Anda di halaman 1dari 149

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN


CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) BERBASIS
OPEN-ENDED PROBLEM PADA MATERI SEGI
EMPAT DAN SEGITIGA TINGKAT SMP/MTS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan


Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
SITI KHODIJAH
NIM 11150170000025

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model Pembelajaran Creative


Problem Solving (CPS) Berbasis Open-ended Problem Pada Materi Segi Empat dan
Segitiga Tingkat SMP/MTs disusun oleh Siti Khodijah, dengan NIM 11150170000025,
Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah dibimbing dan layak diujikan pada sidang munaqosah
yang dilaksanakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika.

Jakarta, 13 Agustus 2020


Yang Mengesahkan,
Pembimbing I

Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd.


NIP. 19790601 200604 2 004
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model Pembelajaran


Creative Problem Solving (CPS) Berbasis Open-ended Problem Pada Materi Segi Empat
dan Segitiga Tingkat SMP/MTs disusun oleh Siti Khodijah, dengan NIM 11150170000025,
Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah dibimbing dan layak diujikan pada sidang
munaqosah yang dilaksanakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika.

Jakarta, 18 Agustus 2020


Yang Mengesahkan,
Pembimbing II

Dr. Tita Khalis Maryati, M. Kom.


NIP. 19690924 199903 2 003
ABSTRAK

SITI KHODIJAH (11150170000025). “Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan


Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Berbasis Open-ended Problem
Pada Materi Segi Empat dan Segitiga Tingkat SMP/MTs”. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar menggunakan model
creative problem solving (CPS) berbasis open-ended problem pada materi segi empat
dan segitiga tingkat SMP/MTs. CPS merupakan variasi dari pembelajaran
penyelesaian masalah dengan teknik yang sistematis dalam mengorganisasikan
gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Open-ended problem
merupakan suatu pendekatan penyajian masalah terbuka. Subjek uji coba yang
diambil menggunakan teknik purposive sampling pada siswa kelas VII MTsN 12
Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan
dengan model 4-D dari Thiagarajan (Define, Design, Develop, dan Disseminate).
Hasil penelitian menurut penilaian ahli menunjukkan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan memiliki kriteria baik berdasarkan kualitas aspek cakupan materi,
bahasa, teknik penyajian, tahapan model pembelajaran creative problem solving
(CPS) berbasis open-ended problem, dan penilaian pembelajaran. Adapun penilaian
menurut respon siswa berdasarkan kualitas aspek kesesuaian konten materi, kondisi
fisik, dan manfaat penggunaan memiliki kriteria baik. Dengan demikian, bahan ajar
ini termasuk dalam kriteria baik dan dapat digunakan dalam pembelajaran matematika
kelas VII.
Kata Kunci: Bahan Ajar, Model Pembelajaran, Creative Problem Solving (CPS),
Open-ended Problem, Materi Segi Empat, Materi Segitiga, Model Pengembangan 4-
D.

i
ABSTRACT

SITI KHODIJAH (11150170000025). “Development of Teaching Materials Using


Creative Problem Solving (CPS) Learning Models Based on Open-ended Problems
in Rectangular and Triangle for Junior High School”. Thesis, Departement of
Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2020.
This study aims to develop teaching materials using a creative problem solving (CPS)
model based on open-ended problems on the material of rectangular and triangles at
level junior high school. CPS is a variation of problem solving learning with
systematic techniques in organizing creative ideas to solve a problem. Open-ended
problem is an approach to presenting an open problem. The test subjects were taken
using purposive sampling technique in seventh grade students of MTsN 12 Jakarta.
The method used in this research is development research with the 4-D model from
Thiagarajan (Define, Design, Develop, and Disseminate).
The results of the study according to expert judgment indicate that the teaching
materials developed have good criteria based on the quality aspects of material
coverage, language, presentation techniques, stages of open-ended problem-based
creative problem solving (CPS) learning models, and learning assessments. The
assessment according to student responses based on the quality of aspects of the
suitability of material content, physical conditions, and benefits of use has good
criteria. Thus, this teaching material is included in good criteria and can be used in
class VII mathematics learning.
Keywords: Teaching Material, Learning Model, Creative Problem Solving (CPS),
Open-ended Problem, Rectangular Material, Triangle Material, 4-D Development
Model.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat iman, islam, dan ihsan, serta kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat berbagai
kendala yang dialami. Namun, berkat doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, ucapan
terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus
Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis dalam proses penulisan skripsi
ini.
3. Gusni Satriawati, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus
Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan, nasihat, dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada
penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
5. Dra. Afidah Mas’ud, Dr. Dedek Kustiawati, M.Pd., Dwi Novianto, S.Pd., Wildah,
S.Pd., dan Widayahati, S.Pd., selaku validator yang telah memberikan saran dan
masukan pada pengembangan produk dalam penelitian ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
7. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu penulis dalam proses administrasi.
8. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
keleluasaan dalam peminjaman buku-buku yang penulis butuhkan.
9. Muh Sofyan, M.Pd. selaku Kepala MTsN 12 Jakarta yang telah mengizinkan
penulis melaksanakan wawancara dan penelitian.
10. Ayahanda (Alm) H. Sa’amin Bin KH. Mushonif dan Ibunda Hj. Rusni, selaku
orang tua yang sudah mengasuh, mendidik, mendoakan, dan selalu ada dalam
suka maupun duka sampai detik ini sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan dan memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd).
11. H. M. Dahlan, S.Ag., Siti Rohmah, S.Pd., Siti Zulaeha, Abdul Rohman, S.Pd., Hj.
Aminati Anur, Rizky Amelia, dan Agus Fatahilah, selaku saudara yang selalu
menyemangati dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

iii
12. Nurhadi Yunus yang selalu meluangkan waktu untuk membantu penulis,
membersamai dalam suka maupun duka, serta memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Seluruh teman-teman ATLIMATIKA (Pendidikan Matematika 2015), khususnya
Egi Annisa Nurjanah, S.Pd., Lisa Auliya, Anita Mutiara Zaki, S.Pd., Nayli
Rahmah, Zharotun Nisa, S.Pd., Nurmia Sakinah, S.Pd., yang selalu membersamai
selama perkuliahan, menghadirkan canda tawa, serta memberikan semangat
kepada penulis.
14. Seluruh senior Pendidikan Matematika, khususnya Fairazatunnisa, S.Pd. yang
selalu meluangkan waktu untuk membersamai, membantu dan membangkitkan
semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
15. Sahabat/i PMII di seluruh Komisariat, khususnya PMII Komisariat Fakultas
Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rayon Pendidikan Matematika yaitu
Kiki Rizkiyah, Sivi Ayu, Abdul Rahmat Soleh, S.Pd., Febriyansyah, S.Pd., Alfa
Pungut Apriyana, M. Shifa Lutfian, Diana, Nurrabiatul yang telah membersamai
dan memberikan pengalaman berharga bagi penulis.
16. Teman-teman seperjuangan di seluruh Fakultas, khususnya Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yaitu Fani Rosdiyanti, S.Pd., Zaenudin, S.Pd., Resti
Yolanda, yang telah membersamai penulis dalam suka dan duka menjadi
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
17. Elma Ramadana, Amd., Aulia Rachmah, S.Pd., dan Khairiah Sara Diva, S.Pd.,
yang telah mendukung penyusunan skripsi ini.
18. Semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung dalam penyusunan
skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak guna perbaikan penulis di masa mendatang. Akhir
kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca. (e-mail:
stkhodijah2017@gmail.com)

Jakarta, 31 Juli 2020


Penulis

Siti Khodijah

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian................................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR ........................ 9


A. Deskripsi Teoritik.................................................................................... 9
1. Bahan Ajar ........................................................................................ 9
a. Pengertian Bahan Ajar ................................................................ 9
b. Tujuan dan Fungsi Bahan Ajar .................................................... 9
c. Jenis-jenis Bahan Ajar ................................................................ 10
2. Pembelajaran Matematika ................................................................. 11
3. Bahan Ajar dengan Karakteristik Pembelajaran Matematika .............. 13
4. Model Creative Problem Solving (CPS) ............................................ 14
a. Problem Solving ......................................................................... 14
b. Pengertian Model Creative Problem Solving (CPS) ..................... 14
c. Langkah- langkah Model Creative Problem Solving (CPS) ......... 16
d. Keunggulan Model Creative Problem Solving (CPS) .................. 20
5. Open-Ended Problem ........................................................................ 20
6. Model Creative Problem Solving (CPS) Berbasis Open Ended
Problem ............................................................................................ 21
7. Model Pengembangan ....................................................................... 22
8. Materi Segi Empat dan Segitiga ........................................................ 24
B. Penelitian Relevan ................................................................................... 29
C. Bahan Ajar Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS)
Berbasis Open Ended Problem Pada Materi Segi Empat dan
Segitiga ................................................................................................... 30
D. Kerangka Berpikir ................................................................................... 32

v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 34
A. Model Pengembangan ............................................................................. 34
B. Prosedur Pengembangan.......................................................................... 34
1. Tahap Pendefinisian (Define) ............................................................ 34
2. Tahap Perancangan (Design) ............................................................. 35
3. Tahap Pengembangan (Develop) ....................................................... 35
C. Desain Uji Coba ...................................................................................... 36
D. Subjek Uji Coba ...................................................................................... 36
E. Teknik dan Instrumen Penelitian.............................................................. 36
1. Informasi Investigasi Awal ................................................................ 36
2. Lembar Validasi Ahli ........................................................................ 37
3. Angket Respon Siswa ....................................................................... 38
F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 38
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 38
1. Analisis Data Instrumen Validasi Ahli ........................................ 38
2. Analisis Angket Respon Siswa .................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 41


A. Deskripsi Hasil Pengembangan................................................................ 41
B. Deskripsi dan Analisa Data Hasil Uji Coba .............................................. 50
1. Validasi Instrumen Ahli .............................................................. 50
2. Uji Coba Terbatas ....................................................................... 52
C. Kajian Produk Akhir ............................................................................... 53
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 53

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 54


A. Kesimpulan ............................................................................................. 54
B. Saran ....................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 55

LAMPIRAN ....................................................................................................... 59

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran CPS Berbasis Open-ended Problem .................. 31


Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli ........................................................ 37
Tabel 3.2. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ........................................................... 37
Tabel 3.3. Pedoman Skor Instrumen .................................................................... 38
Tabel 3.4. Kriteria Kualitas Produk ..................................................................... 39
Tabel 4.1. Hasil Validasi Bahan Ajar Oleh Ahli .................................................. 50
Tabel 4.2. Hasil Validasi Ahli Terhadap Aspek Cakupan Materi ......................... 51
Tabel 4.3. Hasil Validasi Ahli Terhadap Aspek Bahasa ....................................... 51
Tabel 4.4. Hasil Validasi Ahli Terhadap Aspek Teknik Penyajian ....................... 51
Tabel 4.5. Hasil Validasi Ahli Terhadap Aspek Model CPS Berbasis
Open-ended Problem ........................................................................ 52
Tabel 4.6. Hasil Respon Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar ....................... 52

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.(a) Cuplikan Buku Teks yang Digunakan dalam Pembelajaran


Di Kelas .................................................................................. 8
Gambar 1.1.(b) Cuplikan Buku Teks yang Digunakan dalam Pembelajaran
Di Kelas .................................................................................. 6
Gambar 2.1. Masalah Rutin ............................................................................ 19
Gambar 2.2 Masalah Kreatif .......................................................................... 19
Gambar 2.3. Persegi KLMN ........................................................................ 24
Gambar 2.4. Persegi Panjang ABCD ............................................................ 25
Gambar 2.5. Jajargenjang PQRS dengan panjang sisi a dan b ....................... 25
Gambar 2.6. Jajargenjang PQRS dengan sisi alas dan tinggi ......................... 26
Gambar 2.7. Trapesium ABCD dengan panjang sisi a, b, c, dan d ................ 26
Gambar 2.8. Trapesium ABCD dengan sisi a, sisi b, dan tinggi .................... 27
Gambar 2.9. Belah Ketupat EFGH dengan sisi a, diagonal d1 dan d2 ...................... 27
Gambar 2.10. Layang-layang PQRS dengan sisi s1, s2 dan diagonal
d1 dan d2 .................................................................................. 28
Gambar 2.11. Segitiga ABC .......................................................................... 29
Gambar 2.12. Segitiga ABC dengan sisi a dan t ............................................. 29
Gambar 2.13. Peta Kebutuhan Bahan Ajar Segi Empat dan Segitiga .............. 32
Gambar 2.14. Kerangka Berpikir ................................................................... 33
Gambar 3.1. Kerangka Prosedur Pengembangan .......................................... 40
Gambar 4.1. Pembuatan Cover .................................................................... 43
Gambar 4.2. Pembuatan Halaman Depan ..................................................... 44
Gambar 4.3. Pembuatan Background ........................................................... 44
Gambar 4.4. Pengetikan Petunjuk Penggunaan, KD dan Indikator ................ 44
Gambar 4.5. Pengerjaan LKS....................................................................... 45
Gambar 4.6. Pengetikan Rangkuman ........................................................... 45

viii
Gambar 4.7. Pengetikan Glosarium dan Daftar Pustaka ................................... 45
Gambar 4.8.(a) Sebelum Revisi Poin 1 ................................................................ 46
Gambar 4.8.(b) Sesudah Revisi Poin 1 ................................................................ 47
Gambar 4.9.(a) Sebelum Revisi Poin 2 ................................................................ 47
Gambar 4.9.(b) Sesudah Revisi Poin 2 ................................................................ 48
Gambar 4.10.(a) Sebelum Revisi Poin 3 ............................................................... 48
Gambar 4.10.(b) Sesudah Revisi Poin 3 ............................................................... 49
Gambar 4.11.(a) Sebelum Revisi Poin 4 ............................................................... 49
Gambar 4.11.(a) Sesudah Revisi Poin 4 ................................................................ 49

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar dan Hasil Wawancara Guru Matematika .............................. 59


Lampiran 2 Instrumen Uji Validasi Ahli .............................................................. 63
Lampiran 3 Angket Respon Siswa ....................................................................... 66
Lampiran 4 Surat Tugas Validator ....................................................................... 68
Lampiran 5 Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar oleh Ahli .............................. 69
Lampiran 6 Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar Berdasarkan Indikator
Tiap Aspek Penilaian oleh Ahli ...................................................... 70
Lampiran 7 Revisi Bahan Ajar ............................................................................ 72
Lampiran 8 Perhitungan Data Pada Angket Respon Siswa terhadap Bahan
Ajar ............................................................................................... 78
Lampiran 9 Hasil Wawancara Siswa ................................................................... 79
Lampiran 10 Hasil Instrumen Uji Validasi Ahli.................................................... 80
Lampiran 11 Hasil Angket Respon Siswa ............................................................ 96
Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................... 97
Lampiran 13 Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................................ 98
Lampiran 14 Produk Akhir ................................................................................. 99

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam menentukan
kemajuan suatu bangsa di era globalisasi saat ini. Pendidikan pada abad ke-21
diprediksi akan jauh berbeda dari pendidikan yang sekarang, sehingga UNESCO
memperkenalkan empat pilar dalam pendidikan, yaitu Learning to Know, Learning to
Do, Learning to Live Together, dan Learning to Be.1 Pendidikan pada abad ke-21 pula
menekankan pada pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
rasa ingin tahunya, mengajarkan kemampuan-kemampuan yang bermanfaat bagi
dirinya di masa yang akan datang dan memungkinkan siswa dapat bekerja secara
kolaboratif dalam memecahkan permasalahan. Untuk memecahkan suatu
permasalahan sangat diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Menurut Syafril dan Zen, pendidikan merupakan proses yang harus
mendorong manusia untuk mengembangkan kepercayaan diri, rasa ingin tahu, dan
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.2 Dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 Bab 1 Pasal 1 menjelaskan bahwa,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa dapat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.3
Dalam menyiapkan siswa untuk masa yang akan datang diperlukan pengembangan
atau pembaharuan sistem pengajaran sesuai dengan perkembangan saat ini. Hal ini
sejalan dengan pendapat Borish mengenai peran guru yang menjadi panutan dengan
memperlihatkan kepribadian dan sikap yang positif, berpengalaman dalam mengajar,
cakap dalam menyampaikan informasi, reflektif, motivator, danbergairah juga untuk
turut belajar bersama siswa agar terciptanya kegiatan belajar dan mengajar yang
efektif.4 Oleh karena itu, salah satu hal yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran adalah perangkat pembelajaran berupa bahan ajar, karena pada
umumnya bahan ajar menjadi rujukan utama dalam proses pembelajaran.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di
semua tingkatan pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Matematika memiliki peranan penting dalam meningkatkan kompetensi dan kualitas
siswa agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berorientasi pada

1
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek Perkembangan
Anak, Edisi Pertama, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), Cet. ke-1, h. 6
2
Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2017),
h. 35.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, 2003, h. 1.
4
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan
Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), Cet. Ke-VI, h. 7.

1
2

peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Permasalahan yang muncul


dalam matematika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa
diharapkan memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu, agar berguna
dalam berkompetensi di masa mendatang.
Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi dan kualitasnya agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
berorientasi pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. NCTM
menetapkan bahwa terdapat lima keterampilan proses yang perlu dimiliki siswa
melalui pembelajaran matematika yang tercakup dalam standar proses pembelajaran
matematika yang meliputi: pemahaman matematik (mathematical understanding),
penalaran matematik (mathematical reasoning), koneksi matematik (mathematical
connection), pemecahan masalah (problem solving), dan komunikasi matematik
(mathematical communication).5 Dengan demikian, pembelajaran matematika bukan
hanya sekedar hapalan rumus dan berhitung saja, melainkan mampu melatih
kemampuan penalaran dan berpikir kritis dalam pemecahan masalah baik masalah
rutin atau masalah dalam kehidupan sehari-hari (non rutin).
Melihat urgensi matematika tersebut, perlu diperhatikan faktor penting agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai, salah satunya yaitu minat belajar. Menurut
Darmadi, salah satu keberhasilan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran ditandai
dengan adanya minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran.6 Minat belajar siswa
menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi akan mudah mencapai tujuan pembelajaran,
sebaliknya siswa yang kurang memiliki minat belajar akan merasa kurang tertarik
terhadap suatu bidang tertentu bahkan dapat menunjukan sikap penolakan terhadap
guru.7
Namun faktanya, tidak sedikit siswa yang memiliki minat belajar yang rendah
terhadap matematika. Hal tersebut dikarenakan mereka menganggap matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit. Soal-soal matematika yang identik dengan soal-
soal yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat. Hasil penelitian Hadi, dkk,
menemukan kesulitan yang siswa alami dalam memecahkan soal yang mengukur
kemampuan berpikir tinggi yakni dalam keterampilan proses matematika.8
Salah satu materi matematika yang dianggap sulit oleh siswa SMP/MTs
adalah materi segi empat dan segitiga. Materi segi empat dan segitiga merupakan
bagian dari materi matematika SMP/MTs kelas VII. Segi empat dan segitiga adalah
himpunan bagian dari materi geometri yang merupakan bagian terpenting dalam
matematika yang harus dipahami dan dikuasai oleh siswa, sebab memiliki peranan
yang amat besar dan erat kaitannya dalam bagian-bagian lain dari matematika maupun

5
Fatrima Santri Syafri, “Kemampuan Representasi Matematis dan Kemampuan
Pembuktian Matematika”, Jurnal Edumath, Vol. 3, 2017, h. 49-50
6
Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika
Belajar Siswa, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 313
7
Heris Hendriana, Euis Eti Roehati, & Utari Sumarmo, Hard Skill dan Soft Skills
Matematik Siswa, (Bandung: PT Refika Aditama, 2017), h. 163
8
Samsul Hadi, dkk, “The Difficulties of High School Students in Solving Higher-
Order Thinking Skills Problems”, Problems of Education in the 21st Century, Vol. 76 No. 4,
2018, p. 530.
3

kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran materi geometri tersebut menurut


Budiarto yaitu dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, menumbuhkan
pengetahuan untuk menunjang materi lain, dan dapat membaca dan
menginterpretasikan argumen-argumen matematika.9
Melalui pembelajaran bangun datar segi empat dan segitiga siswa dapat
mengembangkan imajinasi dan gagasan dari khayalan menjadi berpikir logis sehingga
siswa memiliki kemampuan salah satunya memecahkan masalah secara kreatif.
Dalam mengembangkan kemampuan tersebut, siswa harus memahami konsep, sifat-
sifat, keliling maupun luas. Pemahaman mengenai konsep-konsep tersebut
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang lainnya yang lebih
lanjut. Namun, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
konsep-konsep yang diungkapkan di atas.
Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan analisis data dari Hasil Ujian Nasional (UN) siswa dari tingkat SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Dari hasil UN Matematika SMP/MTs tahun 2019
bahwa daya serap siswa dalam menyelesaikan soal pada materi geometri dan
pengukuran hanya 42,27% pada skala Nasional, kemudian daya serap siswa
menjawab soal UN pada indikator menghitung panjang diagonal persegi panjang
hanya 46,56% dan pada indikator menghitung luas bangun datar persegi panjang dan
lingkaran hanya 36,69%.10 Sejalan dengan hasil wawancara dengan salah satu guru
matematika kelas VII di MTsN 12 Jakarta pada Mei 2020, bahwa minat belajar dan
motivasi siswa terhadap pembelajaran masih tergolong rendah. Hasil belajar siswa
pada materi segi empat dan segitiga pun masih kurang maksimal. Dari kondisi
tersebut, pada proses pembelajaran umumnya siswa mengalami kesulitan dalam
memahami konsep-konsep bangun datar segi empat dan segitiga. Kesulitan tersebut
menyebabkan kurangnya semangat belajar siswa sehingga pencapaian hasil belajar
relatif rendah. Selain itu, kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal
bangun datar adalah kesalahan dalam membaca soal, memahami soal, transformasi
soal, keterampilan proses, dan penulisan jawaban akhir karena rendahnya kemampuan
pemecahan masalah.11
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22
Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah pada bab
perencanaan pembelajaran dijelaskan bahwa setiap guru pada tiap satuan pendidikan
berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan
sumber belajar berupa lembar kerja siswa (LKS) atau modul, perangkat pembelajaran,
dan skenario pembelajaran.12 RPP menjadi pedoman guru dalam kegiatan belajar dan
mengajar di kelas. Penyusunan RPP juga perlu memperhatikan prinsip seperti

