving Ability.

This study aims to describe the validity of the developed ethnomathematics


teaching materials, the practicality of the developed ethnomathematics teaching
materials, and the effectiveness of the developed ethnomathematics teaching
materials. This research method is Research and Development (R&D) using the
ADDIE model. The results of validation by material experts obtained an average
of 89,40% with the criteria “very valid” so that there was no revision of teaching
materials. On the results of validation by media experts, an average of 94,47%
was obtained with the criteria “very valid” so that mathematics teaching materials
with ethnomathematics nuances were said to be valid and ready to be used fo field
trials. Based on the research results, the teacher’s response to teaching materials
obtained an average 84,72% with the criteria “very partical” . On the results of
Effectiveness based on the results obtained, it produces a average of 85% and is
stated to be very effective. Based on the pretest-posttest test to determine the
results of the analysis of students' mathematical problem solving abilities, the
results obtained through the problem solving ability test were stated in the high
category with a average of 70%. so that mathematics teaching materials with
ethnomathematics nuances are appropriate and ready to be used as teaching
materials.

Keywords: Teaching Material Development, Ethnomathematics,ADDIE

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengembangan Bahann Ajar Matematika Bernuansa Etnomatematika
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa”
dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi Sebagian syarat yang
diperlukan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi
Pendidikan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),
Universitas Negeri Medan (Unimed)

Penyususnan skripsi ini telah melalui jalan Panjang yang melelahkan dan
berbagai tahapan sesuai dengan prosedur standar yang berlaku di FMIPA
Unimed. Pemilihan topik penelitian didasarkan pada kurikulum siswa dalam
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang masih rendah.
Kurikulum kemampuan pemecahan masalah matematis ini di sekolah perlu
memerlukan penyempurnaan agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.Penelitian ini ditujukan untuk memberi masukan
perbaikan terhadap kurikum pemecahan masalah matematis tersebut.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat


terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi
ini, antara lain:

1. Bapak Prof.Dr.Baharuddin,St.,M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri


Medan
2. Ibu Prof.Dr.Fauziyah Harahap, M.Si.selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

vi
3. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S.,M.Sc. Selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Dr. Pardomuan Sitompul,S.Si.,M.Si.selaku Ketua Jurusan
Matematika.
5. Ibu Nurhasanah Siregar,S.Pd., M.Pd.selaku Ketua Prodi Pendidikan
Matematika dan Bapak Lasker Pangarapan Sinaga, S.Si., M.Si, selaku
Sekretaris Jurusan Matematika.
6. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., P.hD.selaku Pembimbing
Akademik (PA) yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama
perkuliahan.
7. Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd. selaku Pembimbing Skripsi (PS) penulis
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan,
motivasi, bimbigan dan saran guna kesempuranaan skripsi ini.
8. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si dan
Bapak Muliawan Firdaus, S.Pd., M.Si. sebagai Dosen Pemberi Saran yang
telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi
ini.
9. Kepada seluruh dosen dan staf pegawai administrasi Jurusan Matematika
FMIPA Universitas Negeri Medan yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis semenjak mengikuti perkuliahan.
10. Kepada Yayasan Madrasah Tsanawiyah Swasta Al-Ishlahiyah Binjai, yang
memberikan izin dan tempat kepada penulis untuk melakukan penelitian.
11. Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis
sampaikan dengan rendah hatidan rasa hormat kepada Ayahanda Edi
Siswanto dan Ibunda tercinta Rusmiati serta Saudara kandung penulis Irra
Risma beserta seluruh Keluarga Besar untuk kasih sayang, doa, serta
semangat kepada sehingga penulis dapat menyelsaikan studi.
12. Kepada sahabat-sahabat perkuliahan KORBAN BUAYA (Resi Landani,
Dinda Mardiah) dan sahabat lain penulis Nurmalinda.

vii
13. Kepada teman-teman kelas PSPM B 2019 yang sangat luar biasa,
terimakasih untuk 4 tahun perjuangan Bersama yang berat tapi terasa
begitu menyenangkan, tangis dan pilu kita lalui Bersama.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan
tulus ikhlas memberikan do’a dan motivasi sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini.
Semoga dukungan dan bantuan yang telah diberikan dirahmati oleh Allah SMT.
Tulisan ini jauh dari kata kesempurnaan, untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan . Semoga tulisan ini bermanfaat dan menambah
wawasan bagi kita semua.

Medan, September 2023

Penulis,

Ikke Fatma
Nim.4191111030

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..........................................................................ii


RIWAYAT HIDUP.......................................................................................................................iii
ABSTRAK.....................................................................................................................................iv
ABSTRACT.....................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................................xiii
BAB I..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah...................................................................................................10
1.3. Batasan Masalah.........................................................................................................11
1.4. Rumusan Masalah......................................................................................................11
1.5. Tujuan Penelitian........................................................................................................11
1.6. Manfaat Penelitian......................................................................................................11
BAB II...........................................................................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................14
2.1. Kerangka Teoritis.......................................................................................................14
2.1.1. Penelitian Pengembangan................................................................................14
2.2. Pengembangan Bahan Ajar.......................................................................................18
2.2.1. Jenis-Jenis Bahan Ajar....................................................................................18
2.2.2. Karakteristik Bahan Ajar................................................................................19
2.2.3. Langkah-Langkah Bahan Ajar.......................................................................19
2.2.4. Kelebihan dan Kelemahan Bahan Ajar.........................................................20
2.3. Modul Matematika.....................................................................................................20
2.3.1. Pengertian Modul.............................................................................................20
2.3.2. Fungsi Modul....................................................................................................21
2.3.3. Unsur-unsur Modul..........................................................................................21
2.3.4. Penyusunan Modul...........................................................................................21
2.4. Budaya Melayu Deli....................................................................................................23

ix
2.4.1. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Bernuansa Etnomatematika......24
2.4.2. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel...........................................25
2.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa...............................................26
2.6. Penelitian yang Relavan.............................................................................................30
2.7. Kerangka Berfikir......................................................................................................32
BAB III.........................................................................................................................................33
METODE PENELITIAN............................................................................................................33
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................................33
3.2. Subjek dan Objek Penelitian.....................................................................................33
3.3. Jenis Penelitian...........................................................................................................33
3.4. Definisi Operasional...................................................................................................34
3.5. Instrumen Penelitian..................................................................................................34
3.6. Teknik Pengumpulan Data........................................................................................39
3.7. Prosedur Penelitian Pengembangan..........................................................................41
3.8. Jenis Data....................................................................................................................50
3.9. Teknik Analisis Data..................................................................................................51
3.9.1. Teknik Analisis Kevalidan...............................................................................51
3.9.2. Teknik Analisis Kepraktisan...........................................................................52
3.9.3. Teknik Analisis Data Keefektifan...................................................................53
3.9.4. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
55
3.9.5. Indikator Keberhasilan Bahan Ajar Bernuansa Etnomatematika Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa.................57
BAB IV..........................................................................................................................................59
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................59
4.1. Hasil Penelitian...........................................................................................................59
4.1.1. Tahap analisis (Analyze)...................................................................................59
4.1.2. Tahap Desain (Design).....................................................................................60
4.1.3. Tahap Pengembangan (Development).............................................................65
4.1.4. Tahap impelementasi (Implement)..................................................................68
4.1.5. Tahap evaluasi (Evaluate)................................................................................72
4.1.6. Analisis efektivitas produk bahan ajar...........................................................74
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................................................79
4.3. Keterbatasan Penelitian.............................................................................................80
BAB V...........................................................................................................................................82
PENUTUP....................................................................................................................................82

x
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................82
5.2. Saran............................................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................84

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Validasi Ahli Materi
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Validasi Ahli Media
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Guru
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Respon Peserta Didik
Tabel 3.6 Rancangan Awal Bahan Ajar Bernuansa Etnomatematika
Tabel 3.7 Rubrik Interval Empat
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian
Tabel 3.9 Kriteria Kepraktisan Produk
Tabel 3.10 Kriteria Ketuntasan Belajar Individu
Tabel 3.11 Kriteria Ketercapaian Indikator
Tabel 3.12 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tabel 3.13 Klasifikasi N-Gain
Tabel 4. 1 Desain Produk Modul Bahan Ajar SPLDV..........................................38
Tabel 4. 2 Desain Produk Pengembangan LKPD SPLDV....................................42
Tabel 4. 3 Hasil Validasi Ahli Materi....................................................................44
Tabel 4. 4 Hasil Validasi Ahli Media....................................................................45
Tabel 4. 5 Hasil Respon Guru................................................................................47
Tabel 4. 6 Hasil Respon Siswa...............................................................................48
Tabel 4. 7 Masukan Validator Terhadap Produk...................................................50
Tabel 4. 8 Tindak Lanjut Revisi Produk................................................................51
Tabel 4. 9 Persentase Ketuntasan Klasikal Siswa..................................................53
Tabel 4. 10 Persentase Ketercapaian Indikator......................................................54
Tabel 4. 11 Hasil Pretest-Posttest..........................................................................55
Tabel 4. 12 Tingkat Pemecahan Masalah Matematis siswa...................................56
Tabel 4. 13 Tingkat Pemecahan Masalah Matematis Siswa Tiap Indikator..........57
Tabel 4. 14 Hasil Analisis Gain Score...................................................................57

xii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2. 1 Siklus Berulang Dalam Penelitian Pengembangan...........................13
Gambar 2. 2 Bagan Model ADDIE........................................................................15
Gambar 2.3. Bagan Prosedur Pengembangan Model ADDIE…………………...46

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1..................................63
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2..................................73
Lampiran 3. Bahan Ajar Bernuansa Etnomatematika..........................................84
Lampiran 4. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 1.......................................117
Lampiran 5. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 2.......................................118
Lampiran 6. Alternatif Penyelesaian TKPM 1...................................................120
Lampiran 7.Alternatif Penyelesaian TKPM 2....................................................124
Lampiran 8. Lembar Validasi RPP (Validator 1)...............................................129
Lampiran 9. Lembar Validasi Ahli Materi (Validator 1)...................................133
Lampiran 10. Lembar Validasi Ahli Media (Validator 1)..................................136
Lampiran 11.Lembar Valdasi Pretest (Validator 1)...........................................139
Lampiran 12.Lembar Validasi Post-test (Validator 1).......................................140
Lampiran 13.Lembar Validasi RPP (Validator 2)..............................................141
Lampiran 14.Lembar Validasi Ahli Materi (Validator 2)..................................145
Lampiran 15.Lembar Validasi Ahli Media (Validator 2)...................................148
Lampiran 16.Lembar Validasi Pretest (Validator 2)..........................................151
Lampiran 17.Lembar Validasi Pre-test (Validator 2).........................................152
Lampiran 18.Lembar Validasi RPP (Validator 3)..............................................153
Lampiran 19.Lembar Validasi Ahli Materi (Validator 3)..................................157
Lampiran 20.Lembar Validasi Ahli Media (Validator 3)...................................160
Lampiran 21.Lembar validasi Pretest (Validator 3)...........................................163
Lampiran 22.Lembar Validasi Post-test (Validator 3).......................................164
Lampiran 23.Lembar Validasi Angket Respon Guru.........................................165
Lampiran 24.Lembar Validasi Angket Respon Siswa.......................................168
Lampiran 25.Angket Respon Siswa...................................................................171
Lampiran 26.Hasil Validasi Oleh Materi...........................................................173
Lampiran 27.Hasil Validasi RPP.......................................................................179
Lampiran 28.Hasil Validasi Ahli Media............................................................188
Lampiran 29.Hasil Validasi Pretest...................................................................191
Lampiran 30.Hasil Validasi Post-test................................................................193
Lampiran 31.Hasil Angket Siswa......................................................................195
Lampiran 32.Hasil Angket Respon Guru...........................................................197
Lampiran 33.Surat Izin Penelitian dari Fakultas................................................199
Lampiran 34.Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian...........200
Lampiran 35.Dokumentasi................................................................................201
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan merupakan hal yang krusial dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan seseorang. Pendidikan adalah suatu usaha yang disengaja dan
terencana untuk menciptakan lingkungan belajar dan proses pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi aktifnya serta mempunyai
karakter, kecerdasan, akhlak mulia, dan penampilan yang diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa, sebagaimana tercantum
dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003). Oleh karena itu, pendidikan
dapat dikatakan menjadi satu-satunya alat yang mampu mengubah peradaban
dunia dan menjadi sorotan dalam dunia Pendidikan.

Sebelum memulai pembelajaran, guru diharapkan mempersiapkan materi


yang akan diajarkan, latihan atau alat bantu pengajaran yang akan digunakan,
pertanyaan dan petunjuk yang akan mendorong siswa untuk berpartisipasi lebih
aktif dalam pembelajarannya, dan kondisi siswa. Semua persiapan ini akan
dijabarkan ke dalam penggunaan perangkat pembelajaran. Alat-alat pembelajaran
yang digunakan bersama antara satu dengan yang lain mempunyai dampak satu
sama lain. Lembar Kemampuan Peserta Didik (LKPD) tentu diperlukan selain
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar yang akan digunakan.

Berbagai sumber, alat, media, arahan, dan pedoman akan digunakan


sepanjang proses pembelajaran, menurut Harun dkk. (2019:60). Karena
kurangnya sumber belajar, banyak pengajar yang terus tersesat atau kebingungan
di tengah proses pengajaran. Sumber belajar jadi memberikan saran tentang apa

1
2

yang harus dilakukan instruktur di kelas. Pengembangan metode pengajaran dan


penciptaan perangkat yang ditingkatkan, keduanya dibantu oleh perangkat
pembelajaran.

Namun, sejumlah masalah dengan teknologi pembelajaran yang digunakan


untuk menyampaikan kursus terus menghambat pembelajaran reguler di kelas.
Contoh yang baik tentang bagaimana alat pembelajaran dapat digunakan sebagai
catatan bagi administrator sekolah adalah kapasitas guru untuk menciptakan
sumber daya yang konsisten dengan tujuan pendidikan. Pendidikan adalah proses
memaksimalkan potensi peserta didik agar dapat mewariskan budaya Bangka dan
menjadi penerusnya. Sesuai dengan periode waktu di mana anak hidup dan
tumbuh, nilai-nilai dan keunggulan budaya tradisional dihadirkan, diteliti, dan
dikembangkan menjadi budaya, masyarakat, dan negaranya sendiri.

Untuk mencapai nilai ekonomi serta kualitas budaya dan estetika yang
menarik dan abadi, semua tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari
memerlukan pemahaman matematika. Agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses
pembelajaran matematika, pembelajaran harus dimulai dengan sesuatu yang
konkrit. Sesuatu yang realistis mungkin tampak sangat biasa bagi peserta didik,
namun dari sudut pandang etnografi dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
bahan ajar berbasis pendidikan matematika sebenarnya hanya tampil dalam
bentuk cerita-cerita yang biasa ditemui pada kehidupan sehari-hari, tetapi dengan
nuansa matematika etnik maka akan ada tambahan cerita budaya seperti terlihat di
gambar di bawah ini. gambar rumah adat,pola pada kostum adat atau adat istiadat
suatu negara. area spesifik. Ini bisa menjadi sesuatu yang baru bagi mahasiswa,
dengan nuansa etnografi ini mereka bisa mengetahui budayanya. Sehingga
peserta didik tidak harus menyelesaikan masalah dengan rumus-rumus tetapi
dapat mengikuti budaya sekitar.

Etnomatematika didefinisikan secara spesifik oleh rakyat suatu


kelompok budaya atau wilayah eksklusif dalam kegiatan yang berafiliasi
menggunakan matematika. Aktivitas-aktivitas tersebut terjadi proses abstraksi
pengalaman konker yang terdapat di kehidupan sehari-hari pada matematika dan
berlaku pula kebalikannya, seperti perhitungan, pengukuran, membentuk pola,
3

pengelompokan sesuatu, merancang sebuah bangunan, memilih lokasi, serta


sebagainya.
Studi tentang bagaimana individu dalam budaya tertentu memahami,
mengucapkan kata-kata secara efektif, dan menggunakan ide dan praktik yang
menjelaskan sesuatu matematika dikenal sebagai pembelajaran etnomatematika
(Nasryah & Rahman, 2020; 126). Hubungan antara matematika dan budaya
dikenal sebagai etnomatematika. Oleh karena itu, dengan menggunakan
etnomatematika menjadi suatu metode pembelajaran yang benar-benar
memungkinkan siswa memahami materi pembelajaran yang akan dipelajari
dalam kaitannya dengan kebudayaan secara lebih realistis, termasuk aktivitas
sehari-hari di masyarakat (Badrullah, 2020).
Menurut kurikulum 2013, pemahaman merupakan keterampilan
dasar yang harus dimiliki siswa saat mempelajari matematika. Memahami
masalah, membuat model matematika, dan pemecahan masalah merupakan
komponen pemahaman. Kemudian merumuskan solusi dan menggunakan
kemampuan pemecahan masalah matematika untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Dengan pengetahuan tersebut, model pembelajaran dapat digunakan
sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Model pembelajaran adalah strategi
pembelajaran yang mencakup tujuan yang telah ditentukan dan sintaksis
tertentu. Siswa diberikan tantangan dunia nyata dengan menggunakan ide-ide
matematika sambil menguasai mata pelajaran matematika. Siswa dapat
memperoleh wawasan tentang situasi dunia nyata melalui permasalahan ini,
sehingga memudahkan mereka untuk memahami dan menggunakan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya pelatihan generasi diharapkan dapat menciptakan gaya
belajar yang bisa membentuk minat serta minat peserta didik. Selain itu,
inovasi pada pembelajaran matematika diharapkan dapat menjadikan
pembelajaran menjadi kreatif, inovatif, dan beragam. Salah satu cara guna
mengubah pembelajaran matematika ialah dengan menghubungkan matematika
serta budaya, yang biasa dikenal dengan etnografi. Integrasi matematika ke
dalam budaya suatu daerah tentunya harus memenuhi syarat utama
4

matematika nasional, yaitu budaya daerah tersebut harus dikaitkan dengan


matematika. Semua negara memiliki budaya yang beragam dan berbeda secara
matematis. Semua negara mempunyai suku, budaya, dan adat istiadat yang
berbeda sesuai dengan setiap daerahnya.
Menurut Dominikus (2018:7) menyatakan bahwa meskipun
penekanan etnomatematika terbatas pada mereka yang memiliki sedikit atau
tidak ada paparan matematika di sekolah, definisi budaya diperluas untuk
mencakup budaya kuno dan pengelompokan budaya dengan jangkauan yang
lebih luas.
Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik di anggap
masih rendah, ini bisa diperhatikan dari hasil Analisa 3 butis tes dalam
observasi peneliti terhadap 30 siswa kelas VIII MTs Al-Ishlahiyah Binjai
masih tergolong rendah.
Perhatikan Permasalahan berikut ini
5

Tabel 1.1 Analisis Kinerja Siswa Dalam Tes Diagnostik

1. Mengidentifikasi data diketahui, ditanyakan dan kecakupan


data/unsur serta melengkapinya bila dibutuhkan dan menyatakan
pada symbol matematika.
Dari solusi yang diajukan, peserta didik tidak mencatat apa yang telah
diketahui dan ditanyakannya. Tetapi, Seharusnya peserta didik
mengidentifikasi data diketahui serta ditanyakan mengenai soal yang
diberikan.

