Anda di halaman 1dari 24

POTENSI DAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN

Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Kewirausahaan


Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika Semester 5 Kelas 5A2
Dosen pengampu : M. Hafiz, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 1

Kharisma Hairunnisa 11180170000059


Aniyah Kholisoh Qoniah 11180170000083
Caesani Juliannisa 11190170000024
Dimas Aldytama Kurnianto 11190170000057
Salsabila Marrissa 11190170000073
Anisatul Islami 11190170000077
Fita Bela Purnamasari 11190170000080
Elsa Diana Ekarini 11190170000085
Desfi Ramadhanty 11190170000089

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan penulis begitu
banyak nikmat. Salah satunya nikmat sehat walafiat sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Kewirausahaan dalam Pendidikan Matematika. Shalawat serta salam juga tidak
lupa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya
yang membawa kita semua dari zaman jahiliah menuju zaman yang terang
benderang seperti sekarang ini. Atas berkat dan rahmat-Nya pula kami dapat
menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya yang berjudul Potensi dan
Motivasi Kewirausahaan.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini, yaitu:
1. M. Hafiz, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan
dalam Pendidikan Matematika yang telah berkenan memberikan petunjuk dan
bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Rekan-rekan Pendidikan Matematika yang telah membantu kelancaran dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berisi tentang kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki
seseorang sebelum memulai usaha, apa saja motif usaha seseorang, bagaimana
teori motivasi yang ada dalam kewirausahaan, bagaimana karakteristik motivasi
para wirausahawan, dan bagaimana strategi memotivasi anggota organisasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentunya masih banyak kekurangannya,
masih banyak hal yang harus diperbaiki. Baik dari isi maupun kaidah bahasanya.
Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada para pembaca sekalian untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pembelajaran bagi para
pembaca sekalian.
Bogor, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah ...............................................................................2
D. Manfaat Penulisan Makalah .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................4
A. Kemampuan yang Harus dimiliki Sebelum Memulai Usaha ............................4
B. Motif Usaha Seseorang ....................................................................................5
C. Teori-Teori Motivasi ........................................................................................7
1. Teori Isi (Content Theories)......................................................................7
2. Teori Proses (Process Theories) ...............................................................9
D. Karakteristik Motivasi Para Wirausahawan ....................................................11
E. Strategi Memotivasi Anggota Organisasi .......................................................15
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 17
A. Kesimpulan ....................................................................................................17
B. Saran ..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Schumpeter (dalam Rusdiana, 2018: 47), kewirausahaan
merupakan suatu kegiatan untuk melakukan hal-hal baru dan juga melakukannya
dengan cara baru, termasuk pembuatan produk baru dengan kualitas baru, metode
produksi, pasar, sumber pasokan, dan organisasi. Wirausaha sangat berpengaruh
dalam pembangunan bangsa, baik dalam jumlah maupun mutu wirausaha tersebut.
Namun, pada kenyataannya di Indonesia sendiri, jumlah wirausahawan masih
tergolong cukup rendah dan mutunya juga belum termasuk baik jika dibandingkan
dengan jumlah wirausaha di negara lain khususnya di Asia Tenggara.
Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari Arif Rahman Hakim
(Sekretaris Kementrian Koperasi dan UKM) yang menyatakan bahwa saat ini
rasio kewirausahaan Indonesia sebesar 3,47%. Selain itu, berdasarkan data Global
Entrepreneurship Index 2019, Indonesia berada di peringkat 74 dari 137 negara.
Hal ini menunjukan jika jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat rendah dan
berada jauh di bawah negara seperti Malaysia.
Salah satu faktor yang membuat wirausaha di Indonesia masih rendah
yaitu masih banyaknya stigma negatif dari masyarakat terhadap profesi wirausaha.
Bahkan, sampai saat ini masih banyak orang tua yang tidak menginginkan
anaknya terjun di bidang kewirausahan. Mereka pun akan mengatakan bahwa
lebih baik menjadi pegawai negeri, apalagi jika anaknya merupakan lulusan
sarjana. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat Indonesia tidak termotivasi
untuk terjun ke dunia kewirausahaan. Dapat disimpulkan bahwa rendahnya
tingkat wirausaha dapat diakibatkan karena kurangnya motivasi.
Oleh karena itu, ketika kita ingin memulai untuk berwirausaha, maka kita
harus memiliki motivasi yang kuat. Selain itu, sebagai wirausahawan, untuk
mengembangkan diri dalam dunia usaha, kita juga perlu untuk mengetahui potensi
diri, kita perlu mengnali diri kita yang sebenarnya. Untuk mengenali diri sendiri,