9
Mochammad Andy Ardianzah dan Pradnyo Wijayanti, “Analisis Kesalahan Siswa
SMP Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Tahapan Newman Pada Materi Bangun
Datar Segi empat”, Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya, Vol. 9 No. 1,
2020, h. 41.
10
Pusat Penilaian Kemendikbud, Penguasaan Materi Ujian Nasional, diakses pada
tanggal 10 April 2020, (https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/).
11
Mochammad Andy Ardianzah dan Pradnyo Wijayanti, op.cit., h. 42.
12
Kemendikbud, Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. (Jakarta: Kemendikbud, 2016), h. 5-7.
4

perbedaan individual siswa, pembelajaran yang berpusat kepada siswa, umpan balik
dan tindak lanjut RPP. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, guru perlu
mengembangkan bahan ajar atau perangkat pembelajaran melalui proses
pembelajaran interaktif, inspiratif, dan menyenangkan sehingga memotivasi siswa
untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun baik tertulis maupun
tidak tertulis secara sistematis sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa
belajar.13 Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar dapat membantu siswa
memperoleh pengetahuan baru dengan mengonstruksi pengetahuannya secara
mandiri dan menempatkan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sehingga
ketergantungan siswa terhadap guru dapat berkurang.
Berdasarkan hasil penelitian Kharisma dan Sugiman, menunjukkan bahwa
persentase prestasi siswa yang tuntas dalam pembelajaran menggunakan bahan ajar
mencapai 75%.14 Sejalan dengan hasil penelitian Laksmiwati dan Retnowati
didapatkan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sebesar 82,05%.15 Hal tersebut menunjukkan penggunaan
bahan ajar dalam pembelajaran memberikan dampak yang positif dalam
keberlangsungan pembelajaran yang efektif dan ketuntasan hasil belajar siswa.
Namun dari hasil wawancara guru sebelumnya menjelaskan bahwa bahan ajar
yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu buku paket,
terkadang LKS atau modul. Bahan ajar yang digunakan pun belum membantu proses
pembelajaran secara aktif dan mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi
matematis. Berdasarkan masalah nyata mengenai penggunaan bahan ajar salah
satunya buku paket, maka guru yang berperan penting untuk memperbaiki rujukan
sumber belajar menjadi lebih baik sehingga mampu meningkatkan minat dan motivasi
belajar siswa.
Buku teks dari pemerintah tentunya telah disesuaikan dengan kurikulum yang
ada serta telah melalui proses yang cukup panjang dan sistematis sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam proses pembelajaran. Namun
penggunaan buku teks dalam proses pembelajaran terkadang ditemui sebuah kondisi
di mana siswa kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Misalnya, dalam
buku teks seperti pada Gambar 1.1 (a) dan (b) mengidentifikasi sifat-sifat segi yang
disajikan secara bersamaan dalam satu tabel. Hal ini menyulitkan siswa dalam
menyebutkan sifat-sifat sebuah segi empat secara rinci. Oleh karena itu, menjadi
penting perlu adanya pengembangan bahan ajar menggunakan salah satu model
pembelajaran matematika pada materi segi empat dan segitiga tingkat SMP/MTs.
Selain itu, hasil wawancara dengan guru sebelumnya pun menjelaskan bahwa
kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan belum menggunakan pendekatan

13
Andi Prastowo, Sumber Belajar & Pusat Sumber Belajar, (Depok: Prenadamedia
Group, 2018), Cet. ke-1, h.
14
Jeaniver Yuliane Kharisma & Sugiman, “Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Berbasis Masalah Berorientasi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Prestasi Belajar
Matematika”, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Vol. IV. No. 2, 2017, h. 149.
15
Pasttita Ayu Laksmiwati & Endah Retnowati, “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Geometri Berbasis Kecerdasan Majemuk Siswa SMP Kelas VIII”,
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 14, No. 1, 2019, h. 7.
5

konstruktivisme yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Proses pembelajaran pun masih
menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran terpusat kepada guru.
Soal-soal yang diberikan hanya berupa soal rutin yang mana belum mengarah kepada
kemampuan berpikir tingkat tinggi matematis. Menurut Darmadi salah satu faktor
yang dapat memunculkan minat dan motivasi belajar siswa adalah faktor bahan ajar
yang digunakan dalam pembelajaran. 16 Selain itu, hasil penelitian Putri dkk,
menjelaskan bahwa guru menjadi salah satu faktor yang dapat memunculkan minat
dan motivasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan guru sebagai fasilitator sehingga harus
mampu memilih pendekatan, media, fasilitas, dan lingkungan pembelajaran untuk
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.17 Hal tersebut menunjukkan bahwa,
pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran juga mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Salah satu alternatif model pembelajaran matematika yang dapat digunakan
untuk membantu siswa memahami konsep matematika yaitu model creative problem
solving (CPS). Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan model CPS ini memuat
langkah-langkah model pembelajaran CPS yang merupakan variasi dari pembelajaran
problem solving dengan teknik yang sistematis dalam mengorganisasikan gagasan
kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam penerapannya di kelas,
model CPS menuntut siswa untuk aktif sehingga mampu mengungkapkan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang belum
mereka temui baik secara sistematis maupun dengan cara atau metodenya sendiri.

(a)

16
Darmadi, op.cit., h. 317
17
Bela Bekti Amallia Putri, etc. al, “Analisis Faktor Rendahnya Minat Belajar
Matematika Siswa Kelas V di SD Negeri 4 Gumiwang”, Jurnal Educatio FKIP UNMA, Vol.
5, No. 2, 2019, h. 73.
6

(b)
Gambar 1.1.
Cuplikan Buku Teks yang Digunakan dalam
Pembelajaran Di Kelas
Sedangkan dalam pembelajaran penggunaan permasalahan salah satunya
melalui pembelajaran berbasis open-ended problem. Pada pembelajaran berbasis
open-ended problem siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah
yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian
dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi permasalahan tersebut
menghasilkan lebih dari satu jawaban yang benar. Siswa diharapkan menjadi individu
yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-
aspek yang ada di lingkungannya. Dengan adanya bahan ajar menggunakan model
CPS berbasis open-ended problem guru dapat memanfaatkan media tersebut sebagai
sumber belajar bagi siswa sehingga guru bukan menjadi satu-satunya sumber belajar.
Oleh karena itu, dengan penggunaan bahan ajar tersebut siswa dapat berperan aktif
dan mengeksplorasi berbagai informasi dan gagasan dengan cara mereka sendiri dan
menyederhanakan permasalahan yang abstrak dan sulit menjadi mudah dipahami.
Dengan menggunakan bahan ajar menggunakan model CPS berbasis open-
ended problem pada materi segi empat dan segitiga dapat menyederhanakan topik
yang abstrak menjadi kontekstual dan mudah dipahami siswa. Hal ini karena adanya
contoh-contoh penerapan segi empat dan segitiga dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga siswa dapat mengetahui bahwa materi segi empat dan segitiga erat kaitannya
dalam kehidupan nyata. Model CPS berbasis open-ended problem pembelajaran yang
akan dihasilkan dalam penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan 4D
(define, design, develop, and disseminate), karena model pengembangan tersebut
sangat sesuai dengan prosedur pengembangan produk pembelajaran. Hasil
pengembangan bahan ajar menggunakan CPS berbasis open-ended problem ini
7

diharapkan dapat menjadi sumber belajar yang praktis dan menimbulkan minat belajar
siswa.
Berdasarkan uraian di atas, menjadi penting untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model Pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) Berbasis Open-ended Problem Pada Materi Segi
Empat dan Segitiga Tingkat SMP/Mts”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Kurikulum 2013 menginstruksikan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, akan tetapi realita praktik pembelajaran masih berpusat pada guru.
2. Bahan ajar yang digunakan guru belum memfasilitasi kebutuhan siswa dalam
memahami konsep matematika khususnya pada materi segi empat dan segitiga.
3. Minat dan motivasi belajar siswa tergolong rendah terhadap pembelajaran
matematika.
4. Hasil belajar siswa pada materi segi empat dan segitiga masih tergolong rendah.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Materi yang disajikan dalam bahan ajar disesuaikan dengan silabus Kurikulum
2013 untuk SMP/MTs kelas VII dan terbatas pada materi segi empat dan segitiga
tepatnya pada kompetensi dasar (KD) 3.11 dan KD 4.11 dalam konsep segi empat
dan segitiga.
2. Bahan ajar yang dibuat menggunakan model Creative Problem Solving (CPS)
berbasis Open-ended problem berupa bahan ajar cetak.
3. Model pengembangan produk yang digunakan adalah model pengembangan dari
Thiagarajan, yaitu 4-D (Define, Design, Develop, and Disseminate).

D. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti lebih lanjut dengan perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mengembangkan bahan ajar matematika menggunakan model CPS
berbasis open-ended problem?
2. Bagaimana tingkat kelayakan bahan ajar model CPS berbasis open-ended
problem yang dihasilkan?
3. Bagaimana penilaian responden terhadap bahan ajar model CPS berbasis open-
ended problem yang dihasilkan?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan umum pengembangan ini adalah untuk menghasilkan sumber belajar
pada materi segi empat dan segitiga kelas VII SMP/MTs berupa bahan ajar cetak.
Sedangkan tujuan khusus pengembangan ini sebagai berikut.
8

1. Menghasilkan produk bahan ajar menggunakan model creative problem solving


(CPS) berbasis open-ended problem untuk materi segi empat dan segitiga kelas
VII.
2. Mendeskripsikan tingkat kelayakan bahan ajar yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran.
3. Mendeskripsikan tanggapan siswa sebagai pengguna bahan ajar yang dihasilkan.

F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka manfaat dari pengembangan
bahan ajar ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, pengembangan bahan ajar model CPS berbasis open-ended
problem pada materi segi empat dan segitiga diharapkan dapat bermanfaat untuk
memberikan kontribusi pada perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan
terutama pada komponen media pembelajaran yang bersesuaian dengan
kurikulum dan memenuhi standar kelayakan.
2. Manfaat Praktis
Pengembangan bahan ajar model CPS berbasis open-ended problem pada
materi segi empat dan segitiga bermanfaat untuk berbagai pihak, yakni:
a. Bagi siswa, dengan adanya produk yang dihasilkan ini dapat menambah
pengalaman belajar secara langsung sehingga siswa termotivasi untuk
menguasai kompetensi yang diajarkan secara teori sekaligus praktis dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Bagi guru, dengan adanya produk yang dihasilkan ini dapat dijadikan suatu
alternatif media pembelajaran pada materi segi empat dan segitiga untuk
mempermudah penyampaian materi dalam kegiatan belajar dan mengajar
sehingga menciptakan suasana belajar yang kondusif dan inovatif.
c. Bagi sekolah/madrasah, dapat merekomendasikan penggunaan media
pembelajaran ini dalam kegiatan belajar dan mengajar. Selain itu, diharapkan
juga sekolah/madrasah dapat membuat media-media pembelajaran berupa
bahan ajar untuk materi maupun pembelajaran lain.
d. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai sumber referensi dalam
mengembangkan media pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teoritik
1. Bahan Ajar
a. Pengertian Bahan Ajar
Dalam pembelajaran Kurikulum 2013, materi pembelajaran yang
disediakan untuk semua mata pelajaran dalam bentuk buku pegangan siswa
maupun guru. Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi pendidik terutama
guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang ingin disampaikan
dalam bentuk bahan ajar. Menurut Yunus dan Alam, bahan ajar merupakan
seperangkat materi pembelajaran yang tersusun secara sistematis sehingga
dapat menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang mendorong
bangkitnya minat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 1 Depdiknas
juga memberikan penjelasan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan oleh guru untuk membantu dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar baik berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. 2
Berdasarkan beberapa pendapat di atas memberikan gambaran bahwa
bahan ajar merupakan segala bentuk atau perangkat bahan materi
pembelajaran yang tersusun secara sistematis untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran sehingga terciptanya suasana
lingkungan pembelajaran dan mendorong minat belajar siswa.
Bahan ajar berperan penting dalam proses pembelajaran. Dengan
penggunaan bahan ajar siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara
runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai kompetensi secara utuh.
Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan
bahan ajar sendiri. 3 Secara teknis, bahan ajar dapat didesain
sebagairepresentasi penjelasan guru mengenai materi pembelajaran di depan
kelas, di samping berperan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran bahan
ajar termasuk sebagai target dan sasaran yang hendak dicapai. Keterangan,
uraian, dan pesan yang seharusnya disampaikan dan informasi yang hendak
disajikan dapat dihimpun melalui bahan pembelajaran. Dengan demikian,
guru dapat mengefisienkan waktu dalam memberikan penjelasan, dan pada
saat yang bersamaan pula dapat memaksimalkan peningkatan keterampilan
sekaligus memiliki banyak waktu untuk membimbing siswa. 4
b. Tujuan dan Fungsi Bahan Ajar
Penyusunan bahan ajar menurut Depdiknas memiliki tujuan antara
lain: 1) menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai

1 Hamzah Yunus dan Heldy Vanni Alam, Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kurikulum
2013, (Yogyakarta: Deepublish), h. 162
2 Departemen Pendidikan Nasional, 2008, “Panduan Pengembangan Bahan Ajar”, h. 6
3 Ibid., h. 8
4 Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan Dengan Kurikulum

2013 (Jakarta: Kencana, Edisi Kedua, 2017), Cet. ke-5, h. 273

9
10

dengan karakteristik dan lingkungan sosial siswa, 2) membantu siswa


memperoleh alternatif bahan ajar di buku-buku teks yang terkadang sulit
diperoleh, dan 3) memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.5
Sedangkan fungsi dari bahan ajar dalam proses pembelajaran sebagai
berikut:6
1) Bahan ajar menjadi pedoman bagi guru untuk mengarahkan segala
aktivitas dalam proses pembelajaran, sekaligus menjadi substansi
kompetensi yang perlu diajarkan kepada siswa.
2) Bahan ajar menjadi pedoman bagi siswa untuk mengarahkan segala
aktivitas pembelajaran, sekaligus merupakan substansi yang perlu
dikuasai.
3) Bahan ajar berperan sebagai alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran.

c. Jenis-jenis Bahan Ajar


Bahan ajar merupakan segala bentuk konten baik teks, foto, video,
animasi, dan lain-lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan
ditinjau dari media, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi bahan ajar,
cetak, audio, video, televisi, dan web. 7 Hal ini sejalan dengan pendapat
Yaumi, bahwa bahan ajar dapat bersumber dari bahan cetak, alat bantu visual,
audio, video, multimedia, dan animasi serta komputer dan jaringan. 8
Depdiknas mengelompokkan bahan ajar menjadi empat kategori,
antara lain:9
1) Bahan ajar visual yang terdiri atas bahan ajar cetak seperti handout, buku,
modul, lembar kerja siswa (LKS), brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar,
model/market.
2) Bahan ajar audio seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
3) Bahan ajar audio visual seperti compact disk dan film.
4) Bahan ajar multimedia interaktif seperti CIA (Computer Assisted
Instruction), compact disk multimedia pembelajaran interaktif, dan
berbasis web.
Penulisan bahan ajar menjadi bagian komponen pengembangan
profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik, sehingga guru diharapkan
dapat menghasilkan bahan ajar seperti buku, modul, atau handout. Pada
dasarnya, bahan ajar memiliki banyak jenis, namun dalam pembahasan ini
akan dibatasi dalam beberapa jenis antara lain:10
1) Buku teks pelajaran. Bahan ajar ini merupakan sumber rujukan yang
digunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), dan indikator yang telah

5 Depdiknas, op.cit., h. 9
6 Hamzah Yunus dan Heldy Vanni Alam, op.cit., h. 171
7 Satrianawati, Media dan Sumber Belajar, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h.31-32
8 Muhammad Yaumi, op.cit., h. 272
9 Depdiknas, op.cit., h. 11
10
Hamzah Yunus dan Heldy Vanni Alam, op.cit., h. 169-170
11

ditetapkan sehingga membantu siswa dalam memahami materi


pembelajaran yang disampaikan.
2) Diktat merupakan catatan tertulis yang disiapkan oleh guru mengenai
suatu materi pelajaran untuk mempermudah atau memperkaya materi
pelajaran tersebut yang akan disampaikan guru dalam proses
pembelajaran.
3) Modul. Bahan ajar yang berisi materi pembelajaran yang disusun dan
disajikan secara tertulis yang meliputi perencanaan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, lembar petunjuk penggunaan bahan ajar bagi siswa,
bahan bacaan bagi siswa, lembar kunci jawaban, lembar kerja siswa, dan
alat evaluasi pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan modul,
memosisikan guru sebagai pembimbing atau tutor.
4) Handout. Bahan ajar yang diberikan kepada siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk memperlancar dan
memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai
pegangan bagi siswa. Handout dapat digunakan untuk beberapa kali
pertemuan tergantung dari desain dan lama waktu penyelesaian suatu
materi pembelajaran.
5) Lembar Kerja Siswa (LKS). Salah satu jenis dari handout menurut
Surachman adalah lembar kerja siswa (LKS) yang di mana dimaksudkan
untuk membantu siswa belajar secara terarah. 11 LKS merupakan
kumpulan lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. 12
Komponen-komponen yang termuat dalam LKS setidaknya terdapat
judul, kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai, petunjuk,
informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan. 13
2. Pembelajaran Matematika
Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan karena adanya
pengalaman.14 Menurut Burton, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu lain
dan individu dengan lingkungannya. Selain itu, Aswata dan Adnyana
menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku atau potensi perilaku pada individu melalui proses atau usaha dari
pengalaman atau latihan yang dilakukan dengan sadar, sengaja, aktif, sistematis,
dan, integratif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu perubahan perilaku laku karena adanya latihan atau pengalaman melalui
interaksi antar individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.
Pada uraian di atas mengandung arti bahwa guru berupaya untuk
merencanakan dan menyiapkan berbagai cara dalam bentuk kegiatan latihan atau
pengalaman agar siswa belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yang
dalam hal ini diistilahkan dengan pembelajaran. Istilah pembelajaran merupakan

11 Hamzah Yunus dan Heldy Vanni Alam, op.cit., h. 176


12 Depdiknas, op.cit., h. 12
13 Hamzah Yunus dan Heldy Vanni Alam, loc.cit., h.176
14 KBBI Daring, “Belajar”, diakses pada 18 Juni 2020 http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kamus
12

perpaduan dua pengertian belajar dan mengajar. 15 Mengajar ditafsirkan sebagai


proses pemberian atau penyampaian pengetahuan oleh guru di kelas. 16
Pembelajaran diartikan sebagai usaha sadar atau sengaja dari guru agar terjadinya
perubahan tingkat laku meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada diri
siswa.17
Salah satu mata pelajaran yang tercakup dalam kurikulum lembaga
pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi yaitu matematika. Matematika
merupakan ilmu yang didapat dari kegiatan berpikir yang terbentuk dari hasil
pengalaman manusia secara empiris.18 Menurut Fahrurrozi dan Hamdi
matematika adalah suatu disiplin ilmu yang sistematis yang menelaah hubungan
pola berpikir, seni, dan bahasa dikaji secara menyeluruh dengan logika serta
bersifat deduktif yang berguna dalam menyelesaikan permasalahan berbagai
bidang kehidupan.19
Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Permendiknas No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Pemahaman konsep matematika, yakni menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
b. Penalaran, yakni digunakan pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
c. Pemecahan masalah, yakni meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Komunikasi, yakni mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 20
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah segala aktivitas atau kegiatan yang dirancang untuk
memfasilitasi proses belajar matematika. Proses belajar matematika tersebut
meliputi interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang dirancang oleh guru
agar terbentuknya perubahan sikap, pola pikir, dan pengetahuan maupun
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan dari mata pelajaran matematika.

15 Ni Nyoman Parwati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Depok, Rajawali Pers, 2018), h. 107
16 Ida Bagus Made Aswata & I Gede Ade Putra Adnyana, Belajar dan Pembelajaran,
(Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018), h. 11
17 Ibid., h. 13
18 Isrok’atun, etc. al, Pembelajaran Matematika dan Sains Secara Interaktif melalui

Situation-Based, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 1


19 Fahrurrozi & Syukrul Hamdi, Metode Pembelajaran Matematika, (Universitas

Hamzanwadi, 2017), h. 3.
20 Kemendiknas, “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 Tahun

2006”, h. 346
13

3. Bahan Ajar dengan Karakteristik Pembelajaran Matematika


Pada umumnya, dalam pembelajaran matematika di pendidikan
menengah selain menggunakan buku teks sebagai sumber belajar untuk
menyampaikan materi dikenal pula lembar-lembaran pembelajaran dengan nama
yang bermacam-macam, di antaranya lembar tugas, lembar kerja, dan bahan ajar
lainnya baik cetak maupun non cetak. Bahan ajar yang digunakan guru tersebut
dapat mendukung proses pembelajaran matematika di kelas.
Matematika dalam pembelajaran matematika di sekolah/madrasah harus
memperhatikan ruang lingkup matematika sekolah/madrasah di antaranya sebagai
berikut.21
a. Penyajian
Penyajian matematika tidak selalu diawali dengan teorema maupun definisi,
tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa di setiap
jenjang pendidikan.
b. Pola pikir
Dalam pembelajaran matematika di sekolah/madrasah pola pikir yang dapat
digunakan adalah pola pikir deduktif dan induktif. Hal ini perlu disesuaikan
dengan topik bahasan dan tingkat intelektual siswa. Secara umum, siswa di
SD/MI menggunakan pendekatan induktif, sedangkan untuk siswa SMP/MTs
dan SMA/MA sudah menekankan pola pikir deduktif.
c. Semesta pembicaraan
Matematika yang disajikan di tiap jenjang pendidikan selain menyesuaikan
dengan tingkat intelektual siswa juga menyesuaikan dalam kekompleksan
semestanya. Semakin meningkat tahap perkembangan intelektual siswa,
maka semesta matematikanya semakin diperluas.
d. Tingkat keabstrakan
Tingkat perkembangan intelektual siswa menjadi poin penting dalam
menentukan tingkat keabstrakan matematika. Untuk siswa jenjang SD
dimungkinkan untuk mengonkretkan objek-objek matematika agar siswa
lebih memahami pelajaran. Namun, semakin tinggi jenjang
sekolah/madrasah, maka tingkat keabstrakan objek semakin diperjelas.
Adapun karakteristik pembelajaran matematika di sekolah/madrasah
sebagai berikut.22
a. Pembelajaran matematika dilakukan secara berjenjang atau bertahap, yakni
materi yang konkret ke abstrak, materi yang sederhana ke kompleks, atau
konsep mudah ke yang lebih sukar.
b. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral, artinya pembelajaran
matematika perlu mengaitkan materi yang telah dipelajari sebelumnya
dengan materi baru. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara
memperluas dan memperdalam diperlukan dalam pembelajaran matematika.

21 Sumardyono, “Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran

Matematika”, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar


Menengah, Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika, 2004), h. 43-46
22 Nasaruddin, “Karakteristik dan Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Sekolah”, Al-

Khawarizmi, Vol 2, 2013, h. 65.


14

c. Pembelajaran matematika menganut kebenaran yang konsisten yakni tidak


ada pertentangan antara suatu konsep dengan konsep lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat memberikan gambaran bahwa dalam
proses pembelajaran matematika seorang guru harus memperhatikan dua dimensi
secara bersamaan yakni materi ajar dan siswa. Oleh karena itu, bahan ajar yang
akan disusun pun memperhatikan karakteristik pembelajaran matematika tersebut
guna tercapainya tujuan pembelajaran.

