Skripsi
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata-1
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
INDAH SARI
108017000062
ILMIAII
Nama
INDAH SARI
NIM
108017000062
Jurusan
Pendidikan lvlatematika
Angkatan
2008
Alamat
di
bawah
bimbingan dosen:
1.
2.
Nama
NIP
Dosen Jurusan
Perdidikan Matematika
Nama
NIP
$6rc926198603 2 004
Dosen Jurusan
Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Conceptual
sesuai
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I
Pembimbing II
Negeri Syarif Hidayatullah Jakart4 dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasah pada tanggal 17 Januari 2014 dihadapan dewan penguji.
Karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang pendidikan
matematika.
Jakarta, 17 Januan 2014
ll:t
27
"'1"'
-ol-eetcl
".. {.
001
Penguji I
I 003
II
.*?..,e!.:.??.
t.7
Dekan F
&e
ABSTRAK
Indah Sari (108017000062), Pengaruh Model Pembelajaran Conceptual
Understanding Prosedures (CUPs) Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari model
pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures (CUPs) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei 2013 di SMPN 1 Babelan. Metode penelitian yang digunakan
adalah quasi experiment dengan desain two group randomized subject post test
only. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik claster random
sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa untuk kelas eksperimen dan 37
siswa untuk kelas kontol. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes
kemampuan pemecahan masalah matematik berbentuk essay dengan tiga
indikator.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata
posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan
analisis data mengunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua
kelas diperoleh nilai t hitung sebesar 2,41, sedangkan t tabel dengan taraf
signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 65 sebesar 2,00. Sehingga hipotesis
alternatif (H1) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan
model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures (CUPs) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, diterima.
Kata Kunci : Kemampuan pemecahan masalah matematika ,model pembelajaran
Conceptual Understanding Prosedures (CUPs)
ABSTRACT
Indah Sari (108017000062).The Effects of Learning Conceptual
Understanding Prosedures (CUPs) Type to Ability Of Mathematical Problem
Solving.. Skripsi for Mathematics Education, Faculty of Tarbiya and Teacher
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2013.
The purpose of this research is to find influences of The Conceptual
Understanding Prosedures (CUPs) type to ability of mathematical problem
solving. The population was the students of SMPN 1 Babelan on Mei 2013. This
research used quasi experiment method with two group randomized subject post
test only. The sample was taken by using claster random sampling technique. The
amount of the research sample was 30 students for the experiment class and 37
students for the control class. The writer collected the data by using instruments
such as test in essay to measure the students problem solving of mathematic with
three indicators.
The result shows that there are the differences of mean between post test
experiment class and control class. This appeared by using data analysis that is ttes. The result of calculating differentiation mean data between the two group
obtained the value of t-count was equal to 2,41, while t-table at the level of
significant 5% with degree of freedom (df) = 75 equal 2,00. It means that
alternative hyphotesis (H1) which stated that the improvement to student ability of
problem solving in mathematics has been influenced significantly by using
conceptual understanding prosedures type are accepted.
Keyword: ability of mathematical problem solving, Conceptual Understanding
Prosedures (CUPs) type.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
nikmat, karunia dan hidayah-Nya yang begitu banyak, maka skripsi yang berjudul
Pengaruh Model Pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures (CUPs)
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ini dapat
diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam penulis hanturkan ke hadirat Nabi Muhammad
Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya, semoga kita selaku umatnya
mendapat syafaat di hari akhir kelak. Aamiin.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat
terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan, dukungan dan doa dari berbagai
pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifai, M.A,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom., selaku Dosen Penasehat Akademik
sekaligus Dosen Pembimbing I yang ditengah kesibukannya telah memberikan
waktu, arahan, motivasi dan semangat dalam membimbing penulis selama
mengikuti perkuliahan sampai pada proses penulisan skripsi ini, semoga Ibu
selalu berada dalam lindunganNya.
5. Ibu Dra. Afidah Masud, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing
iii
iv
penulis selama proses penulisan skripsi ini. Terlepas dari segala perbaikan dan
kebaikan yang diberikan, semoga Ibu selalu berada dalam kemuliaanNya.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
8. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan
dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.
9. Kepala SMP Negeri 1 Babelan, Bapak H.Nisan M.Pd yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Seluruh dewan guru SMP Negeri 1 Babelan yang telah membantu serta
memotivasi penulis selama proses penelitian berlangsung, Serta siswa dan
siswi SMPN 1 Babelan khusunya kelas VII.13 dan VII.14.
11. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Wardi dan Ibunda
Saimah yang tidak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang,
memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Kakak-kakakku
tersayang Achmad Nur Alim, Bambang Mulyono, Sri Yulyanti, Dian
Mardiansyah, dan Siska Maisuri yang telah memberikan dukungan moril dan
materil kepada penulis. Adikku tersayang Nabila Wahyuni serta keponakankeponakanku Tata, Bagas, Hari, Baim dan Danish yang senantiasa
memberikan warna dan menghibur penulis ditengah kepenatan penulis selama
proses penulisan skripsi.
12. Sahabat tersayang Marlani Alfanta, Maspupah, Maria Urfa, Siti Hasanah, Siti
Rusdiah dan Ekamara Kinasih yang telah membantu penulis saat mengalami
kesulitan selama proses pembuatan skripsi dan selalu memberikan semangat,
perhatian serta kasih sayang kepada penulis.
13. Sahabatku tersayang, komads, Tya, Asrie, Mely, Unie, Hari, Rusdy, Rosma
dan Risma yang selalu memberikan waktunya serta memberikan kasih sayang,
perhatian dan motivasi.
14. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2008,
terima kasih atas kebersamaannya selama di bangku perkuliahan dan juga
ketersediaannya dalam memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada
penulis.
15. Kakak-kakak Jurusan pendidikan Matematika angkatan 2006 dan 2007 yang
telah membantu penulis dalam meminjamkan referensi serta memberikan
saran dalam penyusunan skripsi, serta adik-adik Jurusan Pendidikan
Matematika angkatan 2009 yang telah memotivasi penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Jakarta, Januari 2014
Penulis
Indah Sari
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
ABSTRACT .......................................................................................................
ii
BAB II:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
a. Masalah Matematika...........................................................
Model
Pembelajaran
Conceptual
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
53
vii
D. Pembahasan Penelitian................................................................ 59
E. Keterbatasan Penelitian............................................................... 68
BAB V:
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Desain Penelitian ..
35
Tabel 3.2
37
Tabel 3.3
39
Tabel 3.4
40
Tabel 4.1
Distribusi
Frekuensi
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
47
Tabel 4.2
49
Tabel 4.3
Distribusi
Frekuensi
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
50
Tabel 4.4
52
Tabel 4.5
Kelompok
Eksperimen
dan
Kelompok
Kontrol...... 52
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Table 4.8
Tabel 4.9
Hasil Uji-t.
ix
57
59
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
48
51
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
63
Jawaban soal post test nomor 4 (i) yang salah dan (ii) yang
benar di kelas kontrol .............................................
Gambar 4.9
62
Jawaban soal post test nomor 3(i) yang salah dan (ii) yang
benar di kelas eksperimen ................................
Gambar 4.8
59
Jawaban Soal Post Test nomor 3 (i) yang salah dan (ii) yang
benar di kelas kontrol
Gambar 4.7
56
64
Jawaban soal post test nomor 4 (i) yang salah dan (ii) yang
benar di kelas eksperimen ..
65
Gambar 4.10 Jawaban soal post test nomor 5 (i) yang salah dan (ii) yang
benar di kelas kontrol .
67
Gambar 4.11 Jawaban soal post test nomor 5 (i) yang salah dan (ii) yang
benar di kelas eksperimen ..
67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
75
Lampiran 2
80
Lampiran 3
84
Lampiran 4
112
Lampiran 5
Soal
Masalah Matematika .
Lampiran 6
117
119
Lampiran 7
125
Lampiran 8
126
Lampiran 9
129
Lampiran 10
131
Lampiran 11
133
Lampiran 12
136
Lampiran 13
138
Lampiran 14
139
Lampiran 15
140
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
147
Lampiran 19
149
Lampiran 20
151
Lampiran 21
155
Lampiran 22
159
Lampiran 23
160
xi
Lampiran 24
161
Lampiran 25
162
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
168
Lampiran 29
169
Lampiran 30
170
Lampiran 31
Lampiran 32
Lampiran 33
176
Lampiran 34
177
Lampiran 35
178
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal mutlak yang sangat penting bagi kehidupan,
pada dasarnya pendidikan merupakan proses yang membantu manusia dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga mampu menghadapi segala
perubahan yang terjadi. Melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan mereka dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga dapat mengangkat derajat mereka dalam kehidupan.
Pendidikan juga merupakan sebuah jembatan bagi manusia untuk mencapai
kesuksesan ataupun dalam menggapai cita-cita.
Dalam perkembangan pendidikan dewasa ini, matematika memiliki
peranan yang sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya seseorang
tidak pernah lepas dari matematika. Seperti yang kita ketahui bersama dalam
jenjang pendidikan, matematika merupakan mata pelajaran wajib yang ada dari
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai pada Sekolah Menengah Atas
(SMA), matematika juga merupakan mata pelajaran wajib yang diikutsertakan
dalam Ujian Nasional (UN) serta diujikan pada siswa yang akan memasuki
Perguruan Tinggi Negeri (PTN), bahkan pada saat seseorang ingin bekerja pada
suatu perusahaan pun matematika merupakan salah satu yang diujikan dalam tes
masuk untuk syarat bekerja. Seperti yang dikutip oleh Bahrul Hayat dan Suhendra
Yusuf dalam buku Benchmark Internasional Mutu Pendidikan bahwa kebutuhan
akan penguasaan matematika menjadi sangat penting karena berkaitan dengan
kemampuan untuk dapat berpartisipasi di masyarakat dan dalam memenuhi
tuntutan pekerjaan sehari-hari.1
Pentingnya belajar matematika dikemukakan oleh Cornelius dalam
Mulyono Abdurrahman yang mengemukakan alasan perlunya belajar matematika
1
Bahrul Hayat dan Suhendra Yusuf, Benchmark Internasional Mutu Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010), h. 211.
karena matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari serta sarana mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman.2 Matematika merupakan ilmu yang
mendasari ilmu-ilmu lainnya, dengan adanya matematika maka ilmu-ilmu lain
yang ada di dunia ini dapat berkembang dengan pesat. Matematika juga
merupakan alat bantu seseorang untuk memecahkan masalah sehari-sehari,
tentunya dengan mempelajari matematika, secara tidak langsung seseorang akan
terlatih untuk dapat memecahkan masalah.
Pada dasarnya belajar matematika adalah belajar konsep, yang dimulai
dari konsep yang sederhana hingga yang lebih tinggi. Sebagaimana yang
dikatakan Russel dalam Hamzah B.Uno dan Masri Kuadrat bahwa matematika
sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat
dikenal menuju arah yang tidak dikenal.3 Dengan mempelajari konsep-konsep
dalam matematika maka siswa akan terlatih untuk memahami konsep tersebut
sehingga akan mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Oleh
karena itu siswa akan mudah dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada
dalam matematika.
Tugas seorang guru khususnya guru matematika saat ini adalah menangani
permasalahan bagaimana matematika bisa diterima siswa dengan baik dan dengan
hati yang senang, sehingga tidak ada lagi yang beranggapan bahwa matematika
adalah pelajaran yang sangat menakutkan, mengingat pendidikan di Indonesia
khususnya pada pelajaran matematika, Indonesia masih jauh tertinggal dari
negara-negara lainnya. Hal ini sejalan menurut laporan The Trends in
International Matemathic and Science Study (TIMSS, 2011) bahwa dari 42 negara
peserta TIMSS, peserta didik Indonesia berada pada urutan ke-38 untuk
matematika 4. Indonesia berada di urutan lima terbawah dalam kemampuan
2
dalam pemecahan masalah matematika. Selain itu masih banyak guru yang
menggunakan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran masih berpusat
pada guru. Sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran, fasilitas yang
mendukung dalam pembelajaran juga masih sebatas pada buku paket serta
Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini menyebabkan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran matematika rendah sehingga kemampuan pemecahan masalah
matematikanya rendah.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika tidak lepas dari
proses pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan hasil observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran matematika yang dikutip dari Triyanto bahwa proses
pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak
memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berpikirnya.6 Rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematika tersebut bukan semata-mata kesalahan siswa, tetapi guru pun berperan
didalamnya, sebagai seorang guru akan lebih baik jika guru menggunakan
metode, strategi, ataupun model pembelajaran yang berbeda dalam mengajar
sehingga siswa tidak bosan dengan cara guru mengajar di dalam kelas, dengan
begitu pula siswa dapat lebih menangkap maksud tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Dengan model pembelajaran yang tepat maka kemampuan
pemecahan masalah matematika pun dapat meningkat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebagai alternatif dapat diterapkan
model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures (CUPs). CUPs
pertama kali dikembangkan oleh Richard F.Gunstone dari Universitas Monash,
Australia melalui Project For Enhanching Learning (PEEL). Penerapan model
pembelajaran CUPs dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar
(baik secara kognitif dan sikap), dan dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa.7 CUPs merupakan suatu model pembelajaran yang berorientasi pada
pembelajaran Konstruktivisme, dimana siswa dituntut untuk dapat mengkonstruk
6
mengkomunikasikan
gagasan-gagasan
secara bersama-sama
mereka.
Oleh
karena
itu
dengan
model
yang
berjudul
Pengaruh
Model
Pembelajaran
Conceptual
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Masih banyak siswa yang tidak dapat mengerjakan soal matematika yang
berbeda dengan contoh yang diberikan guru.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini,
permasalahan-permasalahan itu akan dibatasi sebagai berikut:
1. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah Bangun Datar Segiempat.
2. Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa kelas VII SMPN 1 Babelan.
3. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran yang dilakukan
dengan model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures (CUPs)
pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol.
4. Penggunaan model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures
(CUPs) dilihat pengaruhnya terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika yang didasarkan pada tiga indikator yaitu kemampuan:
a) memahami masalah, b) menyelesaikan masalah, c) menjawab masalah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi serta pembatasan masalah diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas
yang diajarkan dengan model pembelajaran Conceptual Understanding
Prosedures (CUPs)?