2. Perencanaan penyelesaian masalah


Peserta didik sudah memaparkan perencanaan penyelesaian masalah
dengan baik, namun seharusnya peserta didik terlebih dahulu
menjumlahkan himpunan yang ingin diselesesaikan.

3. Penyelesaian masalah sesuai rencana


6

Peserta didik mampu melaksanakan perencanaan yang dilakukan


sebelumnya meskipun perencanaan tersebut salah.

4. Penafsiran solusi (kesimpulan) dan pengecekan Kembali kebenaran


Peserta didik kurang spesifik menafsirkan kesimpulan dan tidak
memeriksa kembali kebenaran solusi yang didapat.

Siswa kurang memahami pertanyaan-pertanyaan dalam soal yang


diberikan hal ini dapat ditunjukkan melalui jawaban yang dikerjakan siswa.
adapun jawaban-jawaban tersebut meyakinkan peneliti bahwasanya kamampuan
pemecahan masalah siswa di kelas tersebut masih dalam kategori rendah. Ketika
memecahkan suatu masalah, siswa perlu mengenal masalah tersebut agar dapat
menyelesaikannya. Jadi hal yang benar untuk dilaksanakan ialah menetapkan hal
yang diketahui pada soal dan hal yang ditanyakan dalam soal.

Berdasarkan hasil wawancara bersama guru, observasi dan angket maka


teridentifikasi beberapa kendala lain yaitu kurangnya penggunaan sumber belajar.
Siswa hanya mendapatkan definisi, prinsip, dan konsep langsung dari topik serta
contoh praktik. Masalah dengan pemecahan masalah matematis yang kurang baik
adalah siswa kurang memahami masalah yang disajikan karena siswa terbiasa
menghadapi masalah rutin. Hasil yang tidak akurat juga diperoleh karena
beberapa siswa yang dapat memahami soal dan mengikuti petunjuk tidak
mempelajarinya. Dapat disimpulkan bahwa pengajar biasanya hanya
memanfaatkan LKS sebagai sumber belajar di kelas, dan tidak ada guru yang
membuat dan menggunakan sumber pengajaran dalam bentuk modul matematika.
Informasi ini dikumpulkan melalui observasi, kuesioner, dan wawancara dengan
instruktur matematika.

Tidak adanya sumber daya pengajaran yang sesuai dengan sifat-sifat yang
dimiliki siswa merupakan hambatan lain yang dihadapi siswa. Kurangnya sumber
daya seperti Infocus juga mempengaruhi pembelajaran anak karena mereka lebih
cenderung menggunakan buku cetak yang kurang menarik untuk digunakan
7

karena kurang inventif, imajinatif, dan tidak memiliki gambar untuk membantu
informasi pembelajaran. Peserta didik juga tidak diperbolehkan untuk memainkan
gadget atau smartphone pada saat pembelajaran dimulai kecuali pada saat guru
memperbolehkannya di jam pelajaran. Sebagai konsekuensinya, hal ini dapat
berkontribusi pada rendahnya keinginan mereka untuk belajar, yang menurunkan
hasil belajar siswa dan kapasitas mereka dalam pemecahan masalah matematika.
Jika kendala yang di alami oleh siswa dibiarkan terus menerus, bukan hanya
berdampak pada rendahnya nilai matematika siswa, melainkan berpengaruh pada
pola berfikir dan pola sikap siswa.

Pengamatan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pemecahan


masalah peserta didik relatif rendah. Hal ini dikarenakan ada peserta didik yang
kesulitan memperoleh informasi secara menyeluruh dari data yang diketahui serta
yang ditanyakan, tanpa memberikan alasan yang relevan dengan pertanyaan yang
ditanyakan, menerjemahkannya ke dalam model matematika, memeriksa apakah
rumus/aturan sudah benar, dan tanpa menjelaskan penyelesaiannya. Sesuai dengan
pernyataan Hasibuan et al. (2019:244) menunjukkan bahwa:

Student’ problem solving abilities are still low.Factrs that cause errors
when viewed form difficulties and student learning abilities are described
as follows:1)Students are not able to absorb information well,2 Lack of
Students’ Experience in Working Hard, 3) Students do not understand the
material carefull, 4) Weak Ability of the Concept of Prerequisites, 5)
Students Negligence or Carelessness (in the process of work).
Kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Faktor yang
mengakibatkan kesalahan jika dilihat dari kesulitan serta kemampuan
belajar siswa adalah sebagai berikut : 1) siswa tidak dapat menyerap
informasi dengan baik, 2) Kurangnya pengalaman siswa, 3) Siswa tidak
memahami materi dengan seksama, 4) Lemahnya kemampuan konsep
prasyarat, 5) Kelalaian atau kecerobohan siswa (dalam proses kerja).
Penyebab yang disebutkan di atas relavan dengan hasil penelitian Gunur, B.,
Makur, A. P., & Ramda, A. H.(2018), dimana penyebab rendahnya kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa, yakni :

1. Siswa masih kesulitan memahami permasalahan dan memperoleh


informasi dari permasalahan tersebut.
2. Siswa tidak terbiasa dengan persoalan non-routin.
8

3. Siswa masih kesulitan menginterprestasikan permasalahan ke dalam


model matematika.
4. Siswa masih kesulitan dalam mengatur, melaksanakan, dan memeriksa
ulang keakuratan pekerjaan mereka sambil mengatasi masalah.

Faktor yang sering muncul pada diri siswa adalah kurang memahami mata
pelajaran sehingga takut bertanya kepada gurunya, atau bahkan berinisiatif
bertanya kepada temannya yang lebih mandiri. Faktor yang muncul diluar diri
siswa ialah metode pembelajaran yang dipergunakan guru, rendahnya tingkat tes
yang dipergunakan, serta lingkungan belajar siswa yang kurang baik menurut
Novitasari (2018). Salah satu penyebab buruknya kemampuan pemecahan
masalah siswa adalah kebiasaan buruknya karena tidak berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran pemecahan masalah. Oleh sebab itu, siswa hendaknya
diminta agar berperan aktif dalam pemecahan masalah.

Salah satu alternatif yang bisa dipergunakan guna mengembangkan bahan


ajar berbentuk modul matematika dengan pembelajaran matematika bernuansa
Budaya sehingga terdapat di dalam modul pemahaman tentang budaya Khususnya
budaya yang ada di Sumatera Utara. Minimnya Pengetahuan tentang budaya
terhadap peserta didik di era 5.0. Maka dari itu proses pemanfaatan budaya pada
pembelajaran sangat diperlukan atas pembelajaran yang kreatif serta inovatif serta
untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Konteks Budaya merupakan
kegiatan yang dilaksanakan untuk bisa dijadikan menjadi sumber ataupun bahan
sumber pembelajaran matematika seecara kontekstual.

Melalui proses pembelajaran bahan ajar matematika berupa modul


bernuansa etnologis dalam matematika, peserta didik dapat berpartisipasi aktif
dalam pengkajian budaya lokal terkait geometri, dan guru juga alat peraga terkait
budaya dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi peserta didik. Oleh karena
itu, matematika adalah sejenis budaya. Menurut Ade (2017), siswa sering
mengalami kesulitan belajar selama proses pembelajaran matematika, sehingga
berdampak negatif pada kinerja akademik mereka. Hasil belajar yang buruk yaitu
penggunaan paradigma dan metode pembelajaran yang tidak efektif. Oleh karena
9

itu, salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas belajar siswa adalah dengan
mengkonstruksi bahan pembelajaran dalam bentuk modul. Modul ini merupakan
sumber belajar yang terdiri dari sejumlah kegiatan pembelajaran yang disusun
secara metodis berdasarkan keadaan siswa dan dimanfaatkan untuk
mengembangkan proses belajar mandiri yang membantu siswa dalam mencapai
tujuan belajarnya (Mardiah, 2018).

Penerapan bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika dapat


menawarkan harapan guna menaikkan prestasi siswa pada matematika. Menurut
sejumlah penelitian, siswa yang menggunakan model pembelajaran etnografi
mencapai tingkat pembelajaran yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang
menggunakan strategi pengajaran konvensional. Menurut penelitian Finariyati, F.,
Rahman, A. A. & Amalia, Y. (2020) berjudul “Pengembangan Modul
Matematika Berbasis Etnografi untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Kelas X IIS 2 SMA Negeri 1 Kaway XVI”. Yang menyatakan
keefektifan modul Etnic Maths dalam menaikkan kemampuan pemecahan
masalah siswa sudah mencapai kriteria keefektifan melalui hasil tes kemampuan
pemecahan masalah. Berdasarkan hasil Uji Coba I serta Uji II, modul etnomath
yang dikembangkan memenuhi kriteria validitas yakni rerata skor 4,5 dengan taraf
nilai 4 Vα< 5 Tingkat ketuntasan belajar klasikal siswa senilai 85% melalui Esai
II serta tercapainya tujuan pembelajaran. Hal serupa juga akan terjadi jika model
pembelajaran bernuansa etnografi diterapkan pada siswa. MAS Al-ishlahiyah
Binjai.

Selain itu penelitian lain juga dilakukan oleh Wiska, A., Tanjung, H. S.,
Rahman, A. A., & Nasryah, C. E. (2020) dengan judul penelitian “Pengembangan
Bahan Ajar berbasis masalah Terintegrasi Etnomatematika untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XI SMA “. Dimana hasil penelitian
yang diperoleh yaitu : Dengan skor 3,22, bahan ajar etnomatematika berbasis
masalah terpadu ditetapkan valid pada interval skor 3 ≤ Va < 4.

Sejalan dengan hasil penelitian itu, peneliti juga melaksanakan wawancara


dengan ibu Nuraini selaku guru matematika yang mengajar di kelas. Berdasarkan
keterangan guru tersebut, dikatakan adanya beberapa masalah dalam proses
10

pembelajaran, yaitu siswa tidak berani atau kurang percaya diri untuk menjawab
pertanyaan guru ataupun menuliskan jawaban di papan tulis, gugup saat di tanya
mengenai materi yang sedang dipelajari, sering terlihat gelisah ketika saat proses
belajar mengajar sedang berlangsung. Respon-respon siswa tersebut ketika belajar
matematika merupakan salah satu ciri kecemasan matematika, hal tersebut
menandakan bahwa tingkat kecemasan matematika di MTs Al-ishlahiyah binjai
cukup menjadi masalah yang perlu diperhatikan.

Dengan menerapkan konsep Matematika etnografi atau etnomatematika


sebagai suatu metode pembelajaran akan mengaitkan mata pelajaran yang akan
dipelajari dengan budaya siswa, akibatnya siswa akan lebih mudah memahami
mata pelajaran tersebut karena mata pelajaran tersebut berhubungan langsung
dengan budaya siswa. (Martyanti,dkk.,2017).

Berlandaskan latar belakang yang dibahas diatas, peneliti tertarik


melaksanakan penelitian berjudul “Pengembangan bahan ajar matematika
bernuansa Etnomatematika dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa ‘T.A 2023/2024

1.2. Identifikasi Masalah

Berlandaskan uraian latar belakang diatas, maka bisa diidentifikasi


beberapa masalah berikut :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VIII MTs Al-


Ishlahiyah Binjai masih tergolong rendah.
2. Belum tersedianya Bahan ajar yang disusun bernuansa budaya Melayu deli
sebagai alat pendukung pembelajaran di sekolah .

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal seperti dibawah ini, berdasarkan
identifikasi permasalahan, agar penelitian lebih terkonsentrasi dan mampu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan:
11

1. Penelitian berfokus pada pengembangan bahan ajar matematika Bernuansa


Etnomatematika siswa kelasVII MTs Al-Ishlahiyah Binjai.
2. Bahan ajar bernuansa etnomatematika yang dikembangkan berisi materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada kompetensi mengaitkan
rumus dan menyelesaikan masalah Kearifan budaya lokal.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah di penelitian ini ialah :


1. Bagaimana kevalidan, Kepraktisan, dan keefektifan bahan ajar
matematika bernuansa etnomatematika yang dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
kelas VIII MTs Al ishlahiyah Binjai yang diajar menggunakan bahan ajar
bernuansa etnomatematika yang telah di kembangkan ?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Penelitian ini ialah :


1. Mengetahui kevalidan, Kepraktisan, dan Keefektifan bahan ajar
matematika bernuansa etnomatematika yang dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Mengetahui Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa Kelas VIII Al ishlahiyah Binjai yang diajar menggunakan bahan ajar
Matematika bernuansa etnomatematika yang telah dikembangkan.

1.6. Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini diinginkan memiiki manfaat yakni berikut :

1. Bagi Guru
Untuk membantu guru dalam pengajaran dan pembelajaran matematika,
bahan ajar yang disiapkan harus bermanfaat bagi mereka. Kapasitas untuk
memecahkan masalah aritmatika dengan lebih efektif juga merupakan
12

kontribusi dan insentif bagi guru untuk menggunakan metode pengajaran


yang lebih beragam.
2. Bagi Siswa
Agar siswa dapat menangkap informasi yang dipelajari dan
memanfaatkannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari, diharapkan bahan ajar yang dibuat dapat bermanfaat bagi mereka
sebagai cara untuk mempelajari matematika dan untuk meningkatkan
keterampilan pemecahan masalah mereka.
3. Bagi Sekolah
Sebagi bahan masukan untuk meningkatkan mutu perangkat pembelajaran
terutama bahan ajar matematika di sekolah yang bernuansa
Etnomatematika dalam menaikkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa Kelas VIII MTs Al-Ishlahiyah Binjai.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengalaman dan
meningkatkan kemampuan penulis dalam bidang penelitian. Akan
menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan melakukan
inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran matematika mengenai metode
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis mahasiswa dan hasil pengembangan bahan ajar
bernuansa etnomatematika.
5. Bagi Peneliti Lain
Para peneliti tersebut dapat dijadikan referensi dan sumbangan pemikiran
untuk mengembangkan produk sejenis, atau bahan ajar lain yang dibuat
bernuansa etnomatematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis.
14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis


2.1.1. Penelitian Pengembangan

Pengembangan ialah salah satu jenis penelitian yang biasa dikenal


menggunakan sebutan Reseach and Development. Penelitian dan
pengembangan, sering disebut Reseach and Development (R&D), adalah proses
yang dapat dilacak melalui pembuatan produk baru atau penyempurnaan produk
lama (Sukmadinata, 2017:164).

Teknik uji coba produk yang dipergunakan ialah survey bila berbasis di
data kualitatif untuk menguji taraf kebutuhan pengguna. Sedangkan buat
menguji efektifitas produk, digunakan menggunakan metode uji sampel
(kuantitatif). Secara konseptual, desain penelitian dan pengembangan
mengandung ciri-ciri yang tercantum di bawah ini, menurut Bennett et al.
(1984):

1. Studying research findings, mempelajari hasil penelitian yang


relevan dengan produk.
2. Developing the product, menciptakan barang sesuai dengan hasil
kajian.
3. Field testing, melakukan pengujian di lokasi atau kondisi nyata di
mana produk akan digunakan.
4. Revising it, mengedit produk untuk mengatasi kekurangan yang
diidentifikasi selama pengujian.

Dalam penyusunan laporan penelitian pengembangan, peneliti


sebaiknya memahami pengertian dari metode penelitian pengembangan. Definisi
penelitian pengembangan menurut Richey (Richey, 1994):
15

“Development research has been defined as the systematic study


of designing, developing, and evaluating instructional programs,
processes, and products that must meet criteria of onternal consistency
and effectiveness.”

Langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan


menggambarkan sebuah siklus yang dimulai dengan kebutuhan akan suatu
masalah yang perlu dipecahkan dan memerlukan penciptaan produk tertentu.
Draf produk awal (produk asli) kemudian dibuat, dan produk tersebut dievaluasi
secara berkala di lapangan menggunakan sampel kecil dan sampel yang lebih
besar. Produk terbaik kemudian dikembangkan setelah dilakukan penyesuaian
berdasarkan pengamatan dan penilaian yang dilakukan selama pengujian.
Dengan menggunakan teknik eksperimental, pengujian kualitas dilakukan untuk
mengevaluasi efektivitas produk jadi (Sukmadinata,2017:165).