1
kita dapat melihat kelemahan apa yang kita miliki dan memperbaikinya. Lalu, kita
dapat mengenali potensi apa yang kita miliki dan selanjutnya bisa kita
dikembangkan, terlebih dalam dunia kewirausahaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa saja kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki seseorang sebelum
memulai usaha?
2. Apa saja motif usaha seseorang?
3. Bagaimana teori motivasi yang ada dalam kewirausahaan?
4. Bagaimana karakteristik motivasi para wirausahawan?
5. Bagaimana strategi memotivasi anggota organisasi?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan uraian pada rumusan masalah, diperoleh tujuan penulisan
makalah sebagai berikut.
1. Mampu memahami kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki seseorang
sebelum memulai usaha.
2. Mampu memahami motif usaha seseorang.
3. Mampu memahami teori motivasi yang ada dalam kewirausahaan.
4. Mampu memahami karakteristik motivasi para wirausahawan.
5. Mampu memahami strategi memotivasi anggota organisasi.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat makalah ini dibuat berdasarkan manfaat dari segi praktis,
diperoleh sebagai berikut.
1. Bagi Penulis
Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kewirausahaan dalam Pendidikan
Matematika di semester 5. Dapat dijadikan hal untuk menambah wawasan
tentang berbagai macam potensi dan motivasi dalam kewirausahaan.
2. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan dalam hal kewirausahaan.

2
3. Bagi Pembaca
Sebagai salah satu sumber informasi tentang potensi dan motivasi
kewirausahaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemampuan-Kemampuan yang Harus Dimiliki Sebelum Memulai


Usaha
Dalam Rusdiana (2018:144) pengertian kompetensi secara harfiah adalah
kemampuan untuk melaksanakan (secara professional) suatu kegiatan dalam
kategori atau fungsi praktik keprofesian sesuai dengan yang disyaratkan dalam
dunia kerja nyata. Menurut Mulyasa (dalam Ramaliya, 2018:79) kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Dan &Bradstreet Business Credit Service (dalam Winarto, 2011:25)
mengemukakan terdapat sepulu kompetensi yang harus dimiliki seorang
wirausahawan sebagai berikut.
1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha yang akan dilakukan.
Seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.
2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar
pengelolaan dalam bisnis, seperti cara merancang usaha, mengorganisasi dan
mengendalikan perusahaan, termasuk memperhitungkan, memprediksi,
mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha.
Mengetahui manajemen bisnis berarti dapat memahami juga kiat, cara,
proses, dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan secara efektif dan
efisien.
3. Having the proper attitude, yaitu mempunyai sikap yang sempurna terhadap
usaha yang dilakukannya. Wirausahawan harus bersikap seperti pedagang,
industriawan, pengusaha, eksekutifm yang sungguh-sungguh dan sepenuh
setengah hati.
4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Baik modal
dalam bentuk materi, maupun rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati

4
merupakan modal utama dalam berwirausaha. Oleh karena itu, harus cukup
waktu, uang, tenaga, tempat, dan mental.
5. Managing finances effectively, yaitu kemampuan mengelola keuangan secara
efektif dan efisien, mecari sumber dana dan menggunakannya dengan tepat,
dan mengendalikannya secara akurat.
6. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien
mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.
7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan
atau memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan
perusahaan.
8. Satisfying customer by providing product, yaitu memberi kepuasan kepada
pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang berkualitas,
bermutu, bermanfaat, dan memuaskan.
9. Knowing hazu to compete, yaitu mengetahui strategi atau cara bersaing.
Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks),
peluang (opportunity), dan ancaman (threat) diringan dan pesaing atau
lawannya. Ia harus dapat menggunakan analisis SWOT terhadap dirinya dan
pesaing.
10. Copying with regulatuin and paper work, yaitu membuat aturan atau
pedoman yang jelas tersurat.

B. Motif Usaha Seseorang


Menurut Alma (dalam Start Your Own Bussiness, 2012: 13) motivasi adalah
kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah dorongan kebutuhan,
keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi tergantung kepada kekuatan motifnya.
Motif dengan kekuatan terbesar akan menentukan perilaku seseorang. Motif yang
kuat akan berkurang apabila telah mencapai kepuasan atau mengalami kegagalan.
Lebih lanjut menurut Setyorini D., (dalam Start Your Own Bussiness, 2012:
13) bahwa seorang wirausahawan adalah individu-individu yang berorientasi
kepada tindakan, dan memiliki motivasi tinggi, yang beresiko dalam mengejar
tujuannya. Diperlukan sikap dan perilaku yang mendukung pada diri seorang