2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas
yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding
Prosedures (CUPs) lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan
masalah matematika
konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol serta untuk mengetahui apakah ada pengaruh model
pembelajaran
Conceptual
Understanding
Prosedures
(CUPs)
terhadap
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pembelajaran matematika, umumnya dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa dan khususnya dapat memberi kontribusi
terhadap model pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
dan dapat memberikan informasi tentang pentingnya kemampuan pemecahan
masalah matematika dalam pembelajaran matematika.
b. Bagi Guru
Merupakan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan
tentang model pembelajaran terutama dalam meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
c. Bagi Sekolah
Dapat memberi sumbangan dalam rangka perbaikan model pembelajaran
matematika.
BAB II
DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritik
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
a. Masalah Matematika
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan pada suatu masalah
yang menuntut kita untuk menyelesaikannya. Suatu masalah biasanya merupakan
suatu hal yang rumit, dimana cara untuk menyelesaikannya membutuhkan proses
serta pemikiran yang mendalam. Masalah bersifat relatif. Artinya, masalah pada
seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain pada saat itu, atau bahkan
orang tersebut pada saat yang lain.
Menurut Suherman suatu masalah biasanya memuat situasi yang
mendorong seseorang untuk menyelesaikannya tetapi tidak tahu secara langsung
apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.1 Jika seorang siswa diberikan
suatu masalah dalam bentuk soal tetapi siswa tersebut dapat menyelesaikannya
secara langsung, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sebuah masalah
melainkan hanya sebuah soal rutin biasa.
Permasalahan yang kita hadapi dapat dikatakan masalah jika masalah
tersebut tidak bisa dijawab secara langsung, karena harus menyeleksi informasi
(data) yang diperoleh. Dan tentunya jawaban yang diperoleh bukanlah kategori
masalah yang rutin (tidak sekedar memindahkan/mentransformasi dari bentuk
kalimat biasa ke pada kalimat matematika).
masalah bagi beberapa siswa tetapi bagi seorang guru pertanyaan tersebut bukan
merupakan masalah, karena bagi beberapa siswa untuk menyelesaikan pertanyaan
tersebut memerlukan proses yang rumit, sedangkan bagi seorang guru pertanyaan
1
10
untuk menyelesaikan ditinjau dari segi kematangan mentalnya dan ilmunya; (2)
belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikannya; dan (3)
berkeinginan untuk menyelesaikannya.5
Terkait masalah dalam Nahrowi Adjie dan Maulana terdapat klasifikasi
masalah yang berhubungan dengan ilmu matematika yaitu sebagai berikut:
1) Masalah translasi
Masalah translasi merupakan masalah kehidupan sehari-hari dimana untuk
menyelesaikan masalah ini diperlukan adanya translasi (perpindahan) dari
bentuk verbal ke bentuk matematika.
2) Masalah aplikasi
Masalah aplikasi merupakan penerapan berbagai teori/konsep yang dipelajari
pada matematika.
3) Masalah proses
Masalah proses biasanya untuk menyusun langkah-langkah merumuskan pola
dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah.
4) Masalah teka-teki
Masalah teka-teki dimaksudkan untuk rekreasi dan kesenangan serta sebagai
alat yang bermanfaat untuk mencapai tujuan afektif dalam pengajaran
matematika.6
Masalah matematika dalam penelitian ini adalah masalah yang terkait dengan
masalah proses, yaitu dimana siswa dituntut untuk menyusun langkah-langkah,
menyusun pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah.
Selain itu Charles R dalam Wardhani mengilustrasikan berbagai tugas
matematika dalam enam keadaan dimana lima diantaranya merupakan tipe
masalah dalam matematika. Keenam keadaan tersebut yaitu:
1. Drill exercise (soal latihan biasa)
11
Dalam drill exercise ini siswa tidak memiliki masalah dalam menyelesaikan
soal matematika karena soal ini hanyalah soal rutin biasa.
2. Simple translation problem (masalah penerjemahan sederhana)
Masalah yang penggunaanya dimaksudkan agar memberi pengalaman belajar
kepada siswa untuk menerjemahkan situasi dunia nyata ke dalam pengalaman
matematika.
3. Complex translation problem (masalah penerjemahan kompleks)
Masalah yang penggunaannya menuntut lebih dari satu kali penerjemahan dan
ada lebih dari satu operasi hitung yang terlibat.
4. Proces problem (masalah proses)
Masalah yang penggunaannya dimaksudkan agar memberi kesempatan kepada
siswa untuk dapat menggambarkan proses yang terjadi dalam pikirannya.
Siswa dilatih untuk mengembangkan strategi namun untuk memahami,
merencanakan, dan memecahkan masalah, sekaligus mengevaluasi hasil
pemecahan masalah.
5. Applied problem (masalah penerapan)
Masalah yang penggunaannya dimaksudkan untuk memberi kesempatan
kepada siswa mengeluarkan berbagai keterampilan, proses, konsep dan fakta
untuk memecahkan masalah nyata (kontekstual). Masalah ini akan
menyadarkan siswa pada nilai dan kegunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
6. Puzzle problem (masalah puzzle)
Masalah yang penggunaanya dimaksudkan untuk memberi kesempatan
kepada siswa mendapatkan pengayaan matematika rekreasi (recreational
mathematics). Mereka menemukan suatu penyelesaian yang terkadang
fleksibel dan diluar perkiraan (memandang suatu masalah dari berbagai sudut
pandang).7
b. Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah adalah penyelesaian dari situasi yang dipandang
sebagai suatu masalah oleh orang yang akan menyelesaikan masalah. Suatu soal
7
12
yang dianggap sebagai masalah adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir
tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Menurut Lechner dalam Sri
Wardani
memecahkan
masalah
matematika
adalah
proses
menerapkan
Wardani, Op.,cit . h. 15
Rochmad, Skema Kognitif Pemecahan Masalah, Universitas Negeri Semarang,
(blog.unnes.ac.id/rochmad/files/.../ARTIKEL3-ROCHMAD-REVISI.pdf), [14 Desember 2011].
9
13
masalah yang tepat. Pemecahan masalah itulah yang benar yaitu yang berguna
untuk hidup.10
Menurut Hudojo dalam Wahyudi Pemecahan masalah pada dasarnya
adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya. 11 Pada
umumnya soal-soal matematika dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu soal
rutin dan soal nonrutin. Soal rutin adalah soal latihan biasa yang dapat
diselesaikan dengan prosedur yang biasa dipelajari di kelas atau soal-soal yang
sudah diketahui cara penyelesainnya. Sedangkan soal nonrutin adalah soal yang
untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya
tidak sama dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Dalam soal nonrutin ini
siswa tidak dapat mengetahui secara langsung cara menyelesaikannya karena
diperlukan proses berpikir secara mendalam. Soal nonrutin ini tergolong pada soal
kemampuan tingkat tinggi. Memberikan soal nonrutin kepada siswa berarti
melatih mereka menerapkan berbagai konsep matematika yang telah dipelajari
dalam situasi baru sehingga pada akhirnya mereka mampu menerapkan berbagai
konsep ilmu yang telah mereka pelajari itu untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi soal nonrutin inilah yang dapat digunakan sebagai soal
pemecahan masalah.
Gagne dalam Ketut Suma menyatakan bahwa dalam pemecahan masalah
terjadi bentuk pengajaran yang lebih kompleks yang membutuhkan aturan-aturan
yang lebih sederhana yang harus diketahui sebelumnya. 12 Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa pembelajaran pemecahan masalah merupakan pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal-soal yang
berhubungan dengan pemecahan masalah pun merupakan soal tingkat tinggi yang
membutuhkan proses berpikir mendalam serta penerjemahan soal yang tepat
untuk menyelesaikannya.
10
14
15
masalah rutin dengan tugas menulis kalimat matematika terbuka, maka perlu
dilakukan penerjemahan masalah menjadi bahasa matematika. Jika masalah
yang dihadapi adalah masalah nonrutin, maka suatu rencana perlu dibuat,
bahkan kadang strategi baru perlu digunakan.
3. Melaksanakan rencana pemecahan masalah
Dalam langkah ini, rencana yang sudah dibuat harus dilaksanakan dengan
hati-hati. Diagram, tabel atau urutan dibangun secara seksama sehingga si
pemecah masalah tidak akan bingung. Jika muncul ketidakkonsistenan ketika
melaksanakan rencana, proses harus ditelaah ulang untuk mencari sumber
kesulitan masalah.
4. Melihat (mengecek) kembali
Langkah ini melibatkan pencarian alternatif pemecahan masalah. Dalam
langkah ini, solusi masalah harus dipertimbangkan. Perhitungan harus dicek
kembali. Melakukan pengecekan dapat melibatkan pemecahan masalah yang
mendeterminasi akurasi dari komputasi dengan menghitung ulang. Jika kita
membuat estimasi, maka bandingkan dengan solusi. Solusi harus tetap cocok
terhadap akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan.
Sedangkan langkah pemecahan masalah berdasarkan Evaluasi Scheme dalam
George Cathcart menguraikan pemecahan masalah dalam tiga tahap, yaitu:15
1. Memahami masalah
Pada tahap ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membantu siswa
menetapkan apa yang diketahui pada permasalahan dan apa yang ditanyakan.
Indikator yang diukur dalam tahap ini yaitu menyebutkan unsur-unsur yang
diketahui dan ditanyakan dalam pemecahan masalah.
2. Menyelesaikan masalah
Pada tahap ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membuat
rencana yang tepat sehingga memperoleh jawaban yang tepat dengan tidak ada
kesalahan aritmatika. Indikator yang diukur dalam tahap ini yaitu membuat
rencana/langkah-langkah penyelesaian masalah.
15
16
3. Menjawab masalah
Pada tahap ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan dalam memberikan
jawaban akhir secara tepat berdasarkan penyelesaian masalah yang tepat
dengan tidak ada kesalahan perhitungan ataupun kesalahan menyalin jawaban
yang telah dihitung sebelumnya. Indikator yang diukur dalam tahap ini yaitu
menentukan jawaban akhir dalam penyelesaian masalah.
16
17
17
18
19
dan
menggambarkan
prosedur
sistematika
yang
dapat
(kelompok kecil
pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu
masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama). 23
Dengan demikian siswa dapat melatih kemampuannya dalam merangkum suatu
materi yang telah dipelajari dan dapat menyatukan pendapat-pendapat dalam kerja
sama kelompok sehingga setiap siswa dapat mengembangkan pemikirannya dan
mencapai hasil bersama sesuai dengan yang mereka inginkan.
20
20
Model
Pembelajaran
Conceptual
Understanding
Prosedures (CUPs)
Coceptual Understanding Prosedures (CUPs) adalah prosedur pengajaran
yang dirancang untuk mengembangkan pemahaman konsep yang dirasa sulit
24
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 189.
25
26
21
untuk siswa dengan meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, serta membangun pendekatan berdasarkan kepada keyakinan bahwa
siswa membangun pemahaman mereka sendiri atas suatu konsep dengan
mengembangkan pandangan yang ada. Prosedur pengajaran dalam CUPs
menguatkan nilai dari cooperative learning dan peran aktif individual siswa dalam
belajar.
Model pembelajaran CUPs pertama kali dikembangkan oleh Richard F.
Gunstone dari Universitas Monash, Australia melalui Project For Enhancing
Learning (PEEL). CUPs dikembangkan pada tahun 1996 oleh Davis Mills dan
Susan Feteris (School of Physics and Materials Engineering at Monash
University) serta Pam Mulhall dan Brian Mckittrick (Faculty of Education). CUPs
sendiri telah diperbaharui pada tahun 1999, 2001 dan 2007 oleh Pam Mulhall dan
Brian Mckittrick.
Menurut David Mills, model pembelajaran CUPs mengadung 4 prinsip,
yaitu:
1) Dalam proses pembelajaran setiap siswa mengkonstruk pemahamannya
sendiri.
2) Suasana kepercayaan mendukung pembelajaran yang baik.
3) Dalam pembelajaran aktif yang berlangsung orang yang bertanggung jawab
lebih memfasilitasi diskusi dari pada menyediakan jawaban benar.
4) Suatu konsep paling mudah dipahami jika dipelajari dalam konteks kehidupan
nyata.27
Model pembelajaran CUPs menggunakan pendekatan konstruktivisme
yang menilai bahwa siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Menurut
teori konstruktivisme, suatu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
27
22
mereka sendiri untuk belajar. Nur dalam Triyanto mengatakan bahwa guru dapat
memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.28
Para ahli konstruktivisme dalam Erman Suherman mengatakan bahwa
ketika siswa mencoba menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan
matematika dikonstruksi secara aktif.29 Dalam menyelesaikan tugas-tugas di kelas
akan lebih mudah apabila diselesaikan secara diskusi dalam kelompok yang
disebut sebagai pembelajaran kooperatif, dengan begitu maka pemikiranpemikiran individu akan lebih berkembang.
Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan
suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. 30
Kelompok yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif ini bukan merupakan
kelompok yang beranggotakan banyak orang, melainkan hanya dua sampai empat
orang dalam kelompok, hal ini untuk mengantisipasi siswa dalam bekerja
kelompok agar semua anggota terlibat didalamnya.
Model pembelajaran CUPs merupakan pengembangan dari model
pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih
meningkatkan kemampuan belajar mereka khususnya dalam pemecahan masalah
matematika. Beberapa aspek penting dalam pembelajaran kooperatif dengan
menerapkan model pembelajaran CUPs, yaitu : membangun pemahaman siswa,
menciptakan kepercayaan dalam kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan
diskusi tidak hanya hasil yang diperhatikan tetapi juga proses, dan konsep yang
dipelajari berasal dari pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah Conceptual Understanding Prosedures (CUPs) atau langkahlangkah pemahaman konsep dapat diartikan dari dua istilah yaitu Conceptual
Understanding (Pemahaman Konsep) dan Prosedures (langkah-langkah).
Seseorang dikatakan memahami suatu konsep matematika jika ia mampu
melakukan beberapa hal dibawah ini, antara lain:
28
23
24
yang menitikberatkan pada upaya membangun sikap positif siswa terhadap proses
pembelajaran,
dan
(2)
Upaya
mempertimbangakan
(considering)
dan
Gunstone, R. F., Structured Cognitive Discussion Senior High School Physics: Student
and Teacher Perception, (Australia: 2002), h. 530.
35
Ibid, h. 531.
25
permasalahan yang diberikan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai pemandu
jalannya diskusi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat membangun
sendiri pengetahuan konseptualnya masing-masing. Guru membimbing siswa agar
tidak terjadi kesalahan konsep. Pada kegiatan akhir guru melakukan evaluasi
dengan memberikan post test.
