Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TENTANG

MANAJEMEN PENDIDIKAN KEJURUAN

oleh :
SITI NUR LAILA
NIK 190101131

DOSEN PEMBIMBING :
Bapak Suryono, M.Pd

PROGRAM PASCA SARJANA


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MIFTAHUL ‘ULUM MUKOMUKO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah Manajemen Pendidikan Kejuruan. Adapun
isi dari makalah ini adalah mengenai pembahasan Manajemen Pendidikan
Kejuruan.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
serta staf pengajar mata kuliah Manajemen Pendidikan Kejuruan. Serta semua
pihak yang membantu penulis dalam penyusunan makalah.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik
serta saran yang membangun penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah
ini. Sebagai manusia penulis merasa memiliki banyak kesalahan. Penulis mohon
maaf sebesar-besarnya untuk kelancaran penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini, penulis
ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat dipergunakan seperlunya.

                                                                                Ipuh, 27 Oktober 2021

                                                                                                  
                                                                                              Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan.......................................................................................... 2
D. Manfaat penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3


A. Pengertian Kewirausahaan dalam Pendidikan ............................................ 3
B. Tujuan Kewirausahaan dalam Pendidikan .................................................. 4
C. Karakteristik Seorang Wirausaha ............................................................... 5
D. Strategi kewirausahaan bagi sekolah .......................................................... 7
E. Landasan pendidikan kejuruan ...................................................................
.....................................................................................................................
10
F. Tujuan pendidikan kejuruan dan implikasi pendidikan kewirausahaan .....
.....................................................................................................................
12
G. Peran pendidikan kejuruan dalam menyiapkan lulusan berjiwa wirausaha.
.....................................................................................................................
16

BAB III PENUTUP................................................................................................


.................................................................................................................................
21
A. Kesimpulan .................................................................................................
.....................................................................................................................
21
B. Saran ...........................................................................................................
.....................................................................................................................
21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................


.................................................................................................................................
22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
      Pendididikan kejuruan adalah suatu pendidikan dan pelatihan untuk
kepentingan jabatan di lapangan kerja yang spesifik seperti bidang industri,
pertanian atau perdagangan. Pendidikan kejuruan merupakan program pendidikan
yang mempersiapkan orang-orang untuk memasuki dunia kerja, baik yang bersifat
formal maupun nonformal. Pendidkan kejuruan di Indonesia dirancang untuk
mengembangkan nilai-nilai demokratis. Implikasinya, peserta didik diberi
kebebasan untuk berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dan
diberikan peluang untuk mengembangkan nilai-nilai demokratis pada dirinya.
Lulusan sekolah kejuruan dipersiapkan untuk memberi kesempatan
berkembangnya kompetensi yang relevan dengan perkembangan permintaan pasar
kerja, serta, memberi ruang gerak pada diri peserta didik untuk mengembangkan
dan melakukan berbagai aktivitas yang dapat memberi kontribusi terhadap
kecakapan hidup di lingkungan masyarakatnya.
           Namun demikian, selama ini program kewirausahaan yang diajarkan di
SMK belum mampu menghasilkan siswa yang memiliki sikap, watak, perilaku
kewirausahaan serta kecakapan hidup, sehingga banyak lulusan SMK yang
masih belum bekerja karena tidak mampu memenuhi kompetensi yang dibutuhkan
dunia industri serta ketidakmampuan untuk membuka lapangan kerja sendiri.
Seringkali pihak dunia industri mendapati anak-anak yang memasuki lapangan
pekerja tidak mempunyai bekal yang memadai untuk kualifikasi pekerja
yang diharapkannya. Setiap anak yang diterima, baik dari sekolah kejuruan
ataupun sekolah umum, yang diterima dalam perekrutan tenaga kerja ternyata
tidak mempunyai kualifikasi yang diharapkan. Oleh karena itulah, maka anak
didik harus benar-benar dipersiapkan agar mampu melakukan beberapa kegiatan
yang menjadikannya mempunyai kemampuan untuk bekerja dan berwirausaha.

1
B. Rumusan Masalah
Masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian kewirausahaan dalam pendidikan?
2. Apa tujuan kewirausahaan dalam pendidikan?
3. Apa saja karakteristik seorang wirausaha?
4. Apa saja strategi kewirausahaan bagi sekolah?
5. Apakah yang damaksud dengan landasan pendidikan kejuruan?
6. Apa saja tujuan pendidikan kejuruan dan implikasi pendidikan
kewirausahaan?
7. Bagaimanakah peran pendidikan kejuruan dalam menyiapkan lulusan berjiwa
wirausaha?

C. Tujuan
Sesuai dengan pokok permasalahn di atas, tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Pengertian kewirausahaan dalam pendidikan.
2. Tujuan kewirausahaan dalam pendidikan.
3. Karakteristik seorang wirausaha.
4. Strategi kewirausahaan bagi sekolah.
5. Landasan pendidikan kejuruan.
6. Tujuan pendidikan kejuruan dan implikasi pendidikan kewirausahaan.
7. Peran pendidikan kejuruan dalam menyiapkan lulusan berjiwa wirausaha.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kewirausahaan dalam Pendidikan