4. Model Creative Problem Solving (CPS)


a. Problem Solving
Problem Solving dalam pembelajaran matematika dapat dipandang
sebagai pendekatan dan kegiatan. Dalam pembelajaran ini, masalah
didefinisikan sebagai suatu masalah yang tidak rutin yakni belum diketahui
cara penyelesaiannya sebelumnya.23 Melalui pembelajaran problem solving
ini, siswa mencari dan menemukan cara penyelesaian masalah tersebut
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki. 24
Problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, melainkan
metode berpikir yang dimulai dengan mencari data sampai menarik
kesimpulan. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang berorientasi
pada pemecahan masalah. Ada empat fase problem solving menurut Polya,
yaitu:25
1) Menemukan masalah
2) Merencanakan pemecahan masalah
3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana
4) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan.

b. Pengertian Model Creative Problem Solving (CPS)


Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukan dan perubahan pribadi dan perilaku
individu. Perubahan ini sifatnya positif sehingga pada tahap akhirnya akan
didapat keterampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru yang didapat melalui
pengalaman dan pembelajaran. Menurut Soejanto, belajar adalah segenap
rangkaian aktivitas yang dilakukan dengan penambahan pengetahuan secara
sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya yang
menyangkut banyak aspek, baik karena kematangan maupun karena latihan. 26
Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa bukti seseorang telah
melakukan kegiatan belajar apabila adanya perubahan tingkah laku secara

23 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2018), Cet.
Ke-2, h. 232
24 Lefudin, Belajar dan Pembelajaran Dilengkapi dengan Model Pembelajaran, Strategi

Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran, (Yogyakarta: Deepublish, 2017),


h. 245
25 Ibid., h. 245

26 Asis Saefudin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2014) h. 8
15

konstruktif yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada diri
seseorang tersebut.
Proses yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar disebut
pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses
interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti
kegiatan tatap muka maupun tidak langsung, yaitu dengan menggunakan
berbagai media pembelajaran.27 Menurut Winkel, pembelajaran merupakan
seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa,
dengan memperhitungkan keadaan eksternal yang berperan terhadap
rangkaian keadaan internal yang berlangsung di dalam diri siswa.28
Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat tujuan-tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut
diperlukannya model pembelajaran yang dapat merangsang siswa dalam
memperoleh informasi atau pengetahuan dan memecahkan masalah sehingga
dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Peneliti
menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola rancangan
yang menggambarkan interaksi guru dengan siswa, sesuai dengan sintaks
pembelajaran mulai dari awal hingga akhir dengan menerapkan berbagai
macam cara pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Creative problem solving (CPS) merupakan program yang dilahirkan
dari hasil diskusi dan perkumpulan yang dilakukan oleh Osborn bersama
pebisnis dan pendidik pada tahun 1950 untuk bertukar metode dan teknik
dalam rangka mengembangkan suatu kreativitas kursus yang bisa berguna
bagi masyarakat.29 Model pembelajaran CPS berdasarkan dari tiga kata yakni
creative, problem,dan solving. creative menunjukkan suatu proses berpikir
dalam mengemukakan banyak ide untuk mengkreasi solusi, serta mempunyai
nilai yang relevan. Istilah problem merujuk pada proses belajar pada suatu
situasi permasalahan yang menantang. Sedangkan solving artinya belajar
untuk menemukan solusi dari problem tersebut.30
Puccio mendeskripsikan CPS sebagai model keterampilan berpikir
yang salah satu fungsinya adalah untuk meningkatkan proses berpikir
sehingga lebih mampu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.31
Sedangkan menurut Nopitasari, model pembelajaran CPS adalah salah satu
model pembelajaran problem solving yang menekankan penemuan berbagai
alternatif ide atau gagasan, untuk mencari penyelesaian berupa solusi yang
paling efisien dari suatu permasalahan menggunakan proses berpikir divergen
dan konvergen.

27 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2012), h. 134


28 Saefudin dan Berdiati, op.cit., h. 9
29 Isrok’atun dan Amelia Rosmala, Model-model Pembelajaran Matematika, (Bandung: PT

Bumi Aksara, 2018), h. 147-148


30 Isrok’atun dan Rosmala, loc.cit.
31 Nazihatun Arifah dan Mohammad Asikin, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dalam

Setting Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Pendekatan Open-Ended (Sebuah Kajian
Teorik), (dipresentasikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan, 2018),
h.443
16

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran CPS merupakan variasi dalam problem solving, yang
membedakannya hanyalah penguatan kreativitas dalam proses penyelesaian
masalah tersebut. Masalah yang digunakan pun bersifat kompleks sehingga
memunculkan proses berpikir divergen dan konvergen dalam
menyelesaikannya.

c. Langkah-langkah Model Creative Problem Solving (CPS)


Model pembelajaran CPS didasari oleh ketekunan, masalah, dan
tantangan yang dapat diimplementasikan dalam komponen pembelajaran.
Masalah menjadi topik dalam pembelajaran untuk memunculkan kreativitas
siswa dalam memecahkan masalah. Ketekunan siswa selama proses
pembelajaran yakni ketika siswa terus berusaha dalam menemukan fakta,
untuk memahami suatu masalah dan berusaha untuk memecahkan
permasalahan tersebut. Rasa tertantang siswa akan muncul saat siswa harus
bisa menemukan solusi yang tepat untuk masalah tersebut.
Tahapan model pembelajaran CPS berdasarkan kriteria OFPISA
model Osborn - Parnes sebagai berikut.32
1) Menemukan Objek (Objective Finding)
Pada tahap ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Guru
memberikan permasalahan yang bersifat terbuka yang memiliki lebih dari
satu jawaban atau metode penyelesaian.
2) Menemukan Fakta (Fact Finding)
Pada tahap ini, siswa mengumpulkan semua fakta yang mungkin
berkaitan dengan sasaran tersebut. Siswa menemukan pola untuk
mengkonstruksi permasalahan tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif
yang dihasilkan oleh siswa.
3) Menemukan masalah (Problem Finding)
Siswa mendefinisikan kembali prihal permasalahan agar siswa lebih
dekat dengan masalah sehingga memungkinkannya untuk menemukan
solusi yang lebih jelas. Siswa dituntut menemukan beragam yang
mungkin dilakukan untuk semakin memperjelas sebuah masalah.
4) Menemukan ide (Idea Finding)
Pada tahap ini, gagasan-gagasan siswa didaftar agar bisa melihat
kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Setelah gagasan-
gagasan terkumpul, siswa diminta untuk menyortir mana gagasan yang
potensial sebagai solusi.
5) Menemukan solusi (Solution Finding)
Gagasan-gagasan yang memiliki potensi terbesar dievaluasi bersama oleh
siswa. Salah satu caranya adalah dengan memilah kriteria-kriteria yang
dapat menentukan seperti apa solusi terbaik yang seharusnya.

32 Arifah dan Asikin, op.cit., h. 444-445


17

6) Menemukan penerimaan (Acceptance Finding).


Pada tahap ini, siswa mulai mempertimbangkan isu-isu nyata dengan cara
berpikir yang sudah mulai berubah. Siswa diharapkan sudah memiliki
cara untuk menyelesaikan masalah mereka secara kreatif.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran CPS menurut William
E. Michel dan Thomas F. Kowalik berdasarkan model Osborn - Parnes
sebagai berikut.33
1) Menemukan situasi (Mess Finding), yaitu upaya untuk mengidentifikasi
situasi yang menghadirkan tantangan.
2) Menemukan fakta (Data Finding), yaitu upaya mengidentifikasi semua
fakta yang diketahui terkait dengan situasi, untuk mencari dan
mengidentifikasi informasi yang tidak diketahui tetapi penting untuk
situasi tersebut diidentifikasi dan dicari.
3) Menemukan masalah (Problem Finding), upaya mengidentifikasi semua
pernyataan masalah yang mungkin dan kemudian untuk mengisolasi
masalah yang paling penting atau mendasarinya.
4) Menemukan ide (Idea Finding), yaitu upaya untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin solusi untuk pernyataan masalah yang mungkin.
5) Menemukan solusi (Solution Finding), yaitu menggunakan daftar kriteria
yang dipilih untuk memilih solusi terbaik dan diimplementasikan.
6) Menemukan penerimaan (Acceptence Finding), yaitu melakukan segala
upaya untuk mendapatkan penerimaan untuk solusi, menyusun rencana,
dan mengimplementasikan solusi.
Sedangkan menurut Traffinger (1994) menyebutkan bahwa model
pembelajaran CPS terdiri dari tiga komponen utama yang terdiri dari enam
langkah sebagai berikut.
1) Tahap Menemukan Masalah (Understanding Challenge)
Pada tahap ini siswa dituntut untuk bekerja sesuai dengan tujuan,
mengajukan pertanyaan yang dapat mengundang keingintahuan siswa
dan membantu menemukan beberapa jawaban yang efektif. Berikut
langkah-langkah pada tahap memahami masalah antara lain: (a)
menentukan tujuan, yaitu mengidentifikasi dan memilih tujuan,
tantangan, atau kesempatan dalam memecahkan masalah, dan (b)
mengembangkan data, yaitu mengidentifikasi beberapa kemungkinan
masalah yang timbul dan memilih masalah yang difokuskan untuk
diselesaikan.
2) Tahap Menciptakan Ide (Generating Ideas)
Jika masalah mendasar yang akan diselesaikan sudah jelas, diperlukan
ide-ide yang memiliki kemungkinan sebagai solusi problem solving. Pada
tahap ini siswa diberikan kesempatan mengungkapkan banyak ide-ide
baru dan tidak biasa atau bervariasi untuk menyelesaikan masalah,
kemudian mengidentifikasi kemungkinan ide yang paling baik untuk
dijadikan solusi.

33 Wiiliam E. Mitchell dan Thomas F. Kowalik, Creative Problem Solving, (Genigraphics

Inc.: 1999), cet ke-3, h. 4


18

3) Tahap Merencanakan Penyelesaian (Preparing for Action)


Pada tahap ini siswa perlu menganalisis atau mengembangkan ide-ide
yang diciptakan agar menjadi solusi yang berguna. Tahap ini terdiri dari
dua langkah, yaitu: (a) mengembangkan solusi dengan mengkaji ide-ide
yang paling mungkin menjadi solusi untuk mendapatkan penjelasan atas
penyelesaian masalah yang dilakukan dan (b) membangun penerimaan
dengan mengeksplorasi solusi yang sudah didapatkan dengan mencari
sumber lainnya yang mendukung kemudian merevisi seperlunya dan
mengimplementasikan solusi tersebut pada permasalahan yang baru. 34
Selanjutnya tahapan model CPS yang diajukan oleh Parnes, Noller,
dan Biondi (1977) dalam Munandar berlangsung dalam lima tahap, yaitu:
1) Tahap menemukan fakta
Siswa mengumpulkan fakta tentang situasi bermasalah yang kita rasakan.
Disusul dengan pertanyaan-pertanyaan selengkap mungkin berhubungan
dengan informasi yang kita perlukan mengenai masalah tersebut. Guru
mencatat siapa saja yang dapat menjawab pertanyaan itu dan bagaimana
jawabannya.
2) Tahap menemukan masalah
Pada tahap ini siswa menjelaskan masalah yang ditemukan (bersifat
samar-samar) dan melihat masalah tersebut dari sudut tinjauan atau aspek
yang berbeda-beda. Agar mendapatkan gambaran yang lebih luas,
diajukan pertanyaan “mengapa?” terhadap masalah tersebut untuk
mendapatkan perspektif lain. Kemudian masalah yang diperluas
diuraikan menjadi macam-macam masalah yang lebih khusus.
3) Tahap menemukan gagasan
Setelah memilih masalah khusus, siswa mengembangkan sebanyak
mungkin ide untuk problem solving tersebut (fase divergen). Untuk itu
siswa menggunakan teknik-teknik kreatif yang telah dikemukakan
sebelumnya. Mula-mula tidak diberikan pertimbangan kritis terhadap
gagasan - gagasan yang muncul. Ketika sudah cukup banyak gagasan
terkumpul, barulah kita meninjau setiap gagasan satu persatu untuk
memilih gagasan-gagasan yang terbaik (fase konvergen).
4) Tahap menemukan penyelesaian
Pada tahap ini kita menentukan kriteria untuk menilai setiap gagasan
secara sistematis (proses divergen). Kekuatan dan kelemahan setiap
gagasan dinilai berdasarkan kriteria yang telah dipilih.
5) Tahap menemukan penerimaan
Pada tahap ini siswa membuat suatu rencana kerja supaya gagasan yang
telah dipilih sebagai gagasan yang paling baik (kombinasi dari beberapa
gagasan yang baik) dapat diterima dan dilaksanakan. 35
Berdasarkan uraian di atas, tahapan CPS menurut beberapa pendapat
ahli memiliki kesamaan, hanya pengelompokannya saja yang berbeda. Hal ini

34Miftahul Huda, op.cit., h. 319.


35S.C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT
Gramedia, 2018), h. 111-112
19

terjadi karena model pembelajaran ini dibuat menjadi fleksibel atau mudah
disesuaikan, dalam artian penggunaan model ini diberikan kebebasan untuk
menghilangkan satu tahapan atau membuat tahapan yang baru.36 Dalam
penelitian ini, langkah yang akan digunakan adalah menemukan fakta,
menemukan masalah, menemukan ide, menemukan solusi, dan menemukan
penerimaan.
Langkah-langkah pada model pembelajaran CPS memiliki kesamaan
dengan langkah-langkah problem solving pada umumnya menurut Polya.
Langkah menemukan situasi, menemukan fakta, dan menemukan masalah
merupakan langkah menemukan masalah pada Polya, sedangkan langkah
menemukan ide pada CPS merupakan langkah merencanakan penyelesaian
problem solving Polya. Langkah menemukan solusi pada CPS merupakan
langkah mengimplementasikan rencana pada problem solving Polya dan
menemukan penerimaan pada CPS merupakan memeriksa kembali proses
dan hasil pada pemecahan Polya.
Adapun perbedaan tahapan CPS dengan problem solving dalam
pembelajaran matematika yakni kreativitas siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa implementasi CPS dalam
pembelajaran matematika harus diawali dengan penyajian masalah terbuka
(open ended) dan non rutin. Masalah terbuka dan non rutin menurut Loewen
secara lebih spesifik yakni berupa masalah kreatif (creative problem).37

Hitunglah luas bangun datar di bawah ini dengan berbagai cara


16 cm
penyelesaian!

15 cm
6 cm
10 cm 10 cm
Gambar 2.1.
Masalah Rutin

Sebuah kain berukuran 5.400 cm2 akan dibuat taplak meja menjadi dua
bentuk bangun datar yang berbeda. Tentukan ukuran dua bangun
datar tersebut, jika seluruh kain habis terpakai!

Gambar 2.2.
Masalah Kreatif

36 Arthur B. Vangundy, Creative Problem Solving: A Guide For Trainers and Management,

(New York: Qourum Book, 1987), h. 63


37 Ezi Apino, Mengembangkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui

Pembelajaran Creative Problem Solving, (dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika UNY 2016), h. 338
20

Gambar 2.1 merupakan masalah rutin yang dapat diselesaikan


menggunakan strategi atau cara penyelesaian yang berbeda, tetapi jawaban
akhir adalah tunggal atau hanya memiliki satu jawaban benar. Masalah rutin
tersebut dapat diselesaikan dengan tahapan pembelajaran problem solving.
Siswa akan diarahkan dalam merencanakan penyelesaian yang tepat untuk
masalah tersebut.
Lain hal dengan Gambar 2.2 yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan banyak strategi atau cara tetapi solusi yang dihasilkan tidak
tunggal atau memiliki lebih dari satu jawaban benar. Masalah kreatif tersebut
dapat diselesaikan dengan tahapan pembelajaran CPS. Melalui tahapan
menemukan ide/gagasan, siswa akan diminta untuk menggali gagasan-
gagasan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dengan
demikian, diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan kreativitasnya
dalam memecahkan masalah.

d. Keunggulan Model Creative Problem Solving (CPS)


Setiap model pembelajaran memiliki keunggulan yang menjadi
dampak positif saat menerapkannya. Keunggulan model pembelajaran CPS
antara lain sebagai berikut.38
1) Siswa berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran,
2) Dapat menanamkan rasa sikap ingin tahu,
3) Melatih kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah,
4) Menumbuhkan kerja sama dan interaksi antar siswa.

5. Open-Ended Problem
Selama ini sebagian besar soal-soal matematika yang diajarkan kepada
siswa di sekolah/madrasah bersifat tertutup. Menurut Suherman, permasalahan
yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut masalah tak
lengkap atau disebut dengan masalah terbuka atau soal terbuka.
Open-ended problem adalah permasalahan yang mempunyai banyak
jawaban benar. Becker dan Shimada sebagaimana dikutip oleh Takahashi
mendeskripsikan masalah terbuka sebagai pembelajaran yang dimulai dari
mempresentasikan masalah terbuka, kemudian pembelajaran berlanjut dengan
penggunaan banyak jawaban benar dengan tujuan untuk memberikan pengalaman
pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru.
Pembelajaran dengan open-ended problem artinya pembelajaran yang
menyajikan permasalahan dengan berbagai cara penyelesaian atau fleksibel dan
solusinya juga bisa beragam atau lancar yang merupakan salah satu indikator
kemampuan berpikir kreatif. Pembelajaran ini melatih menumbuhkembangkan
orisinalitas ide, kreativitas, dan berpikir tingkat tinggi. Siswa dituntut untuk
berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi
dalam memperoleh jawaban yang beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk
menjelaskan proses dalam mencapai jawaban tersebut dan melakukan
pemeriksaan proses yang telah dilaluinya. Dengan demikian model pembelajaran

38 Isrok’atun dan Rosmala, op.cit., h. 151-152


21

ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir,
kepuasan, keterbukaan, dan ragam pikir siswa.39
Menurut Becker dan Epstein suatu soal dapat terbuka. Keterbukaan
tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu:40
a. Proses terbuka, maksudnya adalah masalah atau soal yang diberikan,
memiliki banyak cara penyelesaian yang benar.
b. Hasil akhir terbuka, maksudnya adalah masalah yang memiliki banyak
jawaban yang benar.
c. Cara pengembangan lanjutan terbuka, maksudnya adalah ketika siswa telah
menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru
dengan cara mengubah kondisi masalahnya.

6. Model Creative Problem Solving (CPS) Berbasis Open Ended Problem


Open-ended problem merupakan permasalahan non rutin yang dapat
dikerjakan dengan berbagai cara atau lebih dari satu jawaban benar. Sedangkan
model pembelajaran creative problem solving merupakan salah satu model
pembelajaran yang menangani kreativitas secara langsung dalam kelompok
belajar dengan melibatkan proses berpikir divergen dan konvergen.
Dalam penelitian ini memodifikasi model pembelajaran CPS dengan
open-ended problem. Langkah-langkah pembelajaran yang disajikan guru sesuai
dengan proses pembelajaran model CPS, sedangkan permasalahan yang diberikan
dalam proses penyampaian masalah berupa pertanyaan terbuka.
Berikut diuraikan model pembelajaran CPS berbasis open-ended problem
yang dikembangkan menurut teori Parnes, Noller, dan Biondi (1977) dalam
Munandar.
a. Menemukan Fakta
Siswa diberikan masalah terbuka, kemudian siswa dapat menemukan dan
mendaftar berbagai fakta atau informasi yang diketahui dan informasi yang
tidak diketahui (tersirat) namun berhubungan dengan permasalahan tersebut.
b. Menemukan masalah
Tahap selanjutnya yaitu siswa dapat mengidentifikasi seluruh kemungkinan
pernyataan masalah, dan kemudian menentukan masalah yang paling penting
dan mendasar atau apa yang ditanyakan dalam permasalahan tersebut.
c. Menemukan gagasan
Dalam tahap ini, siswa mengungkapkan berbagai macam ide atau gagasan
solusi atas masalah yang ditemukan pada tahap sebelumnya. Setiap gagasan
dituliskan, tidak peduli seberapa relevan gagasan tersebut akan menjadi
solusi. Setelah gagasan terkumpul, siswa berdiskusi untuk mengevaluasi
gagasan yang mana potensial sebagai solusi masalah.

39 Ngalimun, op.cit., h. 332


40 Muhammad Fathurrohman, Mengenal Lebih Dekat Pendekatan Dan Model Pembelajaran:
Membuat Proses Pembelajaran Lebih Menyenangkan dengan Pengelolaan yang Bervariasi,
(Yogyakarta: Kalimedia, 2018), h.114-115
22

d. Menemukan solusi
Setelah siswa menemukan gagasan tersebut, siswa menyelesaikan masalah
menggunakan gagasan yang telah ditemukan sebelumnya secara sistematik.
Siswa pun dapat memberikan contoh permasalahan lain dimana
penyelesaiannya menggunakan gagasan yang telah diberikan sebelumnya.
e. Menemukan penerimaan
Pada tahap terakhir ini, siswa diminta untuk memeriksa solusi yang telah
dikerjakan pada tahap sebelumnya sehingga solusi tersebut dapat diterima
atau solusi berhasil. Siswa juga dapat memberikan kesimpulan atas
permasalahan yang diberikan. Kemudian siswa dapat mengembangkan
masalah baru dengan cara mengubah kondisi masalah yang diberikan
sebelumnya.