Kloot menyatakan ada lima langkah penting pelaksanaan CUPs yaitu :
1. Persiapan
Langkah awal dari pelaksanaan CUPs adalah persiapan yang terdiri dari
beberapa hal, yaitu:
a. Sangat penting untuk memikirkan mengenai kemungkinan respon awal
siswa terhadap sesi-sesi dari CUPs itu sendiri.
b. Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan
c. Merencanakan pengorganisasian siswa dalam kelompok-kelompok kecil
d. Masing-masing latihan/soal/kasus yang diberikan membutuhkan waktu
sekitar satu jam (tetapi bisa juga dibagi dalam beberapa bagian)
2. Perangkat Keras
Perangkat keras yang dimaksud adalah kebutuhan-kebutuhan material
yang akan digunakan setelah diskusi, yaitu:
a. Kertas latihan berisi soal/kasus untuk masing-masing siswa
b. Kertas berukuran besar (karton) masing-masing untuk tiap triplet
c. Spidol berwarna (misalnya 3 warna) untuk masing-masing triplet
d. Double tape untuk memasang karton ke dinding
e. Papan tulis
3. Organisasi Kelompok Kecil (triplet)
Pembagian kelompok dan anggota kelompok didalamnya harus mengikuti
aturan sebagai berikut:
a. Siswa harus dikelompokkan menjadi 3 kemampuan akademis yang
berbeda dan terdiri dari 3 orang siswa (triplet). Yang dimaksud dengan
kemampuan berbeda adalah tiap kelompok terdiri atas satu orang
berkemampuan tinggi, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang
26
27
guru
tidak
diperbolehkan
menjelaskan/memberitahukan
28
36
29
siswa
yang kemampuannya
rendah
kurang berperan
dalam
mengerjakan tugas, disamping itu juga siswa kurang dilatihkan untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain.38 Hal ini menunjukan
bahwa proses pembelajaran pada pendekatan pembelajaran konvensional lebih
banyak didominasi oleh guru dan siswa cenderung pasif dalam kegiatan
pembelajaran. Akibat cara belajar seperti ini, siswa kemampuannya rendah kurang
memperoleh pemahaman materi dan hasil belajar yang rendah.
Dalam penelitian ini model pembelajaran konvensional yang dimaksud
adalah pembelajaran dengan metode ekspositori dimana aktivitas pembelajaran
hanya terbatas pada guru menerangkan materi, pemberian contoh soal, tanya
jawab kemudian siswa mengerjakan soal latihan berdasarkan contoh yang dibuat
oleh guru.
37
Prasetyo Utomo,dkk. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Vol.8, No.1, Juni 2008 (31-36).
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPTM/article/view/1178. h. 32.
30
wahyu
(2010)
FMIPA
UPI,
dengan
judul
penelitiannya
Procedures
39
31
C. Kerangka Berpikir
Matematika dalam pembelajarannya saat ini merupakan mata pelajaran
yang dipandang sulit bagi kebanyakan siswa. Dalam pembelajaran matematika
diperlukan kemampuan dalam memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan
masalah matematika adalah kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam
menyelesaikan soal matematika yang diperlukan proses pemikiran mendalam
dengan tahapan-tahapan yang sesuai sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
Indikator seseorang dikatakan dapat memecahkan masalah adalah menunjukkan
pemahaman masalah, mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan
dalam pemecahan masalah, menyajikan masalah secara matematika dalam
berbagai bentuk, memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara
tepat, mengembangkan strategi pemecahan masalah, membuat dan menafsirkan
model matematika dari suatu masalah dan menyelesaikan masalah yang tidak
rutin. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam pembelajaran
matematika, karena dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
dapat terlatih untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
Akan tetapi pada kenyataanya masih banyak siswa yang memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang rendah, hal ini dikarenakan masih banyak
guru yang menggunakan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran
berpusat pada guru sehingga terlihat guru yang lebih aktif dibanding dengan
siswa. Dalam hal ini siswa hanya berdiam diri menerima pembelajaran yang
diberikan guru sehingga peran aktif siswa lebih sedikit karena lebih didominasi
oleh guru.
Selain itu, siswa tidak dilatih untuk menyelesaikan soal-soal matematika
yang bersifat tidak rutin yaitu soal-soal tingkat tinggi yang membutuhkan proses
berpikir mendalam serta berbeda dengan contoh yang diberikan guru. Hal ini
terbukti ketika siswa diberikan soal-soal yang berbeda dari contoh yang diberikan
guru, siswa cenderung mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Hal ini
dikarenakan siswa kurang memahami soal dan kurang terampil dalam
menyelesaikan soal. Siswa terbiasa menghafal soal dan penyelesaianya saja tanpa
mengetahui konsepnya secara jelas.
32
matematika
baik
yang
bersifat
rutin
maupun
tidak
rutin.
Pengelompokkan siswa dalam model pembelajaran CUPs terdiri dari 3 siswa yang
berbeda dalam bidang kemampuan akademik dan jenis kelamin. Sehingga
33
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih aktif, karena antar siswa dalam kelompok
dapat saling membantu memahami serta menyelesaikan masalah yang diberikan.
Oleh karena itu dengan model pembelajaran Conceptual Understanding
Prosedures (CUPs) dirasa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan
sebelumnya maka penulis mengajukan hipotesis yaitu:
Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Conceptual
Understanding
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Farouk Muhammad dan Djaali, Metodologi Penelitian Sosial (Bunga Rampai), (Jakarta:
Restu Agung, 2003), h. 39.
34
35
pembelajarannya
menggunakan
model
pembelajaran
Conceptual
akan
mengujicobakan
model
pembelajaran
Conceptual
Kelompok
Treatmen
Post test
XE
XK
36
Keterangan:
E
: Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
XE : Perlakuan pada kelas eksperimen yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran CUPs
XK : Perlakuan pada kelas kontrol yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional
Y
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
instrument yang digunakan adalah berupa tes kemampuan pemecahan masalah
matematika yang berbentuk uraian. Tes uraian disusun berdasarkan konsep tes
pemecahan masalah yang memenuhi tahapan-tahapan dalam Evaluasi Scheme,
yaitu kemampuan: a) memahami masalah, b) menyelesaikan masalah dan
c) menentukan jawaban masalah.
karena untuk menjawab soal tersebut siswa dituntut untuk menuliskan proses
penyelesaian soal, dimana dalam matematika bukan hanya hasil yang tekankan
37
tetapi siswa juga harus mengetahui proses dalam menuju hasil tersebut sehingga
menjadi pembelajaran yang bermakna. Selain itu dengan soal tes bentuk uraian
peneliti dapat melihat jelas bagaimana kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
digunakan aturan penskoran evaluasi Scheme sepuluh poin, dapat dilihat pada
Tabel 3.2.3
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor
0
Memahami
Menyelesaikan
Menentukan Jawaban
Masalah
Masalah
Masalah
Salah
Tidak ada
menafsirkan
penyelesaian atau
masalah
seluruhnya
Salah
Sebagian langkah
menafsirkan
benar berdasarkan
perhitungan, menjawab
Jawaban benar
Menunjukkan
Membuat rencana
pemahaman
sehingga memperoleh
masalah secara
tepat
kesalahan aritmatika
Skor maksimal 4
Skor maksimal 4
Skor maksimal 2
38
Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
terlebih dahulu instrument tersebut dianalisis validitas isi dan validitas muka
melalui pertimbangan dosen pembimbing kemudian diujicobakan kepada siswa di
kelas yang bukan kelas sampel. Tes diujicobakan kepada siswa yang telah
mempelajari materi bangun datar segiempat. Setelah data hasil uji coba diperoleh
kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Setelah itu
setiap butir soal akan dianalisis untuk mengetahui indeks kesukaran dan daya
pembedanya.
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument. 4 Sebuah instrument dapat dikatakan valid jika
instrument tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan. Oleh karena itu untuk
mengetahui apakah butir tes yang digunakan valid atau tidak maka dilakukan
analisis validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman.
Validitas yang digunakan adalah validitas item, yaitu ketepatan mengukur
yang dimiliki oleh sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur
lewat butir item tersebut.
Pengujian validitas item menggunakan formula product momen dari
pearson sebagai berikut:
n XY X Y
ri
{n X 2 X }{n Y 2 Y }
2
Keterangan:
ri
= skor-skor item
Dengan ketentuan:
Jika rhitung rtabel , maka item ke-i dinyatakan tidak valid.
39
Interpretasi
0,90
1,00
0,40
< 0,70
< 0,20
0,70
0,20
0,00
< 0,90
< 0,40
< 0,00
Tidak valid
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah cukup baik.5
Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi tersebut tidak
berubah ketika digunakan untuk subjek yang berbeda.
Karena tes kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan tes
bentuk uraian maka untuk menguji reliabilitas instrument penelitian menggunakan
rumus Alpha Cronbach, yaitu:6
n b 2
r11
1
t 2
n 1
Keterangan:
r11
= reliabilitas instrumen
b 2
t2
= varians total
5
6
40
Interpretasi
0,90
1,00
0,40
< 0,70
0,70
0,20
< 0,90
< 0,40
< 0,20
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.7
Semakin besar indeks tingkat kesukaran suatu soal maka semakin mudah soal
tersebut, sebaliknya semakin rendah indeks tingkat kesukaran suatu soal maka
semakin sulit soal tersebut.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan
rumus berikut ini
Keterangan :
41
B A BB
PA PB
JA JB
Keterangan:
J
JA
JB
BA
BB
PA
PB
Ibid, h. 134.
42
Dimana,
+ 1)
fo fe 2
fe
Keterangan:
fo
= frekuensi observasi
9
43
fe
= frekuensi ekspetasi
2 hitung =
fo fe
fe
f. Cari 2 tabel dengan derajat kebebasan (dk) = banyak kelas (K) -3 dan taraf
kepercayaan 95% atau taraf signifikansi
= 5%
g. Kriteria pengujian:
Jika 2 hitung 2 tabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika 2 hitung 2 tabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima
2. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas, peneliti melakukan uji homogenitas beberapa
bagian sampel. Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui seragam tidaknya
variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas
44
di mana
(
)
a) Apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, yang berarti sampel memiliki varians
yang homogen.
b) Apabila Fhitung Ftabel, H0 ditolak, yang berarti sampel memiliki varians yang
tidak homogen.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis
H0 :
H1 :
10
Ibid., h.118
45
: 1 2
Keterangan:
X1 X 2
S gab
1
1
n1 n 2
Keterangan:
t = harga uji statistik
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Babelan di kelas VII, yaitu kelas
VII 14 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VII 13 sebagai kelompok kontrol.
Sampel yang digunakan sebanyak 67 siswa, 30 siswa di kelompok eksperimen
dan 37 siswa di kelompok kontrol. Kelas VII 14 sebagai kelompok eksperimen
melakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Conceptual Understanding Prosedures (CUPs) sedangkan kelas VII 13 sebagai
kelompok
kontrol
melakukan
pembelajaran
matematika
dengan
model
pembelajaran konvensional.
Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi bangun
datar segiempat dengan sembilan kali pertemuan pembelajaran. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kedua
kelompok, setelah diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model
pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
selanjutnya kedua kelompok tersebut diberikan tes kemampuan pemecahan
masalah matematika yang sama berbentuk soal uraian.
Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu dilakukan uji coba sebanyak 10
butir soal, uji coba tersebut dilakukan pada kelas VIII.1. Setelah dilakukan uji
coba instrumen selanjutnya dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf
kesukaran butir soal dan uji daya pembeda butir soal. Berdasarkan hasil
perhitungan yang dilakukan diperoleh 8 butir soal yang valid dengan reliabilitas
soal sebesar 0,71.
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan
akhir. Data pada penelitian ini adalah data yang terkumpul dari tes yang diberikan
kepada siswa SMP Negeri 1 Babelan, berupa data hasil tes kemampuan
46
47
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Tengah
Absolut (f)
Kumulatif
Relatif (%)
38 46
42
6,67
47 55
51
10,00
56 64
60
12
23,33
65 73
69
20
26,67
74 82
78
26
20,00
83 91
87
30
13,33
Interval
Jumlah
30
100
Mengacu pada distribusi frekuensi hasil tes tersebut dapat diketahui nilai
rata-rata 67,50, median 67,87 dan modus 67,50. Siswa dengan nilai kemampuan
pemecahan masalah matematika terendah, yaitu sebanyak 2 orang siswa yang
berada pada interval 38-46, sedangkan siswa dengan nilai kemampuan pemecahan
masalah matematika tertinggi yaitu sebanyak 4 orang siswa berada pada interval
83-91.
Secara
visual
penyebaran
data
kemampuan
pemecahan
masalah
48
Frekuensi
40,00%
47,5
57,5
67,5
77,5
Batas Atas Kelas
87,5
97,5
Gambar 4.1
Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa sebanyak 40% siswa kelompok
eksperimen mendapat nilai lebih rendah dari nilai rata-rata kelas yaitu 67,5.
Sedangkan siswa yang mendapat nilai lebih tinggi dari nilai rata-rata sebanyak
60% siswa. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian siswa di kelompok
eksperimen mendapat nilai di atas nilai rata-rata.
Dilihat dari koefisien tingkat kemiringan kelas eksperimen ini sebesar
-0,088 karena nilai sk < 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kiri dan
dikatakan kurva menceng kanan, dengan kata lain kecenderungan data
mengumpul di atas nilai rata-rata. Nilai ketajamannya/kurtosisnya sebesar 0,263
maka model kurva adalah normal (mesokurtis). Sehingga nilai rata-ratanya
mengelompok (lampiran 20). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel nilai
statistik pada Tabel 4.2.
49
Tabel 4.2
Nilai Statistik Kelas Eksperimen
Statistik
Nilai
Nilai Terendah
38
Nilai tertinggi
91
12,746
Varians (S2)
162,466
Median (Me)
67,87
Modus (Mo)
67,50
-0, 088
Keruncingan/ Kurtosis (
4)
67,50
0,263
50
Tabel 4.3
Distribusi Frekuaensi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Kelas Kontrol
Nilai
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
Tengah
Absolut (f)
Kumulatif
Relatif (%)
30 39
34.5
5.41
40 49
44.5
16.22
50 59
54.5
13
21
35.14
60 69
64.5
28
18.92
70 79
74.5
33
13.51
80 89
84.5
37
10.81
Interval
Jumlah
37
100
Mengacu pada distribusi frekuensi hasil tes tersebut dapat diketahui nilai
rata-rata 59,64, median 57,58 dan modus 54,88. Siswa dengan nilai kemampuan
pemecahan masalah matematika terendah, yaitu sebanyak 2 orang siswa yang
berada pada interval 30-39, sedangkan siswa dengan nilai kemampuan pemecahan
masalah matematika tertinggi yaitu sebanyak 4 orang siswa yang berada pada
interval 80-89.