Istilah kewirausahaan sering digunakan silih berganti dengan istilah
kewiraswastaan. Dari dua istilah itu dapat diapresiasi bahwa makna wira
berarti berani atau berjiwa kepahlawanan, swa artinya sendiri, usaha artinya
cara-cara yang dilakukan dan sta asrtinya berdiri. Jadi, seorang kepala sekolah
yang berjiwa kewirausahaan adalah mereka yang memiliki keberanian,
berjiwa kepahlawanan dan mengembangkan cara-cara kerja yang mandiri.   
Menurut Lupiyodi dan Wacik (1998) yang dikutip dalam
buku “Manajemen Pendidikan Kejuruan” karangan Tim Dosen Administrasi
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa
memang realitasnya wiraswasta itu sama dengan wirausaha yakni berusaha
keras menunjukkan sifat-sifat keberanian, keutamaan dan keteladanan dalam
mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Meskipun
demikian, wirausaha dan wiraswasta dapat dibedakan, yaitu wirausaha
memiliki visi pengembangan usaha, kreativitas dan daya inovasi, sedangkan
wirasasta tidak memilikinya.   
Istilah kewiraswastaan atau kewirausahaan itu sesungguhnya bermuara
pada pengertian pada istilah asing yakni entrepreneurship. Raymond (1995)
yang dikutip oleh Lupiyodi dan Wacik (1998) dan dikutip lagi dalam
buku “Manajemen Pendidikan Kejuruan” karangan Tim Dosen Administrasi
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa
entrepreneurship merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru atau inovasi
guna memperoleh kesejahteraan atau kekayaan individu dan mendapatkan
nilai tambah bagi masyarakat. Kesejahteraan atau nilai tambah bagi
masyarakat sebagai tujuan dari kewirausahaan itu, dilakukan melalui
pengungkapan gagasan baru, penggalian sumber daya, dan merealisasikan
gagasan itu menjadi suatu kenyataan yang menguntungkan.
Sedangkan menurut Prof.Dr.Umar Tirtarahardja (2005) dalam
bukunya “Pengantar Pendidikan” mendefinisikan pendidikan adalah suatu

3
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif
dalam hidupnya sekarang dan yang akan dating, dan pendidikan nasional
Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan
pebangunan nasional Indonesia. Pendidikan dikelompokkan sesuai dengan
sifat dan kekhususan tujuanya dan progam yang termasuk jalur pendidikan
sekolah terdiri atas pendidikan umum,pendidikan keturunan dan pendidikan
lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, kurikulum
dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan.
Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang terus-
menerus yang dilakukan pihak sekolah terutama kepala sekolah dalam
menjadikan sekolahnya lebih bermutu. Konsep kewirausahaan ini meliputi
usaha membaca dengan cermat peluang-peluang, melihat setiap unsur institusi
sekolah adanya sesuatu yang baru atau inovatif, menggali sumber daya secara
realistic dan dapat dimanfaatkan, mengendalikan resiko, mewujudkan
kesejahteraan (benefits) dan mendatangkan keuntungan financial (profits).
Benefits dan profits ini terutama dilihat untuk kepentingan peserta didik, guru-
guru, kepala sekolah.

B. Tujuan Kewirausahaan dalam Pendidikan


Pada hakikatnya pendidikan itu bukan hanya sekedar merupakan
pewarisan budaya dan hasil peradaban manusia. lebih dari pada itu,
pendidikan adalah daya upaya untuk menolong manusia memperoleh
kesejahteraan hidup. Kesejahteraan hidup pribadi dapat dicapai apabila
manusia mengalami perkembangan pribadi secara maksimal. Pendidikan
dilangsungkan untuk membantu perkembangan seluruh aspek kepribadian
menusia sehingga dengan demikian manusia itu dapat mengusahakan
kehidupannya sendiri yang sejahtera.
Drs. Wasty Soemanto, M.Pd. (1984:28) dalam bukunya “Pendidikan
Wiraswasta” mengungkapkan tujuan pendidikan adalah mewujudkan pribadi-
pribadi yang mampu menolong diri sendiri maupn orang lain, sehingga
dengan demikian terwujudlah kehidupan manusia yang sejahtera. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pendidikan berusaha memberikan pertolongan agar

4
manusia mengalami perkembangan pribadi. Untuk itu pendidikan memberikan
latihan-latihan terhadap karakter, kognisi, serta jasmani manusia.
Manusia sendiri pada hakikatnya merupakan pribadi yang berkembang
mengikuti hukum serta kekuatan kodrati yang telah dianugerahkan oleh Tuhan
kepada pribadi itu. Perkembangan pribadi manusia dapat terhambat ataupun
tertunjang oleh stimuli lingkungannya. Fungsi pendidikan menurut Drs. Wasty
Soemanto, M.Pd. (1984:28) adalah meberikan kondisi yang menunjang
perkembangan segala aspek kepribadian manusia. pendidikan hanyalah
sebagai pertolongan agar degan potensi dan kapasitas pribadi yang ada,
manusia akhirnya dapat hidup secara mandiri, bertanggungjawab atas
kesejahteraan orang lain.
Ditinjau dari tujuan serta fungsi pendidikan tersebutdi atas, maka kita
dapat menimba akan arti pentingnya wiraswasta. Pendidikan telah menjadi
kebtuhan penting, dan disamping itu juga menjadi tanggung jawab manusia.
Agar manusia dapat mewujudkan kehidupan sejahtera, maka mereka (baik
yang memberikan pendidikan maupun yang memperoleh pendidikan)
hendaknya memiliki pandanan serta pemahaman tentang kewirausahaan demi
terciptanya tujuan akhir pendidikan. Dengan perkataan lain, pewujudan
manusia wiraswasta menunjang pencapaian tujuan pendidikan.