5
wirausahawan agar dapat mencapai tujuan-tujuannya. Sikap dan Perilaku sangat
dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak
yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak
yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat
maju/sukses. Untuk itu motivasi (sikap dan perilaku) semangat kewirausahaan
perlu dipupuk. Akan tetapi upaya menumbuhkan semangat kewirausahaan
ternyata tidak mudah. Bagi sebagian orang, motivasi kewirausahaan merupakan
hadiah (given) dan bagi sebagian orang lain perlu „perjuangan‟ untuk
menumbuhkan. Oleh karena itu, untuk membangkitkan semangat kewirausahaan
salah satu titik awalnya dapat dengan pengenalan motif kewirausahaan. Motif
tersebut antara lain:
a. Motif berprestasi (the need for achievement): mendorong individu berprestasi
dengan patokan prestasi dirinya sendiri atau orang lain. Satu motif untuk
berwirausaha yang penting.
b. Motif berafiliasi (the need for affiliation): mendorong individu untuk
berinteraksi dengan orang lain yang mengandung kepercayaan, afeksi dan
empati.
c. Motif berkuasa (the need for power): mendorong individu untuk menguasai
dan memanipulasi orang lain.
d. Motif kompetensi (the need for competition): merupakan dorongan untuk
dapat mencapai keunggulan kerja, meningkatkan ketrampilan dalam
memecahkan masalah dan berusaha keras untuk inovatif. Umumnya
melakukan pekerjaan dengan baik karena kepuasan batin dan penghargaan
yang diperoleh dari orang lain.
Dengan mengenali motif setiap individu dalam berwirausaha, maka alasan
berwirausaha menjadi lebih jelas. Alasan individu berwirausaha pada umumnya
adalah: 1) merdeka secara finansial, artinya bebas dari standar upah yang
distandarisasi, 2) merdeka waktu, artinya bebas dari pekerjaan rutin yang
membosankan dan tanpa tantangan, dan 3) mewujudkan impian, artinya dia dapat
dengan bebas mengatur/melaksanakan konsep atau ide sesuai keinginannya.

6
C. Teori-Teori Motivasi
Rusdiana (2018:73) mengemukakan beberapa teori-teori motivasi dalam
kewirausahaan, yaitu sebagai berikut.
1. Teori Isi (Content Theories)
Terdapat beberapa macam dari taori ini, yaitu: (1) hirearki kebutuhan dari
Abaraham Maslow; (2) teori motivasi higienis Frede rick Herzberg; (3) teori
prestasi David McCleland. Pertanyaan pusat dari teori ini adalah apa penyebab
perilaku terjadi dan berhenti. Jawabannya terpusat pada kebutuhan, motif yang
mendorong, menekan, memacu, dan menguatkan karyawan melakukan kegiatan,
juga berhubungan dengan faktor-faktor eksternal yang berupa insentif yang
menyarankan, mendorong, menyebabkan, dan memengaruhi untuk melaksanakan
suatu kegiatan. Penekanannya pada pengertian faktor-faktor internal dan
kebutuhan.
a. Hirearki kebutuhan Maslow. Teori ini menekankan pada kebutuhan manusia
yang tersusun dalam bentuk hierarki kebutuhan dari yang terendah sampai
yang tertinggi serta kebutuhan yang telah terpenuhi berhenti menjadi
motivator utama dari perilaku. Hirearki kebutuhan dari Maslow dalam teori
dan penerapannya berikut ini.