Secara
visual
penyebaran
data
kemampuan
pemecahan
masalah
51
100%
80%
60%
56,76%
40%
20%
0%
39,64
49,64
59,64
69,64
79,64
89,64
Gambar 4.2
Grafik Ogive Distribusi Frekuensi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelompok Kontrol
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa sebanyak 56,76% siswa kelompok
kontrol mendapat nilai lebih rendah dari nilai rata-rata kelas yaitu 59,64.
Sedangkan siswa yang mendapat nilai lebih tinggi dari nilai rata-rata sebanyak
43,24% siswa. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian siswa di kelompok
kontrol mendapat nilai dibawah nilai rata-rata.
Koefisien tingkat kemiringan kelas kontrol ini sebesar 0,452 karena nilai
sk > 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan dan dikatakan kurva
menceng kiri, dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di bawah nilai
rata-rata. Nilai ketajaman/kurtosisnya sebesar 0,246 yang berarti kurang dari
0,263 dengan kurva berbentuk platikurtis (mendatar), sehingga nilai rata-rata
tersebar merata (lampiran 21). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel nilai
statistik pada Tabel 4.4.
52
Tabel 4.4
Nilai Statistik Kelas Kontrol
Statistik
Nilai
Nilai Terendah
30
Nilai tertinggi
89
59,64
13,67
Varians (S2)
186,787
Median (Me)
57,58
Modus (Mo)
54,88
0,452
Keruncingan/ Kurtosis (
4)
0,246
30
37
Maksimum (Xmaks)
91
89
Minimum (Xmin)
38
30
Rata-rata
67,50
59,64
Median (Me)
67,87
57,58
Modus (Mo)
67,50
54,88
Varians
162,466
186,787
12,746
13,67
Kemiringan
-0,088
0,452
Ketajaman
0,263
0,246
53
diterapkan
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
Conceptual
54
14
12
Frekuensi
10
8
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
4
2
0
0
20
40
Nilai
60
80
100
Gambar 4.3
Kurva Perbandingan Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Siswa pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan kurva pada Gambar 4.3 terlihat perbedaan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Terlihat pula bahwa kurva kelompok eksperimen berada lebih kanan dari
pada kurva kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelompok eksperimen lebih baik
dibandingkan kelompok kontrol. Nilai tertinggi pada kelompok kontrol masih
lebih rendah dibandingkan nilai tertinggi pada kelompok eksperimen, karena nilai
tertinggi pada kelas eksperimen adalah 91, sedangkan nilai tertinggi pada
kelompok kontrol adalah 89. Nilai terendah pada kelompok eksperimen masih
lebih tinggi dibandingkan nilai terendah pada kelompok kontrol, yaitu dimana
nilai terendah pada kelas eksperimen 38, sedangkan nilai terendah pada kelas
kontrol adalah 30.
3. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Seperti yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian
ini kemampuan pemecahan masalah matematika yang diteliti yaitu memahami
masalah, menyelesaikan masalah, dan menjawab masalah. Ditinjau dari tahapan
kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut, skor rata-rata kemampuan
55
Pemecahan Masalah
Matematika Siswa
Skor
Kelompok
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Ideal
Nilai
Nilai
Memahami masalah
36
25,30
70,28
22.65
62.91
Menyelesaikan masalah
36
25,93
72,04
22.32
62.01
Menjawab masalah
18
9,87
54,81
8.24
45.80
56
Kelompok Eksperimen
30
Kelompok Kontrol
20
10
0
Memahami
Masalah
Menyelesaikan
Masalah
Menjawab
Masalah
Gambar 4.4
Nilai Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
57
a.
diperoleh nilai
= 7,82
= 3,58 , dengan jumlah sampel 37, taraf signifikansi = 0,05 dan derajat
Kesimpulan
( = 0,05)
Eksperimen
30
1,29
7,82
Kontrol
37
3,58
7,82
hitung
kurang dari 2
tabel
maka dapat
58
kepercayaan tertentu.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel
4.6.
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Kelas
Varians (s2)
Eksperimen
30
162,466
Kontrol
37
186,787
Fhitung
1,15
Karena
Ftabel
(=0,05)
1,78
Kesimpulan
Terima H0
59
ttabel (=0,05)
Kesimpulan
2,41
2,00
Tolak H0
= 0,05
2,00
2,41
Gambar 4.5
Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Dari Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa thitung tidak berada pada daerah
penerimaan H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
dengan taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan
60
D. Pembahasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebanyak 9 kali pertemuan dengan rincian 8 kali
pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali pertemuan untuk post test.
Peneliti menggunakan dua kelas yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
penelitian dilakukan.
Pada kelompok eksperimen, setiap pertemuan masing-masing siswa
diberikan Lembar kerja Siswa (LKS) yang didalamnya memuat masalah yang
harus diselesaikan oleh setiap siswa sebelum akhirnya mereka mengerjakan
permasalahan tersebut secara berkelompok, setiap siswa dituntut untuk bisa
membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.
Ketika hari pertama kelas eksperimen melakukan pembelajaran dengan
model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures (CUPs), sebagian
besar siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan, ketika
mengerjakan LKS sebagian besar siswa masih tampak bingung dengan masalahmasalah yang dihadapi, mereka terlihat kesulitan dalam mengerjakan soal yang
berisi soal-soal kemampuan pemecahan masalah matematika, ketika bergabung
dengan kelompok pun mereka terlihat tidak mau bekerja sama, banyak diantara
mereka yang tidak mau berkelompok dengan kelompok yang telah ditetapkan
sebelumnya, ada pula bebarapa siswa yang tidak ikut serta dalam kerja sama
untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam LKS.
Pada pertemuan kedua siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran
yang diterapkan namun sebagian kelompok sudah mulai mau bekerja sama dan
terlihat lebih aktif dari pertemuan sebelumnya, tetapi pada pertemuan ketiga
sampai ke delapan siswa sudah terlihat terbiasa dengan model pembelajaran yang
diterapkan, tampak sebagian besar dari mereka mulai aktif dalam proses
pembelajaran, mereka juga mulai terbiasa dalam membuat kesimpulan dari apa
61
yang telah dipelajari, dan mereka mulai antusias dalam menyelesaikan soal yang
ada dalam LKS yang memuat soal-soal pemecahan masalah. Walaupun masih ada
beberapa siswa yang belum bisa menyelesaikan permasalahan soal yang
diberikan.
Proses
pembelajaran
pada
kelas
kontrol
yang
pembelajarannya
62
Hasil penelitian diatas diperkuat oleh hasil jawaban post test yang
dikerjakan siswa. Dibawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang telah dikerjakan
oleh siswa sebagai berikut:
Soal no.3
Pak Kasman akan membuat layang-layang untuk mainan anak-anak. Kerangka
layang-layang itu dibuat dari bambu. Sebuah layang-layang memerlukan dua
batang kerangka yang masing-masing panjangnya 30 cm dan 20 cm. untuk
membuat 50 layang-layang, berapa m2 kertas yang harus disediakan Pak
Kasman?
Soal tersebut adalah persoalan untuk mencari luas layang-layang. Untuk
dapat menyelesaikan soal tersebut siswa harus mampu mengetahui unsur-unsur
yang diketahui dalam soal tersebut, dalam hal ini siswa dituntut untuk bisa
memahami masalah dalam soal.
Cara menjawab siswa kelas kontrol
(i)
(ii)
Gambar 4.6
Jawaban soal post test nomor 3 (i) yang salah dan (ii) yang benar di kelas
kontrol
Pada Gambar 4.6, jawaban siswa pada bagian (i) di atas terlihat bahwa
siswa hanya menuliskan panjang yang diketahui saja tanpa mengetahui panjang
63
itu termasuk dalam unsur apa. Siswa terlihat tidak memahami soal yang diberikan.
Pada bagian (ii) terlihat siswa mampu memahami masalah yang diberikan pada
soal, siswa menuliskan semua unsur yang diketahui dalam soal namun masih sulit
dalam menerjemahkan apa itu panjang yang diketahui dalam soal.
Cara menjawab siswa kelas eksperimen
(i)
(ii)
Gambar 4.7
Jawaban soal post test nomor 3 (i) yang salah dan (ii) yang benar di kelas
eksperimen
Pada Gambar 4.7, pada bagian (i) terlihat siswa mampu memahami
masalah dalam soal yang diberikan, namun jika dilihat dari cara menuliskan unsur
yang diketahui tersebut siswa mengalikan kedua panjang yang diketahui. Pada
bagian (ii) terlihat siswa mampu memahami masalah dalam soal dengan baik,
siswa menggunakan unsur-unsur yang diketahui dengan jelas dan tepat.
Dilihat dari jawaban pada Gambar 4.6 dan 4.7, kemampuan memahami
masalah siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini
dikarenakan pada kelas eksperimen, dalam proses pembelajarannya terjadi
aktifitas dimana siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyampaikan
gagasan atau pendapat mereka dalam suatu masalah sehingga terjalin komunikasi
dalam pembelajaran yang dapat memudahkan mereka dalam memahami masalah
dalam setiap permasalahan yang diberikan. Berbeda dengan kelompok kontrol,
mereka hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dengan proses
pembelajaran yang sedikit pasif sehingga mereka sedikit kesulitan dalam
memahami masalah dari setiap persoalan yang diberikan.
64
b. Menyelesaikan Masalah
Nilai yang diperoleh siswa dari soal post test untuk tahapan menyelesaikan
masalah pada kelompok eksperimen sebesar 72,04 dan kelas kontrol sebesar
62,01. Sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa untuk tahapan
menyelesaikan masalah pada kelas eksperimen adalah 25,93 dan kelas kontrol
22,32. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahapan menyelesaikan masalah siswa
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol.
Hasil penelitian diatas diperkuat oleh hasil jawaban post test yang
dikerjakan oleh siswa. Dibawah ini merupakan hasil jawaban salah satu siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol dari hasil jawaban post test yang dikerjakan
oleh siswa sebagai berikut:
Soal nomor 4.
Luas sebuah trapesium 60 cm2, tinggi 5 cm, dan panjang sisi sejajar yang satu
tiga kali panjang sisi sejajar lainnya. Hitunglah panjang masing-masing sisi
sejajar tersebut! .
Soal tersebut adalah permasalahan dalam luas trapesium, yaitu untuk
mencari panjang sisi sejajar dari suatu trapesium yang luasnya telah diketahui.
Dalam hal ini siswa harus mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan
menggunakan unsur-unsur yang diketahui pada soal dan menerapkannya dalam
rumus yang ada sehingga menghasilkan pemecahan masalah yang benar.
Cara menjawab siswa kelas kontrol
(i)
(ii)
Gambar 4.8
Jawaban soal post test nomor 4 (i) yang salah dan (ii) yang benar di kelas
kontrol
65
Pada Gambar 4.8, jawaban siswa dari kelas kontrol pada bagian (i) tidak
tepat. Terlihat siswa tidak dapat menyelesaikan masalah dalam soal dengan baik,
dari cara memahami soal yang sangat kurang maka akan berpengaruh juga dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Jawaban soal post test pada bagian (ii) siswa
terlihat dapat menyelesaikan masalah dalam soal tersebut, hanya ada sedikit
kesalahan dalam penulisan operasi hitung serta peletakan angka saat melakukan
operasi hitung.
Cara menjawab siswa kelas Eksperimen
(i)
(ii)
Gambar 4.9
Jawaban soal post test nomor 4 (i) yang salah dan (ii) yang benar di kelas
eksperimen
Pada Gambar 4.9, jawaban siswa pada kelas eksperimen pada bagian (i) di
atas tampak bahwa siswa hanya mengetahui rumus yang ada tanpa bisa
menyelesaikan soal dengan baik. Sedangkan jawaban siswa pada bagian (ii),
siswa bisa menyelesaikan soal dengan baik dan tepat. Siswa mengetahui rumus
yang ada serta menggunakan semua unsur yang diketahui untuk menyelesaikan
soal tersebut.
Dilihat dari jawaban pada Gambar 4.8 dan 4.9, kemampuan meyelesaikan
masalah siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini terlihat
dari cara matematis siswa dalam menyelesaikan masalah pada kedua kelas
tersebut. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa kelas eksperimen
66
67
perhitungan tanpa adanya satuan yang jelas serta tidak mengarah kepada
pertanyaan yang diberikan.
Cara menjawab siswa kelas kontrol
(i)
(ii)
Gambar 4.10
Jawaban soal post test nomor 5 (i) yang salah dan (ii) yang benar di kelas
kontrol
Cara menjawab siswa kelas eksperimen
(i)
(ii)
Gambar 4.11
Jawaban soal post test nomor 5 (i) yang salah dan (ii) yang benar di kelas
eksperimen
Pada Gambar 4.11, jawaban siswa pada bagian (i) dari kelas eksperimen
sudah benar namun siswa tidak tepat dalam menggunakan satuan untuk luas,
sedangkan pada bagian (ii) siswa terlihat sangat tepat dalam menjawab
permasalahan yang diberikan dan tepat dalam menggunakan satuan untuk luas.
68
Ditinjau dari hasil pekerjaan siswa pada Gambar 4.10 dan 4.11, kelas
eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelas
eksperimen, selama proses pembelajaran siswa terbiasa untuk memahami masalah
yang ada pada soal yang diberikan, mereka mampu membuat kesimpulan dari apa
yang telah dipelajari sehingga terlatih dalam menyelesaikan soal dengan baik serta
mampu menjawab soal yang diberikan dengan tepat. Berbeda dengan kelas
kontrol, siswa hanya memahami apa yang diajarkan oleh peneliti tanpa mampu
menggali kemampuan mereka dalam menghadapi masalah matematika yang
dihadapi sehingga mereka kesulitan dalam menjawab soal yang ada.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
dengan siswa kelas kontrol. Jadi terlihat bahwa model pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures (CUPs) pada pokok bahasan bangun datar segiempat,
yang diterapkan di SMPN 1 Babelan memberikan dampak positif pada
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiguna Wahyu (2010), dengan judul
penelitiannya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures
(CUPs). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mendapat pembelajaran Conceptual Understanding
Prosedures (CUPs) lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional, selain
itu beberapa siswa menunjukkan respon positif terhadap model pembelajaran
Conceptual Understanding prosedures (CUPs) yang telah dilakukan karena
mereka menganggap pembelajaran tersebut menyenangkan dan membuat siswa
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran serta memudahkan mereka dalam
memahami konsep matematika, dengan memahami konsep matematika maka
siswa akan lebih mudah dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika.