C. Karakteristik Seorang Wirausaha


Kunci keberhasilan dalam berwirausaha adalah dengan memahami diri
sendiri. Untuk memulai suatu usaha, hal penting yang harus dipahami adalah
apakah yang bersangkutan memiliki jiwa berwirausaha atau tidak. Seorang
wirausaha harus memiliki sifat seperti berikut : a) percaya diri, b) berorientasi
tugas dan hasil, c) pengambil resiko, d) kepepimpinan, e) keorisinalan, f)
berorientasi ke masa depan.
Persoalan maju dan tidaknya kehidupan manusia, tergantung pada
manusianya sendiri. Ia  berusaha memperlengkapi diri dengan jiwa besar
ataukah dengan jiwa kerdilnya. Sebagai orang tua atau generasi tua. Untuk
memahami lebih jauh tentang ciri-ciri manusia wiraswasta, di bawah akan

5
dipaparkan tentang ciri-ciri manusia wiraswasta, dengan merujuk kepada
pemikiran menurut Drs. Wasty Soemanto, M.Pd., meliputi :
1. Memiliki moral yang tinggi
Manusia yang bermoral tinggi setidaknya memiliki atau
menjalankan enam sifat utama yaitu : 1) Ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, 2)  Kemerdekaan batin, 3) Keutamaan, 4) Kasih sayang
terhadap sesama manusia, 5) Loyalitas hukum, 6) keadilan. Dari sifat-sifat
tersebut diketahui bahwa sifat-sifat satu sampai ketiga berhubunga dengan
diri sendiri (pribadi), sedangkan sifat-sifat nomor empat sampai nomor
enam adalah menyangkut kepentingan orang lain. Manusia yang memiliki
keenam sifat tersebut adalah manusia yang bermoral tinggi.
2. Memiliki sikap mental wiraswasta
Manusia yang bermental wirausaha mempunyai kemauan keras
untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidupnya. Kemauan keras adalah
kuni keberhasilan dan disamping kemauan keras, manusia yang bersika
mental wirausaha memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada
pada dirinya. Manusia yang bersikap wirausaha jugaharus memiliki sifat
kejujuran dan sifat tanggung jawab. Salah satu kunci keberhasilan seorang
dalam wirausaha dan berwiraswasta adalah adanya kepercayaan dari
oarang lain terhadap dirinya. Agar seseorang memperoleh simpati dan
kepercyaan orang lain dalam berusaha, maka ia harus memiliki sifat
kejujuran dan sifat tanggungjawab.
3. Kepekaan jiwa wiraswasta terhadap arti lingkungan
Manusia wiraswasta setidak-tidaknya harus memiliki empat hal
agar dirinya peka atau sensitif terhadap arti lingkungan bagi kehidupannya
a. Pengenalan terhadap arti lingkungan
b. Rasa syukur atas segala yang diperoleh dan dimiliki.
c. Keinginan yang besar untuk menggali dan mendayagunakan sumber-
sumber ekonomi lingkungan setempat.
d. Kepandaian untuk menghargai dan memanfaatkan waktu secara
efektif.

6
4. Ketrampilan wiraswasta
Untuk menjadi manusia wiraswasta diperlukan beberapa
ketrampilan yang antara lain yaitu : a) ketrampilan berfikir kreatif, b)
ketrampilan dalam pembuatan keputusan, c) ketrampilan dalam pembuatan
keputusan, d) ketrampilan manajerial, e) ketrampilan dalam bergaul antar
manusia (“human relatioans”). Dengan memiliki ketrampilan-ketrampilan
tersebut manusia wiraswasta diaharapkan dapat  menjalankan uashanya
dengan lancar.

D. Strategi Kewirausahaan Bagi Sekolah


Strategi kewirausahaan merupakan langkah-langkah pokok yang perlu
ditempuh kepala sekolah dalam menjadikan sekolahnya sebagai organisasi
yang bersifat kewirausahaan (entrepreneurial organization). Lupriyono dan
Wacik (1998) yang dikutip dalam buku “Manajemen Pendidikan
Kejuruan” karangan Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa strategi kewirausahaan
mencangkup pengembangan visi, dorongan inovasi, dan penstrukturan iklim
kewirausahaan.     
1. Pengembangan Visi/Misi
Langkah awal dalam mewirausahakan lembaga pendidikan adalah
merumuskan visi/misi. Visi atau misi merupakan gambaran cita-cita atau
kehendak sekolah yang ingin diwujudkan dalam masa yang akan datang.
Visi sekolah harus dirumuskan dengan jelas, singkat dan mengandung
dukungan nyata untuk mewujudkan perubahan atau inovasi yang bersifat
entrepreneurial.
Visi yang telah dirumuskan, selanjutnya disosialisasikan atau
disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan
pendidikan di sekolah dasar. Maksudnya, agar visi tersebut dapat
dimengerti dan dipahami secara mendalam sehingga memperoleh
dukungan. Visi yang telah dirumuskan melahirkan misi dan program-
program yang harus diemban dalam praktik kewirausahaan.

7
2. Dorongan Inovasi
Berkaitan dengan semangat mewirausahakan sekolah, strategi ini
berarti menumbuh-suburkan dan mengembangkan gagasan-gagasanorisinil
dan inovatif. Karena itu, setiap kepala sekolah dalam mewirausahakan
sekolahnya dituntut memiliki agenda inovasi. Agenda inovasi ini menjadi
alat spesifik dan utama dalam strategi mewirausahakan suatu sekolah.
Agenda inovasai yang dimiliki itu sewajarnya merujuk pada
perangkat mutu atau criteria mutu yang merefleksikan kebutuhan dan
harapan-harapan tentang pendidikan di sekolah dari semua pihak yang
berkepentingan. Sebagai alternative, terdapat dua unsure pokok yang dapat
dipertimbangkan untuk agenda inovasi tersebut. Pertama unsure internal
institusi sekolah dan kedua unsure eksternal sekolah itu.
a. Unsur-unsur internal institusi sekolah yang dapat dikaji, meliputi :  
b. Pembelajaran yang dialami peserta didik          
c. Pengembangan kurikulum/program pendidikan
d. Kompetensi professional guru dan pengembangan system pengajaran
e. Pra-sarana dan pengembangan sarana/fasilitas pendidikan       
f. Pembiayaan pendidikan
g. Pengembangan budaya sekolah
h. Perilaku manajemen itu sendiri
Unsur-unsur eksternal dari institusi sekolah itu yang dapat dikaji meliputi :
a. Perhatian dan paisipasi orang tua / masyarakat, dan     
b. Kondisi alam dan lingkungan sosial budaya masyarakat.
c. Agenda inovasi sebagai contoh-contoh program yang mengungkapkan
kewirausahaan dari kedua unsure sekolah.
3. Penstruktur Iklim Intrapreuneurial
Langkah Strategis ini merupakan proses pembentukan unsure-
unsur dan suasana yang mendukung atas terselenggaranya agenda inovasi.
Dalam hal ini, komitmen manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah
serta profesionalisme staf/guru-guru itu amat dibutuhkan. Tekanan
penstrukturan iklim kewirausahaan berada pada penyempurnaan usaha-
usaha untuk implementasi proyek-proyek inovasi. Artinya strategi ini