7. Model Pengembangan
Penelitian dan pengembangan yang biasa dikenal dengan istilah Research
& Development (R&D) merupakan salah satu metode penelitian yang relatif baru
muncul di dunia pendidikan. Borg berpendapat bahwa penelitian dan
pengembangan merupakan metode penelitian yang sering digunakan untuk
pengembangan dalam pendidikan. 41 Penelitian pengembangan menurut Borg dan
Gall adalah rangkaian proses yang digunakan dalam mengembangkan dan
memvalidasi suatu produk pendidikan. 42 Produk pendidikan yang dihasilkan pun
tidak terbatas pada bahan-bahan pembelajaran seperti buku teks, film pendidikan
dan lain sebagainya, akan tetapi juga dapat berbentuk prosedur atau proses seperti
metode mengajar atau metode mengorganisasikan pembelajaran.43
Seel dan Richey juga berpendapat bahwa penelitian pengembangan
didefinisikan sebagai tinjauan yang sistematis untuk merancang,
mengembangkan, dan mengevaluasi program-program, proses, dan hasil
pembelajaran yang kriteria konsistensi dan keefektifan secara internal harus
terpenuhi.44 Berdasarkan uraian pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
penelitian dan pengembangan adalah suatu proses sistematis yang digunakan
untuk mengembangkan hingga memvalidasi suatu produk pembelajaran yang
memiliki kriteria tertentu yang harus dipenuhi.
Penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal. Hal ini dikarenakan
suatu produk tertentu yang dihasilkan, perlu dilakukan uji coba keefektifan
produk tersebut sehingga penelitian dan pengembangan menjadi metode
penelitian yang dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan uji coba
keefektifan produk tersebut.45 Tahapan proses dalam penelitian pengembangan
biasanya membentuk siklus yang konsisten dalam menghasilkan suatu produk
tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang diawali tahap desain awal produk, uji

41 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Proses, (Jakarta: Kencana, 2015)

Edisi Pertama Cet. Ke-3, h. 130


42 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana,

2016) Cet. Ke-5, h. 276


43 Wina Sanjaya, op.cit. h. 129
44 Punaji Setyosari, op.cit., h. 277
45 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2016) Cet. Ke-1, h. 15
23

coba produk awal untuk menemukan berbagai kelemahan, revisi kelemahan yang
akan diuji coba kembali, sampai akhirnya ditemukan produk yang sesuai dengan
kebutuhan dan dianggap ideal.
Menurut Sudjana dalam Trianto, diperlukan model pengembangan yang
sesuai dengan sistem pendidikan untuk melakukan pengembangan perangkat
pengajaran. Model pengembangan yang populer digunakan dalam pengembangan
perangkat pengajaran ada tiga macam , yaitu model Dick-Carey, model Four-D,
dan model Kemp.46 Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam
penelitian ini yakni model 4-D terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu
define, design, develop, dan disseminate, atau diadaptasi menjadi model 4-P, yaitu
pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. 47
Model pengembangan 4-D oleh Thiagarajan yang dapat digunakan dalam
melakukan pengembangan perangkat pembelajaran, secara garis besar keempat
tahap tersebut sebagai berikut:
1) Tahap Pendefinisian (Define).
Pada tahap ini memiliki tujuan yakni menentukan dan mendefiniskan syarat-
syarat produk yang akan dikembangkan. Tahap ini diawali dengan analisis
tujuan dari batasan materi yang akan dikembangkan perangkatnya. Lima
langkah pokok yang terdapat dalam tahapan ini, yaitu analisis ujung depan,
analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan
pembelajaran.
2) Tahap Perencanaan (Design).
Tahap perencanaan bertujuan menyiapkan prototipe atau model sebagai
gambaran produk yang akan dikembangkan. Terdapat tiga langkah dalam
tahap ini, yaitu penyusunan tes acuan patokan, pemilihan media yang sesuai
tujuan untuk menyampaikan materi pembelajaran, dan pemilihan format.
3) Tahap Pengembangan (Develop).
Tujuan pada tahap ini adalah menghasilkan produk yang telah diperbaiki
berdasarkan masukan dari ahli. Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh
para ahli dan disertai dengan revisi; (b) simulasi yakni kegiatan
mengoperasionalkan produk dalam rencana pembelajaran; (c) uji coba
terbatas. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Selanjutnya,
melakukan uji coba lebih lanjut dengan jumlah siswa yang sesuai dengan
kelas sesungguhnya.
4) Tahap Penyebaran (Disseminate)
Pada tahap ini produk yang telah dikembangkan dapat digunakan pada skala
yang lebih besar misalnya di kelas lain, sekolah/madrasah lain, atau oleh guru
lain. Tahapan ini pula bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan
produk di dalam kegiatan pembelajaran. 48

46 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Ed. 1 Cet. 1 , h. 81
47 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual, (Jakarta:

Kencana, 2017) Cet. Ke-3, h. 232


48 Trianto, op.cit., h. 93-96.
24

8. Materi Segi Empat dan Segitiga


Kompetensi dasar mengenai materi segi empat dan segitiga tertera pada
Kompetensi Dasar (KD) 3.11 yaitu mengaitkan rumus keliling dan luas untuk
berbagai jenis segi empat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajargenjang,
trapesium, dan layang-layang) dan segitiga dan KD 4.11 menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segi empat (persegi, persegi
panjang, belah ketupat, jajar genjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.
Penelitian terfokus pada kedua kompetensi dasar tersebut sehingga mencakup
satu bab penuh materi segi empat dan segitiga.
Konsep segi empat dan segitiga merupakan salah satu konsep geometri
pada pelajaran matematika yang cukup luas implementasinya baik dalam
kehidupan sehari-hari, keterkaitan dengan konsep matematika yang lain, maupun
dengan bidang studi lain. Pembahasan dalam konsep segi empat dan segitiga
mengenai definisi, sifat-sifat, rumus keliling, dan luas dari segi empat (persegi,
persegi panjang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan
segitiga serta keterkaitan antar bangun datar tersebut.
1) Segi Empat
a) Persegi
Persegi adalah bangun datar segi empat yang memiliki empat sisi
sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku. Suatu persegi dapat
menempati bingkainya kembali dengan delapan cara. Persegi memiliki sifat-
sifat antara lain:
N M

K s L

Gambar 2.3.
Persegi KLMN
 Keempat sisi sama panjang;
 Diagonal-diagonalnya sama panjang dan saling tegak lurus;
 Besar keempat sudut suatu persegi adalah sama.
Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua panjang sisi-
sisinya. Pada Gambar 2.3 diketahui panjang sisi KL = LM = MN = KN = s,
maka keliling persegi KLMN adalah
Keliling = KL + LM + MN + NK
=s+s+s+s
= 4s.
25

Adapun luas suatu bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh
sisi-sisinya. Secara umum, suatu persegi yang memiliki panjang sisi s luasnya
dirumuskan L = s x s = s2.
b) Persegi panjang
Persegi panjang merupakan bangun datar segi empat yang memiliki
dua pasang sisi sejajar sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku. Suatu
persegi panjang dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.
Sifat-sifat dari persegi panjang antara lain:
 Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar;
 Keempat sudutnya sama besar dan siku-siku;
 Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan tegak lurus saling
membagi dua sama panjang.
D C

A p B
Gambar 2.4.
Persegi Panjang ABCD
Pada Gambar 2.4 diketahui panjang AB = CD = p dan BC = DA = l,
maka keliling persegi panjang ABCD adalah
Keliling = AB + BC + CD + DA
=p+l+p+l
= 2p + 2l
= 2(p + l)
Secara umum, suatu persegi panjang yang memiliki panjang p dan
lebar l luasnya dirumuskan L = p x l.
c) Jajargenjang
Jajargenjang merupakan bangun segi empat yang memiliki dua
pasang sisi sejajar yang masing-masing sama panjang dan sudut-sudut yang
berhadapan sama besar. Sifat-sifat yang dimiliki jajargenjang antara lain:
 Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar;
 Sudut-sudut yang berhadapan sama besar;
 Diagonal-diagonal saling membagi dua sama panjang.
S a R

b
b

P a Q

Gambar 2.5.
Jajargenjang PQRS dengan panjang sisi a dan b
26

Pada Gambar 2.5, keliling jajargenjang = PQ + QR + RS + SQ. Jika


K adalah keliling jajargenjang PQRS, a dan b adalah panjang sisi-sisi
jajargenjang, maka berlaku rumus:
K = a + b + a + b = 2a + 2b = 2(a + b).
Adapun luas jajargenjang dapat ditentukan dengan mengubah bentuk
jajargenjang menjadi persegi panjang atau membagi jajargenjang menjadi dua
segitiga yang sama bentuk dan ukurannya. Pada Gambar 2.6, jika L adalah
luas jajargenjang PQRS, a adalah alas dan t adalah tinggi jajargenjang, maka
berlaku rumus L = a x t.
S R

P T Q
a
Gambar 2.6.
Jajagenjang PQRS dengan sisi alas dan tinggi

d) Trapesium
Trapesium adalah bangun datar segi empat yang memiliki tepat
sepasang sisi berhadapan yang sejajar. Berdasarkan sisi dan sudut, trapesium
memiliki tiga jenis yaitu trapesium siku-siku, trapesium sama kaki, dan
trapesium sembarang. Secara umum, sifat-sifat yang dimiliki trapesium yaitu
memiliki tepat sepasang sisi berhadapan yang sejajar dan jumlah besar sudut-
sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar pada trapesium adalah 180o.
Adapun sifat-sifat khusus pada trapesium sama kaki antara lain:
 Mempunyai dua sisi sama panjang;
 Memiliki dua pasang sudut sama besar;
 Memiliki sepasang diagonal yang sama panjang.
Keliling trapesium merupakan hasil penjumlahan panjang keempat
sisinya. Pada Gambar 2.7, keliling trapesium ABCD adalah K = AB + BC +
CD + DA. Jika K adalah keliling trapesium ABCD, a adalah panjang sisi AB,
b adalah panjang sisi BC, c adalah panjang sisi CD, dan d adalah panjang sisi
DA, maka berlaku rumus K = a + b + c + d.
D c C
>
d b

A > B
a
Gambar 2.7.
Trapesium ABCD dengan panjang sisi a, b, c, dan d
27

Sedangkan luas trapesium adalah hasil kali setengah jumlah panjang


sisi sejajar dengan tingginya. Pada Gambar 2.8 jika L adalah luas trapesium
ABCD, a adalah panjang sisi AB, b adalah panjang sisi CD, dan t adalah
1
tinggi trapesium ABCD, maka berlaku rumus L = 2 × (a + b) × t.

D b C
>

A > B
a

Gambar 2.8.
Trapesium ABCD dengan sisi a, sisi b, dan tinggi trapesium

e) Belah ketupat
Belah ketupat merupakan bangun segi empat yang memiliki dua
pasang sisi sejajar yang sama panjang dan kedua diagonalnya saling tegak
lurus. Belah ketupat terbentuk dari dua segitiga sama kaki yang alasnya saling
berhimpit, di mana kedua segitiga tersebut mempunyai bentuk dan ukuran
yang sama. Belah ketupat juga disebut sebagai jajargenjang istimewa karena
dibentuk dari hasil pemutar suatu segitiga sama kaki. Sebagai jajargenjang
istimewa, belah ketupat memiliki sifat-sifat seperti jajargenjang. Sifat-sifat
belah ketupat antara lain:
 Semua sisi sama panjang dan memiliki dua pasang sisi sejajar;
 Kedua diagonal saling tegak lurus dan membagi dua sama panjang;
 Sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh dua
diagonal-diagonalnya.
Pada Gambar 2.9 jika K adalah keliling belah ketupat EFGH dan a
adalah panjang sisi-sisinya, maka berlaku rumus K = a + a + a + a. Kemudian
jika L adalah luas belah ketupat, d1 adalah panjang diagonal EG, dan d2 adalah
1 (𝑑 ×𝑑 )
panjang diagonal FH maka berlaku rumus L = (d1 × d2) atau L = 1 2 .
2 2
H

E G d2

a
F
d1
Gambar 2.9.
Belah Ketupat EFGH dengan sisi a, diagonal d1 dan d2
28

f) Layang-layang
Layang-layang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi yang
sama panjang dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
Layang-layang terbentuk dari dua segitiga sama kaki yang alasnya sama
panjang dan berimpit. Sifat-sifat layang-layang antara lain:
 Memiliki dua pasang sisi sama panjang;
 Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal lain dan
kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus;
 Memiliki sepasang sudut yang berhadapan sama besar.
Keliling layang-layang dapat dihitung dengan menjumlahkan
panjang keempat sisinya. Pada Gambar 2.10, jika K adalah keliling layang-
layang PQRS, panjang PS = SR = 𝑠1 dan PQ = QR = 𝑠2 , maka berlaku rumus
K = 2(𝑠1 + 𝑠2 ). Kemudian, jika L adalah luas layang-layang PQRS, d1 adalah
panjang diagonal SQ dan d2 adalah panjang diagonal PR, maka berlaku rumus
1 (𝑑 ×𝑑 )
L = 2(d1 × d2) atau L = 1 2 2 .

d2 S Q
s1
P
d1
Gambar 2.10.
Layang-layang PQRS dengan sisi 𝒔𝟏 dan 𝒔𝟐 serta diagonal d1 dan d2

2) Segitiga
Segitiga adalah bangun datar tiga garis lurus yang membentuk tiga
sudut. Segitiga memuat unsur alas yang merupakan salah satu sisi dari
segitiga dan tinggi yang merupakan garis yang tegak lurus dengan sisi alas
dan melalui titik sudut yang berhadapan dengan sisi alas.
Jenis-jenis segitiga dapat ditinjau melalui panjang sisi-sisinya, besar
sudut-sudutnya, dan panjang sisi sekaligus besar sudutnya. Jenis segitiga
berdasarkan panjang sisinya, yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, dan
segitiga sebarang. Adapun jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya, yaitu
segitiga siku-siku, segitiga lancip, dan segitiga tumpul. Jenis segitiga
berdasarkan panjang sisi dan besar sudutnya, yaitu segitiga sama kaki
dikaitkan dengan besar sudutnya dan segitiga sebarang dikaitkan dengan
besar sudutnya.
29

Besar jumlah ketiga sudut dalam suatu segitiga adalah 180º. Sisi
terpanjang suatu segitiga berhadapan dengan sudut terbesar sedangkan sisi
terpendeknya berhadapan dengan sudut terkecil.
C

b a

A c B

Gambar 2.11.
Segitiga ABC

Aplikasi segitiga dalam kehidupan sehari-hari dapat terlihat dalam


perhitungan keliling dan luas segitiga. Pada Gambar 2.9 jika K adalah keliling
segitiga ABC dan a, b, dan c masing-masing adalah panjang sisi segitiga
ABC, maka diperoleh rumus K = a + b + c.
Sedangkan luas segitiga dengan panjang sisi a, b, dan c pada Gambar
1 1
2.9 adalah L = √(𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)) dengan s = K atau (a + b + c).
2 2
Secara umum, luas segitiga dengan panjang alas a dan tinggi t seperti Gambar
1
2.10 adalah L = × a × t.
2
C

A B
D
a
Gambar 2.12.
Segitiga ABC dengan sisi a dan t

B. Penelitian Relevan
1. Prosiding yang disampaikan oleh Rahmat Kamaruddin, dkk pada Seminar
Nasional Tahun 2017 yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Materi Geometri Berbasis Teori Belajar Van Hiele untuk
Mengembangkan Karakter Siswa Kelas VII-1 SMP Muhammadiyah
Bungoro”. Persamaan pada penelitian ini yaitu penggunaan model
pengembangan 4-D, permasalahan berkaitan dengan pengembangan bahan
ajar, dan materi yang difokuskan adalah geometri yakni bangun datar segitiga
dan segi empat tingkat SMP/MTs. Namun, solusi dari pengembangan bahan
ajar tersebut menggunakan teori belajar Van Hiele. Hasil pengembangan
perangkat pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa perangkat
pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid dan praktis
30

yang baik serta efektif digunakan oleh siswa karena memperoleh 100%
respon positif. Selain itu, persentase ketuntasan belajar siswa diperoleh
mencapai 95,22% meliputi ketuntasan dalam kategori sedang, tinggi, dan
sangat tinggi.49
2. Penelitian Nazihatun Arifah dan Mohammad Asikin pada tahun 2018, dengan
judul “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dalam Setting Pembelajaran
Creative Problem Solving dengan Pendekatan Open-Ended (Sebuah Kajian
Teori)”. Persamaan dengan penelitian tersebut yaitu model pembelajaran
creative problem solving dengan open-ended problem yang merupakan salah
satu rangkaian dari pendekatan open-ended. Adapun perbedaannya terdapat
pada metode penelitian yakni metode deskripsi dan masalah kemampuan
berpikir kreatif matematis. Hasil deskripsi dan pembahasan mengungkapkan
bahwa pembelajaran creative problem solving dengan pendekatan open-
ended dapat membantu kemampuan berpikir kreatif matematis. 50
3. Artikel yang ditulis oleh Ibnu Nurdiansyah, dkk yang berjudul
“Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbantuan Tangram Bercirikan
Open-Ended pada Pokok Bahasan Segi Empat dan Segitiga Kelas VII SMP”.
Persamaan dengan penelitian tersebut yaitu pengembangan bahan ajar berupa
LKS dan materi yang difokuskan adalah segi empat dan segitiga tingkat SMP.
Adapun perbedaannya yaitu perbantuan tangram bercirikan open-ended yang
digunakan pada pengembangan bahan ajar tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa skor keefektifan yang diperoleh adalah 85% sehingga
produk yang dikembangkan dinyatakan valid, praktis, dan efektif.51

C. Bahan Ajar Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS) Berbasis


Open-ended Problem Pada Materi Segi Empat dan Segitiga
Materi segi empat dan segitiga merupakan bagian dari materi bangun datar
sebagai prasyarat untuk pokok bahasan bangun ruang. Dalam kurikulum
pendidikan Indonesia, materi segi empat dan segitiga dipelajari pada tingkat
satuan pendidikan SMP/MTs kelas VII semester genap.
Penyusunan bahan ajar segi empat dan segitiga disesuaikan dengan tuntunan
kompetensi, sehingga diperlukan analisis kurikulum dan materi serta penyusunan
peta bahan ajar. Peta kebutuhan bahan ajar matematika untuk materi segi empat
dan segitiga SMP/MTs kelas VII dapat dilihat pada Gambar 2.13. Berdasarkan
Gambar 2.11 terdeskripsi bahwa materi terdiri dari enam materi judul yang akan
menjadi sub pokok bahasan dalam bahan ajar yang digunakan.

49 Rahmat Kamaruddin dkk, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Materi

Geometri Berbasis Teori Belajar Van Hiele untuk Mengembangkan Karakter Siswa Kelas VII-1 SMP
Muhammadiyah Bungoro”, Prosiding Seminar Nasaional STKIP Andi Matappa Pangkep Vol. 03 No. 1,
2017.
50 Nazihatun Arifah dan Mohammad Asikin, “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dalam

Setting Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Pendekatan Open-Ended (Sebuah Kajian
Teorik)”, Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan, 2018.
51 Ibnu Nurdiansyah dkk, “ Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbantuan Tangram

Bercirikan Open-Ended pada Pokok Bahasan Segiempat dan Segitiga Kelas VII SMP, Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol 3 No. 6 Universitas Negeri Malang, 2018.
31

Penyusunan bahan ajar diadaptasi dengan menggunakan model pembelajaran


CPS berbasis open-ended problem untuk meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa pada materi segi empat dan segitiga. Berikut ini sintaks pembelajaran CPS
berbasis open-ended problem yang diadaptasikan terhadap bahan ajar yang
digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 2.1.
Sintaks Pembelajaran CPS berbasis open-ended problem

Kegiatan Pembelajaran
No. Tahapan
Guru Siswa
Guru meminta siswa Siswa menuliskan
menuliskan suatu situasi suatu situasi dalam
Menemukan
1. dalam kehidupan sehari- kehidupan sehari-
Fakta
hari yang berkaitan hari yang berkaitan
dengan materi dengan materi
Siswa menemukan
berbagai
Guru membimbing siswa
Menemukan permasalahan yang
2. dalam menemukan
Masalah mungkin dapat
permasalahan
muncul dari situasi
yang telah diberikan
Siswa memproses
Guru membimbing siswa informasi dan
Menemukan dengan mengajukan gagasan yang telah
3. gagasan melalui beberapa pertanyaan yang dikumpulkan
proses terbuka membantu siwa melalui pertanyaan-
menemukan gagasan pertanyaan yang
diberikan
Siswa memilih dan
Menemukan
Guru membantu siswa menerapkan
solusi dengan
memilih gagasan yang gagasan yang paling
4. menghasilkan
tepat untuk tepat untuk
akhir/jawaban
menyelesaikan masalah menyelesaikan
terbuka
permasalahan
Menemukan Guru meminta siswa
Siswa melakukan
penerimaan memberikan kesimpulan
pemeriksa kembali
5. dengan cara berdasarkan apa yang
dan memberikan
pengembangan telah mereka
kesimpulan
terbuka temukan/selesaikan
32

Gambar 2.13.
Peta Kebutuhan Bahan Ajar Segi Empat dan Segitiga

D. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran matematika bukan hanya sekedar hafalan rumus semata,
tetapi siswa juga dituntut untuk berpikir konstruktif melalui matematika sebagai
keterampilan kemampuan berpikir tinggi matematis sehingga pemahaman siswa
terhadap konsep matematika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun sebagai
produk. Pembelajaran yang bermutu memerlukan suatu bahan ajar yang dapat
membantu siswa memahami dan menguasai materi matematika dengan baik.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan guru untuk membantu
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Penggunaan bahan ajar merupakan
bagian dari rangkaian proses kegiatan belajar dan mengajar guna memudahkan
dan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematis siswa. Akan
tetapi, bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika di
sekolah/madrasah relatif masih menggunakan buku teks. Hal tersebut berdampak
pada minta dan hasil belajar siswa. Kurangnya kreativitas dan inovasi guru
tentang pengembangan bahan ajar, menjadi penyebab proses pembelajaran
menjadi monoton.
Berdasarkan hal tersebut dan studi pendahuluan pada penelitian ini,
diperlukan pengembangan suatu bahan ajar yang memiliki kriteria tertentu
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Bahan ajar dengan model
pembelajaran creative problem solving (CPS) berbasis open-ended problem
merupakan salah satu solusi agar pembelajaran matematika dapat berlangsung
secara holistik yang akan melibatkan siswa secara aktif dengan permasalahan atau
objek konkret. Model CPS berbasis open-ended problem juga dapat melatih
kemampuan berpikir kreatif, yang mana berpikir kreatif merupakan salah satu
bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan media
33

belajar pendamping yang mampu mengakomodasi kebutuhan seluruh siswa, baik


yang berkemampuan tinggi maupun rendah.
Tahapan pada penelitian ini mengikuti alur model pengembangan 4-D yakni
pendefinisian (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan
penyebaran (disseminate). Pada tahapan pengembangan, terdapat langkah
validasi bahan ajar, revisi I, uji coba terbatas pada kelompok kecil, dan analisis
data yang tujuan akhirnya dihasilkan sebuah produk berupa bahan ajar yang
memenuhi standar yang valid sehingga dapat digunakan oleh guru untuk
memudahkan menyampaikan materi pelajaran secara efektif dan efisien. Secara
sederhana, skema alur kerangka berpikir disajikan pada Gambar 2. 12.

Gambar 2.14.
Kerangka Berpikir
34

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Model Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and
development) yang memiliki tujuan untuk mengembangkan bahan ajar
menggunakan model CPS berbasis open-ended problem pada pembelajaran
matematika pada materi segi empat dan segitiga. Model pengembangan yang
digunakan diadaptasi dari Thiagarajan yaitu model 4-D. Tahapan model tersebut
antara lain: pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan
(develop), dan penyebaran (disseminate).
Bahan ajar merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran untuk membantu
guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Alur dari model 4-D dipandang
memiliki sistematika tahapan yang bersesuaian dengan arah dan maksud dalam
mengembangkan produk pada penelitian ini. Namun, pada penelitian ini tahap
penyebaran tidak dilakukan, mengingat pandemi yang terjadi akibat virus Covid-
19 mengakibatkan proses penyebaran bahan ajar ke sekolah/madrasah tidak dapat
dilakukan. Adapun tahapan pengembangan meliputi: menentukan jenis bahan ajar
spesifik, menulis dan merancang bahan ajar, validasi bahan ajar, melakukan uji
coba, menganalisis bahan ajar. Kegiatan pengidentifikasian seperti menganalisis
siswa dan kebutuhan guru mengenai perangkat proses pembelajaran secara
paripurna dapat menciptakan suatu produk berupa perangkat pembelajaran.

B. Prosedur Pengembangan
Dalam penelitian dan pengembangan ini, terdapat tiga tahap yang digunakan
dari empat tahap yang dimiliki model pengembangan 4-D. Kerangka prosedur
pengembangan secara sederhana digambarkan pada Gambar 3.1. Adapun
penjelasan dari masing-masing tahapan model pengembangan 4-D adalah sebagai
berikut.
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tahapan pendefinisian kebutuhan yang dilakukan berupa analisis awal
proses pembelajaran di sekolah/madrasah. Tahapan ini memiliki tujuan untuk
mendapatkan informasi kebutuhan-kebutuhan yang digunakan untuk
mengembangkan bahan ajar. Kegiatan utamanya adalah menganalisis perlunya
pengembangan bahan ajar yang praktis dan menganalisis syarat-syarat serta
kelayakan produk pengembangan bahan ajar yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Analisis Siswa
Analisis ini dilakukan dengan metode wawancara ke beberapa siswa kelas
VII di MTsN 12 Jakarta untuk mengetahui respon siswa dan permasalahan
yang dihadapi siswa terkait dengan pembelajaran matematika di
sekolah/madrasah agar dapat diestimasi alternatif pemecahan masalah yang
memudahkan dalam menentukan bahan ajar yang akan dikembangkan.
b. Analisis Guru
Kegiatan ini dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai cara
pembelajaran dan bahan ajar yang digunakan oleh guru. Analisis ini
dilakukan dengan metode wawancara oleh dua guru matematika kelas VII di
35

MTsN 12 Jakarta, sehingga diperoleh informasi mengenai apa yang


dibutuhkan oleh guru mengenai bahan ajar.
c. Analisis Materi
Analisis mengenai konten materi dilakukan dengan menelaah kompetensi inti
(KI) dan kompetensi dasar (KD) pada Kurikulum 2013. KD yang digunakan
pada penelitian ini yaitu KD 3.11 yakni mengaitkan rumus keliling dan luas
untuk berbagai jenis segi empat (persegi, persegi panjang, belah ketupat,
(persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga dan KD 4.11 yakni menyelesaikan masalah kontekstual
yang berkaitan dengan luas dan keliling segiempat (persegi, persegi panjang,
belah ketupat, jajar genjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga.