69
E. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan memberikan
kesimpulan yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan agar memperoleh
hasil yang maksimal. Namun demikian, masih terdapat hal-hal yang tidak dapat
terkontrol dan tidak dapat dikendalikan sehingga hasil dari penelitian ini pun
mempunyai keterbatasan diantaranya:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada mata pelajaran matematika khususnya
pada pokok bahasan bangun datar segiempat, sehingga belum dapat dilihat
hasilnya pada pokok bahasan matematika lainnya.
2. Kemampuan berhitung siswa masih rendah sehingga cukup menghambat
jalannya proses pembelajaran selama penelitian.
3. Sarana yang mendukung dalam proses pembelajaran masih kurang sehingga
peneliti sedikit kesulitan dalam mengefisienkan waktu.
4. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, sedangkan aspek lain
tidak dikontrol.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures
(CUPs) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII di
SMPN 1 Babelan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding Prosedures
(CUPs) memiliki nilai rata-rata 67,50. Nilai tahapan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang paling baik adalah pada tahapan
menyelesaikan masalah dengan nilai 72,04, tahapan memahami masalah
dengan nilai 70,28 dan yang paling rendah adalah tahapan menjawab masalah
dengan nilai 54,81.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata
59,64. Nilai tahapan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
paling baik adalah pada tahapan memahami masalah dengan nilai 62,91,
tahapan menyelesaikan masalah dengan nilai 62,01 dan yang paling rendah
adalah tahapan menjawab masalah dengan nilai 45,80.
3. Nilai rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
kelompok eksperimen adalah sebesar 67,50 dan nilai rata-rata hasil tes
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok kontrol adalah
sebesar 59,64. Selisih dari nilai kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kedua kelas sebesar 7,86. Berdasarkan analisis dengan uji-t, diperoleh
hasil t-hitung sebesar 2,41 dan t-tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,00,
maka nilai
>
berarti
70
71
B. Saran
Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada
beberapa saran penulis terkait penelitian ini, diantaranya:
1) Berdasarkan hasil penelitian bahwa pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran
Conceptual
Understanding
prosedures
(CUPs)
mampu
DAFTAR PUSTAKA
Adjie, Nahrowi dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematika, Bandung: UPI
PRESS, 2006.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
D,
Kloot
(2003).
CUPs
Guide
[Online].
Tersedia
:
http://www.education.monash.edu.au/research/groups/smte/projects/cups/c
ups-guide.doc [27 November 2011].
72
73
74
75
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Standar Kompetensi
Nama Sekolah
: SMPN 1 Babelan
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: VII/2
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Pertemuan ke
:1
Kompetensi Dasar
Indikator
:
1. Menghitung keliling persegi panjang
2. Menghitung luas persegi panjang
3. Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan luas
persegi panjang
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran berlangsung diharapkan peserta didik dapat :
1. Menghitung keliling persegi panjang
2. Menghitung luas persegi panjang
3. Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan keliling dan
luas persegi panjang
B. Materi Ajar
Persegi panjang, yaitu mengenai :
a. Keliling dan luas persegi panjang
b. Penerapan rumus keliling dan luas persegi panjang dalam pemecahan
masalah
C. Pendekatan/Metode Pembelajaran
Model
Metode
76
D. Langkah-langkah Kegiatan
No
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Salam pembuka
Waktu
Apersepsi
Motivasi
10 menit
dicapai
serta
tujuan
Guru
memotivasi
siswa
dengan
Inti
Eksplorasi
Siswa
(LKS)
serta
dalam
LKS
mengenai
77
Elaborasi
hasil
bersama
yang
tetapi
tidak
Semua
jawaban
dalam
karton
Guru
melihat
semua
jawaban,
memulai
diskusi
dengan
meminta
anggotanya
untuk
78
disertai
tentang
masalah
penjelasan
yang
guru
berkaitan
materi
yang
didiskusikan.
Guru
mengevaluasi
jalannya
diskusi.
3.
Penutup
5 menit
79
: Tertulis
2. Bentuk Instrumen
: Tes essay
Peneliti
NIP.
Indah Sari
NIM. 108017000062
80
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Standar Kompetensi
Nama Sekolah
: SMPN 1 Babelan
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: VII/2
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Pertemuan ke
:1
Kompetensi Dasar
Indikator
:
1. Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang
2. Menghitung keliling persegi panjang
3. Menghitung luas persegi panjang
4. Menggunakan rumus keliling dan luas persegi panjang dalam pemecahan
masalah
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran berlangsung diharapkan peserta didik dapat :
1. Mengetahui sifat-sifat pada persegi panjang
2. Menghitung keliling persegi panjang
3. Menghitung luas persegi panjang
4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas persegi
panjang
B. Materi Ajar
Persegi panjang, yaitu mengenai :
a. Sifat-sifat pada persegi panjang
b. Keliling dan luas persegi panjang
c. Penerapan rumus keliling dan luas persegi panjang dalam pemecahan
masalah
81
C. Pendekatan/Metode Pembelajaran
Metode
D. Langkah-langkah Kegiatan
No
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Salam pembuka
Waktu
Apersepsi
dicapai
serta
tujuan
Guru
memotivasi
siswa
dengan
2.
Inti
Eksplorasi
persegi
panjang dengan
Guru
memberikan
contoh
soal 25 menit
Guru
bersama
siswa
membahas
Guru
memberikan
latihan
soal
Guru
dan 25 menit
mengarahkan
membimibing
siswa
jika
ada
82
Guru
memberikan
kesempatan
mereka pahami.
Guru
dan
siswa
memberikan
Penutup
5 menit
: Tertulis
2. Bentuk Instrumen
: Tes essay
83
Bekasi,
2013
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Matematika
Peneliti,
NIP.
Indah Sari
NIM. 108017000062
84
Lampiran 3
Persegi Panjang
Nama Kelompok
Kelas
Anggota
: 1.
2.
3.
Tujuan pembelajaran:
Setelah melakukan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menghitung
keliling persegi panjang, menghitung luas persegi panjang serta menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas persegi panjang.
Petunjuk:
1. Bacalah dengan teliti setiap masalah yang ada dan isilah latihan soal yang ada dalam LKS
secara individu.
2. Bergabunglah dengan kelompok serta diskusikan hasil jawaban LKS yang telah dikerjakan.
3. Tulislah hasil jawaban kelompok ke dalam karton yang telah disediakan.
4. pasanglah karton hasil jawaban kelompok di papan tulis.
Panjang
= kotak
Panjang
= kotak
Panjang
= kotak
83
Panjang
= kotak
Jika panjang
=
= p dan
panjang dapat dirumuskan :
K = . + . + . + .
=
=
2. Luas Persegi Panjang
Perhatikan masalah berikut!
Pak Ali akan memasang ubin di lantai kamarnya yang berbentuk persegi panjang
seperti pada gambar persegi panjang ABCD diatas, ubin tersebut berbentuk persegi.
Berapa banyak ubin yang diperlukan pak Ali untuk menutupi seluruh lantai
kamarnya?
Solusi :
Jumlah kotak dalam persegi panjang = .. kotak
Untuk menutup seluruh lantai dengan ubin artinya pak Ali harus memperhatikan
panjang secara vertikal dan horizontal latai kamar yang berbentuk persegi panjang
tersebut.
Panjang secara vertikal
= . ubin
Panjang secara horizontal
= . Ubin
84
Banyak keseluruhan ubin dapat dihitung dengan cara mengalikan jumlah ubin secara
vertikal dengan jumlah ubin secara horizontal, yaitu:
Jumlah ubin yang diperlukan = .. x .
= .. ubin
Jumlah ubin yang diperlukan untuk menutup lantai kamar berhubungan dengan luas
persegi panjang.
Maka dapat disimpulkan bahwa luas persegi panjang adalah
..
Sebuah kebun berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 7 m. sekeliling
kebun itu akan dipasangi pagar. Biaya pembuatan pagar Rp.40.000 tiap meter. Informasi apa
yang didapat dari masalah tersebut! Berapa biaya yang diperlukan untuk pembuatan pagar
tersebut? Tuliskan langkah penyelesaiannya!
Penyelesaian:
Diketahui : p = 20 m
l=7m
biaya pembuatan pagar = Rp.40.000 tiap meter
Ditanya : biaya yang diperlukan untuk pembuatan pagar?
Jawab :
Masalah pembuatan pagar berhubungan dengan keliling persegi panjang.
K = 2 (p + l)
= 2 ( + )
85
= 2 ()
= . m
biaya pembuatan pagar = K x Rp.40.000
= . x Rp.40.000
= Rp.
Jadi, biaya pembuatan pagar tersebut adalah ..
Latihan :
Diketahui luas persegi panjang 24 m2 dan panjang salah satu sisinya 8 m, Informasi apa yang
didapat dari masalah tersebut! hitunglah keliling persegi panjang tersebut! tulisakan langkah
penyelesaiannya!
2. Budi mengelilingi sebuah kolam renang yang panjangnya dua kali lebarnya, ternyata kelilingnya
adalah 144 m. Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut! berapa luas kolam renang itu?
Tuliskan langkah penyelesaiannya!
1.
Selamat Mengerjakan
87
Persegi
Nama Kelompok
Kelas
Anggota Kelompok
: 1.
2.
3.
Tujuan pembelajaran:
Setelah melakukan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat
menghitung keliling persegi, menghitung luas persegi serta menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas persegi.
Petunjuk:
1.
2.
3.
4.
Bacalah dengan teliti setiap masalah yang ada dan isilah latihan soal yang ada dalam LKS
secara individu.
Bergabunglah dengan kelompok serta diskusikan hasil jawaban LKS yang telah
dikerjakan.
Tulislah hasil jawaban kelompok ke dalam karton yang telah disediakan.
pasanglah karton hasil jawaban kelompok di papan tulis.
1. Keliling Persegi
Perhatikan gambar persegi berikut!
88
Contoh soal :
Diketahui keliling sebuah persegi 32 cm. tentukan panjang sisi dan luas persegi
tersebut!
Penyelesaian
Dikeathui : K = 32 cm
Ditanya : s = ?
L=?
Jawab :
K=4xs
32 = 4 x s
L=sxs
= . x .
89
= cm2
s =
= . cm
L1 = s x s
L2 = s x s
= 600 x 600
= 30 x 30
= cm2
= cm2
..
= .. = ..
Jadi, banyaknya ubin yang dapat menutupi seluruh lantai adalah ubin
90
Latihan:
1. Lantai rumah seluas 300m2 akan ditutupi dengan sejumlah ubin dengan panjang sisi
20 cm. Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut! berapa jumlah ubin yang
diperlukan? Tuliskan langkah penyelesaiannya!
2. Sebuah taman berbentuk persegi. Di sekeliling taman itu ditanami pohon pinus
dengan jarak antar pohon 3 m. panjang sisi taman itu adalah 65 m. Informasi apa
yang didapat dari masalah tersebut! berapakah banyak pohon pinus yang
dibutuhkan? Tuliskan langkah penyelesaiannya!
Selamat Mengerjakan
91
Jajargenjang
Nama Kelompok
Kelas
Anggota Kelompok
: 1.
2.
3.
Tujuan pembelajaran:
Setelah melakukan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menghitung
keliling jajargenjang, menghitung luas jajargenjang serta menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang.
Petunjuk:
1.
2.
3.
4.
Bacalah dengan teliti setiap masalah yang ada dan isilah latihan soal yang ada dalam LKS
secara individu.
Bergabunglah dengan kelompok serta diskusikan hasil jawaban LKS yang telah
dikerjakan.
Tulislah hasil jawaban kelompok ke dalam karton yang telah disediakan.
pasanglah karton hasil jawaban kelompok di papan tulis.
1. Keliling Jajargenjang
Untuk mengetahui keliling jajargenjang, perhatikan
jajargenjang ABCD disamping
Menentukan keliling jajargenjang dapat dilakukan
dengan cara menjumlahkan semua panjang sisinya.
Sisi-sisi pada jajargenjang yang sejajar adalah sama
panjang.
Keliling jajargenjang ABCD =
92
2. Luas jajargenjang
Agar dapat memahami konsep luas jajargenjang, lakukan kegiatan berikut ini.
(i)
(ii)
(iii)
93
Ditanya : a ?
Jawab
=
=
Latihan :
Diberikan jajargenjang PQRS dengan
= (5 + 2)
dan
= (40 2 ) . Jika
keliling jajargenjang tersebut 96 cm, tentukan:
a. Nilai x
b. Panjang PQ
c. Panjang PS
2. Pada sebuah jajargenjang diketahui luasnya 250 cm2. Jika panjang alas jajargenjang tersebut 5x dan
tingginya 2x, tentukan!
a. Nilai x
b. Panjang alas dan tinggi jajargenjang tersebut
1.
Selamat Mengerjakan
94
belahketupat
Nama Kelompok
Kelas
Anggota Kelompok
: 1.
2.
3.
Tujuan pembelajaran:
Setelah melakukan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menghitung
keliling belah ketupat, menghitung luas belah ketupat serta menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas belah ketupat.
Petunjuk:
1.
2.
3.
4.
Bacalah dengan teliti setiap masalah yang ada dan isilah latihan soal yang ada dalam LKS
secara individu.
Bergabunglah dengan kelompok serta diskusikan hasil jawaban LKS yang telah
dikerjakan.
Tulislah hasil jawaban kelompok ke dalam karton yang telah disediakan.
pasanglah karton hasil jawaban kelompok di papan tulis.
95
Bila a dan b adalah panjang diagonal-diagonal sebuah belah ketupat maka belah
ketupat (i) dapat diubah menjadi persegi panjang (ii) dengan panjang sisi
dan
atau persegi panjang (iii) dengan panjang sisi dan .
Berdasarkan luas persegi panjang yang telah diketahui maka:
Luas belah ketupat =
Contoh soal:
Luas suatu belah ketupat 68 cm. jika panjang salah satu diagonalnya 16 cm.
tentukanlah diagonal yang lain!
Penyelesaian:
Diketahui
: L= 68 cm
Jawab
Ditanya
: d2 =?
d1= 16 cm
68 = 16
=
=
96
Jawab
= .
= ..