8
menekankan pada proses internal organisasi, yakni usaha-usaha yang
dilakukan pihak sekolah dalam memantapkan system manajemannya.     
Hal ini tidak bisa lepas dari tuntutan perubahan mewirausahakan
pola manajemen itu sendiri. Kemampuan menjabarkan kebijakan
pendidikan yang berlaku di daerahnya, kepemimpinan transfomasional dan
visioner, kemampuan mengelola perubahan dan kemampuan mengambil
keputusan, serta kemampuan mengembangkan jaringan kerja yang
menguntungkan, merupakan sejumlah tuntutan yang patut dipenuhi para
kepa sekolah dalam mengembangkan strategi yang dimaksudkan.
Strategi ini didefinisikan sebagai corporate venturing yaitu sebuah
proses internal organisasi yang pokok untuk mengembangkan produk,
proses dan teknologi. Ketiganya diinstitusionalisasikan untuk kemakmuran
jangka panjang. Menyangkut pengembangan produk, proses
organisasional atau pengelolaan sekolah itu haruslah berorientasi pada
perolehan hasil (kinerja) yang bermutu dan berorientasi pada kepuasan
customer sebagai pihak yang terlayani. Menyangkut pengembangan
proses, berarti pengelolaan sekolah itu sendiri harus berlangsung dalam
penciptaan suasana-suasana yang menggairahkan, dinamis dan
menyenangkan. Sedangkan menyangkut teknologi, berarti proses
pengelolaan sekolah itu menawarkan usaha-usaha yang lebih praktis,
efsien dengan penggunaan sarana dan peralatan (teknologi) yang makin
canggih.           
Dengan pengelolaan sekolah yang berorientasi pada produk, proses
dan teknologi seperti pada penjelasan di atas, maka penstrukturan iklim
kewirausahaan itu secara bertahap akan terbentuk. Dengan demikian
maksud utama pengembangan strategi manajemen sekolah yang
mengandung muatan entrepreneurial adalah citra sekolah yang terkesan
maju dan bermutu, serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
memperoleh tingkat kesejahteraan dan keuntungan finansial yang
mencukupi.

9
E. Landasan pendidikan kejuruan
Sejak lama terdapat jurang pemisah antara lembaga pendidikan kejuruan
dan lembaga pendidikan umum. Lulusan sekolah-sekolah kejuruan sangat sulit
bahkan sangat dibatasi kesempatannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Di sisi lain, upaya untuk mendapatkan lapangan kerja sesuai dengan
bidangnya itu nyatanya sangat terbatas. Lembaga pendidikan umun
dimaksudkan agar lulusannhya siap untuk melanjutkan ke perguruan tinggi,
sedangkan kesempatan belajar diperguruan tinggi sangat terbatas. Di sisi lain,
kesempatan kerja bagi lulusan sekolah ini tetap terbatas, lagi pula mereka
belum punya keterampilan kerja sebagaimana   yang diperlukan lapangan
kerja tersebut.
Jurang demikian itu, dapat menumbuhkan gejala social yang tidak
diharapkan dan menumbuhkan konflik dalam masyarakat, yang dapat
memberikan dampak yang tidak sehat bagi pertumbuhan masyarakat masa
datang. Salah satu system yang dapat ditempuh adalah menyediakan wahana
pendidikan yang lebih, yang berfungsi menyediakan kesempatan pendidikan
bagi para pemuda, yang sekaligus menjembatani antara sekolah kejuruan dan
sekolah umum (Hamalik, 1990:22).
1. Konsep Pendidikan Kejuruan
Suatu definisi yang dikemukakan oleh ‘House Committee on
Education and Labour’ dalam buku “Pendidikan Tenaga Kerja” karangan
oleh Oemar Hamalik (1990), menyatakan sebagai berikut: “Pendidikan
Kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikkan dasar
keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja
yang dipandang sebagia latihan keterampilan.
Program kejuruan merupakan program pengembangan, bukan
program terminal, mempersiapkan siswa kepada pilihan maksimal untuk
melanjutkan studi atau mendapat pekerjaan”.
Berdasarkan rumusan tersebut, pendidikan kejuruan mengemban
tiga fungsi pokok, yakni:

10
a. Fungsi pengemban bakat, yang berarti memberikan pelayanan secara
luas bagi para peminat yang ingin mengembangkan bakatdan minatnya
yang terkait dengan bidang lapanagan kerja tertentu.
b. Fungsi pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan yang mengarah
pada dunia kerja, yang berarti berusaha memberikan keterampilan-
keterampilan dasar serta kebiasaan-kebiasaan yang diperlukan, yang
terarah pada dunia kerja yang ada di masyarakat.
c. Fungsi kepelatihan, yakni memberikan latihan keterampilan, baik bagi
yang telah mulai berkembang bakatnya sesuai dengan pilihan
berdasarkan minatnya masing-masing maupun bagi yang telah
memperoleh pendidikan dasar keterampilan tertentu.
2. Kriteria Pendidikan Kejuruan Yang Efektif
a. Pendidikan kejuruan harus mengembangkan standar input, yang terdiri
dari:
1) Siswa : harus mempunyai sikap, bakat dan kemampuan
serta motivasi untuk berhasil dalam program.
2) Guru : harus mendapatkan latihan yang cukup, pengalaman
dan pengetahuan teknologi serta cara mengajarkan keterampilan.
3) Alat : harus sesuai dengan peralatan yang tersedia dilapangan
kerja.
4) Materi pelajaran  : harus lengkap dan memadai, misalnya
buku  sumber, manual operasi, dan sebagainya.
b. Pendidikan kejuruan hendaknya mengembangkan standar output, yang
terdiri dari:
1) Pengetahuan dan keterampilan lulusan
2) Penampilan (performance) dalam bidangnya
3) Kemampuan menyebarluaskannya pada masyarakat
c. Program pendidikan kejuruan hendaknya realistic dan berkaitan
dengan pasaran kerja (teknik, industry, ekonomi, manajemen, dan
sebagainya).

11
3. Pengembangan Pendidikan Kejuruan
Usaha pengembangan dilakukan oleh pemerintah melalui prosesur
yang jelas dengan dukungan biaya yang memadai. Langkah-langkah
pengembangan tersebut antara lain:
a. Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan dan bimbingan yang
mengarah kepada perubahan-perubahan yang diharapkan.
b. Menyediakan dana khusus bagi pendidikan kejuruan untuk memenuhi
kebutuhan individu.
c. Penyusunan program pendidikan kejuruan yang responsive terhadap
usaha memenuhi kebutuhan pembangunan daerah dan nasional.
d. Penggunaan pembiayaan berdasarkan prinsip efisiensi dalam rangka
pencapaian tujuan program, dan perencanaan evaluasi terhadap
kompetensi berbagai jenjang sumber tenaga (prinsip produktivitas).

F. Tujuan Pendidikan Kejuruan Dan Implikasi Pendidikan Kewirausahaan


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) Pasal 25 ayat 4 dinyatakan secara implisit bahwa lulusan
(SMK) diharapkan dapat memenuhi standar kompotensi lulusan yang
mencerminkan kemampuan lulusan dalam hal sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara aktif, interaktif, kreatif, menantang, menyenangkan,
dan mandiri sesuai dengan potensi diri, perkembangan fisik, bakat dan minat,
serta psikologis peserta didik.
Fakta empirik menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan SMK belum
sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan para pemangku kepentingan
(stakeholders). Para lulusan cenderung sebagai “pencari kerja” dan belum
banyak yang mampu bekerja “mandiri” untuk mengimpelemtasikan dan
mengembangkan keterampilannya (survive skills). Di sisi lain, masih
rendahnya etos kerja lulusan SMK dalam hal enterpreneurial mindset.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan (Pasal 18, ayat 2). Sekolah

12
Menengah Atas (SMA) merupakan bentuk satuan pendidikan umum,
sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan
pendidikan menengah kejuruan. Penyelenggaraan SMA dimaksudkan untuk
memberikan kompetensi akademik kepada peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, sebaliknya, SMK lebih menekankan pada
penyiapan peserta didik untuk siap bekerja pada bidang tertentu.
Penyelenggaraan SMK juga memberikan kesempatan kepada peserta didik
yang memiliki persyaratan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan
vokasi, profesi, maupun akademik (tujuan ganda). Namun demikian,
pembelajaran SMK dengan tujuan ganda tidaklah mudah untuk dilaksanakan
secara seimbang akan tetapi secara konseptual antara lain dapat diberikan
melalui penguatan penambahan materi IPA (matematika, fisika, dan biologi)
serta bahasa Inggris untuk membentuk kompetensi berpikir kritis dan analitis
dan berekomunikasi (soft skills).
Secara utuh, penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan berfungsi
untuk: 1) meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan,
akhlak mulia, dan kepribadian luhur; 2) meningkatkan, menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air; 3) membekali peserta
didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para
profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 4) meningkatkan kepekaan dan
kemampuan mengapresiasi serta mengekpresikan keindahan, kehalusan, dan
harmoni; 5) menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga, baik
untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun rohani; dan 6) meningkatkan
kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di masyarakat dan/atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi (PP No.17/2010).
Selanjutnya, tujuan penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi insan yang: 1) beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur; 2) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; 3) sehat,
mandiri, dan percaya diri; dan 4) toleran, peka sosial, demokratis, dan
bertanggung jawab (PP No.17/2010).

13
Dalam mempersiapkan lulusan SMK, pemberian materi di SMK lebih
menekankan pada penguasaan keterampilan tertentu agar lebih siap bekerja
dibidang tertentu. Dengan kata lain, bagi lulusan SMK lebih dipersiapkan
untuk menguasai keterampilan tertentu di bidang vokasi. Hal ini dapat
dimaknai bahwa lulusan SMK lebih dipersiapkan untuk bekerja dan/atau
hidup mandiri di masyarakat. Hal ini sejalan dengan UUD Republik Indonesia
Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa “Setiap Warga Negara
Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”
Pada waktu Prof. Dr. Ing Wardiman Joyonegoro sebagai Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa penerapan konsep keterkaitan dan
kesepadanan (link and match) atau lebih dikenal dengan pendidikan sistem
ganda (PSG) merupakan awal dari reformasi pendidikan kejuruan. Pola
pendidikan kejuruan seperti ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan DUDI. Pendidikan kejuruan model ini lebih menekankan pada
penguasaan kompetensi (hard and soft skills) untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh dunia kerja.
Penyempurnaan penyelenggaraan sekolah kejuruan secara terus-menerus
dilakukan seiring dengan perkembangan IPTEKS, yaitu antara lain melalui
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, di mana pencapaian
kompetensi bagi para lulusannya dapat dibuktikan dengan uji sertifikasi. Pada
saat ini Kementer ian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan dan
mengimplementasikan konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Dengan KTSP ini diharapkan setiap satuan pendidikan dapat menyesuaikan
program pendidikannya sesuai kebutuhan dan potensi sekolah/ daerah masing-
masing dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Di
samping itu, untuk membentuk kepribadian yang tangguh, telah
diimplementasikan pendidikan karakter bangsa (nat ion character building)
dan pendidikan kewirausahaan sebagai wujud dari konsep ekonomi kreatif.
Implikasi pendidikan kewirausahaan di SMK pada hakikatnya telah
dioperasionalisasikan atau dijabaran dalam kegiatan/program di SMK dan dari
masa ke masa telah mengalami perubahan. Semenjak diimplementasikannya