Bagan 1 Hirearki kebutuhan dari Maslow dalam teori penerapannya


Sumber 1 Rusdiana, Kewirausahaan: Teori dan Praktik, 2018:74

7
b. Teori Motivasi Pemeliharaan Herzberg. Teori ini menjelaskan bahwa pada
umumnya karyawan baru memusatkan perhatiannya pada pemuasan tingkat
kebutuhan lebih rendah dalam pekerjaan mereka, terutama keamanan. Setelah
hal itu terpenuhi, mereka akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pada
tingkat yang lebih tinggi, seperti kebutuhan inisiatif, kreativitas, dan tanggung
jawab. Ada dua kelompok faktor yang memengaruhi kerja seseorang dalam
organisasi, yaitu kepuasan kerja (job satisfaction) yang mempunyai pengaruh
pendorong prestasi dan semangat kerja serta ketidakpuasan kerja (job
dissatisfaction) yang pengaruhnya negatif. Perbedaan antara motivator
dengan faktor-faktor pemeliharaan adalah motivator mempunyai pengaruh
untuk meningkatkan prestasi atau kepuasan kerja sedangkan faktor
pemeliharaan adalah mencegah merosotnya semangat kerja. Teori ini hampir
sama dengan teori hierarki kebutuhan dari Maslow.
Faktor-Faktor Pemuas Faktor-Faktor Pemeliharaan
Prestasi Kebijaksanaan dan administrasi
perusahaan
Penghargaan Kualitas pengendalian teknik
Pekerjaan kreatif dan menantang Kondisi kerja
tanggung jawab kemajuan dan Hubungan kerja
pengingkatan Status pekerjaan
Keamanan kerja
Kehidupan pribadi
Penggajian
Tabel 1 Faktor-Faktor Pemuas dan Pemeliharaan
Seorang manajer perlu memahami faktor-faktor yang dapat memotivasi
karyawan, salah satunya faktor pemelihara yang dapat mengurangi dan
menghilangkan ketidakpuasan kerja.
c. Teori Prestasi dari McClelland. Menurut David McClelland (dalam
Dwiningrum, 2003: 146) ada korelasi positif antara kebutuhan berprestasi
dengan prestasi dan sukses pelaksanaan. David mengemukakan bahwa
usahawan, ilmuwan, dan profesional mempunyai tingkat motivasi prestasi
diatas rata-rata. Rusdiana (2018:75) mengemukakan bahwa orang yang

8
berorientasi prestasi mempunyai karakteristik tertentu yang dapat
dikembangkan, yaitu:
1) Menyukai pengambilan risiko yang layak sebagai fungsi keterampilan,
menyukai tantangan, dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi
hasil yang dicapai
2) Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan prestasi yang layak
dan menghadapi risiko yang sudah diperhitungkan
3) Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang yang telah
dikerjakan
4) Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan
memiliki kemampuan organisasional

2. Teori Proses (Process Theories)


Rusdiana (2018:76) menjelaskan bahwa teori proses berisi tentang perilaku
dimulai dan dilaksanakan. Termasuk dalam hal ini adalah:
a. Teori pengharapan, dimana individu diperkirakan akan menjadi pelaksana
dengan prestasi tinggi apabila:
1) kemungkinan usaha mereka mengarah ke prestasi yang tinggi,
2) kemungkinan mencapai hasil yang menguntungkan,
3) hasil-hasil tersebut akan menjadi pada keadaan keseimbangan, penarik
efektif bagi mereka.
Menurut Victor Vroom (dalam Rusdiana, 2018:76) teori vroom yaitu teori
nilai pengharapan vroom, di mana orang di motivasi untuk bekerja apabila
usaha-usaha yang ditingkatkan akan mengarahkan ke balas jasa tertentu dan
nilai balas jasa dari hasil usahanya. Perumusan teori nilai pengharapan
Vroom adalah sebagai berikut.

Pengharapan bahwa Pengharapan bahwa


Motivasi = peningkatan usaha akan x peningkatan usaha akan
mengarah pada mengarah pada
peningkatan balas jasa peningkatan balas jasa

b. Teori pembentukan perilaku (operant conditioning), teori ini dikemukakan


oleh BF skinner yang didasarkan pada hukum pengaruh (law of effect), teori

9
ini menjelaskan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi pemuasan
cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti konsekuensi hukuman
cenderung tidak diulang. Proses pembentukan perilaku ini dapat digambarkan
sebagai berikut.

Rangsangan > Tanggapan > Konsekuensi > Tanggapan pada waktu yang akan
datang (stimulus)

Ada 4 teknik yang dapat digunakan manajer untuk mengubah perilaku


bawahan, teknik tersebut yaitu:
1) penguatan positif, baik primer maupun sekunder,
2) penguatan negatif, individu akan mempelajari perilaku yang membawa
konsekuensi tidak menyenangkan dan menghindarinya pada masa
mendatang,
3) pemadaman, dilakukan dengan peniadaan penguatan,
4) hukuman, manajer mengubah perilaku bawahan yang tidak tepat dengan
pemberian konsekuensi negatif.
c. Teori Porter Lawler merupakan teori pengharapan dari motivasi dengan versi
orientasi masa mendatang dan menekankan antisipasi tanggapan atau hasil.
Dasar teori ini yaitu kemungkinan usaha pengharapan yang dirasakan, usaha
yang dijalankan, prestasi yang dicapai, penghargaan yang diterima, kepuasan
yang terjadi, dan mengarahkan ke usaha pada masa yang akan datang. Berikut
ini model pengharapan menyajikan sejumlah implikasi bagi manajer tentang
cara memotivasi bawahan dan implikasi.
1) pemberian penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan bawahan,
2) penentuan prestasi yang diinginkan,
3) pembuatan tingkat prestasi yang dapat dicapai,
4) hubungan penghargaan dengan prestasi,
5) penganalisaan faktor-faktor yang bersifat berlawanan dengan efektivitas
penghargaan,
6) penentuan penghargaan yang mencukupi.
d. Teori keadilan. Setiap orang yang akan selalu membandingkan antara
masukkan dalam bentuk pendidikan, pengalaman, latihan, dan usaha dengan