2. Tahap Perancangan (Design)


Pada tahap perancangan, diawali dengan memelajari masalah, kemudian
mencari solusi melalui identifikasi dari tahap analisis. Komponen-komponen
yang dibutuhkan akan dimuat dalam bahan ajar ini. Tahap rancangan meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. Penetapan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan hasil dari analisis materi
yang telah dilakukan sebelumnya
b. Penggunaan model pembelajaran, yakni menggunakan model CPS berbasis
open-ended problem yang terdiri dari tahapan menemukan fakta, menemukan
masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi dan menemukan
penerimaan yang terdapat dalam aktivitas di setiap unit yang menjadi
rangkaian dari proses pembelajaran sesuai pada Tabel 2.1.
c. Penyajian bahan ajar
d. Perumusan alat evaluasi berupa angket validasi ahli dan angket respon siswa
untuk menentukan kelayakan bahan ajar.

3. Tahap Pengembangan (Develop)


Tahap pengembangan yang dilakukan meliputi pembuatan bahan ajar,
validasi bahan ajar, revisi bahan ajar, uji coba skala kecil, dan analisis hasil uji
coba dan revisi yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Pembuatan bahan ajar
Bahan ajar direalisasikan berdasarkan rancangan yang telah dibuat.
b. Validasi bahan ajar
Setelah bahan ajar dirancang, tahap selanjutnya adalah memvalidasi bahan
ajar guna mengoreksi sehingga mengetahui kelayakan dan kualitas desain
bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan penilaian para ahli. Validasi
bahan ajar dilakukan oleh dua dosen Jurusan Pendidikan Matematika FITK
UIN Jakarta dan tiga guru matematika pengampu mata pelajaran matematika
di SMP/MTs. Data validasi ini menggunakan lembar validasi desain dengan
format angket menggunakan skala Linkert. Rentang skor yang diberikan oleh
para ahli yakni 1 sampai 3.
c. Revisi bahan ajar
36

Setelah divalidasi dan mendapat saran atau masukan dari para ahli, peneliti
melakukan revisi sesuai dengan saran yang diberikan hingga bahan ajar
dinyatakan layak.
d. Uji coba terbatas
Hasil dari revisi bahan ajar digunakan untuk uji coba terbatas yang dilakukan
terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk. Tahap ini dilakukan guna
mengetahui keterbacaan produk berdasarkan respon siswa dengan sampel
terdiri dari 10 siswa.

C. Desain Uji Coba


Uji coba pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk
yang dikembangkan. Berikut pelaksanaan uji coba bahan ajar yang akan
dikembangkan.
1. Uji Coba Ahli atau Validasi
Pada tahap ini, bahan ajar dilihat dan dinilai kemudian diberikan saran atau
masukan untuk perbaikan serta divalidasi apakah bahan ajar layak digunakan.
2. Uji Coba Produk
Pada tahap ini, bahan ajar digunakan oleh 10 siswa di luar jam pelajaran untuk
mengetahui respon siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan.

D. Subjek Uji Coba


Subjek uji ahli atau validasi pada penelitian ini adalah dua dosen Jurusan
Pendidikan Matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tiga guru
matematika masing-masing dari MTs 12 Jakarta, MTsN 35 Jakarta dan MTs
Pembangunan UIN Jakarta. Adapun subjek uji coba produk adalah siswa kelas
VII di MTsN 12 Jakarta. Teknik pengambilan subjek uji coba adalah teknik
purposive sampling. Sampel diambil berdasarkan penilaian peneliti dengan
pertimbangan tertentu.1 Data yang diambil dari sampling ini dianggap sudah bisa
menggambarkan apa yang menjadi tujuan dan permasalahan penelitian.

E. Teknik dan Instrumen Penelitian


Untuk pengumpulan data dan informasi penelitian, teknik yang digunakan antara
lain, wawancara dan pemberian kuesioner/angket pada responden. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan berdasarkan jenis data
yang dikumpulkan sebagai berikut.
1. Informasi Investigasi Awal
Melakukan wawancara dengan memberikan pertanyaan kepada siswa dan
guru matematika dengan berpegang pada pertanyaan yang telah disediakan.
Mewawancarai siswa terkait minat belajar, proses pembelajaran matematika
dan materi segi empat dan segitiga. Adapun mewawancarai guru matematika
terkait pembelajaran matematika beserta bahan ajar yang digunakan untuk
mengetahui dan merumuskan fokus pengembangan.

1
Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi, ( Makassar:
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2018), h. 17
37

2. Lembar Validasi Ahli


Bahan ajar yang telah dikembangkan divalidasi oleh dosen Jurusan
Pendidikan Matematika dan guru matematika SMP/MTs. Validasi yang
digunakan merupakan jenis angket menggunakan skala Linkert. Informasi
yang diperoleh dari hasil validasi kemudian digunakan sebagai saran untuk
memperbaiki produk sehingga menjadi layak digunakan dalam proses
pembelajaran. Kisi-kisi instrumen validasi ahli dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Kisi - Kisi Instrumen Validasi Ahli
Aspek Indikator No. Butir
Cakupan Kesesuaian 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 9
Materi Ketepatan 6 dan 8
Kesesuaian dengan EYD 11
Bahasa
Struktur Kalimat 10 dan 12
Sistematika penyajian 13 dan 15
Teknik
14, 16, 17, 18, 19, dan
Penyajian Kesesuaian
20
Tahap menemukan fakta 21 dan 22
Model
Tahap menemukan masalah 23
Pembelajaran
Tahap menemukan gagasan 24
CPS Berbasis
Tahap menemukan solusi 25
Open-ended
Problem Tahap menemukan
26, 27, dan 28
penerimaan
Penilaian Keefektifan Aktivitas dan
29 dan 30
pembelajaran Latihan Soal

Tabel 3.2.
Kisi - Kisi Angket Respon Siswa
Aspek Indikator No. Butir
Kesesuaian Uraian materi yang disajikan pada bahan ajar 1
Konten mudah dipahami.
Materi Materi yang disajikan dilengkapi dengan 2
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Soal-soal yang disajikan dapat menuntun siswa 3
untuk melatih kemampuan berpikir tingkat
tinggi
Kesesuaian materi 4
Kondisi Tata Bahasa 5
Fisik Struktur kalimat, penyajian gambar, dan 6
ilustrasi
Petunjuk penggunaan 7
Manfaat Bahan Ajar meningkatkan wawasan siswa 8
Penggunaan Bahan Ajar mendorong minat dan motivasi 9
belajar siswa
Bahan ajar meningkatkan peran aktif siswa 10
dalam pembelajaran
38

3. Angket Respon Siswa


Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan atau respon dari
sudut pandang siswa terhadapa bahan ajar sebagai target audiensi secara
langsung pada tahap uji coba terbatas penelitian ini. Adapun kisi-kisi angket
respon siswa dapat dilihat pada Tabel 3.2.

F. Teknik Pengumpulan Data


Data pada penelitian ini diperoleh dari analisis instrumen uji validasi ahli dan
uji coba berupa angket. Uji validasi dilakukan oleh para ahli yang terdiri dari dua
dosen pendidikan matematika dan guru matematika, sedangkan uji coba
dilakukan oleh siswa dengan mengamati produk hasil pengembangan dan mengisi
angket.
Angket menggunakan format respon tiga poin dari skala Linkert, dimana
rentang skor di antara 1-3 dengan pilihan respon setuju dengan skor 3, kurang
setuju dengan skor 2, dan tidak setuju dengan skor 1.

G. Teknik Analisis Data


Analisis yang dilakukan mengacu pada rumusan masalah berdasarkan data
yang telah dikumpulkan dari instrumen yang telah dibuat. Berikut analisis data
pada penelitian ini.
1. Analisis Data Instrumen Validasi Ahli
Analisis ini dilakukan guna mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar
yang dikembangkan oleh peneliti dari angket yang tekah diisi oleh para ahli
menggunakan model skala Linkert. Berikut adalah langkah-langkah memperoleh
data.
a. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap
yang diungkapkan dengan kata-kata seperti Tabel 3.3.2

Tabel 3.3
Pedoman Skor Instrumen
Pernyataan Kriteria
Respon Tidak Setuju/Tidak Cukup Setuju/Baik
Baik Setuju/Cukup Baik
Positif 1 2 3
Negatif 3 2 1

b. Kemudian melakukan perhitungan skala Linkert ditentukan dengan rumus:3


𝑘
𝑃= × 100%
𝑛𝑘

2
Ridwan dan Akdon, Rumus dan Data Analisis Statistika, (Bandung: Alfabeta,
2015), cet. ke-6, h. 16
3
Ridwan dan Akdon, loc. cit.
39

Keterangan:
P = persentase kelayakan bahan ajar
k = jumlah skor hasil pengumpulan data yang diperoleh
nk = jumlah skor kriterium
Untuk,
skor kriterium = skor tertinggi tiap butir x jumlah butir x jumlah responden
c. Hasil perhitungan berdasarkan rumus di atas, dilakukan interpretasi dengan
menggunakan kriteria persentase untuk angket sebagai berikut. 4
Tabel 3.4.
Kriteria Kualitas Produk
Persentase (%) Kriteria
0 – 25 Tidak Layak/Tidak Baik
26 – 50 Cukup Layak/Cukup Baik
51 – 75 Layak/Baik
76 – 100 Sangat Layak/Sangat Baik
d. Dari hasil perolehan persentase yang didapat kemudian diubah ke dalam
Tabel 3.4 agar pembacaan hasil penelitian lebih mudah. Data penelitian
tersebut berupa komentar dan saran yang dijadikan dasar untuk merevisi
bahan ajar yang dikembangkan.
2. Analisis Angket Respon Siswa
Analisis data yang diperoleh dari angket respon siswa menggunakan cara
yang sama dengan analisis instrumen validasi ahli. Setiap jawaban
dihubungkan dalam bentuk pertanyaan atau dukungan sikap yang
diungkapkan dengan kata-kata seperti Tabel 3.3. Selanjutnya menghitung
dengan menggunakan rumus model skala Linkert. Data yang diperoleh berupa
skor yang akan dianalisis dengan rumus skala Linkert dalam bentuk
persentase kemudian disimpulkan berdasarkan Tabel 3.4.

4
Ridwan dan Akdon, op.cit., h. 18
40

Gambar 3.1
Kerangka Prosedur Pengembangan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Pengembangan


Produk akhir dari penelitian ini berupa pengembangan bahan ajar berupa LKS
yang terdiri dari 6 unit atau bagian. Sebagaimana yang dibahas sebelumnya
mengenai kerangka model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini,
yakni model pengembangan 4-D yang digagas oleh Thiagarajan, maka pada bab
ini akan membahas hasil pengembangan sesuai tahapan yang telah ditentukan
sebelumnya. Tahapan tersebut terdiri dari pendefinisian (define), perancangan
(design), dan pengembangan (develop).
1. Pendefinisian (Define)
Tahapan ini memiliki maksud untuk mengumpulkan informasi melalui
wawancara dengan siswa dan guru matematika dari sekolah/madrasah yang akan
dianalisis mengenai hal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, khususnya
dalam aspek bahan ajar. Pada tahap ini, dilakukan studi pendahuluan dengan
menggali informasi dari siswa dan guru matematika di MTsN 12 Jakarta.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh permasalahan yakni bahan ajar yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu buku paket,
terkadang LKS atau modul. Bahan ajar yang digunakan pun belum membantu
proses pembelajaran secara aktif dan mengarah pada kemampuan berpikir tingkat
tinggi matematis.
Permasalahan lain yang diperoleh dari hasil wawancara adalah proses
kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan belum menggunakan
pendekatan konstruktivisme yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Proses
pembelajaran pun masih menggunakan metode ceramah sehingga proses
pembelajaran didominasi oleh guru dan siswa cenderung pasif. Soal-soal yang
diberikan hanya berupa soal rutin yang mana belum mengarah kepada
kemampuan berpikir tingkat tinggi matematis. Sebagaimana informasi tersebut,
untuk menyelaraskan kondisi di lapangan dengan pedoman Kurikulum 2013,
maka dibutuhkan bahan ajar yang efektif dan dapat membantu guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Hal ini dapat diatasi dengan bahan ajar yang
menggunakan model pembelajaran CPS berbasis open-ended problem. Pada
penelitian ini pengembangan bahan ajar difokuskan pada materi segi empat dan
segitiga. Hal ini dilatarbelakangi oleh hasil wawancara dengan guru matematika
tentang hasil belajar siswa, hasil wawancara dengan siswa mengenai kesulitan
dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi segi empat dan segitiga
dan data hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMP/MTs pada materi segi empat dan
segitiga yang menunjukkan hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Sehingga,
guru meminta untuk diadakannya pengembangan bahan ajar yang dapat
memudahkan guru menyampaikan materi ajar dalam proses pembelajaran.
Langkah yang dilakukan selanjutnya pada tahapan ini adalah mengkaji
kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang dikehendaki kurikulum
yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 pada Lampiran 6.
Setelah mengkaji isi dari KI dan KD, langkah selanjutnya adalah menyelaraskan
dengan apa yang dibutuhkan oleh guru di sekolah/madrasah. Konsep yang akan

41
42

dikembangkan dalam ranah bahan ajarnya adalah konsep segi empat dan segitiga.
Konsep tersebut termuat dalam KD 3.11 yakni mengaitkan rumus keliling dan
luas untuk berbagai jenis segi empat (persegi, persegi panjang, belah ketupat,
jajargenjang, trapesium, dan layang-layang) dan segitiga dan KD 4.11 yakni
menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas dan keliling segi
empat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga.
2. Perancangan (Design)
Tahapan selanjutnya yaitu perancangan yang sesuai dengan hasil analisis
studi pendahuluan pada tahap pendefinisian. Perancangan bertujuan untuk
menyusun kerangka isi bahan ajar secara sistematis yang meliputi: penetapan
tujuan pembelajaran, penggunaan model pembelajaran, penyajian materi, dan
perumusan alat evaluasi.
a. Penetapan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang ditetapkan berdasarkan pada penguasaan KD
3.11 dan KD 4.11 Kurikulum 2013. Setelah mempelajari materi ini, siswa
diharapkan dapat menggunakan konsep keliling dan luas segi empat dan segitiga
untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar segi empat
dan segitiga dalam kehidupan sehari-hari.
b. Penggunaan model pembelajaran
Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan model pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) berbasis open-ended problem yang dapat
digunakan sebagai bahan ajar mandiri, baik dengan fasilitator maupun tidak.
Bahan ajar terdiri atas lima tahapan yaitu: menemukan fakta, menemukan
masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan menemukan penerimaan.
c. Penyajian bahan ajar
Bahan-bahan yang dapat dikumpulkan berdasarkan dengan analisis
kebutuhan yang dilakukan antara lain:
1) Untuk isi bahan ajar , peneliti mengacu pada buku sekolah/madrasah
Matematika SMP/MTs Kelas VII Semester 2 Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Edisi Revisi 2017, dan sumber lain yang berkaitan dengan materi
segi empat dan segitiga.
2) Untuk membuat bahan ajar ini, peneliti menggunakan aplikasi Microsoft Word
dan aplikasi pendukung Canva.
3) Untuk bentuk bahan cetak ini, peneliti memilih bentuk cetak dengan ukuran
kertas A4 dan dibundel dengan dispiral.
d. Perumusan alat evaluasi
Selain penyusunan skenario pembelajaran, penyusunan instrumen pun
juga dilakukan. Penyusunan instrumen penelitian bertujuan untuk memvalidasi
produk yang telah dibuat. Instrumen yang digunakan antara lain adalah angket
validasi ahli dan respon siswa yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran
3.
3. Pengembangan (Develop)
a. Pembuatan bahan ajar
Pembuatan bahan ajar yaitu dimulai dari penyusuan LKS pada
aplikasi microsoft word yang terdiri dari 3 subbab yang masing-masing terdiri
43

dari 2 unit. Untuk Unit 1 dan Unit 3, tahapan model CPS berbasis open-ended
problem hanya sampai tahap menemukan solusi. Tahapan menemukan
penerimaan terdapat pada Unit 2 dan Unit 4 sebagai keberlanjutan dari
masing-masing Unit 1 dan Unit 3. Sedangkan Unit 5 dan Unit 6 memenuhi
kelima tahapan model pembelajaran CPS berbasis open-ended problem yang
terdiri dari lima tahapan yaitu menemukan fakta, masalah, gagasan, solusi dan
penerimaan. Unsur-unsur pendukung dalam bahan ajar seperti cover, halaman
depan, kata pengantar, petunjuk penggunaan, rangkuman, mengasah otak,
glosarium, dan daftar pustaka dibuat pada tahapan ini menggunakan aplikasi
canva.
Pembuatan bahan ajar ini sesuai dengan garis besar ini bahan ajar
cetak dan rancangan pengembangan bahan ajar. Beberapa tampilan
pembuatan bahan ajar dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini. Untuk
selngkapnya, dapat dilihat pada Lampiran 15 dalam skripsi ini.

Gambar 4.1.
Pembuatan Cover
Pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 memiliki persamaan yakni memuat judul
bahan ajar, penulis bahan ajar dan instansi penulis. Sedangkan perbedaannya
terletak pada sasaran dan dosen pembimbing penulisan bahan ajar. Kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan background untuk kata pengantar, daftar isi,
peta konsep, glosarium, dan daftar pustaka seperti pada Gambar 4.3. Pada
Gambar 4.4 adalah pengetikan petunjuk penggunaan, kompetensi dasar dan
indikator. Pada Gambar 4.5 merupakan pengerjaan LKS yang terdiri dari 6
unit atau bagian berdasarkan tahapan model pembelajaran CPS berbasis open-
ended problem. Pada gambar-gambar seterusnya merupakan penyelesaian
bahan ajar yang telah dibuat.
44

Gambar 4.2
Pembuatan Halaman Depan

Gambar 4.3.
Pembuatan background

Gambar 4.4.
Pengetikan Petunjuk Penggunaan, KD, dan Indikator
45

Gambar 4.5.
Pengerjaan LKS

Gambar 4.6.
Pengetikan Rangkuman

Gambar 4.7.
Pengetikan Glosarium dan Daftar Pustaka
46

b. Validasi bahan ajar


Setelah bahan ajar selesai dikerjakan, langkah selanjutnya adalah
penilaian atau validasi oleh ahli. Setiap ahli diberikan sebuah angket untuk
memberikan nilai, komentar, dan saran untuk bahan ajar tersebut.
c. Revisi bahan ajar
Setelah diperoleh penilaian dari para ahli, terdapat beberapa komentar
dan saran yang harus direvisi pada bahan ajar tersebut. Perbaikan tersebut
dirangkum menjadi empat poin. Berikut beberapa hasil revisi bahan ajar
setelah penilaian para ahli, untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
7.
1) Pada Gambar 4.8.(a) soal-soal yang terdapat di Aktivitas Unit 1, Unit 3,
dan Ayo Berlatih Unit 4 yang dianggap sulit untuk siswa oleh validator
dalam proses penemuan konsep keliling ataupun luas bangun datar
dipindahkan menjadi subbab baru dengan judul “Mengasah Otak” untuk
melatih kemampuan siswa yang ditampilkan pada Gambar 4.8.(b).
2) Perbaikan redaksi, simbol atau gambar yang kurang sesuai. Salah satunya
perbaikan gambar dan redaksi informasi pada permasalahan di Aktivitas
2 Unit 5 yang sebelumnya pada Gambar 4.9.(a). Hasil perbaikan dapat
dilihat pada Gambar 4.9.(b).

(a)
47

(b)
Gambar 4.8. (a) dan (b)
Sebelum dan Sesudah Revisi Poin 1

(a)
48

(b)

Gambar 4.9. (a) dan (b)


Sebelum dan Sesudah Revisi Poin 2

3) Perbaikan perintah dalam tahapan menemukan fakta dan menemukan


masalah pada Aktivitas di Unit 5 dan Unit 6. Gambar 4.10.(a) merupakan
tampilan tahapan menemukan fakta dan menemukan masalah pada
Aktivitas 1 Unit 5, kemudian redaksi perintah dalam tahapan tersebut
diperbaiki seperti pada Gambar 4.10.(b).

(a)
49

(b)
Gambar 4.10. (a) dan (b)
Sebelum dan Sesudah Revisi Poin 3

4) Penambahan informasi yang menghubungkan antara aktivitas sebelum


dan sesudah untuk membantu penemuan konsep yang hendak dicapai.
Salah satunya perbaikan pada Unit 4 yang ditampilkan pada Gambar
4.11.(a), kemudian diperbaiki menjadi seperti pada Gambar 4.11.(b).