14
program “unit produksi” pada program studi/program keahlian telah
menunjukkan bahwa peserta didik dikondisikan untuk lebih menguasai
kompetensi dalam suatu pekerjaan tertentu dan sikap mandiri untuk bekerja.
Sebagai contoh, pengembangan fasilitas di SMK program studi/keahlian
Pariwisata / Sekretaris / manajemen, sekolah dilengkapi dengan “hotel mini”
dengan berbagai fasilitas yang tersedia sesuai dengan kemampuan sekolah
yang bersangkutan. Fasilitas tersebut dipergunakan sebagai wahana peserta
didik bekerja dalam suasana yang sebenarnya. Fasilitas tersebut juga diberikan
kepada masyarakat/publik yang memerlukannya. Di samping itu, tersedia pula
fasilitas pelayanan publik lainnya seperti: penjualan
tiket (ticketing); penjualan alat-alat tulis kantor (ATK); penjualan bahan-
bahan untuk keperluan siswa, termasuk foto copy.
Di bidang kerumahtanggaan, dikembangkan berbagai jasa layanan di
bidang boga dan busana (roti/patiseri, kedai makanan dan minuman, penjualan
busana dan jasa kecantikan. Di bidang teknologi, misalnya lebih banyak lagi
unit produksi yang diberikan kepada masyarakat umum, antara lain seperti
bidang otomotif (service otomotifve), perkayuan (furniture dan mebeller),
permesinan untuk produksi mur dan baut dengan menggunakan
mesin CNC, dan di bidang teknologi pertanian dengan berbagai jasa kerja
sama dengan pihak DUDI.
Penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan pada akhir-akhir ini oleh
pihak Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan telah merencanakan
kebijakan, yaitu dalam bentuk program sasaran strategis SMK untuk
mempersiapkan para lulusannya siap bekerja melalui layanan pembinaan
pengembangan kewirausahaan. Upaya dimaksud, antara lain berupa: 1)
penyediaan sistem pembelajaran sesuai dengan SNP; 2) penyediaan dan
peningkatan saran dan prasarana pendidikan SMK berkualitas yang merata di
seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; 3) penyediaan bantuan pendanaan
untuk meningkatkan keterjangkauan layanan SMK berkualitas yang merata di
seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; 4) penguatan sistem tata kelola di
SMK, Direktorat Pembinaan SMK, dan institusi Pembina SMK lainnya
(Direktorat Pembinaan SMK, 2010).

15
Khususnya untuk mendukung program ekonomi kreatif, pada tahun 2010-
2014 telah ditetapkan pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada
kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi
dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, perlu merumuskan kebijakan
pengintegrasian aspek yang menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif, sportif, dan
wirausaha dalam pembelajaran di SMK antara lain melalui: 1) mengkaji dan
merevisi kurikulum SMK agar lebih berorientasi pada pembentukan
kreativitas dan kewirausahaan pada peserta didik sedini mungkin; 2)
meningkatkan kualitas SMK yang mendukung penciptaan kreativitas dan
kewirausahaan peserta didik; 3) menciptakan akses pertukaran informasi dan
pengetahuan ekonomi kreatif antarpenyeleggara pendidikan; 4) meningkatkan
jumlah dan perbaikan kualitas SMK yang mendukung penciptaan insan kreatif
dalam pengembangan ekonomi kreatif; 5) menciptakan keterhubungan dan
keterpaduan antarlulusan SMK yang terkait dengan kebutuhan pengembangan
ekonomi kreatif; 6) mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi
pengalaman dan keahlian di SMK dalam pengembangan ekonomi kreatif; dan
7) memfasilitasi pengembangan jejaring dan mendorong kerja sama antarinsan
kreatif Indonesia di dalam dan di luar negeri (Direktorat Pembinaan SMK,
2010). Namun demikian, hal tersebut perlu ditangani secara serius dan sebagai
bentuk program prioritas dalam jangka waktu tertentu dan dilakukan
monitoring dan evaluasi secara bertahap dan berkesinambungan. Selain itu,
perlu juga segera disusun pola/mekanisme kemitraan atau kerja sama yang
saling mnguntungkan bagi SMK dan DUDI.