10
hasil atau penghargaan yang diterima. Keyakinan seseorang tentang adanya
ketidakadilan akan berpengaruh pada perilaku pelaksanaan kegiatan. Faktor
kunci bagi manajer adalah mengetahui ketidakadilan dirasakan, bukan
ketidakadilan secara nyata ada. Teori ini memberikan implikasi bahwa
penghargaan harus diberikan sesuai dengan yang dirasa adil oleh individu
yang bersangkutan.
e. Teori petunjuk (prescriptive theories), yaitu cara memotivasi para karyawan
yang didasarkan atas pengalaman yang mencoba-coba.

D. Karakteristik Motivasi Para Wirausahawan


Karakteristik merupakan ciri-ciri atau sifat. Motivasi berwirausaha atau
kewirausahawan adalah perhatian dan kemauan seseorang untuk melakukan usaha
secara mandiri berdasarkan pada kemampuan, kekuatan dan keterampilannya
(Herawaty dalam Purnomo, 2017:22). Menurut Ratnawati dan Kuswardani (dalam
Maulida, 2012:3) motivasi berwirausaha adalah keadaan yang mendorong dan
menggerakan seseorang untuk melakukan kegiatan kewirausahaan dengan
mandiri, percaya diri, berorientasi ke masa depan, berani mengambil resiko,
kreatif dan inovatif. Anggri Puspita Sari dkk (2020) berpendapat bahwa motivasi
berwirausaha adalah dorongan dalam diri seseorang untuk menciptakan kegiatan
dengan melihat peluang dengan melakukan suatu kegiatan inovatif, antisipatif,
inisiatif, berani mengambil resiko dan berorientasi pada keuntungan yang didapat.
Karakteristik motivasi para wirausaha merupakan sifat-sifat dalam kemauan
seseorang untuk melakukan usaha secara mandiri berdasarkan pada kemampuan,
kekuatan dan ketrampilannya.
Dorongan atau motivasi untuk berwirausaha biasanya muncul dengan
sendirinya setelah memiliki bekal yang cukup untuk mengelola usaha dan siap
mental secara total. Motivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan antara lain
adalah (Arif Yusuf Hamali dan Eka Sari Budihastuti, 2017) :
1. Laba, yaitu dapat menentukan berapa laba yang dikehendaki, keuntungan
yang diterima, dan berapa yang akan dibayarkan kepada pihak lain atau
pegawainya.

11
2. Kebebasan, yaitu bebas mengatur waktu, bebas dari pengawasan, bebas dari
aturan main yang menekan/intervensi, dan bebas dari aturan budaya
perusahaan.
3. Impian personal, yaitu bebas mencapai standar hidup yang diharapkan, lepas
dari rutinitas kerja yang membosankan karena harus mengikuti visi misi
impian orang lain. Imbalan untuk menentukan nasib atau visi misi impiannya
sendiri.
4. Kemandirian, yaitu memiliki rasa bangga karena dapat mandiri dalam segala
hal, seperti permodalan, mandiri dalam pengelolaan/manajemen, mandiri
dalam pengawasan, serta menjadi manajer terhadap dirinya sendiri.
Karakteristik motivasi berwirausaha oleh Shane, dkk (2003) (dalam Yunal
V.O dan Indriyani R. (2003)), adalah sebagai berikut (Anggri Puspita Sari dkk,
2020):
1. Need for Achievement (nAch)
Need for achievement berarti bahwa seseorang dapat melaksanakan aktivitas
atau tugas dengan tingkatan tanggung jawab, kemampuan (skill), upaya
(effort), dan resiko yang cukup tinggi dengan nAch yang tinggi sehingga
akhirnya dapat mencapai hasil yang diharapkan termasuk umpan balik yang
jelas atas kinerjanya.
2. Locus of Control
Locus of control adalah sebuah bentuk pengendalian diri, yaitu sejauh mana
seseorang merasa yakin bahwa mereka dapat menguasai nasibnya, atau
keyakinan seseorang untuk dapat mengendalikan diri sendiri atas peristiwa
atau kejadian yang dihadapi atau yang memengaruhi dirinya. Seseorang yang
mempunyai internal locus of control, maka individu tersebut memiliki
keyakinan akan dirinya bahwa mereka dapan mengendalikan apa yang terjadi
pada diri mereka, dapat mengatur, mengarahkan hidupnya serta bertanggung
jawab terhadap pencapaian apapun yang akan diterima. Sedangkan seseorang
yang lebih dominan dengan eksternal locus of control, maka dalam dirinya
akan meyakini bahwa pengendali dari segala aspek dalam kehidupannya dan
apapun yang diterimanya adalah berasal dari kekuatan luar atau berasal dari
nasib seperti kemujuran/keberuntungan, dan peluang.