(a)

(b)
Gambar 4.11.(a) dan (b)
Sebelum dan Sesudah Revisi Poin 4
50

c. Uji coba terbatas


Setelah bahan ajar direvisi dan dinyatakan layak, maka tahap
selanjutnya uji coba terbatas untuk mengetahui tanggapan atau respon bahan
ajar kepada pengguna bahan ajar yakni kelompok kecil yang terdiri dari 10
siswa kelas VII MTsN 12 Jakarta dengan mengisi angket respon siswa.
B. Deskripsi Dan Analisa Data Hasil Uji Coba
1. Validasi Instrumen Ahli
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data hasil pengisian lembar validasi
yang diperoleh dari para ahli. Validasi instrumen bertujuan untuk mengetahui
kelayakan dan daya guna rancangan instrumen berdasarkan penilaian validator.
Hal yang dinilai dari instrumen ini meliputi lima aspek, yaitu: cakupan materi,
bahasa, teknik penyajian, model creative problem solving (CPS) berbasis open-
ended problem, dan penilaian pembelajaran. Aspek penilaian tersebut dinilai
melalui lembar validasi yang dibuat secara terintegrasi berupa lembar ceklis
dengan skala 1 sampai 3.
Pihak yang memvalidasi instrumen ini meliputi dua orang dosen yakni,
Ibu Dra. Afidah Mas’ud dan Ibu Dr. Dedek Kusniawati, M.Pd. selaku dosen di
Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan tiga orang
guru matematika yakni, Bapak Dwi Novianto, S.Pd dari MTsN 12 Jakarta, Ibu
Wildah, S.Pd. dari MTs Pembangunan UIN Jakarta, dan Ibu Widahayati, S.Pd.
dari MTsN 35 Jakarta.
Validasi dilakukan secara bersamaan oleh para validator baik dosen
maupun guru. Hasil dari validasi tersebut diperbaiki dan menghasilkan revisi.
Berdasarkan Tabel 4.1, rata-rata perolehan skor dikonversi sesuai Tabel 3.3 dan
diperoleh kesimpulan bahwa bahan ajar menurut para ahli termasuk dalam kriteria
sangat layak dengan persentase skor sebesar 82,22%. Hasil perhitungan data
angket penilaian para ahli disajikan pada Lampiran 5. Berikut gambaran umum
hasil analisis data validasi ahli.
a. Cakupan Materi
Pada penilaian aspek cakupan materi terdapat dua indikator penilaian
yang disajikan pada Tabel 4.2. Berdasarkan Tabel 4.2, penilaian keseluruhan
bahan ajar termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi dasar, buku pegangan siswa
pada materi segi empat dan segitiga untuk siswa SMP/MTs kelas VII.
Tabel 4.1
Hasil Validasi Bahan Ajar Oleh Ahli
Persentase
No. Aspek yang dinilai Kriteria
(%)
1. Cakupan Materi 83,70 Sangat Baik
2. Bahasa 84,44 Sangat Baik
3. Teknik Penyajian 91,67 Sangat Baik
Model CPS berbasis open-ended
4. 67,50 Baik
problem
5. Penilaian Pembelajaran 93,33 Sangat Baik
Penilaian Keseluruhan 82,22 Sangat Baik
51

Tabel 4.2
Hasil Validasi Ahli Terhadap Aspek Cakupan Materi

Persentase
No. Indikator Kriteria
(%)
1. Kesesuaian 85,71 Sangat Baik
2. Ketepatan 76,67 Sangat Baik
Penilaian Keseluruhan 83,70 Sangat Baik
b. Bahasa
Pada penilaian aspek bahasa terdapat dua indikator penilaian yang
disajikan pada Tabel 4.3. Berdasarkan Tabel 4.3, penilaian keseluruhan pada
bahan ajar ini termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
bahasa yang digunakan sesuai dengan EYD dan komunikatif.
c. Teknik Penyajian
Pada penilaian aspek teknik penyajian terdapat dua indikator penilaian
yang disajikan pada Tabel 4.4. Berdasarkan Tabel 4.4, penilaian keseluruhan
bahan ajar ini termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
teknik penyajian bahan ajar sesuai dengan kaidah penyusunan bahan ajar dan
sistematika penyajian sesuai dengan peta konsep.

Tabel 4.3
Hasil Validasi Ahli Terhadap Aspek Bahasa
Persentase
No. Indikator Kriteria
(%)
1. Kesesuaian dengan EYD 93,33 Sangat Baik
2. Struktur Kalimat 80,00 Sangat Baik
Penilaian Keseluruhan 84,44 Sangat Baik

Tabel 4.4
Hasil Validasi Ahli Terhadap Aspek Teknik Penyajian
Persentase
No. Indikator Kriteria
(%)
1. Sistematika Penyajian 73,33 Baik
2. Kesesuaian 97,78 Sangat Baik
Penilaian Keseluruhan 91,67 Sangat Baik

d. Model Pembelajaran CPS berbasis open-ended problem


Pada penilaian aspek model pembelajaran CPS berbasis open-ended
problem terdapat lima indikator penilaian yang merupakan langkah-langkah dari
model pembelajaran tersebut yang disajikan pada Tabel 4.5.
Berdasarkan Tabel 4.5, penilaian keseluruhan bahan ajar ini termasuk
dalam kriteria baik. Pada indikator menemukan penerimaan memperoleh
52

persentase paling rendah dikarenakan perintah dalam memberikan kesimpulan


yang kurang sesuai tanpa adanya contoh atau petunjuk yang mengarah pada
konsep yang hendak disimpulkan. Saran yang diberikan oleh ahli adalah
memberikan contoh atau petunjuk untuk membantu siswa menemukan konsep
sehingga bisa memberikan kesimpulan.
e. Penilaian Pembelajaran
Pada penilaian aspek penilaian pembelajaran terdapat satu indikator yaitu
keefektifan aktivitas dan latihan soal yang memperoleh hasil persentase sebesar
93,33% , sehingga bahan ajar termasuk dalam kriteria sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa bahan ajar memenuhi komponen penilaian dalam
pembelajaran.
Tabel 4.5
Hasil Validasi Ahli Terhadap Aspek Model CPS
Berbasis Open-ended Problem
Persentase
No. Indikator Kriteria
(%)
1. Menemukan fakta 70,00 Baik
2. Menemukan masalah 66,67 Baik
3. Menemukan gagasan 73,33 Baik
4. Menemukan solusi 73,33 Baik
5. Menemukan penerimaan 62,22 Baik
Penilaian Keseluruhan 67,50 Baik

2. Uji Coba Terbatas


Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui tanggapan atau respon
siswa pada penggunaan bahan ajar model pembelajaran CPS berbasis open-ended
problem dengan menggunakan angket. Angket respon siswa menggunakan skala
Linkert dengan 3 alternatif jawaban. Pertanyaan dalam angket terdiri dari 10
pertanyaan. Uji coba produk awal ini dilakukan secara terbatas oleh 10 siswa di
MTsN 12 Jakarta. Berikut hasil analisis data angket respon siswa yang disajikan
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Respon Siswa Terhadap Penggunaan Bahan Ajar

Persentase
No. Aspek Kriteria
(%)

1 Konten Materi 78.33 Sangat Baik


2 Kondisi Fisik 82.22 Sangat Baik
3 Manfaat Penggunaan 77.78 Sangat Baik
Penilaian Keseluruhan 79.33 Sangat Baik
53

Berdasarkan Tabel 4.6, hasil penilaian keseluruhan diperoleh skor yang


kemudian dikonversi sesuai Tabel 3.3 dan menunjukkan bahwa bahan ajar
menurut respon siswa termasuk dalam kriteria sangat baik. Hasil perhitungan
angket respon siswa disajikan pada Lampiran 8.

C. Kajian Produk Akhir


Penelitian pengembangan produk diawali dengan studi pendahuluan berupa
analisis siswa, guru, dan materi, kemudian perancangan dan dilanjutkan ke tahap
pengembangan. Produk yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu bahan ajar
menggunakan model pembelajaran creative problem solving (CPS) berbasis open-
ended problem pada materi segi empat dan segitiga. Bahan ajar yang layak dan praktis
didapatkan setelah melalui tahap validasi dan uji coba terbatas produk.
Bahan ajar yang telah dikembangkan berdasarkan hasil penelitian ini terbukti
telah layak digunakan untuk membantu proses pembelajaran dan meningkatkan minat
dan motivasi belajar siswa setelah divalidasi oleh para ahli. Hasil penilaian dari segi
aspek cakupan materi, bahan ajar yang dikembangkan termasuk dalam kriteria sangat
baik dilihat dari indikator kesesuaian dan ketepatan materi dalam bahan ajar yang
dikembangkan. Dari segi aspek bahasa, yang terdiri dari kesesuaian dengan EYD dan
struktur kalimat, bahan ajar yang dikembangkan termasuk dalam kriteria sangat baik.
Sistematika dan kesesuaian dalam teknik penyajian mendapatkan hasil penilaian yang
termasuk dalam kriteria sangat baik. Aspek tahapan model pembelajaran CPS
berbasis open-ended problem yang terdiri dari tahap menemukan fakta, menemukan
masalah, menemukan gagasan, menemukan solusi, dan menemukan penerimaan
termasuk dalam kriteria baik. Adapun aspek penilaian pembelajaran yakni keefektifan
aktivitas dan latihan soal termasuk dalam kriteria sangat baik. Selain itu, bahan ajar
yang dikembangkan mendapat respon yang baik oleh siswa terhadap penggunaan dari
keseluruhan penilaian yang meliputi aspek kondisi fisik, konten materi dan manfaat
penggunaan.

D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Penentuan standar kualitas bahan ajar dalam penelitian ini terbatas pada
penilaian oleh lima validator yang terdiri dari dua dosen Jurusan Pendidikan
Matematika dan tiga guru matematika. Adapun untuk mengetahui respon
siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan terbatas hanya pada uji coba
skala kecil yang terdiri dari 10 siswa kelas VII di MTsN 12 Jakarta. Sehingga
kualitas bahan ajar dapat saja berubah apabila diujikan pada skala yang lebih
luas.
2. Tahapan pengembangan model 4-D dalam penelitian ini hanya sampai pada
tahap pengembangan (Develop). Hal ini dikarenakan pandemi Covid-19 yang
tidak memungkinkan terlaksananya tahap penyebaran (Disseminate).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan bahan ajar menggunakan
model creative problem solving (CPS) berbasis open-ended problem pada materi segi
empat dan segitiga dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahan ajar yang dikembangkan melalui tahap pengembangan 4-D dari
Thiagarajan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Tahap pendefinisian (Define) terdiri dari tiga tahapan yaitu analisis siswa
dengan melakukan wawancara ke beberapa siswa di MTsN 12 Jakarta, analisis
guru dengan melakukan wawancara ke dua guru matematika kelas VII di
MTsN 12 Jakarta, dan analisis materi yakni kompetensi dasar mengenai
konsep segi empat dan segitiga.
b. Tahap perancangan (Design) terdiri dari: a) penetapan tujuan pembelajaran,
penggunaan model bahan ajar yakni menggunakan model CPS berbasis open-
ended problem; b) penyajian bahan ajar yakni berupa penyajian isi yang
mengacu pada buku sekolah/madrasah Matematika SMP/MTs Kelas VII
Semester 2 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Revisi 2017 dan
sumber lain yang berkaitan dengan materi segi empat dan segitiga, untuk
penyajian tampilan menggunakan aplikasi microsoft word dan canva, dan
bentuk penyajian berupa bahan ajar cetak; dan c) perumusan alat evaluasi yang
menggunakan skala Linkert ditujukan kepada validator ahli dan siswa.
c. Tahap pengembangan (Develop) terdiri dari pembuatan bahan ajar diawali
dengan penyusunan LKS, validasi bahan ajar, oleh validasi ahli, revisi bahan
ajar sesuai dengan komentar dan saran yang diberikan oleh validator ahli, dan
uji coba terbatas skala kecil.
2. Hasil dari penilaian para ahli terhadap bahan ajar yang dikembangkan memiliki
tingkat kelayakan yang sangat baik dengan persentase sebesar 82,22% dari aspek
cakupan materi, bahasa, teknik penyajian, model pembelajaran CPS berbasis
open-ended problem, serta dari penilaian pembelajaran.
3. Hasil dari penilaian responden yakni siswa SMP/MTs terhadap bahan ajar yang
dikembangkan secara keseluruhan berada pada kategori sangat baik dengan
persentase sebesar 79,33%.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan bahan ajar model CPS
berbasis open-ended problem pada materi segi empat dan segitiga serta kesimpulan di
atas, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1. Siswa disarankan untuk memanfaatkan bahan ajar ini pada saat pembelajaran
matematika, baik di dalam ataupun di luar sekolah/madrasah.
2. Guru disarankan untuk memanfaatkan bahan ajar ini pada saat penyampaian
materi dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengembangkan bahan ajar dengan
berbasis elektronik agar terjadi peningkatan dalam pengembangan dan
keberagaman bahan ajar.

54
DAFTAR PUSTAKA
Apino, Ezi. “Mengembangkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika
Melalui Pembelajaran Creative Problem Solving”. Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 2016.

Ardianzah, Mochammad Andy dan Pradnyo Wijayanti. “Analisis Kesalahan Siswa


SMP Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Tahapan Newman Pada
Materi Bangun Datar Segi Empat”. Jurnal Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Surabaya. Vol. 9 No. 1, 2020.

Arifah, Nazihatun dan Mohammad Asikin, “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis


dalam Setting Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Pendekatan
Open-Ended (Sebuah Kajian Teorik)”. Seminar Nasional Pendidikan
Matematika Ahmad Dahlan, 2018.
Aswata, Ida Bagus Made & I Gede Ade Putra Adnyana. Belajar dan Pembelajaran.
Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018.

Darmadi. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar


Siswa. Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar. 2008.

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Tentang


Sistem Pendidikan Nasional, 2003.

Fahrurrozi & Syukrul Hamdi. Metode Pembelajaran Matematika. NTB: Universitas


Hamzanwadi, 2017.

Fathurrohman, Muhammad. Mengenal Lebih Dekat Pendekatan Dan Model


Pembelajaran: Membuat Proses Pembelajaran Lebih Menyenangkan dengan
Pengelolaan yang Bervariasi. Yogyakarta: Kalimedia, 2018.

Hadi, Samsul, et.al, “The Difficulties of High School Students in Solving Higher-
Order Thinking Skills Problems”. Problems of Education in the 21st Century.
Vol. 76 No. 4, 2018.

Hendriana , Heris, dkk. Hard Skills dan Soft Skills Matematik Siswa. Bandung: PT
Refika Aditama, 2017.

Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan


Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 6, 2017.

Isrok’atun dan Amelia Rosmala. Model-model Pembelajaran Matematika. Bandung:


PT Bumi Aksara, 2018.

55
56

Isrokatun, et. al. Pembelajaran Matematika dan Sains Secara Interatif melalui
Situation-Based. Jakarta: Kencana, 2016.

Kamaruddin Rahmat, dkk. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika


Materi Geometri Berbasis Teori Belajar Van Hiele untuk Mengembangkan
Karakter Siswa Kelas VII-1 SMP Muhammadiyah Bungoro”, Prosiding
Seminar Nasaional STKIP Andi Matappa Pangkep Vol. 03 No. 1, 2017.

KBBI Daring. “Belajar” http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kamus. 18 Juni 2020.

Kemendikbud, Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses


Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud, 2016.

Kemendiknas, “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22


Tahun 2006”.

Kharisma, Jeaniver Yuliane & Sugiman. “Pengembangan Bahan Ajar Matematika


Berbasis Masalah Berorientasi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Prestasi
Belajar Matematika”. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. Vol. IV. No.
2, 2017.

Laksmiwati, Pasttita Ayu & Endah Retnowati. “Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Geometri Berbasis Kecerdasan Majemuk Siswa SMP Kelas
VIII”. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 14, No. 1, 2019.

Lefudin, Belajar dan Pembelajaran Dilengkapi dengan Model Pembelajaran,


Strategi Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran dan Metode
Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Mitchell, William E. and Thomas F. Kowalik, Creative Problem Solving, Third


Edition. Genigraphics Inc.: 1999.

Munandar, S.C. Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.


Jakarta: PT Gramedia, Cet. 3, 2018.

Nasaruddin. “Karakteristik dan Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di


Sekolah”. Al-Khawarizmi. Vol 2, 2013.
Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, Cet. 2,
2018.

Nurdiansyah, Ibnu, dkk. “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbantuan


Tangram Bercirikan Open-Ended pada Pokok Bahasan Segi Empat dan
Segitiga Kelas VII SMP”. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan. Vol 3 No. 6, 2018.
57

Parwati, Ni Nyoman, dkk, Belajar dan Pembelajaran. Depok: Rajawali Pers, 2018.
Prastowo, Andi. Sumber Belajar & Pusat Sumber Belajar. Depok: Prenadamedia
Group, Cet. 1, 2018.

Pusat Penilaian Kemendikbud, “Penguasaan Materi Ujian Nasional”,


https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/, 10 April 2020.

Putri, Bela Bekti Amallia, et. al, “Analisis Faktor Rendahnya Minat Belajar
Matematika Siswa Kelas V di SD Negeri 4 Gumiwang”. Jurnal Education
FKIP UNMA. Vol. 5, No. 2, 2019.

Ridwan dan Akdon. Rumus dan Data Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta, Cet. 6,
2015.

Rusman. Model-model Pembelajaran. Depok: Rajagrafindo Persada, 2012.

Saefudin, Asis dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2014.

Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Proses. Edisi Pertama.
Jakarta: Kencana, Cet. 3, 2015.

Satrianawati, Media dan Sumber Belajar. Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Setyosari, Punaji. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:


Kencana, Cet. 5, 2016.

Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana, Cet. 1, 2016.

Sumardyono. “Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran


Matematika”. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar Menengah, Pusat Pengembangan Penataran Guru
Matematika, 2004.

Suryana, Dadan. Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek Perkembangan
Anak. Edisi Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group, Cetakan ke-1. 2018.

Syafri, Fatrima Santri. “Kemampuan Representasi Matematis dan Kemampuan


Pembuktian Matematika”. Jurnal Edumath. Vol. 3, 2017.
Syafril dan Zelhendri Zen. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2017.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.


Jakarta: Kencana, Cet. 3, 2017.
58

.Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Edisi Pertama. Jakarta: PT
Bumi Aksara, Cet.1, 2010.

Vangundy, Arthur B., Creative Problem Solving: A Guide For Trainers and
Management. New York: Qourum Book, 1987.

Wijaya, Hengki. Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi. Makassar:


Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2018.

Yaumi, Muhammad. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan Dengan


Kurikulum 2013. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, Cet. 5, 2017.

Yunus, Hamzah dan Heldy Vanni Alam, Perencanaan Pembelajaran Berbasis


Kurikulum 2013. Yogyakarta: Deepublish, 2014.
59

Lampiran 1
Lembar Wawancara Guru Matematika Tentang Pembelajaran dan Hasil
Belajar Matematika Kurikulum 2013
Hari, Tanggal :
Narasumber :
Tempat :
1. Apakah minat belajar dan antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran
matematika tergolong tinggi?
Jawaban:

2. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Bapak/Ibu diselesaikan dengan baik
oleh siswa?
Jawaban:

3. Materi apa saja yang biasa dianggap sulit oleh siswa kelas VII di sekolah ?
Jawaban:

4. Kesulitan apa yang biasa dialami siswa dalam pembelajaran matematika?


Khususnya pada materi segi empat dan segitiga?
Jawaban:

5. Bagaimana nilai yang diperoleh siswa pada materi segi empat dan segitiga?
Jawaban:

6. Bagaimana sikap siswa pada saat Bapak/Ibu meminta siswa untuk


mengungkapkan pendapat atau bertanya mengenai materi pembelajaran?
Jawaban:

7. Apakah Bapak/Ibu sudah/pernah menggunakan pendekatan konstruktivisme?


Jawaban:

8. Model, strategi atau metode apa yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam
pembelajaran sehari-hari di kelas ?
Jawaban:

9. Apakah selama ini pembelajaran yang dilakukan sudah memfokuskan pada


kemampuan berpikir tingkat tinggi matematis?
Jawaban:

10. Bahan ajar apa yang biasa digunakan pada pembelajaran di kelas?
Jawaban:
60

Lampiran 1

11. Apakah bahan ajar yang digunakan sudah membantu proses pembelajaran dan
mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi matematis?
Jawaban:

12. Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan bahan ajar dengan model pembelajaran
tertentu saat pembelajaran di kelas?
Jawaban:

13. Apa tanggapan Bapak/Ibu tentang pengembangan bahan ajar seperti RPP dan
LKS dengan model pemecahan masalah secara kreatif untuk pembelajaran
matematika khususnya pada materi yang sulit bagi siswa?
Jawaban:

Jakarta, ............................ 2020


Guru Matematika Kelas VII

(Narasumber)
61

Lampiran 1
Hasil Wawancara Guru Matematika Tentang Pembelajaran dan Hasil
Belajar Matematika Kurikulum 2013

Nama Narasumber: Guru 1 Ita Novitasari, S.Pd


Guru 2 Zulnengsih, M.Pd
Nama Instansi : Guru 1 MTsN 12 Jakarta
Guru 2 MTsN 12 Jakarta

Jawaban
No. Pertanyaan
Guru 1 Guru 2
Apakah minat belajar dan
Minat belajar dan
antusiasme siswa dalam kegiatan Minat belajar dan
antusiasme siswa
1. pembelajaran matematika antusiasme siswa
tidak tergolong
tergolong tinggi? tergolong sedang
tinggi
Apakah setiap tugas yang
diberikan oleh Bapak/Ibu
2. Ya Ya
diselesaikan dengan baik oleh
siswa?
Materi bentuk
Materi apa saja yang biasa aljabar, sudut dan
Materi segitiga dan
3. dianggap sulit oleh siswa kelas garis sejajar,
segi empat
VII di sekolah? segitiga dan segi
empat
Untuk dimateri itu
siswa kesulitan
menyelesaikan soal Siswa biasanya
mengenai kesulitan dalam
Kesulitan apa yang biasa dialami penggbaungan pemahaman soal
siswa dalam pembelajaran bangun datar segitiga yang berhubungan
4.
matematika ? Khususnya pada dan segiempat. dengan sifat sifat
materi segi empat dan segitiga? karena mereka tidak dan luas bangun
tahu mana yang harus datar segi empat
diselesaikan aau dan segitiga
dihitung terlebih
dahulu
Bagaimana nilai yang diperoleh Nilai mereka
Nilai masih dalam
5. siswa pada materi segiempat dan keseluruhan
kategori sedang
segitiga? tergolong cukup
Bagaimana sikap siswa pada saat
Bapak/Ibu meminta mereka Merespon dengan
Ada yg antusias, ada
6. mengungkapkan pendapat atau baik
juga yang mengeluh.
bertanya mengenai materi
pembelajaran?
Apakah Bapak/Ibu sudah
7. menggunakan pendekatan Belum Kadang-kadang
kontruktivisme ?
62

Lampiran 1

Model, strategi, atau metode apa


yang sering Bapak/Ibu gunakan Ceramah dan latihan
8. Diskusi
dalam pembelajaran sehari-hari soal
di kelas?
Apakah selama ini pembelajaran
yang dilakukan sudah
9. memfokuskan pada kemampuan Belum sedang
berpikir tingkat tinggi matematis
?
Bahan ajar apa yang biasa
10. Bapak/Ibu gunakan pada LKS dan modul Alat peraga
pembelajaran di kelas ?
Apakah bahan ajar yang
digunakan sudah membantu
proses pembelajaran dan
11. Belum Sudah
mengarah pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi
matematis?
Apakah Bapak/Ibu pernah
menggunakan bahan ajar dengan
12. Pernah Pernah
model pembelajaran tertentu saat
pembelajaran di kelas?
Apa tanggapan bapak/ibu
LKPD harus disusun
tentang pengembangan bahan
sedemikan rupa
ajar seperti rpp dan lks dengan Bagus, karena
supaya bisa mengajak
model pemecahan masalah cukup membantu
13. siswa untuk bisa
secara kreatif untuk dalam proses
membangun
pembelajaran matematika pembelajaran
pengetahuannya
khususnya pada materi yang sulit
sendiri
bagi siswa ?
63

Lampiran 2
INSTRUMEN UJI VALIDITAS AHLI
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN MODEL CREATIVE
PROBLEM SOLVING (CPS) BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM PADA
MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
Nama Validator : .................................................................................
Asal Institusi/Sekolah : .................................................................................
PETUNJUK
1. Lembar penilaian ini diisi oleh para ahli.
2. Lembar penilaian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi terkait dengan
kualitas bahan ajar matematika yang sedang dikembangkan.
3. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan tanda check (√) pada kolom yang
telah disediakan.
Keterangan:
1 : Tidak Baik
2 : Cukup baik
3 : Baik
4. Komentar dan saran mohon diberikan secara singkat dan jelas pada tempat yang
telah disediakan.