Biaya = .. x 15.000 = .
Jadi, biaya yang diperlukan untuk menanam rumput tersebut adalah Rp.
97
Latihan !
Luas sebuah belah ketupat 36cm2. Jika perbandingan panjang diagonalnya adalah 1 : 2, berapakah
panjang diagonal-diagonalnya?
2. Sebuah belah ketupat mempunyai keliling 52 m. hitunglah panjang sisi belahketupat tersebut!
1.
Selamat Mengerjakan
98
LAYANG-LAYANG
Nama Kelompok
Kelas
Anggota Kelompok
: 1.
2.
3.
Tujuan pembelajaran:
Setelah melakukan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menghitung
keliling layang-layang, menghitung luas layang-layang serta menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas layang-layang.
Petunjuk:
1.
2.
3.
4.
Bacalah dengan teliti setiap masalah yang ada dan isilah latihan soal yang ada dalam LKS
secara individu.
Bergabunglah dengan kelompok serta diskusikan hasil jawaban LKS yang telah
dikerjakan.
Tulislah hasil jawaban kelompok ke dalam karton yang telah disediakan.
pasanglah karton hasil jawaban kelompok di papan tulis.
1. Keliling Layang-layang
Keliling adalah jumlah dari seluruh sisi pada suatu bangun.
99
2. Luas Layang-layang
Perhatikan gambar berikut!
L
= ..+
=..
= .
Penyelesaian:
Diketahui : d1 = 30 cm
d2 = 50 cm
Ditanya
Jawab
= .
= ..
100
Latihan:
1. Sebuah layang-layang dengan panjang sisi yang berdekatan berturut-turut 9
cm dan 12 cm. hitunglah keliling layang-layang tersebut!
2. Berapakah luas daerah layang-layang ABCD !
Selamat Mengerjakan
101
TRAPESIUM
Nama Kelompok
Kelas
Anggota Kelompok
: 1.
2.
3.
Tujuan pembelajaran:
Setelah melakukan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menghitung
keliling trapesium, menghitung luas trapesium serta menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan keliling dan luas trapesium.
Petunjuk:
1. Bacalah dengan teliti setiap masalah yang ada dan isilah latihan soal yang ada
dalam LKS secara individu.
2. Bergabunglah dengan kelompok serta diskusikan hasil jawaban LKS yang telah
dikerjakan.
3. Tulislah hasil jawaban kelompok ke dalam karton yang telah disediakan.
4. pasanglah karton hasil jawaban kelompok di papan tulis.
1. Keliling Trapesium
Untuk mengetahui keliling trapesium, perhatikan
trapesium ABCD disamping,
Keliling trapesium adalah jumlah dari sisi-sisi
trapesium. Maka dapat disimpulkan bahwa keliling trapesium ABCD adalah:
Keliling Trapesium ABCD =
102
2. Luas Trapesium
Perhatikan gambar trapesium ABCD diatas!.
trapesium ABCD dibentuk dari segitiga ABD dan BCD yang masing-masing alasnya
AD dan BC serta tinggi t (DE).
Berdasarkan keterangan tersebut, berikanlah kesimpulan mengenai luas trapesium!
Luas Trapesium = Luas segitiga ABD + Luas segitiga BCD
= +..
=
Penyelesaian:
Diketahui : misal sisi-sisi sejajarnya a dan b
a = 15 cm
b = 25 cm
t = 40 cm
Ditanya
: Luas ubin ?
Jawab
= .
=
103
Latihan :
1. Salah satu sisi yang sejajar pada trapesium panjangnya dua kali panjang
sisi yang sejajar lainnya. Tinggi trapesium tersebut merupakan rata-rata
dari panjang sisi-sisi yang sejajar. Jika luas trapesium tersebut 324cm2,
Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut! hitunglah tinggi dan
panjang sisi-sisi yang sejajar pada trapesium tersebut serta tuliskan
langkah penyelesaiannya!
2. Sebuah trapesium sama kaki mempunyai panjang kaki 20 cm. sisi sejajar
masing-masing 12 cm dan 36 cm. Informasi apa yang didapat! tentukan
tinggi dan luas trapesium tersebut serta tuliskan langkah
penyelesaiannya!
Selamat Mengerjakan
104
Kelas
Anggota Kelompok
: 1.
2.
3.
Tujuan pembelajaran:
Setelah melakukan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat
menghitung keliling dan luas bangun datar seiempat gabungan.
Petunjuk:
1.
2.
3.
4.
Bacalah dengan teliti setiap masalah yang ada dan isilah latihan soal yang ada dalam LKS
secara individu.
Bergabunglah dengan kelompok serta diskusikan hasil jawaban LKS yang telah
dikerjakan.
Tulislah hasil jawaban kelompok ke dalam karton yang telah disediakan.
pasanglah karton hasil jawaban kelompok di papan tulis.
Contoh soal:
Perhatikan gambar dibawah ini!
ABCD persegi panjang dan AXYZ persegi, Informasi apa yang didapat dari gambar
tersebut! Tentukan keliling daerah yang diarsir serta tuliskan langkah penyelesaiannya!
105
Penyelesaian:
Diketahui:
CD = 5 cm
BC = 3 cm
XY = AX = AZ = YZ = 2 cm
Ditanya : keliling daerah yang diarsir?
Jawab:
ABCD persegi panjang, maka AB = DC dan AD = BC
BX = AB AX
DZ = AD - AZ
= . - .
= - .
BX = . cm
DZ = cm
: AB = 18cm
BC = 12cm
DEFG dan JBHI persegi
106
DE=DF=FG=DG=4cm, JB=JH=JI=HB=6cm
Ditanya
Jawab
107
Latihan :
1. Sebuah halaman rumah berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 9 m
dan lebar 6 m, dalam halaman tersebut terdapat kolam yang berbentuk belah
ketupat dengan panjang diagonal-diagonalnya 8 m dan 6 m, sedangkan sisanya
ditanami rumput. Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut! Berapakah
luas tanah yang ditanami rumput tersebut! Tuliskan langkah penyelesaiannya!
2. Perhatikan gambar berikut!
Informasi apa yang didapat dari
gambar disamping!
Tentukan luas gabungan bangun
datar tersebut serta tuliskan langkah
penyelesaiannya!
Selamat Mengerjakan
108
PENERAPAN
KONSEP
Kelas
Anggota Kelompok
: 1.
2.
3.
Tujuan pembelajaran:
Setelah melakukan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat
menyelesaikan masalah dalam penerapan konsep bangun datar segiempat.
Petunjuk:
1.
2.
3.
4.
Bacalah dengan teliti setiap masalah yang ada dan isilah latihan soal yang ada dalam LKS
secara individu.
Bergabunglah dengan kelompok serta diskusikan hasil jawaban LKS yang telah
dikerjakan.
Tulislah hasil jawaban kelompok ke dalam karton yang telah disediakan.
pasanglah karton hasil jawaban kelompok di papan tulis.
109
x ==
Lebarnya = m, maka panjangnya
= (16 + ) m = m
Luas tanah Pak Dwi = m x m =
m2
b. Tanah Pak Tri berbentuk persegi
Luas tanah Pak Dwi = luas tanah Pak Tri
= s2
S = =
Keliling Tanah Pak Tri = 4 x s = 4 x = m
Perhatikan permasalahan berikut!
Pembahasan
Diketahui
: n = 15 kali
t = 30 m
L = 240m2
110
Ditanya
Jawab
= .
= .
= = .
s = 20m
: Jarak yang ditempuh Adit?
:
= 2 +2
= (2 ) + (2 )
=
= =
111
Latihan:
1. Alas kolam renang keluarga pak Mahmud berbentuk persegi panjang
yang lebarnya sama dengan
Selamat Mengerjakan
112
Lampiran 4
KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Satuan Pendidikan
: SMPN I Babelan
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/ Semester
Standar Kompetensi
masalah.
Tahapan
Pemecahan
Masalah
a. Memahami
masalah
b. Menyelesaikan
masalah
c. Menjawab
masalah
Indikator
Pemecahan Masalah
Indikator Kompetensi
Butir Soal
No.
Soal
113
penyelesaian
masalah
Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan
luas layang-layang
Menyelesaikan masalah
( + 1)cm.
Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut!
Jika keliling persegi panjang = keliling persegi,
buatlah langkah penyelesaiannya!
Berapakah panjang sisi persegi tersebut ?
3. Perhatikan gambar berikut!
3.a
3.b
114
Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan
luas bangun datar
gabungan
sisi sejajar yang satu tiga kali panjang sisi sejajar lainnya.
Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut!
Buatlah langkah penyelesaian untuk menghitung
panjang masing-masing sisi sejajar tersebut!
Berapakah panjang masing-masing sisi sejajar
tersebut?
6. Seorang petani mempunyai sebidang tanah berukuran
panjang 24 m dan lebar 15 m. Tanah tersebut akan dibuat
sebuah kolam berbentuk belah ketupat dengan panjang
diagonal-diagonalnya berturut-turut 9 m dan 12 m,
sedangkan sisanya akan ditanami pohon pisang.
Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut!
Buatlah langkah penyelesaian untuk menghitung luas
tanah yang ditanami pohon pisang!
Berapakah luas tanah yang ditanami pohon pisang?
115
a. Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan dengan luas
belah ketupat
b. Menyelesaikan
masalah yang
berhubungan dengan
keliling belah ketupat
Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan
luas bangun datar
gabungan
7.a
7.b
116
117
Lampiran 5
SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Nama :
Hari / tanggal :
Kelas :
Nama sekolah :
118
119
Lampiran 6
Kunci Jawaban Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
= 45
= 1,5 m
30
Ditanya
Jawab
= (2 45) + (2 30)
= 90 + 60
= 150 m
= 100
Jadi, banyak tiang yang diperlukan untuk membuat pagar adalah 100 tiang
2. Diketahui :
= ( + 3)
= Keliling persegi
Ditanya
Jawab
=4
2(3 2)
= 4( + 3)
2[(2 3) + ( + 1)] = 4 ( + 3)
6 4
2
= 4 + 12
= 16
=
=8
+ 3 = 8 + 3 = 11
120
= 12
3. Diketahui :
=4
=
=8
Ditanya
: a. Luas Jajargenjang
b. Keliling jajargenjang
Jawab
a.
= 12 4
= 48
b.
48 =
=6
48 = 8
=6
=2
+2
= 2(12) + 2(6)
= 24 + 12 = 36
4. Diketahui :
= 30
= 20
Jawab
Luas layang-layang =
= 30
= 300
20
121
= 300
= 15000
50
= 1,5
atau 1,5
5. Diketahui : L = 60 cm2
t = 5 cm
a = 3b
Ditanya
:a&b?
Jawab
= ( + ).
60 = (3 + ). 5
60 = (4 ). 5
60 = 10
=
=6
= 3 = 3 6 = 18
122
Jawab
Luas tanah yang ditanami pohon pisang = Luas tanah Luas kolam
Luas tanah = Luas persegi panjang
=pxl
= 24 x 15 = 360
Luas Kolam = Luas belah ketupat
=
= 9 12 = 54
7. Diketahui :
Ditanya
= 24
Jawab
a.
= 13 12
= 169 144
= 25
=5
= 2 = 2 5 = 10
= 24
10
123
= 120
= 4 13
= 52
= 26
8.