G. Peran Pendidikan Kejuruan dalam Menyiapkan Lulusan Berjiwa


Wirausaha
Perguruan tinggi bidang kejuruan merupakan pencetak lulusan dengan
berbekal ketrampilan khusus dan siap masuk ke dalam pasar kerja. Perguruan
tinggi bidang kejuruan adalah tempat terbaik untuk
melaksanakan pembangunan SDM, dan perguruan tinggi bidang kejuruan
mempunyai

16
kurikulum berbasis kompetensi yang khusus untuk mempersiapkan menjadi
lulusan yang memiliki keahlian sesuai dengan bidang tertentu serta dapat
bersaing dalam pasar kerja. Fakta lapangan yang dijumpai adalah
bertambahnya pengangguran oleh para lulusan perguruan tinggi, dan resisten
lulusan menciptakan lapangan pekerjaan melalui wirausaha, setidaknya
terdapat tiga hal yang menghambat minat lulusan perguruan tinggi untuk
berwirausaha adalah : pertama, persoalan mindset (pola pikir), karena banyak
lulusan perguruan tinggi yang masih berpikir sebagai pencari kerja bukan
mencipta lapangan kerja. Kedua, persoalan kurikulum kewirausahaan yang
belum memadai secara kuantitas dan kualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari
kurangnya perguruan tinggi yang menyelenggarakan pembelajaran
kewirausahaan, jika ada kurikulumnya belum terintegrasi dengan
baik. Ketiga, kurangnya kesungguhan dari pemerintah baik pusat maupun
daerah dalam menciptakan inkubator baru pewirausaha dari kalangan
mahasiswa (Motik, 2007).
Wirausahawan sejati memiliki daya kreatif-inovatif, mereka adalah
pencari peluang sepanjang masa, berani mengambil resiko yang terukur dan
percaya bahwa pelayanan pelanggan adalah kunci keberhasilan. Pada tingkat
perguruan tinggi, jika seorang pendidik menginginkan tumbuhnya sikap
wirausaha pada peserta didiknya, seharusnya pendidik mengetahui bakat,
keinginan, nilai serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
menumbuhkan sikap wirausaha mahasiswa. Mencetak wirausahawan di
perguruan tinggi bidang kejuruan lebih mudah daripada universitas. Di
perguruan tinggi bidang kejuruan, kurikulum yang disusun memberikan
kompetensi kepada mahasiswa berupa ketrampilan khusus disertai dengan
pendidikan wirausaha yang siap diaplikasikan dalam praktek wirausaha
setelah lulus nanti. Para wirausahawan memiliki kemampuankemampuan
tertentu yang dituangkan dalam sikap kepribadiannya.
Menurut Meredith (2000), bahwa harta terbesar untuk mempertahankan
kemampuan wirausaha adalah sikap positif, di samping itu tekad, pengalaman,
ketekunan dan bekerja keras adalah syarat untuk menjadi wirausahawan yang
berhasil. Wirausahawan yang berhasil adalah mereka yang menikmati

17
pekerjaannya dan berdedikasi total terhadap apa yang mereka lakukan. Sikap
mental positif inilah yang mengubah pekerjaan menjasi menyenangka,
menarik dan member kepuasan, sehingga memberikan sumbangan besar
dalam mencapai prestasi yang besar (Murniati, 2008).
Lebih lanjut Meredith (2000) menyatakan bahwa factor-faktor yang dapat
mengembangkan sikap mental positif adalah : Menggunakan pikiran secara
produktif,  Menjauhi pikiran dan ide-ide negative, Memilih sasaran yang
positif, Berani mengembangkan ide-ide dan sasaran yang positif, Percaya diri
atas kemampuan sendiri dan selalu berusaha meningkatkan kemampuan diri,
Hilangkan beban mental dan berorientasi pada tindakan-tindakan positif.
Menurut Inkeles dan Smith (1974) yang dikutip dalam jurnal “Peran
Pendidikan Kejuruan Dalam Menyiapkan Lulusan Berjiwa
Wirausaha” karangan Henny N. Tambingon, sikap wirausahawan tercermin
dalam cirri-ciri manusia modern yang berkualitas seperti : Terbuka terhadap
pengalaman baru, Selalu membaca perubahan sosial, Lebih realistis terhadap
fakta dan pendapat, Berorientasi pada masa depan, Berencana, Percaya diri,
Memiliki aspirasi, Berpendidikan dan mempunyai keahlian.
Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi ke depan dan apa
yang hendak ia lakukan, apa yang ingin dicapai. Faktor usaha yang
didirikan bukan untuk sementara waktu tetapi untuk selamanya, oleh sebab itu
factor kontinuitas dan orientasi ke masa depan harus dijaga agar pandangan
tetap diarahkan ke masa depan. Untuk menghadapi tantangan ke depan
seorang wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang,
agar jelas langkah-langkah yang akan dilaksanakannya.
Ada tujuh ciri menurut Fadel Muhammad (1992) yang dikutip dalam
jurnal “Peran Pendidikan Kejuruan Dalam Menyiapkan Lulusan Berjiwa
Wirausaha” karangan Henny N. Tambingon, yang merupakan identitas yang
melekat pada diri seorang wirausaha yaitu :
Pertama, Kepemimpinan. Ini adalah faktor kunci bagi seorang wirausaha.
Dengan keunggulan di bidang kepemimpinan, maka seorang wirausaha akan
sangat memperhatikan orientasi pada sasaran, hubungan kerja/personal dan
efektivitas. Pemimpin yang berorientasi pada ketiga faktor tersebut,