Masalah Analisis Desain dan


pengembangan
protopipe

Jika perlu
revisi,lanjutkan
siklus Evaluasi

Jika produk sudah


memenuhi standar,
hentikan siklus

Gambar 2. 1 Siklus Berulang Dalam Penelitian Pengembangan


(Sumber: Sani, 2018:236)
Oleh karena itu, rancangan, pengembangan, dan evaluasi program,
proses, dan produk pembelajaran harus memenuhi kriteria validitas, penerapan,
dan efektivitas. Inilah sebabnya mengapa penelitian pembangunan melibatkan
studi sistematis terhadap kegiatan-kegiatan ini. Model, media, peralatan,
16

publikasi, modul, perangkat pembelajaran, kurikulum, peraturan sekolah, dan


hal-hal lain semuanya dapat dianggap sebagai hasil penelitian dan
pengembangan dalam bidang pendidikan.

Pada penelitian ini digunakan model penelitian dan pengembangan


system pembelajaran yakni model ADDIE. Prosedur pengembangan model
ADDIE terdiri atas 5 fase atau tahap utama yakni A(nalysis), D(esign),
D(evelopment), I(mplementation), serta E(valuation). Berikut lima fase utama
pada model pengembangan ADDIE (Vagianou.M et al.,2021) :

1) Fase analisis (analysis) atau bisa disebut sebagai tahap penetapan sasaran.
Pada fase ini lebih focus peniliti harus melakukan target terhadap peserta
didik tentang pelajaran yang akan disesuaikan. Peneliti harus mengetahui
sumber belajar dan menentukan strategi penyampaian dan penilaian serta
harus mengidentifikasi ruang dan perangkat belajar dengan
mempertimbangkan profil peserta didik.
2) Fase perancangan (Design). Tentukan tujuan, desain, perencanaan,
pengujian, alat kinerja, analisis materi pelajaran, dan alokasi sumber daya
pada fase ini. Pada titik ini, penekanannya adalah pada penyelidikan pilihan
teknologi, tujuan pembelajaran, analisis materi pelajaran, latihan, rencana
pembelajaran, alat evaluasi yang digunakan, dan pemilihan media.
3) Fase Pengembangan (Development), Penciptaan dan pengujian pendekatan
peneliti menandai dimulainya fase ini. Di tahap ini, peneliti melakukan
pengujian, memastikan keamanan dan cadangan, mengonfirmasi hak cipta
dan aksebilitas. Fase ini meliputi tiga tugas yakni drafting, produksi serta
evaluasi.
4) Fase implementasi (Implementation) mencakup implementasi pembaruan
dan desain ulang membantu mengimplementasi terbaik dari setiap produk.
Umpan balik untuk peningkatan dan pemahaman bahan ajar.
5) Fase Evaluasi (Evaluation), fase ini bertujuan untuk menilai apakah tujuan
telah tercapai, dan untuk menetapkan apa yang diperlukan untuk
meningkatkan hasil pembelajaran.
17

Pada awal pengembangannya, penilaian dilakukan pada kesimpulan


model ADDIE. Namun karena setiap langkah perlu dievaluasi, maka dilakukan
perubahan pada cara penilaiannya, seperti terlihat pada gambar terlampir:

Analyse

Evaluate Design

Implement Develop

(a) Model ADDIE

Analyse

Implement Evaluate Design

Develop

(b) Model ADDIE Modifikasi

Gambar 2. 2 Bagan Model ADDIE


(Sumber: Sani, 2018:242)
18

Model pengembangan pembelajaran ADDIE merupakan salah satu


model yang sistematis. Model ADDIE membantu siswa yang ingin melakukan
penelitian dengan keterampilan dasarnya dan dapat digunakan untuk membuat
perangkat pembelajaran karena sangat sederhana namun memiliki tahapan dan
komponen yang dikaji secara mendalam. Selain itu, model ADDIE menawarkan
peluang untuk peninjauan dan penyesuaian terus-menerus di setiap tahap yang
dilaluinya. Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan atau kekurangan dan
menjadikan produk akhir sebagai produk yang valid. (Tegeh, 2014).

2.2. Pengembangan Bahan Ajar

Sumber daya ajar ada dua jenis, yang pertama adalah sumber daya ajar
cetak berupa modul, handout, dan lembar kegiatan peserta didik (LKPD). Selain
itu, Sadjati mengkategorikan sumber daya pengajaran non-cetak menjadi
kenyataan (kategori media yang digunakan sebagai alat penyebar informasi dan
pengetahuan dalam bentuk benda atau benda aktual atau asli), bahan ajar tercipta
dari barang sederhana, bahan ajar tercipta dari barang sederhana, bahan ajar
diam dan display, video, audio dan overhead transparencies (OHT).

2.2.1. Jenis-Jenis Bahan Ajar

(Majid, 2016;174) mengelompokkan bahan ajar atas empat bagian


berdasarkan teknologi yang digunakan, yakni :

1. Bahan ajar cetak (printed) Seperti misalnya : handout, buku, modul,


lembar peserta didik, brosur, selebaran, Wallchart, foto atau gambar, serta
model atau mockup.
2. Bahan Ajar Dengar (Audio) diantaranya : kaset, radio, serta CD audio.
3. Bahan Ajar Untuk Pandang Dengar (Audio Visual) misalnya CD video
serta Film.
4. Bahan Ajar Interaktif (interactive teaching material)seperti Contoh bahan
ajar interaktif diantaranya CAI (Computer Assisted Instruction), compact
disk (CD), multimedia pembelajaran interaktif serta bahan ajar berbasis
web (web based learning material).
19

2.2.2. Karakteristik Bahan Ajar

Bahan ajar mempunyai lima karakteristik yakni berikut :


1. Karakteristik bahan ajar Self instructional yakni dengan menggunakan
materi pendidikan yang dibuat khusus, anak-anak dapat mendidik dirinya
sendiri. Oleh karena itu, sumber belajar dan bahan ajar harus disusun
menjadi satuan atau kegiatan yang lebih terfokus dan mempunyai tujuan
yang jelas.
2. Karakteristik bahan ajar self contained yakni satu bahan ajar yang
komprehensif memuat seluruh materi pembelajaran pada satu unit
kompetensi atau subkompetensi yang diperiksa.
3. Karakteristik bahan stand alone (berdiri sendiri) yakni bahan ajar yang
diciptakan tidak perlu dimanfaatkan dengan sumber daya pengajaran lain
atau bergantung padanya.
4. Karakteristik bahan adaptif yakni kemampuan bahan ajar dalam beradaptasi
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus tinggi.
5. Karakteristik bahan user friendly yakni setiap instruksi serta paparan
informasi yang tampil pada bahan ajar.

2.2.3. Langkah-Langkah Bahan Ajar

Bahan ajar ini berbentuk modul cetak yang akan dirancang dengan
bantuan aplikasi Power Point sebagai aplikasi utama. Karena Power Point sangat
sederhana untuk ditampilkan di monitor komputer, baik membuat presentasi
elektronik, dinamis, kerangka, atau slide, Power Point dapat membantu
mengekspresikan konsep atau ide menjadi lebih jelas dan menghibur untuk
alasan pembelajaran. Ketika menyampaikan suatu penjelasan yang masih belum
jelas atau belum sepenuhnya dipahami, media power point sangat berguna.
Dengan media PowerPoint, informasi diuraikan secara menarik dan ringkas
dalam slide yang tidak terlalu banyak frasa melainkan menampilkan visual,
audio, dan baris-baris penjelasan yang cukup. Dengan demikian, pembaca akan
lebih mudah menerima penjelasan dan memahami konten yang diberikan dengan
20

lebih baik. Power Point, Canva, dan lainnya menyediakan banyak Pre-set
template dan menu lainnya untuk membuat bahan ajar. Software ini menawarkan
alat dalam bentuk slide yang dapat membantu pembuatan sumber pengajaran
tercetak.

2.2.4. Kelebihan dan Kelemahan Bahan Ajar


2.2.4.1. Kelebihan Bahan Ajar

1) Efesiensi dalam pembiayaan karena dapat diikuti Sebagian peserta


didik.
2) Peserta didik mampu memahami serta mengikuti sesuai dengan
kemampuan berfikir masing-masing individu.
3) Komponen pada bahan ajar dapat efektif dengan adanya revies dan
revisi kapan saja dan bertahap
4) Pada proses pembelajaran peserta didik akan mendapat umpan
balik serta runtut, karena adanya umpan balik yang dapat dikaitkan
dengan bahan ajar
2.2.4.2. Kelemahan Bahan Ajar

1) Pengembangan biaya tinggi


2) Waktu yang lama dalam pengembangan
3) Dalam masa pengembangan membutuhkan ahli desain yang
terampil dan mampu berkolaborasi secara intensif
4) Peserta didik diminta mempunyai disiplin yang tinggi.

2.3. Modul Matematika

2.3.1. Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu jenis materi pendidikan yang sering


dimanfaatkan oleh pengajar sebagai alat belajar mengajar dan latihan latihan
bagi siswa. Satuan pembelajaran terkecil (modular) terdiri dari sumber belajar
yang dibuat secara cermat, terstruktur secara metodis berdasarkan kurikulum
21

tertentu yang dapat digunakan siswa secara mandiri untuk menyelesaikan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. (Kemendikbud, 2017:3)

Serangkaian pengalaman belajar yang terencana dan terstruktur


dituangkan dalam modul, yaitu sumber daya pendidikan yang digabungkan
secara kolektif dan metodis untuk membantu siswa dalam menguasai tujuan
pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian
semuanya tercakup dalam modul minimal.

2.3.2. Fungsi Modul

Berikut tujuan utama modul sebagai semacam bahan ajar menurut


Prastowo (2015:108):

a) Bahan ajar mandiri, yaitu tujuan dari modul ini adalah untuk membantu
siswa menjadi pembelajar yang lebih mandiri yang dapat belajar tanpa
instruktur,
b) Pengganti fungsi guru, yaitu tergantung pada tingkat pengetahuan dan usia
siswa, modul mampu menjelaskan materi pelajaran dengan jelas dan
mudah dipahami oleh siswa,
c) Sebagai alat evaluasi, yaitu untuk dapat menunjukkan kemampuannya
sendiri terhadap materi yang baru dipelajari, siswa diajarkan modul
tertentu,
d) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik, yaitu siswa mengkaji berbagai
hal dalam modul mengantuk.

2.3.3. Unsur-unsur Modul

Prastowo (2015 : 214 ) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan


sebuah modul ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan , modul tersusun
dalam empat unsur yakni : 1) Judul modul; 2) petunjuk modul; 3)materi modul;
serta 4) Evaluasi semester.

2.3.4. Penyusunan Modul


22

Menurut Puspita (dalam Zulhaini, 2016), dengan membuat modul, guru


ingin memudahkan siswa memahami pelajaran yang diajarkan. Konteks untuk
memahami dan menggunakan gagasan tertentu disediakan di setiap modul.

Dalam Teknik penyusunan modul, ada empat hal yang penting harus
diperhatikan pada tahap menulis materi, diantaranya berikut :

a. Menetapkan Materi yang Akan ditulis


b. Menetapkan Gaya Penulisan
Untuk langkah-langkahnya, gaya penulisan yang dipandang mampu
membantu mengkomunikasikan pesan secara baik kepada siswa, seperti
menurut Rowntree dalam Andriani (dalam Prastowo, 2005: 137-138) bahwa
ada sebelas petunjuk menentukan gaya penulisan yakni: 1) menuliskan kata-
kata seolah-olah kita sedang bicara dengan langsung bersama pembaca, 2)
menggunakan kata ganti orang pertama, 3) bicara langsung dengan peserta
didik (pembaca), 4) menulis mengenai orang, benda, serta fakta, 5)
menggunakan kalimat aktif serta subjek persomal, 6) menggunakan kata
kerja, 7) menggunakan kalimat yang singkat, 8) menggunakan paragraf yang
singkat, 9) menggunakan kalimat retorika, 10) laksanakan dramatisasi, bila
dibutuhkan, 11) menggunakan ilustrasi, contoh, serta kasus.
c. Menetapkan Banyaknya kata yang Digunakan
d. Menetapkan Format dan Tata letak (Layout)

i. Penentuan Format Modul


Ini juga menjadi suatu hal yang harus di amati denga memperhatikan
kebutuhan pembaca akan keteraturan strukturnya, seperti: 1. Judul yang
menggambarkan isi modul; 2. Kata pengantar; 3. Daftar isi; 4. Latar
belakang; 5. Pengertian singkat tentang materi; 6. Standar Kompetensi; 7.
Peta konsep; 8. Manfaat; 9. Tujuan pembelajaran; 10. Petunjuk penggunaan
modul; 11. Kompetensi dasar; 12. Materi Pokok; 13. Uraian Materi; 14.
Heading yang mencerminkan isi, sehingga pembaca dapat dengan mudah
menemukan bagian yang ingin mereka baca hanya dengan melihatnya
sekilas; 15. Ringkasan; 16. Latihan ataupun tugas; 17. Tes mandiri yang
23

diberi di akhir pada tiap baba atau akhir tiap kegiatan belajar; 18. Posttest
yang diberi di akhir modul guna melihat pemahaman peserta didik pada
materi yang sudah mereka pelajari di satu modul; 19. Tindak lanjut guna
mengembangkan pengetahuan yang sudah didapatnya; 20. Harapan yang
berisikan sejumlah saran serta penghargaan bagi pembaca (peserta didik)
untuk menaikkan kompetensinya, tidak sekedar dari modul semata; 21.
Glosarium yang memaut definisi operasional yang dipergunakan pada modul
serta sering dibutuhkan oleh pembaca; 22. Daftar Pustaka; 23. Kunci
jawaban yang berisi jawaban dari pertanyaan atau soal yang dipergunakan
guna menguji penguasaan materi peserta didik, baik tes mandiri ataupun tes
akhir.
ii. Penentuan Tata Letak (Layout) modul
Ada tiga variable yang memengaruhi tata letak menurut Andriani (dalam
Prastowo, 2005: 163) yakni: 1). Ukuran halaman dan format modul, 2.
Kolom dan margin; 3. Penempatan table, gambar serta diagram.
Adapun jenis-jenis modul, diantaranya menurut penggunaan dan tujuan
penyusunan. Pertama, modul dikategorikan menjadi dua kategori
berdasarkan tujuan penggunaannya: modul untuk siswa dan modul untuk
guru. Ujian akhir modul, kunci jawaban, dan petunjuk guru semuanya
terdapat dalam modul untuk siswa. Kedua, modul terbagi dalam salah satu
dari dua kategori: modul dasar atau modul pengayaan, bergantung pada
alasan pembuatannya.

2.4. Budaya Melayu Deli

Salah satu subkelompok etnis ras Melayu Sumatera Timur yang berasal
dari Sumatera Utara adalah Melayu Deli. Penduduk Melayu di Kabupaten Deli
Serdang dan sekitar Kota Madya Medan (wilayah Deli) yang terletak tidak jauh
dari pantai timur Sumatera menjadi sasaran khalayak Melayu Deli tertentu.
Mereka tersebar di 33 kecamatan di Kabupaten Deli Serdang seluas 6.064
kilometer persegi.
24

Cara terbaik untuk mengatasi permasalahan di atas dan membantu


kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dalam pembelajaran
matematika SPLDV adalah dengan membuat bahan ajar yang berbasis
etnomatematika dan mencakup aspek disiplin ilmu tersebut. Bernuansa
etnomatematika yang dibahas berkaitan dengan pembelajaran yang relevan secara
budaya. Kebudayaan adalah suatu cara melakukan sesuatu, dan hasilnya
bergantung pada kapasitas masyarakat untuk memahaminya dan mewariskannya
kepada generasi mendatang dengan menggunakan berbagai bahasa, teknik, dan
cara berpikir. Masakan unik, pakaian, arsitektur tradisional, destinasi wisata, dan
kerajinan tangan seperti batik hanyalah beberapa contoh budaya Melayu Deli.
Selain itu, pembelajaran yang bernuansa etnomatematika akan lebih menarik,
menyenangkan, dan inovatif guna memperkuat makna berdasarkan pengalaman
kontekstual siswa sebagai komunitas budaya dan pada akhirnya mendukung dan
memperdalam kemampuan pemecahan masalah matematika.

2.4.1. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Bernuansa


Etnomatematika

Pengembangan bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika ini


dibuat dikarenakan pembelajaran disekolah MTs Al-Ishlahiyah Binjai masih
sederhana serta belum bisa memfasilitasi peserta didik guna memahami serta
mengaplikasikan etnomatematika dengan optimal. Berdasarkan wawancara
Bersama guru matematika disekolah bahwa bahan ajar nantinya dapat
digunakan menjadi sumber belajar serta implikasinya atas pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah .

Pengembangan bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika di


penelitian ini adalah pengembangan sebuah bahan ajar berbentuk modul
pembelajaran meliputi selembaran berisi materi, contoh soal, Latihan soal,
serta kegiatan percobaan dengan budaya menjadi sumber belajar. Setiap unsur
modul akan didasarkan pada unsur budaya yang ada dan tumbuh dalam
masyarakat Melayu Deli.
25

Untuk membantu siswa dalam mengasah kemampuan pemecahan


masalah matematisnya, bahan ajar ini akan disusun secara metodis dan dibuat
semenarik mungkin. Hasil belajar yang dicapai siswa dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh yang ditimbulkannya terhadap dirinya. Sumber
pengajaran matematika berbasis modul digunakan sebagai transisi ke
matematika formal dan sebagai salah satu unsur pendidikan matematika.