124
= 225+ 169+60-60-48
= 346 cm2
Jadi, luas daerah yang diarsir adalah 346 cm2
Cara 2
Luas daerah yang diarsir = (
(
)+(
)+(
)+(
)+(
)+
)
= (1015)+(95)+(57)+(108)+(54)+(82)
= 150 + 45 +35 + 80 + 20 +16
= 346 cm2
125
Lampiran 7
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor
0
Memahami
Menyelesaikan
Masalah
Masalah
Menjawab Masalah
Salah menafsirkan
Tidak ada
masalah seluruhnya
penyelesaian
atau membuat
berdasarkan rencana
rencana yang
Salah menafsirkan
Sebagian
sebagian masalah
langkah benar
salah perhitungan,
berdasarkan
menjawab sebagian
sebagian
masalah dengan
penafsiran
beberapa jawaban,
masalah secara
benar
tidak benar
Menunjukkan
Jawaban benar
-
Membuat
memperoleh
jawaban yang
tepat dengan
tidak ada
kesalahan
aritmatika
Skor maksimal 4
Skor maksimal 4
Skor maksimal 2
126
Lampiran 8
Hasil Uji Validitas Instrumen
No Soal
No
Nama
Y
1
3.a
3.b
7.a
7.b
45
10
10
10
10
70
10
10
10
72
10
55
10
45
10
10
10
10
10
10
83
10
10
10
64
10
10
67
10
64
10
10
10
46
11
10
40
12
10
10
10
81
13
10
10
10
10
10
79
14
10
10
55
15
10
47
16
10
46
17
10
10
65
18
10
10
10
50
19
10
51
20
10
10
10
10
10
10
10
83
127
21
10
34
22
10
42
23
10
10
73
24
10
10
10
10
10
73
25
10
35
26
10
10
57
27
AA
10
10
10
68
28
BB
10
10
10
10
69
29
CC
42
30
DD
10
10
10
65
31
EE
10
41
32
FF
10
10
10
67
33
GG
41
34
HH
10
44
35
II
10
55
36
JJ
48
37
KK
38
38
LL
10
10
58
39
MM
10
10
83
40
NN
32
41
OO
10
10
60
42
PP
10
10
59
2392
346
124
243
216
277
254
339
155
180
258
r hitung
0.302624
0.456182
0.64376
0.7056
0.395285
0.534379
0.523979
0.680573
0.270109
0.617632
r tabel
0.304
0.304
0.304
0.304
0.304
0.304
0.304
0.304
0.304
0.304
keterangan
valid
tidak valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
tidak valid
128
129
Lampiran 9
Hasil Uji Reliabilitas
Nomor Soal
No
Nama
y
2
3.a
3.b
7.a
34
10
10
10
10
59
10
10
60
10
46
28
10
10
10
10
10
66
10
10
10
55
10
55
52
10
10
35
11
28
12
10
10
64
13
10
10
10
10
62
14
10
43
15
10
36
16
10
39
17
10
10
54
18
10
10
38
19
10
45
20
10
10
10
10
10
10
65
21
22
22
30
23
10
55
24
10
10
10
10
62
25
25
26
10
10
48
27
AA
10
10
56
28
BB
10
10
10
10
58
29
CC
30
30
DD
10
45
31
EE
24
32
FF
10
10
10
58
33
GG
36
34
HH
10
35
35
II
39
36
JJ
38
130
37
KK
29
38
LL
10
41
39
MM
10
64
40
NN
20
41
OO
10
43
42
PP
10
45
125
243
216
277
254
339
155
258
1867
si
2.35287
3.51676
3.4328
3.03684
2.97922
2.029
2.9836
2.754787
si2
5.536
12.3676
11.784
9.22242
8.87573
4.1167
8.90186
7.58885
si2
68.3931
st
13.4386
180.595
st
r hitung
0.71005
131
Lampiran 10
Hasil Uji Tingkat kesukaran
No
Nama
No Soal
3.a
3.b
7.a
7.b
45
10
10
10
10
70
10
10
10
72
10
55
10
45
10
10
10
10
10
10
83
10
10
10
64
10
10
67
10
64
10
10
10
46
11
10
40
12
10
10
10
81
13
10
10
10
10
10
79
14
10
10
55
15
10
47
16
10
46
17
10
10
65
18
10
10
10
50
19
10
51
20
10
10
10
10
10
10
10
83
21
10
34
22
10
42
23
10
68
24
10
10
10
10
10
73
25
10
35
26
10
10
57
27
AA
10
10
10
68
28
BB
10
10
10
10
69
29
CC
42
30
DD
10
10
10
65
31
EE
10
41
32
FF
10
10
10
67
33
GG
41
34
HH
10
44
35
II
10
55
36
JJ
48
132
37
KK
38
38
LL
10
10
58
39
MM
10
10
83
40
NN
32
41
OO
10
10
60
42
PP
10
10
59
216
277
249
339
155
180
258
2387
346
124
243
TK
0.8238
0.2952
0.5786
0.514
0.6595
0.5929
0.8071
0.369
0.4286
0.6143
keterangan
mudah
sukar
sedang
sedang
sedang
sedang
mudah
sedang
sedang
sedang
133
Lampiran 11
Hasil Uji Daya Beda Soal
No Soal
Kelompok atas
No
Nama
3.a
3.b
7.a
7.b
10
10
10
10
70
10
10
10
72
10
10
10
10
10
10
83
10
10
10
64
10
10
67
10
64
12
10
10
10
81
13
10
10
10
10
10
79
17
10
10
65
20
10
10
10
10
10
10
10
83
23
10
10
73
24
10
10
10
10
10
73
26
10
10
57
27
AA
10
10
10
68
28
BB
10
10
10
10
69
30
DD
10
10
10
65
32
FF
10
10
10
67
38
LL
10
10
58
39
MM
10
10
83
41
OO
10
10
60
134
Kelompok bawah
42
PP
10
10
59
182
78
160
148
161
157
185
121
107
161
1460
r hitung
0.8667
0.3714
0.7619
0.7048
0.7667
0.7476
0.881
0.5762
0.5095
0.7667
45
10
55
10
45
10
10
10
46
11
10
40
14
10
10
55
15
10
47
16
10
46
18
10
10
10
50
19
10
51
21
10
34
22
10
42
25
10
35
29
CC
42
31
EE
10
41
33
GG
41
34
HH
10
44
35
II
10
55
36
JJ
48
37
KK
38
40
NN
32
135
164
46
r hitung
0.781
DB
keterangan
83
68
116
97
154
34
73
97
0.219
0.3952
0.3238
0.5524
0.4619
0.7333
0.1619
0.3476
0.4619
0.0857
0.1524
0.3667
0.381
0.2143
0.2857
0.1476
0.4143
0.1619
0.3048
jelek
jelek
cukup
cukup
cukup
jelek
baik
jelek
cukup
cukup
136
Lampiran 12
Langkah-langkah Penghitungan Validitas Tes Uraian
No
Nama
x2
x2^2
y^2
x2*y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
BB
CC
DD
EE
FF
GG
HH
II
JJ
4
0
4
2
2
5
5
5
5
5
0
8
0
5
4
4
0
0
4
0
0
5
4
4
4
0
5
2
0
4
2
4
2
4
2
0
16
0
16
4
4
25
25
25
25
25
0
64
0
25
16
16
0
0
16
0
0
25
16
16
16
0
25
4
0
16
4
16
4
16
4
0
45
70
72
55
45
83
64
67
64
46
40
81
79
55
47
46
65
50
51
83
34
42
73
73
35
57
68
69
42
65
41
67
41
44
55
48
2025
4900
5184
3025
2025
6889
4096
4489
4096
2116
1600
6561
6241
3025
2209
2116
4225
2500
2601
6889
1156
1764
5329
5329
1225
3249
4624
4761
1764
4225
1681
4489
1681
1936
3025
2304
180
0
288
110
90
415
320
335
320
230
0
648
0
275
188
184
0
0
204
0
0
210
292
292
140
0
340
138
0
260
82
268
82
176
110
0
137
37
38
39
40
41
42
KK
LL
MM
NN
OO
PP
2
5
9
0
0
5
125
4
25
81
0
0
25
599
38
58
83
32
60
59
2392
1444
3364
6889
1024
3600
3481
145156
76
290
747
0
0
295
7585
3. Menentukan nilai
4. Menentukan nilai
5. Menentukan nilai
total = 7585
6. Menentukan nilai
n XY X Y
n X
=
X n Y 2 Y
2
= 0,456
7. Mencari nilai
Dengan dk = n 2 = 42 2 = 40 dan taraf signifikansi sebesar 0,05
diperoleh nilai
= 0,304
valid.
= 0,304. Karena
>
138
Lampiran 13
Langkah-langkah Penghitungan Uji Reliabilitas Tes Uraian
1. Menentukan nilai varians skor tiap-tiap soal
Misal, untuk mencari varians nomor 1:
X i 2
X N
i2
N
2
i
(125) 2
599
42 5,404
42
= 68,39
t2
N
2
(2392) 2
145156
42
212,52
42
t2
n 1
8
68,39
1
0,71
8 1 212,52
0,70 < r11 0,90 maka tes uraian tersebut memiliki tingkat korelasi tinggi.
139
Lampiran 14
Langkah-langkah Penghitungan Daya Pembeda Tes Uraian
1. Menentukan nilai BA = Jumlah skor kelompok atas yang menjawab benar
2. Menentukan nilai BB = Jumlah skor kelompok bawah yang menjawab benar
3. Menentukan nilai JA = Jumlah skor maksimum kelompok atas yang
seharusnya
4. Menentukan nilai JB = Jumlah skor maksimum kelompok bawah yang
seharusnya
Misal, untuk soal nomor 2, penghitungan daya pembedanya sebagai berikut :
BA = 78, BB = 46,
JA = 210,
JB = 210
78
46
210 210
= 0,152
0,00 0,20, maka soal nomor 1 memiliki tingkat daya pembeda jelek
nilai
140
Lampiran 15
Langkah-langkah Penghitungan Taraf Kesukaran Tes Uraian
1. Menentukan B = jumlah skor yang diperoleh responden pada item ke-i
2. Menentukan JS = jumlah skor maksimum item soal ke-i
Misal untuk nomor 2, penghitungan taraf uji sukarnya sebagai berikut:
B = 124, JS = 420
3. Menentukan taraf kesukaran
=
=
124
420
= 0,295
141
Lampiran 16
REKAPITULASI VALIDITAS, DAYA BEDA, TINGKAT KESUKARAN KISI-KISI INSTRUMEN TES
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
Satuan Pendidikan
: SMPN I Babelan
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/ Semester
: VII (Tujuh) / II
Standar Kompetensi
masalah.
No
3.a
Tahapan
Pemecahan
Masalah
a. Memahami
masalah
b. Menyelesaikan
masalah
c. Menjawab
masalah
Indikator
Indikator Kompetensi
Pemecahan
Masalah
a. Menyebutkan
Menyelesaikan masalah yang
unsur-unsur
berkaitan dengan keliling
yang diketahui
persegi panjang
dan ditanyakan
dalam
a) Menyelesaikan masalah
pemecahan
yang berkaitan dengan
masalah
keliling persegi panjang.
b.Membuat
b) Menyelesaikan masalah
rencana/langkah
yang berkaitan dengan
-langkah
keliling persegi
penyelesaian
Menyelesaikan masalah yang
masalah
berkaitan dengan luas
c. Menentukan
jajargenjang
jawaban akhir
Validitas
Daya Beda
Tingkat
Kesukaran
Nilai
Kriteria
0,824
Mudah
Nilai*
0,303
Kriteria
tidak valid
Nilai
0,086
Kriteria
Jelek
0,456
valid
0,152
Jelek
0,295
Sukar
0,644
valid
0,367
Cukup
0,579
Sedang
142
3.b
7.a
7.b
dalam
penyelesaian
masalah
0,706
valid
0,381
Cukup
0,514
Sedang
0,395
valid
0,214
Cukup
0,695
Sedang
0,534
valid
0,286
Cukup
0,593
Sedang
0,524
valid
0,148
Jelek
0,807
Mudah
0,681
valid
0,414
Baik
0,369
Sedang
0,270
tidak valid
0,162
Jelek
0,428
Sedang
0,618
valid
0,305
cukup
0,614
sedang
143
Lampiran 17
SOAL INSTRUMEN TES
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
NAMA
KELAS
TANGGAL
SKOR
:
:
Jawab
144
3. Pak Kasman akan membuat layang-layang untuk mainan anak-anak. Kerangka layanglayang itu dibuat dari bambu. Sebuah layang-layang memerlukan dua batang kerangka
yang masing-masing panjangnya 30 cm dan 20 cm.
Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut!
Buatlah langkah penyelesaian untuk menentukan banyak kertas (dalam m2) yang
harus disediakan pak Kasman untuk membuat 50 layang-layang!
Berapa m2 kertas yang harus disediakan pak kasman?
Penyelesaian
Diketahui :
Ditanya
Jawab
:
:
4. Luas sebuah trapesium 60 cm2, tinggi 5 cm, dan panjang sisi sejajar yang satu tiga kali
panjang sisi sejajar lainnya.
Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut!
Buatlah langkah penyelesaian untuk menghitung panjang masing-masing sisi
sejajar tersebut!
Berapakah panjang masing-masing sisi sejajar tersebut?
Penyelesaian
Diketahui :
Ditanya
Jawab
:
:
145
Penyelesaian
Diketahui :
Ditanya
Jawab
:
:
6. Suatu hiasan terbuat dari lempengan emas berbentuk belah ketupat yang panjang sisisisinya 13 cm dan panjang salah satu diagonalnya 24 cm
a. Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut! Buatlah langkah penyelesaian
untuk menghitung luas hiasan tersebut! Berapakah luas hiasan tersebut ?
b. Jika di sekeliling hiasan tersebut diberikan butir-butir mutiara, jarak antar butir
mutiara 2 cm.
Informasi apa yang didapat dari masalah tersebut!
buatlah langkah penyelesaian untuk menghitung butir mutiara yang diperlukan
untuk membuat hiasan tersebut!
berapa butir mutiara yang diperlukan untuk membuat hiasan tersebut?
Penyelesaian
Diketahui :
Ditanya
Jawab
7. ABCD dan PQRS adalah persegi, sedangkan KLMN adalah persegi panjang.
Informasi apa yang didapat dari gambar berikut!
Buatlah langkah penyelesaian untuk menghitung luas daerah yang diarsir!
Berapakah luas daerah yang diarsir?
146
Penyelesaian
Diketahui :
Ditanya
Jawab
147
Lampiran 18
Hasil Post Test Kelas Eksperimen
No
2.a
2.b
6.a
6.b
Jumlah
Nilai
UP
SP
AP
10
10
10
10
10
74
82
36
27
11
10
10
63
70
30
24
10
47
52
11
25
11
10
10
66
73
24
30
12
51
57
27
19
10
10
10
10
10
80
89
33
33
14
53
59
24
21
10
61
68
24
27
10
51
57
27
19
10
10
10
10
71
79
30
30
11
11
10
10
65
72
24
30
11
12
10
10
10
10
10
10
82
91
30
36
16
13
53
59
24
21
14
45
50
19
19
15
51
57
27
19
16
10
10
10
10
70
78
24
33
13
17
10
61
68
24
27
10
18
10
10
10
10
10
72
80
24
33
15
19
10
10
47
52
15
23
20
10
10
65
72
24
30
11
21
10
10
10
10
10
76
84
36
30
10
22
10
10
62
69
24
27
11
23
10
10
10
10
78
87
27
36
15
24
10
39
43
19
16
25
53
59
24
21
26
34
38
17
13
27
51
57
27
19
28
10
10
66
73
24
30
12
148
80
24
33
15
74
82
36
27
11
1833
2037
759
778
296
67.89
25.30
25.93
9.87
36
36
18
70.28
72.04
54.81
29
10
10
10
10
10
72
30
10
10
10
10
10
Jumlah
rata-rata
Skor Ideal
Nilai
149
Lampiran 19
Hasil Posttest Kelas Kontrol
N0
2.a
2.b
6.a
6.b
Jumlah
Nilai
UP
SP
AP
53
59
24
21
10
61
68
24
27
10
45
50
19
19
10
10
10
10
70
78
24
33
13
10
10
10
10
10
72
80
24
33
15
10
10
40
44
19
15
10
10
62
69
24
11
10
39
43
19
16
10
10
10
10
10
10
76
84
32
30
14
10
10
63
70
21
30
12
11
10
10
10
10
10
80
89
33
33
14
12
10
10
62
69
24
27
11
13
10
10
10
71
79
30
30
11
14
10
63
70
21
30
12
15
51
57
27
19
16
10
10
10
59
66
27
24
17
34
38
17
13
18
51
57
27
19
19
27
30
14
11
20
10
10
10
10
10
74
82
36
27
11
21
10
47
52
11
25
11
22
10
10
65
72
24
30
11
23
53
59
24
21
24
10
46
51
29
14
25
10
43
48
26
14
26
51
57
27
19
27
10
10
46
51
17
21
28
10
10
47
52
15
23
29
10
10
10
59
66
27
24
30
10
39
43
19
16
31
10
61
68
24
27
10
32
10
39
43
19
16
33
51
57
27
19
34
45
50
19
19
35
10
46
51
13
26
150
36
37
41
21
37
10
61
68
24
27
10
Jumlah
2210
838
826
305
Rata-rata
59.73
22.65
22.32
8.24
36
36
18
62.91
62.01
45.80
Skor Ideal
Nilai
151
Lampiran 20
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN
1) Distribusi Frekuensi
38
43
50
52
52
57
57
57
57
59
59
59
68
68
69
70
72
72
73
73
78
79
80
80
82
82
84
87
89
91
= Rentangan
152
Titik
Tengah
(xi)
xi
fixi
fixi
6.67
42
1764
84
3528
10.00
51
2601
153
7803
64.5
23.33
12
60
3600
420
25200
64.5
73.5
26.67
20
69
4761
552
38088
73.5
82.5
20.00
26
78
6084
468
36504
82.5
91.5
13.33
30
87
7569
348
30276
2025
141399
No.