12
3. Vision
Menurut Leon dkk (2008) dalam pikiran seorang wirausaha biasanya terlintas
sebuah ide atau gagasan atau cita-cita bagaimana cara mewujudkan peluang.
Gagasan atau cita-cita ini secara mendasar karena dapat membangkitkan
motivasi seseorang melalui harapan hasil masa depan yang diinginkan.
4. Desire independence
Menurut Kuratko dan Homsby (2009) desire independence adalah individu
yang mempunyai keinginan untuk mendapatkan kebebasan. Berdasarkan
observasi terhadap peran wirausaha yang membutuhkan kebebasan, apabila
dilihat dari perspektif owner, banyak dari mereka yang menikmati menjadi
bos dalam bisnisnya dikarenakan mereka menginginkan kebebasan untuk
melakukan hal-hal sesuai dengan cara mereka.
5. Egoistic Passion
Egoistic passion merupakan suatu keantusiasan atau keegoisan dalam
bekerja. Egois disini maksudnya adalah bersemangat atau mempunyai gairah
tinggi dalam melakukan pekerjaan, menyukai proses membangun organisasi
dan menghasilkan keuntungan. Mereka termotivasi untuk melakukan apa
yang benar-benar menjadi kepentingan mereka sendiri, yaitu untuk
melakukan segala sesuatu yang diperlukan.
6. Drive
Drive pada dasarnya mengacu pada keinginan seseorang untuk
berupaya/berusaha, baik dalam berpikir serta membawa ide tersebut menjadi
kenyataan. Ketika seorang wirausaha mengejar sebuah peluang maka mereka
melakukan tindakan untuk meralisasikannya menjadi sebuah kenyataan.
7. Goal Setting
Teori penetapan sasaran (goal setting) menyatakan bahwa semakin banyak
tantangan dalam pencapaian sasaran yang mengarahkan pada kinerja yang
lebih baik akan menghasilkan motivasi yang lebih, dalam memprediksi
perilaku yang sesuai dan meningkatkan kemungkinan dalam pencapaian
sasaran tersebut (Leon, dkk.2018).

13
8. Self-efficacy
Menurut Bandur (1977), self-efficacy merupakan keyakinan dalam diri
individu atas kemampuannya dalam mengatur dan melakukan tindakan-
tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu pencapaian tertentu atau
tujuan yang diinginkan. Self-efficacy yang tinggi dalam diri seseorang
membuat orang tersebut menyukai segala hal yang menantang namun
diimbangi dengan daya tahan yang tinggi sehingga dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Oleh karena itu, individu dengan tingkat self-efficacyyang
tinggi akan melakukan hal yang terbaik dari dalam diri mereka demi
mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Studi yang dilakukan oleh Russel M. Knight dalam Rambat Lupiyoadi
(2007), menyimpulkan bahwa seorang wirausaha utamanya tidak termotivasi oleh
financial incentive, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan
yang tidak sesuai, di samping guna menemukan arti baru bagi kehidupannya.
Faktor motivasi tersebut dapat diringkas sebagai berikut (Saban Echdar dan
Maryadi, 2017):
1. The Foreign Refugee
Peluang-peluang ekonomi di negara lain lebih menguntungkan sering kali
mendorong orang untuk meninggalkan negaranya yang tidak stabil secara
politis untuk berwirausaha di luar negeri.
2. The Corporate Refugee
Pekerja-pekerja yang tidak puas dengan lingkungan perusahaannya merasa
bahwa kepuasan kerjanya akan meningkat dengan memulai dan menjalankan
bisnis sendiri.
3. The Paternal Refugee
Banyak individu yang memperoleh pendidikan dan pengalaman dari bisnis
yang dibangun keluarganya sejak ia masih kecil. Mereka biasanya kemuadian
akan berusaha untuk mencoba bisnis lain daripada yang dikerjakan
keluarganya.
4. The Feminist Refugee
Para wanita yang merasa telah mendapatkan perlakuan diskriminatif
dibandingkan kaum laki-laki, baik dalam sistem pendidikan, lingkungan

14
perusahaan maupun masyarakat, akan berusaha membuktikan bahwa dirinya
mampu untuk mendirikan perusahaan sendiri.
5. The Housewife Refugee
Para ibu rumah tangga yang pada awalnya sibuk mengurus pekerjaan di
rumah akan mencoba membantu suaminya dalam hal keuangan karena
kebutuhan yang semakin meningkat. Mereka biasanya akan mencoba bisnis
baru kecil-kecilan dengan dibantu oleh anggota keluarga lainnya.
6. The Society Refugee
Anggota masyarakat yang tidak setuju dengan lingkungannya biasanya akan
mencoba menjalankan usaha yang tidak terikat dengan lingkungan yang ada.
7. The Educational Refugee
Banyak orang yang gagal dalam studinya atau mereka yang tidak cocok
dengan sistem pendidikan yang ada, menjadi terpaku untuk mulai
berwirausaha.