2.4.2. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel


2.4.2.1 Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Persamaan linier dua variabel mempunyai dua variabel tunggal yang


masing-masing mempunyai pangkat satu. Persamaan linier dua variabel
mempunyai bentuk umum sebagai berikut:
ax +by =c
Dimana x dan y adalah variabel sistem dan kesatuan dalam
sejumlah persamaan linier yang melibatkan dua variabel pembanding.
Persamaan dua variabel yang memuat variabel-variabel yang sama disebut
sebagai persamaan linier dua variabel yang sebanding.

Bentuk umum SPLDV

a 1 x +b1 y=c 1

a 2 x +b2 y=c 2

Dengan a 1 , b1 , c 1 , a 2, b 2 , c 2 merupakan konstanta,

Sedangkan x dan y ialah variabel.

2.4.2.2 Prosedur Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua


Variabel

Untuk sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV), ada tiga


metode untuk mencari akar atau himpunan solusi: pendekatan eliminasi,
metode substitusi, dan kombinasi keduanya.
A. Eliminasi
26

Eliminasi berarti menghilangkan atau membuang. SPLDV berisi dua


variabel, dengan membuang/menghilangkan atau mengeliminasi salah satunya
maka diperoleh persamaan linier dengan satu variabel yang letak akar-akarnya.
Cara menyelesaikan SPLDV dengan eliminasi:
1. Eiminasi ialah suatu teknik atau cara untuk menghilangkan satu atau lebih
variabel dari suatu sistem persamaan linier yang melibatkan dua variabel
dengan cara menyamakan koefisien persamaan tersebut.
2. Cara menghilangkan salah satu variabel ialah ketika memperhatikan suatu
tanda, jika cocok (+) dengan (+) atau (-) dengan (-), maka harus
dihilangkan dengan cara dikurangi, begitu pula sebaliknya. Gunakan sistem
penjumlahan jika tandanya berbeda.
B. Substitusi
Untuk menyelesaikan SPLDV digunakan pendekatan substitusi dengan
mengganti satu variabel dengan variabel lain sesuai dengan persamaan yang
diberikan.
Substitusi berikut dapat digunakan untuk menyelesaikan SPLDV:
1. Mengubah salah satu persamaan menjadi bentuk x=cy + d atau y=ax+ b
 a,b,c dan d ialah nilai yang ada di persamaan
 Carilah salah satu persamaan yang mudah dari 2 persamaan yang
ada.
2. Kemudian persamaannya disubstitusikan nilai x atau y .
3. Menyelesaikan persamaan sehingga mendapat nilai x atau y.
4. Memperoleh nilai variabel lain yang belum dilihat dengan hasil Langkah
sebelumnya.

2.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Keseluruhan pemecahan masalah melibatkan beberapa informasi seperti


perceptual, physiological, sensory serta mendapat penyelesaiannya
dipergunakanlah informasi-informasi itu. Harahap & Edy (2017:269) juga
mengemukakan bahwa :
“Pemecahan masalah matematika adalah aktivitas kognitif yang
rumit karena melibatkan penggunaan berbagai cara untuk melewati
27

tantangan dan menemukan solusi. Hal ini dimaksudkan bahwa


mengajarkan keterampilan pemecahan masalah kepada siswa akan
membantu mereka mengembangkan kebiasaan yang diperlukan untuk
menangani tantangan rumit dalam kehidupan sehari-hari, daripada
hanya mengharapkan mereka mampu menjawab pertanyaan atau
masalah yang disajikan.”

Siswa benar-benar harus mampu menyelesaikan masalah matematika.


Tidak hanya untuk menyelesaikan soal-soal aritmatika yang disampaikan oleh
para profesor di kelas, tetapi juga sangat membantu kehidupan nyata anak-anak
di masa depan. Pemecahan masalah matematis dapat membantu siswa
mengembangkan keterampilan analitisnya dan mengajarkan mereka bagaimana
menggunakan keterampilan tersebut dalam berbagai konteks, menurut
Hasratuddin (2018: 105). Siswa dengan demikian dapat mengembangkan
keterampilan analitis yang lebih besar dengan mempelajari keterampilan
pemecahan masalah. Dengan kata lain, jika siswa diajarkan untuk memecahkan
masalah, mereka akan mampu membuat penilaian karena mereka mahir dalam
mengumpulkan informasi terkait, menganalisisnya, dan melihat perlunya
mengkaji ulang temuan yang telah mereka terima.

Menurut Hasratuddin (2018) pengembangan model, prosedur, atau


heuristic pemecahan masalah dikelompokkan atas tingkatan-tingkatan berikut :

1. Memahami Masalah (Understanding the problem)


Menemukan data, ide, atau pengetahuan yang diperlukan untuk
mengatasi suatu masalah disebut memahaminya. Oleh karena itu,
keterampilan yang dibutuhkan pada tingkat penyelesaian masalah ini
mencakup mengidentifikasi :
a. Apa yang diketahui atau apa yang ditanyakan ?
b. Data apa yang diberikan?
c. Bagaimana kondisi soal? Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam
bentuk persamaan atau hubungan lainnya? Apakah kondisi yang
ditanyakan cukup untuk mencari yang ditanyakan? Apakah kondisi
itu tidak cukup atau kondisi itu berlebihan atau kondisi itu saling
bertentangan?
28

d. Buatlah gambar dan tulislah rotasi yang sesua.


2. Merencanakan Pemecahan (devising a plan)
Buatlah strategi yang memerlukan penciptaan representasi matematis
dari masalah tersebut. Oleh karena itu, kemampuan menilai suatu
masalah diperlukan untuk pemecahan masalah;
a. Pernahkah ada soal ini sebelumnya? Adakah soal yang sama atau
serupa dalam bentuk lain?
b. Pernah ada solusi masalah yang mirip dengan soal ini? Teori mana
yang dapat digunakan dalam masalah ini?
c. Perhatikan yang ditanyakan! Coba pikirkan soal yang pernah
diketahui dengan pertanyaan yang sama atau serupa!
d. Apabila ada soal yang serupa, dapatkah pengalaman lama
digunakan dalam masalah sekarang? Apakah hasil atau meted yang
lalu digunakan?Apakah harus dicari unsur lain agar memanfaatkan
soal semula? Dapatkah Anda menyatakannya dalam bentuk lain?
Kembalikan ke definisi!
e. Andaikan soal baru dapat diselesaikan, coba pikirkan soal serupa
dan selesaikan.
3. Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah (Carrying ot the plan)
Mewujudkan rencana berkaitan dengan penyelesaian model
matematika, oleh karena itu keterampilan berikut diperlukan pada saat
ini:
a. Menjalankan rencana pemecahan, serta memeriksa tiap Langkah
pemecahannya.
b. Memeriksa apakahsemua Langkah sudah benar.
c. Dapatkah dibutkan apakah Langkah tersebut sudah benar atau
salah.
4. Pengecekan Kembali Kebenaran Penyelesaian (Looking back).
Sementara itu, menelusuri solusi sekali lagi berarti menentukan apakah
solusi tersebut dapat diterima atau akurat dan apakah ada solusi lain.
Oleh karena itu, perhatikan:
a. Bagaimana cara memeriksa kebenaran hasil yang diperoleh?
29

b. Dapatkah diperiksa sanggahannya?


c. Dapatkah dicari hasil itu dengan cara lain?
d. Dapatkah hasil atau cara dipergunakan untuk masalah lain?
30

2.6. Penelitian yang Relavan

Penelitian yang relavan dengan penelitian ini adalah :


2.6.1. Finariyati, F.,Rahman,A. A.,&Amalia.Y. (2020), dengan penelitian yang
berjudul “ Pengembangan Modul Matematika Berbasis Etnomatematika
untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa”. Temuan
riset ini adalah pengembangan Modul berbasis etnomatematika dengan
pendekatan kontekstual guna menaikkan kemampuan pemecahan masalah
siswa di materi persamaan linier dua variable kelas X IIS 2 SMA Negeri I
Kaway XVI Tahun ajaran 2019/2020 dinyatakan Valid atas layak
dipergunakan oleh peserta didik menjadi sumber atau media pembelajaran
matematika berdasarkan hasil konversi dengan table skala dan hasil
validasi ahli materi, ahli media, serta hasil angket respon siswa yang
sangat baik. Atas hasil uji coba I serta II modul matematika berbasis
etnomatematika dimana dikembangkan mencapai kriteria valid yakni rata-
rata skor 4,5 dengan tingkat kevalidan 4 ≤ Vα <¿5. Melalui uji coba II dan
tercapainya tujuan pembelajaran, 85% pembelajaran klasikal siswa tuntas.
2.6.2. Siti Mardiah, Rany Widyastuti, Achi Rinadi (2018), dengan penelitian
yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis
Etnomatematika menggunakan Metode Inkuiri”. Hasil riset ini ialah modul
pembelajaran matematika berbasis etnomatematika mempergunakan
metode inkuiri di materi Bangun Datar. Dinyatakan valid atas layak
digunakan oleh Guru dengan model 4-D . Pada tahap 1, aspek ukuran
modul rata-rata sebesar 60 dan memenuhi kondisi “cukup baik”,
sedangkan pada tahap 2, aspek ukuran modul rata-rata sebesar 86,67 dan
memenuhi kriteria “baik”. Pada tahap 1 rata-rata aspek desain shell modul
memenuhi syarat “cukup baik” sebesar 57,78, sedangkan pada tahap 2
rata-rata aspek desain shell modul memenuhi standar “baik” sebesar 83,33.
Sedangkan rata-rata aspek desain isi modul sebesar 62,22 dan memenuhi
standar “cukup baik”, pada tahap 2 rata-rata aspek desain isi modul
memenuhi standar “sangat baik” yaitu sebesar 88,33.
31

2.6.3. Wiska, A., Tanjung, H. S., Rahman, A. A., & Nasryah, C. E. (2020).
dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan bahan ajar berbasis
masalah terintegrasi etnomatematika untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas XI SMA”. Dengan skor 3,22 dan interval
penilaian 3≤Vα<4, temuan penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar
berdasarkan soal etnomatematika terintegrasi layak digunakan.
Penggunaan bahan ajar berbasis masalah terpadu etnomatematika dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa efektif
untuk pembelajaran, meliputi tercapainya tujuan pembelajaran klasikal,
dan reaksi siswa terhadap sumber pengajaran dan kegiatan belajar baik.
2.6.4. Amalia, N. A., Wanabuliandari, S., & Rahayu, R. (2022). Dengan
penelitian yang berjudul “Pengembangan Ethno–Virtual Card Berbasis
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dan Rasa Ingin Tahu”.
Temuan penelitian ini adalah hasil validasi kartu etno-virtual berdasarkan
pemecahan masalah dan rasa ingin tahu. Standar praktis ada untuk
mengukur kepraktisan kartu etno-virtual berdasarkan pemecahan masalah
dan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kartu etno-
virtual yang dihasilkan, yang dilandasi oleh pemecahan masalah dan rasa
ingin tahu, dapat dimanfaatkan karena memenuhi syarat validitas dan
kepraktisan.
32

2.7. Kerangka Berfikir

Berdasarkan identifikasi masalah serta rumusan masalah tertera, maka bisa


ditarik sebuah kerangka berfikir yakni di bagan berikut :

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir

Nuansa
Etnomatematika

Peningkatan
Pengembangan Bahan Ajar Hasil belajar
Bahan Ajar Matematika peserta Didik

Model ADDIE

Atas bagan tersebut, bisa dijelaskan bahwasanya riset ini bertujuan untuk
memperoleh produk bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika. Model
penelitian yang dipergunakan ialah ADDIE dimana terdiri atas lima tahap yakni
analysis, Desain, Development, Implementation serta evaluation. Pengembangan
bahan ajar matematika ini bertujuan untuk menaikkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dijalankan di MTs Swasta Al-ishlahiyah Kota Binjai yang


bertempat di Jalan KH.Wahid Hasyim No.3 Pekan Binjai, Binjai kota. Alasan
pemilihan lokasi penelitian ini ialah bahan ajar matematika bernuansa
etnomatematika belum sering digunakan oleh para guru matematika serta belum
tersedianya bahan ajar matematika berbentuk Modul dengan bernuansa
etnomatematika di sekolah tersebut. Pelaksanaan penelitian hendak dilaksanakan
di semester ganjil tahun 2022/2023.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa MTs Swasta Al Ishlahiyah Kelas
VIII Kota Binjai. Dan sebagai objek pada penelitian ini ialah bahan ajar
matematika bernuansa etnomatematika guna menaikkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.

3.3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan (Research and


development). Penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses atau
serangkaian tahapan yang dapat dilacak untuk menciptakan produk baru atau
menyempurnakan produk yang sudah ada (Sukmadinata, 2017). Model
pengembangan ADDIE berfungsi sebagai kerangka teoritis penelitian ini. Model
ini memuat lima fase yakni A(nalysis), D(esain), D(evelopment),
I(mplementation), serta E(valuation). Dengan mempergunakan model ini peneliti
akan mengembangan sebuah produk bahan ajar matematika bernuansa
etnomatematika guna menaikkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.

33
34

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional berikut ini diberikan untuk memperjelas variabel


dan mencegah terjadinya perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam
penelitian ini:

1. Pengembangan ialah proses produksi yang langkah-langkahnya


ditentukan secara cermat untuk mencapai hasil terbaik.
2. Bahan ajar ialah organisasi sistematis konten yang berasal dari sumber
pendidikan.
3. Pemecahan masalah ialah proses mengatasi suatu masalah ketika
pendekatan yang diambil tidak diketahui sebelumnya tetapi
jawabannya harus didasarkan pada informasi yang diperoleh
sebelumnya.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematika ialah kemampuan siswa
dalam menyelesaikan permasalahan matematika non-rutin dengan
mengikuti tahapan penyelesaian yang jelas dan akurat, yang
berhubungan dengan proses yang diuraikan oleh Polya, yaitu:
a. Memahami masalah atau soal;
b. Membuat suatu rencana atau cara untuk menyelesaikannya;
c. Melaksanakan rencana pembelajaran
d. Memeriksa Kembali terhadap semua Langkah yang telah dilakukan
5. Etnomatematika ialah jembatan matematika dengan budaya.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk memantau


dan mengevaluasi suatu peristiwa alam atau kemasyarakatan. Instrumen pada
penelitian ini disusun bertujuan untuk mengukur kevalidan, kepraktisan dan
efektivitas pengembangan bahan ajar dan peningkatan kemampuan matematis
siswa. Instrumen dalam riset ini adalah angket lembar validasi RPP, angket
lembar validasi dari ahli materi serta ahli media. Kuesioner yang diperlukan
adalah respon siswa, angket respon guru dan lembar observasi serta instrument
35

soal pretest dan posttest sesuai indikator pencapaian kompetensi materi


transformasi geometri.

Dibawah ini merupakan table instrument penelitian sebagi berikut:

Tabel 3. 1. Instrumen Penelitian

Variabel Rencana Pengembangan Kemampuan


Pelaksanaan Bahan Ajar pemecahan
Pembelajaran (Modul) masalah
(RPP) bernuansa matematis
etnomatematika
Sumber Data Ahli Materi; 1. Ahli Media Siswa
2. Ahli materi
3. Guru
4. siswa
Metode Kuisioner Kuisioner Test

Instrumen Angket Angket Soal


1. Diagnostik
2. Posttest
3. Pretest

Angket yang digunakan dalam riset ini meliputi angket validasi dengan
jawaban tertutup. Angket dengan bentuk jawaban tertutup yakni angket yang
pertanyaannya sudah tersedia pada lembar jawaban. Sedangkan soal pretes-
posttest yang akan digunakan berupa soal tes uraian.

3.5.1. Lembar Validasi

Lembar validasi di penelitian ini terbagi menjadi Lembar validasi


rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar validasi Media pembelajaran
untuk Ahli Materi dan Lembar validasi Media pembelajaran untuk Ahli Media
sebagai berikut :

3.5.1.1. Lembar Validasi Ahli Materi


Lembar validasi yang berbentuk angket validasi ini mengkaji
kecukupan bahan ajar matematika ditinjau dari isi, kebahasaan, dan kehalusan
36

etnomatematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis


siswa. Kisi-kisi instrumen validasi ahli materi adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2. Kisi-Kisi Lembar Validasi Ahli Materi

No Aspek Indikator Nomor


Terkait Item
1 Kualitas Isi  Kesuaian materi dengan pengalaman -
siswa
 Kesesuaian materi dengan ilmu
matematika
 Kesuaian tujuan pembelajaran
 Fakta dan fenomena
2 Ketepatan  Kesesuaian KI, KD serta Indikator -
Cakupan  Kesesuaian dengan kehidupan sehari-
hari
 Kesesuaian dengan indicator
kemampuan pemecahan masalah
matemmatis
3 Bahasa  Bahasa yang dipergunakan -
komunikatif
 Kesesuaian Bahasa dengan pedoman
Ejaan yang disempurnakan.