No Aspek Penilaian Skor


. 1 2 3
A. Cakupan Materi Segi empat dan Segitiga
1. Kesesuaian indikator dengan kompetensi inti dan
kompetensi dasar
2. Kesesuaian isi bahan ajar dengan kompetensi inti dan
kompetensi dasar
3. Kesesuaian materi Segi empat dan Segitiga dengan
indikator pencapaian
4. Kesesuaian materi Segi empat dan Segitiga dengan
tujuan pembelajaran
5. Kesesuaian materi Segi empat dan Segitiga yang
disajikan dengan peta konsep
6. Ketepatan konsep matematika yang dipelajari
7. Permasalahan dalam aktivitas dan latihan sesuai dengan
materi Segi empat dan Segitiga
8. Penyajian materi pada bahan ajar dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar
9. Kesesuaian materi Segi empat dan Segitiga dengan
konsep, prinsip, dan teori
B. Bahasa Penyajian Dalam Materi
64

10. Bahasa yang digunakan mudah dipahami


11. Tata bahasa dan ejaan sesuai EYD
12. Kalimat yang digunakan efektif, efisien, dan komunikatif
C. Teknik Penyajian
13. Diberikan petunjuk penggunaan dalam bahan ajar yang
dijelaskan secara rinci
14. Materi segi empat dan segitiga disusun berdasarkan peta
konsep
15. Penyajian pertanyaan dan penjelasan menuntun siswa
untuk menemukan kesimpulan
16. Kesesuaian penggunaan simbol atau lambang yang
konsistensi antar-bagian subbab
17. Kesesuaian aktivitas dan latihan sesuai dengan materi
segi empat dan segitiga
18. Ilustrasi gambar telah sesuai dan tidak buram dalam
mendukung penjelasan teks bahan ajar
19. Glosarium disajikan sesuai dengan materi segi empat dan
segitiga
20. Rangkuman disajikan sesuai dengan materi segi empat
dan segitiga
D. Model Creative Problem Solving (CPS) Berbasis Open-ended Problem
21. Pada tahap menemukan fakta, contoh fakta/situasi yang
diberikan sesuai dengan konsep matematika
22. Pada tahap menemukan fakta, contoh fakta/situasi yang
diberikan mampu menimbulkan rasa ingin tahu dan
menghasilkan berbagai informasi sesuai materi segi
empat dan segitiga
23. Pada tahap menemukan masalah, pertanyaan yang
diberikan mampu menuntun siswa untuk merumuskan
permasalahan yang sesuai dengan fakta/situasi pada
tahap menemukan fakta
24. Pada tahap menemukan gagasan penyajian pada materi
mendaftarkan berbagai gagasan yang siswa miliki untuk
memecahkan permasalahan berdasarkan pada tahap
menemukan fakta
25. Pada tahap menemukan solusi penyajian pada materi
memutuskan dan menerapkan gagasan yang telah dipilih
sebagai sebuah solusi sesuai dengan konsep matematika
materi segi empat dan segitiga
26. Pada tahap menemukan penerimaan penyajian pada
materi menggunakan gagasan yang telah dijadikan
sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan
matematis yang lain sesuai konsep matematika
65

27. Pada tahap menemukan penerimaan penyajian pada


materi dapat membantu siswa melakukan pengecekan
kembali terhadap proses pada tahap menemukan solusi
28. Pada tahap menemukan penerimaan membantu siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran
E. Penilaian Pembelajaran
29. Aktivitas dan latihan yang disajikan mendukung
pemahaman materi segi empat dan segitiga
30. Pertanyaan pada aktivitas dan latihan mendukung
indikator pencapaian dan sesuai dengan taksonomi
Bloom revisi

Komentar dan Saran :


.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................

Kesimpulan
Bahan ajar ini dinyatakan:
1. Layak untuk diujicobakan tanpa revisi
2. Layak untuk diujicobakan dengan revisi sesuai saran
(mohon lingkari pada nomor yang sesuai dengan kesimpulan Bapak/Ibu)

Jakarta, 2020
Validator

(......................................)
66

Lampiran 3
ANGKET RESPON SISWA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN MODEL CREATIVE
PROBLEM SOLVING (CPS) BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM PADA
MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
Nama Lengkap :
Kelas :
Petunjuk Pengisian:
 Isilah identitas diri anda pada kolom yang disediakan.
 Berikan tanda check (√) pada kolom skala yang disediakan sesuai dengan
kriteria.
Keterangan:
1 : Tidak Setuju
2 : Cukup Setuju
3 : Setuju
 Saran mohon diberikan secara singkat dan jelas pada tempat yang telah
disediakan untuk perbaikan bahan ajar yang sedang dikembangkan.
No. Aspek Penilaian Skor
1 2 3
A. Konten Materi
1. Uraian materi yang disajikan pada bahan ajar mudah
dipahami.
2. Materi yang disajikan dilengkapi dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Soal-soal yang disajikan dapat menuntun siswa untuk
melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi.
4. Bahan ajar sesuai dengan materi dalam buku pegangan
siswa
B. Kondisi Fisik
5. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
6. Penggunaan gambar dan ilustrasi terlihat jelas
7. Petunjuk penggunaan bahan ajar sudah jelas.
C. Manfaat Penggunaan
8. Penggunaan bahan ajar dapat meningkatkan wawasan siswa.
9. Penggunaan bahan ajar dapat mendorong minat belajar
siswa.
10. Penggunaan bahan ajar dapat meningkatkan keaktifan
siswa.
67

Saran/Masukan :
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
Jakarta, 2020
Siswa

(.......................................)
68

Lampiran 4
69

Lampiran 5
Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar oleh Ahli

Validator
Nomor Butir Skor Skor
Pertanyaan Dosen Guru Hasil Kriterium
Dosen I Guru I Guru II
II III
1 1 3 3 3 3 13 15
2 1 3 2 3 3 12 15
3 2 3 2 3 3 13 15
4 2 3 3 3 3 14 15
5 3 3 3 3 3 15 15
6 1 3 3 2 2 11 15
7 2 3 3 2 2 12 15
8 1 2 3 3 3 12 15
9 1 3 3 2 2 11 15
10 3 2 3 2 3 13 15
11 3 2 3 3 3 14 15
12 2 2 2 2 3 11 15
13 2 3 2 2 2 11 15
14 3 3 3 3 3 15 15
15 1 3 2 2 3 11 15
16 3 3 3 3 3 15 15
17 2 3 3 3 3 14 15
18 3 3 3 3 3 15 15
19 2 3 3 3 3 14 15
20 3 3 3 3 3 15 15
21 1 3 3 2 3 12 15
22 1 2 3 1 2 9 15
23 1 2 2 2 3 10 15
24 1 3 2 2 3 11 15
25 1 3 2 2 3 11 15
26 1 2 2 2 2 9 15
27 1 2 2 1 2 8 15
28 1 3 2 2 3 11 15
29 2 3 3 3 3 14 15
30 2 3 3 3 3 14 15
Total 53 82 79 73 83 370 450
70

Lampiran 6
Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar Berdasarkan Indikator Tiap Aspek
Penilaian oleh Ahli
Cara Perhitungan
𝑘
𝑃= × 100%
𝑛𝑘
Keterangan:
P = persentase kelayakan bahan ajar
k = skor yang diperoleh
nk = jumlah skor kriterium

1. Aspek Cakupan Materi

Skor Persentase
No Komponen Skor
Kriterium (%)

1 Kesesuaian 90 105 85.71


2 Ketepatan 23 30 76.67
Penilaian Keseluruhan 113 135 83.70

2. Aspek Bahasa

Skor Persentase
No Komponen Skor
Kriterium (%)

1 Kesesuaian dengan EYD 14 15 93.33


2 Struktur Kalimat 24 30 80.00
Penilaian Keseluruhan 38 45 84.44

3. Aspek Teknik Penyajian

Skor Persentase
No Komponen Skor
Kriterium (%)

1 Sistematika Penyajian 22 30 73.33


2 Kesesuaian 88 90 97.78
Penilaian Keseluruhan 110 120 91.67
71

Lampiran 6
4. Model Pembelajaran CPS Berbasis open-ended problem

Skor
No Komponen Skor Persentase (%)
Kriterium

1 Tahap menemukan fakta 21 30 70.00

Tahap menemukan 10 15 66.67


2 masalah
Tahap menemukan
11 15 73.33
3 gagasan

Tahap menemukan solusi 11 15 73.33


4
Tahap menemukan 28 45 62.22
5 penerimaan
Penilaian Keseluruhan 81 120 67.50

5. Aspek Penilaian Pembelajaran

Skor Persentase
No Komponen Skor
Kriterium (%)

1 Keefektifan Aktivitas dan 28 30 93.33


Latihan Soal
Penilaian Keseluruhan 28 30 93.33

Total Penilaian

Skor Persentase
No. Aspek Skor
Kriterium (%)
1 Cakupan Materi 113 135 83.70
2 Bahasa 38 45 84.44
3 Teknik Penyajian 110 120 91.67
72

4 Model CPS berbasis open-ended 81 120 67.50


problem
5 Penilaian Pembelajaran 28 30 93.33
Penilaian Keseluruhan
370 450 82.22
73

Lampiran 7

Revisi Bahan Ajar


No.
Sebelum Sesudah

1.

Komentar:
Pada poin 1 kata “berdoa” diubah
menjadi “berdoalah” dan poin ke 4
redaksi kalimatnya tidak jelas
sehingga perlu diperbaiki

2.
Komentar:
Kesalahan pengetikan pada KD 3.14,
seharusnya KD 4.11

Komentar:
Konsep keliling menggunakan contoh
3. pagar rumah kurang tepat karena
pagar rumah hanya ada di latar depan,
sedangkan konsep keliling adalah
konsep dengan kurva tertutup. Contoh
yang lebih tepat misalnya adalah
pagar sebidang tanah atau kebun,
sehingga redaksi gambarnya pun
diganti yang sesuai dengan konsep.
74

Unit 1 Unit 1

4. Unit 3 Unit 3

Komentar:
Redaksi kalimat untuk membimbing
siswa menemukan konsep keliling di
unit 1 dan luas di unit 3 perlu
diperbaiki
Aktivitas Unit 1 Aktivitas Unit 1

Aktivitas Unit 3

5.

Komentar:
Perintah pada tahap menemukan
gagasan dan solusi perlu diperbaiki.
Selain itu, redaksi gambar pada unit 3
75

yang berkaitan dengan ukuran lahan


perlu diubah Aktivitas Unit 3

Unit 1 Unit 1

Unit 2
Unit 2

6.

Unit 3

Unit 4
Unit 3
76

Unit 4

Komentar:
Perlu adanya kalimat penghubung
antara aktivitas dengan konsep yang
akan ditemukan di akhir pengerjaan
tiap aktivitas di Unit 1 sampai 4

7.
Komentar:
Hilangnya kata “Segitiga”

Komentar:
8. Pada Unit 4 perlu ditambahkan
informasi yang menghubungkan
antara aktivitas sebelum dan sesudah
untuk membantu penemuan konsep
yang hendak dicapai

9. Komentar:
Pada Aktivitas Unit 4, tambahkan
petunjuk untuk membantu siswa
menemukan luas bangun datar segi
empat dan segitiga
77

10.
Komentar:
Penghapusan sketsa terkait informasi
yang disajikan pada Aktivitas 1 Unit 5
karena representasinya kurang sesuai
sehingga siswa akan merasa
kebingungan
Aktivitas 1 Unit 5

Aktivitas 2 Unit 5
Komentar:
Pada Aktivitas 1 dan 2 di Unit 5 dan
11. 6, perintah pada tahapan menemukan
fakta dan masalah perlu diperbaiki
sehingga open-ended problem pada
aktivitas tersebut dapat ditemukan.

Aktivitas 1 Unit 6
78

Aktivitas 2 Unit 6

12.

Komentar:
Perbaiki gambar dan redaksi
informasi pada permasalahan yang
disajikan di Aktivitas 2 Unit 5
Aktivitas Unit 1

Aktivitas Unit 3

Ayo Berlatih Unit 4


13.

Komentar:
Soal-soal tersebut terlalu sulit untuk
dikerjakan dalam proses penemuan
konsep keliling ataupun luas bangun
datar. Sebaiknya dipisahkan menjadi
subbab baru sebagai latihan mengasah
kemampuan siswa.
79

Lampiran
8

Nomor Responden Skor


Butir Skor
I II III IV V VI VII VIII IX X Kriterium
Pertanyaan
1 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 24 30
2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 27 30
3 2 3 2 3 2 1 2 3 3 3 24 30
4 1 2 2 3 2 2 3 1 1 2 19 30
5 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 25 30
6 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 27 30
7 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 22 30
8 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 23 30
9 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 29 30
10 2 3 2 2 2 2 1 2 1 1 18 30
Jumlah 18 28 23 27 25 23 24 24 22 24 238 300
Perhitungan Data Pada Angket Respon Siswa Terhadap Bahan Ajar

Total Penilaian

Skor Persentase
No. Aspek Skor
Kriterium (%)

1 Konten Materi 94 120 78.33


2 Kondisi Fisik 74 90 82.22
3 Manfaat Penggunaan 70 90 77.78
Penilaian Keseluruhan 238 300 79.33
80

Lampiran 9
HASIL WAWACARA SISWA
Hari/Tanggal : 29 Mei 2020
Narasumber : Siswa 1 (S1) Azkal Azkiah
Siswa 2 (S2) Sinta Destiana
Sekolah : MTsN 12 Jakarta

Peneliti : “Bagaimana pendapat kamu tentang penyampaian dan penjelasan


guru dalam pembelajaran matematika di kelas?”
S1 : “Penjelasan dari guru sangat jelas dan baik, Bu. Tapi kadang saya
masih kurang paham apa yang dijelaskan.”
S2 : “Penyampaiannya jelas si Bu, tapi kadang bikin tegang.”
Peneliti : “Apakah kamu antusias dalam mengikuti pembelajaran
matematika?”
S1 : “Iya antusias Bu.”
S2 : “Iya saya antusias, Bu.”
Peneliti : “Bahan ajar apa yang digunakan guru dalam proses pembelajaran
matematika?”
S1 : “Kalo bahan ajar, guru menggunakan buku, Bu.”
S2 : “”Untuk bahan ajar menggunakan buku paket, Bu.”
Peneliti : “Apakah bahan ajar yang disediakan guru memberikan kesempatan
kalian mengerjakan sendiri secara kreatif ?”
S1 : “Iya, Bu. Kita mengerjakan soal-soal latihan dari buku paket
sendiri-sendiri.”
S2 : “Iya buku paketnya dikerjakan sendiri-sendiri.”
Peneliti : “Kesulitan apa yang kamu alami dalam pembelajaran matematika?
Khususnya pada materi bangun datar segi empat dan segitiga?”
S1 : “Kalo saya si sulit memahami rumus-rumusnya, Bu.”
S2 : “Kesulitan di materi segi empat dan segitiga memahami rumus
keliling dan luasnya, Bu.”
81

Lampiran 10
82

Lampiran 10
83

Lampiran 10
84

Lampiran 10
85

Lampiran 10
86

Lampiran 10
87

Lampiran 10
88

Lampiran 10
89

Lampiran 10
90

Lampiran 10
91

Lampiran 10
92

Lampiran 10
93

Lampiran 10
94

Lampiran 10
95

Lampiran 10
96

Lampiran 10
97

Lampiran 11
ANGKET RESPON SISWA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN MODEL CREATIVE
PROBLEM SOLVING (CPS) BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM PADA
MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
Nama Lengkap : Azkal Azkiah
Kelas : VII
Petunjuk Pengisian :
 Isilah identitas diri Anda pada kolom yang disediakan.
 Berikan tanda check (√) pada kolom skala yang disediakan sesuai dengan
kriteria.
Keterangan:
1 : Tidak Setuju
2 : Cukup Setuju
3 : Setuju
 Saran mohon diberikan secara singkat dan jelas pada tempat yang telah
disediakan untuk perbaikan bahan ajar yang sedang dikembangkan.
No. Aspek Penilaian Skor
1 2 3
1. Uraian materi yang disajikan mudah dipahami. √
2. Materi yang disajikan dilengkapi dengan penerapan dalam √
kehidupan sehari-hari.
3. Soal yang disajikan dapat menuntun siswa untuk melatih √
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
4. Bahasa yang digunakan dalam materi segi empat dan segitiga √
mudah dipahami.
5. Penggunaan gambar dan ilustrasi terlihat jelas √
6. Petunjuk penggunaan bahan ajar sudah jelas. √
7. Penggunaan bahan ajar menggunakan model CPS berbasis open- √
ended problem dapat meningkatkan wawasan siswa.
8. Penggunaan bahan ajar menggunakan model CPS berbasis open- √
ended problem dapat mendorong minat dan motivasi siswa.
9. Penggunaan bahan ajar menggunakan model CPS berbasis open- √
ended problem dapat meningkatkan peran dan keaktifan siswa.
10. Substansi bahan ajar sesuai dengan materi dalam buku pegangan √
siswa
Saran/Masukan :
...........................................................................................................................
Jakarta, 10 Juli 2020
Siswa
(.......................................)
98

Lampiran 12
99

Lampiran 13
100

Lampiran 14

PRODUK AKHIR
101
102

i
103

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat dan karunia-Nya sehingga bahan ajar ini dapat selesai dengan baik.

Bahan ajar ini disusun berdasarkan model pembelajaran Creative Problem


Solving (CPS) berbasis Open-ended Problem dimana permasalahan yang disajikan
merupakan masalah terbuka. Bahan ajar model CPS menggunakan langkah-langkah
model pembelajaran CPS yang merupakan variasi dari pembelajaran Problem
Solving dengan teknik yang sistematis dalam mengorganisasikan gagasan kreatif
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam penerapannya di kelas, model
CPS menuntut siswa untuk aktif sehingga mampu mengungkapkan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang belum mereka temui
baik secara sistematis maupun dengan cara atau metodenya sendiri.

Pada pembelajaran berbasis open-ended problem siswa dituntut untuk


melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali
informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari
permasalahan yang ada. Solusi permasalahan tersebut menghasilkan lebih dari satu
jawaban yang benar. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas
serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di
lingkungannya.

Penggunaan bahan ajar ini memungkinkan siswa belajar dengan aktif dan
mandiri dalam membangun pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah
mereka miliki. Selain itu, bahan ajar ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk
membantu guru dalam menyampaikan materi.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu hingga selesainya bahan ajar ini. Kritik dan saran sangat penulis
harapkan untuk perbaikan bahan ajar ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, April 2020

Penulis

ii
104

HALAMAN DEPAN ...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................iii

PETUNJUK PENGGUNAAN .....................................................................................................iv

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR .............................................................................1

PETA KONSEP...........................................................................................................................2

A. Keliling Segi Empat dan Segitiga ...................................................................................3


1. Konsep Keliling ............................................................................................................3
2. Menentukan Keliling Segi Empat dan Segitiga ....................................................6
B. Luas Segi Empat dan Segitiga .........................................................................................9
1. Konsep Luas ..................................................................................................................9
2. Menentukan Luas Segi Empat dan Segitiga ..........................................................12
C. Keterkaitan Rumus Keliling dan Luas Segi Empat dan Segitiga...........................17
1. Persegi, Persegi Panjang, Trapesium dan Jajargenjang ...................................17
2. Segitiga, Belah Ketupat, dan Layang-layang ........................................................21

RANGKUMAN ...........................................................................................................................26

MENGASAH OTAK ...................................................................................................................27

GLOSARIUM ..............................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................29

iii
105

iv
106

1
107

BAHAN AJAR
Menggunakan Model Creative Problem Solving (CPS)
Berbasis Open-ended Problem

Keterkaitan
Keliling Segi Luas Segi Keliling dan
Empat dan Empat dan Luas Segi
Segitiga Segitiga Empat dan
Segitiga

Unit 5
Unit 1 Unit 3
Persegi, Persegi
Konsep Keliling Konsep Luas Panjang, dan Jajar
genjang

Unit 2 Unit 4
Unit 6
Menemukan Menemukan
Segitiga, Belah
Rumus Keliling Rumus Luas Segi
Ketupat, dan
Segi empat dan empat dan
Layang-layang
Segitiga Segitiga

2
108

A. KELILING SEGI EMPAT DAN SEGITIGA

1. Konsep Keliling Unit 1

1. Siswa dapat menemukan berbagai situasi secara kreatif yang berkaitan dengan konsep
keliling bangun datar
2. Siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konsep keliling
beradasarkan situasi yang diberikan

Dalam kehidupan sehari-hari, kamu banyak


menjumpai permukaan benda ataupun bidang suatu lahan
yang memiliki berbagai bentuk bangun datar. Tak hanya
itu, kamu pun tentu pernah mendengar seseorang
membuat pagar untuk menutup sekeliling lahannya
seperti gambar disamping. Dalam matematika, panjang
pagar yang mengelilingi lahan itulah yang disebut keliling.

Sumber: http://img.wallpaper.sc/ipad/images/
2592x2592/ipad-2592x2592-wallpaper
_019g00.jpg

Berbagai macam permasalahan pun sering muncul mengenai konsep keliling dalam
kehidupan sehari-hari. Lalu, situasi apa saja yang terdapat disekitar kita yang berkaitan
dengan konsep keliling dan bagaimana cara menghitungnya? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kerjakan Aktivitas di bawah ini.

Aktivitas

Tuliskan satu situasi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan


konsep keliling!

Menemukan Fakta

Apa saja permasalahan yang mungkin dapat muncul dari situasi tersebut!

Menemukan Masalah

3
109

Hebat!, Kamu telah menemukan situasi dalam kehidupan sehari-hari beserta


permasalahan yang mungkin muncul dalam situasi tersebut terkait konsep keliling. Nah,
untuk mengetahui bagaimana menghitung keliling suatu bangun datar, kerjakan
tahapan berikut dan selesaikan permasalahan yang diberikan.

Keliling bangun datar di samping dihitung mulai dari titik A


melintasi sisi-sisi bangun datar sampai kembali lagi
ke titik A. Jika K = keliling bangun datar, maka
K = 1 + 1 + 1 + ... + ... + ... + ... + ...
= ... cm
Jadi, keliling bangun datar tersebut adalah ... cm

Masalah 1

Pada jam olahraga, siswa Kelas VII-2 akan melakukan pemanasan dengan berlari
mengelilingi lapangan.

Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwallhere.com
%2Fid%2Fwallpaper%2F1472473&psig=AOvVaw2aneWriwCQ3Nv1KyO
cMTNp&ust=1595013007792000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjR
xqFwoTCOiWs9G80uoCFQAAAAAdAAAAABAD

Berapakah panjang lintasan yang dilalui siswa jika mereka berkeliling sebanyak 3 kali
putaran?

Gambarkan kembali sketsa lapangan di atas, kemudian tentukan titik awal


lintasan siswa untuk mengelilingi lapangan!

Menemukan Gagasan

4
110

Panjang lintasan siswa mengelilingi lapangan dimulai dari titik awal hingga
kembali ke titik tersebut merupakan 1x putaran. Tentukan solusi untuk
menghitung panjang lintasan siswa jika mengelilingi lapangan 3x putaran!

Menemukan Solusi

Masalah 2
Pak Ali mempunyai lahan seperti gambar di bawah ini.

Pak Ali akan menanami tanaman pagar di sekeliling lahan tersebut dengan biaya
Rp 5.000,00 per meter. Berapa biaya yang Pak Ali butuhkan untuk menanami
tanaman pagar disekeliling lahannya?

Gambarkan kembali sketsa lahan di atas, kemudian tentukan titik awal


tanaman pagar yang akan ditanami Pak Ali!