E. Strategi Memotivasi Anggota Organisasi


Kebutuhan merupakan dasar dari motivasi. Manusia yang menjadi anggota
organisasi akan terasa termotivasi jika dikaitkan dengan adanya upaya pemenuhan
dari kebutuhannya. Menurut Abraham H. Maslow dalam bukunya yang berjudul
“Motivation and Personality” (dalam Siagian, 2005 : 110) mengemukakan bahwa
inti kebutuhan-kebutuhan manusia dapat dikategorikan dalam hirarki kebutuhan.
Hirarki kebutuhan tersebut memiliki 5 (lima) kategori, yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan
aktualisasi diri.
Dan dari hal tersebut maka munculah strategi-strategi bagaimana memotivasi
anggota organisasi yang dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Mempunyai aturan-aturan tentang kedisiplinan waktu kerja.
2. Memberikan rasa kebersamaan, dengan rasa kebersamaan maka setiap
pekerjaan yang dilakukan oleh anggota organisasi akan dilalukan dengan rasa
saling membutuhkan satu sama lain baik secara komunikasi, kinerja, maupun
hal lainnya.
3. Memberikan keteladanan terhadap seluruh anggota organisasi.

15
4. Menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman dengan penuh rasa
kekeluargaan antar anggota organisasi.
5. Meningkatkan kesejahteraan anggota organisasi.
6. Memberikan/menyalurkan media untuk pengembangan potensi anggota
organisasi baik dalam bentuk pembinaan, diklat, workshop, seminar, dan lain-
lain.
7. Memberikan pemahaman dan pendekatan religius dalam bentuk toleransi.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki sebelum memulai usaha, yaitu
mengetahui usaha yang akan dilakukan (Knowing your business), mengetahui
dasar-dasar pengelolaan dalam bisnis (Knowing the basic business management),
memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya (Having the
proper attitude), memiliki modal yang cukup (Having adequate capital), mampu
mengelola keuangan secara efektif dan efisien (Managing finances effectively),
mampu mengatur waktu seefisien mungkin (Managing time efficiently), mampu
merencanakan, mengatur, mengarahkan atau memotivasi, dan mengendalikan
orang-orang dalam menjalankan perusahaan (Managing people), memberi
kepuasan kepada pelanggan (Satisfying customer by providing product),
mengetahui strategi atau cara bersaing (Knowing hazu to compete), membuat
aturan atau pedoman yang jelas tersurat (Copying with regulatuin and paper
work).
Motif usaha diantaranya adalah motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif
berkuasa, motif kompetensi. Dengan mengenali motif setiap individu dalam
berwirausaha, maka alasan berwirausaha menjadi lebih jelas. Alasan individu
berwirausaha pada umumnya adalah: 1) merdeka secara finansial, 2) merdeka
waktu, dan 3) mewujudkan impian, artinya dia dapat dengan bebas
mengatur/melaksanakan konsep atau ide sesuai keinginannya.
Teori-Teori Motivasi terbagi dua, yaitu teori isi dan teori proses.
1. Teori Isi (Content Theories)
a. Hirearki kebutuhan Maslow. Teori ini menekankan pada kebutuhan
manusia yang tersusun dalam bentuk hierarki kebutuhan dari yang
terendah sampai yang tertinggi serta kebutuhan yang telah terpenuhi
berhenti menjadi motivator utama dari perilaku.
b. Teori Motivasi Pemeliharaan Herzberg. Teori ini menjelaskan bahwa
pada umumnya karyawan baru memusatkan perhatiannya pada pemuasan