Interval
Batas
Bawah
Batas
Atas
fi
fi(%)
38-46
37.5
46.5
47-55
46.5
55.5
56-64
55.5
65-73
74-82
83-91
Jumlah
30
100
Rata-rata
Median
67.50
67.875
Modus
2
67.50
Varians (s )
162.466
12.746
fX
f
i
Keterangan :
Me
f X
i
= Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masingmasing interval dengan frekuensinya.
Mean ( X ) =
f X
f
i
2025
67,50
30
153
Keterangan :
Me = Median
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
b = banyak data
F = jumlah frekuensi kelas-kelas sebelum kelas median
f
15 12
Me = 64,5 9
67,875
8
3) Modus (Mo)
d1
M o Bb P
d1 d 2
Keterangan
Mo= Modus
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Mo 64,5 9 1 67,50
1 2
4) Perhitungan Quartil
n
Q1 b p 4
f
7,5 5
55,5 9
7
58,71
3n
F
4
Q3 b p
f
22,5 20
73,5 9
77,25
154
5) Perhitungan Persentil
90n
P90 b p 100
27 26
82,5 9
10n
100
P10 b p
3 2
46,5 9
84,75
49,5
n f i X i f i X i
6) Varians ( s ) =
n (n 1)
30141399 2025
136,634
3030 1
n f . X i f . X i
2
8) Kemiringan (sk) =
n n 1
136,634 11,69
0,096
simpangan baku
11,69
Karena nilai sk < 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kiri atau miring
ke kanan, kurva menceng ke kanan.
9) Ketajaman/kurtosis
1
Q3 Q1
4 2
P90 P10
1
77,25 - 58,71
2
84,75 49,5
0,263
Karena 4 = 0,263, maka model kurva adalah normal (mesokurtis).
155
Lampiran 21
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL
1) Distribusi Frekuensi
30
38
41
43
43
43
44
48
50
50
51
51
51
52
52
57
57
57
57
59
59
66
66
68
68
68
69
69
70
70
72
78
79
80
82
84
89
2) Banyak data (n) = 37
3) Rentang data (R)
Keterangan : R
= Rentangan
156
Titik
Tengah
(xi)
xi
fixi
5.41
34.5
1190.25
69
2380.5
16.22
44.5
1980.25
267
11881.5
59.5
13
35.14
21
54.5
2970.25
708.5
38613.25
59.5
69.5
18.92
28
64.5
4160.25
451.5
29121.75
70-79
69.5
79.5
13.51
33
74.5
5550.25
372.5
27751.25
80-89
79.5
89.5
10.81
37
84.5
7140.25
338
No
Interval
Batas
Bawah
Batas
Atas
fi
fi(%)
30-39
29.5
39.5
40-49
39.5
49.5
50-59
49.5
60-69
5
6
Jumlah
37
100
Rata-rata
Median
2206.5
fixi
28561
138309.25
59.64
57.58
Modus
54.88
2
Varians (s )
186.787
13.67
fX
f
i
Keterangan :
Me
f X
i
= Jumlah dari hasil perkalian midpoint (nilai tengah) dari masingmasing interval dengan frekuensinya.
Mean ( X ) =
f X
f
i
2206,5
59,64
37
157
Keterangan :
Me = Median
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
b = banyak data
F = jumlah frekuensi kelas-kelas sebelum kelas median
f
18,5 8
Me = 49,5 10
57,58
13
3) Modus (Mo)
d1
M o Bb P
d1 d 2
Keterangan
Mo= Modus
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya
Mo 49,5 10 7 54,88
7 6
4) Perhitungan Quartil
n
Q1 b p 4
f
9,25 8
49,5 10
13
50,46
3n
F
4
Q3 b p
f
27,75 21
59,5 10
69,14
158
5) Perhitungan Persentil
90n
P90 b p 100
33,3 3
79,5 10
10n
100
P10 b p
3,7 2
39,5 10
80,25
42,33
6) Varians ( s 2 ) =
n f i X i f i X i
n (n 1)
37138309,25 2206,5
186,787
3737 1
2
n f . X i f . X i
2
8) Kemiringan (sk) =
n n 1
186,787 13,67
0,348
simpangan baku
13,67
Karena nilai sk > 0, maka kurva memiliki ekor memanjang ke kanan atau
miring ke kiri, kurva menceng ke kiri.
9) Ketajaman/kurtosis
1
Q3 Q1
2
4
P90 P10
1
69,14 - 50,46
2
80,25 42,33
0,246
Karena 4 = 0,263, maka model kurva adalah datar (platikurtis).
159
Lampiran 22
Batas
kelas
37.5
Interval
4
5
0.009294
-1.648
-0.941
-0.235
0.406962
73.5
0.4707
0.681085
65-73
74-82
1.8829
Fo
(Fo-Fe)2/Fe
0.0404256
1.212767
0.5110096
0.1235117
3.70535
0.1342704
0.23373
7.011901
0.0000202
0.2741238
8.223713
0.0060857
0.1992849
5.978548
0.0000770
0.0897757
2.693272
0.6340016
0.88037
83-91
91.5
Fe
0.173232
64.5
1.1768
Luas Kelas
0.04972
56-64
82.5
6
-2.354
47-55
55.5
F(z)
38-46
46.5
0.970146
Rata-rata
67.5
Simpangan Baku
12.746
x^2Hitung
1.29
x^2 Tabel
7.82
F(z) = NORMSDIST(z)
Luas Kelas Interval = selisih F(z) yang berikutnya dengan F(z) yang
mendahuluinya
Fo Fe 2
Fe
1,29
Keterangan:
2
Oi
= frekuensi observasi
Ei
= frekensi ekspetasi
160
Lampiran 23
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL
No
Batas
kelas
Interval
29.5
1
30-39
40-49
39.5
49.5
3
F(z)
-2.205
0.013733
-1.473
-0.742
1.4528
0.0566021
2.094278
0.00424411
0.1587781
5.874789
0.00266867
0.2668011
9.87164
13
0.99138905
0.2687193
9.942615
0.87089608
0.162229
6.002471
0.16742251
0.0586689
2.17075
1.54147363
0.764634
0.926863
80-89
89.5
(Fo-Fe)2/Fe
0.495914
70-79
79.5
0.7213
Fo
0.229113
60-69
69.5
-0.01
Fe
0.070335
50-59
59.5
Luas Kelas
2.1843 0.985532
Rata-rata
59.64
Simpangan Baku
13.67
x^2Hitung
3.58
x^2 Tabel
7.82
F(z) = NORMSDIST(z)
Luas Kelas Interval = selisih F(z) yang berikutnya dengan F(z) yang
mendahuluinya
Fo Fe 2
Fe
3,58
Keterangan:
2
Oi
= frekuensi observasi
Ei
= frekensi ekspetasi
161
Lampiran 24
Statistik
Varians(S2)
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
162.466
186.787
FHitung
1.150
Ftabel (0.05;36;29)
1.78
Kesimpulan
Fhitung =
s1
s2
186,787
1,150
162,466
Keterangan:
s1
: Varians terbesar
: Varians terkecil
s2
162
Lampiran 25
Kelas
Eksperimen
67.5
162.466
Statistik
Rata-rata
Varians(S2)
Kelas Kontrol
59.64
186.787
S Gabungan
13.26
t Hitung
2.41
t Tabel
2.00
Kesimpulan
Tolak Ho
s gab
n1 1s1 2 n 2 1s 2 2
n1 n 2 2
X1 X 2
t hitung
s gab
1
1
n1 n 2
67,5 59,6
1
1
13,26
30 37
2,41
Keterangan:
X 1 dan X 2
2
s1 dan s 2
sgab
n1 dan n2
163
Lampiran 26
Tabel Nilai Koefisien Korelasi r Product Moment dari Pearson
164
165
Lampiran 27
166
Lampiran 28
Nilai Kritis Distribusi Khi Kuadrat (Chi Square)
167
168
Lampiran 29
169
170
Lampiran 30
llt
Lampiran 31
UJI REFERENSI
Nama
NIM
Judul
: Indah Sari
108017000062
No
I
2009),h. 108.
Towards Equity and Excellence Highlight
from TIMSS 2011 The South African
Perspective ,2012,
(http ://www.hsrc. ac. zaluploads/pageConten
), h. 4.
Erman Suherman, dkk., Strate gi
P e mb e I aj ar an Mate mati ka Kont e mpo r er,
(Bandung: JICA-UPD, h. 95.
Triyanto, Model-model P embelaj aran
Inov atif B er or ientasi Kons truktivis tik,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet.1, h. I
Gunstone, R. F., Structured Cognitive
Discussion Senior High School Physics:
Student and Teacher Perception, (Australia:
2002), h.542.
BAB 2
Paraf
Pembimbine I Pembimbine
ft
qv
{v
(/
w
(/
h
{"
<v
Ka
lt
ql
II
tI
h.260.
Nahrowi Adjie dan Maulana, Pemecahan
Masalah Matematika, (Bandung: UPI
PRESS. 2006), Cet. 1, h. 4,h.7.
Sri Wardani, P embelaj ar an Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika di SMP,
(Yogyakarta: PPPPTK Matematika, 2010),
h. 15, h. 18, h.33.
Fadjar Shadiq, Penalaran, Pemecahan
masalah dan komuniknsi dalam
pembelajaran matematika, (Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2004),
h. 11.
Ketut Suma dl<k, Pengembangan
Keterampilan Berpikir Divergen Melalui
ahanma s al ah Mat e mat i ka-S ains
Terpadu Open-Ende d Argumentative, Jurnal
Pendidikan Dan Pengajaran Undiksha, 4,
2007. h. 805, h. 804.
Rochmad, Skema Kognitif Pemecahan
Mas al ah, Universitas Negeri Semarang,
ec
s.
-ROCHMAD-REVISI.pdfl , I I 4 Desember
{d
tlt
(v
ql
fr
(/
<T
qv
fr
ryt
ryl
ry
201 11.
7
l0
h. 1.
W. George Cathcart, Learning Mathematics
in Elementary and Middle Schools Fourth
Edition, (Toronto: Pearson Prentice Hall),
fd
t,
ryA
qL
<>
ta
113
lt
t2
t3
2004. h.63.
Utari Sumarmo, Makalah Matematikn
Berpikir dan Disposisi Matematik: "Apa,
Mengapa, don Bagaimana dikembangkan
pada peserto didik", (Bandung: FPMIPA
uPI,2010), h. 5.
Herry Pribawanto Suryawan, Str ate gi
P emecahan Masalah Matematika, 2011
(nttp:feUootUrowse.c
pemecahan-masalah-matematika-pdfd33814193)
Fajar Shadiq, kemohiran matematika,
(Yogyakarta: Depgteman Pendidikan
Nasional,2009), h.
t4
l5
t6
Learning,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 201 1), h. 32.
Made Wena, Strategi Pembelajaran
Inov at if Ko nt e mp or er, (Jakarta: Bumi
Aksara,2009),h. 189.
David Mills,dkk., CUP-Cooperative
Learning That Works, (Australia: 1999), h.
l8
l9
20
2t
22
Suhendra,dl<k,
+>
lt-/
qi
w
tll
qr
tlfl
h'
tu
tu
14.
t7
{,
fr
qn
qv
ry
Lil
ry
ft
ry
Lt
<T
tp
<v
114
P embelaj
M@
Pembimbing
@
I(EII
lrr*ml
KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
:
Tgl. Terbit
:
No.
FORM (FR)
Dokumen
FITK-FR-AKD-085
1 Maret 2010
Revisi: :
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 5412 lndonesia
Hal
.
PERMOHONAN SURAT BIMBINGAN SKR!PSI
Nomor
Lampiran
Perihal
No.
01
:Istimewa
Jaka(a,
rz lnArsa
...t...
rorz
Kepada Yth.
Ka. Subbag Akademik & Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
di
Tempat
A ss alamu' al aikum
wr.
w b.
lad"na 5ar;
NIM
1080t700ooe z
Jurusan/Prodi
Semester
?enaiatUan Y?auwattua
8B
I
Pembimbingll :@"
Moryuln,
fr^
rLa.n
'
terima kasih.
Wassalamu' alaikum wr. wb.
Mengetahui,
Ketua J
fvwofiLaLika
Pemohon,
&il
Lrudah - 9ar;
NIP.
p?oor agtsq
Tembusan:
1. Dosen Penasehat Akademik
NIM. togo.xobo62
KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
FORM (FR)
Kepada Yth.
1 Babelan
Di
Tempat
As s alamu' alaikum
wr.wb.
Nama
Indah Sari
NIM
108017000062
Jurusan /Prodi
Pendidikan Matematika
Semester
IX (Sembilan)
adalah benar mahasiswa pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas Skripsi yang berjudul
"Pengaruh Model Pembelajaran Conceptual (Inderstanding Prosedures Gaps)
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Sisia", mahasiswa tersebut
memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan
saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.
Demikianlah, atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih.
Was
a.n. Dekan
19580417 199203
Tembusan:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
I 00r
KEMENTERIAN AGAMA
utN JAKARTA
FITK
,M_
I
$J
,s #&x
i Ye 13-
Jt. tt.
No.
Tgl.
FORM (FR)
Dokumen
'
p11K-pq-AKDr-082
Terbit : t
wtaret
ZO1O
Kepada Yth.
Kepala SMP Negeri 1 Babelan
di
Tempat
Assal a m u' at a iku m wr.wb.
: lndah Sari
NIM
:108017000062
Jurusan
: Pendidikan Matematika
Semester
Judul
X (Sepuiuh)
di
Untuk
,Ai
inda F
Tembusan:
19
r, M.Pd
199603 2 002
1. Dekan FITK
2. Pembantu Dekan Bidang Akademik
3. Mahasiswa yang bersangkutan
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI I BABELAN
Jalan Raya Babelan No. 99A Kec. Babelan Kab. Bekasi 17610 relp. (021) 8920458
SURAT KETERANGAN
Nomor
Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Babelan Kab. Bekasi menerangkan bahwa
Nama
INDAH SARI
NIM
108017000062
Jenjang
Jurusan
Pendidikan Matematika
Fakultas
pengumpulan data
"
pengaruh Model