Menemukan Gagasan

Untuk menentukan biaya yang dibutuhkan, Pak Ali perlu menghitung keliling
lahannya. Tentukan solusi untuk membantu permasalahan Pak Ali!

Menemukan Solusi

5
111

Berdasarkan masalah 1 dan 2 yang telah kamu selesaikan, menurut kamu apa
yang dimaksud keliling ?
Keliling suatu bangun datar adalah ...................................................................................

............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

2. Menemukan Rumus Keliling Segi Empat dan Segitiga Unit 2

1. Siswa dapat menemukan rumus keliling persegi panjang, persegi, trapesium, jajar
genjang, belah ketupat, layang-layang, dan segitiga
2. Siswa dapat menghitung keliling persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang,
belah ketupat, layang-layang, dan segitiga berdasarkan permasalahan matematika yang
diberikan

Setelah kamu memahami konsep keliling dari Aktivitas pada Unit 1, maka kamu akan
menemukan rumus keliling dari masing-masing bangun datar segi empat dan segitiga
melalui Aktivitas berikut.

Aktivitas
1. Persegi
N M Sifat-sifat:
 Keempat sisi sama panjang dan sisi-sisi yang berhadapan
sejajar
s
 Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan saling
membagi dua sama panjang dan tegak lurus.
K s L
Keliling = ...............................

2. Persegi Panjang
Sifat-sifat:
D C
 Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama
panjang l
 Kedua diagonalnya sama panjang dan
berpotongan saling membagi dua sama panjang A p B
 Diagonalnya membagi persegi panjang menjadi
dua segitiga siku-siku kongruen
Keliling = ...................................

6
112

3. Jajar genjang
Sifat-sifat:
S a R
 Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
b  Diagonal-diagonal saling membagi dua sama panjang
b
Keliling = ......................................
P a Q

4. Trapesium
D c Sifat-sifat:
C
>  Mempunyai tepat sepasang sisi berhadapan yang sejajar.
d b Sisi AB // DC
 Trapesium sama kaki mempunyai sepasang diagonal
A a> B yang sama panjang
Keliling = ....................................

5. Belah Ketupat
Sifat-sifat:
 Semua sisi sama panjang dan memiliki dua
pasang sisi sejajar
G d2
 Kedua diagonal saling tegak lurus dan
membagi dua sama panjang a

Keliling = ......................................
d1

6. Layang-layang
R Sifat-sifat:
 Memiliki dua pasang sisi sama panjang
d2 S Q  Kedua diagonalnya saling berpotongan tegak
s1 lurus dan salah satu diagonalnya membagi dua
sama panjang diagonal yang lain.
P
d1 Keliling = ........................................

7. Segitiga
C
Sifat-sifat:
 Segitiga sama kaki memiliki dua sisi sama b a
panjang
 Segitiga sama sisi memiliki tiga sisi sama
panjang A c B

Keliling = .........................................

7
113

Berdasarkan Aktivitas yang telah kamu selesaikan di atas, berikan


kesimpulanmu tentang pengertian dan rumus keliling bangun datar segi empat
dan segitiga tersebut.

Menemukan Penerimaan

Bangun Datar Pengertian Rumus Keliling

Persegi

Persegi
Panjang

Jajargenjang

Trapesium

Belah Ketupat

Layang-layang

Segitiga

Ayo Berlatih!

1. Seorang pengrajin memiliki kayu sepanjang 100 cm. Kayu tersebut akan
dibuat menjadi pigura berbentuk persegi panjang. Tentukan beberapa
kemungkinan ukuran pigura dan tentukan keliling terbesarnya!

N Q M
2. Perhatikan gambar berikut. Jika KL : QL = 9 :
4, tentukan keliling jajar genjang KLMN! 16 cm
20 cm

K P L

3. Trapesium EFGH memiliki panjang sisi sejajar 6 cm dan 2 cm dengan tinggi 5


cm. Sedangkan trapesium PQRS memiliki ukuran keliling 3 kali dari keliling
trapesium EFGH. Berapa selisih keliling trapesium EFGH dan PQRS?

8
114

B. LUAS SEGI EMPAT DAN SEGITIGA

1. Konsep Luas Unit 3

1. Siswa dapat menemukan berbagai situasi secara kreatif yang berkaitan dengan konsep
luas suatu bangun datar
2. Siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan konsep luas
berdasarkan situasi yang diberikan

Dalam kehidupan sehari-hari kamu sering


mendengar tentang luas seperti seorang tukang
kebun yang akan menanami sebidang lahan dengan
rumput seperti gambar di samping. Luas suatu
permukaan bidang datar dapat diukur
menggunakan persegi. 1 cm dibaca “1 sentimeter
2

persegi” adalah luas daerah suatu persegi yang


didapat dari persegi yang berukuran 1 cm x 1 cm.

Berbagai macam permasalahan pun sering muncul mengenai konsep luas dalam
kehidupan sehari-hari. Lalu, situasi apa saja yang terdapat disekitar kita yang berkaitan
dengan konsep luas dan bagaimana cara menghitungnya? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut kerjakan Aktivitas di bawah ini.
Aktivitas
Tuliskan satu situasi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
konsep luas!

Menemukan Fakta

Apa saja permasalahan yang mungkin dapat muncul dari situasi tersebut!

Menemukan Masalah

9
115

Hebat!, Kamu telah menemukan situasi dalam kehidupan sehari-hari beserta


permasalahan yang mungkin muncul dalam situasi tersebut terkait konsep luas. Nah,
untuk mengetahui bagaimana menghitung luas suatu bangun datar, kerjakan tahapan
berikut dan selesaikan permasalahan yang diberikan.

Bangun datar di samping terdiri dari 3 persegi. Tiap 1


persegi berukuran 1 cm x 1 cm memiliki luas 1 cm2,
sehingga
1 cm2 1 cm2
........... persegi = .......... cm2
1 cm2
Jadi luas daerah di samping adalah ... cm2

Masalah 1
Pak Ahmad memiliki sebidang tanah yang dibatasi pabrik, sungai, dan jalan raya
sebagai berikut. Daerah yang berwarna hijau adalah sketsa tanah Pak Ahmad.
Jalan raya
Jalan raya

Pabrik
6m 5m
3m
10 m
Sungai

Tanah tersebut akan dimanfaatkan Pak Ahmad untuk berkebun. Setiap 1 m2 dapat
ditanami 2 bibit singkong. Berapa banyak bibit singkong yang dapat ditanami Pak
Ahmad?

Gambarkan kembali sketsa lahan Pak Ahmad menggunakan konsep persegi


yang berukuran 1 m2!

Menemukan Gagasan

10
116

Untuk menentukan banyak bibit singkong yang dapat ditanami, Pak Ahmad
perlu menghitung luas lahannya. Tentukan solusi untuk membantu
permasalahan Pak Ahmad!

Menemukan Solusi

Masalah 2 2 cm

6 cm
Annisa berencana membuat huruf H kapital seperti gambar di
samping dari kertas karton sebanyak 2 huruf. Ia membuat
huruf tersebut pada kertas karton seluas 100 cm2, berapakah 14 cm
luas kertas karton yang tersisa? 4 cm

Gambarkan kembali sketsa huruf H di atas menggunakan konsep persegi


yang berukuran 1 cm2!

Menemukan Gagasan

11
117

Untuk menentukan luas kertas karton yang tersisa, Annisa perlu menghitung
luas dua huruf H yang akan ia buat. Tentukan solusi untuk membantu
permasalahan Annisa!

Menemukan Solusi

Berdasarkan masalah 1 dan 2 yang telah kamu selesaikan, menurut kamu apa
yang dimaksud luas ?
Luas suatu bangun datar adalah
...........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

...........................................................................................................................................

2. Menentukan Luas Segi Empat dan Segitiga Unit 4

1. Siswa dapat menemukan rumus luas persegi panjang, persegi, trapesium, jajar
genjang, belah ketupat, layang-layang, dan segitiga
2. Siswa dapat menghitung luas persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, belah
ketupat, layang-layang, dan segitiga berdasarkan permasalahan matematika yang
diberikan

Setelah kamu memahami konsep luas dari Aktivitas pada Unit 3, maka kamu akan
menemukan rumus luas dari masing-masing bangun datar segi empat dan segitiga
melalui Aktivitas 1 berikut.

Ingat!!
Pada Aktivitas di Unit 3 kamu telah menggunakan konsep persegi dengan ukuran 1
cm2 untuk menentukan luas suatu bangun datar. Oleh karena itu, gunakan konsep
tersebut untuk menemukan rumus luas bangun datar segi empat dan segitiga.

12
118

Aktivitas 1
1. Persegi

Petunjuk:
Jika persegi memiliki ukuran seperti gambar di bawah
ini, maka rumus luas persegi secara umum adalah

Luas = ...........................
..........................

L = .............. x .................
2. Persegi Panjang
Petunjuk:
Jika persegi panjang memiliki ukuran seperti gambar di
bawah ini, maka rumus luas persegi secara umum
adalah

Luas = ...........................
..........................

L = .............. x .................
3. Segitiga

Petunjuk:
Salah satu sifat persegi panjang yakni diagonalnya
membagi persegi panjang menjadi dua segitiga siku-
siku kongruen, sehingga rumus luas segitiga secara
Luas = ........................... umum adalah
..........................

1
L = 2 .............. x .................

13
119

Nah, setelah kamu menemukan rumus luas bangun datar di atas, gunakan konsep luas
bangun datar tersebut untuk menemukan rumus luas bangun datar segi empat lain
yakni jajargenjang, trapesium, belah ketupat dan layang-layang pada Aktivitas 2
berikut.
Aktivitas 2
4. Jajar genjang

Petunjuk:

 Jajargenjang terbentuk dari 2 buah segitiga siku-siku dan 1 buah persegi

 Salah satu segitiga dipindahkan ke samping segitiga yang lainnya hingga


membentuk persegi panjang
 a adalah alas sedangkan t adalah tinggi jajargenjang
 Luas persegi panjang = Luas jajargenjang
pxl = ........... x ..........

5. Trapesium

Petunjuk:

 Trapesium terbentuk dari 2 buah segitiga siku-siku dan 1 buah persegi

Luas = ...........................
..........................

 Salah satu segitiga dipindahkan ke samping segitiga yang lainnya hingga


membentuk persegi panjang
 a dan b merupakan panjang sisi trapesium yang sejajar sedangkan t adalah
tinggi trapesium
 Luas persegi panjang = Luas trapesium
𝑏−𝑎
pxl = (a + )xt
2
2𝑎+ …… − ……
= ( )xt
2
1
= ( ..... + ..... ) x .....
2

14
120

6. Belah Ketupat

Petunjuk:

 Belah ketupat terbentuk dari 4 buah segitiga siku-siku

 Dua segitiga dipindahkan ke samping segitiga yang lainnya hingga


membentuk persegi panjang
 d1 dan d2 merupakan panjang diagonal belah ketupat yang saling tegak lurus
dan membagi dua sama panjang
 Luas persegi panjang = Luas belah ketupat
pxl = ........... x ..........
1
= ( ..... x ..... )
2

7. Layang-layang

Petunjuk:

 Belah ketupat terbentuk dari 4 buah segitiga siku-siku

 Dua segitiga dipindahkan ke samping segitiga yang lainnya hingga


membentuk persegi panjang
 d1 dan d2 merupakan panjang diagonal belah ketupat yang saling tegak lurus
dan membagi dua sama panjang
 Luas persegi panjang = Luas belah ketupat
pxl = ........... x ..........
1
= ..... x .....
2

15
121

Berdasarkan Aktivitas yang telah kamu selesaikan di atas, berikan


kesimpulanmu tentang dan rumus luas bangun datar segi empat dan segitiga
tersebut.

Menemukan Penerimaan

Bangun Datar Rumus Luas

Persegi
Persegi
Panjang
Jajargenjang

Trapesium

Belah Ketupat

Layang-layang

Segitiga

Ayo Berlatih!

1. Sebidang lantai berukuran 4,8 m x 4,5 m akan ditutupi keramik berukuran 30


cm x 30 cm. Berapa banyak keramik yang dibutuhkan?

2. Sebuah taman berbentuk belah ketupat memiliki panjang diagonal 8 m dan 7


m. Taman tersebut akan ditanami rumput. Jika harga rumput Rp
16.000,00/m2, berapa biaya yang diperlukan untuk pembelian rumput
tersebut?

3. Ibu Nunik memiliki kain berbentuk persegi panjang. Rasio panjang dan lebar
kain tersebut adalah 5:4. Jika panjang kain dikurangi 5 m dan lebar kain
dikurangi 3 m, maka kain tersebut akan berbentuk persegi. Jika keliling kain
semula 36 m. Tuliskan luas kain setelah dipotong!

16
122

C. KETERKAITAN KELILING DAN LUAS SEGI EMPAT DAN SEGITIGA

1. Persegi, Persegi Panjang, Trapesium, dan Jajargenjang Unit 5

1. Siswa dapat menentukan keliling persegi panjang dengan luas persegi yang diketahui
berdasarkan situasi yang diberikan
2. Siswa dapat menentukan keliling jajar genjang dengan panjang sisi miring dan luas
diketahui berdasarkan situasi yang diberikan
3. Siswa dapat menentukan luas trapesium dengan keliling yang diketahui berdasarkan
situasi yang diberikan
Untuk lebih memahami keterkaitan keliling dan luas persegi, persegi panjang, dan
jajar genjang, kerjakan Aktivitas 1&2 berikuti ini.

Aktivitas 1

Pak Agus memiliki lahan seluas 192 m 2 yang


dimanfaatkan untuk berternak kambing. Ia
memiliki enam kandang kambing dimana setiap
kandang kambing memiliki luas 9 m2. Di sekeliling
kandang kambing akan dibuatkan jalan dengan
lebar 2 m dan sisa lahan akan dimanfaatkan untuk
ditanami rumput.

Buatlah sketsa yang menggambarkan situasi di atas beserta ukurannya!

Menemukan Fakta

17
123

Berapa panjang sisi tiap kandang kambing?

Menemukan Masalah

Berapa panjang sisi tepi jalan yang akan dipagari? (Gunakan konsep keliling)

Menemukan Masalah

Pak Agus berencana memagari sekeliling jalan dan lahannya, maka berapa
panjang pagar yang dibutuhkan? Lalu, berapa sisa luas lahan yang dimiliki Pak
Agus? Kemukakan gagasan apa saja yang dapat kalian gunakan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut!

Menemukan Gagasan

Pilih dan terapkan gagasan yang paling tepat untuk dijadikan solusi dalam
menyelesaikan permasalahan pada situasi tersebut!

Menemukan Solusi

18
124

Periksa kembali apakah solusi kalian sudah benar? Jika belum perbaiki! Lalu,
berikan kesimpulan dari permasalahan tersebut !

Menemukan Penerimaan

Aktivitas 2
https://i.pinimg.com/originals/af/82/87/af

Cafe Gaul memiliki 6 meja berbentuk


8287439788bfac983fa15569b9f7b8.jpg

trapesium seperti gambar di samping.


Jika panjang sisi miring meja 50 cm,
lebar meja adalah 48 cm dan keliling
meja adalah 192 cm.
Sumber:

Buatlah sketsa yang menggambarkan situasi di atas beserta ukurannya!

Menemukan Fakta

Berapa luas permukaan tiap meja? Kemudian berapa jumlah luas permukaan
6 meja di Cafe Gaul?

Menemukan Masalah

19
125

Pemilik cafe akan memasangkan kain taplak pada tiap-tiap meja tersebut. Jika
kain taplak yang tersedia berukuran 150 cm x 100 cm, berapa luas kain taplak
yang tersisa? Kemukakan gagasan apa saja yang dapat kalian gunakan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut?
Menemukan Gagasan

Pilih dan terapkan gagasan yang paling tepat untuk dijadikan solusi dalam
menyelesaikan permasalahan pada situasi tersebut!

Menemukan Solusi

Periksa kembali apakah solusi kalian sudah benar? Jika belum perbaiki! Lalu,
berikan kesimpulan dari permasalahan tersebut !

Menemukan Penerimaan

20
126

C. KETERKAITAN KELILING DAN LUAS SEGI EMPAT DAN SEGITIGA

2. Segitiga, Belah Ketupat, dan Layang-layang Unit 6

1. Siswa dapat menentukan luas segitiga dengan keliling dan perbandingan sisi-sisi yang
diketahui berdasarkan situasi yang diberikan
2. Siswa dapat menentukan keliling layang-layang dengan luas dan perbandingan
panjang diagonal yang diketahui berdasarkan situasi yang diberikan
3. Siswa dapat menentukan keliling belah ketupat dengan luas dan perbandingan
panjang diagonal yang diketahui berdasarkan situasi yang diberikan

Untuk lebih memahami keterkaitan keliling dan luas segitiga, belah ketupat, dan
layang-layang kerjakan Aktivitas 1&2 berikuti ini.

Aktivitas 1

Pemerintah Daerah ingin menanami tumbuhan bunga tulip pada suatu lahan yang
berbentuk segitga. Perbandingan panjang sisi-sisi lahan tersebut berturut-turut
adalah 5:12:13 dengan keliling lahan 60 m.

Buatlah sketsa yang menggambarkan situasi di atas beserta ukurannya!

Menemukan Fakta

Berapa panjang sisi-sisi lahan tersebut?(Gunakan konsep perbandingan)

Menemukan Masalah

21
127

Berapa luas lahan tersebut?

Menemukan Masalah

Jika setiap 1 m x 1 m dapat ditanami 3 bibit bunga tulip, maka berapa jumlah
bibit tulip yang dibutuhkan? Kemukakan gagasan apa saja yang dapat kalian
gunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

Menemukan Gagasan

Pilih dan terapkan gagasan yang paling tepat untuk dijadikan solusi dalam
menyelesaikan permasalahan pada situasi tersebut!
Menemukan Solusi

22
128

Periksa kembali apakah solusi kalian sudah benar? Jika belum perbaiki! Lalu,
berikan kesimpulan dari permasalahan tersebut !

Menemukan Penerimaan

Aktivitas 2

Damar memiliki dua buah bentuk


layangan yang berbeda seperti gambar di
samping. Luas layangan A adalah 679
cm2. Rasio panjang diagonal 2:5 dengan
panjang salah satu diagonalnya adalah 32
cm. Sedangkan, luas Layangan B adalah
600 cm2. Perbandingan panjang diagonal- Layangan A Layangan B
diagonalnya adalah 3:4 dengan panjang
salah satu diagonalnya adalah 40 cm.

Buatlah sketsa yang menggambarkan situasi di atas beserta ukurannya!

Menemukan Fakta

23
129

Berapa panjang diagonal lainnya dari layang- layang A dan B? (Gunakan


konsep luas)

Menemukan Masalah

Jika Damar berencana menghias kedua layangannya dengan memberi kertas


renda di sekeliling layangan, maka berapa panjang kertas renda yang
diperlukan Damar untuk menghias kedua layangannya? Kemukakan gagasan
apa saja yang dapat kalian gunakan untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut?
Menemukan Gagasan

Pilih dan terapkan gagasan yang paling tepat untuk dijadikan solusi dalam
menyelesaikan permasalahan pada situasi tersebut!
Menemukan Solusi

24
130

Periksa kembali apakah solusi kalian sudah benar? Jika belum perbaiki! Lalu,
berikan kesimpulan dari permasalahan tersebut !

Menemukan Penerimaan

25
131

Rangkuman

1. Keliling suatu bangun datar adalah jumlah panjang sisi-sisi bangun datar
tersebut.
2. Luas suatu bangun datar adalah banyaknya persegi dengan sisi satu satuan
panjang yang menutupi seluruh bangun datar tersebut.
3. Rumus keliling dan luas bangun datar segi empat dan segitiga:

Nama Bangun Rumus Keliling Rumus Luas


Datar
Persegi Panjang K = 2p + 2l L=pxl
Persegi K = 4s L = s2
Jajar genjang K = 2 x (sisi panjang + sisi L=axt
pendek)
Belah Ketupat K = 4s 1
L = 2 x (hasil kali diagonal-
diagonalnya)
Layang-layang K = 2 x (sisi panjang + sisi 1
L = 2 x (hasil kali diagonal-
pendek) diagonalnya)
Trapesium K = jumlah panjang semua sisi 1
L = 2 x t x jumlah sisi sejajar

Segitiga K = jumlah panjang semua sisi 1


L=2xaxt

Keterangan:
K = keliling p = panjang s = sisi t = tinggi
L = luas l = lebar a = alas

Refleksi
Pada bab ini kamu telah mempelajari tentang segi empat dan segitiga. Setelah
mempelajari bab ini kamu akan mengetahui manfaat dan penggunaan konsep
keliling dan luas segi empat dan segitiga dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
sekali permasalahan di sekitar kita yang berkaitan dengan segi empat dan segitiga.
Gunakan dan kembangkan pengetahuan yang telah kamu miliki ini sehingga
berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat diselesaikan.

26
132

1. Perhatikan gambar berikut.

Gambar di samping memperlihatkan sebuah


panggung (tampak dari atas). Seluruh
permukaan panggung tersebut akan ditutupi
karpet merah. Ukuran panjang diagonal
pangung yang saling tegak lurus adalah 18 m
dan 24 m dengan harga karpet merah Rp
5.000,00/m2. Jika tim dekorasi memiliki
anggaran dana sebesar Rp 3.000.000,00, maka cukupkah dana tersebut untuk
membeli seluruh karpet merah yang dibutuhkan panggung? Jelaskan!

2. Perhatikan gambar di bawah ini.


2x – 4 cm
S R

x + 5 cm

P 16 cm Q

Hitunglah luas jajargenjang PQRS !

3. Seorang nelayan berlayar mencari ikan. Ia berangkat dari pelabuhan menuju ke


arah timur sejauh 12 km, kemudian nelayan itu melanjutkan perjalanan ke arah
barat daya sejauh 10 km, lalu nelayan tersebut berlayar ke arah barat sejauh 6 km.
Setelah ikan yang diperoleh cukup banyak, ia kembali lagi ke tempat semula
sejauh 8 km.
a. Gambarkan lintasan perjalanan nelayan !
b. Jika setiap 4 km membutuhkan 1 liter solar, berapa minimum liter solar yang
butuhkan nelayan untuk mencari ikan mulai dari pelabuhan hingga kembali
ke pelabuhan lagi?

27
133

belah ketupat
bangun segi empat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan sama panjang
jajar genjang
bangun segi empat yang memiliki dua pasang sisi yang sejajar yang masing-masing
sama panjang
layang-layang
segi empat dengan dua pasang sisi yang berdekatan sama panjang
persegi
segi empat yang memiliki keempat sisi sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku
persegi panjang
segi empat yang memiliki dua pasang sisi sama panjang dan keempat sudutnya siku-
siku
segitiga
bangun datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan memiliki tiga titik sudut
trapesium
segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi sejajar

28
134

As’ari, Abdur Rahman, dkk. 2017. Matematika. Jakarta: Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Revisi, Cetakan ke-4.
Astuti, Anna Yuni, dkk. 2019. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII
Semester 2. DI Yogyakarta: PT. Penerbit Intan Perwira.
Asyono. 2017. Matematika SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Mitchell, Wiiliam E. dan Thomas F. Kowalik. 1999. Creative Problem
Solving, Genigraphics Inc., cetakan ke-3.
Munandar, S.C. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

29

Anda mungkin juga menyukai