17
tingkat kebutuhan lebih rendah dalam pekerjaan mereka, terutama
keamanan.
c. Teori Prestasi dari McClelland. Orang yang berorientasi prestasi
mempunyai karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan
2. Teori Proses (Process Theories)
a. Teori pengharapan, dimana individu diperkirakan akan menjadi
pelaksana dengan prestasi tinggi
b. Teori pembentukan perilaku (operant conditioning),
c. Teori Porter Lawler merupakan teori pengharapan dari motivasi dengan
versi orientasi masa mendatang dan menekankan antisipasi tanggapan
atau hasil.
d. Teori keadilan. Setiap orang yang akan selalu membandingkan antara
masukkan dalam bentuk pendidikan, pengalaman, latihan, dan usaha
dengan hasil atau penghargaan yang diterima.
e. Teori petunjuk (prescriptive theories), yaitu cara memotivasi para
karyawan yang didasarkan atas pengalaman yang mencoba-coba.
Karakteristik motivasi para wirausaha merupakan sifat-sifat dalam kemauan
seseorang untuk melakukan usaha secara mandiri berdasarkan pada kemampuan,
kekuatan dan ketrampilannya. Karakteristik yang memotivasi para wirausahawaan
adalah
1. Need for Achievement (nAch)
2. Locus of Control
3. Vision
4. Desire independence
5. Egoistic Passion
6. Drive
7. Goal Setting
8. Self-efficacy
Kebutuhan merupakan dasar dari motivasi. Manusia yang menjadi anggota
organisasi akan terasa termotivasi jika dikaitkan dengan adanya upaya pemenuhan
dari kebutuhannya. Hirarki kebutuhan tersebut memiliki 5 (lima) kategori, yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan

18
penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Strategi-strategi memotivasi anggota
organisasi yang dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Mempunyai aturan-aturan tentang kedisiplinan waktu kerja.
2. Memberikan rasa kebersamaan
3. Memberikan keteladanan terhadap seluruh anggota organisasi.
4. Menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman dengan penuh rasa
kekeluargaan antar anggota organisasi.
5. Meningkatkan kesejahteraan anggota organisasi.
6. Memberikan/menyalurkan media untuk pengembangan potensi anggota
organisasi
7. Memberikan pemahaman dan pendekatan religius dalam bentuk toleransi.

B. Saran
Pengusaha dalam wirausahawaan dituntut untuk kreatif, mandiri, antusias,
memiliki gagasan dan tujuan. Maka dari itu, pembaca yang merupakan
wirausahawa atau yang bersangkutan dengan bidang wirausahaan dalam materi ini
diharapkan dapat memanfaatkan materi dalam melaksanakan potensi dan motivasi
wirausahaan. Selain itu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis menyarankan
pembaca untuk mencari referensi dan sumber-sumber lain melalui buku maupun
internet agar mendapat pengetahuan yang lebih banyak lagi. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penulis secara khusus dan pembaca
secara umum.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dwiningrum, S., & Aliyah Rasyid Baswedan. (2003). Motif Sosial dan Motif
Pekerjaan Guru SLTP di Gunungkidul. Jurnal Kependidikan Vol. 33 No. 2,
146.
Echdar, Saban dan Maryadi. (2019). Business Ethics And Entrepreneurship (Etika
Bisnis Dan Kewirausahaan. Yogyakarta: Deepublish.
https://books.google.co.id/books?id=S7rODwAAQBAJ&printsec=frontcover
&hl=id&source=gbs_atb#v=onepage&q&f=true
Hamali, Arif Yusuf dan Eka Sari Budihastuti. (2017). Pemahaman
Kewirausahaan. Jakarta: Kencana.
https://books.google.co.id/books?id=mOC2DwAAQBAJ&printsec=frontcove
r&dq=kewirausahaan&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kewirausah
aan&f=false
Maulida, Siti Rochmah dan Dhini Rama Dhania. (2012). Hubungan Antara
Kepercayaan Diri Dan Dukungan Orang Tua Dengan Motivasi Berwirausaha
Pada Siswa SMK. Jurnal Psikologi UNDIP Vol. 11 No. 2, 3.
Purnomo, Bambang Rditya. (2017). Efektivitas Pelatihan Kewirausahaan Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Dan Motivasi Berwirausaha Pada Penyandang
Tunarungu. Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 1No. 1, 22.
Ramaliya. (2018). Pengembangan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran. Jurnal
Bidayah: Studi Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 9 No. 1, 79.
Rusdiana. (2018). Kewirausahaan: Teori dan Praktik. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Sari, Anggri Puspita dkk. (2020). Kewirausahawan Bisnis Online. Yayasan Kita
Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Kewirausahaan_dan_Bisnis_Online/6
YzzDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=karakteristik+motivasi+para++wirausa
hawan&printsec=frontcover
Winarto, H. (2011). Menuju Sukses Berwirausaha. Jurnal Majalah Ilmiah
Ekonomika Vol. 14 No. 1, 25.

20
Widodo, Aris Slamet. (2012). Start Your Own Bussiness. Yogyakarta: Penerbit
Jaring Inspirati

21

Anda mungkin juga menyukai