3.5.1.1. Lembar Validasi Ahli Media

Tujuan dari lembar validasi yang berbentuk angket validasi ini


adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika melalui penggunaan visual dan penyajian bahan ajar matematika
dengan komponen etnomatematika. Kisi-kisi lembar validasi ahli media adalah
sebagai berikut:

Tabel 3. 3. Kisi-Kisi Lembar Validasi Ahli Media


No Aspek Terkait Indikator Nomor
Item
1 Ukuran Kertas pada  Ukuran Bahan Ajar -
Bahan Ajar
2 Desain Kulit Bahan  Ilustrasi Kulit Bahan Ajar -
Ajar (Cover)
3 Desain isi Bahan  Tampilan tata letak -
37

Ajar  Kesesuaian jenis huruf serta


spasi
 Kesesuaian materi dengan
tujuan pembelajaran

3.5.2. Angket
3.5.2.1 Angket Respon Guru

Lembar angket bertujuan guna mengetahui penggunaan bahan ajar


matematika bernuansa etnomatematika di materi transformasi geometri. Angket
respon gutu akan dibagikan untuk melihat kepraktisan dari angket yang
dikembangkan. Berikut kisi-kisi angket respon guru :

Tabel 3. 4. Kisi-Kisi Angket Respon Guru

No Aspek Terkait Indikator Nomor


Item

1 Kesesuaian isi dan materi  Kesuaian materi dengan -


budaya.
 Penyajian materi dari
mudah hingga sukar.
 Kesesuaian isi bahan ajar
dengan materi.
2 Tampilan Bahan Ajar  Tampilan dan desain -
 Animasi dan font huruf
 Bahan dan ukuran modul
3 Bahan ajar mudah  Instruksi dan petunjuk -
dipahami dalam bahan ajar
 Bahasa dan kalimat yang
digunakan
 Penyajian komponen modul
4 Pemahaman Materi  Pemahaman pengetahuan -
kebudayaan Melayu Deli.
 Memudahkan memahami
materi Transformasi
Geometri.
5 Mendukung kegiatan  Pemakaian bahan ajar di -
belajar siswa kelas
 Pemakaian bahan ajar di
rumah
 Sebagai sumber belajar
38

6 Aspek pengembangan  Bahan ajar bisa membantu -


kemampuan pemecahan kemampuan pemecahan
masalah matematis masalah matematis siswa.

3.5.2.2 Angket Respon Peserta Didik

Lembar angket bertujuan guna mengetahui penggunaan bahan ajar


matematika pembelajaran bernuansa etnomatematika di materi transformasi
geometri. Angkep respon peserta didik guna mengukur pendapat mereka
terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar bernuansa etnomatematika .
Angket respon peserta didik guna memenuhi kriteria kepraktisan bahan ajar
yang dikembangkan.

Tabel 3. 5. Kisi-Kisi Angket Respon Peserta Didik


No Aspek Terkait Indikator Nomor
Item
1 Kesesuaian isi dan  Kesuaian materi dengan -
materi budaya.
 Penyajian materi dari mudah
hingga sukar.
 Kesesuaian isi bahan ajar
dengan materi.
2 Mendukung siswa  Komponen bahan ajar -
Belajar Mandiri memfasilitasi siswa belajar
mandiri.
 Bahan ajar mendukung siswa
belajar mandiri
3 Kemampuan  Bahan ajar dapat membantu -
Pemecahan Masalah kemampuan pemecahan
matematis siswa masalah matematis siswa.
4 Tampilan Bahan Ajar  Isi tampilan serta desain yang -
menarik
 Kalimat yang dipergunakan
 Font jelas
 Bahan serta ukuran modul
5 Pemahaman Materi  Pemahaman materi -
Transformasi Geometri
 Pemahaman pengetahuan
kebudayaan Melayu Deli.
39

3.5.3. Instrumen Keefektifan


3.5.3.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Tes ini digunakan guna mengukur keefektifan pembelajaran yaitu salah


satunya berdasarkan ketuntasan belajar. Jenis tes yang disusun adalah tes essai
dan mengacu indicator kemampuan pemecahan masalah matematis. Instrumen tes
tersebut akan diberi pada siswa setelah melalui tahap validasi oleh ahli.
Tes yang dipergunakan ialah tes kemampuan pemecahan masalah
matematis dimana setiap pertanyaan mengandung indicator untuk menemukan
penyelesaian. Tingkat pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa diperhatikan berdasarkan jawaban siswa terhadap tes yang diberi. Agar bisa
mengetahuiya, peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap jawaban siswa lewat
pemberian skor yang telah ditentukan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu tahapan yang krusial dan krusial dalam sebuah penelitian
adalah pengumpulan data. Diperlukan metode pengumpulan data yang tepat dan
akurat untuk mendapatkan data dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi,
wawancara, angket, dan tes.

3.6.1. Observasi

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yang berbeda, yang


keduanya disebut observasi: 1) Observasi sistematis, yaitu observasi yang
dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan aturan-aturan sebagai alat
pengamatannya; dan 2) Observasi nonsistematis, dilakukan oleh pengamat tanpa
menggunakan alat tersebut (Suyino, 2017:147).
Jenis observasi yang dipergunakan pada riset ini ialah observasi
sistematis. Dimana sistematika factor-faktor yang akan diobservasi lengkap
dengan kategorinya telah ditentukan sebelumnya. Wilayah materi observasi juga
dibatasi sesuai dengan tujuan penelitian.
40

3.6.2. Wawancara
Saat melakukan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang
memerlukan penyelidikan lebih lanjut, wawancara merupakan salah satu metode
pengumpulan data. Secara umum pedoman wawancara ada dua macam: 1)
Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya
menguraikan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan; dan 2) Pedoman
wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun dengan sangat
rinci dan bersifat check-list.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, wawancara dapat dikategorikan
menjadi: 1) wawancara bebas, yang mana dalam wawancara tersebut
pewawancara bebas mengajukan pertanyaan apa pun sekaligus mencatat
informasi yang dikumpulkan; 2) Wawancara terbimbing, di mana pewawancara
mengajukan serangkaian pertanyaan yang komprehensif dan mendalam, seperti
halnya wawancara terstruktur; dan 3) wawancara bebas terpimpin, yang
menggabungkan wawancara bebas dan terbimbing. (Sugiyono, 2017:137).
3.6.3. Angket
Angket atau kuisioner adalah Teknik pengumpulan data yang diberi
pada responden meliputi pertanyaan atau pernyataan tertulis (Sugiyono,
2017;143). Pengumpulan angket pada penelitian ini digunakan sebelum dan
setelah pengembangan Bahan ajar. Angket yang digunakan sebelum
pengembangan modul dimaksudkan guna mengetahui respon siswa pada modul
yang selama ini mereka gunakan. Angket ini juga digunakan guna mengetahui
pembelajaran seperti apa yang disenangi siswa sebagai bahan masukan desain
Bahan ajar berupa Modul.
Angket juga akan digunakan guna mengetahui tingkat kualitas
pengembangan bahan ajar bernuansa etnomatematika atas menaikkan
kemampuan pemecahan masalah matematis. Selain itu angket juga dipergunakan
guna mengetahui kevalidan RPP dan kevalidan bahan ajar yang dikembangkan.

3.6.4. Tes
Serangkaian soal atau kegiatan akan dimanfaatkan dalam tes sebagai
alat pengumpulan data untuk menilai pengetahuan, kecerdasan, dan kemampuan
41

bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok (Sugiyono,2017). Pada riset ini tes
juga digunakan sebelum dan sesudah bahan ajar dikembangkan. Sebelum bahan
ajar dikembangkan siswa diberikan tes diagnostic sebagai alat yang
membuktikan bahwasanya kemampuan pemecahan masalah matematis dari
subjek penelitian tergolong rendah. Selanjutnya, instrument tes akan digunakan
pada saat implementasi produk yaitu berupa Postest untuk mengukur
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah
mempergunakan bahan ajar cetak yang dikembangkan.

3.7. Prosedur Penelitian Pengembangan

Prosedur penelitian pengembangan dilakukan merujuk pada model


pengembangan ADDIE. Dick and Carry menciptakan paradigma ADDIE pada
tahun 1996 untuk menciptakan metode pembelajaran. Bagan di bawah ini
memberikan gambaran skema proses penelitian:
42

Gambar 2.3 Bagan Prosedur Pengembangan Model ADDIE


Tahap Analysis
I. Analysis

Produk awal bahan ajar

II. Design
Melakukan inventarisasi Tugas, Menyusun Tujuan Pelaksanaan Tahap
atau pengembangan dan Menyusun startegi pembelajaran
Design

Tahap Evaluation
III. Development

Validasi bahan ajar

Analisis hasil validasi

Draf ke-
Revisi Apakah Valid? Tahap Development
i,i≥ 1

Draf 2

Evaluasi Formatif

Draf ke- Apakah baik untuk


i,i≥ 2 Revisi
diimplementasikan?
?

Draf 3
Tahap Implementatio

IV. Implementation

Draf ke- Apakah Praktis


i,i≥ 3 Revisi dan efektif?

Produk Bahan Ajar


43

Deskripsi Pengembangan bahan ajar pada penelitian dengan


mempergunakan model ADDIE diuraikan menjadi berikut :

3.7.1. Tahap Analisis (Analysis)

Tahap analisis bertujuan untuk mendefisinikan sebuah syarat-syarat


pembelajaran. Kegiatan di tahap ini ialah menganalisis kebutuhan-kebutuhan
dalam mengembangkan bahan ajar berupa modul. Di tahap ini pengumpulan
informasi dilakukan melalui analisis. Ada beberapa tahap analisis pada tahap ini
yaitu :
3.7.1.1. Analisis Kebutuhan

Untuk melakukan analisis kebutuhan ini, instruktur ditanyai dan


siswa diberikan kuesioner kebutuhan. Investigasi ini dilakukan untuk
menentukan apa yang dibutuhkan instruktur dan siswa untuk meningkatkan
kapasitas pembelajaran dan kinerja akademik. Langkah pertama dalam
pendekatan analisis kebutuhan ini adalah mengidentifikasi permasalahan yang
berkembang selama pembelajaran berbasis sekolah. Analisis kebutuhan
bertujuan untuk melihat kondisi mendasar yang dihadapi oleh peserta didik
sehingga diperlukan bahan ajar matematika.
3.7.1.2. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum bertujuan guna menganalisa kurikulum yang


diterapkan di MAS Al-Ishlahiyah Binjai. Kompetensi yang akan dicapai pada
mata pelajaran matematika dapat diketahui setelah memahami kurikulum yang
sesuai. Pada tahap analisis kurikulum ini, peneliti meganalisis KD (kompetensi
dasar) dan KI (Kompetensi Inti) di materi transformasi geometri yang ada pada
kurikulum 2013. Temuan pada analisis ini menjadi acuan atas mengembangkan
bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika dengan kuriklum yang
berlaku.
44

3.7.1.3. Analisis Karakteristik Siswa

Analisis karakteristik dilaksanakan guna mengamati karakteristik


siswa dengan merancang pengembangan materi pembelajaran. Karakteristik ini
memuat kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa. Temuan
analisis ini digunakan menjadi inti dalam penyusunan bahan ajar matematika.
3.7.2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap Perancangan (Design) ini bertujuan guna menyiapkan prototipe


perangkat pembelajaran agar merancang bahan ajar matematika bernuansa
etnomatematika . Pada tahap ini terdiri dari 3 langkah, yakni : (1) melaksanakan
inventaris Tugas , (2) Menyusun Tujuan Pelaksanaan atau pengembangan (3)
Menyusun Strategi Pengujian. Berikut merupakan Langkah-langkahnya :
3.7.2.1. Melakukan Inventaris Tugas

Pada tahap ini, peneliti merancang sebuah produk yang dibutuhkan.


Kemudian Mewujudkan guna memperoleh sebuah produk. Hal yang dibutuhkan
yaitu seperti mencari materi pembelajaran terkait Sistem persamaan linear dua
variabel sebagai bahan pada pembuatan bahan ajar matematika.
3.7.2.2. Menyusun Tujuan Pelaksanaan atau Pengembangan

Menurut Thiagrajan dkk (1974) mengemukakan bahwasanya sebelum


melakukan uji coba, gadget pembelajaran harus terlebih dahulu menjalani
perancangan awal yang tuntas. Aspeknya mencakup mempraktikkan gaya belajar
yang beragam melalui praktik mengajar dan menggunakan aktivitas pembelajaran
terorganisir yang berbeda.
45

Tabel 3. 6. Rancangan Awal Bahan Ajar Bernuansa Etnomatematika

Board Deskripsi

5.
Halaman Cover
1.
1. Berisi kata “ Modul bernuansa
Etnomatematika”
2.
2. Judul bahan Ajar, “Sistem persamaan
Linear Dua Variabel”
3. Identitas penulis dan dosen
pembimbing
4. Gambar yang berkaitan dengan materi.
5. Logo universitas
6. Identitas prodi, jurusan, fakultas dan
4. universitas penulis, serta tahun
pembuatan

3.

1. Halaman Prakata
2. 1. Berisi tulisan “Prakata”
2. Berisi kata pengantar dari penulis, profil
modul, dan gambaran umum mengenai
isi bahan ajar bernuansa etnomatematika
yang dikembangkan.

1. Halaman Daftar isi

2. 1. Berisi tulisan “Daftar isi”


3
2. Berisi judul-judul besar dari bahan ajar
3. Halaman daari setiap judul-judul besar
bahan ajar
46

Board Deskripsi

Halaman Kompetensi pembelajaran


1.
1. Berisi tulisan “Kompetensi
Pembelajaran”
2.
2. Kompetensi inti dari Bahan Ajar
3. Kompetensi dasar dari bahan ajar
4. Indikator Pencapaian Kompetensi
5. Tujuan Pembelajaran

Halaman Peta Konsep


1. 1. Berisi tulisan “Peta Konsep”
6453 2.
2. Berisi tulisan “Sistem Peersamaan
Linear Dua Variabel”
3. Eliminasi
4. Substitusi
5. Eliminasi dan substitusi

Halaman Pembelajaran (Lebih dari 1


LKPD Sistem Persamaan halaman)
Linear Dua Variabel (LKPD Sistem Persamaan Linear Dua
serta LKPD
Variabel serta LKPD menyelesaikan
Menyelesaikan masalah
masalah nyata terkait Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel ).
1. Soal Cerita masalah kontekstual

1. Tentang budaya melayu terkait Sistem


Persamaan Linear Dua Variabel..

Board Deskripsi
47

Halaman Kunci Jawaban

Jawaban LKPD Sistem Persamaan Linear


Dua Variabel Jawaban LKPD Permasalahan
nyata terkait Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel

1.
2 3 Lembar Glosarium
1. Berisi tulisan “Glosarium”
2. Berisi huruf awal dari kata yang akan
didefenisikan.
3. Berisi kata atau kalimat dan definisinya.

Lembar Cover Belakang


Berisi gambar yang masih berkaitan dengan
materi dan kalimat motivasi untuk siswa.

COVER BELAKANG

1.
48

3.7.2.3. Menyusun Strategi Pengujian

Pada tahap ini, peneliti Menyusun sebuah strategi untuk


pengujian sebuah keberhasilan sebuah produk bahan ajar yang dikembangkan.
Strategi yang digunakan peneliti adalah Validasi, Praktis dan Efektivitas.
3.7.3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan ialah proses mewujudkan apa-apa yang sudah


dilakukan di tahap desain. Di tahap ini, rancangan (Design) produk
direalisasikan sehingga terbentuk sebuah bahan ajar berbentuk modul cetak
sesuai dengan yang diinginkan.
3.7.3.1. Menghasilkan Produk

Di tahap ini, peneliti sudah memperoleh sebuah produk beserta hal


yang mendukung dalam pengembangan bahan ajar. Produk yang dihasilkan ialah
bahan ajar berbentuk modul. Matematika. Lembar pendukung yang dihasilkan
ialah lembar validasi ahli media, ahli materi, angket respon guru, angket respon
peserta didik, RPP, dan soal pretest dan postetst.
Kemudian Langkah berikutnya ialah dilakukannya validasi ahli yang
bertujuan guna memvalidasi atau menilai kelayakan produk bahan ajar yang
dikembangkan. Bahan ajar di evaluasi oleh ahli dalam bidangnya sehingga
nantinya produk akan mendapatkan saran perbaikan sekaligus masukan dalam
perancangan.
3.7.3.2. Uji Coba Guru

Pada tahap ini, peneliti meminta guru memberi respon terhadap


bahan ajar berupa modul yang telah di rancang peneliti. Setelah itu, respon guru
tersebut di dapat melalui hasil angket serta wawancara yang dilaksanakan
peneliti.

3.7.4. Tahap Implementasi (Implementation)


49

Fase implementasi penelitian melibatkan penerapan desain bahan ajar


yang dihasilkan ke dalam praktik di ruang kelas yang sebenarnya.
Pengembangan bahan ajar diterapkan pada situasi dunia nyata pada saat
implementasi. Penyampaian bahan ajar yang dibuat memperhatikan
pembelajaran siswa. Penilaian awal kemudian dilakukan untuk memberikan
umpan balik terhadap pelaksanaan pembuatan bahan ajar selanjutnya setelah
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah
tujuan utama dari langkah-langkah pelaksanaan: 1) Membantu siswa mencapai
tujuan pembelajarannya. 2) Memastikan bahwa siswa diberi kesempatan untuk
memecahkan tantangan yang mereka temui di masa lalu saat belajar. 3)
Menjamin bakat siswa meningkat setelah belajar.
Uji coba yang digunakan dalam riset ini ialah one-Group Pretest-
Postest Design. Sebagai konsekuensinya, efek perlakuan dapat diprediksi
dengan lebih tepat karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum
perawatan. Bisa digambarkan menjadi berikut :

O1 X O2 Sumber (Sugiyono, 2017 : 74)

Keterangan :

O1 : Uji awal (Pretest) dilakukan sebelum diberikan


perlakuan

X : Perlakukan melalui pembelajaran dengan menggunakan


Modul bernuansa etnomatematika yang teah
dikembangkan.