18
senantiasa tampil hangat, mendorong pengembangan karier stafnya, disenangi
bawahan, dan selalu ingat pada sasaran yang hendak dicapai.
Kedua, Inovasi. Inovasi selalu membawa perkembangan dan perubahan
ekonomi. Seorang wirausaha sebagai inovator harus merasakan
gerakan ekonomi di masyarakat, dan persoalan-persoalan yang muncul dari
gerakan ekonomi tersebut selalu diantisipasinya dengan penggunaan inovasi.
Ketiga, Pengambilan Keputusan. Orang-orang yang dapat memecahkan
masalah secara kreatif sadar bahwa itulah yang mendorong bekernya intuisi
dan inisiatif seorang wirausaha yang seakan-akan memiliki indra keenam.
Keempat, bersikap tanggap Terhadap Perubahan. Sikap tanggap harus
dimiliki oleh seorang wirausahawa terhadap perubahan relative lebih tinggi
dibandingkan dengan orang lain. Setiap perubahan oleh seorang wirausaha
dianggap mengandung peluang yang merupakan masukan dan rujukan
terhadap pengambilan keputusan.
Kelima, Bekerja Ekonomis dan Efisien. Seorang wirausaha melakukan
kegiatannya dengan gaya yang smart (cerdas, pintar dan bijak) dan bukan
bergaya seperti mandor. Ia bekerja keras, ekonomis dan efisien guna mencapai
hasil maksimal.
Keenam, Visi Masa depan. Visi ibarat benang merah yang tidak terlihat
yang ditarik sejak awal keadaan yang terakhir. Visi pada hakekatnya
merupakan pencerminan komitmen-kompetensikonsistensi.
Ketujuh, Sikap Terhadap Resiko. Seorang wirausaha adalah penentu resiko
dan bukan sebagai penanggung resiko.
Selama beberapa tahun terakhir ini di Sulawesi Utara minat untuk menjadi
PNS lebih besar daripada berwirausaha. Hal ini terjadi karena kurangnya
keahlian atau ketrampilan yang dimiliki lulusan sehingga tidak berminat untuk
menciptakan lapangan kerja. Lulusan pendidikan kejuruan dari perguruan
tinggi mungkin tidak akan ada yang menjadi pengangguran, karena dengan
berbekal ketrampilan dan keahlian yang dimilikinya selama studi dia dapat
menciptakan lapangan kerja minimal untuk dirinya sendiri melalui wirausaha.
Potensi wirausaha yang dapat dirintis oleh lulusan perguruan tinggi khusus
bidang pendidikan dan kejuruan, seperti jurusan PKK lebih khusus dalam

19
bidang tata boga. Selama masa pendidikan mahasiswa telah diberikan sederet
matakuliah kejuruan seperti catering, pembuatan roti dan kue-kue, café/kantin.
Matakuliah ini selepas lulus dari perguruan tinggi, maka seorang lulusan dapat
mengembangkan hasil yang dia peroleh dalam mata kuliah untuk dialihkan
menjadi peluang berwirausaha. Semua potensi wirausaha yang dikemukakan
di atas adalah ilmu yang diperolehnya selama studi di jurusan PKK.
Seorang wirausaha memiliki sikap dan prilaku tertentu yang
teridentifikasi, diantaranya :
a. Yakin terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Memiliki perilaku mandiri dan optomis terhadap usaha yang dilakukan
c. Menganggap prestasi adalah bagian dari hidup, tekad kerja keras, penuh
inisiatif, dan energik
d. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan
e. Dapat bergaul dengan orang lain dan tanggap terhadap saran dan kritik
f. Mengetahui banyak tentang bidang usaha dan inovatif
g. Berpandangan ke depan

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidikan kejuruan merupakan program pendidikan yang mempersiapkan
orang-orang untuk memasuki dunia kerja, baik yang bersifat formal
maupun nonformal.
2. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (kreatif dan inovatif).
3. Seorang wirausaha harus memiliki sifat seperti berikut : a) percaya diri, b)
berorientasi tugas dan hasil, c) pengambil resiko, d) kepepimpinan, e)
keorisinilan, f) berorientasi ke masa depan.
4. Pengembangan strategi manajemen sekolah yang mengandung muatan
entrepreneurial adalah citra sekolah yang terkesan maju dan bermutu, serta
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memperoleh tingkat kesejahteraan
dan keuntungan finansial yang mencukupi.
5. Program pendidikan kejuruan hendaknya realistic dan berkaitan dengan
pasaran kerja (teknik, industry, ekonomi, manajemen, dan sebagainya).
6. Terdapat tiga hal yang menghambat minat lulusan perguruan tinggi untuk
berwirausaha adalah : pertama, persoalan mindset (pola pikir). Kedua,
persoalan kurikulum kewirausahaan yang belum memadai secara kuantitas
dan kualitas. Ketiga, kurangnya kesungguhan dari pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam menciptakan inkubator baru pewirausaha dari
kalangan mahasiswa.

B. Saran
Untuk menghadapi tantangan ke depan seorang
wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas
langkah-langkah yang akan dilaksanakannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor: 20 Tahun


2003              Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor:19
Tahun  2005 Tentang  Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor: 17
Tahun                2010 tentang              Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, Kemdiknas, Jakarta.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2010. Kebijakan
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kemdiknas, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional:
Kejuruan,        Kewiraswastaan dan    Manajemen. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Henny, N. Tambingon. Peran Pendidikan Kejuruan Dalam Menyiapkan
Lulusan    Berjiwa Wirausaha.             Seminar Internasional, ISSN 1907-
2066.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Rembuk Nasional Pendidikan
dan         Kebudayaan,             Kemdikbud, Jakarta.
Meredith G.M., 2000. Kewirausahaan : Teori dan Praktek. Jakarta
PT.Pustaka      Binamandiri Pressindo.
Murniati D.E., 2008. Mempersiapkan young Entrepreneurs Terdidik dan
Trampil    Melalui Pendidikan Bisnis. Prosiding Proseding Seminar
Internasional   Optimasi Pendidikan Kejuruan dalam Pembangunan
SDM Nasional.         Padang.
Motik, SS. 2007. Penyebab Kegagalan Pendidikan Kewirausahaan.
Soemanto, Wasty. 1984. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara .
Suryana. (2003). Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat, Dan Proses
Menuju       Sukses. Edisi Revisi. Jakarta : Salemba Empat.
Tim Dosen Administrasi pendidikan UPI. 2008. Manajemen Pendidikan
Kejuruan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

22

Anda mungkin juga menyukai