O2 : Uji akhir (Post test) dilakukan setelah diberi perlakuan

3.7.5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Temuan evaluasi digunakan untuk menginformasikan pembuatan


bahan ajar. Setelah itu, perubahan dilakukan sebagai respons terhadap temuan
penilaian atau kebutuhan yang tidak dapat diatasi oleh tujuan pembuatan bahan
ajar. 1) Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan
50

merupakan salah satu hal yang ingin dipelajari oleh evaluasi penciptaan bahan
ajar dalam pembelajaran. 2) Bakat siswa meningkat akibat keterlibatannya
dalam kegiatan pendidikan. 3) Keuntungan yang dirasakan sekolah akibat
meningkatnya kompetensi siswa sebagai akibat dari upaya penciptaan bahan
ajar.
Pada tahap ini dilakukan analisis kualitatis bahan ajar yang ditinjau
dari kevalidan, kepraktisan serta keefektifan bahan ajar yang dikembangkan.
Kevalidan modul diperhatikan dari hasil diperoleh dari penilaian para ahli serta
praktisi pada tahap pengembangan. Pada setiap tahap yang dilalui akan
dilakukan revisi jika diperlukan adanya revisi terhadap bahan ajar yag
dikembangkan. Berdasarkan temuan penilaian atau kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi oleh bahan ajar, maka dilakukan revisi. Temuan evaluasi digunakan
untuk memberikan umpan balik kepada pengguna. Tujuannya adalah untuk
menjamin bahan ajar yang dibuat dapat dimanfaatkan secara efektif dan luas.

3.8. Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu :
1) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah informasi yang diperoleh melalui kontak dekat dan
memerlukan kerja lapangan yang luas. Oleh karena itu, saat
mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data untuk penelitian
kualitatif ini, peneliti harus menggunakan proses, metodologi, dan teknik
yang tepat. Validasi berdasarkan komentar validator atau rekomendasi
perbaikan bahan ajar yang sedang dikembangkan memberikan data
kualitatif untuk penelitian ini.
2) Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dengan cara observasi atau pengukuran yang
berbentuk angka-angka disebut dengan data kuantitatif. Data kuantitaif
dari riset ini didapat dari hasil validasi oleh ahli materi, hasil angket respon
guru terhadap bahan ajar, hasil lembar observasi keterlaksanaan
51

pembelajaran oleh observer (pengamat), dan hasil penguasaan materi


berupa hasil Pretest dan posttest siswa.

3.9. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ialah berupa strategi atau teknik transformasi data
menjadi pengetahuan sepanjang proses penelitian. Tujuan dilakukannya analisis
data dalam riset ini ialah guna mengetahui kevalidan, kepraktisan serta
keefektifan bahan ajar matematika berupa modul bernuansa etnomatematika.

3.9.1. Teknik Analisis Kevalidan

Teknik analisis kevalidan bertujuan guna melihat suatu kevalidan


modul cetak, RPP (Rancangan Perangkat Pembelajaran), serta angket respon
siswa yang digunakan untuk analisis deskriptif kuantitatif yakni dengan
menganalisis data kuantitaif yang didapat dari hasil penilaian. Teknik analisis
data kelayakan mempergunakan skors yang didapat dari skal Likert. Pada riset
ini dipergunakan 4 skala untuk menghindari jawab 3 netral, atau cukup yang
cenderung dipilih oleh responden serta penilai.

Menurut Djemari Mardapi (dalam Marselina, 2019), analisis data dapat


digunakan untuk mengevaluasi kecukupan bahan ajar dalam bentuk modul
cetak, RPP, serta angket respon guru dan siswa:

1. Mengubah data nilai tes menjadi data kualitatif dengan menggunakan


petunjuk pada tabel untuk mendapatkan data kuantitatif dari hasil
instrumen yang diisi dengan judgment serta user:

Tabel 3. 7. Rubrik Interval Empat

No Rubrik Skala Interval


1 Sangat baik 4
2 Baik 3
3 Kurang 2
4 Sangat 1
Kurang
52

2. Menerapkan rumus berikut untuk mendapatkan skor rata-rata instrumen


untuk keseluruhan pengisian:
jumlah skor per indikator
Presentase skor= x 100 %
jumlah maksimal indikator
3. Kriteria Penilaian
Angka dalam bentuk persen dihasilkan dari hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus di atas. Kalimat berifat kuantitaif yang tercantum di
dalam table sebagai berikut :

Tabel 3. 8. Kriteria Penilaian

Kriteria Validitas Tingkat Validitas


Sangat valid atau bisa 85 % < x ≤ 100 %
dipergunakan tanpa revisi
Cuku valid, atau bisa dipergunakan 70 % < x ≤ 85 %
dengan revisi kecil
Kurang Valid, atau bisa 50 % < x 70 %
dipergunakan dengan revisi besar
Tidak valid, atau tidak bisa 0 % < x ≤ 50
dipergunakan
(Sumber: Radeswandri, 2016 :105)

3.9.2. Teknik Analisis Kepraktisan

Tujuan dari pendekatan analisis kepraktisan adalah untuk menilai


kemanfaatan sumber belajar yang akan dibuat, oleh karena itu analisis deskriptif
kualitatif digunakan untuk mengkaji data angket respon siswa dan instruktur.
Lembar implementasi peneliti kemudian digunakan untuk melacak seberapa baik
pembelajaran dipraktikkan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
membagikan angket kepada guru dan siswa pada setiap akhir pertemuan, serta
mengumpulkan data pelaksanaan.

Informasi yang dikumpulkan dari survei respons guru dan siswa akan
dirata-ratakan dan diubah berdasarkan standar pragmatis. Rumus berikut dapat
digunakan untuk menganalisis tingkat kepraktisan produk dalam kuesioner:
53

TSEp
Vp= x 100 %
S max

Keterangan :

Vp : Validitas Kepraktisan

TSEp : Total skor empiric kepraktisan

TSEp : Skor maksimal yang diinginkan

Mengetahui pentingnya kepraktisan, kriteria berikut dapat digunakan


untuk menjelaskan hasil kepraktisan:

Tabel 3. 9. Kriteria Kepraktisan Produk

Kriteria Kategori Keterangan


75,01%-100% Sangat Praktis Bisa dipergunakan tanpa revisi
50,01%-75.00% Praktis Bisa dipergunakan dengan revisi kecil
25,01%-50,00% Cukup Praktis Disarankan agar tidak dipergunakan
00,00%-25,00% Kurang Tidak bisa dipergunakan
Praktis

3.9.3. Teknik Analisis Data Keefektifan

Keefektifan bahan ajar berbentuk modul cetak yang dikembangkan


bernuansa pendekatan etnomatematika bisa dieprhatikan berdasarkan hasil
analisis tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yakni Pretest dan
posttest serta angket respon siswa. Berdasarkan pencapaian penyelesaian
pembelajaran, pencapaian tujuan pembelajaran, dan reaksi positif siswa, maka
kegunaan modul yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dinilai.
3.9.3.1 Ketuntasan Belajar Siswa

Ketuntasan belajar siswwa diperoleh atas hasil tes kemudian


dianalisi oleh peneliti guna melihat keberhasilan siswa pada proses belajar, dan
apa saja yang dialami siswa atas menuntaskan soal-soal.
a. Mengukur ketuntasan belajar individu
54

Rumus berikut dapat digunakan untuk menentukan tingkat ketuntasan


belajar individu siswa:
T
KB= x 100 %
T1
Dimana :
KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah skor yang didapat
T1 = Jumlah skor total

Tabel 3. 10. Kriteria Ketuntasan Belajar Individu

Tingkat ketuntasan Belajar Kriteria ketuntasan


Individu
0%≤ KB< 75 % Siswa belum tuntas belajar
75 % ≤ KB<100 % Siswa telah tuntas belajar
Kesimpulan : Siswa dinyatakan tuntas belajarnya apabila proporsi jawaban
benar siswa ≥ 75 %
b. Mengukur Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan Klasikan siswa dapat di hitung dengan rumus :
Banyak siswa yang KB≥ 75 %
PKK = x 100 %
Banyak subjek penelitian
Dimana :
PKK = Presentase Ketuntasan Klasikal
Menurut Depdiknas, suatu kelas dinyatakan tuntas belajar klasikal apabila
pada kelas ada 85% yang sudah memenuhi ketuntasan belajar ≥ 75 %
3.9.3.2 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran/Indikator pembelajaran

Menurut Hasratuddin (2018 : 242) Ketercapaian indicator bila


paling sedikit 75% indicator yang dirumuskan bisa dipenuhi 65% siswa.
Guna mengukur pencapaian indicator pada pembelajaran dipergunakan
rumus :
Si
T= x 100 %
S maks
55

Keterangan :
T = Presentase pencapaian indicator
Si = Jumlah skor siswa untuk butir soal ke-i
Smaks = Jumlah skor maksimal untuk butir soal ke-i
Temuan perhitungan gain berikutnya diinterprestasikan dengan
mempergunakan klasifikasi berikut :

Tabel 3. 11. Kriteria Ketercapaian Indikator


Tingkat Ketercapaian indicator Kriteria ketercapaian indicator
0%≤ T <75 % TPK belum terpenuhi
75 % ≤ T < 100 % TPK terpenuhi

3.9.3.3 Respon siswa Positif

Repson siswa positif dilihat dari hasil proses pembelajaran dan


instrument tes yang dikembangkan oleh peneliti dan dapat dilihat dari
respon siswa ialah bila siswa mempunyai respon yang positif serta
mempunyai minat terhadap pembelajaran maupun instrument tes yang
dikembangkan . Besarnya presentase yang diperoleh respon siswa sebesar
80%.

3.9.4. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis Siswa

Pada riset ini ada 3 analisis yang dipergunakan guna melihat


peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, yakni sebagai
berikut :

3.9.4.1. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap


Indikator

Berikut ialah Langkah-langkah analisis kemampuan pemecahan


masalah matematis siiswa berlandaskan indicator.
56

1. Berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan pada ujian kemampuan


pemecahan masalah pada tes I dan II, tentukan skor untuk setiap indikasi
pada setiap item soal.
2. Menampilkan hasil tiap butir soal Tes I dan II indikator kemampuan
pemecahan masalah siswa.
3. Menentukan persentase keberhasilan setiap indikator pemecahan masalah
siswa pada uji coba I dan II ujian pemecahan masalah dengan cara:

jumlah skor siswaindikator ke−i


r 1= x 100 %
jumlah skor maksimal indikator ke−i

4. Tentukan rata-rata persentase siswa yang mampu menyelesaikan masalah


matematika pada setiap indikator, dan perhatikan peningkatannya antara
uji coba I dan II.
3.9.4.2. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Secara Keseluruhan

Berdasarkan pedoman penelitian yang direkomendasikan, pastikan


temuan tes kecenderungan siswa dalam pemecahan masalah dalam uji coba I
dan II. Rumus berikut dapat digunakan untuk memprediksi hasil ini:
T
SKPK = x 100 %
Tt
Keterangan :
SKPK = Persentase skor kemampuan pemecahan masalah
T = Jumlah skor yang didapat siswa
Tt = Jumlah skor total

Guna menentukan kategori kemampuan pemecahan masalah matematis siswa bisa


diperhatikan di tabel dibawah ini :

Tabel 3. 12. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Tingkat Penguasan Kategori
90%-100% Sangat Tinggi
80%-89% Tinggi
65%-79% Sedang
57

55%-64% Rendah
0%-54% Sangat Rendah

3.9.4.3. Analisis N-Gain

Kenaikan keterampilan pemecahan masalah siswa didasarkan di


kriteria N-Gain Hake (2002) dengan rumus g factor (N-Gain) sebagai berikut :
S postest −S pretest
g=
S mak −S pretest

Keterangan :

g = Faktor N-Gain
S pretest = Skor uji coba I
S postest = Skor Uji coba II
Smak = Skor maksimum
Selanjutnya kategorisasi Hake dari Meltzer digunakan untuk
memahami temuan komputasi N-Gain sebagai berikut:

Tabel 3. 13. Klasifikasi N-Gain

Besarnya g Kategori
g>0 , 7 Tinggi
0,3≤g≥0,7 Sedang
g<0 , 03 Rendah

Selanjutnya akan ditampilkan besarnya nilai rata-rata antara Uji


Coba I dan II serta kategori N-Gain.

3.9.5. Indikator Keberhasilan Bahan Ajar Bernuansa Etnomatematika


Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa

Pengembangan bahan ajar pada riset ini dikatakan berhasil jika bahan
ajar matematika bernuansa etnomatematika yang dikembangkan memenuhi
58

kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan serta melihat kenaikan


pemecahan masalah matematis siswa yakni berikut :

a) Kevalidan produk pengembangan bahan ajar matematika bernuansa


etnomatematika yang dikembangkan berada di antara kategori cukup valid
hingga sangat valid.
b) Bahan ajar bernuansa Etnomatematika dikatakan praktis menurut hasil
angket respon guru dan siswa.
c) Produk bahan ajar bernuansa Etnomatematika dikatakan efektif jika
memenuhi:
 Tercapainya ketuntasan belajar peserta didik secara individu dan
klasikal
 Tercapainya ketuntasan tujuan/indicator pembelajaran peserta didik
berdasarkan ketercapaian indicator pembelajaran dengan indikator
ketutasan ialah maksimal terdapat 65% siswa yang bisa memenuhi
75% terhadap tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
 Waktu yang dipergunakan pada proses pembelajaran efesien atau
tidak melebihi pembelajaran biasa.
d) Ada kenaikan kemampuan pemecahan masalah siswa.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian

Hasil riset dari pengembangan produk bahan ajar Matematika bernuansa


Etnomatematika dengan materi SPLDV ini akan dijabarkan melalui 5 tahapan,
dengan mengadaptasi metode ADDIE, yakni Tahap Analisi (Analyze), Desain
produk (Design), Pengembangan produk (Development), Implementasi
(Implement), serta Evaluasi (Evaluation).

4.1.1. Tahap analisis (Analyze)

Tahap awal dalam melakukan proses pengembangan yaitu dengan


menganalisa permasalahan yang sedang terjadi untuk mengumpulkan
informasi. Sekolah ini menggunakan kurikulum 2013, sesuai dengan proses
pembelajaran di kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran siswa yang
aktif dan kritis dalam menanggapi permasalahan yang ada sesuai konteks
pembelajaran. Pada tahap analisis (analyze) peneliti melakukan pengamatan
langsung pada guru dan siswa terkait pembelajaran matematika di MTS Al-
Ishlahiyah Binjai melalui tes. Hasil dari tes tersebut, peneliti menemukan
bahwasanya kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII MTs Swasta Al-
Ishlahiyah Binjai masih tergolong rendah, ini dikarenakan siswa kesulitan
memperoleh informasi secara menyeluruh dari data yang diketahui serta data
yang ditanyakan.

Selain dari tes, peneliti juga melakukan observasi (pengamatan),


wawancara dan penyebaran angket dengan guru dan siswa lainnya. Hasil dari
pengamatan tersebut ditemukan kendala lainnya seperti masih kurangnya
sumber belajar yang digunakan, guru cenderung menggunakan LKS menjadi
satu-satunya sumber pembelajaran di kelas serta belum adanya pengembangan
ataupun penggunaan bahan ajar berbentuk modul matematika pada
pembelajaran. Berlandaskan kendala tersebut peneliti bisa menyimpulkan
bahwasanya di MTS Al-Ishlahiyah Binjai masih minim ketersediaan bahan ajar

59
60

yang sejalan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa, masih kurang
sarana serta prasarana yang mendukung proses pembelajaran di kelas sehingga
motivasi belajar siwa menjadi rendah serta mengakibatkan pula hasil belajar
siswa menjadi rendah.

Hasil observasi serta hasil analsiis tersebut menjadi bahan pendukung


peneliti untuk mengembangkan bahan ajar matematik yang bernuansa
etnomatematika guna menaikkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.

4.1.2. Tahap Desain (Design)

Setelah tahap analitis selesai, tahap selanjutnya meliputi


pengembangan materi pendidikan yang berperspektif etnomatematika, yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
matematika. Tahap penelitian pembuatan produk atau prototipe yang dilakukan
untuk membuat barang unik disebut tahap desain. Pengembangan kerangka bahan
ajar, definisi bahan ajar secara metodis, dan perancangan produk merupakan
contoh penelitian penyusunan produk bahan ajar. Berikut adalah langkah-langkah
yang terlibat dalam tahap desain:

Tabel 4.1 Desain Produk Modul Bahan Ajar SPLDV

Desain bahan ajar


1. Cover bahan ajar
Cover bahan ajar didesain menyesuaikan tema etnomatematika,
sehingga peneliti menyelipkan gambar istana deli sebagai background
cover bahan ajar. Pada bagian atas tepi kanan penulis juga menampilkan
logo pendidikan indonesia dan logo kampus asal penulis.
61

Desain bahan ajar


2. Pendahuluan buku
Pada bagian pendahuluan buku, penulis menerapkan kata pengantar,
daftar isi, peta konsep, serta pendahuluan buku. Kata pengantar berisi
pesan-pesan penulis mengenai tujuan pengembangan yang ingin dicapai
melalui bahan ajar ini. daftar isi berisi isi sub materi yang akan
dirangkum dalam bahan ajar ini. pendahuluan berisi identitas bahan ajar,
judul materi, indikator pencapaian kompetensi dan petunjuk penggunaan
bahan ajar.

3. Materi ajar
Adapun materi ajar yang dirangkum dalam bahan ajar ini yakni
mengenai :
1) Persamaan linear dua variabel
2) Definisi sistem persamaan linear dua variabel
3) Metode penyelesaian masalah kontekstual bernuansa etnomatematika
dengan (substitusi, eliminasi, dan gabungan)
62
Desain bahan ajar
4. Soal pengantar
soal pengantar bertujuan agar siswa memahami bentuk penyelesaian yang
akan diterapkan. Ada 2 soal pengantar yang disediakan di bahan ajar ini.
soal pada masalah 1.1 berisi soal yang menggunakan data tabel sedangkan
soal pada masalah 1.2 berisi soal yang menggunakan soal cerita.

5. Contoh soal tiap subbab dan latihan evaluasi


Untuk membantu siswa mengidentifikasi informasi yang telah mereka
pelajari dan hal-hal yang masih perlu mereka pelajari, contoh soal dan soal
latihan sangat penting. Siswa yang berlatih soal mungkin menjadi lebih
fokus dalam menguasai konten. Selain itu, ini berfungsi sebagai alat
latihan bagi siswa saat mereka bersiap menghadapi ujian.

63
64

Tabel 4.2 Desai produk pengembangan LKPD SPLDV

Desain LKPD
1. Cover LKPD pertemuan I

2. Soal interaktif

3. Cover LKPD pertemuan II


65

4. Soal Interaktif

4.1.3. Tahap Pengembangan (Development)

Pada titik ini, peneliti menggunakan tiga validator untuk


memverifikasi penawaran sumber pengajaran yang berfokus pada
etnomatematika. Setiap validator mengevaluasi sumber daya pendidikan
dengan materi topik SPLDV. Untuk materi pelatihan yang memuat seluk-
beluk etnomatematika, peneliti juga membuat lembar validasi. Berdasarkan
beberapa indikator yang disediakan pada lembar validasi. Lembar validasi
berisi daftar pernyataan untuk setiap indikator. Modul diverifikasi oleh
validator pada langkah pertama, dan validator memberikan rekomendasi dan
pedoman kepada peneliti untuk peningkatan produk yang harus dibuat.
66

Setelah peneliti memperbaiki permasalahan yang ada pada modul


pembelajaran, validator melengkapi lembar validasi modul pembelajaran dan
melakukan validasi modul. Tiga orang guru pendidikan matematika dari
Universitas Negeri Medan bertugas sebagai validator. Lembar angket yang
sudah diisi oleh validator, kemudian dilakukan penghitungan terhadap
penilaian dari tiap-tiap validator terkait modul yang menerapkan pendekatan
etnomatematika bahari untuk materi Aritmatika Sosial. Hasil perhitungan data
tersebut ditampilkan di tabel yang terdiri atas aspek penilaian, skor yang
diperoleh, jumlah data, rata-rata skor, kriteria, serta rata-rata skor akhir.
Berikut daftar validator:

Validator 1 : Prof. Dr. Asmin, M.Pd.


Validator 2 : Sri Lestari Manurung, S.Pd.,M.Pd.
Validator 3 : M. Badzlan Darari, S.Pd.,M.Pd.
Pertama, validasi oleh ahli materi dijalankan dengan mengisi lembar
angket yang terdiri atas 3 aspek penilaian yakni kelayakan isi, kelayakan
penyajian, serta penilaian etnomatematika. Temuan validasi ahli materi
disajikan dalam bentuk tabel 4.3 sebagi berikut:

Tabel 4.3 Hasil Validasi Ahli Materi


Aspek Validator Skor rata-rata Kriteria
(%)
Kualitas isi Validator 1 87,5 Sangat valid
Validator 2 93,75 Sangat valid
Validator 3 93,75 Sangat valid
Skor rata-rata 91,67 Sangat valid
Ketepatan cakupan Validator 1 85,71 Sangat valid
Validator 2 89,28 Sangat valid
Validator 3 96,42 Sangat valid
Skor rata-rata 90,47 Sangat valid
Bahasa Validator 1 95 Sangat valid
Validator 2 75 Cukup valid
Validator 3 90 Sangat valid
Skor rata-rata 86,67 Sangat valid
67

Rata-rata skor akhir 89,60 Sangat layak

Tabel 4.3 merupakan penilaian atas 3 validator ahli materi produk


bahan ajar bernuansa etnomatematika. Persentase aspek kelayakan dari
validator 1 senilai 87,5, validator 2 senilai 93,75 serta validator 3 senilai
93,75 sehingga skor rata-rata yang didapat dari ketiga validator yakni 91,67
artinya produk ini memiliki kriteria sangat valid. Selanjutnya persentase
aspek ketepatan cakupan dari validator 1 senilai 85,71, validator 2 senilai
89,28 serta validator 3 senilai 96,42, sehingga skor rata-rata yang didapat dari
ketiga validator tersebut yakni 90,47 artinya produk ini memiliki kriteria
sangat valid. Dan terakhir persentase penilaian validasi ahli materi pada aspek
bahasa dari validator 1 senilai 95, validator 2 senilai 75, serta validator 3
senilai 90, sehingga skor rata-rata yang didapat dari ketiga validator yakni
86,67, artinya produk ini memiliki kriteria sangat valid. Skor rata-rata akhir
dari ketiga validator materi tersebut senilai 89,60 %, berdasarkan tabel 3.8
produk ini masuk ke dalam kriteri sangat valid serta bisa dipergunakan tanpa
revisi.

Kedua, validasi oleh ahli desain melalui pengisian lembar angket yang
meliputi aspek penilaian yaitu ukuran bahan ajar, desain kulit bahan ajar
(cover), dan desain isi bahan ajar. Temuan validasi ahli desain ditampilkan
pada tabel 4.2 sebagi berikut:

Tabel 4.4 Hasil Validasi Ahli Media

Aspek Skor rata-rata Kriteria


(%)
Ukuran bahan ajar 100 Sangat valid
Desain kulit bahan 91,67 Sangat valid
ajar (cover)
Bahasa 91,67 Sangat valid
Rata-rata skor 94,47 Sangat valid
akhir
68

Tabel 4.4 merupakan penilaian atas validator ahli media produk


bahan ajar bernuansa etnomatematika. Persentase aspek ukuran bahan ajar
sebesar 100 artinya produk ini memiliki kriteria sangat valid. Selanjutnya
persentase aspek desain kulit bahan ajar (cover) sebesar 91,67 artinya produk
ini memiliki kriteria sangat valid.

Dan terakhir persentase penilaian desaain isi bahan ajar sebesar


91,67 artinya produk ini mempunyai kriteria sangat valid. Skor rata-rata akhir
dari penilaian validator ahli media tersebut sebesar 94,47 %, berdasarkan
tabel 3.8 produk ini masuk ke dalam kriteri sangat valid dan bisa
dipergunakan tanpa revisi.

4.1.4. Tahap impelementasi (Implement)

Produk bahan ajar bernuansa etnomatematika pada materi SPLDV


telah dinyatakan layak diguinakan dengan adanya revisi pada tahap
pengembangan. Selanjutnya bahan ajar bernuansa etnomatematika ini dapat
dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat kepraktisan atau kelayakan
berdasarkan respon guru dan siswa. uji coba produk dijalankan terhadap
siswa kelas VIII MTs Swasta Al-Ishlahiyah Kota Binjai.

Guru memberikan respon terhadap bahan ajar bernuansa


etnomatematika pada materi SPLDV dengan mengisi angket yang meliputi
aspek kesesuaian materi, kemudahan penggunaan, efisiensi waktu
pembelajaran serta manfaat bahan ajar. Hasil respon guru ditampilkan dalam
bentuk tabel 4.5 sebagi berikut:
69

Tabel 4.5 Hasil Respon Guru

Aspek Skor Jumlah Presentase Kriteria


indikator skor
Kesesuaian Materi 3 1 100 Sangat Praktis
Kemudahan 30 9 83,3 Sangat Praktis
Penggunaan
Efesiensi Waktu 7 2 87,5 Sangat Praktis
Pembelajaran
Manfaat 21 6 87,5 Sangat Praktis
Rata-rata skor akhir 89,57 Sangat Praktis

Tabel 4.5 merupakan penilaian dari salah satu guru matematika MTs
Swasta Al-Ishlahiyah Kota Binjai terhadap bahan ajar bernuansa
etnomatematika pada materi SPLDV. Aspek kesesuaian materi dari bahan
ajar didapatkan persentase 100%. untuk kriteria baik. Aspek kemudahan
penggunaan didapatkan persentase 83,3% untuk kriteria sangat baik. Aspek
efisiensi waktu pembelajaran didapatkan persentase 87,5% untuk kriteria
baik. Aspek manfaat bahan ajar didapatkan persentase 87,5% untuk kriteria
sangat baik. Maka diperoleh rata-rata skor akhir adalah 89,57%. Nilai ini
didapat melalui rumus :

61
Vp= x 100 % = 84,72 %
72

Dari hasil tersebut dicocokkan kembali pada tabel kriteria 3.9 dan
masuk kedalam kriteria sangat praktis. Jadi, produk bahan ajar bernuansa
etnomatematika memiliki kriteria sangat baik digunakan dari hasil uji praktis
oleh guru. Siswa juga memberikan respon produk bahan ajar bernuansa
etnomatematika. Melalui pengisian lembar angket responden siswa yang
terdiri atas 20 butir pernyataan. Hasil respon siswa diperhatikan dalam tabel
4.5 sebagi berikut :
70

Tabel 4.6 Hasil Respon Siswa

No Butir pernyataan Skor rata- Kriteria


rata (%)
1. Bahan Ajar ini mempergunakan 83 Sangat Praktis
masalah yang berhubungan
dengan budaya yang ada di
Sumatera Utara dalam
mengantarkan suatu konsep
kecepatan berpikir saya.
2. Bahan ajar ini mempergunakan 78 Sangat Praktis
soal-soal yang berhubungan
dengan masalah kebudayaan
local.
3. Materi dalam bahan ajar ini 83 Sangat Praktis
diawali dari yang mudah ke yang
sukar
4. Isi Bahan ajar ini sesuai dengan 91 Sangat Praktis
materi Transformasi geometri.
5. Pada bahan ajar ini ada bagian 81 Sangat Praktis
dimana saya dapat menemukan
konsep sendiri.
6. Bahan ajar ini mendorong siswa 77 Sangat Praktis
untuk merangkum materi sendiri.
7. Bahan ajar ini memuat tes yang 78 Sangat Praktis
bisa menguji seberapa jauh
pemahaman siswa terhadap
materi Sistem persamaan linear
Dua Variabel
8. Saya dapat mempergunakan 83 Sangat Praktis
bahan ajar ini dengan mudah
meski tanpa bimbingan guru
9. Dengan mempergunakan bahan 85 Sangat Praktis
ajar ini dapat membuat belajar
saya lebih terarah serta runtut.
10. Materi dalam bahan ajar ini 87 Sangat Praktis
mendorong keingintahuan saya.
11. Bahan ajar ni mendrong saya 88 Sangat Praktis
mampu mengkomunikasikan
pendapat dengan lisan maupun
Tulisan.
12. Bahan ajar ini menyokong saya 90 Sangat Praktis
untuk dapat membuat model
matematika dari suatu masalah
71

matematika melalui tulisan,


symbol, gambar dan grafik.
13. Bahan ajar ini dapat membantu 94 Sangat Praktis
saya dalam menyelesaikan suatu
perasalahan pada materi yang
dipelajari.
14. Tampilan serta desain bahan ajar 91 Sangat Praktis
ini menarik.
15. Kalimat dan paragraph bahan ajar 90 Sangat Praktis
ini jelas serta mudah dipahami.
16. Huruf yang dipergunakan 79.8 Sangat Praktis
sederhana serta mudah dibaca.
17. Bahan serta ukuran bahan ajar ini 83 Sangat Praktis
sesuai dengan kebutuhan saya.
18. Dengan mempergunakan bahan 85 Sangat Praktis
ajar ini saya lebih mudah
memahami materi Sistem
persamaan linear Dua Variabel
19. Dengan bahan ajar ini saya 88 Sangat Praktis
mampu menyelesaikan
permasalahan pada materi Sistem
persamaan linear Dua Variabel
20 Dengan bahan ajar ini saya 79,8 Sangat Praktis
semakin mengenal kebudayaan
disekitar saya.
Total 1.694,6
Skor persentase rata-rata 84,73 Sangat Praktis

Tabel 4.5 ialah penilaian dari siswa kelas VIII MTs Swasta Al-
Ishlahiyah Kota Binjai terhadap produk bahan ajar bernuansa
etnomatematika. Diperoleh skor 1.694,6 dengan hasil skor presentase rata-
rata 84,73 %. Hasil ini didapat melalui rumus :

1.694 , 6
Vp= x 100 % = 84,73
2000

Dari hasil tersebut dicocokkan kembali pada tabel kriteria 3.9


sehingga masuk kedalam kriteria sangat praktis. Jadi, bahan ajar bernuansa
etnomatematika pada materi SPLDV ini dapat disimpulkan memiliki kriteria
sangat praktis untuk digunakan berdasarkan hasil uji praktis oleh siswa.
72

4.1.5. Tahap evaluasi (Evaluate)

Setelah melakukan uji coba produk bahan ajar bernuansa


etnomatematika terhadap 20 siswa kelas VIII MTs Swasta Al-Ishlahiyah Kota
Binjai, maka tahap terakhir adalah melakukan evaluasi yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kefektifan produk.

Peneliti juga melakukan kegiatan revisi produk sesuai masukan dari


validator, baik ahli materi ataupun ahli desain. terhadap bahan ajar bernuansa
etnomatematika. Berikut ini disajikan tabel 4.7 tentang saran dari para
validator:

Tabel 4.7 Masukan Validator Terhadap Produk

No Validator Saran Revisi


1 Validator media  Bahan ajar sudah bagus, hanya pada cover
Bahan ajar ditambah kesan budaya Melayu
nya.
2 Validator materi  Pada bahan ajar Cantumkan pembahasan
masalah definisi Melayu deli,khas melayu
deli seperti rumah adat, makanan khas dan
lainnya.
 Mari berlatih Soal No 2 diganti kalimatnya
yang lebih spesifik lagi.
 LKPD I dan LKPD II pada setiap soal
cantumkan gambar yang membahas soal
tersebut.
3 Validator materi  Pada masalah 1.2 buatlah gambar gasing
nya sesuai dengan berapa banyak seperti
yang ditanyakan di soal.
 Ganti soal contoh 1.1. serta contoh 1.2 yang
lebih mudah dipahami oleh siswa.

Pengembangan bahan ajar bernuansa etnomatematika telah diperbaiki


sesuai saran dari para validator. yang ditampilkan di tabel 4.8 berikut.
73

Tabel 4.8 Tindak Lanjut Revisi Produk

No Validator Saran Revisi Hasil revisi


1 Validator  Bahan ajar sudah bagus, Menambahkan gambar
media hanya pada cover Bahan istana deli sebagai
ajar ditambah kesan tambahan kesan budaya
budaya Melayu nya. melayu pada bagian
cover bahan ajar.
2 Validator  Pada bahan ajar - Pada bagian
materi Cantumkan pembahasan pendahuluan
masalah definisi Melayu buku, peneliti
deli,khas melayu deli menambahkan
seperti rumah adat, sedikit pengantar
makanan khas dan hal-hal tentang
lainnya. adat melayu.
 Mari berlatih Soal No 2
diganti kalimatnya yang - Kalimat revisi
lebih spesifik lagi. yang diubah
 LKPD I dan LKPD II menjadi “selisih
pada setiap soal tamu undangan
cantumkan gambar yang pihak putri dan
membahas soal tersebut. putra ada 6 kali
lipat tamu.
Tentukan jumlah
tamu pihak
pengantin putra
dan putri yang
datang?”
- Sudah
dicantumkan
gambar pada soal
yang ada di
LKPD 1 dan
LKPD II
3 Validator  Pada masalah 1.2 buatlah - Peneliti sudah
materi gambar gasing nya sesuai menambahkan
dengan berapa banyak gambar gasing
seperti yang ditanyakan sesuai dengan
di soal. banyak gasing
 Ganti soal contoh 1.1. yang ditanyakan
dan contoh 1.2 yang di dalam soal.
lebih mudah dipahami - Soal pada
oleh siswa. contoh1.1 dan
contoh 1.2 sudah
diganti sesuai
74

dengan arahan
validator materi.

Tabel 4.8 merupakan tindak lanjut revisi produk dijelaskan bahwa


hasil validasi berdasarkan saran atau komentar dari validator ahli materi
maupun ahli media telah dipenuhi. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya
perubahan yang tampak dari gambar sebelum revisi dan gambar setelah
revisi. Dengan demikian, produk yang dihasilkan oleh peneliti, menjadi lebih
baik dari sebelumnya.

Produk bahan ajar bernuansa Etnomatematika dikatakan efektif jika


memenuhi:

 Tercapainya ketuntasan belajar peserta didik secara individu dan


klasikal
 Tercapainya ketuntasan tujuan/indicator pembelajaran peserta didik
berdasarkan ketercapaian indicator pembelajaran dengan indikator
ketutasan ialah maksimal terdapat 65% siswa yang bisa memenuhi
75% terhadap tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
 Adanya kenaikan kemampuan pemecahan masalah siswa.

4.1.6. Analisis efektivitas produk bahan ajar

4.1.6.1. Ketuntasan belajar

Uji ketuntasan menggunakan tes kemampuan koneksi matematis


bertujuan untuk menganalisa apakah penerapan pembelajaran menggunakan
bahan ajar bernuansa etnomatematika dapat mencapai ketuntasan siswa kelas
VIII MTs Swasta Al-Ishlahiyah Kota Binjai. Selain itu, data tes tersebut akan
dibandingkan dengan nilai ulangan SPLDV yang sebelumnya diberikan oleh
guru. Berikut ini adalah hasil ulangan harian dan hasil tes kemampuan koneksi
matematis :
75

Tabel 4.9 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Nilai tes kemampuan pemecahan masalah


matematis (Sesudah) Nilai UH
Siswa
(sebelum)
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Nilai akhir tes
S-01 40 30 30 100 52
S-02 40 30 30 100 65
S-03 40 30 30 100 53
S-04 40 30 30 100 69
S-05 40 30 30 100 63
S-06 40 30 30 100 85
S-07 40 30 30 100 70
S-08 40 30 30 100 57
S-09 40 30 30 100 74
S-10 40 30 30 100 66
S-11 40 30 30 100 64
S-12 40 30 30 100 81
S-13 40 30 30 100 76
S-14 40 30 30 100 55
S-15 40 30 30 100 80
S-16 40 30 30 100 71
S-17 40 30 30 100 62
S-18 40 30 0 70 34
S-19 0 0 0 0 23
S-20 30 10 30 70 50
Total skor 1870 1250
Hasil Ketuntasan Belajar (KB) 93,5 62,5

Berdasarkan Tabel 4.9 hasil ketuntasan belajar setelah pengguanaan


bahan ajar bernuansa etnomatematis mendapat nilai rata-rata Ketuntasan
Belajar 93,5 . Siswa dinyatakan tuntas belajarnya bila proporsi jawaban benar
siswa ≥ 75 %. Ketuntasan kalsikal siswa bisa diukur dengan rumus :

Banyak siswa yang KB≥ 75 %


PKK = x 100 %
Banyak subjek penelitian

17
PKK = x 100 %
20

= 85%
76

Menurut Depdiknas, suatu kelas dinyatakan tuntas belajar bila pada


kelas ada 85% yang sudah memenuhi ketuntasan belajar ≥ 75 %.
Berlandaskan pernyataan tersebut ketuntasan klasikal siswa kelas VIII MTs
Swasta Al-Ishlahiyah Kota Binjai dikatakan TUNTAS. Hal ini juga diperkuat
oleh tabel 3.10 mengenai kriteria ketuntasan belajar siswa, dan melalui tabel
tersebut hasil yang diperoleh masuk ke dalam indikator 75% < KB < 100%
dengan kriteria “siswa telah tuntas belajar.

4.1.6.2. Analsiis Ketercapaian tujuan/indikator pembelajaran


Persentase siswa yang lulus pada setiap indikasi dapat dipertahankan
dan bahkan ditingkatkan ketika tujuan pembelajaran tercapai. Menurut
Hasratuddin (2018 : 242) Ketercapaian indicator bila paling sedikit 75%
indicator yang dirumuskan bisa dipenuhi 65% siswa. Guna mengukur
pencapaian indicator pada pembelajaran dipergunakan rumus :
Si
T= x 100 %
S maks
Keterangan :
T = Presentase pencapaian indicator
Si = Jumlah skor siswa untuk butir soal ke-i
Smaks = Jumlah skor tertinggi untuk butir soal ke-i

Berdasarkan rumus tersebut hasil dari masing-masing indikator


ditampilkan di tabel dibawah ini:

Tabel 4.10 Hasil Ketercapaian Tujuan/ Indikator Pembelajaran

Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3


Si Smaks T Si Smaks T Si Smaks T
S-01 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-02 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-03 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
77

S-04 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%


0
S-05 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-06 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-07 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-08 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-09 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-10 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-11 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-12 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-13 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-14 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-15 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-16 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-17 40 40 100% 30 30 100% 3 30 100%
0
S-18 40 40 100% 15 30 50% 1 30 50%
5
S-19 0 40 0 0 30 0 0 30 0
S-20 30 40 75% 25 30 83,3% 2 30 83,3%
5
Rata- 93,75 87,55% 87,55%
rata %
78

Diketahui hasil yang di dapat di masing-masing indikator adalah lebih


dari 75% indicator yang dirumuskan dapat dicapai 65% siswa. berdasarkan
tabel kriteria penilaiannya hasil ketercapaian indikator/tujuan pembelajaran
berada pada rentang 75 % ≤ T < 100 % dan masuk ke dalam kriteria “TPK
tercapai”.

4.1.6.3. Analisis kemampuan pemecahan masalah siswa

Memanfaatkan bahan ajar yang bernuansa etnomatematika, analisis


pemecahan masalah dimanfaatkan untuk mengevaluasi peningkatan
keterampilan pemecahan masalah. Analisis ini dilakukan dengan instrumen
tes meliputi pretest serta posttest. Berikut data hasil pretest serta posttest
ditampilkan di tabel 4.8 dibawah ini:

Tabel 4.11 Hasil Pretest-Posttest

No Siswa Pretest Posttest


1 S-1 0 100
2 S-2 30 100
3 S-3 85 100
4 S-4 30 100
5 S-5 0 100
6 S-6 0 100
7 S-7 0 100
8 S-8 85 100
9 S-9 0 100
10 S-10 100 100
11 S-11 0 100
12 S-12 100 100
13 S-13 0 100
14 S-14 100 100
15 S-15 0 100
79

16 S-16 0 100
17 S-17 0 100
18 S-18 40 70
19 S-19 0 0
20 S-20 30 70
Rata-rata 30,25 93,5

Peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa didasarkan pada


kriteria N-Gain Hake (2002) dengan rumus g factor (N-Gain) sebagai
berikut :
S postest −S pretest
g=
S mak −S pretest

Berdasarkan rumus tersebut hasil dari analisis kemampuan pemecahan


masalah ditampilkan di tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.12 Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas Pretest Posttest N-gain N-gain Interpretasi


(100%) N-gain
Kelas VIII 30,25 93,5 0,75 75,58 Tinggi

Hasil olahan data seperti perhitungan tertera, mendapat persentase


senilai 75,58%. Berarti kenaikan kemampuan pemecahan masalah ada di
kualifikasi tinggi.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Paradigma pengembangan ADDIE yang memiliki proses


Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation digunakan
dalam penelitian dan produksi media pendidikan. Sumber daya ajar dengan
seluk-beluk etnomatematika merupakan hasil penelitian ini. Sumber daya ajar
80

etnomatematika yang dibuat telah melalui uji validitas yaitu uji validasi materi
dan uji validasi media. Hasil yang didapat terkait uji validasi materi yakni skor
kevalidan senilai 86,67 dengan persentase 89,60% hasil tersebut masuk ke
dalam kriteria sangat valid dan uji kevalidan media mendapat hasil senilai
94,47, hasil tersebut masuk ke dalam kriteria sangat valid. Artinya produk yang
sudah dikembangkan sangat valid serta sangat layak dipergunakan pada
pembelajaran. Menurut Trianto (2007), bahan ajar dikatakan efektif apabila
memenuhi tiga syarat: 1) aspek validitas (validity), (2) aspek kepraktisan
(practicality), 3) keefektifan (affectiveness). Menurut Suswina (2011), suatu
alat pengajaran dikatakan efektif jika konsisten dengan informasi yang
diberikan, dapat menginspirasi siswa untuk membaca, dan membangkitkan
minat mereka untuk membaca lebih lanjut tentang materi pelajaran .

Banyaknya siswa yang menyelesaikan KKM yang telah


ditentukan inilah yang menentukan keefektivan media. Persentase akhir adalah
85%, menurut temuan. Jika 75% siswa lulus ujian, maka bahan ajar dianggap
berhasil. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ariska (2018) yang
menemukan bahwa materi pembelajaran dengan menggunakan Adobe Flash
mempunyai tingkat efikasi sebesar 77,90% yang merupakan derajat efektivitas
yang sangat tinggi.

Nilai kepraktisan didapat dari angket respon siswa serta angket


respon guru. Berlandaskan data kepraktisan diatas, hasil yang didapat melalui
respon siswa yaitu skor total 1.694,6 dengan persentase 84,73% sehingga
produk bahan ajar bernuansa etnomatematika dikatakan sangat praktis. Hasil
yang didapat melalui respon guru yaitu persentase skor akhir sebesar 89,57%
sehingga produk bahan ajar bernuansa etnomatematika dikatakan sangat
praktis. Media pembelajaran yang dihasilkan memenuhi syarat praktis dengan
persentase 90,10% pada penelitian Norhayati, dkk. (2018), yang setara dengan
penelitian yang disajikan dalam artikel ini. Temuan ini mendukung gagasan
bahwa media sangat berguna.

Peningkatan keterampilan pemecahan masalah siswa dinilai


melalui tes. Persentase sebesar 75,58% digunakan mencerminkan hasil tes pada
81

kategori tinggi untuk kemampuan pemecahan masalah. Temuan penelitian ini


mendukung penelitian Buchori tahun 2019 yang menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil dari penjelasan di
atas adalah bahwa materi ajar yang mengandung seluk-beluk etnomatematika
telah mencapai kriteria sah, efektif, dan berguna serta dapat membantu siswa
menjadi pemecah masalah yang lebih baik.

4.3. Keterbatasan Penelitian

Penerapan penelitian ini telah dilakukan dengan segala cara yang


mungkin untuk memberikan temuan-temuan yang menjadi kesimpulan
penerapan pembelajaran. Karena adanya kendala-kendala yang melekat seperti
berikut ini, maka penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan
bahan ajar yang dibuat, diantaranya :

1. Penelitian ini mengambil subjek pada jumlah terbatas, yakni satu kelas
yang terdiri atas 20 orang peserta didik kelas VIII MTs Swasra Al
Ishlahiyah Binjai, sehingga hasilnya belum bisa digeneralisasi untuk
kelompok subjek dengan jumlah yang lebih besar.
2. Penelitian ini mengembangkan Bahan ajar bernuansa etnomatematika dan
tes kemampuannya pemecahan masalah, tidak mengembangkan
keseluruhan perangkat pembelajaran.
BAB V

PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Berlandaskan hasil penelitian yang dilaksanakan, maka bisa


disimpulkan bahwasanya pengembangan bahan ajar bernuansa etnomatematika
pada materi SPLDV yang dilaksanakan di sekolah MTs Swasta Al-Ishlahiyah
Kota Binjai yang sudah dilaksnakan memperoleh kesimpulan yakni berikut:

1. Berlandaskan skor rata-rata lembar validasi angket oleh validator ahli,


Hasil yang didapat terkait uji validasi materi yakni skor kevalidan senilai
86,67 dengan persentase 89,60% hasil tersebut masuk ke dalam kriteria
sangat valid dan uji kevalidan media mendapat hasil senilai 94,47, hasil
tersebut masuk ke dalam kriteria sangat valid.
2. Berdasarkan angket respon siswa serta respon guru, hasil yang didapat
melalui respon siswa yaitu skor total 1.694,6 dengan persentase 84,73%
sehingga produk bahan ajar bernuansa etnomatematika dikatakan sangat
praktis. Hasil yang didapat melalui respon guru yaitu persentase skor
akhir sebesar 89,57% sehingga produk bahan ajar bernuansa
etnomatematika dikatakan sangat praktis.
3. Berdasarkan uji ketuntasan belajar dan analisis ketercapaian
tujuan/indikator pembelajaran, hasil yang diperoleh yakni Keefektifan
bahan ajar ditetapkan dari berapa banyak siswa yang tuntas berlandaskan
KKM yang sudah ditetapkan. Berlandaskan hasil yang didapat,
memperoleh persentase yakni 85%. Dan dinyatakan sangat efektif.
4. Berdasarkan uji pretest-posttest untuk mengetahui hasil analisis
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, Hasil yang didapat
melalui tes kemampuan pemecahan masalah dinyatakan dengan kategori
tinggi dengan persentase yaitu 75,58%. Maka disimpulkan yakni produk
bahan ajar bernuansa etnomatematika sudah memenuhi standar kevalid,

82
83

efektif, praktis, serta bisa menaikkan kemampuan pemecahan masalah


pada siswa.

5.2. Saran

Sesudah ditemukannya temuan penelitian yang dilakukan oleh


penulis, ada beberapa hal yang dapat disarankan oleh peneliti untuk
kelanjutan atau penelitian yang relevan di masa yang akan datang, yakni
berikut:

1. Produk yang dibuat pada penelitian ini adalah materi pelatihan SPLDV.
Karena peneliti hanya melakukan studi lapangan dalam skala kecil, maka
sebaiknya produk ini diujicobakan di kelas dan sekolah lain dengan
bantuan guru berbeda yang memiliki kesamaan sifat agar dapat
menghasilkan bahan ajar yang benar-benar unggul dan juga memiliki
keunggulan.
2. Produk ini juga dapat dibuat untuk materi lainnya di mata pelajaran
matematika, yang dapat berfungsi untuk meningkatkan minat siswa
terhadap mata pelajaran tersebut dan kemampuannya dalam memecahkan
masalah matematika dalam konteks lain.
84

DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas, A.D. (2018) Bahan Ajar Matematika berbasis Etnomatematika


Kraton Yogyakarta UMP. Hal 362- 369
Abrar Prasasti. (2022), Model pembelajaran E-Split Classroom untuk melatih
keterampilan berpikir tingkat tingi dan kemandirian belajar, PT Nasya
Expanding Management, Jawa tengah
Abdullah Sani, Ridwan, dkk. 2018. Penelitian Pendidikan. Medan: Tira Smart.
Abdul Majid. (2013). Kurikulum dan Pengembangan bahan
Ajar.Yogyakarta:Penerbit Ombak.
Amalia, N. A., Wanabuliandari, S., & Rahayu, R. (2022). Pengembangan Ethno–
Virtual Card Berbasis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
dan Rasa Ingin Tahu. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 11(2),
317-326.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Penulisan Modul.Jakarta:Dirjen
PMTK,Depdiknas Jakarta.
D’Ambrosio, U. (2006). Ethnomathematics: Link between traditions and
modernity. Roterdam, The Netherlands: Sense Publishers.
Fadlila, Nindy. (2019). Pengembangan Instrumen Tes Berbasis Pendidikan
Matematika Realistik Untuk Mningkatkan High Order Thingking Skill
(HOTS) Siswa SMP Muhammadiyah 47 Sunggal T.A. 2019/2019. Skripsi.
Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Medan, Medan.
Finariyati, F., Rahman, A. A., & Amalia, Y. (2020). Pengembangan Modul
Matematika Berbasis Etnomatematika Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa. MAJU: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika, 7(1).
Gunur, B., Makur, A. P., & Ramda, A. H. (2018). Hubungan antara kemampuan
numerik dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di
pedesaan. MaPan, 6(2), 148-160.
Hengki Wijaya, Helaluddin.(2019), Analisis data Kualitatif, Sekolah Tinggi
Theologia jaffray.
Hasratuddin. (2018).Mengapa Harus Belajar Matematika?. Medan. Edira.
Hasibuan, H. M. (2019). Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kemendikbud. (2017). Panduan Praktis Penyusunan E-Modul.Jakarta.Direktorat
pembinaan SMA. Ditijen Pendidikan Dasar dan Menengah.
85

Kosasih.E.(2021). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta;PT Bumi Aksara


Isrok’atun.,Rosmala Amelia. Model-Model Pembelajaran Matematika. Jakarta.PT
Bumi Aksara
Mardiah, Siti. (2018), Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Berbasis
Etnomatematika Menggunakan Metode Inkuiri Pada Kelas VII. Lampung:
Universitas Islam Negeri Raden Intan
Marsigit. (2016). Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis
Etnomatematika.Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat. Mastur, Z.,
Nasyrah.E.C.,Rahman.A.A.,dkk.(2020),Pengemangan bahan ajar berbasis
masalah terintegrasi etnomatematika untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas XI SMA, Vol 1, No.2
Nana. (2019). Pengembangan Bahan Ajar. Jawa Tengah;Lakeisha
Rahman, A. A. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis
pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa SMP N 3 Langsa. MAJU: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika, 4(1).
Rinaldi.A.,Widyastuti,R.,Mardiah,S.,(2018).Pengembangan modul pembelajaran
matematika berbasis etnomatematika menggunakan metode inkuiri, 1(2),
119-126
Rahmawati, L., Zaenuri, Z., & Hidayah, I. (2023). Pembelajaran bernuansa
etnomatematika sebagai upaya menumbuhkan karakter cinta buda dan
kemampuan pemecahan masalah matematis . Journal of Authentic
Research on Mathematics Education (JARME), 5(1).
Sundayana.R., Iswara.E.,(2021). Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing
dan Direct Instruction dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa.Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.1, No.
(2):223-234
Sugiman.,& Supriyanti. (2015) Keefektifan Model Pembelajaran Arias Berbasis
Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas
VII. Unnes journal of Mathematics Education. Vol. 4, No. 2: 135- 141.
(Online).
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV
Supriadi, N. (2015). Mengembangkan Kemampuan Koneksi Matematis Melalui
Buku Ajar Elektronik Interaktif (BAEI) yang Terintegrasi Nilai-Nilai
Keislaman. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 6, No. 1: 63–
73.
Suprana, E., & Farida, N. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Berbasis Etnomatematika pada Materi Geometri Transformasi. Limacon:
Journal of Mathematics Education, 1(1), 1–7.
86

Sugiarni.(2021). Bahan ajar, media dan teknologi pembelajaran.Tanggerang


selatan:Pascal Books
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2017). Metode Penelitian Pendidikan,
Cet.12 . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tegeh,M.(2014). Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta:Graha Ilmu
Wahyuni, A. (2013). Peran Etnomatematika dalam Membangun KarakterBangsa.
Universitas: Negeri Yogyakarta.
Wiska, A., Tanjung, H. S., Rahman, A. A., & Nasryah, C. E. (2020).
Pengembangan bahan ajar berbasis masalah terintegrasi etnomatematika
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XI
SMA. Edunesia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1(3), 9-20.
Prastowo Adi. 2015 Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:
DIVA Press.
Polya, G. (1973). How To Solve It. Princeton: Princeton University Press.
https://notendur.hi.is/hei2/teaching/Polya_HowToSolveIt.pdf.
Utami, R. E., Nugroho, A. A., Dwijayanti, I., & Sukarno, A. (2018).
Pengembangan E-Modul Berbasis Etnomatematika untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika, 2(2), 268–283.
Vagianou.M.,et al.,(2021). Applying Motivational Techniques and Gamified
elements on instructional design models for effective in secondary
education, University of Piraeus, 111-123

Anda mungkin juga menyukai